pemanfaatan teknologi informasi oleh...

38
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK TAHUN 2014 (STUDI KASUS LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) DI KABUPATEN BINTAN) NASKAH PUBLIKASI Oleh PUNAR MURTI BISMAR ARIANTO YUDHANTO STYAGRAHA ADIPUTRA PROGRAM STUDI LMU PEMERINTAHAN FAKLUTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNG PINANG 2016

Upload: vandan

Post on 20-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH PEMERINTAH

DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

TAHUN 2014

(STUDI KASUS LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)

DI KABUPATEN BINTAN)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

PUNAR MURTI

BISMAR ARIANTO

YUDHANTO STYAGRAHA ADIPUTRA

PROGRAM STUDI LMU PEMERINTAHAN

FAKLUTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNG PINANG

2016

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa yang disebut dibawah ini :

Nama : Punar Murti

Nim : 110565201177

Jurusan/Prodi : Ilmu Pemerintahan

Alamat : Kp.Kolong Enam, Kijang Kota

No Telfon : 081991205759

Email : [email protected]

Judul Naskah : PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK TAHUN 2014 ( STUDI PADA LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTERONIK (LPSE) DI KABUPATEN BINTAN)

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan

Tanjungpinang, 09 Agustus 2016

Yang menyatakan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Bismar Arianto, M.Si Yudhanto Satyagraha Adiputra, M.A NIP.198005292014041001 NIDN. 1015068301

2

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

TAHUN 2014 (STUDI KASUS LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)

DI KABUPATEN BINTAN)

PUNAR MURTI BISMAR ARIANTO

YUDHANTO STYAGRAHA ADIPUTRA

Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Layanan Pengadaan secara elektronik merupakan unit kerja yang dibentuk di seluruh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/lnstitusi Lainnya (K/L/D/I) untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik serta memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik. LPSE juga merupakan salah satu bentuk pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pelayanan publik merupakan hak bagi setiap warga negara. Sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilator untuk mewujudkannya.

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui kualitas pelayanan pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kabupaten Bintan. Berdasarkan hasil pemeringkat e-gverment Indonesia Kabupaten berada pada peringkat terbawah dari 4 kabupaten yang ada di Kepulauan Riau dengan nilai sangat kurang. Penelitian ini merupakan penelitian deskripitf kualitatif . Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam mengukur kualitas pelayanan pada LPSE Kabupaten Bintan peneliti hanya berfokus pada tingkat transparansi dan akuntabilitas pada layanan pengadaan secara elektronik (LPSE).

Berdasarkan analisis yang di lakukan bahwa tingkat transparansi pada LPSE Kabupaten sudah baik, dalam proses pelayanan di lakukan secara online sehingga segala informasi yang dibutuhkan akan di umumkan melalui website LPSE. Untuk tingkat akuntabilitas masi kurang di karenakan masi kurang meningkatnya kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan ini di buktikan masih ditemukan keluhan masyrakat pada wawancara yang dilakukan peneliti pada masyarakat, petugas pelayanan masih rangkap pekerjaan pada bagian pembangunan, lokasi pelayanan yang jauh untuk di jangkau, LPSE Kabupaten Bintan belum berdiri sendiri sehingga masih berada di bawah bagian pembagunan sekretariat daerah Pemerintah Kabupaten Bintan, tidak adanya janji pelayanan, baru tercapai 8 satndar dari 17 standar yang di tetapakan oleh LKPP.

Kata kunci : Pelayanan Publik, Transparansi, Akuntabilitas

3

Abstract

Procurement service electronically is a unit of work formed in all the institutions unit/working units/other lnstitusi ( k / l / i d ) to implement service system procurement/services electronically as well as to facilitate ulp procurement/officials in implementing procurement/services electronically .Service system lpse is one form of the utilization of technology information by the government in service to the society, public service is the right for each citizen .The government only as fasilator to make it. This research do to know the quality of services to procurement service electronically bintan district that is one form of the utilization of technology information by local governments. Based on the credit rating agency e-gverment indonesia districts are in the bottom of 4 district in riau islands with an inadequate .

The research is researchers qualitative deskripitf trying to express the fact how the give objectively about the state or problems that perhaps in the face. Data collection was carried out by using technique interview, observation, and documentation.In measuring the quality of services to district research service system lpse bintan to focus on the level of transparency and accountability for procurement service electronically (lpse).

Based on analysis do that the transparency in service system lpse district is good, in the process of service in do online that all information necessary in announce service system lpse through website. The accountability still lacking in because of carelessness still lacking the capability of employees in the delivery of this prove there were complaints masyrakat on the interviews conducted a researcher of the community, service employees still copies work on the development division, service locations much for the term In far to reach, lpse bintan district yet stand alone so that are still under part pembangunan the regional secretariat government bintan district, the absence of a pledge of service , new satndar achieved 8 of 17 standards in tetapakan by lkpp . Keywords: public service, Transparency, accountability

4

A. PENDAHULUAN

Teknologi semakin

berkembang dengan pesat serta

potensi pemanfaatannya secara

luas. Teknologi informasi yang

berkembang membuka peluang

bagi pengaksesan, pengeolaan,

pendayagunaan informasi dalam

folume besar secara cepat dan

akurat. Informasi dan

pengetahuan dapat diciptakan

secara cepat dan dapat segera

disebarluaskan keseluruh lapisan

masyarakat diseluruh dunia.

Manfaat dari adanya teknologi

informasi memberikan

kemudahan setiap individu dapat

saling berkomunikasi secara

langsung kepada siapapun

diberbagai negara tanpa

dibutuhkan perantara.

Perkembangan teknologi

dalam pemerintahan disebut juga

dengan e-goverment. Pemerintah

memfokuskan diri pada pada

teknologi, khususnya

pengembangan e-goverment yang

diharapkan dapat memberikan

pelayanan kepada pemerintah

maupun masyarakat pada

umumnya. Dengan adanya

teknologi informasi dapat

membuat pekerjaan pemerintah

lebih efektif dan efisien apabila

ditunjang dengan sistem digital

untuk menjalankan tugasnya

terutama dalam pelayanan kepada

masyarakat.

Eko Harry Susanto

(2009:19) mengungkapkan

Pemerintahan yang maju harus

didukung dengan adanya

teknologi komunikasi dan

informasi yang baik dalam

penyelenggaraan otonomi daerah

merupakan salah satu indikator

5

yang menunjang keberhasilan

pemerintah daerah dalam

distribusi sumber daya,

transparasi penyelenggaraan

pemerintahan, hubungan

kekuasaan pusat-daerah, dan

hubungan interaktif pemerintah

dengan masyarakat secara

langsung.

Sampara dalam Lijan Poltak

Sinambela (2008:10), juga

mengemukakan bahwa

“pelayanan adalah suatu kegiatan

atau urutan kegiatan yang terjadi

dalam interaksi langsung antara

seseorang dengan orang lain atau

mesin secara fisik dan

menyediakan kepuasan

pelanggan”. Hal ini berkaitan

dengan peran pemerintah,

menurut Dee Mariana dkk dalam

Suaendi dan Wardiayanto

(2010:3) “Secara umum

pemerintah memiliki peran berupa

melaksanakan fungsi regulasi,

alokasi, distribusi, pelayanan, dan

pemeberdayaan masyarakat”.

Fungsi-fungsi tersebut menjadi

perhatian utama demi tercapainya

keadilan dan pemerataan dalam

masyarakat.

Perubahan-perubahan dalam

pemenuhan pelayanan publik

yang baik pun menjadi aspek

penting yang hendak dicapai dari

adanya otonomi daerah. Dalam

mewujudkan hal tersebut

perubahan harus terjadi pada

birokrasi dalam pemerintah

daerah yaitu birokasi yang peduli

kepada masyarakat.

Perkembangan teknologi

informasi juga harus diakomodasi

dan dimanfaatkan oleh pemerintah

daerah untuk menjalankan

pelayanan publik yang berpihak

6

kapada warga negara secara lebih

baik. Melihat sedemikian banyak

urusan daerah, maka terlalu sulit

jika menjalankan tugas tersebut

tanpa dukungan teknologi

komunkasi dan informasi yang

memadai.

Kehadiran teknologi

informasi dan komunikasi

mendorong adanya perubahan

manajemen organisasi secara

keseluruhan dan mengubah

pendekatan organisasi dalam

berhubungan dengan masyarakat

atau warga negara. Hal ini

mungkin juga tampak dalam

berbagai ragam layanan publik

yang dilakukan oleh organisasi

pemerintah dan lembaga publik

lainnya. Konsekuensinya,

perubahan yang terjadi jelas

menuntut kehadiran inovasi dalam

mengelola layanan publik yang

disediakan. Fakta menunjukkan

bahwa layanan berbasis teknologi

informasi dan komunikasi

memudahkan masyarakat dalam

mengakses beragam jenis layanan,

baik dengan perangkat komputer,

jaringan seluler atau telepon

bergerak.

Pemanfaatan teknologi

infromasi dalam meningktakan

pelayanan publik juga didukung

dengan adanya Instruksi Presiden

No 3 tahun 2003 tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-government

yang berangkat dari pemikiran

tentang pertimbangan

pemanfaatan teknologi

komunikasi dan informasi dalam

proses pemerintahan yang

diyakini akan meningkatkan

efisiensi, efektifitas, transparansi

serta akuntabilitas

7

penyelenggaraan pemerintahan.

Sedangkan tujuan utama

pelaksanaannya adalah untuk

peningkatkan kualitas layanan

publik secara efektif dan efisien.

E-goverment dalam pelayanan

publik menjadi mengemuka

setelah sistem teknologi informasi

dan komunikasi (information and

comunication technology/ICT)

mejadi alat yang dapat

dipergunakan untuk memutus

rangkaian hubugan yang sulit

antara publik dan pemerintah.

Berdasarkan hasil

pemeringkat e-goverment

seIndonesia pada tahun 2014

Provinsi Kepulauan Riau, yang

terdiri dari empat Kabupaten,

Kabupaten Bintan masi berada

pada tingkat terbawah dengan

nilai yang sangat kurang. Mary

Maureen Brown mengungkapkan

dalam Indiahono (2009:157)

bahwa e-goverment menunjuk

pada penggunaan teknologi,

terutama adalah aplikasi internet

berbasis Web untuk meningkatkan

akses dan kiriman pelayanan

pemerintah kepada warga negara,

rekan bisnis, pekerja, dan entitas

pemerintah yang lain.

Salah satu bentuk

penyelenggaraan teknologi

infromasi pemerintah yaitu dalam

pengadaan barang/jasa, untuk

mencapai kualiats pelayanan

publik yang baik dalam

pengadaan barang/jasa maka

pemerintah membentuk program

e-procurement atau disebut

dengan Pelayanan Pengadaan

Secara Elektronik (LPSE). Hal

tersebut merupakan wujud dari

perubahan yang dilakukan karena

banyaknya permasalahan yang

8

terjadi dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah secara

konvensional. Pelayanan

Pengadaan Barang secara

elektronik ini merupakan bagian

dari usaha pemerintah dalam

mengatasi kasus korupsi yang

sering terjadi khususnya dalam

pengadaan barang/jasa.

Pada proses pengadaan,

LPSE hanya sebagai fasilator

yang tidak ikut dalam proses

pengadaan. Pelaksanaan proses

pengadaan sepenuhnya dilakukan

oleh panitia pengadaan atau Unit

Layanan Pengadaan/ULP.

Menurut kuncoro didalam

ketentuan LPSE (Layanan

Pengadaan Secara Elektronik)

yaitu :

1) Setelah organisasi pengadaan

dibentuk, PA/KPA mengirim

surat keputusan pengangkatan

PPK, panitia

pengadaan/Pokja,ULP/Pejabat

Pengadaan kepada LPSE untuk

mendapatkan user id dan

pasword sebagai pengguna

SPSE,

2) LPSE menfasilitasi PA/KPA

dalam mengumumkan Rencana

Umum Pengadaan,

3) K/L/D/I yang bleum

memebentuk LPSE,

menayangkan Rencana Umum

Pengadaan pada LPSE

terdekat. Hakekat yang

sebenarnya tersembunyi dan

eksisting e-procurement adalah

transparansi dan akuntabilasi.

Melalui e-procurement,

tindakan korupsi, kolusi dan

nepotisme dapat dicegah

melalui proses pelelangan yang

transparan.

9

LPSE melaksanakan

fungsinya sebagai fasilator dan

LPSE diharapkan melaksanakan

proses pengadaan dengan

mengutamakan prinsip

transparansi dan akuntabilitas.

Agus Kuncoro (2011:14) proses

pengadaan dilaksanakan dengan

prinsip sebagai berikut :

1. Efisiensi

2. Efektif

3. Transparan

4. Terbuka

5. Bersaing

6. Adil tidak diskriminatif

7. akuntabel

Lahirnya undang-undang

Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah megatur

secara konsisten pengelolaan

perimbangan keuangan di masing-

masing daerah. Pasal 1 ayat 32

menjelaskan bahwa “anggaran

pendapatan dan belanja daerah

selanjutnya disingkat APBD

adalah rencana tahunan

pemerintah daerah yang

ditetapkan dengan peraturan

daerah”, Belanja daerah salah

satunya adalah belanja barang dan

jasa pemerintah. Belanja

pengadaan barang dan jasa

pemerintah di biayai oleh dana

APBD dan dana hibah dari luar

negri. Oleh karena itu

akuntabilitas dan transparansi

penggunaan anggaran didalam

pelaksanaan pengadaan barang

dan jasa pemerintah harus benar-

benar diperhatikan agar tidak

terjadi praktik korupsi.

Pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa pemerintah yang

dilakukan secara sederhana dinilai

banyak menimbulkan persepsi

negatif dikalangan masyarakat.

10

Pengadaan barang atau jasa yang

sering ditemukan praktik-praktik

penyelewengan yaitu memberikan

uang kepada pemerintah (selaku

pihak pelaksana lelang), dan

sistem arisan serta intimidasi-

intimidasi yang dilakukan oleh

peserta lelang, serta tindakan

premanisme agar mendapatkan

persetujuan kontrak dengan

pemerintah. Sehingga munculah

ide untuk membuat Layanan

Pengadaan secara elektronik

(LPSE).

Berdasarkan kajian Edy

Nugroho (2014), Pengadaan

barang dan jasa pada dasarnya

adalah upaya pihak pengguna

untuk mendapatkan atau

mewujudkan barang dan jasa yang

diinginkannya dengan

menggunakan metode dan proses

tertentu agar dicapai kesepakatan

harga, waktu dan kesepakatan

lainnya. Agar hakekat atau esensi

pengadaan barang dan jasa

tersebut dapat dilaksanakan

sebaik-baiknya, maka kedua belah

pihak yaitu pihak pengguna dan

penyedia haruslah selalu

berpatokan kepada filosofi

pengadaan barang dan jasa,

tunduk kepada etika dan norma

pengadaan barang dan jasa yang

berlaku.

Presiden Indonesia

mengatur secara tegas dalam

Peraturan Presiden Nomor 4

Tahun 2015 perubahan keempat

atas Nomor 54 Tahun 2010 bahwa

pengadaan barang/jasa pemerintah

diwajibkan dilakukan secara

elektronik atau e-procurement,

yaitu Pemerintah daerah Provinsi,

Kabupaten/ Kota wajib

melakukan pengadaan barang/jasa

11

secara elektronik (e-procurement).

Pengadaan barang dan jasa

pemerintah memerlukan sebuah

sistem yang baik untuk

meminimalisasi suatu tindak

korupsi kolusi dan nepotisme,

dimana untuk meningkatkan suatu

efesiensi, transparansi dan

efektifitas pada pengadaan barang

dan jasa. Seiring berkembangnya

teknologi, maka pengadaan

barang dan jasa pemerintah perlu

adanya sistem pengadaan secara

elektronik.

Pemerintah Kabupaten

Bintan merupakan salah satu

Kabupaten di Indonesia yang

menanggapi serius hal ini dengan

sudah menerapkan sistem LPSE

dengan domain

http://lpse.bintankab.go.id dan

Unit Layanan Pengadaan. Degan

dibentuknya LPSE merupakan

salah satu usaha pemerintah

kabupaten Bintan dalam

menerapkan transparansi dan

akuntabilitas namun Layanan

Pengadaan secara elektronik di

kabupaten Bintan juga masi di

temui beberpa kelemahan yaitu

jumlah SDM yang sedikit, serta

letak lokasi LPSE yang cukup

jauh untuk di jangkau, serta status

LPSE yang masi berstatus

kepanitian sehingga masi di

bawah bagian pembangunan.

Unsur-unsur pelayanan yang

baik mengutamakan aspek

transparansi dan akuntabilasi

dalam pelayanan publik. Hal ini

merupakan salah satu kewajiban

dalam setiap proses pelaksanaan

pelayanan publik, peraturan

penyelenggaraan transparansi dan

akuntabilasi dalam pelayanan

publik telah diatur dalam

12

keputusan menteri pendayagunaan

apartur negara nomor :

KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

Keberadaan LPSE di

Kabupaten Bintan dapat

membantu dalam proses lelang

pengadaan barang/jasa pemerintah

karena proses lelang dilakukan

secara online dan memudahkan

perusahaan yang sudah terdaftar

dalam mengikuti pelelangan yang

di lakukan pemerintah. Oleh

karena itu untuk mengetahui

pelayanan e-procurement dalam

pengadaan barang/jasa di

Kabupaten Bintan dapat

dinyatakan berjalan dengan baik

atau tidak, maka diperlukan

tinjauan bagaimana pemanfaatan

teknologi informasi e-

procurement dalam pengadaan

barang/jasa, sehingga penulis

tertarik untuk mengambil judul

penelitian “Pemanfaatan

Teknologi Infromasi oleh

Pemerintah Daerah dalam

Meningkatkan Pelayanan Publik

tahun 2014 dengan fokus

penelitian pada Layanan

Pengadaan Barang Secara

Elektronik (LPSE) di Kabupaten

Bintan”.

Melihat dari uraian masalah

tersebut sehingga dalam penelitian

ini penelitian ini peneliti

merumuskan permasalahan

penelitian yang harus dijawab yaitu:

Bagaimana Pemanfaatan Teknologi

Informasi oleh Pemerintah Daerah

Kabupten Bintan dalam

Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Publik pada Layanan Pengadaan

Barang/Jasa Secara Elektronik ?

13

B. Tujuan Penelitian dan

Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana

Pemerintah Daerah Kabupaten

Bintan dalam memanfaatkan

teknologi informasi untuk

meningkatkan kualitas pelayanan

publik pada Layanan Pengadaan

Barang/Jasa Secara Elektronik.

2. Kegunaan Penelitian

Setelah mengidentifikasi

dan merumuskan masalah tersebut

diatas, maka penulis berharap

penelitian ini dapat berguna :

a. Untuk Lembaga Akademik

Dengan adanya tulisan

penelitian ini dapat

memberikan refrensi dan data

untuk penelitian-penelitian

berikutnya khususnya dalam

hal bagaimana Pemanfaatkan

Teknologi Informasi dalam

Pemerintah Daerah khususnya

pada Pelayanan Pengadaan

Barang/Jasa Secara Elektronik.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian diharapkan

mampu memberikan wawasan

serta masukan bagi pengguna

yang berkaitan dengan

Pemanfaatan Teknologi

Informasi pada Lembaga

Pemerintahan dalam

meningkatkan pelayanan

publik.

C. Konsep teoritis

1. Pelayanan Publik

Pemerintah lokal memiliki

kesempatan untuk mendorong

demokratisasi. Menurut World

Conference, UNDP tahun 1999,

“Pelaksanaan good governance

merupakan perwujudan dari

14

terciptanya tata kelola

pemerintahan yang baik, dengan

melibatkan stakeholders, terhadap

berbagai kegiatan perekonomian,

sosial politik dan pemanfaatan

berbagai sumber daya alam,

keuagaa, dan manusia bagi

kepentingan rakyat yang

dilaksanakan dengan menganut

asas : keadilan, pemerataan,

persamaan, efiisiensi, transparansi

dan akuntabilasi” (Sedarmayanti,

2009:270).

Prinsip utama good

governance :

1. Akuntabliasi 2. Transparansi 3. Partisipasi 4. Supermasi hukum aparat

birokrasi Menghubungkanpemerintah

an yang baik dengan keterbukaan

informasi publik bukan

merupakan suatu keniscayaan,

karena salah satu wujud dari good

governance adalah adanya

transparansi dan guna

menciptakan rasa percaya antara

pemerintah dan masyarakat.

Pengembangan manajemen

penyelenggaraan negara dan

dalam upaya untuk mewujudkan

pelayanan prima yang berkualitas,

pelayanan publik berfokus kepada

kepuasan masyarakat sebagai

penikmat pelayanan publik. Hal

ini sesuai dengan dengan yang di

paparkan Sinambela (2006:5)

pelayanan publik di artikan

pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat

yang mempunyai kepentigan pada

oragnisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang

telah ditetapkan. Secara teoritis,

tujuan pelayanan publik pada

dasarnya adalah memuaskan

masyarakat.

15

Kewajiban pemerintah

adalah memberikan pelayanan

publik yang menjadi hak warga

negara yang memenuhi kewajiban

terhadap negara. Dalam upaya

peningkatan kualitas pelayanan,

ada beberapa prinsip untuk

menyediakan pelayanan pada

sektor publik didalam buku

Sistem Administrasi Negara

Kesatuan Republik Indonesia

(2003:186) :

a) Menetapkan standar

pelayanan

b) Terbuka terhadap saran dan

kritik serta menyediakan

informasi yang diperlukan

dalam pelayanan

c) Memperlakukan seluruh

masyarakat sebagai

pelanggan yang adil

d) Mempermudah seluruh

akses kepada seluruh

pelanggan

e) Membernarkan suatu hal

dalam proses pelayanan

ketika hal tersebut

menyimpang

f) Menggunakan semua

sumber-sumber yang

digunakan untuk melayani

masyarakat pelanggan

secara efisien dan efektif

g) Selalu mencari

pembaharuan dan

mengupayakan peningkatan

kualitas pelayanan

Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003

Tentang Pedoman Umum

Penyelengaraan Pelayanan Publik,

dijelaskan bahwa dalam

menyelenggarakan pelayanan

16

haruslah memenuhi beberapa

prinsip yaitu :

1. Kesederhanaan, prosedur/tata

cara pelyanan diselenggarakan

secara mudah, cepat, tidak

berbelit-belit, mudah dipahami

dan mudah dilaksanakan.

2. Tanggung jawab, pimpinan

penyelengaraan pelayanan

publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggungjawab

atas penyelengaraan pelayanan

dan penyelesaian keluhan atau

persoalan dalam pelaksanaan

pelayanan publik.

3. Kelengkapan sarana dan

prasarana, tersedianya sarana

dan fasilitas yang mendukung

terselengaranya pelayanan

publik yang baik.

4. Rasa aman, dalam

mendapatkan pelaynan,

masyarakat hendaknya

mendapatkan rasa aman dari

gangguan luar.

5. Kejelasan yang mencakup

beberapa hal antara lain :

a. Persyaratan teknis dan

administrasi pelayanan

umum

b. Unit kerja atau pejabat yang

berwenang dan bertanggung

jawab dalam memberikan

pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan

pelayanan publik

c. Rincian biaya pelayanan

dan cara pembayaran

6. Kepastian waktu, merupakan

durasi waktu yang dibutuhkan

dalam usaha penyelesaian

urusan publik

7. Akurasi, produk yang dihasil

haruslah diterima dengan

benar, sah, dan diakui

17

8. Kemudahan akses, tempat

untuk mendapatkan pelayanan

haruslah bersih, indah dan

mudah dijangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat

9. Kedsiplinan, kesopanan, dan

keramahan, pemberi pelayanan

haruslah bersikap displin,

sopan, dan ramah da;am

menghadapi dan memberikan

pelyanan kepada masyarakat.

10.Kenyamanan, lingkungan

pelayanan haruslah tertib,

menyediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih dan rapi,

serta fasilitas lain yang

mendukung kenyamanan

masyarakat dalam

mendapatkan pelayanan.

a. Transparansi

Keterbukaan informasi tidak

lepas dari konsep transparansi

yang dilaksanakan dalam rangka

utuk mewujukan tata

pemerintahan yang baik atau good

governance yang berkaitan

dengan interaksi antara

pemerintah, sektor swasta dan

masyarakat. Penyelenggaraan

pelayanan pemerintah yang

transparan harus bersifat terbuka,

mudah dan dapat di akses semua

pihak yang membutuhkan dan

disediakan secara memadai serta

mudah di mengerti.

Hal ini diungkapkan oleh

sedarmayanti (2009:289) melalui

prinsip utama unsur good

governance dalam :

“transparansi (keterbukaan) dapat

dilihat dari 3 aspek : pertama

adanya kebijakan terbuka

terhadap pengawasan, kedua

adanya akses informasi sehingga

masyarakat dapat menjangkau

setiap segi kebijakan pemerintah,

18

ketiga berlakunya prinsip check

and balance antar lembaga

eksekutif dan legislatif.”

Transparansi menurut

prinsip good governance menurut

tim pengembagan kebijakan

nasional tata kepemerintahan yang

baik, Kementrian Perencanaan

Pembangunan

Nasional/Bappenas, tahun 2005

(hasil revisi) menyatakan bahwa

indikatornya adalah “tersedianya

informasi yang memadai pada

setiap proses penyusunan dan

implementasi kebijakan, adanya

akses informasi yang siap, mudah

di jangkau, mudah diperoleh dan

tepat waktu”.

Transaparansi dalam

pelayanan publik juga di

ungkapkan oleh Dwiyanto

(2006:236), ada tiga indikator

yang dapat digunakan untuk

mengukur transparansi pelayanan

publik.

1. Mengukur tingkat keterbukaan

proses penyelenggaraan

pelayanan publik yaitu meliputi

seluruh proses pelayanan

publik, termasuk di dalamnya

adalah persyaratan, biaya dan

waktu yang di butuhkan serta

prosedur pelayanan yang harus

di penuhi;

2. Seberapa mudah peraturan dan

prosedur pelayanan dapat di

pahami oleh pengguna dan

stakeholder yaitu mengenai

penjelasan terhadap prosedur,

biaya dan waktu yang

diperlukan yang penting bagu

para pengguna;

3. Kemudahan untuk memperoleh

informasi mengenai berbagai

aspek penyelenggaraan

pelayanan publik.

19

Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor : Kep/26/M.Pan/2/2004

Tentang Petunjuk Teknis

Transparansi dalam

Penyelenggaraan Pelayanan

Publik dengan indikator

Transparansi Pelayanan Publik

yang terdiri dari :

a. Manajemen dan

Penyelenggaraan Pelayanan

Publik

b. Prosedur Pelayanan

c. Persyaratan Teknis dan

Administratif Pelayanan

d. Rincian Biaya Pelayanan

e. Waktu Penyelesaian Pelayanan

f. Pejabat yang Berwenang dan

Bertanggung Jawab

g. Lokasi Pelayanan

h. Janji Pelayanan

i. Standar Pelayanan Publik

j. Informasi Pelayanan

b. Akuntabilitas

The oxford advance

learner’s distionary menyatakan

bahwa akuntabilitas adalah

required or expected to give an

explanation for one’s action.

Artinya adalah dalam

akuntabilitas tekandung

kewajiban untuk menyajikan dan

melaporkan segala tindak tanduk

dan kegiatannya terutama di

bidang administrasi keuagan

kepada pihak yang lebih

tinggi/atasanya. Disamping itu,

Ghartey (LAN & BPKP, 2000:22)

mengatakan bahwa:

“akuntabilasi ditunjuk untuk

mencari jawaban terhadap

pernyataan yang behubungan

dengan pelayanan apa, siapa,

kepada siapa, milik siapa, yang

mana dan bagaimana. Pernyataan

yang memerlukan jawaban

20

tersebut antara lain, apa yang

harus dipertanggungjawakan,

kenapa pertanggungjawaban harus

di serahkan, siapa yamg

bertanggungjawab terhadap

berbagai kegiatan dalam

masnyarakat, apakah

pertanggungjawaban berjalan

seiring dengan kewenangan yang

memadai dan lain sebagainya”.

Akuntabilitas dapat

dinyatakan sebagai kewajiban

untuk memberikan

pertanggunjawaban atau

menjawan dan menerangkan

kinerja dan tindakan

seseorang/badan hukum/pimpinan

suatu organisasi kepada pihak

yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta

keterangan atau

pertanggungjawaban.

Pertanggungjawaban produk

layanan publik tersebut telah

ditetapkan dalam keputusan

menteri pendayagunaan aparatur

pemerintah nomor

KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang

petunjuk teknis transparansi dan

akuntabilas dalam

penyelenggaraan pelayanan

publik yaitu :

a. Persyaratan teknis

administrasi harus jelas dan

tepat

dipertanggungjawabkan dari

segi kualitas dan keabsahan

produk layanan

b. Prosedur dan mekanisme

kerja harus sederhana dan

dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang telah

ditetapkan

c. Produk layanan diterima

dengan benar, tepat dan sah.

21

Akuntabilas dapat

diperhitungkan berdasarkan

kewenangan yang digunakan

untuk menekankan kepada aturan

dan kewajiban untuk mencapai

tujuan. Hal ini juga diungkapkan

oleh Levine (Nasucha, 2004:125).

“akuntabilasi berarti

menyelenggarakan perhitungan

terhadap sumber daya atau

kewenangan yang digunakan.

Akuntabilasi menekankan pada

formalisasi dan legalisasi. Oleh

karena itu, akuntabilasi

ditekankan pada responsivitas dan

kemampuan untuk mencapai

tujuan kebijakan secara efisien

dan efektif”

Akuntabilitas menurut

Andrianto Mico (2007:22) dapat

diukur melalui indikator:

a. Mampu menyajikan informasi

penyelenggaraan pemerintahan

secara terbuka, cepat, dan tepat

kepada masyarakat.

b. Mampu memberikan pelayanan

yang memuaskan bagi publik.

c. Mampu menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan

setiap kebijakan publik secara

proporsional.

d. Mampu memberikan ruang

bagi masyarakat untuk terlibat

dalam proses pembangunan

dan pemerintahan.

e. Adanya sarana bagi publik

untuk menilai kinerja

(performance) pemerintah.

Dengan pertanggungjawaban

publik, masyarakat dapat

menilai derajat pencapaian

pelaksaan program/kegiatan

pemerintah.

D. KERANGKA BERFIKIR

Seiring kemajuan teknologi

dan tuntutan masyarakat dalam hal

22

pelayanan, unit penyelenggara

pelayanan publik dituntut untuk

memenuhi harapan masyarakat

dalam melakukan perbaikan

pelayanan. Pelayanan publik yang

dilakukan oleh aparatur pemerintah

saat ini belum memenuhi harapan

masyarakat. Hal ini dapat diketahui

dari berbagai keluhan masyarakat

yang disampaikan melalui media

masa dan jaringan sosial, sehingga

memberikan dampak buruk terhadap

pelayanan pemerintah, yang

menimbulkan ketidak percayaan

masyarakat.

Dalam penelitian ini hanya

akan mengukur dari tingkat

transparansi dan akuntabilitas dalam

pelayanan publik menggunakan

keputusan menteri pedayagunaan

aparatur negara Nomor :

Kep/26/M.Pan/2/2004 tentang

Petunjuk Teknis Transparansi dan

Akuntabilitas Dalam

Penyelenggaraan Pelayanan Publik

untuk mnegukur tingkat transparansi

dan akuntabilitas di LPSE Kabupaten

Bintan serta di dukung dengan

pendapat Dwiyanto tentang

transparansi dan Aandrianto tentang

akuntablitas.

Dwiyanto (2006:236), ada tiga

indikator yang dapat digunakan

untuk mengukur transparansi

pelayanan publik.

1. Mengukur tingkat keterbukaan

proses penyelenggaraan

pelayanan publik yaitu meliputi

seluruh proses pelayanan publik,

termasuk di dalamnya adalah

persyaratan, biaya dan waktu yang

di butuhkan serta prosedur

pelayanan yang harus di penuhi;

2. Seberapa mudah peraturan dan

prosedur pelayanan dapat di

pahami oleh pengguna dan

23

stakeholder yaitu mengenai

penjelasan terhadap prosedur,

biaya dan waktu yang diperlukan

yang penting bagi para pengguna;

3. Kemudahan untuk memperoleh

informasi mengenai berbagai

aspek penyelenggaraan pelayanan

publik.

Akuntabilitas menurut

Andrianto (2007 : 22) dapat diukur

melalui indikator:

a. Mampu menyajikan informasi

penyelenggaraan pemerintahan

secara terbuka, cepat, dan tepat

kepada masyarakat.

b. Mampu memberikan pelayanan

yang memuaskan bagi publik.

c. Mampu menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan

setiap kebijakan publik secara

proporsional.

d. Mampu memberikan ruang

bagi masyarakat untuk terlibat

dalam proses pembangunan

dan pemerintahan.

e. Adanya sarana bagi publik

untuk menilai kinerja

(performance) pemerintah.

Dengan pertanggungjawaban

publik, masyarakat dapat

menilai derajat pencapaian

pelaksaan program/kegiatan

pemerintah.

Transparan dan akuntabel juga

telah ditetapkan Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor : Kep/26/M.Pan/2/2004

Tentang Petunjuk Teknis

Transparansi dan Akuntabilitas

Dalam Penyelenggaraan Pelayanan

Publik dengan indikator:

1. Transparansi Pelayanan Publik

yang terdiri dari :

a. Manajemen dan

Penyelenggaraan Pelayanan

24

Publik yaitu transparansi

terhadap manajemen dan

penyelenggaraan pelayanan

publik meliputi kebijakan,

perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan/pengendalian oleh

masyarakat. Kegiatan tersebut

harus dapat diinformasikan dan

mudah diakses oleh

masyarakat;

b. Prosedur Pelayana adalah

rangkaian proses atau tata kerja

yang berkaitan satu sama lain,

sehingga menunjukkan adanya

tahapan secara jelas dan pasti

serta cara-cara yang harus

ditempuh dalam rangka

penyelesaian sesuatu

pelayanan;

c. Persyaratan Teknis dan

Administratif Pelayanan yaitu

Untuk memperoleh pelayanan,

masyarakat harus memenuhi

persyaratan yang telah

ditetapkan oleh pemberi

pelayanan, baik berupa

persyaratan teknis dan atau

persyaratan administratif sesuai

dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

d. Rincian Biaya Pelayanan

adalah segala biaya dan

rinciannya dengan nama atau

sebutan apapun sebagai

imbalan atas pemberian

pelayanan umum yang besaran

dan tata cara pembayarannya

ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang sesuai ketentuan

peraturan perundangundangan.

e. Waktu Penyelesaian Pelayanan

adalah jangka waktu

penyelesaian suatu pelayanan

publik mulai dari

dilengkapinya/dipenuhinya

persyaratan teknis dan atau

25

persyaratan administratif

sampai dengan selesainya suatu

proses pelayanan.

f. Pejabat yang Berwenang dan

Bertanggung Jawab yaitu

Pejabat/petugas yang

berwenang dan bertanggung

jawab memberikan pelayanan

dan atau menyelesaikan

keluhan/ persoalan/sengketa,

diwajibkan memakai tanda

pengenal dan papan nama di

meja/tempat kerja petugas.

Pejabat/petugas tersebut harus

ditetapkan secara formal

berdasarkan Surat

Keputusan/Surat Penugasan

dari pejabat yang berwenang.

g. Lokasi Pelayanan yaitu Tempat

dan lokasi pelayanan

diusahakan harus tetap dan

tidak berpindah-pindah, mudah

dijangkau oleh pemohon

pelayanan, dilengkapi dengan

sarana dan prasarana yang

cukup memadai termasuk

penyediaan sarana

telekomunikasi dan

informatika (telematika).

h. Janji Pelayanan yaitu akta atau

janji pelayanan merupakan

komitmen tertulis unit kerja

pelayanan instansi pemerintah

dalam menyediakan pelayanan

kepada masyarakat.

i. Standar Pelayanan Publik yaitu

setiap unit pelayanan instansi

pemerintah wajib menyusun

Standar Pelayanan masing-

masing sesuai dengan tugas

dan kewenangannya, dan

dipublikasikan kepada

masyarakat sebagai jaminan

adanya kepastian bagi

penerima pelayanan.

26

j. Informasi Pelayanan yaitu

Untuk memenuhi kebutuhan

informasi pelayanan kepada

masyarakat, setiap unit

pelayanan instansi pemerintah,

wajib mempublikasikan

mengenai prosedur,

persyaratan, biaya, waktu,

standar, akta/janji, motto

pelayanan, lokasi serta

pejabat/petugas yang

berwenang dan bertanggung

jawab.

2. Akuntabilitas Pelayanan Publik

yang terdiri dari :

a. Akuntabilitas Kinerja

Pelayanan Publik

Akuntabilitas kinerja

pelayanan publik dapat dilihat

berdasarkan proses yang antara

lain meliputi: tingkat ketelitian

(akurasi), profesionalitas

petugas, kelengkapan sarana

dan prasarana, kejelasan aturan

(termasuk kejelasan kebijakan

atau peraturan perundang-

undangan) dan kedisiplinan;

b. Akuntabilitas Biaya Pelayanan

Publik

Biaya pelayanan dipungut

sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

yang telah ditetapkan;

c. Akuntabilitas Produk

Pelayanan Publik

Persyaratan teknis dan

administratif harus jelas dan

dapat dipertanggungjawabkan

dari segi kualitas dan

keabsahan produk pelayanan;

Prosedur dan mekanisme kerja

harus sederhana dan

dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan

serta Produk pelayanan

27

diterima dengan benar, tepat,

dan sah.

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif, dengan jenis

penelitian studi kasus, objek

penelitian pada Layanan

Pengadaan secara elektronik

Kabupaten Bintan yang

merupakan Bagian Pembangunan

Sekretariat Daerah Kabupaten

Bintan. Informan dalam penelitian

yaitu 1 Ketua LPSE dan 5 Orang

masyarakat (pihak swasta) yang

memenangkan tender tertinggi di

tahun 2014.

Teknik pengmpulan data

yang digunakan yaitu wawancara

dan studi dokumen, dan teknik

analisa data yang digunakan yaitu

reduksi data, sajian data,

penarikan kesimpulan.

F. PEMBAHASAN 1. Transparansi Pelayanan Publik

pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik Kabupaten Bintan

Transparansi merupakan

salah satu prinsip yang harus di

terapkan dalam pelayanan publik,

pelayanan publik merupakan

kebutuhan masyarakat yang harus

dipenuhi oleh pemerintah.

Sulitnya masyarakat dalam

memberikan kontrol terhadap

proses pelayanan pemerintah

menjadikan konsep transparansi

dalam pelayanan publik

merupakan salah satu solusi

dalam menciptakan pelayanan

yang prima yang dinginkan

masyarakat.

a. Transparansi dalam manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik.

Dapat dilihat dari beberapa

sub indikator diatas sudah

terwujud dan sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh

28

Dwiyanto, berdasarkan Keputusan

Menteri Pendayagunaan Apratur

Negara No: Kep/26/m.Pan/2/2004

dalam manajemen dan

penyelenggaraan pelayanan public

tentang transparansi dan

akuntabilitas dalam pelayanan

publik, wujud transparansi dapat

dilakukan dalam hal perencanaan,

pegambilan kebijakan,

pelaksanaan kebijakan, dan

pengawasan/pengendalian yang

baik oleh masyarakat. Kegiatan-

kegiatan tersebut hendaknya harus

cepat sampai ke masyarakat,

sehingga masyarakat dapat

berpartspasi aktif dalam kegiatan-

kegiatan tersebut.

Dalam LPSE Kabupaten

Bintan Transparansi dalam

manajemen dan penyelenggaraan

pelayanan public sudah berjalan

dengan baik di tandai dengan

terbuka terhadap masukan-

masukan dari pihak luar LPSE,

serta turut aktif dalam

melaksanakan semua kegiatan,

kebijakan yang ditetapkan oleh

LKPP, dan Penyelenggaraan

publik LPSE Kabupaten mencapai

8 standar pelayanan dari 17

standar yang ditetapkan pada

LPSE yang di tetapkan oleh LKPP

pada 23 oktober 2014, ini

merupakan salah satu bentuk

komitmen organisasi, dalam

rangka peningktatan layanan.

b. Prosedur pelayanan pada LPSE Kabupaten Bintan

Berdasarkan Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No: Kep/26/M.Pan/2/2004

tentang Transparansi dan

Akuntabilitas dalam

Penyelenggaraan Pelayanan

Publik, prosedur palayanan

merupakan suatu rangakaian

29

proses atau tata kerja yang saling

berkaitan, yang kemudian akan

menunjukkan adanya langkah-

langkah yang jelas dan pasti serta

cara-cara yang harus di lalui

dalam rangka penyelesaian suatu

pelayanan dan sejalan dengan

pendapat Dwiyanto yaitu

menjamain masyarakat

mendapatkan prosedur pelayanan

dengan mudah.

LPSE Kabupaten mengikuti

semua prosedur yang sudah

ditetapkan oleh LKPP bahwa

prosedur pelayanan sudah cukup

mudah di mengerti karena prosdur

layanan sudah dintentukan dari

LKPP dan LPSE juga

menginformasikan melalui

website untuk masyarakat, dan

mayoritas masyarakat tidak

merasa kesulitan dan cukup

paham dalam mengumpulakan

persayaratan namun masi ada

masyarakat yang tidak mengerti

mengenai bagaimna prosedur

pelayanan, untuk menagatasi hal

tersebut pegawai LPSE

mnyampaikan secara lisan

prosedur playanan sehingga pada

akhirnya masyarakat yang

melakukan pelayanan dapat

mengerti. Hal ini juga di dukung

dengan pendapat Dwiyanto yang

mengatakan bahwa Transparansi

merujuk pada seberapa mudah

peraturan dan prosedur pelayanan

dapat dipahami oleh pengguna

stakeholder yang lain.

c. Persyaratan Teknis dan Administratif Pelayanan

KepmenpanNo:Kep/26/M.P

an/2/2004 persyaratan teknis dan

administratif pelayanan di LPSE

sudah baku dan seluruhnya

mengikuti prosedur yang di

tetapkan oleh LKPP.

30

d. Rincian biaya pelayanan

Keberlangsungan pelayanan

di LPSE Kabupaten Bintan tidak

dikenakan biaya, hal ini sesuai

dengan Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor: Kep/26/M.Pan/26/2004

mengenai rincian biaya pelayanan

public, serta sesuai dengan yang

di kemukakan oleh Dwiyanto

bahwa kejelasan biaya pelayanan

yang di berikan merupakan salah

satu bentuk transaparansi dalam

pelayanan, Berdasarkan peninjuan

peneliti lakukan bahwa tidak

ditemukan adanya pungutan biaya

yang dilakukan oleh pegawai

LPSE.

e. Waktu penyelesaian pelayanan dan lokasi pelayanan

LPSE Kabupaten Bintan

menginformasikan waktu

operasional kepada masyarakat,

hal ini sesuai dengan Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor :

Kep/26/M.Pan/26/2004, namun

disisi lain mengenai kecepatan

dan ketepatan waktu pelayanan

masih mengalami kendala hal ini

dikarenakan fasilitas internet yang

sering mengalami gangguan, serta

jarak lokasi LPSE masi terlalu

jauh untuk di jangkau, sehingga

masyarakat yang berkunjung

kesana sangat sedikit, Waktu

pelayanan dalam pelayanan di

LPSE, LPSE Kabupaten Bintan

mengikuti semua prosedur yang

telah di tetapkan oleh LKPP serta

menenetukan jam pelayanan pada

jam kerja yang dapat di ikuti oleh

masyarakat.

f. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

31

Pelayanan pengadaan secara

elektronik Kabupaten Bintan

petugas yang terlibat angsung

dalam proses pelayanan sudah di

tetapkan sesuai fungsi dan

tugasnya masing-masing. Namun

keluhan dari masyarakat yang

secara langsung melakukan

pelayanan di lokasi terhadap

kinerja LPSE Kabupaten Bintan

masi di temukan yaitu lambatnya

petugas dalam memberikan

informasi seperti kekuranagan

info.

g. Janji pelayanan

LPSE Kabupaten Bintan

belum memperhatikan pentingnya

keberadaan dan publikasi janji

pelayanan sebagai komitmen

LPSE dalam mewujudkan

transparansi dalam pelayanan

publik, saat melakukan penelitian,

peneliti tidak melihat sebuah janji

pelayanan di lokasi pelayanan

maupun di website LPSE.

sehingga hal ini belum memenuhi

dengan apa yang sudah di

tentukan dalam Keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor:

Kep/26/M.Pan/26/2004 mengenai

tarnsparansi pelayanan publik

mengenai janji pelayanan.

h. Standar pelayanan publik

LPSE Kabupaten Bintan

sudah cukup baik, namun belum

semua terpenuhi. Hal ini dapat

terlihat bahwa dalam hal standar

pelayanan belum memnuhi, pada

tahun 2014 LPSE baru memenuhi

8 standar dari 17 standart yang di

tetapkan oleh LKPP. Untuk LPSE

Kabupaten Bintan sendiri belum

membentuk standar pelayanan

yang mereka tetapkan sendiri, dari

awal di bentuk hingga sekarang

32

masi mengikuti peraturan yang di

tetapkan oleh LKPP.

G. PENUTUP a. Kesimpulan

Penerapan electronic

eprocurement telah membawa

peningkatan efisien, efektifitas,

transparansi, dan akuntabilitas

dari pelaksaan pengadaan

barang/jasa pemerintah. Selain itu

system ini juga meminimalisir

tatap muka langsung antara para

pihak dalam proses pengadaan

guna mengurangi potensi korupsi,

kolusi dan nepotisme.

1. Tranparansi Pelayanan Publik pada LPSE Kabupaten Bintan

Tingkat transparansi pada

LPSE Kabupaten Bintan

berdasarkan hasil peneliti

dapatkan bahwa transparansi di

LPSE Kabupaten Bintan di

lihat dari beberapa indikator

yang menjadi alat ukur peneliti,

transparansi LPSE Kabupaten

Bintan sudah baik, hal ini dapat

dilihat dari sikap manajemen

LPSE Kabupaten Bintan yang

terbuka terhadap masukan-

masukan dari pihak luar LPSE,

serta turut aktif dalam

melaksanakan semua kegiatan,

kebijakan yang ditetapkan oleh

LKPP, menginformasikan

prosedur pelayanan melalui

website serta melakukan

sosialisasi kepada masyarakat,

prosedur pelayanan LPSE

Kabupaten Bintan mengikuti

prosedur yang di tetapkan oleh

LKPP, tidak adanya

pemungutan biaya dalam

pelayanan.

Namun masi di temukan

kelemahan pada LPSE

Kabupaten Bintan, yaitu LPSE

Kabupaten bintan masi bersifat

33

kepanitian, belum berdiri

sendiri sehingga masi di bawah

bagian pembangunan dan

sekretariat daerah pemerintah

Kabupaten Bintan, lokasi

LPSE masi jauh untuk di

jangkau sehingga sedikit

masyarakat yang melakukan

pelayanan di LPSE Kabupaten

Bintan dan sedikit masyarakat

(pihak swasta) yang mendaftar,

dan sering terjadi gangguan

system pada LPSE Kabupaten

Bintan sehingga dapat

memperlambat akses pada

website LPSE.

2. Akuntabilitas Pelayanan Publik pada LPSE Kabupaten Bintan

Akuntabilitas pada

layanan pengadaan secara

elektronik Kabupaten Bintan

(LPSE) berdasarkan hasil yang

peneliti dapatkan, bahwa

pelayanan yang berikan kurang

akuntabel, karena masi di

temui keluhan masyarakat

terhadap kinerja petugas

pelayanan yang lambat,

sehingga membuat masyarakat

menuggu lama untuk dapat

menyelesaikan pelayanan,

Solusi pelayanan yang

diberikan petugas belum

sepenuhnya memberikan

kemudahan, tidak adanya

peningkatan standart pelayanan

pada LPSE Kabupaten Bintan.

b. Saran

Peneliti dalam penelitian ini

akan memberikan saran yang akan

sekiranya dapat berguna dalam

meningkatkan transaparansi dan

akunatbilasi dalam pelayanan

public pada LPSE Kabupaten

Bintan.

Mengingat LPSE

merupakan salah satu bentuk

34

teknologi informasi yang baru

digunakan dalam pengadaan

barang dan jasa sehingga dapat

bersentuhan langsung kepada

masyarakat, maka diharapkan

untuk dapat meningkatkan

keahlian para pegawai dalam

memahami SOP serta prosedur

dalam melayani masyarakat.

Meningkatkan pengawasan

dalam keamanan serta kelancaran

system pada LPSE, adanya kotak

saran yang diperuntukan kepada

masyarakat agar dapat

memberikan kritikan masukan

terhadap penyelenggaraan

pelayanan di LPSE Kabupaten

Bintan. LPSE Kabupaten Bintan

diharapkan dapat memiliki

gedung permanen sehingga

keamanan lebih terjamin,

mendirikan cabang atau gedung di

daerah yang mudah dan cepat di

jangkau oleh masyarakat.

Masyarakat yang

menggunakan LPSE diharapkan

dapat berpartisipasi aktif dalam

pengawasan kinerja LPSE,

menyampaiakn keluhan kepada

LPSE agar terbentuknya

transparansi dan akuntabilitas

pada pelayanan publik di LPSE

Kabupaten Bintan

35

H. Daftar Pustaka a. Buku Agus Dwiyanto, 2006,

Mewujudkan Good Governance Melayani Publik, Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Adrianto, Nico, 2007, Good

Government: Transparansi dan Akuntabilitas Publik melalui e-Goverment, Palangkaraya : Bayu Media

Bungin, Burhan, 2007, Penelitian

Kualitatis,Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Indiahono, Dwiyanto, 2009,

Perbandingan Administrasi Publik,Yogyakarta: Gava Media.

Indrajid, Richardus E, 2002,

Electronic Government,Yogyakarta:Andi

Kuncoro, Agus. Cara Benar,

Mudah, & Jitu Menang Tender Pengadaan Barang

Lembaga Administrasi

Negara,2003,Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta, LAN

Masyhuri dan Zainuddin, 2011,

Metodologi Penelitian Edisi Revisi, Bandung: PT. Refika Aditama.

Nasucha, Chaizi, 2004, Reformasi

Administrasi Negara Teori

dan Praktik. Jakarta : Gramedia.

Susanto Eko Hary, Komunikasi

Politik dan Otonomi Daerah Tinjuan Pustaka Terhadap Dinamika Politik dan Pembangunan, Jakarta: Mitra Wacana Media

Silalahi, Ulber, 2009, Metode

Penelitian Sosial, Bandung : PT.Refika Aditama

Sinambela, Lijan Poltak dkk,

2006, Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta: PT.bumi Aksara.

Sugiyono, 2013, Metode

Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:Alfabeta

Suaendi, Falih dan Bintoro

Wardiyanto. Revitalisasi Administrasi Negara

Sedarmayanti, 2003, Good

Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung : Penerbit Mandar Maju

b. Jurnal

Bovens, Mark. 2007. Analysing and Assessing Accountability: A Conceptual Framework. European Law Journal, Vol. 13, No. 4, July 2007, pp. 447–468.

Karen Heard-Lauréote. 2007. A Transparency Gap? : The

36

Case of European Agricultural Committee Governance. Public Policy and Administration 22: 239 University of Portsmouth, UK

Piotrowski, Suzanne J, And Erin L. Borry. 2010. An Analytic Framework For Open Meetings And Transparency. Public Administration And Management Volume 15, Number 1, 138-176

Wahyurudhanto, Albertus. 2002. Analisis Wacana Tentang Sikap Media dan Akuntabilitas Publik. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang

Yohanes,Netty Herawati, Lina Suyanta.2013.Jurnal Tesis. Strategi Penerapan Teknologi Informasi Di Pemerintah Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat. Program Studi Ilmu Administrasi Negara Magister Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak.

Nugroho, Edy, 2014, Pemnafaatan Teknologi informasi dalam Rangka Memberantas Tindak Pidana Korupsi Secara Elektronik, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Jakarta jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No. 3 September 2014

c. Dokumen

Undang-Undang Nomor.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 perubahan ke 4 atas Peraturan

Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Instruksi Presiden No 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government

Instruksi Presiden No 1 tahun 2015 tentang percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui sistem Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (SPSE)

KEP/26/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik

peraturan LKPP Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bintan.

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi

37

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bintan.

d. Internet

http://lpse.bintankab.go.id/ http://eproc.lkpp.go.id/content/tentang (diakses pada 15 februari 2016) http://www.lkpp.go.id/v3/#/profil (diakses pada 15 februari 2016)