berbasis teks

55
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-21 berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sesuai dengan kemajuan abad ke-21 tersebut, maka terjadi perubahan paradigma pembelajaran. Pergeseran paradigma pembelajaran tersebut diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu, mam pu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya menyelessaikan masalah (menjawab), melatih berpikir analitis, (pengambilan keputusan bukan berpikir mekanistis (rutin), menekankan pentingnya kerja sama atau kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi, tetapi juga meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar. Pada hakikatnya berbahasa adalah berpikir. Dengan ketapatan dan keteraturan berpikiran, maka akan lahir bahasa yang sistematis, logis, dan komunikasi. Ketidakteraturan seseorang dalam berpikir akan tergambar seseorang berbahasa. Pergeseran paradigma pembelajaran abad ke-21 tersebut diakomodasi dalam kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya. Menurut kurikulum 2013, bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi sarana mengembangkan kemampuan berpikir. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, Mahsun menyatakan teks adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap, yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya. Teks dapat dalam bentuk tertulis maupun lisan. Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatar bekangi lahirnya teks tersebut. Piaget berpendapat, bahasa terbentuk karena ada yang membentuk yaitu berupa proses berpikir. Tanpa proses berpikir, bahasa tidak akan pernah ada, sehingga proses kemunikasi dalam budaya tidak akan

Upload: sahrulasri

Post on 16-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bi berbasis teks

TRANSCRIPT

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ke-21 berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sesuai dengan kemajuan abad ke-21 tersebut, maka terjadi perubahan paradigma pembelajaran. Pergeseran paradigma pembelajaran tersebut diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu, mam pu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya menyelessaikan masalah (menjawab), melatih berpikir analitis, (pengambilan keputusan bukan berpikir mekanistis (rutin), menekankan pentingnya kerja sama atau kolaborasi dalam menyelesaikan masalah.

Pembelajaran bahasa Indonesia tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi, tetapi juga meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar. Pada hakikatnya berbahasa adalah berpikir. Dengan ketapatan dan keteraturan berpikiran, maka akan lahir bahasa yang sistematis, logis, dan komunikasi. Ketidakteraturan seseorang dalam berpikir akan tergambar seseorang berbahasa.

Pergeseran paradigma pembelajaran abad ke-21 tersebut diakomodasi dalam kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya.

Menurut kurikulum 2013, bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi sarana mengembangkan kemampuan berpikir. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, Mahsun menyatakan teks adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap, yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya.

Teks dapat dalam bentuk tertulis maupun lisan. Teks dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatar bekangi lahirnya teks tersebut.Piaget berpendapat, bahasa terbentuk karena ada yang membentuk yaitu berupa proses berpikir. Tanpa proses berpikir, bahasa tidak akan pernah ada, sehingga proses kemunikasi dalam budaya tidak akan terwujud secara maksimal. Dalam hal ini berarti perilaku berbahasa yang sudah ada dalam pemikiran manusia itu sendiri bisa juga dianggap sebagai bahasa yang terdapat dari nurani manusia itu sendiri.Berkanaan dengan masalah bahasa dan pemikiran, Bruner memperkenalkan teori yang disebutnya teori instrumentalisme. Menurut teori ini, bahasa adalah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu.

Dengan kata lain, bahasa dapat membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir secara sistematis. Bruner berpendapat bahwa bahasa dan pemikiran berkembang dari sumber yang sama.Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa. Sebaliknya, kemampuan berbahasa berpengaruh pada kemampuan berpikir.Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang logis, baik dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya untuk berkomunikasi.Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan bahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak.

Menurut Sartono (2006), ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat pada ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemrosesan berpikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.Keterampilan berbahasa tidaklah sederhana, tetapi kompleks. Kompleksitas keterampilan berbahasa meliputi keterampilan membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Ada keterampilan berbahasa yang represif dan keterampilan yang berisfat ekspresif. Karena itu, pembelajaran berbahasa hendaklah menyentuh semua aspek keterampilan berbahasa.

Pembelajaran berbahasa hendaklah dilakukan secara integratif. Artinya, dalam satu kegiatan pembelajaran, ada tahap-tahap untuk menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Kegiatan pembelajaran menulis dapat dimulai dari kegiatan membaca atau menyimak. Menyimak dapat dilanjutkan dengan kegiatan menulis apa yang disimak, membacakan apa yang ditulis atau mempresentasikan apa yang disimak dan sebagainya.

Pembelajaran berbahasa tidak dilakukan secara terpisah-pisah atau terpotong-potong, tetapi dilakukan secara utuh. Pembelajaran berbahasa dilakukan secara terintegrasi dengan kata-kata lepas. Mengajar kosakata, atau istilah misalnya, tidak dilakukan dengan menganalisis teks.

Kosakata yang diajarkan dimasukkan ke dalam teks. Dengan menggunakan teks, peserta didik akan melakukan analisis dalan identifikasi yang berkaitan dengan isi teks.

Menurut Maryanto, secara metodologis-pedagogis, pembelajaran teks selalu diproses dengan tahapan pembangunan konteks, pemodelan teks, kerja sama membangun teks dan kerja mandiri mengembangkan teks.

Penggunaan teks dalam pembelajaran bahasa memungkinkan peserta didik dapat berlatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Melalui pembelajaran membaca misalnya, peserta didik mengasah kemampuannya melalui kegiatan menjawab pertanyaan, mengidentifikasi data dalam teks, membandingkan isi teks, mengalisis isi teks dan sebagainya.Guna melaksanakan pembelajaran yang berbasis teks, diperlukan kemampuan yang memadai untuk merancang teks yang akan disajikan. Teks yang dipilih hendaklah kontekstual, aktual, dan menarik bagi peserta didik.

Guru dapat menggunakan berbagai sumber yang ada seperti buku, majalah atau surat kabar atau kreativitas guru sendiri. Yang paling penting, bagaimana teks yang dipilih dapat menunjang kegiatan pembelajaran baik dari segi isi, orisinilitas maupun kualitasnya. Dengan menggunakan teks yang tepat, guru akan memiliki keuntungan ganda.

Pertama, guru akan dapat melaksanakan tahap pembelajaran lebih sistematis, menarik dan menantang. Kedua, guru secara tak langsung telah melatih kemampuan berpikir dan bernalar siswa.Melalui pendekatan berbasis teks, peserta didik memiliki kesempatan yang banyak untuk membaca, menulis dan mempresentasi isi dan merespon teks yang dibacanya. Dengan demikian, diharapkan peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk berpikir yang sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi dan kompetitif di masa datang. Kesuksesan seseorang pada masa yang akan datang turut ditentukan oleh kemampaun dan kematangannya dalam berpikir.

XxxxPada pelaksanaan kurikulum 2013 bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu pengetahuan siswa. Perkembangan pengetahuan siswa seiring dan seirama dengan perkembangan kemampuan berbahasa. Kemahiran menguasai makna dan struktur bahasa Indonesia sekaligus menjadi kekayaan pengetahuannya.Kemampuan berbahasa menghela kecakapan siswa dalam mengiteraksikan hasil pemikiran baik secara tertulis maupun vebal pada interkasi sosial dalam menudukung pengungkapan pikiran dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, hukum, maupun industri. Peran memediakan pikiran secara tertulis kini makin penting dalam kehidupan sejalan dengan pertumbuhan pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat.Istilah Berbasis TeksIstilah teks, juga sering disebutgenreadalah satuan bahasa yang dimediakan secara tertulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula. Riyadi menyatakan bahwa teks adalah bahasa yang sedang digunakan dalam konteks tertentu. Pandangan tersebut menyatakan bahwa teks dapat muncul dalam bentuk lisan maupun tulisan yang tidak terlepas dari sistem bahasa pada konteksnya.Istilah teks sering disepadankan dengan istilahgenrekarena kegiatan berbahasa merupakan proses sosial yang berproses secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu sebagaimana dinyatakan Wiratno yang merujuk pada Martin&Rose (2003).Genre berkaitan dengan latar belakang budaya dan sosial yang mendasari tercipta suatu teks. Karena itu, mengenali teks secara mendalam tak akan lepas dari nilai-nilai budaya yang melatarinya dan tujuan sosial mendasarinya. Analisis lebih jauh melalui teks tertentu dapat dikenali pula nilai-nilai spiritual atau moral yang melandasi tumbuhnya tujuan sosial maupun nilai-nilai budaya. Analisis seperti ini dapat membawa pemahaman tentang dimensi genre secara luas di samping pengenalan secara sempit tentang jenis teks yang menjadi bahan kajian.Teks atau genre bisa sebagai wacana (discourse). Istilah wacana menurut kamus besar merupakan (1) komunikasi verbal; percakapan; (2) lingkungan keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (3) lingkungan satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah; (4) lingkungan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; (5) pertukaran ide secara verbal.Membedakan teks, genre, dan wacana adalah produk dari sudut pandang yang berbeda terhadap realitas bahasa dalam konteksnya. Bahasa dapat muncul dalam bentuk strutur, sebagai media interaksi sosial untuk mencapai tujuan tertentu, atau sebagai keseluruhan tutur yang dilandasi dengan cara berpikir sistematis dan logis.Teks dilihat dari dimensi fisik jelas dapat keberadaannya, dapat dianalisis strukturnya, dan dapat dikenali unsur-unsurnya. Dilihat dari dimensi abstrak, teks merupakan satuan makna bahasa melekat dalam penggunaanya dalam konteks tertentu. Dilihat dari dimensi proses sosial makateksbermanka sejajar dengangenre. Jika dilihat dari proses komunikasi dalam penuturan atau pemediaan pikiran secara utuh, maka teks merupakan bermakna sama denganwacana.Hasil analisis dari berbagai dimensi tersebut, maka teks memiliki ciri berikut: Memiliki tata organisasi yang kohesif Mengungkapkan makna. Terstruktur pada konteks Dapat dimediakan dalam bentuk tulis maupun lisan (Wiratno).Langkah Pengembangan TeksLangkah pengembangan teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan empat langkah berikut: Membangun Konteks (MK) Membentuk model teks (Pemodelan) Membangun teks bersama-sama (MtB) Membangun teks secara mandiri (MTM)Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks memiliki implikasi terhadap pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas dari teks dalam bentuk lisan maupun tulisan. Proses pembelajaran saintifik menjadi terintegasi dengan empat langkah kegiatan denganenam M(mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta).Integrasi khas dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan menghasilkan model berikut:1. Membangun konteksmelalui kegiatanmengamatiteks dalam konteksnya danmenanyatentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah membangun konteks siswa dapat didorong untuk memahami nilai spiritual, nilai budaya, tujuan yang melatari bangun teks. Pada proses ini siswa mengeksplorasi kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di sini siswa dapat mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan belajar.2. Membentuk modelmelalui kegiatanmencoba dan menalarmerumuskan model strukur fonologi, gramatikal, leksikal, dan makna teks dibacanya. Pada langkah ini siswa didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan (1) simbol, (2) bunyi (3) tata bahasa dan (4) makna. Melalui analisis fakta dan data pada teks yang dipelajarinya siswa memperoleh model imbuhan, struktur imkata, frase, klausa, kalimat, maupun paragraf. Semua hal tersebut siswa pelajari pada konteks pemakaiannya. Pada tahapan ini siswa dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya. Proses aktivitas pengenalan bukan sebagai tujuan akhir pembelajaran, melainkan sebagai awal kegiatan untuk mengembangkandaya cipta.3. Membangun teks bersama-samamenyusun teks bersama masih dalam kegiatanmencoba,menalar, dan menciptasecara kolaboratifyang dilanjutkan denganmenyaji. Siswa menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini diharapkan semua siswa dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu.4. Mengembangkan teks secara mandiridengan titik tekan pada siswa dapat menunjukkan kompetensinya secara individual dalammencipta.Karena itu, dimensi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia wajib memenuhi empat langkah dasar, enam langkah mengembangkan keterampilan beraktivitas secara saintifik, dua model kegiatan koloboratif dan individual, dan berdimesi beraktivitas dan berkarya.Apakah produk belajar yang diharapkan ?Hal yang paling penting guru perhatikan adalah menentukan kompetensi yang hendak dicapai yang disesuaikan dengan kebutuhan pada konteks kehidupan masa kini dan pada masa depannya. Target keunggulan pencapaian kompetensi perlu disesuaikan dengan potensi diri siswa, konteks sosial, lingkungan, serta daya dukung sekolah. Keunggulan yang perlu guru perhatikan ialah keunggulan dalam proses beraktivitas dan teks yang dapat siswa wujudkan melalui proses belajar.Dihubungkan dengan kebutuhan hidup pada abad 21, kecakapan praktis yang perlu siswa kuasai, di antaranya,Sebelum menentukan indikator kompetensi yang dapat siswa capai, guru perlu memperhatikan Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator pencapaian kompetensi serta memperhatikan, buku guru dan buku siswa sebagai dasar penyusunan RPP.Indikator kompetensi meliputi;1. Pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan secara seimbang.2. Keterampilan mengorganisasi data, fakta, atau informasi yang diperolehnya dari kegiatan melihat, mendengar, merasakan, dan dengan memberdayakan pengetahuan yang sudah dikuasai sebelumnya.3. Penguasaan konsep kebahasaan4. Terampil berpikir tinggi5. Mengembangkan aktivitas secara kolaboratif.6. Mengembangkan pengalaman berkarya Menghasilkan karya yang siswa perlukan dalam hidupkan yang nyata.7. Variasi model karya dapat dilihat bahwa semua jenis produk dunia industri disertai pedoman penggunaan atau manual, untuk semua pekerjaan memerlukan panduan, memerlukan format, bahkan mengantar kematian tidak pun masih diperlukan teks keterangan kematian. Teks diperkukan di mana pun.Pada indikator tercermin nilai-nilai spiritual, nilai budaya, dan nilai sosial yang dapat menjadi dasar pengembangan ahlak, pengetahuan kebahasaan, informasi faktual atau data yang dapat siswa gunakan untuk mengembangkan keterampilan tinggi yang logis dan sistematis, penggunaan bahasa dalam kolaborasi, dan karya dalam bentuk teks.

XxxxxKurikulum 2013 tercatat sebagai perubahan ketiga selama era politik reformasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang disebut-sebut mengalami perombakan total dalam Kurikulum 2013 ini, selain Matematika dan Sejarah. Bila dalam Kurikulum 2006 mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih mengedepankan pada keterampilan berbahasa (dan bersastra), maka dalam Kurikulum 2013 ini Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat rendah. Dari studiTrends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)tahun 2011, hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu memecahkan persoalan yang membutuhkan pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level menengah, yaitu memecahkan persoalan yang bersifat hapalan.Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Belajar Bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi belajar. Namun, perlu juga dipelajari soal makna atau bagaimana memilih kata yang tepat. Selama ini pembelajaran BI tidak dijadikan sarana pembentuk pikiran padahal teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap. Karena itu pembelajaran BI harus berbasis teks. Melalui teks maka peran BI sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu lain dapat dicapai.Pembelajaran teks membawa anak sesuai perkembangan mentalnya, menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Adalah kenyataan, masalah kehidupan sehari-hari tak terlepas dari kehadiran teks. Untuk membuat minuman atau masakan, perlu digunakan teks arahan/ prosedur. Untuk melaporkan hasil observasi terhadap lingkungan sekitar, teks laporan perlu diterapkan. Untuk mencari kompromi antarpihak bermasalah, teks negosiasi perlu dibuat. Untuk mengkritik pihak lain pun, teks anekdot perlu dihasilkan. Selain teks sastra non-naratif itu, hadir pula teks cerita naratif dengan fungsi sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu terdapat pada setiap jenis teks, baik genre sastra maupun nonsastra, yaitu genre faktual (teks laporan dan prosedural) dan genre tanggapan (teks transaksional dan ekspositori).Materi pembelajaran Bahasa Indonesia membuat muatan Kurikulum 2013 penuh struktur teks. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks memang baik. Namun, di lapangan peserta didik menjadi jenuh karena setiap kali harus berhadapan dengan teks, teks, dan teks. Di samping itu, materi sastra yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan karakter dan budi pekerti peserta didik banyak dihilangkan. Kurikulum 2013 melakukan reduksi secara besar-besaran terkait dengan jenis teks sastra. Dari sejumlah kekayaan yang ada dalam khazanah sastra Indonesia, hanya sebagian kecil yang dimasukkan dalam kurikulum. Hal inilah yang juga sempat membuat sastrawan Taufik Ismail kecewa (Horison, Juni 2013). Sastra, selain dapat menggiring anak untuk gemar membaca dan menulis, juga dapat menjadi wahana penanaman nilai-nilai kehidupan bagi manusia yang berbudaya.Materi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 kiranya masih perlu banyak dibenahi. Materi tentang jenis-jenis teks masih kabur dan tumpang tindih. Hal ini akan berdampak pada pembelajaran di kelas. Buku teks yang disediakan pemerintah dirasa cukup membantu. Namun, bila konsep tentang teks yang tertulis di dalamnya tidak tepat, guru harus berani bersikap bijak agar peserta didik tidak dibuat bingung. Dengan demikian, tujuan pembelajaran dapat tercapai.#XxxxPEMBELAJARAN BAHASA INDONESIABERBASIS TEKS: BELAJAR DARI OHIOAMERIKA SERIKATMain SufantiPBSID FKIP Universitas Muhammadiyah SurakartaMagister Pengkajian Bahasa Pascasarjana UnivesitasMuhammadiyah [email protected]. PendahuluanSaat ini sedang dilaksanakan sosialisasi Kurikulum2013 dengan segala problemnya. Kurikulum 2013 yangmencakup sejumlah perubahan direncanakan mulaidiberlakukan Juli 2013 di sebagian sekolah di Indonesia yangdipilih oleh Kemendikbud (Kompas,15 April 2013). Kondisidan sikap masing-masing daerah dan elemen masyarakatdalam hal ini berbeda-beda. Disdikpora kota Solomengklaim siap menerapkan kurikulum 2013 mulai Julimendatang, walaupun saat ini masih menunggu sosialisasi(Solopos,27 April 2013). Daerah lain merasa belum siap,bahkan ada beberapa elemen masyarakat yang menolakpemberlakuan kurikulum di tahun ini. Oleh karena itu,kurikulum 2013 perlu dikaji dengan lebih bijak agar dapatdilaksanakan dengan baik dan benar-benar meningkatkankualitas pendidikan.37Menurut Mahsun (2013) semua pelajaran bahasaIndonesia mulai jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengansekolah menengah atas (SMA) berbasis teks. Denganberbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak saja hanyadijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai saranamengembangkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu,pembelajaran berbasis teks ini perlu segera dipahami olehpemerhati pengajaran bahasa Indonesia, guru bahasaIndonesia, mahasiswa, dan pihak-pihak yang terkait.Artikel ini memaparkan hasil kajian terhadapKurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia. KarenaKurikulum 2013 dalam mata pelajaran tersebut berbasis teks,maka perlu dipaparkan salah satu praktik pembelajaran yangberbasis teks yaitu proses pembelajaran di Liberty MiddleSchool di Amerika Serikat. Paparan ini tidak inginmenyampaikan bahwa apa yang terjadi di sekolah itusemuanya baik yang harus ditiru, tetapi sebagai masukanbahwa apa yang dicanangkan di dalam Kurikulum 2013 itubukan sesuatu yang sangat baru. Belajar dari pengalamanadalah suatu keharusan. Berdasarkan kajian terhadapKurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia danpembelajaran di Liberty Middle School selanjutnya diusulkanbeberapa hal untuk menyambut Kurikulum 2013 ini. Olehkarena itu, artikel ini disusun dengan sistematika:pendahuluan, pembelajaran berbasis teks, teks dalamKurikulum 2013, pembelajaran di Liberty Middle SchoolAmerika Serikat, usul implementasi pembelajaran berbasisteks, dan penutup.382. Pembelajaran Berbasis TeksIstilah pembelajaran berbasis teks dapat dipahami dariarti masing-masing katanya. Kata basis dalam KUBI(Alwi, et. all, 2002:111) berarti dasar atau asas. Kata dasardiartikan alas atau fondasi; pokok atau pangkal suatupendapat, aturan, atau ajaran (Alwi, et. all, 2002:238).Adapun kata asas diartikan dasar (sesuatu yang menjaditumpuan berpikir atau berpendapat) (Alwi, et all,2002:70).Berdasarkan arti kata basis ini, maka pembelajaranberbasis teks dapat dinyatakan pembelajaran yangmenjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan tumpuan.Pengertian teks dalam kurikulum ini berbeda denganpengertian teks selama ini. Teks selama ini diartikan sebagaiwacana tertulis (Alwi, et. al, 2002:1159). Dalam kurikulum2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Teksitu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang didalamnya ada situasi dan konteksnya (Mahsun, 2013). Teksdibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang didalamnya ada register atau ragam bahasa yangmelatarbelakangi lahirnya teks tersebut. Maryanto (Kompas, 3April 2013) juga menyatakan bahwa yang dimaksud teksdalam Kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkanmultimodal seperti gambar.Hartoko dan Rahmanto (1986:141) mendefinisikanteks adalah urutan teratur sejumlah kalimat yang dihasilkandan atau ditafsirkan sebagai suatu keseluruhan yang kaitmengkait. Pengertian ini mendukung pendapat bahwa teksdapat terdiri dari teks tulis dan lisan. Kim dan Gilman(2008:114) juga membedakan teks dengan istilah visual textdan spoken text. Pengertian inilah yang tergambar dalam39Kurikulum 2013. Sebagai contoh, pengertian teks dalam KDSMP/MTs kelas VII:2.1 berikut: Menyusun teks hasilobservasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dancerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akandibuat baik secara lisan maupun tulisan(Kemendikbud,2013b:40).3. Teks dalam Kurikulum 2013Berdasarkan kurikulum selama ini yang selalumemperhatikan adanya pembelajaran kemampuan berbahasadan kemampuan bersastra, maka teks dalam Kurikulum 2013dapat juga dibedakan antara teks sastra dan teks nonsastra.Berdasarkan kajian kompetensi dasar pada kurikulum 2013untuk SD/MI (Kemendikbud, 2013a) mata pelajaranBahasa Indonesia ditemukan 28 teks yang meliputi 7 tekssastra (25%) dan 21 teks nonsastra (75%). Adapun diSMP/MTs. (Kemendikbud, 2013b) pada mata pelajaranBahasa Indonesia ditemukan 14 teks yang meliputi 3 tekssastra (23%) dan 11 teks nonsastra (77%). Adapun diSMA/MA (Kemendikbud, 2013c) dalam mata pelajaranBahasa Indonesia ditemukan 14 teks yang meliputi 6 tekssastra (43%) dan 8 teks nonsastra (57%). Temuan iniberbeda dengan apa yang disampaikan oleh Mahsun(Kompas,27 Februari 2013) yang menyatakan bahwa dijenjang SD sebanyak 30 jenis teks, SMP 45 jenis teks, danSMA 60 jenis teks. Temuan ini juga menunjukkan bahwapenyusunan Kurikulum 2013 tidak memperhatikanperbandingan antara teks sastra dengan nonsastra. Antarajenjang sekolah tidak ada persamaan perbandingan.40Kurikulum 2013 tidak menjelaskan secara rincibagaimana pendekatan pembelajaran bahasa Indonesiatermasuk sastra sebagaimana pada kurikulum sebelumnya.Karena tidak ditemukan penjelasan, maka membahassubstansi teks dalam kurikulum ini hanya berdasarkaninterpretasi terhadap kompetensi dasar dalam mata pelajaranBahasa Indonesia. Kompetensi Dasar merupakankompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yangditurunkan dari Kompetensi Inti (Kemendikbud, 2013a:8).Adapun Kompetensi Inti merupakan terjemahan atauoperasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentukkualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telahmenyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentuatau jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi Inti dirancangdalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaandengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial(Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), danpenerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4).Hasil kajian terhadap kompetensi inti dan kompetensidasar dari mata pelajaran bahasa Indonesia di SD/MI,SMP/MTs., dan SMA/MA Kurikulum 2013 bahwa teksdipelajari sebagai pengetahuan dan penerapan pengetahuan.Substansi teks dalam Kurikulum 2013 di SD/MI yang lainadalah pembelajaran bahasa dan sastra digunakan untukmengajarkan materi IPA dan IPS.Hal yang baru dalam kKrikulum 2013 adalahpembelajaran yang integratif antara pembelajaran bahasa dansastra Indonesia dengan IPA dan IPS. (Sebenarnya ini dalamKurikulum 2006 juga telah terjadi yaitu pada pembelajarantematik di SD kelas 1-3, namun pelaksanannya belumefektif). Apabila guru tidak mampu menyeimbangkan dua41konten yang berbeda ini, maka bisa saja salah satu kontendari mata pelajaran akan hilang. Apabila hal ini terjadi, makapelajaran bahasa Indonesia benar-benar hanya sebagai alatpengantar mata pelajaran lain. Maryanto (Kompas, 3 April2013) menyatakan bahasa Indonesia dijadikan mapelpenghela, penghulu, dan pembawa ilmu pengetahuan. Jika diawal sosialisasi kurikulum 2013 banyak guru menanyakanhilangnya mata pelajaran IPA dan IPS di SD kelas rendah,maka sangat mungkin setelah kurikulum ini dilaksanakan dikelas akan terjadi sebaliknya. Semua pelajaran bahasaIndonesia termasuk sastra hanya terasa IPA dan IPS.4. Pembelajaran di Liberty Middle SchoolPaparan ini merupakan hasil observasi prosespembelajaran, analisis dokumen, dan wawancara terhadapguru di Liberty Middle School pada tanggal 28 Nopember2012. Sekolah ini beralamat di l1055 Evans BoulevardNewark, OH 43055 Amerika Serikat. Observasi dilakukanselama 6 jam terhadap suasana proses belajar mengajar,media pembelajaran, dan perlengkapan kelas. Prosespembelajaran yang diobservasi pada mata pelajaran Readingand Writing. Analisis dokumen dilakukan terhadap kurikulum,berkas-berkas persiapan mengajar, berkas-berkas hasilpembelajaran, hasil-hasil evaluasi, dan bahan ajar. Adapunwawancara dilakukan terhadap seorang guru yang mengajarReading and Writing yang bernama Kristin Bihli.Berdasarkan hasil analisis ditemukan beberapa hal yangberkaitan dengan pembelajaran berbasis teks. Beberapa halitu adalah: mata pelajaran Reading and Writing, moving class,team teaching, model pembelajaran, portofolio, pajangan hasil42karya siswa, dan bahan bacaan. Temuan-temuan inidipaparkan sebagai berikut.a. Reading and WritingDi sekolah ini terdapat mata pelajaran Reading andWriting secara khusus. Dengan adanya mata pelajaran inisecara khusus, anak-anak mendapat waktu yang cukup untukmempelajari suatu bacaan (teks). Pembelajaran berdasarkanteks yang telah dipilih dengan berbagai pertimbangan. Anakanakmembaca teks tertentu (sering berkelanjutan dariminggu ke minggu) kemudian dilanjutkan dengan kegiatandiskusi, demonstrasi, tanya jawab, dan dikaitkan denganpembelajaran menulis. Hasil karya anak juga berupa teks,misalnya: sinopsis, cerita perjalanan, paragraf narasi,karangan deskripsi, dan sebagainya.Pembelajaran model ini dapat diterapkan dengan baikdi sekolah ini karena guru diberi kesempatan untukmengembangakan kreativitasnya dengan kurikulum yangsimpel dan fleksibel. Sebagai contoh, kurikulum Reading andWriting ini disusun secara simpel dan pelaksanaannyafleksibel. Di kelas 8 kuartal I hanya terdapat dua materiyaitu: (1) membaca novel dan puisi yang langsung dikaitkandengan menulis naratif pendek, dan (2) teks nonfiksi singkatyang langsung dikaitkan dengan menulis teks informasi danteks eksplanasi.Kurikulum mencantumkan materi sedikit tetapi harusdiajarkan secara mendalam. Guru mendapat tempat untukkreatif mengelola pembelajaran: memahami bacaan, diskusitentang bacaan, tanya jawab tentang bacaan, dan selanjutnya.Hasil membaca ini dijadikan dasar untuk pembelajaran43menulis. Di dalam contoh: hasil akhir pembelajaran menulisharus berupa karya siswa: 2 halaman untuk cerita naratif dan1 sampai 2 halaman untuk menulis karangan informatif.Namun, untuk mencapai empat halaman ini dilakukanproses yang panjang yang dikemas dalam portofolio.b. Moving ClassSekolah ini (juga tiga sekolah di AS yang sempat sayaobservasi) menerapkan moving class yaitu siswa selalubergerak menuju ke kelas sesuai dengan jadualnya,sedangkan guru berada pada kelas yang menetap. Setiappergantian jam pelajaran, siswa memiliki kesempatan untukjalan-jalan, sambil bercakap-cakap dan bergandengan tangandengan teman-teman, menghirup udara segar menuju kelasberikutnya. Pemandangan pada saat berpindah ini sangatindah dan dinamis: ramai, akrab, cepat, ramah, dan tertib.Begitu siswa tiba di kelas yang dituju, guru menunggu disamping pintu dengan senyum ramah kepada siswa. Siswatampak ceria dan semangat ketika masuk kelas.Nama kelas yang tertera di pintu setiap kelas disekolah ini adalah nama guru yang mengajar. Kelas Readingand Writing ini bernama Kristin Bihli, sesuai nama guru yangmengajar di kelas ini. Semua yang ada di kelas ini adalahsiswa yang berkaitan dengan mata pelajaran dengan gurutersebut. Dengan demikian, semua media pembelajaran,hasil karya siswa, buku bacaan, portofolio siswa, dan lain-laindapat ditata di ruangan ini. Ruang kelas akan digunakankhusus untuk pelajaran ini. Sistem ini sangat mendukungketersediaan teks di dalam kelas.44c. Team TeachingSistem moving class di sekolah ini dilengkapi dengansistem team teaching. Ketika mengajar, guru selalu kolaborasidengan guru lain atau guru memiliki asisten. Di kelas ini timterdiri 2 guru, yaitu guru utama dan guru pendamping. Guruutama adalah guru bertanggung jawab terhadappembelajaran sejak perencanaan sampai evaluasi, sedangkanguru pendamping bertugas mendampingi guru utama ketikamenghadapi proses belajar mengajar. Guru pendampingmelakukan kegiatan memberikan konsultasi individual,berkeliling ketika siswa mengerjakan tugas, dan menjawabpertanyaan siswa dalam kelompok kecil.(a) Proses PembelajaranSiswa di kelas Reading and Writing berjumlah 24 siswa.Tempat duduk ditata berubah-ubah: melingkar, berjajar,dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Meja dan kursimemang sudah didesain sedemikian rupa supaya mudahdipindah-pindah dan digerakkan. Semua meja kursi berbahanringan dan diberi roda pada kakinya.Proses pembelajaran di kelas ini sangat dinamis dansiswa sangat aktif. Begitu masuk kelas, siswa mengambilportofolio yang telah tersimpan di loker dan menambahdengan hasil karya terbaru. Pembelajaran dimulai denganmelaporkan hasil portofolio terakhir melaporkan isibacaan. Selanjutnya, semua siswa mengambil novel,melanjutkan membaca, mendiskusikannya, menyusunringkasan, mengubah penggalan novel menjadi drama, danbermain drama. Jam pelajaran telah habis, proses ini belumselesai, guru menginformasikan pertemuan mendatang untukmelanjutkan bermain drama dan membaca novel pada45segmen berikutnya. Siswa mengembalikan semua bacaan,portofolio, dan media yang tadi digunakan sehingga semuarapi kembali. Siswa meninggalkan ruangan dan gurumenerima siswa berikutnya.(b) PortofolioPembelajaran di kelas ini menerapkan portofolio.Siswa telah memiliki dokumen yang telah disimpan di lokermasing-masing di kelas. Setiap memiliki karya baru, merekaakan memasukkan karya itu ke dalam dokumen itu. Karyakaryainilah yang selalu didiskusikan dengan teman dan guruuntuk dilakukan perbaikan.(c) Pajangan Hasil Karya SiswaSalah satu yang menarik di sekolah ini adalah semuadinding di sekolah ini penuh dengan karya siswa. Karyasiswa dari berbagai mata pelajaran ditempel di sepanjangdinding sekolah. Karya-karya itu antara lain: peta timbul,hasil melukis, puisi, bagan, dan lain-lain. Semua karya ituditata rapi. Memang, dinding sudah didesain untuk ditempelidengan karya-karya siswa.Keadaan yang sama juga terjadi di dalam kelas. Semuadinding penuh dengan berbagai informasi dan karya siswa.Informasi antara lain berupa jadual, jam pelajaran, tata tertib.Adapun karya siswa antara lain berupa: hasil permainan kosakata siswa, puisi, bagan, potongan-potongan kata yangmembentuk cerita, dan sebagainya.(d) Bahan BacaanKelas ini dilengkapi dengan banyak bacaan. Di pinggirkelas terdapat almari memanjang penuh dengan bacaan.Bacaan yang dianalisis jumlahnya mencukupi sesuai jumlahsiswa bahkan lebih. Bacaan yang disediakan bervariasi.465. Usul Implementasi Pembelajaran Berbasis TeksBerdasarkan kajian terhadap Standar Kompetensi matapelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013 dan paparanpembelajaran di Liberty Middle School, maka diusulkanbeberapa hal dalam implementasi Kurikulum 2013 yaitu:menambah penjelasan khusus dalam mata Pelajaran BahasaIndonesia, menyeimbangkan porsi pembelajaran sastradengan nonsastra, penyediaan media dan bacaan,penghargaan terhadap karya siswa, dan penghargaanterhadap kreativitas guru.a. Penambahan Penjelasan Khusus Mata PelajaranBahasa IndonesiaDi dalam Kompetensi Dasar mata pelajaran bahasaIndonesia Kurikulum 2013 tidak ditemukan penjelasankhusus. Hal itu berbeda dengan kurikulum-kurikulumsebelumnya. Pada Kurikulum 2006 sebelum paparan tentangkompetensi dasar terdapat penjelasan tentang latar belakang,tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan ruang lingkup(BSNP, 2006a; 2006b; 2006c). Pada Kurikulum 2004dipaparkan tentang rasional, pengertian, fungsi dan tujuanmata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, ruang lingkup,standar kompetensi lintas kurikulum, standar kompetensibahan kajian bahasa Indonesia, standar kompetensi matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA, danrambu-rambu yang melipuiti: pendekatan pemelajaran,pengorganisasian materi, pemanfaatan teknologi informasidan komunikasi, penomoran dalam standar kompetensi dankompetensi dasar, serta bacaan wajib sastra (Depdiknas,2003). Pada kurikulum 1994 juga dimulai denganpendahuluan yang meliputi paparan tentang pengertian,47fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia, tujuan pengajaran,ruang lingkup dan rambu-rambu yang rinci sampai 25nomor (Depdikbud,1993). Kurikulum 1984 juga dimulaidengan pendahuluan yang meliputi fungsi GBPP BahasaIndonesia, tujuan GBPP bahasa Indonesia, materi pelajaranbahasa Indonesia, fungsi dan tujuan mata pelajaran BahasaIndonesia, dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalammelaksanakan GBPP (Depdikbud,1987).Penjelasan khusus dalam mata pelajaran pentingdicantumkan agar dapat digunakan alat penyamaan persepsipada kegiatan operasionalnya. Pendekatan, tujuan, dan halhalpokok dalam pembelajaran Bahasa Indonesia perludirumuskan sebagai petunjuk guru dalam berkreasi.b. Keseimbangan Teks Sastra dengan Teks NonsastraKurikulum perlu mencantumkan secara eksplisitbahwa porsi antara teks sastra dan teks nonsastra seimbang.Keberadaan materi pembelajaran sastra selama ini memangsering diperdebatkan. Sebagian pendapat menyatakan sastraitu tidak penting, tetapi sebagian yang lain menyatakansangat penting. Namun, dalam perkembangan kurikulumyang terakhir (2006) dengan jelas dirumuskan bahwa porsipembelajaran berbahasa seimbang dengan pembelajaranbersastra.Minoritas pembelajaran sastra memang telah terbuktidalam perjalanan sejarah. Di dalam kurikulum 1975 SMPbidang studi Bahasa Indonesia dicantumkan 16 tujuankurikuler, namun hanya dua tujuan yang berkaitan denganpembelajaran sastra (Depdikbud,1975). Sementara di dalamkurikulum 1984 terdapat pokok bahasan apresiasi sastrayang bobotnya hanya sekitar 15% dari keseluruhan materi48bahasa Indonesia. Materi Bahasa Indonesia dalam kurikulumini disusun dengan pendekatan unit, masing-masing unitterdiri 6 pokok bahasan yaitu membaca, kosa kata, struktur,menulis, pragmatic, dan apresiasi bahasa dan sastraIndonesia (Depdikbus,1987).Di dalam Kurikulum 1994, 2004, dan 2006 secarakonseptual telah ditegaskan bahwa perbandingan antarabobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang.Pada Kurikulum 2004 dan 2006 dinyatakan bahwa ruanglingkup mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi aspekkemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra,yang masing-masing terbagi atas subaspek mendengarkan,berbicara, membaca, dan menulis. Kurikulum inimendukung suburnya minat baca sastra dengan mewajibkansiswa membaca karya sastra: siswa SD wajib membaca 9buku sastra (BSNP, 2006a), SMP 15 buku sastra (BSNP,2006b) , dan SMA 15 buku sastra (BSNP, 2006c). Akantetapi, pada tataran pelaksanaannya terbukti banyak gurubelum membaca aturan ini apalagi melaksanakannya.Pembelajaran sastra tetap hanya bagian kecil dari matapelajaran bahasa Indonesia.Jumlah buku sastra yang wajib dibaca siswa padajenjang tertentu telah dengan tegas dinyatakan mulaiKurikulum 2004. Hal ini penting sebagai reaksi dari hasilsurvey Taufik ismail (Republika, 24 Oktober 1997 sampaidengan 8 November 1997: Ismail, 2008). Salah satu tujuanpenelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan menteripendidikan saat itu untuk memberi bukti-bukti bahwapengajaran sastra itu minoritas (Ismail, 2008:107). Salah satuhasil survey ini adalah pembelajaran sastra di SMA diIndonesia adalah nol buku, artinya, selama siswa belajar di49SMU tidak ada kewajiban menamatkan membaca bukusastra dan membahas tuntas. Hal ini berbeda dengan negaranegaralain, misalnya: di Amerika ada kewajiban membaca 32judul , di Jepang 15 judul, Thailand selatan 5 judul, Jerman22 judul, dan sebagainya.Beberapa data hasil survei Taufiq itu pernah sayakonfirmasikan kepada pihak terkait. Saya tanyakan kepadamahasiswa saya yang berasal dari Thailand, merekamembenarkan dan dapat menyebutkan 5-7 judul dan isibukunya. Begitu pula, ketika saya tanyakan kepadamahasiswa BIPA yang berasal dari Jerman. Ketika sayamengikuti program sandwich S3 luar negeri 2012, sepertiyang terjadi di Liberty Middle School di Amerika Serikatterdapat mata pelajaran khusus Reading and Writing.Dengan mata pelajaran ini pembelajaran sastra dapatdilakukan dengan intensif membaca karya sastra. Saya yakin32 buku sastra bisa diselesaikan siswa selama sekolah diSMA dengan sistem seperti itu.Berdasarkan hasil survei inilah Taufik dan kawankawanmemperjuangkan perbaikan pembelajaran sastradengan memberi penekanan sastra pada kurikulum. Usul ituberhasil dengan dicantumkannya jumlah buku sastra yangwajib dibaca di tiap jenjang sekolah pada kurikulum 2004dan Kurikulum 2006.Mendikbud RI, Muhammad Nuh (Kompas,7 Maret2013) menyatakan bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulumberbasis kompetensi yang pernah digagas dalam RintisanKurikulum Berbasis Kompetensi (KBK 2004). Pendapat inikurang sesuai jika dikaitkan dengan pembelajaran sastra.Kurikulum 2013 kurang memperhatikan porsi pembelajaran50sastra. Sebagai contoh: di SMP selama 3 tahun siswa hanyabelajar teks sastra: cerita pendek (kelas VII), ceritamoral/fabel (kelas VIII), dan cerita biografi (kelas IX).c. Penyediaan Bacaan dan MediaPembelajaran berbasis teks membutuhkan bacaan danmedia yang berupa teks-teks sesuai dengan tuntutankurikulum. Kelemahan model kelas selama ini adalah gurutidak bisa leluasa menyediakan bacaan dan media karenaberbagai alasan: tidak ada dana, tidak ada kemauan, malasmembawanya, tidak kreatif, dan sebagainya. Bacaan danmedia mutlak diperlukan dalam menerapkan Kurikulum2013. Sistem moving class, laboratorium bahasa, ataukunjungan ke perpustakaan perlu dimaksimalkan.d. Penghargaan terhadap Karya SiswaPembelajaran berbasis teks idealnya berawal darimemahami teks, mengolah teks, mendiskusikan teks,mengubah teks, dan diakhiri memproduksi teks. Hasil karyasiswa ini perlu selalu diapresiasi. Salah satu cara memberiapresiasi kepada karya siswa adalah memamerkan karyakaryatersebut kepada umum, bisa kepada temannya ataukepada pihak lain. Pemajangan karya siswa di di dindingdindingsekolah atau kelas menjadi alternatif efektif.Siswa dibiasakan memajang karyanya di dinding yangtelah disediakan. Dengan sistem ini, siswa terpacu untukberkarya sebaik mungkin, tidak malu memperlihatkankaryanya, memiliki sifat terbuka terhadap kritik, memahamidan menerima kelebihan dan kekurangan karyanya dibandingdengan karya teman-temannya, dan antusias dalammengikuti pembelajaran. Bagi guru, sistem ini mengarahkanpada pembelajaran yang menghasilkan karya tidak hanya51bersifat teoritis yang berupa pemahaman terhadap konsepatau hafalan.e. Penghargaan terhadap Kreativitas GuruPenyusunan Kurikulum 2013 menerapkan theadministrative model atau model top down yang bersifatsentralistik. Dengan model ini, inisiatif dan gagasanpengembangan kurikulum berasal dari para administrator(dirjen, direktur, atau kepala wilayah) dan menggunakanprosedur adminstrasi (Sukmadinata (1997:161) . Semuatahap pengembangan kurikulum dilakukan dari pemerintah.Model pengembangan kurikulum yang semacam itu, tidakselalu segera berjalan dan sesuai dengan kebutuhan disekolah. Guru-guru perlu mendapat petunjuk, penjelasanbahkan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya.Kurikulum hendaknya memuat aturan-aturan yangpokok saja untuk menyamakan persepsi. Hal ini pentinguntuk memberi ruang gerak kepada guru untuk kreatifmerencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan,kemampuan, dan faktor-faktor yang lain. Kreativitas guruperlu didorong karena pada dasarnya guru adalah kurikulumyang dinamis, yang menentukan hasil pembelajaran.Kurikulum 2013 tidak akan bisa hadir di kelas, manakalaguru-guru tidak menghadirkannya di kelas.6. PenutupBerdasarkan paparan di atas dapat disimpulan sebagaiberikut. (1) Berdasarkan hasil kajian terhadap kompetensidasar mata pelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013ditemukan: di SD/MI terdapat: 28 teks yang meliputi 7 tekssastra (25%) dan 21 teks nonsastra (75); di SMP/MTs.52terdapat 14 teks yang meliputi 3 teks sastra (23%) dan 11teks nonsastra (77%); di SMA ditemukan 14 teks yangmeliputi 6 teks sastra (43%) dan 8 teks nonsastra (57%). (2)Pembelajaran berbasis teks adalah pembelajaran yangmenjadikan teks sebagai dasar, asas, pangkal, dan tumpuan.Adapun teks meliputi teks tertulis dan teks lisan. (3) LibertyMiddle School adalah sekolah yang telah melaksanakanpembelajaran berbasis teks. Ada beberapa temuan yangmenarik yaitu: adanya mata pelajaran Reading and Writing,moving class, team teaching, model pembelajaran, portofolio,pajangan hasil karya siswa, dan bahan bacaan.(4) Adabeberapa usul implementasi pembelajaran berbasis teksKurikulum 2013, yaitu: penambahan penjelasan khusus matapelajaran bahasa Indonesia, keseimbangan teks sastradengan teks nonsastra, penyediaan bacaan dan media,penghargaan terhadap karya siswa, dan penghargaanterhadap kreativitas guru.53Daftar PustakaAlwi, Hasan, et. al. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Depdiknas dan Balai Pustaka.BSNP. 2006a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar MataPelajaran Bahasa Indonesia SD/MI. http://www.bsnpindonesia.org. Diakses pada tanggal 20 Desember2009.--------------. 2006a. Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarMata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs..http://www.bsnp-indonesia.org. Diakses pada tanggal20 Desember 2009.--------------. 2006a. Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarMata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA.http://www.bsnp-indonesia.org. Diakses pada tanggal20 Desember 2009.Depdikbud. 1975. Kurikulum menengah Pertama (SMP) 1975Garis-Garis Besar Program Pengajaran Bidang Studi bahasaIndonesia. Jakarta.---------------. 1987. Kurikulum menengah Umum Tingkat Atas(SMA), Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Program Inti.Jakarta---------------. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-GarisBesar Program Pengajaran (GBPP), Sekolah lanjutan TingkatPertama, Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta.Hartoko. Dick dan Rahmanto.1986. Pemandu di Dunia Sastra.Yagyakarta: Kanisius.54Ismail, Taufiq. 1997. Membanding Pengajaran Sastra danMengarang di 13 Negara. Republika, 23 Oktober -8November 1997.--------------. 2008. Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 3,Himpunan Tulisan 1960-2008. Jakarta: Panitia 55 TahunTaufiq Ismail dalam Sastra Indonesia dan MajalahSastra Horison.Kemendikbud. 2013a. Kurikulum 2013, Standar KompetensiDasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).Jakart.------------------. 2013b. Kurikulum 2013, Standar KompetensiDasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (MTs.). Jakart------------------. 2013c. Kurikulum 2013, Standar KompetensiDasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah(MA). Jakarta.Kim, D., & Gilman, D. A. 2008. Effects of Text, Audio,and Graphic Aids in Multimedia Instruction forVocabulary Learning Educational Technology & Society,11 (3), 114-126. http://proquest.com. Diakses padatanggal 27 April 2013.Kompas. 2013. Dana Kurikulum 2013 Dijanjikan TepatSasaran. Kompas, 15 April 2013.Mahsun. 2013. Pembelajaran Bahasa IndonesiaMenggunakan Pendekatan Teks. Kompas Edu. 27Februari 2013. Diakses pada tanggal 8 April 2013.Maryanto. 2013. Kurikulum Struktur Teks. Kompas, 3 April2013.55Nuh, Muhammad. 2013. Kurikulum 2013. Kompas,7 Maret2013Solopos. 2013. Solo Siap terapkan Kurikulum 2013, Solopos27 April 2013.Sukmadinata, Nana Syaodih. 1999. Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

XxxxKurukulum 2013 mengalami pro dan kontra berhubungan dengan kesiapan komponen untuk melaksanakannya. Di luar pro dan kontra, kurikulum 2013 sudah mulai disosialisasikan dan beberapa sekolah sudah mulai menerapkan. Sekaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, Kurikulum 2013 memandang bahasa sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan sehingga pendekatan yang digunakan mengacu pada pendekatan berbasis teks, Selain itu, Kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), yaitu dengan urutan sederhana lima pengalaman belajar :mengamati, menanya, mengasosiasi, menganalisis dan mengkomunikasikan. Dalam proses pembelajaran sastra sebagai bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, pendekatan saintifik dapat dilakukan. Hal itu tergambar dalam pelaksanaan pembelajaran penyusunan puisi yang telah penulis lakukan.Kurukulum 2013 mengalami pro dan kontra berhubungan dengan kesiapan komponen untuk melaksanakannya. Kritik yang tajam pada Kurikulum 2013 disampaikan oleh Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo khususnya kurikulum Bahasa Indonesia. Beliau menyatakan ada dua batu sandungan yang -kemungkinan- berpeluang untuk membalik haluankan guru kembali menggunakan pendekatan struktural, praktek tiga puluh tahunan yang lalu. Dalam Kurikulum 2013 dijumpai sejumlah istilah tata bahasa, kosakata, dan (penamaan) jenis teks, apalagi banyak di antaranya berupa istilah baru, yang belum lazim beredar di kalangan guru. Batu sandungan pertama terdapat pada indikator untuk SMP, yang akan dikembangkan untuk pembuatan soal-soal pada tes. Batu sandungan kedua berkaintan dengan pendekatan yang ditetapkan, yaitu yang disebut pendekatn berbasis genre. Semoga guru tidak tersandung pada kedua batu itu, lalu asyik menjadi guru yang menjelaskan sesuatu semoga guru tidak terpancing untuk berkutat pada urusan peristilahan, meyangkut tata bahasa ataupun penamaan teks-teks. Begitulah kritik disampaikan Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo yang dimuat pada Koran Kompas tanggal 20 Maret 2013.Perlu diketahui bahwa ada beberapa kata kunci pada Kurikulum 2013 yaitu pendekatan genre, pendekatan saintifik, penilaian autentik, dan peserta didik adalah subjek. Pendekatan genre berhubungan dengan materi. Pendekatan saintifik berhubungan dengan proses pembelajaran. Dan penilaian autentik berhubungan dengan latihan dan evaluasi. Peserta didik adalah subjek. Ini artinya proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa yang merupakan individu yang memiliki kompetensi. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa pun menggunakan pendekatan berbasis genre. Pendekatan genre memandang bahasa adalah sebuah teks. Salah satu genre teks adalah sastra. Dan tentu saja proses pembelajaran sastra menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) dengan fokus peserta didik sebagai subjek. Hal ini bisa tercermin dalam Prawacana Pembelajaran Teks, Buku Guru Bahasa Indonesia kelas X, Kurikulum 2013 Kementrian pendidikan dan kebudayaan, berikut ini : Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-12prinsip itu, perlu disadari bahwa di dalam setiap teks terdapat struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, dalam struktur teks tercermin struktur berpikir.Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan akademiknya nanti. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai. Proses pembelajaran sastra mengacu pada Kurikulum 2013 adalah peserta didik sebagai subjek..Sebagai subjek, peserta didik harus mengalami sendiri proses membuat sastra. Sesuai dengan pendekatan dalam proses pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah, peserta didik membuat dan mencipta sastra melalui langkah-langkah metode ilmiah, mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan (mengkomunaksikan) hasil analisis secara memadai. Jenis sastra yang diambil adalah puisi.Berikut langkah-langkah metode ilmiah membuat puisi.1. Mengobservasi.Langkah pertama peserta didik mengobservasi objek yang menjadi tema puisi nantinya. Langkah observasi ini terdiri dari kegiatan mengumpulkan data, menjaring informasi, dan semua hal yang berhubungan dengan objek. Data-data dan informasi diusahakan sebanyak-banyaknya harus bisa didapat. Pengumpulan data ini bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung artinya peserta didik sendiri yang langsung terjun dan mencatatnya. Secara tidak langsung bisa melalui catatan atau pengalaman orang lain. Salah satu teknik pengumpulan data ini adalah wawancara. Menurut Iyus Rusliana, dkk. (2012:35) observasi merupakan langkah yang paling awal sebelum melakukan kegiatan secara praktis. Selanjutnya, beliau mengatakan kegiatan observasi menyangkut sumber yang dijadikan rujukan. Hal ini yang dimaksud adalah objek yang diteliti.2. MempertanyakanLangkah berikutnya mempertanyakan data-data dan informasi yang sudah didapat. Pertanyaanpertanyaan ini bisa seliar mungkin sampai mendalam, sampai ke dasar filsafatnya. Apakah guna objek itu? Siapakah yang menggunakannya? Apakah objek itu baik atau buruk? Apakah makna objek itu bagi kehidupan? Bagaimana objek itu digunakan? Di manakah objek itu bisa dijumpai? Mengapa objek itu ada? Banyak sekali pertanyaan yang bisa dibuat untuk objek itu. Jumlah pertanyaan bisa tak terbatas. Tentu berikutnya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.3. MengasosiasikanSetelah mengunpulkan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawabannya, peserta didik menuju langkah berikutnya, yaitu mengasosiasikan. Mengasosiasikan adalah menghubungkan. Menguhubungkan dengan jawaban-jawaban itu satu dengan yang lainnya. Menghubungkan datadata yang satu dengan data-data yang lain. Menghubungkan data dengan informasi. Menghubungkan informasi dengan data. Menghubungkan pertanyaan satu dengan pertanyaan yang lain. Menghubungkan segala hal yang diperoleh dari jawaban dengan peristiwa, rumus, teori, dan kesimpulan dari pendapat-pendapat orang lain.4. MenganalisisProses berikutnya adalah menganalisis. Semua data yang terkumpul dan semua jawaban yang muncul, semua hasil hubungan-hubungan itu dianalisis. Proses analisis bisa memakai cara klarifikasi, katagori, sebab akibat, atau kausalitas. Bisa dilakukan dengan metode analisis isi, yaitu masalah-masalah dan pesan komunikasi dalam kehidupan manusia. Dalam karya sastra, pesan itu berhubungan dengan hakikat sastra (Nyoman Kutha Ratna. 2013 : 52). Tentu saja dalam menganalisis sesuai dengan ilmu sastra, khususnya puisi. Puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin (Herman J. Waloyo, 1995:29). Dalam analisis teori, puisi ialah struktur batin dan struktur fisiknya atau unsur intrinsik puisi perlu diperhatikan dan digunakan dalam analisis. Kemudian, analisis-analisis itu dibuat kesimpulan.5. MenyajikanHasil analisis yang berupa kesimpulan itu, peserta didik menyajikan atau mengomunikasikannya. Hasil dari menyajikannya ini adalah berupa karya sastra atau puisi yang yang bertemakan objek yang dipilih tersebut. Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Proses Penciptaan Puisi Proses ilmiah di atas, dipraktikkan dalam membuat jenis sastra puisi. Membuat puisi itu gampang-gampang susah. Susah kalau kita tidak mencoba melakukannya. Gampang kalau kita sering melakukannya. Peserta didik harus diyakinkan bahwa membuat puisi itu mudah. Kita menjelaskan metode ilmiah dengan bahasa sederhana kepada peserta didik, kemudian peserta didik dipersilakan memilih objek orang terdekat, yaitu ibu, bapak, adik kakak, pacar, sahabat, dan lain-lain. Dari pengalaman penulis, objek yang banyak dipilih menempati urutan pertama adalah pacar dan ibu. Sebagai contoh kita pilih objek ibu. Objek ini selanjutnya menjadi tema. Objek ibu selanjutnya menjadi bahan untuk penyelidikan melalui metode ilmiah. Pertama peserta didik mengobservasi objek ibu. Kegiatan mengobservasi ibu mencakup mengumpulkan data-data tentang ibu, menjaring informasi tentang ibu, dan semua hal yang berhubungan dengan objek ibu. Data-data dan informasi tentang ibu dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Pengumpulan data tentang ibu bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung artinya peserta didik sendiri yang langsung terjun mengamati dan mencatat objel ibu. Secara tidak langsung bisa melalui catatan atau pengalaman orang lain. Bisa juga peserta didik memakai teknik wawancara, baik wawancara langsung dengan objek ibu dan wawancara tidak langsung, yaitu mewawancarai adik atau kakak tentang bagaimana pendapat mereka terhadap ibu. Tentu saja otomatis peserta didik dalam mengobservasi atau berhubungan dengan objek ibu sudah dialaminya sejak dalam kadungan sampai sekarang. Akan tetapi, itu hanya dialami dan tidak disadari. Walaupun demikian, pengalaman hidup dengan objek ibu ini bisa menjadi data. Pengalaman itu tersimpan rapi dalam memori bawah sadar kita. Data yang tersimpan dalam memori bawah sadar ini bisa kita munculkan kembali dengan mengingat-ingatnya.Langkah berikutnya mempertanyakan data-data dan informasi tentang ibu tersebut. Peserta didikmembuat pertanyaan-pertanyaan tentang ibu harus sampai mendalam ke akarnya, sampai ke dasarfilsafatnya. Apakah peran ibu itu? Siapakah ibu itu? Apakah ibuku itu baik atau buruk perangainya?Apakah makna ibu itu bagi kehidupanku? Bagaimana ibu merawat dan membesarkanku? Di manakah ibu berada? Masih di alam duniakah atau di alam akhirat? Banyak sekali pertanyaan yang bisa dibuat untuk objek ibu itu. Jumlah pertanyaan bisa tak terbatas. Tentu berikutnya mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan itu.Setelah mengunpulkan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawabannya tentang ibu tersebut,peserta didik menuju langkah berikutnya, yaitu mengasosiasikan (menghubungkan) objek ibu.Menguhubungkan dengan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang objek ibu itu, satudengan yang lainnya. Mengubungkan objek ibu dengan segala hal, baik peristiwa, benda-benda, rumus,kesimpulan dari pendapat-pendapat orang lain, dan sebagainya. Sebagai contoh ibu dihubungkan dnganmatahari atau dihubungkan dengan tanah.Proses berikutnya adalah menganalisis objek ibu. Semua data yang terkumpul dan semua jawaban yang muncul, semua hasil hubungan-hubungan yang didapat tentang objek ibu itu dianalisis. Proses analisis bisa memakai cara klarifikasi, kategori, perbadingan, sebab akibat atau kausalitas, logika. Karena berbentuk sastra puisi, analisis juga memakai pisau bedah ilmu persajak, persamaan bunyi, gaya bahasa, diksi, dan lain-lain. Kemudian analisis-analisis itu dibuat kesimpulan.Hasil analisis yang berupa kesimpulan itu, peserta didik mengomunikasikannya atau menyajikannya. Hasil dari menyajikannya ini adalah berupa puisi yang bertemakan objek ibu. Seperti contoh karya Dede Aris berjudul Ibu. Dede Aris membuat kesimpulan tentang objek ibu bahwa peran seorang ibu dan jasa ibu tak bisa dibalas oleh harta kekayaan. Kasih sayang, kepatuhan, dan ucapan terima kasih anak adalah gambaran untuk membahagiakan ibu. Bahasa dan gaya bahasa yang digunakan cukup sederhana.IBU Dede ArisKau inspirasiku, inspirasi dalam hidupkuTutur kata dan senyummu, jadi semangat hidupkuIbu..Kau lindungi aku saat panas. Kau payungi aku saat hujanKau terangi aku saat gelap, kau peluk aku saat dinginIbu .Intan permata takkan bisa membalas jasa ibuterlalu banyak pengorbanan itu, terlalu besar sayang ituIbu.Semoga kasih sayang aku ini, membawa damai untuk ibuSemoga kepatuhanku ini membawa bahagia untuk ibuTerima kasih ibuHanya itu yang bisa aku ucapkanUntuk membalas semua pengorbanan itu2010Lain lagi dengan Erna Nurhasanah hasil dari proses metode ilmiah tentang objek ibu menyatakan bahwa ibu adalah tempat curhat, tempat mengadu, dan mengeluh anaknya. Ibu adalah tempat limpahan segala ucapan dan perbuatan anak. Erna Nurhasanah memanggil objek ibu dengan nama Ummi. Setiap orang banyak cara untuk memanggil ibu. Setiap keluarga berbeda dalam cara memanggil ibu. Bergantung pada tradisi keluarga tersebut. Erna Nurhasanah memanggi ibu dengan kata: Ummi. Menurut Erna Nurhasanah, ibu adalah tempat curhat atau curahan hati. Apa saja yang dialami si anak diceritakan dan diadukan kepada ibu. Soal pelajaran, soal cinta, nonton film, dst. Dari masa kecil sampai dewasa. Penyampaian yang menarik ternyata ending pernyataannya si Ummi sudah meninggal dengan kalimat yang indah; Akan selalu kulakukan setiap mengecup nisanmu. Yang selalu terlihat indah di mataku. Dia tidak mengatakan mati atau meninggal objek ibu itu, tetapi tersirat dalam kata nisanmu. Inilah pernyataan Erna Nurhasanah tentang objek ibu.UMMI. . . !Erna NurhasanahUmmi ! . . .Kata ibu guru, besok sekolahnyaHarus bawa bekalMasak telur mata sapi kesukaanku ya . . .Ummi ! . . .Boleh nanya sama ummi kan?Kenapa kalau siang bulannya nggak ada?Ummi ! . . . maaf . . .Jangan marah, aku tidak sengajaKalau aku besar nanti pasti aku gantiAku juga sudah berusaha memperbaiki, tapi susah ummi!Ummi ! . . .Mana hadiahnya?Nilaiku nggak ada yang merahnyaKan Ummi sudah janjiUmmi ! . . .Aku kan cuma jalan sebentarFilmnya juga cocok untuk seumurankuUmmi ! . . .Ummi . . . aku maluTapi iya Ummi . . .Aku . . . jatuh cinta ummi . . .Ummi ! . . .Alhamdulillah ya . . . akhirnya aku punya dosenTapi Ummi . . . kenapa dia jahat?Menumpahkan tinta hitam di kertas berwarnakuUmmi ! . . . Besok aku menikah Senyuman tulusTidak terbandingkan dengan manis madu sekalipun Kecupan hangat menyingkirkan gundahBersamaan dengan butiran beningDi ujung kelopak mata Terkatup . . . menemani desahan rasaSeperti Ummi . . .Akan selalu kulakukan setiap mengecup nisanmuYang selalu terlihat indah di mataku, Berbeda juga kesimpulan hasil analisis tentang objek ibu yang dilakukan Mutiara Milihandayani.Ibu adalah idola dan pujaan.Dengan gaya bahasa perbandingan, objek ibu dihubungkan dengan mutiara, sutera, dan embun. Ibu itu berguna sekali bagi kehidupan anak. Ini yang dirasakan sekali bagi Mutiara Milihandayani. Guna ibu sebagai penerang, penolong, penyemangat, dan penyejuk. Hampir mirip kesimpulan dengan Dede Aris bahwa membalas jasa ibu adalah membahagiakannya.IBUMutiara MilihandayaniIbu, bagiku kau adalah malaikatkuTiada mutiara sebening cintamuTiada sutera sehalus kasihmuDan tiada embun sesejuk ketulusanmuKau penerangku di kala kegelapanKau penolongku di kala aku sulitKau penyemangatku di kala kelelahanKau penyejukku di kala aku sakit16Terimakasih ibu atas semua jasamuSemoga aku dapat membahagiakanmuAku akan mengejar cita-citaAgar kau bahagia dan banggaSiti Nuraidah berbeda dalam bentuk penyampaian hasil penelitiannya. Serpertinya Siti Nuraidah adalah mahasiswa anak kost. Ia tinggal jauh dari ibunya. Rasa rindu pada ibunya dia deskripsikan dalam pernyataan yang indah dan mengharukan. Rasa romantisme, menghayati alam lingkungan menyatu dalam kerinduan pada objek ibu.KERINDUANKUSiti NuraidahLembayung menggantung di ujung senjaSemburan merah jingganya merona di ufuk baratHembusan sejuk bertiup dari seketikaMenyusup gurat-gurat perih kerinduanLembayung hilangTertawan gelap perlahan menyusupDan, kerinduan, wahai kerinduan.Merasuki hati begitu dalamRindu akan bertangan selendang kasihnyaSenyumnya merekah, sapa penuh kehangatanBegitu membahana hingga menembus lereng jiwakuIa mengajariku, menjadi teladan dalam hidupkuMenjadi inspirasi tercanggih, menuntun penuh cintaHidup semangat sepanjang masaSang penempuh gurun tandus, gerbang menuju FirdausWahai kau BundaTerima, salam kerinduankuBegitulah membuat puisi dengan objek orang terdekat. Berikutnya bisa ditingkatkan pada objekyang jauh secara hubungan dengan peserta didik. Misalnya pengemis, tukang parkir, pedagang sayur, dan lain-lain. Melalui metode yang sama seperti objek orang, peserta didik bisa menggunakan objek benda-benda. Dimulai dengan benda-benda yang terdekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Peserta didik dipersilakan memilih benda apa yang akan dijadikan objek. Peserta didik yang bernam Enci Herdiani memilih hp (handphone) sebagai objek. Setelah melalui metode ilmiah, Enci Herdiani membuat kesimpulan tentang apa itu hp sebagai berikut.SEPARUH HIDUPKUEnci HerdianiOh ,,, HpBila sehari tak menggenggammuJariku serasa lemas tak berdayaOh ,,, HpHanya kaulah yang setia mendampingiku17Kau selalu ada di saat suka maupun dukaOh ,,, HpHampa hari-hariku tanpamuSerasa ada yang hilang bila ku tak bertemuOh ,,, HpKaulah separuh hidupkuKu tak bisa hidup tanpamuKarena ku sudah terlalu bergantung padamu2010Puisi Separuh Hidupku ini mendeskripsikan bagaimana manusia sudah bergantung pada sebuah benda, yaitu hp (handphone). Sebuah kritik pada manusia yang telah terjangkiti materialime, pemujaan benda-benda. Memang hp zaman sekarang sudah menjadi syarat wajib bagi manusia modern. Hampir setiap orang memilikinya. Hp tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, bahkan bisa menjadi gengsi dan prestise pemiliknya. Hp tidak hanya dapat digunakan untuk menelepon, mengirim sms, tetapi juga dapat digunakan untuk berinternet, foto, facebook, dan lain-lain.Begitulah pengalaman penulis dalam proses pembelajaran sastra, khususnya puisi menggunakanpendekatan saintifik. Membuat puisi itu mudah, apalagi dengan memakai pendekatan ilmiah semakinmempermudah peserta didik. Pendekatan saintifik disederhanakan dalam penguntaian langkahlangkahnya tanpa mengurangi esensinya sehingga peserta didik bisa dengan mudah memahaminya. Membuat puisi itu mudah pertama-tama dimulai dengan objek (tema) orang terdekat dan benda-benda di sekitar kita. Semoga tulisan pendek ini bisa berguna bagi kita semua.SUMBER PUSTAKABuku Guru Bahasa Indonesia kelas X, Kurikulum 2013 Kementrian pendidikan dan kebudayaanRusliana, Iyus. 2012.Metodologi Penciptaan Seni I. Bandung: Program Pascasarjana Penciptaan danPengkajian Seni STSI Bandung.Mulyana, Yoyo & Agus Priyanto (Pengantar & Pengulas). 2012. Gerimis dan Matahari. Antologi PuisiAngkatang 2010 PBS STKIP Siliwangi Bandung. Yogyakarta : Komunitas Kembang Merak.Purwo, Bambang Kaswanti. 2013. Bagaimana Menyikapi Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia. Kompas 20 Maret 2013.Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Cet.12Stanislavski. 2007. Persiapan Seorang Aktor. Terj. Asrul Sani. Jakarta: Sanggar Pelakon & Bastela Indah Prinindo. Cet. 2.Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : ErlanggaXxxx

Kurukulum 2013 mengalami pro dan kontra berhubungan dengan kesiapan komponen untuk melaksanakannya. Di luar pro dan kontra, kurikulum 2013 sudah mulai disosialisasikan dan beberapa sekolah sudah mulai menerapkan. Sekaitan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, Kurikulum 2013 memandang bahasa sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan sehingga pendekatan yang digunakan mengacu pada pendekatan berbasis teks, Selain itu, Kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), yaitu dengan urutan sederhana lima pengalaman belajar :mengamati, menanya, mengasosiasi, menganalisis dan mengkomunikasikan. Dalam proses pembelajaran sastra sebagai bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, pendekatan saintifik dapat dilakukan. Hal itu tergambar dalam pelaksanaan pembelajaran penyusunan puisi yang telah penulis lakukan.Kurukulum 2013 mengalami pro dan kontra berhubungan dengan kesiapan komponen untuk melaksanakannya. Kritik yang tajam pada Kurikulum 2013 disampaikan oleh Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo khususnya kurikulum Bahasa Indonesia. Beliau menyatakan ada dua batu sandungan yang -kemungkinan- berpeluang untuk membalik haluankan guru kembali menggunakan pendekatan struktural, praktek tiga puluh tahunan yang lalu. Dalam Kurikulum 2013 dijumpai sejumlah istilah tata bahasa, kosakata, dan (penamaan) jenis teks, apalagi banyak di antaranya berupa istilah baru, yang belum lazim beredar di kalangan guru. Batu sandungan pertama terdapat pada indikator untuk SMP, yang akan dikembangkan untuk pembuatan soal-soal pada tes. Batu sandungan kedua berkaintan dengan pendekatan yang ditetapkan, yaitu yang disebut pendekatn berbasis genre. Semoga guru tidak tersandung pada kedua batu itu, lalu asyik menjadi guru yang menjelaskan sesuatu semoga guru tidak terpancing untuk berkutat pada urusan peristilahan, meyangkut tata bahasa ataupun penamaan teks-teks. Begitulah kritik disampaikan Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo yang dimuat pada Koran Kompas tanggal 20 Maret 2013.Perlu diketahui bahwa ada beberapa kata kunci pada Kurikulum 2013 yaitu pendekatan genre, pendekatan saintifik, penilaian autentik, dan peserta didik adalah subjek. Pendekatan genre berhubungan dengan materi. Pendekatan saintifik berhubungan dengan proses pembelajaran. Dan penilaian autentik berhubungan dengan latihan dan evaluasi. Peserta didik adalah subjek. Ini artinya proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa yang merupakan individu yang memiliki kompetensi. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa pun menggunakan pendekatan berbasis genre. Pendekatan genre memandang bahasa adalah sebuah teks. Salah satu genre teks adalah sastra. Dan tentu saja proses pembelajaran sastra menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) dengan fokus peserta didik sebagai subjek. Hal ini bisa tercermin dalam Prawacana Pembelajaran Teks, Buku Guru Bahasa Indonesia kelas X, Kurikulum 2013 Kementrian pendidikan dan kebudayaan, berikut ini : Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-12prinsip itu, perlu disadari bahwa di dalam setiap teks terdapat struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, dalam struktur teks tercermin struktur berpikir.Dengan demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan akademiknya nanti. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai. Proses pembelajaran sastra mengacu pada Kurikulum 2013 adalah peserta didik sebagai subjek..Sebagai subjek, peserta didik harus mengalami sendiri proses membuat sastra. Sesuai dengan pendekatan dalam proses pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah, peserta didik membuat dan mencipta sastra melalui langkah-langkah metode ilmiah, mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan (mengkomunaksikan) hasil analisis secara memadai. Jenis sastra yang diambil adalah puisi.Berikut langkah-langkah metode ilmiah membuat puisi.1. Mengobservasi.Langkah pertama peserta didik mengobservasi objek yang menjadi tema puisi nantinya. Langkah observasi ini terdiri dari kegiatan mengumpulkan data, menjaring informasi, dan semua hal yang berhubungan dengan objek. Data-data dan informasi diusahakan sebanyak-banyaknya harus bisa didapat. Pengumpulan data ini bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung artinya peserta didik sendiri yang langsung terjun dan mencatatnya. Secara tidak langsung bisa melalui catatan atau pengalaman orang lain. Salah satu teknik pengumpulan data ini adalah wawancara. Menurut Iyus Rusliana, dkk. (2012:35) observasi merupakan langkah yang paling awal sebelum melakukan kegiatan secara praktis. Selanjutnya, beliau mengatakan kegiatan observasi menyangkut sumber yang dijadikan rujukan. Hal ini yang dimaksud adalah objek yang diteliti.2. MempertanyakanLangkah berikutnya mempertanyakan data-data dan informasi yang sudah didapat. Pertanyaanpertanyaan ini bisa seliar mungkin sampai mendalam, sampai ke dasar filsafatnya. Apakah guna objek itu? Siapakah yang menggunakannya? Apakah objek itu baik atau buruk? Apakah makna objek itu bagi kehidupan? Bagaimana objek itu digunakan? Di manakah objek itu bisa dijumpai? Mengapa objek itu ada? Banyak sekali pertanyaan yang bisa dibuat untuk objek itu. Jumlah pertanyaan bisa tak terbatas. Tentu berikutnya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.3. MengasosiasikanSetelah mengunpulkan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawabannya, peserta didik menuju langkah berikutnya, yaitu mengasosiasikan. Mengasosiasikan adalah menghubungkan. Menguhubungkan dengan jawaban-jawaban itu satu dengan yang lainnya. Menghubungkan datadata yang satu dengan data-data yang lain. Menghubungkan data dengan informasi. Menghubungkan informasi dengan data. Menghubungkan pertanyaan satu dengan pertanyaan yang lain. Menghubungkan segala hal yang diperoleh dari jawaban dengan peristiwa, rumus, teori, dan kesimpulan dari pendapat-pendapat orang lain.4. MenganalisisProses berikutnya adalah menganalisis. Semua data yang terkumpul dan semua jawaban yang muncul, semua hasil hubungan-hubungan itu dianalisis. Proses analisis bisa memakai cara klarifikasi, katagori, sebab akibat, atau kausalitas. Bisa dilakukan dengan metode analisis isi, yaitu masalah-masalah dan pesan komunikasi dalam kehidupan manusia. Dalam karya sastra, pesan itu berhubungan dengan hakikat sastra (Nyoman Kutha Ratna. 2013 : 52). Tentu saja dalam menganalisis sesuai dengan ilmu sastra, khususnya puisi. Puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin (Herman J. Waloyo, 1995:29). Dalam analisis teori, puisi ialah struktur batin dan struktur fisiknya atau unsur intrinsik puisi perlu diperhatikan dan digunakan dalam analisis. Kemudian, analisis-analisis itu dibuat kesimpulan.5. MenyajikanHasil analisis yang berupa kesimpulan itu, peserta didik menyajikan atau mengomunikasikannya. Hasil dari menyajikannya ini adalah berupa karya sastra atau puisi yang yang bertemakan objek yang dipilih tersebut. Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Proses Penciptaan Puisi Proses ilmiah di atas, dipraktikkan dalam membuat jenis sastra puisi. Membuat puisi itu gampang-gampang susah. Susah kalau kita tidak mencoba melakukannya. Gampang kalau kita sering melakukannya. Peserta didik harus diyakinkan bahwa membuat puisi itu mudah. Kita menjelaskan metode ilmiah dengan bahasa sederhana kepada peserta didik, kemudian peserta didik dipersilakan memilih objek orang terdekat, yaitu ibu, bapak, adik kakak, pacar, sahabat, dan lain-lain. Dari pengalaman penulis, objek yang banyak dipilih menempati urutan pertama adalah pacar dan ibu. Sebagai contoh kita pilih objek ibu. Objek ini selanjutnya menjadi tema. Objek ibu selanjutnya menjadi bahan untuk penyelidikan melalui metode ilmiah. Pertama peserta didik mengobservasi objek ibu. Kegiatan mengobservasi ibu mencakup mengumpulkan data-data tentang ibu, menjaring informasi tentang ibu, dan semua hal yang berhubungan dengan objek ibu. Data-data dan informasi tentang ibu dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Pengumpulan data tentang ibu bisa secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung artinya peserta didik sendiri yang langsung terjun mengamati dan mencatat objel ibu. Secara tidak langsung bisa melalui catatan atau pengalaman orang lain. Bisa juga peserta didik memakai teknik wawancara, baik wawancara langsung dengan objek ibu dan wawancara tidak langsung, yaitu mewawancarai adik atau kakak tentang bagaimana pendapat mereka terhadap ibu. Tentu saja otomatis peserta didik dalam mengobservasi atau berhubungan dengan objek ibu sudah dialaminya sejak dalam kadungan sampai sekarang. Akan tetapi, itu hanya dialami dan tidak disadari. Walaupun demikian, pengalaman hidup dengan objek ibu ini bisa menjadi data. Pengalaman itu tersimpan rapi dalam memori bawah sadar kita. Data yang tersimpan dalam memori bawah sadar ini bisa kita munculkan kembali dengan mengingat-ingatnya.Langkah berikutnya mempertanyakan data-data dan informasi tentang ibu tersebut. Peserta didikmembuat pertanyaan-pertanyaan tentang ibu harus sampai mendalam ke akarnya, sampai ke dasarfilsafatnya. Apakah peran ibu itu? Siapakah ibu itu? Apakah ibuku itu baik atau buruk perangainya?Apakah makna ibu itu bagi kehidupanku? Bagaimana ibu merawat dan membesarkanku? Di manakah ibu berada? Masih di alam duniakah atau di alam akhirat? Banyak sekali pertanyaan yang bisa dibuat untuk objek ibu itu. Jumlah pertanyaan bisa tak terbatas. Tentu berikutnya mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan itu.Setelah mengunpulkan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawabannya tentang ibu tersebut,peserta didik menuju langkah berikutnya, yaitu mengasosiasikan (menghubungkan) objek ibu.Menguhubungkan dengan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang objek ibu itu, satudengan yang lainnya. Mengubungkan objek ibu dengan segala hal, baik peristiwa, benda-benda, rumus,kesimpulan dari pendapat-pendapat orang lain, dan sebagainya. Sebagai contoh ibu dihubungkan dnganmatahari atau dihubungkan dengan tanah.Proses berikutnya adalah menganalisis objek ibu. Semua data yang terkumpul dan semua jawaban yang muncul, semua hasil hubungan-hubungan yang didapat tentang objek ibu itu dianalisis. Proses analisis bisa memakai cara klarifikasi, kategori, perbadingan, sebab akibat atau kausalitas, logika. Karena berbentuk sastra puisi, analisis juga memakai pisau bedah ilmu persajak, persamaan bunyi, gaya bahasa, diksi, dan lain-lain. Kemudian analisis-analisis itu dibuat kesimpulan.Hasil analisis yang berupa kesimpulan itu, peserta didik mengomunikasikannya atau menyajikannya. Hasil dari menyajikannya ini adalah berupa puisi yang bertemakan objek ibu. Seperti contoh karya Dede Aris berjudul Ibu. Dede Aris membuat kesimpulan tentang objek ibu bahwa peran seorang ibu dan jasa ibu tak bisa dibalas oleh harta kekayaan. Kasih sayang, kepatuhan, dan ucapan terima kasih anak adalah gambaran untuk membahagiakan ibu. Bahasa dan gaya bahasa yang digunakan cukup sederhana.IBU Dede ArisKau inspirasiku, inspirasi dalam hidupkuTutur kata dan senyummu, jadi semangat hidupkuIbu..Kau lindungi aku saat panas. Kau payungi aku saat hujanKau terangi aku saat gelap, kau peluk aku saat dinginIbu .Intan permata takkan bisa membalas jasa ibuterlalu banyak pengorbanan itu, terlalu besar sayang ituIbu.Semoga kasih sayang aku ini, membawa damai untuk ibuSemoga kepatuhanku ini membawa bahagia untuk ibuTerima kasih ibuHanya itu yang bisa aku ucapkanUntuk membalas semua pengorbanan itu2010Lain lagi dengan Erna Nurhasanah hasil dari proses metode ilmiah tentang objek ibu menyatakan bahwa ibu adalah tempat curhat, tempat mengadu, dan mengeluh anaknya. Ibu adalah tempat limpahan segala ucapan dan perbuatan anak. Erna Nurhasanah memanggil objek ibu dengan nama Ummi. Setiap orang banyak cara untuk memanggil ibu. Setiap keluarga berbeda dalam cara memanggil ibu. Bergantung pada tradisi keluarga tersebut. Erna Nurhasanah memanggi ibu dengan kata: Ummi. Menurut Erna Nurhasanah, ibu adalah tempat curhat atau curahan hati. Apa saja yang dialami si anak diceritakan dan diadukan kepada ibu. Soal pelajaran, soal cinta, nonton film, dst. Dari masa kecil sampai dewasa. Penyampaian yang menarik ternyata ending pernyataannya si Ummi sudah meninggal dengan kalimat yang indah; Akan selalu kulakukan setiap mengecup nisanmu. Yang selalu terlihat indah di mataku. Dia tidak mengatakan mati atau meninggal objek ibu itu, tetapi tersirat dalam kata nisanmu. Inilah pernyataan Erna Nurhasanah tentang objek ibu.UMMI. . . !Erna NurhasanahUmmi ! . . .Kata ibu guru, besok sekolahnyaHarus bawa bekalMasak telur mata sapi kesukaanku ya . . .Ummi ! . . .Boleh nanya sama ummi kan?Kenapa kalau siang bulannya nggak ada?Ummi ! . . . maaf . . .Jangan marah, aku tidak sengajaKalau aku besar nanti pasti aku gantiAku juga sudah berusaha memperbaiki, tapi susah ummi!Ummi ! . . .Mana hadiahnya?Nilaiku nggak ada yang merahnyaKan Ummi sudah janjiUmmi ! . . .Aku kan cuma jalan sebentarFilmnya juga cocok untuk seumurankuUmmi ! . . .Ummi . . . aku maluTapi iya Ummi . . .Aku . . . jatuh cinta ummi . . .Ummi ! . . .Alhamdulillah ya . . . akhirnya aku punya dosenTapi Ummi . . . kenapa dia jahat?Menumpahkan tinta hitam di kertas berwarnakuUmmi ! . . . Besok aku menikah Senyuman tulusTidak terbandingkan dengan manis madu sekalipun Kecupan hangat menyingkirkan gundahBersamaan dengan butiran beningDi ujung kelopak mata Terkatup . . . menemani desahan rasaSeperti Ummi . . .Akan selalu kulakukan setiap mengecup nisanmuYang selalu terlihat indah di mataku, Berbeda juga kesimpulan hasil analisis tentang objek ibu yang dilakukan Mutiara Milihandayani.Ibu adalah idola dan pujaan.Dengan gaya bahasa perbandingan, objek ibu dihubungkan dengan mutiara, sutera, dan embun. Ibu itu berguna sekali bagi kehidupan anak. Ini yang dirasakan sekali bagi Mutiara Milihandayani. Guna ibu sebagai penerang, penolong, penyemangat, dan penyejuk. Hampir mirip kesimpulan dengan Dede Aris bahwa membalas jasa ibu adalah membahagiakannya.IBUMutiara MilihandayaniIbu, bagiku kau adalah malaikatkuTiada mutiara sebening cintamuTiada sutera sehalus kasihmuDan tiada embun sesejuk ketulusanmuKau penerangku di kala kegelapanKau penolongku di kala aku sulitKau penyemangatku di kala kelelahanKau penyejukku di kala aku sakit16Terimakasih ibu atas semua jasamuSemoga aku dapat membahagiakanmuAku akan mengejar cita-citaAgar kau bahagia dan banggaSiti Nuraidah berbeda dalam bentuk penyampaian hasil penelitiannya. Serpertinya Siti Nuraidah adalah mahasiswa anak kost. Ia tinggal jauh dari ibunya. Rasa rindu pada ibunya dia deskripsikan dalam pernyataan yang indah dan mengharukan. Rasa romantisme, menghayati alam lingkungan menyatu dalam kerinduan pada objek ibu.KERINDUANKUSiti NuraidahLembayung menggantung di ujung senjaSemburan merah jingganya merona di ufuk baratHembusan sejuk bertiup dari seketikaMenyusup gurat-gurat perih kerinduanLembayung hilangTertawan gelap perlahan menyusupDan, kerinduan, wahai kerinduan.Merasuki hati begitu dalamRindu akan bertangan selendang kasihnyaSenyumnya merekah, sapa penuh kehangatanBegitu membahana hingga menembus lereng jiwakuIa mengajariku, menjadi teladan dalam hidupkuMenjadi inspirasi tercanggih, menuntun penuh cintaHidup semangat sepanjang masaSang penempuh gurun tandus, gerbang menuju FirdausWahai kau BundaTerima, salam kerinduankuBegitulah membuat puisi dengan objek orang terdekat. Berikutnya bisa ditingkatkan pada objekyang jauh secara hubungan dengan peserta didik. Misalnya pengemis, tukang parkir, pedagang sayur, dan lain-lain. Melalui metode yang sama seperti objek orang, peserta didik bisa menggunakan objek benda-benda. Dimulai dengan benda-benda yang terdekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Peserta didik dipersilakan memilih benda apa yang akan dijadikan objek. Peserta didik yang bernam Enci Herdiani memilih hp (handphone) sebagai objek. Setelah melalui metode ilmiah, Enci Herdiani membuat kesimpulan tentang apa itu hp sebagai berikut.SEPARUH HIDUPKUEnci HerdianiOh ,,, HpBila sehari tak menggenggammuJariku serasa lemas tak berdayaOh ,,, HpHanya kaulah yang setia mendampingiku17Kau selalu ada di saat suka maupun dukaOh ,,, HpHampa hari-hariku tanpamuSerasa ada yang hilang bila ku tak bertemuOh ,,, HpKaulah separuh hidupkuKu tak bisa hidup tanpamuKarena ku sudah terlalu bergantung padamu2010Puisi Separuh Hidupku ini mendeskripsikan bagaimana manusia sudah bergantung pada sebuah benda, yaitu hp (handphone). Sebuah kritik pada manusia yang telah terjangkiti materialime, pemujaan benda-benda. Memang hp zaman sekarang sudah menjadi syarat wajib bagi manusia modern. Hampir setiap orang memilikinya. Hp tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, bahkan bisa menjadi gengsi dan prestise pemiliknya. Hp tidak hanya dapat digunakan untuk menelepon, mengirim sms, tetapi juga dapat digunakan untuk berinternet, foto, facebook, dan lain-lain.Begitulah pengalaman penulis dalam proses pembelajaran sastra, khususnya puisi menggunakanpendekatan saintifik. Membuat puisi itu mudah, apalagi dengan memakai pendekatan ilmiah semakinmempermudah peserta didik. Pendekatan saintifik disederhanakan dalam penguntaian langkahlangkahnya tanpa mengurangi esensinya sehingga peserta didik bisa dengan mudah memahaminya. Membuat puisi itu mudah pertama-tama dimulai dengan objek (tema) orang terdekat dan benda-benda di sekitar kita. Semoga tulisan pendek ini bisa berguna bagi kita semua.SUMBER PUSTAKABuku Guru Bahasa Indonesia kelas X, Kurikulum 2013 Kementrian pendidikan dan kebudayaanRusliana, Iyus. 2012.Metodologi Penciptaan Seni I. Bandung: Program Pascasarjana Penciptaan danPengkajian Seni STSI Bandung.Mulyana, Yoyo & Agus Priyanto (Pengantar & Pengulas). 2012. Gerimis dan Matahari. Antologi PuisiAngkatang 2010 PBS STKIP Siliwangi Bandung. Yogyakarta : Komunitas Kembang Merak.Purwo, Bambang Kaswanti. 2013. Bagaimana Menyikapi Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia. Kompas 20 Maret 2013.Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Cet.12Stanislavski. 2007. Persiapan Seorang Aktor. Terj. Asrul Sani. Jakarta: Sanggar Pelakon & Bastela Indah Prinindo. Cet. 2.Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : ErlanggaXxxxmplementasi Pendekatan Berbasis Teks (A text-based Approach)Dalam Pengajaran Jenis-jenis Teks Di Tingkat SMAKebutuhan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik telah menjamur di seluruh dunia. Banyak orang tua yang menginginkan anak-anak mereka mendapatkan pembelajaran bahasa Inggris yang terbaik. Seperti kita ketahui bersama bahwa ada banyak cara untuk belajar bahasa Inggris antara lain melalui pendidikan formal, belajar di luar negeri, media, dan internet. Bahasa Inggris adalah salah satu pelajaran yang dimulai dari tingkat dasar, bahkan sebagian sekolah mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris mulai tingkat taman kanak-kanak. Oleh karena itu perlu adanya suatu metodologi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman.Communicative Approach atau Communicative Language Teaching mulai dikenal pada tahun 1970. Metode ini berisi tentang tujuan mengajar bahasa, mengetahui bagaimana siswa belajar bahasa, mengetahui kegiatan-kegiatan pembelajaran di kelas, serta mengetahui peranan guru dan siswa di dalam kelas. Communicative Approach adalah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan penuh arti, mengetahui bagaimana menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan dan fungsi, mengetahui bagaimana menggunakan bahasa formal dan informal, mengetahui jenis-jenis teks yang digunakan, mampu berkomunikasi meskipun siswa hanya memilki pengetahuan yang tebatas.Belajar bahasa adalah suatu proses dari kebiasaan. Kemampuan berbahasa Inggris terbentuk dari kebiasaan siswa menghasilkan kalimat-kalimat yang baik dan tidak membuat kesalahan yang berulang-ulang. Kesalahan dapat dihindari melalui latihan yang berulang-ulang dan adanya kesempatan untuk menghasilkan bahasa, baik secara tulisan maupun lisan. Dalam Communicative Approach siswa berlatih melaui kegiatan-kegiatan seperti menghafal dialog dan drilling, bermain peran, dan kegiatan berkelompok. Jika dilihat dari kegiatan tersebut tentu saja siswa yang satu harus berinteraksi dengan siswa lain sehingga terjalin adanya komunikasi. Siswa harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan di dalam kelas dan lebih mengutamakan sistem koperatif dibandingkan individu. Siswa berlatih mendengarkan dan merespon percakapan temannya. Mereka diharapkan akan memiliki kemampuan mendengarkan yang lebih baik. Sementara guru memiliki peranan sebagai fasilitator dan monitor, dari pada menjadi model.Dengan menggunakan Communicative Approach tentu ada interaksi yang bermakna antar siswa karena saat seorang siswa menggunakan bahasa selalu ada respon dari siswa lain yang mendengarkannya. Siswa juga mencoba merangkai kata-kata untuk mengatakan sesuatu sehingga mereka akan menemukan kata-kata baru yang bisa mereka kembangkan sendiri. Misalnya saat mereka ingin menyuruh orang meminta untuk dibukakan pintu mereka akan berkata Open the door. atau Could you open the door for me. atau Please to opens the door. Tentu masih banyak variasi kata yang lainnya, selama maknanya masih sama dan orang yang diajak bicara mengerti maksud si penutur. Salah satu tujuan Communicative Approach adalah mengembangkan kelancaran dalam menggunakan bahasa. Kelancaran siswa diperoleh karena adanya interaksi natural yang bermakna dan latihan berkomunikasi yang dikembangkan melalui kegiatan di dalam kelas.Materi bahasa Inggris tingkat SMA menekankan pemahaman siswa akan genres (jenis-jenis teks). Ada dua belas jenis teks yang harus dipelajari siswa SMA dari kelas X sampai kelas XII. Siswa diharapkan menguasai semua jenis teks tersebut dan dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut kita memerlukan strategi mengajar yang tepat. Salah satunya adalah Text-based instruction.Text-based instruction juga dikenal sebagai genre-based approach merupakan suatu kompetensi dalam berkomunikasi yang menguasai berbagai jenis teks. Teks tersebut menggunakan tema, struktur bahasa dan konteks tertentu. Dalam satu hari seorang pembicara dapat menggunakan bahasa lisan dalam tema dan konteks yang berbeda, misalnya:1. Percakapan dengan orangtua.2. Percakapan dengan dokter mengenai kesehatan.3. Percakapan dengan orang yang tidak dikenal di jalan.4. Percakapan melalui telepon untuk bertemu dengan teman.Setiap penggunaan bahasa dalam konteks di atas merupakan satu teks mulai dari awal, tengah dan akhir percakapan yang terdiri dari suatu susunan tertentu yang dilengkapi dengan tata bahasa dan kosa kata. Kemampuan siswa untuk berkomunikasi adalah memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis teks yang berbeda baik lisan maupun tulisan dalam konteks tertentu.Berdasarkan Feez dan Joyce (1998), Text-based instruction berdasarkan pendekatan mengajar bahasa adalah:1. Mengajar secara eksplisit tentang struktur dan tata bahasa dari teks tertulis dan lisan2. Menggabungkan teks tertulis dan lisan ke arah konteks budaya.3. Mendesain unit kerja yang menitikberatkan pada kemampuan mengembangkan yang berhubungan dengan semua teks.4. Menyiapkan siswa dengan latihan yang terarah dimana mereka mengembangkan kemampuan berbahasa yang bermakna dan komunikatif melalui teks.Berdasarkan paparan di atas siswa harus menguasai penggunaan dari jenis-jenis teks yang sering digunakan dalam konteks tertentu. Biasanya teks-teks ini terdapat pada tingkat sekolah dasar, menengah, universitas, kantor, maupun pada saat bersosialisasi di lingkungan sekitar.Seperti namanya Text-based instruction, yaitu berdasarkan jenis-jenis teks yang dapat diidentifikasi melalui analisis kebutuhan dan melalui analisis bahasa yang digunakan dalam latar yang berbeda-beda. Bagaimanapun juga, dalam silabus biasanya memilki komponen lain selain teks yaitu tata bahasa, kosa kata, topik dan fungsi. Memang ada yang mengitegrasikan keempat kemampuan siswa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) dengan tata bahasa melalui penguasaaan teks dari pada mengajarkannya secara terpisah.Jenis-jenis teks yang dipelajari yaitu:1. Procedure (procedure, explanation)2. Information teks (description, report, news item, review)3. Story teks (narrative, spoof, recount)4. Persuasive teks (analytical exposition, hortatory exposition, discussion)Selain mengajarkan teks, tata bahasa juga penting untuk dipelajari, tentu saja melalui model teks yang diajarkan. Dalam mengajarkan recount, perlu menyisipkan materi pronouns, past tense, verbs and verb phrase, dan lain-lain. Dalam teks decriptive, siswa juga perlu belajar kalimat pasif, pola kalimat present tense, dan lain-lain.Text-based instruction memiliki lima tahapan penting yang harus dilalui oleh siswa