pembahasan kasus hadi purnomo etika akuntan

7
PERILAKU ETIKA DALAM PROFESI AKUNTAN ( Kasus Penyalahgunakan Wewenang Yang Dilakukan Oleh Direktorat Jenderal Pajak Atas Permohonan Keberatan Pajak BCA) Oleh : 1. Imaniar (061230501087) 2. Siti Rasikaesti Dewi (061230501099) JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG 2015

Upload: ewik

Post on 15-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

kronologis kasus hadi purnomo BCA

TRANSCRIPT

PERILAKU ETIKA DALAM PROFESI AKUNTAN( Kasus Penyalahgunakan Wewenang Yang Dilakukan Oleh Direktorat Jenderal Pajak Atas Permohonan Keberatan Pajak BCA)

Oleh :1. Imaniar(061230501087)2. Siti Rasikaesti Dewi(061230501099)

JURUSAN AKUNTANSIPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAPALEMBANG 2015

PEMBAHASAN KASUS:Setiap profesi pasti memiliki sebuah etika atau hal-hal yang harus di patuhi. Dengan adanya etika setiap tindakan atau perbuatan yang akan dilakukan harus dipikirkan terlebih dahulu agar dalam bertindak tidak semena-mena. Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi maupun non atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu : kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik ialah pekerjaan audit, akuntansi, pajak, dan konsultasi.Jasa Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi. Jenis Profesi yang ada antara lain Akuntan Publik, Akuntan Manajemen, Akuntan Pendidik, Akuntan Internal, Konsultan SIA / SIM, dan Akuntan Pemerintah. Profesi akuntan bertugas untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi banyak pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik. Hal tersebut menerangkan bahwa betapa pentingnya profesi akuntan dalam dinamika ekonomi global. Profesi akuntan dianggap sebagai suatu urat nadi perekonomian global. Informasi yang dihasilkan akan menjadi landasan utama setiap kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pihak berkepentingan, kehandalan dan kompetensitas menjadi suatu keharusan yang harus dimiliki seorang akuntan.Di Indonesia banyak sekali kasus yang berhubungan dengan Perilaku Etika dalam profesi akuntan. Kasus-kasus seperti korupsi, penyuapan, penggelapan permasalahan laporan keuangan serta mafia pajak yang terjadi belakangan ini tentunya sangatlah bertentangan. Kasus-kasus tersebut yang melibatkan beberapa profesi yang melakukan pelanggaran terhadap perilaku etika dalam pemberian jasa akuntan seperti pejabat administrasi negara, pegawai perpajakan, akuntan publik, dan lain sebagainya. Salah satu pendapatan negara terbesar berasal dari pendapatan pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang harus dikelola dengan baik disamping penerimaan dari sumber lain. Dalam struktur keuangan Negara, tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan Negara. Dalam kasus ini membahas tentang kasus pajak BCA dilakukan oleh Hadi Poernomo yang menyalahgunakan wewenangnya sebagai Direktur Jenderal Pajak pada tahun 2003 sampai 2004. Saat itu, Bank Central Asia (BCA) mengajukan surat keberatan transaksi non-performance loan (NPL) atau kredit macet sebesar Rp 5,7 triliun kepada Direktur PPH Ditjen Pajak pada 17 Juli 2003 dan BCA dibebaskan oleh Hadi Purnomo sebagai Dirjen Pajak. Keputusan Hadi menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil, menjadikan BCA tidak harus membayar pajak dan modus ini merupakan bagian dari kejahatan perbankan yang harus diungkap dan diselesaikan KPK karena merugikan keuangan negara. Hadi selaku Dirjen Pajak ketika itu justru memerintahkan Direktur PPh untuk mengubah kesimpulan. Melalui nota dinas tertanggal 18 Juli 2004. Hadi diduga meminta Direktur PPh untuk mengubah kesimpulannya sehingga keberatan pembayaran pajak yang diajukan PT Bank BCA diterima seluruhnya.Dia meminta Direktur PPh, selaku pejabat penelahaan, mengubah kesimpulan yang semula dinyatakan menolak diubah menjadi menerima seluruh keberatan. Dari sikap tersebut Hadi telah merugikan keuangan negara. Jika Hadi mengikuti rekomendasi Direktorat PPh, BCA seharusnya membayar tambahan setoran pajak ke negara Rp 375 miliar. Tetapi, uang sebanyak itu batal masuk ke negara karena Hadi menerima keberatan BCA. Dalam kasus ini petugas pajak tidak melaksanakan tugasnya tidak secara profesional sesuai dengan prinsip standar teknis karena dirjen pajak mengabulkan permohonan keberatan pajak yang diajukan BCA. Hal ini telah melanggar perilaku etika yang menyalahgunakan kekuasaan menyebabkan kerugian untuk memenuhi kepentingan beberapa pihak. Sebagaimana dijelaskan diatas, dalam menjalankan tugas seorang akuntan haruslah profesional, mengutamakan nilai-nilai kejujuran, integritas, dan objektifitas terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Setiap anggota berkewajiban untuk bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme dengan memiliki integritas tinggi dan bersikap independen dan tidak untuk menerima kecurangan atau peniadaan prinsip etika.

LampiranKronologi Eks Ketua BPK Hadi Poernomo Jadi Tersangka Korupsi\Sumber :http://news.liputan6.com/read/2039939/kronologi-eks-ketua-bpk-hadi-poernomo-jadi-tersangka-korupsi diakses 13/03/2015 pukul 13.20 WIB.Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Direktur Jenderal Pajak Hadi Purnomo sebagai tersangka. Hadi yang kini mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu ditetapkan tersangka pada kasus dugaan korupsi dalam permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan Bank Central Asia (BCA).Ketua KPK Abraham Samad menjelaskan, Hadi dijadikan tersangka terkait posisinya sebagai Dirjen Pajak.Abraham menjelaskan kronologis kasus permohonan pajak BCA yang menimpa mantan Dirjen Pajak itu. Pada 12 Juli 2003, PT BCA TBK mengajukan surat keterangan pajak transaksi non-performance loan Rp 5,7 T kepada Direktorat Pajak Pengasilan (PPh).

"Setelah surat itu diterima PPh, dilakukan kajian lebih dalam untuk bisa ambil 1 kesimpulan dan hasil pendalaman," kata Abraham dalam jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Senin (21/4/2014).

Kurang lebih 1 tahun kemudian, tepatnya pada 13 Maret 2004, Direktur PPh memberikan surat pengantar risalah keberatan ke Direktorat Jenderal Pajak yang berisi hasil telaah pengajuan keberatan pajak BCA itu.

Adapun hasil telaah itu berupa kesimpulan bahwa permohonan wajib pajak BCA ditolak. Sehari sebelum jatuh tempo kepada BCA pada 15 Juli 2004, Hadi selaku Dirjen Pajak memerintahkan kepada Direktur PPh dalam nota dinas untuk mengubah kesimpulan, yakni agar menerima seluruh keberatan wajib pajak BCA.

"Di situlah peran Dirjen Pajak. Surat ketetapan pajak nihil, yang memutuskan menerima seluruh keberatan wajib pajak (BCA). Sehingga tidak ada waktu bagi Direktorat PPh untuk berikan tanggapan yang berbeda," kata dia.

Selaku Dirjen Pajak, tutur Abraham, Hadi mengabaikan adanya fakta materi keberatan wajib pajak yang sama antara BCA dan bank-bank lain.Abraham menjelaskan, ada bank lain yang punya permasalahan sama namun ditolak oleh Dirjen Pajak. Akan tetapi dalam permasalahan BCA, keberatannya diterima. "Di sinilah duduk persoalannya. Oleh karena itu KPK temukan fakta dan bukti yang akurat," ujar Abraham.

Berdasarkan itu, ucap dia, KPK melakukan forum ekspose atau gelar perkara dengan satuan petugas penyelidik. "Dan seluruh pimpinan KPK sepakat menetapkan Hadi selaku Dirjen Pajak 2002-2004 dan kawan-kawannya menjadi tersangka," ujar Abraham.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menambahkan, Hadi sebagai Dirjen Pajak menyalahgunakan wewenangnya dalam menerima keberatan wajib pajak BCA. Padahal berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak dinyatakan setiap keputusan penerimaan atau penolakan keberatan wajib pajak harus diambil dengan teliti dan cermat.

"Dirjen Pajak menerima seluruh keberatan, tapi nggak memberi tenggang waktu. Padahal seluruh keputusan harus diambil dengan teliti dan cermat, itu dari Surat Edaran Dirjen Pajak sendiri," kata dia.

KPK menetapkan mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo sebagai tersangka terkait kasus dugaan korupsi dalam permohonan keberatan wajib pajak yang diajukan Bank Central Asia (BCA). Penetapan tersangka Hadi itu dalam kapasitasnya sebagai Direktur Jenderal Pajak 2002-2004.

Oleh KPK, Hadi disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHPidana.(Shinta Sinaga)