pembayaran nafkah iddah dan...

124
PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH PASCA IKRAR TALAK (Studi di Pengadilan Agama Batusangkar) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) Oleh: SYAMS ELIAZ BAHRI NIM. 1111044100040 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1436 H/2015 M

Upload: truongkiet

Post on 02-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH

PASCA IKRAR TALAK

(Studi di Pengadilan Agama Batusangkar)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

SYAMS ELIAZ BAHRI

NIM. 1111044100040

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015 M

Page 2: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 3: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 4: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 5: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

v

ABSTRAK

Syams Eliaz Bahri. NIM 1111044100040. Pembayaran Nafkah Iddah dan

Mut’ah Pasca Ikrar Talak (Studi di Pengadilan Agama Batusangkar). Konsentrasi

Peradilan Agama, Program Studi Ahwal Syakhshiyyah, Fakultas Syari’ah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015 M. x +

82 halaman + 6 lampiran.

Skripsi ini membahas tentang praktek pembayaran nafkah iddah dan

mut’ah. Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia dijelaskan ketika terjadi

perceraian suami dapat dibebankan beberapa kewajiban. Namun dalam peraturan

tersebut tidak dijelaskan tentang waktu pembayaran kewajiban tersebut. Dalam

prakteknya hakim meminta suami untuk membayarkan kewajibannya kepada istri

pada saat ikrar talak, namun praktek ini tidak didasari oleh peraturan melainkan

ijtihad hakim. Penulisan skripsi ini bertujuan agar kita mengetahui dasar ijtihad

hakim dalam menerapkan praktek ini, serta mengetahui langkah hakim ketika

suami belum membawa kewajibannya pada saat ikrar talak, dan agar kita

mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

ushul, peraturan, serta asas-asas yang ada.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan

pendekatan yuridis empiris. Sumber data didapat dari hasil wawancara, buku-

buku, serta karya ilmiah. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara

kepada hakim, documenter, observasi dan studi pustaka. Metode analisis yang

digunakan adalah analisis kualitatif, yang bermaksud untuk memberikan

penjelasan secara sistematis, dan akurat tentang praktek pembayaran nafkah iddah

dan mut’ah di Pengadilan Agama Batusangkar.

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa praktek yang dilakukan memang

tidak didasari oleh peraturan, dan terkesan tidak sesuai dengan asas-asas yang ada.

Namun, hakim menilai praktek ini perlu diterapkan agar memberi jaminan kepada

istri untuk mendapat haknya, serta agar putusan dapat adil bagi kedua belah pihak.

Praktek yang dilakukan ini tidak akan memberikan mudharat yang lebih besar,

ketimbang praktek ini tidak ada.

Kata kunci: Nafkah Iddah, Mut’ah, Ikrar Talak

Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag

DaftarPustaka : Tahun 1964 Sampai dengan Tahun 2013

Page 6: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

vi

KATA PENGANTAR

يمبسم هللا الرحمن الرح

Segala puji kepada Allah yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar

kita Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umat Islam.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda H. Syamsul Bahri Z,

Ibunda Hj. Eliza, dan Kakanda penulis Syams Resfializ Bahri yang selalu

memberikan dorongan, bimbingan, kasih sayang, motivasi, bantuan dan do’anya

tanpa kenal lelah dan bosan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan

kasih sayang-Nya kepada mereka.

Penulis sadar tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa

bantuan orang-orang yang ada di sekitar penulis. Dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya dan peghargaan setinggi-

tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Kamarusdiana, S.Ag., MH. Dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag., selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah

dan Hukum.

Page 7: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

vii

3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar

membimbing, memberikan arahan, motivasi dan meluangkan waktu lapang

dan sempitnya, serta membantu penulis sehingga skripsi ini selesai.

4. Bapak Dr. H. Supriyadi Ahmad, MA. Selaku dosen penasehat akademik,

penulis mengucapkan terimakasih banyak atas bantuan, perhatian, serta

arahan yang selama ini diberikan.

5. Ibu Dr. Hj. Mesraini, M.Ag. dan Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA.

Selaku dosen penguji semprop yang telah memberi masukan, meluangkan

waktu, dan membantu penulis mulai dari awal penulisan proposal sampai

akhir penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA., dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani,

M.Ag., selaku dosen penguji Munaqasyah yang telah memberi masukan, dan

arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Univerasitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan

dengan tulus ikhlas, semoga ilmu yang diajarkan bermanfaat serta menjadi

keberkahan bagi penulis.

8. Ketua Pengadilan Agama Batusangkar dan para Hakim, serta pihak-pihak

terkait terutama Bapak Drs. Efrizal, SH., MH. dan Ibu Dra. Hj. Yusnizar

yang telah memberikan informasi dan meluangkan waktunya serta kepada

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

viii

9. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan

Hukum beserta para staf yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan

studi perpustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

10. Ayahanda H. Syamsul Bahri Z, Ibunda Hj. Eliza dan saudara penulis

Kakanda Syams Resfializ Bahri, yang telah memotivasi, mendorong,

membantu, dan mendo’akan penulis setiap saat sehingga skripsi ini selesai.

11. Teman-teman seperjuangan Peradilan Agama angkatan 2011, yang telah

mengisi hari-hari penulis, membantu penulis, serta memberikan informasi

kepada penulis terutama Anin, Hatoli, Didi, Tiflen, Rafel, Robian, Nazir,

Fira, Lilis, Lian, Mujahidah, Nadia, Robiah, Andi, serta sanak-sanak IKMM

khususnya angkatan 2011, Mantan Ketua Rizan, Daniel, Firdo, Fajri, Gusti,

Khalil, Syahrul, Erik, Wahyu, Haikal, Zaimul Haq Elfan Habib dan semunya

yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu. Terima kasih atas hari-hari

yang telah kita lalui bersama.

Demikianlah ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak,

semoga Allah swt membalas dan melipat gandakan jasa dan kebaikan semuanya.

Akhir kata, dengan kerendahan hati, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak, tertama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, 30 Maret 2015

Syams Eliaz Bahri

Page 9: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6

D. Metode Penelitian ................................................................... 7

E. Review Studi Terdahulu ......................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14

BAB II NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH ............................................ 15

A. Nafkah Iddah Menurut Fiqih .................................................. 15

B. Mut’ah Menurut Fiqih ............................................................. 26

C. Nafkah Iddah dan Mut’ah dalam Hukum Positif

di Indonesia ............................................................................. 35

Page 10: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

x

BAB III ASAS PERADILAN DAN GAMBARAN PRAKTEK

IKRAR TALAK .......................................................................... 40

A. Asas-Asas Peradilan ................................................................ 40

B. Deskripsi Perkara Cerai Talak di Pengadilan Agama

Batusangkar Tahun 2014 ........................................................ 53

C. Gambaran Umum Proses Ikrar Talak...................................... 57

BAB IV PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH DI

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR ........................... 61

A. Praktek Pembayaran Nafkah Iddah dan Mut’ah di

Pengadilan Agama Batusangkar ............................................. 61

B. Langkah Hakim Ketika Suami Belum Membawa

Kewajiban ............................................................................... 63

C. Analisa Penulis ........................................................................ 65

BAB V PENUTUP .................................................................................... 76

A. Kesimpulan ............................................................................. 76

B. Saran ....................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79

LAMPIRAN

Page 11: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia, implementasi dari penciptaan manusia secara

berpasang-pasangan adalah dengan terjadinya pernikahan. Nikah adalah akad

serah terima antara laki- laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling

memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk bahtera rumah tangga yang

sakinah serta masyarakat yang sejahtera.1 Dalam hukum di Kuwait nikah diartikan

sebagai “A contract between a man and women who can lawfully be wed to him,

to the end tranquility, chastity, and the strength of the nation”.2 Tujuan dari

pernikahan yang dilakukan manusia tidak lain adalah untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, karena

sesungguhnya ikatan suami istri merupakan ikatan yang sangat suci dan teramat

kokoh.3

Dalam prosesnya, terkadang pasangan suami istri yang telah menikah ini

mendapatkan masalah di tengah pernikahannnya. Masalah dalam pernikahan ini

1 Tihami, dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat kajian fikih nikah lengkap, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2009), h. 8.

2 Jamal J. Nasir, The Status of Women Under Islamic Law and Under Modern Islamic

Legislation, (London: Graham Trotman, 1990), h. 3.

3 Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah Kajian Hukum Islam Kontemporer,

(Bandung: Angkasa, 2005), h. 162.

Page 12: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

2

bisa berupa terjadinya nusyuz dari salah satu pihak, ataupun syiqaq yang dapat

disebabkan kecemburuan, ketidakpuasan, tidak sepaham dan sebagainya. Nusyuz

adalah tindakan istri yang tidak patuh kepada suaminya, atau suami yang tidak

menjalankan hak dan kewajibannya terhadap istri dan rumah tangganya, baik

yang bersifat lahir maupun bathin.4 Sedangkan syiqaq adalah pertengkaran yang

terus menerus yang berasal dari kedua belah pihak.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkawinan yang

berkepanjangan ini dapat menyebabkan tidak terciptanya tujuan dari perkawinan

yang dapat berujung pada perceraian. Perceraian sejatinya dapat terjadi ketika

seorang suami mengucapkan kata "thalaq" pada istrinya. Thalaq secara harfiah

berarti membebaskan seekor binatang.5 Menurut syari’at pengertian talak adalah

terlepasnya ikatan pernikahan atau terlepasnya pernikahan dengan lafal talak dan

yang sejenisnya.6

Di Indonesia permasalahan putusnya hubungan perkawinan telah diatur

dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 38,

bahwasanya sebuah perkawinan dapat berakhir karena kematian, perceraian, dan

keputusan pengadilan. Selanjutnya dalam pasal 39 angka 1 Undang-Undang

perkawinan mengatakan bahwa “perceraian hanya dapat dilakukan di depan

sidang pengadilan setelah pengadilan bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

4 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syari’ah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional,

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 184.

5 Abdur Rahman I Doi, Perkawinan dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,

1992), h. 76.

6 Wahbah Zuhayli, Fiqih Islam jilid 9, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,

(Jakarta: GEMA INSANI, 2011), h. 318.

Page 13: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

3

mendamaikan kedua belah pihak”. Dari kutipan pasal 39 ini dapat dipahami

bahwa seseorang tidak dikatakan putus pernikahannya kecuali, apabila

pengucapan ikrar talak tersebut dilakukan di depan persidangan setelah melalui

berbagai rangkaian yang ditentukan.

Ketika terjadi perceraian antara suami istri, dalam Undang-Undang

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dijelaskan dalam pasal 41 bahwa antara suami dan

istri memiliki kewajiban yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pendidikan

anak mereka. Selanjunya pada pasal 41 ayat (c) dijelaskan bahwa pengadilan

dapat mewajibkan pada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan

dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi istri.

Secara lebih rinci mengenai kewajiban suami terhadap istri ketika terjadi

perceraian karena talak dijelaskan dalam KHI pasal 149. Dalam pasal 149 KHI

tersebut dijelaskan kewajiban suami tersebut berupa memberikan mut’ah yang

layak kepada bekas istri ba’da dukhul, memberikan nafkah, maskan dan kiswah

selama dalam iddah, melunasi mahar yang terhutang, serta memberikan biaya

hadhanah.

Dalam Al-Qur’an hak istri untuk mendapatkan nafkah juga telah

dijelaskan dalam surat At-Thalaq ayat 6, Allah memerintahkan pada suami yang

menceraikan istrinya untuk memberikan tempat tinggal dan nafkah yang mana hal

ini juga tersirat dalam kutipan pasal 149 KHI di atas.

Tanggungan nafkah di Iraq, Jordan, Syria, Kuwait, dan Algeria,

digolongkan kepada maintenance consists of food, clothing, housing, and the

Page 14: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

4

amenities thereof, treatment fees according to custom, and servants for women

whose equals have servants.7

Dalam Al-Qur’an ketentuan tentang mut’ah juga telah dibahas

sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 241 yang

menjelaskan tentang kewajiban suami untuk memberikan mut’ah terhadap mantan

istri yang telah diceraikannya. Mut’ah yang dimaksud disini adalah pakaian atau

harta yang diberikan oleh suami kepada istri yang dia ceraikan.8

Jika diperhatikan dari kutipan pasal 149 KHI di atas, nafkah iddah dan

mut’ah merupakan akibat yang timbul dari perceraian, sehingga pada dasarnya

pemberian nafkah iddah dan mut’ah kepada istri menjadi wajib ketika telah

terjadinya perceraian. Namun dalam peraturan tersebut, mengenai waktu

pembayaran kewajiban yang timbul akibat perceraian talak tidak diatur secara

jelas.

Dalam prakteknya Pengadilan Agama sebagai salah satu lembaga

Peradilan, menetapkan pembayarannya pada saat ikrar talak. Hal ini penulis

ketahui setelah membaca skripsi dengan judul “Jaminan Pelakasanaan Kewajiban

Nafkah Iddah di Pengadilan Agama Jakarta Timur” skripsi tahun 2012, dan

skripsi dengan judul “Pelaksanaan Pembayaran Nafkah Iddah yang Diakibatkan

Putusan Pengadilan Agama Cikarang Tahun 2013” skripsi tahun 2014.

7 Jamal J. Nasir, The Status of Women Under Islamic Law and Under Modern Islamic

Legislation, (London: Graham Trotman, 1990), h. 59.

8 Wahbah Zuhayli, Fiqih Islam jilid 9, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk,

(Jakarta: GEMA INSANI, 2011), h. 285.

Page 15: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

5

Hal ini juga penulis ketahui setelah melihat praktek pembacaan ikrar talak

yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dan praktek yang penulis

ketahui di Pengadilan Agama Batusangkar terlihat bahwa Pengadilan Agama

memerintahkan kepada suami yang akan mengucapkan ikrar talak agar pada saat

pengucapan ikrar talak membawa nafkah yang harus diberikan pada istri, dan

diserahkan ketika sidang penyaksian ikrar talak.

Namun praktek ini tidak didasari pada peraturan. Karena tidak adanya

peraturan yang mengaturnya, maka praktek yang terjadi tersebut tidak didasari

oleh hukum, sehingga timbul pertanyaan pada diri penulis apakah praktek tersebut

tidak bertentangan dengan peraturan yang ada, dan apakah praktek tersebut tidak

menyalahi asas-asas yang berlaku di Pengadilan Agama.

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, penulis merasa

tertarik dan perlu untuk membahas tentang praktek pembayaran nafkah iddah dan

mut’ah di Pengadilan Agama dengan judul “Pembayaran Nafkah Iddah dan

Mut’ah Pasca Ikrar Talak (Studi di Pengadilan Agama Batusangkar)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari pemaparan yang telah penulis sampaikan di atas dapat diketahui

bahwa minimal ada empat Pengadilan Agama yang melakukan praktek

pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika sidang ikrar talak. Agar pembahasan

ini tidak melebar dan untuk memperjelas pokok penelitian maka pembahasan

difokuskan kepada:

Page 16: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

6

a. Lokasi penelitian ini berada di Pengadilan Agama Batusangkar, Jl.

Sudirman Lima Kaum Batusangkar Kabupaten Tanah Datar.

b. Kewajiban suami yang dibahas dibatasi pada Nafkah iddah dan

Mut’ah.

c. Data penelitian dibatasi pada tahun 2014.

2. Perumusan Masalah

Dalam UU dijelaskan beberapa kewajiban suami ketika terjadi perceraian

karena talak seperti nafkah iddah dan mut’ah. Di Pengadilan Agama Batusangkar

pembayaran kewajiban tersebut dilakukan ketika sidang ikrar talak di

persidangan. Namun terkadang suami tersebut ketika waktu persidangan ikrar

talak belum membawa kewajibannya dengan berbagai alasan.

Rumusan masalah tersebut penulis rinci dengan bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

a. Bagaimana praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika ikrar

talak di Pengadilan Agama Batusangkar?

b. Bagaimana langkah yang dilakukan hakim ketika suami belum membawa

kewajibannya pada saat ikrar talak?

c. Bagaimana korelasi praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika

ikrar talak ini jika dihubungkan dengan peraturan, dan asas yang ada?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan dalam latar belakang dan perumusan masalah

sebelumya, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Page 17: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

7

a. Untuk mengetahui praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika

ikrar talak di Pengadilan Agama Batusangkar.

b. Untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakukan hakim ketika

suami belum membawa kewajibannya ketika ikrar talak.

c. Untuk menjelaskan korelasi antara praktek pembayaran nafkah iddah dan

mut’ah ketika ikrar talak dengan peraturan dan asas yang terkandung dalam

peradilan.

2. Manfaat Penelitian

Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan dari hasil

penelitian ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu hukum

mengenai praktek, dasar pemikiran, serta korelasi praktek pembayaran nafkah

iddah an mut’ah ketika ikrar talak dengan peraturan dan asas di Peradilan Agama.

b. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai praktek

pembayaran nafkah iddah dan mut’ah di Pengadilan Agama.

D. Metode Penelitian

Adapun metode yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah, sebagai

berikut:

Page 18: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

8

1. Metode Pendekatan

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis

empiris. Penelitian yuridis empiris dimaksud membahas bagaimana hukum

beroperasi dalam masyarakat.9

Dalam penelitian ini yang dicari adalah perihal pelaksanaan pembayaran

nafkah iddah dan mut’ah di Pengadilan Agama dengan berpedoman pada aturan

hukum yang berlaku serta dihubungkan pada asas-asas yang berlaku dalam

peradilan dan prilaku sosial masyarakat, sehingga dapat diperoleh kejelasan

terhadap penerapan praktek tersebut di persidangan pengadilan.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif.

Penelitian deskriptif bermaksud memberikan penjelasan secara sistematis, factual,

dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti. Dalam skripsi ini yang diteliti

adalah mengenai praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah dalam

persidangan.

3. Data Penelitian

a. Penelitian kepustakaan (library search)

Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mendapatkan dasar teori dalam memecahkan permasalahan yang timbul dengan

menggunakan bahan- bahan:

1) Bahan Hukum Primer

9 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 31.

Page 19: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

9

Merupakan bahan utama yang dijadikan pedoman dalam penelitian,

terdiri dari:

- Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

- UU No. 7 Tahun 1989 yang telah dirubah kepada UU No. 3 Tahun

2006 dan perubahan kedua kepada UU No. 50 Tahun 2009 tentang

Peradilan Agama

- Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

- PP No. 9 Tahun 1975

- Kompilasi Hukum Islam

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan- bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, yang terdiri dari:

- Buku- buku

- Majalah hukum

- Artikel ilmiah

- Arsip- arsip yang mendukung

- Publikasi dari lembaga terkait

b. Penelitian Lapangan (field research)

Dilakukan dengan cara melakukan proses terjun langsung secara aktif ke

lapangan untuk meneliti obyek penelitian tersebut.

1) Lokasi Penelitian

Mengenai lokasi penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama

Batusangkar, disebabkan perihal yang berkaitan dengan permasalahan yang

diangkat menjadi skripsi ini terdapat di tempat tersebut.

Page 20: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

10

2) Subyek Penelitian

Untuk mencari kebenaran data dan penjelasan yang mampu

dipertanggungjawabkan secara prosesil maka yang tepat dijadikan rujukan

adalah hakim di Pengadilan Agama Batusangkar dalam persidangan perkara

cerai talak itu sendiri yang mampu mengkaji, mengetahui, serta memeriksa

sekaligus memutus proses persidangan cerai talak.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan:

a. Observasi

Obeservasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki.10

Observasi penulis lakukan dengan cara

melihat jalannya pengucapan ikrar talak di Pengadilan Agama Batusangkar.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara atau interview merupakan Tanya jawab secara lisan dimana

dua orang atau lebih berhadapan secara langsung. Dalam proses interview ada dua

pihak yang menempati kedudukan yang berbeda. Satu pihak berfungsi sebagai

pencari informasi sedangkan pihak lain berfungsi sebagai pemberi informasi.11

Dalam menentukan hakim yang akan diwawancarai, penulis menggunakan

teknik nonrandom sampling. Dalam sampling ini tidak semua individu dalam

10

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h. 69.

11 Soemitro Romy H, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1990), h. 71.

Page 21: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

11

populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel.12

Untuk mewakili hakim yang ada, penulis memilih seorang hakim pria, seorang

hakim wanita, dan hakim yang berjabatan sebagai ketua di Pengadilan tersebut,

yang penunjukkannya diserahkan kepada Ketua Pengadilan Agama Batusangkar.

c. Studi Dokumenter

Studi documenter adalah cara mengumpulkan data melalui penanggalan

tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penyelidikan.13

Studi dokumenter ini bertujuan untuk mengumpulkan

data perceraian khususnya cerai talak selama 2014.

d. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan mencari konsepsi-

konsepsi, teori- teori, pendapat, atau penemuan yang berhubungan erat dengan

pokok permasalahan. Kepustakaan berupa peraturan perundangan, karya ilmiah

para sarjana, laporan lembaga, dan lain- lain sumber.14

5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan

metode analisis kualitatif. Dalam kamus Oxford Quality diartikan sebagai How

12

Ben Ahmad Soebani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 177.

13 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2007), h. 141.

14 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, (Surakarta: UMS

Press, 2004), h. 47.

Page 22: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

12

good or bad.15

Analisis kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan

data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis

serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh.16

Dalam skripsi ini, yang dianalisis adalah praktek pembayaran nafkah iddah dan

mut’ah di persidangan. Data-data yang penulis temukan dari dokumen di

pengadilan, berupa data statistik perkara, statistik cerai, serta data alasan-alasan

perceraian, penulis kelompokkan dalam satu kelompok yang kemudian akan

dimasukkan dalam bab 3.

Selanjutnya, data hasil wawancara dan kepustakaan, penulis analisis

menggunakan analisis kualitatif. Dalam melakukan analisis, penulis kelompokkan

teori-teori yang ada tentang permasalahan yang penulis angkat, dari kaedah ushul,

hukum positif, dan asas yang ada dalam peradilan. Selanjutnya, teori-teori yang

penulis temukan, penulis hubungkan dengan permasalahan tersebut, dilihat dari

tujuan adanya praktek tersebut, akibat praktek tersebut, landasan hadirnya praktek

tersebut yang dihubungkan dengan tanggapan hakim yang penulis temukan dari

hasil wawancara.

E. Review Studi Terdahulu

Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis telah menemukan

beberapa skripsi yang membahas tentang pembayaran nafkah iddah. Berikut

skripsi- skripsi yang penulis temukan:

15

Oxford Student’s Dictionary of English, (Greet Clarendon Street: Oxford University

Press, 2001), h. 519.

16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 13

Page 23: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

13

Abrokhul Isnaini (107044202957) Jaminan Pelaksanaan Kewajiban

Nafkah Iddah di Pengadilan Agama Jakarta Timur, skripsi tahun 2012. Dalam

skripsi ini pokok pembahasannya mengenai langkah yang dilakukan Pengadilan

Agama Jakarta timur dalam pelaksanaan kewajiban iddah terhadap istri.

Perbedaan paling mendasar dari skripsi ini adalah tempat penelitiannya.

Kemudian juga mengenai pembahasannya pada skripsi penulis, selain membahas

pertimbangan hakim juga membahas korelasi praktek pembayaran nafkah iddah

dan mut’ah dengan peraturan, asas yang berlaku pada Pengadilan Agama.

Rohmad Heri Tricahyo (109044100035) Pelaksanaan Pembayaran

Nafkah Iddah yang Diakibatkan Putusan Pengadilan Agama Cikarang Tahun

2013 skripsi tahun 2014. Dalam skripsi ini pokok pembahasannya adalah proses

pelaksanaan pembayaran nafkah iddah, dan pertimbangan yang dilakukan hakim.

Sedangkan pada skripsi penulis, perbedaan mendasarnya adalah tempat

penelitianya. Kemudian pada skripsi penulis, pokok pembahasannya berada pada

korelasi praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah dengan peraturan, asas

yang berlaku pada Pengadilan Agama.

Jadi antara skripsi yang penulis angkat berbeda dengan skripsi yang telah

ada. Perbedaan mendasarnya adalah tempat penelitianya. Kemudian pada skripsi

ini pokok pembahasannya berada pada korelasi praktek pembayaran nafkah iddah

dan mut’ah dengan peraturan, asas yang berlaku pada Pengadilan Agama.

Korelasi di sini maksudnya adalah apakah peraturan dan asas yang ada

mendorong praktek yang terjadi di Pengadilan Agama, atau bertolak belakang

dengan praktek yang ada.

Page 24: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

14

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yang terdiri dari:

Bab Pertama, merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar

belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, metode

penelitian, review study, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, merupakan pembahasan tentang nafkah iddah dan mut’ah

yang membahas nafkah iddah dan mut’ah menurut fiqh Islam, meliputi

pengertian, dasar hukum dalam Islam, pandangan ulama, serta ketentuan nafkah

iddah dan mut’ah dalam peraturan perundangan.

Bab Ketiga, memaparkan tentang asas Peradilan, yang meliputi asas-asas

Peradilan Agama, dan asas-asas eksekusi. Kemudian juga membahas tentang

deskripsi perceraian yang masuk pada tahun 2014, serta gambaran proses ikrar

talak di persidangan.

Bab Keempat, berisi tentang pembayaran nafkah iddah dan mut’ah di

Pengadilan Agama Batusangkar, yang memuat Praktek Pembaran Nafkah Iddah

dan Mut;ah di persidangan, serta langkah yang dilakukan hakim ketika suami

belum membawa kewajibannya ketika ikrar talak, dan ditutup dengan analisa

penulis.

Bab Kelima, Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 25: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

15

BAB II

NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH

A. Nafkah Iddah Menurut Fiqih

1. Pengertian Nafkah Iddah

Nafkah iddah terdiri dari dua kata Nafkah dan „Iddah. Secara bahasa kata

Nafkah dan „Iddah berasal dari bahasa Arab. Kalau dikutip dari kamus al-

Munawwir kata Nafkah berasal dari kata النفقت yang bermakna المصروفواالنفاق

yaitu biaya, belanja, pengeluaran uang.1

Dalam sebuah perkawinan nafqah merupakan hak istri dan anak-anak

dalam hal makanan, pakaian, dan kediaman, serta beberapa kebutuhan pokok

lainnya dan pengobatan, bahkan sekalipun si istri adalah seorang wanita yang

kaya. Nafkah dalam hal ini wajib hukumnya berdasarkan Al-Qur‟an, Sunnah, dan

Ijma‟ ulama.2

Pengertian kata „Iddah dikutip dari kamus Al Munawwir berasal dari kata

(يعد –عد ) yang berarti ( ظن) yaitu menduga. Kata - ) عد ) juga dapat diartikan

sebagai (احصى و (حسب yang berarti menghitung.3 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Kata iddah juga diartikan sebagai masa tunggu (belum boleh menikah)

1 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia, (Yogyakarta:

1984), h. 1548.

2 Abdur Rahman I Doi, Perkawinan dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,

1992), h. 121

3 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia, h. 968.

Page 26: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

16

bagi wanita yang berpisah dengan suami, baik karena ditalak maupun bercerai

mati.4

Selanjutnya dikutip dari kitab Fikih Sunnah, kata Iddah berasal dari kata

al-„add dan al-ihsa‟, yang berarti hari-hari dan masa haid yang dihitung oleh

perempuan.5 Dalam ta‟rif lain yang bunyinya:

مدةتتربصفيهاالمرأةلتعرفبرائترحمهاأوللتعبد

Artinya: Masa tunggu yang harus dilalui oleh seorang perempuan untuk

mengetahui bersihnya rahim perempuan itu atau untuk beribadah.6

Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa Nafkah Iddah merupakan

sejumlah harta atau benda (uang), yang bernilai yang dapat dipergunakan untuk

biaya hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selama dalam masa Iddah

bagi wanita yang baru diceraikan.

2. Dasar Hukum Nafkah Iddah

Praktek Nafkah Iddah ini telah berlangsung sejak zaman Nabi. Praktek ini

didasarkan pada Al-Qur‟an. Berikut dasar hukum tentang praktek Nafkah iddah.

4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa edisi

keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008), h. 516.

5 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah jilid 2, (Beirut: Darul Fikri, 1983), h. 277.

6 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 304.

Page 27: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

17

Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah

dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban

kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah

kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (Qs. At-Thalaq [65]:7)

Ayat ini menjelaskan, hendaklah suami memberi nafkah kepada istri dan

anaknya yang masih kecil sesuai dengan kemampuannya, hingga dia memberikan

kelapangan kepada mereka, jika dia orang yang berkelapangan.7 Imam Syafi‟I dan

para sahabatnya berkata, “Nafkah itu harus ditentukan dan dibatasi. Hakim dan

mufti tidak perlu melakukan ijtihad dalam hal ini. Yang menjadi pertimbangan

dalam hal ini adalah kondisi suami seorang, apakah dia itu kaya atau miskin.

Kondisi istri dan kecukupannya tidak perlu dipertimbangkan”.8

Perceraian atau talak raj‟I (talak 1 dan 2) belumlah memutuskan

perkawinan dalam makna yang sesungguhnya. Oleh karena itu, wanita yang telah

di talak (raj‟i) suaminya, selama berada dalam masa „iddah tetap dipandang

sebagai istri dari suaminya yang memiliki hak dan kewajiban kendatipun tidak

penuh lagi.9

7 Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami‟ al-Ahkam al-

Qur‟an, juz 18, jilid 9, (Beirut: 1995), h. 158.

8 Ibid, h. 158.

9 Amiur Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Prenada

Media, 2004), h. 245.

Page 28: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

18

3. Pandangan Ulama Tentang Hukum Membayarkan Nafkah Iddah

a. Wanita Dithalak Raj’i

Wanita yang dithalak raj‟I berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal

berdasarkan ijma‟ ulama. Ia masih sebagai istri dengan dalil firman Allah SWT,

… …

Artinya: “…dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti

itu,…”. (QS. Al- Baqarah 228)

Dari potongan ayat Al-Qur‟an di atas diketahui bahwa suami yang

mentalak istrinya (talak raj‟i) masih memiliki hak ruju‟ kepada istrinya selama

dalam masa menanti (iddah), dan istrinya (yang dithalak) tersebut masih dianggap

sebagai istrinya selama dalam iddah. Sehingga ketentuan dalam Al-Qur‟an surat

Al-Baqarah ayat 233 masih berlaku bagi suami tersebut.

… …

Artinya: “… dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu

dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya…”. (Qs. Al-Baqarah [2]: 233)

Potongan ayat ini menyatakan bahwa suami berkewajiban untuk memberi

nafkah kepada istri baik dari segi makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Page 29: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

19

Ketentuan ayat ini berlaku kepada suami yang menthalak istrinya (raj‟i) karena

istri tersebut masih dianggap sebagai istrinya meskipun sudah tidak penuh lagi.

b. Wanita Dithalak Ketika Sedang Hamil

Jika dia tengah berada dalam kondisi hamil, maka diwajibkan untuknya

nafkah dengan berbagai jenisnya yang berbeda menurut kesepakatan para

fuqaha.10

Hal ini berdasarkan Firman Allah SWT, dalam QS. At-Thalaq [65] ayat

6.

Artinya. “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu

sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin,…”. (Qs. At-Thalaq[65]: 6)

Dari ayat di atas jelaslah bahwa Allah mengisyaratkan kepada suami-

suami yang menceraikan istri mereka untuk memberikan tempat tinggal, nafkah

untuk memudahkan kehidupan istrinya, terlebih ketika istri tersebut sedang hamil.

Asyhab mengutip dari Imam Malik: “suami harus keluar dari istri yang

telah diceraikannya, jika dia memang sudah menceraikannya, dan dia pun harus

meninggalkan istri yang diceraikannya itu dalam rumah. Hal ini berdasarkan

10

Wahbah Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, (Damasyqi: Darul Fikri al-

Ma‟ashir, 2004), h. 7203.

Page 30: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

20

firman Allah Ta‟ala, Tempatkanlah mereka. Jika sang suami tetap bersama istri

yang telah diceraikannya, maka Allah tidak akan berfirman tempatkanlah

mereka.11

Ayat ini juga menjadi dasar rujukan bagi para ulama untuk menetapkan

kepada suami yang menceraikan istrinya sedang hamil maka dia diwajibkan

membayarkan nafkah kepada istrinya sampai istrinya melahirkan. Tidak ada beda

pendapat di antara para ulama tentang kewajiban memberi nafkah dan tempat

tinggal kepada wanita yang sedang hamil kemudian diceraikan dengan talak tiga

atau kurang. Kewajiban itu terus berlanjut sampai dia melahirkan

kandungannya.12

c. Wanita Dithalak Ba’in Tidak Hamil

Adapun wanita yang iddah talak bain dan tidak hamil, maka ulama

berbeda pendapat menyangkut nafkahnya.13

Menurut pendapat dari Mazhab Hanafi dijelaskan bahwa, Jika dia tidak

tengah hamil, maka diwajibkan untuknya nafkah juga dengan berbagai jenisnya

akibat tertahannya dia pada masa iddah demi hak suami.14

Nafkah ini dianggap

sebagai hutang dan terhitung sejak talak dijatuhkan. Kewajiban untuk memberi

nafkah istri tidak hilang hanya dengan keridhaan istrinya atau karena keputusan

11

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, Al-Jami‟ al-Ahkam al-

Qur‟an, juz 18, jilid 9, (Beirut: 1995), h. 155.

12 Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, Al-Jami‟ al-Ahkam al-

Qur‟an, juz 18, jilid 9, (kairo), h. 168.

13 Zubair Ahmad, Relasi Suami Istri dalam Islam, editor Sri Mulyani, (Jakarta: Pusat

Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, 2004), 73.

14 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 7203.

Page 31: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

21

pengadilan.15

Hukum wanita ber-„iddah akibat faskh-nya akad, menurut Hanafi,

sama dengan wanita yang di talak ba‟in.16

Menurut Mazhab Hanbali tidak diwajibkan nafkah untuknya, dan tidak

juga tempat tinggal karena Fatimah binti qais ditalak oleh suaminya dengan talak

tiga, maka Rasulullah SAW tidak menetapkan untuknya nafkah dan tempat

tinggal.17

Sebagaimana sabda Nabi;

ن ث د ا:ح ض ا ة ب ت ق ال .ق م از ح ب ا ن اب ن ع ز ز ع ال د ب اع ن ث د :ح د ع س ن ب ة ب ت اق ثن حد و ب و ق ع ا

ت بن ة م اط ف ن ،ع ة م ل س ب ا ن ،ع م از ح ب ا ن ع –ام ه ل ك –ي ار الق ن م ح الر د ب ع ن اب ن ع

ك ل ذ ت أ ار م ل ،ف ن و د ة ق ف ان ه ل ع ق ف ن ا ان ك )صلعم(،و ب الن د ه ع اف ه ج و از ه ق ل ط ه ن ،ا س ق

و ت ال ق ف للا ول س ر ن م ل ع ل للا : لذ ا ت ذ خ ا ة ق ف ىن ل ت ان ك ن ا )صلعم(، و ن ح ل ص ى م ل ن ا ،

ل ،و ك ل ة ق ف ن :)ل ال ق )صلعم(ف للا ل و س ر ل ك ل ذ ت ر ك ذ ف ت ال ق ،أ ش ه ن ذم خ ا م ل ة ق ف ن ل ن ك ت

رواهمسلم18ى(.ن ك س

Artinya: Dan telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa‟id: menyampaikan

kepada kami dari „Abdul Aziz bin Abu hazim. Qutaibah juga mengatakan telah

bercerita kepada kami Ya‟qub bin „Abdurrahman al-Qari, dari abu hazim dari

abu salamah dari Fatimah binti qais, sesungguhnya ia dithalak (tiga/thalak bain

kubra) suaminya pada masa nabi Muhammad SAW, dan dia diberi nafkah sedikit,

melihat hal ini ia (Fatimah binti qais) berkata: demi allah, aku akan, mengatakan

hal ini kepada rasulullah SAW, maka jika aku berhak mendapat nafkah, aku akan

mengambil nafkah yang dapat layak untukku, dan jika aku tidak berhak mendapat

nafkah aku tidak akan mengambilnya apapun darinya. Dia (Fatimah binti qais)

berkata maka aku mengatakan hal itu kepada rasulullah SAW, maka rasul

bersabda: tidak ada nafkah bagimu, dan tempat tinggal. (HR. Muslim)

15

Sayyid Sabiq, FIKIH SUNNAH jilid 2, h. 287.

16 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwal as-Syakhshiyyah „Ala al-Mazahib al-

Khamsah Ja‟fari-Hanafi-Maliki-Syafi‟I-Hanbali, (Beirut: Darul Ilmu, 1964), h. 101.

17 Sayyid Sabiq, FIKIH SUNNAH jilid 2, h. 287.

18 Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi,

Shaheh Muslim, hadis ke 3698, (Riyad: Darussalam, 1998), h. 639.

Page 32: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

22

Selanjutnya pendapat dari Mazhab Maliki dan Syafi‟I menurutnya hanya

diwajibkan untuknya tempat tinggal saja,19

berdasarkan firman Allah SWT dalam

QS. At-Thalaq [65] ayat 6

.…

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu, dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu

sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin,…”.

Dia diwajibkan untuk si istri tempat tinggal saja tanpa memedulikan

apakah si istri dalam keadaan hamil ataupun tidak. Tidak diwajibkan untuknya

nafkah makanan dan pakaian berdasarkan pemahaman firman Allah SWT, “jika

mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah

nafkahnya kepada mereka hingga mereka bersalin”. Pemahaman ayat ini

menunjukkan bagi ketidakwajiban pemberian nafkah bagi istri yang tidak hamil.20

d. Istri yang Ber’iddah karena Kematian Suami

Mengenai hak nafkah iddah mantan istri dalam keadaan „iddah akibat

suaminya meninggal dunia menurut sebagian ulama tidak mempunyai hak nafkah

19

Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 7203.

20 Ibid, h. 7203.

Page 33: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

23

maupun tempat tinggal, mengingat bahwa harta peninggalan suaminya kini telah

menjadi hak ahli waris, termasuk ia dan anak-anaknya.21

Akan tetapi, Mazhab Maliki mewajibkan tempat tinggal untuknya selama

masa iddah, jika tempat tinggal tersebut dimiliki oleh si suami. Atau rumah

sewaan, dan dia telah bayar sewanya sebelum datang kematian. Jika tidak seperti

itu, maka si suami tidak diwajibkan untuk membayar sewanya.22

Selanjutnya Syafi‟I mengatakan bahwa, apabila seorang wanita ditalak

ba‟in, sedang dia dalam keadaan hamil, kemudian suaminya meninggal dunia

(ketika si istri masih dalam „iddah), maka nafkah atas istri tidak terputus.23

Hanafi

mengatakan: Apabila wanita yang ber-„iddah tersebut dalam keadaan talak raj‟I

dan suami yang menceraikannya itu meninggal dunia ketika dia menjalani „iddah-

nya, maka „iddah-nya beralih ke „iddah wafat, dan kewajiban atas nafkah menjadi

terputus, kecuali bila si wanita itu diminta untuk menjadikan nafkahnya sebagai

hutang (atas suaminya) yang betul-betul dilaksanakannya. Dalam kondisi serupa

ini nafkahnya tidak gugur.24

e. Istri yang Ber’iddah Akibat Perkawinan yang Syubhat

Dalam hal jika dia tengah menjalani masa iddah akibat perkawinan yang

rusak atau yang mengandung syubhat, maka tidak ada nafkah untuknya menurut

21

Muhammad baqir Al-Habsy, Fikih Praktis Menurut Al-Qur‟an dan Hadits, (Bandung:

Mizan, 2002), h. 221-222.

22 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 7204.

23 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwal as-Syakhshiyyah „Ala al-Mazahib al-

Khamsah Ja‟fari-Hanafi-Maliki-Syafi‟I-Hanbali, h. 100-101.

24 Ibid, h. 101.

Page 34: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

24

jumhur fuqaha. Karena tidak ada nafkah untuknya dalam perkawinan yang rusak,

oleh karena itu tidak ada nafkah untuknya di tengah masa iddah dari si suami.

Mazhab Maliki mewajibkan kepada orang yang menyetujui untuk

memenuhi si istri jika dia tengah berada dalam kondisi hamil karena dia tertahan

karena sebab si suami. Jika dia tidak dalam keadaan hamil, atau pernikahnnya di

fasakh dengan li‟an, maka hanya diwajibkan untuknya tempat tinggal saja di

tempat dia tinggal.25

f. Istri yang Menjadi Sebab Perceraian

Dalam hal nusyuz, para ulama Mazhab sepakat bahwa istri yang

melakukan nusyuz tidak berhak atas nafkah, tetapi mereka berbeda pendapat

tentang batasan nusuz yang mengakibatkan gugurnya nafkah.26

Menurut Mazhab Maliki wanita yang memisahkan diri dari suaminya

dengan talak khuluk tidak berhak memperoleh nafkah kecuali kalau dia sedang

mengandung. Dan setiap wanita yang bercerai karena li‟an, tidak dapat menurut

nafkah dari suaminya, sekalipun andaikan dia hamil.27

Dikutip dari kitab Al Ahwal As Syakhsiyah Fi As Syari‟ah Al Islamiyah

dijelaskan bahwa tidak wajib nafkah dalam iddah bagi tiga macam perempuan.

Pertama, perempuan yang pernikahnnya putus karena suaminya mati. Kedua,

25

Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 7204.

26 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwal as-Syakhshiyyah „Ala al-Mazahib al-

Khamsah Ja‟fari-Hanafi-Maliki-Syafi‟I-Hanbali, h. 101.

27 Abdur Rahman I Doi, Perkawinan dalam Syariat Islam, h. 127.

Page 35: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

25

perempuan yang menjadi sebab putusnya perceraian. Ketiga, perempuan yang

menikah dalam akad tidak sah (syubhat).28

4. Kadar Pemberian Nafkah Iddah

Mengenai kadar dalam pemberian nafkah iddah ini, penulis tidak

menemukan jumlahnya secara pasti. Namun para ulama Mazhab sepakat bahwa

nafkah untuk istri itu wajib, yang meliputi tiga hal: pangan, sandang, dan papan.

Mereka juga sepakat besar-kecilnya nafkah tergantung pada keadaan kedua belah

pihak. Kalau suami-istri orang berada, maka nafkah yang wajib diberikan adalah

nafkah orang berada, kalau mereka tidak mampu, maka nafkahnya disesuaikan

pula dengan itu. Yang dimaksud dengan kadar “berada” dan “tidak berada”-nya

istri adalah kadar berada dan tidaknya keluarganya, yakni kadar kehidupan

keluarganya.29

Dalam hal keadaan mereka berbeda menurut Maliki dan Hanbali apabila

yang satu kaya dan lainnya miskin maka besar nafkah yang ditentukan adalah

setengah-setengah antara dua hal itu.30

Imam Syafi‟I dan para sahabatnya berkata, “Nafkah itu harus ditentukan

dan dibatasi. Hakim dan mufti tidak perlu melakukan ijtihad dalam hal ini. Yang

28

Muhahmmad Muhyial-Din Abdal-Hamid, Al Ahwal As Syakhsiyah Fi As Syari‟ah Al

Islamiyah, (Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, 1404 H/1989 M), h. 349.

29 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwal as-Syakhshiyyah „Ala al-Mazahib al-

Khamsah Ja‟fari-Hanafi-Maliki-Syafi‟I-Hanbali, h. 107.

30 Ibid, h. 107.

Page 36: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

26

menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah kondisi suami seorang, apakah dia itu

kaya atau miskin. Kondisi istri dan kecukupannya tidak perlu dipertimbangkan”.31

Di kalangan Hanafi terdapat dua pendapat. Pertama, diperhitungkan

berdasar kondisi suami-istri, dan yang kedua dengan berdasar kondisi suami

saja.32

B. Mut’ah Menurut Fiqih

1. Pengertian Mut’ah

Kata Mut‟ah berasal dari kata (متع-)يمتع yang berarti membawa pergi. Jika

kata Mut‟ah digabung dengan kata Thalaq (الطالق maka artinya adalah (متعت

barang-barang pemberian kepada istrinya yang ditalaknya.33

Dari pengertian kata

mut‟ah dari bahasa Arab ini dapat dipahami bahwa mut‟ah dalam talak adalah

suatu pemberian yang diberikan oleh suami kepada mantan istrinya sebagai

penghibur.

Pengertian kata mut‟ah dalam bahasa Indonesia dikutip dari kamus besar

Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai sesuatu (uang, barang, dsb) yang diberikan

suami kepada istri yang diceraikannya sebagai bekal hidup (penghibur hati) bekas

istrinya.34

31

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami‟ al-Ahkam al-

Qur‟an, juz 18, jilid 9, (Beirut: 1995), h. 158.

32 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwal as-Syakhshiyyah „Ala al-Mazahib al-

Khamsah Ja‟fari-Hanafi-Maliki-Syafi‟I-Hanbali, h. 107-108.

33 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakaraya Agung), h. 409.

34 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa edisi

keempat, h. 945.

Page 37: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

27

Dari pengertian kata Mut‟ah secara bahasa baik dari kamus bahasa Arab

maupun kamus Indonesia di atas memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda.

Jadi dapat disimpulkan kata Mut‟ah secara bahasa adalah pemberian sepadan dari

suami yang diberikan kepada mantan istrinya sebagai penghibur, baik berupa

uang ataupun barang.

2. Dasar Hukum Mut’ah

Artinya: “kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh

suaminya) mut'ah menurut yang ma'ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-

orang yang bertakwa”. (Qs. Al-Baqarah[2]: 241)

Menurut Abu Ja‟far yang dimaksud oleh Allah dengan firman-Nya

“kepada wanita-wanita yang diceraikan hendaklah mut‟ah (pemberian) oleh

suaminya” ini adalah: sesuatu yang dapat menyenangkan berupa baju, pakaian,

nafkah, pelayan, atau lainnya yang dapat menghibur hatinya.35

3. Pandangan Ulama Tentang Hukum Membayarkan Mut’ah

Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan mut‟ah ialah pemberian

yang diberikan oleh suami kepada istrinya yang telah diceraikannya.36

Mazhab

Maliki mengartikannya sebagai kebaikan untuk perempuan yang diceraikan ketika

35

Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari, jilid 2, (Kairo:

Darussalam, 2007), 1424.

36 Kamal Muchtar, Asas

2 hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h. 215.

Page 38: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

28

terjadi perceraian dalam kadar sesuai dengan jumlah sedikit dan banyaknya harta

si suami.37

Ulama Mazhab berbeda pendapat mengenai kategori istri yang berhak

mendapat Mut‟ah setelah diceraikan.

a. Mazhab Hanafi

Menurut Mazhab Hanafi mut‟ah hukumnya wajib dalam dua bentuk

perceraian. Pertama, Perceraian mufawwidhah (tanpa mahar) sebelum terjadi

persetubuhan. Atau disebutkan mahar untuk si istri dengan penentuan yang rusak.

Maksudnya, perceraian yang terjadi sebelum terjadi persetubuhan dan khalwat

dalam pernikahan yang di dalamnya tidak disebutkan mahar, dan tidak diwajibkan

setelahnya atau penentuannya rusak. Pendapat ini disepakati oleh jumhur selain

Mazhab Maliki.38

Kewajiban mut‟ah ini didasarkan kepada firman Allah SWT dalam QS.

Al-Baqarah (2) ayat 236. Allah SWT memerintahkan untuk memberikan mut‟ah

dan perintah memiliki arti wajib. Hal ini ditegaskan dalam penghujung ayat yang

berbunyi,

37

Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 6829.

38 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 6830.

Page 39: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

29

Artinya: tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu

menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan

sebelum kamu menentukan maharnya. dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah

(pemberian) kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan

orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), Yaitu pemberian menurut

yang patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang

berbuat kebajikan. (QS. Al-Baqarah [2] ayat 236)

Juga karena mut‟ah dalam kondisi ini merupakan pengganti setengah

bagian mahar wajib. Pengganti wajib adalah wajib karena dia menempati

posisinya, seperti halnya tayammum yang merupakan pengganti wudhu.39

Kedua, Perceraian yang terjadi sebelum terjadi persetubuhan dalam

pernikahan yang di dalamnya tidak disebutkan mahar, hanya saja diwajibkan

setelahnya, menurut pendapat Abu Hanifah dan Muhammad, berdasarkan firman

Allah SWT Surat Al- Ahzab ayat 49. 40

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-

perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu

mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang

kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut'ah, dan lepaskanlah

mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya. (Qs. Al-Ahzab[33]: 49)

39

Ibid, h. 6830.

40 Ibid, h. 6830.

Page 40: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

30

Mut‟ah itu hukumnya sunnah menurut pandangan Mazhab Hanafiyah

dalam keadaan thalak yang terjadi setelah dukhul, dan juga dalam keadaan thalak

sebelum dukhul dalam pernikahan yang didalamnya telah ditentukan maharnya.

Karena sesungguhnya mut‟ah itu diwajibkan sebagai pengganti dari setengah

bagian mahar. Maka jika mahar musamma atau mahar mitsil telah didapatkan

setelah dukhul maka tidak perlu lagi mut‟ah.41

b. Mazhab Maliki

Menurut Mazhab Maliki, sesungguhnya mut‟ah disunnahkan untuk setiap

perempuan yang ditalak.42

Mereka berpendapat, ada tiga jenis perempuan yang

ditalak;

1) perempuan yang ditalak sebelum digauli dan sebelum disebutkan mahar

(perempuan mufawwidhah) memiliki hak mut‟ah, dan tidak memliki hak

sedikit pun pada mahar.

2) Perempuan yang ditalak sebelum digauli, dan setelah disebutkan maharnya

tidak memiliki hak mut‟ah.

3) Perempuan yang ditalak setelah digauli, baik sebelum disebutkan mahar

maupun setelahnya, memiliki hak mut‟ah.

Tidak ada hak mut‟ah pada setiap perpisahan yang di pilih oleh

perempuan, seperti perempuan yang terkena penyakit gila, kusta dan lepra juga

pada perpisahan akibat pembatalan, ataupun akibat khulu‟, ataupun li‟an.43

41

Ibid, h. 6831.

42 Ibid, h. 6831.

43 Ibid, h. 6831.

Page 41: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

31

c. Mazhab Syafi’i

Mazhab Syafi‟I mereka berpendapat, mut‟ah wajib untuk setiap

perempuan yang diceraikan, baik perceraian tersebut sebelum terjadi

persetubuhan maupun setelahnya. Kecuali perempuan yang sebelum digauli yang

telah ditentukan mahar untuknya, maka dia hanya cukup mendapatkan setengah

bagian mahar.

Mut‟ah harus diberikan kepada perempuan yang diceraikan sebelum

digauli jika dia tidak wajib mendapatkan setengah mahar. Menurut pendapat yang

paling zahir juga wajib diberikan bagi perempuan yang telah digauli dan pada

setiap perpisahan yang bukan disebabkan oleh si istri. Perpisahan ini terjadi akibat

disebabkan si suami, seperti kemurtadan, li‟an, dan keislamannya. Sedangkan

perempuan yang mesti mendapatkan setengah bagian mahar, dia mesti

mendapatkannya. Sedangkan perempuan mufawwidhah yang tidak ditetapkan

sedikitpun mahar untuknya, berhak untuk mendapatkan mut‟ah.44

Sedangkan jika ditetapkan sesuatu bagi si perempuan dalam nikah tafwidh

maka tidak ada mut‟ah untuknya karena suami tidak mendapatkan manfaat

sebagiannya, maka cukup dengan setengah bagian maharnya akibat rasa

kesendirian, dan kehinaan yang dirasakan yang disebabkan perceraian.45

44

Ibid, h. 6831-6832.

45 Ibid, h. 6832.

Page 42: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

32

d. Mazhab Hanbali

Mazhab Hanbali sependapat dengan Mazhab Hanafi secara general, yaitu

mut‟ah wajib bagi setiap suami yang merdeka dan budak, orang muslim dan ahli

dzimmah untuk setiap istri mufawwidhah yang ditalak sebelum digauli, dan

sebelum ditetapkan mahar untuknya.46

Menurut mereka mut‟ah disunnahkan bagi setiap perempuan yang

diceraikan yang selain mufawwidhah yang tidak ditetapkan mahar untuknya,

berdasarkan QS Al-Baqarah 241. Mut‟ah diwajibkan untuk perempuan yang tidak

ditetapkan mahar untuk mereka, dan bagi perempuan yang diberikan setengah

mahar musamma.

Tidak ada mut‟ah bagi perempuan yang ditinggal mati karena nash Al-

Qur‟an tidak menyebutkannya, dan yang disebutkan hanyalah perempuan yang

ditalak. Mut‟ah gugur pada setiap objek yang membuat mahar gugur didalamnya,

seperti tindakan kemurtadan dan penyusuan yang membuat batal pernikahannya.47

Orang yang diwajibkan memberikan setengah bagian mahar kepada si

isteri, tidak wajib memberikan mut‟ah untuknya. Apakah itu adalah perempuan

yang ditentukan mahar untuknya ataupun tidak ditentukan mahar untuknya tetapi

ditetapkan setelah akad. Ini sependapat dengan pendapat jumhur selain Abu

hanifah dan Muhammad.

46

Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 6832.

47 Ibid, h. 6832-6833.

Page 43: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

33

Tidak ada mut‟ah bagi perempuan yang maharnya telah ditentukan setelah

terjadi persetubuhan, atau perempuan mufawwidhah setelah terjadi persetubuhan.

Akan tetapi, disunnahkan mut‟ah untuknya.48

4. Kadar Pemberian Mut’ah

Tidak ada nash yang menentukan kadar dan jenis mut‟ah, sehingga para

fuqaha melakukan ijtihad dalam menentukan kadarnya. Mazhab Hanafi

menentukan kadar mut‟ah adalah tiga buah baju, rompi (pakaian yang dikenakan

orang perempuan diatas baju), kerudung, jubah yang dipergunakan orang

perempuan untuk menutupi tubuhnya dari bagian kepala sampai kaki,49

berdasarkan firman Allah SWT,

Artinya: “…yaitu pemberian yang patut. “Yang demikian itu merupakan

ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Al-Baqarah 236).

Ketiga buah pakaian ini tidak melebihi setengah bagian mahar mitsil jika

suami adalah orang kaya, karena pakaian ini adalah pengganti mahar mitsil juga

tidak kurang dari lima dirham jika suami adalah orang miskin.

Yang difatwakan adalah bahwa sesungguhnya mut‟ah dianggap sesuai

dengan kondisi suami-istri seperti nafkah. Jadi jika keduanya adalah orang kaya,

si istri berhak mendapat sesuatu yang lebih tinggi dari pakaian. Jika keduanya

48

Ibid, h. 6833.

49 Ibid, h. 6834.

Page 44: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

34

adalah orang miskin, maka sesuatu yang lebih rendah. Jika kondisi keduanya

berbeda, maka yang pertengahan.50

Mazhab Syafi‟I berpendapat, Mut‟ah sebaiknya tidak kurang dari 30

dirham atau barang lain yang senilai, dan ini adalah yang paling rendah. Mut‟ah

tertinggi adalah memberikan pembantu, dan yang tengah-tengah adalah

memberikan pakaian; dan sunahnya ialah mut‟ah itu tidak melebihi separuh nilai

mahar mitsil. Namun, Jika sampai setengah atau melebihi mahar boleh, 51

dengan

kemutlakan Surat al-Baqarah ayat 236,

… …

Artinya: “… dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada

mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin

menurut kemampuannya (pula),…”. (Qs. Al-Baqarah [2]: 236)

Jika suami-istri saling bersengketa mengenai kadarnya, qadhi menilai

dengan hasil ijtihadnya sesuai dengan kelayakan kondisi dengan memperhatikan

kondisi kedua suami-istri, sebagaimana dikatakan oleh Mazhab Hanafi, yang

berupa kaya, miskin, nasab, dan sifat.52

Dasar hukum yang digunakan kalangan

Mazhab Syafi‟I ini berdasarkan firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah 236.

… …

50

Ibid, h. 6834.

51 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 6834.

52 Ibid, h. 6834.

Page 45: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

35

Artinya: “… dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada

mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin

menurut kemampuannya (pula),…”. (Qs. Al-Baqarah [2]: 236)

Mazhab Maliki dan Hanbali berpendapat, mut‟ah dilihat dari kondisi kaya

dan miskinnya suami. Orang yang kaya sesuai dengan kadarnya dan orang miskin

juga sesuai dengan kadarnya. Berdasakan ayat 233 surat Al-Baqarah di atas.

Tingkatan yang paling tingginya adalah pembantu, maksudnya nilai

pembantu pada zaman mereka jika si suami adalah orang kaya. Yang paling

rendah adalah jika si suami adalah orang miskin adalah pakaian lengkap yang

dapat digunakan untuk shalat, atau pakaian yang paling rendah, yang berupa

rompi dan kerudung, atau yang sejenisnya. Maksudnya yang paling rendahnya

adalah tiga buah pakaian sebagaimana yang dikatakan oleh Mazhab Hanafi, yang

terdiri rompi (baju), kerudung yang menutupi kepalanya, dan jubah. Berdasarkan

perkatan ibnu Abbas, “mut‟ah yang paling tinggi adalah pembantu, kemudian

yang setelahnya adalah nafkah, dan kemudian yang paling rendah adalah

pakaian”. Secara zahir, yang paling rajah adalah pendapat ini.53

C. Nafkah Iddah dan Mut’ah dalam Hukum Positif di Indonesia

1. Nafkah Iddah dalam Hukum Positif

Nafkah Iddah adalah salah satu kewajiban yang timbul ketika terjadi

perceraian karena talak. Dalam UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 41 ayat

(c) dijelaskan bahwa ketika terjadi perceraian maka pengadilan dapat mewajibkan

53

Ibid, h. 6834-6835.

Page 46: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

36

kepada suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu

kewajiban bagi mantan isteri.

Secara lebih rinci dalam KHI dijelaskan dalam pasal 149 bahwa apabila

perkawinan putus karena talak maka bekas suami dapat diwajibkan beberapa hal.

Dalam poin b disebutkan salah satu kewajiban suami tersebut adalah untuk

memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas isteri selama dalam iddah

kecuali bekas isteri telah di jatuhi talak ba‟in atau nusyuz dan dalam keadaan

tidak hamil.

Dari potongan pasal ini dapat dipahami bahwa mantan suami

berkewajiban untuk memberikan sejumlah nafkah kepada mantan istrinya selama

dalam masa iddah. Permohonan untuk meminta hak berupa nafkah iddah tersebut

dapat dilakukan bersama-sama permohonan ikrar talak dan bisa juga ketika ikrar

talak telah dilakukan, sebagaimana hal ini telah dijelaskan dalam UU No 7 Tahun

1989 pasal 66 ayat 5.54

Kalau dicermati, suami mempunyai kewajiban ini karena perkawinan

mereka putus karena talak dalam hal ini talak raj‟I,55

yang mana dalam talak raj‟I

suami tersebut masih mempunyai hak untuk rujuk. Hal ini karena sesungguhnya

antara mereka masih menjadi pasangan suami istri sampai iddah istrinya habis.

54

Permohonan ini dapat dilakukan oleh pihak pemohon maupun termohon, lihat PP No 9

Tahun 1975 pasal 24 ayat b.

55 kecuali dalam talak ba‟in yang istrinya sedang hamil, maka mantan suaminya

berkewajiban juga memberikan nafkah kepada mantan istrinya sampai ia melahirkan lihat pasal

149 (b) KHI.

Page 47: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

37

Ketentuan tentang rujuk ini terlihat dari pasal 151 KHI yang menjelaskan

bahwa mantan isteri selama dalam iddah, wajib menjaga dirinya, tidak menerima

pinangan dan tidak menikah dengan pria lain. Pasal ini mengisyaratkan bahwa

yang paling berhak terhadap diri mantan istri tersebut adalah mantan suaminya,

ketika mantan suaminya ingin rujuk maka mereka diperbolehkan rujuk, dan

mantan istri tidak boleh menerima pinangan dari lelaki lain selama masa iddah ini.

Masa iddah ini selain untuk melihat rahim, juga berguna sebagai masa

pertimbangan bagi mantan suami apakah akan kembali, atau tetap bercerai. Maka

dari itu menurut penulis suami diwajibkan membayar nafkah pada masa iddah

karena istri tersebut tertahan dan tidak bisa menerima pinangan pria lain

disebabkan hak ruju‟ yang dimiliki suami, namun kewajiban suami memberikan

nafkah iddah akan gugur ketika mantan istri nusyuz.56

Mengenai ukuran nafkah iddah dalam peraturan di indonesia, penulis tidak

menemukan jumlahnya secara pasti. Namun dalam PP No. 9 Tahun 1975 dan

dalam UU Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989 dijelaskan bahwa selama

berlangsungnya gugatan perceraian berdasarkan permohonan pemohon ataupun

termohon, pengadilan dapat menentukan jumlah nafkah yang harus ditanggung

oleh suami.57

Dari peraturan tentang Nafkah iddah ini, tidak terdapat pedoman khusus

tentang jumlah nafkah yang akan ditanggung suami. Hakim dalam hal ini akan

56

Bekas isteri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali ia nusyuz

lihat pasal 152 KHI.

57 Lihat PP No 9 Tahun 1975 Pasal 24 (2) dan UU Peradilan Agama No 7 Tahun 1989

Pasal 78.

Page 48: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

38

mencari jalan tengah agar nafkah yang akan dibebankan kepada suami tersebut

dapat membantu kebutuhan mantan istrinya, dan tidak terlalu memberatkan

mantan suami tersebut.

2. Mut’ah dalam Hukum Positif

Ketentuan mut‟ah ini telah diatur dalam hukum positif yang ada di

Indonesia. Sebagaimana dalam pasal 41 (c) UU No 1 Tahun 1974. Dalam pasal

tersebut dijelaskan bahwa suami dapat dibebankan suatu kewajiban setelah

perceraian. Mengenai kewajiban tersebut dijelaskan lebih rinci dalam KHI. Pada

pasal 149 KHI dijelaskan mengenai kewajiban-kewajiban yang dapat dibebankan

kepada mantan suami. Pada poin (a) dijelaskan bahwa ketika terjadi perceraian

karena talak mantan suami berkewajiban untuk memberikan mut`ah yang layak

kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut

qobla al dukhul.

Dalam KHI dijelaskan pada pasal 158 bahwa suami menjadi wajib

memberikan mut‟ah jika:

a. Belum ditetapkan mahar bagi isteri ba`da al dukhul;

b. Perceraian itu atas kehendak suami.

Berdasarkan pasal 158 ayat (b) ini, jika perceraian tersebut berasal dari

kehendak istri yaitu dengan jalan khulu‟, maka suami tidak wajib untuk

membayarkan mut‟ah kepada mantan istrinya. Suami berkewajiban memberikan

mut‟ah apabila syarat yang terdapat dalam KHI pasal 158 tersebut ada. Apabila

tidak terdapat ketentuan yang disebutkan dalam pasal 158 KHI ini, maka suami

tidak wajib untuk memberikan mut‟ah kepada mantan istrinya. Hukum suami

Page 49: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

39

memberikan mut‟ah ketika tidak terpenuhinya ketentuan pasal 158 KHI ini

menjadi sunnah, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 159 KHI “Mut`ah

sunnat diberikan oleh bekas suami tanpa syarat tersebut pada pasal 158”.

Mengenai ukuran mut‟ah yang dibebankan kepada mantan suami, tidak

terdapat pedoman khusus dalam peraturan perundangan. Namun dalam pasal 160

KHI dijelaskan bahwa ukuran mut‟ah ditentukan berdasarkan kemampuan suami.

Sehingga besar/kecilnya mut‟ah tergantung kemampuan suami.

Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Syafi‟I dan para sahabatnya, mereka

berpendapat bahwa, “Nafkah itu harus ditentukan dan dibatasi. Hakim dan mufti

tidak perlu melakukan ijtihad dalam hal ini. Yang menjadi pertimbangan dalam

hal ini adalah kondisi suami seorang, apakah dia itu kaya atau miskin.58

58

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al-Jami‟ al-Ahkam al-

Qur‟an, juz 18, jilid 9, (Beirut: 1995), h. 158.

Page 50: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

40

BAB III

ASAS PERADILAN DAN GAMBARAN PRAKTEK IKRAR TALAK

A. Asas–Asas Peradilan

1. Asas-Asas Peradilan Agama

Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan

Agama adalah sama dengan yang berlaku pada lingkungan peradilan umum,

kecuali hal-hal yang telah disebut secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tersebut1 (Kini UU No. 7 Tahun 1989 telah mengalami dua kali perubahan,

perubahan pertama UU. No 3 Tahun 2006, Perubahan kedua UU No. 50 Tahun 2009).

Dalam Peradilan Agama dikenal adanya beberapa asas sebagai berikut.

a. Asas Personalita keIslaman

Asas personalita keIslaman berarti, mereka yang tunduk dan dapat

ditundukkan kepada kekuasaan lingkungan Peradilan Agama hanya mereka yang

mengaku pemeluk Agama Islam. Penganut agama lain di luar Islam atau non

muslim tidak tunduk dan tidak dapat dipaksa tunduk kepada kekuasaan

lingkungan Peradilan Agama.2 Asas personalita keIslaman ini diatur dalam pasal

1, pasal 2, serta pasal 49 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 (yang telah dirubah

1 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000), h. 5. 2 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7

Tahun 1989), (Jakarta: Sinar Garafika, 2007), h. 56.

Page 51: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

41

menjadi UU No. 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua menjadi UU No. 50 Tahun

2009) tentang Peradilan Agama.

Berdasarkan ketentuan di atas, ketika Pengadilan Agama memutus perkara

antara orang yang tidak beragama Islam, maka terhadap putusan Pengadilan

Agama tersebut dapat dilakukan upaya hukum banding ataupun PK. Selama

proses persidangan masih berlangsung para pihak juga bisa melakukan eksepsi,

karena dalam hal ini perkara tersebut tidak termasuk wewenang Pengadilan

Agama.

b. Asas Tidak Boleh Menolak Perkara dengan Alasan Hukum Tidak

Jelas

Asas tidak boleh menolak perkara dengan alasan hukum tidak jelas diatur

di dalam pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan

kehakiman.

Pengadilan merupakan lembaga yang bertugas memeriksa, menyelesaikan

dan memutus perkara. Dalam hal hakim tidak menemukan hukum tertulis

(peraturan perundang-undangan), hakim wajib berijtihad dan menggali hukum

yang tidak tertulis untuk memutuskan hukum sebagai orang yang bijaksana, dan

bertanggung jawab penuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat,

bangsa dan Negara.

Page 52: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

42

Badan peradilan yang dalam hal ini hakim harus tanggap atas kebutuhan

pencari keadilan. Selain itu hakim juga harus menggali, mengikuti, dan

memahami niali-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.3

c. Asas Legalitas

Asas legalitas tercantum dalam pasal 58 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1989

(telah dirubah menjadi UU No. 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua menjadi UU

No. 50 Tahun 2009) tentang Peradilan Agama yang berbunyi: pengadilan

mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang”.

Pengertian makna legalitas pada prinsipnya sama dengan pengertian rule

of law pengadilan mengadili menurut hukum sama maknanya dengan pengadilan

mengadili berdasar rule of law. Ini berarti hakim yang berfungsi dan berwenang

menggerakkan jalannya roda peradilan melalui badan pengadilan, tidak boleh

bertindak di luar hukum.4

Semua nilai normatif yang berkembang dari komponen sumber nilai

seperti agama, moral, ekonomi, kultur, kebiasaan, dan kepatutan merupakan rule

of law dari suatu masyarakat bangsa. Sehingga hukum yang hendak ditegakkan

para hakim melalui fungsi dan kewenangan peradilan ialah semua nilai normatif

yang terdapat dalam peraturan dan perundang-undangan serta yang bersumber

3 Taufiq Hamami, Peradilan Agama dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman di

Indonesia. (Jakarta: PT. Tatanusa, 2013), h. 165. 4 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7

Tahun 1989), h. 82.

Page 53: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

43

dari nilai-nilai kekuatan agama, moral, ekonomi, kultur, kebiasaan, dan

kepatutan.5

d. Asas Equality

Pengertian asas equality adalah persamaan hak. Jika asas equality

dikaitkan dengan fungsi peradilan, berarti setiap orang yang datang berhadapan di

sidang pengadilan adalah “sama hak dan kedudukannya”.6

Tujuan asas equality dalam praktek Peradilan Agama diantaranya terdapat

tiga hal yang paling fundamentum.

(1) Persamaan hak dan derajat dalam proses pemeriksaan persidangan

pengadilan atau equal before the law,

(2) Hak perlindungan yang sama oleh hukum atau equal protection on the

law,

(3) Mendapat hak perlakuan yang sama di bawah hukum atau equal justice

under the law atau equal treatment uder the law.

Ketiga hal inilah pedoman dalam menerapkan persamaan hak dan

kedudukan dalam proses peradilan. Serta sekaligus ketiga hal itulah makna yang

terkandung dalam pasal 58 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1989 yang kini telah dirubah

menjadi UU No. 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua menjadi UU No. 50 Tahun

2009 tentang Peradilan Agama.7

5 Ibid, h. 83.

6 Ibid, h. 85.

7 Ibid, h. 86.

Page 54: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

44

e. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan

Asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan diatur dalam pasal 57

ayat 3 UU No. 7 Tahun 1989 (kini dirubah menjadi UU No. 3 Tahun 2006 dan

perubahan kedua menjadi UU No. 50 Tahun 2009) tentang Peradilan Agama.

Makna yang dicita-citakan adalah pertama, suatu proses pemeriksaan yang relatif

tidak memakan jangka waktu lama sampai bertahun-tahun sesuai dengan

kesederhanaan hukum acara itu sendiri. Apa yang memang sudah sederhana

jangan sengaja dipersulit oleh hakim ke arah proses pemeriksaan yang berbelit-

belit dan tersendat-sendat. Jangan sampai jalannya pemeriksaan “mundur terus”,

untuk kesekian puluh kali atas berbagai alasan yang tidak sah menurut hukum.

Kedua, penerapan asas ini tidak boleh mengurangi “ketepatan”

pemeriksaan dan penilaian menurut hukum dan keadilan. Kesedehanaan,

kecepatan pemeriksaan, jangan dimanipulasi untuk membelokkan hukum,

kebenaran, dan keadilan.8

Dalam suatu putusan yang cepat dan tepat terkandung keadilan yang

“bernilai lebih”. Ketepatan putusan sesuai hukum, kebenaran dan keadilan itu saja

sudah mengandung nilai keadilan tersendiri, dan dengan kecepatan

penyelesaiannya pun mengandung nilai keadilan tersendiri, sehingga dalam

8 Lihat M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU

No. 7 Tahun 1989), (Jakarta: Sinar Garafika, 2007), h. 70-71.

Page 55: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

45

putusan yang cepat dan tepat terdapat penjumlahan rasa nilai keadilan yang saling

mengisi dalam penegakkan hukum.9

f. Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum

Secara harfiah, makna pemeriksaan sidang terbuka untuk umum, berarti

setiap pemeriksaan berlangsung di sidang pengadilan, siapa saja yang ingin

berkunjung menghadiri, menyaksikan, dan mendengar, jalannya pemeriksaan,

tidak boleh dihalangi dan dilarang. Selain dari pihak-pihak yang berperkara dan

saksi, masyarakat umum tanpa kecuali boleh menghadiri pemeriksaan

persidangan tanpa mempersoalkan apakah dia berkepentingan atau tidak. Maka

untuk memenuhi syarat formal atas ini, sebelum hakim mulai melakukan

pemeriksaan, lebih dulu menyatakan dan mengumumkan: “persidangan terbuka

untuk umum”. Kelalaian memenuhi syarat formal tersebut dapat dianggap

melanggar tata tertib pemeriksaan.

Tujuan utama yang terkandung dalam asas persidangan terbuka, agar

jangan sampai terjadi pemeriksaan gelap dan bisik-bisik. Agar jalannya sidang

pemeriksaan berlangsung tidak memihak, dan tidak berat sebelah, Undang-

Undang merasa perlu mempesilakan masyarakat untuk menyaksikannya. Segi

lain, asas ini juga berdampak “edukasi” dan “prevensi”.10

Penerapan asas persidangan terbuka untuk umum dikecualikan dalam

pemeriksaan perkara perceraian. Mengenai pengecualian ini, pasal 59 ayat 1 UU

9 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7

Tahun 1989), h. 72. 10

Ibid, h. 73.

Page 56: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

46

No. 7 Tahun 1989 (telah dirubah menjadi UU No. 3 Tahun 2006 dan perubahan

kedua menjadi UU No. 50 Tahun 2009) tentang Peradilan Agama sendiri sudah

membuka kemungkinan itu dalam rumusan: “kecuali apabila Undang-Undang

menentukan lain”. Hal ini sesuai dengan doktrin hukum yang mengajarkan “lex

specialis drogat lex generalis”. Ketentuan khusus menyampingkan ketentuan

umum. Keadaan inilah yang diatur dalam pasal 80 ayat ayat 2 UU No. 7 Tahun

1989 jo PP No. 9 Tahun 1975 pasal 33 yang berbunyi “pemeriksaan gugatan

perceraian dilakukan dalam sidang tertutup”.11

Pemeriksaan sidang tertutup dalam perkara perceraian, hanya menjangkau

selama proses pemeriksaan saja. Penerapannya, hanya meliputi proses

pemeriksaaan, dan tidak meliputi pengucapan putusan. Sebagaimana tercantum

dalam pasal 81 ayat (1) UU No. 7 tahun 1989 jo pasal 34 ayat 1 PP No. 9 Tahun

1975 yang berbunyi, “putusan pengadilan mengenai gugatan perceraian

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum”. Ketentuan ini bersifat

“imperative” dan bernilai sebagai aturan “ketertiban umum” yang tidak bisa

dikesampingkan dengan alasan apa pun. Pelanggaran atas ketentuan ini

mengakibatkan putusan “batal demi hukum”.12

g. Asas kebebasan

Pada dasarnya, asas kebebasan hakim dan peradilan yang digariskan dalam

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989, merujuk dan bersumber kepada ketentuan

yang diatur dalam pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 1 ayat 1 dan

11

Ibid, h. 74. 12

Ibid, h. 76-77.

Page 57: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

47

pasal 3 ayat 2 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Maksud

asas kebebasan ini terbatas dan relative dengan acuan berikut.

(1) Bebas dari campur tangan pihak kekuasaan Negara lainnya.

(2) Bebas dari paksaan, direktiva, atau rekomnedasi yang dating dari pihak

extra judicial.

(3) Kebebasan melaksanakan wewenang judicial (peradilan).

Sifat kebebasannya “tidak mutlak”, tapi kebebasan hakim terbatas dan

relatif dengan acuan:

Menetapkan hukum yang bersumber dari peraturan perundang-undangan

yang tepat dan benar dalam menyelesaikan kasus perkara yang sedang

diperiksanya, sesuai dengan asas dan statute law must prevail (ketentuan Undang-

Undang harus diunggulkan);

Menafsirkan hukum yang tepat melalui cara-cara pendekatan penafsiran

yang dibenarkan (penafsiran sistematik, sosiologis, bahasa, anologis, dan a

contrario), atau mengutamakan keadilan dari pada peraturan perundang-undangan,

apabila ketentuan Undang-Undang tidak potensial melindung kepentingan umum.

Penerapan yang demikian sesuai dengan doktrin equity must prevail (keadilan

harus diunggulkan).

Kebebasan untuk mencari dan menemukan hukum (rechts vinding), dasar-

dasar dan asas-asas hukum melalui doktrin ilmu hukum, norma hukum tidak

tertulis (hukum adat), yurispudensi maupun melalui pendekatan “realisme” yakni

Page 58: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

48

mencari dan menemukan hukum yang terdapat pada nilai ekonomi, moral, agama,

kepatuhan, dan kelaziman.13

h. Asas Wajib Mendamaikan

Asas kewajiban hakim mendamaikan pihak-pihak yang berperkara sangat

sejalan dengan tuntunan dan tuntutan ajaran moral Islam. Islam selalu menyuruh

menyelesaikan setiap perselisihan dan persengketaan melaui pendekatan ishlah.

karena itu, layak sekali hakim Peradilan Agama menyadari dan mengemban

fungsi “mendamaikan”. Sebab bagaimanapun adilnya putusan, namun akan lebih

baik dan lebih adil hasil perdamaian.14

Asas kewajiban mendamaikan diatur dalam UU No. 7 tahun 1989. Asas

tersebut tercantum dalam pasal 65 dan pasal 82. Jika rumusan kedua pasal ini

diteliti, bunyi rumusan dan maknanya sama dengan apa yang tercantum dalam

pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 dan pasal 31 PP No. 9 Tahun 1975, yang

berbunyi:

(1) Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua

belah pihak.

(2) Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan

pada setiap sidang pemeriksaan.15

13

Lihat M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU

No. 7 Tahun 1989), (Jakarta: Sinar Garafika, 2007), h. 61-62. 14

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7

Tahun 1989), h. 65. 15

Ibid, h. 67.

Page 59: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

49

Rumusan pasal-pasal tersebut sejajar dengan prinsip hukum acara perdata

yang diatur dlam pasal 130 HIR atau pasal 154 RBG, yang mengatur tata tertib

prosese pemeriksaan perkara.16

Ketentuan dari asas ini berimplikasi pada lahirnya PERMA RI tentang

mediasi. Dalam rumusannya menekankan agar hakim selama masa persidangan

selalu berusaha untuk mendamaikan pihak yang berperkara, karena seadil apapun

sebuah putusan, tidak akan dapat mengalahkan keadilan yang terkadung dalam

perdamaian.

2. Asas-Asas Eksekusi

Putusan hakim dapat dilaksanakan Secara sukrela, atau Secara paksa

dengan menggunakan alat Negara, apabila pihak terhukum tidak mau

melaksanakan secara sukarela.17

Ketika putusan tersebut tidak dilaksanakan secara sukarela oleh pihak

yang dikalahkan, maka terhadap putusan tersebut dapat dimintakan pelaksanaan

eksekusi. Ekesekusi merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh

pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu pekara, yang merupakan aturan

dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Oleh karena itu, eksekusi

16

Ibid, h. 68. 17

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005), h. 313.

Page 60: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

50

tiada lain daripada tindakan berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum

acara perdata.18

Berbicara mengenai eksekusi putusan berarti berbicara mengenai tindakan

yang perlu dilakukan untuk memenuhi tuntutan penggugat kepada tergugat.19

Cara-cara menjalankan putusan pengadilan yang disebut eksekusi tadi diatur

mulai Pasal 195 sampai Pasal 224 HIR atau Pasal 206 sampai Pasal 258 R.Bg.20

Pada prinsipnya, hanya putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

(inkracht van gewjisde) yang dapat “dijalankan”.21

Asas-asas yang terkandung

dalam eksekusi adalah:

a. Eksekusi (Pelakasanaan Putusan) Dijalankan Terhadap Putusan yang

Telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap

Inilah salah satu asas atau prinsip yang mesti diperhatikan pada saat

hendak melakukan eksekusi. Dalam Undang-Undang Peradilan Tata Usaha

Negara dijelaskan, hanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap yang dapat dilaksanakan (pasal 115 UU No. 5/86).22

Karena hanya

dalam putusan yang telah berkekuatan hukum tetap terkandung wujud hubungan

hukum yang tetap (fixed) dan pasti antara pihak yang berperkara.23

18

M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, edisi

kedua, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 1. 19

Ibid, h. 7. 20

Ibid, h. 2. 21

Ibid, h. 7. 22

Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Hukum Acara Perdata, (Jakarta: PT

RINEKA CIPTA, 2004), h. 214. 23

M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, h. 7.

Page 61: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

51

Akan tetapi pada asas tersebut terdapat pengecualian. Dalam kasus-kasus

tertentu, Undang-Undang memperbolehkan eksekusi terhadap putusan yang

belum memperoleh kekuatan hukum tetap.24

b. Eksekusi Atas Perintah dan Dibawah Pimpinan Ketua Pengadilan25

Pelaksanaan eksekusi hanya dapat dilakukan atas perintah ketua

Pengadilan. Jadi ketika pihak yang menang ingin melakukan tindakan eksekusi

harus mendapat persetujuan Ketua Pengadilan yang bersangkutan, kemudian

barulah tindakan eksekusi bisa dilaksanakan. Tahap pertama sebelum eksekusi

dilaksanakan adalah pemberian peringatan kepada pihak yang kalah agar

melaksanakan isi putusan.

c. Putusan yang Dapat Dieksekusi Adalah Putusan yang Bersifat

Condemnatoir

Artinya mengandung suatu penghukuman. Putusan-putusan yang amar

atau diktumnya adalah declaratoir atau konstitutif tidak perlu dieksekusi, karena

begitu putusan-putusan yang demikian itu diucapkan, maka keadaan yang

dinyatakan sah oleh putusan declaratoir mulai berlaku pada saat itu juga, atau

dalam halnya putusan konstitutif, keadaan baru sudah tercipta pada detik itu pula.

Putusan condemnatoir bisa berupa penghukuman untuk:

a) Menyerahkan suatu barang;

b) Mengosongkan sebidang tanah;

c) Melakukan suatu perubahan tertentu;

24

Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Hukum Acara Perdata, h. 214. 25

Elfrida R Gultom, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Literata, 2010), h. 119.

Page 62: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

52

d) Menghentikan suatu perbuatan/keadaan;

e) Membayar sejumlah uang.

Dari kelima bentuk putusan condemnatoir, dari poin a sampai dengan poin

d adalah penghukuman yang berbentuk ekesekusi rill, sedangkan e adalah

eksekusi pembayaran sejumlah uang. Pada umumnya eksekusi rill sangat

sederhana dan hanya meliputi barang tertentu, misalnya barang yang menjadi

sengketa adalah sebidang tanah, maka eksekusi rillnya terbatas pada pengosongan

dan penyerahan tanah yang menjadi sengketa. Eksekusi rill tidak dapat

berkembang terhadap harta tergugat yang lain.

Berbeda dengan eksekusi pembayaran sejumlah uang, berlaku asas obyek

eksekusi meliputi semua harta debitur, dengan kata lain sampai semua hutang

(tagihan) terlunasi. Ini sesuai dengan prinsip hukum perdata yang menentukan

semua harta kekayaan debitur memikul beban untuk melunasi hutang kepada

kreditur sampai terpenuhi seluruh pembayaran hutang.26

d. Eksekusi Dijalankan Terhadap Putusan yang Tidak Dijalankan

Secara Sukarela

Dalam menyikapi putusan, adakalanya pihak yang kalah melakukannya

secara sukarela dan ada juga yang tidak ingin melakukannya. Ketika pihak yang

kalah melakukan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap secara sukarela

sesuai dengan putusan yang ada, maka tindakan eksekusi tidak dibutuhkan lagi.

26

Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Hukum Acara Perdata, h. 216.

Page 63: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

53

Pada prinsipnya eksekusi sebagai tindakan paksa menjalankan putusan

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, baru merupakan pilihan hukum

apabila pihak yang kalah tidak mau menjalankan atau memenuhi isi putusan

secara sukarela. Jika pihak yang kalah bersedia mentaati dan memenuhi putusan

secara sukarela, tindakan eksekusi harus disingkirkan. Oleh karena itu harus

dibedakan antara menjalankan putusan secara sukarela dengan menjalankan

putusan secara eksekusi.27

e. Eksekusi Harus Sesuai dengan Amar Putusan28

Pelaksanaan eksekusi harus sesuai dengan amar dalam putusan. Eksekusi

tidak bisa dilaksanakan terhadap sesuatu yang tidak diputuskan dalam putusan

hakim. Pelaksanaan eksekusi terhadap sesuatu yang tidak terdapat dalam putusan

tidak dibenarkan dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

B. Deskripsi Perkara Cerai Talak di Pengadilan Agama Batusangkar Tahun

2014

Dalam pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, dijelaskan bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam

mengenai perkara perdata tertentu. Perkara perdata tertentu yang dimaksud pasal

2 di atas dijelaskan dalam pasal 49 Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 perubahan

atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama secara rinci.

27

Ibid, h. 215-216. 28

Elfrida R Gultom, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Literata, 2010), h. 119.

Page 64: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

54

Wewenang Absolute Peradilan Agama berdasarkan pasal 49 tersebut

adalah dalam bidang Perkawinan, Warisan, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq,

Shadaqah, Ekonomi Syariah. Pengadilan Agama Batusangkar merupakan salah

satu lembaga Peradilan tingkat pertama yang berada di Batusangkar. Sebagai

lembaga Peradilan Agama, Pengadilan Agama Batusangkar juga berkewajiban

terhadap perkara-perkara yang disebut dalam pasal 49 Undang-Undang No. 3

tahun 2006 di atas, yang telah mengalami perubahan menjadi UU No. 50 Tahun

2009 tentang Peradilan Agama.

Selama tahun 2014 Pengadilan Agama Batusangkar sebagai salah satu

Pengadilan Agama di Indonesia telah menangani sejumlah kasus dari berbagai

kategori, hal ini dapat dilihat dalam table sebagai berikut:

Table 1. Statistik Perkara Pada Tahun 2014

No JENIS PERKARA

Sisa

Tahun

lalu

Tahun 2014 Masuk Jmlh

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A PERKAWINAN

1 Izin poligami 0

2 Pencegahan Perkawinan 0

3 Penolakan Perkawinan oleh

PPN 0

4 Pembatalan Perkawinan 1 1

5 Kelalaian atas kewajiban suami

istri 0

6 Cerai Talak 20 13 13 14 4 14 11 12 21 10 15 8 1 156

7 Cerai Gugat 46 38 47 25 26 34 29 9 50 45 28 31 4 412

8 Harta Bersama 1 1

9 Penguasaan anak/pengangkatan

anak 1 1 1 3

10 Nafkah anak oleh ibu 0

11 Hak-hak bekas istri 0

12 Pengesahan anak 0

13 Pencabutan kekuasaan orang tua 0

14 Perwalian 0

Page 65: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

55

15 Pencabutan Kekuasaan Wali 0

16 Penunjukkan orang lain sebagai

wali/adopsi 0

17 Ganti rugi terhadap wali 0

18 Asal usul anak 0

19 Penetapan kawin campur 0

20 Isbat nikah 5 3 13 19 13 4 10 3 10 8 9 6 5 108

21 Izin kawin 0

22 Dispensasi kawin 3 2 2 1 1 1 3 1 14

23 wali adhol 1 1 1 1 1 5

B EKONOMI SYARIAH 0

C KEWARISAN 0

D WASIAT 0

E WAKAF 0

F ZAKAT/INFAQ/SHADAQOH 0

G P3HP/PENETAPAN AHLI

WARIS 1 1

H LAIN-LAIN / JUMLAH 0

JUMLAH 72 55 77 62 46 54 51 24 83 68 53 46 10 701

Dari table di atas terlihat jumlah perkara yang diterima Pengadilan Agama

Batusangkar pada tahun 2014 sekitar 629 perkara. Jika ditambahkan dengan

jumlah perkara yang bersisa pada tahun sebelumnya, maka jumlah perkara yang

ditangani Pengadilan Agama Batusangkar pada tahun 2014 adalah 701 perkara.

Dari table di atas terlihat perkara yang paling banyak ditangani Pengadilan

Agama Batusangkar pada tahun 2014 adalah perkara cerai gugat, dan cerai talak.

Urutan ketiga perkara isbat nikah dan diikuti perkara dispensasi kawin. Gambaran

yang lebih jelas mengenai perkara cerai talak pada tahun 2014 dapat dilihat dari

grafik berikut.

Page 66: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

56

Gambar 1. Grafik Perkara Cerai Talak Tahun 2014 Perbulan

Dari grafik di atas, terlihat perkara masuk cerai talak yang paling banyak

terjadi pada bulan Agustus, dan yang paling sedikit terjadi pada bulan Desember.

Berdasarkan grafik perkara cerai talak ini, dapat disimpulkan bahwa perkara cerai

talak yang masuk pada tahun 2014 di Pengadilan Agama Batusangkar sebanyak

136 perkara. Hal ini bisa dilihat dari penjumlahan perkara masuk (warna biru)

perbulan. Jika ditambahkan dengan sisa dari perkara cerai talak tahun lalu maka

perkara cerai talak yang ditangani Pengadilan Agama pada tahun 2014 adalah 156

perkara.

Pada setiap bulan terdapat perkara yang masuk (warna biru), dan terdapat

perkara yang putus (warna merah). Pada bulan Januari perkara yang masuk adalah

13 perkara ditambah dengan sisa perkara tahun lalu maka perkara cerai talak yang

ditangani pada bulan Januari adalah 33 perkara. Pada bulan Januari perkara yang

putus sekitar 9 perkara, sehingga jumlah perkara cerai talak yang bersisa pada

bulan januari adalah 24 perkara (warna hijau). Sisa 24 perkara ini kemudian

ditambahkan dengan jumlah perkara yang masuk pada bulan Februari untuk

0

5

10

15

20

25

30

35

Masuk

Putus

Sisa

Page 67: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

57

melihat jumlah perkara yang ditangani pengadilan pada bulan Februari, begitulah

seterusnya.

Berdasarkan grafik di atas, terlihat perkara cerai talak yang ditangani PA

Batusangkar selama tahun 2014 adalah 156 perkara, dan perkara cerai talak putus

pada tahun 2014 adalah 145 perkara (92.9%). Perkara yang tersisa pada tahun

2014 adalah 11 perkara (7.1%). Terdapat penurunan sisa perkara kalau

dibandingkan dari tahun sebelumnya yang bersisa 20 perkara.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, ditemukan dua alasan yang

sangat dominan yang dapat menyebabkan para pihak mengajukan perceraian.

Pertama, disebabkan tidak adanya tanggug jawab dari pasangannya. Kedua, tidak

ada keharmonisan dalam rumah tangganya.29

C. Gambaran Umum Proses Ikrar Talak

Tata cara pengucapan ikrar talak diatur dalam pasal 70, 71, dan 72 UU No.

7 Tahun 1989 yang kini telah dirubah menjadi UU No. 3 Tahun 2006 dan

perubahan kedua menjadi UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

Dalam pasal 70 ayat 3 UU No. 7 Tahun 1989 (kini telah dirubah menjadi

UU No. 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua menjadi UU No. 50 Tahun 2009)

tentang Peradilan Agama tersebut, ditegaskan bahwa, pelaksanaan ikrar talak baru

dapat dijalankan setelah penetapan permohonan cerai talak memperoleh kekuatan

hukum tetap. Tujuannya disamping memenuhi tuntutan asas peradilan yang

29

Data sebab perceraian tahun 2014.

Page 68: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

58

sederhana, dan cepat, sekaligus memberi kepastian kepada pihak suami isteri

untuk menempuh jalan dan kehidupan baru, terutama kepada pihak istri yang

sangat penting artinya, agar dia tidak berada dalam “kalmullqat” yakni dalam

keadaan terombang-ambing yang berkelamaan.30

Hal ini sangat tidak dikehendaki

ajaran Islam seperti yang diperingatkan dalam Qs. An-Nisa (4) :129.

Dalam memberikan putusan, hakim harus mengadili seluruh petitum

dalam permohonan dan tidak boleh mengadili lebih dari yang diminta dalam

petitum (pasal 178 HIR/pasal 189 R.Bg), kecuali Undang-Undang menentukan

lain. Hal tersebut dimaksudkan untuk terwujudnya perceraian yang adil dan ihsan,

di samping untuk terwujudnya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Putusan hakim mengabulkan permohonan cerai talak tersebut harus

berbentuk “PUTUSAN” dengan amar berjudul “MENETAPKAN”, kecuali jika

ada amar yang bersifat kondemnatoir, maka amar berjudul “MENGADILI”.31

Ketika putusan telah berkekuatan hukum tetap, pihak suami tidak serta

merta langsung bisa mengucapkan talaknya di persidangan. Dalam praktek ikrar

talak yang terjadi dalam persidangan di Pengadilan Agama Batusangkar, sebelum

pihak suami mengikrarkan talaknya, ia akan ditanyai tentang kewajiban yang

dibebankan kepadanya ketika timbul perceraian.

30

M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7

tahun 1989), (Jakarta: Pustaka Kartini, 1997), h. 248. 31

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005), h. 219.

Page 69: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

59

Ketika suami mengatakan belum mampu mencukupi kewajiban yang

dibebankan kepadanya, maka hakim berdasarkan ijtihadnya akan menunda sidang

sampai suami tersebut telah mampu untuk membayarkan kewajibannya.32

Namun apabila pada saat sidang ikrar talak tersebut suami telah membawa

kewajibannya, maka persidangan ikrar talak dapat dilaksanakan.33

Dalam sidang

tersebut, suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus dalam suatu akta otentik

untuk mengucapkan ikrar talak, mengucapkan ikrar talak yang dihadiri oleh isteri

atau kuasanya.

Jika isteri telah dipanggil secara patut dan sah, tetapi tidak datang

menghadap sendiri dan tidak pula mengirim wakilnya, maka suami atau wakilnya

mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya isteri atau wakilnya.

Jika suami telah dipanggil dengan patut dan sah untuk mengucapkan ikrar

talaknya di depan sidang, tetapi tidak datang menghadap sendiri dan tidak pula

mengirimkan wakilnya, maka kedepannya diberikan tenggang waktu selama 6

bulan terhitung sejak tanggal hari sidang penyaksian ikrar talak tersebut.

Jika dalam waktu 6 bulan suami tidak datang lagi untuk melaporkan diri

bahwa ia akan mengucapkan ikrar talak, maka gugurlah kekuatan putusan

tersebut, dan perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan yang sama.34

32

Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar, 17 Maret 2015. 33

Wawancara Pribadi dengan Efrizal (Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Agama

Batusangkar) di ruang wakil ketua. Batusangkar. 17 Maret 2015. 34

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, h. 220.

Page 70: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

60

Dalam hal di atas, maka hakim membuat “Penetapan” yang isinya

menyatakan bahwa tenggang waktu untuk mengucapkan ikrar talak habis dan

kekuatan putusan telah gugur. Penetapan tersebut dicatat dalam berita register

induk perkara yang bersangkutan.

Jika dalam tenggang waktu 6 bulan tersebut, suami kemudian melaporkan

diri bahwa ia tetap bermaksud untuk mengucapkan ikrar talak, maka Pengadilan

Agama dapat membuka sidang lagi guna penyaksian ikrar talak dimaksud dengan

memanggil suami isteri atau wakilnya.

Sidang penyaksian ikrar talak terbuka untuk umum. Dalam sidang

tersebut, suami mengucapkan ikrar talak. Panitera mencatat segala hal ihwal yang

terjadi dalam sidang penyaksian ikrar talak ini dalam Berita Acara Persidangan.35

Hakim membuat “Penetapan” yang isinya “Menetapkan” perkawinan

antara pemohon dengan termohon putus karena perceraian.36

35

Ibid, h. 220-221. 36

Ibid, h. 221.

Page 71: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

61

BAB IV

PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH

DI PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR

A. Praktek Pembayaran Nafkah Iddah dan Mut’ah di Pengadilan Agama

Batusangkar

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai dasar hukum dari

praktek ikrar talak. Sebagaimana dalam pasal 70 Undang-Undang Peradilan

Agama dijelaskan bahwa, suami yang ingin mentalak istrinya, dapat mentalak

istrinya setelah penetapan permohonan cerai talak berkekuatan hukum tetap.

Penetapan cerai talak dapat berkekuatan hukum tetap apabila telah

melewati masa 14 hari setelah penetapan dibacakan. Selama dalam masa 14 hari

tersebut penetapan belum berkekuatan hukum tetap, dan ikrar talak belum bisa

dilaksanakan. Selama dalam masa 14 hari tersebut, masing-masing pihak dapat

melakukan upaya hukum terhadap penetapan permohonan cerai talak. Ikrar talak

dapat dilakukan paling lama dalam waktu 6 bulan setelah penetapan permohonan

cerai talak berkekuatan hukum tetap dan setelah Pengadilan menentukan hari

sidang ikrar talak.1

Proses ikrar talak suami tersebut akan dianggap sah jika dilakukan di

depan persidangan. Apabila suami yang telah mendapat penetapan permohonan

cerai talak tersebut mengikrarkan talaknya di luar persidangan maka

1Lihat pasal 70 Undang-Undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Page 72: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

62

perceraiannya tidak dianggap sah, karena ikrar talak harus dilakukan di

persidangan. Jika masa 6 bulan tersebut telah terlewati, maka hak suami untuk

mengikrarkan talaknya menjadi gugur, dan jika ia ingin mentalak istrinya harus

mengajukan permohonan baru, dan tidak bisa diajukan lagi menggunakan alasan

yang sama.

Ketentuan tentang kewajiban-kewajiban suami selepas perceraian telah

dibahas dalam Undang-Undang Perkawnian, PP No. 9 Tahun 1975 dan juga KHI.

Namun dalam peraturan tersebut tidak dijelaskan kapan kewajiban tersebut harus

dibayarkan.

Di Pengadilan Agama Batusangkar, praktek pembayaran kewajiban-

kewajiban suami tersebut dilakukan satu kali, yaitu pada saat ikrar talak di

persidangan.2 Praktek yang terjadi ini berdasarkan kepada ijtihad hakim, karena

mengenai waktu pembayaran kewajiban tersebut tidak diatur dalam peraturan.

Dalam pelaksanaanya, hakim memberitahukan kepada suami pada saat

pembacaan putusan (tentang cerai talak), untuk membawa kewajibannya pada saat

ikrar talak. Setelah hakim membacakan amar putusan, hakim menanyakan apakah

para pihak telah mengerti dengan amar putusan tersebut, kemudian meminta

kepada suami untuk membawakan kewajibannya sebagaimana dalam amar pada

saat ikrar talak.3

2Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.

3Wawancara Pribadi dengan Efrizal (Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Agama

Batusangkar).di ruang wakil ketua. Batusangkar.17 Maret 2015.

Page 73: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

63

Praktek pembayaran kewajiban suami pada saat sidang ikrar talak ini tidak

didasari peraturan, tapi hanya berdasarkan ijtihad hakim. Hakim melihat

bagaimana supaya si suami membayarkan kewajibannya. Hal ini juga untuk

kemaslahatan istri, karena dikhawatirkan suami tersebut akan mengabaikan

kewajibannya ketika telah diizinkan ikrar talak, karena pada dasarnya suami

mengajukan cerai karena hubungan mereka tidak harmonis lagi.4

Dari pernyataan Yusnizar di atas, terlihat bahwa ijtihad hakim mengenai

permasalahan ini didasari untuk melindungi istri, karena ditakutkan jika suami

diizinkan mengucapkan ikrar talak sebelum membayarkan kewajibannya, ia dapat

lari dan mengabaikan mantan istrinya, sehingga mantan istri menjadi terzolimi.

B. Langkah Hakim Ketika Suami Belum Membawa Kewajiban

Dalam Undang-Undang telah diatur bahwa suami dapat dibebankan

beberapa kewajiban ketika terjadi perceraian. Dalam prakteknya, hakim meminta

suami agar membayarkan kewajibannya kepada isteri pada saat sidang ikrar talak.

Namun terkadang pada saat sidang ikrar, suami tidak membawa kewajiban

yang dibebankan kepadanya. Alasan yang diberikan suami ketika tidak membawa

kewajiban adalah belum ada uang untuk membayar kewajibannya.5 Ada juga yang

sebenarnya sudah punya uangnya, tapi berusaha mengelak membayar dengan

mengatakan belum punya uang, hal ini terlihat karena pada saat persidangan akan

4Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.

5Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di

rumah pribadi. Batusangkar, 19 Maret 2015.

Page 74: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

64

ditunda pihak suami langsung mengatakan bahwa ia telah memiliki uang, dan

meminta agar persidangan tidak ditunda.6

Ketika suami belum membawa kewajibannya dengan alasan apapun maka

ada beberapa langkah yang dilakukan hakim. Pertama, melakukan penundaan

sidang ikrar talak.7 Dalam persidangan ikrar talak, hakim dapat menunda

persidangan jika menurut hakim penundaan tersebut sangat diperlukan. Agar

putusan tidak hampa, dan mengandung manfaat bagi masing-masing pihak serta

mencerminkan keadilan bagi kedua belah pihak, maka penundaan persidangan

bisa saja dilakukan, lagi pula masa ikrar talak dalam pasal 70 UU PA adalah 6

bulan. Jadi selama 6 bulan itu suami masih bisa mengucapkan ikrar talak.8

Namun jika istri mengatakan bahwa masalah pembayaran kewajiban

suami tersebut akan diselesaikan secara kekeluargaan di luar persidangan, maka

persidangan bisa saja dilanjutkan. Atau ketika suami belum membawa

kewajibannya kemudian istri menyatakan kerelaannya di talak meskipun belum

mendapat hak, maka persidangan akan dilanjutkan, dan keterangan istri akan

dibuat dalam berita acara. Jika istri tidak rela maka persidangan akan ditunda.9

6Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.

7Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.

8Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di

rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.

9Wawancara Pribadi dengan Efrizal (Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Agama

Batusangkar) di ruang wakil ketua.Batusangkar.17 Maret 2015.

Page 75: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

65

Kedua, Pada saat sidang yang ditentukan ketika pihak suami belum

membawa kewajibannya, dalam hal ini hakim bertugas untuk menggugah hati

suami, agar dia sadar dan memberikan kewajibannya sehingga tidak ada yang

dirugikan.10

Hakim akan berupaya untuk menggugah hati suami agar menyadari

pentingnya nafkah iddah dan mut’ah dan hak istri lainnya bagi pihak istri, serta

mendorong pihak suami agar terpacu mengumpulkan uang sehingga berupaya

menabung untuk membayarkan kewajibannya. Semua itu hakim lakukan guna

menjadikan putusan berkeadilan, dan berkemanfaatan.11

C. Analisa Penulis

1. Praktek Pembayaran Nafkah Iddah dan Mut’ah

Sejatinya suami yang telah melaksanakan rangkaian persidangan dapat

mengikrarkan talaknya apabila penetapan permohonan cerai talak yang

dikeluarkan majelis hakim yang bersangkutan telah berkekuatan hukum tetap. Hal

ini telah diatur dalam pasal 70 Undang-Undang Peradilan Agama.

Namun proses ikrar talak akan menjadi sedikit berbeda, apabila pada amar

putusan terdapat poin yang menyatakan bahwa suami dibebankan suatu kewajiban

kepada mantan istrinya. Ketentuan suami dapat dibebankan kewajiban akibat

adanya perceraian ini telah diatur dalam pasal 41 Undang-Undang No. 1 Tahun

10

Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.

11Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar)

di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.

Page 76: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

66

1974 tentang Perkawinan jo pasal 24 PP No. 9 Tahun 1975 jo pasal 149 KHI.

Kewajiban suami ketika terjadi perceraian ini dapat berupa barang ataupun uang.

Dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai kewajiban suami yang

timbul dari perceraian, tapi dalam peraturan tersebut tidak dijelaskan kapan suami

diharuskan membayarkan kewajibannya. Dalam praktek yang terjadi di

Pengadilan Agama Batusangkar, pembayaran kewajiban suami tersebut

dilaksanakan pada saat ikrar talak. Namun praktek pengadilan ini tidak didasari

pada peraturan.

Dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman No. 48 Tahun 2009 pasal

4 dinyatakan bahwa pengadilan mengadili berdasarkan hukum dengan tidak

membeda bedakan orang. Kalau dipahami dari pasal 4 Undang-Undang

Kekuasaan Kehakiman di atas, terlihat bahwa praktek yang dilakukan pengadilan

ini tidak didasari pada peraturan sehingga tercermin seakan tidak sesuai dengan

maksud dalam pasal 4 Undang-Undang Kekuasaan kehakiman tersebut.

Namun, dalam menerapkan hukum, hakim diperbolehkan untuk berijtihad,

ketentuan ini terdapat dalam pasal 5 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman “Hakim

dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum

dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat”.

Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa hukum sebagai teks itu diam dan

hanya melalui perantaraan manusialah ia menjadi hidup.12

Hukum itu bukan

merupakan suatu institusi yang absolute dan final, melainkan sangat bergantung

12

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, (Jakarta: Kompas, 2010), h. 15

Page 77: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

67

pada bagaimana manusia melihat dan menggunakannya. Manusialah yang

merupakan penentu dan bukan hukum.13

Setiap Undang-Undang bersifat statis dan tidak dapat mengikuti

perkembangan kemasyarakatan, sehingga menimbulkan ruang kosong, yang perlu

diisi. Tugas mengisi ruang kosong itulah, dibebankan kepada para hakim dengan

melakukan penemuan hukum melalui metode interpretasi atau konstruksi dengan

syarat bahwa dalam menjalankan tugasnya tersebut, para hakim tidak boleh

memperkosa maksud dan jiwa Undang-Undang atau tidak boleh bersikap

sewenang-wenang.14

Dari kutipan di atas dapat dipahami, bahwa hukum yang ada sejatinya

tidak akan dapat berkompetisi dengan perkembangan masalah dalam masyarakat,

dan perubahan moral dalam masyarakat. Peradilan adalah lembaga yang

membantu para pencari keadilan untuk menemukan keadilan, ketika peraturan

yang ada tidak dapat memberikan rasa adil, maka hakim bisa berupaya

menggunakan ijtihadnya agar menghasilkan sesuatu yang mencerminkan

keadilan.

Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan beberapa hakim,

ditemukan bahwa hakim merasa praktek pembayaran kewajiban suami dalam

persidangan ikrar talak ini perlu dilakukan untuk kemaslahatan istri, karena

dikhawatirkan suami tersebut akan mengabaikan isteri, dan tidak membayarkan

13

Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 39.

14Andi Zainal Abidin, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, (Bandung: Alumni,

1984), h. 33.

Page 78: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

68

kewajibannya ketika telah diizinkan ikrar talak.15

Kalau dilihat dari alasan yang

disampaikan hakim, maka dapat dipahami bahwa hakim mengambil langkah

tersebut berdasarkan kaedah ushul:

ضساز زالنا

Artinya: Kemudharatan harus dihindarkan.

Kaedah ini menegaskan bahwa dalam menghadapi suatu perkara,

seseorang harus berusaha menghindarkan dirinya dari mudharat yang mungkin

akan ditimbulkan. Di sini penulis menguraikannya melalui contoh dalam Islam.

Dalam Islam memakan babi adalah haram, tapi ketika tidak ada makanan lain

selain babi, maka makanan yang haram tersebut menjadi boleh dimakan. Hal ini

bertujuan agar menghindarkan diri dari mudharat yang akan ditimbulkan jika

tidak memakannya.

Contoh di atas dapat dianalogikan kepada praktek yang dilakukan hakim

dalam merumuskan praktek pembayaran di persidangan. Praktek pembayaran ini

tidak diatur dalam peraturan. Tapi, jika praktek ini tidak diadakan, ditakutkan

suami yang telah diizinkan mengikrarkan talak tersebut akan mengabaikan

kewajibannya terhadap mantan istrinya. Jika putusan hakim tersebut tidak

dijalankan oleh suami maka secara otomatis pihak istri akan terzolimi. Untuk

menghindarkan mudharat yang dapat timbul, maka hakim berijtihad agar

putusannya dapat bermanfaat bagi semua pihak, sehingga menerapkan praktek ini

dalam persidangan.

15

Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.

Page 79: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

69

Hal ini dalam Islam juga telah disinggung dari hadis Nabi, ketika sahabat

Muaz bin Jabal diutus Rasul ke Yaman.

سج ت غ ان أخ سو ات ع انحازث ت ، ع عى أت شعثح، ع س ع ع حا حفص ت حد

زسىل هللا )صهعى جثم: ا اصحاب يعرت ص ي اهم ح أاس ي ا ازاد شعثح، ع ( ن

تكتاب هللا. اذا عسض نك قضاء؟(( قال: اقض ف تقض قال: ))ك ثعج يعاذا انى ان

نى تجد كتاب هللا؟(( قال: فثسح زسىل هللا )صهعى( قال:))فا نى تجد ف سح قال: ))فا ف

وال انى، فضسب زسىل هللا كتاب هللا؟(( قال: اجتهد تسا زسىل هللا )صهعى( و ال ف

ا سض زسىل هللا(( د هلل انري وفق زسىل زسىل هللا ن .)صهعى( صدز، فقال: ))انح16

زوا اتى دود

Artinya: Hafsh bin Umar menyampaikan kepada kami dari Syu’bah, dan Abu

Aun, dari al-Harits bin Amr, keponakan al-Mughirah bin Syu’bah, beberapa

orang penduduk Hims, dari sahabat-sahabat Mu’adz bin Jabal bahwa ketika akan

mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah SAW bertanya, “Bagaimana caramu

memberikan putusan hukum jika nanti dihadapkan pada sebuah perkara?”

Mu’adz menjawab, “Aku akan memutuskan dengan (merujuk kepada)

Kitabullah”. Beliau bertanya, “Jika engkau tidak mendapatkannya dalam

Kitabullah?” Mu’adz menjawab, “Dengan sunnah Rasulullah SAW”. Beliau

bertanya, “Jika engkau tidak mendapatinya dalam sunnah Rasulullah dan

Kitabullah?” Mu’adz menjawab , “Aku akan berijtihad dengan pendapatku dan

aku akan bersungguh-sungguh”. Rasulullah menepuk dada Mu’adz dan berkata,

“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusan Rasulullah

atas hal yang diridhai oleh Rasulullah. (HR. Abu dawud).

Pada hadis ini dapat dipahami bahwa dalam Islam metode ijtihad juga

telah diterapkan semenjak zaman Nabi. Hadis ini mengisyaratkan bahwa, ketika

peraturan tidak dapat menjelaskan secara rinci jalan keluar dari masalah yang

dihadapi, maka disanalah diperlukan nalar dan perasaan untuk menemukan

keadilan.

16

Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Sunan Abu Daud, hadis ke 3592

(Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1974), h. 552-553.

Page 80: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

70

Jadi, ketika hakim tidak menemukan pengaturan yang adil dalam peraturan

perundang-undangan, maka dalam menerapkan hukum, hakim harus

menemukannya dengan menggunakan kaidah-kaidah, moral atau berdasarkan

pertimbangan kepentingan sosial dan/atau pertimbangan-pertimbangan lainnya.17

2. Langkah Hakim Ketika Suami Belum Membawa Kewajiban

Ketika suami pada saat sidang ikrar yang telah ditentukan tidak membawa

kewajibannya, maka langkah yang akan dilakukan hakim Pertama, hakim akan

berupaya untuk menggugah hati suami agar menyadari pentingnya nafkah iddah

dan mut’ah dan hak istri lainnya bagi pihak istri, serta mendorong pihak suami

agar terpacu mengumpulkan uang sehingga berupaya menabung untuk

membayarkan kewajibannya.18

Langkah yang dilakukan hakim ini pada dasarnya sesuai dengan makna

pasal 58 ayat 2 Undang-Undang No 7 Tahun 1989 yang manyatakan Pengadilan

membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi

segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana,

cepat, dan biaya ringan.

17

Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), h. 150.

18Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar)

di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.

Page 81: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

71

Nasehat dan arahan yang diberikan hakim dalam persidangan merupakan

salah satu perwujudan dari bantuan yang dapat diberikan hakim. Semua itu hakim

lakukan guna menjadikan putusan berkeadilan, dan berkemanfaatan.19

Kedua, Setelah memberikan nasehat kepada suami, hakim akan menunda

persidangan maksimal selama enam bulan.20

Tapi kalau istri mengatakan bahwa

masalah pembayaran kewajiban suami tersebut akan diselesaikan secara

kekeluargaan di luar persidangan, maka persidangan bisa saja dilanjutkan. Atau

jika istri rela di talak meskipun belum mendapat hak, maka persidangan dapat

dilanjutkan dan keterangan istri akan dibuat dalam berita acara. Jika istri

mengatakan tidak ingin dithalak tanpa mendapat haknya, maka persidangan akan

ditunda.21

Tujuan dari praktek penundaan persidangan ini dapat dilihat dari kaedah

ushul berikut.

دزء انفاسد يقدو عهى جهة انصانح

Artinya: Mencegah keburukan lebih diutamakan dari mengambil kebaikan

Jika kaedah ushul ini dihubungkan dengan praktek pembayaran yang

dilakukan di Pengadilan, maka terlihat bahwa hakim berupaya agar putusan yang

dikeluarkan dapat berkeadilan, bermanfaat, dan melindungi kedua belah pihak,

19

Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar)

di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.

20Wawancara Pribadi dengan Yusnizar (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar) di ruang

hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.

21Wawancara Pribadi dengan Efrizal (Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Agama

Batusangkar) di ruang wakil ketua.Batusangkar.17 Maret 2015.

Page 82: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

72

sehingga hakim lebih mengutamakan untuk memberikan jaminan hak kepada

isteri sebagai langkah untuk menghindarkan mudharat yang mungkin akan

ditimbulkan, ketimbang memberikan izin kepada suami untuk mengikrarkan

talaknya.

Ketika hakim tidak menunda persidangan maka persidangan akan berakhir

dengan cepat sehingga dapat mencerminkan asas peradilan cepat, sederhana, dan

biaya ringan, tapi jika persidangan yang cepat tidak dapat memberikan keadilan

tentu tidak ada gunanya. Peradilan sebaiknya berjalan cepat, sederhana, biaya

ringan, tapi tidak ada gunanya persidangan cepat selesai kalau putusan yang

dikeluarkan tidak dijalankan.22

Sebelumnya telah disinggung bahwa pada dasarnya praktek pembayaran

kewajiban suami dalam persidangan tersebut tidak didasari peraturan, sehingga

seharusnya, ketika suami tidak membawa kewajibannya pada saat ikrar talak,

tidak menjadikan sidang ikrar talak ditunda. Praktek ini seakan melanggar asas

equality, asas keadilan, serta asas cepat, sederhana dan biaya ringan yang

merupakan asas-asas dalam peradilan.

Jika dilihat dari asas keadilan, praktek penundaan ini terkesan berpihak

kepada istri. Praktek penundaan ini seakan tidak mencerminkan keadilan bagi

suami. Pembayaran kewajiban suami tersebut seharusnya dapat dilakukan di luar

persidangan. Ketika pihak suami tidak membayarkan kewajibannya setelah ikrar,

22

Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar)

di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.

Page 83: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

73

upaya yang dapat dilakukan istri tidak terputus. Praktek penundaan ini, seolah

mencerminkan keberpihakan hakim kepada istri.

Pada hakekatnya, ketika suami yang diizinkan mengikrarkan talak tersebut

tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana amar putusan, istri pada dasarnya

dapat mengajukan permintaan eksekusi ke Pengadilan. Dalam bab sebelumnya

telah disampaikan, bahwa eksekusi dapat dilakukan, jika putusan telah

berkekuatan hukum tetap, jika pihak yang dikalahkan tidak melaksanakan secara

sukarela, dan jika putusan bersifat kondemnatoir.

Secara lebih jelas proses eksekusi ini telah diatur dalam pasal 196 HIR

yang menyatakan “Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai memenuhi

keputusan itu dengan baik, maka pihak yang dimenangkan mengajukan

permintaan kepada ketua pengadilan negeri tersebut pada pasal 195 ayat (1),

baik dengan lisan maupun dengan surat, supaya keputusan itu dilaksanakan.

Kemudian ketua itu akan memanggil pihak yang kalah itu serta menegurnya,

supaya ia memenuhi keputusan itu dalam waktu yang ditentukan oleh ketua itu,

selama-lamanya delapan hari”.

Kalau dilihat dari asas Equality atau persamaan hak. Praktek ini tampak

sedikit berpihak kepada istri. Penundaan yang dilakukan hakim terkesan

mengabaikan hak suami dan terlalu pro aktif terhadap hak istri. Karena

sesungguhnya kalau dirujuk dari pasal 196 HIR di atas, ketika suami tidak

membayarkan kewajibannya setelah diizinkan mengikrarkan thalak, istri yang

ingin mendapat haknya dapat mengajukan eksekusi terhadap putusan yang ada,

sehingga praktek penundaan persidangan tidak diperlukan.

Page 84: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

74

Selanjutnya jika praktek penundaan ini dihubungkan dengan asas

sederhana, cepat, dan biaya ringan tentu tampak berlawanan. Ketika persidangan

ikrar ditunda hal ini menjadikan persidangan menjadi lambat, dan berimplikasi

pada biaya persidangan. Sehingga kalau diperhatikan secara tekstual, maka hal ini

tidak mencerminkan peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Dalam menanggapi hal ini, Syamsul Bahri Z mengatakan bahwa, praktek

penundaan ini merupakan perwujudan dari ijtihad hakim yang mengupayakan

terciptanya keadilan bagi kedua pihak. Karena jika suami diizinkan mengikrarkan

talak sebelum membayar kewajibannya, maka yang telah mendapat keadilan baru

suami, sedangkan istri belum mendapatkannya, karena ia belum mendapatkan

haknya.23

Ketika suami ingkar dan mengabaikan istrinya setelah diizinkan

mengikrarkan talak tanpa membayar kewajibannya, maka selain istri terzolimi,

suami pun tanpa ia sadari telah melanggar ketentuan Allah, karena kewajiban

suami membayar nafkah iddah ini juga disyariatkan dalam Al-Qur’an surat At-

Thalaq ayat 6, 7, serta tentang kewajiban suami memberi nafkah kepada istrinya

dalam surat Al-Baqarah ayat 233. Istri yang di talak raj’I, masih dianggap istrinya

sampai masa iddahnya habis, makanya suami masih berkewajiban terhadapnya.

Menurut Efrizal, penundaan ini bukannya mengabaikan hak suami, karena pada

dasarnya suami sudah mendapatkan haknya selama masih dalam masa 6 bulan,

sedangkan isteri baru mendapatkan putusan. Jika suami tidak membayarkan

23

Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar)

di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.

Page 85: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

75

kewajibannya ketika ikrar dilaksanakan maka isteri akan teraniaya. Lain halnya jika

istri mengatakan bahwa masalah pembayaran kewajiban suami tersebut akan

diselesaikan secara kekeluargaan di luar persidangandan dan bersedia persidangan

untuk dilanjutkan, maka persidangan bisa saja dilanjutkan.24

Begitupun jika praktek penundaan ini dihubungkan dengan asas

sederhana, cepat, dan biaya ringan. Syamsul Bahri Z mengatakan, memang

persidangan sebaikanya berjalan cepat, sederhana, dan biaya ringan, tapi tidak ada

gunanya persidangan cepat selesai kalau putusan yang dikeluarkan tidak

dijalankan.25

Efrizal menambahkan, hal ini tidak melanggar asas cepat, sederhana, biaya

ringan. Karena kalau misalkan dilaksanakan ikrar talak, sehingga suaminya telah

terlepas dari si istri, ada kemungkinan suami tersebut akan mengabaikan untuk

membayarkan kewajibannya, sehingga istri menjadi teraniaya, lagipula masa ikrar

ada 6 bulan, jadi lebih baik persidangan mengandung keadilan bagi kedua belah

pihak, ketimbang harus cepat tapi menganiaya salah satu pihak.26

Penerapan asas cepat, sederhana, biaya ringan tidak boleh mengurangi

“ketepatan” pemeriksaan dan penilaian menurut hukum dan keadilan.27

24

Wawancara Pribadi dengan Efrizal (Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Agama

Batusangkar) di ruang wakil ketua.Batusangkar.17 Maret 2015.

25Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z (Hakim Pengadilan Agama Batusangkar)

di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.

26Wawancara Pribadi dengan Efrizal (Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Agama

Batusangkar) di ruang wakil ketua. Batusangkar, 17 Maret 2015.

27Lihat M. Yahya Harahap,Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU

No. 7 Tahun 1989), (Jakarta: Sinar Garafika, 2007), h. 70-71.

Page 86: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan tersebut dapat dipahami

bahwa di Pengadilan Agama Batusangkar pembayaran nafkah iddah dan mut’ah

dilakukan dalam persidangan ikrar talak. Praktek pembayaran nafkah iddah dan

mut'ah pasca ikrar talak merupakan hasil dari ijtihad yang dilakukan hakim bukan

bersumber dari peraturan.

Praktek ini bertujuan untuk melindungi hak-haknya istri dan agar putusan

yang dikeluarkan pengadilan dapat memberi keadilan dan manfaat bagi masing-

masing pihak. Karena dikhawatirkan apabila pihak suami diizinkan untuk

mengikrarkan talak sebelum membayarkan kewajibannya maka ia akan kabur dan

meninggalkan istrinya.

Pada saat ikrar talak pihak suami terkadang ada yang belum membawa

kewajibannya. Dalam prakteknya ketika suami pada saat persidangan belum

membawa kewajibannya, maka hakim akan memberikan nasehat kepada suami, dan

mendorong suami agar terpacu untuk mengumpulkan uang agar bisa melunasi

kewajibannya. Kemudian hakim akan menunda persidangan hingga suami telah

Page 87: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

77

memiliki uang. Penundaan berlangsung selama suami belum kembali dengan

kewajibannya dalam masa 6 bulan.

Kalau dihubungkan dengan asas yang berlaku di pengadilan, dan peraturan

yang ada, memang terdapat sedikit ketidak sesuaian. Namun praktek yang dilakukan

ini tidak akan memberikan mudharat yang lebih besar, ketimbang praktek ini tidak

ada. Maka dari itu, agar kesenjangan yang ada dapat dihapuskan, diharapkan agar

praktek ini dapat diatur dalam peraturan yang berlaku.

B. Saran

Dari ulasan dalam skripsi ini penulis berharap semua pihak yang membaca

dapat mengetahui, memahami dan mengerti tentang praktek yang terjadi, serta alasan

dari praktek tersebut, dan bagaimana korelasi praktek tersebut kalau ditinjau dari

kaedah ushul, peraturan negara, serta asas-asas dalam peradilan. Pada bagian akhir

ini penulis berharap:

1. Kepada pemerintahan Republik Indonesia yang diwakili kepada para pihak

yang berwenang membuat Undang-Undang dan peraturan lainnya, agar

praktek pembayaran nafkah iddah dan mut'ah serta kewajiban-kewajiban

suami akibat talak ini dimasukkan ke dalam Undang-Undang atau peraturan

lainnya, sehingga praktek ini didasari oleh peraturan dan memiliki kekuatan

hukum yang mengikat.

Page 88: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

78

2. Kepada Pengadilan Agama Batusangkar, diharapkan agar praktek ini dapat

terus dipertahankan, dan agar para hakim yang menangani permasalahan

perceraian dapat lebih optimal menasehati masing-masing pihak, sehingga

perceraian tidak terjadi. Namun jika memang nasehat sudah tidak dapat

diindahkan, diharapkan kepada majlis hakim agar dapat memberikan putusan

yang adil, dan bermanfaat.

3. kepada para hakim, penulis menyarankan agar dapat berlaku adil, dan dapat

menerapkan peraturan dengan sebaiknya bukan seadanya. Ketika terdapat

suatu masalah, tetapi peraturan tidak dapat menjawab masalah yang ada,

maka diharapkan kepada para penegak hukum agar dapat berijtihad dan

melihat lebih luas sehingga putusan yang dikeluarkan dapat bermanfaat, dan

berkeadilan bagi semua pihak.

Page 89: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

79

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Abbas, Syahrizal. Mediasi dalam Hukum Syari’ah, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional. Jakarta: Kencana, 2011.

Abdal-Hamid, Muhahmmad Muhyial-Din. Al Ahwal As Syakhsiyah Fi As Syari’ah Al

Islamiyah. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1404 H/1989 M.

Abidin, Andi Zainal. Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Bandung: Alumni,

1984.

Ahmad, Zubair. Relasi Suami Istri dalam Islam. editor Sri Mulyani. Jakarta: Pusat

Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, 2004.

Al-Habsy, Muhammad Baqir. Fikih Praktis Menurut Al-Qur’an dan Hadits.

Bandung: Mizan, 2002.

Al-Qurthubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari. al-Jami’ al-Ahkam

al-Qur’an, juz 18, jilid 9. Beirut: 1995.

----------- Al-Jami’ al-Ahkam al-Qur’an, juz 18, jilid 9. kairo.

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

An-Naisaburi, Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajaj bin Muslim al-Qusyairi.

Shaheh Muslim. Riyad: Darussalam, 1998.

Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005.

As-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi. Sunan Abu Daud. Beirut:

Dar Ibnu Hazm, 1974.

Page 90: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

80

Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir ath-Thabari, jilid 2. Kairo:

Darussalam, 2007.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa

edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008.

Dimyati, Khudzaifah dan Wardiono, Kelik. Metode Penelitian Hukum. Surakarta:

UMS Press, 2004.

Doi, Abdur Rahman I. Perkawinan dalam Syariat Islam. Jakarta: PT RINEKA

CIPTA, 1992.

Fuady, Munir. Dinamika Teori Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia, 2007.

Gultom, Elfrida R. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Literata, 2010.

Hamami, Taufiq. Peradilan Agama dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman di

Indonesia. Jakarta: PT. Tatanusa, 2013.

Harahap, M. Yahya. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No

7 Tahun 1989). Jakarta: Pustaka Kartini, 1997.

---------- Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, edisi kedua.

Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

---------- Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama (UU No. 7 Tahun

1989), Jakarta: Sinar Garafika, 2007.

Makarao, Moh. Taufik. Pokok-Pokok Hukum Hukum Acara Perdata. Jakarta: PT

RINEKA CIPTA, 2004.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama.

Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2000.

Muchtar, Kamal. Asas2 hukum Islam tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang,

1974.

Page 91: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

81

Mughniyah, Muhammad Jawad. al-Ahwal as-Syakhshiyyah ‘Ala al-Mazahib al-

Khamsah Ja’fari-Hanafi-Maliki-Syafi’I-Hanbali. Beirut: Darul Ilmu, 1964.

Munawwir, Ahmad Warson. Al Munawwir Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta:

1984.

Nasir, Jamal J. The Status of Women Under Islamic Law and Under Modern Islamic

Legislation. London: Graham Trotman, 1990.

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2007.

Nuruddin, Amiur dan Tarigan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia

(Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai

KHI). Jakarta: Prenada Media, 2004.

Oxford Student’s Dictionary of English. Greet Clarendon Street: Oxford University

Press, 2001.

Rahardjo, Satjipto. Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: Kompas, 2010.

Rifai, Achmad. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif,

Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Romy H, Soemitro. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1990.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, jilid 2, Beirut: Darul Fikri, 1983.

Soebani, Ben Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1984.

Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat

dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2009.

Page 92: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

82

Tihami, dan Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat kajian fikih nikah lengkap. Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada, 2009.

Yanggo, Huzaimah Tahido. Masail Fiqhiyah Kajian Hukum Islam Kontemporer.

Bandung: Angkasa, 2005.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakaraya Agung, 1989.

Zuhayli, Wahbah. al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9. Damasyqi: Darul Fikri al-

Ma’ashir, 2004.

Page 93: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 94: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa Terima Putus Sisa

A. PERKAWINAN

1 Izin poligami

2 Pencegahan Perkawinan

3 Penolakan Perkawinan oleh PPN

4 Pembatalan Perkawinan 1 1 0

5 Kelalaian atas kewajiban suami istri

6 Cerai Talak 20 13 9 24 13 8 29 14 14 29 4 13 20 14 6 28 11 9 30 12 21 21 21 10 32 10 12 30 15 14 31 8 15 24 1 14 11 2

7 Cerai Gugat 46 38 21 63 47 28 82 25 48 59 26 28 57 34 19 72 29 43 58 9 23 44 50 19 75 45 33 87 28 28 87 31 24 94 4 61 37 1

8 Harta Bersama 1 1 1 1 1 1

9 Penguasaan anak/pengangkatan anak 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0

10 Nafkah anak oleh ibu 0

11 Hak-hak bekas istri 0

12 Pengesahan anak 0

13 Pencabutan kekuasaan orang tua 0

14 Perwalian 0

15 Pencabutan Kekuasaan Wali 0

16 Penunjukkan orang lain sebagai wali/adopsi 0

17 Ganti rugi terhadap wali 0

18 Asal usul anak 0

19 Penetapan kawin campur 0

20 Isbat nikah 5 3 7 1 13 2 12 19 13 18 13 22 9 4 6 7 10 7 10 3 6 7 10 7 10 8 8 10 9 9 10 6 9 7 5 11 1 1

21 Izin kawin 0

22 Dispensasi kawin 3 3 2 4 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 1 1 3 2 2 1 2 1 1 0

23 wali adhol 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

24 B. EKONOMI SYARIAH 0

25 C. KEWARISAN 0

26 D. WASIAT 0

27 JENIS PERKARA 0

28 F. WAKAF 0

29 G. ZAKAT/INFAQ/SHADAQOH 0

30 H. P3HP/PENETAPAN AHLI WARIS 1 1 1 1 1 1 1 0

31 I. LAIN-LAIN / JUMLAH 0

72 55 38 89 77 38 128 62 80 110 46 66 90 54 34 110 51 60 101 24 53 72 83 36 119 68 56 131 53 54 130 46 49 127 10 87 50 4 0 0

BATUSANGKAR, 02 Januari 2015

JUMLAH PERKARA TAHUN 2014 701 KETUA

JUMLAH PERKARA MASUK TAHUN 2014 629

JUMLAH PERKARA YANG DIPUTUS 651

Drs. H.M YUNUS RASYID, SH

STATISTIK PERKARA PENGADILAN AGAMA

BATUSANGKAR TAHUN 2014

PK KetMaret

Banding KasasiOktober November DesemberAgustus September

JUMLAH

April Mei Juni JuliJanuariSisa

Tahun

laluJENIS PERKARANo

Februari

Page 95: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

NIP. 19550806 198103 1 002

Page 96: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 25 - - - - - - - - - - 14 - 39

Mengetahui ; Batusangkar, 30 Januari 2014

Ketua

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH

NIP. 19510318 197803 1 002

JumlahNo.

Urut

JUMLAH - - 14- -

Panitera

- --

Drs. A P R I Z A L

LAPORAN BULAN JANUARI 2014

-

NIP. 196004061987031005

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

25 - 39- --

Page 97: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 17 - - - - - - - - - - 12 - 29

Mengetahui ; Batusangkar,28 Februari 2014

Ketua Wakil Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH ZULBAKRI, SH

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP : 19590305 199203 1 003

- ---

LAPORAN BULAN FEBRUARI 2014

-

JumlahNo.

Urut

JUMLAH - - 12

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

17 - 29- ---

Page 98: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 31 - - - - - - - - - - 7 - 38

Mengetahui ; Batusangkar,28 Maret 2014

Ketua Wakil Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH ZULBAKRI, SH

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP : 19590305 199203 1 003

- -- -

LAPORAN BULAN MARET 2014

-

JumlahNo.

Urut

JUMLAH - - 7-- --

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

31 - 38

Page 99: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 39 - - - - - - - - - - 14 - 53

Mengetahui ; Batusangkar, 30 April 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

- -

Jumlah

-

LAPORAN BULAN APRIL 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - - 14-- -- -

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

39 - 53

Page 100: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 18 - - - - - - - - - - 7 - 25

Mengetahui ; Batusangkar, 30 Mei 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

- -

Jumlah

-

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

18 - 257-

LAPORAN BULAN MEI 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - - - -- -

Page 101: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 33 - - - - - - - - - - 10 - 43

Mengetahui ; Batusangkar, 30 Juni 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

33 - 43- -- -

Jumlah

-- - 10-

LAPORAN BULAN JUNI 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - -

Page 102: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 30 - - - - - - - - - - 4 - 34

Mengetahui ; Batusangkar, 25 Juli 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

30 - 34- -- -

Jumlah

-- - 4-

LAPORAN BULAN JULI 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - -

Page 103: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 25 - - - - - - - - - - 7 - 32

Mengetahui ; Batusangkar, 29 Agustus 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

25 - 32- -- -

Jumlah

-- - 7-

LAPORAN BULAN AGUSTUS 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - -

Page 104: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 18 - - - - - - - - - - 11 - 29

Mengetahui ; Batusangkar, 01 Oktober 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

LAPORAN BULAN SEPTEMBER 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - -

Jumlah

-- - 11-

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

18 - 29- -- -

Page 105: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Per

tan

yaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 28 - - - - - - - - - - 14 - 42

Mengetahui ; Batusangkar, 31 Oktober 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

LAPORAN BULAN OKTOBER 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - -

Jumlah

-- - 14-

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

28 - 42- -- -

Page 106: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Pen

gan

iyaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 22 - - - - - - - - - - 7 - 29

Mengetahui ; Batusangkar, 28 November 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

22 - 29- -- -

Jumlah

-- - 7-

LAPORAN BULAN NOVEMBER 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - -

Page 107: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR KELAS I B LI-PA10

TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

Kri

sis

Mora

l

Tid

ak

Ad

a T

an

ggu

ng J

aw

ab

Dih

uk

um

Pen

gan

iyaan

Ber

at

Kek

ejam

an

Men

tal

Caca

t B

iolo

gis

Poli

gam

i T

idak

Seh

at

Cem

bu

ru

Kaw

in P

ak

sa

Ek

on

om

i

Nik

ah

Dib

aw

ah

Um

ur

Poli

tis

Tid

ak

Ad

a K

eh

arm

on

isan

Gan

ggu

an

Pih

ak

Ket

iga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 BATUSANGKAR - 29 - - - - - - - - - - 17 - 46

Mengetahui ; Batusangkar, 31 Desember 2014

Ketua Panitera

Drs. H. M. FADJRI RIVAI,SH.MH Drs. APRIZAL

NIP. 19510318 197803 1 002 NIP. 19600406 1987031005

KeterannganPengadilan Agama

TERBIT AKTA CERAI

29 - 46- -- -

Jumlah

-- - 17-

LAPORAN BULAN DESEMBER 2014

-

No.

Urut

JUMLAH - -

Page 108: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

HASIL WAWANCARA

Nama : Dra. Hj. Yusnizar

NIP : 19600722 199003 2 001

Jabatan : Hakim

Hari, tanggal : Selasa, 17 Maret 2015

1. Apakah ibuk adalah hakim di PA Batusangkar?

Ya, benar.

2. Sebelum ibuk menjadi hakim di PA BSK, dimana bapak/ibuk bertugas?

Sebelumnya di Pariaman.

3. Apakah selama ibuk menjadi hakim di PA BSK, bapak/ibuk pernah menangani

kasus cerai talak?

Pernah, banyak sekali.

4. Menurut ibuk, Apa saja kewajiban yang dapat dibebankan kepada suami ketika

terjadi cerai talak?

Nafkah yang terlampau (madhiyah), nafkah Iddah, Mut’ah, nafkah untuk anak.

5. Selama ibuk menjadi hakim di PA BSK, apakah bapak/ibuk pernah menangani

perkara cerai talak yang dikumulasikan dengan permintaan hak nafkah iddah dan

mut’ah?

Ya, pernah.

6. Sepengetahuan ibuk apakah ada peraturan yang mengatur tentang pembayaran

nafkah iddah dan mut’ah?

Ada, dalam KHI.

7. Bagaimanakah kategori istri yang berhak mendapat nafkah iddah dan mut’ah?

Apabila istri tersebut tidak nusyuz.

Page 109: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

8. Bagaimana cara hakim dalam menentukan jumlah nafkah iddah dan mut’ah yang

akan ditanggung suami?

Hakim akan menanyakan berapa biasanya ia(istri) mendaptkan nafkah ketika

dulu masih rukun, kemudian dilihat kemampuan suami saat sekarang.

9. Kapankah seorang suami menjadi berkewajiban membayarkan nafkah iddah dan

mut’ah?

Pembayaran kewajibannya dilakukan satu kali, pada saat ikar talak.

10. Bagaimana cara hakim untuk meminta suami membawa kewajibannya di

persidangan ikrar talak?

Pada saat putusan diucapkan, maka hakim memberitahukan kepada suami agar

pada saat ikrar talak membawa segala kewajiban yang dibebankan kepadanya,

yang mana hal tersebut adalah hak istri.

11. Seingat ibuk Selama menjadi hakim di PA BSK, apakah ada pihak suami yang

ketika ikrar talak tidak membawa nafkah iddah dan mut’ah?

Ada.

12. Apa alasan yang diberikan pihak suami ketika tidak membawa kewajibannya?

Alasannya bisa karena belum mampu. Ada juga yang sebenarnya sudah punya

uangnya, tapi berusaha mengelak membayar dengan mengatakan belum punya

uang, sehingga ketika hakim mengatakan akan menunda sidang pihak suami

langsung mengatakan, sekarang saja buk, saya sudah punya uangnya.

13. Seingat ibuk, Apakah ada pihak suami yang menolak permintaan hakim untuk

membawa kewajibannya ketika ikrar talak?

Tidak ada, semuanya mendengarkan perkataan hakim.

14. Bagaimana langkah yang dilakukan hakim, ketika pihak suami tidak membawa

nafkah iddah dan mut’ah untuk istri?

Pada saat sidang yang ditentukan ketika pihak suami belum membawa

kewajibannya dalam hal ini tugasnya hakim untuk menggugah hatinya, supaya

dia sadar dan memberikannya sehingga tidak ada yang diriugikan. Setelah

memberikan nasehat kepada suami, hakim akan mengatakan bahwa sidang

ditunda. Para pihak datang ke pengadilan agar mendapat keadilan, jadi kita

Page 110: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 111: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

HASIL WAWANCARA

Nama : Drs. Efrizal, SH., MH.

NIP : 19630128 199003 1 002

Jabatan : Hakim/Wakil Ketua

Hari, Tanggal : selasa, 17 Maret 2015

1. Apakah bapak adalah hakim di PA Batusangkar?

Iya benar.

2. Sudah Berapa lama bapak menjadi hakim di PA BSK?

Setahun.

3. Sebelum bapak menjadi hakim di PA BSK, dimana bapak bertugas?

Sebelumnya saya bertugas di Rengat.

4. Apakah selama bapak menjadi hakim di PA BSK, bapak pernah menangani kasus

cerai talak?

Pernah, banyak sekali.

5. Menurut bapak, Apa saja kewajiban yang dapat dibebankan kepada suami ketika

terjadi cerai talak?

Kewajiban suami yang memberikan nafkah iddah untuk masa 3 bulan, mut’ah,

nafkah madhiyah, dan memberikan nafkah bagi anaknya.

6. Selama bapak menjadi hakim di PA BSK, apakah bapak pernah menangani

perkara cerai talak yang dikumulasikan dengan permintaan hak nafkah iddah dan

mut’ah?

Pernah. Saya pernah menangani kasus cerai talak yang dalam rekovensinya istri

meminta nafkah iddah, mut’ah dan sebagainya apabila terjadi perceraian.

Page 112: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

7. Apakah ada dari pihak istri yang tidak mengajukan rekovensi pada saat perkara

cerai talak?

Apabila Pihak istri yang tidak mengajukan rekovensi, maka hakim akan

memberitahukan kepada istri bahwa anda memiliki hak-hak yang dapat anda

terima jika suami anda menceraikan anda apakah anda mau meminta hak anda.

Karna bisa jadi si istri yang tidak meminta hak tersebut tidak tau bahwa dia

mempunyai hak, maka dalam rangka memberikan bantuan hakim bisa

memberitahukan hal ini kepada si istri, selanjutnya tergantung istri.

8. Sepengetahuan bapak apakah ada peraturan yang mengatur tentang pembayaran

nafkah iddah dan mut’ah?

Ada, permsalahan ini ada diatur dalam KHI.

9. Bagaimanakah kategori istri yang berhak mendapat nafkah iddah dan mut’ah?

Istri berhak mendapat nafkah iddah dan mut’ah apabila ia tidak nusyuz. Selama

istri tidak nusyuz sesuai peraturuan dia berhak mendapat nafkah iddah dan

mut'ah, sesuai dengan kemampuan dan kepatutan.

10. Bagaimana cara hakim menilai nusyuznya seorang istri?

Hakim menetapkan istri nusyuz, dilihat dari alasan yang dibuat suami dalam

permohonan. Ketika dalam alasan dikemukakan bahwa istri telah bermain

serong, dan diperkuat dengan saksi yang ada maka hal ini dapat dikatakan

bahwa istri tersebut telah nusyuz.

11. Bagaimana cara hakim dalam menentukan jumlah nafkah iddah dan mut’ah yang

akan ditanggung suami?

Dalam menentukan jumlah kewajiban suami, dapat dilihat dari perhitungan masa

lama iddah istri. Dihitung berapa jumlah kebutuhan istri per hari, dikalikan

berapa hari dalam satu bulan, kemudian dikali tiga untuk tiga bulan. Dasar dari

kadarnya adalah kepatutan dan kelayakan, ketika telah diketahui berapa

kebutuhan istri maka dilihat juga kemampuan suami, kemudian diambil jalan

tengah oleh hakim supaya tidak membertakan suami dan dapat memenuhi

kebutuhan si istri.

12. Kapankah seorang suami menjadi berkewajiban membayarkan nafkah iddah dan

mut’ah?

Page 113: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

Ketika ada putusan suami menjadi wajib membayarkannya, dan terhadap

putusan itu bisa dimintakan banding, jadi suami dibebankan untuk

membayarkannya ketika ikrar talak.

13. Bagaimana cara hakim untuk meminta suami membawa kewajibannya di

persidangan ikrar talak?

Hakim memberitahukan kepada suami untuk membawa kewajibannya pada saat

ikrar talak, pada saat pembacaan putusan. Pada saat putusan hakim

membacakan amar putusan, dan menanyakan apakah para pihak telah mengerti

dengan amar putusan tersebut, kemudian meminta kepada suami untuk

membawakan kewajibannya sebagaimana dalam amar pada saat ikrar talak.

14. Seingat bapak Selama menjadi hakim di PA BSK, apakah ada pihak suami yang

ketika ikrar talak tidak membawa nafkah iddah dan mut’ah?

Ada.

15. Apa alasan yang diberikan pihak suami ketika tidak membawa kewajibannya?

Biasanya mereka mengatakan belum mampu memenuhi isi putusan dalam hal

jumlah kewajiban yang ditanggungkan kepadanya.

16. Seingat bapak, Apakah ada pihak suami yang menolak permintaan hakim untuk

membawa kewajibannya ketika ikrar talak?

Selama perkara yang saya tangani belum ada yang menolak permintaan hakim

untuk membawa kewajibannya pada saat ikrar talak.

17. Bagaimana langkah yang dilakukan hakim, ketika pihak suami tidak membawa

nafkah iddah dan mut’ah untuk istri?

Ketika suami belum membawa kewajibannya hakim akan menunda persidangan

ikrar talak. tapi kalau istri mengatakan bahwa masalah pembayaran kewajiban

suami tersebut akan diselesaikan secara kekeluargaan di luar persidangan, maka

persidangan bisa saja dilanjutkan. Atau ketika suami belum membawa

kewajibannya hakim akan menanyakan kepada istri apakah rela di talak tapi

belum mendapat hak, kalau istri mengatakan tidak mau, maka persidangan akan

ditunda, kalau rela maka persidangan akan dilanjutkan, dan keterangan istri

akan dibuat dalam berita acara.

18. Apa dasar dari praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah di persidangan?

Page 114: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 115: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

HASIL WAWANCARA

Nama : Drs. H. Syamsul Bahri Z, MA.

NIP : 19541214 198503 1 002

Jabatan : Hakim

Hari, Tanggal : Kamis, 19 Maret 2015

1. Apakah bapak adalah hakim di PA Batusangkar?

Ya benar.

2. Sebelum bapak menjadi hakim di PA BSK, dimana bapak bertugas?

Sebelumnya saya bertugas di PA sawahlunto.

3. Apakah selama bapak menjadi hakim di PA BSK, bapak pernah menangani kasus

cerai talak?

Pernah, sering, karena itu merupakan salah satu kewenangan absolute

Pengadilan Agama.

4. Menurut bapak, Apa saja kewajiban yang dapat dibebankan kepada suami ketika

terjadi cerai talak?

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, dalam hal ini KHI, dijelaskan kewajiban

yang dapat dibebankan kepada suami ketika terjadi perceraian adalah yang

pertama, suami dapat dibebankan biaya untuk keperluan anaknya. kedua, suami

dapat dibebankan untuk melunasi nafkah masa lalu (madhiyah). Ketiga, suami

dapat dibebankan mut’ah yang diberikan kepada istrinya. Keempat, suami dapat

dibebankan untuk membayar nafkah iddah kepada istrinya.

5. Selama bapak menjadi hakim di PA BSK, apakah bapak pernah menangani

perkara cerai talak yang dikumulasikan dengan permintaan hak nafkah iddah dan

mut’ah?

Ya pernah.

6. Sepengetahuan bapak apakah ada peraturan yang mengatur tentang pembayaran

nafkah iddah dan mut’ah?

Page 116: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

Ada dalam KHI pasal 149.

7. Bagaimanakah kategori istri yang berhak mendapat nafkah iddah dan mut’ah?

Setiap Istri yang tidak nusyuz berhak mendapat nafkah iddah dan mut’ah.

8. Bagaimana cara hakim dalam menentukan jumlah nafkah iddah dan mut’ah yang

akan ditanggung suami?

Dalam menentukan jumlah nafkah iddah, hakim akan mencoba mencari jalan

tengah yang bertujuan agar tidak terlalu memberatkan suami, dan juga dapat

membantu istri dalam memenuhi kebutuhannya selama masa iddah. Hakim akan

bertanya kepada istri mengenai kisaran kebutuhannya perhari. Setelah

ditemukan, maka dikalikan untuk jumlah hari dalam satu bulan kemudain dikali 3

untuk 3 bulan. Selanjutnya, agar menghasilkan keadilan maka hakim akan

bertanya kepada pihak suami mengenai usahanya, dan penghasilannya perhari,

dan kisaran penghasilannya selama satu bulan. Kemudian hakim akan

menanyakan apakah suami mampu untuk membayarkan jumlah nafkah iddah

tersebut. Jika pihak suami mengatakan tidak mampu, tapi menurut hakim setelah

melihat dari jumlah penghasilan suami seharusnya dia mampu, dan berdasarkan

saksi yang dihadirkan maka hakim bisa saja tetap membebankan jumlah nafkah

iddah seperti yang pertama kepada suami, tapi jika suami mengatakan tidak

mampu membayarkan nafkah iddah tersebut, dan berdasarkan penghasilan dan

saksi yang telah didatangkan suami memang tampak tidak mampu maka hakim

dapat mengambil bagian tengah yang tidak terlalu memberatkan suami, dan

dapat membantu istri. Begitu pun mut’ah, tapi kalau mut’ah hanya dibayarkan

untuk satu kali.

9. Kapankah seorang suami menjadi berkewajiban membayarkan nafkah iddah dan

mut’ah?

Suami berkewajiban membayarkan nafkah iddah dan mut’ah dan kewajiban

lainnya adalah pada saat telah dilakukannya ikrar talak. Kewajibannya

dibayarkan pada saat sidang ikrar talak.

10. Bagaimana cara hakim untuk meminta suami membawa kewajibannya di

persidangan ikrar talak?

Pada saat hakim telah membacakan putusan, hakim akan mengatakan bahwa

putusan ini dapat dilakukan upaya hukum, dan persidangan akan ditunda,

kemudian menanyakan kepada masing-masing pihak apakah mereka sudah

Page 117: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah

mengerti dengan isi putusan, terakhir mengatakan pada suami untuk membawa

kewajibannya pada saat sidang ikrar talak.

11. Seingat bapak Selama menjadi hakim di PA BSK, apakah ada pihak suami yang

ketika ikrar talak tidak membawa nafkah iddah dan mut’ah?

Ya, ada kadang-kadang.

12. Apa alasan yang diberikan pihak suami ketika tidak membawa kewajibannya?

Biasanya mereka mengatakan belum ada uang untuk membayar kewajibannya.

13. Seingat bapak, Apakah ada pihak suami yang menolak permintaan hakim untuk

membawa kewajibannya ketika ikrar talak?

Seingat saya tidak ada yang menolak, semua mendengarkan kata hakim.

14. Bagaimana langkah yang dilakukan hakim, ketika pihak suami tidak membawa

nafkah iddah dan mut’ah untuk istri?

Ketika suami pada saat persidangan yang telah ditentukan tidak membawa

kewajibannya, maka persidangan dapat ditunda guna melindungi agar istri

mendapat jaminan untuk mendapat haknya. Karena kalau tidak, bisa saja suami

ketika telah mengucapkan talak tidak membayarkan kewajibannya, guna

melindungi istri karena memang perkara cerai talak sedikit berbeda. Pada

dasarnya perkara cerai talak adalah perkara permohonan yang dimintakan

suami, biasanya kalau perkara permohonan hanya ada satu pihak, tapi dalam

perkara permohonan cerai talak ada dua pihak, jadi agar putusan tidak hampa,

dan mengandung manfaat bagi masing-masing pihak serta mencerminkan

keadilan bagi kedua belah pihak, maka penundaan persidangan bisa saja

dilakukan, lagi pula masa ikrar talak dalam pasal 70 UU PA adalah 6 bulan jadi

selama 6 bulan itu suami masih bisa mengucapkan ikrar talak.

Kemudian pada saat persidangan tersebut, hakim akan berupaya untuk

menggugah hati suami agar menyadari pentingnya nafkah iddah dan mut’ah dan

hak istri lainnya bagi pihak istri, serta mendorong pihak suami agar terpacu

mengumpulkan uang sehingga berupaya menabung untuk membayarkan

kewajibannya. Semua itu hakim lakukan guna menjadikan putusan berkeadilan,

dan berkemanfaatan.

15. Apa dasar dari praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah di persidangan?

Dasar dari praktek itu hanya dari ijtihad hakim.

Page 118: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 119: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 120: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 121: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 122: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 123: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah
Page 124: PEMBAYARAN NAFKAH IDDAH DAN MUT’AHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30331/1/SYAMS... · mengetahui bagaimana korelasi praktek ini jika dihubungkan dengan kaedah