pembelajaran bahasa berbasis teks dalam kurikulum …

21
1 *) Naskah masuk: 11 Januari 2014. Penyunting: Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. Suntingan I: 20 Februari 2014. Suntingan II: 12 Maret 2014 PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM 2013 TEXT-BASED LANGUAGE LEARNING IN CURRICULUM 2013 Amrin Saragih Fakultas Bahasa dan Seni/Pascasarjana Universitas Negeri Medan Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 berbasis teks. Langkah atau tahap dalam siklus pembelajaran berbasis teks itu sejalan dengan pembelajaran berdasarkan pendekatan ilmiah yang menjadi ciri pembeda Kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Kesejalanan dan kesejajaran pembelajaran berbasis teks ini mendukung capaian integratif pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang juga menjadi ciri pembeda Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya. Selanjutnya, dengan pembelajaran berbasis teks itu peran alamiah bahasa sebagai penghela atau perealisasi ilmu pengetahuan dalam bentuk tata bahasa atau leksikogramar diperkuat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia berperan lintas mata pelajaran, yang memperkuat cakupan belajar bahasa, belajar mengenai bahasa, belajar melalui bahasa, dan paradigma globalisasi dalam ilmu pengetahuan. Kata Kunci: pembelajaran berbasis teks, kurikulum 2013, pendekatan ilmiah Abstract Curriculum 2013 applies text-based approach for Indonesian learning. The stages or steps in this approach’s learning cycle are in accordance with the scientific based learning approach which differentiates Curriculum 2013 from the prior one. The equivalence and equality of this text-based learning supports integrative achievements of knowledge, skills, and attitudes that also differentiate Curriculum 2013 from the prior one. Then, by using that text-based learning, the language’s natural role as the trigger and realizer of knowledge in grammar and lexico-grammar is fortified. This way, Indonesian learning works across subjects, which fortify the scope of learning the language, learning about the language, learning through language and the globalization paradigm of knowledge. Keywords: text-based learning, Curriculum 2013, scientific approach

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

1Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

*) Naskah masuk: 11 Januari 2014. Penyunting: Drs. Imam Budi Utomo, M.Hum. Suntingan I: 20 Februari 2014. SuntinganII: 12 Maret 2014

PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKSDALAM KURIKULUM 2013

TEXT-BASED LANGUAGE LEARNING IN CURRICULUM 2013

Amrin SaragihFakultas Bahasa dan Seni/Pascasarjana

Universitas Negeri Medan

Abstrak

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 berbasis teks. Langkah atau tahap dalamsiklus pembelajaran berbasis teks itu sejalan dengan pembelajaran berdasarkan pendekatan ilmiahyang menjadi ciri pembeda Kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Kesejalanan dan kesejajaranpembelajaran berbasis teks ini mendukung capaian integratif pengetahuan, keterampilan, dan sikapyang juga menjadi ciri pembeda Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya. Selanjutnya, denganpembelajaran berbasis teks itu peran alamiah bahasa sebagai penghela atau perealisasi ilmupengetahuan dalam bentuk tata bahasa atau leksikogramar diperkuat. Dengan demikian,pembelajaran bahasa Indonesia berperan lintas mata pelajaran, yang memperkuat cakupan belajarbahasa, belajar mengenai bahasa, belajar melalui bahasa, dan paradigma globalisasi dalam ilmupengetahuan.

Kata Kunci: pembelajaran berbasis teks, kurikulum 2013, pendekatan ilmiah

Abstract

Curriculum 2013 applies text-based approach for Indonesian learning. The stages or steps in this approach’slearning cycle are in accordance with the scientific based learning approach which differentiates Curriculum2013 from the prior one. The equivalence and equality of this text-based learning supports integrativeachievements of knowledge, skills, and attitudes that also differentiate Curriculum 2013 from the prior one.Then, by using that text-based learning, the language’s natural role as the trigger and realizer of knowledge ingrammar and lexico-grammar is fortified. This way, Indonesian learning works across subjects, which fortifythe scope of learning the language, learning about the language, learning through language and the globalizationparadigm of knowledge.

Keywords: text-based learning, Curriculum 2013, scientific approach

Page 2: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

2 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

I. PENDAHULUANPendekatan pembelajaran bahasa ber-

basis teks didasarkan pada teori teks yangdikemukakan oleh pakar linguistik fungsio-nal sistemik (LFS). Halliday (2004, 2005) me-ngembangkan teori LFS dan teori ini men-jadi dasar pendekatan pembelajaran bahasaberbasis teks, yang selanjutnya dikenal seba-gai mencakupi pendekatan pembelajaranbahasa berbasis genre (Martin, 1992, 1997,2010; Feez, 1998). Kurikulum 2013 menggu-nakan pendekatan berbasis teks atau berba-sis genre untuk mata pelajaran bahasa Indo-nesia dan bahasa Inggris. Pendekatan ber-basis teks ini sejalan dengan prinsip pem-belajaran dalam Kurikulum 2013 yang me-nekankan pendekatan ilmiah (scientificapproach). Selanjutnya, Kurikulum 2013 me-nekankan penilaian otentik yang berkaitandengan hakikat penggunaan teks oleh pem-belajar. Makalah ini menguraikan pengerti-an teks dalam LFS, pembelajaran bahasa ber-basis teks atau berbasis genre, aplikasi danketerkaitan pendekatan berbasis teks de-ngan Kurikulum 2013, dan prospek pem-belajaran bahasa di Indonesia.

II. TEKS DAN KONTEKSTeks senantiasa terkait dengan konteks.

Teks dapat dipahami dengan mengkajinyadalam kaitannya dengan konteks. Denganrujukan ke teori LFS, teks didefinisikan se-bagai unit linguistik yang fungsional dalamkonteks. Dengan kata lain, teks adalah unitbahasa yang melakukan tugasnya dalamkonteks. Teks dapat berupa bunyi, kata,grup atau frase, klausa, klausa kompleksatau kalimat, paragraf, atau buku. Misalnya,bunyi seperti [st], [ya], [oh] dan [hep] meru-pakan teks. Demikian juga, kata pergi, jalan,ambil, lari, cepat, bodoh dan baik dapat ber-fungsi sebagai teks. Selanjutnya, orang tua,selamat jalan, kirim salam dan lempar batu ada-lah teks. Lebih lanjut, klausa berupa sayapergi ke jakarta, mereka tidur di kasur, ambilkan

buku itu dan sudah dikirim surat itu? adalahteks. Pada ukuran yang lebih besar paragrafatau buku seperti Di Bawah Lindungan Kabahdan Siti Nurbaya adalah teks.

Teks merupakan unit arti atau semantikdan bukan unit tata bahasa. Dengan rujukanke prinsip semiotik (Eko, 1979; Chandler2008) dan teori LFS (Halliday, 2004; Hallidaydan Matthiessen, 2001; Martin, 1992; Fawett,1984; Eggins, 2004; Gerot dan Wignell, 1994;Iedema, 2010) teks adalah ‘arti’ yang direali-sasikan oleh bentuk linguistik berupa bu-nyi, kata, grup atau frase, klausa, kalimatatau klausa kompleks, paragraf, atau bukudan pada akhirnya diekspresikan sebagaibunyi, huruf atau isyarat. Sebagai realisasiteks, unit bunyi, kata, grup atau frase,klausa, kalimat, klausa kompleks, paragraf,atau buku itu berfungsi dalam konteksnyasehingga mempunyai atau menyampaikanarti. Bunyi [st] yang diucapkan guru, misal-nya, dapat berarti ‘meminta anak-anak supa-ya diam’ dalam konteks ketika mereka ributberbicara satu sama lain pada saat guru me-nerangkan pelajaran di kelas. Demikian jugakata keluar! adalah teks yang berarti ‘meme-rintah atau memaksa seorang pegawainyauntuk keluar dari ruang kantor’ ketika se-orang atasan marah kepada stafnya karenakelalaiannya melaksanakan tugas.

Teks dapat terealisasi dalam bentuklisan atau tulisan. Dalam sarana lisan teksdapat berupa percakapan, wawancara, de-bat, pengumuman melalui pelantang, berba-las pantun, dan ceramah. Sebagai bahasa tu-lisan, teks dapat berupa surat, berita suratkabar, editorial, kontrak, buku, KTP, aktanikah, akta lahir, ijazah, dan pengumumandi kain rentang. Selanjutnya, teks dapatberupa proses atau produk. Sebagai proses,wujud teks berubah atau berkembang darisatu tahap ke tahap berikutnya, seperti tekspercakapan, debat, chatting, wawancara, ber-balas pantun, pidato, dan kuliah. Ini berartisebagai proses teks bersifat dinamis. Ber-

Page 3: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

3Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

beda dengan sifat sebagai proses, teks seba-gai produk statis dan tidak berubah, sepertisurat, buku, dokumen, rekaman suara, danbatu bersurat.

Konteks adalah wadah tempat terben-tuknya teks. Dengan kata lain, teks beradadalam konteks dan tidak ada teks tanpa kon-teks. Konteks didefinisikan sebagai segalasesuatu yang mendampingi teks (co-berarti‘mendampingi’ atau ‘bersama’, seperti copi-lot, cooperate, coordinate, co-opt) dan menca-kupi konteks linguistik dan konteks sosial.Yang dimaksud dengan konteks linguistikadalah unit linguistik yang mendahului danmengikuti suatu unit linguistik yang menja-di fokus perhatian. Unit linguistik memben-tuk lingkung atau lingkup sesamanya yangselanjutnya lingkung atau lingkup itu men-jadi konteks kepada semuanya dan yangpada gilirannya membentuk, menentukan,atau mempengaruhi makna. Misalnya, da-lam dua teks bibiku suka sekali memakai bajuhijau dan bapaknya selalu membanggakan bajuhijau anaknya ketika berbicara dengan orang lainkata hijau berada dalam dua konteks li-nguistik yang berbeda dan oleh karena itumenyampaikan makna yang berbeda pula.Dalam teks pertama, konteks linguistik katahijau adalah bibiku suka sekali memakai ba-ju...dan dalam teks kedua konteksnya ada-lah bapaknya selalu membanggakan baju... dan

...ketika berbicara dengan orang lain. Dengankonteks linguistik yang berbeda itu arti katahijau dalam teks pertama berbeda denganarti kata hijau dalam teks kedua. Dalam tekspertama arti kata hijau adalah ‘warna’, se-dangkan pada teks kedua adalah ‘tentara’atau ‘militer’.

Berbeda dengan konteks linguistikyang dapat langsung diidentifikasi padateks verbal tulisan atau lisan, konteks sosialadalah segala unsur eksternal di luar teksverbal tertulis atau terucap dan yang men-dampingi atau menyertai teks, atau yangmenjadi wadah terjadinya teks verbal. Da-lam persepsi LFS konteks sosial terjadi darikonteks situasi, budaya, dan ideologi. Selan-jutnya, secara spesifik, konteks situasi ter-perinci ke dalam tiga unsur, yakni medan,pelibat, dan sarana. Yang dimaksud denganmedan (makna) adalah ranah atau topik(apa) yang dibicarakan ketika interaksi atauteks berlangsung. Pelibat adalah partisipanatau orang (siapa) yang terbabit dalam in-teraksi serta sifat hubungan peran antarpar-tisipan. Sarana adalah sumberdaya yangdigunakan (bagaimana) yang memungkin-kan terjadinya interaksi dan yang menen-tukan jarak realitas dan umpan balik dalamteks. Keterkaitan teks dengan konteks sosialdiringkas dalam Figura 1 berikut. Maknateks tergantung pada konteks sosialnya.

CULTURE

SITUATION

IDEOLOGI

Medan(apa)

Pelibat(siapa)

Sarana(bagaimana)

BUDAYA

SITUASI

TEKS

Figura 1 Teks dan Konteks Sosial

Page 4: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

4 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

Misalnya, berdasarkan konteks situasi-nya dan yang lebih spesifik terkait denganmedan teks kata bunga dapat bermakna ba-nyak bergantung pada medan teksnya. De-ngan medan teks biologi kata bunga mawaratau bunga melati berarti ‘bagian dari ta-naman yang berwarna warni’, dengan me-dan ekonomi bunga uang berarti ‘sejumlahuang’ yang diperoleh sebagai balas jasa ataukompensasi karena penyediaan uang ataumodal, dengan medan geografi bunga tanahberarti ‘humus tanah’, dengan medan seja-rah atau politik bunga bangsa berarti ‘generasimuda’, dengan medan sastra bunga desa ber-arti ‘gadis’ atau ‘anak dara’, dengan medanketeknikan bunga api berarti ‘percikan api’,dan dengan medan mobil bunga ban berarti‘bagian bawah ban yang bergerigi’. Selanjut-nya, dengan pelibat yang berbeda klausa be-sok kita akan melakukan operasi dapat berarti‘operasi medis’ dengan pelibat dokter—dokter di rumah sakit, ‘operasi militer’ de-ngan pelibat jenderal—staf perang, ‘menge-cek, mengontrol, atau memantau harga ke-butuhan pokok’ dengan pelibat pegawaibulog—pegawai bulog, ‘merampok’ denganpelibat penjahat—penjahat, ‘mencari hi-dung belang’ dengan pelibat para PSK, danlain sebagainya. Dengan sarana lisan nggak,tak, kagak masing-masing berarti ‘tidak’ dancuma berarti ‘hanya’. Dengan sarana tulisanmenekankan berarti ‘menguatkan’ atau ‘mene-gaskan’ dan menyebutkan (misalnya, dalamtes tertulis sebutkan apa yang Anda ketahui...)berarti ‘menuliskan’ dan tersebut atau disebut(misalnya dalam teks kontrak ...selanjutnyadisebut...) berarti dirujuk.

Pengertian fungsional dalam teks ada-lah teks memiliki atau menyampaikan arti.Teks menyampaikan arti karena teks itu ber-fungsi. Dalam perspektif LFS, fungsi samadengan arti. Sesuatu disebut bermakna atauberarti kerena sesuatu itu berfungsi. Adatiga fungsi bahasa untuk pemakaian bahasayang disebut metafungsi. Secara rinci, me-

tafungsi mencakupi fungsi ideasional,antarpersona dan tekstual. Selanjutnya,fungsi ideasional sebagai fungsi paparanpengalaman terbagi ke dalam dua subba-gian, yakni fungsi ekspriensial dan logis.Dengan demikian, ada empat fungsi bahasa.Pertama, fungsi eksperiensial, yakni fungsibahasa untuk menggambarkan pengalam-an. Kedua, fungsi logis menunjukkan hu-bungan logis antarunit linguistik, misalnyahubungan antarklausa, antargrup atau an-tarkata. Ketiga, fungsi antarpersona menge-nai pertukatan pengalaman yang menca-kupi fungsi ujar pernyataan, pertanyaan, ta-waran, dan perintah. Secara operasional,fungsi ujar pernyataan, pertanyaan, tawaran,dan perintah terealisasi dalam modus de-klaratif, interogatif, dan imperatif. Keempat,fungsi tekstual menunjukkan perangkaianatau pengorganisasian pesan. Setiap teks,terutama klausa, sekaligus menyampaikanempat makna itu, yakni makna eksperien-sial, logis, antarpersona, dan tekstual. De-ngan definisi konseptual terdahulu danprinsip semiotik, secara operasional teksmerupakan arti eksperiensial, logis, an-tarpersona, atau tekstual atau sekaliguskeempatnya yang terealisasi dalam bunyi,kata, grup atau frase, klausa, kalimat, para-graf atau buku dalam konteks linguistik dankonteks sosial.

III. GENREGenre adalah teks yang terbentuk seba-

gai realisasi budaya penutur bahasa. Budayamerupakan unsur konteks sosial yang me-nentukan pemakaian bahasa atau teks. De-ngan kata lain, genre adalah teks yang wujudsebagai realisasi budaya. Secara umumgenre diartikan sebagai jenis teks. Kata genreberasal dari bahasa Prancis yang pada awal-nya digunakan dalam sastra. Dengan cakup-an makna itu prosa, puisi dan drama meru-pakan genre. Kemudian, genre dimasukkanke dalam lingusitik sebagai istilah dengan

Page 5: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

5Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

pengertian yang berbeda. Dalam makalahini sejalan dengan perspektif teori LFS, se-cara teknis genre didefinisikan sebagai ke-giatan sosial yang bertahap dan berorientasitujuan (Martin, 1992). Sebagai anggota ma-syarakat, seseorang potensial melakukankegiatan sosial. Satu dari kegiatan itu adalahmenyampaikan makna atau semiosis. Darisekian banyak sumber daya penyampaianmakna, satu sarana kegiatan semiosis adalahbahasa. Menggunakan bahasa atau berbaha-sa disebut kegiatan sosial karena dalammenggunakan bahasa seseorang harus meli-batkan orang lain dan mengikuti konvensisosial. Di samping itu, bahasa itu sendiriadalah warisan dari orang lain dan bukanciptaan orang per orang.

Dalam kegiatan sosial yang mengguna-kan bahasa ada tujuan yang akan dicapai.Tujuan yang akan dicapai dalam suatupenggunaan bahasa secara konvensional di-pahami oleh semua anggota suatu komuni-tas. Hal ini lazim dan mudah dipahami ka-rena hampir tidak ada tindakan manusiayang sadar dan normal tanpa tujuan. Mi-salnya, seseorang yang mengatakan selamatpagi, Pak kepada mitra bicaranya bertujuanmemberi salam dan mungkin juga dengancara memberi salam itu tercipta keakrabanantara keduanya dan peluang untuk mem-bahas topik lainnya terbuka. Satu tujuan da-lam pemakaian bahasa tidak mungkin dica-pai sekaligus, apalagi dalam pemakaian ba-hasa yang menyangkut teks. Dengan katalain, dalam pemakaian bahasa sejumlahlangkah atau tahap akan dan harus dilalui.Tahap atau langkah yang harus dilalui da-lam interaksi verbal secara teknis diistilah-kan sebagai struktur generik (generic struc-tures) atau struktur skema (schematic struc-tures) teks atau genre itu. Dengan demikian,setiap genre memiliki struktur generik ataustruktur skema.

Genre mengontrol medan (makna), pe-libat, dan sarana, yang ketiganya merupakan

unsur konteks situasi. Dengan kata lain,genre sebagai budaya menentukan apa (me-dan) yang boleh dilakukan atau dibicarakanseseorang (pelibat) dan bagaimana (cara atausarana) membicarakannya. Dengan demiki-an, sesungguhnya kehidupan seseorang se-bagai anggota masyarakat ditentukan olehgenre yang mengatur ketiga komponen itu.Hal ini berarti bahwa tidak semua topik ataumedan boleh dibicarakan oleh semua orang.Kemampuan seseorang untuk membicara-kan suatu medan menentukan kekuasaan-nya dan kekuasaan itu ditentukan oleh kon-vensi masyarakat. Misalnya, reaksi kimiayang berlangsung dalam bahan kimia atautata cara perjalanan ke ruang angkasa hanyaberterima dibicarakan oleh pakar kimia atausarjana bidang kajian ruang angkasa danmustahil kedua hal itu dibahas oleh sese-orang yang tidak terpelajar. Kalau pun se-seorang yang niraksara atau tidak berpendi-dikan mencoba membicarakannya, masya-rakat tidak akan mengakui pengetahuannyatentang kedua medan itu. Selanjutnya, tidaksemua orang dapat membicarakan sesuatumedan. Ustad atau mubalig hanya berteri-ma bagi masyarakat kalau dia membahas to-pik atau medan tentang agama. Kalau ustadmembicarakan pariwisata, atau sifat ataukarakteristik tanaman herbal, konvensi ma-syarakat akan menolak kesahihan bahasan-nya. Apalagi kalau seorang ustad memba-has konteks kecantikan atau pemilihan missworld, masyarakat akan menyebutnya ano-mali. Demikian pula sesuatu cara atau sa-rana hanya berterima pada satu medan atauhanya berterima kalau dilakukan oleh peli-bat tertentu. Misalnya, ketika menjadi khatibsalat Jumat di masjid atau ketika pendetaberkhotbah di gereja menyampaikan ajaranagama (medan) kepada jamaah atau jemaat(pelibat), sarana atau peran bahasa yang di-lakukan adalah penyampaian satu arah. De-ngan kata lain, pemimpin atau pengemukaagama itu menyampaikan medan ajaran

Page 6: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

6 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

agama kepada pelibat jemaah atau jemaatdengan cara lisan dan satu arah dengan pe-ngertian jemaah atau jemaat tidak bolehmengajukan pertanyaan atau argumentasiterhadap ajaran itu. Daya kontrol genre ter-

BUDAYA(genre)

IDEOLOGI

Semantik (Wacana)

Tata Bahasa (Leksikogramar)

Fonologi/Grafologi/Isyarat

SITUASImedan pelibat sarana

KONTEKSSOSIAL

BAHASA

Figura 2 Hubungan Semiotik Konstrual Berstrata antara Konteks Sosial dan Bahasa

hadap ketiga unsur konteks situasi itu ber-implikasi bahwa perbedaan kekuasaan atauwewenang seseorang terkait dengan genre.Dengan kata lain, genre menjadi indikatorkekuasaan atau wewenang seseorang.

Genre merupakan realisasi dari ideo-logi. Pada Figura 2 diringkas keterkaitangenre dengan ideologi yang juga merupa-kan unsur konteks sosial dan yang palingabstrak. Pada Figura 2 juga diringkas hu-bungan semiotik antara bahasa dan kontekssosial, yang merupakan semiotik konstrualberstarata. Bahasa dan konteks sosial ma-sing-masing terjadi dari tiga strata atau ting-kat. Pertama, bahasa terdiri atas semantik(wacana), tata bahasa atau leksikogramar,dan fonologi/grafologi/isyarat. Bahasayang terjadi dari tiga strata ini merupakansemiotik denotatif, yakni semiotik yang me-miliki ‘arti’ dan ekspresi. Dengan semiotikdenotatif ini semantik (wacana) yang meru-pakan ‘arti’ direalisasikan oleh leksiko-gramar yang merupakan bentuk dan reali-sasi semantik. Selanjutnya, leksikogramardiekspresikan oleh fonologi (sebagai bahasalisan), grafologi (sebagai bahasa tulis), atauisyarat (sebagai bahasa isyarat) sebagai un-sur ekspresi dalam semiotik sosial itu.

Kedua, seperti diuraikan terdahulukonteks sosial terjadi dari konteks situasi,budaya, dan ideologi. Ketiga unsur kontekssosial itu tersusun di atas bahasa dan meru-pakan semiotik konotatif dengan konteks si-tuasi sebagai unsur yang langsung berhu-bungan dengan bahasa yang selanjutnya di-kenal sebagai unsur konkret dan ideologisebagai unsur yang paling abstrak karenaterjauh dari bahasa. Unsur budaya merupa-kan unsur antara yang konkret dan abstrak.Berbeda dengan semiotik bahasa yang me-rupakan semiotik denotatif, konteks sosialsebagai semiotik konotatif hanya memilikiarti, tetapi tidak memiliki alat ekspresi. Se-cara spesifik sebagai unsur semiotik kono-tatif, ideologi tidak memiliki ekspresi ter-sendiri. Untuk merealisaikan makna ideo-logi, ideologi meminjam semiotik di bawah-nya, yakni budaya yang juga tidak memilikiekspresi. Ideologi yang terealisasi dalam bu-daya selanjutnya direalisasikan oleh kon-teks situasi yang juga tidak memiliki alat

Page 7: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

7Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

ekspresi tersendiri. Realisasi ideologi dalambudaya yang kemudian direalisasikan da-lam situasi selanjutnya direaliasikan ataumasuk ke unsur semantik (wacana). Demi-kianlah seterusnya sampai pada strata eks-presi, yakni fonologi/grafologi/isyarat. De-ngan uraian itu bahasa pada tingkat ataustrata semantik, leksikogramar, dan fono-logi/grafologi/isyarat telah bermuatanideologi, budaya, dan situasi. Dengan katalain, makna ideologi, budaya, dan situasisudah dibebankan kepada sumber dayabahasa.

Hubungan konteks sosial dengan ba-hasa yang merupakan semiotik konstrualberimplikasi pada hubungan saling menen-tukan atau saling mempengaruhi. Padasuatu waktu konteks sosial menentukan ba-hasa dan pada giliran berikutnya bahasapula menentukan konteks sosial. Metafung-

si bahasa bersifat lintas strata bahasa dankonteks sosial. Pada strata leksikogramarfungsi paparan pengalaman atau fungsiideasional direalisasikan oleh transitivitas/ergativitas/taksis, pada strata semantik (wa-cana) direalisasikan oleh ideasi/konjungsi,dan pada strata konteks situasi direalisasi-kan oleh medan. Kemudian, fungsi antarper-sona atau pertukaran pengalaman direali-sasikan oleh modus pada strata leksiko-gramar, oleh negosiasi pada strata semantik(wacana), dan oleh pelibat pada strata kon-teks situasi. Hal yang sama juga terjadi pa-da fungsi perangkaian pengalaman ataupengorganisasian pesan dengan tema/re-ma, identifikasi, dan sarana pada masing-masing strata leksikogramar, semantik (wa-cana), dan situasi. Realisasi metafungsi ba-hasa antarstrata bahasa dan konteks sosial-nya diringkas pada Figura 3.

BUDAYA(genre)

SITUASI

IDEOLOGI

Fonologi/Grafologi/

Isyarat

Semantik(Wacana)

medan

pelibat

sarana

Ideasi/Konjungsi

Negosiasi Identifikasi

Transitivitas/ErgativitasTaksis

Modus Tema/Rema

FungsiIdeasional

Fungsi Tekstual

FungsiAntarpersona

KONTEKSSOSIAL

BAHASA

Figura 3 Bahasa dan Konteks Sosial sebagai Semiotik Sosial Berstrata

Leksikogramar

Dengan sistem semiotik konstrual antarakonteks sosial dan bahasa seperti diringkaspada Figura 3, genre merupakan konstruksiyang kompleks. Kompleksnya genre karenamenyangkut ideologi, budaya, situasi,semantik (wacana), leksikogramar, dan unsurekspresi berupa fonologi/grafologi/isyarat.Namun, untuk tujuan pembelajaran di seko-

lah genre dideskripsi berdasarkan tiga kri-teria, yakni fungsi sosial, struktur teks ataustruktur generik, dan realisasi linguistik.Realisasi linguistik mencakupi realisasileksikogramar dan semantik (wacana).

Karena genre ditentukan oleh budaya,banyaknya genre dalam satu bahasa tergan-tung pada budaya penutur bahasa itu. De-

Page 8: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

8 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

ngan demikian, walaupun genre di keduabahasa itu memiliki ciri universal, genre ba-hasa Indonesia berbeda secara kualitatif dankuantitatif dengan genre dalam bahasa Ing-gris. Di dalam bahasa Inggris terdapat se-jumlah genre akademik yang kemudian di-masukkan dan diutamakan dalam pembe-lajaran bahasa Inggris di Indonesia. Genreakademik ini selanjutnya dimasukkan kedalam kurikulum sekolah di Indonesia sejak2004 hingga sekarang. Genre akademik itudiutamakan karena kemampuan pembe-lajar memahami atau memproduksi genreitu merupakan indikator keterdidikannya.Kurikulum 2013 untuk pembelajaran bahasatelah menggunakan pendekatan pembe-lajaran berbasis teks atau genre denganmengutamakan genre akademik itu. Genreakademik yang diutamakan dan dimasuk-kan dalam Kurikulum 2013 mencakupi1) deskripsi,2) eksplanasi,3) prosedur,4) eksposisi,5) diskusi,

6) narasi,7) cerita gurau,8) cerita,9) laporan,10) anekdot,11) berita,12) ulasan, dan13) komentar.

Untuk tujuan kepraktisan tidak semuagenre yang disenaraikan itu dapat diuraikandalam makalah ini. Sebagai contoh teks pada(1) berikut adalah teks eksposisi. Sejalan de-ngan kriteria yang digunakan, genre ekspo-sisi ini akan dideskripsi berdasarkan ketigakriteria itu, yakni fungsi sosial, struktur ge-nerik, dan realisasi linguistik. Realisasi li-nguistik yang diutamakan adalah realisasipada strata leksikogramar karena deskripsigenre tidak terpisahkan dari tata bahasayang digunakan. Akan tetapi, deskripsi li-ngusitik yang relevan dalam kajian genreadalah deskripsi tata bahasa fungsional, se-perti yang dikemukakan dalam teori LFS(Halliday, 2004).

(1)Abstrak Merokok adalah menghirup asap dari rokok yang terbakar. Tesis Merokok membahayakan kesehatan, menjejaskan kesejahteraan, dan

merusakkan lingkungan. Argumen 1 Pertama, merokok membahayakan kesehatan. Karena menghirup asap yang

mengandung zat kimia yang berbahaya, perokok menderita penyakit pernafasan, seperti batuk, TBC, dan infeksi tenggorok. Perokok juga potensial menderita kanker paru atau serangan jantung. Para perokok tidak hanya mencederai dirinya, tetapi juga orang lain, yang dikenal sebagai perokok pasif. Misalnya, jika seseorang mengisap rokok di ruang tertutup, orang lain di dalam kamar itu yang tidak merokok juga menghirup asap rokok dan akan menderita gangguan pernafasan sebagai akibat nikotin yang terhirup. Demikian juga janin akan menderita penyakit sebagai akibat dari nikotin yang ada dalam darah ibu perokok.

Argumen 2 Kedua, merokok mengakibatkan kerugian ekonomi. Perokok membakar uang dengan membeli rokok untuk menenangkan diri, tetapi menimbukan akibat bagi kesehatan yang mahal penyembuhannya. Di samping itu, perokok cenderung sakit-sakitan dan dengan demikian hanya dapat mengerjakan pekerjaan yang berproduktivitas rendah. Ditaksir sekitar 87% perokok bekerja kurang efisien.

Page 9: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

9Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

Fungsi sosial teks atau genre eksposisiadalah mempertahankan pendapat terha-dap suatu isu sosial. Mempertahankan pen-dapat dapat berupa mendukung atau mene-gah satu isu sosial. Pada suatu kurun, se-bagai dinamika perkembangan masyarakatsesuatu terjadi di masyarakat yang di satusisi memicu anggota masyarakat untuk me-nerima, menyetujui, dan dengan demikianmempertahankan atau mendukung isu so-sial itu. Di sisi lain, anggota masyarakat me-nolak, tidak menyetujui, dan dengan demi-kian menolak, menentang atau menegah isusosial itu. Teks yang dihasilkan untuk me-ngemukakan satu sisi pendapat itu dikenalsebagai genre eksposisi. Sisi yang menye-tujui diidentifikasi sebagai protagonis, se-dangkan sisi yang menentang atau mene-ngah dikenal sebagai antagonis. Teks (1)mendukung isu sosial bahwa merokok ha-rus dihentikan. Dengan kata lain, teks itumerupakan suara atau pendapat protagonis.

Struktur generik eksposisi adalah(Abstrak) E Tesis E [Argumen]n E Simpulandengan tanda (...) menunjukkan pilihan ataumana suka, E berarti ‘diikuti oleh’ dan [...]n

menyatakan tahap itu dapat terjadi berulangkali mulai dari satu, dua, tiga, empat kalisampai dengan n kali (1, 2, 3...n). TahapAbstrak secara singkat menampilkan batas-an atau defenisi topik atau area yang dibi-carakan. Tahap Tesis mengemukakan pen-dapat, pikiran atau teori yang diajukan, dansekaligus menentukan sisi yang dipertahan-kan, yakni sisi protagonis atau antagonis.Argumen merupakan dasar atau data untukmempertahankan pendapat yang dikemuka-kan pada Tesis. Argumen dapat berupa con-toh, ilustrasi, statistik, dan rujukan ke ataukutipan dari pendapat suatu otoritas. Sim-pulan merupakan pemadatan makna teksyang dapat berupa parafrase (dari Tesis),rangkuman dari semua topik yang dibahasatau implikasi dari hal yang dikemukan da-lam teks. Dalam teks (1) simpulan yang dike-mukakan adalah parafrase.

Contoh semua jenis genre akademik ti-dak dapat ditampilkan dalam makalah inikarena ruang yang terbatas. Untuk tujuankepraktisan berikut ini ditampilkan dalamsatu tabel ringkasan semua jenis teks ataugenre berdasarkan fungsi sosial, strukturteks, dan realisasi linguistik.

perokok bekerja kurang efisien. Argumen 3 Ketiga, merokok merusakkan lingkungan. Para perokok menebar puntung

dan berserakan di mana-mana. Jika sepertiga saja dari penduduk bumi yang saat ini berjumlah tujuh miliar merokok, jutaan liter asap dipompa ke atmosfir yang akan memperparah kerusakan lapisan ozon. Selanjutnya, Jones (1998:12) memperkirakan ribuan hektar hutan ditebang setiap tahun untuk membuat kertas dan filter rokok.

Simpulan Simpulannya adalah merokok membahayakan orang, ekonomi, dan lingkungan. Dengan demikian, sebaiknya merokok dihentikan.

Page 10: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

10 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

Table 1 Jenis, Fungsi Sosial, Struktur Generik dan Realisasi Linguistik Genre

No Jenis Genre Fungsi Sosial Struktur Generik

Realisasi Linguistik

1 Deskripsi memerikan orang, tempat, atau benda

Identifikasi Λ Deskripsi

- fokus pada Partisipan khusus

- penggunaan Proses Relasional: Atributif dan Identifikasi

- kekerapan dalam penggunaan Epitet dan Klasifikasi dalam grup nomina

- pemakaian the simple present tense (dalam bahasa Inggris)

2 Eksplanasi menerangkan proses terjadinya peristiwa alam dan fenomena sosial

Pernyataan Umum Λ [Keterangan]n

- fokus pada Partisipan khusus

- kekerapan penggunaan Proses Material dan Relasional

- kekerapan penggunaan Sikumstan temporal dan sebab-akibat

- penggunaan the simple present tense (bahasa Inggris)

- penggunaan bentuk pasif untuk ketepatan penempatan Tema

3 Prosedur - memberitahu khalayak melakukan sesuatu dan cara melakukannya - memerikan pencapaian sesuatu melalui sejumlah urutan sejumlah atau langkah kegiatan

Gol Λ (Materi/Bahan) Ù [Langkah] n.

- fokus pada pelaku manusia secara umum

- kekerapan pemakaian modus imperatif dalam kala the simple present tense (bahasa Inggris)

- kekerapan penggunaan konjungsi temporal disertai penomoran untuk menunjukkan urutan

- kekerapan penggunaan Proses Material

4 Eksposisi mendukung atau menegah suatu isu sosial

(Abstrak) Ù Tesis Ù [Argumen]n Ù Simpulan

- fokus pada Partisipan insani atau nirinsani

- penggunaan Proses Mental Process untuk menyatakan pendapat penulis/pembicara tentang suatu isu sosial

- penggunaan Proses Material untuk menyatakan kejadian

- penggunaan Proses Relasional untuk

Page 11: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

11Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

menyatakan keadaan atau sesuatu keharusan

- penggunaan the simple present tense (bahasa Inggris)

5 Diskusi - menampilkan pandangan terhadap satu isu sosial, sedikitnya dari dua sisi (Protagonis dan Antagonis)

Isu Ù [Argumen Setuju]n Ù [Argumen Menegah]n Ù Simpulan Isu Ù [Argumen dari berbagai Sisi]n Ù Simpulan Isu: (1) Pernyataan (2) Pandangan Umum Argumen: (1) Fokus (2) Uraian

- fokus pada Partisipan insani dan nirinsani

- kekerapan penggunaan Proses Material, Mental, dan Relasional

- penggunaan konjungsi Komparatif dan Urutan

- hujah dikodekan sebagai verba dan nominalisasi (pengabstrakan)

6 Narasi -bercerita dengan menyatakan ada sesuatu yang salah atau tidak wajar dan ada penyelesaian masalah itu

(Abstrak) Ù Orientasi Ù [(Evaluasi)] n Ù Komplikasi Ù ResolusiÙ (Koda)

- fokus pada Partisipan khusus sebagai individu

- penggunaan Proses Material

- penggunaan Proses Relasional

- penggunaan konjungsi dan Sirkumstan temporal

- penggunaan waktu lalu atau the past tense (bahasa Inggris)

7 Cerita Gurau -menceritakan peristiwa dengan nuansa gurau

Orientasi Λ [Peristiwa]n Λ Ulasan Gurau

- fokus pada Partisipan sebagai individu

- penggunaan Proses Material use

- penggunaan Sirkumstan temporal dan tempat

- penggunaan the past tense (bahasa Inggris)

Page 12: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

12 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

8 Cerita -menceritakan peristiwa sebagaimana adanya untuk informasi atau hiburan

Orientasi Λ [Peristiwa]n Λ Ulasan

- fokus pada Partisipan khusus

- penggunaan Proses Material

- penggunaan Sirkumstan tempat dan temporal

- fokus pada urutan waktu

- pemakaian the past tense (bahasa Inggris)

9 Laporan -memerikan terjadinya sesuatu dengan acuan ke sejumlah fenomena alam, ulah manusia dan sosial di lingkungan kita

Klasifikasi Umum Ù Deskripsi

- fokus pada Partisipan secara umum

- penggunaan Proses Relasional untuk menyatakan apa dan yang mana sesuatu yang dibahas

- penggunaan the simple present tense (bahasa Inggris)

- tidak ada urutan waktu 10 Anekdot -berbagi dengan

khalayak suatu peristiwa yang tidak lazim dan menyenangkan

(Abstrak) Λ Orientasi Λ Krisis Λ Reaksi Λ (Koda)

- penggunaan seruan, pertanyaan retorika, dan penguatan (seperti alangkah, sangat, amat) untuk menguatkan kebermaknaan suatu peristiwa

- penggunaan Proses Material untuk menjelaskan apa yang terjadi

- penggunaan konjungsi temporal

11 Berita -menginformasi-kan kepada pembaca, pendengar, atau pemirsa berita harian yang dianggap bernilai berita dan penting

Peristiwa Bernilai BeritaΛ [Latar Peristiwa]n Λ Sumber

- informasi singkat, telegrafik sebagai judul berita

- penggunaan Proses Material

- penggunaan proyeksi dengan Proses Verbal dari sumber berita

- fokus pada Sikumstan

Page 13: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

13Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

12 Ulasan -mengkritik karya seni atau peristiwa untuk kepentingan umum

Orientasi Λ InterpretasiΛ Evaluasi Λ Simpulan Evaluatif

- fokus pada Pertisipan khusus

- penggunaan leksis Sikap dan epitet, Atribut kualitatif dan Proses Mental Afektif

- penggunaan klausa elaboratif, penambahan dan kompleks grup

- penggunaan bahasa metafora

13 Komentar (Gurauan/Uraian)

-menerangkan proses yang terkait dalam pembentukan (evaluasi) suatu fenomena sosiokultural

Pernyataan Umum Λ [Uraian]n

- Partisipan umum nirinsani

- penggunaan Proses Material dan Relasioanl

- penggunaan Sirkumstan temporal dan sebab-akibat

- penggunaan the past tense (bahasa Inggris)

Genre merupakan instansiasi budayadalam pemakaian bahasa yang jumlahnyaditentukan oleh budaya penutur suatubahasa. Jumlah genre yang lengkap dalamsuatu bahasa sukar ditentukan dan sampaisetakat ini belum ada kajian mengenai halitu. Genre yang dibicarakan di dalam maka-lah ini khusus mengenai genre akademik.Di dalam bahasa Inggris terdapat genre yanglebih banyak dari genre akademik ini.

Beranalogi dengan sifat klausa, setiapgenre potensial bergabung dengan atau ma-suk ke dalam genre lain dalam bentuk para-taksis atau hipotaksis. Gabungan dua genreatau lebih dan masuknya satu genre ataulebih ke genre lain yang sejenis atau yangberlainan jenis menghasilkan genre kom-pleks, suatu keadaan yang merupakan ana-logi dari kompleks (kata, frase, klausa,klausa kompleks) pada tingkat atau strataleksikogramar dalam sistem semiotik ba-hasa. Dengan demikian, satu genre poten-sial dikaitkan dengan atau dimasukkan kedalam genre yang lain. Pada akhirnya,genre secara keseluruhan ditandai atau di-ekspresikan oleh bentuk linguistik.

IV. PEMBELAJARAN BERBASIS TEKSPembelajaran berbasis teks berdasar

pada pandangan bahwa bahasa adalah feno-mena sosial dengan pengertian bahwa ba-hasa adalah sumber daya untuk membuatarti antarmanusia. Dengan sifat bahasa se-bagai fenomena sosial, belajar bahasa akanlebih efektif jika pembelajar belajar menggu-nakan teks dalam konteks sosial yang oten-tik. Guru dan pembelajar terbabit dalam in-teraksi untuk menyampaikan arti denganteks. Dengan kata lain, guru dan pembelajarterbabit dalam upaya pembentukan teksdalam konteks sosial yang berterima ataualamiah. Walaupun tidak terpusat padaguru (teacher-centered), peran guru tidak da-pat dihilangkan atau dihindarkan dari mem-beri model, dengan melepas siswa belajarsendiri. Dengan kata lain, intervensi gurudalam pembelajaran tidak dapat dihindar-kan. Intervensi guru terealisasi pada upaya-nya membingkai (scaffolding) kegiatan pem-belajar untuk mencapai tujuan atau fokuspembelajaran pada setiap tahap dalam si-klus pembelajaran berbasis teks. Feez(1998:28) memerinci kegiatan pembelajaran

Page 14: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

14 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

berbasis teks dalam siklus yang terjadi darilima tahap, yakni (1) membangun konteks,(2) memberikan model dan dekonstruksiteks, (3) membentuk teks bersama, (4) mem-

buat teks secara mandiri, dan (5) menautkanteks yang terkait. Siklus pembelajaran yangmelibatkan guru dan pembelajar diringkasdalam Figura 4 berikut.

1Membangun konteks

2Memberikan model dandekonstruksi teks

3Membentuk teksbersama

4Membuat tekssecara mandiri

5Menautkan teksyang terkait

Figura 4 Tahap dalam Siklus Pembelajaran

Pada setiap tahap siklus pembelajaranitu guru dan pembelajar terbabit dengankegiatan yang tertuju ke suatu tujuan atauterfokus pada suatu hal. Pada tahap awalguru berperan dominan, kemudian peranitu makin menurun pada tahap berikutnyahingga akhirnya peran guru hampir tidakada atau sangat rendah pada tahap akhir.Hal itu berimplikasi sebaliknya pada peranpembelajar, yakni pada tahap awal peranpembelajar minimal dan meningkat padatahap-tahap berikutnya hingga dominanpada tahap akhir siklus pembelajaran itu.Tujuan atau fokus kegiatan pembelajaranpada setiap tahap siklus pembelajaran itudiuraikan dengan merujuk Feez (1998:28—31) sebagai berikut.

Pada tahap membangun konteks sosialteks(1) pertama sekali konteks sosial teks yang

otentik yang akan dipelajari diperke-nalkan kepada pembelajar, lalu

(2) para pembelajar mengekplorasi kon-teks budaya teks dan fungsi sosial teks,dan

(3) para pembelajar, kemudian mengamatiatau mengeksplorasi konteks situasiteks yang secara spesifik mengamati un-sur register teks yang menjadi kebutuh-an pembelajar. Unsur konteks situasi, se-perti diuraikan terdahulu mencakupiunsur medan, pelibat, dan sarana.

Pad a tahap memberikan model dandekonstruksi teks, para pembelajar(1) mengkaji pola atau struktur teks dan

fitur linguistik teks yang merealisasikanjenis teks yang dipelajari, dan

(2) membanding-bandingkan model teksyang menjadi fokus kajian dengan tekslain yang sejenis.

Pada tahap merencanakan teks bersa-ma, guru dan pembelajar terbabit dalamkegiatan bersama yang secara spesifik(1) para pembelajar mulai memberi ma-

sukan untuk pembentukan contoh-con-toh teks yang dipelajari dan kemudian

(2) guru secara bertahap mengurangi pe-rannya dalam pembentukan teks ketika

Page 15: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

15Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

para pembelajar makin menguasai jenisteks yang dipelajari dengan cakupanfungsi sosial, struktur teks, dan realisasidalam fitur linguistik.

Pada tahap membuat teks secara man-diri, secara individu pembelajar(1) bekerja sendiri dengan teks yang akan

dibuatnya dan(2) kinerja masing-masing siswa dalam

menulis atau menghasilkan teks digu-nakan sebagai penilaian.

Pada tahap menautkan teks yang ter-kait, para pembelajar mengkaji dan menelitibagaimana materi yang telah merekapelajari (fungsi sosial, struktur teks, dan fiturlinguistik) dapat dihubungkan dengan(1) teks lain dengan konteks yang sama

atau masih terkait dan(2) tahap-tahap pembelajaran yang telah

dilalui atau yang akan dihadapi dalamsiklus pembelajaran berikutnya.

Ketika guru dan pembelajar terbabit da-lam kegiatan pembelajaran pada semua ta-hap itu, tujuan yang akan dicapai atau fokuskegiatan untuk setiap tahap diupayakandicapai dengan berbagai kegiatan yang di-rancang oleh guru. Kegiatan yang dilaku-kan poetnsial bervariasi berdasarkan kete-rampilan guru. Dengan kata lain, model, tek-nik atau taktik pembelajaran yang diguna-kan guru berbeda dari satu kelas ke kelaslain sesuai dengan pengalaman dan kete-rampilan guru.

V. TEKS DAN CIRI KURIKULUM 2013Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris me-masukkan teks menjadi materi ajar. Dengankata lain, yang diajarkan dalam kurikulumini adalah teks, yang mencakupi genre aka-demik, seperti yang diuraikan terdahulu.

Dimasukkannya teks atau genre ke dalamKurikulum 2013 relevan dengan paradigmaglobalisasi dalam ilmu pengetahuan. Para-digma globalisasi dalam ilmu pengetahuantelah menjadikan teks relevan menautkanbahasan tentang aspek kebahasaan dan ba-hasa dengan mata pelajaran lain. Secaraalamiah orang menggunakan bahasa dalamteks atau genre dan bukan dalam kata, frase,atau kalimat yang terputus-putus (Kress,1993:36). Selanjutnya, bahasa adalah sumberdaya mengodekan makna dalam semuaaspek kehidupan, termasuk ilmu pengeta-huan. Dengan kata lain, dengan pendekatanatau pembelajaran berbasis teks ini bahasamenjadi titik pusat dalam pembelajaran se-mua bidang studi. Artinya, bahasa meram-bah lintas kurikulum. Pendekatan inilahyang menjadi kekuatan Kurikulum 2013,terutama dalam pembelajaran bahasa.Halliday (2003:250) dan Martin (2010:3) telahmengamati bahwa pembelajaran bahasamencakupi tiga area, yakni (1) belajar bahasaatau belajar menyampaikan arti dengan ba-hasa (learn language—use), (2) belajar realitasdalam mata pelajaran melalui bahasa (learnthrough language—reality), misalnya belajarbudaya, budi pekerti, etika, sejarah, fisika,matematika, dan disiplin ilmu lain ataubelajar menafsirkan realitas alam dan sosialsemesta dengan rujukan ke realitas bahasa,dan (3) belajar tentang bahasa atau belajartentang kaidah atau mekanisme bahasa(learn about language—usage). Unsur belajarmelalui bahasa inilah yang menjadi pendu-kung dan pemerkuat paradigma globalisasiilmu: satu disiplin ilmu hanya bermanfaatbagi kemanusian jika ilmu itu mampu me-nyatu atau terkait dengan ilmu atau disiplinlain. Kenyataan menunjukkan bahwa tidakada ilmu tanpa bahasa. Pengajaran dan pem-belajaran bahasa di Indonesia dalam kuriku-lum sebelumnya (misalnya Kurikulum1975, Kurikulum 2004, dan Kurikulum 2006atau KTSP) hanya mencakupi dua area,

Page 16: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

16 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

yakni belajar tentang bahasa dan belajarbahasa. Kurikulum 2013 telah membukapeluang untuk memasukkan unsur ketiga,yakni belajar melalui bahasa. Dengan katalain, pengintegrasian pengetahuan, kete-rampilan, dan sikap dalam setiap bahasandalam mata pelajaran telah memungkinkanguru memasukkan materi yang relevan de-ngan kebutuhan para pembelajar atau lu-lusan dalam konteks sosial mereka.

Kurikulum 2013 memiliki sejumlah ciriyang membedakannya dengan kurikulumsebelumnya (seperti Kurikulum 2004 danKurikulum 2006 atau KTSP). Dari sejumlahfitur yang relevan dibicarakan dalam maka-lah ini dan terkait dengan pembelajaran ba-hasa, terutama pembelajaran berbasis teksadalah(1) integrasi tiga unsur: pengetahuan, kete-

rampilan, dan sikap dalam pembelajar-an bahasa,

(2) pendekalan ilmiah, dan(3) penilaian otentik.

Pembelajaran bahasa Indonesia dan ba-hasa Inggris secara terintegrasi menyuguh-kan pembelajaran yang mencakupi pengeta-huan, keterampilan, dan sikap. Secara ope-rasional pengetahuan dibatasai sebagai pro-duk dari mengetahui apa, keterampilan seba-gai mengetahui bagaimana, dan sikap sebagaimengetahui mengapa. Dalam pembelajaranurutan mulai dari pengetahuan, keteram-pilan, dan sikap. Dengan kata lain, dalampembelajaran apa yang diketahui pembelajarmenjadi dasar untuk mengembangkan ba-gaimana yang diketahuinya itu menjadi ke-terampilan dan selanjutnya bagaimana pe-ngetahuannya tentang sesuatu membentukmengapa pembelajar mengetahui atau mem-bentuk sikap pembelajar. Akan tetapi, da-lam menilai capaian pembelajar, yang men-jadi fokus adalah sikap, yang diikuti olehketerampailan dan akhirnya pengetahuan.

Pengetahuan bahasa yang disuguhkanadalah fungsi sosial teks, struktur teks, danpengetahuan kebahasaan. Sajian pengetahu-an melalui tahap atau proses yang lazim di-lakukan, seperti yang dikemukakan dalamtaksonomi Bloom, adalah melalui prosesmengetahui, memahami, mengaplikasikan,menganalisis, menyintesis, dan mengeva-luasi.

Keterampilan bahasa mencakupi me-nyimak, berbicara, membaca, dan menulisyang dicapai secara terintegrasi dalam pem-belajaran dengan pendekatan ilmiah. Kete-rampilan dicapai dan dikembangkan mela-lui tahap atau proses yang dibuat oleh Dyersdalam taksonomi dan yang dikenal sebagaipendekatan ilmiah (scientific approach).

Sikap mencakupi sikap spritual, yaknisikap keyakinan dan takwa kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa, dan sikap sosial (ju-jur, santun, peduli, toleransi, bertanggungjawab, adil, sungguh-sungguh, dll). Sikapdicapai dan dikembangkan melalui tahapatau proses, seperti yang dikemukakan da-lam taksonomi Krathwohl, yang dimulaidari menerima, menanggapi, menghargai,menghayati, hingga mengaktualisasikansuatu sikap. Jika perpaduan pengetahuan,keterampilan, dan sikap disuguhkan kepa-da pembelajar, diharapkan proses pem-belajaran seperti itu akan menghasilkanpembelajar yang produktif, inovatif, kreatif,dan afektif yang mampu mengubah Indone-sia menjadi negara maju dan mampu meng-hadapi tantangan zaman.

Pendekatan ilmiah dalam Kurikulum2013 mencakupi lima tahap atau fase dalampembelajaran yang menekankan aktivitaspembelajar, yakni1) mengamati2) menanya3) menalar4) mencoba, dan5) membentuk jejaring.

Page 17: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

17Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

Pembelajaran berpusat pada pem-belajar atau siswa dengan tugas guru seba-gai pengarah atau membuat bingkai padakegiatan pembelajaran dalam kelima tahapitu. Dengan bingkai itu para pembelajar se-cara bersama atau mandiri diharapkan dandiupayakan mencapai tujuan atau fokus disetiap tahap pembelajaran itu.

Penilaian otentik menentukan bahwacapaian pembelajar bahasa dinilai berdasar-kan kompetensi atau kemampuannya me-realisasikan ketiga unsur pengetahuan, ke-terampilan, dan sikap dalam tugas yang se-sunggunya dapat dilakukan dalam kelas se-cara pedagogis. Penilaian yang dimaksuddalam Kurikulum 2013 adalah penilaianotentik pedagogis, bukan penilaian otentikrealitas. Satu ciri penilaian sikap adalah pe-nilaian yang dilakukan dalam proses pem-

belajaran yang berlangsung secara terusmenerus. Penilaian mencakupi penilaian ki-nerja, penilaian proyek, penilaian portofo-lio, dan penilaian tertulis.

VI. KESEJAJARAN PEMBELAJARANBERBASIS TEKS DAN PENDEKATANILMIAHTahap dalam siklus pembelajaran ber-

basis teks sejalan atau sejajar dengan tahappembelajaran dalam Kurikulum 2013. De-ngan kata lain, secara operasional kegiatanpembelajaran dalam setiap tahap pembe-lajaran berbasis teks membentuk kesejajarandengan kegiatan pembelajaran dalam ma-sing-masing tahap pendekatan ilmiah da-lam Kurikulum 2013. Kesejalanan dan ke-sejajaran tahap itu ditampilkan berpasangandalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Kesejajaran Tahap Pembelajaran Berbasis Teks dan Pendekatan Ilmiah

Pembelajaran Berbasis Teks Pendekatan Ilmiah Kurikulum

No. Tahap No. Tahap 1 Membangun konteks 1 Mengamati 2 Memberikan model dan

dekonstruksi teks 2 Menanya

3 Membentuk teks bersama 3 Menalar 4 Membuat teks secara mandiri 4 Mencoba 5 Menautkan teks terkait 5 Membentuk jejaring

Kesejalanan atau kesejajaran tahap ituditampilkan dalam realisasi pembelajaranberbasis teks dan aplikasi pendekatanilmiah dalam bentuk kegiatan pembelajarandalam kelas sebagai berikut ini. Diasumsi-kan bahwa guru telah menyusun RPP de-ngan menampilkan kompetensi dasar (KD)yang pada dasarnya diturunkan dari kom-

petensi inti (KI). KD mencakupi pengetahu-an, keterampilan, dan sikap. Materi pokokadalah bercerita dengan tujuan pembelajar-an dengan bersemangat, sungguh-sungguh dantekun pembelajar bercerita dengan lancar dalamkelas dengan realisasi bentuk lingusitik yangtepat, seperti diringkas dalam Tabel 3.

Page 18: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

18 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

Tabel 3 Kesejajaran Kegiatan Pembelajaran Berbasis Teks dan Pendekatan Ilmiah

Pembelajaran Berbasis Teks Pendekatan Ilmiah Kurikulum No. Tahap No. Tahap

1 Membangun konteks Guru memberi tahu pembelajar tentang kisah rusa di suatu areal hutan. Pelaku cerita adalah sepasang rusa dan pemburu. Ceritanya tragis kerena kedua rusa yang bahagia akhirnya menderita akibat kekejaman pemburu. Guru mnyampaikan cerita itu seperti pada teks (2).

1 Mengamati Pembelajar mengamati penyampaian guru dengan mendengarkan dan membuat catatan. Guru meminta siswa agar membuat catatan yang dianggap perlu oleh pembelajar

2 Memberikan model dan dekonstruksi teks Guru menganalisis cerita pada teks (2) berdasarkan fungsi, struktur teks, dan realisasi linguistik. Peran guru masih besar, tetapi sudah mulai menurun.

2 Menanya Guru menciptakan situasi yang memicu dan memacu siswa untuk bertanya terhadap materi atau hal lain yang terkait dengan cerita seperti dalam teks 2.

3 Membentuk teks bersama Guru bersama dengan pembelajar berupaya membangun teks dengan guru memulai awal cerita dan kemudian dilengkapi oleh pembelajar. Cerita yang dibentuk terkait dengan kebiasan merokok pada saat anak-anak dan remaja. Pembelajar membaca dan mengobservasi teks dari berbagai sumber.

3 Menalar Pembelajar menautkan pengalaman mereka dengan teks yang sedang dikonstruksi. Satu peristiwa dihubungkan dan dikaitkan dengan yang lainnya, seperti pada teks (3).

4 Membuat teks secara mandiri Pembelajar diminta menulis teks narasi secara individu dengan memfokuskan perhatian pada fungsi sosial teks, struktur generik, dan realisasi linguistik yang relevan. Mereka dikelompokkan dan setiap kelompok dipimpin oleh seorang ketua. Setiap kelompok berdiskusi untuk tugas yang dikerjakan, tetapi pekerjaan mereka secara individu. Karya mandiri inilah yang dinilai sebagai capaian pembelajar.

4 Mencoba Para pembelajar mencoba membentuk atau menulis sendiri teks narasi. Guru hanya memberi bantuan kalau ada pertanyaan dari para pembelajar.

Page 19: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

19Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

Pembelajar dinilai dalam tampilan dancapain mereka pada saat proses pem-belajaran berlangsung dan produk pem-belajaran diperoleh. Penilaian proses ini ter-utama dilakukan untuk menilai sikap. Peni-laian sikap dimulai sejak pembelajaran di-mulai dan berlangsung terus-meneruskarena sikap hanya terdeskripsi dalam ke-berlanjutan tingkah laku. Penilaian keteram-pilan juga berupa proses tetapi dapat dila-kukan di akhir pembelajaran. Berbeda de-ngan penilaian sikap dan keterampilan, pe-nilaian pengetahuan didasarkan pada teksdan merupakan penilaian produk.

(2)Sepasang Rusa

Ada satu cerita yang menyedihkan. Ini ter-jadi pada sepasang rusa yag dilanda asmara.Pada suatu hari pasangan itu pergi ke tepihutan yang ditumbuhi rumput subur danmuda yang dekat dengan danau. Merekaberkasih-kasihan dan menikmati segarnyarumput, udara senja, dan air danau yang jer-nih. Mereka berbahagia sekali. Akan tetapi,pasangan rusa ini sedang diintai pemburudari kejauhan yang sudah siap dengan se-napan berteleskop. Pemburu melepaskandua tembakan dan satu peluru mengenairusa betina. Rusa itu tersungkur, bersimbahdarah, dan mati. Rusa jantan berlari masukhutan. Kasihan, kekasihnya telah hilang. Ka-rena sedih dan kehilangan kekasihnya, diatersesat dan jatuh ke dalam jurang dalam.Tamatlah riwayatnya.

(3)Pengalaman Merokok

Ada pengalamanku yang tidak terlupakantentang merokok. Cerita ini terjadi ketikaaku berusia sembilan tahun. Aku suka filmcowboys dan senang sekali melihat bintangfilmnya menembaki penjahat sambil mero-kok. Aku ingin menjadi seperti cowboys da-lam film itu. Pada suatu hari aku dan teman-ku, Ali, mencoba merokok. Ali dan aku pergike tempat rahasia dan favorit kami di bawah

rumpun bambu di tepi sungai yang agakjauh dari kampung kami. Ali mengambilsatu bungkus rokok laci bapaknya dan akujuga membawa setengah bungkus rokokyang kuambil dari kantung celana ayahku.Kami sembunyi-sembunyi merokok di ba-wah rumpun bambu itu. Kami gembira danmenikmati rokok itu. Setelah hampir duajam merokok aku merasa pening. Ali mem-beri tahu aku bahwa dia merasa sakit kepaladan sesudah itu dia mengatakan bahwa diamelihat dunia seperti berputar. Tiba-tiba Alijatuh dan pingsan. Aku panik melihat Aliterlentang di rumput. Aku berlari ke kam-pung dan memberi tahu orang tua kami.Penduduk kampung datang ke tempat itudan kami pun dibawa ke puskesmas untukpengobatan. Setelah Ali siuman dan aku se-gar kembali, orang tua kami marah sekaliakibat ulah kami yang nakal itu. Pamankumenampar aku dua kali dan Ali dipukulabangnya sebagai hukuman supaya kamijera merokok.

VII. PROSPEK PEMBELAJARAN BAHASABERBASIS TEKS DAN KURIKULUM 2013Dengan pendekatan berbasis teks dan

Kurikulum 2013 dengan ketiga ciri utama-nya itu, pembelajaran bahasa Indonesia danbahasa asing di Indonesia diharapkan me-miliki prospek yang baik dengan produkakhir membentuk pembelajar atau lulusandengan pengetahuan kebahasaan yang da-lam, keterampilan berbahasa yang kreatifdan inovatif dan sikap yang baik terhadapagama dan masyarakatnya. Belajar bahasasekaligus mencakupi ketiga area yang dike-mukakan oleh Halliday (2003:250), yaknibelajar (menyampaikan arti dengan) bahasa,belajar (mekanisme atau kaidah) mengenaibahasa, dan belajar (realitas) melalui bahasa.Dengan capaian dalam tiga area itu pem-belajaran bahasa menjadi mata pelajaran lin-tas bidang studi dan pada saat yang samamenjadi penghela ilmu pengetahun karenasemua mata pelajaran adalah sistem maknasesuai dengan sifat mata pelajaran itu yang

Page 20: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

20 Vol. 9, Nomor 1, Juni 2014

kemudian direalisasikan oleh tata bahasaatau leksikogramar teks dalam mata pelajar-an itu. Sifat satu mata pelajaran berdeda de-ngan sifat mata pelajaran yang lain dan reali-sasi perbedaan itu terdapat pada tata bahasaatau leksikogramar teks. Secara operasionalhal ini mengindikasikan bahwa tata bahasaatau leksikogramar mata pelajaran sejarahberbeda dengan leksikogramar teks fisika.Hal ini berimplikasi bahwa belajar matapelajaran sejarah adalah belajar tata bahasaatau leksikogramar teks sejarah yang berbe-da dengan leksikogramar teks fisika. De-ngan demikian, prospek pembelajaran ba-hasa berbasis teks dalam Kurikulum 2013akan lebih baik karena dengan pendekatanitu bahasa diletakkan pada fungsi alamiah-nya, yakni menghela atau merealisaikanilmu pengetahuan. Dengan kata lain, pem-belajaran ilmu pengetahuan dalam berbagaimata pelajaran didukung oleh pembelajaranbahasa. Hal ini berbeda dengan praktik pem-belajaran dalam kurikulum sebelumnyayang meletakkan pembelajaran bahasa ha-nya sebagai urusan guru bahasa. Kini, de-ngan Kurikulum 2013, peran guru bahasamakin besar dalam pencapaian ilmu penge-tahuan.

VI. PENUTUPPembelajaran berbasis teks memiliki

kesejalanan dan kesejajaran dengan Kuriku-lum 2013, terutama dalam hal kesejajaran ta-hap dalam siklus pembelajaran berbasis teksdengan tahap atau langkah dalam pende-katan ilmiah. Dengan pendekatan berbasisteks pembelajaran bahasa mendukung ca-paian kompetensi integratif dari pengetahu-an, keterampilan, dan sikap. Selanjutnya,dengan pembelajaran berbasis teks dan pen-dekatan ilmiah peran pembelajaran bahasamenjadi lintas kurikulum dengan pengerti-an pembelajaran bahasa menjadi penghelailmu pengetahuan dan pemerkuat paradig-ma global dalam ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKAChandler, D. 2008. Semiotics: the Basics.

London: Routledge.Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics.

Bloomington: Indiana Univesity Press.Eggins, S. 2004. An Introduction to Systemic

Functional Linguistics. New York:Continuum.

Fawcett, R. P. 1984. “Foreword.” DalamFawcett, R. P., M. A. K. Halliday, S. M.Lamb dan A. Makkai (eds). The Semoticsof Culture and Language: Language as SocialSemiotics. Vol 1 London: Frances Pinter.

Feez, S. 1998. Text-Based Syllabus Design.Sydney: NCELTR Macquarie University.

Gerot, L. and P. Wignell. 1994. Making Senseof Functional Grammar. Sydney: GerdStabler.

Halliday, M. A. K. 2003. “Towards aLanguage-Based Theory of Learning.”Dalam Webster, J. J (ed.). The Language ofEarly Childhood. London: Continuum,327—352.

—————. 2004. An Introduction to FunctionalGrammar. London: Edward Arnold.

—————. 2005. “On Grammar and Gram-matics.” Dalam Webster, J. J (ed.) OnGrammar. London: Continuum, 384—417.

Halliday, M. A. K. Dan C. M. I. Matthiessen.2001. Construing Experience throughMeaning: a Language-based Approach toCognition. London: Continuum.

Iedema, R. 2011. The history of the accidentnews story. Australian Review of AppliedLinguuistics 20(2), 95—115.

Kress, G. 1993. Genre as Social Process.Dalam Cope, B and M. Kalanzis (eds) ThePower of Literacy: A Genre Approach toTeaching Wriring. London: The FalmerPress.

Martin, J. R. 1992. English Text: System andStructure. Amsterdam: John Benjamins.

Page 21: PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS TEKS DALAM KURIKULUM …

21Pembelajaran Bahasa Berbasis Teks dalam Kurikulum 2013

—————. 1997. “Analysing Genre:Functional Parameters.” Dalam Christieand J. R Martin (eds). Genre andInstitutions: Social Processes in the Workplaceand School. London: Cassell.

—————. 2010. “Semantic VariationModelling System, Text and Affiliationin Social Semiosis.” Dalam Bednaarek,M. dan J. R. Martin (eds). New Discourseon Language: Funtional Perspectives onModality, Identity and Affiliation. London:Continuum, 1—34.