pembelajaran biologi metode inkuiri terbimbing menggunakan lab
TRANSCRIPT
1
PEMBELAJARAN BIOLOGI METODE INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL DITINJAU
DARI SIKAP ILMIAH DAN GAYA BELAJAR SISWA
( Studi Kasus Pada Materi Organisasi Kehidupan Bagi Siswa Kelas VII
SMP Negeri 3 Sleman Kab. Sleman Tahun Pelajaran 2008 / 2009 )
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program
Study Pendidikan Sains
Oleh :
SUPI ISWARI NIM : S 830908150
Program Studi : Pendidikan Sains
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
2
PEMBELAJARAN BIOLOGI METODE INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL
DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH
DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Organisasi Kehidupan Bagi Siswa Kelas VII SMP
Negeri 3 Sleman Tahun Pelajaran 2008/2009)
Disusun oleh:
SUPI ISWARI
NIM. S 830908150
Telah disetujui oleh Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D ................. .............. NIP. 195708201985031004
Pembimbing II Prof.Dr.Widha Sunarno, M. Pd. ................. .............. NIP. 195201161980031001
Mengetahui: Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof.Dr. Widha Sunarno, M. Pd. NIP. . 195201161980031001
3
PENGESAHAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI METODE INKUIRI TERBIMBING
MENGGUNAKAN LAB RIIL DAN LAB VIRTUIL
DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH
DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Pada Materi Organisasi Kehidupan Bagi Siswa Kelas VII SMP
Negeri 3 Sleman Tahun Pelajaran 2008/2009)
Disusun oleh :
Supi Iswari
NIM S830908150
Telah disetujui dan disahkan oleh tim penguji :
Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal
Ketua : Prof. Dr. Ashadi ........................ ................... Sekretaris : Dra. Suparmi,MA, Ph.D. ........................ ..................
Anggota Penguji 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. ....................... ................ 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ....................... .................
Mengetahui
Direktur Ketua Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd
NIP. 195708201985031004 NIP 19520116 198003 1 001
4
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Supi Iswari
NIM : S830908150
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul
“Pembelajaran biologi metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil dan lab
virtuil ditinjau dari sikap ilmiah dan gaya belajar siswa “ (Studi Kasus pada
Materi Organisasi Kehidupan Bagi Siswa Kelas VII SMP N 3 Sleman Tahun
Pelajaran 2008/2009) adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh tersebut.
Surakarta, 2009
Yang membuat pernyataan
Supi Iswari
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena dengan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pembelajaran biologi
metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil dan lab virtuil ditinjau dari
sikap ilmiah dan gaya belajar siswa “ (Studi Kasus pada Materi Organisasi
Kehidupan Bagi Siswa Kelas VII SMP N 3 Sleman Tahun Pelajaran
2008/2009).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Sains Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, baik
dalam penyajian materi maupun dalam menganalisanya, oleh karena itu penulis
mohon masukan yang membangun demi kesempurnaannya. Penulis berharap tesis
ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya dan
penghargaan yang tinggi kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., dosen pembimbing I sekaligus
direktur Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas
kepada penulis dalam menempuh pendidikan di Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6
2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd., selaku dosen pembimbing II
sekaligus Pengelola Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi, ilmu, arahan dan bimbingannya.
3. Seluruh dosen Pengampu Mata Kuliah di Program Studi Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
pendalaman ilmu kepada penulis.
4. Bapak Drs. Zamroni,M.M. , selaku kepala SMP Negeri 3 Sleman yang telah
memberikan ijin penelitian, dukungan dan motivasinya.
5. Bapak Subo Prayitno,S.Pd , yang telah memberikan motivasi , dukungan dan
pengorbanan waktu, tenaga, serta pikiran kepada penulis selama mengikuti
pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Rekan-rekan sejawat, se-angkatan, senasib dan sepenanggungan yang telah
berjuang bersama dalam suka dan duka dalam menempuh pendidikan di
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Khusus untuk pendamping hidupku Sujaka Supriyanto, anak – anakku Olga
Alfathan Supriyanto dan Karimel Deney Susmalistita yang telah memberikan
dukungan baik materiil maupun spirituil dalam doa, perhatian, pengertian serta
kasih sayangnya sejak awal penulisan sampai terselesaikanya tesis ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu kelancaran terselesaikannya tesis ini.
7
MOTTO
“ Rahasia terbesar dalam hidup ini adalah melewati hari ini
dengan penuh makna tentang cinta, ilmu dan iman. Karena
dengan cinta hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi
mudah dan dengan iman hidup menjadi terarah.”
8
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan buat :
Bapak dan ibuku yang telah mengukir jiwa ragaku
Pendamping hidupku Sujaka Supriyanta
Buah hatiku Olga Alfathan Supriyanto
dan Karimel Denay Susmalistita
9
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN ii
PENGESAHAN iii
PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
MOTTO vii
PERSEMBAHAN viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIPAN xvii
ABSTRAK xviii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................9
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................11
D. Perumusan Masalah ...................................................................................12
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................12
F. Manfaat Penelitian .....................................................................................13
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BEPIKIR, DAN HIPOTESIS. .....15
A. Landasan Teori ..........................................................................................15
10
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) .......................................15
2. Pembelajaran Konstuktivisme....................................................................17
a. Hakekat Belajar....................................................................................18
b. Belajar Mandiri ....................................................................................20
c. Metode Pembelajaran Inkuiri...............................................................21
3. Media pembelajaran...................................................................................24
a. Pengertian Media Pembelajaran...........................................................24
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran............................................27
c. Jenis Dan Karakteristik Media Pembelajaran ......................................29
4. Kerja Laboratorium....................................................................................30
a. Laboratorium riil ( Reallab).................................................................32
b. Laboratorium Virtuil ( Virtuallab) .......................................................33
c. Fungsi dan Peranan Laboratorium Biologi ..........................................34
5. Sikap Ilmiah ...............................................................................................34
6. Gaya Belajar...............................................................................................35
a. Karakteristik masing – masing modalitas..............................................36
b.Gaya Kognitif dalam Pembelajaran........................................................39
7. Prestasi Belajar...........................................................................................40
8. Materi Organisasi Kehidupan ....................................................................47
B. Penelitian Yang Relevan............................................................................62
C. Kerangka Berpikir......................................................................................64
D. Hipotesis.....................................................................................................68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................70
11
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................70
1. Waktu penelitian ........................................................................................70
2. Tempat Penelitian ......................................................................................70
B. Populasi dan Sampel ..................................................................................71
1. Populasi......................................................................................................71
2. Sampel........................................................................................................71
C. Metode Penelitian ......................................................................................71
D. Rancangan dan Variabel Penelitian ...........................................................72
1. Rancangan Penelitian.................................................................................72
2. Variabel Penelitian.....................................................................................72
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................76
F. Instrumen Penelitian ..................................................................................76
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran........................................................76
2. Instrumen Pengambilan Data .....................................................................76
a. Angket Gaya Belajar Siswa dan Sikap Ilmiah Siswa ...........................76
b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Ranah Psikomotor...............................77
c. Instrumen Tes Prestasi Belajar Ranah Kognitif....................................78
d. Instrumen Tes Prestasi Belajar Ranah Afektif......................................78
3. Uji Coba Instrumen ...................................................................................79
a. Uji Validitas ...................................................................................79
b. Uji Reliabilitas ...............................................................................81
c. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal .....................................................82
G. Teknik Analisis Data..................................................................................84
12
1. Uji Prasyarat analisis..................................................................................84
a. Uji Normalitas......................................................................................84
b. Uji Homogenitas ..................................................................................84
2. Pengujian Hipotesis....................................................................................86
a. Uji Anava .............................................................................................86
b. Model ...................................................................................................86
c. Hipotesis...............................................................................................87
d. Komputasi ............................................................................................89
3. Uji Lanjut Anava........................................................................................94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................96
A. Dikripsi Data ..............................................................................................96
1. Diskripsi Data Prestasi Belajar ............................................................96
2. Data Ditribusi Frekuensi Prestasi Belajar ............................................98
B. Pengujian Prasarat Analisis ......................................................................103
1. Uji Noramlitas .....................................................................................104
2. Uji Homogenitas..................................................................................104
C. Uji Hipotesis ..............................................................................................107
1. Analisis Variansi Data Prestasi ..........................................................107
2. Uji Lanjut Anava ................................................................................109
D. Pembahasan...............................................................................................109
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..............................................123
A. Simpulan ...................................................................................................123
B. Implikasi....................................................................................................124
13
C. Saran..........................................................................................................125
1. Kepada pejabat pengambil keputusan........................................................125
2. Kepada Pengajar ........................................................................................126
3. Kepada peneliti ..........................................................................................126
4. Kepada Siswa.............................................................................................127
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................128
LAMPIRAN...................................................................................................130
14
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1. Jadual kegiatan penelitian....................................................................68
Tabel 3. 2. Rancangan penelitian...........................................................................71
Tabel 3. 3. Data rancangan Anava tiga jalan isi sel tidak sama.............................86
Tabel 4.1. Rerata Prestasi Belajar ........................................................................97
Tabel 4.2. Jumlah Sebaran Siswa per Kelompok................................................97
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa menggunakan lab riil .........98
Tabel 4. 4 .Distribusi prestasi belajar siswa menggunakan lab virtuil ..................99
Tabel 4. 5 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa dengan ilmiah tinggi .......101
Tabel 4. 6 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa dengan ilmiah rendah......101
Tabel 4.7.Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa dengan gaya belajar
kinestetik ...........................................................................................102
Tabel 4.8 .Ditribusi prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual ...............103
Tabel. 4. 9. Distribusi frekuensi data awal siswa ................................................104
Tabel 4.10. Hasil Analisis Variansi Prestasi Belajar Siswa ................................108
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Edgarae dale ...................................................26
Gambar 2.2. Domain Psikomotor ..........................................................................46
Gambar 2.3 Penampang melintang kulit manusia .................................................48
Gambar 2. 4. Macam – macam bentuk sel.............................................................49
Gamabar 2.5. Penampang melintang daun ............................................................50
Gambar 2. 6. Membran sel ....................................................................................52
Gambar 2. 7. Inti sel ..............................................................................................53
Gamabar 2. 8. Sel hewan dan sel tumbuhan..........................................................53
Gambar 2. 9. retikulum endoplasma......................................................................54
Gambar 2. 10. Ribosom .........................................................................................54
Gambar 2. 11. Badan Golgi ...................................................................................55
Gambar 2. 12. Mitokondria ...................................................................................55
Gambar 2. 13. Plastida...........................................................................................56
Gambar 2. 14. Kloroplas........................................................................................56
Gambar 2. 15 Sel, Jaringan dan Organ ..................................................................57
Gambar 2. 16. Macam –macam sistem organ pada manusia.................................59
Gambar 2. 17 Kerangka berpikir penelitian ..........................................................68
Gambar 4. 1. Histogram prestasi belajar kelompok lab riil ...................................99
Gambar 4. 2. Histogram prestasi belajar kelompok lab virtuil............................100
Gambar 4. 3. Histogram hasil belajar siswa ditinjau dari sikap ilmiah ...............102
Gambar 4. 4. Histogram hasil belajar siswa ditinjau dari gaya belajar ...............103
Gambar 4.5. Histogram data awal siswa .............................................................105
16
Gambar 4. 6. Grafik normalitas kemampuan awal siswa ....................................105
Gambar 4. 7. Grafik normalitas prestasi belajar ..................................................106
Gambar 4. 8. Test for Equal Variances for prestasi ............................................107
Gambar 4. 9. Grafik pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi ..............111
Gambar 4. 10. Grafik pengaruh gaya belajar terhadap prestasi...........................113
Gambar 4. 11. Grafik pengeruh sikap ilmiah terhadap prestasi ..........................115
Gambar 4.12. Interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar ...........117
Gambar 4. 13. Interaksi antara metode pembelajaran dan sikap ilmiah ..............119
Gambar 4. 14. Interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar .............................120
Gambar 4. 15. Interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah, dan gaya
belajar ..........................................................................................122
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus SMP kelas VII semester genap...........................................131
Lampiran 2. a.Rencana pelaksanaan pembelajaran ( lab riil ) .............................141
Lampiran 2. b.Rencana pelaksanaan pembelajaran ( lab virtuil )........................145
Lampiran 3. Lembar kerja siswa .........................................................................149
Lampiran 4. Kisi – kisi Instrumen tes prestasi belajar.........................................153
Lampiran 5. Tes prestasi belajar .........................................................................155
Lampiran 6. Kisi – kisi angket sikap ilmiah ........................................................162
Lampiran 7. Angket sikap ilmiah .......................................................................164
Lampiran 8. Angket Try out gaya belajar ...........................................................170
Lampiran 9. Data awal dan prestasi belajar.........................................................177
Lampiran 10. Hasil uji daya pembeda .................................................................182
Lampiran 11. Hasil uji tingkat kesukaran............................................................183
Lampiran 12. Korelasi skor butir soal dengan skor total.....................................184
Lampiran 13. Rekap analisis butir soal................................................................185
Lampiran 14. Hasil uji reliabilitas tes..................................................................187
Lampiran 15. Hasil komputasi.............................................................................188
Lampiran 16. Foto penelitian menggunakan lab Virtuil dan lab riil ...................197
Lampiran 17. Jurnal .............................................................................................211
18
ABSTRAK Supi Iswari, S 830908150. “ Pembelajaran Biologi Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Lab Riil dan Lab Virtuil Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Gaya Belajar Siswa.( Studi Kasus Pada Materi Organisasi Kehidupan Bagi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Sleman Kab. Sleman Tahun pelajaran 2008/2009 ).” Tesis : Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran biologi metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil dan lab virtuil, (2) perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah, (3) perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik, (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtual dengan sikap ilmiah, (5) interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtual dengan gaya belajar, (6) interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar, (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan lab riil dan lab virtual, sikap ilmiah dan gaya belajar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain factorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Sleman. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari empat kelas. Kelas eksperimen I adalah lab riil dan kelas eksperimen II adalah Lab virtual. Masing – masing kelas terdiri dari 80 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, non tes (angket) dan tes unjuk kerja. Uji validitas instrument menggunakan software anates 4.0 didapatkan hasil semua item valid. Uji realibilitas menggunakan software anates didapatkan hasil bahwa reliabilitas untuk sikap ilmiah adalah 0,92 dengan korelasi XY 0,86 dan realibilitas untuk gaya belajar adalad 0,94 dengan korelasi XY 0,86. Uji lanjut anava menggunakan software minitab 14. Hasil penelitian didapatkan bahwa : (1) ada pengaruh metoda terhadap prestasi belajar siswa dengan P-value = 0,000 < α, diperoleh rerata prestasi belajar lebih tinggi pembelajaran menggunakan lab riil dibandingkan dengan lab virtual. (2) ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar dengan P- value =0,000, berdasar rerata prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih menyukai pembelajaran lab riil daripada lab virtual. (3) terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi terhadap prestasi belajar dengan P-value < 0,005. (4) tidak terdapat interaksi antara gaya belajar dengan metode harga P > 0,005. (5) tidak terdapat interaksi antara metode belajar dengan sikap ilmiah ditunjukkan denga p->0,005. (6) tidak terjadi interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiahP>0,068.(7) tidak terdapat interaksi antara metode belajar, sikap ilmiah dan gaya belajar, diperoleh nilai P> α. Implikasi penelitian ini adalah metode pembelajaran inkuiri terbimbing dengan lab riil dan lab virtuil dapat menunjukkan perbedaan prestasi belajar. Dalam proses pembelajaran konsep teoritis yang abstrak memerlukan media untuk memvisualisasikan materi menjadi konkret. Sikap ilmiah dan gaya belajar siswa sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
19
ABSTRACT
Supi Iswari, S 830,908,150. " Biology Learning and Teaching using guided Inquiry Method through Real Lab and Virtual Lab overviewed from the Scientific Attitude and Student Learning Styles. (Case Study In the organization topic, student of grade VII, SMP N 3 Sleman , academic year 2008/2009 ). " Thesis : Program Study of Education Sainst, Post- Graduate Program, Sebelas Maret University. Surakarta. 2009.
The purpose of this study are to determine: (1) differences in student achievement between learning using guided inquiry method through real lab and virtual lab, (2) differences in learning achievement of students who have high scientific attitudes and low scientific attitudes , (3) the difference student achievement between students' who have a visual learning style and kinesthetic learning styles, (4) the interaction between learning using real lab and virtual lab with a scientific attitude, (5) the interaction between learning using real lab and virtual lab with learning styles, (6) the interaction between scientific attitude and learning styles, (7) the interaction among learning using real labs and virtual labs, scientific attitudes and learning styles.
This research used experimental method, and using the 2x2x2 factorial design. The population of the research was all students of seventh grade, SMP Negeri 3 Sleman. Sample the first two classes, consisting of 80 students., were treated using realab. And the second two classes consisting 80 students, were treated using virtual lab . Data was collected using test for student achievement and questionere for scientific attitude and learning style of students. Than the hypotheses were tested using Anova with 2x2x2 factorial design and continuited using Schefle test.
The research found that: (1) there are methods to influence students 'learning achievement with P-value = 0.000 <α, obtained using the lab real learning rates higher than the virtual lab. (2) no influence students' learning styles on learning achievement with P - value = 0.000, based on the average learning achievement of students who have a kinesthetic learning style preference learning labs real than virtual lab. (3) have a significant influence high scientific attitude toward school performance with P-value <0.005. (4) there is no interaction between learning styles with price method P> 0.005. (5) there is no interaction between learning methods with a scientific attitude shown premises p> 0.005. (6) does not occur the interaction between learning styles with a scientific analysis P> 0.068. (7) there is no interaction between the methods of learning, scientific attitudes and learning styles, obtained a P value> α.
From the data analysis can be concluded, there is differences in student achievement between that learn using reallab and virtuallab. In the process of learning an abstract theoretical concept of the media need to visualize a concrete material. Scientific attitudes and learning styles influence student learning achievement of students.
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sebuah proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan diri sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan
permasalahan hidup dengan sikap terbuka, kreatif dan penuh tanggungjawab untuk
mencapai keberhasilan hidup yang sesungguhnya. Undang-undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal
3, menyebutkan bahwa :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Isi undang-undang Sistem Pendidikan Nasional di atas dapat di artikan
pendidikan nasional kita menekankan fungsinya untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki subyek didik (siswa) sehingga menjadi manusia yang memiliki
seperangkat kemampuan dan kecakapan hidup serta beriman dan berakhlak mulia.
Untuk itu setiap proses dalam kegiatan belajar yang dirancang dan diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan (sekolah) sudah semestinya berorientasi pada pencapaian
tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam undang-undang tersebut di atas.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal harus dapat berperan
memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat secara
optimal untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk mengemban
1
21
misi tersebut maka pendidikan di sekolah harus direncanakan dan dilaksanakan
secara sistemik dengan managemen berbasis kompetensi yang tertuang dalam
program pengajaran atau silabus. Penyusunan silabus hendaknya mengacu pada
standard isi sebagaimana tertuang dalam Permendiknas (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional) yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP ini disusun oleh satuan pendidikan (sekolah) masing-masing untuk
memungkinkan terjadinya penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang dimiliki di daerah. Penjabaran program pendidikan tersebut bertujuan
untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, guna mengantisipasi perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi
serta untuk memberikan garis acuan (guideline) bagi penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran di tingkat satuan pendidikan (sekolah).
Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai hubungan yang tidak
terpisahkan. Ilmu pengetahuan merupakan dasar dalam mencari pemahaman dan
pengetahuan. Sedangkan teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
dikembangkan untuk menghasilkan suatu piranti, teknik, mesin, dan perkakas.
Teknologi di temukan ketika masyarakat menemukan alat dan memproses suatu
pekerjaan menjadi lebih mudah dan lebih baik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama akan
semakin maju untuk dapat mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Oleh karena itu perlu
adanya peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan atau
inovasi proses pembelajaran dalam memasuki dunia teknologi. Untuk memasuki
22
dunia teknologi yang semakin berkembang, maka dalam pembelajaran di sekolah
siswa perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar nantinya mampu
berperan aktif dalam masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena alam secara sistematis. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip semata,
melainkan juga merupakan suatu proses penemuan (discovery, inquiry). Proses
pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi siswa agar peserta didik dapat menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari
tahu dan berbuat sesuatu sehingga dapat membantu subyek didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Salah satu
cabang IPA yang mempelajari tentang konsep – konsep kehidupan adalah biologi.
Pelajaran biologi di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari alam sekitar. Biologi diharapkan juga dapat menjadi prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu dalam proses transfer ilmu dan pengetahuan biologi di
sekolah perlu ditingkatkan efektifitasnya agar kualitas pembelajaran selalu terjaga
dan hasil yang diharapkan dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, semestinya siswa diajak
untuk memanfaatkan semua alat indera yang dimilikinya secara optimal. Untuk
kepentingan tersebut maka para guru IPA hendaknya berupaya semaksimal
mungkin untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan
23
berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan
mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti
dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan
dapat menerima dan menyerap dengan mudah pesan-pesan dalam materi yang disajikan.
Proses transfers pengetahuan dari seorang guru ke siswa juga dipengaruhi
oleh sikap yang dimiliki oleh siswa. Sikap – sikap yang melekat dalam diri siswa
dapat berupa sikap yang mendukung terhadap penyampaian pesan materi
pelajaran, bisa juga berupa sikap yang justru menghambat penyampaian pesan
tersebut. Sikap siswa dapat tercermin pada perilaku siswa dalam mengerjakan
tugas dengan penuh semangat tetapi ada pula yang acuh tak acuh. Sebagian siswa
ada yang memiliki rasa ingin tahu atau antusiasme yang tinggi, tetapi ada pula
yang merasa tidak peduli. Sebagian siswa ada yang memiliki sikap tanggung jawab
terhadap pekerjaan yang di bebankan, tetapi ada pula yang merasa tidak perlu
melakukan hal itu. Dengan demikian sikap siswa sangatlah berpengaruh dalam
proses penyampaian pesan materi. Sikap ilmiah yang melekat dalam diri siswa bisa
menjadi modal besar untuk keberhasilan pembelajaran.
Daya serap seseorang (siswa) untuk memahami dan menyerap pelajaran
sudah bisa dipastikan berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula
yang lambat. Sebagian siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah ketika
menerima informasi baik berupa benda langsung atau dalam bentuk yang lain.
Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa
memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Sebagian siswa lebih suka
guru mereka mengajar dengan cara menuliskan di papan tulis. Dengan begitu
24
mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Akan tetapi,
sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara
menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Sementara itu ada pula siswa-siswa lain yang lebih suka
membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut
pelajaran tersebut. Pendek kata setiap orang (siswa) akan memiliki gaya belajar
(learning style) tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran,
hingga menghasilkan suatu bentuk pengetahuan yang efektif untuk diproses
menjadi suatu perilaku seimbang untuk mengembangkan dan menghadapi
permasalahan berikutnya..
Salah satu jenis teknologi yang dapat digunakan dalam pengajaran dan
dapat menimbulkan rangsangan kepada siswa yang memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda, diantaranya bisa berupa media audiovisual (film, filmstrip, televisi,
dan kaset video) maupun media komputer. Meskipun banyak teknologi lain yang
dapat digunakan dalam pengajaran, namun kedua jenis teknologi tersebut paling
banyak digunakan sebagai penunjang fasilitas pengajaran dalam kelas dan
memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan instruksional. Hamalik (1986)
mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru , membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa”. (Azhar Arsyad, 2006: 15).
Komputer menjadi suatu teknologi informasi yang penting dalam
masyarakat, karena banyak digunakan dalam kegiatan bisnis, sekolah, hiburan
25
maupun untuk penggunaaan pribadi di rumah. Pada beberapa tahun terakhir,
komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Tidak sedikit materi-materi pelajaran
yang dapat disampaikan mengggunakan komputer. “Pemanfaatan media
pembelajaran berbasis komputer dapat meningkatkan pembelajaran karena
berorientasi pada siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi”. Arsyad
(2002: 32).
Selain itu, media komputer dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa
atau guru. Penggunaan komputer dalam proses pembelajaran bermacam-macam
bentuknya tergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajarannya. Bisa
berbentuk powerpoin atau mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian
dikonkretkan dalam bentuk visual dan audio.
Penggunaan komputer mempunyai tampilan yang menarik, dalam bentuk
gambar, warna dan musik. Dengan menggunakan komputer, siswa menjadi
termotivasi untuk lebih menekuni materi yang disajikan serta dengan adanya
warna, dan musik dapat menambah kemampuan siswa dalam mengingat materi-
materi pelajaran. Pada akhirnya penggunaan komputer dapat menjadi pilihan yang
dapat digunakan sebagai media pembelajaran efektif di kelas. Dengan
menggunakan komputer dapat menggantikan pembelajaran yang memerlukan
peralatan laboratorium yang lebih banyak dan waktu persiapan yang relatif lama.
Materi pembelajaran yang tidak mungkin di bawa dalam ruang kelas juga dapat
ditampilkan dalam bentuk gambar – gambar.
26
Kenyataan yang ditemui menunjukkan bahwa banyak sekolah yang sudah
memiliki fasilitas laboratorium yang lengkap misalnya laboratourium fisika,
biologi, kimia, bahasa dan lain-lain. Namun fakta juga menunjukkan bahwa alat-
alat dan bahan yang mestinya harus ada dan bisa digunakan untuk media
pembelajaran ternyata tidak lengkap karena habis, rusak, pecah ataupun sudah
tidak dapat digunakan karena usia alat yang sudah terlalu lama dan perawatan yang
kurang. Untuk perbaikan, perawatan maupun pengadaan alat-alat dan bahan di
laboratorium sekolah sering mengalami hambatan karena terbentur adanya
efisiensi dana maupun adanya skala prioritas untuk pengadaan dan perbaikan
fasilitas yang lain. Tidak adanya tenaga khusus seperti laboran, juga dapat
menimbulkan kurang baiknya perawatan, penataan dan keselamatan alat-alat dan
bahan di laboratourium. Terbatasnya waktu yang dimiliki guru karena harus
mengajar dengan jam terbang yang banyak mengakibatkan sempitnya kesempatan
untuk mempersiapkan dan memperbaiki alat-alat laboratorium yang sudah rusak,
habis atau dimakan usia. Oleh karena itu perlu ada alternatif penanganan secara
nyata untuk tetap berlangsungnya pembelajaran yang optimal, maksimal dan tepat
tujuan tanpa harus menggantungkan pada keadaan yang ada. Dengan demikian
mutu pembelajaran dan prestasi belajar siswa maupun sekolah tetap dapat
dipertahankan dan ditingkatkan.
Saat ini banyak sekolah yang sudah memiliki fasilitas komputer bahkan
laboratorium komputer (labkom), namun ternyata penggunaanya untuk
pembelajaran belum maksimal. Fasilitas elektronik canggih yang telah dimiliki
oleh sekolah, kebanyakan baru digunakan sebagai media pembelajaran untuk satu
27
mata pelajaran tertentu seperti Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja.
Hal ini antara lain disebabkan karena masih banyak guru yang belum menguasai
dan mampu menggunakan media pembelajaran berbasis komputer serta masih
banyak juga guru yang mengalami kesulitan dalam membuat atau memperoleh
media animasi yang tepat dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu
adanya peningkatan kemampuan guru dalam penguasaan ilmu komputer dan perlu
pula pemanfaatan fasilitas komputer yang telah dimiliki sekolah dengan
mengoptimalkan penggunaannya dalam rangka pembelajaran untuk bidang studi
yang lain, salah satunya adalah mata pelajaran fisika.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memperoleh pemikiran bahwa
dalam pembelajaran, prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penggunaan
pendekatan, metode dan media pembelajaran yang tepat. Hal ini tentu saja tetap
memperhatikan pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa sebagai subyek
didik. Faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa dalam hal ini berkaitan dengan ragam
sikap ilmiah dan gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Oleh
karena itu penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh
pembelajaran melalui pengamatan langsung (real lab ) dan pengamatan tidak
lansung ( virtual lab ) terhadap peningkatkan prestasi belajar biologi siswa baik
aspek kognitif, aspek afektif maupun psikomotorik bagi siswa yang mempunyai
sikap ilmiah dan gaya belajar (learning style) yang berbeda-beda. Sikap ilmiah
yang diamati dikategorikan dalam sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah.
Gaya belajar yang dimaksud berupa gaya belajar visual (visual leaners), gaya
belajar auditorial (auditorial learners) maupun gaya belajar taktual atau kinestetik
28
(kinesthetic learners). Penggunaan media komputer dalam hal ini untuk
mendukung pelaksanaan pengamatan sebagai alternatif lain dari pembelajaran
yang memerlukan pengamatan langsung di laboratorium ataupun di lingkungan.
Pembelajaran yang dikaji adalah materi Organisasi kehidupan pada siswa kelas
VII semester genap SMP Negeri 3 Sleman tahun pelajaran 2008/2009.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Sekolah belum memanfaatkan secara optimal seluruh fasilitas yang dimiliki.
Sebagai contoh pemanfaatan lab komputer selama ini masih sebatas pada
pelajaran teknologi informasi saja. Sehingga peneliti menggunakan lab
komputer sebagai lab virtuil pada materi Organisasi kehidupan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa .
2. Guru belum sepenuhnya bisa bertindak sebagai fasilitator yang bertugas
menyediakan fasilitas dan mengendalikan situasi agar proses belajar mandiri
siswa dapat berjalan lancar, sehingga siswa belum mendapatkan peluang untuk
menggali potensi yang dimiliki semaksimal mungkin.
3. Terbatasnya waktu guru dan kurangnya fasilitas alat-alat laboratorium serta
tidak adanya tenaga khusus laboran merupakan kendala bagi guru untuk bisa
mengembangkan model-model pembelajaran inkuiri karena tidak terlayani
penyediaan dan persiapan peralatan laboratorium, yang mendukung.
29
4. Inovasi pembelajaran yang dilakukan saat ini dirasakan masih belum tepat
sasaran, yang ditandai dengan penggunaan pendekatan, metode dan media
pembelajaran yang kurang melibatkan peran aktif siswa.
5. Lab riil untuk pembelajaran biologi belum memadai, sehingga pembelajaran
biologi belum dapat membantu mempermudah belajar siswa, menggali
kemampuan dan meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga prestasi
belajar tetap dapat ditingkatkan dengan tetap mempertimbangkan faktor
intrinsik dan ekstrinsik siswa.
6. Faktor pelayanan dan pendekatan kepada siswa yang mempunyai motivasi
belajar berbeda-beda dalam suatu kelas dengan jumlah siswa yang banyak,
masih terabaikan dari perhatian guru dikarenakan padatnya materi (target
kurikulum) yang tidak seimbang dengan sempitnya alokasi waktu yang
tersedia dalam kalender pendidikan (kaldik).
7. Perbedaan sikap ilmiah dan gaya belajar (learning style) dimiliki siswa
sebagai individu yang berbeda-beda, juga lepas dari skenario pembelajaran
yang dirancang oleh guru. Hal ini dapat mengurangi optimalitas proses
pembelajaran yang berujung pada kurang tergalinya kompetensi individu
siswa sesuai dengan kompetensi yang dituntut dalam kurikulum.
30
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada :
1. Pendekatan dan metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran biologi
adalah pendekatan kostruktivisme (constructivism) dan metode inkuiri
terbimbing.
2. Pembelajaran dibatasi pada pengamatan langsung pada obyek nyata ( lab riil)
dan pengamatan melalui komputer ( lab Virtuil ) yang sudah disiapkan oleh
guru yang disertai lembar kerja siswa pada pokok bahasan Organisasi
kehidupan bagi siswa kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2008/2009.
3. Sikap ilmiah siswa yang diamati dibatasi pada sikap diperoleh dengan
memberikan angket sebelum proses belajar mengajar berlangsung.
4. Gaya belajar siswa dalam menerima informasi pelajaran atau mengikuti
pembelajaran dibatasi pada gaya belajar visual dan taktual (kinestetik). Gaya
belajar auditorial tidak dilibatkan dalam penelitian ini karena pada metode
inkuiri menggunakan lab vrituil dan lab riil, siswa tidak banyak mendapatkan
informasi melalui pendengaran.
5. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa SMP N
3 Sleman kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 pada mata
pelajaran Biologi pokok bahasan Organisasi kehidupan . Prestasi belajar
aspek afektif dan psikomotor hanya diperlukan untuk mendukung aktifitas
siswa dalam mengikuti pelajaran dan tidak dianalisa secara statistik.
31
D. Perumusan Masalah
Pokok permasalahan dapat dirumuskan pada penelitian ini meliputi
beberapa hal seperti berikut :
1. Bagaimanakah perbedaan pengaruh antara metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab riil dan lab virtuil pada materi organisasi kehidupan
terhadap prestasi belajar siswa ?
2. Bagaimanakah perbedaan pengaruh antara siswa yang mempunyai Sikap
ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi
Organisasi kehidupan ?
3. Bagaimanakah perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki gaya belajar
visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa pada materi Organisasi
kehidupan ?
4. Bagaimanakah pengaruh interaksi antara metode inkuiri menggunakan lab
riil dan lab virtuil dengan sikap ilmiah siswa?
5. Bagaimanakah interaksi antara metode inkuiri menggunakan lab riil dan lab
virtuil dengan gaya belajar siswa?
6. Bagaimanakah interaksi antara Sikap ilmiah dan gaya belajar siswa?
7. Bagaimanakah interaksi antara metode inkuiri menggunakan lab riil dan lab
virtuil, sikap ilmiah dan gaya belajar?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain sebagaimana
tercantum di bawah ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya :
32
1. Pengaruh metode inkuiri menggunakan lab riil dan lab virtuil pada materi
Organisasi kehidupan terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dan siswa yang
memiliki sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi
Organisasi kehidupan .
3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa
pada materi Organisasi kehidupan .
4. Interaksi antara metode inkuiri menggunakan lab riil dan lab virtuil dan
sikap ilmiah siswa .
5. Interaksi antara metode inkuiri menggunakan lab riil dan lab virtuil dengan
gaya belajar siswa .
6. Interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar siswa pada materi Organisasi
kehidupan .
7. Interaksi antara metode inkuiri menggunakan lab riil dan lab virtuil , sikap
ilmiah dan gaya belajar .
F. Manfaat Penelitian
Hasill penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara yaitu :
1. Manfaat teoritis :
a. Mengetahui alternatif pendekatan, metode dan media yang tepat dalam upaya
menggali kemampuan yang telah dimiliki siswa dan meningkatkan aktivitas
belajar siswa khususnya pada pembelajaran Biologi.
b. Mengetahui pengaruh sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi
terhadap prestasi belajar siswa.
33
c. Mengetahui pengaruh gaya belajar (learning style) siswa dalam pembelajaran
biologi terhadap prestasi belajar siswa.
d. Memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh penggunaan
pendekatan, metode dan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para guru dan sekolah
dalam mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran pada Kurikulum KTSP.
b. Memberikan alternatif pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam
proses belajar sehingga dapat belajar sesuai gaya belajarnya masing-masing.
c. Mengajak dan mendorong kepada para guru untuk dapat memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran secara optimal.
d. Memberikan pertimbangan yang mendasar kepada para guru Bologi khusunya
dalam menyusun skenario pembelajaran agar dapat mempertimbangkan
karakteristik siswa yang berbeda-beda hingga tercapai pendekatan individu
(personal approach) untuk mewujudkan authentic assessment
34
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,DAN
HIPOTESIS
A. Landasan teori
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan merupakan landasan hukum KTSP. Sedangkan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dalam menentukan standar nasional pendidikan
berpijak pada Peraturan Mendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI)
dan Peraturan Mendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL). Berdasarkan SI, SKL dan panduan yang disusun oleh BSNP,
penyusunan KTSP oleh setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengakomodir
penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS). Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan itu meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah.
“Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan
atau sekolah” (Depdiknas, 2007 : 98) Tujuan pendidikan dalam KTSP meliputi
15
35
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan ciri khas, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan siswa. Oleh karena itu kurikulum disusun oleh
satuan pendidikan untuk memungkinkan adanya penyesuaian program pendidikan
yang akan dikembangkan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah
masing-masing. Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan pendidikan
dasar dan menengah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga pengembangan KTSP
yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar
nasional pendidikan tersebut, yaitu standar isi (SI) dan standar kopetensi lulusan (SKL)
merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Penjabaran dari panduan kurikulum tingkat pendidikan dasar dan
menengah yang disusun oleh BSNP, tiap satuan pendidikan diberi keleluasaan
untuk merancang, mengembangkan dan mengimplementaikan kurikulum sekolah
sesuai dengan situasi dan kondisi serta potensi keunggulan lokal yang dapat
dimunculkan oleh sekolah. Sekolah dapat mengembangkan standar yang lebih
tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. Dalam perancangannya
harus mengacu kepada tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dengan
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
ketrampilan dan kecakapan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Guru yang semula berperan sebagai instruktur kini bergeser menjadi fasilitator
pembelajaran. Sedangkan siswa dituntut belajar aktif dan berlatih untuk belajar
36
secara mandiri sehingga diharapkan mampu menjadi lulusan yang memiliki
kompetensi pengetahuan dan seperangkat kecakapan hidup (live skill).
2. Pembelajaran Konstruktivisme
Landasan teoritik pembelajaran Sains adalah teori konstruktivisme yang
dikembangkan berdasarkan ide dan hasil kerja secara terpisah oleh Jean Piaget dan
Lev Vygotsky yang keduanya tertarik pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Teori konstruktivisme tersebut menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentrasformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Menurut teori ini, guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa, namun siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Guru dapat
memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
sendiri dan siswa menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Teori konstruktivistis menjelaskan bahwa satu-satunya alat/sarana yang
tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah alat indranya. Seseorang
berinteraksi dengan obyek dan lingkungan dengan melihat, mendengar, menjamah,
mencium dan merasakannya. Pengetauan bukanlah tertentu dan deterministik,
tetapi suatu proses menjadi tahu. Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi
seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan bisa berarti
menunjuk kepada keseluruhan obyek dan semua relasinya yang kita abstraksikan
dari pengalaman.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar dengan
pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembentukan pengetahuan baru
37
yang melibatkan proses internalisasi dan keaktifan siswa menggunakan
pengetahuan yang telah dimiliki. Konstruksi pengetahuan baru merupakan proses
yang terjadi secara terus-menerus, yang mana proses konstruksi pengetahuan baru
tersebut didahului oleh rasa keingintahuan yang dapat dirangsang dengan
penyajian masalah-masalah oleh guru untuk dibahas dan diselesaikan siswa.
Rangsangan berupa pertayaan – pertanyaan yang disampaikan oleh guru,
menjadikan sumber inspirasi bagi siswa. Siswa membangun konsep tentang sel dan
jaringan berdasarkan hasil pengamatannya baik dengan melihat langsung memakai
mikroskup maupun menggunakan komputer. Konsep organ dan sistem organ dapat
diperoleh dengan pengamatan langsung pada berbagai organisme di sekitar
halaman sekolah.
a. Hakekat Belajar Belajar juga diartikan tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus
dan respon saja namun lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang
sangat komplek. “Siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur
kemajuan (belajar)” (Advance Organizers) didefinisikan dan dipresentasikan
dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar yang dimaksud
adalah konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi semua pelajaran yang
akan diajarkan kepada siswa”. (Ausubel, 1968 dalam Hamzah B. Uno, 2007 : 12).
Peran guru menjadi sangat bermakna dalam proses transfer ilmu untuk menentukan
kemajuan berpikir siswa dalam rangka menemukan konsep – konsep organisasi
kehidupan.
38
Para ahli aliran kognitif seperti Jean Piaget (1975) mengemukakan bahwa
“proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu (1) asimilasi, (2)
akomodasi, dan (3) equilibrasi (penyeimbangan)”. Sehingga proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, yang dalam
hal ini Piaget membaginya menjadi empat tahap, yaitu” tahap sensori motor (1,5
sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap operasional
kongkret (7/8 sampai 12/14 tahun), dan tahap opersional formal (14 tahun atau
lebih)”. (Piaget, 1975 dalam Hamzah B. Uno, 2007 : 11).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing,
mengingat siswa masih dalam tahap operasional konkret. Siswa sudah mulai dapat
menemukan konsep – konsep organisasi kehidupan melalui pengamatan langsung.
Pada saat pengamatan siswa menggunakan benda – benda riil yang dapat ditemui
dalam kehidupan sehari – hari.
Ahli aliran kognitif lainnya yang pendapatnya saling menguatkan tentang
hakekat belajar diantaranya Bruner (1960) yang terkenal dengan terinya free
discovery learning. Menurut teori ini, “proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aturan (konsep, teori, definisi, prinsip, azas dan sebagainya) melalui contoh-contoh
yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya” (Dirjen Dikti,
1989 dalam Hamzah B. Uno , 2007 : 12). Penelitian yang dilakukan memberikan
kebebasan pada siswa dalam menemukan konsep tentang organisasi kehidupan.
Kebebasan dalam membuat preparat, mengobservasi, mengumpulkan data,
menganalisa data dan membuat kesimpulan.
39
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
pada hakekatnya adalah proses berpikir yang melibatkan interaksi antara stimulus
dan respon, yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa
sehingga dapat menguasai informasi berupa konsep, teori dan sebagainya
sedemikian hingga menghasilkan sebuah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
proses interaksi secara berulang-ulang selama berlangsungnya kegiatan belajar
tersebut.
b. Belajar mandiri
“Belajar mandiri (self-motivated learning) adalah kegiatan belajar aktif
yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai kompetensi guna mengatasi
suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan kompetensi yang telah
dimiliki” (Haris Mujiman, 2006 : 7). Kegiatan belajar aktif ditandai dengan
keaktifan siswa, keterarahan dan kreativitas untuk mencapai tujuan mendapatkan
serangkaian kompetensi. Seseorang yang sedang belajar mandiri lebih ditentukan
ole motif yang mendorongnya untuk belajar, dan bukan ditentukan oleh
kenampakan fisik belajarnya. Kegiatan belajar secara fisik bisa berupa belajar
sendiri atau berkelompok akan tetapi motif yang mendorong kegiatan belajarnya
adalah untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diinginkan, maka dalam hal ini
siswa tersebut bisa dikatakan sedang belajar mandiri.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri
merupakan proses pengolahan informasi melalui kegiatan belajar aktif yang
dilakukan siswa dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
untuk mencapai kompetensi baru. Oleh karena itu guru dalam menyelenggarakan
40
dan mengelola pembelajaran dituntut untuk dapat menumbuhkan niat dan motif
belajar dalam diri siswa.
c. Metode Pembelajaran inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang artinya pertanyaan atau
penyelidikan. Barlow (1985) dalam Muhibbin Syah (2005:191) menyatakan bahwa
“inkuiri merupakan proses penggunaan intelektual siswa dalam memperoleh
pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip ke dalam sebuah tatanan penting menurut siswa”. “Tujuan utama
inkuiri adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu
memecahkan masalah secara alamiah” (Dimyati, 199:173).
Sund dalam Momi Sahromi (1986:55) mengatakan bahwa “ada tiga macam
metode inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing (Guided Inquiry), inkuiri terbuka, bebas
(Open Inquiry) dan inkuiri bebas termodifikasi (Modified Fre Inquiry)”.
1). Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri guru. Guru
banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur yang
lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan
guru sudah punya jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu bebas
mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan dan siswa
diminta memecahkan persoalan tersebut dengan prosedur yang tertentu yang
diarahkan oleh guru. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela-sela proses,
sehingga kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil.
41
“Model inkuiri terbimbing (terarah) ini lebih cocok untuk awal semester
atau konsep awal, dimana siswa belum terbiasa melakukan inkuiri. Dengan model
tersebut siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat
penuh”. (Paul Suparno, 2007:68). Contoh: Guru sudah menyediakan alat-alat
untuk mempelajari sistem organ dan siswa diminta untuk menyelidiki bagian –
bagian dari sistem organ.
Moh. Amin (1979 : 13) menyatakan bahwa suatu guide inquiry lab lesson
terdiri dari : (1) masalah, yang dapat dinyatakan dengan pernyataan atau
pertanyaan; (2) kelas atau tingkatan siswa yang akan diberi pelajaran; (3) prinsip
atau konsep yang akan diajarkan; (4) alat dan bahan; (5) diskusi pengarahan; (6)
kegiatan inkuiri oleh siswa; (7) proses berpikir kritis dan ilmiah; (8) pertanyaan
open ended yang mengarah kepada pengembangan tambahan; (9) catatan guru
yang berisi penjelasan bagian-bagian sulit, isi materi yang relevan dan variaberl-
variabel atau faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil kegiatan belajar.
2). Inkuiri Terbuka, Bebas (Open Inquiry)
Berbeda dengan inkuiri terarah, di sini siswa diberi kebebasan dan inisiatif
untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa
sendiri berpikir, menentukan hipotesis, menentukan peralatan yang digunakan,
merangkainya dan mengumpulkan data sendiri. Siswa lebih bertanggungjawab,
lebih mandiri dan guru tidak banyak campur tangan. Guru sungguh hanya sebagai
fasilitator, membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak memberikan
arah dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sendiri. Model
42
inkuiri ini dapat dilakukan oleh siswa secara individual maupun kelompak, bahkan
siswa yang berminat dapat melakukan penelitian sendiri di rumah.
3). Inkuiri Bebas yang Termodifikasi (Modified Fre Inquiry)
Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode inkuiri bebas,
namun dalam hal ini guru yang menyiapkan masalah bagi siswa. Guru hanya
memberikan permasalahan kemudian siswa dihadirkan untuk memecahkan
masalah tersebut melalui pngamatan, eksplorasi atau melalui prosedur penelitian
untuk memperoleh jawabannya. Sedangkan siswa diberi kesempatan seluas-
luasnya untuk memecahkan masalah yang sudah ditentukan melalui inisiatif dan
caranya sendiri.
Selama proses belajar berlangsung, garis besar prosedur penelitian atau
eksperimen yang akan digunakan untuk membuat rancangan dan melakukan
kegiatan inkuiri semuanya direncanakan oleh siswa. Guru hanya menyiapkan
masalah dan menyediakan bahan dan alat yang diperlukan untuk berlangsungnya
kegiatan belajar. Sebagai nara sumber (resource person), guru hanya memberikan
bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswanya tidak menjadi frustasi
atau gagal. Bantuan yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang siswa untuk berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
Guru lebih banyak mengajukan pertanyaan yang dapat membantu memberikan
arah pemecahan masalah, bukan menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan siswa.
43
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar.
Dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima. Sadiman (2002: 6) memerikan definisi “ media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. AECT (Association of Education
and Communication Technology) (1971) memberikan batasan tentang “ media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi”.
Media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pembelajaran disebut media
pembelajaran. Menurut Gagne’ dan Briggs (Azhar Arsyad, 2006: 4) secara implisit
mengatakan bahwa “ media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape
recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,
gambar, grafik, televisi, dan komputer”. Di lain pihak, National Education
Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik
cetak maupun audio-visual dengan demikian media dapat dimanipulasi dilihat,
didengar dan dibaca.
(http://ictcommunity.multiply.com/journal/item/17).
44
Dari beberapa definisi tentang media di atas, dapat disimpulkan bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi dari pengirim kepada penerima. Sedangkan media pembelajaran adalah
seperangkat benda atau alat yang berfungsi dan digunakan sebagai “pembantu”
fasilitator atau pengajar (guru) dalam komunikasi dan interaksi suatu proses
pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat peoses
penyampaian materi pembelajaran kepada siswa. Media dalam pembelajaran dapat
berupa segala alat fisik maupun non fisik (software) yang dapat menyajikan materi
pembelajaran serta dapat merangsang siswa untuk belajar. Jadi media
pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
Salah satu teori yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori
penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’ Cone of Experience (Kerucut
Pengalaman Dale). Menurut Azhar Arsyad (2003: 9) “ kerucut pengalaman Dale
merupakan pengembangan yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang
dikemukakan oleh Bruner”. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari
pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan
seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada hal yang abstrak
(lambang verbal). Hal ini digambarkan dalam sebuah diagram seperti gambar 2.1
di bawah ini (Azhar arsyad, 2003: 10). Dasar pengembangan kerucut pada gambar
berikut bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan (jumlah jenis
indra yang turut serta selama penerima isi pengajaran atau pesan).
45
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling
bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu
oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman,
dan peraba. Ini dikenal dengan istilah learning by doing.
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan
ke dalam lambang-lambang seperti chart, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung
dalam lambang-lambang seperti yang telah disebutkan, indera yang dilibatkan
untuk menafsirkanya semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera
pendengaran. Menurut Azhar arsyad (2003: 11) “ pengalaman konkret dan
pengalaman abstrak dialami silih berganti; hasil belajar dari pengalaman langsung
mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya,
Abstrak
Konkrit
Gambar diam, Rekaman radio
Gambar hidup pameran
Televisi
Karyawisata
Lambang visual
Demonstrasi
Benda tiruan/ Pengamatan
Pengalaman Langsung
Abstrak
Iconik
Enactive
Gambar 2. 1. Kerucut Pengalaman Edgarae Dale
Lambang kata
46
kemampuan interprestasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami
pemgalaman yang ia terlibat langsung di dalamnya”.
Perkembangan teknologi komputer yang pesat saat ini menyebabkan
semakin meningkatnya jumlah perangkat keras komputer yang beredar di pasaran
dengan harga yang relatif terjangkau. Akibatnya jumlah kepemilikan perangkat
komputer, baik oleh lembaga pendidikan ataupun oleh perorangan baik pendidik
maupun siswa semakin meningkat. Hal ini mendukung pemanfaatan teknologi
untuk maksud pengajaran antara lain visualisasi, pemodelan, simulasi, pemetaan
dan sebagainya, termasuk didalamnya sebagai media pembelajaran biologi.
Komputer dengan perangkat lunak yang dirancang secara khusus,
merupakan media yang baik dalam proses pembelajaran IPA ( Biologi ). Alat yang
digunakan adalah seperangkat unit komputer lengkap dengan software yang dibuat
khusus untuk pembelajaran materi biologi.
Dalam proses pembelajaran, perangkat lunak komputer mikro telah
digunakan untuk memotivasi siswa dan memberi penguatan di dalam belajar
konsep-konsep biologi, misalnya dengan practice and drill, pembuatan grafik,
analisis, simulasi gejala dan eksperimen. Hal yang senada juga diungkapkan oleh
Zuhdan Kun Prasetyo (2001: 1.27) ” Komputer dapat digunakan untuk melakukan
simulasi percobaan biologi yang sukar atau bahkan tidak dapat dilakukan secara
langsung”.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media Pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton (1985) dalam Azhar
Arsyad (2005: 39) dapat memenuhi “ tiga fungsi utama bila media itu digunakan
47
oleh perorangan atau kelompok, yatu: (1) memotivasi minat atau tindakan, (2)
menyajikan informasi dan (3) memberi instruksi”. Untuk tujuan motivasi, media
pembelajaran diriilisasikan dengan teknik yang dapat merangsang siswa untuk
melakukan aktivitas tertentu. Pencapian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai
dan emosi. Untuk tujuan informasi, media pembelajaran digunakan dalam rangka
menyajikan informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian
berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang.
Untuk tujuan instruksi, formasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan
siswa baik secara mental maupun dalam bentuk aktivitas nyata sehingga
pembelajaran dapat berlangsung.
Kemp dan Dayton (1985:3-4) dalam Azhar Arsyad (2005:21) juga
mengemukakan beberapa “ manfaat dari media pembelajaran, yaitu : (1)
penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, (2) pelajaran menjadi lebih menarik
yang memancing motivasi siswa untuk belajar, (3) pembelajaran menjadi lebih
interaktif (ada partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan), (4) kualitas hasil
belajar dapat ditingkatkan bila integrasi kata dan gambar dapat
mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara terorganisir dengan
baik, spesifik dan jelas”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa manfaat praktis
penggunaan media pembelajaran selama proses belajar berlangsung antara lain: (1)
pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa, (2) penggunaan media pembelajaran secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sifat siswa yang pasif sehingga lebih banyak melakukan
48
kegiatan belajar menurut kemampuan dan minatnya, (4) mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera, (5) memberikan perangsang belajar yang sama
dengan memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa sehingga menimbulkan
persepsi yang sama.
c. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Pemilihan suatu metode pembelajaran tertentu akan mempengaruhi jenis
media pembelajaran yang sesuai. Pengelompokan berbagai janis media
pembelajaran telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Leshin, Pollock dan
Reigeluth (1992) dalam Azhar Arsyad (2005:36) mengklasifikasikan media ke
dalam lima kelompok, yaitu:
1) Media berbasis manusia
Media berbasis manusia meliputi dosen, guru, instruktur, tutor dan
sejenisnya. Media ini bermanfaat bila tujuannya untuk mengubah sikap atau ingin
secara langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa.
2) Media berbasis cetak
Media berbasis cetak merupakan bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas
untuk pengajaran dan informasi. Media ini meliputi buku teks, modul, jurnal,
majalah, artikel, brosur dan sejenisnya.
3) Media berbasis visual
Media berbasis visual meliputi buku, gambar atau pictorial, foto, sketsa,
diagram, bagan (chart), grafik, peta, poster, kartun, transparansi, slide dan sejenisnya.
49
4) Media berbasis audio visual
Media berbasis audio visual meliputi vidoe, film, program slide-tape,
televisi dan sejenisnya. Media ini menyampaikan materi menggunakan mesin-
mesin mekanik dan elektronik untuk menyajikan pesan audio (melalui indera
pendengaran) dan visual (melalui indera penglihatan).
5) Media berbasis komputer
Aplikasi komputer dalam pembelajaran dikenal dengan nama Computer-
Assisted Instruction (CAI) pembelajaran dengan bantuan komputer. Format
penyajian pesan atau informasi dalam CAI meliputi tutorial terprogam, tutorial
inteligen, drill dan practice, simulasi dan sejenisnya.
4. Kerja Laboratorium
Biologi sebagai ilmu yang memiliki karakteristik tersendiri memerlukan
pendekatan tertentu dalam mempelajari dan mengajarkanya. Menurut Druxes
(dalam Zuhdan Kun Prasetyo, 2001: 24) “ eksperimen merupakan suatu
pendekatan yang cocok digunakan untuk mengajarkan sains (pusat pengajaran
biologi)”. Dalam Trowbridge dan Bybee (1990: 273) dikatakan bahwa “ sains
bukanlah sains yang sesungguhnya kalau tidak disertai oleh percobaan dan kerja
laboratorium”.
Proses pembelajaran biologi secara konvensional, siswa hanya cenderung
menguasai konsep-konsep biologi yang sangat sedikit bahkan tanpa memperoleh
keterampilan sama sekali. Hal ini berbeda jika proses belajar mengajar dilakukan
melalui kegiatan praktikum (kerja laboratorium) sehingga siswa tidak hanya
melakukan olah pikir (minds-on) tetapi juga olah tangan (hands-on). Menurut
50
Zuhdan (2001: 24) “ eksperimen atau praktikum biologi merupakan bagian integral
dari pengajaran ilmu alamiah itu sendiri (biologi) sehingga percobaan-percobaan
yang dilakukan di laboratorium dapat memberi kesempatan secara nyata untuk
berhadapan dengan gejala biologi yang dibahas”.
Dalam pembelajaran biologi dan sains secara umum, kegiatan praktikum
memiliki peranaan yang sangat penting. Head (dalam Zuhdan Kun Prasetyo, 2001:
128) menyatakan bahwa tiga hal yang mendukung pentingnya kegiatan praktikum
dalam pembelajaran sains, yaitu bahwa “ kegiatan praktik dapat : (1) memotivasi
siswa dalam belajar, (2) memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan, (3) meningkatkan kualitas belajar siswa”.
Dalam kerja laboratorium (eksperimen) siswa dimungkinkan dapat
merencanakan dan melibatkan diri dalam investigasi sehingga mereka dapat
mengidentifikasi masalah, mendesain cara kerja, dan membuat keputusan sendiri
sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep dan prinsip dengan lebih
baik. Menurut Trowbridge dan Bybee (1990 : 239-240) kegiatan laboratorium
dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam (1) memperoleh sesuatu yang
meliputi kemampuan siswa untuk mendengarkan, mengamati, mencari,
menemukan, menyelidiki, mendapatkan data, dan meneliti.(2) mengorganisasikan
yang meliputi kemampuan siswa untuk merekam, membandingkan,
mengklasifikasikan, dan mengorganisasikan. (3) bertindak kreatif yang meliputi
kemampuan siswa untuk merencanakan, merumuskan masalah baru, menemukan
metode, alat atau tehnik, dan mensintesis, (4) manipulasi yang meliputi
kemampuan siswa untuk menggunakan peralatan atau instrumen, merawat
51
peralatan, mendemonstrasikan atau menggunakan alat, bereksperimen,
memperbaiki alat, mengkonstruk alat, dan mengkalibrasi, (5) kemampuan siswa
untuk berkomunikasi yang meliputi kemampuan siswa untuk bertanya, berdiskusi,
menjelaskan, melaporkan, menulis laporan, mengkritik yang bersifat konstruktif,
menggambar grafik, dan mengajarkan sebuah topik biologi.
Disamping memiliki kelebihan, kerja laboratorium juga memiliki beberapa
kekurangan. Menurut Zuhdan Kun Prasetyo (2001: 2.5) “kekurangan dari kerja
laboratorium adalah tersitanya waktu atau dengan kata lain, waktu yang disediakan
terlalu sempit, dan siswa tidak menyelesaikan kerja laboratorium mereka. Alat
juga menjadi masalah bagi beberapa sekolah yang sumber daya laboratoriumnya
terbatas”. Meskipun demikian, pembelajaran biologi melalui kerja laboratorium
seharusnya tetap dilaksanakan. Melalui kerja laboratorium, eksperimen yang
menjadi pusat pelajaran biologi akan tetap dapat dilaksanakan.
a. Laboratorium Riil (nyata)
Laboratorium adalah suatu tempat dimana para pelajar melakukan sains
dan juga merupakan tempat dimana ilmu pengetahuan dapat digunakan.
Laboratorium sains memungkinkan para pelajar untuk menggunakan informasi,
untuk membangun konsep umum, untuk menentukan masalah baru, untuk
menjelaskan sebuah inkuiri atau ketidaksesuaian pada alam atau untuk membuat
keputusan (kesimpulan).
Istilah laboratorium riil digunakan untuk laboratorium yang sebenarnya
atau nyata, yaitu suatu laboratorium yang mana semua alat bahan yang digunakan
untuk keperluan kegiatan praktikum adalah benar-benar nyata. Laboratorium ini
52
adalah laboratorium yang digunakan di sekolah-sekolah untuk melaksanakan
kegiatan praktikum pada umumnya.
b. Laboratorium Virtual (simulasi)
Laboratorium virtual berbeda dengan laboratorium riil seperti yang telah
dijelaskan diatas. Laboratorium virtual merupakan laboratorium yang mana alat
dan bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum adalah seperangkat
komputer lengkap dengan software yang dirancang khusus untuk kegiatan
eksperimen. Software ini berisi animasi-animasi alat bahan dan desain untuk
kegiatan eksperimen. Jadi siswa tinggal menjalankan eksperimen sesuai dengan
lembar kerja yang telah disediakan. “ Dalam laboratorim virtual (simulasi) siswa
dapat mengumpulkan data dengan cepat dalam situasi apapun, dan juga
memungkinkan untuk melakukan eksperimen yang tidak normal dilakukan di
laboraturium pada umumnya” (Trowbridge dan Bybee 1990: 171). Akan tetapi
dengan eksperimen virtual (simulasi) siswa tidak memperoleh olah tangan
(keterampilan teknis laboratorium).
Berkenaan dengan masalah biaya, bagi lembaga pendidikan (sekolah),
penggunaan laboratorium virtual tidaklah mahal. Untuk dapat mengaplikasikanya
hanya dibutuhkan seperangkat komputer dan software-nya. Komputer tidak hanya
digunakan untuk praktikum saja, melainkan dapat juga digunakan untuk pelatihan
keterampilan komputer, pelatihan IT, dan kegiatan pembelajaran. Apalagi bagi
lembaga pendidikan (sekolah) yang sudah memiliki laboratorium komputer,
penggunaan laboratorium virtual akan terasa sangat murah. Hal ini akan sangat
53
terasa apabila eksperimen tersebut (riil experiment) memerlukan alat dan bahan
yang harganya mahal.
c. Fungsi dan Peranan Laboratorium Biologi
Fungsi dan peranan laboratorium Biologi adalah sebagai sumber belajar,
metode pembelajaran dan prasarana pendidikan. Laboratorium sebagai sumber
belajar artinya laboratorium sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau
melakukan percobaan sehingga berbagai masalah yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran biologi dengan banyak variasinya (cognitive domain, affective
domain dan phsychomotor domain) dapat digali, ditetapkan dan diungkapkan serta
dikembangkan. Laboratorium sebagai metode pembelajaran artinya dua metode
penting dalam kegiatan di laboratorium akan dapat menghasilkan produk biologi.
Dua metode penting yang dimaksud adalah metode pengamatan (observation
method) dan metode percobaan (experimental method). Sedangkan laboratorium
sebagai sarana pendidikan artinya sebagai wadah proses belajar mengajar. Ruang
laboratorium yang dilengkapi dengan berbagi perlengkapan dengan bermacam-
macam kondisi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan untuk melakukan
percobaan. (Depdikbud, 1999 : 6).
5.Sikap Ilmiah
“Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang
mempengaruhi pilihan – pilihan atas tindakan pribadi yang dilakukan” ( Suhaenah
S, 2001 : 15 ). Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan individu
atau dengan kata lain sikap merupakan hasil belajar individu melalui interaksi
sosial. Hal itu berarti bahwa sikap dapat dibentuk dan diubah melalui pendidikan.
54
Sikap positif dapat berubah menjadi negatif jika tidak mendapatkan pembinaan
dan sebaliknya sikap negatif dapat berubah menjadi positif jika mendapatkan
pembinaan yang baik. Karena sikap mempunyai valensi / tingkatan maka sikap
positif dapat juga ditingkatkan menjadi sangat positif. Di sinilah letak peranan
pendidikan dalam membina sikap seseorang.
“Sikap mempunyai tiga komponen yaitu kognitif ( berhubungan dengan
pengetahuan ), afektif ( berhubungan dengan perasaan ) dan Psikomotoris
(.berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak )” ( Sears, 1988 ). Struktur
kognisi merupakan pangkal terbentuknya sikap seseorang. Struktur kognitif ini
sangat ditentukan oleh pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan
sikap, yang diterima seseorang. Sikap yang dikembangkan dalam sains adalah
sikap ilmiah yang dikenal dengan ” scientific attitude ”
6. Gaya Belajar
“Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi”. (Bobbi DePorter, 2008 : 112-113).
Ada dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama, bagaimana
ia menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, bagaimana cara ia
mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Jika seseorang sudah
akrab dengan gaya belajarnya maka ia dapat mengambil langkah-langkah penting
untuk membantu dirinya belajar lebih cepat dan mudah.
Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah
pertama adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial
atau kinestetik (V–A–K). Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat,
55
pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar
kinestetik belajar melalui gerak dan sentuhan. Meskipun kebanyakan diantara
sekian banyak orang (siswa) belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini
pada tahapan tertentu, namun kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu
diantara ketiganya.
Michael Grinder dalam (Bobby DePorter, 2008 : 112) telah mengajarkan
gaya-gaya belajar kepada banyak instruktur. Ia mencatat bahwa :
Dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh orang, sekitar dua puluh dua orang mampu belajar cukup efektif dengan cara visual, auditorial dan kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Delapan orang sisanya, sekitar enam orang memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi modalitas lainnya. Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan menghadirkan cara yang mereka pilih. Bagi orang-orang seperti ini, mengetahui cara belajar terbaik mereka bisa berarti perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Dua orang siswa lainnya mengalami kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.
a. Karakteristik masing-masing modalitas.
1). Gaya Belajar Visual (Visual Learners)
Gaya belajar visual ditandai dengan melihat dulu buktinya untuk kemudian
bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang
yang menyukai gaya belajar visual. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu
(infiormasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya;
kedua, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; ketiga, memiliki pemahaman
yang cukup terhadap artistik; keempat, memiliki kesulitan berdialog secara
langsung; kelima, terlalu reaktif terhadap suara; keenam, sulit mengikuti anjuran
secara lisan; ketujuh, sering salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
56
Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa “ pendekatan yang
bisa digunakan sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil
yang menggembirakan” (Hamzah B.Uno, 2007:181). Salah satunya adalah
menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi
pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-
coretan, kartu bergambar atau sejenisnya yang semuanya dapat digunakan untuk
menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
2). Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)
Gaya belajar Auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Orang yang menyukai gaya
belajar seperti ini harus mendengar dulu baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi itu. Karakteristik pertama gaya belajar ini adalah semua
informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran; kedua, memiliki kesulitan
untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; ketiga, memiliki
kesulitan menulis ataupun membaca.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar apabila
termasuk orang yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti di atas. Pertama,
menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam
bacaan atau catatan yang dibrendahan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk
kemudian didengarkan kembali. Kedua, wawancara atau terlibat dalam kelompok
diskusi, Ketiga, mencoba membaca informasi kemudian diringkas dalam bentuk
lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Keempat,
melakukan review secara verbal dengan teman atau guru.
57
3). Gaya Belajar Taktual (Kinestetic Learners)
Dalam gaya belajar taktual, siswa harus menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Ada beberapa
karakteristik model belajar seperti ini diantaranya: pertama, menempatkan tangan
sebagai alat penerima informasi utama untuk kemudian bisa terus mengingatnya.
Kedua, hanya dengan memegang , orang ini sudah bisa menyerap informasinya
tanpa membanca penjelasannya. Ketiga, tidak tahan duduk terlalu lama
mendengarkan pelajaran. Keempat, bisa belajar lebih baik apabila disertai dengan
kegiatan fisik. Keempat, memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan
kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).
Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan
yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau memlalui
pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di
laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan
secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang
cenderung memiliki karakter kinestetic learners juga akan lebih mudah menyerap
dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar
mengucapkannya atau memahami fakta. Penggunaan komputer bagi orang
kinestetik akan sangat membantu. Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif
dalam melakukan touch (sentuhan), sekaligus menyerap informasi dalam bentuk
gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi lebih efektif dan berarti, orang
dengan karakter kinestetik disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara
melihat langsung fakta di lapangan. (Hamzah B. Uno, 2007 : 182).
58
b. Gaya Kognitif dalam Pembelajaran
“Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang
berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap
informasi maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar”.
(James W. Keefe, 1987 dalam Hamzah B.Uno, 2007 : 185).
“Gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi
salah satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran” (Bruce Joyce
dalam Allyn and Bacon, 1992, dalam Hamzah B.Uno, 2007 : 185). Pengetahuan
tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi
pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan
dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi serta metode
pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini
sesuai dengan pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa “jenis strategi
pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar tertentu” (Robert M. Gagne, 1985
dalam Hamzah B.Uno, 2007 : 185).
Berdasarkan pemilihan modalitas dan gaya kognitif sebagaimana diuraikan
pada gaya belajar di atas (point a dan b), dalam konteks penelitian ini yang
digunakan sebagai variabel moderator adalah gaya belajar visual dan kinestetik
dengan berdasarkan pada gaya kognitif perceptual modality preference, yaitu gaya
kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam
menggunakan alat inderanya.
59
7. Prestasi belajar
a. Pengertian Prestasi belajar
“Prestasi belajar adalah setiap kegiatan yang menghasilkan suatu
perubahan yaitu berupa hasil belajar” (Winkel, 1996). Sedangkan menurut Briggs
(1979), bahwa “ prestasi belajar adalah keseluruhan kecakapan hasil yang dicapai
melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka atau nilai
berdasarkan tes hasil belajar”. “ Prestasi belajar dapat dilihat melalui perubahan-
perubahan dalam pengertian, pengalaman, ketrampilan, nilai sikap yang bersifat
konstan dan berbekas” (Winnkel, 1999 : 51). Perubahan ini dapat berupa sesuatu
yang baru atau penyempurnaan sesuatu hal yang telah dimiliki atau dipelajari
sebelumnya.
Prestasi atau hasil belajar yang diraih oleh siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Sri Rumini (1995: 60-61), “ proses dan hasil belajar mengajar
dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri individu
yang sedang belajar dan faktor yang berasal dari luar individu tersebut”. Faktor
dari dalam diri individu berhubungan dengan kondisi fisik, kecerdasan yang
dimiliki, kebiasaan yang sering dilakukan dalam menerima dan mengolah
informasi (gaya belajar) dan lain-lain. Sedangkan faktor yang berasal dari luar
individu dapat berkaitan dengan guru, model pembelajaran, media yang
digunakan, lingkungan belajar, dan lain-lain. Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut, sehingga diharapkan hasil belajar
yang dicapai oleh siswa lebih optimal.
60
Perbedaan individu dalam belajar sangat berpengaruh terhadap kinerja
siswa dalam proses belajar. Orang yang berbeda memiliki gaya belajar yang
berbeda. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa yang akan diukur secara menyeluruh
dengan memperhatikan tiga aspek, meliputi ranah kognitif (Cognitive Domain),
ranah afektif (Afective Domain), dan psikomotorik(Psichomotoric Domain).
Demikian halnya dengan hasil belajar biologi yang dimaksudkan dalam penelitian
ini mengacu pada definisi hasil belajar menurut Benyamin Bloom, yang uraiannya
adalah sebagai berikut :
1). Ranah kognitif (Cognitive Domain)
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kemampuan intelektual.
Penguasaan kognitif dapat diukur melalui tes, baik tes tulis maupun tes lisan,
portofolio (kumpulan tugas). Dalam ranah kognitif terdapat enam jejang proses
berpikir dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi, yaitu: (1) tingkat
pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat informasi atau materi
pelajaran yang telah diterima sebelumnya. Kemampuan ini biasanya dapat diukur
dengan menggunakan kata-kata operasional seperti: mendefinisikan, menyebutkan,
mengidentifikasi, mengenali; (2) tingkat pemahaman (comprehensive), yaitu
menggunakan menafsirkan atau memberikan informasi berdasarkan pengetahuan
yang sudah dimiliki sebelumnya. Kemampuan ini pada umumnya dapat diukur
menggunakan kata-kata operasional seperti: membedakan, menduga, menemukan,
membuat contoh, menggeneralisasi; (3) tingkat aplikasi (aplication) yaitu
kemampuan menentukan menafsirkan atau menggunakan informasi atau materi
pelajaran sebelumnya ke dalam situasi baru yang konkret dalam rangka menetukan
61
jawaban tunggal yang benar dari suatu masalah. Biasanya berkaitan dengan
kemampuan menghitung, memanipulasi, meramalkan, mengapresiasikan dan
menghubungkan; (4) tingkat analisis (analysis) yaitu kemampuan yang berkaitan
dengan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen
atau bagian-bagian yang lebih rinci sehingga susnannya dapat dimengerti.
Kemampuan ini dapat berupa mengidentifikasi motif / sebab / alasan, menarik
kesimpulan atau menggeneralisasi berdasarkan suatu patokan tertentu; (5) tingkat
sintesis (Synthesis) yaitu kemampuan berpikir kebalikan dari analisis. Sintesis
merupakan proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis.
Pada umumnya berkaitan dengan mengkategorikan, mengkombinasikan, membuat
desain, merevisi, mengorganisasikan; (6) tingkat evaluasi (evaluation) atau tingkat
mencipta (creating) yaitu kemampuan menggunakan pengetahuannya untuk
membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kreteria tertentu. Pada umumnya
menggunakan kata-kata operasional menganalisis, mendesain, merencanakan,
mengorganisasikan.
2). Ranah afektif (Afective Domain)
Ranah afektif berkenaan dengan sikap, minat, nilai, dan konsep diri. Hasil
belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghormati guru dan teman,
kebiasaan belajar, dan hubungan sosial dalam masyarakat. Ada beberapa tingkatan
dalam ranah afektif. Menurut Trowbridge dan Bybee ( 1990: 149-153) tingkatan
ranah afektif meliputi: ” (1) Peringkat Penerimaan (Receiving Phenomena), (2)
Peringkat partisipasi (Responding to Phenomena), (3) penentuan nilai (Valuing),
62
(4) Peringkat mengorganisasi (Organization), (5) Peringkat karakteristik dengan
suatu nilai atau pola hidup (Internalizing Value)”
(1) Peringkat Penerimaan (Receiving Phenomena) yaitu peserta didik
memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus,
misalnya kegiatan kelas, musik, buku, dan sebagainya. Pada level menerima ini
misalnya guru mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang
bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini
yang diharapkan adalah kebiasaan yang positif. Hasil dari pembelajaran ini adalah
berjenjang mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada sampai pada minat khusus
dari pihak siswa. (2) Peringkat partisipasi (Responding to Phenomena) yaitu
merupakan partisipasi aktif peserta didik, sebagai bagian dari perilakunya. Pada
peringkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia
juga bereaksi terhadap fenomena tersebut. Hasil pembelajaran pada daerah ini
menekankan pada pemerolehan respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
Peringkat tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan
pada pencarian hasil dan kesenangan melakukan aktivitas-aktivitas khusus.
Pencapaian dari tingkatan ini misalnya ditunjukkan dengan senang membaca buku,
senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan
kerapian, dan sebagainya; (3) penentuan nilai (Valuing), yaitu keyakinan atau
sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya
mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan
keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Hasil belajar pada peringkat ini
berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara
63
jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasi sebagai sikap dan
apresiasi. (4) Peringkat mengorganisasi (Organization). Pada peringkat organisasi,
nilai satu dengan nilai lainnya dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan serta
mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. (5) Peringkat karakteristik
dengan suatu nilai atau pola hidup (Internalizing Value), yaitu peringkat tertinggi
ranah afektif yang mana peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan
perilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil
pembelajaran pada peringkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial. Jadi
peserta didik akan memiliki tingkah laku yang menetap, konsisten, dan dapat
diramalkan. Hasil belajar pada ranah ini meliputi sangat banyak kegiatan, tetapi
penekanan lebih besar diletakkan pada kenyataan bahwa tingkah laku itu menjadi
ciri khas atau karakteristik siswa.
Berikut ini adalah istilah atau kata-kata kerja operasional untuk mengukur
pencapaian jenjang kemampuan ranah afektif pada sub ranah tertentu. (1)
Menerima (receiving) : menanyakan,menghadiri/mengikuti, memilih, mengikuti /
menuruti, mengidentifikasikan / mengenali, mendengarkan, menempatkan /
menemukan, menampakkan, menyebutkan / mengatakan. (2) Menjawab
(responding) : menjawab, membantu melengkapi / menyelesaikan, mendiskusikan,
melakukan, berlatih / mempraktekkan, membaca, menulis, menceritakan,
melaksanakan, melaporkan, mengatakan / mengemukakan, mengamati, memilih.
(3) Menilai (valuing) : menerima, mengomentari, melengkapi/menyelesaikan,
berkomitmen, menjelaskan, melakukan, menerangkan, mengikuti, berinisiatif,
mengundang / meminta, menggabung, memilih, mengajukan / mengusulkan,
64
membaca, melaporkan, belajar, bekerja. (4) Organisasi (organization) : setia / taat,
mengubah, berargumen, mengombinasikan / memadukan, membela /
mempertahankan, menjelaskan, mengintegrasikan, memodifikasi, mengorganisasi,
menyatukan. (5) Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai
(characterization by value complex) : berbuat, menegaskan / memperkuat,
memperlihatkan, memainkan, mempraktekkan, menanyakan, menyajikan,
mempengaruhi, menerapkan / menggunakan, membuktikan, memecahkan,
mengusulkan, membenarkan.
3). Ranah psikomotor (Psichomotoric Domain)
Hasil belajar pada ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Menurut Taksonomi Bloom pada
www.Encyclopedia of educational Technology.htm, domain psikomotor memiliki
tujuh tingkatan dari yang sederhana ke yang kompleks yaitu : (1) persepsi
(perception), berkaitan dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2)
kesiapan (set), yaitu berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan baik
secara mental, fisik maupun emosional; (3) respon terbimbing (guide respons),
yaitu mengikuti atau mengulangi perbuatan yang diperintahkan oleh orang lain; (4)
mekanisme (mechanism) yaitu berkaitan dengan penampilan respon yang sudah
dipelajari; (5) kemahiran (complex overt respons) yaitu berkaitan dengan gerakan
motorik yang terampil; (6) adaptasi (adaptation) yaitu berkaitan dengan
ketrampilan yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang
bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya; (7) keaslian (origination),
65
yaitu berkaitan dengan kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan
situasi yang dihadapi. Menurut Taksonomi Bloom digambarkan seperti berikut:
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa dari usaha belajarnya, berupa perubahan-
perubahan dalam pengertian, pengalaman, ketrampilan dan sikap atau
penyempurnaan sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Suatu proses belajar dikatakan berhasil baik
apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik pula.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar mempunyai fungsi utama (Zainal Arifin, 1989: 136) antara
lain: (1) sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
siswa; (2) sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu siswa; (3) sebagai bahan
OOrriiggiinnaattiioonn A laerner’s ability to create new movement patterns
A laerner’s ability tomodify motor skills ti fit a new situation
The intermediate stage of learning a complex skill
The ability to perform a complex motor skill
The early stage of learning a complex skill which includes imitation
A learner’s readiness to act
The ability to use sensory cues to guide
AAddaappttaattiioonn
CCoommpplleexx oovveerrtt RReessppoonnssee
MMeecchhaanniissmm
GGuuiiddeedd RReessppoonnssee
SSeett
PPeerrsseeppttiioonn
Gambar :2. 2. Domain Psikomotor
66
informasi dalam melakukan inovasi pendidikan; (4) sebagai indikator produktivitas
suatu institusi pendidikan; (5) sebagai indikator daya serap atau kecerdasan siswa.
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan dalam
upaya mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan maka perlu adanya
kegiatan evaluasi belajar. Muhibbin Syah (2005: 141) mengemukakan bahwa “
evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
tujuan belajar dalam sebuah program pembelajaran. Hasil dari kegiatan evaluasi
tersebut dapat memberikan gambaran mengenai prestasi belajar yang dicapai”.
Pengukuran prestasi belajar dengan penilaian hasil belajar secara
menyeluruh baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Pengukuran yang
digunakan untuk melakukan evaluasi belajar biasanya berupa tes. Tes prestasi
belajar terdiri atas sekumpulan soal-soal suatu materi pelajaran tertentu yang telah
disampaikan kepada siswa. Kualitas informasi yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut ditentukan oleh kualitas setiap butir soal yang digunakan.
Oleh karena itu untuk dapat memberikan gambaran yang akurat tentang prestasi
hasil belajar maka soal-soalnya harus diuji kualitasnya dan harus memenuhi
persyaratan sebagai alat ukur yang baik.
8. Materi Organisasi Kehidupan
a. Pengertian Sel
Semua kehidupan tersusun dari sel, dari organisme terkecil seperti bakteri
hingga organisme terbesar seperti pohon beringin. Kemampuan mata manusia
untuk melihat benda-benda di bumi sangat terbatas yaitu manusia hanya mampu
melihat benda yang paling kecil berukuran 0,01 cm atau berukuran titik pada buku
67
ini. Sel mempunyai ukuran lebih kecil dari batas penglihatan pada manusia, yaitu
kira-kira 0,002 cm. Untuk dapat mengamati sel dibutuhkan alat yang mampu
melihat benda-benda berukuran sangat kecil atau mikroskopik yaitu mikroskop.
Sejak lahir hingga meninggal, sedetikpun tubuh kita tak pernah berhenti
bekerja. Tubuh manusia merupakan kumpulan sel. Jumlahnya dari 50 miliar sel.
Ada sekitar 200 jenis sel, termasuk sel syaraf yang disebut neuron dan sel khusus
yang disebut dengan sel kelenjar. Kelenjar menghasilkan zat yang disebut hormon
dan enzim untuk tubuh kita, yang kegunaannya berbeda-beda. Tiap jenis sel tubuh
punya tugas tertentu.
Tiap detik, jutaan sel mati, tapi jutaan sel lain menggantikannya. Misalnya
pada kulit tubuh kita, kulit yang melindungi tubuh kita terhadap air dan bakteri
berbahaya, serta melindungi cairan tubuh.
Gambar : 2. 3. Penampang melintang kulit manusia
Kulit tahan lama karena sel-selnya terus menerus memperbarui diri.
Lapisan luar kulit terus membelah diri guna membentuk sel-sel baru. Sel baru ini
terus bergerak naik, seperti ban berjalan, guna menggantikan sel yang usang.
Ada banyak jenis sel di dalam tubuh, masing-masing mempunyai tugas
tertentu. Bentuk sel syaraf memanjang dan tipis. Seperti kawat, syaraf menghantar
68
sinyal listrik. Sel darah merah berbentuk seperti kue donat dan mengandung zat
kimia yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Seperti epitel di permukaan
tubuh, misalnya lapisan dalam mulut, lebar dan pipih seperti hamparan batu jalan.
Gambar : 2. 4. Macam – macam bentuk sel
Ketika pertama kali mikroskop dibuat, dunia baru mulai terbuka bagi
ilmuwan. Untuk pertama kali ilmuwan dapat melihat sel tunggal dan satu sel dari
organisme multisel, yang apabila dengan mata biasa tidak jelas terlihat.
Kemampuan pembesaran mikroskop berasal dari lensa-lensa yang terdapat pada
mikroskop merupakan sebuah kaca tipis dengan salah satu permukaannya
cembung. Pada mikroskop, lensa-lensa membuat bayagan benda menjadi besar,
begitu juga dengan bagian-bagian benda tersebut.
69
Gambar :2. 5. Penampang melintang daun
Berikut ini adalah ilmuwan-ilmuwan yang berjasa dalam mengembangkan alat
bantu untuk mengamati sel dan sekaligus pencetus ide teori sel. Robert Hooke,
Inggris (1665) menyebut untuk “ menggambarkan struktur “sel” seperti kotak dari
gabus”. Pada tahun 1665 dia melaporkan gambar tersebut berasal dari pengamatan
dengan komponen-komponen mikroskop (mikroskop dengan dua lensa) pada
“jurnal”. Sedangkan Antonie Van Leeuwenhoek, Belanda (1674) merangkai
mikroskop sederhana (mikroskop dengan lensa tunggal). Mikroskop tersebut
mampu memperbesar bayangan benda 270 x. Dengan menggunakan mikroskup
tersebut dia pertama kali melihat organisme bersel tunggal, dan dia menyebutnya
hewan kecil.
Matthias Schleiden dan Thomas Schwann, Jerman (1839) dua orang ilmuwan
dari Jerman ini mempelajari beberapa organisme yang berbeda dengan
menggunakan mikroskop. Mereka membuat suatu pernyataan bahwa semua
tumbuhan tersusun dari sel. Schwann membuat pernyataan yang sama untuk
hewan yaitu semua hewan juga tersusun atas sel.
70
Seperti yang telah dikemukakan di atas, Hooke menyebutnya sebagai “Sel”
karena sesuai dengan strukturnya mirip sebuah ruangan kotak, kosong dan kecil.
Saat ini kita tahu bahwa struktur yang diamati oleh Hooke itu adalah dinding dari
sel tumbuhan yang telah mati.
Teori sel dibentuk dari tiga ide utama:1). Beberapa jenis organisme disusun
dari satu sel seperti Amoeba atau bakteri. Organisme lebih besar seperti manusia,
dibentuk dari berjuta-juta sel. 2). Sel adalah unit dasar kehidupan suatu organisma.
3). Semua sel berasal dari sel sebelumnya.
b. Struktur Sel
Berbeda dengan kotak-kotak yang diamati Hooke, sel-sel yang hidup
senantiasa dinamis dan memiliki bagian-bagian tertentu yang ada di dalamnya.
Setiap sel yang hidup memiliki membran dan substansi yang menyerupai gel,
disebut sitoplasma yang terbungkus oleh membran. Semua sel mempunyai alat
pengendali berupa inti (nukleus) atau material inti yang terdapat di pusat sel.
Ilmuwan sepakat bahwa ada dua macam sel. Sel yang tidak memiliki
membran yang melindungi material inti dinamakan sel prokariotik, misalnya
bakteri dan alga biru. Sedangkan sel yang memiliki membran pelindung material
inti disebut sebagai sel eukariotik, misalnya sel hewan dan sel tumbuhan.
1). Membran sel
Masing-masing sel yang ada di tubuh Anda selalu aktif dan mempunyai
tugas khusus. Aktivitas di dalam sel mungkin dapat dibanding dengan pabrik yang
bekerja 24 jam sehari, menghasilkan berbagai macam produk yang berbeda.
Proses ini berlangsung di dalam bangunan pabrik ini. Hanya bahan-bahan yang
71
sudah jadi, akan diangkut ke luar bangunan pabrik. Demikian juga dengan sel,
semua fungsi sel berfungsi sel berlangsung di dalam suatu bangunan yang disebut
sitoplasma.
Membran sel adalah bagian yang membungkus sel sebelah luar, yang mengatur
lalu lintas pengangkutan zat-zat dari dan ke luar sel. Membran sel seperti yang
ditunjukkan Gambar : 6 bersifat lentur, tersusun dari dua lapis lemak, dan protein
yang keberadaannya tersebar. Membran sel membantu menjaga keseimbangan
kimia zat di dalam dan luar sel. Makanan dan oksigen diangkut ke dalam sel ini
bersifat semipermiabel, membiarkan zat-zat tertentu merembes melintasinya dan
menahan zat-zat lain. Inti sel juga dikelilingi oleh sebuah membran, demikian juga
dengan organel-organel sel.
2). Sitoplasma
Sitoplasma merupakan bahan berbentuk gel yang terdapat di sebelah
dalam membran sel. Penyusun terbesar sitoplasma adalah air dan beberapa
bahan kimia serta bentukan-bentukan tertentu yang memungkinkan terjadi
proses hidup di dalam sel. Sitoplasma berbentuk seperti agar-agar yang selalu
bergerak dan mengalir.
Gambar 2. 6. Membran sel
72
3). Inti sel (Nukleus)
Organel yang paling besar yang terdapat di dalam sitoplasma sel eukariotik,
ialah inti sel (nukleus) yang mengendalikan semua aktivitas sel. Di dalam inti
terdapat informasi genetik untuk mengoperasikan sel yang bersangkutan. Informasi
genetik yang dimaksud terdapat di dalam kromatin. Di dalam inti juga dijumpai
anak inti (nukleolus).
Gambar : 2. 7. Inti sel
4). Dinding sel
Dinding sel merupakan struktur yang kuat (terdapat di sebelah luar
membran sel), yang berfungsi memberi kekuatan dan melindungi sel
tumbuhan. Dinding sel tersusun dari serabut-serabut selulosa.
Gambar : 2. 8 Sel hewan dan sel tumbuhan
73
c. Organel-organel sel
Benda-benda yang terdapat di dalam sitoplasma sel disebut organel.
Masing-masing organel memiliki tugas tertentu. Tugas masing-masing akan
dijelaskan seperti berikut ini.
1). Retikulum Endoplasma
Gambar : 2. 9 Retikulum endoplasma
3Retikulum endoplasma merupakan lipatan membran, yang terbentang dari inti
sampai ke membran sel, menempati sebagian besar daerah sitoplasma.
Retikulum endoplasma berfungsi sebagai tempat proses pembuatan / sintesis
protein yang akan disempurnakan lebih lanjut di dalam badan golgi.
2). Ribosom
Gambar : 2. 10. Ribosom
74
Ribosom ada yang tersebar di dalam sitoplasma, sementara lainnya
melekat pada Retikulum endoplasma. Ribosom berfungsi sebagai tempat
pembuatan protein.
3). Badan Golgi
Gambar : 2. 11. Badan golgi
Badan golgi yaitu suatu struktur berupa kantung yang dibungkus
oleh membran, berfungsi mengangkut zat-zat yang telah dihasilkan oleh sel.
4). Mitokondria
Gambar : 2. 12. Mitikondria
75
Mitokondria adalah organel tempat terjadinya pemecahan molekul makanan
sehingga dihasilkan energi. Mitokondria merupakan tempat pembangkit energi
untuk keperluan sel. Sel yang aktif biasanya lebih banyak mengandung
mitokondria.
5). Lisosom
Di dalam sitoplasma terdapat bentukan-bentukan besar, beraneka
ragam, dan dikelilingi oleh membran. Organel ini mengandung enzim-
enzim pencernaan yang bertugas mencerna zat-zat sisa.
6). Vakuola
Vakuola adalah daerah yang terdapat di dalam sel yang berfungsi
menyimpan berbagai zat seperti air, makanan, atau zat sisa.
7). Kloroplast
Kloroplas ialah organel yang terdapat di dalam sel tumbuhan yang mampu
mengubah energi cahayan menjadi energi kimia berbentuk gula yang disebut
glukosa. Zat kimi di dalam kloroplas yang berfungsi menangkap energi cahaya
ialah klorofil, yaitu pigmen yang memantulkan warna sinar hijau.
Gambar : 2. 14. Kloroplas
Gambar : 2. 13. Plastida/Kloroplas
76
d. Jaringan, Organ Dan Sistem Organ
Gambar : 2. 15 Sel, Jaringan dan Organ
1). Jaringan
Semua fungsi hidup pada organisme bersel satu dilakukan oleh sel tunggal
itu sendiri. Misalnya pada Amoeba. Pada organisme bersel banyak sel tidak dapat
bekerja sendiri. Setiap sel bergantung pada sel-sel yang lain. Kerjasama dan
interaksi di antara sel-sel ini menyebabkan organisme dapat mempertahankan
hidupnya. Komunikasi antara sel dilakukan dalam jaringan. Antara sel yang satu
dengan sel yang lain dihubungkan oleh sebuah celah. Dengan adanya celah tersebut
memungkinkan penghantaran secara cepat dari sel yang satu ke sel yang lain.
Sekumpulan sel tumbuhan yang memiliki bentuk sama. Sel-sel tersebut
bersama-sama membentuk jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang
77
mempunyai bentuk sama dan fungsi yang sama, pada tumbuhan seperti tumbuhan
pacar air mempunyai macam-macam jaringan.
Jaringan pembuluh kayu (xilem) misalnya, berfungsi mengankut air dan zat
makanan dari akar ke daun, sedangkan jaringan pembuluh tapis (floem)
mengangkut zat makanan dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan. Pada hewan
maupun manusia juga mempunyai bermacam-macam jaringan. Ada jaringan epitel,
jaringan otot, jaringan tulang rawan, jaringan syaraf dan sebagainya.
2). Jaringan Menyusun Organ
Di dalam tubuh makhluk hidup mutlisel, sekelompok sel yang sama
bentuk dan fungsinya, membentuk suatu jaringan. Semakin sempurna suatu
organisme, semakin banyak pula macam jaringan yang menyusun tubuh organisme
tersebut, membentuk suatu organ. Pada manusia, paru-paru, jantung, hati dan
ginjal adalah sebagian dari organ-organ utama.
Suatu organ adalah sekumpulan jaringan yang secara bersama-sama
berfungsi mendukung kerja atau tugas tertentu. Organ itu seringkali dibentuk dari
beberapa jaringanyang berbeda.
Jantung mempunyai jaringan otot, untuk kontraksi, menekan darah keluar
jantung dan sampai pada arteri. Jaringan syaraf juga terdapat di jantung, jaringan
ini menghantarkan tanda / signal dari otak ke jantung, dan masih banyak lagi
contoh untuk itu.
e. Organ Membentuk Sistem Organ
Organ bekerjasama sebagai suatu sistem, dan tiap sistem menangani satu
fungsi utama. Misalnya pada manusia jantung, pembuluh darau dan daran
78
membentuk satu sistem sirkulasi yang membawa oksigen dan zat makanan ke
seluruh tubuh serta mengangkut hasil buangan. Semua sistem bekerja sama di
bawah kendali otak. Seluruh tubuh merupakan sebuah rancangan hidup karya
Illahi yang menakjubkan. Kita perhatikan satu persatu lebih dekat pada beberapa
gambar berikut.
Gambar : 2. 16 Macam – macam sistem organ pada manusia
1). Sistem Otot
Ada sekitar 650 otot dalam tubuh manusia. Ada otot yang bekerjanya dapat
dikontrol, misalnya otot lengan, bisa dikontrol sekehendak kita untuk menarik
tulang ranka dan menggerakkan tubuh. Ada pula yang bekerja tidak dapat
dikontrol, yaitu otot jantung dan usus, bekerja secara otomatis. Gerak sederhana,
seperti mengangkat lengan, melibatkan lusinan otot, yang berkontraksi bersama-
sama dalam waktu sekejap. Otot bekerja sebagai satu tim.
79
Semua otot, termasuk jantung, harus digunakan teratur, kalau tidak otot
akan melemah. Latihan rutin sangat penting agar tubuh sehat. Berolah raga dua
atau tiga kali seminggu membugarkan tubuh.
2). Sistem kerangka
Kerangka tubuh terbentuk dari sejumlah 206 tulang. Antara tulang satu
dengan yang lain dihubungkan oleh sendi. Ratusan ruas tulang terangkai seperti
perancah sehingga membentuk kerangka. Tanpa kerangka, tubuh akan runtuh.
Kerangka membuat tubuh kita bisa tegak dan memberi bentuk pada bagian tubuh
yang lunak.
Tulang lain terpasang kukuh, seperti tulang tengkorak. Tulang belakang
atau tulang punggung menyangga kepala di atas dan tungkai di setiap sisinya.
Tulang punggung juga melindungi sumsum tulang belakang yang lembut.
Pergelangan tangan dan kaki adalah bagian tulang yang terbentuk paling akhir.
Tulang terdiri dari sel-sel hidup serta mineral, terutama kalsium serta fosfat
dan kolagen, yaitu zat elastis yang berserat. Tulang bayi yang baru lahir
kebanyakan terdiri dari tulang rawan. Seiring dengan pertumbuhan bayi, tulang
rawan secara bertahap berubah menjadi tulang keras. Anda perhatikan gambar 18
berikut ini.
3). Sistem Syaraf
Otak dan syaraf membentuk sistem syaraf. Syaraf tersebar dari otak sampai
ke seluruh bagian tubuh, membawa sinyal dalam bantuk impuls listrik kecil. Sinyal
ini membawa informasi dari organ-organ indera ke otak kemudian membawa
80
perintah dari otak ke otot. Otak mengendalikan banyak proses secara otomatis,
seperti pernafasan, denyut jantung dan pencernaan tanpa kita harus berfikir dahulu.
Setiap pikiran kita dan gerakan kita dikendalikan otak. Otak jauh lebih
rumit dari komputer manapun. Otam memungkinkan kita untuk berfikir, bicara,
mendengar, melihat, merasa dan bergerak. Otak tidak pernah berhenti bekerja. Di
dalamnya terkandung milyaran neuron (sel syaraf). Neuron membawa jutaan pesan
ke otak melalui sumsum tulang belakang dan berfungsi sebagai penghubung antara
otak dan tubuh. Ketika pesan-pesan (sinyal syaraf) mencapai otak, otak
menyeleksinya, lalu mengirimkan perintah ke tubuh melalui syaraf. Syaraf
tersusun daris el-sel syaraf yang bentuknya seperti kabel. Syaraf sensorik
membawa sinyal dari mata, telinga dan kulit otak; sedangkan syaraf motorik
membawa sinyal dari otak ke otot agar otot menggerakkan tubuh. Berat rata-rata
otak manusia dewasa sekitar 1,5 kg. Teksturnya seperti jeli. Otak dilindungi oleh
tengkorak.
Tubuh kita istirahat saat tidur, tapi otak tetap mengendalikan nafas dan
detak jantung. Sebagian pikiran kita dalam tidur dapat kita ingat. Itulah mimpi.
4). Sistem Pencernaan
Mulut, kerongkongan, lambung dan usus merupakan bagian-bagian dari
sistem pencernaan. Organ-organ ini bekerja sama untuk melumatkan makanan
sampai halus sehingga dapat melewati lapisan usus dan masuk ke dalam darah.
Mulut dan gigi mencincang dan mengunyah makanan, dan almbung mengaduknya
dengan cairan pencerna yang kuat. Hati adalah organ utama yang mengubah zat
81
makanan yang diserap menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh berbagai organ,
empedu mengemulsi lemak. Usus besar menangani buangan dan sisa makanan.
5). Sistem Penafasan
Paru-paru, saluran udara, serta tenggorokan danlubang hidung membentuk
sistem pernafasan. Paru-paru menyerap oksigen dari udara. Oksigen diangkut ke
seluruh tubuh oleh darah yang dipompakan oleh jantung melalui pambuluh dara.
Tubuh kita memakai oksigen untuk “membakar” makanan yang kita makan
sehingga menjadi energi. Karbon dioksida yang berbahaya dikeluarkan dari tubuh
oleh paru-paru. Seluruh proses ini disebut pernapasan (respirasi). Paru-paru,
trakea, kerongkongan dan hidung adalah bagian-bagian dari sistem udara,
pembuluh darah, dan jutaan kantong udara kecil (alveoli). Jika digelar suara
dengan menggunakan udara yang mengalir keluar masuk paru-paru. ketika kita
berbicara, berteriak, tertawa atau menangis, udara mengalir lewar dua selaput kecil
(selaput udara) dan membuatnya bergetar. Selaput suara ini terletak di dalam
kantong laring (kotak suara) pada bagian bawah tenggorok.
6). Sistem Kemih / Pengeluaran Zat Sisa
Ginjal menyaring zat-zat buangan dari darah dan mengubahnya menjadi
cairan, yaitu air urine / seni, yang disimpan dalam kantung kemih.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah :
1. Judul : Pengaruh Penerapan Laboratorium Riil dan Virtual pada
Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Biologi ditinjau dari Kreativitas Siswa.
82
Peneliti : Mujiyono (Prodi Pendidikan Sains – Pascasarjana UNS Surakarta:
2005). Dalam penelitian ini lab riil digunakan sebagai mediauntuk pengamatan
sel, dan jaringan organisme. Lab Riil yang digunakan berupa mikroskup dan
bahan – bahan yang diambil dari lingkungan sekitar laboratorium. Sedangkan
lab Virtuil menggunakan sepeangkat komputer yang telah dilengkapi dengan
materi simulasi dari materi organisasi kehidupan.
2. Judul : Pengaruh Pembelajaran Biologi Mengunakan Laboratorium virtual
dalam bentuk Demonstrasi dan Eksperimen Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau
Dari Kemampuan Awal Siswa. Peneliti:Nur Rohmadi (Prodi Pendidikan Sains
– Pascasarjana UNS Surakarta: 2008). Penggunaan laboratorium virtuil dalam
penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan fungsi perangkat komputer
yang tersedia, sehingga dapat juga mengurangi keterbatasan laboratorium riil.
Lab virtuil juga memiliki keunggulan dalam hal visualisasi materi yang sulit
diamati secara riil.
3. Judul : Pengaruh Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Media
Audio Visual Dan Modul bergambar Disertai LKS Terhadap Prestasi Belajar
Biologi Ditinjau Dari kemampuan Awal Dan Aktivitas Siswa. Peneliti : Sri
Lestari (Prodi Pendidikan Sains – Pascasarjana UNS Surakarta: 2007)
4. Judul : Efektivitas Penggunaan Kerja Laboratorium Riil Dan Virtuil Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi. Peneliti : Ahmad Nur Asik (Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta :
2007)
83
C. Kerangka berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan dapat dikemukakan suatu
kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengaruh penggunaan lab baik riil maupun virtuil terhadap prestasi belajar
siswa. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan bantuan media
laboratorium berarti memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
melakukan eksplorasi dan meningkatkan kemampuannya sehingga mampu
meningkatkan prestasi belajarnya. Karena dengan kegiatan laboratorium siswa
dapat melakukan peragaan, simulasi, pengukuran dan pengamatan secara
langsung, berasimilasi dengan siswa lain untuk menggali potensi sesuai
dengan tuntutan dari standar kompetensi maupun kompetensi dasar yang telah
ditentukan dalam kurikulum. Guru dapat memfokuskan peranannya untuk
memfasilitasi, membimbing, mengarahkan dan memotivasi siswanya untuk
menemukan jawaban dari permasalahan eksperimen yang telah dipersiapkan
dan dituangkan dalam lembar kerja siswa. Dengan demikian proses
pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa serta dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.
Penggunaan lab riil dalam pembelajaran biologi memiliki keunggulan bahwa
obyek yang diamati merupakan obyek nyata yang ada dilingkungan sehari –
hari, dengan demikian siswa lebih mengenal obyek dan mendapatkan konsep
yang lebih bermakna. Kelemahan penggunaan lab riil dalam penelitian ini perlu
persiapan yang lama untuk melakukan pengamatan, baik persiapan alat, bahan
maupun persiapan pengamatan obyek. Selain itu, preparat yang dibuat secara
84
langsung hanya dapat diamati saat itu juga, jadi setiap mau ada pengamatan
harus membuat preparat kembali.
Keunggulan penggunaan lab virtuil siswa dapat dengan cepat mendapatkan
materi yang diinginkan, dengan visualisasi yang jelas dan lengkap. Dengan lab
virtuil konsep yang tidak dapat diamati dengan lab riil dapat divisualisasikan
dengan baik. Kelemahan terletak pada kebermaknaan konsep yang diperoleh
siswa sangat rendah, karena siswa pada umumnya kurang mampu mengkaitkan
konsep yang diperoleh dengan kehidupan sehari – hari.
Diduga keunggulan pembelajaran menggunakan lab virtuil akan memberi
dampak yang lebih bagus berupa hasil prestasi belajar yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan penggunaan lab virtuil untuk pengamatan materi sel dan jaringan
yang bersifat abstrak, dapat divisualisasikan dengan lebih jelas, lengkap dan
menarik.
2. Pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar. Peneliti merasa yakin
bahwa para siswa yang memiliki kecenderungan dalam menerima dan
mengolah informasi selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan
gaya belajar mereka masing-masing. Secara keseluruhan akan dapat terlayani
dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri yang dibantu dengan
media laboratorium baik laboratorium riil maupun virtual. Kerja laboratorium
riil dapat memberikan rangsangan kepada para siswa yang memiliki gaya
belajar visual maupun kinestetik. Siswa yang memiliki gaya belajar visual
akan dapat mengamati gambar visual dengan media komputer atau bayangan
yang terbentuk pada mikroskup pada lab riil. Begitu pula siswa yang memiliki
85
gaya belajar kinestetik juga dapat berapresisasi dengan membuat preparat
obyek dan juga mengoperasikan media komputer yang tersedia.
3. Pengaruh sikap ilmiah memiliki peranan penting terhadap prestasi belajar
siswa. Dengan demikian baik yang memiliki sikap ilmiah tinggi maupun
rendah, dengan lab riil mereka dapat merespon dan mengolah serta
memproses informasi dengan cara melihat, mengamati, menyentuh alat,
membaca penjelasan, melakukan percobaan, mengisi tabel, dan sebagainya.
Demikian juga dengan kerja laboratorium virtual dapat memberikan
rangsangan kepada para siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi maupun
rendah untuk merespon dan mengolah informasi dengan cara melihat simulasi
gambar, mendengarkan efek bunyi atau suara pada earphone yang terpasang
pada setiap komputer, menyentuh dan memainkan mouse dan sebagainya.
4. Interaksi metode inkuiri terbimbing dengan menggunakan lab riil,lab virtuil
dan gaya belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa .
Karena modalitas gaya belajar yang dimiliki siswa dapat menyesuaikan
dengan metode pembelajaran yang digunakan . Siswa dengan gaya belajar
kinestetik dan visual masing – masing dapat terakomodasi dengan baik, pada
kelas yang menggunakan lab riil maupun lab virtuil.
5. Interaksi metode inkuiri terbimbing dengan menggunakan lab riil, lab vituil
dan sikap ilmiah siswa dalam meningkatkan preatasi belajar siswa. Dengan
menggunakan lab riil siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi maupun rendah
tetap dapat melakukan pengamatan dengan bantuan alat – alat yang ada pada
lab riil. Mereka sama – sama dapat mebangun konsep dengan metode yang
86
digunakan. Demikian juga pada lab virtuil sikap ilmiah siswa baik yang tinggi
maupun yang rendah, meraka dapat mengoperasikan media komputer untuk
mendapatkan konsep organisasi kehidupan.
6. Interaksi gaya belajar dan sikap ilmiah siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa, karena siswa dengan gaya belajar apapun dengan sikap ilmiah
tinggi maupun rendah dapat membentuk konsep yang sama dalam diri siswa.
Sehingga pada akhirnya gaya belajar dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa
dapat saling mendukung dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
7. Interaksi metode inkuiri menggunakan lab riil , lab virtuil, gaya belajar dan
sikap ilmiah membentuk interaksi yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
pada materi Organisasi Kehidupan.
Dari uraian kerangka di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa
pembelajaran biologi menggunakan metode inkuiri dengan bantuan kerja
laboratorium baik riil maupun virtual mampu merangsang dan memotivasi siswa
yang memiliki kebiasaan gaya belajar visual maupun kinestetik, serta mampu
menawarkan suatu kebebasan bagi siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dan
siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah dalam memproses informasi pengetahuan
menjadi suatu bentuk solusi yang efektif. Demikian juga dengan pembelajaran
biologi dengan metode inkuiri mampu membangkitkan kreativitas siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi maupun siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
Oleh karena itu hasil dari proses pembelajaran yang optimal, diyakini dapat
meningkatkan prestasi belajar sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Kompetensi dasar yang dimaksud mencakup domain
87
kognitif, afektif maupun psikomotor, dengan rata-rata minimal sama atau lebih
tinggi dari batas kreteria ketuntasan minimal (KKM). Diagram berikut adalah
desain paradigma berpikir pada penelitian ini.
Gambar :2. 17 Kerangka berpikir penelitian
D. Hipotesis
Dari kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka
hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
LLaabb rriiiill LLaabb VViirrttuuaall T R
Visual Kinestetik
Prestasi belajar biologi
Populasi dan Sampel Kelas VII SMP Negeri 3 Sleman
88
1. Pembelajaran konstruktivisme dengan metode inkuiri menggunakan lab virtuil
memberikan pengaruh yang lebih signifikan daripada lab riil pada materi
Organisasi Kehidupan terhadap prestasi belajar.
2. Siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah mendapatkan prestasi yang lebih
signifikan dibanding siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi pada materi
Organisasi Kehidupan.
3. Siswa yang memiliki gaya belajar visual mempunyai prestasi yang lebih
signifikan daripada siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik terhadap
prestasi belajar pada materi Organisasi Kehidupan.
4. Pembelajaran dengan metode inkuiri menggunakan lab riil , lab virtuil dan
gaya belajar siswa membentuk interaksi terhadap prestasi belajar pada materi
Organisasi Kehidupan.
5. Pembelajaran dengan metode inkuiri menggunakan lab riil , lab virtuil dan
sikap ilmiah siswa membentuk interaksi terhadap prestasi belajar materi
Organisasi Kehidupan.
6. Gaya belajar dan sikap ilmiah siswa membentuk interaksi yang mempengaruhi
prestasi belajar materi Organisasi Kehidupan.
7. Pembelajaran dengan metode inkuiri menggunakan lab riil , lab virtuil, gaya
belajar dan sikap ilmiah membentuk interaksi yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa pada materi Organisasi Kehidupan.
89
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran
2008/2009, bulan Nopember 2008 sampai bulan Juni 2009 dengan jadwal
(schedule) sebagai berikut :
Tabel : 3. 1. Jadual Kegiatan Penelitian
Bulan Kegiatan
Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Pengajuan proposal penelitian √ √
Permohonan ijin √ √
Penyusunan dan uji instrumen √ √
Pengambilan data √ √ √
Analisis data √ √ √ √
Penyusunan laporan √ √ √ √ √ √ √
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 3 Sleman Kabupaten
Sleman, dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut sekaligus tempat bekerja
peneliti sehingga diharapkan pelaksanaan penelitian menjadi lebih efisien dan
lebih mudah dalam perijinan.
70
90
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
“ Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian” (Suharsimi Arikunto,
1993:102). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Sleman Kabupaten Sleman, yang terdiri dari enam kelas dengan jumlah
215 siswa.
2. Sampel
“ Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”
(Suharsimi Arikunto, 1993:104). Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah cluster random sampling, yaitu sampel yang diambil berdasarkan kelompok
(kelas). Dengan teknik tersebut, diambil empat kelas secara rendah dengan
menggunakan undian dari semua kelas VII di SMP Negeri 3 Sleman. Empat kelas
tersebut dengan jumlah 160 siswa kemudian dibagi menjadi dua kelas eksperimen
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil dan dua
kelas eksperimen pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
lab virtuil. Dasar pertimbangan pemilihan sampel dengan cara seperti ini adalah
karena kedua kelompok sampel tersebut sudah sepadan ditunjukkan dengan rata-
rata nilai USBN yang mendekati sama.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah strategi yang diambil dalam pengambilan /
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang dihadapi. Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen
91
murni (true eksperiment) yang melibatkan satu atau lebih kelompok eksperimen
tanpa melibatkan kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok eksperimen yaitu kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kedua kelompok diasumsikan sama
dalam segala segi yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan.
Kelompok eksperimen I diberi perlakuan pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan lab riil , sedang kelompok eksperimen II diberi
perlakuan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab
virtuil. Hasil dari kedua kelompok tersebut dikaji dan dibandingkan mana yang
lebih memberikan pengaruh dari kedua model pembelajaran tersebut. Terhadap
prestasi belajar biologi.
D. Rancangan dan Variabel Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil dan lab
virtuil terhadap prestasi belajar biologi ditinjau dari sikap ilmiah dan gaya belajar
siswa pada materi pelajaran organisasi kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diatas maka dengan memperhatikan semua variabel yang terlibat, maka rancangan
yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2 x 2. Rancangan tersebut digambarkan
seperti bagan 2 di bawah ini.
92
Tabel 3. 2. Rancangan Penelitian
Metode inkuiri ( A )
Lab riil ( A1 ) Lab Virtuil ( A2 )
Sikap Ilmiah ( B ) Tinggi
( B1 )
Rendah
( B2 )
Tinggi
( B1 )
Rendah
( B2 )
Visual
( C1 ) A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1
A1B2C2
Gaya Belajar
( C )
Kinestetik
( C2 ) A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
Keterangan : A = Pembelajaran Biologi dengan metode inkuiri A1 = Pembelajaran Biologi dengan metode inkuiri melalui pengamatan langsung ( lab riil ). A2 = Pembelajaran biologi dengan metode inkuiri melalui pengamatan tidak langsung ( lab
virtuil ). B = Sikap ilmiah B1 = Sikap ilmiah tinggi B2 = Sikap ilmiah rendah C = Gaya belajar siswa C1 = Gaya belajar siswa kategori visual (visual learners) C2 = Gaya belajar siswa kategori kinestetik (kinestetik learners)
2. Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran biologi dengan metode
inkuiri melalui pengamatan langsung ( lab riil ) dan pengamatan tidak langsung (
lab virtuil )
1). Definisi Operasional :
Pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing merupakan model
pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dan membimbing siswa untuk
memperoleh pengetahuan dan nilai-nilai dengan cara menemukan sendiri. Dalam
93
pembelajaran ini dibantu menggunakan lab riil dan lab virtuil yang disertai dengan
lembar kerja siswa.
2). Skala Pengukuran : nominal
3). Simbol : A
b. Variabel kontrol (atribut)
Variabel kontrol pada peletian ini adalah gaya belajar siswa yang dibatasi pada
gaya belajar visual (visual learners) dan gaya belajar kinestetik (kinestetik
learners), serta sikap ilmiah siswa yang dibatasi sikap ilmiah tinggi dan sikap
ilmiah rendah .
1). Definisi Operasional
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi dengan mudah. Sedangkan Sikap ilmiah
adalah keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan – pilihan atas
tindakan pribadi yang dilakukan dalam memproses informasi hingga menciptakan
solusi yang lebih seimbang untuk menyelesaikan permasalahan dalam situasi dan
kondisi rangsangan yang berbeda-beda.
2). Indikator
Nilai atau skore hasil angket gaya belajar dan Sikap ilmiah.
3). Skala Pengukuran : interval
4). Simbol : B untuk Sikap ilmiah , C untuk gaya belajar
94
c. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi (hasil) belajar biologi
untuk materi organisasi kehidupan.
1). Definisi Operasional.
Prestasi belajar biologi adalah nilai hasil tes setelah dan pada saat proses
pembelajaran biologi pada kompetensi dasar Mendiskripsikan keanekaragaman
pada sistem organisasi kehidupan muali tingkat sel sampai organisme.
2). Indikator pencapaian:
Nilai belajar biologi pada ranah kognitif dan prikomotorik pada kompetensi
dasar Mendiskripsikan keanekaragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai
tingkat sel sampai organisme.
3). Skala Pengukuran
Skala pengukuran untuk prestasi belajar biologi berupa skala interval.
4). Simbol : AiBjCk dengan i = j = k = 1, 2
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
dengan tes dan nontes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau
pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih / ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh testi (orang yang dites) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
(perilaku) tertentu. Pada penelitian ini menggunakan beberapa bentuk tes, yaitu tes
tertulis atau tes prestasi belajar biologi ranah kognitif, tes unjuk kerja (performance
test) dalam bentuk praktik / perbuatan di laboratorium atau tes prestasi belajar
95
biologi ranah psikomotor pada kompetensi dasar Mendiskripsikan keanekaragaman
pada sistem organisasi kehidupan muali tingkat sel sampai organisme.
Teknik nontes dengan menggunakan angket yang dilakukan sebelum dan
sesudah proses belajar biologi kompetensi dasar Mendiskripsikan keanekaragaman
pada sistem organisasi kehidupan muali tingkat sel sampai organisme dilakukan.
Angket yang dilakukan sebelum proses belajar bertujuan untuk mengukur gaya
belajar dan sikap ilmiah siswa. Sedangkan angket yang dilakukan sesudah proses
belajar dilakukan dengan tujuan untuk mengukur prestasi belajar biologi ranah
afektif, untuk mendukung data dalam melengkapi hasil penelitian ini.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Instrumen untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini meliputi Silabus,
( SKL ) Standart kelulusan, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKS
(Lembar kerja Siswa). Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang didalamnya
berisikan Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),
Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu
dan Sumber Belajar. RPP memuat segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan
aktivitas pembelajaran dalam upaya mencapai penguasaan kompetensi dasar.
2. Instrumen Pengambilan Data
a. Angket Gaya Belajar dan Sikap ilmiah Siswa.
Angket gaya belajar siswa berfungsi untuk mengetahui jenis gaya belajar
siswa dalam mengikuti pelajaran biologi. Angket gaya belajar siswa berbentuk
96
tertulis yang dilaksanakan sebelum pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan laboratorium virtual dan laboratorium real dilaksanakan.
Lembar angket gaya belajar disusun dalam bentuk objective tes, yang terdiri atas
daftar pernyataan yang meliputi kebiasaan atau gaya belajar siswa dengan empat
pilihan a, b, c dan d. Format pilihan lembar jawab yang disediakan terdiri atas
empat pilihan yang memuat alternatif pilihan jawab a.SL: selalu, b. SR: sering,
c.JR: jarang, dan d. TP: tidak pernah. Pada pernyataan gaya belajar yang positif
diberi skor berturut-turut 4, 3, 2 dan 1. Sedangkan untuk pernyataan gaya belajar
yang negatif diberi skor berturut-turut 1, 2, 3 adn 4. Selanjutnya skor seluruh
pernyataan dijumlahkan dan dikonversikan menjadi kelompok siswa yang
memiliki gaya belajar visual dan kinestetik.
Sedangkan untuk lembar angket sikap ilmiah siswa, berbentuk tertulis yang
dilaksanakan sebelum pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan laboratorium virtual dan laboratorium real dilaksanakan. Lembar
angket sikap ilmiah disusun dalam bentuk objective tes, yang terdiri atas daftar
pernyataan yang meliputi berbagai sikap yang biasa dilakukan siswa dengan lima
pilihan a, b, c, d dan e. Format pilihan lembar jawab yang disediakan terdiri atas
lima pilihan yang memuat alternatif pilihan jawab a. Selalu , b. Sering kali, c.
Tidak pernah, d. Jarang sekali, e Tidak ada pilihan.
b. Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah Psikomotor
Instrumen ini merupakan alat pengumpulan data untuk mengetahui nilai
prestasi belajar ranah psikomotor siswa. Data prestasi belajar ranah psikomotorik
dikumpulkan melalui inkuiri atau pengamatan. Lembar inkuiri disusun dalam
97
bentuk checklist yang terdiri atas daftar pertanyaan yang meliputi kemampuan
motorik siswa dalam melakukan eksperimen. Format isian yang disediakan terdiri
dari empat kolom yang memuat alternatif kegiatan yang dilakukan siswa.
Alternatif skor 4 menunjukkan bahwa siswa yang sedang diamati memiliki
kemampuan dengan sempurna, sedangkan skor 3 menunjukkan kemampuan yang
kurang sempurna, skor 2 tidak sempurna dan skor 1 menunjukkan bahwa siswa
yang sedang diamati tidak memiliki kemampuan sebagaimana butir pertanyaan
yang diteskan.
c. Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah Kognitif
Tes prestasi belajar ranah kognitif dilakukan dalam bentuk tes tertulis
pilihan ganda yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran untuk kompetensi
dasar organisasi kehidupan selesai. Item pilihan ganda berjumlah 4 buah dengan
simbol pilihan a, b, c, dan d . Setiap item hanya memiliki satu pilihan jawaban
yang benar. Jika siswa menjawab dengan benar mendapatkan skor 1 (satu) dan jika
salah mendapatkan skor 0 (nol).
d. Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah Afektif
Nilai prestasi belajar ranah afektif siswa diperoleh melalui angket. Angket
diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Lembar angket
tersebut disusun dalam bentuk checklist, yang terdiri atas daftar pernyataan yang
meliputi sikap ilmiah siswa dalam melakukan eksperimen. Format isian yang
disediakan terdiri atas empat kolom yang memuat alternatif ”SS: sangat setuju”,
”S: setuju”, ”TS: tidak setuju”, dan ”STS: sangat tidak setuju”. Pada pernyataan
sikap yang positif diberi skor berturut-turut 4, 3, 2 dan 1. Sedangkan untuk
98
pernyataan sikap yang negatif diberi skor berturut-turut 1, 2, 3 adn 4. Selanjutnya skor
seluruh pernyataan dijumlahkan dan dikonversikan menjadi nilai sikap (ranah afektif).
G. Uji Coba Instrumen
Untuk mengetahui apakah seperangkat instrumen yang telah disusun layak
digunakan atau tidak, maka instrumen tersebut perlu diadakan pengujian terhadap
aspek kelayakannya sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen memiliki validitas tinggi jika benar-benar mengukur
suatu aspek yang semestinya harus diukur. Untuk mengetahui validitas tes pada
penelitian ini dilakukan dengan teknik pengukuran validitas ini (content validity)
dan validitas konstruksi (construct validity).
a. Validitas Isi
Validitas isi adalah sebuah validitas intsrumen yang menunjukkan bahwa
isi dari instrumen yang disusun bebar-benar dibuat berdasarkan literatur yang ada
dan mewakili setiap aspek yang akan diukur. Untuk mendapatkan validitas isi,
maka sebelum menyusun instrumen tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya dan
dikonsultasikan kepada orang yang ahli. Orang yang ahli dalam hal ini adalah
dosen pembimbing yang terdiri dari dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II.
b. Validitas Konstruksi
Validitas konstruksi adalah validitas sebuah instrumen yang menunjukkan
bahwa bentuk instrumen yang dipilih telah sesuai dengan apa yang akan diukur.
Untuk mendapatkan validitas konstruksi, dapat dilakukan dengan
99
mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing setiap langkah penyusunan instrumen
serta mengujicobakan instrumen tersebut sebelum digunakan sebagai alat ukur.
Uji validitas instrumen tes prestaasi belajar ranah kognitif adalah uji butir
soal (item) mdengan menggunakan persamaan 1 korelasi product moment (rxy) dari
Karl Pearson, dengan persamaan rumus sebagai berikut:
( )( )2222 )()(
)(
yynxxn
yxxynrxy
S-SS-S
SS-S= ………………………………...…(1)
dimana, rxy = Korelasi product moment Pearson
n = jumlah sampel
x = skore tiap item soal
y = skor total
Σxy = jumlah (x)(y)
Butir soal dikatakan valid jika rxy ≥ rtabel pada taraf signifikansi 5%. Setelah
dilakukan uji validitas item tes prestasi belajar ranah kognitif, maka butir soal yang
tidak valid didrop (tidak digunakan) sebagai instrumen tes.
Penulis menggunakan sotware Anates 4.0 untuk melakukan komputasi uji
validitas tersebut Software Anates versi 4.0. Dari 50 item instrument tes prestasi
belajar yang diuji cobakan, hasilnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu sangat
signifikan sebanyak 29 item, signifikan sebanyak 12 item, dan tidak signifikan
sebanyak 9 item. Intrument tes prestasi yang digunakan diambil dari 29 item yang
sangat signifikan dan 11 item signifikan. Item yang tidak signifikan dibuang dan
tidak dipergunakan sebagai item tes prestasi siswa.
100
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (r11) suatu instrumen adalah bahwa instrumen yang disusun
dapat dipercaya sebagai alat pengambilan data. Instrumen dikatakan reliabel jika
memiliki tingkat keajegan dalam mengukur aspek yang diukur. Nikai keajegan ini
dimaksudkan bahwa apabila instrumen tersebut diberikan pada subyek yang
berbeda akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk uji reliabilitas
menggunakan format K – R .20, seperti pada persamaan 2 berikut.
÷÷ø
öççè
æ å-÷øö
çèæ
-=
2
2
11 S
pqS1n
nr .........................................................................(2)
dimana, p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah
∑pq = jumlah hasil kali antar p dan q
n = banyak item
S = standar deviasi tes
Kriteria reliabilitas dengan batasan :
0 ≤ r11 ≤ 0,20 = sangan rendah
0,20 ≤ r11 ≤ 0,39 = rendah
0,39 ≤ r11 ≤ 0,59 = cukup
0,59 ≤ r11 ≤ 0,79 = tinggi
0,79 ≤ r11 ≤ 1,00 = sangat tinggi
Untuk uji reliabilitas angket, dimana jawaban bisa lebih dari satu
digunakan koefisien alpha dengan persamaan sebagi berikut :
÷÷
ø
ö
çç
è
æ å-÷
øö
çèæ
-=
ss
2
1
2
111
1b
kk
r ............................................................................( 2 )
r11 = reliabilitas tes
101
k = jumlah soal
s 2
b = jumlah varian dari skor soal
s 2
1 = jumlah varian dari skor total
Untuk melakukan uji reliabilitas tersebut penulis menggunakan sotware
anates versi 14.0. Hasil uji reliabilitas terhadap instrument tes prestasi belajar
menggunakan software tersebut memberikan hasil sebagai berikut: KorelasiXY=
0,77 dan Reliabilitas Tes = 0,87. Dari hasil uji reliabilitas tersebut diperoleh
informasi, bahwa instrument tes prestasi termasuk tinggi.
3. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal
Taraf kesukaran (P) item soal dihitung dengan persamaan 3 sebagai
berikut.
JSB
P = .......................................................................................................(3)
dimana, B = banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa
Taraf kesukaran diklasifikasikan ke dalam kriteria :
1) soal dengan P = (0,10 sampai dengan 0,30) adalah soal sukar
2) soal dengan P = (0,31 sampai dengan 0,70) adalah soal sedang
3) soal dengan P = (0,71 sampai dengan 1,00) adalah soal mudah
4) soal dianggab baik jika memiliki taraf kesukaran sedang (0,31 ≤ P ≤ 0,70)
Penulis menggunakan software Anates versi 4.0 untuk menghitung derajad
kesukaran tersebut. Dari 50 item instrument tes prestasi belajar yang diuji
cobakan, dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu sangat mudah sebanyak 11 item,
mudah sebanyak 15 item, sedang sebanyak 15 item, sukar sebanyak 4 item, dan
102
sangat sukar sebanyak 5 item. Berdasarkan derajad kesukarannya ditentukan
sebanyak 40 item yang digunakan, ditentukan dari 2 item sangat mudah, 15 item
mudah, 15 item sedang, 4 item sukar, dan 4 item sangat sukar.
4. Uji Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda (D) soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang
memiliki kemampuan rendah (kurang pandai). Untuk menghitung daya beda soal
pada penelitian ini digunakan persamaan 4.
BA
BA
JJ
BBD
--
= ,.......................................................................................................(4)
keterangan :
JA = banyaknya peserta kelompok atas (27½ dari jumlah sampel
JB = banyaknya peserta kelompok bawah (27½ % dari jumlah sampel)
BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB =banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Butir soal yang baik adalah yang memiliki indeks daya beda antara 0,4
sampai dengan 0,7.
Penulis menggunakan software Anates versi 4.0 untuk menghitung daya
pembeda. Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, ke 40 item yang diujicobakan
dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu, jelek sebanyak 7 item, cukup sebanyak 8
item, baik sebanyak 12 item, baik sekali sebanyak 3 item
103
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang
diajukan. Dalam penelitian ini digunakan teknik anava dua jalan dengan frekuensi
isi sel tidak sama. Untuk dapat menggunakan analisis Anava maka sebelumnya
harus dilakukan uji prasyarat analisis.
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal pada penelitian ini menggunakan Metode Lilieforce, dengan hipotesis:
1). H0,N (sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal) dan H1,N
(sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal). Untuk pengujian
hipotesis digunakan persamaan 5.
( ) ( )ii zSzF -=max0L ............................................................................(5)
dengan ( ) ( )iii
i zzPzF,s
XXz £=
-= .............................................................(6)
S(zi) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi
2). Taraf signifikansi, α = 5%
3). Keputusan uji
L0 < Ltabel = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
L0 ≥ Ltabel = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau
tidak digunakan Metode Barlett :
104
1). Hipotesis
H0,H : σ12 ≠ σ2
2 atau σ12 ≠ σ3
2 atau σ22 ≠ σ3
2 atau σ22 ≠ σ4
2 .... (populasi tidak
homogen). H1,H : σ12 = σ2
2 = σ32 = σ4
2 (populasi homogen)
( )[ ]å-= 2jjerr
2 SlogfMSlogfc303,2
x ..........................................................(7)
úúû
ù
êêë
é-
-+= å f
1f1
)1k(31
1cj
................................................................................(8)
åå=
f
SSMS f
err ....................................................................................................(9)
å å-=j
jj n
xxSS 2 ...........................................................................................(10)
j
j2
n
SSS = ............................................................................................................(11)
dengan k = cacah sampel
f = derajat kebebasan untuk MSerr = N – k
j = 1, 2, 3, ..., k
nj = cacah pengukuran pada sampel k – j
N = cacah semua pengukuran
2). Daerah kritik, DK = k – 1 ; 0,05
3). Keputusan uji
Ho diterima jika 50,0αuntukxx tabel2
hitung2 =>
Ho ditolak jika 50,0αuntukxx tabel2
hitung2 =£
105
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Anava
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui apakah hiptesis yang
telah diajukan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis tersebut
menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan variasi 2 x 2 x 2 dan sel tidak sama.
Dalam pegujian hipotesis ini diasumsikan populasi berdistribusi normal,
homogen, sampel dipilih secara acak, variabel yang terikat berskala pengukuran
interval, sedangkan variabel bebas berskala nominal.
b. Model
Xijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk ............................................................(12)
Dimana Xijk : inkuiri pada subjek ke-k di bawah faktor pertama kategori ke-i
dan faktor kedua kategari ke-j.
X : variabel terikat
i : 1, 2, 3, ..., p p = banyaknya baris
j : 1, 2, 3, ..., q q = banyaknya kolom
k : 1, 2, 3, ..., n n = banyaknya data amatan
µ : rerata dari seluruh data amatan
αi : efek faktor satu kategori i terhadap Xijk
βj : efek faktor dua kategori j terhadap Xijk
(αβ)ij : kombinasi efek faktor satu dan dua terhadap Xijk
εijk : kesalahan pada Xijk
106
c. Hipotesis
1). Pengaruh pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan media lab vrituil dan lab riil terhadap prestasi belajar siswa.
H0,A : Tidak ada pengaruh anatara pembelajaran biologi dengan metode
inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil dan lab riil terhadap
prestasi belajar siswa.
H1,A : Ada pengaruh antara pembelajaran biologi dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan lab vrituil dan lab riil terhadap prestasi
belajar siswa.
2). Pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa
H0,B : Tidak ada pengaruh antara gaya belajar kategori visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar siswa.
H1,B : Ada pengaruh antara gaya belajar kategori visual dan kinestetik
terhadap prestasi belajar siswa.
3). Pengaruh sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa
H0,C : Tidak ada pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa.
H1,C : Ada pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa.
4). Interaksi antara metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil dan lab riil
dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.
107
H0,AB : Tidak ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab vrituil dan lab riil dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar siswa.
H1,AB : Ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing menggunakan
lab vrituil dan lab riil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
5). Interaksi antara metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil dan lab riil
dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
H0,AC : Tidak ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab vrituil dan lab riil dengan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa.
H1,AC : Ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing menggunakan
lab vrituil dan lab riil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
6). Interaksi antara gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
H0,BC : Tidak ada pengaruh interaksi antara gaya belajar dan sikap ilmiah
terhadap prestasi belajar siswa.
H1,BC : Ada pengaruh interaksi antara gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa.
7). Interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
lab vrituil dan lab riil, gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
H0,ABC : Tidak ada pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan metode
inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil dan lab riil, gaya belajar
dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
108
H1,ABC : Ada pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan lab vrituil dan lab riil, gaya belajar dan
sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
d. Komputasi
1). Rancangan anava tiga jalan isi sel tidak sama.
Tabel 3. 3. Data Rancangan Anava tiga jalan isi sel tidak sama
A1 A2
B1 B2 B1 B2
C1 A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2
C2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
Menurut tabel 3. 3. di atas dapat dijelaskan bahwa sel A1B1C1 merupakan
letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran biologi
dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil untuk siswa yang
memiliki gaya belajar visual dan sikap ilmiah tinggi. Sel A1B1C2 merupakan letak
data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran biologi
dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil untuk siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik dan sikap ilmiah Rendah. Sel A1B2C1 merupakan
letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan pembelajaran biologi
dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil untuk siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik dan sikap ilmiah tinggi. Sedangkan sel A1B2C2
merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan
109
pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil
untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan sikap ilmiah rendah.
Sel A2B1C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh
perlakuan pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan
lab riil untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual dan sikap ilmiah tinggi. Sel
A2B1C2 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan
pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil
untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual dan sikap ilmiah rendah. Sel
A2B2C1 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan
pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil
untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan sikap ilmiah tinggi. Sel
A2B2C2 merupakan letak data prestasi belajar siswa yang memperoleh perlakuan
pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil
untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan sikap ilmiah rendah.
2). Komponen Jumlah Kuadrat
( )N
GpqrG 22
1 == ..................................................................................................(13)
( ) å=ijk
ijkX 22 ...............................................................................................(14)
( )qr
Ai2
3S
....................................................................................................(15)
( )pr
B j2
4S
...................................................................................................(16)
( )pq
Ck2
5S
...................................................................................................(17)
110
( )r
ABij2)(
6S
............................................................................................(18)
( )q
ACik2)(
7S
= .......................................................................................(19)
( )p
BC jik2)(
8S
= .......................................................................................(20)
( ) 2)(9 ijkABCS= ......................................................................................(21)
3). Jumlah kuadrat (Sum Square)
( ) ( ){ }13nJK hA -= ...................................................................................(22)
( ) ( ){ }14nJK hB -= ................................................................................(23)
( ) ( ){ }15nJK hC -= ................................................................................(24)
( ) ( ) ( ) ( ){ }1346nJK hAB +--= ..............................................................(25)
( ) ( ) ( ) ( ){ }1357nJK hAC +--= .................................................................(26)
( ) ( ) ( ) ( ){ }1458nJK hBC +--= .................................................................(27)
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ){ }13456789nJK hABC -+++---= ................................(28)
JKG = (2)..............................................................................................(29)
JKT = JKa + JKb + JKc + JKab + JKac + + JKbc + JKabc + JKg..............(30)
4). Derajat Kebebasan (Degree of Freedom)
dkA = p – 1.............................................................................................(31)
dkB = q – 1 ..........................................................................................(32)
dkC = r – 1 ...........................................................................................(33)
dkAB = (p – 1) (q – 1) ............................................................................(34)
dkAC = (p – 1)(r – 1)...............................................................................(35)
111
dkBC = (q – 1)(r – 1)...............................................................................(36)
dkABC = (p – 1)(q – 1)(r – 1).................................................................(37)
dkG = N – pqr........................................................................................(38)
dkT = N – 1 ...........................................................................................(39)
5). Rerata Kuadrat (Mean Square)
dkAJKA
RKA = ......................................................................................(40)
dkBJKB
RKB = ......................................................................................(41)
dkCJKC
RKC = ......................................................................................(42)
dkABJKAB
RKAB = ......................................................................................(43)
dkACJKAC
RKAC = ...............................................................................(44)
dkBCJKBC
RKBC = ...............................................................................(45)
dkABCJKABC
RKABC = .............................................................................(46)
dkGJKG
RKG = ......................................................................................(47)
6). Statistik Uji
RKGRKA
Fa = ............................................................................................(48)
RKGRKB
Fb = .........................................................................................(49)
112
RKGRKC
Fc = ..........................................................................................(50)
RKG
RKABFab = .........................................................................................(51)
RKG
RKACFac = ..........................................................................................(52)
RKG
RKBCFbc = ..........................................................................................(53)
RKG
RKABCFabc = .....................................................................................(54)
7). Daerah Kritik
DKa = { F│Fa ≥ Fα; p – 1; N – pqr }..............................................................(55)
DKb = { F│Fb ≥ Fα; q – 1; N – pqr }..............................................................(56)
DKc = { F│Fc ≥ Fα; r – 1; N – pqr }...............................................................(57)
DKab = { F│Fab ≥ Fα; (p – 1)(q – 1) ; N – pqr }...................................................(58)
DKac = { F│Fac ≥ Fα; (p – 1)(r – 1); N – pqr }....................................................(59)
DKbc = { F│Fbc ≥ Fα; (q – 1)(r – 1); N – pqr }...................................................(60)
DKabc = { F│Fabc ≥ Fα; (p – 1)(q – 1)(r – 1); N – pqr }..........................................(61)
8). Keputusan Uji
H0,A ditolak jika Fa ≥ Fα; (p – 1); N – pqr
H0,B ditolak jika Fb ≥ Fα; (q – 1); N – pqr
H0,C ditolak jika Fc ≥ Fα; (r – 1); N – pqr
H0,AB ditolak jika Fb ≥ Fα; (p – 1)(q – 1); N – pqr
H0,AC ditolak jika Fb ≥ Fα; (p – 1)(r – 1); N – pqr
H0,BC ditolak jika Fb ≥ Fα; (q – 1)(r – 1); N – pqr
H0,ABC ditolak jika Fb ≥ Fα; (p – 1)(q – 1)(r – 1); N – pqr
113
9). Rangkuman Analisis
Tabel : 3. 4. Letak Hasil Rangkuman Analisis Variansi
Sumber variasi JK Dk RK Fobs P
Efek utama
Kolom (A)
Baris (B)
Baris (C)
Interaksi AB
Interaksi AC
Interaksi BC
Interaksi ABC
Error/galat
JKa
JKb
JKc
JKab
JKac
JKbc
JKabc
JKg
P – 1
q – 1
r – 1
(p – 1)(q -1)
(p – 1)(r – 1)
(q – 1)(r – 1)
(p-1)(q-1)(r-1)
N – pqr
RKa
RKb
RKc
RKab
RKac
RKbc
RKabc
RKg
Fa
Fb
Fc
Fab
Fac
Fbc
Fabc
Fg
< α atau > α
< α atau > α
< α atau > α
< α atau > α
< α atau > α
< α atau > α
< α atau > α
-
Total JKt N – 1 - - -
(Soehardjo, 2002:63-65) Dalmudi, 2004)
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil
variansi menunjukkan bahwa hipoteisi nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini
adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris,
dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah terdapat rerata
yang berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode Komparansi Ganda
dengan Uji Scheffe. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat k
perlakuan, maka ada 2
1)k(k - pasangan rataan.
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparansi tersebut.
114
H0,AS : µA1 = µA2 Tidak ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran biologi
dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil
dan lab riil terhadap prestasi belajar siswa.
H1,AS : µA1 ≠ µA2 Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran biologi
dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil
dan lab riil terhadap prestasi belajar siswa.
H0,BS : µB1 = µB2 Tida ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar visual dan
kinestetik terhadap prestasi belajar siswa.
H1,BS : µB1 ≠ µB2 Ada perbedaan pengaruh antara gaya belajar visual dan
kinestetik terhadap prestasi belajar siswa.
H0,CS : µC1 = µC2 Tida ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa.
H1,CS : µB1 ≠ µB2 Ada perbedaan pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa.
c. Menentukan tingkat signifikansi α (taraf signifikansi yang dipilih sama dengan
taraf signifikansi pada uji analisis variansi)
d. Mencari statistik uji F dengan menggunakan persamaan Ferguson sebagai
berikut: ( )
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
kjerr
kjkj
nnMS
XXF
11
2
dengan keterangan :
jkegrupsampelrerata -=jX
kkegrupsampelrerata -=kX
nj = cacah inkuiri pada grup ke-j
nk = cacah inkuiri pada grup ke-k
115
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil prestasi belajar
pada ranah kognitif. Data prestasi belajar diperoleh dari kelas yang menggunakan
metode pembelajaran inkuiri terbimbing melalui lab riil dan virtuilab ditinjau dari
sikap ilmiah dan Gaya Belajar Siswa.
1. Deskripsi Data Prestasi Belajar
Data penelitian adalah nilai hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa
pada ranah kognitif. Setelah diberikan pembelajaran dengan metode pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan lab riil dan lab vrituil dan dilakukan evaluasi melalui
tes prestasi belajar diperoleh data, kelompok siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing lab riil memperoleh rata-rata nilai 77,50,
dengan simpangan baku 10,33, nilai terendah 60,00 dan nilai tertinggi 100,
sedangkan untuk siswa yang diberi pembelajaran inkuiri terbimbing dengan lab
vrituil memperoleh rata-rata nilai 76,30 dengan simpangan baku 9,78 dengan nilai
terendah 57 dan nilai tertinggi 97.
Nilai rerata hasil prestasi belajar yang diperoleh untuk kedua model
laboratorium yang digunakan sangat bervariasi. Rerata hasil prestasi belajar
tertinggi adalah kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi dengan gaya belajar
kinestetik yang diberikan pembelajaran dengan lab riil yaitu 92,45, sedangkan
nilai rerata terendah adalah dari kelompok siswa dengan sikap ilmiah rendah gaya
96
116
belajar kinestetik dengan lab virtuil,yaitu 61,2. Rerata prestasi belajar
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rerata Prestasi Belajar
Sikap ilmiah tinggi Sikap ilmiah rendah
Visual Kinestetik Visual Kinestetik
Lab riil 81.29 92.45 67.25 72.4 Inkuiri
Lab virtual 76,59 84.6 66.6 61,2
Sebaran siswa per kelompok prestasi belajar bervariasi. Data hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengelompokan terbanyak adalah siswa dengan
sikap ilmiah tinggi dan gaya belajar visual sebanyak 39 orang, sedangkan
pengelompokan terendah adalah siswa dengan sikap ilmiah rendah dengan gaya
belajar visual sebanyak 5 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah Sebaran Siswa per Kelompok
Sikap ilmiah tinggi Sikap ilmiah rendah
Visual Kinestetik Visual Kinestetik
Lab riil 35 11 24 10 Inkuiri
Lab virtual 39 25 11 5
117
2. Data Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Data distribusi frekuensi hasil penelitian menunjukkan sebaran per skor
prestasi belajar yang diperoleh setelah melakukan proses pembelajaran.
Perbandingan distribusi frekuensi prestasi belajar siswa pada lab riil dapat dilihat
pada tabel 4. 3 di bawah ini.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa menggunakan lab riil
No Kelas interval Nilai tengah Frekuensi % frekuensi
1 55 – 60 57 7 8,75 2 61 - 65 63 12 15 3 66 – 70 68 6 7,5 4 71 – 75 73 24 30 5 76 – 80 78 8 10 6 81 – 85 83 10 12,5 7 86 – 90 88 3 3,75 8 91 – 95 93 9 11,25 9 96 – 100 97 1 1,25 80 100
Dari data tabel 4. 3 dapat disimpulkan bahwa prosentasi frekuensi tertinggi
sebesar 30 % yaitu pada kelas interval 71 -75. Sedangkan frekuensi terendah
sebesar 1,25 % yaitu pada interval 96 -100. Untuk lebih jelasnya berikut ini
disajikan bentuk histogram yang diperoleh dari data distribusi frekuensi prestasi
belajar siswa menggunakan lab riil. Perhatikan gambar 4.1 . Dari data distribusi
frekuensi tersebut selanjutnya digunakan sebagai data untuk melakukan uji
normalitas dan uji homogenitas sampel.
118
10090807060
25
20
15
10
5
0
PRESTASI BELAJAR
Fre
qu
en
cy
Mean 77.5StDev 10.33N 80
Histogram of PRESTASI BELAJARNormal
Gambar 4.1. Histogram prestasi belajar kelompok lab riil
Perbandingan distribusi frekuensi prestasi belajar siswa pada lab virtuil dapat
dilihat pada tabel 4. 4. dibawah ini.
Tabel 4. 4 .Distribusi prestasi belajar siswa menggunakan lab virtuil
No Kelas interval Nilai tengah Frekuensi % frekuensi
1 55 – 60 57 1 1,25
2 61 - 65 63 12 15
3 66 – 70 68 4 5
4 71 – 75 73 37 46,25
5 76 – 80 78 11 13,75
6 81 – 85 83 6 7,5
7 86 – 90 88 5 6,25
8 91 – 95 93 4 5
80 100
Dari tabel 4.4 dapat dilihat frekuensi tertinggi sebesar 46, 25 % terdapat
pada interval 71 -75. frekuensi terenda sebesar 1, 25 % terdapat pada interval 55 –
60.
119
968880726456
20
15
10
5
0
PRESTASI BELAJAR
Fre
qu
en
cy
Mean 76.3StDev 9.779N 80
Histogram of PRESTASI BELAJARNormal
Gambar 4.2. Histogram prestasi belajar kelompok lab vrituil
Bila dibandingkan frekuensi tertinggi antara pembelajaran
menggunakan lab riil dengan lab virtuil, ternyata terletak pada interval yang sama
yaitu 71 -75. Tetapi frekuensi terendah pada masing – masing sampel berbeda.
Sehingga hasil akhir berupa rerata prestasi juga menunjukkan angka berbeda.
Pada Gambar 4.1. terlihat bahwa pada kelompok siswa dengan
pembelajaran metode inkuiri terbimbing dengan lab riil prestasi belajar tersebar
dari skor 57 sampai dengan 100,00 dan skor terbanyak terdistribusi pada skor 77
(20) pada standar deviasi 10,33, sedangkan dengan metode inkuiri terbimbing lab
vrituil tersebar dari skor 57,00 sampai dengan 97,00 dan skor terbanyak
terdistribusi pada 77,00 (18) pada standar deviasi 9,779.
Data prestasi belajar siswa yang dipeloreh dari tes kognitif bila
dikategorikan ke dalam kelompok siswa dengan sikap ilmiah tinggi dan siswa
dengan sikap ilmiah rendah diperoleh data seperti tertulis pada tabel 4.5 dan tabel
4.6. Data frekuensi hasil belajar siswa dengan sikap ilmiah tinggi sebesar 43,64
120
terletak pada interval 76 – 82, sedangkan yang terendah sebesar 1, 82% pada
interval 60 – 67. Frekuensi terbesar prestasi belajar siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah adalah 38 %, terletak pada interval 61 – 67, sedangkan yang terkecil
10 % pada interval 76 – 82.
Perbedaan sikap ilmiah yang dimiliki siswa ternyata juga memberi
dampak yang berbeda terhadap prestasi belajar yang diperoleh. Berikut ini
disajikan distribusi frekuensi prestasi belajar pada masing – masing sikap. Tabel
4.5 untuk distribusi frekuensi bagi siswa dengan sikap ilmiah tinggi, sedangkan
tabel 4.6 untuk siswa dengan sikap ilmiah rendah.
Tabel 4. 5 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi
No Kelas interval Nilai tengah Frekuensi % frekuensi
1 60 - 67 57 2 1,82
2 68 - 75 63 18 16,36
3 76 - 82 68 48 43,64
4 83 - 90 73 25 22,73
5 91-97 78 14 12,73
6 98 - 100 83 3 2,73
110 100,00
Tabel 4. 6 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah
No Kelas interval Nilai tengah Frekuensi % frekuensi
1 55 – 60 57 16 32 2 61 - 67 64 19 38 3 68 - 75 71 10 20 4 76 - 82 79 5 10 50 100
121
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi yang diperoleh dapt diperjelas
kedalam bentuk histogram pada gambar 4.3 dan 4.4. Dari histogram tersebut dapat
dibandingkan dengan hasil prestasi belajar siswa ditinjau dari sikap ilmiah yang
dimiliki juag berdasarkan gaya belajarnya.
Gambar 4.3. Hasil belajar siswa ditinjau dari sikap ilmiah
Gambar 4.3 : Histogram prestasi belajar ditinaju dari sikap ilmiah
Keterangan : R = Sikap Ilmiah Rendah
T = Sikap Ilmiah Tinggi
Tabel 4. 7 . Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik
No Kelas interval Nilai tengah Frekuensi % frekuensi
1 60 - 67 64 5 9,80
2 68 - 75 71 13 25,49
3 76 - 82 79 21 41,18
4 83 - 90 86 10 19,61
5 91 -97 94 1 1,96
6 98 - 100 99 1 1,96
51 100,00
97 .590 .082 .575 .067 .560.052 .5
30
25
20
15
10
5
0
97 .590.082 .575.067 .560.052.5
R
PRESTA SI
Fre
qu
en
cy
TMean 66.88StDev 6.298N 50
R
Mean 81.45StDev 7.895N 110
T
Histogram of PRESTASINormal
Panel variable: S IKAP ILMIAH
97 .590 .082 .575 .067 .560 .052 .5
122
Tabel 4.8 .Ditribusi prestasi belajar siswa dengan gaya belajar visual No Kelas interval Nilai tengah Frekuensi % frekuensi
1 60 – 67 64 22 20,18
2 68 – 75 71 27 24,77
3 76 – 82 79 48 44,04
4 83 – 90 86 10 9,17
5 91 -97 94 2 1,83
109 100
Gambar 4.4. Hasil belajar siswa ditinjau dari Gaya Belajar
Keterangan : K = gaya belajar Kinestetik
V = gaya belajar Visual
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian prasyarat analisis yang dilakukan dalam penelitian
menggunakan software program MinitabV.15. Statistik yang digunakan adalah
Analisis Variansi ( Anava ) tiga jalan. Jika syarat normal dan homogen maka
105.097.590.082.575.067.560.0
3 0
2 5
2 0
1 5
1 0
5
0
105.097.590.082.575.067.560.0
K
PRESTA SI
Fre
qu
en
cy
VM ean 82.14S tD ev 10.42N 51
K
M ean 74.45S tD ev 8.903N 109
V
Histogram of PR ES TAS INorm a l
Pane l var iable : GAYA BELA JAR
105.097.590.082.575.067.560.0
PREST
123
analisis dapat dilanjutkan. Untuk itu maka dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas yang hasilnya seperti disajikan di bawah ini.
1. Uji Normalitas
Dalam melakukan uji normalitas populasi, penulis menggunakan metoda
Ryan-Jonner. Data distribusi frekuensi data awal siswa diklasifikasikan dalam
tabel 4. 9 dibawah ini.
Tabel. 4. 9. Distribusi frekuensi data awal siswa
No Kelas interval
Nilai tengah Frekuensi % frekuensi
1 46 - 54 50 4 2,5 2 55 -60 57 14 8,75 3 61 - 66 64 31 19,375 4 67 - 72 70 57 35,625 5 73 -78 76 19 11,875 6 79- 84 82 17 10,625 7 85 - 90 87 18 11,25 160 100
Hasil uji normalitas data prestasi belajar dengan menggunakan metode
inkuiri terbimbing lab riil dan lab vrituil terhadap sikap ilmiah dan gaya belajar
dapat disimpulkan bahwa sampel berdistribusi normal dapat dilihat pada grafik
Gambar 4.5. Gambar 4.6 dan Gambar 4.7
124
90847872666054
60
50
40
30
20
10
0
DATA AWAL
Fre
qu
en
cy
Mean 71.75StDev 9.353N 160
Histogram of DATA AWALNormal
Gambar 4.5 Histogram data awal siswa
100908070605040
99.9
99
9590
80706050403020
10
5
1
0.1
DATA AWAL
Pe
rce
nt
Mean 71.75StDev 9.353N 160RJ 0.994P-Value >0.100
Probability Plot of DATA AWALNormal
Gambar 4.6. Grafik Normalitas Kemampuan awal siswa
125
110100908070605040
99.9
99
95
90
80706050403020
10
5
1
0.1
PRESTASI
Pe
rce
nt
Mean 76.9StDev 10.04N 160RJ 0.994P-Value >0.100
Probability Plot of PRESTASINormal
Gambar 4.7. Grafik Normalitas Prestasi Belajar
Hasil uji normalitas tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik probabilitas,
yang disertai hasil perhitungan statistik dan nilai Ryan-Jonner (RJ) = 0,994 serta
p-Value > 0,100 yang merupakan konversi dari nilai RJ. P-value inilah yang
digunakan untuk menentukan daerah penolakan hipotesis nihil (H0). Dengan nilai
a = 0,05, dan p-value > 0,1000; berarti p-value > a, maka diputuskan populasi
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Dalam melakukan uji homogenitas populasi, penulis menggunakan Test
for Equal Variances dengan Benferroni Confidence Interval (F-Test) dan Levene’s
Test dengan menggunakan data Prestasi Belajar. Uji homogenitas dilakukan
antara prestasi dengan metode pembelajaran , sikap ilmiah dan gaya belajar. Pada
taraf signifikansi a = 5% ( 0,05) dengan p-value 0,108 (Bartlett’s Test) atau 0,321
126
(Levene’s Test) > a (0,05), dengan p-value > a, maka diputuskan : H0 : Populasi
tidak homogen ditolak, atau dengan kata lain populasi adalah homogen. Dengan
terpenuhinya Prasyarat Analisis maka uji selanjutnya, yaitu Uji Analisis Variansi
dapat dilakukan.
INK-LAB SKP ILM GY BLJ
VIRTUIL
RILL
T
R
T
R
V
K
V
K
V
K
V
K
252015105095% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
Test Statistic 11.79P-Value 0.108
Test Statistic 1.17P-Value 0.321
Bartlett's Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for PRESTASI
Gambar 4.8. Test for Equal Variances for Prestasi
C. Uji Hipotesis
1. Analisis Variansi Data Prestasi
Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran, sikap ilmiah dan gaya
belajar memberikan pengaruh atau tidak kepada prestasi belajar siswa dapat
dilakukan dengan analisis variansi. Komputasi untuk analisis variansi data prestasi
menggunakan software Minitab versi 15, Hasil berupa tabel yang dapat dilihat
berikut ini.
127
Tabel 4.10. Hasil Analisis Variansi Prestasi Belajar Siswa
Source DF Seq ss Adj SS
Adj
MS F P
Keputusan
uji
Inkuiri-lab 1 57,6 973,4 973,4 26,76 0,000 Ho Ditolak
Sikap ilmiah 1 8097 7353.4 7353,4 202,14 0,000 Ho Ditolak
Gaya belajar 1 2187,8 1442,5 1442,5 39,65 0,000 Ho Ditolak
Inkuiri-lab*skp ilm 1 2,1 1,0 1,0 0,03 0,869 Ho Diterima
Inkuiri-lab*gy blj 1 5,4 12,6 12,6 0,35 0,557 Ho Diterima
Sikap ilmiah*gy blj 1 141,2 122,9 122,9 3,38 0,068 Ho diterima
Inkuiri-lab*sikap
ilm*gy blj 1 17,9 17,9 17,9 0,49 0,484
Ho Diterima
error 152 5529,4 5529,4 36,4
Total 159 16038,4
Berdasarkan hasil Uji Analisis Variansi dengan GLM menunjukkan bahwa
p-value pada Metode pembelajaran 0,000 ; sikap ilmiah 0,000 dan Gaya Belajar
0,000. Hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memutuskan penolakan
Hipotesis null penelitian sebagai berikut :
H01 : tidak ada pengaruh penggunaan metode inkuiri terbimbing menggunakan
lab vrituil dan lab riil terhadap prestasi belajar, ditolak.
H02 : tidak ada pengaruh tipe Gaya Belajar terhadap prestasi belajar, ditolak.
H03 : tidak ada pengaruh tingkat sikap ilmiah terhadap prestasi belajar, ditolak.
Adapun nilai p-value interaksi metode pembelajaran dengan sikap ilmiah
0,869; Metode pembelajaran dengan Gaya Belajar 0,557; sikap ilmiah dengan
Gaya Belajar 0,068 dan metode pembelajaran dengan sikap ilmiah maupun gaya
128
belajar 0,484 sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang Hipotesis null
penelitian sebagai berikut :
H012 : tidak ada interaksi penggunaan metode pembelajaran dengan sikap ilmiah
pada materi jaringan tumbuhan, tidak ditolak.
H013 : tidak ada interaksi penggunaan metode pembelajaran dengan gaya belajar
tidak ditolak.
H023 : tidak ada interaksi penggunaan sikap ilmiah dengan gaya belajar, tidak
ditolak.
H0123 : tidak ada interaksi penggunaan metode pembelajaran dengan sikap
ilmiah maupun gaya belajar, tidak ditolak
2. Uji lanjut Anava
Setelah dilakukan uji analisis varians maka tahapan selanjutnya adalah uji
lanjut anava yang menggunakan iju komparasi ganda dengan metode Scheffe. Uji
komparasi ganda bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan
baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel yang memiliki Ho ditolak.
D. Pembahasan
1. Hipotesis Pertama
Pada penelitian ini hipotesis pertama dinyatakan bahwa H0,A Tidak ada
pengaruh antara pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab vrituil dan lab riil terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan
129
H1,A ada pengaruh antara pembelajaran biologi dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab vrituil dan lab riil terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil uji General Linier Models (GLM) diperoleh P = 0,000.
Nilai P < taraf signifikansi 5% ( a = 0,05) hipotesis tidak ditolak, artinya adalah
ada pengaruh metoda terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan uji GLM
tersebut dapat diperoleh hasil pembelajaran biologi dengan metode inkuiri
terbimbing menggunakan lab riil rerata prestasi belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lab vrituil.
Biologi adalah salah satu ilmu sains yang dalam proses pembelajarannya
diperlukan kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal
dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan
antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan
spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara
operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol
variable dan melakukan eksperimen.
Berdasarkan hasil rerata yang diperoleh pembelajaran biologi dengan
metode inkuiri terbimbing menggunakan lab riil memberikan pengaruh yang
signifikan (77.50) dibandingkan dengan inkuiri terbimbing menggunakan lab
vrituil (76,30). Hal ini disebabkan karena inkuiri terbimbing menggunakan lab
riil lebih konkret yang membawa siswa ke keadaan sebenarnya sehingga
memudahkan siswa untuk mempelajari materi dari tingkat sel, jaringan, organ
maupun sistem organ.
130
Untuk mengetahui model pembelajaran mana yang lebih berpengaruh
dilakukan uji lanjut anava atau analisys of means seperti dalam gambar 21.
VIRTUILRILL
79
78
77
76
75
INK-LAB
Mea
n
76.9
75.330
78.470
One-Way Normal ANOM for PRESTASIAlpha = 0.05
Gambar 4.9. Grafik Pengaruh Metode pembelajaran terhadap Prestasi
Pengaruh inkuiri terbimbing menggunakan lab riil terhadap prestasi belajar
cukup signifikan, karena dalam pembelajaran dengan lab riil siswa dapat
mengenali langsung obyek – obyek yang diamati . Dengan demikian konsep –
konsep yang diperoleh menjadi lebih bermakna dan lebih melekat dalam diri
siswa. Obyek belajar berupa materi konkret, nyata, dan ada dilingkungan siswa
sehari – hari. Prestasi belajar inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil tidak
signifikan, disebabkan media dalam pembelajaran ini tidak konkret atau nyata.
Meskipun secara visual media ini memiliki keunggulan dalam kelengkapan isi
materi, tetapi gambaran yang tidak konkret menjadi penghambat bagi
pembentukan konsep pada diri siswa. Siswa usia 12-14 tahun memasuki tahapan
operasional konret, sehingga pada tahap ini siswa lebih mudah menerima konsep
dari obyek yang konkret.
131
” Secara alamiah proses berpikir dalam menemukan makna sesuatu itu
bersifat kontekstual dalam arti ada kaitannya dengan pengetahuan dan
pengalaman yang telah mereka miliki (siswa) memiliki (ingatan), pengalaman,
respon ), oleh karenanya berpikir itu merupakan proses mencari hubungan untuk
menemukan makna dan manfaat pengetahuan tersebut “ ( Gafur, 2003 : 1) oleh
Prof. Dr. H. Suherli, M.Pd. ( 2009) dalam Model Pembelajaran Kontektual).
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis selanjutnya mengenai pengaruh antara gaya belajar terhadap
prestasi belajar. Dinyatakan bahwa H0,B Tidak ada pengaruh antara gaya belajar
kategori visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan H1,B Ada
pengaruh antara gaya belajar kategori visual dan kinestetik terhadap prestasi
belajar siswa. Berdasarkan uji GLM pada taraf signifikansi 5% ( a = 0,05 )
diperoleh harga P = 0,000 < 0,05 ; berarti gaya belajar ( visual dan kinestetik )
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Gaya belajar yang dimiliki siswa berbeda – beda, hal ini menyebabkan adanya
perbedaan cara siswa dalam menerima dan mengolah informasi. Dalam penelitian
ini digunakan media yang memfasilitasi siswa untuk menggali kemampuan
dirinya dalam membentuk konsep materi organisasi kehidupan. Sehingga
diharapkan media pembelajaran yang dipakai dapat memberi kontribusi kepada
siswa untuk mendapatkan prestasi yang maksimal. Untuk melihat pengaruh dari
gaya belajar dapat dilihat pada grafik analsys of mean berikut ini.
132
VK
84
82
80
78
76
74
GY BLJ
Mea
n
75.75
78.05
76.9
One-Way Normal ANOM for PRESTASIAlpha = 0.05
Gambar 4.10. Grafik Pengaruh gaya belajar terhadap Prestasi
Berdasarkan grafik di atas diperoleh hasil bahwa siswa dengan gaya
belajar kinestetik memiliki rerata prestasi belajar (82,00) lebih signifikan
dibandingkan dengan siswa dengan gaya belajar visual dengan rerata presrasi
(74,20). Berdasarkan rerata prestasi belajar tersebut di duga bahwa siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik akan lebih menyukai proses pembelajaran dengan
experiment di laboratorium riil daripada experiment secara virtual dengan bantuan
komputer.
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,
menyentuh, dan melakukan karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan
eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak
dan sentuhan sedangkan siswa dengan gaya belajar visual akan lebih
mementingkan visualisasi (penglihatan) dalam menyerap materi. Anak yang
mempunyai gaya belajar visual tidak harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi
muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka berpikir menggunakan
133
gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar.
Menurut hasil penelitian yang ditulis oleh Sandra L. Wilson-Hull (2002)
dalam jurnal elektronik diungkapkan “when learning styles are addressed,
students perform better academically”. Jika proses pembelajaran dilakukan
dengan memperhatikan gaya belajar maka hal tersebut akan meningkatkan
prestasi akademik siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Penelitian selanjutnya tentang pengaruh sikap ilmiah dengan prestasi
belajar. Dinyatakan bahwa H0,C tidak ada pengaruh antara sikap ilmiah tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan H1,C ada pengaruh antara
sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
Sikap ilmiah menurut uji GLM berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa dengan harga p-value < 0,05. Berdasarkan gambar 4.8. diperoleh
kesimpulan bahwa sikap ilmiah yang tinggi memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan sikap ilmiah rendah
memberikan pengaruh yang sangat kecil terhadap prestasi belajar siswa.
Menurut hasil penelitian Dirin ( 2008 ) Pascasarjana UNS dikemukakan
bahwa ”terdapat pengaruh sikap ilmiah kategori tinggi, sedang dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif”. Hal tersebut diatas diperkuat
dengan penelitian rahman firman yang menyimpulkan bahwa “Mahasiswa yang
sikap ilmiahnya tinggi cenderung prestasi akademiknya tinggi pula dan sikap
134
ilmiahnya rendah cenderung prestasi akademiknya rendah pula. Tetapi ada
beberapa pengecualian, hal ini karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain
seperti kecerdasan, minat, motivasi dan lain-lain”.
Sikap mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar
siswa, karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan dunianya dan
memberikan pedoman kepada prilaku yang dapat membantu dalam
menjelaskan konsep materi pembelajaran. Berdasarkan rerata prestasi belajar
siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang
tinggi akan memiliki kelancaran dalam berfikir sehingga siswa akan termotivasi
untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai
keberhasilan dan keunggulan.
TR
85
80
75
70
65
SKP ILM
Mea
n 76.01
77.7976.9
One-Way Normal ANOM for PRESTASIAlpha = 0.05
Gambar 4.11. Grafik Pengaruh sikap ilmiah terhadap Prestasi
135
4. Hipotesis Keempat
Penelitian menggunakan lab riil dan lab virtuil , hipotesis terhadap
interaksi kedua media tersebut dengan prestasi belajar dinyatakan sebagi berikut
H0,AB tidak ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab vrituil dan lab riil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa, sedangkan H1,AB ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab vrituil dan lab riil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar
siswa.
Hasil uji GLM menunjukkan harga P> 0,05 yang berarti bahwa antara
gaya belajar siswa dengan metode tidak terjadi interaksi. Ini dapat dipahami
bahwa dalam proses pembelajaran setiap siswa memiliki kemampuan untuk
beradaptasi terhadap metode pembelajaran yang diberikan sehingga dari hasil
penelitian ini didapatkan data bahwa tidak ada interaksi antara gaya belajar siswa
dengan metode pembelajaran. Walaupun tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran dengan gaya belajar siswa dari gambar 4.9 menunjukkan bahwa
prestasi belajar dapat dipengaruhi secara bersama-sama baik dengan
menggunakan metode maupun dari gaya belajar siswa.
136
VK
84
82
80
78
76
74
72
GAYA BELAJAR
Me
an
RILLVIRTUIL
INK-LAB
Interaction Plot for PRESTASIData Means
Gambar 4.12. Interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar
Berdasarkan gambar 4.9. terlihat bahwa untuk metode inkuiri terbimbing
dengan lab riil rerata prestasi belajar tertinggi dicapai oleh siswa dengan gaya
belajar kinestetik sedangkan untuk metode inkuiri lab vrituil rerata prestasi
tertinggi juga dicapai oleh siswa dengan gaya belajar kinestetik. Siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik akan mempunyai keinginan untuk beraktifitas
dan mengeksplorasikan kemampuannya sangat kuat. Semakin kuat untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki gaya
belajar visual yang berbasis penglihatan.
Materi oragnisasi kehidupan sangat abstrak sehingga diperlukan
pemahaman yang lebih konkret, oleh karena itu dalam proses pembelajaran lebih
baik dengan experiment dimana siswa dengan gaya belajar kinestetik akan lebih
mudah menyerap materi pelajaran karena siswa dengan gaya belajar kinestetik
lebih menekankan aspek gerak dan sentuhan, sehingga pesan atau informasi dapat
diserap lebih banyak. “ Gaya belajar merupakan kombinasi bagaimana cara yang
137
dilakukan sesorang dalam menyerap informasi dengan mudah. Dalam hal ini
mencakup factor – factor fisik, emosional, sosiologis dan kondisi lingkungan.
Sehingga gaya belajar dapat mempengaruhi sesorang dalam mengambil langkah –
langkah penting dalam diri seseorang untuk bisa belajar lebih cepat dan lebih
mudah” ( Bobbi DePoter,2008 )
5. Hipotesis Kelima
Hipotesis untuk mengetahui pengaruh interaksi antara metode
pembelajaran, media dad sikap ilmiah siswa dinyatakan sebagai berikut H0,AC
tidak ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing menggunakan lab
vrituil dan lab riil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.Sedangkan
H1,AC ada pengaruh interaksi antara metode inkuiri terbimbing menggunakan lab
vrituil dan lab riil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa
Hasil uji GLM menunjukkan harga P> 0,05 yang berarti bahwa antara
sikap ilmiah dengan metode pembelajaran tidak terjadi interaksi. Walaupun tidak
ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dari gambar 4.10.
menunjukkan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh sikap ilmiah.
138
TR
85
80
75
70
65
60
SIKAP ILMIAH
Me
an
RILL
VIRTUIL
INK-LAB
Interaction Plot for PRESTASIData Means
Gambar 4.13. Interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa
Berdasarkan gambar 4.10. terlihat bahwa siswa dengan sikap ilmiah tinggi
mendapatkan rerata prestasi yang tinggi untuk kedua jenis metode pembelajaran.
Ini dapat dijelaskan bahwa siswa dengan sikap ilmiah yang tinggi akan
termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk
mencapai keberhasilan dan keunggulan, sehingga dengan model belajar apapun
siswa-siswa dengan sikap ilmiah tinggi akan selalu berusaha untuk mendapatkan
prestasi yang tinggi.
Duri ( 2006) Unes dalam skripsinya yang berjudul pengaruh sikap ilmiah
terhadap prestai belajar, menghasilkan kesimpulan bahwa Ho penelitian yang
menyatakan tidak ada pengaruh antara sikap ilmiah siswa dengan prestasi belajar
sisa, ditolak. Artinya ada hubungan linier antara sikap ilmiah dan hasil belajar
siswa. Terbukti terdapat pengaruh signifikan pada siswa yang memiliki sikap
ilmiah tinggi dengan hasil belajarnya
139
6. Hipotesis Keenam
Hubungan antara gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
dinyatakan dalam bentuk hipotesis H0,BC tidak ada pengaruh interaksi antara gaya
belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan H1,BC ada
pengaruh interaksi antara gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar
siswa.
Uji GLM menunjukkan bahwa antara gaya belajar dan sikap ilmiah tidak
terjadi interaksi dengan diperoleh hasil analisis harga P=0,068. Siswa dengan
sikap ilmiah tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Begitu juga dengan siswa
dengan sikap ilmiah rendah prestasi belajarnyapun rendah di kedua gaya belajar.
VK
90
85
80
75
70
65
GAYA BELAJAR
Me
an
RT
ILMIAHSIKAP
Interaction Plot for PRESTASIData Means
Gambar 4.14. Interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa dengan sikap ilmiah tinggi dan
gaya belajar kinestetik memiliki rerata yang lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa dengan sikap ilmiah tinggi dan gaya belajar visual. Hal ini dapat dijelaskan
140
bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik akan lebih mudah memahami
pelajaran dengan mengajak siswa tersebut untuk mengeksplorasi lingkungan dan
tidak memaksa anak tersebut untuk duduk berjam-jam sehingga metode inkuiri
dengan lab riil dan lab vrituil ini sangat cocok untuk siswa yang memiliki gaya
belajar ini, dan dengan sikap ilmiah yang sangat tinggi siswa-siswa tersebut akan
lebih terpacu untuk mendapatkan prestasi belajar setinggi-tingginya.
7. Hipotesis Ketujuh
Hipotesis terakhir dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh interaksi antara metode pembelajaran menggunakan lab riil dan lab
virtuil ,gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar. H0,ABC tidak ada
pengaruh interaksi antara pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing
menggunakan lab vrituil dan lab riil, gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap
prestasi belajar siswa, sedangkan H1,ABC ada pengaruh interaksi antara
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing menggunakan lab vrituil dan lab
riil, gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.
Hasil uji GLM menunjukkan harga P=0,484 lebih besar dari 0,05; dapat
diartikan bahwa antara metode pembelajaran, sikap ilmiah dan gaya belajar tidak
terjadi interaksi. Berdasarkan gambar 4.12 terlihat bahwa dengan menggunakan
metode pembelajaran inkuiri terbimbing dengan lab riil prestasi belajar lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa dengan metode pembelajaran lab vrituil pada
semua tingkat sikap ilmiah.
141
TR VK
80
70
60
80
70
60
INK-LA B
SKP ILM
GY BLJ
RILLVIRTUIL
INK-LAB
RT
ILMSKP
Interaction Plot for PRESTASIData Means
Gambar 4.15. Interaksi antara media pembelajaran, sikap ilmiah dan gaya relajar Prestasi belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik dan sikap ilmiah
tinggi mendapatkan hasil lebih tinggi pada metode pembelajaran lab riil,
sedangkan pada metode pembelajaran virtual lab siswa dengan gaya belajar
kinestetik juga memperoleh hasil yang tinggi ini dapat dijelaskan siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik sangat peka dengan perasaan/emosi dan pada
emosi dengan sentuhan dan gerakan mereka juga akan belajar maksimal dalam
suatu kondisi dimana banyak keterlibatan fisik dan gerakan. Siswa dengan gaya
belajar ini biasanya mengulang pelajaran agar ingat dengan pelajaran tersebut
melalui latihan-latihan atau aktif di kelas.
Selain itu dengan sikap ilmiah tinggi yang dimilikinya, siswa-siswa ini
akan termotivasi untuk selalu mendapatkan hasil yang terbaik sehingga dari grafik
terlihat bahwa rerata siswa untuk yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan gaya
belajar kinestetik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan sikap ilmiah
tinggi gaya belajar visual.
142
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dikemukakan pada BAB IV, dapat
disimpulkan pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dengan
menggunakan lab riil dan lab virtuil dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ada pengaruh yang signifikan antara metode inkuiri terbimbing dengan lab riil
dan lab virtuil pada materi jaringan hewan. Dimana siswa yang diberi perlakuan
metode inkuiri terbimbing dengan menggunakan lab riil memberikan rerata
prestasi belajar yang lebih signifikan dibandingkan dengan lab virtuil.
Sikap ilmiah (tinggi dan rendah ) dapat berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa pada materi jaringan hewan. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah
tinggi menunjukkan hasil rerata prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding siswa
yang mempunyai sikap ilmiah rendah baik yang diberikan metode inkuri
terbimbing lab riil atau lab virtuil.
Gaya belajar siswa (visual dan kinestetik) juga dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada materi jaringan hewan. Siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik cenderung memberikan rerata prestasi belajar yang tinggi,
sedangkan siswa yang memiliki gaya belajar visual memberikan rerata prestasi
belajar kurang signifikan, baik yang yang diberikan metode inkuri terbimbing lab
riil atau lab virtuil. Kendala dalam penelitian ini adalah dalam menentukan gaya
belajar siswa. Dibutuhkan waktu yang cukup banyak untuk menentukan gaya
belajar siswa yang sesungguhnya
123
143
Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah siswa dengan yang diberikan
metode inkuri terbimbing lab riil atau lab virtuil pada materi jaringan hewan.
Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi rendah akan memberikan rerata
prestasi belajar yang sama walaupun diberi perlakuan dengan metode inkuri
terbimbing lab riil atau lab virtuil.
Tidak ada interaksi antara gaya belajar siswa dengan yang diberikan
metode inkuri terbimbing lab riil atau lab virtuil pada materi jaringan hewan.
Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik baik yang menggunakan yang
diberikan metode inkuri terbimbing lab riil atau lab virtuil memberikan rerata
prestasi belajar yang tinggi.
Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dengan gaya belajar siswa pada
materi jaringan hewan. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dengan gaya
belajar kinestetik memberikan rerata prestasi belajar yang tinggi sedangkan siswa
yang mempunyai sikap ilmiah rendah dengan gaya belajar visual akan
memberikan rerata prestasi rendah.
Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan gaya belajar siswa dengan
metode inkuri terbimbing lab riil atau lab virtuil pada materi jaringan hewan.
Siswa yang mempunyai sikap ilmiah tinggi dengan gaya belajar kinestetik akan
memberikan rerata prestasi belajar tinggi pada kedua metode.
B. Implikasi
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh, penelitian ini
memberikan implikasi sebagai berikut :
144
1. Secara Teori
a. Metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi organisasi kehidupan
lebih bermakna dengan menggunakan lab riil , karena siswa dapat mengamati
secara kontektual sehinnga menunjukkan prestasi relajar yang lebih
signifikan. Dalam proses pembelajaran siswa dihadapkan pada masalah
pemahaman konsep teoritis yang abstrak sehingga memerlukan suatu media
untuk memvisualisasikan materi yang abstrak tersebut menjadi konkret dengan
pembelajaran di laboratorium.
b. Dalam pembuatan skenario pembelajaran materi organisasi kehidupan perlu
diperhatikan karakteristik siswa. Sikap ilmiah dan gaya belajar yang dimiliki
siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sehingga dalam proses
pembelajaran guru perlu memperhatikan hal tersebut.
2. Secara Praktis
Apabila sarana pembelajaran dengan lab riil tidak dapat dilaksanakan
penggunaan lab virtual dapat menjadi pilihan untuk menyampaikan materi
organisasi kehidupan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian, sebagai perbaikan
dan peningkatan dalam pembelajaran kimia saran dari peneliti adalah :
1. Kepada pejabat pengambil keputusan
Perlu menggalakkan penggunaan metode pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan lab riil dan lab virtuil, karena terbukti secara signifikan dapat
145
meningkatkan prestasi belajar biologi pada pokok bahasan organisasi
kehidupan.
2. Kepada Pengajar
a. Bagi para guru SMP kelas VII yang akan melaksanakan pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing pada materi organisasi kehidupan lebih
mengutamakan menggunakan lab riil , karena dengan menggunakan lab riil
konsep yang diperoleh siswa lebih bermakna dari pada menggunakan lab
virtual.
b. Bagi para guru SMP kelas VII yang akan melaksanakan pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing pada materi organisasi kehidupan dengan
lab riil maupun lab virtuil, penulis menyarankan agar terlebih dahulu
melakukan uji coba alat dan bahan sebelum digunakan untuk siswa.
c. Agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien
perlu monitoring dan pengendalian terus menerus dengan lembar observasi
baik yang dilakukan oleh siswa maupun guru.
3. Kepada Peneliti
Dalam penelitian perlu dibuat pembanding dengan menggunakan metode
konvensional, sehingga dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan
penggunaan metode yang digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang sejenis, dengan hampir
semua materi abstrak lainnya, seperti struktur DNA, kromosom dll., karena
sudah terbukti bahwa metode ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
146
4. Kepada Siswa
Setiap siswa perlu meningkatkan kemampuan dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan konsep atau prinsip
biologi, diharapkan siswa dapat menemukan konsep-konsep biologi dengan
pembelajaran secara aktif di kelas dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
147
DAFTAR PUSTAKA Amien, Moh. 1979. Pendidikan Science. FKIE – IKIP Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi
Revisi.Cetakan ke-3.Jakarta.Bumi Aksara. Azhar Arsyat. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Bahrul, 2007. Sikap Ilmiah. http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/sikap-
ilmiah/. Bobbi De Porter & Sarah Singer – Nourie. 2005. Qunatum Teaching. (Edisi
Terjemahan). Bandung. Mizan Pustaka Budiman Jatmiko dkk.2004. Media Pembelajaran ( Materi Pelatihan Terintegrasi
Sains ). Jakarta. Depdiknas. Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta. UNS Press. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori – Teori Belajar. Jakarta.Erlangga. Depdiknas. 2003. Pedoman Pendayagunaan peralatan Laboratorium Biologi.
Jakarta. Depdiknas. De Porter, Bobbi, Mike. 2005. Quantum Learning Membiasakan Belajar
Nyaman Dan Menyenangkan. Bandung.Kaifa PT Mizan Pustaka. De Porter, Bobbi , Mike. 2008. Quantum Learning ( Edisi Terjemahan ) Bandung.
Mizan Pustaka. Dirin. 2008. Tesis. Pembelajaran Fisika Dengan Metode Inkuiry Terbimbing
dan Eksperimen Bebas Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa. UNS Surakarta.
Djuroto,totok. 2005. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya. Duri Dyah Purwaningsih. 2006. Skripsi. Pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap
hasil belajar materi bangun ruang siswa SMP kelas VII SMP Negeri 16 Semarang. Unnes. Semarang.
Harry E. Keller and Edward E. Keller,2006. Making Real Virtual Labs. ParaComp, Inc., 1618 The Strand, Hermosa Beach, CA, USA. Journal of Educational Computing Research, Vol 23 ( 1 ), pp: 15 – 39.
148
Hsueh – Fang Chuang & Yeong- Jing Cheng,2002. The relationships between Attitudes TowardScience and Related Variables of Junior High School Students. China Journal Of Science Education. Vol 10. (1), pp: 1 -20.
Ibrahim, muslimin. Dkk. 2004. Sains. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta. Balai Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program.
Jati,Wijaya. _. Model – Model Pembelajaran Cooperative Learning. Modul
Proyek PTKNK Kanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.
Juan E. 2008. Learning Styles: How Do They Fluctuate?. Institute for Learning
Styles Journal .Vol 1,pp: 1 - 59. Mudyahardjo, Redja. 2004. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya. Moh. Amien. 1986. Apakah Metode Discovery – Inkuiry. Yogyakarta FKIE
IKIP. Munir. 2008. Kurikulum Berbasis teknologi Informasi dan Komunikasi.
Alfabeta.Bandung. Muslimin Ibrahim, 2007. Pembelajaran inkuiri .
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri. Nurul, 2008. Komputer dan media pembelajaran .
http://ictcommunity.multiply.com/journal/item/ Vol 17. Paul Suparno, 2006. Filasafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan .
Yogyakarta. Kanisius. Prasanthi Pallapu, 2007. Effects of Visual and Verbal Learning Styles on
Learning . Intitute for Learning Styles Journal. Vol 1, pp: 34 – 39. Rahman Firman, 2001. Studi korelasi antara sikap ilmiah mahasiswa dengan
prestasi akademiknya. http://digilib.upi.edu/pasca/aviable/etd-0104106-132020/
Rifai, Mien. 2004. Kamus Biologi. Jakarta. PT Balai Pustaka. Sahromi, Momi dan Tjetje sutara. -. Pengelolaan Pengajaran Biologi. Dalam
Pendekatan Inkuiri Dalam Pengajaran Biologi.Jakarta. Universitas Terbuka.
149
Sandra L. Wilson-Hull. 2008. The Impact of Learning Styles on High Stakes Testing:Perspectives from Mississippi Delta Area Teachers. Alcorn State University. Institute for Learning Styles Journal ● Vol 1, pp: 41 – 56
Singer Susan R. 2005. American’s Lab Report Investigation in High School
Science. Washington : The National Academies Press
Sukmadinata, Nana Syaoddih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Surapranata, Sumarna. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi
Hasil Tes Implemantasi Kurikulum 2004.bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Trowbridge & Bybee. 1986. Becoming A Secondary School Science Teacher. Ohio : Merrill Publishing Company
Trianto. 2007. Model – model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta. Prestasi Pustaka.
Wijaya Kusumah, 1993 Aplikasi dan Potensi TIK dalam Pembelajaran. Jurnal Pembelajaran berbasis TIK. Vol 2. Pp: 1- 43.
i
i