pemberdayaan masyarakat desa
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESADiajuakan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester V (UAS)
mata kuliah Perencanaan & Evaluasi
Oleh
Nana Sutisna,Drs.,M.AP.
Disusun Oleh:
Aris Sekti
E. 08 3522 1278
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Sebelas April Sumedang
2010-2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmannirohiim,
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas izin-Nya dapat
menyelesaikan tugas ini.Adapun tujuan penyusun dalam menyusun tugas akhir ini yaitu untuk
memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah “ Perencanaan dan Evaluasi”
Pada penyusunan tugas ini Penulis membahas suatu kajian yaitu mengenai
“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA”
Terwujudnya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak , baik secara langsung maupun secara tidak langsung.Maka sewajarnyalah pada
kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya.Ucapan ini
saya sampaikan kepada yang terhormat:
a. Bapak.Nana Sutisna Drs,M.AP Selaku dosen pengajar Mata Kuliah “Perencanaan
dan Evaluasi”,
Dengan kerendahan hati saya serahkan semuanya kepada Allah SWT,untuk membalas
semua amal serta kebaikan dengan balasan yang berlipat ganda.
Amin.
Alhamdulillah tugas akhir Perencanaan dan Evaluasi ini telah selesai. Mudah –mudahan
berguna bagi saya dan semua pihak yang membacanya. Kritik serta saran untuk perbaikan sangat
saya harapkan.
Sumedang, January 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................
1.TAHAP PENJAJAGAN .......................................................................
2.TAHAP PREFEASIBILITY STUDY .......................................................................
3.TAHAP FEABIBILITY STUDY .......................................................................
4.TAHAP PENGUSULAN .......................................................................
5.TAHAP PENENTUAN KEPUTUSAN .......................................................................
6.TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN PROYEK ...........................................................
7.TAHAP DESIGN / RANCANGAN .......................................................................
8.TAHAP PELAKSANAAN .......................................................................
1.TAHAP PENJAJAGAN
Kemiskinan dalam berbagai tampilan wajahnya telah memberikan dampak kepada
perseorangan , keluarga , embaga ,dan bangsa . Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa yang paling
esensial adalah kemiskinan selalu bermula dari kondisi perseorangan ; apakah dia sebagai pribadi
(individu) , sebagai anggota keluarga,atau sebagai anggota suatu lembaga
tertentu.Namun,kendatipun kemiskinan melekat kepada individu atau perseorangan , bukan
berarti semata – mata adalah tanggung jawab negara atau pemerintah seperti yang diamanatkan
Undang – undang dasar 1945.
Cari paling populer untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan pemberdayaan . dengan
berdayanya masyarakat di kelurahan atau desa , mereka akan berpartisifasi aktiv dalam proses
pembangunan di daerahnya sebagaimana diharapkan dari program tersebut , yaitu
mengupayakan pembangunan yang berbaris pada masyarakat.
Pemberdayaan dipahami sangat berbeda menurut cara pandang orang maupun konteks
kelembagaan , politik , dan sosial – budayanya . ada yang memahami pemberdayaan sebagai
proses mengembangkan , memandirikan , menswadayakan , memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhasap kekuatan – kekuatan penekanan di segala bidang dan sektor
kehidupan . Adapula pihak lain yang menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses
memfasilitasi warga masyarakat secara bersama – sama pada sebuah kepentingan bersama atau
urusan yang secara kolektif dapat mengidentifikasikan sasaran , mengumpulkan sumber daya ,
mengerahkan suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan
dalam komunitas . Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata – mata sebuah konsep
ekonomi , dari sudut pandang kita pemberdayaan masyarakat . Secara implisit mengandung arti
menegakkan demokrasi ekonomi . Demokrasi ekonomi secara harfiah berarti kedaulatan rakyat
di bidang ekonomi , dimana kegiatan ekonomi yang berlangsung adalah dari rakyat . oleh rakyat
dan untuk rakyat . Konsep ini menyangkut masalah penguasaan teknologi , pemilikan modal ,
akses ke pasar dan ke dalam sumber – sumber informasi serta keterampilan manajemen .
2.TAHAP PREFEASIBILITY STUDY
Secara teoritis sudah diperingatkan oleh Denhardt dalam pemikirannya ( termasuk
pemerintah daerah ) dalam memberikanpelayanan publik kepada masyarakat,harus
mengedepankan peran dengan mengutamakan prinsip,yaitu pemerintah dan birokrasinya harus
listening and serving,not telling and steering.Artinya,kepala daerah melalui lurah atau kades dan
camat segera melakukan perubahan perannya dalam melakukan pendekatannya kepada
masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat.
Perumusan pemberdayaan Masyarakt desa dalam program perumusan strategi serta
implementasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat pedesaan,
sector pertanian masih merupakan tema sentral yang perlu mendapatkan perhatian dengan sangat
serius dari para stakeholders Yang terkait. Meskipun kontribusi sektor pertanian tidak sebesar
sektor industri dan jasa namun sektor pertanian menampung dan menghidupi petani dengan
jumlah yang sangat signifikan. Dari data BPS tahun 2003 diketahui sektor pertanian Indonesia
masih merupakan sumber penghidupan yang sangat penting karena masih memberikan lapangan
kerja pada sekitar 39,7 juta (43,7%) dari sekitar 90,8 juta angkatan kerja di Indonesia.
upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara
ekonomi, ekologi, dan sosial”. Dalam pengertian yang lebih luas, pemberdayaan masyarakat
merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan
diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya
untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Pemberdayaan masyarakat memiliki
keterkaitan erat dengan sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu prasyarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat
menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.
Lingkungan strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan
produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong
agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta
terlibat secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya. Secara ringkas
keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dengan sustainable development.
3.TAHAP FEABIBILITY STUDY
Ada beberapa aspek yang dapat terkait dengan peran lurah atau kades dan
camat,diantaranya ada 3 aspek yaitu :
a. Aspek Pertama
Aspek pertama yaitu dari aspek normatif.Pada poin ini pertanyaanya,adakah
aturan yang jelas dan tegas yang memuat ketentuan mengenai peran yang diberikan oleh
pemerintahan atau pemda terhadap lurah atau kades atau camat dalam program
pemberdyaan masyarakat? Apa tugas dan kewenangan lurah atau kades dan camat dalm
konteks program tersebut ? terkaitan dengan tugas dan kewenangan tersebut , peran apa
yang dimainkan oleh lurah atau kades dan camat ? sebagai Legulator sajakah ? Fasilitator
sajakah ? Koordinator atau evaluator ? Hal ini perlu dipertegas agar mereka sebagai
ujung tombak pemda dalam melaksanakan percepatan pembangunan kelurahan atau desa
dapat berperan aktiv dan terarah.
b. Aspek Kedua
Aspek Kedua yaitu Menciptakan kondisi yang memungkinkan masyarakat dapat
berpartisipatif dalam program tersebut.Dalam Honadle dan Vansant ( 1985 ) , Situasi
yang kondusif yang dimaksud , ditinjau dari sudut administrasi negara yaitu mencakup
manajemen Partisipatif dan reorientasi birokrasi . Adapun orientasi birokrasi dalam
konteks ini diperlukan guna meningkatkan kemauan dan kemampuan aparat birokrasi
untuk memberikan tanggapan bagi kebutuhan masyarakat.
c. Aspek Ketiga
Aspek Ketiga yaitu dari aspek ini yang perlu diperhatikan adalah pemaknaan dan
penerapan secara tepat terhadap pendekatan pemberdayaan yang digunakan .
Pemberdayaan bukan berarti lurah atau kades dan camat melakukan kebijakan –
kebijakan teknis – operasional yang bersifat Charity yang menjebak masyarakat dalam
perangkap ketergantungan , tetapi lebih daripada itu , yakni kebijakan yang bisa membuat
masyarakat berdaya yang menuju kepada proses kemandirian , baik kemandirian berpikir
, bertindak , dan mengndalikan apa yang mereka lakukan.Untuk itu , lurah atau kades dan
camat (plus tenaga pemberdaya lainnya) dalam program pemberdayaan masyarakat harus
memiliki empat sifat utama yakni kedua diantaranya yaitu : Terampil memecahkan
masalah , peduli dan upaya keberpihakan kepada masyarakat.
4.TAHAP PENGUSULAN
Dengan adanya program tersebut, lurah atau kepala desa dan camat ,yaitu mengupayakan
pembangunan yang berbasis pada masyarakat. Berdasarkan konsep demikian, maka
pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:
1. upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut pemihakan. Ia
ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk
mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.
2. program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat
yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai
beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak
dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan keberdayaan
(empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan,
mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.
3. menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin
sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan
menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu. Karena itu seperti
telah disinggung di muka, pendekatan kelompok adalah yang paling efektif, dan dilihat
dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Di samping itu kemitraan usaha antara
kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus di bina dan
dipelihara secara sating menguntungkan dan memajukan.
Kiranya gagasan sederhana ini bisa memberikan pencerahan dan ide yang solutif untuk
membangun daerah dengan baik . Ingatlah tidak ada yang abadi di dunia ini , kecuali perubahan
itu sendiri dan tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum itu sendiri yang mengubahnya .
Namun hal ini juga perlu dicermati secara kritis karena faktor penyebab ketidakberhasilan
menuntaskan kemiskinan bukan hanya karena salahnya pendekatan yang digunakan . Akan tetapi
, juga karena belum terciptanya keadilan dan propesionalisme dalam proses pemberdayaan ,
terutama dari pemda , khususnya camat dan lurah atau yang menjadi ujung tombak pemda .
5.TAHAP PENENTUAN KEPUTUSAN
Setelah kami mengusulkan proyek pemberdayaan masyarakat desa ini yang merupakan
kegiatan kesetaraan kemiskinan dalam masyarakat,basar harapan kami kepada kelurahan atau
desa dan camat khususnya kepada Pemda untuk bersedia menyetujui dan membantu proyek atau
kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa ini karena proyek atau Kegiatan ini sangat besar
sekali manfaatnya untuk mengembangkan potensi Desa dan kemampuan serta dapat mengurangi
pengangguran dan akan meningkatkan pendapatan daerah juga pendapatan perkapita. Karena
proyek ini merupakan proyek yang di kembangkan kota Bandung atau program yang sejenis
(PNPM)dikota atau kabupaten lainnya yang misi utamanya memberdayakan masyarakat dalam
bidang pendidikan , kesehatan , kemakmuran , lingkungan hidup di tingkat kelurahan atau
pedesan, maka dalam menentukan keputusan selalu melakukan koordinasi antara Pemerintah
Kota atau kabupaten dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
6.TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN PROYEK
Adapun yang menjadi sasaran dalam penyelenggaraan proyek ini adalah tersedianya sasaran
warga belajar pendidikan Paket C sebanyak 1.134 orang, namun sebanyak 600 orang warga belajar yang
mempunyai minat tinggi untuk mengikuti proses belajar mengajar yang terdiri dari 150 orang untuk sub
kegiatan pelatihan pendedran ikan patin, 150 orang untuk sub kegiatan ikan bawal, 150 orang untuk sub
kegiatan pendederan ikan lele dan 150 orang lagi untuk sub kegiatan pembuatan pupuk organic.
Penjaringan warga belajar untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan bermuatan
kewirausahaan ini dilakukan sejak April sampai Desember 2006 dengan waktu pelatihan pada siang hari
mulai pukul 14.00 WIB-15.00 WIB, persisnya setelah siswa pulang sekolah.
Stakeholder yang mendukung kegiatan Lifeskill dilapangan diantaranya yaitu pusat kegiatan
belajar masyarakat, Dewan Pendidikan,Lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya, serta
didanai dari APBN APBD Kabupaten dan APBD Provinsi serta program pendanaan kompetensi/PPK-IPM.
Optimalisasi peran dan fungsi tutor serta penyelenggaraan dilakukan melalui bimbingan tutor.
Penyusunan materi dilakukan oleh instruktur yang didatangkan dari Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan,
Tenaga ahli,Petani sampai BPPAT.
Pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna keberdayaan dan
pemberdayaan masyarakat desa. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan
individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental serta
terdidik dan kuat serta inovatif, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi.
Meskipun pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata sebuah konsep ekonomi, dari
sudut pandang kita pemberdayaan masyarakat secara implisit mengandung arti menegakkan
demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi secara harafiah berarti kedaulatan rakyat di bidang
ekonomi, di mana kegiatan ekonomi yang berlangsung adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Konsep ini menyangkut masalah penguasaan teknologi, pemilikan modal, akses ke pasar
dan ke dalam sumber-sumber informasi, serta keterampilan manajemen. Agar demokrasi
ekonomi dapat berjalan, maka aspirasi masyarakat yang tertampung harus diterjemahkan
menjadi rumusan-rumusan kegiatan yang nyata. Untuk menerjemahkan rumusan menjadi
kegiatan nyata tersebut, negara mempunyai birokrasi. Birokrasi ini harus dapat berjalan efektif,
artinya mampu menjabarkan dan melaksanakan rumusan-rumusan kebijaksanaan publik (public
policies) dengan baik, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dikehendaki. Dalam paham
bangsa Indonesia, masyarakat adalah pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah
(birokrasi) berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan iklim yang
menunjang. Selanjutnya berturut-turut akan dibahas tujuan pembangunan, konsep pemberdayaan
masyarakat dalam konteks perkembangan paradigm pembangunan, pendekatan, aspek
kelembagaan beserta mekanismenya serta strategi dalam mewujudkannya.