pembelajaran model berpikir induktif untuk siswa kelas 1 sd melalui pendekatan kontekstual pada sub...
DESCRIPTION
uraian materimengenai model bepikir induktif dan implementasinya dalam pembelajaranTRANSCRIPT
PEMBELAJARAN MODEL BERPIKIR INDUKTIF
UNTUK SISWA KELAS 1 SD MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SUB TEMA ANGGOTA KELUARGAKU
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Inovasi Pembelajaran yang diampu oleh bapak Joko Sulianto, M.Pd
Oleh :
Nama : Silviana Dewi
NPM : 12120250
Kelas : 4E / PGSD
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
Berpikir induktif sebenarnya merupakan bawaan sejak lahir dan
keberadaannya sudah absah. Ia hadir sebagai suatu kerja revolusioner, mengingat
sekolah – sekolah saat ini telah memutuskan untuk mengajar dalam corak yang
tidak absah dan acap merongrong kapasitas bawaan sejak lahir (Hilda Taba, 1966)
Pencapaian konsep merupakan “proses mencari dan mendaftar sifat – sifat
yang dapat digunakan untuk membedakan contoh – contoh yang tepat dengan
contoh – contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori” (Bruner, Goodnow, dan
Austin, 1967)
Model induktif dapat membantu siswa mengumpulkan informasi dan
mengujinya dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep – konsep, dan
belajar memanipulasi konsep – konsep tersebut. Digunakan secara bertahap,
strategi ini juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk membentuk konsep
– konsep secara efisien dan meningkatkan jangkauan perspektif dari sisi mana
mereka memandang suatu informasi.
Pembelajaran induktif secara tidak langsung mengacu pada pembelajaran
pembentukan konsep. Belajar bagaimana berpikir induktif merupakan tujuan yang
sangat penting dan siswa perlu untuk mempraktikkan, tidak hanya diajarkan
tentang konsep – konsep saja.
Contoh merupakan bagian kecil dari koleksi data atau perangkat data.
Dengan membandingkan contoh – contoh positif dan membedakannya dengan
contoh – contoh negatif, maka sebenarnya siswa tengah mempelajari tentang
konsep atau kategori itu sendiri.
Sedangkan sifat – sifat yang esensial adalah sifat – sifat yang penting dan
tepat untuk suatu bidang tertentu. Contoh dari suatu kategori seringkali memiliki
1
2
beberapa sifat yang mungkin tidak selalu cocok dengan kategori itu sendiri. Nilai
sifat merujuk pada tingkatan – tingkatan di mana satu sifat bisa hadir dalam
berbagai contoh.
Hunt, Joyce, Greenwood, Noy, Reid, dan Weil (1981), mengeksplorasi
proses – proses induktif pada siswa yang relatif kaku dan siswa yang fleksibel.
Mereka menemukan bahwa dua jenis siswa ini mampu melibatkan diri dalam
proses induktif meski siswa – siswa yang fleksibel memang memperoleh hasil
yang lebih besar pada awalnya. Yang lebih penting, mereka menemukan bahwa
praktik dan pelatihan meningkatkan efektivitas dan bahwa siswa – siswa tadi
dapat belajar menerapkan kegiatan induktif secara mandiri.
Pada akhirnya, beberapa konsep mengharuskan adanya hubungan antara
contoh dan beberapa entitas lainnya. Benalu, misalnya punya tempat tersendiri
dan hubungan antara benalu dan tempatnya penting untuk didefinisikan. Banyak
konsep tentang hubungan manusia berasal dari jenis hubungan semacam ini.
Tidak ada paman tanpa keponakan begitu pula tidak ada suami tanpa istri dan
tidak ada eksekutif tanpa organisasi yang dipimpinnya.
Penerapan utama dari model ini adalah mengembangkan kapasitas
berpikir. Bagaimanapun, dalam hal mengembangkan kapasitas berpikir, siswa
perlu dituntut untuk mencerna dan memproses berbagai informasi. Menurut Hilda
Taba, ada 3 postulat berpikir, antara lain:
1. Kemampuan berpikir dapat diajarkan.
2. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan
data.Artinya, dalam seting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana
bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu.
3. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan
(lawful). Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu,
prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan
ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini
3
memerlukan strategi pembelajaran tertentu agar dapat mengendalikan
tahapan-tahapan tersebut.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan berpikir harus
diajarkan melalui desain strategi pembelajaran yang khusus untuk keterampilan
berpikir. Model berpikir induktif dirancang untuk melatih siswa dalam
membentuk konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep – konsep. Model ini juga
membentuk siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata – kata dan sifat
pengetahuan.
Induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai
ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. (Soekamto & Winaputra 1996)
Jenis Pembelajaran Induktif :
1. Membentuk satu generalisasi daripada contoh-contoh tertentu. Misalnya
mencari cirri-ciri yang sama dari berbagai jenis pasar.
2. Membentuk satu prinsip dari uji kajian tertentu.
3. Membentuk satu hukum dari pernyataan-pernyataan tertentu. Misalnya
mendapat hukum permintaan dan penawaran dari analisis pasar dan
pedagang.
4. Mendapat satu teori dari urutan suatu pemikiran.
Ciri-ciri dari strategi pembelajaran induktif adalah :
1. Penekanan pada keterampilan berpikir dan tujuan-tujuan afektif
2. Berstruktur rendah
3. Penggunaan waktu yang kurang efisien
4. Memberi kesempatan yang banyak untuk belajar sewaktu-waktu
4
Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori
konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam
bertanya (questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah
guru akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran
dengan cara berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model
pembelajaran induktif ini, jadi sangat tergantung pada keterampilan guru dalam
bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi
pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir. Pola berpikir yang baik
selalu mengimbinasikan dua hal, yaitu disiplin dan fleksibilitas.
Siswa – siswi yang masih kecil sering mengumpulkan gambar buah –
buahan menjadi satu dengan alasan bahwa gambar – gambar itu memiliki
karakteristik yang sama, yaitu segala hal yang bisa dimakan. Mereka
menggunakan satu karakteristik umum untuk menggambarkan konsep dari pada
menggunakan nama atau label tertentu. Namun jika siswa sudah mengetahui suatu
konsep tertentu, mereka dapat dengan mudah belajar menamakannya, yang
mendasarinya. (Joice & Weil, 129)
Terlebih lagi jika siswa sudah bisa membedakan rasa buah – buahan yang
beraneka ragam, pasti mereka akan bisa mengelompokkan buah – buahan sesuai
dengan rasa buah itu sendiri. Disini siswa sudah bisa untuk mengenali sifat dari
buah dengan menikmati rasa buah ketika memakannya.
Salah satu bagian dari model penemuan konsep adalah mengenali contoh –
contoh positif dari konsep tersebut dan juga membedakan hal – hal yang sangat
terkait dengannya sebagai contoh – contoh negatif.
Pembelajaran Induktif pada anggota keluarga lebih banyak menggunakan
pendekatan kontekstual karena pada pendekatan kontekstual lebih mengenalkan
siswa dengan menghubungkan pemahaman terhadap lingkungan sekitarnya.
Sehingga dengan adanya pendekatan kontekstual, siswa diharapkan lebih bisa
untuk mengenal dan memahami lingkungannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Model / Sintak Matik
1. Pembentukan Konsep
Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep),
kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut
(dengan nama konsep).
Langkah – langkahnya sebagai berikut :
a. Mengkalkulasi dan Membuat Daftar
b. Mengelompokkan
c. Membuat Label dan Kategori
2. Intepretasi Data
Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana
menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi
pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi hubungan – hubungan yang penting
b. Mengeksplorasi hubungan – hubungan
c. Membuat dugaan / kesimpulan
3. Penerapan Prinsip
Strategi ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah
siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan
menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan
5
6
suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.
Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan
suatu fenomenabaru
Langkah-Langkah sebagai berikut:
a. Memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena asing,
menghipotesis
b. Menjelaskan dan atau mendukung prediksi dan hipotesis
c. Menguji kebenaran (verifikasi) prediksi
B. Sistem Sosial
Model Induktif sebenarnya begitu mudah untuk disusun. Model ini
bersifat kooperatif, tetapi guru tetap menjadi inisiator dan pengawas semua
kegiatan. Guru lebih banyak memberikan pengarahan kepada siswa.
Sehingga dari pengarahan yang guru berikan akan bisa membimbing siswa
untuk bepikir secara induktif. Adanya pembelajaran ini menyebabkan
terjadinya komunikasi 2 arah berlangsung dengan baik. Karena ada
stimulus dan respon diantara guru dan siswa. Pola berpikir anak akan
berkembang sejalan dengan adanya proses belajar mengajar.
C. Prinsip Reaksi
Ketika melibatkan tugas – tugas kognitif dalam setiap strategi
pengajaran, guru harus yakin bahwa tugas – tugas kognitif tersebut muncul
dengan instruksi yang optimal dan juga pada saat yang tepat. Mengatur
tugas – tugas mengharuskan guru untuk mengkaji seperangkat data secara
utuh sebelum melakukan kategorisasi, lalu dilanjutkan dengan mencari
hubungan – hubungan.
Tugas utama guru dalam strategi ini adalah memonitor bagaimana
siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan pertanyaan –
pertanyaan yang relevan. Guru juga harus merasakan kesiapan siswa untuk
menjalani pengalaman – pengalaman dan aktivitas – aktivitas kognitif
7
yang baru dengan cara mengasimilasikan dan menggunakan pengalaman –
pengalaman ini.
Minat siswa pada logika, bahasa, kata – kata dan pengetahuan akan
semakin besar. Guru menjadikan para siswa aktif dalam kegiatan belajar
mengajar berlangsung, dengan cara memberikan soal yang terdapat dalam
pohon silsilah keluarga dan mengelompokkan anggota keluarga.
D. Sistem Pendukung
Model ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang kurikulum yang
didalamnya ada banyak data mentah yang perlu diolah. Penerapan utama
model ini adalah mengembangkan kapasitas berpikir. Bagaimanapun,
dalam hal mengembangkan kapasitas berpikir, siswa perlu dituntut untuk
mencerna dan memproses berbagai informasi.
Pengelompokkan kata – kata akan mendorong siswa untuk
mengetahui kategori dan makna dari kata – kata yang diberikan.
Pemberian kata – kata sebagai stimulus akan merangsang daya kognitif
anak.
E. Peran Guru
Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran induktif, guru telah menyiapkan perangkat-perangkat yang
akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk
melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Sekali lagi, diingatkan, bahwa model pembelajaran induktif
memerlukan keterampilan bertanya yang bagus dari guru. Selain itu guru
juga harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar
yang diberikan, dan selalu menunjukkan ekspektasi positif terhadap
pencapaian hasil belajar siswa-siswanya.
F. Dampak – Dampak Instruksional dan Pengiring
8
1. Dampak Instruksional saat siswa diajarkan “Anggota Keluargaku”
a. Informasi, Konsep, Keterampilan, Pembentukan Hipotesis
Siswa akan mengetahui tentang informasi. Konsep itu seperti apa dan
bagaimana menemukan konsep sesungguhnya melalui pohon silsilah
keluarga.
b. Proses – proses Pembentukan Konsep
Saat terjadi interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan belajar
mengajar, maka proses pembentukan konsep perlahan – lahan akan
muncul pada diri siswa.
c. Konsep dan Sistem Konseptual, dan Penerapannya
Konsep merupakan pemahaman akan suatu kategori dimana kategori
itu memiliki nilai konsep didalamnya. Sehingga ketika anak
mengetahui konsep, anak didik akan bisa menerapkannya dalam
kehidupan.
2. Dampak Pengiring saat siswa diajarkan “Anggota Keluargaku”
a. Spirit Penelitian
Siswa akan memiliki semangat penelitian karena berpikir induktif akan
mengarahkan siswa untuk selalu menemukan dan mengamati melalui
cara berfikirnya.
b. Kesadaran atas Sifat Pengetahuan
Dengan adanya berpikir induktif, maka pengetahuan siswa akan
semakin bertambah. Sehingga dengan adanya pengetahuan baru
membuat wawasan berpikir siswa menjadi luas.
c. Berpikir Logis
Melalui pemahaman bahwa berpikir merupakan sesuatu yang besar,
maka berpikir perlu adanya pengetahuan tentang hal – hal yang logis
yang bisa ditangkap dan dinalar oleh akal manusia. Ini merupakan
konsep dari berpikir induktif yang mengedepankan penalaran atau
logika.
9
Kelebihan
1. Pada metode induktif guru memberikan ilustrasi tentang informasi-
informasi yang akan dipresentasikan kepada murid, sehingga siswa dapat
mencapai parameter tujuan pembelajaran.
2. Ketika siswa telah mempunyai gambaran umum tentang materi
pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola
tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga
pemerataan pemahaman siswa lebih luas.
3. Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu
keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses belajar karena proses
Tanya jawab tersebut.
Kelemahan
1. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat
tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan
pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk
membuat siswa berpikir.
2. Model pembelajaran ini sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru
harus bisa menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar
siswa merasa aman.
3. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran
induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang akan
membuat siswa beraktivitas.
10
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SD Wonosari 03
Kelas / Semester : 1 / 2
Tema : Keluargaku
Sub Tema : Anggota Keluargaku
Alokasi Waktu : 1 x 20 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda – benda
yang dijumpainya di rumah, di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
10
11
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
PPKN
1.2 Menerima kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah
2.2 Menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku
dalam kehidupan sehari – hari di rumah dan sekolah
3.2 Mengenal tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari –
hari di rumah dan sekolah
3.3 Mengamati dan menceritakan kebersamaan dalam keberagaman di
rumah dan sekolah
Indikator
a. Mengetahui tata tertib melalui mendengarkan lagu Bangun Tidur
Ku Terus Mandi
b. Menceritakan secara lisan kegiatan yang dilakukan setelah bangun
tidur
Bahasa Indonesia
1.1 Menerima anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia
yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah
keberagaman bahasa daerah
1.2 Memiliki perilaku santun dan sikap kasih sayang melalui pemanfaatan
bahasa Indonesia dan atau bahasa daerah
3.3 Mengenal teks terima kasih tentang sikap kasih sayang dengan
bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang
dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
pemahaman
12
3.4 Mengenal teks cerita diri. Personal tentang keberadaan keluarga
dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
pemahaman
4.4 Menyampaikan teks cerita diri. Personal tentang keluarga secara
mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diiisi
dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian.
Indikator
a. Mendengarkan cerita siswa tentang anggota keluarga
b. Memasangkan anggota keluarga pada pohon silsilah keluarga
Matematika
2.1Menunjukkan perilaku patuh pada aturan dalam melakukan
penjumlahan dan pengurangan sesuai prosedur aturan dengan
memperhatikan nilai tempat puluhan dan satuan.
3.1 Mengenal bilangan asli sampai 99 dengan menggunakan benda –
benda yang ada di sekitar rumah, sekolah atau tempat bermain
3.11 Menentukan urutan berdasarkan panjang pendeknya benda, tinggi
rendahnya tinggi badan, dan urutan kelompok berdasarkan jumlah
anggotanya
4.1 Mengurai sebuah bilangan asli sampai dengan 99 sebagai hasil
penjumlahan atau pengurangan dua buah bilanan asli lainnya dengan
berbagai kemungkinan jawaban
Indikator
a. Menyebutkan banyak anggota keluarga siswa
b. Mengurutkan tinggi badan anggota keluarga dari yang paling tinggi
ke pendek
13
Seni Budaya dan Prakarya
1.1 Merasakan keindahan alam sebagai salah satu tanda – tanda kekuasaan
Allah
2.1 Menunjukkan rasa percaya diri untuk berlatih mengekspresikan diri
dalam mengolah karya seni
4.5 Menyanyikan lagu anak – anak dan memperagakan tepuk birama
dengan gerak
4.7 Menyanyikan lagu anak – anak dan berlatih memahami isi lagu
Indikator
a. Menyanyikan bersama lagu Satu Satu Aku Sayang Ibu dan berlatih
memahami isi lagu
b. Menyanyikan lagu Kepala Pundak Lutut Kaki dan berlatih
memahami isi lagu
PJOK
1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan
kemampuannya sebagai anugerah Tuhan yang tidak ternilai.
2.1 Menunjukkan perilaku percaya diri dalam melakukan berbagai
aktivitas fisik dalam bentuk permainan
3.1 Mengetahui bagian – bagian tubuh manusia dan kegunaannya.
4.1 Mempraktikkan pola gerak dasar lokomotor yang dilandasi konsep
gerak (seperti konsep tubuh, ruang, hubungan, dan usaha) dalam
berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional
4.6 Mempraktikkan pola gerak dasar senam sederhana menggunakan pola
lokomotor dan non – lokomotor yang dilandasi konsep gerak
mengikuti irama (ketukan) tanpa / dengan musik
Indikator
a. Menyanyikan lagu Kepala Pundak Lutut Kaki
14
b. Mengikuti irama lagu Kepala Pundak Lutut Kaki sambil
memegang anggota tubuh yang disebut
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah siswa melakukan senam dengan lagu Kepala, Pundak, Lutut,
Kaki, siswa dapat mengenal anggota tubuh dengan benar
2. Setelah mendengarkan lagu Satu Satu Aku Sayang Ibu, siswa dapat
memahami kasih sayang anggota keluarga
3. Setelah siswa menyebutkan anggota keluarga, siswa dapat memahami
peran anggota keluarga
4. Setelah mengerjakan tugas membuat pohon silsilah keluarga, siswa
dapat melatih kemampuan psikomotorik dan kognitifnya
5. Setelah menghitung jumlah anggota keluarga, siswa dapat mengenal
angka – angka
6. Setelah siswa menceritakan keluarganya, dapat melatih sikap percaya
diri pada siswa
D. Materi Pembelajaran
1. Menyimak dan menceritakan anggota keluarga
2. Pohon Silsilah Keluarga (POSIKU)
3. Menyanyikan lagu Satu Satu Aku Sayang Ibu
4. Menyanyikan lagu Kepala, Pundak, Lutut, Kaki
5. Menyanyikan lagu Bangun Tidur
6. Mengenal angka 1-10
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Kontekstual
Metode : Penugasan, Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi
F. Media, Alat Dan Sumber Belajar
Media : Gambar anggota keluarga
Cerita tentang anggota keluarga
Gambar Pohon Silsilah Keluarga
Gambar senam Kepala, Pundak, Lutut, Kaki
Alat : Laptop, LCD, Kertas, gambar – gambar
15
Sumber bahan : Buku Tematik Terpadu 2013
Internet
Kumpulan lagu – lagu anak
G. Alokasi Waktu
1 x 20 Menit
H. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Kegiatan diawali dengan doa bersama
2. Melakukan absensi kehadiran siswa
3. Melaksanakan apersepsi dengan bertanya
jawab tentang kegiatan siswa setelah bangun
tidur
4. Siswa dipersilahkan untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai
kegiatan setelah bangun tidur lalu guru
menuliskan jawaban anak di papan tulis.
5. Menginformasikan tema keluarga dengan sub
tema anggota keluarga yang akan diajarkan
6. Guru memotivasi siswa untuk membantu ibu
merapikan tempat tidur
5 menit
Inti
1. Siswa dan guru menyanyikan lagu Bangun
Tidur yang dipandu oleh guru
Eksplorasi
2. Guru dan siswa berolahraga sebentar dengan
menyanyikan lagu Kepala, Pundak, Lutut,
Kaki. Karena olahraga merupakan kegiatan
yang dilakukan setelah bangun tidur
3. Setelah selesai berolahraga, guru kembali
12 menit
16
mengenalkan anak tentang anggota keluarga
sesuai tema.
Pembentukan Konsep
4. Guru menanyakan pada siswa. Didalam lagu
Bangun tidur, siapa yang membantu
membersihkan tempat tidur
5. Dari jawaban siswa, guru menuliskan jawaban
di papan tulis.
6. Lalu guru bertanya, siapa saja yang ada di
rumah selain yang membantu membersihkan
tempat tidur
a.Mengkalkulasi dan membuat daftar jawaban
7. Guru mengkalkulasi jawaban di papan tulis
lalu membuat daftar jawaban
Elaborasi
b.Mengelompokkan
c.Membuat label dan kategori
8. Setelah guru menuliskan daftar jawaban di
papan tulis, siswa diminta untuk
mengelompokkan jawaban sesuai dengan
kategori. Lalu guru memberi label pada
kategori yang dibuat. Kategori itu adalah
orang tua dan anak
9. Menyanyikan lagu Satu Satu Aku Sayang Ibu
10. Salah seorang siswa diminta untuk maju
menyebutkan anggota keluarganya dan
menggambarkan anggota keluarga di papan
tulis (Lampiran 1)
11. Guru dan siswa menghitung jumlah anggota
keluarga (Lampiran 2)
12. Lalu guru bertanya kepada siswa, dari gambar
17
yang dibuat siswa, manakah yang paling tinggi
dan paling pendek.
Interpretasi Data
a.Mengidentifikasi hubungan
13. Guru memberikan pemahaman pada siswa
tentang hubungan – hubungan yang ada dalam
anggota keluarga. Hubungan ayah dan ibu,
hubungan kakak dan adik
b.Mengeksplorasi hubungan
14. Kemudian guru mengajukan pertanyaan yang
mengeksplor hubungan anggota keluarga
dengan menanyakan deni itu siapanya pak
Trisna
c.Membuat dugaan / kesimpulan
15. Siwa dibimbing guru untuk menyimpulkan
hipotesis atau pemahaman konsep tentang
anggota keluarga melalui dugaan sementara
Penerapan Prinsip
a.Memprediksi konsekuensi
16. Siswa disuruh untuk duduk berkelompok lalu
berikan siswa tugas untuk menempelkan
POSIKU (Lampiran 3)
17. Siswa yang berkelompok diajak untuk
berdiskusi dengan arahan guru untuk
memprediksi konsekuensi
18. Guru mengajak siswa bermain Talking Stick
dan menyuruh siswa yang mendapat stick
untuk maju kedepan
19. Siswa yang maju diminta untuk menjelaskan
apa yang ada pada POSIKU (Lampiran 1)
b.Menjelaskan & mendukung prediksi dan hipotesis
18
20. Melalui POSIKU, siswa diminta untuk
menjelaskan hubungan anggota keluarga yang
ada dalam POSIKU untuk mendukung
hipotesis dan prediksi
Konfirmasi
c. Menguji kebenaran (verifikasi) prediksi
21. Untuk mengetahui lebih pemahaman siswa
tentang materi anggota keluarga, siswa disuruh
untuk mengerjakan soal yang telah dibuat oleh
guru untuk menguji kebenaran prediksi
(Lampiran 4)
Penutup 1. Bersama – sama siswa dan guru membuat
kesimpulan
2. Bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi)
3. Melakukan penilaian hasil belajar
4. Mengajak semua siswa berdoa untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan
sikap yang baik.
3 menit
I. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Aspek Sikap
1) Sosial : Observasi (percaya diri, aktif)
2) Spiritual : -
b. Aspek Pengetahuan
1) Bahasa Indonesia : Tes Tertulis (3.4)
2) PPKn : unjuk kerja (3.2)
3) SBDP : -
19
4) PJOK : unjuk kerja (3.1)
5) Matematika : Tes Tertulis (3.1) (3.11)
c. Aspek Keterampilan
Bahasa Indonesia : unjuk kerja (4.4)
PPKn : unjuk kerja (3.2)
SBDP : unjuk kerja (4.5)
PJOK : unjuk kerja (4.6)
Matematika : unjuk kerja (4.8)
2. Instrumen Penilaian
a. Aspek Sikap (lampiran 1)
b. Aspek pengetahuan (lampiran 2 dan lampiran 4)
c. Aspek Keterampilan (lampiran 3)
Semarang, 26 Maret 2014
Mengetahui
Kepala Sekolah, Guru Kelas 1-A,
Angga Raharjo, M.Pd Silviana Dewi
20
Lampiran 1
Lembar Pengamatan
Tema : Keluargaku
Sub Tema : Anggota Keluargaku
Kriteria : 1. Percaya Diri
2. Aktif
No NamaPercaya Diri Aktif
KeteranganBT MT MB SM BT MT MB SM
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan :
BT = Belum Terlihat
MT = Mulai Terlihat
MB = Mulai Berkembang
SM = Sudah Membudaya
21
Lampiran 2
Tebalkan kata dan angka yang ada dibawah ini.
+ + + =
22
-------------------------------------
-------------------------------------
-------------------------------------
-------------------------------------
-------------------------------------
-------------------------------------
-------------------------------------
-------------------------------------
-------------------------------------
------------------------------------
------------------------------------
------------------------------------
Lampiran 3
Pohon Silsilah Keluarga
23
Bapak Trisna Ibu Nina
Raisa AiraDeni
Lampiran 4
Kelompokkan nama – nama dibawah ini. Siapa saja yang termasuk orang
tua dan anak – anak.
No Orang Tua Anak
1.
2.
3.
24
Raisa
Ibu Nina
Aira
Deni
Pak Trisna
Penilaian
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran induktif secara tidak langsung mengacu pada pembelajaran
pembentukan konsep. Belajar bagaimana berpikir induktif merupakan tujuan yang
sangat penting dan siswa perlu untuk mempraktikkan, tidak hanya diajarkan
tentang konsep – konsep saja. Model pembelajaran induktif dirancang
berlandaskan teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru
yang terampil dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya.
Pembelajaran Induktif tentang anggota keluarga lebih banyak
menggunakan pendekatan kontekstual karena pada pendekatan kontekstual lebih
mengenalkan siswa dengan menghubungkan pemahaman terhadap lingkungan
sekitarnya. Sehingga dengan adanya pendekatan kontekstual, siswa diharapkan
lebih bisa untuk mengenal dan memahami lingkungannya.
Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, jadi sangat
tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan
pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk membuat
siswa berpikir. Pola berpikir yang baik selalu mengimbinasikan dua hal, yaitu
disiplin dan fleksibilitas.
Saran
Pada pembuatan makalah ini pastinya masih memiliki kekurangan,
sehingga perlu untuk diperbaiki kembali. Maka penulis memerlukan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih bermanfaat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bruner, J., Goodnow, J., & Austin, G. A. 1967. A Study Of Thingking. New York :
Science Editions.
Joyce & Weil. 2011. Models Of Teaching. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Soekamto, T., Winaputra, U. S. 1996. Teori Belajar Dan Model – Model
Pembelajaran. DIKTI : Jakarta.
Taba, H. 1966. Teaching Strategies And Cognitif Functioning In Elementary
School Children. (Cooperative Research Project 2404.) San Fransisco : San
Fransisco State Collage.
26