bab ii flebitis mau ambik bayar dulu

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terapi Cairan Intravena 2.1.1 Pengertian Terapi cairan intravena merupakan pemberian cairan untuk penggantian cairan, pemberian obat, dan penyediaan nutrien jika tidak ada pemberian dengan cara lain (Smeltzer & Bare, 2001). Terapi intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien (Darmawan, 2008). Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula kedalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infuse/pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk kedalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu (Lukman, 2007). Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam 7

Upload: hendra-difan

Post on 31-Jan-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Cairan Intravena

2.1.1 Pengertian

Terapi cairan intravena merupakan pemberian cairan untuk penggantian

cairan, pemberian obat, dan penyediaan nutrien jika tidak ada pemberian dengan

cara lain (Smeltzer & Bare, 2001).

Terapi intravena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk

memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien (Darmawan, 2008).

Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula kedalam vena

(pembuluh balik) untuk dilewati cairan infuse/pengobatan, dengan tujuan agar

sejumlah cairan atau obat dapat masuk kedalam tubuh melalui vena dalam jangka

waktu tertentu (Lukman, 2007).

Pemberian cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung

kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan

menggunakan infuse set (Potter dkk, 2005).

2.2.2 Tujuan

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah

mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,

vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,

mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki

keseimbangan asam basa, memberikan transfusi darah, menyediakan medium

untuk pemberian obat intravena, dan membantun pemberian nutrisi parenteral.

7

Page 2: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

8

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi

intravena adalah:

1. Keuntungan

Keuntungan terapi intravena antara lain : efek teraupetik segera dapat tercapai

karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorpsi total

memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan,

kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek teraupetik dapat

dipertahankan maupun dimodifikas, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu

jika diberikan intramuscular atau subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat

yang tidak dapat diabsorpsi dengan ruta lain karena molekul yang besar,

iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.

2. Kerugian

Kerugian terapi intravena adalah tidak bisa dilakukan “drug recall” dan

mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensivitas tinggi,

kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan

komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu: kontaminasi mikroba melalui titik

akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis

kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

2.2.4 Lokasi Pemasangan Terapi Intravena

Menurut Potter dan Perry (2005), tempat atau lokasi vena perifer yang

sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer

kutan terletak didalam fasia subkutan dan merupakan akses paling mudah untuk

Page 3: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

9

terapi intravena.Daerah tempat imfus yang memungkinkan adalah permukaan

dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan

bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median

lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena magna, ramus

dorsalis).

Menurut Dougherty, dkk (2010), pemilihan lokasi pemasangan terapi

intravena mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:

1. Umur pasien: misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting

dan mempengaruhi beberapa lama intravena terakhir.

2. Prosedur yang diantisipasi: misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi

tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan, pilih sisi

yang tidak terpengaruh oleh apapun.

3. Aktivitas pasien: misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan tingkat

kesadaran.

4. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering

memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimentasi adalah

sangat mengiritasi vena-vena perifer).

5. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk

memelihara vena, pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati,

rotasi sisi fungsi dari distal ke proksimal (misalnya mulai ditangan dan

pindah ke lengan).

Page 4: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

10

6. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi

dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting, jika sedikit vena

pengganti.

7. Terapi intravena sebelumnya: flebitis sebelumnya membuat vena menjadi

tidak baik untuk digunakan, kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk

(misalnya mudah pecah atau sklerosis).

8. Pembedahan sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada

pasien dengan kelenjar limfe yang telah diangkat (misalnya pasien

mastektomi) tanpa izin dari dokter.

9. Sakit sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien stroke.

10. Kesukaan pasien: jika mungkin, pertimbangkan kesukaan pasien alami untuk

sebelah kiri atau kanan dan juga sisi.

2.2.5 Jenis-Jenis Larutan Intravena

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Potter dan Perry (2005), cairan

intravena (infuse) dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Cairan bersifat isotonis: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati

serum (bagian cair dari komponen darah) sehingga terus berada didalam

pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi

(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki

resiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal

jantung dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan

normal salin/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

Page 5: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

11

2. Cairan bersifat hipotonis: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum

(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam

serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dalam

pembuluh darah kejaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari

osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel

yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada

pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi diuretic, juga pada pasien

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dan ketoasidosis daibetik. Komplikasi

yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam

pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan

tekanan intracranial (dalam otak) pada beberapa orang.

Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

3. Cairan bersifat hipertonis: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,

sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam

pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan

produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya

kontradiktif dengan cairtan hipotonik. Misalnya dektrose 5%, NaCl 45%

hipertonik, dekstrose 5%+ringer-lactat

Page 6: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

12

2.2.6 Komplikasi Pemasangan Terapi Intravena

Menurut Hinlay (2006), komplikasi dari pemasangan infus, yaitu:

1. Flebitis

Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi

ini dikarakteristikan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat

disekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, dan pembengkakan.

2. Infiltrasi

Infiltrasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekeliling

tempat fungsi vena. Infiltrasi ditunjukan dengan adanya pembengkakan

(akibat peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang

menurun) di sekitar area imsersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan

aliran secara nyata.

Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada tempat

yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang dipercaya untuk

memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket diatas atau di daerah

proksimal dari tempat pemasangan infuse dan mengencangkan torniket

tersebut secukupnya untuk mengentikan aliran vena. Jika infuse tetap menetes

meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infiltrasi.

3. Iritasi vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit diatas

area insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH

rendah atau osmolaritas yang tinggi (misalnya: phenytoin, vancomycin,

eritromicyn dan nafciilin).

Page 7: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

13

4. Hematoma

Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan disekitar area

insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang berlawanan

selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai

yang diberikan ketempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan.

Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada

tempat penusukan, dan kebocoran daerah pada tempat penusukan.

5. Tromboflebitis

Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam

vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi,

kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan disekitar area insersi atau

sepanjang vena, imobilisasi aktivitas karena adanya rasa tidak nyaman dan

pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise dan

leukositosis.

6. Trombosis

Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran

infuse berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena,

pelekatan platelet.

7. Oklusi

Oklusi ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol

dinaikkan, aliran balik darah diselang infus, dan tidak nyaman pada area

pemasangan/insersi. Oklusi disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik

darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.

Page 8: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

14

8. Spasme vena

Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat disekitar vena,

aliran berhenti meskipunklem sudah dibuka maksimal. Spasme vena bisa

disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh

obat atau cairan yang mudah mengiritasi vena dan aliran yang teralu cepat.

9. Reaksi vasovagal

Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin,

berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi

vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.

10. Kerusakan syaraf, tendon dan ligamen

Kondisi ini ditandai dengan nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi

otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan

deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tekhnik pemasangan yang tidak tepat

sehingga menimbulkan injuri disekitar syaraf, tendon, dan ligament.

2.2 Konsep Flebitis

2.2.1 Pengertian

Secara sederhana flebitis berarti peradangan vena (Smeltzer & Bare 2002).

Flebitis adalah reaksi inflamasi vena baik yang disebabkan oleh iritasi kimia

maupun mekanik. Flebitis berat hampir selalu diikuti bekuan darah atau

tromboflebitis (Graber, 2010).

Flebitis merupakan peradangan pada tunika intima pembuluh darah vena,

yang sering dilaporkan sebagai komplikasi pemberian terapi infus (INS, 2006).

Page 9: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

15

2.2.2 Tanda dan Gejala

Flebitis mengacu pada temuan klinis seperti nyeri tekan pada daerah isersi

kateter intrvena, nyeri sepanjang kateter intravena, kemerahan sepanjang garis

vena yang ditusuk, pembengkakan dan timbulnya pus pada tempat penusukan, dan

ada atau tanpa adanya peningkatan suhu tubuh (Smletzer & Bare, 2002).

Flebitis berat ditandai dengan adanya peradangan dinding vena dan

biasanya disertai pembentukan bekuan darah, hal ini disebut tromboflebitis

(Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.3 Penyebab

Menurut Darmawan (2008) penyebab flebitis adalah flebitis kimia, flebitis

mekanis dan flebitis bacterial.

1. Flebitis Kimia

a. Jenis cairan infus

Ph dan osmolaritas cairan infuse yang ekstrem selalu diikuti resiko

flebitis tinggi. Ph larutan dekstrosa berkisar antara 3-5, dimana keasaman

diperlukan untuk mencegah karamelisasi desktrosa selama proses

sterilisasi autoklaf, jadi larutan yang mengandung glukosa, asam amino

dan lipid yang digunakan dalam nutrisi parenteral bersifat lebih

flebitogenik dibandingkan normal salin (Darmawan, 2008).

b. Jenis obat yang dimasukkan melalui infus

Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara

lain Kalium Klorida, Vancomicyn, Amphotrecin B, Cephalosporins,

Diazepam, Midazolam dan banyak obat kemoterapi. Larutan infus

Page 10: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

16

dengan osmolaritas > 900 mOs m/L harus diberikan melalui vena sentral.

Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna

dalam pencampuran juga merupakan faktor kontribusi terhadap flebitis

(Darmawan, 2008).

c. Jenis kateter infus

Kateter yang terbuat dari sikikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi

disbanding politetrafluoroetilen (Teflon) karena permukaan lebih halus,

lebih termoplastik dan lentur. Resiko tinggi untuk flebitis dimiliki kateter

yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen (Darmawan, 2008).

2. Flebitis Mekanis

a. Lokasi pemasangan infus

Penempatan kanula pada vena proksimal sangat dianjurkan untuk larutan

infuse denhan osmolaritas > 500 mOs m/L. Misalnya Dextrose 5%, Nacl

0.9%, produk darah, dan albumin. Hindarkan vena pada punggung tangan

jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut, karena akan mengganggu

kemandirian lansia (Darmawan, 2008).

b. Ukuran kanula

Flebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kanula. Kanula yang

dimasukkan pada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis.

Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukruan vena dan difiksasi

dengan baik (Darmawan, 2008).

Page 11: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

17

3. Flebitis Bakterial

a. Teknik pencucian tangan yang buruk

Infeksi dirumah sakit dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang

didapat dari orang lain (cross infection). Oleh karena itu perlu usaha

pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi dengan meningkatkan

perilaku cuci tangan yang baik (Darmawan, 2008).

b. Teknik aseptik tidak baik

Faktor yang paling dominan menimbulkan kejadian flebitis adalah

perawat pada saat melaksanakan pemasangan infuse tidak melaksanakan

tindakan aseptic dengan baik dan sesuai dengan standar operasional

prosedur (Darmawan, 2008).

c. Teknik pemasangan kanula yang buruk

Tindakan penatalaksanaan infus yang buruk, pasien akan terpapar pada

resiko terkena infeksi nosokomial berupa flebitis (Darmawan, 2008).

d. Lama pemasangan kanula

Kontaminasi infus dapat terjadi selama pemasangan kateter intravena

sebagai akibat dari cara kerja yang tidak sesuai prosedur serta pemakaian

yang terlalu lama. The Center for Disease Control and Prevention

menganjurkan penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi

potensi infeksi (Darmawan, 2008).

e. Perawatan infus

Perawatan infus bertujuan untuk mempertahankan tekhnik steril,

mencegah masuknya bakteri kedalam aliran darah, pencegahan/

Page 12: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

18

meminimalkan timbulnya infeksi, dan memantau area insersi sehingga

dapat mengurangi kejadian flebitis (Darmawan, 2008).

f. Faktor pasien

Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup usia,

jenis kelamin dan kondisi dasar (yaitu diabtes melitus, infeksi, luka

bakar) (Darmawan, 2008).

Berikut merupakan skala flebitis untuk menetukan derajat keparahan

flebitis.

Tabel 2.1 VIP Score (Visual Infusion Phlebitis Score) oleh Andrew Jackson

Sko

rKeadaan Area Penusukan Penilaian

0 Tempat suntikan tampak sehat Tak ada tanda flebitis

1 Salah satu dari tanda berikut jelas :

a. Nyeri area penusukan

b. Adanya eritema di area

penusukan

Mungkin tanda dini

flebitis

2 Dua dari tanda berikut jelas :

a. Nyeri area penusukan

b. Eritema

c. Pembengkakan

Stadium dini flebitis

3 Semua dari berikut jelas :

a. Nyeri sepanjang kanula

b. Eritema

Stadium moderat flebitis

Page 13: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

19

c. Pembengkakan

4 Semua dari berikut jelas :

a. Nyeri sepanjang kanula

b. Eritema

c. Indurasi

d. Vena teraba keras

Stadium lanjut atau awal

tromboflebitis

5 Semua dari berikut jelas :

a. Nyeri sepanjang kanula

b. Eritema

c. Pembengkakan

d. Vena teraba keras

e. Pireksia

Stadium lanjut

tromboflebitis

Sumber: Infusion Nursing Society, 2006

2.2.4 Pencegahan Flebitis

Menurut Darmawan (2008), pencegahan flebitis adalah:

1. Mencegah flebitis bacterial: Pedoman ini menekankan kebersihan tangan,

teknik aseptic, perawatan daerah infuse serta antisepsis kulit.

Walaupun lebih disukai sediaan Chlorhexidine 2%, Tinctura Yodium,

Iodofor atau alcohol 70% juga bisa digunakan.

2. Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptic: Stopcock

sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan obat atau pemberian infuse

IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang

potensial kedalam tubuh.

Page 14: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

20

3. Rotasi kanula: Mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral

setiap hari ada 15 pasien menyebabkan bebas flebitis.

4. Balutan aseptic (aceptic dressing)

Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah flebitis. Kasa steril diganti

setiap 24 jam.

5. Laju pemberian

Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infuse larutan hipertonik

diberikan makin rendah resiko flebitis. Namun, ada paradigma berbeda

untuk pemberian infuse obat injeksi dengan osmolaritas tinggi.Osmolaritas

boleh mencapai 1000 mOs/mL jika durasi hanya beberapa jam. Durasi

sebaiknya kurang dari 3 jam untuk mengurangi waktu kontak campuran

yang iritatif dengan dinding vena. Ini membutuhkan kecepatan pemberian

tinggi (150-330 mL/jam. Vena perifer yang paling besar dan kateter yang

sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai laju infus yang

diinginkan, dengan filter 0.45 mm. Kanula harus diangkat bila terlihat

tanda dini nyeri atau kemerahan. Infus relative cepat ini lebih relevan

dalam pemberian infuse juga sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan

maintenance atau nutrisi parenteral.

6. Titrasi Keasaman

Titrasi keasaman dari suatu larutan infuse tidak pernah dipertimbangkan

dalam kejadian flebitis. Tritasi keasaman mengukur jumlah alkali yang

dibutukan untuk menetralkan pH dalam larutan infuse. Potensi flebitis dari

larutan tidak bisa ditaksir hanya berdasarkan pH atau titrasi keasaman

Page 15: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

21

sendiri. Bahkan pada pH larutan infus. Potensi flebitis dari larutan infuse

tidak bisa ditaksir hanya berdasarkan pH atau titrasi keasaman sendiri.

Bahkan pada pH atau titrasi keasaman sendiri.

Bahkan pada pH 4,0 larutan glukosa 10% jarang meneyebabkan perubahan

karena titrasi keasaman nya sangat rendah (0,16 mEq/L). Dengan

demikian makin rendah titrasi keasaman larutan infuse makin rendah

resiko flebitisnya.

7. Heparin dan hidrokortison

Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan infuse sampai kadar akhir 1

unit m/L, mengurangi masalah dan menambah waktu pasang kateter.

Resiko flebitis yang berhubungan dengan pemberian cairan tertentu (misal

kalium, klorida, lidocaine dan antimicrobial) juga dapat dikurangi dengan

pemberian aditif IV tertentu, seperti hidrokortison. Pada uji klinis dengan

pasien penyakit koroner, hidrokortison secara bermakna mengurangi

kekerapan flebitis, tetapi penggunaan heparin pada larutan yang

mengandung lipid dapat disertai dengan pembentukan endapan kalsium.

8. In-line filter

In-line filter dapat mengurangi kekerapan flebitis tetapi tidak ada data

yang mendukung efektivitasnya dalam mencegah infeksi yang terkait

dengan alat intrvaskular dan sistem infuse (Darmawan, 2008).

Page 16: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

22

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Flebitis

1. Faktor Internal

a. Usia

Kategori usia menurut Depkes RI (2009): masa balita : 0 – 5 tahun, masa

kanak-kanak : 5 – 11 tahun, masa remaja awal : 12 – 16 tahun, masa

remaja akhir : 17 – 25 tahun, masa dewasa awal : 26 – 35 tahun, masa

dewasa akhir : 36 – 45 tahun, masa lansia awal : 46 – 55 tahun, masa

lansia akhir : 56 – 65 tahun, dan masa manula > 65 tahun.

Pertahanan terhadap infeksi dapat berubah sesuai usia. Pada usia lanjut (>

60 tahun) vena menjadi rapuh, tidak elastis dan mudah hilang (kolaps),

pasien anak vena yang kecil dan keadaan yang banyak bergerak dapat

mengakibatkan kateter bergeser dan hal ini yang menyebabkan flebitis.

b. Jenis Kelamin

Menurut Tully, et al (1981) ; Tager, et al (1993) ; Maki dan Ringer

(1991) ; Dibble, et al (1991) dalam Campbell (1998) menemukan bahwa

jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap kejadian flebitis, dimana

jenis kelamin perempuan meningkatkan resiko terjadinya flebitis.

c. Status gizi

Pada pasien dngan gizi buruk mempunyai vena tipis sehingga mudah

rapuh, selain itu pada gizi buruk daya tahan tubuhnya kurang sehingga

jika terjadi luka mudah terkena infeksi.

Untuk menilai keadaan gizi pasien dapat menggunakan rumus Indeks

Massa Tubuh adalah: Berat badan (dalam Kg) / tinggi badan (dalam cm)

Page 17: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

23

Kriteria penilaian :

1) Obesitas tipe 2 (>30)

2) Obesitas tipe 1 (25 s/d <30)

3) Overweight (23 s/d <25)

4) Normal (18,5 s/d <23)

5) Underweight (<18,5)

d. Stres

Tubuh berespon terhadap stres dan emosi fisik melalui adaptasi imun.

Rasa takut akan ceder tubuh dan nyeri serig terjadi pada anak-anak,

konsekuensi rasa takut ini dapat mendalam dimana anak-anak yang

mengalami rasa takut dan nyeri karena pengobatan akan merasa lebih

takut terhadap nyeri dan cenderung menghindar perawatan medis, dengan

menghindari pelaksanaan pemasangan infus/berontak saat dipasang

sehingga menyebabkan flebitis karena pemasangan yang berulang dan

respn imun yang menurun.

e. Keadaan Vena

Vena yang sering mengalami pemasangan infus mudah terkena flebitis.

f. Jenis penyakit

Setiap pasien yang dirawat dirumah sakit umumnya mengalami

penurunan kekebalan tubuh baik disebabkan karena penyakitnya maupun

karena efek dari pengobatan.

Riwayat penyakit seperti pembedahan, luka bakar, gangguan kardio

vaskuler, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan persyarafan,

Page 18: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

24

dan juga keganasan dapat menimbulkan masalah keseimbangan cairan,

elektrolit, dan asam basa. Semua kondisi tersebut membutuhkan terapi

intravena baik sebagai terapi utama maupun sebagai akses medikasi.

Pemberian terapi intravena dapat menimbulkan resiko terjadinya infeksi,

termasuk flebitis, karena adanya portal the entry and exit yang

merupakan akses masuknya mikroorganisme kedalam tubuh jika tidak

dilakukan tindakan pencegahan yang adekuat ( Potter & Perry, 2005).

g. Kepatuhan Pasien

Kepatuhan atau ketaatan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara

pengobatan atau perilaku yang disarankan oleh dokter dan orang lain.

2. Faktor Eksternal

a. Jenis cairan (faktor kimiawi)

Osmolaritas dan Ph cairan infus yang tinggi selalu diikuti oleh resiko

flebitis. Mikropartikel yang erbentuk bila partikel obat tidak larut

sempurna selama pencampuran juga merupakan faktor kontribusi

terhadap flebitis.

b. Lokasi pemasangan (faktor mekanis)

Flebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kateter. Pada penempatan

kateter yang baik akan diperhatikan : bahan (resiko tinggi untuk flebitis

dimiliki kateter dengan bahan yang terbuat dari polivinil klorida), ukuran

kateter (ukuran kateter harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan

difiksasi dengan baik), lokasi pemasangan : Vena metakarpal, Vena

sefalika, Vena basilika, Vena sefalika mediana, Vena basilika mediana,

Page 19: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

25

Vena antebrakial mediana (dalam pemasangan diperlukan skill yang

memadai dan pemilihan lokasi perlu diperhatikan dimana kateter yang

dipasang pada daerah lekukan sering mengakibatkan phlebitis bila pasien

banyak gerak), dan lama pemasangan.14) The Centers for Disease

Control and Intravenous Nurses Society menganjurkan penggantian

kateter secara rutin tiap 72-96 jam untuk membatasi potensi terjadinya

phlebitis.

Weinstein (2007) dalam Daugherty (2008) mengatakan bahwa vena

sefalika merupakan vena dengan ukuran besar. Berdasarkan ukuran dan

posisinya, maka vena ini dapat menjadi pilihan terbaik untuk pemberian

transfusi karena ukuran venanya siap untuk mengakomodasi kateter yang

berukuran besar, dan berdasarkan posisinya yang berada dilengan bawah.

Vena metakarpal merupakan vena yang mudah diakses dan dapat dilihat

serta di palpasi. Vena ini sangat baik untuk kanulasi karena posisi kateter

akan datar, dan vena metakarpal ini memberikan bebat alami (Weinstein

2007 dalam Daugherty 2008). Tetapi vena ini dikontraindikasikan pada

lansia karena turgor kulit sudah berkurang dan kehilangan lapisan

subkutan, sehingga membuat vena kurang stabil, vena lebih rapuh, serta

distensi vena yang menurun (Handaway 2001, dalam Daugherty 2008).

2.3 Aseptic Dressing (Faktor Bakterial)

Faktor yang berkontribusi terhadap adanya phlebitis bakterial salah

satunya adalah teknik aseptik dressing yang tidak baik. Pendeteksian dan penilain

phlebitis bisa dilakukan dengan cara melakukan aseptik dressing. Menurut Lee

Page 20: BAB II Flebitis mau ambik bayar dulu

26

KE (2000), perawatan infus dilakukan tiap 24 jam sekali guna melakukan

pendeteksian dan penilaian adanya phlebitis akibat infeksi kuman, sehingga

kejadian phlebitis dapat dicegah dan diatasi secara dini. Daerah insersi pada

pemasangan infus merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh,

dengan perawatan infus tiap 24 jam dapat memutus perkembangbiakan daripada

kuman (Zahra, 2010). Menurut Joanne (1998), phlebitis bisa disebabkan karena

timbulnya kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode

tertentu. Penggantian balutan yang jarang dan tidak teratur dilakukan

mengakibatkan kurangnya observasi pada lokasi pemasangan dan pemutusan

perkembangbiakan kuman terjadi lebih lama sehingga kurang perhatian pada

gejala awal dari phlebitis