kapasitas dinas pemberdayaan masyarakat dan desa …

32
PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602- 73470-5-2 1 KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DALAM MENINGKATKAN PROGRAM SISTEM KEUANGAN DESA BERBASIS APLIKASI Sohibul Fauzan 1 Itok Wicaksonono 2 Universitas Muhammadiyah Jember [email protected], [email protected] ABSTRAK Sistem Keuangan Desa merupakan aplikasi sederhana yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) bersama Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementrian Dalam Negeri dan Sistem Keuangan Desa adalah sebuah aplikasi untuk pembuatan anggaran, pembukuan, dan pelaporan keuangan desa, tujuan dalam Program tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa yang di kembangkan BPKP, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, hasil dari pembahasan adalah dalam penerapan SISKEUDES di Kabupaten Jember sangatlah lambat, maka dapat di simpulkan bahwa kapasitas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sangatlah penting untuk meningkatkan Program Sistem Keuangan Desa di Kabupaten Jember. Kata Kunci: Kapasitas, Siskeudes, Berbasis Aplikasi, Sumber Daya Manusia (SDM) ABSTRACT The Village Finance System is a simple application developed by the Financial and Development Supervisory Agency (BPKP) together with the Directorate General of Village Government Development of the Ministry of Domestic Affairs and the Village Finance System is an application for budgeting, accounting and village financial reporting, the purpose of the Program is to improve the quality of village financial management based on information from BPKP, the method used is descriptive qualitative, the result of the discussion is the application of SISKEUDES in Jember District is very slow, it can be concluded that the capacity of the Office of Community and Village Empowerment is very important to improve the Village Financial System Program in Jember Regency. Keywords: Capacity, Siskeudes, Application Based, Human Resources (HR) PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan suatu Negara dipengaruhi oleh adanya teknologi yang semakin modern, dan memobilisasi semua aspek kehidupan baik aspek sosial, ekonomi dan budaya. Sistem pemerintahan merupakan suatu cara pemerintah dalam mengatur segala yang berhubungan dengan pemerintah. Yaitu pemerintah pusat dan daerah, pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya untuk menerapkan sampai ke desa, karena desa memiliki kultur dan kebudayaan yang berbeda pada saat menjalankan kegiatan pemerintahannya, saat ini pemerintahan desa diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa serta diatur juga dalam peraturan pemerintah No.8 tahun 2016 tentang dana desa yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1, menegaskan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

1

KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN

DESA DALAM MENINGKATKAN PROGRAM SISTEM

KEUANGAN DESA BERBASIS APLIKASI

Sohibul Fauzan1 Itok Wicaksonono2

Universitas Muhammadiyah Jember

[email protected], [email protected]

ABSTRAK

Sistem Keuangan Desa merupakan aplikasi sederhana yang dikembangkan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) bersama Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementrian Dalam

Negeri dan Sistem Keuangan Desa adalah sebuah aplikasi untuk pembuatan anggaran, pembukuan,

dan pelaporan keuangan desa, tujuan dalam Program tersebut yaitu untuk meningkatkan kualitas

tata kelola keuangan desa yang di kembangkan BPKP, metode yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif, hasil dari pembahasan adalah dalam penerapan SISKEUDES di Kabupaten Jember

sangatlah lambat, maka dapat di simpulkan bahwa kapasitas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa sangatlah penting untuk meningkatkan Program Sistem Keuangan Desa di Kabupaten Jember.

Kata Kunci: Kapasitas, Siskeudes, Berbasis Aplikasi, Sumber Daya Manusia (SDM)

ABSTRACT

The Village Finance System is a simple application developed by the Financial and Development

Supervisory Agency (BPKP) together with the Directorate General of Village Government

Development of the Ministry of Domestic Affairs and the Village Finance System is an application

for budgeting, accounting and village financial reporting, the purpose of the Program is to improve

the quality of village financial management based on information from BPKP, the method used is

descriptive qualitative, the result of the discussion is the application of SISKEUDES in Jember

District is very slow, it can be concluded that the capacity of the Office of Community and Village

Empowerment is very important to improve the Village Financial System Program in Jember

Regency.

Keywords: Capacity, Siskeudes, Application Based, Human Resources (HR)

PENDAHULUAN

Pertumbuhan dan perkembangan suatu Negara dipengaruhi oleh adanya

teknologi yang semakin modern, dan memobilisasi semua aspek kehidupan baik

aspek sosial, ekonomi dan budaya. Sistem pemerintahan merupakan suatu cara

pemerintah dalam mengatur segala yang berhubungan dengan pemerintah. Yaitu

pemerintah pusat dan daerah, pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya

untuk menerapkan sampai ke desa, karena desa memiliki kultur dan kebudayaan

yang berbeda pada saat menjalankan kegiatan pemerintahannya, saat ini

pemerintahan desa diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa serta diatur juga dalam peraturan pemerintah No.8 tahun 2016 tentang

dana desa yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1,

menegaskan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

Page 2: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

2

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.

kemudian untuk membentuk suatu pemerintahan desa baru diatur dalam pasal 8,

tujuannya untuk memperkuat posisi desa dalam kerangka NKRI serta untuk

memperjelas tugas, peran dan fungsi desa, khususnya dalam mengelola desa,

menjalankan pemerintahan desa dan memberikan pelayanan bagi masyarakatnya

semua tujuan tersebut diperlukan untuk memperkuat status desa serta mendorong

desa pada posisi yang dapat meningkatkan pembangunan serta memajukan dan

mewujudkan kesejahtraan masyarakat sesuai dengan asas-asas pengaturan desa

dalam Undang-undang desa No.6 Tahun 2014.

Sebelum diterbikannya undang-undang desa tersebut pemerintah desa di

atur dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

UndangUndang desa tersebut juga didukung dengan peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan undang-undang

nomor 6 tahun 2014 tentang desa, dan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2014

Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2015 dan

Peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang bersumber dari

Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara.

Sumber-sumber pendapatan desa berdasarkan Undang-undang No.6 Tahun

2014 tentang desa, pendapatan asli desa berdasarkan pasal 72 ayat 1 terdiri atas

hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong dan lain-lain, Dalam

undangundang tersebut dijelaskan juga bahwa Desa akan mendapatkan 10%

kucuran dana dari APBN yang diterima kabupaten/kota setelah dikurangi Dana

Alokasi Khusus (DAK) yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa. Pendapatan

Asli Desa (PADesa) yang diperoleh dari hasil usaha seperti BUMDes (Badan Usaha

Milik Desa) atau unit usaha lainnya. Serta hasil asset seperti penyewaan asset desa,

swadaya masyarakat, gotong royong dan pendapatan asli daerah. Pendapatan yang

di peroleh dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) yaitu dana transfer

atau Dana Desa.

Page 3: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

3

Pendapatan dari pajak retribusi yang diperoleh yang diterima kabupaten

atau kota. Pendapatan yang diperoleh dari Hibah dan sumbangan yang diterima dari

pihak ketiga. Serta pendapatan lain yang diterima pemerintah desa yang sah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang

bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara serta juga mengatur

sumber pendanaan dari pemerintahan pusat dan suntikan dana dari pemerintahan

daerah, dengan adanya peraturan pemerintah dan undang-undang desa tersebut di

harapkan setiap desa mampu membawa dirinya menjadi lebih mandiri, professional

efektif dan efisien dalam bekerja serta bertanggung jawab dalam upaya

meningkatkan pelayanan publik dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi

dalam meningkatkan pembanguanan desa agar mempercepat perwujudan

kesejahteraan umum untuk masyarakatnya.

Tujuan diberikannya dana desa yaitu untuk meningkatkan pelayanan publik

dalam pemerintahan desa, mengentaskan kemiskinan serta memajukan

perekonomian desa dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari

pembangunan. Dana Desa sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah NO.60 Tahun 2014 pasal 11 ayat 3 dihitung berdasarkan jumlah Desa

dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk (30% untuk jumlah

penduduk Kabupaten/kota), angka kemiskinan (50% untuk angka kemiskinan

kabupaten/ kota), luas wilayah (20% untuk luas wilayah kabupaten/ kota) dan

tingkat kesulitan geografis sebagaimana dalam pasal 2 sebagai indeks kemahalan

konstruksi, berdasarkan kriteria tersebut pemberian dana desa oleh pemerintahan

pusat kepada pemerintah desa berbeda-beda dan langsung masuk pada Rekening

Kas Desa (RKD) dan Pemerintahan daerah hanya sebagai perantara.

Dalam Permendagri No 20 Th 2018, Tentang Pengelolaan Keuangan Desa

pasal 30 ayat 3 menyebutkan bahwa Pengelolaan keuangan Desa dapat dilakukan

dengan menggunakan sistem informasi yang dikelola Kementerian Dalam Negeri.

Maka dari itu untuk menciptakan tatakelola desa yang baik di harapkan pula sesuai

dengan undang-undang nomor 6 tahun 2014 dibuatlah suatu sistem informasi yang

terkomputerisasi yang mampu mengatasi kendala dan masalah yang ada dalam

suatu desa tersebut, sehingga diperlukanlah suatu sistem yang dapat mengelola

pengalokasian dana desa, namun untuk mendukung pengelolaan dan pengalokasian

Page 4: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

4

anggaran dana desa tersebut dan dibutuhkan juga Sumber Daya Manusia (SDM)

yang optimal dan terampil dalam mengelola sistem melalui penggunaan media

Komputer sehingga akan tercipta suatu Sistem Keuangan Desa atau (Siskeudes),

siskeudes yang sebelumnya dikenal dengan nama SIMDA Desa merupakan aplikasi

sederhana yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) bersama Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementrian Dalam Negeri,

Siskeudes atau Sistem Keuangan Desa adalah sebuah aplikasi untuk pembuatan

anggaran, pembukuan, dan pelaporan keuangan desa yang disediakan oleh

Pemerintah secara gratis.

Pemerintah kabupaten/kota juga dapat menggunakan Siskeudes untuk

mengompilasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan Laporan

Realisasi APBDes semua desa. Aplikasi ini dikembangkan dalam rangka

meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa berdasarkan informasi dari BPKP.

Dasar yang mendorong dalam pengembangan sistem keuangan desa yaitu Undang-

undang desa No.6 tahun 2014, Permendagri No.113 tahun 2014 yang dapat

mengelola dan mengalokasikan anggaran dana desa yang lebih praktis, transparan

akuntabel dan mempermudah bagi pengguna yang membutuhkannya. Tujuan dari

pengembangan siskeudes adalah memudahkan pemerintah desa membuat

anggaran, pembukuan, dan pelaporan keuangan.

Aplikasi ini juga membantu pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan

kompilasi, pengawasan, dan evaluasi RAPBDes. Begitu data dimasukkan,

Siskeudes secara otomatis menghasilkan berbagai laporan yang diperlukan,

sehingga menghemat waktu dan biaya, mengurangi potensi kecurangan dan

kesalahan manusia, dan membantu agregasi data. Selain itu, perubahan aktivitas

atau anggaran secara ilegal dapat dilacak dan dicegah oleh Siskeudes. Namun

masalah yang muncul adalah penggunaan sistem keuangan desa belum sepenuhnya

optimal karena masih banyak desa-desa yang belum menggunakan sistem tersebut.

Dalam pelaksanaan Sistem pemerintahan desa, pemerintahan desa dituntut oleh

adanya suatu aspek tata kelola pemerintahan yang baik atau good governance,

dimana unsur-unsur dalam menjalankan Good Governence terdiri dari

akuntabilitas, transparansi, partisipasi dan aturan hukum.

Page 5: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

5

Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan Salah satu tuntutan

masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu pilar dari prinsip tersebut adalah

akuntabilitas, akuntabilitas berarti pertanggug jawaban pemerintah desa dalam

mengelola keuangan desa sesuai dengan “amanah” dengan kepercayaan yang

diberikan kepadanya, pertanggung jawaban tersebut berarti pengelolaan keuangan

harus berjalan dengan baik, jujur dan tidak melakukan penyelewengan dana desa

atau tindakan korupsi. Sehingga dapat penulis simpulkan prinsip-prinsip dari good

governance adalah menciptakan pemerintahan yang baik sesuai dengan undang-

undang No 6 tahun 2014 yang transparan dan akuntabel, serta memberikan

dorongan kepada pihak-pihak untuk mempertanggungjawabkan semua tindakan

atau keputusan yang di ambil dalam pengelolaan atau pengalokasian dana desa.

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada saat ini, pengelolaan dana desa belum

sepenuhnya berjalan baik, karena masih adanya penyelewengan dana desa yang

dilakukan berbagai daerah.

Dengan memastikan adanya payung hukum dalam penggunaan

siskeudes. Surat edaran kemendagri diperlukan untuk menginstruksikan semua

provinsi dan kabupaten menerapkan siskeudes. Kabupaten harus membentuk

satuan tugas untuk mengimplementasikan siskeudes dan menampung

keluhan. Adanya alokasi dana untuk pelatihan. Pemerintah pusat dan daerah harus

menyediakan pelatihan tambahan untuk pegawai-pegawai kunci untuk

meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan mereka.

Dari pengembangan sistem keuangan desa yang di kembangkan oleh BPKP

sudah di terapkan di berbagai daerah seluruh Indonesia salah satunya yaitu di

Kabupaten jember, Wakil Bupati Jember Drs. KH. A. Muqit Arief menegaskan tata

kelola yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat tersebut harus menjadi

perhatian semua pihak, khusunya pemangku kepentingan. “Tentunya harus menjadi

perhatian khusus bagi segenap pemangku kepentingan, khususnya pemerintah

daerah dalam melakukan pembinaan tata kelola keuangan desa secara etis,” kata

Wabup dalam Workshop Hasil Evaluasi Implementasi Sistem Tata Kelola

Keuangan Desa Dengan Aplikasi Siskeudes.

Workshop digelar di Aula PB Soedirman Pemkab Jember, Selasa

(08/5/2018), diikuti oleh kepala desa dan anggota badan permusyawaratan desa

Page 6: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

6

(BPD) se Kabupaten Jember. Pembicaranya diantaranya Anggota Komisi IX DPR

RI M. Nur Purnamasidi, unsur BPKP, unsure BPK, dan Polda Jatim. Kepala desa

dan anggota BPD, sebagai sumber daya manusia pengelola keuangan desa,

memerlukan peningkatan kapasitas, kapabilitas, pengetahuan, dan wawasan secara

berkelanjutan. Tata kelola keuangan diantaranya untuk penyusunan APB Desa serta

laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh perangkat desa. Ini harus memenuhi

standar, bila tidak tentu saja menjadi lahan yang rawan tejadinya manipulasi.

Ketidak sesuaian dengan standar tata kelola keuangan juga akan menjadi

salah satu ukuran rendahnya perwujudan transparansi serta akuntabilitas rencana

penggunaan dan pertanggungjawaban APB Desa. “Untuk itu, aparatur desa sesuai

per bidangannya nanti akan dibantu oleh tenaga pendamping profesional dalam

melakukan penyusunan berbagai laporan pertanggungjawaban APB Desa,” ungkap

Wakil Bupati. Menurut Wakil Bupati, tenaga pendamping dan kepala desa harus

membina hubungan yang harmonis, agar kehadiran tenaga pendamiping betul-betul

memberikan dampak yang maksimal dalam rangka tata kelola keuangan desa. Di

era saat ini, semua para aparatur negara harus bisa bekerja dan berpikir secara

efisien dan efektif dengan memanfaatkan teknologi yang berbasis komputerisasi.

Aplikasi Siskeudes ini merupakan sistem aplikasi yang dikembangkan oleh Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan dalam rangka meningkatkan tata kelola

keuangan. Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparatur

desa tentang pengelolaan keuangan desa sesuai dengan undang-undang desa.

Sehingga, nanti pengelolaan dana desa bisa efektif dan efisien, juga terselamatkan

dari hal-hal yang tidak kita inginkan.

Aplikasi sistem keuangan desa di Kabupaten Jember sudah di

implementasikan di beberapa daerah contohnya di Kecamatan Rambipuji. Dalam

pelaksanaan program pengembangan aplikasi SISKEUDES BPKP menegaskan

bahwa yang punya wewenang dalam program pengembangan aplikasi

SISKEUDES adalah Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, karena untuk

mensukseskan program tersebut dari anggaran desa dan pengelolaan dana desa,

Dinas Pembersayaan Masyarakat dan Desa di tugaskan untuk melaksanakan

program pembinaan dan bimbingan teknis, dalam program BIMBEK tersebut yang

mengikuti diantaranya Desa Rambipuji, Desa Rowotamtu, Desa Curah Malang

Page 7: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

7

pada tahun 2018. Dalam program pengembangan aplikasi Sistem Keuangan Desa

di Kab. Jember, peran dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sangatlah

penting bagi aparatur desa terutama untuk pengelolaan keuangan desa. Karena

sudah di tegaskan di PERBUP NO. 44 TAHUN 2016 dimana di susunan organisasi

pasal 3 di sebutkan bahwa di bidang Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan ada seksi

bagian Pengelolaan Keuangan.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pembahasan latar belakang diatas untuk pengembangan

aplikasi Sistem Keuangan Desa, berikut ini merupakan rumusan masalah mengenai

bagaimana kapasitas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam

meningkatkan program Sistem Keuangan Desa berbasis aplikasi di Kabupaten

Jember?

TUJUAN MASALAH

Untuk mengetahui kapasitas pemberdayaan masyarakat dan desa dalam

meningkatkan program sistem keuangan desa berbasis aplikasi di Kabupaten

Jember.

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian deskriptif-kualitatif, Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang.

Menurut Lexy J. Moleong (2010:6) mendefinisikan penelitian kualitatif

sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Dalam penelitian ini bertujuan ingin menggambarkan fenomena sosial

tertentu. Hal ini fenomena yang ingin digambarkan adalah hal yang terkait

Kapasitas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Dalam Meningkatkan

Program Sistem Keuangan Desa Berbasis Aplikasi di kabupaten jember.

Page 8: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

8

Pendekatan yang digunakan dalam menggambarkan fenomena tersebut

adalah studi di dinas terkait yang hanya berlaku untuk program tersebut, tidak

berlaku untuk program lainnya.

2. Lokasi Penelitian

Menurut Moeleong (2000:86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi

penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori

substantive dan menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan

yang ada di lapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti

waktu, biaya dan tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi

penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Jember, dimana program tersebut

sudah berjalan pada tahun 2018 di Kecamatan Rambipuji.

3. Sumber Data

Menurut Arikunto (1998:144), sumber data adalah subjek dari mana suatu

data dapat diperoleh. Untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber maka

ditetapkan data primer dan data sekunder.

A. Data ini bersumber dari responden secara langsung. Dalam prakteknya

diperoleh dari wawancara. Selain itu dari pengamatan langsung terhadap situasi

lokasi penelitian.

Data primer diperoleh langsung dari 2 informan yang terdiri dari:

1. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 1 orang

2. Pemerintah Desa 1 orang

B. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber pendukung lokasi penelitian yaitu

dokumen-dokumen data statistik, buku-buku, majalah, koran dan keterangan

lainnya. Data sekunder diperoleh dari sumber: dokumen dan arsip-arsip yang

berhubungan erat dengan permasalahan yang diteliti.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu:

1. Wawancara

Page 9: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

9

Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa

wawancara. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan

bertanya langsung kepada informan terhadap permasalahan yang ingin

diteliti. Didalam wawancara terdapat suatu proses interaksi dan komunikasi.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka (tidak

terstruktur). Dalam wawancara terbuka informan bisa secara bebas

menyampaikan pendapatnya tentang suatu gejala sosial tertentu. Teknik ini

bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai persepsi,

pendapat, kepercayaan, dan sikap dari para informan. Adapun yang menjadi

informan dalam penelitian ini merupakan petugas dari bidang Pengelolaan

Keuangan dan Kekayaan ada seksi bagian Pengelolaan Keuangan terkait

dengan Program Sistem Keuangan Desa Berbasis aplikasi di Kabupaten

Jember.

2. Observasi

Menurut Nawawi dan Martini (1992:74), “Observsi adalah pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu

gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian”. Dengan kata lain

merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan oleh

peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang

maksimal. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan,

yaitu pengamatan yang dilakukan dengan melibatkan diri secara langsung

dalam proses kegiatan yang dilakukan oleh informan. Dalam hal ini

pengamatan terhadap perilaku penerbitan perijinan serta perilaku Dinas dan

Pemerintah Desa yang sedang mengurusi izin lokasi.

3. Dokumentasi

Menurut Hamidi (2004:72), Metode dokumentasi adalah informasi yang

berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari

perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar

oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian. Menurut Sugiyono

(2013:240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumentel dari seseorang.

Page 10: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

10

5. Metode Penentuan Informan

Penelitian ini untuk menentukan informan menggunakan teknik purposive

sampling yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu, misalnya dengan

pertimbangan memilih orang yang dianggap paling tahu (representatif) tentang apa

yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

peneliti dalam menjelajahi obyek sosial yang diteliti.

6. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

interaktif. Model ini ada 4 komponen analisis yaitu: pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Moleong (2004:280-281),

“Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan tempat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”. Langkah-langkah

analisis data menurut Miles dan Huberman (1992:15-19), adalah sebagai berikut:

Siklus analisis interaktif ditunjukkan dalam bentuk skema berikut ini.

Gambar. 1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

1. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan

melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan

Page 11: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

11

strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan

fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.

2. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,

transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan pada

waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai sejak

peneliti memfokuskan wilayah penelitian.

3. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan

penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan

kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.

4. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus

mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan

dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat.

7. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji

validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat

dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti

dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Trianggulasi

adalah cara yang paling umum digunakan dalam penjaminan validitas data dalam

penelitian kualitatif. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

data atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Menurut Sugiyono (2006:267), Validitas merupakan “derajat ketetapan antara data

yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh

peneliti”. Menurut Hamidi (2004:82-83), Ada beberapa teknik yang dapat

digunakan untuk mengetahui validitas data, yaitu:

1. Teknik trianggulasi antar sumber data, teknik pengumpulan data, dan

pengumpulan data yang dalam hal terakhir ini peneliti akan berupaya

mendapatkan rekan atau pembantu dalam penggalian data dari warga di

lokasi-lokasi yang mampu membantu setelah diberi penjelasan.

2. Pengecekan kebenaran informasi kepada para informan yang telah ditulis

oleh peneliti dalam laporan penelitian (member check).

Page 12: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

12

3. Akan mendiskusikan dan menyeminarkan dengan tema sejawat di jurusan

tempat penelitian belajar (peer debricfing), termasuk koreksi di bawah para

pembimbing.

4. Perpanjangan waktu penelitian. Cara ini akan ditempuh selain untuk

memperoleh bukti yang lebih lengkap juga untuk memeriksa konsistensi

tindakan para informan.

Adapun macam dari trianggulasi memiliki tiga macam yang pertama,

trianggulasi sumber data yang berupa informasi dari tempat, peristiwa dan dokumen

serta arsip yang memuat catatan berkaitan dengan data yang dimaksud. Kedua,

trianggulasi teknik atau metode pengumpulan data yang berasal dari wawancara,

observasi, dan dokumen. Ketiga, trianggulasi waktu pengumpulan data merupakan

kapan dilaksanakannya trianggulasi atau metode pengumpulan data.

Berdasarkan pemaparan di atas penelitian ini menggunakan dua macam

trianggulasi, pertama trianggulasi sumber data yang berupa observasi serta

wawancara dengan narasumber secara langsung dan dokumen yang berisi catatan

terkait dengan data yang ingin diperoleh peneliti.

TINJAUAN PUSTAKA

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Jehan M. Malahikah

Jehan melakukan penelitian tentang Penerapan Sistem Keuangan Desa

(SISKEUDES) pada Organisasi Pemerintahan Desa (Studi Kasus di Desa

Suwaan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara). Metode penelitian

menggunakan deskriptif kualitatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa

penerapan Aplikasi Sistem Keuangan Desa di Desa Suwaan Kecamatan Kalawat

Kabupaten Minahasa Utara sejauh ini sudah berjalan dengan baik. Prosedur-

prosedur penggunaan SISKEUDES pun sudah dilakukan sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Menu-menu di Aplikasi Sistem Keuangan Desa pun dibuat dengan

sedemikian rupa sesuai dengan prosedur Pengelolaan Keuangan Desa. Dimulai dari

tahap Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, dan Pelaporan. Laporan-laporan

atas pelaksanaan 4 tahap tersebut selanjutnya akan dibuat oleh pegawai yang

Page 13: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

13

bertugas. Dampak positif dari adanya Sistem Keuangan Desa menjadikan

Pemerintah Desa lebih meningkatkan kinerja agar dapat menghasilkan laporan

keuangan yang efektif dan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa SISKEUDES juga

berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Desa, hasil ini sesuai dengan tujuan dari

diterapkannya SISKEUDES yaitu untuk membantu kerja Pemerintah Desa.

Kesiapan dari Pemerintah Desa pun dapat dikatakan siap, karena terlihat dari segi

SDM yang terpenuhi. Penggunaan Sistem Keuangan Desa tentunya tidak luput dari

beberapa kendala seperti yang di katakan Kepala Desa bahwa masih ada beberapa

laporan yang belum input ke sistem, hal ini mungkin terjadi karena SISKEUDES

sering mengalami error , ada baiknya para pegawai berusaha untuk melakukan

koordinasi antar pegawai dan pendamping desa untuk dapat memaksimalkan

pekerjaan sehingga mampu mengatasi masalah yang terjadi.

Penelitian Gayatri

Gayatri melakukan penelitian tentang Efektivitas Penerapan Siskeudes

Dan Kualitas Laporan Keuangan Dana Desa. Dalam penelitian tersebut

menggunakan deskriptif Kuantitatif. Berdasarkan Penerapan sistem informasi

keuangan dana desa (SISKEUDES) efektif terhadap kualitas laporan keuangan

dana desa. Kabupaten Badung yang telah menerapkan sistem informasi keuangan

desa (SISKEUDES) memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan

kualitas laporan keuangan dana desa. Pengaruh positif dari penerapan SISKEUDES

sebaiknya juga diterapkan di desa-desa lain yang menerima dana desa dari

pemerintah. Penggunaan teknologi informasi dalam suatu organisasi desa akan

membantu desa dalam melaksanakan tata kelola keuangan desa secara efektif dan

efisien. Indikator suatu sistem informasi dikatakan efektif yaitu pertama, keamanan

data. Data perlu mendapatkan keamanan dari bencana alam, tindakan yang

disengaja ataupun kesalahan manusia dan tingkat kemampuan sistem informasi

berbasis teknologi dalam mengantisipasi illegal access dan kerusakan sistem,

kedua, kecepatan dan ketepatan waktu. Tingkat kemampuan sistem informasi

berbasis teknologi dalam memproses data menjadi laporan baik secara periodik

maupun non periodik dalam rentang waktu yang sudah ditentukan, ketiga,

ketelitian. Ketelitian berhubungan dengan kebebasan dalam kesalahan keluaran

informasi. Kesalahan ada dua yaitu: kesalahan pencatatan dan kesalahan

Page 14: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

14

perhitungan, keempat, variasi laporan atau output. Berhubungan dengan

kelengkapan isi informasi tidak saja mengenai volume tetapi juga informasinya.

Tingkat kemampuan sistem informasi berbasis teknologi untuk membuat suatu

laporan dengan pengembangan dan perhitungan sesuai dengan kebutuhan yang

berguna bagi pengguna informasi; dan kelima, relevansi sistem menunjukkan

manfaat yang dihasilkan dari produk atau keluaran informasi baik dalam analisis

data, pelayanan, maupun penyajian data. Indikator ini menunjukkan kesesuaian dan

manfaat laporan yang dihasilkan.

Penelitian Eko Febri Lusiono

Eko Febri Lusiono melakan penelitian tentang Analisis Penerimaan

Aplikasi Siskeudes Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas.

Dalam penelitian tersebut munggunakan deskriptif Kuantitatif. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, Minat perilaku (behavioral intention) tidak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap penggunaan teknologi sesungguhnya (actual technology

use), karena nilai signifikansinya >0,05 yaitu sebesar 0, 865. Artinya minat

seseorang tidak mempengaruhi seberapa sering atau seberapa berat pengguna dalam

menggunakan aplikasi SISKEUDES. Kegunaan persepsian (perceived usefulness)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menggunakan teknologi

(behavioral intention), karena nilai signifikansinya. Kegunaan persepsian

(perceived usefulness) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

penggunaan teknologi sesungguhnya baik secara langsung, tidak langsung/melalui

kolerasi dengan variabel BI, dan secara total terhadap penggunaan teknologi

sesungguhnya (actual technology use), karena nilai signifikansinya >0,05 yaitu

sebesar 0, 700. Artinya penggunaan aplikasi SISKEUDES sesungguhnya tidak

dipengaruhi oleh kegunaan persepsinya.

Penelitian Oktaviani Rita Puspasari

Oktiviani melakukan penelitian tentang Implementasi Sistem Keuangan

Desa Dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Desa Di Kabupaten

Kuningan. Penelitian tersebut menggunakan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut, yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut: (1)

Kompetensi sumber daya manusia (SDM) berpengaruh signifikan dalam

memoderasi hubungan implementasi sistem keuangan desa terhadap kualitas

Page 15: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

15

laporan keuangan. Artinya kompetensi SDM dapat memperkuat pengaruh

implementasi sistem keuangan desa terhadap kualitas laporan keuangan. (2)

Kualitas data tidak berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan

implementasi sistem keuangan desa terhadap kualitas laporan keuangan. Yang

artinya kualitas data tidak dapat memperkuat pengaruh implementasi siskeudes

terhadap kualitas laporan keuangan (3) Dukungan manajemen puncak tidak

berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan implementasi sistem

keuangan desa terhadap kualitas laporan keuangan. Yang artinya dukungan

manajemen puncak tidak dapat memperkuat pengaruh implementasi Siskeudes

terhadap kualitas laporan keuangan. (4) Kualitas sistem tidak berpengaruh

signifikan dalam memoderasi hubungan implementasi sistem keuangan desa

terhadap kualitas laporan keuangan. Artinya kualitas sistem tidak memperkuat

pengaruh implementasi Siskeudes terhadap kualitas laporan keuangan (5)

Pemanfaatan teknologi berpengaruh signifikan dalam memoderasi hubungan

implementasi sistem keuangan desa terhadap kualitas laporan keuangan. Artinya

pemanfaatan teknologi dapat memperkuat pengaruh implementasi sistem keuangan

desa terhadap kualitas laporan keuangan.

Penelitian Fajar Eko Agung Prakoso

Fajar melalukan penelitian tentang Implementasi Program Sistem

Keuangan Desa (SISKEUDES) dalam Pengelolaan Keuangan Desa di Desa

Slawi Kulon Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2017. Penelitian

tersebut menggunakan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

Implementasi program siskeudes (Sistem Keuangan Desa) dalam pengelolaan

keuangan desa di Desa Slawi Kulon Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal telah

dilakukan dengan baik, hal itu di buktikan dari beberapa tahapan dalam

pelaksanaanya. a. Tahapan yang pertama yaitu pra perencanaan, bentuk dari pra

perencanaan itu sendiri adalah sosialisasi program. Sosialisasi SISKEUDES

dilakukan dengan baik oleh tim koordinasi Kabupaten yaitu BAPERMASDES, tim

koordinasi Kecamatan, dan Kepala Desa, kemudian mensosialisasikan

SISKEUDES kepada aparatur desa agar program tersebut tepat sasaran, tepat mutu,

tepat kualitas dan prosesnya itu partisipatif. b. Tahap kedua yaitu Proses

perencanaan yang berkaitan dengan program SISKEUDES yaitu sudah dilakukan

Page 16: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

16

dengan perencanan yang baik, dengan diadakannya sosialisasi yang berkelanjutan

diharapkan pelaksanan program SISKEUDES tersebut menjadi semakin lebih baik.

Pemerintah juga bekerjasama dengan bpkp dan kemendagri, serta pihak lain yang

berkaitan dengan masalah tersebut dan bentuk perencanaan program yang disusun

oleh pemerintah sudah baik dan terkonsep hal ini ditunjukan dengan adanya

modulmodul dan materi-materi lengkap yang telah dipersiapkan oleh pemerintah

untuk menunjang proses penerapan aplikasi SISKEUDES kedalam kegiatan

pengelolaan keuangan. Dengan hal ini proses pelaksanaan siskeudes dapat berjalan

dengan baik karena proses perencanaannya sudah sesuai dan terkonsep dengan

baik. c. Selanjutnya tahap ke tiga yaitu pelaksanaan yang terbilang sangat bagus

bisa dilihat bahwa Pada tahun 2017 SISKEUDES baru dimulai, setelah sebelumnya

mendapatkan bimtek di tahun 2016, desa Slawi kulon dalam menyusun pengelolaan

keuangan desa sudah menggunakan sistem SISKEUDES. d. Selanjutnya tahap yang

ke empat yaitu MONEV dan pertanggungjawaban, hal tersebut pasti ada disetiap

kegiatan ataupun program yang berhubungan dengan dana, pembangunan dan

pemerintah, tak terkecuali di program SISKEUDES yang dilakukan di Desa Slawi

Kulon Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal.

Kerangka/Landasan Teori

Capacity Building Kelembagaan

Pengembangan kapasitas kelembagaan Menurut (Milen,2004,h.21)

mengungkapkan bahwa merupakan Pengembangan kapasitas tradisional dan

penguatan organisasi memfokuskan pada sumber daya pengembangan hampir

seluruhnya mengenai permasalahan sumber daya manusia, proses dan struktur

organisasi. Pendekatan modern menguji semua dimensi kapasitas di semua tingkat

(misi strategi, kebudayaan, gaya manajemen, struktur, sumber daya manusia,

keuangan, asset informasi, infrastruktur) termasuk interaksi dalam sistem yang

lebih luas terutama dengan kesatuan lain yang ada, pemegang saham dan para

pelanggan. Adanya banyak pendapat dalam pengembangan kapasitas kelembagaan

dilihat dari teori di atas bahwa dimensi yang menyangkut penguatan organisasi

yaitu strategi, kebudayaan, gaya manajemen, struktur, sumber daya manusia,

keuangan, asset informasi dan infrastruktur. UNDP (United Nations Development

Program) dan CIDA (Canadian International Development Agency) dalam Milen

Page 17: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

17

memberikan pengertian peningkatan kapasitas sebagai: proses dimana individu,

kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat meningkatkan kemampuan mereka

untuk :

(a) menghasilkan kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (core functions),

memecahkan permasalahan, merumuskan dan mewujudkan pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan, dan (b) memahami dan memenuhi kebutuhan pembangunan dalam

konteks yang lebih luas dalam cara yang berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan

konsep pengembangan kapasitas menurut Grindle (1997) yang menyatakan bahwa

pengembangan kapasitas sebagai ability to perform appropriate task effectvely,

efficiently and sustainable. Bahkan Grindle menyebutkan bahwa pengembangan

kapasitas mengacu kepada improvement in the ability of public sector

organizations. Keseluruhan definisi di atas, pada dasarnya mengandung kesamaan

dalam tiga aspek sebagai berikut:

1) bahwa pengembangan kapasitas merupakan suatu proses,

2) bahwa proses tersebut harus dilaksanakan pada tiga level/tingkatan, yaitu

individu, kelompok dan institusi atau organisasi, dan

3) bahwa proses tersebut dimaksudkan untuk menjamin kesinambungan

organisasi melalui pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang

bersangkutan.

Sesungguhnya pada beberapa literatur pembangunan, konsep capacity

building sampai saat ini masih menyisakan perdebatan-perdebatan dalam

pendefinisian. Sebagian pakar memaknai capacity building sebagai capacity

development atau capacity strengthening, mengisyaratkan suatu prakarsa pada

pengembangan kemampuan yang sudah ada (existing capacity). Sementara pakar

yang lain lebih merujuk kepada constructing capacity sebagai proses kreatif

membangun kapasitas yang belum nampak (not yet exist). Namun Soeprato tidak

condong pada salah satu sisi karena menurutnya keduanya memiliki karakteristik

diskusi yang sama yakni analisa kapasitas sebagai inisiatif lain untuk meningkatkan

kinerja pemerintahan (government performance). Dalam hal ini searah dengan

pendapat Grindle pengembangan kapasitas (capacity building) merupakan upaya

yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu ragam strategi meningkatkan

efisiensi, efektivitas dan responsivitas kinerja pemerintah. Yakni efisiensi, dalam

Page 18: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

18

hal waktu (time) dan sumber daya (resources) yang dibutuhkan guna mencapai

suatu outcomes; efekfivitas berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil

yang diinginkan; dan responsivitas merujuk kepada bagaimana mensikronkan

antara kebutuhan dan kemampuan untuk maksud tersebut. Dalam pengembangan

kapasitas memiliki dimensi, fokus dan tipe kegiatan. Dimensi, fokus dan tipe

kegiatan tersebut menurut Grindle adalah:

1) dimensi pengembangan SDM, dengan fokus: personil yang profesional dan

kemampuan teknis serta tipe kegiatan seperti: training, praktek langsung,

kondisi iklim kerja, pembinaan dan bimbingan teknis, rekruitmen,

2) dimensi penguatan organisasi, dengan fokus: tata manajemen untuk

meningkatkan keberhasilan peran dan fungsi, serta tipe kegiatan seperti:

sistem insentif, perlengkapan personil, kepemimpinan, budaya organisasi,

komunikasi, struktur manajerial, dan

3) reformasi kelembagaan, dengan fokus: kelembagaan dan sistem serta makro

struktur, dengan tipe kegiatan: aturan main ekonomi dan politik, perubahan

kebijakan dan regulasi, dan reformasi konstitusi.

Sejalan dengan itu, Grindle menyatakan bahwa apabila capacity building

menjadi serangkaian strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi,

efektivitas dan responsivitas, maka capacity building tersebut harus memusatkan

perhatian kepada dimensi: pengembangan sumber daya manusia, penguatan

organisasi, dan reformasi kelembagaan. Dalam konteks pengembangan sumber

daya manusia, perhatian diberikan kepada pengadaan atau penyediaan personel

yang profesional dan teknis. Kegiatan yang dilakukan antara lain pendidikan dan

latihan (training), pemberian gaji/upah, pengaturan kondisi dan lingkungan kerja

dan sistim rekruitmen yang tepat. Dalam kaitannya dengan penguatan organisasi,

pusat perhatian ditujukan kepada sistim manajemen untuk memperbaiki kinerja dari

fungsi-fungsi dan tugas-tugas yang ada dan pengaturan struktur mikro. Aktivitas

yang harus dilakukan adalah menata sistim insentif, pemanfaatan personel yang

ada, kepemimpinan, komunikasi dan struktur manajerial. Dan berkenaan dengan

reformasi kelembagaan, perlu diberi perhatian terhadap perubahan sistim dan

institusi-institusi yang ada, serta pengaruh struktur makro. Dalam konteks ini

Page 19: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

19

aktivitas yang perlu dilakukan adalah melakukan perubahan aturan main dari sistim

ekonomi dan politik yang ada, perubahan kebijakan dan aturan hukum, serta

reformasi sistim kelembagaan yang dapat mendorong pasar dan berkembangnya

masyarakat madani.

Menurut Morrison bahwa Capacity Building (Pengembangan Kapasitas)

adalah serangkaian strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi,

efektifitas, dan responsifitas dari kinerja. Lebih lanjut Morrison mengatakan bahwa

: Capacity Building adalah pembelajaran, berawal dari mengalirnya kebutuhan

untuk mengalami suatu hal, mengurangi ketidaktahuan dan ketidakpastian dalam

hidup, dan mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan untuk beradaptasi

menghadapi perubahan. Berdasarkan pendapat ahli di atas, penjelasan tersebut

menunjukkan bahwa adapun tujuan dari Capacity Building (pengembangan

kapasitas) dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Secara umum diidentikkan pada perwujudan sustainabilitas (keberlanjutan)

suatu sistem.

b. Secara khusus ditujukan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dilihat

dari aspek :

1) Efisiensi dalam hal waktu (time) dan sumber daya (resources) yang

dibutuhkan guna mencapai suatu outcome

2) Efektifitas berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang

diinginkan

3) Responsifitas yakni bagaimana mensinkronkan antara kebutuhan dan

kemampuan untuk maksud tersebut.

4) Pembelajaran yang terindikasi pada kinerja individu, grup, organisasi

dan sistem.

Capacity Building (Pengembangan kapasitas) dicirikan dengan hal-hal

sebagai berikut :

a. Merupakan sebuah proses yang berkelanjutan.

b. Memiliki esesensi sebagai sebuah proses internal.

c. Dibangun dari potensi yang telah ada.

d. Memiliki nilai intrinsik tersendiri.

e. Mengurus masalah perubahan.

Page 20: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

20

f. Menggunakan pendekatan terintegrasi dan holistik.

Milen mendefenisikan kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi

atau sistem untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya secara efektif, efisien

dan terus-menerus. Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata

benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Setiap individu

memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang

memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan

karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor

biologis maupun faktor sosial psikologis. Selain teori individual milen juga

menyebutkan bahwa pengembangan kapasitas juga harus ada kemampuan

Organisasi.

Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah

sekumpulan ilmu pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua

orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap

individu

Kerangka Konseptual/Definisi Operasional

PENGEMBANGAN

(PROGRAM SISKEUDES)

(Ruang Terbuka Hijau Capacity Building (Pengembangan

Kapasitas)

Model Pengembangan

Kapasitas Menurut Milen 2004 Individual Organisasi

Page 21: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Sistem Keuangan Desa

Program pengembangan Aplikasi Sistem Desa telah dipersiapkan sejak

awal dalam rangka mengantisipasi penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa. Persiapan ini selaras dengan adanya perhatian yang lebih dari Komisi XI

Dewan Perwakilan Rakyat RI maupun Komisi Pemberantasan Korupsi. Launching

aplikasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2015 merupakan jawaban atas

pertanyaan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XI tanggal 30 Maret 2015,

yang menanyakan kepastian waktu penyelesaian aplikasi yang dibangun oleh

BPKP, serta memenuhi rekomendasi KPK-RI untuk menyusun sistem keuangan

desa bersama dengan Kementerian Dalam Negeri.

Pelatihan dan

Pengarahan

Bimbingan

Teknis

Page 22: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

22

Aplikasi tata kelola keuangan desa ini pada awalnya

dikembangkan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Barat sebagai proyek

percontohan di lingkungan BPKP pada bulan Mei 2015. Keberhasilan atas

pengembangan aplikasi ini selanjutnya diserahkan kepada Deputi Kepala BPKP

Bidang Pengawasan Penyelenggaran Keuangan Daerah setelah melewati

tahapan Quality Assurance (QA) oleh Tim yang telah ditunjuk. Aplikasi Sistem

Keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan aplikasi yang dikembangkan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka meningkatkan

kualitas tata kelola keuangan desa.

Fitur-fitur yang ada dalam Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa dibuat

sederhana dan user friendly sehingga memudahkan pengguna dalam

mengoperasikan aplikasi SISKEUDES. Dengan proses penginputan sekali sesuai

dengan transaksi yang ada, dapat menghasilkan output berupa dokumen

penatausahaan dan laporan-laporan yang sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan, antara lain:

1. Dokumen Penatausahaan:

2. Bukti Penerimaan;

3. Surat Permintaan Pembayaran (SPP);

4. Surat Setoran Pajak (SSP);

5. Dan dokumen-dokumen lainnya

6. Laporan-laporan:

7. Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB Desa per sumber dana);

8. Laporan Penatausahaan (Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak, Buku

Pembantu, dan Register

Kelebihan Aplikasi Siskeudes

1. Sesuai Peraturan

2. Memudahkan Tatakelola Keuangan Desa

Page 23: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

23

3. Kemudahan Penggunaan Aplikasi

4. Dilengkapi dengan Sistem Pengendalian Intern (Built-in Internal Control)

5. Didukung dengan Petunjuk Pelaksanaan Implementasi dan Manual Aplikasi

Rencana Pengembangan

Kompilasi Laporan Keuangan Desa sebagai lampiran Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah

1. Cash Management System

2. Fasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa

3. Fasilitasi Perhitungan Pajak

4. Penambahan Fitur Standar Harga

Program Sistem Keuangan Desa di Kabupaten Jember

Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan aplikasi yang

dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam

rangka meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa. Program Sistem

Keuangan Desa (SISKEUDES) berbasis aplikasi melalui Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (DPMD), di tahun 2017 desa diharapkan segala administrasi

menggunakan aplikasi yang berbasis Online, sehingga kedepan segala administrasi

lebih tertata dengan baik. Hal tersebut berdasarkan dari surat dari KPK pada

beberapa bulan yang lalu yang mana desa di Kabupaten jember wajib menggunakan

Aplikasi Siskeudes dalam perencanaan, realisasi hingga pertanggung jawaban.

Pengelolaan Keuangan Desa. Pengelolaan keuangan desa adalah suatu

bentuk tahap atau proses dalam mengelola keuangan desa yang terdiri dari 4 tahap

yaitu

1. perencanaan,

2. pelaksanaan,

3. penatausahaan dan pelaporan keuangan desa.

Page 24: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

24

Perencanaan. Perencanaan merupakan tahap perumusan program/kegiatan

yang akan dilaksanakan pada desa yang bersangkutan. Pemerintah Desa harus

menetapkan RAB (Rancangan Anggaran Biaya) , RAB adalah mengalokasikan

biaya yang diperlukan untuk pembangunan desa, serta biaya lain yang berhubungan

dengan proses keuangan. RAB dibuat oleh Kepala Desa dan Badan

Permusyawaratan Desa.

“ Dalam perencanan Program Sistem Keuangan Desa, Pemerintah desa

melakukan perencanaan dalam rangka pembangunan desa yang sesuai

dengan kewenangannya. Dimana perencanaan desa terdiri dari :

1. RPJMDesa. Yang di lakukan 6 tahunan untuk 1 kali jabatan Kepala

Desa.

2. RKPDesa. Yang di lakukan 1 tahuan dari penjabaran RPJMDesa.”

(wawancara dengan bapak agung di bagian Pengelolaan Keungan

Desa, 02 Desember 2019, di Dipemasdes)

Pelaksanaan. Pelaksanaan keuangan desa merupakan kegiatan dari proses

perencanaan yang sudah ada dan kemudian pertahap-pertahap dilaksanakan dalam

proses pembangunan desa. Untuk mencapai target pelaksanaan harus dilaksanakan

dengan baik. Tahap implementasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

meliputi seluruh rangkaian kegiatan pelaksanaan. Dalam tahap ini semua yang

menjadi dasar terjadinya proses pengadaan barang dan jasa, penyusunan buku kas

dan lain-lain.

“ Pelaksanaan keuangan desa adalah kegiatan dari proses perencaan,

tahapan – tahan untuk mencapai target pelaksanaan dengan tepat waktu

“(wawancara dengan bapak agung di bagian Pengelolaan Keungan Desa, 02

Desember 2019, di Dipemasdes)

Penatausahaan. Penatausahaan keuangan desa merupakan suatu kegiatan

pada tahap ini proses penataushaan dalam proses pembangunan desa dan laporan

harus di lakukan dengan baik. Proses pencatatan transaksi yang terjadi dalam satu

tahun anggaran, kegiatan penatausahaan mempunyai fungsi untuk

menatausahaakan proses yang telah terjadi dari tahap pelaksanaan dan perencanaan

APBDes.

“ Dalam tahap ini seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan di kelompokan

dan disusun dengan baik untuk di laporkan. Penatausahaan sendiri terdiri

dari :

1. Kas Harian

2. Jurnal

(wawancara dengan bapak agung di bagian Pengelolaan Keungan Desa, 02

Desember 2019, di Dipemasdes)

Page 25: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

25

Pelaporan. Pelaporan keuangan desa yang dimaksud adalah tahap terakhir

dari bentuk pengelolaan keuangan desa.

“ Setelah semua proses telah selesai akan disusun dalam bentuk laporan

keuangan dan kemudian akan di laporkan kepada pihak yang bersangkutan.

Pelaporan sendiri terdiri dari :

1. Laporan Keuangan, yang di laporkan dari Bendahara Desa

2. Laporan pertanggung jawaban APBDesa ( tahunan )

3. Laporan pelaksanaan APBDesa

4. Laporan realisasi kegiatan. ( kasi/kaur ) setiap kali selesai kegiatan

(wawancara dengan bapak agung di bagian Pengelolaan Keungan Desa, 02

Desember 2019, di Dipemasdes)

Kapasitas Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Dalam Meningkatkan

Program Sistem Keuangan Desa Berbasis Aplikasi.

Capacity Building Kelembagaan

Pengembangan kapasitas kelembagaan Menurut (Milen,2004,h.21)

mengungkapkan bahwa merupakan Pengembangan kapasitas tradisional dan

penguatan organisasi memfokuskan pada sumber daya pengembangan hampir

seluruhnya mengenai permasalahan sumber daya manusia, proses dan struktur

organisasi. Pendekatan modern menguji semua dimensi kapasitas di semua tingkat

(misi strategi, kebudayaan, gaya manajemen, struktur, sumber daya manusia,

keuangan, asset informasi, infrastruktur) termasuk interaksi dalam sistem yang

lebih luas terutama dengan kesatuan lain yang ada, pemegang saham dan para

pelanggan. Adanya banyak pendapat dalam pengembangan kapasitas kelembagaan

dilihat dari teori di atas bahwa dimensi yang menyangkut penguatan organisasi

yaitu strategi, kebudayaan, gaya manajemen, struktur, sumber daya manusia,

keuangan, asset informasi dan infrastruktur. UNDP (United Nations Development

Program) dan CIDA (Canadian International Development Agency) dalam Milen

memberikan pengertian peningkatan kapasitas sebagai: proses dimana individu,

kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat meningkatkan kemampuan mereka

untuk :

a) menghasilkan kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (core functions),

memecahkan permasalahan, merumuskan dan mewujudkan pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan, dan

Page 26: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

26

b) memahami dan memenuhi kebutuhan pembangunan dalam konteks yang lebih

luas dalam cara yang berkelanjutan.

Hal ini sejalan dengan konsep pengembangan kapasitas menurut Grindle

(1997) yang menyatakan bahwa pengembangan kapasitas sebagai ability to

perform appropriate task effectvely, efficiently and sustainable. Bahkan Grindle

menyebutkan bahwa pengembangan kapasitas mengacu kepada improvement in

the ability of public sector organizations. Keseluruhan definisi di atas, pada

dasarnya mengandung kesamaan dalam tiga aspek sebagai berikut:

1) bahwa pengembangan kapasitas merupakan suatu proses,

2) bahwa proses tersebut harus dilaksanakan pada tiga level/tingkatan, yaitu

individu, kelompok dan institusi atau organisasi, dan

3) bahwa proses tersebut dimaksudkan untuk menjamin kesinambungan

organisasi melalui pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang

bersangkutan.

Sesungguhnya pada beberapa literatur pembangunan, konsep capacity

building sampai saat ini masih menyisakan perdebatan-perdebatan dalam

pendefinisian. Sebagian pakar memaknai capacity building sebagai capacity

development atau capacity strengthening, mengisyaratkan suatu prakarsa pada

pengembangan kemampuan yang sudah ada (existing capacity). Sementara pakar

yang lain lebih merujuk kepada constructing capacity sebagai proses kreatif

membangun kapasitas yang belum nampak (not yet exist). Dalam hal ini searah

dengan pendapat Grindle pengembangan kapasitas (capacity building) merupakan

upaya yang dimaksudkan untuk mengembangkan suatu ragam strategi

meningkatkan efisiensi, efektivitas dan responsivitas kinerja pemerintah. Yakni

efisiensi, dalam hal waktu (time) dan sumber daya (resources) yang dibutuhkan

guna mencapai suatu outcomes; efekfivitas berupa kepantasan usaha yang

dilakukan demi hasil yang diinginkan; dan responsivitas merujuk kepada

bagaimana mensikronkan antara kebutuhan dan kemampuan untuk maksud

tersebut. Dalam pengembangan kapasitas memiliki dimensi, fokus dan tipe

kegiatan. Dimensi, fokus dan tipe kegiatan tersebut menurut Grindle adalah:

Page 27: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

27

1) dimensi pengembangan SDM, dengan fokus: personil yang profesional dan

kemampuan teknis serta tipe kegiatan seperti: training, praktek langsung,

kondisi iklim kerja, pembinaan dan bimbingan teknis, rekruitmen,

2) dimensi penguatan organisasi, dengan fokus: tata manajemen untuk

meningkatkan keberhasilan peran dan fungsi, serta tipe kegiatan seperti: sistem

insentif, perlengkapan personil, kepemimpinan, budaya organisasi,

komunikasi, struktur manajerial, dan

3) reformasi kelembagaan, dengan fokus: kelembagaan dan sistem serta makro

struktur, dengan tipe kegiatan: aturan main ekonomi dan politik, perubahan

kebijakan dan regulasi, dan reformasi konstitusi. Sejalan dengan itu, Grindle

menyatakan bahwa apabila capacity building menjadi sebuah rangkaian

strategi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan

responsivitas.

Pengembangan untuk meningkatkan program sistem keuangan desa

berbasis aplikasi di kabupaten jember, dinas pemberdayaan masyarakat dan desa

sangatlah penting untuk melakukan program siskeudes dalam pembinaan dan

bimbingan teknis (BIMTEK). Maka dari itu sangatlah penting untuk mengukur

kapasitas dinas pemberdayaan masyarakat dan desa untuk mengembangkan

program sistem keuangan desa berbasis aplikasi. Untuk mengetahui kapasitas dinas

tersebut, maka di butuhkan teori pengembangan kapasitas kelembagaan di suatu

instansi. Dalam buku Milen 2004, pengembangan kapasitas menyebutkan bahwa

sebagai kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk menjalankan fungsi

sebagaimana mestinya secara efektif, efisien dan terus-menerus. Dalam

pengembangan kapasitas terdiri dari proses, sdm, strategi, struktur organisasi.

Proses

Pengertian proses sendiri adalah serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang

jelas dan dapat di tempuh berulang kali, untuk mengcapai hasil yang di inginkan.

Jika di tempuh setiap tahapan itu secara konsisten mengarah pada hasil yang di

inginkan.

Program Sistem Keuangan Desa di Kabupaten Jember di terapkan pada akhir tahun

2017. Maka dari itu proses dalam penerapan program Sistem Keuangan Desa di

Kabupaten Jember bisa di pandang dari segi :

Page 28: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

28

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pembinaan dan pelatihan

4. Bimbingan teknis

5. Pengawasan

Perencanaan yaitu pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan

strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan

standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Maka dinas pemberdayaan

masyarakat dan desa dalam melaksanakan program sistem keuangan desa

dibutuhkan untuk merencanakan pembinaan dan bimtek di setiap desa.

Pelaksanaan yaitu sebagai usaha-usaha yang dilakukan untukmelaksanakan

semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan

denganmelengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan

melaksanakan, dimanatempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.

Dinas pemberdayaan masyarakat dan desa juga dalam pelaksanaan program

siskeudes harus mempersiapkan dalam semua rencana dan kebijakan yang di

terapkan untuk program tersebut.

Pembinaan dan pelatihan, dalam pembinaan program sistem keuangan desa itu

harus mendatangkan dari pihak desa diantaranya bendahara desa, BPD, dan

kaur lainnya, agara dalam penerapan program siskeudes teresebut bisa berjalan

dengan baik sesuai dengan tujuan dinas pembardayaan masyarakat dan desa di

kabupaten jember.

Bimbingan teknis, selain dari pembinaan juga dinas pemberdayaan dan desa

harus menetapkan dan membuat kebijakan untuk melaksanakan bimbingan

teknis, bimtek tersebut harus di laksanakan di setiap desa di kab jember.

Pengawasan, dalam menerapkan dan melaksanakan program sistem keuangan

desa, pengawasan terhadapan pelaksanaan tersebut, harus di awasi, agar dalam

pengeloalaan keuangan bisa transparan, efektif dan efisien. Dalam pengawasan

sendiri, melibatkan dari KPK.

Sumber Daya Manusia

Salah satu sumber daya yang mempengaruhi keberhasilan terhadap

kapasitas suatu lembaga yakni sumber daya manusia. SDM ini dituntut untuk

Page 29: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

29

memiliki keahlian dan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya sehingga tujuan

yang diharapkan bisa tercapai. Dalam penerapan sistem keuangan desa, SDM

sangatlah penting dalam melakukan kebijakan dari program tersebut. Sumber daya

manusia tersebut mengetahui tentang tugas dan fungsinya sehingga bisa melakukan

sebagaimana mestinya. Dalam rangka meningkatkan kapasitas Dinas

Pemberdayaan Masyarakat dan desa untuk penerapan Sistem Keuangan Desa,

Dispemasdes melaksanakan seperti :

1. Pelatihan Bimtek (bimbingan teknis). Dinas melakukan Bimtek bersama

dengan desa yang dibawahi oleh BPKP

2. Dari dinas untuk melakukan Bimtek yaitu bagian pengelolaan keuangan

desa 2 orang, lalu dari desa itu adalah pendamping desa, yaitu kementrian

PDTT ( pembangunan desa tertinggal dan transmigrasi )

Selain Sumber Daya Manusia yang menjadi faktor penentu dalam

keberhasilan atau kegagalan dalam sebuah pelaksanaan kebijakan, sumber daya

anggaran juga menjadi faktor penentunya. Apabila sumber daya anggaran terbatas

maka kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat juga menjadi

terhambat. Selain dilihat dari sumber daya manusia dan sumber daya anggaran,

faktor selanjutnya yakni sumber daya peralatan. Sumber daya peralatan ini juga

menunjang terhadap pelaksanaan dari suatu kebijakan.

Strategi

Dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, dari

tema tersebut adalam program sistem keuangan desa dan mengidentifikasi faktor

pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara

rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan

secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang

lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering

kali mencampuradukan ke dua kata tersebut. Setrategi Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa dalam penerapan Sistem Keuangan Desa antara lain :

1. Bimbingan teknis ( BIMTEK ). Dispemasdes mendatangkan dari

Pemerintah Desa yaitu Operator Desa dan Bendahara Desa

Page 30: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

30

2. Mewajibkan APBDes menggunakan Sistem Keuangan Desa berbasis

aplikasi

3. Kebijakan penganggaran untuk pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa

melalui Anggaran Desa

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam

penerapan Sistem Keuangan Desa adalah di bidang Pengelolaan Keuangan dan

Kekayaan. Bidang Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan mempunyai tugas

merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan Pembinaan

pengelolaan Keuangan dan Kekayaan desa, menghimpun, mengolah dan

merumuskan pedoman/petunjuk teknis tentang pengelolaan Keuangan dan

Kekayaan desa serta Bantuan keuangan kepada Pemerintahan Desa,

menginventarisasi aset dan kekayaan desa, memfasilitasi pencairan bantuan

keuangan kepada pemerintahan desa,. melaksanakan pembinaan dan pelatihan

pengelolaan keuangan desa bagi pemerintah desa, melaksanakan pengembangan

BUMDesa ; dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Seksi

pada bidang sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh Kepala Seksi

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengelolaan

Keuangan dan Kekayaan.

a. Seksi Pengelolaan Pendapatan dan Kekayaan Desa.

Seksi Pengelolaan Pendapatan dan Kekayaan Desa, mempunyai tugas meliputi:

1. Menyiapkan bahan koordinasi penyusunan pedoman pengelolaan,

pemanfaatan dan penatausahaan pendapatan dan kekayaan desa;

2. Menyiapkan bahan penyusunan konsep rencana pembinaan dan pengendalian

Inventarisasi aset dan kekayaan desa;

3. Melaksanakan pemantauan dan mengevaluasi pengelolaan Pendapatan dan

kekayaan desa;

4. Memfasilitasi penyelesaian sengketa pengelolaan aset dan Kekayaan desa;

5. Melaksanakan pembentukan dan pembinaan BUMDesa ; dan

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

Page 31: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

31

b. Seksi Pengelolaan Keuangan Desa.

Seksi Pengelolaan Keuangan Desa, mempunyai tugas meliputi :

a. Menyiapkan bahan koordinasi penyusunan pedoman pengelolaan,

pemanfaatan dan penatausahaan keuangan desa dan bantuan keuangan

kepada pemerintahan desa;

b. Menyiapkan bahan penyusunan konsep rencana pembinaan dan

pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa dan Bantuan keuangan kepada

Pemerintahan Desa;

c. Melaksanakan pemantauan dan mengevaluasi Pengelolaan Keuangan Desa

dan Bantuan keuangan kepada Pemerintahan Desa;

d. Memfasilitasi dan memverifikasi penyusunan APBDes dan Laporan

Keuangan Desa;

e. Memfasilitasi realisasi dan penyelesaian Permasalahan Pengelolaan

Keuangan Desa dan Bantuan keuangan kepada Pemerintahan Desa; dan

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan pada pembahasan tersebut yang didapatkan sesuai

dari hasil penelitian mengenai Kapasitas Dinas Pemberdayaan Masyarerakat dan

Desa Dalam Meningkatkan Program Sistem Keuangan Desa Berbasis aplikasi di

Kabupaten Jember adalah sebagai berikut ini :

a. Proses, bahwa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di bilang telat

dalam penerapan program Sistem Keuangan Desa di Kabupaten Jember,

Karena program tersebut sudah di terapkan sejak tahun 2015 oleh BPKP.

b. Sumber daya, dari SDM dan Sumber daya Anggaran sudah memadahi.

c. Setrategi, setrateginya untuk penerapan Program Sikeudes sudah bisa

dikatakan baik.

Maka dapat di simpulkan bahwa kapasitas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa sangatlah penting untuk meningkatkan Program Sistem Keuangan Desa

Berbasis Aplikasi di Kabupaten Jember.

Page 32: KAPASITAS DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA …

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL “Tantangan Penyelenggaran Pemerintahan di Era Revolusi Industri 4.0". ISBN: 978-602-73470-5-2

32

DAFTAR PUSTAKA

Gayatri, (2018) Efektivitas Penerapan Siskeudes Dan Kualitas Laporan Keuangan

Dana Desa, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 13(2).

Eko Febri Lusiono Melakan, (2017), Analisis Penerimaan Aplikasi Siskeudes Di

Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas, Jurnal Akuntansi,

Ekonomi Dan Manajemen Bisnis Vol. 5, No. 2, 163-172.

Fajar, (2018), Implementasi Program Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Dalam

Pengelolaan Keuangan Desa Di Desa Slawi Kulon Kecamatan Slawi

Kabupaten Tegal Tahun 2017, Indonesian Governance Journal Journal, 1(1)

Fikri, Faisal Amrillah, Mulianto. (2020). Critical Discourse Analysis of

Technology-Based Village Government System in Bengkalis Riau, Journal

of Local Government Issues, 3(1), 64-74,

DOI: https://doi.org/10.22219/logos.v3i1.10929

Jehan M. Malahika, (2018). Penerapan Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) Pada

Organisasi Pemerintahan Desa (Studi Kasus Di Desa Suwaan Kecamatan

Kalawat Kabupaten Minahasa Utara). Jurnal Riset Akuntansi Going

Concern 13(4), 578-583.

Lexy J. Moleong (2010), Metode Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta.

Oktiviani, (2018), Implementasi Sistem Keuangan Desa Dan Kualitas Laporan

Keuangan Pemerintah Desa Di Kabupaten Kuningan, Jurnal Kajian

Akuntansi, Vol 2, (2), 145-159.