pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan perannya dalam...

83
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN PERANNYA DALAM MEMBENTUK SIKAP DISIPLIN SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBINONG s Oleh: Ahmad Fauji NIM. 102015024049 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

Upload: others

Post on 28-Nov-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DAN PERANNYA DALAM MEMBENTUK SIKAP DISIPLIN

SISWA MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBINONG

s

Oleh:

Ahmad Fauji NIM. 102015024049

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dan Perannya dalam Membentuk Sikap Disiplin Siswa

Madrasah Aliyah Negeri Cibinong ” yang disusun oleh Ahmad Fauzi

Nomor Induk Mahasiswa: 102015024049, Jurusan Pendidikan (Tadris) IPS

telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah dan berhak

untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan

fakultas.

Jakarta, 26 Mei 2008

Yang mengesahkan

Drs. Banajid

NIP

PROGERAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 3: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 7

C. Pembatasan Masalah 8

D. Perumusan Masalah 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 9

BAB II KAJIAN TEORI

Pembelajaran PKn

1. Pengertian Pembelajaran 10

2. Tujuan dan Metode Pembelajaran 12

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran 17

4. Pendidikan Kewarganegaraan 19

Disiplin

1. Pengertian Displin 29

2. Tujuan Disiplin 33

3. Fungsi Disiplin 34

4. Jenis-jenis Disiplin 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tempat, Waktu dan Sumber Penelitian 43

Teknik Pengumpulan Data 43

Teknik Analisis Data 45

Definisi Operasional 47

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Objek Penelitian 49

B. Deskripsi Data 53

C. Analisis Data 54

Page 4: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 67

B. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 5: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan sebagai sarana

memanusiakan manusia pada dasarnya adalah sebagai usaha mengembangkan

potensi individu, sehingga bisa hidup lebih optimal, baik secara pribadi

maupun sebagai anggota masyarakat yang memiliki nilai-nilai moral dan hasil

sebagai pedoman hidup. Pendidikan dipandang sebagai usaha sadar yang

bertujuan dan berusaha mendewasakan anak”.1 Sedangkan Amir Daein Indra

Kusuma juga mengatakan bahwa ”pendidikan dipandang sebagai suatu usaha

sadar yang dilaksanakan secara teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh

orang-orang yang diserahkan tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar

mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan”.2

Fuad Hassan menegaskan bahwa “dalam arti yang luas pendidikan

terjadi melalui tiga upaya utama, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan

peneladanan. Hal ini perlu ditekankan agar tidak lagi-lagi terjadi penafsiran

yang mempersempit upaya pendidikan sekadar dalam lingkup penyekolahan

(Schooling), selanjutnya sistem pendidikan diartikan sistem persekolahan

belaka”.3

Menurut Piet A. Sahertian “pendidikan merupakan usaha sadar yang

secara sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia”.4

1 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1998), Cet ke-1 h.11.

2 Amir Daein Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,

tth.) h.27

3 Fuad Hassan, Pendidikan Manusia Indonesia, Editor Tonny D. Widastono, Penerbit

Buku Kompas, Jakarta 2004, h. 52

4 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. ke-1, h. 1

Page 6: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Pendidikan dapat dilakukan dimana saja tidak mengenal ruang, tempat dan

waktu, serta dapat dilakukan oleh siapa saja, karena pada dasarnya pendidikan

merupakan pemberian pengetahuan dan bimbingan dari orang yang lebih

dewasa kepada orang yang lebih muda.

Pengertian guru secara umum dapat diartikan sebagai "orang yang

menjadi panutan serta memberikan jalan yang baik demi kemajuan, atau

dengan kata Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri

Handayani"5

Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi

seorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi

edukatif secara terpola, formal dan sistematis. Sedangkan menurut kamus

besar bahasa Indonesia diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata

pencahariannya mengajar).6 Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah

orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.7 Namun secara

luas guru dapat diartikan sebagai orang yang berwenang dan bertanggung

jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun klasikal, baik

di sekolah maupun di luar sekolah.

Sejak dulu, dan mudah-mudahan sampai sekarang, guru menjadi

anutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh murid di ruang-ruang

kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam

menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat

dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri teladan, di tengah-

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Pedoman Guru Agama SD, (Jakarta:

Proyek Pembinaan Pendidikan Agama Pada Sekolah Umum, 1982/83 ), h. 33

6 Tim Penyusun Kamus P3B, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1996), edisi kedua, h. 330

7 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta:

Rhineka Cipta, 2000 ), Cet. I, h. 31

Page 7: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

tengah membangun, dan di belakang memberikan dorongan dan motivasi. Ing

Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.8

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru

diberikan tugas yang berat. Namun lebih berat lagi mengemban tanggung

jawab, sebab tanggung jawab itu tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah

tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus diberikan guru tidak hanya

secara kelompok tetapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar

selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didiknya tidak

hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.

Kaitannya dengan guru PKn, paling tidak ada tiga sikap yang

dilakukan guru dalam mengajar Civics seperti yang diungkapkan oleh Gross

sebagaimana dikutip oleh Somantri yaitu: (1) Extrem propagandist, i Netral,

(3) Dedicated dan well-in formed teachers9

Menjadi guru yang bersikap extrem propagandist bertentangan dengan

tujuan PKn, karena tidak melatih siswa untuk berpikir logis, kritis dan analitis,

sebagai salah satu kunci utama dalam demokratisasi sikap, pikiran dan

tindakan siswa.

Apabila bersikap netral dipertunjukkan di kelas Civics, maka hal ini

dapat menimbulkan kekeliruan bagi seluruh kelas. Maksud pelajaran tidak

menentu dan terapung menurut pikirannya masing-masing siswa. Dengan

demikian, proses mengambil keputusan tidak terjadi. Karena sikap tersebut

tidak dapat membangkitkan sikap demokratis dan menghalangi proses

pengambilan keputusan, maka sikap yang baik adalah yang didasari oleh

pengabdian dan pengetahuan yang memadai dari guru. Guru Civics harus

memiliki itikad baik dan pengabdian yang besar kepada bangsa dan negara.

Disamping itu, dia harus dapat memberikan bimbingan kepada siswa dengan

menunjukkan sumber-sumber pengetahuan yang berhubungan dengan apa

8 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2005), Cet. XVII, h. 7-8

9 Muhammad Numan Somantri , “Mengagas Pembaharuan Pendidikan IPS”, (Bandung:

Program Pasca Sarjanadan FPIPS UPI dengan PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. I, h. 310

Page 8: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

yang sedang dibicarakan di dalam kelas Civics. Dengan demkian guru

membawa para siswanya ke arah suatu tingkatan pengambilan keputusan yang

terbaik dari berbagai macam alternatif yang dihadapi.

Untuk dapat berperan seperti itu, guru Civics harus menempatkan

metodenya dalam authority of method. Artinya, dia harus membuat metode

seefektif mungkin, sehingga dalam keadaan apapun metode dapat mengatasi

kesulitan guru, tanpa meninggalkan dasar-dasar mengajar yang demokratis.

Guru yang kewalahan dalam mengatasi masalah pelajaran Civics karena

kurang menyiapkan diri dalam authority of method-nya, sering menjadi

frustasi dan akhirnya menggunakan method of authority.

Method of authority mendasarkan kepada kewibawaan pribadi guru

dengan disiplin yang ketat di dalam kelas, dengan sedikit peluang untuk

berdiskusi dan merefleksikan bahan pelajaran. Sebaliknya, authority of method

dimaksudkan untuk mengungkapkan potensi-potensi kecerdasan, sikap dan

keterampilan siswa dengan memobilisasi segala usaha metodologis, agar

dicapai peningkatan hasil belajar yang sebaik-baiknya. Dalam method of

authority ini, peran guru adalah sebagai pembimbing dengan sikap bersahabat,

sehingga dapat menjadikan pelajaran Civics sebagai pelajaran yang disenangi.

Walaupun metode mengajar sudah menggariskan langkah-langkah

yang harus ditempuh oleh guru, tetapi masing-masing guru mempunyai

pertimbangan sendiri-sendiri. Mengenai tekanan peranan ini, bergantung pada

kondisi setempat. Apabila suatu tempat guru menganggap siswa mempunyai

latar belakang yang cukup dalam salah satu topik, maka peranan harus lebih

banyak kepada siswa. Tetapi apabila guru menganggap bahwa penguasaan

siswa kurang, maka guru hendaknya mendorong siswa dengan pertanyaan,

sehingga akhirnya para siswa akan lebih mengambil inisiatif dalam pelajaran

itu.

Dalam hal ini guru harus lebih banyak mengambil inisiatif dalam

permulaan pelajaran, maka tugas guru di sini jauh lebih berat. Guru harus

lebih banyak menyediakan sumber-sumber, motivasi harus lebih diperbanyak

dan guru harus lebih banyak menunjukkan perhatian besar dalam pelajaran itu.

Page 9: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Guru harus bersahabat, kooperatif, sopan, tetapi tegas dalam memelihara

wibawa, jujur dan menghargai setiap pendapat siswa, akan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Sungguh banyak tantangan yang dihadapi oleh guru Civics. Misalnya,

mereka harus memahami: berbagai macam teknik mengajar; hubungan bahan

pelajaran Civics dengan ilmu-ilmu sosial lainnya; lingkungan masyarakat,

agama, sains dan teknologi; dan mengenal karakter kata-kata ilmu-ilmu sosial

yang oleh Samuelson dilukiskan seringkali merupakan "tirani kata-kata".

Diakatakan demikian karena kata-kata atau istilah-istilah dalam ilmu-ilmu

sosial bisa ditafsirkan dari berbagai arti, apalagi kalau latar belakang siswa

berbeda-beda. Kalau pendapat Samuelson dihubungkan dengan pendapat F.M.

Mark yang berpendapat bahwa kesulitan mengajar Civics adalah "to steer

between dull memorization on the other".10

Artinya, di sini guru Civics harus

memadukan hafalan dengan kehidupan yang sebenarnya dalam masyarakat.

Dengan memaduka dull memorization dengan kehidupan dan

kebutuhan dalam masyarakat, mak para siswa dapat dilatih untuk berpikir,

bersikap dan bertindak demokratis di dalam kelas. Dengan kata lain, guru-guru

Civics harus melatih para siswa untuk berlatih menemukan konsensus dalam

hidup bermasyarakat yang demokratis.

Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan bahwa “ada tiga sifat penting

pendidikan. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan

pertimbangan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam

masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh

lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung”.11

Oleh karena itu,

baik aspek nilai dan kepribadian, pengetahuan, maupun keterampilan yang

dibina dan dikembangkan di sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang

dianut oleh masyarakat.

10 Somantri., h. 313

11

Nana Syaodih., Pengembangan Kurikulum”teori dan prektek”, (Bnadung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2005), cet. Ke-7, h. 58-59

Page 10: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Pendidikan di lingkungan sekolah mempunyai kelebihan dibandingkan

dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga. Pertama, pendidikan

formal memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas bukan hanya segi

moral akan tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Kedua, pendidikan

formal dapat memberikan pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas dan

mendalam. Ketiga, memiliki rancangan atau kurikulum secara formal dan

tertulis, pendidikan formal dilaksanakan secara berencana, sistematis dan lebih

disadari.

Lingkungan sekolah mempunyai peran yang penting dalam

pembentukkan sikap, dan tingkah laku anak sebagai penuntun mereka sebelum

terjun ke lingkungan masyarakat.

Mungkin terlalu naif jika kita membebankan kondisi keterpurukan

moral hanya dilihat dari satu sisi, apalagi hanya dari aspek pembelajaran

kewarganegaraan saja,ada banyak faktor yang membuat penegakan disiplin

sangat sulit diterapkan dalam pembelajaran kita. Sumber daya manusia kita

baik dari guru maupun siswa adalah masalah yang sangat mendasar. Dari

pihak guru hal itu terjadi biasanya dikarenakan oleh rendahnya tingkat

kesejahteraan guru, dan kurangnya fasilitas yang menunjang pembelajaran

sehingga guru sangat terbatas pada akses informasi dan perkembangan

tekhnologi yang dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan. Dimana untuk

akses tersebut dibutuhkan biaya.

Tantangan bagi siswa adalah rendahnya penerapan sikap disiplin pada

masyarakat kita. Sekolah merupakan miniatur masyarakat, idealnya antara

masyarakat dan sekolah akan terjadi hubungan yang saling mempengaruhi,

namun dalam kenyataan dinegara kita kondisi masyarakatlah yang lebih

banyak mempengaruhi sekolah daripada sebaliknya, pengaruh sekolah

terhadap masyarakat kita sangatkecil. Setelah dari sekolah siswa belajar dan

dipengaruhi oleh masyarakatnya. Dibandingkan dengan negara maju, tingkat

disiplin dinegara kita sangat rendah.

Tentunya kajian ilmiah tidak harus sporadis dalam pembahasannya,

tetapi harus runut dan metodologis mengurai masalah yang mendistorsi antara

Page 11: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

harapan dan kenyataan, antara apa yang diajarkan dalam pembelajaran

kewarganegaraan tentang disiplin dengan kenyataan sikap disiplin

dimasyarakat itu sendiri.

Adalah dipandang penting untuk melakukan koreksi pada kondisi

pendidikan kita. Apakah kita akhirnya semua terjebak pada pen-tidak

memanusiakan manusia dalam pendidikan kita. Pendidikan kewarganegaraan

hendaknya tidak larut dalam kondisi memprihatinkan tersebut. Pendidikan

kewarganegaraanan yang merupakan metamorphosis dari mata pelajaran budi

pekerti, kemudian menjadi pendidikan moral pancasila, lalu berganti nama

menjadi Pendidikan Kewarganegaraan sampai sekarang, yang pada intinya

menekankan pada aspek afektif atau sikap.

Maka dari itu penulis menyusun skripsi ini dengan judul ”

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam

Membentuk Sikap Disiplin Siswa Madrasah Aliyah Negeri Cibinong ”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat diasumsikan identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Lemahnya pengetahuan dan pemahaman guru PKn terhadap materi

pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan sikap kedisiplinan siswa

secara menyeluruh sehingga seringkali menimbulkan pemahaman yang

berbeda dalam diri siswa terhadap aplikasi dari materi pelajaran yang telah

dipelajari.

2. Minimnya ketarampilan guru PKn dalam mengembangkan antara teori

yang berhubungan dengan perilaku disiplin dengan kenyataan

sesungguhnya sehingga menimbulkan perbedaan persepsi antara guru PKn

dan siswa.

3. Kurang terbiasanya siswa menerapkan sikap disiplin dalam kehidupan

sehari-hari sehingga subtansi dari materi yang telah dipelajari hanya

berupa pengetahuan semata.

Page 12: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

4. Kurangnya keteladanan guru PKn dalam penanaman nilai moral kepada

siswa sehingga sosok guru kurang menjadi panutan siswa dalam

penegakan sikap disiplin

5. Kurangnya kreativitas guru PKn dalam memberdayakan sumber-sumber

belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya sehingga pengetahuan

siswa hanya terbatas pada sumber yang minim.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini masalah yang akan dibahas dibatasi hanya

mengenai masalah:

1. Lemahnya pengetahuan dan pemahaman guru PKn terhadap materi

pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan sikap kedisiplinan siswa

secara menyeluruh sehingga seringkali menimbulkan pemahaman yang

berbeda dalam diri siswa terhadap aplikasi dari materi pelajaran yang telah

dipelajari.

2. Minimnya ketarampilan guru PKn dalam mengembangkan antara teori

yang berhubungan dengan perilaku disiplin dengan kenyataan

sesungguhnya sehingga menimbulkan perbedaan persepsi antara guru PKn

dan siswa.

3. Kurang terbiasanya siswa menerapkan sikap disiplin dalam kehidupan

sehari-hari sehingga subtansi dari materi yang telah dipelajari hanya

berupa pengetahuan semata.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, dapatlah dirumuskan suatu rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran PKn di Madrasah Aliyah Negeri

Cibinong?

2. Bagaimana sikap disiplin siswa di Madrasah Aliyah Negeri Cibinong?

Page 13: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui:

a. Pelaksanaan pembelajaran PKn di Madrasah Aliyah Negeri Cibinong.

b. Kinerja guru dalam pembelajaran PKn Madrasah Aliyah Negeri

Cibinong.

c. Sikap kedisiplinan siswa Madrasah Aliyah Negeri Cibinong.

Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun kegunaan yang diperoleh dari hasil pelaksanaan penelitian ini

adalah:

1. Penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis dalam menambah

wawasan, pengalaman, dan pengetahuan tentang materi atau kajian

yang dibahas.

2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para guru pada umumnya,

khususnya guru PKn di Madrasah Aliyah Negeri Cibinong dalam

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

3. Penelitian ini diharapkan berguna bagi bagi pengelola sekolah dalam

mengambil kebijakan terkait dengan rekruitmen tenaga kependidikan

sehingga permasalahan yang sama tidak kembali terjadi.

Page 14: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

BAB II

KAJIAN DAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pengertian umum belajar adalah suatu upaya yang dimaksudkan

untuk menguasai sejumlah pengetahuan. Belajar memiliki arti yang

berhubungan dengan perubahan yang meliputi tingkah laku, mental

emosional, spiritual, seorang dikatakan belajar jika pada dirinya terjadi

proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

Menurut Winkel, “Belajar adalah aktifitas mental seseorang yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan

perubahan dan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai

sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas”.12

Pembelajaran menurut H.D. Sudjana diartikan “Sebagai upaya

yang sistematis dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-

kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar”.13 Kegiatan

pembelajaran menurut Abdul Rachman Shaleh adalah “Suatu usaha yang

bersifat sadar tujuan, yang dengan sistematik terarah pada perubahan

tingkah laku”.14 Perubahan yang dimaksud menunjuk pada suatu proses

yang harus dilalui. Tanpa proses perubahan, tidak mungkin terjadi dan

tujuan taj dapat dicapai.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa “Pembelajaran adalah

12

W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1996), h. 36

13

H.D. Sudjana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah

Production, 2001), h. 8

14

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa “Visi, Misi dan

Aksi”, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2005), Cet. Ke-1, h. 211

Page 15: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar”.15

Menurut Wina Sanjaya pembelajaran adalah “Proses interaksi baik

antara manusia dengan manusia ataupun manusia dengan

lingkungannya”.16 Sedangkan menurut Sudirman Am, Pembelajaran

adalah “Proses pemberian bimbingan/ bantuan kepada siswa dalam

melakukan proses belajar mengajar”.17

Sedangkan pembelajaran menurut Abdul Gafur, “Suatu kegiatan

dimana seseorang dengan sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud

agar ia dapat bertingkah laku dan bereaksi terhadap kondisi tertentu”.18

Pembelajaran dapat “Diberi arti sebagian disetiap upaya yang

sistematik dan disengaja oleh pendidikan untuk menciptakan kondisi-

kondisi agar peserta didik melakukan kegiatan belajar”.19 Dalam kegiatan

ini terjadi interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik

(siswa, peserta didik, peserta latihan dan sebagainya) yang melakukan

kegiatan belajar dengan pendidik (guru, tutor, pelatih) yang melakukan

kegiatan pembelajaran.

Adreas Harefa dalam bukunya menjadi pembelajar “Pembelajaran

membuka pintu gerbang kemungkinan untuk menjadi manusia dewasa dan

mandiri”.20 Pembelajaran memungkinkan seorang anak manusia berubah

dari tidak mampu menjadi mampu atau dari tak berdaya menjadi sumber

daya tanpa pembelajaran semua itu tidak mungkin.

15

Tim Redaksi Fokus, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas 2003,

(Bandung: Fokus Media, 2006), h. 4

16

Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), cet.

Ke-1, h. 105

17 Sudirman Am. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada 1994), Cet ke-5, h. 5

18

Abdul Gafur, Desain Instruksional, (Solo: Tiga Serangkai, 1989), h.22.

19

Sudjana., h. 8

20

Andreas Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar (Jakarta:PT Kompas Media Nusantara,

2000), Cet ke-1, h.36

Page 16: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Melihat keterangan diatas bahwa pembelajaran merupakan proses

berlangsungnya interaksi antara seorang guru dengan murid dengan tujuan

menjadikan perubahan pada diri murid.

Sedangkan menurut Gagne “Pembelajaran didefinisikan sebagai

perangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung

terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya eksternal”.21

Proses pembelajaran juga disebut proses mengajar dan belajar yang

terdiri dari kegiatan mengajar. Proses belajar mengajar atau pembelajaran

membantu pelajar mengembangkan potensi intelektual yang ada padanya.

Jadi tujuan utama pengajar adalah usaha agar intelektual setiap pelajar

berkembang sepenuhnya sesuai ukuran tertentu.

Sedangkan Piet A sahertian dalam bukunya supervisi pendidikan

berpendapat “Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar

yang dilakukan oleh siswa, kegiatan belajar yang dilaksanakan siswa

dibawabimbingan guru. Guru merumuskan tujuan-tujuan yang hendak

dicapai pada saat mengajar”.22

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang dilakukan secara sengaja

antara guru dan siswa untuk mengelola lingkungan agar memungkinkan

anak untuk belajar dan memberikan respon terhadap situasi tersebut.

2. Tujuan dan metode Pembelajaran

a. Tujuan Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya tujuan

pengajaran yang sudah umum dikenal dengan tujuan instruksional

bahkan ada juga yang menyebutnya tujuan pembelajaran. Tujuan

adalah arah haluan (jurusan) yang dituju maksud tuntutan yang

dituntut.

21

Margaret Ebell Gledies, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta. Raja Grafindo Persada

1994), Cet ke-3 h. 205

22

Piet A Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 21-22

Page 17: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Dalam pendidikan dan pengajaran tujuan dapat diartikan

sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan

dari siswa/subyek belajar. Setelah menyelesaikan atau memperoleh

pengalaman belajar. Winarno Surakhmad sebagaimana yang dikutip

oleh Sardiman Am, memberikan keterangan bahwa “Rumusan dan

taraf pencapaian tujuan pengajaran adalah merupakan petunjuk praktis

tentang sejauh manakah interaksi educatif itu harus dibawa untuk

mencapai tujuan akhir”.23

Berdasarkan rumusan diatas dapat diketahui bahwa tujuan

pengajaran atau pembelajaran memiliki peranan sangat penting, sebab

menentukan arah proses belajar mengajar. Tujuan ini jelas akan

memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan bahan

pelajaran, penetapan metode mengajar dan alat bantu pengajaran serta

memberi petunjuk terhadap penilaian.

Ada 3 alasan mengapa tujuan pendidikan dan pengajaran perlu

dirumuskan

1) Jika suatu pekerjaan atau tugas tidak disertai tujuan yang jelas dan

benar maka akan sulit untuk memilih atau merencanakan bahan dan

strategi yang hendak di tempuh dan dicapai

2) Rumusan tujuan yang baik dan terinci akan mempermudah

pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai dengan yang

dikehendaki dari subyek belajar.

3) Perumusan tujuan yang benar akan memberikan pedoman bagi

siswa dalam menyelesaikan materi dan kegiatan belajarnya.24

Berdasarkan rumusan diatas maka penulis akan menguraikan

beberapa tujuan pembelajaran :

1) Tujuan Instraksional Umum (tujuan pembelajaran umum)

Tujuan instraksional umum ialah tujuan yang akan dicapai oleh

siswa setelah menyelesaikan satu bidang pengajaran tertentu.

23

Sardiman., h.57

24 Sardiman., h. 57

Page 18: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Perumusan tujuan instruksional umum hendaknya mem-

pertimbangkan tiga hal yaitu:

a) Tujuan instruksional umum hendaknya dirumuskan dalam bentuk tingkah laku

b) Tujuan instruksional umum merupakan hasil belajar c) Tujuan instruksional umum hendaknya dirumus cukup

spesifik, maksudnya mengandung arti yang dapat memberi arah dan pegangan dalam menyusun kegiatan belajar yang

kongkrit.25 Ada beberapa ahli yang merumuskan pengertian tujuan

instruksional umum diantaranya:

a) Menurut Gene E Hall dan Howarld. L. Jones tujuan

instruksional umum adalah pernyataan umum mengenai

hasil suatu program pengajaran.

b) Dick dan Corey mengemukakan bahwa tujuan instruksional

umum adalah suatu pernyataan yang jelas mengenai apakah

kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah Ia

selesai mengikuti suatu pengajaran

c) Briggs mengatakan bahwa tujuan instruksional umum

adalah pernyataan umum mengenai tujuan akhir dari tujuan

pengajaran.26

2) Tujuan Instruksional Khusus (Tujuan pembelajaran khusus)

Tujuan instruksional khusus adalah tujuan yang hendak di

capai setelah para siswa menyelesaikan satu-satuan pelajaran pada

suatu bidang pengajaran tertentu. Tujuan ini nantinya harus dicapai

guru maupun siswa setelah melaksanakan interaksi belajar mengajar

pada setiap akhir pertemuan. Oleh karena itu perumusan tujuan

instruksional khusus ini harus benar-benar diperhitungkan secara

matang, operasional dan nyata.

Beberapa ketentuan dalam merumuskan tujuan instruksional

khusus yaitu:

a) Rumusan tujuan instruksional khusus harus menggunakan

istilah-istilah yang opersional sehingga dapat diukur tingkat

keberhasilannya.

25 Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar,

(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.1

26 Sahertian dan Mataheru., h. 68

Page 19: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

b) Rumusan tujuan instruksional harus dalam bentuk hasil

belajar

c) Rumusan tujuan instruksional harus berapa tingkah laku

siswa d) Rumusan tujuan instruksional harus hanya meliputi satu

tingkah laku.27

Pembelajaran sebagai suatu sistem proses merupakan satu kesatuan komponen

yang saling berinteraksi secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan

inilah yang merupakan hasil yang diharapkan setelah pengajaran itu berakhir.

Adapun tercapai tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi oleh jalannya proses

pembelajaran itu sendiri, apakah proses tersebut berjalan efektif atau tidak.

Tujuan pembelajaran dapat berhasil apabila proses belajar

mengajar dialami oleh guru dan siswa dapat berjalan dengan baik.

Berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya

dipengaruhi oleh keahlian guru dalam mengajar atau memilih metode

yang tepat akan tetapi dalam penggunaan alat atau media yang sesuai

dengan materi sebagai penunjang pencapaian hasil, serta kondisi siswa

juga harus diperhatikan. Disini di butuhkan guru yang benar-benar

mampu memahami keadaan siswa-siswanya terutama dalam

penggunaan metode dan media.

b. Metode Pembelajaran

Dalam mencapai tujuan instruksional guru harus mengenal dan

mengetahui jenis metode mengajar, Berbagai macam metode mengajar

dapat digunakan dalam interaksi belajar mengajar.

Secara etimologi metode adalah cara yang teratur dan sistemtis

untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan.28

27

Sardiman., h. 23 – 24 28

M. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: PT. Pustaka Amani

1990), Cet ke -5, h. 193

Page 20: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Metode pembelajaran adalah segala usaha yang sistematis

pragmatis yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran

melalui berbagai aktifitas baik di dalam maupun diluar kelas diluar

lingkungan sekolah.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam proses belajar

mengajar Dr. A.L. Backer mengemukakan sejumlah metode dalam

pengajaran sebagai berikut:

1) Metode tiruan

2) Metode percobaan

3) Metode pengalaman pembuatan

4) Metode conditioning

5) Metode ceramah atau kuliah

6) Metode buku

7) Metode deelektrik atau pembahasan

8) Metode elektronik29

Selain metode mengajar diatas penulis juga akan

mengemukakan metode mengajar menurut Drs. Soetomo dalam buku

“dasar-dasar interaksi belajar mengajar”yaitu sebagai berikut:

1) Metode Ceramah

2) Metode Tanya Jawab 3) Metode Diskusi

4) Metode pemberian tugas (resitasi) 5) Metode Demonstrasi dan eksperiment

6) Metode Pemecahan masalah (Problem Solving Metode) 7) Metode Karya Wisata

8) Metode kerja kelompok

9) Metode Sosiodrama dan bermain peran.30

Apapun penggunaan suatu metode hendaknya dapat membawa

suasana interaksi atau pembelajaran yang edukatif, menempatkan peserta

didik pada keterlibatan aktif belajar maupun menumbuhkan

mengembangkan minat belajar serta membangkitkan semangat belajar dan

menghidupkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

29

Sahertian dan Mataheru., h. 166

30

Soetomo. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993),

Cet. Ke-1, h.138

Page 21: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat

mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran, pengetahuan

tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam

memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan

yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses

belajar mengajar, ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan

untuk menunjang peningkatan belajar siswa.

Terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat

kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik siswa yang perlu

meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya

meningkatkan mengajarnya.

Proses pembelajaran itu sangat komplek dengan hal-hal yang

terkait dengannya tetapi pada kenyataannya masih bias dianalisa dan

diklasifikasi dalam bentuk prinsip-prinsip atau azas-azas belajar. Hal ini

perlu kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang

baik.

Dra.Roestiyah dalam bukunya masalah-masalah ilmu keguruan

menjelaskan tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:

a Dalam kelas setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

b Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki

struktur, penyajian yang sderhana sehingga mudah menangkap

pengertiannya.

c Belajar harus dapat menimbulkan reinforcemen dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

d Belajar itu harus kontinue maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

e Belajar adalah proses organisasi dan adaptasi. f Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu

sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. g Belajar memerlukan sarana yang yang cukup sehingga anak

dapat belajar dengan tenang.

Page 22: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

h Belajar memerlukan lingkungan yang menantang dimana anak

dapat mengembangkan kemempuannya berekplorasi dan

belajar dengan efektif.

i Belajar perlu ada interaksi anak dengan lingkungannya.31

Dari keterangan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam

pembelajaran siswa dituntut untuk ikut berpartisipasi secara aktif, artinya

siswa tidak hanya mengandalkan guru sebagai mediator dan fasilitator

tetapi murid secara aktif mencari referensi lainnya sebagai penyempurnaan

dan pengajaran terhadap materi yang bersangkutan, dalam hal ini guru

juga harus bisa membangkitkan minat siswa dan memotivasi siswa agar

tujuan-tujuan yang ditetapkan bisa terealisir.

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan

seperti yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi dalam bukunya cara belajar

yang mandiri dan sukses yaitu sebagai berikut:

a Pembelajaran harus bertujuan dan terarah.

b Pembelajaran memerlukan pemahaman atas hal-hal yang

dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

c Pembelajaran memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang dipelajari dapat dikuasai.

d Pembelajaran adalah suatu proses aktif dimana terjadi pengaruh secara dinamis antara murid dan lingkungan.

e Disertai kemauan dan keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.

f Pembelajaran dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam praktek sehari-hari.

g Pembelajaran memerlukan bimbingan baik bimbingan dari

guru buku pelajaran itu sendiri. 32

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip

pembelajaran itu memuat tujuan, implikasi prinsip belajar bagi siswa dan

guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses

pembelajaran berlangsung. Namun demikian, perlu disadari bahwa

31

Roestiyah N. K., Masalah-masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara 1989), Cet

ke-3 h. 159-160

32 Abu Ahmedi, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses (Solo: CV Aneka, 1993), h. 22

Page 23: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

implementasi prinsip-prinsip belajar sebagai implikasi bagi siswa dan

guru.Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian “Sebagai

citizenship education, secara substantif dan pedagogis didesain untuk

mengembangkan warganegara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur

dan jenjang pendidikan”.33 Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi

bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional

Indonesia dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah.

Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah

satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka

program pendidikan guru. Keempat, sebagai “program pendidikan politik

yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah

dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program”.34 Kelima,

sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan

kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan

kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status

pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Dalam status pertama, yakni sebagai mata pelajaran di sekolah,

pendidikan kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang

fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya. Pengalaman

tersebut di atas menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 1975, di

Indonesia kelihatannya terdapat kerancuan dan ketidakajekan dalam

konseptualisasi PKn, pendidikan kewargaan negara, dan pendidikan IPS.

Hal itu tampak dalam penggunaan ketiga istilah itu secara bertukar-pakai.

Sebagai implikasinya, dalam Kurikulum persekolahan tahun 1994

diperkenalkan mata pelajaran “Pendidikan Pancasila dan Ke-

33 Arnie Fajar, Portopolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2005), Cet. IV, h. 142

34

Udin Saripudin Winataputra, Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana

Sistemik Pendidikan Demokrasi, Disertasi Pasca Sarjana UPI Bandung (Bandung: Pogram Pasca

Sarjana UPI, 2001), h. 1

Page 24: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

warganegaraan (PPKn) yang berisikan materi dan pengalaman belajar

yang diorganisasikan secara spiral/artikulatif atas dasar butir-butir nilai

yang secara konseptual terkandung dalam Pancasila”.35

Bila dianalisis dengan cermat, ternyata baik istilah yang dipakai,

isi yang dipilih dan diorganisasikan, dan strategi pembelajaran yang

digunakan untuk “Mata pelajaran PKn atau PMP atau PPKn yang berkem-

bang secara fluktuatif hampir empat dasawarsa (1962-1998) itu,

menunjukkan indikator telah terjadinya ketidakajegan dalam kerangka

berpikir, yang sekaligus mencerminkan telah terjadinya krisis konseptual,

yang berdampak pada terjadinya krisis operasional kurikuler”.36

Menurut Kuhn (1970), menjelaskan bahwa:

Dislocation bersifat konseptual tersebut tercermin dalam

ketidakajegan konsep seperti: PKn tahun 1962 yang tampil dalam bentuk indoktrinasi politik; PKn tahun 1968 sebagai unsur dari

pendidikan kewarganegaraan yang bernuansa pendidikan ilmu pengetahuan sosial; PKn tahun 1969 yang tampil dalam bentuk

pengajaran konstitusi dan ketetapan MPRS; PKn tahun 1973 yang diidentikkan dengan pengajaran IPS.37

PMP tahun 1975 dan 1984 yang tampil menggantikan PKn

dengan isi pembahasan P4; dan PPKn 1994 sebagai penggabungan bahan

kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang tampil dalam

bentuk pengajaran konsep nilai yang disaripatikan dari Pancasila dan

P4. Krisis operasional tercermin dalam terjadinya perubahan isi dan

format buku pelajaran, penataran guru yang tidak artikulatif, dan

fenomena kelas yang belum banyak bergeser dari penekanan pada proses

kognitif memorisasi fakta dan konsep.

Tampaknya semua itu terjadi karena memang sekolah masih tetap

diperlakukan sebagai socio-political institution, dan masih belum

35

Paulina Pannen, dkk, Cakrawala Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.

386

36

Winataputra., h. 1

37 Paulina., h. 385

Page 25: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

efektifnya pelaksanaan metode pembelajaran serta secara konseptual,

karena belum adanya suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang

secara ajeg diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan

konseptual dan operasional.

Kini pada era reformasi pasca jatuhnya sistem politik Orde Baru

yang diikuti dengan tumbuhnya komitmen baru kearah perwujudan cita-

cita dan nilai demokrasi konstitusional yang lebih murni, keberadaan dan

jati diri mata pelajaran PPKn kembali dipertanyakan secara kritis.

Dalam status kedua, yakni sebagai mata kuliah umum (MKU)

pendidikan kewarganegaraan diwadahi oleh mata kuliah Pancasila dan

Kewiraan. Mata kuliah Pancasila bertujuan untuk mengembangkan

wawasan mahasiswa mengenai Pancasila sebagai dasar negara dan

pandangan hidup bangsa Indonesia, sedangkan kewiraan, yang mulai

tahun 2000 namanya berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaran,

bertujuan untuk mengembangkan wawasan mahasiswa tentang makna

pendidikan bela negara sebagai salah satu kewajiban warganegara sesuai

dengan Pasal 30 UUD 1945. Kedua mata kuliah ini merupakan “mata

kuliah yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa, yang mulai tahun 2000

disebut sebagai Mata Kuliah Pembinaan Kepribadian atau MKPK”.38

Dalam status ketiga, yakni sebagai pendidikan disiplin ilmu,

pendidikan kewarganegaraan merupakan “program pendidikan disiplin

ilmu sosial sebagai program pendidikan guru mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan di LPTK Jurusan atau Program Studi PKn dan Hukum

pada tahun 1960-an, atau Pendidikan Moral Pancasila dan

Kewarganegaraan (PMPKn) pada saat ini”.39 PKn dalam program

pendidikan guru tersebut pada dasarnya merupakan program pendidikan

disiplin ilmu pengetahuan sosial bidang pendidikan kewarganegaraan.

Secara konseptual pendidikan disiplin ilmu ini memusatkan perhatian

38

Somantri., h. 153

39

Somantri., h. 153

Page 26: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

pada program pendidikan disiplin ilmu politik, sebagai substansi

induknya. Secara kurikuler program pendidikan ini berorientasi kepada

pengadaan dan peningkatan kemampuan profesional guru pendidikan

kewarganegaraan.

Dampaknya, secara akademis dalam lembaga pendidikan tinggi

keguruan itu pusat perhatian riset dan pengembangan cenderung lebih

terpusat pada profesionalisme guru. Sementara itu riset dan

pengembangan epistemologi pendidikan kewarganegaraan sebagai suatu

sistem pengetahuan, belum banyak mendapatkan perhatian.

Dalam status keempat, yakni sebagai crash program pendidikan

politik bagi seluruh lapisan masyarakat, Penataran P-4 mulai dari Pola 25

jam sampai dengan Pola 100 jam untuk para Manggala yang telah berjalan

hampir 20 tahun dengan Badan Pembina Pelaksanaan Pendidikan P-4)

atau BP7 Pusat dan Propinsi sebagai pengelolanya, dapat dianggap

sebagai suatu bentuk “pendidikan kewarganegaraan yang bersifat non-

formal”.40 Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan demokratisasi

melalui gerakan reformasi baru-baru ini, dan juga dilandasi oleh berbagai

kenyataan sudah begitu maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme selama

masa Orde Baru, tidak dapat dielakkan tudingan pun sampai pada

Penataran P-4 yang dianggap tidak banyak membawa dampak positif, baik

terhadap tingkat kematangan berdemokrasi dari warganegara, maupun

terhadap pertumbuhan kehidupan demokrasi di Indonesia. Sebagai

implikasinya, sejalan dengan jiwa dan semangat Ketetapan MPR Nomor

XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR Nomor

II/MPR/1978 tentang “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

(Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila

sebagai Dasar Negara, kini semua bentuk penataran P-4 telah dibekukan,

dan pada tanggal 30 April 1999 BP7 secara resmi dilikuidasi”.41

40

Winataputra., h. 2 41 Winataputra., h. 2

Page 27: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Kini tumbuh kebutuhan baru untuk mencari bentuk pendidikan

politik dalam bentuk pendidikan kewarganegaraan yang lebih cocok untuk

latar pendidikan non formal, yang diharapkan benar-benar dapat

meningkatkan kedewasaan seluruh warganegara yang mampu berpikir,

bersikap, dan bertindak sesuai dengan cita-cita, nilai dan prinsip

demokrasi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas kehidupan

demokrasi di Indonesia. Dalam kondisi seperti itu, kebutuhan adanya

sistem pendidikan demokrasi untuk seluruh lapisan masyarakat, terasa

menjadi sangat mendesak.

Dalam status kelima, yakni sebagai suatu kerangka konseptual

sistemik pendidikan kewarganegaraan terkesan masih belum solid karena

memang riset dan pengembangan epistemologi pendidikan kewar-

ganegaraan belum berjalan secara institusional, sistematis dan sistemik.

Paradigma pendidikan kewarganegaraan yang kini ada kelihatannya masih

belum sinergistik. Kerangka acuan teoritik yang menjadi titik tolak untuk

merancang dan melaksanakan pendidikan kewarganegaraan dalam

masing-masing statusnya sebagai mata pelajaran dalam kurikulum

sekolah, atau sebagai program pendidikan disiplin ilmu dan program guru,

atau sebagai pendidikan politik untuk masyarakat mengesankan satu sama

lain tidak saling mendukung secara komprehensif. Sebagai akibatnya,

program pendidikan kewarganegaraan di sekolah, di lembaga pendidikan

guru, dan di masyarakat terkesan belum sepenuhnya saling mendukung

secara sistemik dan sinergistik.

Untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam mengenai

aspek kajian dalam pendidikan kewarganegaraan, penulis merincinya

menjadi tiga bagian, yaitu: aspek ontologis, aspek epistimologis dan aspek

aksiologis.

1) Aspek Ontologis Pendidikan Kewarganegaraan

Page 28: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Pendidikan kewarganegaraan memiliki dua dimensi ontologi,

yakni obyek telaah dan obyek pengembangan.42 Yang dimaksud

dengan obyek telaah adalah keseluruhan aspek idiil, instrumental, dan

praksis pendidikan kewarganegaraan yang secara internal dan

eksternal mendukung sistem kurikulum dan pembelajaran PKn di

sekolah dan di luar sekolah, serta format gerakan sosial-kutural

kewarganegaraan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan

obyek pengembangan adalah keseluruhan ranah sosio-psikologis

peserta didik, yakni ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik

yang menyangkut status, hak, dan kewajibannya sebagai warganegara,

yang perlu dimuliakan dan dikembangkan secara programatik guna

mencapai kualitas warganegara yang “cerdas, dan baik, dalam arti

demokratis, religius, dan berkeadaban dalam konteks kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Obyek Telaah meliputi tiga aspek yakni: Aspek Idiil,

Instrumental, dan Praksis.43 Aspek idiil pendidikan kewarganegaraan

adalah landasan dan kerangka filosofik yang menjadi titik tolak dan

sekaligus sebagai muaranya pendidikan kewarganegaraan di Indonesia

yakni landasan dan tujuan Pendidikan Nasional, sebagaimana tertuang

dalam Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR tentang Garis-

garis Besar Haluan Negara (GBHN), tahun 1973, 1978, 1983, 1988,

1993, 1998, 1999, dan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional, serta perundangan lainnya yang relevan.

Aspek instrumental pendidikan kewarganegaraan adalah sarana

programatik kependidikan yang sengaja dibangun dan dikembangkan

untuk menjabarkan substansi aspek-aspek idiil. Yang termasuk ke

dalam aspek instrumental tersebut adalah kurikulum, bahan belajar,

guru, media dan sumber belajar, alat penilaian belajar, ruang belajar,

42

Winataputra., h. 16

43 Winataputra., h. 17

Page 29: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

dan lingkungan. Aspek idiil merupakan obyek telaah yang tepat bagi

studi kualitatif historis atau filosofik. Sedangkan, aspek instrumental

dan praksis merupakan obyek telaah yang tepat bagi penelitian

deskriptif dan penelitian eksperimental.

Obyek Pengembangan dalam aspek ontologis adalah ranah

Sosial dan psikologis. Ranah sosial-psikologis, adalah keseluruhan

potensi sosial-psikologis peserta didik yang oleh Bloom dkk (1956),

Kratzwohl (1962) dikategorikan kedalam ranah kognitif, afektif,

konatif, dan psikomotorik, yang secara programatik diupayakan untuk

ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya melalui kegiatan pendidikan.44

Ranah-ranah tersebut, seperti dapat disimak dalam perkembangan

citizenship/civic education atau pendidikan kewarganegaraan dikemas

dalam berbagai label kompetensi atau kemampuan dan atau

kepribadian warganegara. Yang termasuk kategori kompetensi atau

kemampuan itu adalah pengetahuan, dan keterampilan (UU 20/2003);

kecerdasan aqliyah (otak logis-rasional), kecerdasan membuat putusan

dan memecahkan masalah (decision making and problem solving).

Kesemua itu dapat direkonseptualisasi menjadi pengetahuan

kewarganegaraan, keterampilan berpikir kritis/reflektif, keterampilan

memecahkan masalah, keterampilan membuat keputusan bernalar, dan

keterampilan sosial.

Mengenai kepribadian dirumuskan dalam berbagai rincian,

seperti beriman dan bertaqwa, berbudi luhur, mantap dan mandiri,

bertanggung jawab (PP 19/2005);45 berahlak mulia ; kecerdasan

ruhaniyah, kecerdasan naqliyah, kecerdasan emosional, kecerdasan

menimbang, cinta kepada negara, cinta kepada bangsa dan

kebudayaan, ikut memajukan negara, keyakinan hidup tak terpisah

44

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2005), Cet. XVII, h. 34-36

45

Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, (Jakarta: Asa Mandiri), Cet. III, h. 160

Page 30: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

dari masyarakat, keyakinan untuk tunduk pada tata tertib, jujur dalam

pikiran dan tindakan (BP KNIP: 1945), manusia susila yang cakap,

demokratis, dan bertanggung jawab tentang masyarakat dan tanah air

(UU No 4/1950).

Kesemua itu dapat direkonseptualisasi bahwa aspek

kepribadian warganegara yang perlu dikembangkan adalah keimanan

dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa/kecerdasan ruhaniyah,

kecerdasan emosional sebagai warganegara (kepekaan sosial, cinta

tanah air, tertib, memiliki integritas, partisipatif), keberadaban/ahlak

mulia, kepercayaan diri, komitmen terhadap kehidupan berdemokrasi

(sadar akan kewajiban dan hak, menjunjung tinggi hukum,

menjunjung tinggi hak azasi manusia, dan terbuka), dan tanggung

jawab sebagai warga negara (socio-civic responsibility).

2) Aspek Epistemologi Pendidikan Kewarganegaraan.

Aspek epistemologi pendidikan kewarganegaraan berkaitan

erat dengan aspek ontologi pendidikan kewarganegaraan, karena

memang proses epistemologis, yang pada dasarnya berwujud dalam

berbagai bentuk kegiatan sistematis dalam upaya membangun

pengetahuan bidang kajian ilmiah “Pendidikan kewarganegaraan

sudah seharusnya terkait pada obyek telaah dan obyek

pengembangannya. Kegiatan epistemologis pendidikan

kewarganegaraan mencakup metodologi penelitian dan metodologi

pengembangan”.46 Metodologi penelitian digunakan untuk

mendapatkan pengetahuan baru melalui: (1) metode penelitian

kuantitatif yang menonjolkan proses pengukuran dan generalisasi

untuk mendukung proses konseptualisasi, dan (2) metode penelitian

kualitatif yang menonjolkan pemahaman holistik terhadap fenomena

alamiah untuk membangun suatu teori. Sedangkan, metodologi

pengembangan digunakan untuk mendapatkan paradigma pedagogis

46 Winataputra., h. 19

Page 31: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

dan rekayasa kurikuler yang relevan guna mengembangkan aspek-

aspek sosial-psikologis peserta didik, dengan cara mengorganisasikan

berbagai unsur instrumental dan kontekstual pendidikan.

Winataputra menjelaskan bahwa:

Tercatat berbagai kegiatan epistemologis penelitian,

pengembangan, dan penelitian dan pengembangan. Yang khusus merupakan kegiatan penelitian antara lain yang dilakukan oleh Capra

(1998) tentang titik balik peradaban; Sanusi (1998) tentang 10 pilar demokrasi Indonesia; Bahmueller (1996) tentang perkembangan

demokrasi; Welzer (1999) tentang konsep civil society; Gandal dan

Finn (1992) tentang education for democracy; Barr, Bart, dan

Shermis (1977) tentang konsep social studies; Remmers dan Radles

(1960 dalam Shaver 1991) tentang kesadaran politik dan hukum

peserta didik; Stanley (1985) tentang perkembangan social studies;

Shaver (1991) tentang penelitian dan pembelajaran social studies;

Winataputra (1978) tentang pelaksanaan kurikulum PMP, CERP

(1972) tentang pemikiran mengenai pendidikan IPS dan

kewarganegaraan; Djahiri dkk (1998) tentang profil kurikulum dan

pembelajaran PPKn 1994, dan CICED (1999 dan 2000) tentang

konsep civic education for civil society dan tentang the needs for new

Indonesian civic educatio. Yang bersifat pengembangan kurikulum

dan pembelajaran, tercatat antara lain yang dilakukan oleh: PPSP IKIP Bandung (1973) tentang kurikulum IPS/PKn, Depdikbud (1974)

tentang kurikulum IPS dan PMP 1975, Depdikbud (1983) tentang penyempurnaan kurikulum PMP, Depdikbud (1993) tentang

kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Depdikbud (1999) tentang pengembangan suplemen dan petunjuk

teknis PPKn untuk masa transisi; CICED (1999) tentang civic

education content mapping.47

3) Aspek Aksiologi Pendidikan Kewarganegaraan.

Yang termasuk ke dalam aspek aksiologi pendidikan

kewarganegaraan adalah berbagai manfaat dari hasil penelitian dan

pengembangan dalam bidang kajian pendidikan kewarganegaraan

yang telah dicapai, bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan

persekolahan dan pendidikan tenaga kependidikan.

47

Winataputra., h. 20

Page 32: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Hasil-hasil penelitian dan pengembangan social

studies, citizenship education dan civic education” dalam dunia

persekolahan banyak memberi manfaat dalam merancang program

pendidikan guru, meningkatkan kualitas kemampuan guru,

meningkatkan kualitas proses pembelajaran, meningkatkan kualitas

sarana dan sumber belajar, dan meningkatkan kualitas penelitian dan

pengembangan.

B. Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin discere yang berarti

belajar. Dari kata dasar ini timbul disciples yang artinya "Murid atau

pelajar, dan kata discliplina yang berarti pengajaran atau latihan”.48

Moekijat menambahkan arti disiplin “Dengan pendidikan kesopanan dan

kerohanian serta pengembangan tabiat”.49

Dalam bahasa Arab disiplin adalah diambil dari kata ت���� –�����

yang artinya teratur, tertib. Sedangkan kegiatan disiplin atau -ت���

kedisiplinan merupakan “bentuk masdarnya, yaitu ن��-ن��م yang artinya

peraturan ”. 50

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istilah disiplin mengandung

beberapa arti yaitu:

a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb)

b. Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib.

48

Neiny, Ratmaningsih, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas

2, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 1997), h. 58.

49

Moekijat, Manajemen Kepegawaian (Personel Manajemen), (Jakarta: PT. Hidakarya,

1989), h. 458.

50

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya, 1989), h. 458.

Page 33: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

c. Tata tertib di bidang studi yang memiliki obyek, sistem dan metode

tertentu.51

Secara terminologi, pengertian disiplin menurui beberapa ahli

berpendapat sebagai berikut:

1) Menurut Sukadi, beliau memberikan pengertian tentang disiplin,

diantaranya "Sikap mental yang mengandung kerelaan raematuhi

ketentuan, peraturan, dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas

dan tanggung jawab".52

2) Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, dalam buku Pengelolaan

Pengajaran berpendapat: "Dalam arti luas disiplin adalah mencakup

setiap macam pengaturan yang ditujukan untuk mernbantu setiap

peserta didik agar dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan

lingkungannya dan juga penting tentang penyelesaiannya tuntutan

yang ini ditujukan kepada peserta didik terhadap lingkungannya".53

3) Menurut Peter Salim dan Yeny Salim dalani kamus bahasa Indonesia

kontemporer mengartikan istilah disiplin sebagai “Kepatuhan kepada

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan".54

4) Menurut Soerjono Soekanto “Disiplin kepatuahan terhadap peraturan

yang telah ditetapkan sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah

tersebut biasanya dikaitkan dengan kcadaan tertib, suatu keadaan di

mana perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah

ditetapkan terlebih dahulu”.55

51

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai staka, 1990), h. 208.

52 Sukadi, Pemmtun Pelqjaran PPKN 2 untuk SLTP Kelas; 2, (Bandung: Ganeca Exact,

1996), Get. ke-2, h. 150

53

Ahmud Rohani dan A.bu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Loc.Cit

54 Peter SaHm dan Yeny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern

English Press. 1991),h. 359

55

Soerjono Sukanto, Remaja dan Masalah-Maaalahnya. (Jakarta. Balai Pustaka, 1990),

Get. ke-2, h. 79

Page 34: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

5) Menurut Komarudin yaitu: "Suatu keadaan yang inenunjukan suasana

tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orang-orang yang berbeda di

bawah naungan sebuah organisasi karena peraturan-peraturan yang

berlaku dihormati dan diikuti".56

6) Menurut Amir Achin dalam membahas pengertian disiplin dalam

bukunya Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar

menyimpulkan disiplin sebagai "Pematuhan secara sadar akan aturan-

aturan yang telah ditetapkan”.57

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pengertian disiplin adalah segala peraturan atau tata tertib yang telah di

tetapkan oleh lembaga (keluarga, sekolah dan lain sebagainya) yang harus

dijalankan. ditegakkan dan dipatuhi oleh semua personil yang ada dalam

lembaga tersebut, sehingga kedisiplinan atau kegiatan disiplin dapat

berjalan dengan baik. Karena kegiatan disiplin berjalan dengan baik, maka

tujuan yang diharapkan serta dicita-citakan itu akan dapat tercapai pula.

Disiplin di satu sisi adalah sikap hidup dan perilaku yang

mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari

luar. Sikap dan perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah

yang benar, dan kesadaran bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya sendiri

dan masyarakat. Di dalamnya tekait dengan kemauan dan kemampuan

seseorang menyesuaikan keinginan dan mengendalikan diri untuk

menyesuaikan dengan norma yang berlaku dalam lingkungan sosial

budaya setempat. Di sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan

perilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok

atau masyarakat. Dalam konteks ini disiplin berarti “Hukuman atau sangsi

yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku manusia”.58

56 Komarudin, Ensiklopedi Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. ke-l, h. 239

57

Amir Achin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar, (Ujung Pandang:

IKJP Ujung Pandang Press, 1990), Cet. ke-2, h. 62

58

Ami., h. 67

Page 35: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan wadah

yang potensial untuk mengembangkan sikap disiplin. Bila dihubungkan

dengan sekolah, Soegarda berpendapat bahwa: "Disiplin sekolah dapat

diartikan sebagai pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawaan

(pelajar-pelajar) dengan mempergunakan sistem hukuman atau hadiah".59

Pada dasarnya dibuatnya peraturan atau tata tertib diterapkannya

disiplin “Untuk mematuhinya yaitu untuk mencapai kondisi yang baik

guna rnemenuhi fungsi pendidikan”.60

Hal ini menunjukan bahwa disiplin sekolah bukan bermaksud

mempersulit kehidupan peserta didik dan bukan pula menghalangi

kesenangan orang-orang yang tergabung dalam lembaga tersebut.

Pengawasan secara langsung mengandung arti bahwa guru secara

langsung mengawasi dan mengontrol serta membatasi tingkah laku peserta

didik, karena terdapat kemungkinan peserta didik tidak dapat

mengarahkan, mengontrol atau membatasi tingkah lakunya sendiri.

Pengawasan dan pengarahan oleh guru diperlukan dalam beberapa

kegiatan dan situasi tertentu. Besar kecilnya pengawasan dan pengarahan

dari guru menurut Amir Achin “Tergantung pada sifat-sifat dan jenis

kegiatan serta situasi belajar yang memerlukan pengawasan dan

pengarahan itu”.61

59 Soegarda Poerbakawatja dan AH. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung

Agung, 1981), Cet. Ke-2, h.81

60

Amir., h. 62

61

Amir., h.62

Page 36: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Dari pengertian yang disebutkan di atas memberikan kesan bahwa

disiplin sekolah dirasakan sebagai suatu hal yang mengekang kebebasan

peserta didik. Akan tetapi sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Rohani dan

Abu Ahmadi dalam bukunya Pengelolaan Pengajaran bahwa: "Bila aturan

ini dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar

untuk kebaikan diri sendiri dan kebaikan bersama, maka lama kelamaan

akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju ke arah disiplin diri

sendiri (self discipline)".62 Penciptaan disiplin diri sendiri ini yang pada

hakikatnya menjadi inti dari diterapakannya disiplin sekolah, karena hal

tersebut merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan

2. Tujuan Disiplin

Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar dapat

mengendalikan diri misalnya melatih anak mengatur din sendiri sehingga

ia memiliki rasa percaya pada diri sendiri. Hal ini sebagaimana dikatakan

oleh Sarumpaet dalam bukunya "Rahasia Mendidik Anak" bahwa:

Tujuan disiplin ialah melatih anak itu agar ia dapat mengatur diri

sendiri. Ia hams diajar untuk percaya diri sendiri serta mengendalikan diri sendiri. Sebab itu segera sesudah ia sanggup mengerti, pertitnbangannya

harus dilatih untuk menurut. Biarlah segala perlakauan terhadap anak itu sedemikian rupa supaya menunjukkan penurutan untuk menjadi benar dan

mempunyai pertimbangan yang sehat.63

Dalam kaitan ini, lebih lanjut Sarumpaet mengatakan bahwa

“Orang-orang yang telah dididik hidup berdisiplin akan memiliki kuasa

pengendalian diri yang baik. Mereka dapat menguasai diri. Mereka dapat

mengontrol emosinya. Dapat pula mengekang keinginannya yang meluap-

luap. Yang lebih penting lagi ialah bahwa mereka dapat mengatur dan

memanfaatkan bakat yang ada pada mereka”.64

62

Rohani dan Ahmadi., h. 139

63

Sarumpaet, Rahasia Mendidik Anak, (Bandung: Indonesia Publishing House, 1990),ke-

21, h. 105

64 Sarumpaet., h. 160

Page 37: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Di sekolah, disiplin mutlak diperlukan. Segenap program sekolah

harus dijalankan menurut peraturan yang telah ditetapkan. Baik guru

maupun peserta didik bahkan orang tua murid harus patuh kepada tata

tertib dan peraturan yang berlaku. Tanpa disiplin dalam sekolah,

kemungkinan besar tidak diperoleh ketertiban, ketentraman, keteraturan

serta keberhasilan penyelenggaraan program-program sekolah, seperti

menyebabkan terganggunya proses belajar mengajar dikarenakan siswa

tidak berdisiplin dan tanpa adanya tindakan pencsgaban dari pihak

sekolah. Oleh karena itu hidup berdisiplin barus dipraktekan dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah, terutama kegiatan belajar

mengajar

Bagi peserta didik, pembinaan dengan disiplin sekolah akan

mempunyai pengaruh positif bagi kehidupan mereka dimasa yang akan

datang. Melalui pembiasaan ini, peserta didik akan terlatih dalam upava

mengendalikan diri sendiri sehingga pada akhirnya akan terbentuk disiplin

diri sendiri.

Secara lebih khusus, menurut Rohani dan Ahmadi tujuan disiplin

sekolah adalah “Untuk mengontrol tingkah laku peserta didik agar tidak

menyimpang dari ketentuan atau tata tertib yang berlaku di sekolah

tersebut”. Hal ini seperti dikemukakan oleh Ahmad Rohani dan Abu

Ahmadi bahwa : "Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol

tingkah laku peserta. didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah

dapat berjalan dengan optimal”.65

65

Rohani dan Ahmadi., h. 126

Page 38: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

3. Fungsi Disiplin

Disiplin selain memiliki tujuan sebagaimana di atas, juga

mengandung fungsi tertentu yang berguna bagi perkembangan anak.

Menurut Alex Sobur, bahwa "Fungsi utama dari disiplin adalah untuk

mengajar mengendalikan diri, menghormati dan mematuhi otoritas.

Disiplin diperlukan dalam mendidik anak tegas terhadap hal yang

dilakukan dan dilanggar”.66

Dengan demikian disiplin bagi seorang anak akan membiasakan

diri untuk bisa niciup secara teratur, dengan adanya keteraturan dalam

hidup diharapkan ia mampu mengendalikan diri, dengan memiliki

pengendalian diri tersebut maka ia tidak melakukan pelanggaran terhadap

tata tertib yang telah ditetapkan dengan kata lain mematuhinya,

Untuk menegakkan disiplin dalam diri anak yaitu dengan

menunjukan kerja sama dalam menghargai kebebasan dan tanggung jawab

pribadinya, sehmgga mereka mampu mengembangkan sikap dan tingkah

laku yang dapat diterima dalam masyarakatnya.

Pemberian disiplin kepada anak dimaksudkan supaya anak kelak

bertindak dewasa dalam kehidupannya terutama dalam hal menguasai dan

mengendalikan diri, membangkitkan bakat yang masih terpendam serta

mengarahkan kemauan dan perasaan anak.

Setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk menguasai dan

mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini akan dapat menentukan

keberhasilannya dalam kehidupan. Jika tidak dapat menguasai dan

mengendalikan dirinya sendiri, ia tidak akan dapat menentukan jalan mana

yang akan ditempuhnya dalam kehidupan ini, serta tidak dapat

menentukan langkah-langkah keberhasilannya kelak. Ia tidak mempunyai

pendirian yang teguh untuk membawa diri dari kehidupannya pada saat

diperlukan ketegasan bertindak.

66 Alex Sobur, Pembinaan Aitak daiam Kehiarga, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,

1988), Cet. ke-2, h.

Page 39: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Demikian pula dengan peserta didik di sekolah, mereka perlu

memiliki kemampuan untuk mengarahkan kemauannya. Kemauan ini

harus dibina dan dituntun sesuai dengan tingkat perkembangannya, dengan

demikian apabila mereka berbuat salah mereka akan sadar dengan

kesalahan yang dilakukan, untuk kemudian tidak mengulanginya kembali.

Di samping itu, di sekolah peserta didik banyak menghadapi dan

mendapatka tugas-tugas dari guru mereka. Tugas-tugas tersebut harus

diselesaikan tepat pada waktunya. Ketepatan penyesuaian tugas tersebut

mendorong peserta didik untuk melaksanakan kewajiban dengan sebaik-

baiknya. Dalam kaitan ini, disiplin berfungsi untuk mengarahkan dan

membimbing peserta didik untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-

baiknya.

4. Jenis-Jenis Disiplin

Dalam kehidupan sehari-hari dikenal adanya disiplin diri, disiplin

sosial, disiplin nasional. Demikian pula dikenal adanya disiplin belajar dan

disiplin kerja menurut Neiny Ratmaningsih bahwa hakikat disiplin diri

adalah: "Kemampuan mengendalikan diri, muncul dari hati nurani

individu untuk senantiasa mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang

berlaku dalam kehidupan".67

Seseorang dikatakan memiliki disiplin diri yang kuat bila dapat

mengendalikan dirinya sendiri. Kerugian akibat dilanggarnya disiplin

lazimnya tidak langsung, tetapi berjangka panjang. Oleh karena itu orang

yang berdisiplin diri adalah orang yang memiliki kemampuan untuk

menjangkau ke depan akibat tindakannya, bukan hanya pada akibat

langsung.

Sikap mental disiplin diri tersebut muncul akibat tidak dengan

sendirinya, rnelainkan melalui suatu proses yang panjang yaitu mulai sejak

67

Neiny Ratmaningsih, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMU Kelas

2, Op.Cit., 59

Page 40: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

kanak-kanak sampai dewasa. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Neiny

Ratmaningsih bahwa "Disiplin diri itu tcrbentuk melalui pembiasaan dan

pengalaman.68

Berhubungan dengan hal tersebut, Soedijarto dalam bukunya

Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, mengatakan

bahwa:

Kuat tidaknya disiplin diri seseorang akan dipsngaruhi oleh pengalaman pribadinya dalam melatih dan mempribadikan disiplin

kedalam dirinya. Seorang anak yang inenginjak dewasa akan memiliki

disiplin pribadi yang kuat apabila dalam proses perkembangannya

memperoleh pengalaman yang positif dari usahanya melaksanakan

disiplin. tetapi sebaliknya akan goyah kalau dalam perjalanan menuju ke

kedewasaaan mengalami kekecewaan dalam mencoba disiplin.69

Kutipan di atas menunjukan bahvva pengalaman dasar dalam

berdisiplin akan memberikan kerangka dalam keteraturan hidup

selanjutnya. Di sekolah, disiplin diri akan tumbuh dan berkembang apabila

tercipta suatu suasana di mana antara guru dan peserta didik terjalin sikap

persahabatan yang bcrakar pada dasar saling hormat menghormati dan

saling mempercayai.

Menumbuhkan dan menciplakan suasana yang memberi

kesempatan untuk memupuk pertumbuhan sikap disiplin diri peserta didik,

membutuhkan peran guru sebagai suri tauladan bagi peserta didik pada

khususnya dan sekolah pada umumnya. Untuk menunjang tercapainya hal

tersebut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi menyarankan delapan sikap

yang hams dilakukan dan dimiliki oleh guru yaitu:

a. Guru bersikap "hangat" dalam menerima sikap persahabatan

dengan semua peserta didik. Menghargai mereka dan

menenma mereka dengan berbagai keterbatasannya,

b. Guru bersikap adil sehingga mereka diperiakukan sama tanpa

tumbuh rasa dianak-tirikan atau di sisihkan.

68

Neiny., h. 59

69

Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka,

1989), h. 165

Page 41: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

c. Guru bersikap obyektif terhadap kesalahan peserta didik

dengan melakukan sangst sesuai dengan tata tertib bila peserta

didik melanggar disiplin yang telah disetujui bersama.

d. Guru tidak menuntut peserta didik untuk mengikuti aturan-aturan yang di luar kemampuan peserta didik untuk mengikuti.

e. Guru tidak menghukum peserta didik di depnn teman-temannya sehingga menyebabkan mereka kehilangan muka.

f. Dengan diciptakan suatu kondisi sehingga setiap peserta didik merasakan berhasil dalam segi-segi tertentu dan tidak

senantiasa berada dalam situasi kegagalan dan kekecewaan. g. Suasana kehidupan di sekolah tidak mendorong peserta didik

ke arah tingkah laku yang tidak dikehendaki.

h. Pada saat terlenm disediakan perighargaan dan hadiah bagi

peserta didik yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan

disiplin yang berlaku sebagi suri tauladan yang baik.70

Beberapa sikap yang harus dimiliki oleh guru sebagai tersebut di

atas akan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk ikut terlibat

dalam upaya menerapkan dan menegakkan sikap disiplin sekolah, ikut

bertanggung jawab dan ikut mempertahankan aturan yang telah ditetapkan.

Dengan beberapa sikap yang dimiliki guru tersebut maka diharapkan akan

tertanamnya disiplin diri pada diri perserta didik sangat besar.

Disiplin diri seorang sangat penting artinya. Hal ini karena disiplin

diri akan menunjang tercapainya disiplin sosial dan disiplin nasional.

Mengenai disiplin sosial Neiny Ratmaningsih mengatakan bahwa

“Disiplin sosial yaitu gambaran tentang suatn sikap mental masyarakat

yang memiliki ketaatan atau kepatuhan terhadap pcraturan atau tata tertib

hidup bermasyarakat. Disiplin sosial ini tercermin dari sikap dan perilaku

warga masyarakat yang selaiu hidup tertib, dan taat terhadap norma-norma

masyarakatnya”.71

Sedangkan disiplin nasional Nainy Ratmaningsih mengatakan:

"Merupakan suatu sikap mental bangsa yang tercennin dalam perbuatan

70

Rohani dan Ahmadi., h. 134-135

71 Neiny., h. 56

Page 42: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

dan tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan terhadap norma-norma

kehidupan yang berlaku dalam berbangsa dan bernegara".72

Disiplin nasional tersebut terbentuk meiaiui suaixi proses dimulai

penanaman terhadap diri pribadi dan disiplin sosial. Artinya, kualitas

disiplin nasional akan sangat tergantung pada tinggi rendahnya disiplin

pribadi dan disiplin sosial warga negaranya.

Dan uraian di atas nampak adanya keterkaitan yang sangat erat

antara ketiga jenis disiplin tersebut. Ketiga jenis lersebut membentuk suatu

proses yang berawal dari penanaman dan pembentukan disiplin diri pribadi

yang berlanjut pada terbentuknya disiplin sosial dan disiplin nasional.

Sclain demikian, disiplin diri sendiri juga mcndorong terbentuknya

kedisiplinan dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari seperti

belajar dan bekerja.

Berkenaan dengan disiplin belajar, Soedijarto bcrpendapat bahwa:

"Disiplin belajar merupakan kemampuan seserang untuk secara tsratur

belajar dan tidak raelakukan sesutau yang dapat merugikan tujuan akhir

dari proses belajarnya".73 Demikian halnya dengan disiplin kerja yang

merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri dalam bentuk

tidak melakukan suatu tindakan yang dapat merugikan hasil pekerjaannya

dan secara teratur melakukan sesuatu yang mendukung dan melancarkan

pekerjaannya, sehingga akan diperoleh hasil pekerjaaan yang diinginkan.

Selain beberapa jenis disiplin di atas, terdapat pula empat jenis

disiplin yang dibedakan berdasar sumber pembuatnya. Hal ini

sebagaimana dikatakan oleh Amir Achin bahwa: "Disiplin dapat

dibedakan atas empat jenis menurut sumber pembuatnya".74

Keempat jenis disiplin tersebut adalah disiplin buatan guru, disiplin

buatan kelompok, disiplin yang dibuat oleh diri sendiri dan distplin karena

72

Neiny., h. 06

73

Sodijarto., h. 62

74 Amir., h. 62

Page 43: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

tugas. Disiplin yang dibuat oleh guru tersebut menurut Amir Achin

dimaksudkan “untuk menciptakan situasi yang baik demi berlangsungnya

proses belajar mengajar. Situasi yang beistruktur itu (the structured

situation) diciptakan dan dibina serta dikembangkan oleh guru dengan

baik, tanpa melupakan kepentingan peserta didik”.75 Kepentingan peserta

didik dalam hal ini merupakan dasar bagi disiplin yang dibuat oleh guru.

Berdasarkan hal itu, guru berupaya menciptakan situasi yang kondusif.

Situasi yang menguntungkan bagi peserta didik. Situasi ini harus

dipertahankan dan dimanfaatkan secara terus menerus oleh guru dan

peserta didik, sehingga lama kelamaan peserta didik merasa ikut memiliki

dan bertanggung jawab dalam memelihara situasi tersebut.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai

peranan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik sersuai dengan

kemamapuan dan pengaruhnya untuk melaksanakan tugas di masyarakat.

Tujuan ini akan berhasil apabila guru berhasil mendorong dan

mengarahkan pesena didiknya untuk belajar mengembangkan kreatifitas

pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu adalah tugas penting seorang

guru untuk membanru peserta didik agar dapat mengembangkan

pengendaiian diri mereka, menumbuhkan tingkah laku yang selalu

berorientasi pada tugas, dan mengembangkan sifat-sifat lain menunjukan

kematangan sosial.

Seorang guru akan berhasil dalam menjalankan tugas tersebut

apabila guru itu dapat meinanfaatkan kelompok peserta didik sebagi

patnernya. Menurut Amir Achin, "Kelompok peserta didik itu memiliki

peranan penting dalam memasukan nilai dan norma masyarakat kepada

setiap diri peserta didik".76

Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa setiap kelompok

sekecil apapun selalu memiliki peraturan yang harus ditaati oleh setiap

75

Amir., h. 62

76 Amir., h. 64

Page 44: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

anggotanya, maka demikian halnya dengan kelompok yang terbentuk di

antara para peserta didik di sekolah. Kelompok ini dapat membuat aturan-

aturan yang sama ditaati oleh para anggotanya. Maka untuk mentaati

aturan-aturan tersebut diperlukan sikap disiplin dari setiap anggota

kelompok tersebut. Disiplin inilah yang dinamakan dengan istilah disiplin

kelompok.

Mengenai jenis disiplin yang dibuat oleh din sendiri pada dasamya

telah disinggung pada bahasan tentang disiplin diri sendiri. Disiplin yang

dibuat oleh diri sendiri mengandug pengertian bahwa disiplin itu muncul

dan beikembang dalam diri seseorang. Seseorang yang membuat dan

menanamkan sikap disiplin dalam dirinya Sendiri dalam inenjalankan

tugas-tugas atau lainnya menunjukkan adanya suatu kematangan sosial

dan emosional orang tersebut

Kematangan sosial dan emosional seseorang pada awal mula dapat

dilihat apabila misalnya seorang anak telah dapat bereaksi secara baik

terhadap pengarahan orang dewasa. Indikasi adanya kemajuan dari proses

ini dapat dipertahankan lebih lanjut pada anak tersebut bahwa ia telah

dapat merespon dengan baik terhadap pengaruh kelompoknya.

Dalam kaitan ini Amir Achin berpendapat bahwa “Apabila proses

ini bertumbuh terus di mana anak itu semakin menjadi remaja yang

bertanggung jawab dan matang berfikir, maka ia akan mulai berfikir

bagaimana menyumbang dan mengembangkan serta bertanggung jawab

terhadap kelompoknya, dan akhirnya terhadap masyarakat dan

lingkungannya”.77

Sekolah sebagai lembaga sosialisasi nilai-mlai dan norma-norma

dalam masyarakat, harus menumbuhkan dan membina peserta didiknya

agar memperoleh kematangan sosial dan emosional yang memadai sesuai

tarap petumbuhan dan perkembangan peserta didiknya. Kematangan sosial

dan emosional tersebut lebih lanjut akan berperan dalam pembentukan

disiplin diri sendiri.

77 Amir., h. 64

Page 45: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Jenis disiplin yang terakhir adalah disiplin karena tugas, disiplin ini

terjadi karena adanya suatu tugas. Sebenarnya disiplin ini bukan sernata-

mata karena adanya suatu tugas, akan tetapi keteraturan dalam segala

bidang untuk melaksanakan suatu proses dalam rangka mencapai suatu

tujuan, yang merupakan pendorong untuk berdisiplin terutama dalam

melaksanakan tugas tertentu. Hal ini seperti peserta didik mendapatkan

tugas dari guru mereka untuk meringkas suatu pokok bahasan tertentu dari

suatu mata pelajaran. Peserta didik yang menyadari akan tugas yang

diberikan oleh guru tersebut akan mendisiplinkan dirinya sendiri untuk

menyelesaikan tugas itu tepat pada waktunya, sehingga untuk

menyelesaikan tugas itu kemungkinan besar peserta didik akan

meninggalkan kegemarannya atau kegiatan lain.

Keberhasilan seseorang dalam mendisiplinkan dirinya untuk

menyelesaikan tugas tertentu dipengaruhi oleh kadar kematangan

seseorang tersebut. Artinya semakin tinggi kadar kematangan seseorang,

semakin baik ia mendisiplinkan dirinya dan semakin mudah baginya

menentukan keperluan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas itu.

Demikian sebaliknya seseorang yang kurang matang akan tidak dapat

menerima tuntutan disiplin tersebut dan bahkan dapat menjadi frustrasi,

putus asa dan menyerab.

Di sekolah terdapat peserta didik yang memiliki tingkat

kematangan yang berbeda-beda antara yang satu dan yang lainnya. Para

guru diharuskan mengetahui adanya perbedaan kadar kematangan para

siswanya. Pengetahuan ini penting karena akan membantu guru dalam

mempersiapkan dan memberikan tugas kepada siswanya. Supaya tugas

yang diberikannya dapat sesuai dengan tingkat kematangan siswanya.

Selain itu perm diperhatikan pula tentang motivasi para siswa dalam

mengerjakan tugas. Hal ini karena motivasi yang positif akan mendasari

terjadinya disiplin diri peserta didik dalam mengerjakan tugas tersebut.

Oleh karena itu, menurut Amir Achin bahwa "Yang terpenting bagi

seorang murid adalah bagaimana mempersiapkan dan memberikan tugas

Page 46: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa, yang dapat memotivasi

siswa agar di dalam mengerjakan tugas para siswa dapat mendisiplinkan

diri sendiri sehingga tujuan intniksional dapat tercapai dan pembentukan

keadilan disiplin pribadi dapat terbentuk secara wajar dan sehat".78

78 Amir., h. 62

Page 47: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Waktu Penelitian dan Sumber Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi yang dijadikan penelitian adalah Madrasah Aliyah Negeri

(MAN)Cibinong, yang terletak di Jl. Kayu Manis No. 30 Cibinong, Bogor.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dimulai dari

perencanaan, persiapan dan penentuan alat pengumpulan data penelitian,

yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti

penelitian, dan rentang waktu yang dibutuhkan selama 3 (tiga) bulan,

mulai pada bulan Januari sampai dengan Maret 2008.

3. Sumber Penelitian

Responden sebagai sumber data adalah siswa MAN Cibinong.

Menurut Arikunto, sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah:

a. Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung dari responden

b. Data Skunder yakni data yang diperoleh dari catatan-catatan atau

dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari instansi yang terkait.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi

Observasi adalah “Pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala yang diteliti”.79 Observasi ini dilakukan secara langsung

79 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-

3, hal. 54

Page 48: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai objek yang

sedang diteliti. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi di MAN

Cibinong, Bogor.

2. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang langsung diberikan kepada

responden baik secara langsung maupun tidak langsung. Angket dibuat

dengan model likert yang mempunyai empat opsi jawaban yang berjumlah

genap ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden

bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.

Tabel 2

Instrumen Pembelajaran dan Disiplin Siswa

No Variabel Dimensi Indikator Butir Soal Jml

Apersepsi 1 1 Kegiatan awal

Memotivasi Siswa 2 1

Metode diskusi 9, 11, 13,

14 4

Menegur siswa yang tidak

membawa buku 5 1

Penggunaan media secara

variatif 3, 12 2

Memperhatikan kondisi kelas 6, 7, 15 3

Kegiatan inti

Mencontohkan dengan praktek 8 1

Memberikan tugas 4 1

1. Pembelajaran PKn

Kegiatan penutup Memberikan ulangan 10 1

Hadir 10 menit sebelum jam

pelajaran 16 1

Tidak terlambat 20 1

Disiplin waktu

Pulang tepat waktu 29 1

Menyelesaikan tugas 18, 27 2

Belajar malam 24 1 Disiplin belajar

Mengulang pelajaran 25 1

Memakai seragam 17 1

Rapi berpakaian 19 1

Tidak bolos sekolah 23 1

Ijin jika keluar kelas 26 1

Mengikuti upacara bendera 28 1

Membuat surat keterangan jika

tidak hadir 21 1

2. Disiplin Siswa

Disiplin mentaati

peraturan

Memebri tahu jika terlambat

pulang 30 1

Jumlah total item soal 30 30

Page 49: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

3. Studi Kepustakaan

Untuk memberikan hasil yang maksimal dalam penelitian ini,

peneliti juga menggunakan dan membaca literatur-literatur baik berupa

buku-buku, majalah, surat kabar, dan media internet sebagai pencari data

yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-

data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh peneliti, akan tetapi dapat

dipahami juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian ini.

Penggunaan teknik analisa data dalam penelitian ini disesuaikan

dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui apakah

pembelajaran kewarganegaraan mempunyai peran dalam pembentukan sikap

disiplin siswa, khususnya yang terjadi di sekolah yang diteliti.

Setelah data yang penulis butuhkan diperoleh, kemudian data tersebut

akan diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali dilakukan adalah editing

yaitu meneliti satu persatu kelengkapan, pengisian dan kejelasan

penulisannya, dalam tahap ini dilakukan dengan pengecekan terhadap

kelengkapan, kebenaran pengisian kejelasan penulisannya.

2. Coding

Memberikan kode (coding) terhadap item-item alternative jawaban

agar memudahkan dalam memahami pernyataan yang akan dijawab oleh

responden. Penulis menggunakan kuesioner dengan memberikan empat

alternative jawaban dengan menggunakan skala likert, yaitu:

Page 50: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

a Untuk alternatif jawaban SL (selalu adalah kegiatan terus menerus

dilakukan secara terprogram dan terjadwal dengan mengikuti norma

dan tradisi yang ada)

b Untuk alternative jawaban SR (sering adalah kegiatan yang biasa

dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan)

c Untuk alternative jawaban KD (kadang-kadang adalah kegiatan yang

dilakukan dengan menyesuaikan moment)

d Untuk alternative jawaban TD (tidak pernah adalah kegiatan yang

tidak dilakukan sama sekali)

3. Tabulasi dan Analisis

Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam

setiap item yang penulis kemukakan, untuk itu dibuatlah suatu tabel yang

mempunyai kolom setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban yang

satu dengan yang lainnya.

4. Skoring

Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang terdapat pada

angket perlu diberi skor. Format angket yang digunakan menggunakan

“Skala Likers”. Skala ini mempunyai lima alternatif jawaban, tiap-tiap

item di-skor berdasarkanjawaban dari jenis pernyataan favorable atau

unfavorable. Untuk data favorable skor bergerak dari 5, 4, sampai 1.

Selalu (SL) = 4

Sering (SR) = 3

Kang-kadang (KD) = 2

Tidak Pernah (TP) = 1

5. Presentase

Penghitungan dilakukan untuk mengetahui besar kecilnya tingkat

keberhasilan yang dilakukan guru. Angka presentasi diperoleh dengan cara

frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% dengan rumus

statistik presentasi sebagai berikut:

%100xN

fP =

Page 51: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Keterangan :

P : Presentasi jawaban

f : Frekuensi

N : Number of Cases (jumlah frekuensi/ banyaknya individu)80

Sedangkan dalam menganalisis data yang sudah terkumpul, penulis

menggunakan metode statistik deskriptif dengan kategori sebagai berikut:

0% - 25% = kurang

26% - 50% = cukup baik

51% - 75% = baik

76% - 100% = sangat baik

D. Definisi Operasional dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

1. Definisi Operasional

a. Pembelajaran PKn

Pembelajaran adalah proses kegiatan belajar mengajar yang

terjadi yang melibatkan guru dan siswa. Kegiatan pembelajaran

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Kegiatan inti meliputi apersepsi, dan memberi motivasi kepada

siswa agar siswa lebih siap menerima pelajaran dan serius mengikuti

pelajaran PKn. Kegiatan inti meliputi; kegiatan diskusi, mengecek

peralatan belajar siswa, penggunaan media secara variatif,

memperhatikan kondisi kelas, menerangkan pelajaran dengan disertai

pada hal-hal yang kongkrit. Hal ini dilakukan agar proses belajar

mendapatkan hasil yang dituju. Kegiatan penutup meliputi; pemberian

tugas dan ulangan setiap akhir sub pokok bahasan untuk menguatkan

dan meningkatkan kualitas belajar siswa.

b. Disiplin

Disiplin siswa adalah segala peraturan atau tata tertib yang

telah di tetapkan oleh sekolah yang harus dijalankan oleh siswa.

80

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Persada, 1994), Cet.

ke-5, h. 43

Page 52: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Disiplin juga meliputi aturan yang tertulis maupun tidak tertulis.

Peraturan yang tertulis berupa tata tertib sekolah. Sedangkan peraturan

tidak tertulis adalah kebiasaan dan norma-norma yang tidak tertulis,

tetapi kebiasaan itu merupakan kebaikan umum.

Disiplin meliputi; Pertama, disiplin waktu yang meliputi hadir

10 menit sebelum jam sekolah dimulai, tidak terlambat sekolah, pulang

sekolah tepat waktu. Kedua, disiplin belajar yang meliputi; siswa

selalu menyelesaikan tugas, belajar malam, dan mengulang pelajaran

diwaktu luang. Ketiga, disiplin dalam mentaati peraturan yang

meliputi; memakai seragam sesuai peraturan, memakai pakaian dengan

rapi, tidak bolos sekolah, ijin jika keluar kelas, mengikuti upacara

bendera, membuat surat keterangan jika tidak masuk sekolah, dan

memberi tahu orang tua jika terlambat pulang kerumah.

Page 53: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum MAN Cibinong

1. Sejarah Berdirinya MAN Cibinong

Pada tahun 1986 sejumlah tokoh masyarakat memprakarsai

pendirian PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) berstatus swasta

melalui panitia pembangunan PGAP Cibinong (selanjutnya disebut

panitia) dengan ketua Bapak M. Ismail Taufiq, sekretaris Bapak M. Imron

Rosadi (Alm) dan selaku bendahara Bapak K. Mahpudin. Kini ketiganya

telah meninggal dunia, semoga Allah SWT menerima amal salihnya

beserta sejumlah guru agama yang menjadi anggota panitia. Panitia

dengan dukungan penuh dari instansi terkait, baik instansi sektoral

maupun lintas sektoral mengajukan usul kepada Departemen Agama Pusat

melalui kepala jawatan Pendidikan Agama Propinsi Jawa Barat agar

PGAP (S) Cibinong dijadikan PGAN filial dari PGAN 6 tahun Bogor.

Usul tersebut mendapat tanggapan positif ddengan turunnya SK Menteri

Agama No. 29/1968 yang ditandatangani langsung oleh menteri Agama

saat itu, K.H.M. Dahlan (Alm).

Sehubungan dengan lahirnya SK. Menteri Agama No. 17/1978

tentang susunan dan tata kerja MAN dan No. 19/1978 tentang susunan dan

tata kerja PGAN, maka atas usul kepala PGAN Bogor yang kemudian

diteruskan oleh kabid Binrua Islam Kanwil Depag. Jawa Barat, pada tahun

1982 turunlah SK direktur Jenderal Binbaga Islam Depag No.

Kep./e/302/1982 tanggal 23 Oktober 1982 yang menetapkan pembentukan

kelas jauh (filial) MAN Jl. Raya Jakarta- Bogor KM 43 Cibinong

Kabupaten Bogor dengan MAN Bogor sebagai induknya. Kepala MAN

Bogor pada waktu itu Bpk Dudung menunjuk Bapak Zubaidi Mukhtar,

BA. Sebagai pimpinan filial Cibinong dengan tugas khusus

Page 54: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

menjajaki/mencari tanah disekitar Cibinong untuk pembangunan dan

pengembangan MAN Bogor. Berkat peran dan upaya Kakandepag.

Kabupaten Bogor, Bapak H. Abdurrahman Amir, MAN Bogor

memperoleh ijin dari Pemda Kabupaten Bogor membeli tanah Kas Desa

Cirimekar seluas 8.065m2 yang dibelidengan dana DIP. (7.500m2) dan

dana swadaya BP3 (565m2) yang dibeli dari H. Abdul Fatah luas tanah

menjadi 9065m2. Sejak tahun anggaran 1985/ 1986 MAN induk Bogor

mulai membangun prasarana gedung di Kampus Bumi Cirimekar dengan

danan DIP dan swadaya BP3. Setelah proyek gedung tahap satu selesai,

MAnFilial Cibinong berpindah dari kampus Pos Jalan Raya Jakarta –

Bogor kekampus Bumi Cirimekar. Mulai tahun pelajaran 1986/1987

sebagai siswa MAN induk Bogor ditempatkan di Cirimekar bersama siswa

Filial. Untuk memudahkan koordinasi dan keterpaduan antara program

induk dengan filial, maka terhitung 01-11-1986 kepala MAN induk Bogor

menunjuk Bapak M. Taufiqurrahman, BA sebagai coordinator wakil MAN

induk Bogor dilokasi Cibinong mulai 01-11-1986 menggantikan pimpinan

sebelumnya, Bapak Zubaidi Mukhtar, BA. Mengingat semakin

berkembangnya volume kegiatan lembaga termasuk melakukan kegiatan

pembinaan terhadap MA-MA swasta kota madya Bogor yang secara

kuantitatif berkembang pesat, maka pusat kegiatan administrasi kantor

induk dialihkan dari jalan pahlawan kodya Bogor kekampus Cirimekar

sedangkan komplek dijalan pahlawan dijadikan kelas jauh /lokasi kodya

Bogor dengan ibu Dra. Fachriah sebagai koordinator. Pada tahun 1990 dan

1991 MAN Cibinong diusulkan oleh Kakanwil Sepag Jawa Barat untuk

ditingkatkan statusnya sebagai MAN yang mandiri. Usul itu al

Hamdulillah berhasil dengan turunnya SK. Menteri Agama No. 224/1993

tanggal 25 Oktober 1993 sehingga MAN Cibinong terpisah dari induknya

dan berubah menjadi MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBINONG.

Bapak Drs. Encum Ma’sum yang menjadi kepala MAN Cibinong yang

pertama. Tanggal 10 Maret 1997 bertempat diBalai Binarum kodya Bogor

, kedua pejabat bertukar pos, Drs. H. Encum Maksum dialih tugaskan

Page 55: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

menjadi kepala MAN Bogor, sedangkan Drs H. Nandang, kepala MAN

Kodya Bogor beralih tugas menjadi kepala MAN Cibinong.81

2. Visi Misi dan Strategi Madrasah Aliyah Negeri Cibinong

a. Visi

Terbentuknya anak didik yang berkualitas, berakhlak terpuji

dengan landasan iman dan takwa sertya mampu berwawasan ilmu dan

teknologi82

b. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan secara integral dari keseluruhan proses yang pendidikan yang berkualitas.

2. Meningkatkan kualitas lulusan yang cerdas, terampil, kreatif,

inovatif, berdedikasi, mandiri, cinta almamater dan tanah air.

3. Mewujudkan lingkungan yang agamis, bersih, asri, nyaman dan

aman.

4. Mewujudkan keteladanan dalam berbicara, bersikap dan

bertindak.83

c. Strategi

1. Peningkatan sarana dan prasarana dan fasilitas pendidikan

2. Peningkatan profesionalisme Sumber Daya manusia (SDM) 3. Penyempurnaan system dan kinerja dalam standar pelayanan

pendidikan 4. Peningkatan dan pengembangan pelaksanaan wawasan wiyata

mandala 5. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, tertib, aman dan

agamis.84

81

Album civitas akademika dan alumni 2007 MAN Cibinong. 82

Waka Kurikulum MAN Cibinong 2008

83

Waka Kurikulum MAN Cibinong 2008

84 Waka Kurikulum MAN Cibinong 2008

Page 56: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

3. Keadaan Guru dan Karyawan

a. Keadaan Guru dan Karyawan

Posisi guru dalam dunia pendidikan memiliki tugas dan kewajiban yang cukup berat, atau ditangannya kekuasaan

penyelenggaraan pendidikan ditentukan maju mundurnya suatu Madrasah tergantung pada tanggung jawab dan profesionalisme para guru.

Dalam dunia pendidikan memang ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung keberhasilan penyelenggaraan

pendidikan, tetapi faktor guru lebih dominan, guru bertanggung jawab membimbing dan membina aktualisasi potensi

anak didik agar mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi kelak setelah dewasa. Kemampuan dan

kemandirian anak didik dalam mengatasi masalah hidupnya dapat menjadi ukuran keberhasilan pendidikan yang

dilakukan. Jumlah guru MAN Cibinong pada tahun 2007-2008 sebanyak 58 orang (28 laki-laki dan 30 wanita), guru

tetap 40 orang dan tidak tetap 18 orang.

4. Administrasi Sarana dan Prasarana

Secara umum sarana dan prasarana MAN Cibinong berdiri diatas

lahan seluas 9.065 m2 yang sangat strategis jaraknya dari pusat

pemerintahan kabupaten Bogor. Letak MAN Cibinong juga berdekatan

dengan pusat perbelanjaan dan terminal yang jaraknya kurang lebih 500 m

kelokasi Madrasah,sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan. Secara

umum sarana dan prasarana MAN Cibinong melliputi : ruang kelas, ruang

kantor, sarana olah raga dan lain –lain, secara rinci akan terlihat dalam tael

berikut :

5. Keadaan Siswa MAN Cibinong

Jumlah siswa MAN cibinong pada tahun ajaran 2007-2008

berjumlah 740 orang dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1

Keadaan Siswa MAN Cibinong Tahun 2007-2008

No. Kelas Jumlah

1 X 257

2 XI IPA 80

3 XI PKn 125

4 XI Bahasa 34

5 XII IPA 80

Page 57: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

6 XII PKn 126

7 XII Bahasa 38

Deskripsi Data

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan dan perannya dalam membentuk sikap disiplin

siswa madrasah aliyah negeri cibinong dapat diperoleh data dan informasi

dengan cara menyebarkan angket yang diberikan kepada siswa-siswi kelas XI

sebagai responden dalam penelitian ini.

Angket penelitian terdiri dari 30 item yang meliputi pembelajaran dan

disiplin. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 36

orang, semuanya diambil 15 % dari jumlah keseluruhan siswa kelas XI yaitu

239 orang.

Analisis Data

Persepsi siswa tehadap upaya guru PKn dalam memotivasi belajar

siswa dengan cara memberikan apersepsi, penggunaan metode yang

bervariasi, memberikan pujian, memberikan ulangan, memberikan tugas,

memberikan hukuman dan hadiah serta menyarankan kerja sama dengan siswa

lain dapat dilihat pada tebel berikut:

Tabel 2

Guru PKn Mengadakan Apersepsi Sebelum Menyampaikan Materi

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 21 58

b. sering 13 36

c. kadang-kadang 2 6 1

d. tidak pernah 0 0

Page 58: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 58

%, sering 36 %, Kadang-kadang 6 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar guru PKn

selalu mengadakan apersepsi sebelum menyampaikan materi

Tabel 3

Guru PKn Mendorong Siswa Untuk Mau Belajar

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 25 69

b. sering 11 31

c. kadang-kadang 0 2

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 69

%, sering 31 %, Kadang-kadang 0 % dan Tidak pernah 0% responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan guru PKn selalu mendorong siswa untuk belajar.

Tabel 4

Guru PKn Menggunakan Metode Yang Bervariasi

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 20 56

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 5 14 3

d. tidak pernah 1 2

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 56

%, sering 28 %, Kadang-kadang 14 % dan Tidak pernah 2 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar guru PKn

selalu menggunakan metode yang bervariasi.

Guru PKn mengungkapkan selalu menggunakan dalam proses belajar

mengajar beliau selalu menggunakan metode bervariasi seperti tanya jawab,

berdiskusi, observasi, presentasi dan mengadakan bazar dari hasil karya siswa

Page 59: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

sendiri.

Tabel 5

Guru PKn Memberikan Tugas Setelah Materi Selesai

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 19 53

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 7 19 4

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 53

%, sering 28 %, Kadang-kadang 19 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan guru PKn selalu memberikan tugas setelah materi selesai.

Tabel 6

Guru Menegur Siswa Yang Tidak Membawa Buku PKn

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 18 50

b. sering 8 22

c. kadang-kadang 8 22 5

d. tidak pernah 2 6

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 50

%, sering 22 %, Kadang-kadang 22 % dan Tidak pernah 6 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PKn selalu menegur

siswa yang tidak membawa buku PKn.

Tabel 7

Guru Menciptakan Kondisi Belajar Yang Kondusif

No Alternatif jawaban F %

Page 60: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

a. selalu 15 42

b. sering 12 34

c. kadang-kadang 6 17 6

d. tidak pernah 2 6

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 42

%, sering 34 %, Kadang-kadang 17 % dan Tidak pernah 6 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan guru PKn selalu menciptakan kondisi belajar yang kondusif

Guru PKn mengungkapkan dengan memberikan pujian dan hadiah

terhadap siswa yang bersikap positif dalam belajar akan menambah semangat

belajar dan memotivasi mereka untuk lebih baik lagi.

Tabel 8

Guru Menegur Siswa Yang Tidak Memperhatikan Pelajaran

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 10 28

b. sering 15 42

c. kadang-kadang 7 19 7

d. tidak pernah 4 11

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 28

%, sering 42 %, Kadang-kadang 19 % dan Tidak pernah 11 % responden

yang ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru guru sering

menegur siswa yang tidak memperhatikan pelajaran

Tabel 9

Guru Menjelaskan Materi Diikuti Dengan Praktek

Page 61: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 10 28

b. sering 12 33

c. kadang-kadang 8 22 8

d. tidak pernah 6 17

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 28

%, sering 33 %, Kadang-kadang22 % dan Tidak pernah 17 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa menyatakan guru

sering menjelaskan materi diikuti dengan praktek

Tabel 10

Guru Memberi Kesempatan Siswa Untuk Bertanya

Tentang Materi Yang Belum Di mengerti

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 22 61

b. sering 12 33

c. kadang-kadang 2 6 9

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 61

%, sering 33 %, Kadang-kadang 6 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PKn selalu memberi

kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti

Tabel 11

Guru PKn Memberikan Ulangan Setiap Sub Pokok Bahasan Selesai

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 20 56

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 6 17 10

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu56

%, sering 28 %, Kadang-kadang17% dan Tidak pernah 0 % responden yang

Page 62: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PKn selalu memberikan

ulangan setiap sub pokok bahasan selesai

Tabel 12

Guru Memberi Kesempatan Siswa Untuk Memahami Materi

Sebelum berlanjut ke materi selanjutnya

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 17 47

b. sering 13 36

c. kadang-kadang 6 17

11

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 47

%, sering 36 %, Kadang-kadang 17 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PKn selalu memberi

kesempatan siswa untuk memahami materi sebelum berlanjut ke materi

selanjutnya

Tabel 13

Guru menggunakan berbagai media untuk memudahkan pemahaman siswa

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 8 22

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 17 47

12

d. tidak pernah 1 3

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 22

%, sering 28%, Kadang-kadang 47 % dan Tidak pernah 3 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PKn kadang-kadang

menggunakan berbagai media untuk memudahkan pemahaman siswa

Tabel 14

Page 63: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Guru memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya

tentang materi yang sedang dipelajari

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 21 58

b. sering 13 36

c. kadang-kadang 2 6

13

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 58

%, sering 36 %, Kadang-kadang 6 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PKn selalu memberi

kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang materi yang

sedang dipelajari

Tabel 15

Guru Menggunakan Metode Diskusi Kelas Ketika Ada Materi

Yang lebih sesuai dengan metode diskusi

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 16 44

b. sering 15 42

c. kadang-kadang 5 14

14

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 44

%, sering 42 %, Kadang-kadang 14% dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru PKn selalu

menggunakan metode diskusi kelas ketika ada materi yang lebih sesuai dengan

metode diskusi.

Tabel 16

Page 64: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Guru Memperhatikan Kondisi Kelas Ketika Mengajar

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 23 64

b. sering 8 22

c. kadang-kadang 5 14

15

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 64

%, sering 22%, Kadang-kadang 14 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan guru PKn selalu memperhatikan kondisi kelas ketika mengajar

Tabel 17

Siswa Hadir Dikelas 10 Menit Sebelum Sebelum Jam Pelajaran

Dimulai

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 12 33

b. sering 14 39

c. kadang-kadang 8 22

16

d. tidak pernah 2 6

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 39

%, sering 33 %, Kadang-kadang 22% dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan dirinya sering hadir dikelas 10 menit sebelum sebelum jam

pelajaran dimulai.

Tabel 18

A. Siswa Memakai Seragam Sesuai Peraturan

B.

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 25 69

b. sering 11 31

c. kadang-kadang 0 0

17

d. tidak pernah 0 0

Page 65: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 69

%, sering 31 %, Kadang-kadang 0 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan selalu memakai seragam sesuai peraturan

Tabel 19

Siswa Menyelesaikan Tugas Yang Diberikan Guru PKn

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 26 72

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 0 0

18

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 72

%, sering 28 %, Kadang-kadang 0 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan selalu menyelesaikan tugas yang diberikan guru PKn.

Tabel 20

Siswa Rapi Dalam Berpakaian

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 24 67

b. sering 7 19

c. kadang-kadang 5 14

19

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu

67%, sering 19 %, Kadang-kadang 14 % dan Tidak pernah 0 % responden

yang ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan selalu selalu rapi dalam berpakaian

Page 66: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Tabel 21

Siswa Tidak Datang Terlambat

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 23 64

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 2 6

20

d. tidak pernah 1 3

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 64

%, sering 28 %, Kadang-kadang 6 % dan Tidak pernah 3 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa menyatakan

selalu tidak datang terlambat

Tabel 22

Siswa Memberi Surat Pemberitahuan Jika Berhalangan Hadir

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 15 42

b. sering 8 22

c. kadang-kadang 10 27

21

d. tidak pernah 2 6

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 42

%, sering 22 %, Kadang-kadang 27 % dan Tidak pernah 6 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa menyatakan

selalu memberi surat pemberitahuan jika berhalangan hadir

Tabel 23

Siswa Mentaati Peraturan Sekolah

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 24 68

b. sering 12 19

c. kadang-kadang 2 6

22

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Page 67: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 68

%, sering 19 %, Kadang-kadang 6 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa menyatakan

selalu mentaati peraturan sekolah

Tabel 24

Siswa Tidak Bolos Sekolah

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 26 72

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 0 0

23

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 72

%, sering 28 %, Kadang-kadang 0 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa menyatakan

Selalu tidak bolos sekolah

Tabel 25

Siswa Menggunakan Waktu Belajar Malam Dengan Baik

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 10 28

b. sering 8 22

c. kadang-kadang 13 36

24

d. tidak pernah 5 14

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab

selalu28%, sering 22 %, Kadang-kadang 36 % dan Tidak pernah 14 %

responden yang ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagiab

besar siswa menyatakan Kadang- kadang menggunakan waktu belajar malam

Page 68: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

dengan baik

Tabel 26

Siswa Mengulang Pelajaran Pada Waktu Luang

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 11 31

b. sering 14 39

c. kadang-kadang 9 25

25

d. tidak pernah 2 6

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 31

%, sering 39 %, Kadang-kadang 25 % dan Tidak pernah 6 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan Sering mengulang pelajaran pada waktu luang.

Tabel 27

Siswa Minta Izin Sebelum Keluar Kelas

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 14 39

b. sering 13 36

c. kadang-kadang 9 25

26

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 39

%, sering 13 %, Kadang-kadang 25 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan selalu minta izin sebelum keluar kelas

Tabel 28

Siswa Mengerjakan Tugas Yang Diberikan Guru Tepat Waktu

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 20 56

b. sering 13 36

c. kadang-kadang 3 8

27

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Page 69: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 56

%, sering 36 %, Kadang-kadang 8% dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu

Tabel 29

Siswa Mengikuti Upacara Bendera

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 27 75

b. sering 9 13

c. kadang-kadang 0 0

28

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 75

%, sering 13 %, Kadang-kadang 0 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagiab besar siswa

menyatakan selalu mengikuti upacara bendera.

Tabel 30

Siswa Langsung Pulang Kerumah Setelah Kegiatan Sekolah Selesai

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 22 61

b. sering 9 25

c. kadang-kadang 5 14

29

d. tidak pernah 0 0

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 61

%, sering 25 %, Kadang-kadang 14 % dan Tidak pernah 0 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan selalu langsung pulang kerumah setelah kegiatan sekolah selesai.

Page 70: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Tabel 31

Siswa Memberitahu Keluarga Jika Tidak Bisa Langsung Pulang

Kerumah Setelah Kegiatan Sekolah Selesai

No Alternatif jawaban F %

a. selalu 16 44

b. sering 10 28

c. kadang-kadang 8 22

30

d. tidak pernah 2 6

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat responden yang menjawab selalu 44

%, sering 28 %, Kadang-kadang 22 % dan Tidak pernah 6 % responden yang

ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

menyatakan selalu memberitahu keluarga jika tidak bisa langsung pulang

kerumah setelah kegiatan sekolah selesai.

Page 71: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan

penelitain, yang menunjukkan pada rumusan permasalahan dan tujuan dari

penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Guru PKn pada tahap pendahuluan dalam pembelajaran dapat menjalankan

tugasnya awalnya dengan baik. Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam

pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-

kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan

apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi

awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa

kehadiran peserta didik (presence (attendance), menumbuhkan kesiapan

belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang

demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan

membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi

(apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang

bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan

komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas

materi pelajaran yang akan dibahas.

Hal ini sesuai dengan jawaban responden yang menyatakan guru

melakukan apersepsi, selalu 58 % begitu juga dengan memotivasi belajar

siswa, responden menjawab selalu sebanyak 69 %., dari hasil angket juga

dapat diketahui bahwa 50 % siswa selalu ditegur jika tidak membawa buku

PKn. Ini menandakan guru sangat memahami apa yang harus dilakukan

diawal penyampaian materinya.

Page 72: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Pada tahap pembelajaran inti, dapat penulis kategorikan sebagai guru yang

professional karena ia mampu memberdayakan banyak sumber belajar yang

dapat digunakan dalam pembelajaran, memberdayakan potensi yang

dimiliki siswa pada proses pembelajaran terlebih pada penempatan dirinya

untuk tidak menjadi sumber ilmu melainkan fasitator dan motivator siswa-

siswanya. Hal ini dapat kita lihat dari jawaban responden yang menyatakan

selalu sebanyak 58 % bahwa guru memberi kebebasan siswa untuk

mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang sedang dipelajari.

Pada tahap penutup pembelajaran, guru PKn dapat mengevaluasi

pembelajaran dengan baik sesuai dengan pengalaman belajar yang dialami

siswanya dan memiliki keterampilan dalam menentukan berbagai macam

jenis evaluasi yang benar-benar relevan dengan kondisi siswanya. Hal ini

sesuai dengan jawaban responden yang menyatakan bahwa guru selalu

memberi ulangan setiap akhir bahasan. Sebanyak 56 % menjawab selalu.

2. Dalam hal kedisiplinan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa siswa

dalam fokus penelitian ini dapat dikategorikan berdisiplin dalam dimensi

displin waktu, disiplin belajar dan disiplin mentaati peraturan sekolah. Dlm

disiplin waktu, hal ini terllihat dari jawaban responden yang menyatakan

siswa tidak datang terlambat. Sebanyak 64 % enjawab selalu. Siswa juga

menyatakanpulang tepat waktu, 64 % siswa mnjawab selalu. Dalam

disiplin belajar, siswa selalu disiplin, hal ini terungkap dari jawaban

responden yang menyatakan 72 % siswa menjawab selalu menyelesaikan

tugas yang diberikan guru. 56 % siswa juga menjawab selalu mengerjakan

tugasnyatepat waktu. Dalam sisiplin mentaati peraturan sekolah siswa juga

cukup disiplin. Hal ini dapat diketahui dari jawaban siswa yang

menyatakan selalu sebanyak 69% siswa menjawab memakai seragam

sesuai aturan. 67 % siswa juga menjawab selalu rapi berpakaian. 72 %

siswa menjawab selalu tidak bolos sekolah. 75 % siswa menjawab selalu

mengikuti upacara bendera. Dengan demikian, dapat terlihat bahwa

Page 73: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

pembelajaran PKn yang diselenggarakan dengan baik berperan dalam

pembentukan sikap disiplin siswa. MAN Cibinong.

B. Saran

1. Bagi peneliti dapat menindak lanjuti lebih jauh hasil penelitian ini, dengan

mengembangkan variable-variabel bebas yang dapat meningkatkan kinerja

guru dalam pembelajaran agar pembelajaran yang tercipta adalah benar-

benar pembelajaran yang mencerdaskan.

2. Bagi guru-guru PKn untuk terus meningkatkan kinerjanya, beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh guru adalah penggunaan media pembelajaran.

Sebagaimana kita ketahui informasi kini menjadi kebutuhan bagi orang

banyak. Mengakses informasi juga semakin mudah. Guru hendaknya tidak

gugup menghadapi era informasi., karena guru harus mampu memberi

pemahaman bagi siswanya terhadap informasi. karena dengan kinerja yang

baik akan menghasilkan produk pembelajaran yang bermutu yang pada

akhirnya akan melahirkan sebuah pendidikan yang mencerdaskan. Di

samping itu jangan pernah merasa puas untuk terus mengembangkan diri.

Pemahaman tentang PKn yang tidak hanya menekankan aspek kognitif,

tetapi lebih kepada aspek afektif hendaknya menjadi pemahaman yang

selalu dipegang oleh guru PKn. Memberi pembelajaran selalu disertai

dengan praktek hendaknya diperhatikan. Disini guru dituntut untuk

senantiasa profesional.

3. Bagi siswa diharapkan untuk terus bersemangat dalam belajar dan

berdisiplin dalam segala hal karena dengan disiplin banyak hal-hal posistif

yang dapat diraih terlebih berprestasi. Terutama dalam hal disiplin belajar,

dari hasil penelitian siswa kurang memperhatikan belajar malam dan

belajar diwaktu luang. Meminta izin ketika keluar kelas juga sering

dilanggar siswa.

4. Untuk semua guru-guru seluruhnya, diharapkan untuk mengutamakan

kedisiplinan di dalam menjalankan tugasnya sebagai guru, sebab salah satu

Page 74: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

dari keberhasilan pendidikan itu terletak pada kedisiplinan kerja dari

semua guru.

5. Bagi kepala sekolah agar mengintensifkan supervisi dan kunjungan kelas

untuk memotivasi semua guru mata pelajaran agar kegiatan pembelajaran

berlangsung dengan efektif dan mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan

Page 75: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, et. al.., Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-1

Ahmedi, Abu, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses (Solo: CV Aneka 1993)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT Rineka cipta, 1996) Cet

ke-10

_______, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001)

Buchari, Mochtar, Ilmu Pendidikan Dalam Renungan, (Yogyakarta: PT. Tiara

Wacana Yogya, 1994)

Dananjaya, Utomo, Sekolah Gratis; Esei-esei Pendidikan Yang Membebaskan,

(Jakarta: Paramadina, 2005), Cet, Ke-1

Djamarah, Syaeful Bahri., dan Aswan Zain, Strategi Balajar Mengajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1997), Cet ke-1

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis “sebuah model perlibatan

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan” (Jakarta: Prenada media, 2004), cet. ke-1

Gledies, Margaret, Ebell, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta. Raja Grafindo

Persada 1994)

Harefa, Adrias, Menjadi Manusia Pembelajar (Jakarta:PT Kompas Media Nusantara, 2000),

Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)

Imran, Ali, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1996)

Lunadi, A.G, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: Gramedia, 1981)

Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21

(the new maind of national in the 12th century), (Yogyakarta: Safira insani

Press, 2003), Cet. Ke-1

Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Nurdin, Muhammad, Kiat Menjadi Guru Professional, (Yogyakarta: Prisma Sofie,

2004)

Page 76: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Nurdin, Syarifuddin dan Basyiruddin, Usman, Guru Professional dan

Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2003)

N.K., Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan (Jakarta:Bina Aksara 1989),

Cet ke – 3

Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Pt. Gunung Agung, 1996)

________, Pengaruh Hubungan Manusia Terhadap Prestasi Belajar Di SD, (Jakarta: Depdikbud Th. II No. 1, 1986)

Pirdaus, Yunus, M, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, (Yogyakarta: Logung

Pustaka, 2004)

Purwadarminta, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1988)

Purwanto, M. Nganlim., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1986), cet ke-2

Rohani, Ahmad, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997)

Sahertian, Piet, Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah., (Surabaya: Penerbit Usaha Nasional, 1994)

Sahertian, Piet, A, dan Mataheru, Frans, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidkan

(Surabaya: Usaha Nasional, 1981)

_______, Profil Pendidikan Professional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994)

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999) Cet ke-1

SJ, J. Drost, Proses Pembelajaran Sebagai Proses Pendidikan (Jakarta:

Garamedia 1999)

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995)

Soejanto, Agus, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, (Surabaya: Aksara

Baru, 1990 )

Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar Mengajar,

(Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Sukardi, Dewa, Ketut, Bimbingan dan Penyuluhan Belaja Di Sekolahr,

(Surabaya: Usaha Nasional, 1983)

Page 77: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Sudirman Am, Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar Mengajar (Jakarta:Raja

Grafindo Persada 1994)

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000 )

_______, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Algesindo, 2002 )

Subroto, Suryo, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 1997)

Soetomo. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar (Surabaya. Usaha Nasional

1993), CetKe-1

Somantri, N. Masalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) FPIPS-Pasca

Sarjana IKIP sebagai “ Synthetic Discipline”, Bandung : Lembaga

Penelitian IKIP Bandung, 1998

Page 78: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Angket Penelitian

Pembelajaran PKn dan Peranannya dalam Pembentukan Sikap Disiplin

Siswa MAN Cibinong

PETUNJUK PENGISIAN

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Kelas : 3. Jenis kelamin :

II. Petunjuk Pengisian

Pilihlah jawaban dengan menuliskan tanda silang (X) pada huruf pilihan yang

telah disediakan!

Jika membatalkan jawaban, silakan jawaban yang dibatalkan diberi tanda (=), kemudian beri tanda checklist (X) pada jawaban yang dimaksud!

1. Apakah guru anda memberi gambaran singkat tentang materi yang hendak

disampaikan sebelum memulai pembelajaran?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

2. Apakah guru PKn anda memberi semangat kepada anda untuk semangat

belajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

3. Apakah guru PKn anda menggunakan metode yang bervariasi dalam

menjelaskan materi? a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

4. Apakah guru pkn memberikan tugas setelah materi pembelajaran selesai dibahas?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

5. Apakah guru anda menegur anda yang tidak membawa buku pkn?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

Page 79: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

6. Apakah guru PKn anda menciptakan kondisi belajar yang kondusif?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

7. Apakah guru anda menegur anda yang tidak memperhatikan pelajaran?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

8. Apakah guru anda menjelaskan materi diikuti dengan praktek?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

9. Apakah guru anda memberi kesempatan anda untuk bertanya tentang

materi yang belum dipahami?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

10. Apakah guru pkn anda memberikan ulangan setiap sub pokok bahasan

selesai dibahas?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

11. Apakah guru anda memberi kesempatan anda untuk memahami materi

sebelum berlanjut kemateri selanjutnya? a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

12. Apakah guru menggunakan berbagai media untuk memudahkan pemahaman anda?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

13. Apakah guru anda memberi kesempatan anda untuk mengemukakan

pendapatnya tentang materi yang sedang dipelajari?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

14. Apakah guru anda menggunakan metode diskusi kelas ketika ada materi

yang lebih sesuai dengan metode diskusi?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

15. Apakah guru anda memperhatikan kondisi kelas ketika mengajar?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

Page 80: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

16. Apakah anda hadir dikelas 10 menit sebelum sebelum jam pelajaran

dimulai?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

17. Apakah anda memakai seragam sesuai peraturan? a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

18. Apakah anda menyelesaikan tugas yang diberikan guru pkn? a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

19. Apakah anda rapi dalam berpakaian?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

20. Apakah anda tidak datang terlambat?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

21. Apakah anda memberi surat pemberitahuan jika berhalangan hadir?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

22. Apakah anda mentaati peraturan sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

23. Apakah anda tidak bolos sekolah?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

24. Apakah anda menggunakan waktu belajar malam dengan baik?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

25. Apakah anda mengulang pelajaran pada waktu luang?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

26. Apakah anda minta izin sebelum keluar kelas?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

Page 81: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

27. Apakah anda mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

28. Apakah anda mengikuti upacara bendera?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

29. Apakah anda langsung pulang kerumah setelah kegiatan sekolah selesai?

a. Selalu c. Kadang-kadang b. Sering d. Tidak pernah

30. anda memberitahu keluarga jika tidak bisa langsung pulang kerumah

setelah kegiatan sekolah selesai?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

Terimakasih Atas Partisipasi Anda!

Page 82: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan

Tabel 5

Keadaan Sarana dan Prasarana

No Sarana Jumlah Kondisi

1 Ruang Belajar 19 Ruang Baik

2 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik

3 Ruang Guru 1 Ruang Baik

4 Ruang Wakasek 1 Ruang Baik

5 Ruang Piket 1 Ruang Baik

6 Ruang BK 1 Ruang Baik

7 Ruang TU 1 Ruang Baik

8 Ruang Perpustakaan 1 Ruang Baik

9 Laboratorium bahasa 1 Ruang Baik

10 Laboratorium Komputer 1 Ruang Baik

11 Laboratorium IPA 1 Ruang Baik

12 Ruang Band/Gamang Kromong 1 Ruang Baik

13 Ruang Tata Busana 1 Ruang Baik

14 Ruang Ibadah / Mushallah 1 Ruang Baik

15 Aula 1 Ruang Baik

16 Ruang Osis 1 Ruang Baik

17 Ruang UKS 1 Ruang Baik

18 Ruang penjaga 18 Ruang Baik

19 Gudang 1

20 Kantin 1

21 Dapur 1

22 Toilet guru 3

23 Toilet siswa 27

24 Lapangan olah raga 1

Page 83: Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Perannya dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46924/1/AHMAD FAUJI... · Ngalim Purwanto mengatakan bahwa “pendidikan