pembahasan suspensi asep

3
PEMBAHASAN suspensi yaitu sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersi sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Fornas,1978). Suatu obat yang dibuat dalam bentuk sediaan suspensi biasanya mengandung zat yang tidak stabil jika dicampurkan dalam air, biasanya berupa antibiotik. Maka untuk tetap menjaga kestabilan zat di dalam obat tersebut agar tetap mencapai efek farmakologis yang diinginkan, dibuatlah sediaan berupa suspensi. Suspensi ini terbagi menjadi 2, yaitu suspensi basah dan suspensi kering. Suspensi basah atau suspensi umum adalah sediaan cair yang mengandung obat padat yang terdispersi sempurna dalam fasa cair atau fasa terdispersinya. Pada pembuatan suspensi basah ini, digunakan paracetamol sebanyak 1,5 gram untuk pembuatan suspensi basah sebanyak 60 ml. Tahap awal pembuatan suspensi ini yaitu CMC-Na sebagai zat pensuspensi ditaburkan ke dalam mortir yang berisi air panas sebanyak 20 kali dari jumlah CMC-Na atau pada praktikum ini sebanyak 12 ml dan biarkan semua CMC-Na terbasahi semua, kemudian digerus hingga homogen atau terbentuk muilago. Zat pensuspensi berfungsi memperlambat pengendapan, mencegah

Upload: zephema

Post on 21-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

suspensi aman

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN

suspensi yaitu sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan

terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam

bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersi

sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Fornas,1978). Suatu obat yang dibuat

dalam bentuk sediaan suspensi biasanya mengandung zat yang tidak stabil jika

dicampurkan dalam air, biasanya berupa antibiotik. Maka untuk tetap menjaga kestabilan

zat di dalam obat tersebut agar tetap mencapai efek farmakologis yang diinginkan,

dibuatlah sediaan berupa suspensi. Suspensi ini terbagi menjadi 2, yaitu suspensi basah

dan suspensi kering.

Suspensi basah atau suspensi umum adalah sediaan cair yang mengandung obat

padat yang terdispersi sempurna dalam fasa cair atau fasa terdispersinya. Pada pembuatan

suspensi basah ini, digunakan paracetamol sebanyak 1,5 gram untuk pembuatan suspensi

basah sebanyak 60 ml. Tahap awal pembuatan suspensi ini yaitu CMC-Na sebagai zat

pensuspensi ditaburkan ke dalam mortir yang berisi air panas sebanyak 20 kali dari

jumlah CMC-Na atau pada praktikum ini sebanyak 12 ml dan biarkan semua CMC-Na

terbasahi semua, kemudian digerus hingga homogen atau terbentuk muilago. Zat

pensuspensi berfungsi memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, serta

mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak dengan cara meningkatkan

kekentalan.

Setelah itu, didalam mortir lain paraetamol digerus dengan gliserin, hal ini

bertujuan untuk membasahi paraetamol, karena gliserin dapat befungsi sebagai

humektan, kemudian dimasukan kedalam mortir yang berisi CMC-Na yang sudah

dikembangkan, digerus sampai homogen, kemudian dimasukan kedalam tabun

sedimentasi tambahkaan aquadest sampai 60 ml. Setelah itu, maka dilakukan pengamatan

pada menit ke 10, 20, 30, 60, 120, 1 hari dan 3 hari. Pengamatan dilakukan dengan cara

organoleptis yaitu rasa, bau, warna, kemudian berat jenis, kecepatan redispersi, dan

mengukur tinggi sedimentasi yang dihasilkan serta mengukur tinggi total cairan tersebut.

Dari kedua data tersebut maka akan dihasilkan volume sedimentasi dari setiap waktu

pengamatan. Dari hasil tersebut maka akan diketahui jenis suspensi flokulasi atau

deflokulasi.

Dari hasil pengamatan yang diperoleh suspensi yang memiliki rasa pahit, hal ini

disebabkan karena zat aktif yang digunakan yaitu paracetamol memiliki rasa pahit, warna

yang tidak berwarna karena tidak ada zat yang berwarna, dan bau yang tidak berbau.

Kemudian didapat berat jenis 1,0172 g/ml, berat jenis untuk melihat kehomogenan suatu

sediaan, kemudian pengamatan volume sedimentasi pada menit ke 10 dan ke 20

memiliki tinggi sedimentasi yang sama yaitu 0 cm dan tinggi kesuluruhan sediaan yaitu

10 cm. Tetapi setelah menit ke 30 tinggi sedimentasi berubah menjadi 0,2, dan pada

menit 60 ,120, dan1 hari memiliki tinggi sedimentasi yang sama yaitu 0,21 dan pada 2

hari atau hari terakhir pengamatan tinggi sedimentasi naik menjadi 0,22 cm dan tinggi

keseluruhan sediaan 10 cm. Hal ini dapat terjadi karena pada pengamatan menit ke 10

dan ke 20 sedimentasi belum mengendap seluruhnya, sedangkan pada menit 60,120, dan

hari 1 stabil dan hanya naik pada hari kedua dengan kenaikan yang sedikit, suspense

relative stabil karena jumlah kenaikan tidak begitu besar. Pada hari ke 2 dilakukan juga

redispersi terhadap sediaan, sediaan suspensi dapat diredipersi dan terdispersi sempurna

setelah pengokocokan tangan selama 10-20 detik, hal ini menunjukkan bahwa sediaan

suspensi tersebut termasuk kedalam golongan suspensi flokulasi kerena mudah

diredispersi kembali dan suspensi tersebut dapat dikatakan baik karena dapat terdispersi

sempurna tidak melebihi waktu maksimum yaitu 30 detik setelah pengocokan tangan.

Tetapi suspensi ini akan lebih baik jika kecepatan sedimentasi dapat di kendalikan

dengan kombinasi ukuran partikel, penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta,

serta penambahan polimer.