pemasaran syariah isi

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik perhatian yang sangat bessar baik dari perusahaan, lembaga maupun antar bangsa. Bergesernya sifat baik dari perusahaan, lembaga maupun antar bangsa. Berbagai organisasi dalam melaksanakan pemasaran seperti lembaga-lembaga pemerintah, organisasi keagamaan dan lain-lain memandang pemasaran sebagai suatu cara baru untuk berhubungan dengan masyarakat umum. Pada awal sejarah bahwa pemasaran dilakukan dengan casra pertukaran barang (Barter) dan terus berkembang menjadi perekonomin dengan menggunakan uang sampai dengan pemasaran yang modern. Jika kita bandingkan masyarakat yang masih sederhana dan yang sudah maju akan tampak bahwa ada perbedaan di antara keduanya, terutama dalam sifat dan kemajuan perekonomian. Pada masyarakat yang masih sederhana orang berusaha memproduksi apa yang menjadi kebutuhannya dan keluarganya. Belum ada produksi untuk tujuan memuaskan kebutuhan orang lain. Pada suatu kenyataan, utamanya factor alam, terdapat suatu jenis barang dalam jumlah besar pada suatu tempat, sedangkan di tempat lain hamper tidak didapat. Keadaan seperti ini menghendaki kecakapan orang tertentu di tempat tertentu pula. Misalnya ikan di tepi pantai relative banyak, sedangkan buah-buahan di pegunungan relatif banyak. Untuk 1

Upload: iemah-fatima-abdul-aziz

Post on 01-Feb-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekonomi

TRANSCRIPT

Page 1: Pemasaran Syariah Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada pihak yang

meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik perhatian yang sangat bessar

baik dari perusahaan, lembaga maupun antar bangsa. Bergesernya sifat baik dari

perusahaan, lembaga maupun antar bangsa. Berbagai organisasi dalam melaksanakan

pemasaran seperti lembaga-lembaga pemerintah, organisasi keagamaan dan lain-lain

memandang pemasaran sebagai suatu cara baru untuk berhubungan dengan masyarakat

umum. Pada awal sejarah bahwa pemasaran dilakukan dengan casra pertukaran barang

(Barter) dan terus berkembang menjadi perekonomin dengan menggunakan uang sampai

dengan pemasaran yang modern.

Jika kita bandingkan masyarakat yang masih sederhana dan yang sudah maju akan

tampak bahwa ada perbedaan di antara keduanya, terutama dalam sifat dan kemajuan

perekonomian. Pada masyarakat yang masih sederhana orang berusaha memproduksi apa

yang menjadi kebutuhannya dan keluarganya. Belum ada produksi untuk tujuan

memuaskan kebutuhan orang lain.

Pada suatu kenyataan, utamanya factor alam, terdapat suatu jenis barang dalam

jumlah besar pada suatu tempat, sedangkan di tempat lain hamper tidak didapat. Keadaan

seperti ini menghendaki kecakapan orang tertentu di tempat tertentu pula. Misalnya ikan

di tepi pantai relative banyak, sedangkan buah-buahan di  pegunungan relatif  banyak.

Untuk itu perlu adanya kecakapan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing,

diperlukan pemasaran di situ terlihat antara produsen dan konsumen dengan tempat yang

saling berjauhan dan produk yang berbeda pada tempat yang berbeda pula. Pemasaran

khusunya jual beli di lakukan dengan barter sudah sukar dilakukan.

Dengan demikian akan digunakan uang sebagai alat tukar atau sebagai alat

perantara. Orang yang melakukan kegiatan menyampaikan barang dan jasa itu telah

melakukan kegiatan pemasaran. Pada umumnya pemasaran dianggap sebagi tempat bagi

para penggeruk keuntungan, orang penuh muslihat, penjaja barang yang menggoda

keinginan orang. Oleh sebab itu banyak konsumen yang ditelan oleh orang-orang jahat,

tapi apabila kita menerapkan sistem-sistem islam di pemasaran itu maka hal-hal seperti

itu tidak akan terjadi. Pada dasarnya, bagi umat islam Nabi Muhammad SAW telah

mengajarkan kepada kita bagaiman sistem pemasaran islami. Akan tetapi, karena di

1

Page 2: Pemasaran Syariah Isi

masyarakat sudah berakar sistem pemasaran konvensional maka sistem pemasaran islam

kurang dikenal. Hal ini juga menjadi pelajaran untuk kita agar dapat mengenalkan

kembali dan menjadikan sistem pemasaran berkembang di kalangan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksut dengan pemasaran syariah?

1.2.2 Bagaimana dasar hukum pemasaran syariah?

1.2.3 Apa saja bauran pemasaran dalam perspektif syariah?

1.2.4 Bagaiamana menjadi marketer syariah?

1.2.5 Apa saja strategi pemasaran syariah?

2

Page 3: Pemasaran Syariah Isi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemasaran Syariah

Peter F Drucker seperti dikutip M. Syakir Sula menyebutkan bahwa pemasaran

bukanlah sekadar perluasan dari penjualan. Pemasaran sama sekali bukan aktifitas

khusus. Pemasaran meliputi keseluruhan bisnis. Pemasaran adalah keseluruhan bisnis

yang dilihat dari sudut pandang hasil akhir yang dicapai, yakni sudut pandang customer.

Drucker juga mengungkapkan bahwa pemasaran adalah fungsi yang berbeda dan

merupakan fungsi yang unik dari suatu bisnis. Kemudian Drucker juga menyebutkan

bahwa dalam setiap bisnis, hanya pemasaran dan inovasi yang menghasilkan pendapatan,

yang lain menciptakan biaya. "only marketing and innovation generate revenue, the rest

creates cost."

Dengan landasan pengertian pemasaran yang dipaparkan di atas, M. Syakir Sula

mendefinisikan pemasaran syari'ah sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang

mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator

kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan

prinsip-prinsip muamalah dalam Islam (Marketing syari'ah is a strategic business

discipline that directs the process of creating, offering, and changing value from one

initiator to its stakeholders, and the whole process should be in according with muamalah

principle in Islam).

2.2 Dasar Hukum Pemasaran Syariah

Pemasaran dalam fiqih Islam disebut wakalah, dalam bahasa indonesia berarti

perwakilan. Wakalah atau wikalah dapat pula berarti penyerahan, pendelegasian, atau

pemberian mandat. Secara istilah menurut Abdurrahman Al Jaziri dalam kitab Fiqh 'Ala

al-Madzahib al- ar ba'ah, adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya kepada orang

lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya yang tindakan itu tidak

dikaitkan dengan tindakan setelah mati. Sedangkan sayyid Sabiq dalam Fiqhu Al-Sunnah

menyebutkan bahwa wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang

lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

Adapun menurut Wahbah Zuhaili dalam AI-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu, wakalah

adalah seseorang mempercayakan orang lain menjadi ganti dirinya untuk bertasharuf

pada bidang-bidang tertentu yang boleh diwakilkan. Dari sisi bahasa menurut Wahbah

Zuhaili, wakil mengandung dua makna, yakni 'penjagaan' dan 'penyerahan.'

3

Page 4: Pemasaran Syariah Isi

Wakil menurut ahli fiqih mempunyai dua makna, yakni makna yang mengikut dan

makna asal. Golongan Hanafi memberi definisi wakil sebagai seseorang meletakkan

orang lain di tempatnya untuk menguruskan sesuatu yang harus diketahui atau

menyerahkan kuasa mengurus dan menjaga kepada wakil. Golongan Maliki, Syafi'i, dan

Hanbali memberi definisi wakil sebagai penyerahan seseorang kepada orang lain sesuatu

yang bisa dia lakukan yang terdiri dari perkara-perkara yang boleh diwakilkan kepada

orang lain, supaya orang tersebut melakukannya dalam masa hidupnya. Termasuk di sini

mewakili dalam tindakan atau mengurus sebagai pengacara ke mahkamah, wakil dalam

penjualan, wakil dalam pembelian, mewakili dalam perkawinan, cerai, sewa, gadai, dan

sebagainya.

Dalam konteks ini, wakalah yang dibahas adalah yang berkaitan dengan

pelimpahan wewenang dari seseorang kepada orang dalam mengurusi pemasaran dalam

suatu perusahan yang meliputi strategi pemasaran, taktik pemasaran, dan peningkatan

value pemasaran.

Landasan hukum kegiatan pemasaran (wakalah) agar sesuai dengan syariah, maka

harus berdasarkan pada alqur’an, Hadis Nabi, ijma dan kaidah fiqih muamalah. Dengan

penjelasan sebagai berikut :

a. Landasan hukum dari Al-Qur'an

Maka, kirimlah seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari

keluarga wanita (Q.S. an-Nisa [4]:35)

...Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang

dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya... (Q.S. Al-Baqarah [2]:283)

Dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

janganlah tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran (Q.S.

Al-Maidah [5]:2)

b. Landasan Hukum dari Hadis Nabi:

"Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW untuk menagih hutang kepada

beliau dengan cara kasar, sehingga para sahabat berniat untuk “menanganinya”.

Beliau bersabda, “Biarkan dia, sebab pemilik hak berhak untuk berbicara.

Berikanlah (bayarkanlah) kepada orang ini unta umur setahun seperti untanya

(yang diutang itu).” Merka menjawab, “kami tidak mendapatkannya kecuali

yang lebih tua.” Rasulullah kemudian bersabda, “berikanlah kepadanya,

Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kalian adalah orang yang paling

baik dalam membayar.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah)

4

Page 5: Pemasaran Syariah Isi

c. Landasan Ijma

Wakalah dipandang sebagai sunnah, karena hal itu termasuk jenis ta’awun

(tolong menolong) atas dasar kebaikan dan taqwa, yang diperintahkan oleh Al-

Qur'an dan hadis.

d. Landasan Fiqih

Kaidah ushul menyebut “al-ashlu fi al mu'amalati al ibahah illa an yadulla

daliilun 'ala tahriimiha” yang berarti, “pada dasarnya, bentuk muamalah boleh

dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

2.2.1 Rukun wakalah

Rukun wakalah adalah sebagai berikut:

1. Ijab dan qabul

2. Muwakkil (yang mewakilkan). Adapun syarat muwakkil adalah:

a. Harus seorang pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang ia

wakilkan.

b. Orang mukalaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam

hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah,

menerima sedekah dan sebagainya.

3. Wakil (yang mewakili). Syarat-syarat wakil adalah:

a. Cakap hukum

b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya

c. wakil adalah orang yang diberi amanat

4. Hal-hal yang diwakilkan. Syarat-syaratnya adalah:

a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili

b. Tidak bertentangan dengan syari'ah Islam

c. Dapat diwkilkan menurut syari'ah Islam

2.2.2 Batalnya wakalah

Helmi Karim dalam buku Fiqih Muamalat, menyebut batalnya wakalah karena

beberapa hal:

1. Salah satu yang akad wafat atau gila.

2. Apabila maksud yang terkandung dalam akad wakalah itu sudah selesai

pelaksanaannya atau dihentikan maksud dari pekerjaan tersebut.

3. Diputusnya akad wakalah.

4. Hilangnya kekuasaan atau hak pemberi kuasa atas sesuatu objek yang

dikuasakan.

5

Page 6: Pemasaran Syariah Isi

2.3 Marketing Mix (Bauran Pemasaran) Perspektif Syariah

Dalam dunia pemasaran selalu terkait dengan yang dinamakan Marketing mix

(Bauran Pemasaran). Marketing mix adalah deskripsi dari suatu kumpulan alat- alat yang

dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi penjualan . Ada beberapa tahapan

formula Marketing mix ini. Hermawan mengawalinya dengan 4A (Assortment,

Affordable, Available, Announcement). Kemudian 4B (Best, Bargaining, Buffer-

stocking, Bombarding), selanjutnya 4P (Product, Price, Place, Promotion), 4V (Variety,

Value, Venue, Voice), dan 4C (Customer solution, Cost, Convenience, Comunication).

Kesempurnaan menjalankan tahap demi tahap marketing mix itu akan

mengantarkan pada kesuksesan pemasaran. Namun, pada bahasan ini akan difokuskan

pada telaah 4P sebagai marketing mix klasik dan paling mendasar dalam pemasaran.

1) Product (produksi)

Dalam perspektif syariah, produksi merupakan sesuatu yang penting. Al-Qur'an

menggunakan konsep produksi barang dalam arti yang sangat luas. Tekanan Al-Qur'an

diarahkan pada manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang

harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu

harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi

barang-barang mewah secara bertebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia.

Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an untuk tidak memperbolehkan produksi dalam

keadaan apapun (Afzalur Rahman, 1995).

Di samping itu, Islam mengajarkan untuk memperhatikan kualitas dan keberadaan

produk tersebut. Islam melarang jual beli suatu produk yang belum jelas (gharar) bagi

pembeli. Pasalnya, di sini berpotensi terjadinya penipuan dan ketidakadilan terhadap

salah satu pihak. Oleh karena itu, Rasulullah mengharamkan jual beli barang yang

tidak jelas produknya. Sabda Nabi,

"Rasulullah melarang jual beli gharar (yang tidak jelas produknya)." (HR Muslim dari

Abu Hurairah)

Selain keberadaan suatu produk, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan

kualitas produk. Barang yang dijual harus terang tan jelas kualitasnya, sehingga

pembeli dapat dengan mudah memberi penilaian. Tidak boleh menipu kualitas dengan

jalan memperlihatkan yang baik bagian luarnya, dan menyembunyikan yang jelek

pada bagian dalam.

Disebutkan dalam sebuah Hadis dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w melewati

setumpukan barang makanan, maka Beliau memasukkan tangannya (kedalam

onggokan makanan) dan tangan Beliau menyentuh yang basah. Maka, beliau bersabda

6

Page 7: Pemasaran Syariah Isi

"apa ini?” pedagang itu menjawab, "basah karena hujan ya Rasulallah”! bersabda

Rasulullah, "kenapa engkau tidak tempatkan yang basah diluar (diatas), supaya

pembeli dapat melihatnya? Barangsiapa menipu, bukanlah umatku." ( HR Muslim).

Berdasarkan hadis ini, bisa disimpulkan bahwa produk dalam syariah (fiqih

muamalah) harus memenuhi standarisasi mutu dan keberadaan barang. Fiqih

muamalah tegas mengharamkan praktek jual beli yang menipu dengan ketidakjelasan

mutu dan keberadaan barang.

2) Price (harga)

Dalam pricing (penentuan harga) klasik, selalu digunakan pendekatan penawaran dan

permintaan (supply and demand). Namun, saat ini banyak terjadi penyimpangan yang

berakibat pada penentuan harga secara berlebihan.

Dalam konsep Islam, penentuan harga ditentukan oleh mekanisme pasar, yakni

bergantung pada kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran. Dan pertemuan antara

permintaan dan penawaran itu harus berlangsung secara sukarela ('an taradhiin). Ini

bermakna tidak ada yang menganiaya dan dizalimi.

Sebelum terjadi transaksi, idealnya penjual dan pembeli berada pada posisi yang sama,

baik menyangkut pengetahuan tentang barang tersebut maupun tentang harga yang

berlaku di pasar. Sehingga ketika terjadi ideal penjual maupun pembeli betul-betul rela

dan tidak ada yang teraniaya.

Monopoli sering dituding sebagai biang kerok tercederainya kondisi ideal tersebut.

Padahal jika ditelusuri lebih lanjut konsep jual beli pada Islam maupun makna

sebenarnya monopoli, monopoli bukanlah praktik yang terlarang. Dalam Islam,

monopoli, duopoli, atau oligopoli dalam arti hanya ada satu penjual, dua penjual, dan

beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya, selama merka tidak mengambil

keuntungan di atas keuntungan normal (Adiwarman Karim, 2003). Praktik yang

dilarang dalam Islam adalah ikhtikar, yakni mengambil keuntungan di atas keuntungan

normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau

istilah ekonominya monopoly's rent-seeking. Sabda Nabi,

"Tidaklah orang melakukan ikhtikar itu kecuali ia berdosa" (HR Muslim, Ahmad, dan

Abu Dawud).

Dalam praktik fiqih muamalah, pricing mengambil posisi tengah, tidak berlebih-

lebihan, tidak pula merendah-rendahkan. Ini berarti bahwa dalam praktik fiqih

muamalah, pricing mestinya harus proporsional. Allah berfirman, "Dan orang-orang

yang saleh apabila membelanjakan hartanya, merka tidak berlebih-lebihan, tidak pula

7

Page 8: Pemasaran Syariah Isi

kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian" (QS Al-

Furqaan [25]: 67).

Dan Muhammad pun telah memberikan contoh ketika berdagang sebelum diangkat

menjadi rasul. Saat menentukan harga, Muhammad hanya menyebut bahwa beliau

membeli barang ini di Makkah 'sekian' dan perjalanan dari Makkah sampai Syam

memerlukan waktu 'sekian hari. ' Kemudian Muhammad memberi kebebasan bagi

pembeli untuk memberi harga yang pantas terhadap barang yang dijualnya. Kejujuran

dan transparansi yang dipraktikkan Muhammad ini ternyata membuahkan keuntungan

yang luar biasa.

Intervensi harga

Dalam rangka melindungi hak pembeli dan penjual, Islam memtbolehkan intervensi

harga yang dilakukan oleh pemerintah jika kenaikan harga disebabkan adanya distorsi

terhadap genuine demand dan genuine supply. Umar bin khattab pernah melakukan

intrvensi pasar dan menemukan Habib bin Abi Balta' menjual anggur kering pada

harga di bawah pasar. Naikkan hargamu atau tinggalkan pasar kami (Abdullah Alwi

Hasan, 1986).

Intervensi pasar ini boleh dilakukan dengan alasan s ebagai berikut:

Pertama, price intervention menyangkut kepentingan masyarakat yaitu melindungi

penjual dalam hal profit margin sekaligus melindungi dalam hal purchasing power.

Kedua, apabila tidak dilakukan price intervention maka penjual dapat menaikkan

harga dengan cara ikhtikar atau ghaban faahisy. Dalam hal ini penjual menzalimi si

pembeli.

Ketiga, pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas, sedangkan penjual

mewakili kelompok masyarakat yang lebih kecil. Sehingga price intervention berarti

pula melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas (Ibnu Qudamah at Maqdisi,

1374).

3) Place (tempat).

Penempatan barang adalah faktor vital dalam dunia usaha. Berkaitan erat dengan

posisi ini adalah sarana transportasi dan pengangkutan. Nabi dengan tegas melarang

pemotongan distribusi dengan maksud untuk menaikkan harga. Nabi bersabda,

"jangan membeli barang dari kafilah yang belum tiba di pasar dan jangan membeli

barang yang belum ada" (Muttafaq ‘Alaihi)

Ini bisa dimaknai bahwa jangan pernah membeli dari penjual yang belum mengetahui

harga pasar. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi penjual dari penipuan mengenai

harga yang sebenarnya.

8

Page 9: Pemasaran Syariah Isi

4) Promotion (promosi).

Saat ini, masyarakat sering disebut sebagai no need society. Masyarakat yang tak

membutuhkan apa-apa. Disebut demikian karena segala kebutuhan masyarakat telah

disediakan pasar. Akibatnya, produsen pun berlomba-lomba untuk merebut konsumen.

Dalam situasi seperti ini, merupakan hal wajar jika promosi menjadi fokus semua

produsen. Sayangnya, beragam promosi yang dilakukan acapkali dibungkus dengan

kedok penipuan dan kebohongan. Kualitas barang tidak sesuai dengan yang

dipromosikan adalah sesuatu yang jamak ditemukan. Demikian pula, dalam

menyajikan promosi lewat berbagai media seringkali dekat-dekat dengan pornografi.

Promosi dengan cara seperti ini dengan tegas dilarang oleh Islam.

Pada prinsipnya, dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan. Hanya

saja dalam berpromosi tersebut mengedepankan faktor kejujuran dan menjauhi

penipuan. Di samping itu, metode yang diapakai dalam promosi tidak bertentangan

dengan syariah Islam.

Oleh karena itu, dengan landasan kejujuran dan sesuai syariah Islam ada baiknya

kelemahan promosi dan teknik berpromosi yang dilontarkan Alex Schulz diperhatikan.

Dalam buku The Marketing Game, Alex Schulz menyebut beberapa kelemahan

berpromosi. Pertama, been there, done that. Sebuah kondisi yang merasa puas dengan

sistem promosi tahun lalu. Kemudian sistem itu terus dipertahankan.

Kedua, penyakit mengantuk. Ini terjadi karena lemahnya promosi yang dilakukan atau

menjadi sangat membosankan bagi konsumen sehingga konsumen pun mengantuk

lantas tertidur. Pemberian kupon adalah salah satu yang menyebabkan hal itu.

Ketiga, barang kecil dan tak bermutu (trinkets and trashitis). Penyakit yang sering

ditemui dalam promosi adalah pemberian barang kecil dan tak bermutu. Konsumen

masih dianggap sebagai anak kecil yang membutuhkan barang-barang pemberian.

Memang, biaya promosi tidaklah besar. Tetapi bisa dipastikan, kerugian akan terjadi

dengan metode promosi seperti ini.

Keempat, memberikan kemudahan (oddsitis). Penyakit ini bisa ditunjukkan pada

minuman botol yang menyediakan hadiah yang cukup menarik dan tertulis dalam

setiap tutup botol bahwa kemungkinan menang adalah 1 dibanding 10 atau 1 banding

5. Secara psikologis akan memunculkan harapan menang yang luar biasa besar. Dan

jika berkali-kali seseorang tidak menang, maka bersiaplah sebuah perusahaan

ditinggalkan kustomernya.

Robert Lauternorn mengusulkan para penjual untuk bekerja dengan 4C terlebih

dahulu, yakni customer value, customer cost, convenience, dan communication. Pada

9

Page 10: Pemasaran Syariah Isi

sisi customer value, perusahaan harus memperhatikan nilai kustomernya bukan

produk. Di lingkup customer cost, sebuah perusahaan harus -hatikan biaya customer

bukan hanya harga semata. Dan pada convenience, sebuah perusahaan harus

menimbang kenyamanan bagi kustomer bukan hanya persoalan tempat dagang

perusahaan. Terakhir, communication, sebuah perusahaan mestinya mengedepankan

komunikasi dengan kustomer terlebih dahulu sebelum gencar melakukan promosi.

Hermawan Kertajaya pun, seperti telah diungkap dimuka telah menelorkan tahapan-

tahapan marketing mix yang mesti dilakukan. Namun di atas segalanya dan diakui

atau tidak, 4P ini adalah marketing mix yang paling mendasar yang harus dipahami.

2.4 Marketer Syariah

Sudah jamak diketahui bahwa perdagangan adalah induk keberuntungan.

Perdagangan berkedudukan lebih tinggi dibanding industri, pertanian, dan jasa. Fakta

sejarah telah memberi bukti bahwa perniagaan telah mengantarkan banyak orang kaya

raya dan berbagai bangsa menguasai beberapa belahan dunia. Oleh karena itulah, Nabi

pernah bersabda, "berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian dari kehidupan,

sembilan di antaranya dihasilkan dari berdagang," sejarah kehidupan Nabi tak bisa

dilepaskan dari perniagaan, Muhammad sebelum kenabian dikenal telah melanglang

buana ke berbagai tempat perniagaan di jazirah arab. Keuntungan yang berlipat ganda

sebagai agen dagang khadijah menunjukkan bahwa Muhammad adalah seorang pedagang

ulung, walaupun Muhammad tidaklah diutus sebagai pedagang. Nabi mengatakan, "aku

tidaklah diberi wahyu untuk menumpuk kekayaan atau untuk menjadi salah seorang dari

para pedagang.”

Bukan hanya Nabi, para sahabat besar pun sangat akrab dengan aktifitas

perdagangan. Abu Bakar pernah memiliki usaha dagang pakaian. Umar ibn Khatthab

pernah berdagang jagung. Dan Usman pernah memiliki usaha dagang pakaian.

Pendeknya, perniagaan dalam Islam adalah sangat dianjurkan dalam kerangka menggapai

rezeki dan rahmat Allah Swt (Afzalur Rahman, 1997).

Dalam menggapai rezeki itu, ajaran Islam mendorong umatnya untuk berperilaku

dengan akhlak yang islami. Tentu, dalam berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali dunia

perniagaan dan lebih sempit lagi pada ranah marketing atau pemasaran.

2.4.1 Profil ideal

Dalam perspektif ekonomi Islam, ada beberapa modal dasar yang harus

dimiliki seorang marketer. Modal dasar itu adalah sebagai berikut. Pertama,

bertanggung jawab. Bertanggung jawab di sini dimaknai bukan hanya kepada

10

Page 11: Pemasaran Syariah Isi

sesama makhluk, bahkan lebih dari itu diartikan sebagai bertanggung jawab kepada

Allah Swt. Kesadaran terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya kepada Allah

Swt dan sesama makhluk menjadikan seorang marketer sebagai pribadi yang

berguna, taat kepada Allah Swt dan pekerja yang bertanggung jawab dalam

masyarakat. Allah Swt berfirman,... Kemudian, kamu pasti akan ditanyai pada hari

itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia)... (QS Al-Kautsar

[108]: 8)

Kedua, mandiri. Kemandirian adalah ajaran utama dalam Islam. Islam

melarang dengan tegas menggantungkan nasib pada orang lain. Firman Allah,

sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaaan suatu kaum, sehingga kaum itu

mengubah keadaannya sendiri (QS Al – Ra'd [13]: 11).

Ketiga, kreatif. Tembok tebal persaingan bisnis seringkali menjadi

penghalang seseorang menuju kesuksesan. Dan kreatifitas adalah salah satu senjata

untuk menembusnya. Pribadi yang kreatif seolah tiada kehabisan akal dalam

mengarungi kehidupan ini. Gagal dalam salah satu usaha, seorang yang kreatif akan

menempuh cara lain dan dengan bentuk lain. Allah swt telah memerintahkan untuk

menyebar ke seluruh dunia guna mencapai rahmat dan rezeki-Nya dengan

bermacam kreatifitasnya. Allah berfirman,... maka menyebarlah kamu sekalian di

muka bumi dan carilah keutamaan Allah... (QS AL-Jumu'ah [62]: 10).

Keempat, bisa belajar dari pengalaman. Wal tandzur nafsun maa qadamat

lighod (QS Al-Hasyr [59]: 18), demikian firman Allah swt. pun sering terdengar

istilah pengalaman adalah guru yang terbaik. Memang, bagi seorang marketer

pengalaman adalah sangat penting dalam mencapai kesuksesan. Kegagalan dan

kesuksesan harus dilihat sebagai media pembelajaran.

Kelima, selalu optimis dan tidak mudah putus asa. Islam mengajarkan pada

umatnya untuk tidak pernah putus asa. Pribadi yang optimis adalah harapan Islam.

Optimisme ini akan menghadirkan kesungguhan tekad dalam berusaha. Pun sebagai

pendorong seseorang saat menemui kegagalan. Allah berfirman, Dan jangan kamu

berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah

selain orang-orang kafir. (QS Yusuf [12]: 87)

Keenam, jujur dan dapat dipercaya. Kejujuran dan integritas seseorang

seringkali menjadi penentu gagal dan suksesnya seseorang. Menemui kebahagiaan

Ketujuh, sabar dan tidak panik ketika mengalami kegagalan. Sifat ini bisa

dimunculkan dengan percaya kepada Allah Swt dan yakin bahwa Allah adalah

Pengasih dan Penyayang.

11

Page 12: Pemasaran Syariah Isi

2.4.2 Hal-Hal yang Harus Dilakukan

Pertama, tidak boleh mempraktikkan kebohongan dan penipuan mengenai

barang-barang yang dijual. Nabi Muhammad s. a. w bersabda, "Barang siapa yang

melakukan penipuan, maka dia bukan dari golongan kami" (HR Ibn Hibban dan

Abu Na'im).

Kedua, harus tegas dalam timbangan dan takaran. Mengenai hal ini Allah

SWT. berfirman, Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Orangorang

yang apabila menerima takaran dari orang lain, merka minta dipenuhi; dan apabila

merka menakar atau menimbang untuk orang lain, merka mengurangi. Tidaklah

orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya merka akan dibangkitkan, pada suatu

hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta

alam. (QS Al-Muthaffifiin [83]: 1-6)

Ketiga, rendah hati dan bertutur kata sopan. Rendah hati dan sopan sangat

dianjurkan dalam Islam. Islam sangat mengutuk perilkau sombong dan takabur. Al

Qur'an pun dengan jelas mengajarkan untuk senantiasa rendah hati dan bertutur

kata yang manis. Allah berfirman, Janganlah kamu memalingkan mukamu dari

manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan

angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri. Sederhanakanlah kamu dalam berjalan, dan lunakkanlah

suaramu. Sungguh seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (QS Luqman [31]:18-

19)

Keempat, adil terhadap semua pelanggan. Sebagai agama rahmatan lil

alamin, Islam menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, Tak terkecuali pada sisi

ekonomi. Lawan adil adalah zalim, berbuat sewenang-wenang. Perbuatan yang

zalim sangat dibenci oleh Allah Swt. Ini karena alqur'an telah menjadikan tujuan

semua risalah langit adalah untuk melaksanakan keadilan. Firman Allah SWT,

Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang zalim. Q.S. Hud [11]: 19)

Kelima, memberi service yang memuaskan pelanggan. Pelanggan adalah

‘raja' dalam dunia perdagangan. Menjadi marketer, suka dan tidak suka harus

memberi pelayanan yang memuaskan bagi para pelanggan. Melekat dalam sikap

melayani ini adalah sikap yang sopan, santun, dan murah hati. Orang yang beriman

diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, dan bersahabat saat melakukan

prospecting dengan mitra bisnisnya. Firman Allah: Dan berbuat baiklah kepada ibu

bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah

kata-kata yang baik kepada manusia. " (Q.S. Al-Baqarah [2]: 83)

12

Page 13: Pemasaran Syariah Isi

Keenam, berkompetisi dengan sportif. Kompetisi atau persaingan adalah

sebuah keniscayaan dalam kehidupan. Dengan adanya kompetisi dan persaingan,

maka dinamika kehidupan akan terwujud. Dinamisnya kehidupan akan membawa

kemajuan yang sangat berarti. Alqur’an sendiri telah memerintahkan untuk

senantiasa berlomba-lomba atau bersaing dalam hal kebajikan. Tentu persaingan

yang fair, sehat dan tanpa kecurangan. Firman Allah SWT : Dan bagi tiap-tiap umat

ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah

kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan

mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). sesungguhnya Allah Mahakuasa

atas segala sesuatu. (Q.S. Al baqarah [2]:149).

Ketujuh, mengutamakan tolong menolong. Persatuan umat yang dilandasi

sikap saling mengasihi dan tolong menolong antar sesama adalah anjuran Islam.

Allah SWT. menjanjikan pahala besar bagi merka yang menolong sesamanya saat

kesusahan. Firman Allah SWT. menggambarkan dengan jelas teladan kaum Anshar

tersebut. Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka

sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa

yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

(Q.S. AlHasyr [59]. : 9)

Kedelapan, menentukan harga dengan adil. Dalam menentukan harga,

takaran, dan timbangan dalam bisnis yang islami harus dilakukan secara adil.

Perintah tentang bersikap adil ini berulangulang dalam alqur'an. Di antaranya

firman Allah SWT : Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Orang-

orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, merka minta dipenuhi; dan

apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, merka mengurangi.

Tidaklah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya merka akan dibangkitkan,

pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan

semesta alam. " (Q.S. al-Muthaffifiin [83]:1-6)

Kesembilan, Profesional. Paling tidak ada tiga hal yang harus melekat dalam

diri seorang profesional. Pertama, qawi (kuat). Kuat di sini bermakna benar-benar

menguasai, memahami, dan ahli pada bidang yang harus diembannya. Kedua, itqan

(sempurna). Artinya dalam setiap pekerjaan ia selalu menyelesaikan dengan tuntas.

Benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dan optimal. Hadis Nabi:

Sesungguhnya Allah sangat mencintai jika seseorong melakukan suatu pekerjaan

dengan sempurna (H.R. Thabrani). Ketiga, jahada (sungguh-sungguh). Yang

dimaksud dengan jahada adalah seseorang yang dengan segenap tenaganya

13

Page 14: Pemasaran Syariah Isi

sungguh-sungguh bergelut dalam bidangnya. Kesungguhan dan komitmen menjadi

penopang profesionalitas seseorang di samping kemampuan dan kesempurnaan.

Kesepuluh, saling menghormati dan tidak negative thinking yang fair

landasan utamanya adalah sikap saling menghormati dan tidak berburuk sangka.

Tanpa kedua sikap ini, bias dipastikan akan terjadi kompetisi brutal, saling

menjatuhkan, dan tentu jauh dari rahmat Allah SWT.

Kesebelas, senang memberi hadiah. Memberi hadiah atau hibah dalam

konteks ini adalah dalam kerangka meningkatkan ukhuwah islamiyah. Dalam

pengertian fiqih hibah adalah pemberian yang dilakukan secara sukarela dalam

rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, tanpa mengharapkan balasan apapun.

Hibah merupakan salah satu bentuk tolong menolong datam rangka kebajikan di

antara sesame manusia. Para ulama sepakat bahwa hibah adalah sunnah.

Adapun pemberian hadiah yang dilarang oleh syara' adalah hadiah yang

mengandung unsur riswah (suap). Islam secara tegas melarang suap dalam bentuk

apapun. Dalam hadis riwayat Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda, "orang yang

menyuap dan disuap ada di Neraka (H.R. Bukhori).

2.4.3 Transaksi yang harus dihindari

Pertama, transaksi gharar.

Gharar atau taghrir berasal dari Bahasa Arab bermakna bahaya, resiko,

bencana, ketidakpastian, dan sebagainya. Secara istilah berarti melakukan sesuatu

secara membabi buta tanpa pengetahuan yang mencukupi; atau mengambil resiko

sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung resiko tanpa mengetahui dengan

persis apa akibatnya, atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensi

(Afzatur Rahman, 1996).

Dan praktik ini bisa terjadi dalam beberapa bentuk; (1) gharar dalam

kuantitas. Sistem ini lebih dikenal dengan system ijon. Contoh praktik ini adalah

seorang petani menjual buah mangganya dengan harga satu juta rupiah kepada

seorang tengkulak. Sedangkan kesepakatan itu terjadi saat mangga masih hijau di

pohonnya. Dalam praktik ini, spesifikasi barang (berapa ton, berapa kilogram)

belum ada dan harga sudah ditentukan; (2) gharar dalam kualitas. Contoh paling

mudah gharar dalam kualitas ini adalah penjualan anak kambing yang masih dalam

kandungannya. Penjual sepakat untuk menjual kambingnya jika sudah lahir sebesar

Rp1.500.000,-. Dalam praktik ini, baik si penjual maupun pembeli tidak

mengetahui kemungkinan kondisi anak kambing tersebut. Apakah jantan atau

betina, cacat atau sehat, atau bahkan bisa jadi lahir dalam keadaan mati. Semuanya

14

Page 15: Pemasaran Syariah Isi

serba tidak pasti padahal harga sudah ditetapkan. Dengan demikian terjadi

ketidakpastian kualitas barang yang diperjualbelikan; (3) gharar dalam harga. Ini

terjadi saat seorang penjual menawarkan barang dagangannya dengan harga

Rp5.000,00 misalnya jika dibayar tunai. Dan harga barang dagangannya tersebut

menjadi Rp30.000,00 jika dibayar lima butan kemudian. Ketidakpastian muncul

karena adanya dua harga dalam satu akad, tidak jelas mana yang bertaku.

Katakantah pembeli membayar lunas barang tersebut pada bulan kedua, maka

harganya masih tetap sama atau berubah? Dalam kasus ini walaupun kuantitas dan

kuantitas barang diketahui tetapi harga masih belum jelas sehingga disebut dengan

gharar dalam harga; (4) gharar dalam waktu penyerahan. Contohnya adalah si A

sangat menyukai Hand phone si B. Sedangkan hand phone si B baru saja hilang. Si

B menjual Hand phone hilang tersebut dengan harga yang sangat murah, yakni lima

ratus ribu rupiah dari harga pasar Rp 2 juta. Si B akan segera menyerahkan Hand

phonenya setelah ditemukan. Pada konteks ini, timbul ketidakjelasan waktu

penyerahan. Apakah sehari, dua hari, satu bulan, atau bahkan tidak ditemukan sama

sekali. Inilah yang disebut ketidakpastian waktu penyerahan.

Beragam bentuk gharar tersebut dilarang oleh Islam. Salah satu Hadis

menyebut, "Rasulullah melarang jual beli dengan hashah dan jual beli gharar. "

(H.R. Muslim).

Kedua, Transaksi Tadlis.

Perdagangan tadlis adalah perdagangan dengan penipuan. Jika dalam gharar

baik penjual maupun pembeli tidak mengetahui Kualifikasi barang (unknown to

both parties), maka dalam tadlis hanya satu pihak yang tidak mengetahuinya

(unknown to one parties), pembeli atau penjual. Alquran dengan tegas melarang

transaksi yang mengandung unsur penipuan. Firman Allah SWT : Dan

sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. kami tidak memikul beban

kepada seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Q.S. Al-An'am

[6]:152)

Transaksi tadlis ada beberapa bentuk; (1) tadlis dalam Kuantitas. Penipuan

seperti ini bisa dilakukan dengan mengurangi jumlah barang atau timbangan.

Misalnya, menjual pakaian jadi dalam satu kontainer. Karena jumlah yang cukup

banyak, maka tidak sempat lagi untuk menghitungnya. Datam kondisi ini, penjual

mengurangi jumlah pakaian tersebut. Sehingga satu kontainer tak terisi pakain jadi

dengan jumlah semestinya. Firman Allah, Kecelakaan besarlah bagi orang-orang

yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menakar atau menerima takaran dari

15

Page 16: Pemasaran Syariah Isi

orang lain, merka minta dipenuhi. Dan, apabila merka menakar atau menimbang

untuk orang lain, merka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu yakin hahwa

sesungguhnya merka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar. (Q.S. Al-

Muthaffifin [83]:1-5); (2) tadlis dalam kualitas. Penipuan seperti ini seperti halnya

menyembunyikan cacat barang atau kualitas buruk yang tidak sesuai dengan

kesepakatan penjual dan pembeli. Contohnya, penjualan televisi bekas. Penjual

menyembunyikan cacat televisi tersebut sehingga pembeli tidak mengetahuinya.

Sabda Nabi SAW : "Sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah melalui sesuatu

(tumpukan) makanan yang oleh pemiliknya dipujinya. Kemudian Nabi meletakkan

tangannya pada makanan tersebut, ternyata makanan tersebut sangat jelek. Lantas

Nabi bersabda, Juallah makanan ini menurut harga yang pantas, sebab barang siapa

menipu kami, bukanlah dari golongan kami." (H.R. Ahmad); (3) tadlis dalam

harga. Tadlis dalam harga ini adalah memasang tarif yang lebih tinggi atau lebih

rendah dari harga pasar. Contohnya adalah ada seorang pendatang tiba di sebuah

kota. Ia membutuhkan angkutan yang cepat untuk sampai ke tujuan. Kemudian, ia

menyewa taksi yang tarif pasarnya sama sekali tidak diketahuinya. Sopir taksi

mengetahui kalau orang tersebut tidak mengetahui harga pasar, maka dinaikkanlah

berlipat-lipat tarif taksi tersebut. praktik inilah yang disebut dengan tadlis dalam

harga. Atau sering disebut dengan ghaban; (4) tadlis dalam waktu penyerahan.

Praktik ini terjadi karena tercederainya kesepakatan pengiriman barang. Misalnya,

seorang penjual sudah tahu bahwa barang pasti tidak bisa dikirimkan dalamwaktu

seminggu. Karena khawatir kehilangan pembeli maka dia menyepakati pengiriman

barang dalam waktu satu minggu. Akhirnya, penjual memang tidak mampu

mengirimkan barang tersebut dalam waktu satu minggu. Inilah yang dinamakan

tadlis waktu penyerahan.

Ketiga, menimbun barang untuk menaikkan harga.

Praktik menimbun barang dagangan sering dijumpai. Dalam praktik ini,

seseorang membeli barang yang masih murah dengan harga tertentu dan disimpan

untuk dijual kembali ketika harga sudah melambuung. Praktik demikian dilarang

secara tegas oleh Rasulullah SAW : ‘’Barang siapa menimbun barang selama empat

puluh malam, maka sungguh Allah tidak lagi perlu kepadanya." (H.R. Ahmad,

akim, Ibnu Abu Syaibah, dan Bazzar).

Keempat, menjual barang hasil curian, dan korupsi.

Jual beli yang sesuai syariah akan batal jika barang yang diperjualbelikan

diketahui sebagai hasil curian. Karena dengan membeli barang curian, seseorang

16

Page 17: Pemasaran Syariah Isi

telah membantu perampok, dan pencuri. Hadis Nabi SAW : ‘’Barang siapa

membeli barang curian, sedang dia mengetahui barang tersebut adalah curian, maka

dia bersekutu dalam dosa yang cacat." (H.R. Baihaqi)

Kelima, transaksi najasy.

Najasy ini identik dengan iklan dan promosi palsu. Persaingan bisnia yang

semakin ketat mengakibatkan biaya promosi meningkat. Untuk semakin menarik

daya pikat, promosi pun dibuat dengan berlebih-lebihan. Sehingga seringkali

kualitas dan fungsi barang tak sesuai dengan yang dipromosikan. Dalam fiqih

muamalah, iklan palsu seperti ini sering disebut dengan najasy dan merupakan

perbuatan yang sering dilakukan oleh orang jahiliyah. Praktik ini bisa berupa

memuji barangnya secara bertebih-lebihan dan bersekongkol dengan temannya

untuk berpura-pura menawar barang dengan harga tinggi agar orang lain merasa

tidak kemahalan, lalu terpengaruh membelinya. Nabi melarang jual beli dengan

praktik seperti ini. Hadis Nabi SAW : "Rasulullah melarang jual beli najasy" (H.R.

Muttafaq `Alaih)

Keenam, mengingkari perjanjian.

Dalam dunia bisnis biasanya tidak lepas dari sebuah perjanjian, kontrak atau

akad., baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Perjanjian, kontrak atau akad ini

adalah sesuatu yang harus dipenuhi dan tidak boleh diingkari. Pengingkaran

terhadap sebuah perjanjian, kontrak atau akad adalah bentuk pengkhianatan. Bisa

disebut pula sebagai cara bathil dalam berbisnis. Allah dengan tegas melarang

pengingkaran perjanjian, kontrak, dan akad ini, "Terkutuklah orang-orang yang

banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai."

(Q.S. Al- Dzariyat [51]:10-11)

Ketujuh, banyak bersumpah untuk meyakinkan pembeli.

Untuk meyakinkan pembeli seringkali seorang penjual atau pemasar

mengumbar sumpahnya. Demi Allah, demi rasul, kualitasnya paling baik, harga

paling murah, ini yang terkahir, dan sebagainya adalah kata-kata manis yang

dilontarkan oleh penjual untuk meyakinkan pembeli. Padahal sumpah-sumpah

seperti itu kerapkali layaknya pepesan kosong yang tak terbukti. Rasulullah Saw

dengan tegas melarang banyak berseumpah. Sabda Nabi : "Jauhilah banyak sumpah

dalam jual beli, karena sesungguhnya hal itu melariskan (dagangan), tetapi

menghapuskan (keberkahan)." (H.R. Muslim)

Kedelapan, mempermainkan harga.

17

Page 18: Pemasaran Syariah Isi

Persaingan dan kompetisi adalah hal yang wajar dengan catatan dilakukan

secara fair. Islam telah memberi tuntunan bagaimana bersaing secara fair. Salah

satunya adalah dalam persoalan penentuan harga. Islam dengan tegas melarang

seseorang menawar barang yang sedang ditawar oleh sesamanya. Nabi SAW

bersabda : “Janganlah seorang muslim menawar tawaran saudaranya." (H.R.

Muslim)

Kesembilan, bersifat memaksa dan menekan

Paksaan dalam bisnis menurut Zuhaili ada dua macam. Pertama, Paksaan

sempurna (ikrah mulji). Yaitu seorang terpaksa melakukan tansaksi bisnis karena

terancam akan dibunuh atau akan dianiaya secara fisik. Kedua, paksaan tidak

sempurna (ikrah ghairu mulji), iksaan yang tidak langsung secara fisik. Kedua jenis

paksaan ini terlarang dalam transaksi bisnis islami. Dalam sebuah hadis disebutkan:

"Rasulullah SAW melarang jual beli dengan cara-cara paksaan dan mengandung

penipuan." (H.R. Muslim)

Kesepuluh, mematikan pedagang kecil.

Kesejahteraan umat secara keseluruhan adalah tipikal agama islam sebagai

rahmatan lil alamin. Dalam konteks muamalahpun alqur’an tegas

menginformasikan, ... Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang

kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia.

Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (Q.S. Al-Hasyr [59]:7).

Dari ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa pemerataan kesejahteraan adalah

sesuatu yang harus dilakukan dan dipelihara. Oleh karena itu bisnis besar tidak

seharusnya mematikan bisnis kecil. Rasulullah mengajarkan agar memlihara

keseimbangan bisnis orang kota (konglomerat) dan bisnis orang desa (pedagang

kecil dan kaki lima). Karena itu, Rasulullah melarang menghadang kafilah. Sabda

Nabi, "Janganlah kalian hadang kafilah-kafilah dan janganlah orang-orang kota

jualan buat orang desa." (H.R. Muttafaq Alaihi)

Kesebelas, melakukan monopoly's rent seeking atau ikhtikar.

Seperti dijelaskan di muka, bahwa sebenarnya monopoli dalam arti hanya

ada satu penjual tidak dilarang oleh Islam selama tidak mengeruk keuntungan di

atas normal. Yang terlarang adalah monopoli yang mengambil keuntungan di atas

keuntungan normal dengan cara menjual sedikit barang untuk harga yang lebih

tinggi, atau istilah ekonominya adalah monopoly's rent seeking. Atau dalam bahasa

fiqihnya adalah ikhtikar.

18

Page 19: Pemasaran Syariah Isi

Riba dan monopoli seperti itu adalah penopang kapitalisme yang rakus dan

otoriter. Semakin besar dosa seseorang jika monopoli dilakukan dengan

persekongkolan. Rasulullah melarang praktik monopoli ini. Sabda Nabi, "Barang

siapa memonopoli, maka ia berdosa." (H.R. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan

Ibn Majah)

Kedua belas, menjual sesuatu yang haram, hukumnya haram.

Menjual sesuatu yang cara memperolehnya haram, maka hukumnya haram.

Seperti barang curian, hasil korupsi dan sebagainya Demikian pula menjual barang

haram, maka hukum jual beli itu adalah haram. Menjual bir, daging babi, dan

sebagainya. Sabda Nabi, "Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu,

maka ia mengharamkan juga harganya." (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)

Ketiga belas, melakukan sogok (riswah).

Memberikan sejumlah uang dengan maksud memperoleh keuntungan atau

kebijakan yang berbeda adalah masuk dalam kateegori suap (riswah). Praktik

seperti inilah yang banyak nyumbang kehancuran sebuah bangsa. Allah SWT.

dengan tegas melarang praktik ini. Sabda Nabi SAW : "Allah melaknat penyuap

dan yang menerima suap dalam hukum" (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibn Hibban)

Keempat belas, tallaqi rukban.

Talaqqi rukban adalah tindakan yang dilakukan oleh tengkulak (yang

mengetahui harga pasar) untuk membeli barang dari petani (yang tidak mengetahui

harga pasar). Ini dilakukan untuk mendapatkan harga yang lebih murah dari harga

pasar.

Talaqqi Rukban dilarang karena dua hal, rekayasa penawaran, yakni

mencegah masuknya barang ke pasar, dan mencegah penjual dari luar kota untuk

mengetahui harga yang berlaku.

Pada dasarnya mencari harga yang lebih murah tidak dilarang. Tetapi jika

salah satu pihak mengetahui informasi harga secara lengkap dan pihak lain tidak

mengetahui sama sekali, kemudian dengan tidak imbangnya informasi ini satu

pihak mengeruk keuntungan sebesar-besarnya (para tengkulak) dan pihak lain

teraniaya (para petani) maka inilah yang dinamakan talaqqi rukban.

2.5 Strategi Pemasaran Syariah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran. Secara garis

besar ada dua faktor. Pertama, faktor`mikro. Faktor mikro ini adalah marketer,

pemasok, pesaing, kustomer, dan lain-lain. Kedua, faktor makro. Faktor makro

19

Page 20: Pemasaran Syariah Isi

berupa demografi atau persoalan penduduk, ekonomi, politik, hukum, teknologi,

sosial, dan budaya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam strategi pemasaran syariah :

a. riset pemasaran

Sebelum menentukan strategi dalam mengeksekusi pasar, sangat penting untuk

melakukan riset pasar. Ini adalah dalam kerangka menciptakan perencanaan

yang komprehensif. Kemampuan perencanaan yang baik dan matang adalah

anjuran Allah SWT Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah

kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan (merencanakan) apa

yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. AI-Hasyr

[59]:18). Banyak cara dalam melakukan riset pemasaran. Cara-cara tersebut

adalah :

Pertama, observasi di berbagai tempat. Observasi ini dilakukan di berbagai

tempat. Bisa di toko-toko, rumah-rumah penduduk, atau di tempat lainnya.

Observasi ini penting untuk melihat sepintas tipikal, kecenderungan, dan bahkan

celah yang belum digarap oleh orang lain.

Kedua, penelitian. Dalam konteks ini adalah melakukan penelitian realitas

masyarakat secara mendalam. Seberapa besar daya beli masyarakat, dan

penggunaan produk. Penelitian ini bisa dilakukan dengan menggunakan

kuesioner, survey atau wawancara yang mendalam.

Ketiga, percobaan-percobaan dalam pemasaran. Beragam percobaan layak untuk

dilakukan. Ukuran sukses dan tidaknya pemasaran dapat dilihat setelah

dipraktikan.

b. segmentasi pasar

Setelah melakukan riset, selanjutnya adalah melakukan segementasi pasar.

Segmentasi pasar ini sangat penting untuk mengembangkan faktor keunggulan

bersaing berdasarkan diferensiasi, beaya murah, atau fokus. Segmentasi juga

bisa diartikan sebagai identifikasi kelompok-kelompok customer yang

memberikan respon yang berbeda dibandingkan dengan kelompok customer

lain. Allah SWT telah mengajarkan ilmu segmentasi dalam hal membedakan

antara yang hak dan batil, baik dan buruk, laki-laki perempuan, dan

membedakan segmentasi suku-suku bangsa berbeda-beda. Allah berfirman :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

20

Page 21: Pemasaran Syariah Isi

seorang wanita serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling mengenal.” (Q.S. AI-Hujuraat [49]:13)

Sedangkan manfaat segmentasi pasar adalah menyalurkan barang ke pasar

potensial yang paling menguntungkan, merencanakan produk memenuhi

permintaan pasar, menentukan cara-cara promosi paling efektif, dan mengatur

waktu yang sebaik-baiknya dalam promosi.

c. kriteria segmentasi pasar

Ada beberapa kriteria dalam segmentasi pasar. Salah satunya adalah yang

dipaparkan oleh David Irwin dalam bukunya Sales and marketing berikut ini.

Pertama, faktor demografi. Faktor ini adalah menyangkut karakteristik

penduduk. Tercakup di dalamnya umur, kondisa keluarga, budaya dan

kebangsaan, dan jenis kelamin. Pada sisi umur misalnya, model pakaian orang

muda jelas berbeda dengan orang tua. Orang pasti tidak akan memakai pakaian

yang seronok seperti halnya anak muda. Pada keluarga, bisa dikategorisasikan

dengan dengan beberapa kategorii, misalnya bujangan, keluarga kecil atau

keluarga besar. Beberapa produk memang dikhususkan pada jenis kelamin

tertentu. Inilah pentingnya segmentasi berdasarkan sex, jenis kelamin.

Kedua, faktor geografi. Faktor ini menyangkut lingkungan, yakni analisis

kustomer berdasarkan lokasi, daerah, dan tempat tinggal. Mungkin akan ada

batasan lokasi tertentu sebagai 'daerah kekuasaan pasar' sebuah perusahaan. Pada

konteks daerah, ada pepatah lain ladang lain belalang, setiap daerah memiliki

karakteristik yang berbeda. Pada sisi tempat tinggal, kustomer bisa dipilah

menjadi beberapa kategori. Seperti bertempat tinggal di daerah kumuh, kawasan

perumahan sederhana, atau pun perumahan elit.

Ketiga, faktor ekonomi dan sosial. Pada faktor ekonomi dan sosial ini ada tiga

hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, pendapatan. Besarnya permintaan

produk senantiasa tergantung pada tingkat pendapatan atau penghasilan

penduduk. Allah mengakui adanya segementasi antara ornag yang

berpendapatan besar dan kecil ini. Firman Allah, Dia yang memberikan

kekayaan dan memberikan kecukupan (Q.S. Al-Najm [53]: 48).

Sedangkan yang kedua adalah pekerjaan. Segmentasi pada bidang pekerjaan ini

bisa menjadi beberapa kategori misalnya pekerja profesional, pekerja paruh

waktu, dan lain sebagainya. Dan bisa pula dibagi dalam beberapa jenis

pekerjaan, seperti mekanik, pengajar, karyawan kantor, dan sebagainya.

21

Page 22: Pemasaran Syariah Isi

Dan terakhir adalah kelas sosial. Ini adalah segmenatasi pasar secara tradisional

dan berkaitan erat dengan pekerjaan. Dalam segmentasi ini bisa diklasifikasikan

pasar menjadi kelas atas, kelas menengah, kelas bawah, pekerja dengan skill,

pekerja tanpa skill, dan pengangguran.

Keempat, faktor kepribadian. Faktor ini menyangkut persoalan motivasi dan

gaya hidup. Fokus pada segmentasi ini adalah adalah perilaku. Sebagian

customer ada yang menginginkan produk klasik, ada yang fanatik terhadap

produk-produk tertentu, dan ada pula yang mudah pindah. Di samping itu, harus

pula dilihat sisi kegunaan atau manfaat.

d. strategi memasuki segmen pasar

Ada beberapa strategi yang seringkali dilakukan oleh perusahaan memasuki

pasar. Freddy Rangkuti dalam buku Business Plan menyebut ada tiga strategi

dalam memasuki pasar.

Pertama, undifferentiated marketing. Strategi ini mengandaikan perusahaan

melakukan strategi yang sama untuk seluruh pasar. Dengan demikian produk

yang dihasilkan cenderung bersifat massal, promosi dilakukan secara besar-

besaran, dan perusahaan mendapatkan keuntungan skala ekonomis karena

memproduksi dalam jumlah yang sangat besar sehingga biaya produksi per

unitnya menjadi sangat rendah.

Kedua, differentiated marketing. Pada cara ini perusahaan melakukan

pembedaan yang sangat spesifik tergantung pada segmen pasar yang dilayani.

Konsekuensi yang ditimbulkan biasanya adalah biaya produksi tinggi.

Ketiga, concentrated marketing. Strategi ini ditakukan apabila perusahaan ingin

fokus pada pasar yang relatif sempit, tetapi memiliki potensi pasar yang sangat

luas.

e. differentiation

Problem yang dihadapai customer saat ini adalah betapa rumitnya `memilih'.

Jika pertanyaan `memilih’ ini diajukan dua ribu tahun lalu, maka jawabannya

pasti sederhana dan simpel. Seperti, pertanyaan apa makanan untuk nanti

malam? Jawabnya pasti akan sederhana, daging hasil buruan tadi siang. Jika

pertanyaan ini dilontarkan saat ini, maka jawabannya tidak sesederhana itu, ada

banyak pilihan yang sama-sama menarik. Bermacam daging dikemas dan

disediakan untuk para customer. Dan customer pun menjadi bimbang untuk

memilihnya.

22

Page 23: Pemasaran Syariah Isi

Dalam konteks inilah, di saat semua barang tersedia dengan beraneka kemasan,

tampil beda menjadi sebuah keharusan. Jack Trout dalam salah satu karyanya

Differentiate or Die menyebut bahwa pemilihan barang di antara banyak produk

selalu berdasar perbedaan, implisit atau eksplisit. Ilmu psikologis merujuk pada

kenyataan bahwa 'perbedaan' mencolok yang terkait dengan suatu produk akan

merangsang daya ingat karena 'perbedaan' tersebut akan diapresiasikan secara

intelektual. Dengan kata lain, jika sebuah perusahaan mengiklankan sebuah

produk, maka harus memberikan alasan bagi konsumen untuk memilih produk

tersebut.

Para psikolog banyak memikirkan tentang bagaimana orang memecahkan

masalah-masalah merka. Merka menyimpulkan empat fungsi yang dipakai,

yakni intuisi, pikiran, perasaan, dan kesan indera. Kebanyakan konsumen

cenderung membuat keputusan merka dengan memakai salah satu dari fungsi-

fungsi tersebut.

f. brand (merk)

Merk sebenarnya merupakan cermin janji yang dicanangkan produsen kepada

konsumen atas kualitas produk yang dihasilkan. kesesuaian antara penggunaan

produk (brand experience) dan janji sebuah produk (brand promise) adalah kunci

sukses terbangunnya image sebuah merk (brand). Firman Allah SWT

menegaskan tentang keselarasan brand promise dan brand experience ini.

“Terkutuklah orang-orang yang ban yak berdusta, (yaitu) orang yang terbenam

dalam kebodohan lagi lalai." (Q.S. Al-Dzariyat [51 ]: 10-11)

Disamping itu, membangun merk bukan hanya melalui iklan (advertising).

Memang, advertising berperan besar sebagai faktor penyentak minat konsumen,

tetapi tak semata iklan yang akan menimbulkan image positif merk pada

konsumen. Ada banyak hal yang bisa mendorong kesuksesan sebuah merk. Di

antaranya relasi yang terbina baik dengan konsumen, kerja sama sponsor,

penyelenggaraan berbagai even, program sosial, pembentukan komunitas

customer, dan pelayanan menyeluruh bagi konsumen.

Philip Kotler dalam bukunya Marketing Insight from A to Z, menyebutkan

beberapa setrategi dalam menciptakan brand dan mengembangkannya.

Pertama, menentukan merk. Dalam menentukan merk ini harus melihat pangsa

pasar, produk yang sudah ada di pasar, dan faktor-faktor lainnya. Menjadi

berbeda ala Jack Trout merupakan salah satu cara. Yang paling penting adalah

bagaimana menciptakan sebuah merk yang mudah diketahui dan menarik bagi

23

Page 24: Pemasaran Syariah Isi

customer. Tentu, tanpa meninggalkan prinsip dasar keselarasan antara brand

promise dan brand experience.

Kedua, menetapkan atribut yang terus melekat pada merk tersebut. Jika merk

sebuah perusahaan itu inovatif maka sebuah perusahaan harus merekrut, melatih

dan memberi penghargaan bagi orang-orang yang inovatif. Semua komponen

perusahaan harus mendukung brand inovatif tersebut, baik karyawan, sopir, PR,

dan sebagainya.

Jika branding tersebut sukses, untuk mengembangkan sayap perusahaan ada

beberapa strategi dalam mengikuti jejak sukses merk itu. Strategi tersebut adalah

line extension, brand extension, dan brand stretch.

Line extension adalah menggunakan merk tersebut untuk sebuah kategori

produk yang sama. Ini adalah tindakan yang masuk akal, karena perusahaan

akan menggunakan goodwill yang selama ini telah dibangun dalam kategori

pasar sehingga perusahaan dapat menghemat biaya.

Brand extension adalah menggunakan merk tersebut untuk kategori yang

berbeda. Contohnya adalah merk ABC untuk saos juga digunakan untuk kecap.

Terakhir, brand stretch berupa menggunakan merk untuk produk yang sama

sekali berbeda. Misalnya Coca cola membuat mobil atau Ford memproduksi

minuman ringan.

g. service (pelayanan)

Dalam sebuah masyarakat no need society, customer memiliki posisi signifikan.

Kesuksesan atau ambruknya perusahaan banyak bergantung pada kesetiaan

customer. Semakin banyak customer yang setia, maka semakin sukses sebuah

perusahaan. Sebaliknya, semakin banyak customer yang meninggalkan

perusahaan, maka dipastikan tinggal menunggu waktu sebuah perusahaan

gulung tikar.

Dan kunci kesetiaan customer itu ada pada service (pelayanan) yang diberikan

oleh perusahaan. Pelayanan yang bagus, akan membuat customerer betah untuk

selalu menggunakan produk perusahaan tersebut. Apalagi jika pelayanan optimal

bukan hanya saat closing case, tetapi juga setelah itu.

Begitupula sebaliknya, pelayanan yang tidak optimal, kasar, seolah yang

membutuhkan 'hanya' customer, dan beragam sifat buruk lainnya bias berakibat

pada hilangnya para customer. Ini berarti kesetiaan customer luntur dan bangkrut

hanya persoalan waktu saja. Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan pada

umatnya untuk berbuat baik pada orang lain. Inilah sebenarnya dasar dari

24

Page 25: Pemasaran Syariah Isi

pelayanan yang optimal. Sabda Nabi, "Semoga Allah SWT memberikan rahmat-

Nya kepada orang yang murah hati/sopan pada soot dia menjual, membeli, atau

saat dia menuntut haknya."

Allah SWT. juga telah menginstruksikan untuk senantiasa berbuat baik pada

orang lain. Firman Allah di antaranya, Dan berendah dirilah kamu pada orang-

orang yang beriman" (Q.S. Al-Hijr [15]: 88)

Dan sekiranya kamu bersikap keras lagi berbuat kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekeliling kamu" (Q.S. Ali 'Imran [3]: 159)

Disini menjadi jelas, pada dasarnya konsep servicing client telah termaktub

dalam alquran dan hadis. Sayangnya, praktik servicing client ini tidak optimal

diterapkan oleh umat Islam. Dan sebaliknya, servicing client betul-betul secara

optimal diterapkan oleh kaum non muslim. Barangkali, perenungan kembali

nilai-nilai Islam dan kemudian aplikasi parksis dalam reatitas kehidupan mutlak

harus dilakukan.

h. Mengukur Kepuasan Customer

Pelayanan selalu berkait erat dengan kepuasan customer. Dan tingkat kepuasan

customer terhadap produk perusahaan di samping sebagai penyumbang

keuntungan perusahaan, juga bisa dijadikan basis evaluasi dan pengembangan

produk. Kepuasan customer ini selalu terkait dengan empat hal.

Pertama, harga. Harga berkaitan dengan berapa biaya mendapatkan barang dan

bagaimana biaya penggunaannya.

Kedua, kualitas. Ini senantiasa berkaitan dengan bagaimana kualitas produk.

Sesuai dengan yang diiklankan atau tidak. Bagaimana dengan daya tahannya?

Bagaimana memperbaikinya jika terjadi kerusakan? Demikian pula ukuran

kualitas customer menjadi pertimbangan. Apakah kualitasnya sesuai dengan

keinginan customer atau tidak.

Ketiga, pelayanan. Ukurannya adalah bagaimana pelayanan sebuah perusahaan.

Sesuai yang dijanjikan tidak? Dan sesuai atau tidak dengan keinginan customer.

Keempat, pengiriman. Apakah pengiriman pesanan tepat waktu sesuai yang

dijanjikan? Dan dapatkah secara insidental, barang pesanan dapt dikirimkan

sesuai permintaan customer.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan mendasar bagi pelayanan

customer secara total. Jika pelayanan dilakukan dengan sebaik-baiknya dan

sesuai keinginan customer, maka nilai-nilai yang diajarkan oleh Allah dan

rasulnya telah direalisasikan. Wallahu a'lam bi al shawwab.

25

Page 26: Pemasaran Syariah Isi

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan

harga, promosi, dan pendistribusian barang, jasa, dan ide untuk menciptakan pertukaran

dengan kelompok yang dituju, di mana proses ini dapat memuaskan customer dan tujuan

perusahaan. Manajemen pemasaran Syari’ah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang

mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator

kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad

danprinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.Ini artinya bahwa dalam syariah

marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses

perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan

prinsip-prinsip muamalah yang Islami. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan

penyimpangan prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam suatu transaksi

apapun dalam pemasaran dapat dibolehkan.

26

Page 27: Pemasaran Syariah Isi

DAFTAR PUSTAKA

Kartajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.

Bandung: Mizan Pustaka

Sula, Syakir M. 2004. Asuransi Syariah (life and general): Konsep dan Sistem

Operasiona., Jakarta: Gema Insani.

http://eprints.walisongo.ac.id/1151/3/092411130_Bab2.pdf ( 2 Mei 2015 )

27