penerapan aplikasi qr code reader dan qr code generator
TRANSCRIPT
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Penelitian Sebelumnya Rizky (2010) dalam penelitiannya telah membuat aplikasi
berbasis Java Mobile yang memanfaatkan QR Code dan QR Code
Scanner untuk akses informasi mengenai identitas burung di Taman
Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pada penelitian
tersebut QR Code dipasang pada papan nama di masing-masing
kandang burung. Pengunjung diharuskan untuk menginstal aplikasi
tersebut ke telepon seluler terlebih dahulu agar dapat memperoleh
informasi mengenai burung yang ada. Kelebihan dari penelitian
tersebut adalah portabilitas dalam memperoleh informasi karena
cukup melalui telepon seluler. Kekurangannya adalah telepon seluler
yang dapat digunakan hanya yang mendukung aplikasi java
kemudian kekurangan lainnya adalah data mengenai identitas
burung dikodekan ke dalam QR Code sehingga jika ada perubahan
data maka dilakukan pencetakan ulang QR Code.
Soon (2008) mengatakan bahwa di Jepang dan Korea QR
Code dalam pemanfaatannya ditempelkan pada kemasan buah dan
sayuran. Tujuan dari penempelan QR Code tersebut adalah agar
pelanggan dapat memperoleh informasi lebih lanjut dengan
memindai QR Code melalui aplikasi yang sudah terpasang pada
telepon seluler. Informasi yang dihasilkan adalah berupa halaman
website yang berisikan tentang produksi buah atau sayuran tersebut
yaitu nama perkebunan tempat produksi serta pupuk dan pestisida
yang digunakan. Pada prakteknya alamat website yang memuat
7
8
informasi tersebut dikonversi menjadi bentuk QR Code, dan ketika
QR Code dipindai oleh aplikasi akan menghasilkan alamat website
semula. Sehingga dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
produsen tidak perlu menyertakan teks lengkap dalam kemasan
ataupun brosur tambahan untuk memberikan informasi kepada
pelanggan karena sudah terwakili oleh QR Code.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut maka peneliti telah
menerapkan QR Code dan QR Code Scanner dalam penelitian ini
untuk mensosialisasikan keberadaan benda cagar budaya kota
Salatiga. Jika penelitian sebelumnya menggunakan java untuk
membangun aplikasi maka pada penelitian ini telah digunakan PHP
dan MySQL untuk mengolah data benda cagar budaya. Kemudian
pada penelitian sebelumnya data jenis burung dikodekan secara
langsung ke QR Code maka pada penelitian ini hanya link URL
alamat website yang berisikan ID Benda sajalah yang dikodekan
kedalam QR Code. Sehingga agar dapat mengakses detail informasi,
pengguna diharuskan untuk memindai QR Code tersebut kemudian
membuka link yang dihasilkan di mobile web browser.
Karena detail informasi berupa halaman website maka
informasi tersebut dapat di-update kapan saja oleh administrator.
Penambahan lain dari penelitian ini adalah adanya fasilitas untuk
memberikan timbal balik kepada administrator yaitu berupa fasilitas
komentar, rating serta fasilitas kontak untuk memberikan kritik dan
saran.
2.2 PHP (Hypertext Preprocessor) PHP merupakan bahasa scripting yang menyatu dengan
HTML dan dijalankan pada server side. Artinya semua sintaks yang
9
diberikan akan sepenuhnya dijalankan pada server. PHP pertama
kali dibuat oleh Rasmus Lerdroft, seorang programmer C, sehingga
sintaks PHP mirip dengan bahasa C. Semula PHP digunakan
Rasmus untuk menghitung jumlah pengunjung di dalam suatu web
yang kemudian dikenal dengan Personal Home Page Tools versi 1.0
dan dapat dipakai dengan gratis. Versi ini pertama kali keluar pada
tuhun 1995. Isinya adalah sekumpulan script PERL yang dibuat
untuk menciptakan halaman web yang dinamis. Kemudian pada
tahun 1996 Rasmus mengeluarkan PHP versi 2.0 yang
kemampuannya mampu mengakses database dan dapat terintegrasi
dengan HTML (Syafii, 2004).
Syafii (2004) juga menyebutkan bahwa pada tahun 1998
tepatnya tanggal 6 Juni 1998 keluarlah PHP versi 3.0. Kemudian
pada tanggal 22 Mei 2000 muncul PHP versi 4.0 yang lebih lengkap
dibandingkan dengan versi sebelumnya. Perubahan yang paling
mendasar pada PHP 4.0 adalah terintegrasinya Zend Engine yang
dibuat oleh Zend Suraski dan Andi Gutmans yang merupakan
penyempurnaan dari PHP3 scripting engine. Kemajuan lainnya
adalah sudah build HTTP Session. Versi terakhir dikeluarkan pada
bulan Juli 2004 yakni PHP versi 5.0 yang sudah mendukung OOP
(Object Oriented Programming).
Pada penelitian ini PHP digunakan sebagai bahasa untuk
membuat program dalam hal ini website. PHP digunakan untuk
mengelola data yang ada di database, baik untuk penambahan, peng-
update-an maupun pengurangan data. Selain itu PHP juga digunakan
untuk mengolah data yang ada menjadi informasi yang mudah
10
diterima oleh pengunjung misalnya informasi statistik, pencarian,
dan sebagainya.
2.3 MySQL MySQL adalah sebuah sistem manajemen database. Database
adalah sekumpulan data yang terstruktur. Data-data itu dapat suatu
daftar belanja yang sangat sederhana sampai ke galeri lukisan atau
banyaknya jumlah informasi pada jaringan perusahaan. Untuk
menambah, mengakses dan memproses data yang tersimpan pada
database komputer, kita membutuhkan manajemen database seperti
MySQL (Sidik, 2005).
Sidik (2005) juga menjelaskan bahwa MySQL adalah sebuah
sistem manajemen database yang saling berhubungan.
Sebuah hubungan database dari data yang tersimpan pada tabel
yang terpisah daripada menyimpan semua data pada ruang yang
sangat besar. Hal ini menambah kecepatan dan fleksibilitas. Tabel-
tabel tersebut dihubungkan oleh hubungan yang sudah didefinisikan
mengakibatkan akan memungkinkan untuk mengkombinasikan data
dari beberapa tabel sesuai dengan keperluan.
Selain itu Sidik (2005) juga memaparkan bahwa MySQL
adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL
(Structured Query Language) yaitu database management system
atau DBMS (Database Management System) yang multithread,
multi-user, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL
AB membuat MySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratis
dibawah lisensi GNU General Public License (GPL), tetapi mereka
11
juga menjual dibawah lisensi komersial untuk kasus-kasus dimana
penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan GPL.
Pada penelitian ini MySQL digunakan untuk menyimpan data-data
yang mendukung konten website cagar budaya salatiga. Data yang
dimaksud antara lain data benda cagar budaya, data administrasi,
data interaksi pengunjung dengan administrator dan sebagainya.
Versi MySQL yang digunakan dalam penelitian ini adalah MySQL
versi 5.0.51.
2.4 QR Code QR Code merupakan simbol dua dimensi. Ini ditemukan pada
tahun 1994 oleh Denso, salah satu perusahaan kelompok Toyota
besar, dan disetujui sebagai standar ISO internasional
(ISO/IEC18004) pada bulan Juni 2000. Simbol ini dua-dimentional
awalnya dimaksudkan untuk digunakan dalam mengontrol produksi
komponen otomotif, tetapi telah menyebar luas di bidang lain (Soon,
2008).
Gambar 2.1 Contoh QR Code
Sumber : Soon, 2008
Gambar 2.2 merupakan salah satu contoh dari QR Code . Di bawah
ini merupakan contoh QR Code beserta bagian-bagiannya.
12
Gambar 2.2 Contoh QR Code Beserta Bagian-bagiannya Sumber : Soon, 2008
QR Code menurut Soon (2008) merupakan matrix code /
barcode 2D yang awalnya banyak digunakan oleh perusahaan
Jepang (Denso-Wave) mengingat disinilah terciptanya QR Code
(tahun 1994). QR berasal dari istilah Quick Response dimana isi data
bar code dapat di-encode secara cepat. Bila anda sering membeli
produk Jepang atau bahkan membaca majalah Jepang, sering kita
jumpai QR Code ini. Fungsi dari QR Code hampir sama dengan
sistim bar code yang kita kenal selama ini yaitu digunakan untuk
mengidentifikasi sebuah benda yang ditempelkan bar code tersebut
tetapi sebenarnya QR Code ini bisa digunakan lebih luas untuk
segala macam kebutuhan seperti dipasang di kartu nama, di iklan
dan lainnya.
Gambar 2.3 Perbedaan QR Code dan Bar Code
Sumber : Denso Wave Inc, 2011
13
Tidak seperti bar code yang hanya satu sisinya saja yang
mengandung data, QR Code mempunyai dua sisi yang berisi data,
dan ini membuat QR Code lebih banyak memuat informasi
dibandingkan bar code. QR Code misalnya, dapat menampung
informasi berupa Uniform Resource Locator (URL) suatu website
yang nantinya dapat digunakan pada majalah, iklan, atau media
lainnya. Sehingga ketika seorang pengguna handphone berkamera
yang mempunyai aplikasi pembaca QR Code dapat langsung men-
scan dan masuk ke website yang dimaksud tanpa perlu mengetikkan
alamatnya. Kegunaan lain misalnya QR Code digunakan untuk
menyimpan data teks mengenai informasi produk atau hal lain,
SMS, atau informasi kontak yang mengandung nama, nomor
telepon, dan alamat (Denso Wave Inc, 2011).
Denso Wave Inc (2011) juga menyatakan bahwa kapasitas
data untuk QR Code dibandingkan matriks kode yang lain dapat
dikatakan cukup besar, yaitu dapat menampung 7.089 data numerik,
4.296 data alphanumerik, 2.953 data biner, atau 1.817 karakter
kanji, dengan dukungan kecepatan pendekodean dan ukuran cetak
yang kecil. Hasil cetakan QR Code dikatakan juga tahan terhadap
kerusakan sampai dengan 30% agar tetap dapat dibaca. Selain itu,
QR Code dapat dibaca dari segala arah dengan hasil yang sama
sehingga meminimalkan kesalahan baca akibat salah posisi QR
Code.
Soon (2008) menyebutkan bahwa di Jepang QR Code banyak
terlihat dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan alasan
sebagai berikut:
14
a. Beberapa sifat-sifat unggul untuk kode bar linear: densitas data
yang jauh lebih tinggi, dukungan Kanji / Cina karakter dan lain lain.
b. Hal ini dapat digunakan oleh siapa saja secara gratis
sebagaimana Denso telah merilis hak paten ke dalam ranah publik.
c. Struktur standar data tidak prasyarat untuk penggunaan saat
ini.
Tabel 2.1 Perbedaan QR Code dengan Barcode
QR Code Barcode Kapasitas data hingga ratusan data.
Kapasitas data maksimal 20 digit data.
Tipe Data yang disimpan beragam mulai dari angka, huruf bahkan sampai huruf Jepang seperti Kanji, Hiragana dan Katakana.
Tipe data yang disimpan hanya angka dan huruf.
Ukuran cetak untuk QR Code dapat jauh lebih kecil karena dapat menyimpan data baik secara horisontal maupun vertikal.
Ukuran cetak Barcode minimal adalah 102 piksel
Hasil cetakan di QR Code lebih tahan terhadap kerusakan seperti debu sampai robek bahkan data di QR Code masih bisa dibaca walaupun sebagian kode sudah rusak atau robek (maksimum tingkat kerusakan 30%).
Hasil cetakan Barcode tidak tahan terhadap kerusakan, jika salah satu bar tertutup atau terputus maka tidak dapat dibaca.
QR Code dapat dibaca dari segala arah atau sudut (360 derajat) sehingga kemungkinan gagal dalam membaca QR Code sangat kecil.
Barcode harus berada di depan scanner pada saat pembacaan.
15
d. Kebanyakan telepon seluler di Jepang dilengkapi dengan
kamera yang memungkinkan membaca QR Codes dapat mengakses
alamat internet secara otomatis dengan hanya membaca URL yang
dikodekan di QR Code.
2.5 QR Code Reader Agar dapat membaca QR Code diperlukan sebuah pembaca
atau pemindai berupa software yaitu QR Code Reader atau QR Code
Scanner yang harus diinstal pada perangkat telepon mobile (mobile
phone). Di dalam software tersebut terdapat fungsi untuk
mengkonversi QR Code menjadi teks yang dapat dibaca manusia.
Ada berbagai macam QR Code Reader Software yang dapat diunduh
secara gratis di internet seperti Kaywa Reader, Zxing, Dakode,
Scanlife Barcode Scanner dan sebagainya.
Gambar 2.4 Logo Aplikasi Scanlife
Sumber : Scanbuy Inc, 2011
Pada penelitian ini aplikasi yang digunakan adalah Scanlife Barcode
Scanner. Scanlife merupakan aplikasi mobile yang membuat telepon
seluler berkamera sebagai pemindai barcode secara virtual (Scanbuy
Inc, 2011). Penggunaan aplikasi ini dikarenakan aplikasi tersebut
sudah dapat digunakan pada berbagai macam jenis telepon seluler
(baik secara merek maupun sistem operasi yang digunakan).
Scanbuy (2011) menyebutkan bahwa sistem operasi yang dapat
mendukung aplikasi tersebut antara lain sistem operasi Java,
Android, iOS Apple, Blackberry serta Windows Mobile.
16
2.6 QR Code Generator
Untuk menghasilkan suatu gambar atau simbol QR Code, suatu
informasi di-encode melalui suatu aplikasi QR Code Generator.
Beberapa aplikasi QR Code Generator yang dapat digunakan antara
lain:
• Aplikasi web seperti Kaywa QR-Code, SnapMaxe QR Code
Generator.
• Add-on untuk Firefox yang dapat digunakan untuk
menghasilkan QR Code dari alamat website yang sedang diakses
seperti Mobile Barcoder atau SnapMaze QR Code Firefox
Extension.
• Google Chart API yang memang sudah mendukung QR Code. Dalam penelitian ini QR Code Generator yang digunakan adalah
API dari Google Chart.
Contoh penulisan sintaks dan hasilnya dapat dilihat pada gambar
2.7.
Gambar 2.5 Contoh Nilai dari Parameter pada Sintaks dan Hasil QR Code
Sumber : Google Inc, 2011
Google Chart API agar dapat bekerja dan menghasilkan QR Code
harus terkoneksi dengan internet salah satunya dengan melalui
internet browser.
17
Tabel 2.2 Tabel Parameter Permintaan Google Chart API Sumber : Google Inc, 2011
Parameter Dibutuhkan
atau Opsional Keterangan
Cht=qr Dibutuhkan Menentukan sebuah QR Code
Chs=<lebar>x<tinggi> Dibutuhkan Ukuran image Chl=<data> Dibutuhkan Data yang akan
di encode. Data dapat berupa digit (0-9), karakter alfanumerik, data binari, atau kanji.
Choe=<output_encoding> Opsional Bagaimana untuk meng-encode data pada QR Code. Nilai yang tersedia yaitu UTF-8 (default), Shift_JIS, ISO-8859-1
2.7 Algoritma QR Code Generator Berikut ini adalah algoritma untuk membuat QR Code.
2.7.1 Menentukan Kapasitas
Kapasitas dari QR Code ditentukan oleh versi, tingkat koreksi
kesalahan dan tipe data yang akan dikodekan (misalnya numerik,
alfanumerik, dan lain-lain). Sebagai contoh, pada QR Code versi 1
dengan tingkat koreksi kesalahan Q, 27 karakter numerik dapat
disimpan atau 16 karakter alfanumerik dapat disimpan dan 11 data
byte dapat juga disimpan yang tampak pada Tabel 2.3. Sebaliknya,
18
versi meningkat bila tingkat kesalahan lebih besar pada data yang
sama. Jadi, pertama perlu mempertimbangkan tingkat mengoreksi
kesalahan, dan selanjutnya kita mempertimbangkan versi jika perlu
(Swetake,2011).
2.7.2 Encode Data
Pada bagian ini, data di-encode dengan melakukan
perhitungan-perhitungan dan menempatkannya ke dalam QR Code.
• Menentukan tipe data
Data akan dibaca tipe datanya. Masing-masing tipe data akan
disimpan ke dalam representasi bilangan biner 4 bit dan mempunyai
panjang karakter penyimpanan tertentu. Tipe data tersebut terdapat
pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Tabel Tipe Data Sumber : Swetake, 2011
Tipe Data Representasi data 4 bit
Panjang penyimpanan
1 Numerik 0001 10 bit
2 Alphanumerik 0010 9 bit
3 Biner (8bit) 0100 8 bit 4 Kanji 1000 8 bit
• Konversi data ke dalam bentuk biner
Data yang telah diketahui tipe datanya akan dikonversikan ke
dalam biner berdasarkan Tabel 2.2. Misalnya, data yang mempunyai
tipe data numerik akan dikonversikan kedalam 10 bit biner.
• Konversi biner ke dalam bentuk desimal
Data yang sudah terkonversi ke dalam bentuk biner, akan
dirubah ke dalam bentuk desimal berdasarkan kapasitas dari masing-
masing versi QR Code yang telah ditentukan.
19
• Menghitung tingkat koreksi kesalahan
Tingkat koreksi kesalahan ditentukan dengan menggunakan
metode Reed Solomon berdasarkan versi QR Code yang digunakan
dengan toleransi kesalahan maksimal yang digunakan adalah 30%.
• Alokasi data
Data hasil encode akan dialokasikan ke dalam bentuk gambar
QR Code. Data yang akan dialokasikan adalah data hasil
representasi biner dan data hasil perhitungan koreksi kesalahan.
Aturan peletakan data dalam QR Code adalah sebagai berikut :
- Data akan dialokasikan ke dalam matriks dengan ukuran
sesuai kapasitas data pada versi QR Code.
- Data pertama kali akan diletakkan pada koordinat pojok kanan
bawah.
- Data selanjutnya akan diletakkan diatasnya.
- Jika pada peletakkan awal QR Code telah terdapat data
sebelumnya, maka peletakkan data akan dimulai pada modul yang
kosong dan mempunyai arah dari kiri ke kanan. Jika sebelah kanan
penuh maka arah selanjutnya adalah ke atas. Jika bagian atas penuh,
maka arah selanjutnya adalah ke bawah dengan tetap
memperhatikan arah peletakkan data yaitu dari kanan ke kiri.
• Penentuan pola data
Penentuan pola data QR Code (Finder Pattern) dilakukan
berdasarkan kondisi pada tabel 2. Jika kondisi pada tabel 2 tidak
terpenuhi, maka pola data tidak akan disimpan pada QR Code
sebagai finding pattern.
20
Tabel 2.4 Tabel Pola Data QR Code Sumber : Swetake, 2011
Pola Data Kondisi 000 (i+j) mod 2 = 0 001 i mod 2 = 0 010 j mod 3 = 0 011 (i+j) mod 3 = 0 100 (( i div 2)+(j div 3)) mod 2 = 0 101 (ij) mod 2 + (ij) mod 3 = 110 ((ij) mod 2 +(ij) mod 3) mod 2 = 0 111 ((ij)mod 3 + (i+j) mod 2) mod 2 = 0
• Penentuan format informasi data
Format informasi terdiri dari tingkat koreksi error dan
indikator pembentuk pola sebanyak 15 bit, yang terdiri dari 2 bit
untuk koreksi kesalahan yang ada pada tabel 3, 3 bit untuk
pembentuk pola yang ada pada tabel 2 dan 10 bit untuk format
informasi data. Tabel 2.5 Tabel Format Informasi
Sumber : Swetake, 2011 Level Koreksi Kesalahan Indikator 1 L 01 2 M 00 3 Q 11 4 H 10
2.7.3 Decode data
Proses decode adalah proses pembacaan data QR Code.
Langkah-langkah pembacaan data QR Code diantaranya adalah :
- Mengkonversi gambar QR Code ke dalam bentuk Grayscale
- Proses binerisasi gambar grayscale
- Mencari lokasi dan orientasi keberadaan data
- Mencari pola baris data
21
- Proses decode
Adapun proses decode tersebut merupakan kebalikan dari
proses encode.
2.8 QR Code Positition Detection Pattern
Pola pada pembacaan QR Code dapat dijelaskan melalui
gambar 2.7 dan 2.8.
Gambar 2.6 QR Code Pattern Sumber : Flannery, 2011
Nomor 1 pada Gambar 2.6 merupakan Informasi Versi dari QR
Code yang tercetak, sedangkan untuk Position Pattern ditunjukkan
oleh nomor 2, dalam sebuah QR Code terdapat 3 buah titik yang
fungsinya sebagai Position Pattern. Pola tersebut digunakan untuk
menentukan orientasi yang benar, pola dapat dideteksi secara
horizontal maupun vertikal oleh rasio B-W (Black-White) yang
ditunjukkan oleh nomor 5. Oleh karena itu QR Code dapat tetap
terbaca dari berbagai arah (dapat diputar-putar posisinya). Kemudian
untuk nomor 4 adalah Alignment Pattern yang fungsinya sebagai
pola deteksi untuk koreksi transformasi perspektif (sudut pandang
pemindaian). Nomor 3 pada Gambar 2.6 merupakan area data bit
(data yang telah dikodekan).
22
Gambar 2.7 QR Code Pattern Sumber : Flannery, 2011
Gambar 2.7 merupakan arah pemindaian QR Code. Nomor 2 Pada
Gambar 2.7 memperlihatkan hasil melalui pemindaian kolom secara
horizontal dari raw image pixels (atau secara vertikal) untuk mencari
pola posisi yang diidentifikasi oleh rasio 1-1-3-1-1. Nomor 1
menjelaskan setelah sebuah pola posisi potensial ditemukan yang
kemudian diperiksa silang ka arah lain untuk rasio dan posisi yang
sama juga menentukan pusat dari pola posisi. 2.9 Google Maps API Google Maps API adalah sebuah layanan bebas yang
memberikan beberapa cara bagi para pengembang untuk
menyisipkan Google Map pada website mereka dan
memperbolehkan para pengembang untuk menggunakannya secara
sederhana hingga modifikasi yang rumit (Google Inc, 2011). Google
Inc (2011) menyebutkan beberapa jenis API yang dapat digunakan
yaitu :
- Google Maps Javascript API
- Google Maps API for Flash
- Google Static Maps API
23
Pada website benda cagar budaya ini hanya Google Maps
Javascript API dan Google Static Maps API sajalah yang
digunakan. Google Maps Javascript API digunakan untuk
menampilkan Google Maps pada tampilan desktop, sedangkan
Google Statis Maps API digunakan untuk menampilkan Google
Maps pada tampilan mobile.
Gambar 2.8 Contoh Tampilan Google Maps
Sumber : Google Inc, 2011
Menurut Google, Internet Web Browser yang dapat
mendukung Google Map Javascript API antara lain sebagai berikut
- IE 7.0+ (Windows)
- Firefox 3.0+ (Windows, Mac OS X, Linux)
- Safari 4+ (Mac OS X, iOS)
- Chrome (Windows, Mac OS X, Linux)
- Android
- BlackBerry 6
- Dolfin 2.0+ (Samsung Bada)
Untuk Google Static Maps API dapat dijalankan pada semua
internet web browser.
1. Google Maps Javascript API
Berikut ini adalah langkah-langkah penggunaan Google Maps
Javascript API (Google Inc, 2011):
24
a. Mendeklarasikan aplikasi sebagai HTML 5
Google (2011) merekomendasikan untuk mendeklarasikan
sebuah true DOCTYPE di dalam aplikasi website.
b. Memuat (loading) Google Maps API
Alamat http://maps.googleapis.com/maps/api/js mengarah pada
sebuah lokasi file yang memuat semua simbol dan definisi yang
dibutuhkan dalam penggunaan Google Maps Javascript API.
c. Element-element Map DOM
Kode diatas adalah tempat yang harus disediakan sebagai area untuk
menampilkan Google Map-nya.
d. Opsi-opsi map
Selanjutnya untuk menginisialisasi sebuah peta harus dibuat
sebuah obyek opsi map yang berisikan variabel inisialisasi peta.
Dalam inisialisasi tersebut berisikan koordinat titik lokasi yang akan
ditampilkan pada peta serta opsi-opsi lainnya.
e. Memuat peta
Langkah selanjutnya adalah memuat peta. Tag onload
merupakan contoh sebuah atribut event handler di mana peta akan
ditempatkan pada DOM yang diinginkan setelah semua komponen-
komponen halaman selesai dimuat.
f. Lintang dan bujur
Untuk menentukan sebuah titik lokasi pada Google Map
dibutuhkan parameter koordinat lintang dan bujur. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa koordinat dimasukkan secara berurutan mulai
dari lintang (myLatitude) hingga bujur (myLongitude).
g. Level pembesaran
25
Tingkat pembesaran (zoom) dari peta yang akan ditampilkan
dapat ditentukan melalui parameter pembesaran yaitu pada
parameter zoom. Pada gambar tersebut nilai parameter zoom adalah
8. Nilai maksimal pembesaran yang dapat didukung oleh Google
adalah 21. Semakin tinggi nilai pembesaran maka semakin detil pula
peta yang ditampilkan.
2. Google Static Maps API
Google Static Maps API memperbolehkan pengembang untuk
menyisipkan citra google map pada halaman website tanpa
membutuhkan javascript atau halaman dinamis lainnya. Layanan
Google Static Map akan membuat peta berdasarkan parameter URL
yang dikirimkan melalui permintaan HTTP standar dan
dikembalikan dalam bentuk gambar yang tampil pada halaman
website (Google Inc, 2011).
Google menyebutkan bahwa Google Static Maps API ini akan
menghasilkan gambar dalam format GIF, PNG atau JPEG untuk
permintaan HTTP melalui sebuah URL.
Parameter-parameter yang harus ada dalam permintaan HTTP
untuk penampilan gambar peta statis menurut Google adalah sebagai
berikut.
a. Parameter Lokasi
Parameter lokasi terdiri dari :
- Center
Center mendefinisikan pusat dari sebuah peta sama jauhnya
dari semua tepi pada peta. Parameter ini berisikan lokasi berupa
koordinat lintang dan bujur (contoh : 40.714728,-73.998672)
26
maupun string alamat (contoh : “city hall”,”new york”,”NY”) yang
mengidentifikasikan lokasi unik di permukaan bumi.
- Zoom
Zoom mendefinisikan tingkat pembesaran (zoom level) dari
tampilan gambar peta.
b. Parameter Peta
Parameter peta terdiri dari :
- Size
Size mendefinisikan dimensi persegi panjang dari gambar peta
yaitu berisikan lebar dan tinggi gambar yang diinginkan. Contoh
penulisan yaitu 500x400 yang berarti 500 piksel lebarnya dan 400
piksel tingginya.
- Scale
Scale mempengaruhi jumlah piksel yang dihasilkan pada
gambar peta.
- Format
Format mendefinisikan jenis format gambar yang dihasilkan.
Secara default format gambar yang dihasilkan adalah format PNG,
namun dapat pula dihasilkan format GIF dan JPEG dengan
mendefinisikan jenis gambar tersebut pada parameter ini.
- Maptype
Maptype mendefinisikan jenis peta yang akan dibangun. Jenis-
jenisnya antara lain roadmap, satellite, hybrid, and terrain. Pada
website cagar budaya yang digunakan adalah jenis satellite.
c. Parameter Khusus
Parameter khusus terdiri dari :
- Markers
27
Markers mendefiniskan satu atau lebih penanda yang
dilampirkan pada lokasi spesifik di peta.
- Path
Path mendefinisikan jalur tunggal dari dua atau lebih titik
yang tersambungkan untuk ditampilkan diatas gambar peta.
d. Parameter Pelaporan
Parameter pelaporan terdiri dari :
- Sensor
Sensor menentukan apakah aplikasi yang meminta peta statis
menggunakan sensor untuk menentukan lokasi pengguna. Parameter
ini diperlukan untuk semua permintaan peta statis.
Parameter yang digunakan adalah parameter center dengan nilai
koordinat lintang dan bujur, parameter zoom, parameter size dan
parameter sensor.
Gambar 2.9 Gambar Peta Statis yang Dihasilkan. Sumber : Google Inc, 2011
Gambar 2.9 adalah hasil dari URL yang dikirimkan melalui Google
Static Maps API.