pembelajaran realistik
TRANSCRIPT
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik26 Oktober 2012 by februl
A. Pengertian Pendekatan Realistik
Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran dalam matematika berdasarkan
pada Realistic Mathematics Education (RME), yang pertama kali dikembangkan di negeri Belanda pada
tahun 70-an oleh Freundenthal. Pada RME pembelajaran matematika bisa bermakna bila dikaitkan
dengan kenyataan (realita)dalam kehidupan di masyarakat yang di alami siswa. Selain sebagai suatu
proses aktivitas, tidak hanya sebagai suatu produk yang dijadikan bahan ajar. Sementara ini guru
memandang matematika hanya sebagai hasil buah pikir manusia pendahulu, kemudian diajarkan
kembali kepada manusia lain generasi berikutnya untuk dipelajari dan dimanfaatkan. Guru
melaksanakan pengajaran matematika hanya sebagai produk dan bukan matematika sebagai proses.
Freundenthal mengemukakan bahwa pembelajaran matematika seyogyanya dilakukan dengan sistem
guided reinvention, kegiatan yang mendorong siswa untuk belajar menemukan konsep atau aturan,
yaitu dengan memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk mencoba proses
matematisasi (proses of mathematization), tidak hanya diberitahukan. Proses matematisasi
selanjutnya menurut Treffers (2000) ada dua tipe, yaitu horizontal dan vertikal. Pada tahap horizontal
siswa akan sampai pada tahap mathematical tools,seperti fakta, konsep, prinsip, algoritma, dan aturan
yang dapat berguna untuk menyelesaikan persoalan matematik. Pada tahap vertikal adalah proses
reorganisasi matematik, misalnya menemukan keterkaitan antara beberapa konsep dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Tahap matematisasi horizontal adalah proses dari dunia
empirik menuju dunia rasio, sedangkan matematisasi vertikal adalah proses transformasi pada dunia
rasio dalam pengembangan matematika secara abstrak.
B. Inovasi Pembelajaran Matematika
Romberg ( 1992 ) mengatakan bahwa dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan matematika,
individu atau kelompok dapat membuat suatu produk baru untuk memperbaiki suatu pembelajaran,
produk ini mungkin berupa produk materi pembelajaran baru, teknik pembelajaran baru, ataupun
program pembelajaran baru. Pengembangan produk baru ini melibatkan proses engineering dengan
cara menemukan bagian-bagian tertentu dan meletakkannya kembali untuk membuat suatu bentuk
baru. Ada empat tahap utama dalam pengembangan ini yaitu : desain hasil, kreasi hasil, implementasi
hasil, dan penggunaan hasil.
Bentuk inovasi tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil proses belajar mengajar, yang
ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam menyerap konsep-konsep, prosedur, dan
algoritma matematika.
Pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik merupakan salah satu usaha
meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika. Usaha-usaha ini dilakukan sehubungan
dengan adanya perbedaan antara ‘materi’ yang dicita-citakan oleh kurikulum tertulis dengan ‘materi
yang diajarkan’, serta perbedaan antara ‘materi yang diajarkan’ dengan materi yang ‘dipelajari siswa’.
Dalam banyak hal, pengajaran sering kali diinterpretasikan sebagai aktivitas yang dilakukan guru :
mula-mula ia mengenalkan subjek, memberikan satu atau dua contoh, kemudian menanyakan
pertanyaan satu atau dua pertanyaan, kemudian meminta kepada siswa yang pasif untuk menjadi
lebih aktif, dengan memulainya melengkapi latihan-latihan soal dari buku.
Kelas dalam kombinasinya dengan guru akan menentukan dengan cara mana hasil optimal akan
didapat. Hal ini akan menyangkut interaksi sesama siswa, kerja individual, kerja kelompok, diskusi
kelas, presentasi hasil pekerjaan siswa, presentasi guru, dan aktivitas lainnya dalam
mengorganisasikan kelas sedemikian sehingga hasil yang diperoleh akan optimal. Keadaan yang
seperti ini yang menuntut agar guru yang akan mengajar dengan pendekatan realistik
memahami framework dari pendekatan realistik.
Pengembangan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik, terutama di negeri asalnya,
Negeri belanda, telah dilakukan selama tak kurang dari 30 tahun, telah membawa hasil bahwa 75%
sekolah-sekolah di Negeri Belanda telah menggunakan pendekatan realistik (Treffers, 1991).
C. Pendekatan Realistik di Antara pendekatan Lainnya Dalam Pendidikan Matematika
Secara umum ada empat pendekatan pembelajaran matematika yang dikenal, Traffers (1991)
membaginya dalam mechanistic, strukturalistic, empiristic dan realistik.Supaya kita mengetahui posisi
dari filsafat realistik, akan di uraikan secara singkat pendekatan menurut filosofi lain di luar realistik
sebagai berikut:
Menurut filosofi mechanistic bahwa manusia ibarat komputer, sehingga dapat di program dengan cara
drill untuk mengerjakan hitungan atau algoritma tertentu dan menampilkan aljabar pada level yang
paling sederhana atau bahkan mungkin dalam penyelesaian geometri serta berbagai masalah,
membedakan dengan mengenali pola-pola dan proses yang berulang-ulang.Dalam filosofi
structuralistic, yang secara historis berakar pada pengajaran geometri tradisional, bahwa matematika
dan sistemnya terstuktur secara baik.Manusia dengan kemuliaannya, belajar dengan pandangan dan
pengertian dalam berbagai rational, di anggap sanggup menampilkan deduksi-deduksi yang lebih
efesien dengan cara menggunakan subjek mater sistematik dan terstruktur secara baik.Dalam filosofi
yang pada mulanya dijalankan oleh sokrates para siswa diharapkan patuh untuk mengulang-ulang
deduksi pokok.Untuk menguji hasil pengulangan apakah hanya membeo saja atau benar-benar
menguasai suatu kumpulan permasalahan selanjutnya siswa di latih secara drill.Menurut Freudenthal
(1991) matematika strukturalis diajarkan di menara gading oleh ratio individu yang jauh dari dunia
masyarakat.
Selanjutnya, menurut filosofi empiristik bahwa dunia adalah kenyataan.dalam pandangan ini kepada
siswa disediakan berbagai material yang sesuai dengan dunia kehidupan para siswa,Para siswa
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang berguna, namun sayangnya para
siswa tidak dengan segera mensistemasikan dan merasionalkan pengalaman.
Dalam filosofi realistic, kepada siswa diberikan tugas-tugas yang mendekati kenyataan, yaitu yang dari
dalam siswa akan memperluas dunia kehidupannya.Kemajuan individu maupun kelompok dalam
proses belajar sebarapa jauh dan seberapa cepat akan menentukan spektrum perbedaan dari hasil
belajar dan posisi individu tersebut.
Dalam kerangka Realistic Mathematics Education, freudenthal (1991) menyatakan bahwa
“Mathematics is human activity” karenanya pembelajaran matematika disarankan berangkat dari
aktivitas manusia.
D. Prinsip-Prinsip pembelajaran Realistik
Terdapat lima prinsip utama dalam kurikulum matematika realistik, yaitu:
1. Menggunakan konteks yang real terhadap siswa sebagai titik awal untuk belajar
2. Menggunakan model sebagai suatu jembatan antar real dan abstrak yang membantu siswa belajar
matematika pada level abtrak yang berbeda
3. Menggunakan produksi/kontribusi siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari mereka “doing
mathematics”
4. Interaksi antara siswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam RME
5. Terintegrasi dengan topik lainnya (Intertwinment).
Kelima prinsip belajar ( dan mengajar ) menurut filosofi ‘realistic’ di atas inilah yang menjiwai setiap
aktivitas pembelajaran matematika. Dalam pengembangan pendekatan realistik, yang pada umumnya
menggunakan pendekatan ‘developmental research’, Freudenthal (1991) menjelaskan bahwa
‘developmental research’ adalah pengalaman proses siklis dari pengembangan dan penelitian secara
sadar, kemudian dilaporkannya secara jelas. Pengalaman ini kemudian dapat di transfer kepada yang
lain menjadi seperti pengalaman sendiri. Dalam proses pengembangan bahan ajar dengan pendekatan
realistik disampaikan menggunakan developmental research, dengan dua karakteristik yaitu :
percobaan berfikir dan implementasi pembelajaran.
Tujuan dari para peneliti dalam developmental research ini bukanlah untuk menyelesaikan suatu
masalah secara cepat(immediate) melainkan untuk menyatakan suatu pertimbangan secara baik, dan
penurunan teori pembelajaran secara empiris. Perlu diingat bahwa teori pembelajaran yang
dikembangkan dalam projek penelitian yang dilaksanakan dikatakan sebagai teori pembelajaran lokal,
yang memberikan suatu jawaban umum untuk satu topik yang diberikan. Dalam projek penelitian,
siklus dari pembelajaran matematika melayani pengembangan teori pembelajaran lokal. Dalam
kenyataannya terdapat hubungan reflektif antara thought experiment dan instructional
experiment dari teori pembelajaran lokal yang sedang dikembangkan. Di satu
pihak conjecture (hipotesis) teori pembelajaran lokal membimbing thought
experiment dan instructional experiment, dan di lain pihak, microinstruction experiment membentuk
teori pembelajaran lokal.
Dengan demikian pengembangan dari pembelajaran matematika menggunakan pendekatan realistik
memerlukan tahap implementasi dengan menggunakan beberapa asumsi. Kerangka pembelajaran
dengan pendekatan realistik mempunyai dua kelebihan. Menuntun siswa dari keadaan yang sangat
konkrit (melalui proses matematisasi horizontal, matematika dalam tingkat ini adalah matematika
informal). Biasanya mereka (para siswa) dibimbing oleh masalah-masalah kontekstual. Dalam falsafah
realistik, dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal permulaan dalam pengembangan konsep-
konsep dan gagasan matematika. Menurut Treffers dan Goffree (1985, dalam De Lange 1996) bahwa
masalah kontekstual dalam kurikulum realistik berguna untuk mengisi sejumlah fungsi :
1. Pembentukan konsep : Dalam fase pertama pembelajaran para siswa diperkenankan untuk masuk
ke dalam matematika secara alamiah dan termotivasi.
2. Pembentukan model : Masalah-masalah kontekstual memasuki fondasi siswa untuk belajar
operasi, prosedur, notasi, aturan, dan mereka mengerjakan ini dalam kaitannya dengan model-
model lain yang kegunaannya sebagai pendorong penting dalam berfikir.
3. Keterterapan : Masalah kontekstual menggunakan ‘reality’ sebagai sumber dan domain untuk
terapan.
4. Praktek dan latihan dari kemampuan spesifik dalam situasi terapan.
Dengan gagasan seperti di atas, bagaimana supaya para siswa memiliki konsep matematika yang kuat
salah satu alternatif yang ditawarkan adalah pendekatan realistik.
E. Pertimbangan Menggunakan Pendekatan Realistik
Pembelajaran matematika menggunakan realistik sebagai satu alternatif dari sekian banyak
pendekatan yang dilakukan. Meskipun tak ada cara yang terbaik dalam pembelajaran atau pun cara
belajar, sebagaimana yang dikemungkakan oleh Entwistle (1981, dalam Nisbet 1985) “There can be no
‘right’ way to study or ‘best’ way to teach…”(hal. 43), pengalaman para pengembang realistik perlu
mendapat perhatian khusus.
Pada dasarnya pendekatan realistik membimbing siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep
matematika yang pernah ditemukan oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa dapat
menemukan hal yang sama sekali belum pernah ditemukan. Ia dkenal sebagai guided
reinvention(Fruedenthal, 1991).
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa ada lima prinsip utama dalam pembelajaran
matematika realistik. Meskipun kelima prinsip utama dari kerangka realistik menjadi acuan
pengembangan pembelajaran matematika, namun dalam desain pembelajaran kadang-kadang kelima
prinsip dasar realistik tidak semua nya muncul.
Imlementasi pembelajan matematika dengan pendekatan realistik dilakukan oleh mahasiswa yang
telah memahami bagaimana pembelajaran realistik, disampaikan, dan bagaimana prinsip-prinsip
pembelajara dilakukan, berkolaborasi dalam melakukan penelitian pengembangan yang disponsori
oleh projek Due-Like.
Dikaitkan dengan prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, berikut ini
merupakan rambu-rambu penerapannya :
1. Bagaiamana ‘guru’ menyampaikan matematika kontekstual sebagai starting point pembelajaran?
2. Bagaimana ‘guru’ menstimulasi, membimbing, dan memfasilitasi agar prosedur, algoritma, simbol,
skema, dan model yang di buat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai kepada
matematika formal?
3. Bagaiamana ‘guru’ memberi atau mengarahkan kelas, kelompok, maupun individu untuk
menciptakan free production, menciptakan caranya sendiri dalam menyelesaikan soal atau
menginterprestasikan problem kontekstual, sehingga tercipta berbagai macam pendekatan atau
metode penyelesaian atau algoritma.
4. Bagaimana ‘guru’ membuat kelas bekerja secara interaktif sehingga interaksi di antara mereka
antara siswa dengan siswa dalam kelompok kecil, antara anggota-anggota kelompok dalam
presentasi umum, serta antara siswa dan guru?
5. Bagaiman ‘guru’ membuat jalinan antara topik dengan topik lain, antara konsep dengan konsep
lain, dan antara satu simbol dengan simbol lain di dalam rangkaian topik matematika?
Sebuah laporan penelitian terhadap implementasi pembelajaran matematika berdasarkan realistik
mengatakan bahwa :
1. Sekurang-kurangnya telah mengubah sikap siswa menjadi lebih tertarik terhadap matematika
2. Pada umum nya siswa mnyenangi matematika dengan pendekatan pembelajaran yang diberikan
dengan alasan cara belajarnya berbeda, pertanyaan-pertanyaan menantang adanya pertanyaan-
pertanyaan tambahan sehingga menambah wawasan, lebih mudah mempelajarinya kerena
persoalannya menyangkut kehidupan sehari-hari.
F. Contoh Desain Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Realistik Matematika
Masalah 1
Diketahui bahwa, enam ekor sapi sama kuat dengan delapan ekor kuda. Sedangkan seekor gajah
sama kuat dengan seekor sapi dan empat ekor kuda. Bila diadakan perlombaan tarik tambang antara
kelompok A yang terdiri dari seekor gajah dan empat ekor kuda, dan kelompok B yang terdiri dari
delapan ekor sapi, kelompok manakah yang akan menang?
Masalah 2
Diketahui bahwa, satu botol kecil dan satu botol sedang isinya sama dengan sembilan cangkir,
sedangkan satu botol sedang isinya sama dengan dua botol kecil. Bila satu botol besar isinya sama
dengan tiga botol sedang, maka berapa cangkir isi dari satu botol besar tersebut?
G. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan
Realistik
Kelebihan pembelajaran matematika realistik antara lain :
1. Karena membangun sendiri pengetahuannya, maka siswa tidak pernah lupa.
2. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan,
sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
3. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena sikap belajar siswa ada nilainya.
4. Memupuk kerjasama dalam kelompok.
5. Melatih keberanian siswa karena siswa harus menjelaskan jawabannya.
6. Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat.
7. Mendidik budi pekerti.
Kelemahan pembelajaran matematika realistik antara lain :
1. Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam
menentukan sendiri jawabannya.
2. Membutuhkan waktu yang lama.
3. Siswa yang pandai kadang tidak sabar menanti jawabannya terhadap teman yang belum selesai
4. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu
5. Belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesal dalam evaluasi/memberi nilai.
Referensi
Suherman, Erman, dkk. 2003. Startegi Pembelajaran Matematika Kontenporer. Bandung: UPI.
http://asarohqi.blogspot.com/2012/03/pembelajaran-matematika-dengan.html
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2010/08/pembelajaran-matematika-realistik-rme.html
http://planetmatematika.blogspot.com/2011/01/pendekatan-realistik.html