pemanfaatan tempe dan bayam dalam pembuatan …

61
PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN NUGGET ANALOG SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL TINGGI SERAT Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Oleh : ERMA ELITA NIM: 142110124 JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2017

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN NUGGET ANALOG SEBAGAI PANGAN

FUNGSIONAL TINGGI SERAT

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

Oleh :

ERMA ELITA NIM: 142110124

JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

TAHUN 2017

Page 2: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

PADANG HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH NUTRITIONAL FACULTY Scientific Writing, May 2017 Erma Elita Utilization of Tempe and Spinach in Making Analog Nugget As High Fiber Functional Food vii + 48 pages + 14 tables + 1 graph + 9 attachments

ABSTRACT School-aged children are an investment of a nation, because they are the next generation of the nation. As many as 80% of Indonesia's population of fiber intake <15 gr / day. Fiber intake is still quite less when compared with the number of adequacy. Efforts that can be done through a product innovation approach that is rich in fiber and easy to optimize its existence, this type of food is tempeh and spinach. The purpose of this study was to look at panelist acceptance level, calculate protein content and fiber nugget fiber content. The type of research is experiment with organoleptic test method. The design of this study was a complete randomized design (RAL) with 3 treatments and 2 repetitions. The treatment was a comparison of the addition of tempeh and spinach, 60 gr: 40 gr (B), 70 gr: 30 gr (C), 80 gr: 20 gr (D). Data processing with analysis of variance test (ANOVA) at 5% level and continued with DNMRT test to see the real difference of the product. While the test used to calculate protein content by Semimikro Kjeldhal method and fiber content test by enzymatic method. Treatment of analogue nuggets produced there was no significant difference to the color, scent and texture of analogue nuggets but there was a noticeable difference in the sense of analogue nuggets. Based on the results of the assessment of organoleptic nuggets analogous treatment D is most favored by panelists with a mean value of color (2.96), aroma (2.80), taste (3.14) and texture (2.86). Treatment D as the best treatment with the average value of golden yellow, aroma typical of spinach and fragrant aroma of chicken broth, flavor of spinach and savory taste due to pouring with panir flour, chewy texture, 21.18% protein content and 5.88% fiber content. Suggested in the manufacture of analog nuggets using treatment D with 80 gr tempe and 20 gr spinach, because this treatment is most preferred by the panelist. Keyword (Key Word): Spinach, Analog Nugget, Protein Level, Fiber Level, Tempe. References 23 (1995-2015).

Page 3: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN GIZI Karya Tulis Ilmiah, Mei 2017 Erma Elita Pemanfaatan Tempe dan Bayam dalam Pembuatan Nugget Analog Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat vii + 48 halaman + 14 tabel + 1 grafik + 9 lampiran

ABSTRAK Anak usia sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena mereka

merupakan generasi penerus bangsa. Sebanyak 80% penduduk Indonesia asupan seratnya < 15 gr/hari. Asupan serat masih tergolong sangat kurang jika dibandingkan dengan angka kecukupannya. Upaya yang dapat dilakukan melalui pendekatan inovasi produk yang kaya serat dan mudah dioptimalkan keberadaannya, jenis bahan pangan ini adalah tempe dan bayam. Tujuan penelitian ini untuk melihat tingkat penerimaan panelis, menghitung kadar protein dan kadar serat nugget analog.

Jenis penelitian adalah ekperimen dengan metode uji organoleptik. Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 2 kali pengulangan, Perlakuan tersebut adalah perbandingan penambahan tempe dan bayam, 60 gr : 40 gr (B), 70 gr : 30 gr (C), 80 gr : 20 gr (D). Pengolahan data dengan analisis uji sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji DNMRT untuk melihat perbedaan nyata produk yang dihasilkan. Sedangkan uji yang digunakan untuk menghitung kadar protein dengan metode Semimikro Kjeldhal dan pengujian kadar serat dengan metode enzimatis.

Perlakuan terhadap nugget analog yang dihasilkan ternyata tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap warna, aroma dan tekstur nugget analog akan tetapi terdapat perbedaan yang nyata pada rasa nugget analog. Berdasarkan hasil penilaian organoleptik nugget analog perlakuan D yang paling disukai oleh panelis dengan nilai rata-rata warna (2.96), aroma (2.80), rasa (3.14) dan tekstur (2.86).

Perlakuan D sebagai perlakuan terbaik dengan nilai rata-rata warna kuning keemasan, aroma khas bayam dan aroma wangi dari kaldu ayam, rasa khas bayam dan rasa gurih akibat pelumuran dengan tepung panir, tekstur kenyal, kadar protein 21.18 % dan kadar serat 5.88 %. Disarankan dalam pembuatan nugget analog menggunakan perlakuan D dengan tempe 80 gr dan bayam 20 gr, karena perlakuan ini yang paling disukai oleh panelis. Kata kunci (Key Word) : Bayam, Nugget Analog, Kadar Protein, Kadar Serat, Tempe. Daftar Pustaka 23 (1995-2015).

Page 4: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …
Page 5: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …
Page 6: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Erma Elita

NIM : 142110124

Tempat/ Tanggal Lahir : Pasaman Barat/ 25 Agustus 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum kawin

Nama Orang Tua

Ayah : Wirta Suwandi

Ibu : Siti Saleha

Alamat : Paraman Ampalu

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 11 Paraman, Kabupaten Pasbar ( 2002- 2008)

2. MTS Darussalam Pinagar, Kabupaten Pasbar ( 2008- 2011)

3. SMA Negeri 1 Gunung Tuleh (2011- 2014)

4. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang Jurusan D-III Gizi

(2014- 2017)

Page 7: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, dengan berkat serta rahmat dan karunia-nya, penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan maupun

rintangan.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian dari proses

pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D.III Jurusan Gizi di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan

pendidikan D.III pada masa akhir pendidikan.

Judul Karya Tulis Ilmiah ini “ Pemanfaatan Tempe dan Bayam dalam

Pembuatan Nugget Analog Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan

keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang

belum sempurna, baik dalam isi ataupun penyajian. Untuk itu penulis selalu

terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna untuk penyempurnaan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari bapak M. Husni

Thamrin, STP,MP selaku pembimbing utama dan ibu Dr.Eva

Yuniritha,S.ST,M.Biomed selaku pembimbing pendamping Karya Tulis Ilmiah

ini. Dan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Page 8: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kementrian Kesehatan

Padang.

2. Ibu Hasnelli, DCN,M. Biomed selaku ketua Jurusan Gizi.

3. Ibu Kasmiyetti, DCN,M.Biomed selaku Ka. Prodi DIII Jurusan Gizi.

4. Bapak Zulkifli, SKM, M.Si selaku penguji yang telah memberikan

masukan dan saran perbaikan dalam penulisan ini.

5. Ibu Ismanilda,S.Pd,M.Pd selaku penguji yang telah memberikan masukan

dan saran perbaikan dalam penulisan ini.

6. Bapak/Ibu Dosen yang mengajar di Poltekkes Kemenkes Padang.

7. Orang Tua dan Keluarga Tercinta yang selalu memberikan semangat dan

dukungan.

8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan dan

penulisan Karya Tulis Ilmiah yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan kekurangan yang ada pada,

penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak.

Padang, Mei 2017

Penulis

Page 9: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL.............................................................................................. v DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1 B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 1 C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 4

1. Tujuan Umum ......................................................................................... 4 2. Tujuan Khusus ........................................................................................ 4

D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 5 1. Bagi Penulis ............................................................................................ 5 2. Bagi Industri Makanan ............................................................................ 5 3. Bagi Masyarakat...................................................................................... 5

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN .............................................................. 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6

A. NUGGET ...................................................................................................... 6 B. TEMPE .......................................................................................................... 7

1. Pengertian Tempe.................................................................................... 7 2. Manfaat Tempe ....................................................................................... 9

C. BAYAM ........................................................................................................ 9 1. Pengertian Bayam ................................................................................... 10 2. Khasiat atau Manfaat Bayam .................................................................. 10

D. SERAT .......................................................................................................... 11 1. Pengertian Serat ...................................................................................... 11 2. Penggolongan Serat ................................................................................. 12 3. Manfaat Serat Bagi Kesehatan ................................................................ 12

E. PROTEIN ...................................................................................................... 14 1. Pengertian Protein ................................................................................... 14 2. Fungsi Protein ......................................................................................... 14

F. MAKANAN FUNGSIONAL ....................................................................... 15 1. Pengertian Makanan Fungsional ............................................................. 15 2. Jenis-jenis Pangan Fungsional ................................................................ 16

G. MUTU ORGANOLEPTIK ........................................................................... 17 1. Pengertian Mutu Organoleptik ................................................................ 17 2. Penilaian Uji Hedonik ............................................................................. 17 3. Macam Panelis ........................................................................................ 19 4. Syarat Panelis .......................................................................................... 20

Page 10: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

5. Persiapan Uji Organoleptik ..................................................................... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 22

A. JENIS PENELITIAN .................................................................................... 22 B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ..................................................... 22 C. ALAT DAN BAHAN ................................................................................... 22

1. Alat .......................................................................................................... 23 2. Bahan....................................................................................................... 22

D. RANCANGAN PENELITIAN ..................................................................... 23 1. Penelitian Pendahuluan ........................................................................... 23 2. Penelitian Lanjutan.................................................................................. 24

E. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN................................................... 24 1. Tahap Persiapan ...................................................................................... 24 2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 25

F. PENGAMATAN ........................................................................................... 26 1. Pengamatan Subjektif.............................................................................. 26 2. Pengamatan Objektif ............................................................................... 27

G. CARA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ...................................... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 30

A. HASIL PENELITIAN .................................................................................. 30 1. Mutu Organoleptik .................................................................................. 30 2. Perlakuan Terbaik ................................................................................... 35 3. Kadar Protein .......................................................................................... 36 4. Kadar Serat .............................................................................................. 37

B. PEMBAHASAN ........................................................................................... 37 1. Mutu Organoleptik .................................................................................. 38 2. Perlakuan Terbaik ................................................................................... 42 3. Kadar Protein .......................................................................................... 43 4. Kadar Serat .............................................................................................. 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 45

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 45 B. Saran ............................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 11: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan Gizi Tempe Kedelai/ 100 gr Bahan ..................................8

Tabel 2. Kandungan Zat Gizi Bayam dalam 100 gr ...........................................9

Tabel 3. Angka Kecukupan Serat Untuk Anak Sekolah/Hari ............................13

Tabel 4. Angak Kecukupan Protein Untuk Anak Sekolah/Hari .........................15

Tabel 5. Skala Hedonik dan Skala Numerik ......................................................17

Tabel 6. Perbandingan Tempe dan Bayam dalam Pembuatan Nugget ..............23

Tabel 7. Perbandingan Tempe dan Bayam dalam Pembuatan Nugget ..............24

Tabel 8. Nilai Rata-rata Kesukaan Panelis Terhadap Warna Nugget ...............30

Tabel 9. Nilai Rata-rata Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Nugget ................32

Tabel 10. Nilai Rata-rata Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur Nugget ..............33

Tabel 11. Nilai Rata-rata Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Nugget ..................34

Tabel 12. Nilai Rata-rata Kesukaan Panelis Terhadap Nugget Analog ..............35

Tabel 13. Kadar Protein Nugget Analog Tempe dan Bayam ..............................36

Tabel 14. Kadar Serat Nugget Analog Tempe dan Bayam ................................37

Page 12: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1 . Nilai Rata-rata Warna, Aroma, Rasa, Tekstur Nugget Analog Tempe dan Bayam ............................................................................................36

Page 13: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Form Uji Organoleptik

Lampiran B. Bagan Alir Pembuatan Nugget

Lampiran C. Bagan Alir Pembuatan Nugget Analog

Lampiran D. Analisa Sidik Ragam Warna, Aroma, Rasa dan Tekstur

Lampiran E. Data Hasil Analisa Protein dan Serat

Lampiran F. Dokumentasi Penelitian

Lampiran G. Biaya Penelitian

Lampiran H. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran I. Lembar Konsultasi

Page 14: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak usia sekolah adalah investasi suatu bangsa, karena mereka

merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan

ditentukan oleh kualitas anak-anak sekarang ini. Oleh karena itu anak usia

sekolah harus mendapatkan zat gizi yang cukup dan seimbang untuk

mengoptimalkan proses tumbuh kembangnya. Salah satuya adalah kebutuhan

serat. Sebanyak 80% penduduk Indonesia asupan seratnya <15 gr/hari, hal ini

terbukti dari asupan serat pada anak umur 7-9 tahun 5.7 gr dan pada anak

umur 10-12 tahun 6.7 gr.1

Rata-rata kecukupan serat anak sekolah 25 gr/hari.2 Asupan serat

anak sekolah masih tergolong sangat kurang jika dibandingkan dengan angka

kecukupannya, hal ini disebabkan karena pola makan dan kebiasaan makan

yang kurang baik. Konsumsi serat bagi anak usia sekolah sangat penting

untuk diperhatikan karena akan berdampak terhadap kesehatannya, dan

berpotensi menjadi penyakit degeneratif pada masa dewasanya, seperti

jantung koroner, diabetes mellitus dan kanker usus besar.1

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan asupan serat anak

sekolah serta mengurangi kejadian penyakit degeneratif pada dewasa nanti

melalui pendekatan inovasi produk yang kaya serat pangan yang

menyehatkan dan dapat dioptimalkan keberadaanya. Diantara beberapa jenis

pangan yang kaya serat dan dapat dioptimalkan keberadaannya adalah tempe

dan bayam.

Page 15: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

Tempe merupakan makanan sumber protein, serat pangan, kalsium,

vitamin B dan zat bezi. Kandungan zat gizi tempe kedelai dalam 100 gr

adalah energi 201 kal, protein 20.8 gr, lemak 8.8 gr, karbohidrat 13.5 gr dan

serat 1.4 gr.3 Disamping kandungan gizi yang baik, harga tempe relatif murah

dan ketersediannya berlimpah. Indonesia merupakan Negara konsumen

tempe terbesar di dunia sekaligus menjadi pasar kedelai terbesar di Asia, hal

ini terbukti dari 50% konsumsi kedelai Indonesia digunakan untuk

memproduksi tempe, 40% untuk memproduksi tahu dan 10% untuk

memproduksi produk lain seperti tauco, oncom, dan kecap.4

Beberapa komponen penting lain yang ada pada tempe yaitu asam

amino, asam lemak tidak jenuh dan isoflavon yang bermanfaat bagi

kesehatan.5 Adapun manfaat lain tempe bagi kesehatan di antaranya untuk

mengatasi diare, menurunkan penyakit jantung, mengatasi anemia,

menurunkan kadar kolestrol dan mencegah masalah gizi ganda.4

Bayam juga merupakan jenis sayuran komersial yang mudah di

peroleh di setiap pasar, mulai dari pasar tradisional maupun swalayan. Harga

pun dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Produksi bayam di

Indonesia tahun 2014 adalah 1 34159 ton, sedangkan di Sumatra Barat pada

tahun 2014 sebanyak 3067 ton.6 Kandungan zat gizi bayam dalam 100 gr

energi 16 kal, protein 0.9 gr, lemak 0.4 gr, karbohidrat 2.9 gr, serat 2.4 gr,

posfor 67 gr, kalsium 267 mg, kalium 500 gr, vitamin E 1.7 gr.7 Manfaat

bayam bagi kesehatan yaitu mencegah penyakit beri-beri, memperkuat syaraf

dan melenturkan otot rahim, mencegah sariawan, mencegah penyakit

anemia.8

Page 16: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

Penambahan bayam kedalam produk olahan tempe dapat

meningkatkan kandungan serat produk. Produk olahan tempe dan bayam

yang berpotensi untuk dikembangkan adalah nugget analog atau nugget

tiruan. Dikatakan nugget analog atau nugget tiruan karena adanya

ketidaksesuaian komposisi produk dengan definisi nugget. Nugget

merupakan produk restrukrisasi daging dengan adonan dan pelapis untuk

mempertahankan kualitas.8 Sementara itu bahan dasar pembuatan nugget

analog ini adalah tempe dan bayam.

Nugget analog memiliki keunggulan dibandingkan dengan nugget

pada umumnya. Yaitu adanya kandungan serat yang bermanfaat bagi

kesehatan dan harganya lebih terjangkau. Saat ini belum ada produk nugget

kaya gizi yang dijadikan sumber protein dan serat. Oleh karena itu,

pengembangan produk nugget dengan pemanfaatan tempe dan bayam perlu

dilakukan untuk menghadirkan produk nugget yang kaya gizi sebagai sumber

protein dan serat yang baik dikonsumsi oleh anak sekolah.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang” Pemanfaatan Tempe dan Bayam dalam Pembuatan

Nugget Analog Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat”.

Page 17: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan di atas maka di rumuskan masalah

penelitian tentang “Bagaimana Kualitas Nugget Analog dengan Pemanfaatan

Tempe dan Bayam Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat.”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Kualitas Nugget Analog dengan Pemanfaatan

Tempe dan Bayam Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Serat.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya nilai rata-rata warna nugget analog dengan pemanfaatan

tempe dan bayam.

b. Diketahuinya nilai rata-rata aroma nugget analog dengan pemanfaatan

tempe dan bayam.

c. Diketahuinya nilai rata-rata rasa nugget analog dengan pemanfaatan

tempe dan bayam.

d. Diketahuinya nilai rata-rata tekstur nugget analog dengan pemanfaatan

tempe dan bayam.

e. Diketahuinya perlakuan terbaik nugget analog dengan pemanfaatan

tempe dan bayam.

f. Diketahuinya kadar protein nugget analog tempe dan bayam dari

perlakuan terbaik.

g. Diketahuinya kadar serat nugget analog tempe dan bayam dari

perlakuan terbaik.

Page 18: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri dapat dijadikan sebagai pengembangan

kemampuan sehingga dapat menerapkan ilmu yang didapat tentang teknologi

pangan dalam rangka pengembangan pangan yang berkualitas, dapat

diterima, di sukai oleh masyrakat serta penulis dapat menambah wawasan

dan pengalaman di bidang Karya Tulis Ilmiah.

2. Bagi Industri Makanan

Memberikan informasi bagaimana tempe dan bayam bisa dijadikan

produk baru yang berkualitas baik dari segi cita rasa maupun kandungan zat

gizinya.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan Informasi kepada masyarakat tentang tempe dan

bayam yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal dan

memperkenalkan nugget yang kaya protein dan serat kepada masyarakat.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang maka ruang lingkup penelitian yaitu

nugget analog tempe dan bayam dengan melihat mutu organoleptik (warna,

aroma, tekstur dan rasa), dan kadar protein serta kadar serat dari nugget

analog.

Page 19: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. NUGGET

Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling dan diberi bumbu-

bumbu serta dicampur bahan pengikat lalu dicetak menjadi bentuk tertentu,

dikukus, dipotong, kemudian diselimuti oleh tepung (batter) dan pelemuran

tepung roti (breading) kemudian digoreng.9

Sedangkan menurut Lukman dkk, nugget merupakan produk olahan

daging restrukrisasi, yaitu teknik pengolahan daging dengan memanfaatkan

daging kualitas rendah atau memanfaatkan potongan daging yang relatif kecil

dan tidak beraturan, kemudian diletakkan kembali menjadi ukuran yang lebih

besar menjadi suatu produk.8

Nugget biasanya diolah dari bahan giling (daging ikan, daging sapi

atau daging ayam) yang dipipihkan, diberi bumbu dan dicetak dengan

berbagai bentuk. Potongan ini dilapisi dengan tepung berbumbu, kemudian

dikemas dan dibekukan.

Dikatakan nugget analog atau nugget tiruan karena adanya

ketidaksesuaian komposisi produk dengan defenisi nugget yang semestinya

menurut para ahli. Nugget analog atau nugget tiruan ini berbahan dasar selain

daging.

Jenis-jenis nugget diantaranya nugget berbahan dasar daging ayam,

nugget daging sapi, nugget daging ikan, nugget udang, nugget tahu dan

nugget sayuran.10

Page 20: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

1. Cara Pembuatan Nugget

Cara pembuatan nugget : cuci dan bersihkan daging dan bawang

putih kemudian ditimbang. Masukkan daging kedalam blender, bersama

bawang putih dan garam, kemudian blender sampai daging dan campurannya

tercampur. Ratakan campuran daging tersebut didalam nampan, kemudian

kukus selama 30 menit. Lalu potong-potong adonan menjadi bentuk empat

persegi. Siapkan adonan untuk membuat adonan breading, dengan komposisi

sebagai berikut: CMC (Karboksil Metil Selulosa) 0.5 % dari berat terigu dan

maizena, tepung terigu, dan tepung maizena dan air lalu blender hingga

adonan berbentuk kental. Celupkan nugget kedalam adonan breading,

sehingga seluruh permukaan nugget tertutup oleh adonan. Gulir-gulirkan

pada tepung roti. Terahir goreng nugget dalam minyak panas dengan api

sedang sampai berwarna kuning keemasan.9

B. TEMPE

1. Pengertian Tempe

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji

kedelai atau beberapa bahan lain yang mengunakan beberapa jenis kapang

Rhizopus, seperti Rhizopus oligusporus, Rh. Oryzae, Rh.Stolonifer (kapang

roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai

ragi “tempe”.

Kapang yang tumbuh pada kedelai akan menghidrolisis senyawa-

senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah di cerna oleh

manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi.

Berbagai macam kandungan dalam tempe yang mempunyai nilai obat, seperti

Page 21: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit

degeneratif.

Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia

kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga tekstur yang memadat.

Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe

memiliki rasa dan aroma yang khas.11

Tempe adalah makanan yang berasal dari fermentasi kedelai.

Teksturnya yang lembut, berserat tinggi, larut dalam air dan mudah dicerna

merupakan keunggulan dari jenis makanan ini. Selain keunggulan lainnya

seperti kadar protein yang tinggi dan harganya yang mudah terjangkau oleh

masyarakat dari semua lapisan. Kehadirannya sebagai salah satu bahan

pangan sehari-hari yang sarat gizi, maupun memberikan solusi terbaik guna

peningkatan gizi secara merata bagi seluruh keluarga.9

Harga tempe yang relatif murah, rasanya yang enak, kandungan

gizinya yang tinggi, potensi kesehatan yang besar, dan kemampuannya untuk

diolah jadi berbagai bahan makanan, telah menjadikan tempe semakin

popular dari waktu ke waktu.

Ciri-ciri tempe yang kurang baik :

a. Pecah - pecah

b. Kapang tidak tumbuh atau tumbuh tetapi tidak merata

c. Kedelai menjadi busuk dan berbau amoniak atau alkohol

d. Kedelai menjadi berlendir dan asam

Page 22: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

Tabel 1 Kandungan Gizi Tempe Kedelai dalam 100 gr Bahan

Komponen Kandungan Protein 18,3 gr Lemak 4,0 gr

Karbohidrat 12,7 gr Abu 1,6 gr Serat 1,4 gr

Karoten total 34 mg Kalsium 129 mg

Besi 10 mg Fosfor 154 mg

Sumber : (Cahyadi. 2007 dalam Yani Irma Eva. 2010) 9

2. Manfaat Tempe

Sepotong tempe mengandung berbagai unsur bermanfaat seperti

karbohidrat, lemak, potein, serat, vitamin, enzim serta komponen antibakteri

yang bermanfaat untuk kesehatan. Kandungan inilah yang membuat tempe

sebagai makanan penuh gizi. Komposisi gizi tempe baik kadar protein,

lemak, dan karbohidrat tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai.

Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang

tempe, maka protein, lemak dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih

mudah dicerna dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai.11

Adapun manfaat tempe bagi kesehatan yaitu untuk mengatasi diare,

menurunkan tekanan darah, mencegah penyakit jantung, mencegah dan

mengatasi anemia, mencegah infeksi, menurunkan kadar kolestrol, mencegah

masalah gizi ganda, mencegah hipertensi, mencegah osteoporosis dan

mencegah penuan dini.4

Page 23: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

C. BAYAM

1. Pengertian Bayam

Bayam merupakan sayuran yang telah lama dikenal di Indonesia dan

dibudidayakan secara luas oleh petani Indonesia, bahkan di negara luar, hal

ini terbukti dengan namanya yang berbeda-beda, seperti Bayam ( Aceh dan

Minang ), Senggang bener (Sunda), bayem (Bali dan Jawa), tarnyak, tarnak

(Madura), nadu (Bima), meja (Sumba). Dalam istilah asing seperti di Inggris

bayam disebut sebagai African spinach, di Perancis di sebut dengan

amarante. Nama Ilmiah tanaman bayam adalah Amaranthus spp. Yang

termasuk dalam keluarga Amaranthaceae.12

Tanaman bayam terdiri dari dua varietas, di Indonesia dikenal dua

jenis bayam yaitu bayam cabut dan bayam petik. Bayam disebut juga sebagai

“King of Vegetable” karena menduduki tempat tertinggi kandungan gizinya

diantara sayuran lain.

Tabel 2 Kandungan Zat Gizi Bayam dalam 100 gr

Energi 36 kal Kalsium 267 mg

Posfor 67 mg Zat besi 3,9 mg Karoten 3.533 mcg Kalium 500 mg Serat 2,4 gr Vitamin C 26 mg Vitamin E 1.7 mg Protein 2.5 gr Asam Folat 150 mg

Sumber : Sajhmien Moehyi. 2012.7

2. Khasiat atau Manfaat Bayam

a. Mencegah penyakit kanker.

Kandungan vitamin C, vitamin E, dan karoten yang tinggi dalam

daun bayam, menjadikan bayam menjadi salah satu sayuran yang kaya

Page 24: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

akan antioksidan. Dari hasil penelitian antioksidan yang tinggi akan

menurunkan resiko terhadap penyakit jantung, stroke, kanker dan katarak.

b. Menurunkan resiko Age-related Macular Degeneration(AMD).

AMD merupakan suatu penyebab kebutaan permanen pada orang

dewasa di Negara-negara barat. Sayuran bayam sebagai sumber karoten

memiliki resiko lebih rendah terhadap Age-related Macular Degeneration

(AMD).

c. Mencegah Spina Bifida.

Kandungan asam folat yang tinggi dalam sayuran bayam sangat

dianjurkan untuk dikonsumsi oleh wanita dalam keadaan hamil untuk

mencegah terjadinya spina bifida pada bayi yang akan lahir.

d. Mencegah tekanan darah tinggi.

Kandungan kalium yang tinggi dalam bayam menjadikan bayam

sebagai makanan yang berkhasiat untuk mencegah kenaikan dan

pengendalian tekanan darah. 7

D. SERAT

1. Pengertian Serat

Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang menyatakan

polisakarida dinding sel.13 Serat makanan tidak dapat di serap oleh dinding

usus halus dan tidak dapat masuk kedalam sirkulasi darah. Namun, akan

dilewatkan menuju usus besar (kolon) dengan gerakan pristaltik usus. Serat

makanan yang tersisa didalam kolon tidak membahayakan organ usus, justru

kehadirannya membawa nilai yang positif terhadap proses didalam

pencernaan dan metabolisme zat-zat gizi.14

Page 25: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

2. Penggolongan Serat

Serat dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu:

a. Serat Tidak Terlarut (Insoluble Fiber)

Yang tergolong kedalam serat tidak larut adalah selulosa,

hemiselulosa, dan lignin. Golongan ini banyak ditemukan dalam sayuran

dan kulit gandum. Serat jenis ini mempunyai kecendrungan menyerap air

dan meningkatkan pemadatan sehingga mempunyai kontribusi pada

volume tinja menjadi besar.

b. Serat Yang Terlarut (Dietary Fiber)

Serat larut adalah serat yang larut di dalam air, antara lain terdiri

atas pektin, getah tanaman, dan beberapa jenis hemiselulosa. Serat yang

terlarut ini banyak terdapat pada buah-buahan, kacang-kacangan. Serat

yang terlarut ini mempunyai efek menurunkan kolestrol, karena serat

merangsang peningkatan eksresi asam empedu ke dalam usus. Dengan

demikian, absobsi kolestrol dan lemak akan melambat. Faktor efek

rendahnya kolestrol akibat serat terlarut ini menyebabkan serat terlarut

menjadi faktor yang sangat penting.11

3. Manfaat Serat Bagi Kesehatan

a. Membuat perut kenyang karena menyerap air dan mengembang, serat

terlarut juga sewaktu makan juga memperlambat gerak makanan ke

pencernaan bagian atas dengan demikian pemenuhannya semakin

lama.

Page 26: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

b. Menurunkan konsumsi energi dengan cara mengurangi konsentrasi

lemak dan gula dalam diet yang menyumbangkan sedikit energi, serat

dalam diet ini dapat mengontrol berat tubuh.

c. Mempunyai hubungan dengan penurunan kejadian terjadinya kanker

kolon.

d. Stimulasi otot pencernaan dalam menjaga kesehatan dan tones otot,

keadaan ini merupakan upaya otot pencernaan agar terhindar dari

diverticulosis, dimana dinding usus menjadi lemah dan menyebabkan

tempat tersebut tidak padat.

e. Mencegah terjadinya konstipasi/sembelit, konstipasi atau sembelit

merupakan kesulitan dalam pengeluaran sisa pencernaan, karena

volume feses terlalu kecil sehingga penderita jarang buang air besar,

ganguan ini dapat dihindari dengan mengkonsumsi makanan berserat.

f. Konsumsi serat yang teratur dan cukup setiap hari akan membantu

dalam mengontrol berat badan dan kegemukan atau obesitas .14

g. Konsumsi serat dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada

manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit

jantung.15

Tabel 3 Angka Kecukupan Serat Untuk Anak Sekolah / Hari

Kelompok Umur Kecukupan Serat (gr)

1-3 tahun 16 4-6 tahun 22 7-9 tahun 26

10-12 tahun 28 Sumber : Angka Kecukupan Gizi. 2014.

Page 27: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

E. PROTEIN

1. Pengertian Protein

Istilah protein yang berarti “ to take first place” (menduduki tempat

utama), yang dipernalkan oleh Mulder, seorang pakar kimia Belanda pada

tahun 1938. Protein merupakan senyawa yang terdapat dalam setiap sel hidup.

Setengah dari berat kering dan 20% dari berat total seorang manusia dewasa

adalah protein. Protein merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh,

karena selain sebagai sumber energi, protein juga berfungsi untuk zat

pembangun dan zat pengatur dalam tubuh.

2. Fungsi Protein

a. Untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan

Pembelahan sel dan pertumbuhan tergantung dari availabilitas

protein, karena protein sangat diperlukan untuk sintesis sebagaian besar

bahan struktural tubuh. Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis.

Secara bergantian protein akan dipecah-pecah dan disintesis kembali.

b. Pembentukan senyawa tubuh yang esensial

Hormon yang diproduksi dalam tubuh, seperti insulin, epinefrin

dan tiroksin pada dasarnya adalah protein. Sebagai tambahan, setiap sel

dalam tubuh banyak sekali mengandung enzim yang berbeda dan

semuanya adalah protein.

c. Regulasi keseimbangan air

Cairan didalam tubuh terdapat pada tiga tempat yaitu dalam sel

(intraseluler), diluar sel (ekstraseluler) dan dalam pembuluh darah

(intravasculer). Tempat cairan tersebut dipisahkan satu dari yang lainnya

Page 28: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

oleh membran sel. Keseimbangan cairan antar jaringan diperoleh dari

protein dan elektrolit.

d. Mempertahankan netralitas tubuh

Protein dalam tubuh berfungsi sebagai penyangga yaitu bahan

yang dapat bereaksi baik dengan asam dan basa. Hal ini merupakan fungsi

yang sangat penting karena keseimbangan jaringan tubuh tidak dapat

berfungsi jika PH nya berubah dari normal.

e. Transportasi Zat Gizi

Protein berperan penting dalam transportasi zat gizi dari usus,

menembus membran sel kedalam sel. Sebagian besar zat gizi tertentu

dibawa oleh protein. Protein ini bersifat spesifik terhadap zat gizi,

misalnya protein pengikat retinol yang hanya membawa zat gizi vitamin

A. Begitu juga dengan protein pembawa zat gizi lainnya.15

Tabel 4 Angka Kecukupan Protein Untuk Anak Sekolah / Hari Kelompok Umur Angka Kecukupan Protein

(gr) 1-3 Tahun 26 4-6 Tahun 35 7-9 Tahun 49

10-12 Tahun 56 Sumber : Angka Kecukupan Gizi. 2014

F. MAKANAN FUNGSIONAL

1. Pengertian Makanan Fungsional

Makanan fungsional didefinisikan sebagai makanan yang

mempunyai fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan zat gizi dasar bagi

tubuh, tetapi juga memiliki fungsi lain untuk tubuh. Konsep makanan

fungsional mula-mula berasal dari filosofi Hipropcates yaitu, “Jadikanlah

Page 29: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

makananmu sebagai obatmu dan obatmu sebagai makananmu”. Makanan

fungsional ini sering disebut juga dengan makanan yang mempunyai fungsi

kesehatan, khususnya untuk pencegahan preventif penyakit.

Istilah makanan funsional digunakan pertama kali di Jepang pada

tahun 1984. Di Jepang makanan fungsional ini diberi nama FOSHU (Food

For Specified Health Uses), yaitu mengandung sebuah klaim bagi makanan

yang diketahui secara ilmiah mengandung komponen yang menguntungkan

bagi kesehatan.

2. Jenis-Jenis Makanan Fungsional

Makanan fungsional dapat dibedakan menjadi dua :

a. Berdasarkan Sumber

Berdasarkan sumbernya maka makanan fungsional dibedakan

menjadi dua, yaitu makanan fungsional nabati yang berasal dari

tumbuhan, contohnya: kedelai, beras, tomat, bawang putih, anggur, dan

sebagainya. Selanjutnya makanan fungsional yang berasal dari hewani,

contohnya: ikan, susu dan produk olahannya.

b. Berdasarkan Cara Pengolahan

Berdasarkan cara pengolahan maka makanan fungsional

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu makanan fungsional alami

adalah makanan fungsional yang tersedia dialam dan tidak mengalami

proses pengolahan, contoh buah dan sayur yang dimakan dalam keadaan

segar. Makanan fungsional tradisional contohnya, tempe, dadih

sedangkan makanan fungsional modern adalah makanan fungsional yang

dibuat secara khusus dengan teknologi khusus seperti Diabetasol.16

Page 30: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

G. MUTU ORGANOLEPTIK

1. Pengertian Mutu Organoleptik

Mutu organoleptik adalah mutu yang digunakan untuk menentukan

uji suatu produk yang diukur dengan penilaan organoleptik. Penilayan

organoleptik disebut juga dengan penilaan panca indra atau penilaan sensorik

yang merupakan suatu cara penilaan yang sangat primitif. Penilaan dengan

panca indra menjadi bidang ilmu setelah prosedur penilaian dibakukan,

dirasionalkan, dihubungkan dengan penilaan secara objektif, analisa lebih

sistematis, demikian pula metode statistik digunakan dalam analisa serta

pengambilan keputusan.17

Dalam penelitian ini pengujian organoleptik yang dilakukan adalah

uji hedonik yang biasanya disebut sebagai uji kesukaan, dalam pengujian ini

panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan

terhadap produk baru yang dibuat.17

Tabel 5 Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala Hedonik Skala Numerik Sangat suka 4

Suka 3 Agak suka 2 Tidak suka 1

Sumber : Soekarto soewarno. 1985.

2. Penilaan Uji Hedonik

Penilaan uji hedonik dilakukan terhadap warna, araoma, tekstur dan

rasa produk yang dibuat.

a. Warna

Warna merupakan hasil dari pengindraan penglihatan yang paling

cepat dan mudah memberikan kesan pada suatu produk makanan. Warna

Page 31: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

makanan memegang peranan penting dalam hal penampilan makanan

dan menentukan mutu dari suatu makanan. Warna juga digunakan

sebagai indikator kesegaran atau kematangan suatu makanan yang dinilai

secara deskriptif.

b. Aroma

Aroma makanan menentukan kelezatan dan kualitas bahan

pangan. Aroma makanan merupakan bau yang dikeluarkan oleh

makanan atau minuman yang merupakan daya tarik yang sangat kuat dan

mampu merangsang indra penciuman sehingga membangkitkan selera

makan.

Dalam hal ini aroma lebih banyak sangkut pautnya dengan panca

indra penghidu. Aroma baru dapat dikenali bila berbentuk uap. Manusia

mampu mendeteksi dan membedakan sekitar enam belas juta jenis

aroma. Meskipun demikian alat indra penghidu manusia masih dikatakan

lemah jika dibandingkan dengan alat penghidu hewan. Umumnya aroma

yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai

ramuan atau campuran empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan

hangus.

c. Tekstur

Tektur merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa

makanan, karena sensitifitas indra perasa dipengaruhi oleh tekstur atau

konsistensi makanan. Penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa

tekstur bahan dapat mengubah rasa yang timbul, karena dapat

mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan.

Page 32: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

d. Rasa

Rasa berbeda dengan aroma atau lebih banyak melibatkan panca

indra lidah. Pengindraan cecapan dapat dibagi menjadi empat cecapan

utama yaitu asin, asam, manis dan pahit. Rasa merupakan suatu yang

dikecap oleh lidah yang berfungsi untuk mencicipi makanan, merupaka

faktor kedua yang menetukan cita rasa setelah penampilan makanan

sendiri.

3. Macam Panelis

Beberapa macam panelis yang digolongkan pada penelitian organoleptik

adalah:

a. Panelis Perorangan

Panelis perorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-

latihan yang sangat intensif.

b. Panelis Terbatas

Merupakan panelis yang terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai

kepekaan cukup baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan

seleksi dan latihan.

c. Panelis Terlatih

Terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik.

Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.

d. Panelis Agak Terlatih

Panelis agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya

dilatih untuk mengetahui sifat sensorik tertentu.

Page 33: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

e. Panelis Tidak Terlatih

Panelis tidak terlatih terdiri dari 15-25 orang awam yang dapat

dipilih berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan

ekonomi.

f. Panelis Konsumen

Panelis konsumen terdiri dari 30-100 orang yang tergantung pada

target pemesaran komoditi/produk.

g. Panelis Anak-Anak

Panelis yang menggunakan anak-anak usia 3-10 tahun.

4. Syarat Panelis

Dalam penelitian ini panelis yang digunakan adalah panelis agak

terlatih yaitu panelis dalam kategori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari

contoh yang dinilai karena mendapat penjelasan atau sekedar pelatihan.

Panelis agak terlatih ini jumlahnya berkisar 15-25 orang. Makin kurang

terlatih makin besar jumlah panelis yang diperlukan. Adapun syarat-

syarat panelis yaitu:

a. Orang yang dijadikan panelis harus ada perhatian terhadap penilaan

organoleptik.

b. Bersedia dan mempunyai waktu.

c. Panelis mempunyai kepekaan yang diperlukan seperti rasa, aroma,

tekstur dan warna.

d. Panelis tidak merokok, tidak dalam suasana lapar dan terlalu kenyang

untuk menghindari terjadinya bias dalam penilaan mutu organoleptik.

Page 34: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

5. Persiapan Pengujian Organoleptik

a. Persiapan Panelis

Sebelum dilakukan pengujian, para panelis harus sudah diberi tahu

dan diharapkan datang pada waktunya. Jika panelis sudah datang, pengujian

harus sudah siap dilaksanakan.

b. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Peralatan untuk penyajian sampel dapat berupa peralatan dapur

misalnya panci, kompor, wajan, pisau, sendok, dan lain-lain. Sarana dapur

sangat diperlukan dalam laboratorim penilaan organoleptik. Peralatan

penyajian sampel seperti piring, sendok, garfu, gelas, nampan, dan lain-lain.

c. Penjelasan

Dalam tahap penjelasan ini panelis dikumpulkan lalu diberikan

penjelasan dan informasi tentang pengujian organoleptik. Selain itu

instruksinya harus jelas dan singkat supaya mudah dipahami dan ditangkap

artinya, mereka sudah harus tahu dan siap melakukan tugas apa yang harus

dikerjakan.

Page 35: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen, yaitu membuat nugget

analog tempe dan bayam dengan perbandingan tertentu. Nugget yang sudah

jadi kemudian dilihat mutu organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur)

serta kandungan protein dan serat.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2016 – Mei

2017. Pembuatan Nugget Analog dan pengujian Organoleptik dilakukan di

Poltekkes Kemenkes Padang, sedangkan pengujian Kadar Serat dan Kadar

Protein dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Padang.

C. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget analog atau nugget

tiruan adalah tempe kedelai murni yang dibuat di Padang dan dibeli di Pasar

Siteba Padang yang berwarna putih segar, miseliumnya tumbuh secara

merata, bayam cabut varietas yang berwarna hijau segar dan tidak berulat,

garam halus beryodium, tepung maizena, tepung terigu “Segitiga Biru”,

tepung roti yang dibeli di Pasar Siteba Padang dan minyak goreng. Bahan

Tambahan untuk Kaldu ayam : Tulang ayam, daun bawang, seledri dan

tomat warna merah.

Page 36: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

2. Alat

a. Alat yang digunakan untuk Uji Organoleptik adalah formulir uji

organoleptik, piring ceper kecil warna putih dan sendok makan.

b. Alat yang digunakan dalam pembuatan nugget analog adalah

ulekan/blender, baskom, timbangan analitik dengan ketelitian 0.1 gr,

pisau stainless style, sendok penggorengan, kuali alumanium, talenan,

kompor, sodet, piring ceper besar.

c. Alat yang digunakan untuk analisa kadar protein dan serat adalah

mortar, timbangan analitik dengan ketelitian 0.01 gr, pipet ukur,

Erlenmeyer, kertas saring, kertas lakmus, oven dan labu kjeldahl.

D. RANCANGAN PENELITIAN

1. Penelitian Pendahuluan

Rancangan penelitian dilakukan pada penelitian pendahuluan ini

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 kali

pengulangan. Perlakuan diberikan sebagai berikut:

Tabel 6 Perbandingan Tempe dan Bayam dalam Pembuatan Nugget Analog

Berdasarkan pengujian yang dilakukan kepada 12 orang panelis

maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Perlakuan A teksturnya agak lunak, sehingga dalam proses

pencetakannya agak susah. Rasa yang timbul dominan rasa bayam , warna

lebih hijau. Perlakuan B, C, dan D teksturnya sudah bagus. Rasanya sudah

Perlakuan Tempe Bayam Perlakuan A 50 gr 50 gr Perlakuan B 60 gr 40 gr Perlakuan C 70 gr 30 gr Perlakuan D 80 gr 20 gr

Page 37: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

seimbang antara tempe dan bayam dan warna tidak mencolok. Dari hasil

pengujian yang dilakukan maka didapatkan tingkat kesukaan panelis

terhadap nugget analog 65,6 % panelis suka pada perlakuan A, 75 %

Perlakuan B, 74 % Perlakuan C dan 73,5 % Perlakuan D.

2. Penelitian Lanjutan

Rancangan Penelitian yang digunakan pada penelitian lanjutan ini

adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 2 kali ulangan,

perlakuan yang ditetapkan berdasarkan penelitian pendahuluan yang terpilih

dari yang terbaik setelah dilakukan uji kesukaan kepada 12 orang panelis.

Dari hasil pengujian maka ditetapkan perlakuan sebagai berikut :

Tabel 7 Perbandingan Tempe dan Bayam dalam Pembuatan Nugget Analog

Perlakuan Tempe Bayam Perlakuan B 60 gr 40 gr Perlakuan C 70 gr 30 gr Perlakuan D 80 gr 20 gr

E. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Tahap Persiapan

a. Seleksi bahan merupakan pemilihan bahan sesuai dengan kualitas terbaik

dari bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget analog tempe dan

bayam.

b. Persiapan alat : blender, baskom, timbangan analitik dengan ketelitian

0.1 gr, pisau stailenss style, sendok penggorengan, kuali alumanium,

talenan, kompor, sodet, dan piring ceper besar.

c. Penimbangan bahan yaitu mengukur bahan-bahan dengan tepat sesuai

dengan ketentuan.

Page 38: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

2. Tahap Pelaksanaan/ Pembuatan Nugget Analog

Prosedur nugget analog atau nugget tiruan tempe dan bayam :

a. Bersihkan dan timbang bahan.

b. Kukus tempe dan bayam secara terpisah (10 menit).

c. Blender / haluskan tempe dan bayam secara terpisah.

d. Buat kaldu ayam dengan perbandingan air dan tulang ayam 700 cc : 50

gr masak selama 10 menit.

e. Campurkan tempe, bayam, air kaldu100 cc, garam halus 2 % dari berat

adoanan, aduk hingga rata.

f. Potong-potong adonan adonan 2.5 × 3 cm dengan tebal 1.5 cm atau

menurut kesukaan.

g. Bekukan Nugget / kukus nugget selama 20 menit.

h. Siapkan baha n untuk membuat adonan breading, dengan komposisi

sebagai berikut: tepung terigu merek segitiga biru, tepung maizena 1.5 %

dari berat tepung terigu, garam halus 2 % dari berat terigu. Campurkan

semua bahan dan larutkan dalam air es dengan perbandingan 1:1.

i. Celupkan nugget beku kedalam adonan breading, sehingga seluruh

permukaan nugget tertutupi oleh adonan

j. Gulir-gulirkan nugget yang telah dilapisi oleh adonan breading dengan

tepung roti.

k. Goreng nugget selama 5 menit dalam minyak panas sampai berwarna

kuning keemasan.18

Page 39: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

F. PENGAMATAN

1. Pengamatan Subjektif

Pengamatan dilakukan secara subjektif dengan uji organoleptik. Uji

Organoleptik yang dilakukan adalah uji kesukaan (uji hedonik) terhadap

warna, aroma, rasa dan tekstur nugget tempe analog dengan jumlah

perbandingan yang berbeda. Uji Organoleptik dilakukan oleh panelis agak

terlatih, yaitu mahasiswa jurusan Gizi Politekknik Kesehatan Padang yang

telah mendapatkan mata kuliah Ilmu Teknologi Pangan yang berjumlah 25

orang.

Prosedur pengujian organoleptik dilakukan sebagai berikut:

a. Sediakan sampel sesuai perlakuan yang telah ditetapkan sebelumnya

didalam sebuah piring dan beri kode.

b. Panelis mencicipi satu per satu sampel dan mengisi formulir uji

organoleptik sesuai dengan tanggapan dengan produk tersebut.

c. Panelis harus minum dulu sebelum mencicipi sampel berikutnya.

d. Panelis mengisi tanggapan tentang rasa, aroma, tekstur dan warna

dalam bentuk angka kedalam formulir uji organoleptik tersebut.

e. Nilai tingkat kesukaan antara lain :

Sangat suka = 4

Suka = 3

Tidak suka = 2

Sangat tidak suka = 1

Page 40: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

2. Pengamatan Secara Objektif

Pengamatan secara objektif yaitu dengan melakukan Uji Kadar

Protein dan Uji Kadar Serat.

a. Penentuan Kadar Serat dengan Metode Enzimatis

Metode ini menggunakan enzim amilase yang diikuti dengan enzim

pepsin pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan.

1) Menimbang dengan seksama 2-3 gram contoh, dibebaskan dari

lemaknya dengan cara ekstraksi dengan cara soxhlet atau dengan cara

mengaduk atau menuangkan contoh dalam pelarut organik sebanyak

tiga kali dan contoh dikeringkan, kemudian setelah kering dimasukkan

kedalam Erlenmeyer 500 ml.

2) Menambah 50 ml larutan H2SO4 1.25 % kemudian didihkan dengan

menggunakan pendingin tegak.

3) Menambah 50 ml larutan NaOH 3.25 % dan didihkan lagi selama 30

menit.

4) Menyaring dalam keadaan panas menggunakan corong Buchner yang

telah berisi kertas saring (kertas saring tersebut sudah dikeringkan dan

diketahui bobotnya).

5) Dalam keadaan masih tersedot dalam corong Buchner kemudian

melakukan pencucian hasil saringan berturut-turut dengan

menggunakan H2SO4 1.25 % panas. Kemudian diteruskan pencucian

dengan menggunakan air panas dan yang terakhir menggunakan etanol

96 %.

Page 41: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

6) Setelah contoh tercuci kemudian kertas yang sudah agak kering

diangkat dan dikeringkan didalam oven yang bersuhu 105 derajat

celcius dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian di

timbang hingga diperoleh bobot tetap.

7) Apabila ternyata kadar serat lebih 1 persen maka kadar serat tersebut

diabukan dengan kertas saring. Dan ditimbang higga bobot tetap.19

Perhitungan :

a. Serat Kasar < 1 %

% Serat Kasar =

b. Serat Kasar > 1 %

% Serat Kasar =

c. Uji Kadar Protein dengan Metode Semimikro Kjeldhal.

1) Timbang seksama 0.51 gr cuplikan, masukkan kedalam labu kjeldhal 100

ml

2) Tambahkan 2 gr campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat.

3) Panaskan diatas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan

larutan menjadi jernih kehijau-hijauan (sekitar 2 jam).

4) Biarkan dingin, kemudian encerkan dan masukkan kedalam labu ukur

100 ml, tepatkan sampai tanda garis.

5) Pipet 5 ml larutan dan masukkan kedalam alat penyuling, tambahkan 5 ml

NaOH 30 % dan beberapa tetes indicator PP.

6) Sulingkan selama lebih kurang 10 menit, sebagai penampung gunakan 10

ml larutan asam borat 2 % yang telah dicampur indikator.

7) Bilasi ujung pendingin dengan air suling.

Page 42: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

8) Titar dengan larutan HCL 0.01 N.

9) Kerjakan penetapan blanko.19

Perhitungan Kadar Protein =

G. CARA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dalam Uji Organoleptik dianalisis berdasarkan

tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur. Hasil

Organoleptik disusun dalam bentuk tabel, untuk mencari nilai rata-rata

penerimaan dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam

(ANOVA). Apabila terdapat perbedaan nyata antara perlakuan maka

dilakukan uji lanjut yaitu dengan menggunakan uji Duncan New Multiple

Range Test (DNMRT) pada taraf 5 %.

Uji Duncan didasarkan pada sekumpulan nilai yang beda nyata yang

ukurannya semakin besar, tergantung pada jarak diantara pangkat-pangkat

dari dua nilai tengah yang dibandingkan. Dapat digunakan untuk menguji

perbedaan diantara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa

memperhatikan jumlah perlakuan.

Page 43: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian terhadap mutu organoleptik nugget

analog tempe dan bayam dari segi warna, aroma, rasa dan tekstur. Hasil uji

organoleptik yang diperoleh sebagai berikut:

1. Warna

Warna nugget analog yang dihasilkan pada masing-masing

perlakuan sebagai berikut. Warna nugget analog perlakuan B adalah

kuning keemasan dengan bintik hijau yang muncul kepermukaan nugget,

perlakuan C warna yang dihasilkan adalah kuning keemasan dengan

sedikit bintik hijau yang timbul dipermukaan nugget dan perlakuan D

warna nugget analog yang dihasilkan adalah kuning keemasan dengan

hilangnya bintik hijau dari permukaan nugget analog.

B C D Tingkat penerimaan panelis terhadap warna nugget analog tempe

bayam berdasarkan hasil uji organoleptik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8 Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna Nugget

Analog Tempe dan Bayam Perlakuan Nugget Analog

Tempe dan Bayam Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan

B ( 60:40 gr) 2.72 Suka C ( 70:30gr) 2.90 Suka D ( 80:20gr) 2.96 Suka

Page 44: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

44

Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap warna nugget analog

tempe dan bayam dari tabel diatas antara 2.72 - 2.96, nilai tersebut berada

pada tingkat suka. Nilai rata-rata tertinggi tingkat kesukaan panelis

terhadap warna nugget analog pada perlakuan D yaitu : 2.96 sedangkan

nilai rata-rata terendah terdapat pada nugget analog perlakuan B yaitu :

2.72.

Nilai pada tabel 8 menunjukkan adanya kecendrungan penurunan

nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis pada warna nugget analog tempe

bayam bila penambahan bayam ditingkatkan, dimana pada penambahan

bayam 40 gr tetap disukai oleh panelis, walaupun nilai rata-ratanya

mengalami penurunan.

Analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap warna nugget analog

tempe dan bayam didapatkan jumlah F hitung (1.39) dengan F tabel (3.23),

Maka F hitung < F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang nyata antara masing-masing perlakuan, sehingga tidak

dilanjutkan dengan uji DNMRT.

2. Aroma

Aroma yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan adalah

sebagai berikut. Perlakuan B aroma yang dihasilkan adalah dominan

aroma khas bayam, perlakuan C aroma nugget dihsilkan adalah aroma

bayam dan sedikit aroma dari kaldu ayam, sedangkan pada perlakuan D

aroma nugget yang dihasilkan adalah aroma yang wangi dari bayam dan

tempe serta adanya aroma dari kaldu ayam.

Page 45: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

45

Tingkat penerimaan panelis terhadap aroma nugget analog tempe

dan bayam berdasarkan uji organoleptik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9 Nilai Rata-Rata Kesukaan Panelis Terhadap Aroma Nugget Analog

Tempe dan Bayam Perlakuan Nugget Analog

Tempe dan Bayam Nilai Rata-Rata

Tingkat Kesukaan

B ( 60:40 gr) 2.64 Suka C ( 70:30gr) 2.68 Suka D ( 80:20gr) 2.80 Suka

Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma nugget analog tempe

dan bayam berada pada tingkat suka dengan nilai rata-rata antara 2.64 –

2.80. Nilai rata-rata tertinggi kesukaan panelis terhadap aroma nugget

analog tempe dan bayam pada perlakuan D yaitu: 2.80 sedangkan nilai

rata-rata terendah terdapat pada nugget analog tempe dan bayam perlakuan

B yaitu 2.64.

Nilai pada tabel 9 menunjukkan adanya kecendrungan penurunan

nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis pada aroma nugget analog tempe

dan bayam bila penambahan bayam ditingkatkan.

Analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap aroma pada nugget analog

tempe dan bayam didapatkan F hitung ( 0.78 ) dengan F tabel (3.23), nilai

F hitung < F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang nyata antara masing-masing perlakuan, sehingga tidak dilanjutkan

dengan uji DNMRT.

Page 46: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

46

3. Rasa

Rasa nugget analog pada masing-masing perlakuan adalah sebagai

berikut. Perlakuan B rasa yang dihasilkan adalah rasa dominan dari bayam

dan rasa langu dari tempe, perlakuan C rasa yang dihasilkan adalah rasa

bayam dan sedikit rasa langu dari tempe sedangkan pada perlakuan D rasa

yang ditimbulkan adalah rasa khas dari tempe dan bayam dan hilangnya

rasa langu dari tempe, serta adanya rasa gurih akibat pelumuran dengan

tepung panir.

Tingkat penerimaan panelis terhadap rasa nugget analog tempe dan

bayam berdasarkan uji organoleptik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10 Nilai Rata-Rata Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Nugget Analog

Tempe dan Bayam Perlakuan Nugget Analog

Tempe dan Bayam Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan

B ( 60:40 gr) 2.82a Suka C ( 70:30gr) 2.80a Suka D ( 80:20gr) 3.14b Suka

Ket* : nilai yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5 %

Nilai rata-rata tingkat kesukaan terhadap rasa nugget analog tempe

dan bayam berkisar antara 2.82 – 3.14, nilai tersebut berada pada tingkat

suka. Nilai rata-rata tertinggi tingkat kesukaan panelis terhadap Nugget

analog tempe dan bayam terdapat pada perlakuan D yaitu 3.14, sedangkan

nilai rata-rata terendah tingkat kesukaan panelis terdapat pada perlakuan B

yaitu 2.82.

Nilai dari tabel 10 menunjukkan adanya kecendrungan penurunan

nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis pada rasa nugget analog tempe dan

bayam bila penambahan bayam ditingkatkan.

Page 47: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

47

Analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap rasa pada nugget analog

tempe dan bayam didapatkan F hitung ( 3.79 ) dengan F tabel (3.23), nilai

F hitung > F tabel. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang nyata

pada masing-masing perlakuan, sehingga dilanjutkan dengan uji DNMRT,

didapatkan bahwa rasa nugget analog tempe dan bayam yang memiliki

perbedaan yang nyata adalah perlakuan D. Sedangkan perlakuan yang

tidak berbeda nyata adalah perlakuan B dan C.

4. Tekstur

Tekstur nugget analog yan dihasilkan pada masing-masing

perlakuan adalah sebagai berikut. Perlakuan B dan C tekstur nugget yang

dihasilkan sedikit lunak sedangkan tekstur nugget pada perlakuan D adalah

kenyal.

Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur nugget analog tempe

dan bayam berdasarkan hasil uji organoleptik dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 11 Nilai Rata-Rata Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur Nugget

Analog Tempe dan Bayam Perlakuan Nugget Analog

Tempe dan Bayam Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan

B ( 60:40 gr) 2.74 Suka C ( 70:30gr) 2.82 Suka D ( 80:20gr) 2.86 Suka

Nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap tekstur nugget analog

tempe dan bayam dari tabel diatas berkisar antara 2.74 – 2.86, nilai

tersebut berada pada tingkat suka. Nilai rata-rata tertinggi kesukaan

panelis terhadap tekstur nugget analog tempe dan bayam terdapat pada

Page 48: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

48

pelakuan D yaitu 2.86 sedangkan nilai rata-rata terendah kesukaan panelis

terdapat pada perlakuan B yaitu 2.74.

Nilai pada tabel 11 menunjukkan adanya kecendrungan penurunan

nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis pada tekstur nugget analog tempe

dan bayam bila penambahan bayam ditingkatkan.

Analisis sidik ragam (ANOVA) terhadap tekstur pada nugget

analog tempe dan bayam didapatkan F hitung ( 0.52 ) dengan F tabel

(3.23), nilai F hitung < F tabel. Hal ini tidak menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata pada masing-masing perlakuan, sehingga tidak

dilanjutkan dengan uji DNMRT.

5. Perlakuan Terbaik

Nilai rata-rata warna, aroma, rasa dan tekstur dari nugget analog tempe

dan bayam pada perlakuan terbaik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12 Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Nugget Analog

Tempe dan Bayam Perlakuan Warna Aroma Rasa Tekstur Jumlah Rata-

Rata B ( 60:40 gr) 2.72 2.64 2.82 2.74 10.92 2.73 C ( 70:30gr) 2.90 2.68 2.80 2.82 11.20 2.80 D ( 80:20gr) 2.96 2.80 3.14 2.86 11.76 2.94

Perlakuan terbaik yang didapatkan dari nugget analog tempe dan

bayam adalah pada perlakuan D dengan perbandingan tempe dan bayam

adalah 80 gr : 20 gr, dengan nilai rata-rata 2.94.

Nilai pada tabel 12 menunjukkan adanya kecendrungan penurunan

nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap nugget analog tempe dan

bayam bila penambahan bayam ditingkatkan, dimana pada penambahan

Page 49: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

49

bayam 20 gr sampai 40 gr tetap disukai panelis tetapi nilai rata-rata tingkat

kesukaan panelis mengalami penurunan.

Hasil analisis sidik ragam ( ANOVA ) yang didapatkan maka perlakuan

dari nugget analog tempe dan bayam berpengaruh terhadap warna, aroma, rasa

dan tekstur, nilai rata-ratanya dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1 Nilai Rata-Rata dari Warna, Aroma, Tekstur dan Rasa Nugget

Analog Tempe dan Bayam Berdasarkan Uji Organoleptik

Keterangan : B = Perbandingan tempe dan bayam 60 gr : 40 gr

: C = Perbandingan tempe dan bayam 70 gr : 30 gr

: D = Perbandingan tempe dan bayam 80 gr : 20 gr

6. Kadar Protein

Penelitian ini dilakukan pengujian protein dengan tujuan untuk melihat

kandungan protein pada nugget analog tempe dan bayam. Berdasarkan hasil

analisis kadar protein nugget analog tempe dan bayam dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 13 Kadar Protein Nugget Analog Tempe dan Bayam

Perlakuan % Protein

Perlakuan Terbaik 21.18

2,74

2,64

2,74

2,82

2,9

2,68

2,82 2,8

2,96

2,8 2,86

3,14

2,3

2,4

2,5

2,6

2,7

2,8

2,9

3

3,1

3,2

Warna Aroma Tekstur Rasa

B

C

D

Page 50: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

50

Berdasarkan tabel 13 didapatkan hasil kadar protein perlakuan terbaik

nugget analog tempe dan bayam pada perlakuan D dengan kadar protein 21.18

%, atau 21.18 gr / 100 gr bahan.

7. Kadar Serat

Pada penelitian ini dilakukan pengujian serat dengan tujuan untuk

melihat kandungan serat nugget analog tempe dan bayam . Berdasarkan hasil

analisis kadar serat nugget analog tempe dan bayam dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 14 Kadar Serat Nugget Analog Tempe dan Bayam

Perlakuan % Serat Perlakuan Terbaik 5.88

Berdasarkan tabel 14 didapatkan hasil kadar serat perlakuan terbaik

nugget analog tempe dan bayam pada perlakuan D dengan kadar serat 5.88 %,

atau 5.88 gr / 100 gr bahan.

B. PEMBAHASAN

Untuk menentukan mutu bahan makanan pada umumnya

tergantung pada beberapa faktor, diantaranya faktor cita rasa, warna, tekstur

dan nilai gizi suatu makanan.20 Pada penelitian ini, untuk menentukan mutu

pada nugget analog tempe dan bayam dilakukan uji organoleptik. Uji

organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia

sebagai alat utama untuk mengukur daya terima terhadap suatu produk.

1. Warna

Warna merupakan komponen yang sangat penting dalam

menentukan kualitas atau derajat penerimaan suatu bahan pangan, karna

Page 51: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

51

memiliki peranan utama dalam penampilan makanan. Selain faktor yang

ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator

kesegaran atau kematangan.17

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbandingan jumlah

penambahan tempe dan bayam pada pembuatan nugget analog tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna yang dihasilkan dari

masing-masing perlakuan karena menggunakan waktu penggorengan dan

pelapisan yang sama sehingga tidak mempengaruhi penampakan warna

kulit nugget analog. Hal ini mirip dengan penelitian Firdaus (2014)

tentang penambahan wortel dan rumput laut terhadap kualitas nugget

tempe dimana warna nugget yang dihasilkan pada masing-masing

perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata karena menggunakan

waktu penggorengan yang sama.21

Tetapi semakin banyak perbandingan penambahan bayam dalam

pembuatan nugget analog maka semakin rendah nilai rata-rata penerimaan

panelis terhadap warna nugget analog, hal ini terjadi karena perbandingan

penambahan bayam yang banyak akan menghilangkan warna tempe dan

menambah warna bintik-bintik hijau pada permukaan nugget yang

dihasilkan.

Warna nugget analog yang dihasilkan yaitu kuning keemasan.

Munculnya warna tersebut setelah terjadi proses penggorengan yang

disebabkan oleh reaksi mailard. Reaksi mailard timbul karena bahan

pangan yang dimasak atau diolah menimbulkan gula pereduksi dan

Page 52: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

52

kelompok asam amino yang menghasilkan zat warna coklat dan

bermacam-macam komponen cita-rasa.21

Warna nugget juga sangat dipengaruhi oleh waktu dan suhu

penggorengan, serta pencelupan kedalam adonan breading dan pelapisan

dengan tepung panir. Selain itu kisaran nilai terhadap warna nugget analog

juga sangat tergantung pada perbedaan penilaian dari tingkat kesukaan

setiap panelis.5

2. Aroma

Aroma adalah bau yang dikeluarkan oleh makanan atau minuman,

yang merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang

indera penciuman sehingga membangkitkan selera makan. Dalam

beberapa hal enaknya makanan ditentukan oleh aroma atau baunya.20

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jumlah perbandingan

penambahan tempe dan bayam pada pembuatan nugget analog tidak

memberikan pengaruh yang nyata, keadaan ini terjadi karena bahan yang

digunakan mempunyai kualitas dan cara pemasakan yang sama.

Hal ini mirip dengan penelitian Firdaus (2014) tentang

penambahan wortel dan rumput laut terhadap kualitas nugget tempe

dimana dengan penambahan wortel dan rumput laut pada nugget tempe

tidak memberikan pengaruh yang nyata pada masing-masing perlakuan

karena menggunakan bahan yang sama, cara pemasakan yang sama dan

suhu yang sama.21

Aroma nugget analog mengalami penurunan nilai rata-rata jika

perbandingan penambahan bayam semakin tinggi, menurut komentar dari

Page 53: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

53

beberapa orang panelis hal ini terjadi karena aroma yang dihasilkan

dominan aroma khas bayam. Faktor lain yang mempengaruhi aroma

nugget diantaranya adalah bumbu yang ditambahkan kedalam adonan,

semakin banyak bumbu yang ditambahkan kedalam adonan maka

aromanya semakin tajam.21 Sementara pembuatan nugget analog tidak

menggunakan bumbu-bumbu khusus sehingga aroma nugget analog

dengan perbandingan bayam yang tinggi akan memperkuat aroma bayam

yang ditimbulkan.

Aroma nugget yang dihasilkan adalah aroma yang wangi dan

aroma dari kaldu ayam, semakin banyak jumlah perbandingan

penambahan bayam maka aroma yang ditimbulkan dominan aroma bayam

dan akan hilang aroma kaldu ayamnya.

3. Rasa

Rasa merupakan faktor kedua untuk menentukan cita rasa setelah

penampilan, dimana rasa dapat menentukan keputusan bagi konsumen

untuk menerima atau menolak suatu makanan atau produk makanan.

Untuk menilai rasa suatu makanan, manusia menggunakan indera pencicip

sebagai alat untuk menilai rasa suatu makanan atau produk, dimana

manusia dapat membedakan 4 cicip rasa dasar, yaitu manis, pahit, asam

dan asin.17

Agar suatu makanan dapat dikenali rasanya, makanan tersebut

harus dapat larut dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan

dengan mikrovilus dan implus yang terbentuk dikirim melalui syaraf ke

pusat susunan syaraf.17 Beberapa komponen yang berperan dalam

Page 54: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

54

menentukan rasa makanan adalah aroma makanan, bau masakan,

kekenyalan makanan, tingkat kematangan makanan dan temperatur

makanan.20

Interaksi antara komponen rasa tempe dan bayam memberikan cita

rasa yang berbeda, berdasarkan tabel 10 pada hasil uji organoleptik maka

didapatkan nilai rata-rata tertinggi tingkat kesukaan panelis pada rasa

terdapat pada perlakuan D ( tempe 80 gr : 20 gr ) yaitu : 3.14, dimana

menurut beberapa komentar dari panelis, rasa dari perlakuan D lebih

disukai daripada perlakuan B dan perlakuan C, hal ini terjadi karena pada

perlakuan D perpaduan tempe dan bayamnya seimbang, dengan

perbandingan penambahan tempe dan bayam yang seimbang dapat

mengurangi rasa langu pada nugget analog. Sedangkan pada perlakuan B

dan C rasa nugget yang dihasilkan dominan rasa bayam dan rasa langu

pada tempe masih jelas. Selain itu juga dilakukan teknik mengukus tempe

terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa langu pada nugget analog.

Hal ini sama dengan pendapat Tarwojo dalam Firdaus, 2014

bahwa tempe mempunyai rasal langu yang kurang disukai oleh konsumen,

untuk menanggulanginya maka tempe dikukus atau direbus terlebih

dahulu kemudian baru dimasak sesuai dengan resep. 21

4. Tekstur

Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk yang dapat

dirasakan melalui sentuhan kulit ataupun pencicipan. Beberapa sifat

tekstur dapat juga diperkirakan dengan menggunakan sebelah mata

Page 55: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

55

( berkedip ) seperti kehalusan atau kekerasan dari permukaan bahan atau

kekentalan cairan.

Tekstur nugget analog yang dihasilkan, terlihat adanya

kecendrungan penurunan nilai rata-rata, namun masih dalam kategori

suka, setelah dilakukan uji statistik menunjukkan bahwa dengan

perbandingan penambahan tempe dan bayam tidak memberi pengaruh

nyata terhadap tekstur nugget analog tempe dan bayam. Tetapi semakin

tinggi jumlah penambahan bayam dan semakin rendah jumlah

penambahan tempe maka semakin rendah nilai rata-rata penerimaan

panelis terhadap tekstur nugget analog yang dihasilkan. Hal ini terjadi

karena bayam memiliki kandungan air yang tinggi yaitu, 86.55 % - 91.33

%. 22 Sehingga dengan perbandingan penambahan bayam yang tinggi akan

mempengaruhi kekenyalan tekstur dari nugget analog.

5. Perlakuan Terbaik

Perlakuan terbaik adalah suatu perlakuan dari beberapa perlakuan

yang memiliki nilai rata-rata tertinggi terhadap warna, aroma, tekstur dan

rasa. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa perlakuan terbaik dari

nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap nugget analog tempe dan

bayam yaitu perlakuan D dengan nilai rata-rata 2.94. Perlakuan terbaik ini

didapatkan dari rata-rata warna, aroma, tekstur dan rasa dari setiap

perlakuan dijumlahkan dan dibagi 4, nilai tertinggi dari setiap pembagian

itulah perlakuan terbaik.

Penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi

Ambari dkk, dengan judul penelitian Formulasi Sosis Analog Sumber

Page 56: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

56

Protein Berbasis Tempe dan Jamur Tiram, dimana didalam penelitiannya

menyatakan bahwa nilai kesukaan panelis tertinggi terhadap warna, aroma,

tekstur dan rasa sosis analog perbandingan tempe dan jamur tiram adalah

80 gr : 20 gr.

6. Kadar Protein

Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh

manusia, karena disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh,

juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.20

Penelitian ini dilakukan pengujian protein dengan metode

Semimikro Kjeldhal pada perlakuan terbaik dengan tujuan untuk

mengetahui jumlah kandungan protein didalam produk.

Kandungan protein tempe didalam 100 gr 18.3 gr, 9 sedangkan

kadar protein bayam 3.5 gr.23 Pada penelitian ini didapatkan kadar protein

nugget analog tempe dan bayam dari perlakuan yang terbaik yaitu 21.18

%, atau 21.18 gr/100 gr bahan.

Berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi diketahui bahwa

kebutuhan protein untuk anak usia 10 – 12 tahun sebesar 56 gr. Hasil uji

kadar protein pada nugget analog menyumbangkan kecukupan protein

37.8 % dari kebutuhan per hari. Sedangkan sebagai snack akan mencukupi

kebutuhannya menjadi dua kali lipat. Kebutuhan protein ini didapatkan

dari mengkonsumsi 3 buah nugget perhari. Sedangkan jika untuk

mencukupi kebutuhan protein dari snack dengan mengkonsumsi 1.5 buah

nugget.

Page 57: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

57

7. Kadar Serat

Serat merupakan polisakarida nonpati yang menyatakan

polisakarida dinding sel yang kehadirannya membawa nilai positif

terhadap proses pencernaan dan metabolisme zat gizi.14

Kandungan serat pangan tempe sebesar 1.4 gr. 9 Sedangkan

kandungan serat bayam sebesar 2.4 gr.7 Kandungan serat nugget analog

dari perlakuan terbaik sebesar 5.88 % atau 5.88 gr/ 100 gr bahan.

Berdasarkan Tabel Angka Kecukupan Gizi diketahui bahwa

kebutuhan serat untuk anak usia 10 – 12 tahun adalah 28 gr / hari.2 Hasil

uji kadar serat nugget analog tempe dan bayam menyumbangkan

kecukupan serat 21 % dari kebutuhan per hari. Kebutuhan ini didapatkan

dengan mengkonsumsi 3 buah nugget. sedangkan untuk mencukupi

kebutuhan serat dari snack maka harus mengkonsumsi nugget sebanyak 3

buah.

Konsumsi serat yang cukup diketahui berpengaruh positif untuk

mengurangi resiko penyakit degeneratif dimasa dewasanya nanti.5 Dengan

demikian, selain berkontribusi terhadap kebutuhan zat gizi, produk nugget

analog dengan perbandingan tempe 80 gr dan bayam 20 gr ini diduga

memenuhi kriteria sebagai pangan fungsional yang memiliki dampak

positif non gizi terhadap kesehatan.

Page 58: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap warna nugget analog

tempe dan bayam berada pada tingkat suka dengan warna kehijauan

sebelum dicelupkan kedalam adonan breading dan tepung panir, sedangkan

warna sesudah digoreng adalah kuning keemasan.

2. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma nugget analog

tempe dan bayam berada pada tingkat suka dengan aroma yang wangi dan

aroma dari kaldu ayam.

3. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur nugget analog

tempe dan bayam berada pada tingkat suka dengan tektur nugget analog

yang dihasilkan adalah kenyal.

4. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa nugget analog tempe

dan bayam berada pada tingkat suka dengan rasa khas tempe dan bayam

dan rasa gurih akibat pembaluran dengan tepung panir.

5. Hasil terbaik yang paling disukai oleh panelis pada nugget analog tempe

dan bayam pada perlakuan D dengan perbandingan tempe dan bayam 80 gr

: 20 gr.

6. Kadar protein perlakuan terbaik pada nugget analog tempe dan bayam

adalah 21.18 %.

7. Kadar serat perlakuan terbaik pada nugget analog tempe dan bayam adalah

5.88 %.

Page 59: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

B. SARAN

1. Disarankan membuat nugget analog tempe dan bayam untuk anak sekolah

sebaiknya dengan perbandingan tempe dan bayam 80 gr : 20 gr, karena

kandungan proteinnya menyumbangkan 37. 8 % dari kebutuhan dan

menyumbangkan 21 % serat dari kebutuhan per hari.

2. Disarankan untuk penelitian lanjutan untuk melihat daya simpan dan daya

cerna zat gizi nugget analog.

Page 60: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

DAFTAR PUSTAKA

1. Made Desak R, Sutiari Ketut. Konsumsi Serat Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Denpasar. Community Health. 2014, 2(1), 133-140.

2. Angka Kecukupan Gizi. Kementrian Kesehatan Repuplik Indonesia; 2014.

3. Permatasari Karunia Putri, Rahayuni Arintina. Nugget Tempe Dengan

Subtitusi Ikan Mujahir Sebagai Alternatif Makanan Sumber Protein, Serat Dan Rendah Lemak. Jurnal Of Nutrition College. 2013, 2(1), 1-9.

4. Sugihartono Timbul. Pembuatan Tempe. Klaten: Saka Mitra Kompetensi;

2010.

5. Ambari Pratiwi Dewi, Anwar Faizal, dkk. Formulasi Sosis Analog Sumber Protein Berbasis Tempe Dan Jamur Tiram Sebagai Pangan Fungsional Kaya Serat. Jurnal Gizi Dan Pangan. 2014, 9(1), 65-72.

6. BPS Holtikultural. 2014.

7. Moehyi Sahmien. Makanan Super Pencegah Dan Penyembuh Penyakit

Berbahaya. Jakarta: Papas Sinar Sinanti; 2012.

8. Rohaya Syarifah, Husna El Nida,dkk. Penggunaan Bahan Pengisi Terhadap Mutu Nugget Vegetarian Dasar Tahu Dan Tempe. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia. 2013, 5(1).

9. Yani Eva Irma, Dwiyanti Depriani,dkk. Komplementasi Hati Ayam Pada

Nugget Tempe Sebagai Salah Satu Alternatif Makanan Jajanan Tinggi Zat Bezi Pada Remaja Putri Di Kota Padang. Kementrian Kesehatan RI Padang; 2010.

10. Inarest Amartiwi, dkk. Pengaruh Penggunaan Sumber Protein Dan Jenis Filler

Yang Berbeda Dalam Pembuatan Nugget Ampas Tahu. FSCEJ. 2014, 3(1).

11. Thamrin Husni. M, Handayani Marni, dkk. Pemanfaatan Bekatul Dan Tepung Tempe Dalam Pembuatan Biskuit Tinggi Serat Sebagai Alternatif Makanan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI Padang; 2011.

12. Aziz Nuruddin, Bandini Yusni. Bayam. Jakarta: Penebar Swadaya; 2005.

13. Almatsier Sunita. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka

Umum; 2004.

Page 61: PEMANFAATAN TEMPE DAN BAYAM DALAM PEMBUATAN …

14. Agoes Dina Sulistijani. Sehat Dengan Menu Berserat. Jakarta: Pustaka

Swadaya Nusantara; 2002.

15. Muchtadi Deddy. Nutrifikasi Pangan. Instutut Pertanian Bogor; 1993.

16. Yulia. Makanan Fungsional. Binus University; 2015.

17. Soekarno Soewarno. Penilaian Organoleptik Untuk Industry Pangan Dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhintara Karya Aksara; 1995.

18. Mulyatni Nizar, dkk. Penuntun Ilmu Teknologi Pangan. Padang; 2015.

19. Balai Riset dan Strardisasi Industri Padang.

20. Ulfa Khaira Annisa. Pengaruh Suplementasi Ikan Bilih Terhadap Mutu

Organoleptik dan Kadar Protein Kerupuk Pitalah. Padang.[KTI]. Padang:Poltekkes Kemenkes RI Padang; 2015.

21. Firdaus.Pengaruh Penambahan Wortel dan Rumput Laut Terhadap Kualitas Nugget Tempe; 2014.

22. Rahayu Tri Suwarti. Evaluasi Beberapa Genotipe Bayam pada Penanaman Bayam di Jawa Barat; 2013.

23. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Daftar Komposisi Bahan Makanan.