pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

10
ISSN 2088 - 3676 JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 1 /APRIL 2015 30 PEMANTAUAN TINGGI GENANGAN SUNGAI CODE MENGGUNAKAN METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK GAMA I DAN PROGRAM HEC RAS 1) Sarju, 2) Titiek Widyasari, 3) Nizar Acmad, 1) Alumni Jurusan Teknik Sipil, 2), 3) Program Studi Teknik Sipil Universitas Janabadra E-Mail : 1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected] ABSTRACT Code River is one of the rivers in Yogyakarta. Based on the news in the online media Viva News in 2010 there has been a flood in the river Code after the eruption of Mount Merapi to carry sediment material from the eruption of Mount Merapi . The existence of settlements along the river, causing increased flooding potential harm and harm to the community around the banks of the River Code. To analyze the flood on the river Code can be done with the help of HEC RAS software and necessary geometrical data stream, the data stream hydraulics and river flood discharge data. Geometric data stream, derived from topographic measurements of the river. The data in the form of hydraulic roughness coefficient manning river reviewed. As for the flood discharge data based on method of Synthetic Unit Hydrograph Gama I at the return period of 20 and 100 years. From the simulation results using data return period flood discharge at 20 years and 100 years did not occur flood on river. This is not in accordance with the floods in 2010 that caused the difference cross section, where sediments of lava in 2010 is still high, while at the research has occurred in the riverbed degradation. While simulations using extreme rainfall of 280 mm, which occurs for 6 hours resulted in flood on the location of P88, P90, and P96. Location flooding is Tegalpanggung Village Danurejan District of Yogyakarta city is a residential area located on the banks of the River lowland Code. Based on the actual conditions at the location in the area once the floods and the government has done elevation embankment, but the results of monitoring by using the extreme flood discharges in the area still need the addition of high embankment in anticipation of flooding. Key Words : Code river, flood, Synthetic Unit Hydrograph Gama I, HEC RAS A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sungai Code merupakan salah satu sungai yang berada di Yogyakarta dan melintas tepat di tengah Kota Yogyakarta. Pada saat musim hujan Sungai Code merupakan salah satu sungai di Yogyakarta yang berpotensi terjadinya banjir. Dalam beberapa tahun terakhir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Code telah terjadi perubahan perilaku hidrologis dan perubahan tata guna lahan, yang menyebabkan perubahan pola ketersediaan air, ditandai dengan fenomena banjir di beberapa kawasan pada saat musim hujan, dan terjadinya kekeringan pada saat musim kemarau (Widyasari & Achmad, 2013). Berdasarkan berita di media online Viva News bahwa pada tahun 2010 telah terjadi banjir di Sungai Code setelah adanya erupsi Gunung Merapi dengan membawa sedimen material hasil erupsi Gunung Merapi dan seperti diketahui bantaran sungai di sepanjang Sungai Code yang melintas di Kota Yogyakarta

Upload: nguyencong

Post on 13-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

ISSN 2088 - 3676

JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 1 /APRIL 2015

30

PEMANTAUAN TINGGI GENANGAN SUNGAI CODE MENGGUNAKAN METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK

GAMA I DAN PROGRAM HEC RAS

1)Sarju, 2)Titiek Widyasari, 3)Nizar Acmad,

1)Alumni Jurusan Teknik Sipil, 2), 3)Program Studi Teknik Sipil Universitas Janabadra E-Mail : 1)[email protected], 2)[email protected],

3)[email protected]

ABSTRACTCode River is one of the rivers in Yogyakarta. Based on the news in the online media Viva News in 2010 there has been a flood in the river Code after the eruption of Mount Merapi to carry sediment material from the eruption of Mount Merapi . The existence of settlements along the river, causing increased flooding potential harm and harm to the community around the banks of the River Code. To analyze the flood on the river Code can be done with the help of HEC RAS software and necessary geometrical data stream, the data stream hydraulics and river flood discharge data. Geometric data stream, derived from topographic measurements of the river. The data in the form of hydraulic roughness coefficient manning river reviewed. As for the flood discharge data based on method of Synthetic Unit Hydrograph Gama I at the return period of 20 and 100 years.From the simulation results using data return period flood discharge at 20 years and 100 years did not occur flood on river. This is not in accordance with the floods in 2010 that caused the difference cross section, where sediments of lava in 2010 is still high, while at the research has occurred in the riverbed degradation. While simulations using extreme rainfall of 280 mm, which occurs for 6 hours resulted in flood on the location of P88, P90, and P96. Location flooding is Tegalpanggung Village Danurejan District of Yogyakarta city is a residential area located on the banks of the River lowland Code. Based on the actual conditions at the location in the area once the floods and the government has done elevation embankment, but the results of monitoring by using the extreme flood discharges in the area still need the addition of high embankment in anticipation of flooding.

Key Words : Code river, flood, Synthetic Unit Hydrograph Gama I, HEC RAS

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Sungai Code merupakan salah satu sungai yang berada di Yogyakarta dan melintas tepat di tengah Kota Yogyakarta. Pada saat musim hujan Sungai Code merupakan salah satu sungai di Yogyakarta yang berpotensi terjadinya banjir. Dalam beberapa tahun terakhir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Code telah terjadi perubahan perilaku hidrologis dan perubahan tata guna lahan, yang menyebabkan perubahan pola

ketersediaan air, ditandai dengan fenomena banjir di beberapa kawasan pada saat musim hujan, dan terjadinya kekeringan pada saat musim kemarau (Widyasari & Achmad, 2013).

Berdasarkan berita di media online Viva News bahwa pada tahun 2010 telah terjadi banjir di Sungai Code setelah adanya erupsi Gunung Merapi dengan membawa sedimen material hasil erupsi Gunung Merapi dan seperti diketahui bantaran sungai di sepanjang Sungai Code yang melintas di Kota Yogyakarta

Page 2: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

Pemantauan Tinggi ........ Hec Ras Sarju, Titiek Widyasari, Nizar Acmad

ISSN 2088 - 3676 31

telah beralih fungsi menjadi permukiman warga yang sangat padat, sehingga menyebabkan meningkatnya potensi terjadinya banjir yang dapat membahayakan dan merugikan masyarakat di sekitar bantaran Sungai Code. Untuk menekan sekecil mungkin kerugian materiil dan korban jiwa akibat banjir tersebut perlu adanya penelitian yang mengidentifikasi daerah-daerah di sepanjang sungai yang berpotensi terjadi banjir dan adanya tanda peringatan banjir di sepanjang aliran sungai tersebut sebagai salah satu upaya peringatan dini bahaya banjir yang terjadi.

Pada Sungai Code belum pernah dilakukan penelitian untuk memantau tinggi genangan dan lokasi yang terkena genangan. Untuk mengetahui tinggi genangan diperlukan data debit banjir sungai tersebut. Dengan tidak ada atau kurang tersedianya data aliran terukur suatu sungai, termasuk data debit puncak banjir menjadi suatu permasalahan dalam perancangan bangunan hidraulik pada daerah yang terkena dampak banjir. Data debit banjir di sungai dapat diperoleh dari hasil pengukuran debit dari stasiun pengukuran yang dipasang, namun jika data debit terukur tersebut tidak lengkap atau tidak dimiliki sama sekali, maka dapat dilakukan dengan cara mengalihragamkan hujan menjadi aliran antara lain dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama I, HSS Snyder, HSS Nakayasu dan lain-lain.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui kondisi daerah yang terkena dampak genangan atau banjir dan memantau genangan setiap pias sungai tersebut, sehingga dapat mengantisipasi dan melakukan penanggulangannya pada daerah yang terkena dampak genangan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sistem informasi saat ini dapat membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Terdapat beberapa software yang dapat digunakan untuk menganalisis tinggi genangan sungai salah satunya adalah software HEC RAS dan perhitungan debit dengan metode prakiraan banjir hidrograf satuan sintetik Gama I (Harto, 2000) sesuai

dengan kondisi Sungai Code. Penggunaan aplikasi HEC RAS pada penelitian ini dengan pertimbangan bahwa program ini cukup baik kinerjanya, mampu mensimulasi aliran banjir (steady dan unsteady).

2. Maksud dan TujuanTujuan dilakukannya penelitian ini adalah

untuk mengetahui daerah terjadinya banjir atau genangan disepanjang Sungai Code dan mengetahui tinggi genangan di tiap pias penampang sungai sebesar hujan rancangan dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1 . Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pemantau tinggi genangan sepanjang Sungai Code berdasarkan debit rancangan sehingga dengan diketahui lokasi yang terjadi genangan atau banjir dan juga dapat digunakan sebagai data pendukung dalam suatu perencanaan bangunan hidraulik, misalnya bangunan pelimpah banjir/spillway, saluran pengelak, terowongan pengelak/diversion tunnel, tanggul banjir dan lain sebagainya.

3. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas, permasalahan

yang perlu dibahas dalam penelitian ini antara lain : bagaimanakah kondisi daerah genangan di sepanjang Sungai Code yang ditinjau dan berapa tinggi genangan tiap pias yang diperoleh dari perhitungan debit banjir dengan menggunakan metode HSS Gama I dengan menggunakan aplikasi HEC RAS?

B. TINJAUAN PUSTAKA1. Hujan Rancangan

Menurut Anonim (1989) curah hujan rancangan adalah suatu besaran curah hujan yang mempunyai probabilitas kejadian tertentu (periode ulang). Berdasarkan analisis hujan rancangan di Sungai Code dengan menggunakan metode analisis frekuensi diperoleh hujan rancangan untuk kala ulang 20 dan 100 tahunan seperti pada Tabel. 1 (Widodo, 2013; Widyasari & Achmad, 2013).

Page 3: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

ISSN 2088 - 3676

JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 1 /APRIL 2015

32

Tabel. 1 Hujan Rancangan DAS Code

T % P(x) K PT (mm)

20 5 1,64 112,55

100 1 2,33 126,72

Sumber :Widodo, 2013; Widyasari & Achmad, 2013.

4. HidrografHidrograf merupakan grafik hubungan

antara debit (Q) sebagai ordinat dan waktu (T) sebagai absis, titik koordinat dihubungkan menjadi grafik yang menggambarkan besarnya pengaliran debit banjir akibat hujan selama beberapa jam. Hidrograf banjir terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu sisi naik (rising limb), bagian puncak (crest), dan sisi resesi/turun (recession limb). (Widyasari, 2005)

5. Hidrograf Satuan Sintetik Gama IHidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama I

dikembangkan berdasarkan perilaku hidraulik 30 DAS di Pulau Jawa, akan tetapi terbukti berfungsi baik pula untuk berbagai daerah lain di Indonesia (Harto, 2000). HSS Gama I terdiri dari 4 (empat) variabel pokok, yaitu waktu naik (TR, time of rise), debit puncak (QP), waktu dasar (Tb, time base), dan nilai koefisien tampungan (K, storage coeffisient).

Pada lokasi yang sama sebelumnya telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2013) dengan hasilnya berupa perhitungan debit banjir rancangan menggunakan metode HSS Gama I untuk kala ulang 20 tahunan dan 100 tahunan. Hasil dari analisis tersebut diperoleh debit puncak sebesar 47,25 m3/detik untuk kala ulang 20 tahun dan pada kala ulang 100 tahun sebesar 54,38 m3/detik. Sedangkan debit aktual untuk kala ulang 20 tahun diperoleh 63,47 m3/detik dan untuk kala ulang 100 tahun diperoleh 74,24 m3/detik. Dari hasil tersebut diketahui bahwa terjadi penyimpangan -25,56 % pada kala ulang 20 tahun dan -26,75 % pada kala ulang 100 tahun.

Dari penelitian Widodo (2013) tersebut telah disempurnakan oleh Widyasari & Achmad (2013) dengan hasil debit puncak sebesar 67,94 m3/detik untuk kala ulang 20 tahun dan pada kala ulang 100 tahun sebesar 79,71 m3/detik. Dengan demikian bahwa penyimpangan terjadi adalah 7 % pada kala ulang 20 tahun dan kala ulang 100 tahun. Untuk itu dalam penelitian ini besarnya debit banjir racangan yang digunakan sebagai input dalam HEC RAS 4.1.0 adalah penelitian Widyasari & Achmad (2013).

6. Kondisi Hidraulika Penampang SungaiZat cair dapat diangkut dari suatu tempat ke

tempat lain melalui bangunan pembawa alamiah ataupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka maupun tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup (closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya disebut saluran terbuka (open channels). Sungai, saluran irigasi, selokan merupakan saluran terbuka, sedangkan terowongan, pipa, dan gorong-gorong, merupakan saluran tertutup. Aliran dalam saluran terbuka maupun saluran tertutup yang mempunyai permukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free surface flow) atau aliran saluran terbuka (open channel flow). Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe tergantung kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan mengikuti fungsi waktu, aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady) dan tidak permanen (unsteady), sedangkan berdasarkan fungsi ruang, aliran dibedakan menjadi aliran seragam (uniform) dan tidak seragam (non-uniform).

Seorang insinyur Irlandia bernama Robert Manning (1889) mengemukakan sebuah rumus yang akhirnya diperbaiki menjadi rumus yang sangat terkenal sebagai:

21

321 SR

nV =

…………………………...(1)

Page 4: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

Pemantauan Tinggi ........ Hec Ras Sarju, Titiek Widyasari, Nizar Acmad

ISSN 2088 - 3676 33

7. Software HEC RASHEC-RAS merupakan program aplikasi

untuk memodelkan aliran sungai, River Analysis System (RAS), dibuat oleh Hidrologic Engineering Center (HEC) yang merupakan satuan kerja dibawah US Army Corps of Engineers . HEC-RAS merupakan model satu dimensi aliran permanen maupun tak permanen (steady and unsteady one –dimensional flow model). HEC-RAS versi 4.1.0, memiliki empat komponen model satu dimensi (Istiarto, 2012) :

a. Hitungan profil muka air aliran permanen,

b. Simulasi aliran tak permanen,c. Hitungan transpor sedimen,d. Hitungan kualitas (temperatur) air.Program HEC RAS berfungsi menganalisis

profil muka air aliran permanen berubah beraturan (steady gradually varied flow), aliran tetap (staedy flow), aliran tidak tetap (unsteady flow). Program mampu memodelkan jaringan sungai denditrik, maupun sungai tunggal. Pemodelan aliran sub-kritik, super-kritik, dan gabungan antara kedua liran tersebut.

Software HEC RAS digunakan pada beberapa penelitian untuk menganalisis hidraulik sungai, seperti untuk mengevaluasi kapasitas penampang Sungai Wulan di Kabupaten Kudus (Kurniawan & Wijaya, 2008), mengevaluasi kapasitas penampang Sungai Bodri di Kabupaten Kendal (Winardi & Putra, 2008), studi normalisasi Sungai Sampean sebagai upaya pengendalian banjir (Mu’minin, 2014), dan studi pengendalian banjir Kaliwatri di Kabupaten Pasuruan (Arifuddin, Herisuseno, & Dermawan, 2014).

C. METODE PENELITIAN1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Sungai Code Daerah Istimewa Yogyakarta sepanjang 5 km. Lokasi penelitian mulai dari stasiun AWLR Pogung Kabupaten Sleman yang berada di koordinat 7°46’19’’ LS / 110°22’03’’ BT sampai dengan Desa Tegalpanggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta Daerah Istimewa

Yogyakarta.

8. Tahapan PenelitianTahapan yang dilakukan pada penelitian

ini meliputi pengukuran topografi sungai, input data debit banjir rancangan dan kondisi batas hilir sungai kedalam HEC RAS, melakukan analisis dengan menggunakan program HEC RAS, dan pengambilan kesimpulan. Tahapan dalam pelaksanaan pengukuran topografi meliputi proses pengambilan data, pengolahan data lapangan, perhitungan, penggambaran dan penyajian data pada laporan. Survey topografi yang dilakukan sepanjang ± 5 km ke arah hilir sungai Code.

Maksud dari kegiatan pengukuran topografi adalah untuk mendapatkan informasi terukur elevasi muka tanah sungai, memperoleh data penampang melintang dan penampang memanjang.

Data yang diperlukan sebagai input data kedalam HEC RAS antara lain, seperti data geometri sungai, data hidraulik sungai, data debit banjir, dan kondisi batas hilir sungai. Data geometri sungai diperoleh dari hasil pengukuran topografi yang meliputi jarak dan elevasi muka tanah pada sungai dan bantaran sungai, jarak antar pias pengukuran yang dilakukan sepanjang 5 km dengan jarak tiap piasnya adalah 100 m.

Data hidraulik sungai ini merupakan nilai koefisien kekasaran manning (n) sesuai dengan kondisi hidraulik sungai tersebut. Data perhitungan debit banjir rancangan digunakan sebagai hidrograf aliran sungai diperoleh dari penelitian Widyasari & Achmad (2013) yang menggunakan metode HSS Gama I dengan Pola Distribusi ABM untuk kala ulang 20 tahunan dan 100 tahunan. Banjir rancangan pada DAS Code kala ulang 20 dan 100 tahunan dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Pada penelitian ini kondisi batas hilir yang digunakan untuk input data ke dalam HEC RAS adalah kemiringan dasar sungai sepanjang 5 km dengan kemiringan sungai sebesar 0,87 %.

Page 5: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

ISSN 2088 - 3676

JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 1 /APRIL 2015

34

Setelah semua data dimasukkan maka program akan menghitung data yang telah di input. Output yang dihasilkan dari analisis HEC-RAS tersebut berupa profil muka air dan kapasitas tampungan sungai, sehingga dapat diketahui daerah-daerah yang mengalami banjir.

Dari proses penelitian dan input data kedalam program HEC-RAS yang dilaksanakan diperoleh hasil profil genangan yang terjadi di sepanjang sungai, sehingga dapat diambil kesimpulan bagaimana cara menanggulangi dampak untuk daerah yang terkena dampak banjir atau daerah yang berpotensi terjadi banjir.

Tabel. 2 Banjir Rancangan DAS Code Metode HSS Gama I

JamQbanjir Qbanjir

P20 (m3/s) P100 (m

3/s)01234567891011121314151617181920212223

0,985,5946,9167,9440,7924,0114,308,685,433,562,471,841,481,271,141,071,031,011,000,990,980,980,980,98

0,981,167,3955,2579,7148,6728,5716,9410,216,324,072,762,011,571,321,181,091,041,021,000,990,980,980,98

Sumber : Widyasari & Achmad, 2013.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Hasil Pengukuran Topografi

Survey topografi diperlukan untuk memperoleh kondisi muka bumi di sekitar lokasi penelitian dan daerah di sekitarnya beserta dengan obyek-obyek dan bangunan-bangunan penting didalamnya dalam bentuk situasi dan ketinggian serta posisi penampakan.

Pengukuran dilakukan sepanjang 5 km dengan jarak antar pias 100 m dari Pogung Kabupaten Sleman sampai dengan Desa Tegalpanggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta. Beberapa hasil dari pengukuran lokasi dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan 3.

Gambar 1. Cross Section P0

Gambar 2. Cross Section P50

Gambar 3. Cross Section P100

2. Kondisi Genangan Banjir di Lokasi PenelitianHasil analisis dari program HEC RAS 4.1.0

untuk banjir rancangan dengan metode HSS Gama I untuk kala ulang 20 dan 100 tahunan, diperoleh situasi daerah genangan seperti terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Berdasarkan hasil penelitian Widyasari & Achmad (2013) yang digunakan sebagai input data debit banjir rancangan untuk kala ulang 20 tahunan dengan debit puncak sebesar 67,94 m3/s dan 100 tahunan dengan debit puncak

Page 6: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

Pemantauan Tinggi ........ Hec Ras Sarju, Titiek Widyasari, Nizar Acmad

ISSN 2088 - 3676 35

sebesar 79,71 m3/s yang terjadi di sepanjang Sungai Code yang diteliti tidak terjadi adanya limpasan genangan.

Gambar 4. Kondisi Lokasi Terkena Dampak Genangan Berdasarkan Banjir Rancangan

Dengan Kala Ulang 20 Tahunan

Gambar 5. Kondisi Lokasi Terkena Dampak Genangan Berdasarkan Banjir Rancangan

Dengan Kala Ulang 100 Tahunan

3. Tinggi Genangan di Tiap PiasSelain menampilkan hasil perhitungan,

software HEC RAS 4.1.0. juga menampilkan bentuk penampang sungai, sehingga dapat diketahui bentuk penampang dan tinggi muka air di Sungai Code yang terkena dampak genangan sesuai dengan data banjir rancangan yang dimasukkan ke software HEC RAS 4.1.0. Beberapa hasil analisis pada tiap pias sungai dapat dilihat pada Gambar 6 sampai dengan Gambar 10.

Gambar 6. Kondisi Genangan Penampang P6 pada Terjunan dengan Debit Banjir Rancangan

P20

Gambar 7. Kondisi Genangan Penampang P6 pada Terjunan dengan Debit Banjir Rancangan

P100

Page 7: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

ISSN 2088 - 3676

JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 1 /APRIL 2015

36

Gambar 8. Kondisi Genangan Penampang P88 pada Daerah Pemukiman dengan Debit Banjir

Rancangan P20

Gambar 9. Kondisi Genangan Penampang P88 pada Daerah Pemukiman dengan Debit Banjir

Rancangan P100

Gambar 10. Kondisi Genangan Penampang P90 pada Daerah Pemukiman dengan Debit

Banjir Rancangan P20

Gambar 11. Kondisi Genangan Penampang P90 pada Daerah Pemukiman dengan Debit

Banjir Rancangan P100

Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan data debit banjir rancangan dengan kala ulang 20 tahunan dan 100 tahunan di sepanjang Sungai Code yang diteliti tidak adanya lokasi yang terjadi limpasan genangan. Hal ini tidak sesuai dengan adanya banjir pada tahun 2010 yang disebabkan perbedaan penampang dimana sedimen lahar pada tahun 2010 masih tinggi dan pada saat penelitian sudah terjadi degradasi pada dasar sungai dan menambah luas tampang basah sungai.

4. Banjir Sungai Code Tahun 2010Pada bulan November tahun 2010 Sungai

Code terjadi banjir yang diakibatkan adanya sedimen hasil erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010. Ketinggian normal Sungai Code yang semula 40 cm, dengan adanya hujan dengan intensitas yang tinggi dan juga aliran air yang membawa material sedimen hasil erupsi Merapi ketinggian air di Sungai Code mencapai 140 cm. Pasca terjadinya banjir tersebut alur Sungai Code mengalami pendangkalan sisa material sedimen seperti pasir dan batu. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir tersebut maka Pemerintah Kota Yogyakarta yang bekerja sama dengan para masyarakat yang pemukimannya berada di bantaran Sungai Code melakukan pengerukan/normalisasi sungai (TV, 2010).

Page 8: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

Pemantauan Tinggi ........ Hec Ras Sarju, Titiek Widyasari, Nizar Acmad

ISSN 2088 - 3676 37

Untuk alur sungai yang masuk dalam Kabupaten Sleman, Pemerintah Kabupaten Sleman juga melakukan normalisasi sungai dengan mengeluarkan surat Keputusan Bupati Sleman nomor 356/Kep.KDH/A/2010 untuk melaksanakan normalisasi sungai-sungai yang terdampak endapan hasil erupsi Merapi. Kegiatan normalisasi sungai dilaksanakan dengan mengutamakan masyarakat sekitar atau kelompok warga setempat (Berita, 2010).

5. Simulasi Menggunakan Data Hujan EkstrimPada penelitian ini di coba mensimulasi

genangan dengan data hujan yang ekstrim, sehingga dapat di ketahui lokasi yang terkena dampak genangan dengan hujan tersebut. Berdasarkan penelitian tersebut di gunakan data hujan ekstrim sebesar 280 mm yang terjadi selama 6 jam yang secara berurutan sebesar 30 mm, 80 mm, 100 mm, 40 mm, 20 mm, 10 mm. Dari data hujan efektif tersebut diperoleh besaran debit banjir hasil dari software Janaflow_Code_13. Data debit banjir tersebut digunakan untuk input data ke HEC RAS sebagai simulasi genangan pada Sungai Code. Berikut ini data debit banjir hasil dari software Janaflow_Code_13 dapat dilihat pada Tabel 3.

TabeL. 3 Banjir Rancangan Hasil Output Software Janaflow_Code_13

JamQbanjir

JamQbanjir

(m3/det) (m3/det)

0123456716171819

0,9814,5771,14151,29164,98114,7671,7141,911,361,201,081,00

89101112131415202122

25,3615,509,626,124,042,802,061,620,980,980,98

Sumber : Widyasari & Achmad, 2013.

Dari hasil simulasi HEC RAS dengan menggunakan data hujan ekstrim tersebut diperoleh lokasi yang terkena dampak genangan. Lokasi yang terkena dampak genangan dapat dilihat pada Gambar 11 sampai Gambar 14 berikut ini:

Gambar 12. Potongan Melintang P-88

Gambar 13. Potongan Melintang P-90

Gambar 14. Potongan Melintang P-96

Page 9: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

ISSN 2088 - 3676

JURNAL TEKNIK VOL. 5 NO. 1 /APRIL 2015

38

PenampangP96

PenampangP90

PenampangP88

Gambar 15. Kondisi yang Terkena Dampak Genangan

Berdasarkan hasil simulasi menggunakan data hujan ekstrim di sepanjang Sungai Code tersebut, terdapat lokasi yang terkena dampak genangan. Lokasi yang terkena dampak genangan tersebut adalah Desa Tegalpanggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta yang merupakan daerah pemukiman yang berada pada dataran rendah di bantaran Sungai Code sehingga dengan adanya debit banjir yang ekstrim daerah tersebut mengalami genangan banjir. Berdasarkan kondisi aktual di lokasi pada daerah tersebut pernah terjadi banjir dan oleh pemerintah telah dilakukan peninggian tanggul dengan membangun tanggul bronjong batu kali, namun dari hasil pemantauan dengan menggunakan debit banjir yang ekstrim pada daerah tersebut masih perlu adanya penambahan tinggi tanggul untuk mengantisipasi adanya banjir.

E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :

1. Dari hasil pemantauan tinggi genangan pada Sungai Code untuk debit banjir dengan kala ulang 20 tahunan, disepanjang sungai yang diteliti tidak terjadi adanya limpasan genangan.

2. Dari hasil pemantauan tinggi genangan pada Sungai Code untuk debit banjir dengan kala ulang 100 tahunan, disepanjang sungai yang diteliti juga tidak terjadi adanya limpasan genangan.

3. Berdasarkan hasil simulasi tinggi genangan untuk debit banjir dengan kala ulang 20 tahunan dan 100 tahunan tersebut tidak sesuai dengan adanya banjir pada tahun 2010. Hal ini disebabkan perbedaan penampang dimana sedimen lahar pada tahun 2010 masih tinggi dan pada saat penelitian sudah terjadi degradasi pada dasar sungai dan menambah luas tampang basah sungai setelah dilakukannya normalisasi sungai oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bupati No. 356/Kep.KDH/A/2010 untuk melaksanakan normalisasi sungai-sungai yang terdampak endapan hasil erupsi Merapi. Kegiatan normalisasi sungai dilaksanakan dengan mengutamakan masyarakat sekitar atau kelompok warga setempat.

4. Berdasarkan debit banjir dari perhitungan software Janaflow_Code_13 dengan debit puncak sebesar 164,98 m3/det, terdapat lokasi yang terjadi limpasan genangan seperti pada titik P 88, P 90, dan P 96 di Desa Tegalpanggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta yang merupakan daerah pemukiman di dataran rendah pada bantaran Sungai Code. Pada daerah tersebut oleh pemerintah telah dibangun tanggul bronjong, namun berdasarkan hasil pemantauan menggunakan software HEC RAS masih

Page 10: pemantauan tinggi genangan sungai code menggunakan metode

Pemantauan Tinggi ........ Hec Ras Sarju, Titiek Widyasari, Nizar Acmad

ISSN 2088 - 3676 39

perlu dilakukan peninggian tanggul untuk mengantisipasi terjadinya banjir tersebut.

6. Sarana. Perlu dilakukan penelitian lanjutan

yang sejenis dengan memperhitungkan sedimentasi atau pendangkalan yang terjadi pada Sungai Code.

b. Perlu dilakukan uji kalibrasi untuk koefisien angka manning (n) pada Sungai Code sehingga diperoleh data kekasaran yang aktual.

c. Perlu dilakukan uji kalibrasi cara perhitungan debit banjir antara metode pada penelitian ini dengan perhitungan debit banjir menggunakan metode lain termasuk metode analisis yang digunakan pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. (1989). Metode Perhitungan Debit

Banjir. Bandung: SK SNI M-18-1989-F.

Arifuddin, R., Herisuseno, D., & Dermawan, V. (2014). Studi Pengendalian Banjir Kali Wrati KAbupaten Pasuruan. Jurnal , 9-18.

Berita. (15 Desember 2010). Normalisasi Aliran Sungai Pasca Erupsi Merapi. www.slemankab.go.id: http://www.slemankab.go.id. 12 Februari 2015

Chow, V. T. (1959). Open Chanel Hydraulics. USA: University of Illinois.

Harto, S. (2000). Hidrologi : Teori dan Masalah Penyelesaian. Yogyakarta: Nafiri Offset.

Istiarto. (2012). Aplikasi Model Aliran Satu Dimensi HEC RAS. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Kurniawan, H. W., & Wijaya, V. A. (2008). Evaluasi Kapasitas Penampang Sungai

Wulan dengan Menggunakan Program HEC RAS 4.0 pada Kondisi Unsteady. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata.

Mu’minin, M. T. (2014). Studi Normalisasi Sungai Sampean Sebagai Upaya Pengendalian Banjir. Malang: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

News, V. (29 November 2010). Merapi Banjir Lahar Dinging, Code Meluap. Viva.co.id: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/191296-kali-code-meluap-karena- banjir-lahar-dingin. 23 Februari 2015

Subarkah, I. (1978). Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma.

TV, K. (04 Desember 2010). Banjir Lahar Dingin Makin Sering Terjadi. Harian Kompas: http://travel.kompas.com/read/2010/12/04/04284970/Banjir. Lahar.Makin.Sering.Terjadi. 13 Maret 2015

Widodo, D. W. (2013). Anilisis Debit Banjir Sungai Code Yogyakarta dengan Metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta.

Widyasari, T. (2005). Buku Ajar Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi. Yogyakarta: Universitas Janabadra Yogyakarta.

Widyasari, T., & Achmad, N. (2013). Software Janaflow_Code_13 untuk Menghitung Debit Banjir Sungai Code Yogyakarta. Proceding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dosen di Lingkungan Universitas Janabadra , 78-85.

Winardi, A. T., & Putra, G. P. (2008). Evaluasi Kapasitas Kali Bodri Menggunakan Program HEC RAS pada Kondisi Unsteady. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata.