pembahasan yonisa.docx

15
BAB III PEMBAHASAN Kunjungan rumah atau home visit adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien (Tim Field Lab FK UNS, 2013). Pada kegiatan Field Lab ini, kelompok kami melakukan kunjungan di rumah pasien hipertensi. Kami memberikan beberapa pertanyaan menggunakan formulir kunjungan rumah. Berikut identitas dari pasien: Nama : Soejoto Umur : 67 tahun Jenis kelamin : laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Kepala Desa Ceporan Alamat : Ceporan RT 01 RW 08, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten Status pernikahan : Menikah Tanggal kunjungan : 31 Oktober 2013 Karakteristik demografis dari keluarga pasien adalah:

Upload: anonymous-puafsus

Post on 27-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBAHASAN YONISA.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Kunjungan rumah atau home visit adalah kedatangan petugas kesehatan ke

rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan

pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien (Tim Field

Lab FK UNS, 2013). Pada kegiatan Field Lab ini, kelompok kami melakukan

kunjungan di rumah pasien hipertensi. Kami memberikan beberapa pertanyaan

menggunakan formulir kunjungan rumah. Berikut identitas dari pasien:

Nama : Soejoto

Umur : 67 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Kepala Desa Ceporan

Alamat : Ceporan RT 01 RW 08, Kecamatan Gantiwarno,

Kabupaten Klaten

Status pernikahan : Menikah

Tanggal kunjungan : 31 Oktober 2013

Karakteristik demografis dari keluarga pasien adalah:

No Nama Kedudukan L/

P

Umur

(tahun)

Pendidi-

kan

Peker-

jaan

Penderit

a

Klinik

Ket

1 Soejoto Suami L 67 SLTA Kepala

Desa √

hipertensi,

asam urat,

kolestrol

2 Kristiani Istri P 55 SMP Ibu

rumah

tangga

- -

Page 2: PEMBAHASAN YONISA.docx

3 Sutijah Ibu Mertua P 88 SD Ibu

rumah

tangga

- -

Bapak Soetojo merupakan salah satu pasien dengan riwayat hipertensi.

Pasien pernah mencapai tekanan darah sebesar 190/120 mmHg sehingga harus

dirawat di rumah sakit. Menurut The Seventh Report of The Joint National

Comittee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (JNC 7), klasifikasi untuk tekanan darah pasien saat itu, yaitu 190/120

mmHg, adalah hipertensi derajat 2 (Yogiantoro, 2009). Sekitar 2 bulan yang lalu,

pasien juga pernah dirawat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro selama 10 hari

dengan diagnosis pembengkakkan otak. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh

riwayat hipertensi yang dialami oleh pasien. Pasien rutin untuk memeriksakan diri

ke dokter seminggu 2 kali. Setiap pagi pasien rajin minum obat Amlodipin untuk

mengontrol penyakit hipertensi yang diderita. Amlodipin merupakan suatu

antihipertensi antagonis kalsium golongan dihidropirin. Antagonis kalsium

menghambat influx kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. DI

pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol,

sedangkan vena kurang begitu dipengaruhi (Nafrialdi, 2007).

Melalui anamnesis yang telah kami lakukan, pasien juga mengeluhkan

gemetar di ekstremitas tubuh, pegal-pegal dan kram. Pasien pernah kontrol ke

dokter saraf tentang keluhan-keluhan tersebut. Setelah diberi obat, pasien justru

merasa mengantuk, lemas, dan tidak nyambung. Sehingga pasien tidak pernah lagi

minum obat dan memeriksakan diri ke dokter saraf. Selain itu ternyata pasien juga

memiliki riwayat kolestrol dan asam urat yang tinggi.

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang kami lakukan, keadaan umum pasien

baik, compos mentis, status gizi kesan baik. Pada pemeriksaan vital sign

didapatkan tekanan darah = 130/80 mmHg dan frekuensi nadi = 68x/menit. Hasil

pengukuran tekanan darah pasien dapat dikategorikan sebagai prahipertensi

Page 3: PEMBAHASAN YONISA.docx

(Yogiantoro, 2009). Dari anamnesis riwayat penyakit keluarga, diketahui bahwa

kedua orang tua pasien juga memiliki riwayat hipertensi.

Pasien memiliki kebiasaan olahraga yang rutin dilakukan setiap pagi.

Sebelumnya pasien pernah merokok dan terbiasa minum kopi. Namun kebiasaan

ini sudah dihentikan lebih dari 10 tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan sering

susah tidur atau terbangun terlalu dini lalu susah untuk kembali tidur. Keluhan ini

sudah diatasi dengan membiasakan diri untuk tidur tidak terlalu malam.

Bapak Soejoto bekerja sebagai Kepala Desa Ceporan. Pekerjaan ini

membuat pasien harus selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan kampung dan sering

bersosialisasi dengan warga sekitar. Istri pasien merupakan ibu rumah tangga

yang juga masih aktif kegiatan bermasyarakat. Bapak Soejoto memiliki 7 orang

anak yang semuanya sudah menikah dan tinggal di luar kota, sehingga sehari-hari

hanya tinggal bersama istri dan ibu mertuanya.

Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strategis

dalam pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan

masalah keluarga dan sebaliknya. Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami,

istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU No. 23 tahun1992). Kasus kesehatan

dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik (menyeluruh). Selain

individu sebagai obyek kasus, juga individu sebagai manusia yang terkait dengan

aspek fisik (biologis), psikologis, sosial dan kultural serta lingkungan

(Prasetyawati, 2010). Adapun identifikasi fungsi keluarga pada keluarga Bapak

Soetojo adalah:

1. Fungsi biologi

Bapak Soetojo dan istri, yaitu Ny. Kristiani, memiliki 7 orang anak.

Ketujuh anak tersebut sudah menikah semua dan memiliki keturunan. Saat

ini, anak-anak Bapak Soetojo tinggal di luar kota. Sehingga Bapak Soetojo

tinggal bersama istri dan ibu mertua di Desa Ceporan.

2. Fungsi sosial

Interaksi sosial dan komunikasi pasien dengan keluarganya berjalan

dengan baik. Meskipun tidak tinggal satu kota, pasien masih sering

Page 4: PEMBAHASAN YONISA.docx

berhubungan komunikasi dengan anak-anaknya. Anak-anak dari pasien

juga masih sering berkunjung ke rumah pasien.

3. Fungsi psikologis

Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain baik dan harmonis.

Antar anggota keluarga sudah merasa nyaman, aman serta mendapat kasih

saying yang cukup dari anggota keluarga yang lain.

4. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan ekonomi keluarga pasien cukup. Penghasilan Bapak Soetojo

sebagai Kepala Desa mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selain itu,

anak-anak pasien juga turut membantu dalam mencukupi kebutuhan

pasien.

5. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan adaptasi

Bapak Soetojo dan istri tidak pernah bertengkar hebat.Masalah-masalah

rumah tangga dapat diselesaikan bersama dengan baik. Masing-masing

pihak saling intropeksi dan menyadari kesalahan masing-masing, serta

tidak enggan untuk minta maaf. Apabila ada suatu permasalah keluarga,

seluruh keluarga akan berdiskusi bersama untuk musyawarah dan

mengambil keputusan atau penyelesaian secara bersama-sama.

6. Fungsi fisiologis (skor APGAR)

Menurut Prasetyawati (2010), skor APGAR adalah skor yang digunakan

untuk menilai fungsi keluarga terhadap hubungannya dengan anggota

keluarga lain. Skor APGAR meliputi:

a. Adaptation : kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi

dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan

dan saran dari anggota keluarga lain.

b. Partnership : menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling

mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang

dialami oleh keluarga tersebut.

c. Growth : menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal

baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

Page 5: PEMBAHASAN YONISA.docx

d. Affection : menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi

antar anggota keluarga.

e. Resolve : menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang

kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga

yang lain.

Skor untuk masing-masing kategori adalah:

0 = jarang/tidak sama sekali

1 = kadang-kadang

2 = sering/selalu

Skor APGAR untuk keluarga Bapak Soetojo adalah 10, yang artinya

fungsi fisiologis keluarga ini baik.

7. Fungsi patologis (SCREEM)

Fungsi patologis keluarga dinilai dengan SCREEM, yaitu:

a. Social : Interaksi keluarga dengan tetangga sekitar baik. Pasien

merupakan Kepala Desa Ceporan yang aktif dalam kegiatan

bermasyarakat.

b. Culture : Keluarga pasien masih menjunjung nilai-nilai budaya

Jawa. Dulu, pasien sering melakukan ziarah ke Pantai Parangtritis,

namun sekarang kebiasaan tersebut sudah ditinggalkan.

c. Religion : Bapak Soetojo dan keluarga memeluk agama Islam.

Keluarga pasien taat dalam menjalankan sholat lima waktu. Selain

itu pasien dan istri sudah menjalankan ibadah Haji.

d. Education : Pendidikan terakhir Bapak Soetojo adalah SLTA,

sedangkan Ny. Kristiani adalah lulusan SMP. Anak-anak pasien

berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan hinggat S1.

e. Economic : Kehidupan ekonomi pasien cukup baik. Pasien masih

memiliki penghasilan sendiri sebagai Kepala Desa.

f. Medical : Kesehatan pasien menggunakan pelayanan kesehatan

dari Puskesmas dan RSUP. Selain itu pasien memiliki asuransi

kesehatan.

Page 6: PEMBAHASAN YONISA.docx

Struktur keluarga (Genogram) dari Keluarga Bapak Soejoto digambarkan

sebagai berikut:

Harsosentono Suminah Darmowiyoto Sutijah

Soetojo Kristiani

Bambang Cahyo Tri Ika Mulan Hengki Eko

Keterangan:

: pasien

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: riwayat hipertensi

Dari genogram tersebut, dapat diketahui bahwa kedua orang tua pasien

memiliki riwayat penyakit hipertensi. Sehingga risiko pasien untuk terkena

hipertensi lebih besar.

Page 7: PEMBAHASAN YONISA.docx

Pola interaksi keluarga Bapak Soetojo dapat dilihat pada gambar di bawah

ini:

Sutijah

Kristiani

Bambang

Soetojo Cahyo

Tri

Ika

Mulan

Hengki

Eko

Keterangan:

: harmonis

----------------- : kurang baik/harmonis

Dari gambar di atas, dapat diambil simpulan bahwa interaksi komunikasi

dan sosial Bapak Soetojo dengan keluarganya baik dan harmonis.

Dalam kegiatan kunjungan rumah ini, kelompok kami juga menilai

keadaan rumah dan lingkungan (indoor dan outdoor) dari pasien, meliputi:

1. Ukuran rumah

Page 8: PEMBAHASAN YONISA.docx

Luas tanah : 675 m2

Luas rumah : 450 m2

Berdasarkan luas rumah tersebut, dapat diketahui kepadatan rumah

keluarga Bapak Soetojo yang dihuni 3 orang, adalah 150 m2/jiwa.

Kepadatan rumah ini termasuk ideal.

2. Ruang tamu

Terdapat 1 ruang tamu yang relatif luas.

3. Ruang keluarga

Ada 1 ruang keluarga di bagian tengah rumah.

4. Kamar tidur

Rumah pasien memiliki 8 buah kamar tidur, masing-masing memiliki

jendela yang menghadap ke halaman.

5. Kamar mandi/WC

Kebersihan kamar mandi baik, tidak didapatkan jentik-jentik di bak

mandinya. Jamban yang ada adalah jamban jongkok dan terpisah dengan

kamar mandi namun bersebelahan.

6. Dapur

Terdapat 1 buah dapur di bagian belakang rumah.

7. Dinding rumah

Dinding rumah berupa tembok sesuai warna cat tembok.

8. Ventilasi rumah

Cahaya yang masuk ke dalam rumah dirasakan cukup baik. Setiap ruangan

memiliki jendela masing-masing. Selain itu, di tengah rumah terdapat

taman terbuka, walaupun tidak terlalu besar namun bisa menjadikan rumah

terasa sejuk dan terang.

9. Lantai rumah

Lantai rumah terbuat dari ubin berukuran 20 x 20 cm.

10. Sumur/sumber air

Rumah pasien sudah tidak menggunakan sumur, namun pompa air. Sumur

terdapat di depan kamar mandi dan sudah ditutup rapat sehingga tidak

menjadi sarang nyamuk.

Page 9: PEMBAHASAN YONISA.docx

11. Septi tank

Terdapat 2 septi tank yang terletak di belakang rumah.

12. Tempat pembuangan sampah

Terdapat tempat sampah di dapur dan ditutup. Juga terdapat tempat

sampah di halaman depan rumah.

Denah rumah:

Skala = 1 : 100

17

4 11

3

3,5

7,5

4

3,5 3,5

2

2,5

2,5

2

5

WC

KM

4 2,5

3,5 3,5 3,5

garasi

Teras depan

4

Ruang tamu

KamarTidur

KamarTidur

KamarTidur

KamarTidur

KamarTidur

KamarTidur

KamarTidur

KamarTidur

Ruang makan

Ruang keluarga

Dapur

Page 10: PEMBAHASAN YONISA.docx

3

Keterangan denah:

: Taman

: Sumur

DAFTAR PUSTAKA:

Nafrialdi (2007). Antihipertensi. Dalam: Gunawan, S., Setiabudi., Nafrialdi.,

Elysabeth (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Yogiantoro, M. (2009). Hipertensi esensial. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,

Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II. Jakarta: Interna Publishing.

Prasetyawati, A.E. (2010). Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Surakarta:

Fakultas Kedokteran UNS. (www.fk.uns.ac.id)

Tim Field Lab FK UNS (2013). Ketrampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan

Pasien di Rumah (Home Visit). Edisi Revisi II. Surakarta: Fakultas Kedokteran

FK UNS.