pembahasan cabe jawa

8
PEMBAHASAN Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif dalam pengobatan untuk masyarakat semakin meningkat, sehingga diperlukan penelitian untuk membuktikan khasiat tanaman obat tersebut. Salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan suatu penyakit adalah cabe jawa. Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan simplisia yang banyak digunakan dalam ramuan jamu dan obat tradisional. Bagian yang bermanfaat adalah buahnya yang mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N isobutyldeca-trans-2-trans-4- dienamide, dan sesamin. Minyak atsiri cabe jawa mengandung terpenoid: n-oktanol, linanool, terpinil asetat, sitronelil asetat, piperin, alkaloid, saponin, polifenol, dan resin (kavisin). Minyak atsiri cabe jawa diduga dapat menurunkan kolesterol dengan memberikan umpan balik negatif yang juga dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase.Cabe jawa juga mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi lemak dalam darah dari kerusakan akibat radikal bebas. Dari penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa kecepatan oksidasi kolesterol dan trigliserida akibat radikal bebas pada kelompok yang diberi diet mengandung cabe jawa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberi diet tanpa mengandung cabe jawa. Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi kapsul cabe jawa : R/ Ekstrak Cabe Jawa + Aerosil 8,86 %

Upload: defitritrimardani

Post on 24-Nov-2015

178 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

PEMBAHASAN

Penggunaan tanaman obat sebagai alternatif dalam pengobatan untuk masyarakat semakin meningkat, sehingga diperlukan penelitian untuk membuktikan khasiat tanaman obat tersebut. Salah satu tanaman yang banyak digunakan untuk pengobatan suatu penyakit adalah cabe jawa. Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan simplisia yang banyak digunakan dalam ramuan jamu dan obat tradisional. Bagian yang bermanfaat adalah buahnya yang mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat, undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N isobutyldeca-trans-2-trans-4-dienamide, dan sesamin. Minyak atsiri cabe jawa mengandung terpenoid: n-oktanol, linanool, terpinil asetat, sitronelil asetat, piperin, alkaloid, saponin, polifenol, dan resin (kavisin). Minyak atsiri cabe jawa diduga dapat menurunkan kolesterol dengan memberikan umpan balik negatif yang juga dapat menghambat kerja enzim HMG-KoA reduktase.Cabe jawa juga mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi lemak dalam darah dari kerusakan akibat radikal bebas. Dari penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa kecepatan oksidasi kolesterol dan trigliserida akibat radikal bebas pada kelompok yang diberi diet mengandung cabe jawa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang diberi diet tanpa mengandung cabe jawa.Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi kapsul cabe jawa :R/ Ekstrak Cabe Jawa + Aerosil8,86 %Avicel 20 %Amylum Oryzae Ad 100%Mf Da In Caps 100S Tdd Sediaan yang dibuat adalah kapsul piperin. Adapun alasan dipilihnya sediaan kapsul antara lain : Dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan obat (ekstrak). Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang tidak enak. Dapat meningkatkan keberterimaan (akseptabilitas) pasien terhadap sediaan yang telah diformulasi. Kapsul dapat menutupi bau yang tidak enak dari ekstrak karena bahan baku yang digunakan adalah ekstrak cabe jawa yang memiliki bau khas dan jarang disukai. Dapat melindungi bahan obat dari cahaya matahari langsung maupun kontak dengan udara sekitar. Beberapa ekstrak dari tumbuhan memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap cahaya matahari langsung dan udara, oleh sebab itu penggunaan cangkang kapsul keras yang buram (TiO2) dapat mengantisipasi kontak bahan obat dengan cahaya maupun udara. Mudah dalam penggunaannya Pembuatan relatif mudah, dapat dilakukan secara konvensional. Harga relatif terjangkau (murah)Dalam pembuatan kapsul ekstrak Piper retrofractum (ekstrak cabe jawa), digunakan bahan pelincir avicel agar campuran serbuk kering ekstrak dan bahan pengisi mudah mengalir dalam proses pengisian serbuk ke dalam kapsul sehingga akan diperoleh kapsul dengan bobot yang seragam. Avicel yang digunakan merupakan avicel yang tidak terdispersi di dalam air, dapat digunakan sebagai pengikat, pengisi, penghancur, dan pelincir pada sediaan tablet. Persyaratan avicel sebagai bahan pelincir adalah 5-20% dalam formula. Kelompok kami menggunakan avicel 20% agar campuran serbuk yang dihasilkan mudah mengalir dalam pengisian ke dalam kapsul. Avicel PH 102 berbentuk granul dengan sifat alir yang baik. Selain itu avicel memiliki kadar lembab tinggi, sehingga dapat membuat ikatan yang cukup kuat antara molekul obat dan eksipien.Pada praktikum ini, digunakan aerosil untuk mengeringkan ekstrak kental agar menjadi serbuk kering. Aerosil memiliki ukuran partikel kecil dan luas area permukaan spesifiknya besar sehingga memberikan karakter aliran yang diinginkan yang dieskplorasi untuk memperbaiki aliran serbuk kering pada proses pembuatan tablet. Aerosil higroskopis tetapi mengadsorbsi sejumlah besar air tanpa mencairDalam praktikum ini jumlah kapsul yang dibuat adalah 30 kapsul dimana 20 kapsul digunakan untuk keseragaman bobot dan 3 kapsul untuk uji penetapan kadar, sisanya 7 kapsul untuk dikemas menjadi produk jadi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam formulasi sediaan kapsul adalah pertama-tama pembuatan ekstrak dengan cara maserasi. Ekstrak etanol cabe jawa ini didapatkan melalui maserasi yang merupakan metode penyarian yang cocok untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi dan sering dipakai untuk mengekstraksi bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan zat aktif akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan yang berada di luar dan di dalam sel. Kelemahan penyarian dengan metode maserasi ini pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan penyariannya kurang sempurna. Digunakan cairan penyari etanol dalam proses maserasi ini. Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai relative rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol tidak meyebabkan pembengkakan membrane sel, dapat memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal. Adapun tahapan maserasi yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu ditimbang 500 gram serbuk kering simplisia cabe jawa lalu dimasukkan ke dalam maserator ,ditambahkan etanol 96% sebanyak 5 x bobot serbuk (2500 ml) ,diaduk ,ditutup maserator dan biarkan terendam selama 6 jam, diaduk ,dibiarkan selama 18 jam ,lalu maserat disaring lalu dipekatkan dengan routavapor .Tahap selanjutnya dilakukan pengeringan ekstrak. Caranya adalah ekstrak kental yang diperoleh sebanyak 43 gram dimasukkan ke dalam mortar kemudian diaduk rata sekitar 3-5 menit. Kemudian ditimbang aerosil sebanyak 5% dari bobot ekstrak kental , yaitu sebesar 2,15 gram aerosil. Kemudian ekstrak ditambahkan aerosil sedikit demi sedikit sambil diaduk rata ad kering. Setelah diperoleh ekstrak kering, kemudian ditimbang dan diperoleh bobot ekstrak setelah ditambahkan aerosil sebesar 46 gram.Selanjutnya dilakukan penetapan kadar senyawa aktif ekstrak. Caranya adalah pertama-tama dilakukan pembuatan larutan pembanding piperin dengan cara ditimbang standar piperin 25 mg, dilarutkan etanol, disaring, dimasukkan labu ukur 25 ml, ditambahkan etanol ad tanda maka diperoleh larutan baku induk 1000 ppm. Selanjutnya dibuat larutan baku kerja 100,200,400, dan 800 ppm dengan cara pengenceran dari larutan baku induk 1000 ppm. Kemudian dilakukan pembuatan larutan baku uji dengan cara menimbang 250 mg ekstrak,lalu mengaduk rata dalam 15 ml etanol di tabung reaksi dengan vortex mixer, lalu disaring ke dalam labu ukur 25 ml. Lalu dibilas kertas saring dengan etanol secukupnya ad tanda.Selanjutnya dilakukan penetapan kadar piperin menggunakan KLT densitometry. Caranya adalah masing-masing larutan standar dan larutan sampel ditotolkan sebanyak 6 mikroliter pada lempeng KLT (replikasi 3x). Kemudian lempeng dimasukkan ke dalam chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan menggunakan eluen . Lalu dilakukan eluasi lempeng selama beberapa menit. Kemudian lempeng dikeluarkan dari chamber dan diangin-anginkan, lalu noda atau bercak dianalisis menggunakan densitometer pada panjang gelombang maksimum. Selanjutnya dibuat persamaan regresi linier anatara konsentrasi vs area. Dihitung kadar piperin (mg piperin/g ekstrak) dan koefisien variasi (KV). Adapun kondisi analisis menggunakan KLT densitometry ini adalah : Fase diam: Silica gel 60 F254 Fase gerak: Diklorometana : Etil asetat (30 :10) Panjang gelombang: 254 nm Warna noda: Gelap (meredam sinar UV) Rf piperin: 0,70Hasil KLT selanjutnya di scan dengan densitometri untuk melihat pola kromatogram. Scanning dilakukan dari awal penotolan sampai akhir eluasi pada panjang gelombang 254 nm. Scanning dilakukan pada panjang gelombang 254nm karena pada panjang gelombang tersebut pola kromatogram dari piperin dapat teramati secara maksimal. Panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang maksimum untuk mengamati luas area baku dan sampel.Dimana dengan digunakan panjang gelombang maksimum maka kepekaan yang dihasilkan juga akan maksimum. Selanjutnya setelah dianalisis dengan densitometer, diperoleh data luas area dan konsentrasi. Karena konsentrasi sampel yang dihasilkan berupa rentang (lebih dari dan kurang dari ) maka untuk menentukan konsentrasi masing-masing sampel secara kuantitatif, dilakukan dengan cara memasukkan luas area ke dalam persamaan kurva baku sehingga akan diperoleh konsentrasi masing-masing sampel . Berdasarkan table hasil pengamatan dan perhitungan , diperoleh kosentrasi sampel piperin sebesar 23,513 mg dalam 250 mg sehingga kadar piperin dalam ekstrak kental 86 gram adalah sebesar 9,405 %. KLT densitometry dapat digunakan untuk identifikasi senyawa yaitu dengan cara membandingkan nilai Rf antara sampel dengan standart. Adapun nilai Rf antara standart dengan sampel pada praktikum ini adalah :Rf standart 1=0,19Sampel replikasi 1=0,31Rf standart 2=0,22Sampel replikasi 2=0,33Rf standart 3=0,25Rf standart 4=0,28Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi campuran senyawa dalam sampel. Dari hasil data tersebut di atas,terdapat perbedaan Rf yang jauh antara standart dengan sampel. Hal ini dapat disebabkan karena terdapat beberapa piperin yang terdegradasi akibat proses manufacturing seperti pemanasan, pencampuran dengan bahan lain yang dapat menyebabkan piperin terdegradasi, sehingga menghasilkan nilai Rf sampel yang jauh dari standart.Selanjutnya dilakukan formulasi kapsul dengan cara menimbang 1,595 gram serbuk ekstrak kering, 3,600 g avicel, dan 12,805 gram pati beras. Selanjutnya bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam mortar dan diaduk ad homogen. Lalu dipilih cangkang kapsul dengan kapasitas yang mendekati bahan obat. Kelompok kami memilih cangkang kapsul 0. Kemudian campuran serbuk dimasukkan kedalam cangkang kapsul yang telah dibersihkan sebelumnya hingga terpadatkan dengan baik dan seragam. Lalu memasukkan kapsul ke dalam wadah dan diberi etiket. Sejumlah 7 kapsul dimasukkan kedalam wadah sebagai sediaan yang dikumpulkan, 20 kapsul untuk uji keseragaman bobot dan sisa 3 kapsul untuk uji penetapan kadar. Setelah jadi kapsul ekstrakcabe jawa, langkah selanjutnya yaitu evaluasi sediaan.