pemberdayaan pos pelayanan terpadu desa … filepembangunan kesehatan masyarakat desa. pelayanan...
TRANSCRIPT
Spirit Publik Volume 9, Nomor 1 Halaman: 1 - 14
ISSN. 1907 - 0489 Oktober 2014
1
PEMBERDAYAAN POS PELAYANAN TERPADU DESA KRASAK
Herwan Parwiyanto, Didik Gunawan Suharto, Kristina Setyowati Ilmu Administrasi Negara, FISIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] / 081548550550
( Diterima tanggal 8 Pebruari 2014 , disetujui 21 Pebruari 2014)
ABSTRACT
Capacity building is a series of strategies aimed at institutional strengthening in order to improve performance by focusing on improving the quality of human resources. Governance approach is collaboration, partnership and networking among elements of the state, the private sector, and civil society. Capacity building approach is intended to improve the capacity of the current Integrated Service Post (Posyandu), whereas governance approach is intended to achieve a partnership between the Integrated Service Post (Posyandu), the government (health centers / rural), and the private sector (companies).
A. PENDAHULUAN
Desa Krasak merupakan salah satu
dari 13 desa yang ada di wilayah
Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.
Terletak di sebelah utara dengan jarak 5
kilometer dari ibukota kecamatan,
berbatasan dengan:
(1) sebelah utara : Desa Glintang
(Kecamatan Sambi)
(2) sebelah timur : Desa Gumukrejo
(3) sebelah selatan : Desa Tawangsari
(4) sebelah barat : Desa Dlingo
(Kecamatan Mojosongo)
Desa Krasak termasuk kategori
terbelakang. Kondisi ini, dapat dilihat dari
tingginya jumlah keluarga yang berada
dalam garis kemiskinan.
Dari 765 kepala keluarga (KK) yang ada,
sebanyak 449 KK atau setara 58,6 persen
terdata sebagai keluarga miskin.
Desa Krasak memiliki jumlah
penduduk keseluruhan sebanyak 2.604
orang, terdiri dari 1.288 orang laki-laki dan
1.316 orang perempuan. Struktur
pendidikan penduduk Desa Krasak
mengelompok pada jenjang tamat SLTP
dan SLTA sederajat. Penduduk yang telah
menamatkan pendidikan tinggi
(diploma/strata) masih sangat kecil (55
orang). Kondisi tingkat pendidikan
penduduk Desa Krasak sebanding dengan
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
keterbatasan sarana pendidikan di desa
tersebut. Di Desa Krasak hanya terdapat 2
SD/MI dan 2 Taman Kanak-kanak.
Mata pencaharian mayoritas
penduduk Desa Krasak di bidang pertanian
(petani dan buruh tani) sebanyak 300
Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 1 – 14
2
orang. Karakteristik penduduk sebagian
besar sebagai petani penggarap sawah
tadah hujan/tegalan di musim hujan,
sedang di musim kemarau lebih banyak
merantau berjualan sebagai pedagang atau
bekerja di sektor informal lain, terutama
buruh bangunan. Sebagian yang lain
bekerja sebagai buruh pabrik.
Status sosial ekonomi masyarakat
yang rata-rata masih menengah ke bawah,
serta kondisi sarana/prasarana desa yang
masih memprihatinkan berdampak pada
pembangunan kesehatan masyarakat desa.
Pelayanan kesehatan masyarakat desa
belum optimal untuk mendukung budaya
hidup sehat di kalangan masyarakat.
Padahal, perwujudan kesehatan masyarakat
akan mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia.Satu-satunya pelayanan kesehatan
yang berada di desa dilakukan oleh PKD
(Poliklinik Kesehatan Desa) yang
ditangani oleh satu orang bidan desa.
Wahana masyarakat untuk
memberikan dukungan pelayanan
kesehatan (khususnya promotif/preventif)
yang kondisinya saat ini juga mengalami
kumunduran adalah Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Posyandu merupakan
kegiatan dari, oleh, dan untuk masyarakat
sebagai salah satu bentuk unit pelayanan
kesehatan yang berbasis pada masyarakat
guna pengembangan sumber daya manusia
secara dini. Pada tataran ideal, Posyandu
harus mampu melaksanakan kegiatan-
kegiatan dengan optimal. Sebagian
kegiatan Posyandu di sektor kesehatan dan
keluarga berencana, antara lain yaitu:
(1) Sektor kesehatan: penimbangan
bayi/balita, pemberian imunisasi,
pemeriksaan ibu hamil (Bumil), ibu
meneteki (Buteki), ibu nifas (Bufas),
pelayanan gizi, penyuluhan
kesehatan, pengobatan umum,
program penanggulangan penyakit
menular, pelayanan KB, dan
pemeriksaan gigi.
(2) Sektor keluarga berencana:
penyiapan akseptor KB dan
penyuluhan KB
Untuk menilai tingkatan Posyandu
berdasar kegiatannya, dibagi menjadi
empat kriteria: pratama, madya, purnama,
dan mandiri. Klasifikasi tingkatan
Posyandu tersebut dinilai menurut
intensitas kegiatan yang meliputi:
pemantauan pertumbuhan Balita,
pemantauan dan pembinaan perkembangan
Balita, pembinaan kesehatan ibu hamil,
pelacakan dan rujukan Balita gizi buruk,
jumlah kader gizi/Posyandu, mobilisasi
dana masyarakat, sarana dan prasarana
Posyandu, pelaksanaan taman gizi, peran
lintas sektor, dan dana sehat. Semakin
tinggi/besar cakupan atau intensitas dari
setiap kegiatan, maka semakin tinggi
tingkatan Posyandu.
Dengan melihat tingkatannya,
dapat dinilai sejauh mana perkembangan
Herwan Parwiyanto, Didik G. Suharto, Kristina Setyowati : :Pemberdayaan Pos Pelayanan Terpadu Desa Krasak
3
Posyandu yang bersangkutan. Posyandu
yang ideal dan menjadi harapan ialah
Posyandu yang memiliki kriteria mandiri.
Eksistensi Posyandu di Desa Krasak dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1 Karakteristik Posyandu Desa Krasak
No. Nama Lokasi Strata Keterangan
1 Teratai Dk. Kalicebong Madya Jumlah Balita: 50, Bumil: 3 Jumlah Kader: 4
2 Dahlia Dk. Babadan Madya Jumlah Balita: 35, Bumil: 3 Jumlah Kader: 5
3 Mawar Dk. Krasak Madya Jumlah Balita: 34, Bumil: 3 Jumlah Kader: 5
4 Anggrek Dk. Jering Madya Jumlah Balita: 38, Bumil: 3 Jumlah Kader: 6
5 Kenanga Dk. Kr.pilang Madya Jumlah Balita: 13, Bumil: - Jumlah Kader: 5
6 Melati Dk. Kr.mojo Madya Jumlah Balita: 22, Bumil: - Jumlah Kader: 5
Sumber: Bidan Desa Krasak
Dari tabel di atas dapat diketahui
bahwa seluruh Posyandu di Desa Krasak
memiliki strata “madya”. Dalam beberapa
tahun belakangan ini, perkembangan
beberapa Posyandu mengalami
kelambanan, bahkan ketersendatan akibat
kekurangberdayaan. Persoalan yang
dihadapi Posyandu di Desa Krasak
meliputi:
1. Kuantitas dan kualitas kegiatan
Posyandu tidak bisa berkembang. Di
sejumlah Posyandu kegiatan rutin
bulanan cenderung berjalan apa
adanya. Misalnya, Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Balita
dan Ibu Hamil jarang dilakukan.
2. Keterbatasan pengetahuan kesehatan
dari kader/masyarakat. Posyandu
yang tidak berdaya terutama
disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan kader/masyarakat dalam
hal pengetahuan kesehatan; seperti
pengetahuan tentang penyakit, gizi,
dan sanitasi.
3. Kelemahan kemampuan manajerial
(soal kemampuan mengelola
Posyandu).
4. Keterbatasan anggaran, sehingga
operasional Posyandu terhambat.
Selama ini anggaran Posyandu di
Desa Krasak hanya diperoleh dari
Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar
Rp. 120 ribu/tahun/Posyandu.
5. Keterbatasan sarana/prasarana yang
dimiliki Posyandu. Sarana/prasarana
yang sangat minim berakibat
pelayanan dan operasionalisasi
Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 1 – 14
4
Posyandu tidak maksimal. Sebagai
contoh: kondisi mebelair Posyandu
yang hanya mempunyai meja,
sedangkan kursi meminjam dari
warga setempat.
6. Partisipasi warga yang rendah.
Keterbatasan kinerja Posyandu
berakibat partisipasi masyarakat
rendah. Masyarakat kurang antusias
terhadap kegiatan Posyandu karena
kegiatan Posyandu yang apa adanya.
Faktor-faktor penyebab
ketidakberdayaan Posyandu tersebut dapat
didekati dari dua aspek, persoalan
kapasitas manajerial dan kapasitas
pemahaman teknis kesehatan kader. Aspek
manajerial adalah terkait dengan
bagaimana meningkatkan kapasitas
manajerial kelembagaan Posyandu.
Sedangkan aspek pemahaman teknis
kesehatan kader terkait dengan bagaimana
pengetahuan kader tentang dasar-dasar
kesehatan masyarakat, terutama kesehatan
ibu dan anak.
Peningkatan kualitas Posyandu
secara teoritis dapat berkontribusi untuk
meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya dalam
mempromosikan program kesehatan.
Posyandu menjadi wahana efektif dalam
menyampaikan program P2TB, program
P2DBD, program kesehatan mata, program
PKD (Poliklinik Kesehatan Desa), dan
program kesehatan masyarakat lainnya.
B. PERMASALAHAN MITRA
Berdasarkan uraian sebelumnya,
permasalahan yang dihadapi mitra
(Posyandu) dapat didekati dari aspek
kapasitas manajerial dan aspek kapasitas
pemahaman teknis kesehatan kader. Aspek
manajerial adalah terkait dengan
bagaimana meningkatkan kapasitas
manajerial kelembagaan Posyandu.
Sedangkan aspek pemahaman teknis
kesehatan kader terkait dengan bagaimana
pengetahuan kader tentang dasar-dasar
kesehatan masyarakat, terutama kesehatan
ibu dan anak.
Dengan demikian persoalan prioritas
yang ditentukan dari aspek manajerial dan
aspek pemahaman teknis kesehatan kader
tersebut meliputi: bagaimana
meningkatkan kapasitas kader dalam
pengelolaan kelembagaan Posyandu
(khususnya pengelolaan kegiatan,
sarana/prasarana, dan dana operasional);
serta bagaimana kapasitas pengetahuan
kesehatan dasar kader sebagai pelopor,
fasilitator, dan motivator dalam
mendukung promosi kesehatan
masyarakat. Kedua aspek itu menjadi
sumber persoalan dalam memberdayakan
Posyandu secara berkelanjutan.
Peningkatan kapasitas manajerial dan
kapasitas pemahaman teknis kesehatan
kader diharapkan menjadi solusi atas
permasalahan yang ada.
Herwan Parwiyanto, Didik G. Suharto, Kristina Setyowati : :Pemberdayaan Pos Pelayanan Terpadu Desa Krasak
5
C. SOLUSI YANG DITAWARKAN
Metode yang ditawarkan untuk
menyelesaikan persoalan kapasitas
manajerial dan kapasitas pemahaman
teknis kesehatan kader tersebut adalah
dengan mengadopsi pendekatan capacity
building dan pendekatan governance.
Capacity building merupakan
serangkaian strategi yang ditujukan dalam
rangka penguatan kelembagaan untuk
meningkatkan kinerja dengan memusatkan
perhatian pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia, perbaikan
sarana/prasarana, dan peningkatan
pendanaan. Pendekatan governance
merupakan kolaborasi, kemitraan, dan
jejaring antar elemen-elemen negara,
sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Pendekatan capacity building
dimaksudkan untuk meningkatkan
kapasitas Posyandu saat ini, sedangkan
pendekatan governance dimaksudkan
untuk mewujudkan kemitraan antara
Posyandu, pemerintah (Puskesmas/desa),
dan sektor privat (perusahaan) yang
diarahkan untuk menjamin
kesinambungan/keberlanjutan
(sustainability) pengembangan Posyandu
di masa depan.
Metode pendekatan tersebut untuk
menyelesaikan persoalan dalam kurun
waktu realisasi program IbM (8 bulan).
Kerangka pemikiran program pengabdian :
PUSKESMAS/ DESA PERUSAHAAN UNS
POSYANDU “MADYA”
POSYANDU “PURNAMA”
PUSKESMAS/ DESA PERUSAHAAN
Capacity building & menjalin kemitraan
Tahap Pengabdian
Pasca Pengabdian (Keberlanjutan)
Kemitraan Kemitraan
Kemitraan
Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 1 – 14
6
Secara terstruktur, tahapan kegiatan dan jadwal penelitian disampaikan sebagai
berikut:
Tabel 2 Tahapan Kegiatan Pengabdian
No Kegiatan Tujuan Partisipasi Mitra
1 Need assesment a. Penyamaan persepsi b. Memotret kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dari institusi mitra
c. Perencanaan pengembangan kegiatan
a. Menyamakan persepsi b. Melakukan orientasi
diri c. Merencanakan
pengembangan kegiatan bersama tim UNS
2 Pengembangan kapasitas lembaga
a. Meningkatkan pengetahuan manajemen organisasi
b. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan teknis
c. Meningkatkan sarana/prasarana dan kuantitas/kualitas kegiatan
Sebagai peserta aktif
3 Pengembangan kemitraan
a. Menjalin kemitraan antara Posyandu dengan Puskesmas dan Perusahaan
b. Tersusunnya kaji tindak kemitraan antara Posyandu dengan Puskesmas dan Perusahaan
Sebagai peserta aktif
4 Monitoring dan evaluasi
a. Memperoleh hasil pengamatan
b. Merumuskan permasalahan dan solusi atas permasalahan tersebut
a. Melakukan evaluasi diri b. Pelaku aktif dalam
melakukan perbaikan
D. TARGET LUARAN
Luaran yang ditargetkan dalam pengabdian
masyarakat di Desa Krasak ini adalah :
1. Metode/pola untuk mengembangkan
kapasitas manajerial dan
pengetahuan teknis kesehatan dasar
kader Posyandu. Dampak yang
diharapkan adalah pengembangan
kapasitas kelembagaan Posyandu
(khususnya kualitas SDM kader, perbaikan
sarana/prasarana, dan peningkatan dana
operasional) sehingga dapat mendukung
keberlanjutan pemberdayaan Posyandu.
Herwan Parwiyanto, Didik G. Suharto, Kristina Setyowati : :Pemberdayaan Pos Pelayanan Terpadu Desa Krasak
7
2. Jasa, terutama dalam bentuk
pemberian fasilitasi untuk
meningkatkan kualitas SDM kader.
Luaran tersebut pada prinsipnya ditujukan
untuk meningkatkan kinerja Posyandu
sehingga akan memberdayakan Posyandu
menuju tingkatan Posyandu “purnama”,
yang dinilai menurut intensitas kegiatan :
pemantauan pertumbuhan Balita,
pemantauan dan pembinaan perkembangan
Balita, pembinaan kesehatan ibu hamil,
pelacakan dan rujukan Balita gizi buruk,
jumlah kader gizi/Posyandu, mobilisasi
dana masyarakat, sarana dan prasarana
Posyandu, pelaksanaan taman gizi, peran
lintas sektor, dan dana sehat. Lebih rinci,
tujuan pengabdian ini adalah untuk: (1)
Meningkatkan kemampuan manajerial
(pengelolaan) kader Posyandu; (2)
Meningkatkan pengertian/wawasan dasar
kader tentang ilmu kesehatan masyarakat;
(3) Mengembangkan jejaring kerjasama
antara Posyandu, pemerintah, dan sektor
privat (perusahaan); (4) Meningkatkan
perhatian akademisi terhadap
pemberdayaan Posyandu; dan (5)
Meningkatkan pengembangan IPTEKS,
terutama Ilmu Administrasi Publik.
E. HASIL & PEMBAHASAN
KEGIATAN
Kegiatan Pengabdian Masyarakat di
Desa Krasak Kecamatan Teras Kabupaten
Boyolali dilaksanakan pada tanggal 17
Oktober 2013. Diikuti oleh seluruh kader
Posyandu aktif sejumlak 32 kader dari
seluruh Posyandu di desa Krasak.
Pembekalan para kader Posyandu tersebut
meliputi :
1. Capacity building
Menurut Grindel capacity building
didefinisikan sebagai “serangkaian strategi
yang ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari
kinerja pemerintahan, dengan memusatkan
perhatian pada pengembangan dimensi
sumber daya manusia, penguatan
organisasi, reformasi kelembagaan atau
lingkungan” (Keban, 1999).
Adapun hal-hal yang kiranya perlu
diperhatikan oleh Posyandu adalah
bagaimana membangun kapasitas
kelembagaan yang mencakup beberapa
aspek, terutama dalam pengembangan
organisasi dan manajemen; dan
pengembangan sumber daya manusia.
a. Pengembangan Organisasi dan
Manajemen
Tantangan kelembagaan Posyandu
diantaranya adalah bagaimana
menciptakan harmonisasi, sinkronisasi,
koordinasi, integrasi, dan pengawasan
terhadap kegiatan yang dilakukan seluruh
stakeholders. Penyempurnaan
kelembagaan dilakukan melalui pembuatan
struktur Posyandu yang lebih longgar dan
Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 1 – 14
8
fleksibel, yang memungkinkan semua
pihak terlibat dan meningkat kapasitasnya
serta mampu melaksanakannya. Struktur
yang bersifat terbuka dan berinteraksi
dengan lingkungannya, akan membuat
organisasi lebih dinamis dan berkelanjutan
melangsungkan kehidupannya. Menurut
Saxena (dalam Effendi, 1989), struktur
yang organis adaptif mempunyai pola
hubungan yang lebih longgar dan terbuka
terhadap pengaruh dari luar. Partisipasi
dalam perumusan tujuan menjadi lebar,
sehingga terbuka kesempatan luas untuk
keterlibatan dari bawah (bottom-up)
maupun dari atas (top-down).
Diharapkan dengan sistem terbuka,
Posyandu akan lebih mengedepankan
kekuatan organisasi, yang bercirikan
kebersamaan (socialized power) melalui
kegiatan konsultatif, partisipatif,
koordinatif, kooperatif, dan berdasarkan
sistem organisasi dan manajemen yang
rasional dan netral. Dalam menciptakan
suasana dengan iklim kerjasama yang
kondusif di dalam organisasi, kiranya perlu
diperhatikan Cooperate Strategis Alliance
(CSA), yang mengedepankan beberapa hal
:
1) pimpinan harus mampu mewujudkan
respek dari semua komponen yang ada di
dalam kebersamaan, untuk saling mengisi,
atau mengimbangi sebagai kekuatan
organisasi; 2) organisasi harus mampu
menciptakan suasana keterbukaan, dengan
mengembangkan dan mengedepankan
sistem komunikasi yang bersifat langsung;
3) organisasi harus mampu
mengembangkan suasana kerjasama
dengan didukung adanya saling
kepercayaan antara satu dengan lainnya;
4) organisasi harus mengembangkan dan
menciptakan sistem kerjasama yang
memberikan adanya kesempatan yang
sama di dalam merasakan manfaat yang
diberikan organisasi kepada individu.
b. Pengembangan Sumber Daya
Manusia
Sumber daya manusia merupakan
aset organisasi yang paling berharga, dan
ini sudah diakui kebenarannya di banyak
literatur. Pencapaian tujuan dalam
organisasi amat dipengaruhi oleh kekuatan
sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Pelaksanaan pemerintahan
dengan berbagai aspeknya sangat
tergantung pada kualitas SDM sebagai
pelaksananya. Penyelenggaraan
pendidikan dan latihan dimaksudkan
sebagai proses pengembangan ketenaga
kerjaan dalam memberikan profil
pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan personil, baik untuk masa
sekarang maupun masa mendatang. Lebih
lanjut, pendidikan dan latihan (diklat) juga
dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan memadukan teori ilmiah
dengan pengalaman yang diperoleh dalam
praktek di lapangan, termasuk di dalamnya
Herwan Parwiyanto, Didik G. Suharto, Kristina Setyowati : :Pemberdayaan Pos Pelayanan Terpadu Desa Krasak
9
peningkatan kemampuan menerapkan
teknologi tepat guna untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
Melalui pengembangan organisasi
dan manajemen serta pengembangan
sumber daya manusia diharapkan kapasitas
kelembagaan Posyandu dapat meningkat.
Pengembangan organisasi dan manajemen
mencakup upaya internal dalam
memperbaiki kualitas sarana/prasarana dan
pengelolaan dana operasional, serta upaya
eksternal dalam menjalin kemitraan
dengan Puskesmas dan Perusahaan.
2. Governance
Konsep governance berhubungan
dengan format negara yang terbuka dan
inklusif yang membuka interaksi intensif
dengan pelaku bisnis dan komponen civil
society. Dalam pandangan Bank Dunia,
governance dimaknai sebagai
“penggunaan kekuasaan politik
untuk mengatur dan mengelola bangsa.”
Laporan tahunan Bank Dunia tahun 1989
menekankan pentingnya legitimasi
politik dan konsensus bagi proses-
proses pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam rangka membangun konsensus
itu, aktor - aktor dari kelompok bisnis,
pemerintah maupun civil society harus
dikelola secara sinergis. Sementara,
peran negara di sini tidak lagi hanya
menjalankan fungsi-fungsi regulatif,
melainkan hanya menjalankan fungsi
fasilitatif. Dengan demikian, governance
menurut versi Bank Dunia hanya bisa
ditegakkan dengan jalan melibatkan
aktor-aktor non negara seluas-luasnya
dan dengan membatasi intervensi
pemerintah.
Dalam konsepsi UNDP, prinsip-prinsip
partisipasi, transparansi, akuntabel, rule
of law, responsif, berorientasi pada
konsensus, equity serta inclusiveness
menjadi pondasi penting bagi tegaknya
governance (Pratikno, 2005).
Ada beberapa dimensi penting yang
menjadi ciri governance : pertama, dimensi
kelembagaan. Governance adalah sebuah
sistem administrasi yang melibatkan
banyak pelaku (multi stakeholders), baik
dari pemerintah maupun dari luar
pemerintah. Tidak mengherankan jika
Frederickson (1997) misalnya mengatakan
bahwa ”the first and the most important
evident meaning of governance as public
administration is that it describes a wide
range of types of organization and
institutions that are linked together and
engaged in public activities.” Kedua, nilai
yang menjadi dasar dalam penggunaan
kekuasaan. Dalam administrasi publik
yang tradisional, efisiensi dan efektivitas
menjadi nilai utama yang ingin
diwujudkan. Gerakan administrasi publik
publik baru (new public administration)
yang muncul pada 1970-an telah
mengkritisi hal ini dengan menawarkan
Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 1 – 14
10
nilai baru, seperti : keadilan publik,
kebebasan, dan kemanusiaan. Ketiga,
dimensi proses. Yang mencoba
menjelaskan bagaimana berbagai publik
dan lembaga memberikan respon terhadap
berbagai masalah publik yang muncul di
lingkungannya. Ilmuwan administrasi
publik lain seperti Garvey (1993), Behn
(1991), dan Dilulio (1994) juga
menjelaskan proses governance tidak lebih
daripada proses kebijakan untuk merespon
masalah-masalah publik yang melibatkan
banyak pelaku, pemerintah dan non
pemerintah.
Reformasi administrasi publik
merupakan agenda yang mendesak untuk
dituntaskan. Selain sebagai upaya untuk
memperbaiki sistem administrasi publik
Indonesia yang masih jauh dari harapan,
reformasi administrasi publik juga telah
menjadi tuntutan, tantangan, dan peluang
dalam tatanan regional dan global. Good
governance merupakan tujuan akhir dari
reformasi administrasi. Sebuah sistem
pemerintahan yang baik memfasilitasi
representasi (perwakilan) demokratis dan
meliputi struktur dan proses yang
diperlukan untuk menunjukkan atribut
pertanggungjawaban, transparansi,
kepekaan, efektivitas, efisiensi,
inklusivitas, kewajaran, aksesibilitas,
partisipasi, dan kemampuan untuk
mengikuti kaidah hukum. Reformasi
administrasi publik dimaksudkan untuk
menunjukkan karakteristik tersebut, oleh
karenanya, merupakan suatu bagian yang
utuh dari pemerintahan yang baik.
Governance hanya akan terwujud
jika muncul kolaborasi, kemitraan, dan
jejaring antar elemen-elemen governance,
yaitu negara, sektor swasta dan masyarakat
sipil. Jejaring menjadi ciri penting dari
pengembangan organisasi modern saat ini,
baik organisasi swasta atau publik. Dalam
pandangan Bank Dunia,
governance dimaknai sebagai “penggunaa
n kekuasaan politik untuk mengatur dan
mengelola bangsa”. Laporan tahunan
Bank Dunia tahun 1989 menekankan
pentingnya legitimasi politik dan
konsensus bagi proses-
proses pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam rangka membangun konsensus
itu, aktor-
aktor dari kelompok bisnis, pemerintah
maupun civil society harus dikelola secara
sinergis. Sementara, peran negara di
sini tidak lagi hanya
menjalankan fungsi-fungsi regulatif,
melainkan hanya menjalankan fungsi
fasilitatif. Dengan demikian, governance
menurut versi Bank Dunia hanya bisa
ditegakkan dengan jalan melibatkan
aktor-aktor non negara seluas-luasnya
dan dengan membatasi
intervensi pemerintah (Pratikno, 2005).
Konsepsi mengenai governance
menjadi dasar atas perwujudan kemitraan
Herwan Parwiyanto, Didik G. Suharto, Kristina Setyowati : :Pemberdayaan Pos Pelayanan Terpadu Desa Krasak
11
antara Posyandu, Puskesmas, dan
Perusahaan. Peran Puskesmas adalah
pembina teknis Posyandu sebagai bagian
dari tugas pokok dan fungsi Puskesmas
dalam menumbuh-kembangkan partisipasi
masyarakat di bidang kesehatan.
Sedangkan peran perusahaan adalah
memberikan dukungan (terutama
pendanaan) sebagai bagian tanggung-
jawab sosial perusahaan (corporate social
responsibility/CSR).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak
Pertumbuhan adalah: perubahan
ukuran fisik dari waktu ke waktu, baik dari
segi dimensi, proporsi, maupun komposisi
tubuh. pada manusia, ukuran fisik (tubuh)
disebut juga dengan istilah antropometri.
perkembangan adalah perubahan
kemampuan anak dalam gerakan motorik
kasar/halus, kecerdasan, mental, perilaku
dari waktu ke waktu.
Perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan:
Pertumbuhan: perubahan yang dapat
diukur secara kuantitatif (contoh: dari 5 kg
menjadi 6 kg, dari 54 cm menjadi 60 cm).
Perkembangan: perubahan yang hanya
dapat diukur secara kualitatif (contoh: dari
dapat merangkak menjadi dapat berdiri,
dari tidak dapat bicara menjadi dapat
bicara, dsb.).
Kesamaan pertumbuhan dan
perkembangan:
1. pertumbuhan dan perkembangan
merupakan proses perubahan yang
mengikuti perjalanan waktu (contoh:
dari bulan ke bulan).
2. pertumbuhan dan perkembangan
hanya dapat diketahui bila dilakukan
pemantauan secara teratur dan terus
menerus.
3. setiap anak memiliki jalur
pertumbuhan dan perkembangan
normal (“trajectory”) yang
bervariasi.
Tujuan pemantauan pertumbuhan:
1. mengetahui status pertumbuhan
individu balita dari waktu ke waktu
secara teratur.
2. mengetahui secara lebih dini (awal)
terjadinya gangguan pertumbuhan
pada individu balita.
3. memberikan tindakan
penanggulangan (intervensi) segera
pada anak yang mengalami
gangguan pertumbuhan à agar dapat
dikembalikan ke jalur pertumbuhan
normalnya.
4. memberikan konseling pada
ibu/pengasuh anak dalam upaya
mempertahankan atau meningkatkan
keadaan gizi dan kesehatan anak.
Syarat pemantauan pertumbuhan:
1. anak ditimbang secara teratur setiap
bulan (di Posyandu atau di tempat
Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 1 – 14
12
lain) dan memiliki KMS (Kartu
Menuju Sehat)
2. setiap ditimbang KMS anak harus
dibawa
3. berat badan anak harus di plot ke
dalam KMS
4. status pertumbuhan anak harus
dinilai dengan melihat kurva berat
badannya dalam KMS untuk menilai
N=naik atau T=tidak naiknya
5. ibu atau pengasuh balita harus
diberikan informasi atau konseling
sehubungan dengan status
pertumbuhan anak.
Pengertian tumbuh normal:
Pertumbuhan yang normal jika berat badan
dan panjang badan tumbuh pada persentil
yang sama. Dalam aplikasi dengan
menggunakan KMS, tumbuh normal jika
grafik pertumbuhan berat badan anak
sejajar dengan kurva baku.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
1. faktor umur: pertumbuhan mengikuti
perjalanan waktu (umur), kecepatan
tumbuh bervariasi menurut umur
2. faktor tinggi atau panjang badan:
berat badan berhubungan linier
dengan panjang atau tinggi badan
3. faktor gizi dan kesehatan:
pertumbuhan berjalan normal atau
tidak normal tergantung keadaan gizi
dan kesehatan anak
4. faktor genetik: dalam keadaan
ekonomi dan kesehatan yang baik,
faktor keturunan (genetik)
mempunyai peran penting terhadap
pertumbuhan anak.
Cara menentukan garis pertumbuhan
normal (“growth trajectory”):
1. anak harus sudah ditimbang dan
diukur panjang atau tinggi badannya
2. gunakan tabel 3 (contoh), untuk
mencari berat badan normal (pada
batas –1 sd) menurut panjang atau
tinggi badan anak tersebut
3. plot pada KMS berat badan normal
tersebut, kemudian tarik garis
(kurva) pertumbuhan normal anak
dimulai dari berat badan normal
sejajar dengan garis kurva terdekat
pada KMS.
Apakah anak Bawah Garis Merah adalah
anak gizi buruk ?
Belum tentu. Karena anak yang berat
badannya di bawah garis merah (BGM),
dapat merupakan cerminan dari keadaan
berikut:
1. Benar keadaan gizi-nya buruk karena
berat badan menurut tinggi badannya
(BB/TB) di bawah -3 SD dari baku
BB/TB
2. Bukan gizi buruk, karena anak
bersangkutan pendek menurut
umurnya sehingga berat badannya
jauh lebih rendah dari berat badan
normal menurut umurnya, tetapi
menurut tinggi badannya
proporsional (normal).
Herwan Parwiyanto, Didik G. Suharto, Kristina Setyowati : :Pemberdayaan Pos Pelayanan Terpadu Desa Krasak
13
Apakah anak yang BB nya di pita kuning
adalah anak gizi kurang ?
Belum tentu. Karena anak yang berat
badannya berada di pita warna kuning,
dapat merupakan cerminan dari keadaan
berikut:
1. Benar keadaan gizi-nya kurang
karena berat badan menurut tinggi
badannya (BB/TB) di bawah –2 SD
dari baku BB/TB
2. Bukan gizi kurang, karena anak
bersangkutan pendek menurut
umurnya sehingga berat badannya
lebih rendah dari berat badan normal
menurut umurnya, tetapi BB menurut
tinggi badannya proporsional
(normal).
Apakah anak yang Berat Badan-nya di pita
hijau adalah anak gizi baik ?
Belum tentu. Karena anak yang berat
badannya berada di pita warna hijau,
dapat merupakan cerminan dari keadaan
berikut:
1. Benar keadaan gizi-nya baik karena
berat badan menurut tinggi badannya
(BB/TB) di antara –2 SD dan + 2 SD
dari baku BB/TB
2. Bukan gizi baik, karena anak
bersangkutan jangkung (TB nya
melebihi rata-rata TB anak normal)
pada umur tersebut, sehingga berat
badannya tidak proporsional menurut
tinggi badannya (kurus) atau BB/TB
< -2 SD.
Apakah anak yang Berat Badan-nya di atas
pita kuning teratas dalam KMS adalah
anak gizi lebih ?
Belum tentu. Karena anak yang berat
badannya berada di atas pita kuning teratas
dalam KMS, dapat merupakan cerminan
dari keadaan berikut:
1. benar keadaan gizi-nya lebih karena
berat badan menurut tinggi badannya
(BB/TB) di atas +2 SD dari baku
BB/TB
2. bukan gizi lebih, karena anak
bersangkutan jangkung (TBnya
melebihi rata-rata TB anak normal)
pada umur tersebut, dan berat
badannya proporsional menurut
tinggi badannya (normal) atau
BB/TB antara –2 SD dan +2 SD.
F. KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan :
1) Kegiatan perberdayaan masyarakat
di Desa Krasak, khususnya para
Kader Posyandu di daerah yang
terpencil, pada prinsipnya ditujukan
untuk meningkatkan kinerja
Posyandu setempat. Pengembangan
dan pemberdayaan SDM sangat
penting mengingat Posyandu adalah
ujung tombak bagi adanya alih
informasi dan keterampilan kepada
masyarakat dalam bidang kesehatan
Spirit Publik Vol. 9, No. 1, Oktober 2014 Hal. 1 – 14
14
publik.
2). Sehingga dengan kegiatan yang
menitikberatkan pada upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut
sangat penting dan menjadi harapan
masyarakat untuk di tindaklanjuti
dengan kreatifitas dalam pengalian
dana secara mandiri dari, oleh , dan
untuk masyarakat.
Saran :
1). Perlu peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya
mengaktifkan peran Posyandu
agar lebih optimal dalam
pelayanan dari, oleh, dan untuk
masyarakat.
2). Kader sebagai ujung tombak
kemajuan posyandu perlu
dibekali dengan keahlian yang
bisa mendorong kreatifitas kader.
Daftar Pustaka :
Budi Winarno.2007. Kebijakan Publik : Teori & Proses. Jogjakarta : Media Press
Miftah Thoha. 2005. Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Miftah Thoha. 2007. Birokrasi & Politik di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Moeljarto Tjokrowinoto. 1995. Pembangunan Ekonomi, Sumber Daya Manusia & Masalah Sosial. Jogjakarta : PPK-UGM.
Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dalam Rangka Otonomi Daerah; Upaya Membangunan Organisasi yang Efektif dan Efisien melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Bandung : Mandar Maju.
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM : Teori, Dimensi Pengukuran, Implementasi dalam Organisasi. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Yeremias T. Keban. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu. Jogjakarta : Gava Media