pemanfaatan komunikasi dan teknologi informasi

40
BAB XI Scanning/ Analisis Lingkungan Otonom di World Wide Web (WWW) Analisis Lingkungan (ES) mengacu pada cara di mana manajer mempelajari lingkungan pemasaran mereka secara relevan. Analisis adalah tugas yang lebih menantang daripada pemantauan sumber informasi, karena luasnya jangkauan dari berbagai sumber internal dan eksternal yang harus digarap/eksploitasi, data-data dalam yang berbeda format harus dikombinasikan, dan topik, seperti halnya sumber-sumber informasi, tidak dapat dijelaskan secara mendalam melainkan, muncul selama kegiatan scanning. Pentingnya kegiatan ES untuk proses perencanaan manajerial diterima secara luas dan didukung oleh hasil empiris. Beberapa studi menunjukkan hubungan yang kuat antara upaya ES dan kesuksesan bisnis (Analoui & Karami, 2000; Daft, Sormunen, & Taman, 1988; Dollinger, 1984; Miller & Friesen, 1977; Newgren, Rasher, & Laroe, 1984; Ngamkroeckjoti & Johri , 2003; Subramanian, Fernandes, & Harper, 1993; Barat, 1988). ES membantu para manajer meramalkan pengaruh menguntungkan serta pengaruh yang tidak menguntungkan dan memulai strategi- strategi yang memungkinkan perusahaan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Slaughter (1999) telah mencatat bahwa ES adalah industri yang akan berkembang. ES harus bisa meningkatkan perencanaan jangka panjang dan pendek (Sutton, 1988), dan harus mengarahkan pada pemahaman yang lebih baik dari perubahan eksternal. Komposisi dan Target dari Analisis Lingkungan Ruang Lingkup Scanning Lingkungan

Upload: milatul-ulya

Post on 17-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

BAB XIScanning/ Analisis Lingkungan Otonom di World Wide Web (WWW)Analisis Lingkungan (ES) mengacu pada cara di mana manajer mempelajari lingkungan pemasaran mereka secara relevan. Analisis adalah tugas yang lebih menantang daripada pemantauan sumber informasi, karena luasnya jangkauan dari berbagai sumber internal dan eksternal yang harus digarap/eksploitasi, data-data dalam yang berbeda format harus dikombinasikan, dan topik, seperti halnya sumber-sumber informasi, tidak dapat dijelaskan secara mendalam melainkan, muncul selama kegiatan scanning. Pentingnya kegiatan ES untuk proses perencanaan manajerial diterima secara luas dan didukung oleh hasil empiris. Beberapa studi menunjukkan hubungan yang kuat antara upaya ES dan kesuksesan bisnis (Analoui & Karami, 2000; Daft, Sormunen, & Taman, 1988; Dollinger, 1984; Miller & Friesen, 1977; Newgren, Rasher, & Laroe, 1984; Ngamkroeckjoti & Johri , 2003; Subramanian, Fernandes, & Harper, 1993; Barat, 1988). ES membantu para manajer meramalkan pengaruh menguntungkan serta pengaruh yang tidak menguntungkan dan memulai strategi-strategi yang memungkinkan perusahaan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Slaughter (1999) telah mencatat bahwa ES adalah industri yang akan berkembang. ES harus bisa meningkatkan perencanaan jangka panjang dan pendek (Sutton, 1988), dan harus mengarahkan pada pemahaman yang lebih baik dari perubahan eksternal.Komposisi dan Target dari Analisis LingkunganRuang Lingkup Scanning LingkunganMasalah utama di ES adalah keseimbangna semua kelemahan/kekurangan yang terkait dengan sangat luasnya jangkauan dari sumber-sumber yang heterogen (yang dapat menyebabkan kebingungan serius karena fakta-fakta yang tidak relevan) dengan munculnya kerugian-kerugian yang timbul dari pengabaian atau menghilangnya fakta yang relevan karena dibatasi beberapa sumber homogen. Mengacu pada Jauch dan Glueck (1988), lingkungan eksternal terdiri dari enam bidang berikut: (1) pelanggan, (2) pemasok, (3) kompetisi, (4) sosial ekonomi, (5) teknologi, dan (6) pemerintah. Sebuah segmentasi agak mirip diperkenalkan oleh Olsen, Murthy dan Teare (1994), serta oleh Goshal (1985), yang membedakan lingkungan dengan persaingan, pasar, teknologi, sumber daya, masalah peraturan dan global. Terlihat, semua enumerasi ini dibatasi untuk sumber eksternal dan, oleh karena itu, berguna untuk ES eksternal saja.Sejalan dengan Frishammar (2002), kita mendefinisikan ES eksternal sebagai berikut: Definisi 1 (Eksternal ES): ES eksternal didefinisikan sebagai pencarian dan pengamatan informasi yang tersedia dalam enam bidang yang relevan: pelanggan, pemasok, persaingan, sosial ekonomi, teknologi dan pemerintah. Kegiatan ini merangkul semua domain dari pengumpuan fakta-fakta yang berasal dari sumber eksternal seperti intelijen kompetitif dan riset pasar, namun secara lebih holistik, yaitu perspektif integratif dengan mempertimbangkan konsumen, pesaing dan perkembangan teknologi di industri yang sama dan juga industri yang berbeda.Walters et al. (2003) memberikan penilaian penting dari berbagai sektor lingkungan dalam industri manufaktur AS yang cocok dengan definisi di atas, yang mana bersifat fleksibel sehubungan dengan sumber sumber yang ada. Secara jelas, fokus perhatian harus diarahkan ke sumber yang terkait dengan daerah-daerah yang dianggap penting dalam lingkungan bisnis individu (Garg, Walters, & Priem, 2003). WWW ternyata menjadi informasi umum digunakan dalam konteks ini. Choo, Detlor dan Weibull (2000) mengidentifikasi WWW sebagai sumber informasi yang kedua yang paling sering digunakan oleh para CEO di ES, yang didominasi dengan penggunaan sumber informasi media massa. Dalam penelitian tersebut, rekan konsultasi di departemen yang sama adalah sumber informasi peringkat ketiga. Paradoksnya, Analisis sumber informasi internal kurang dibahas dalam literatur manajemen dan sering dilewatkan dalam praktek bisnis, meskipun CEO yang sesuai kegiatan ES internal dan eksternal diketahui memiliki kinerja yang baik secara signifikan (Walters & Priem, 1999). Menurut Davenport dan Prusak (1998), pengetahuan internal dapat dilihat sebagai sumber informasi yang paling penting, karena merupakan satu-satunya sumber yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh pesaing dan, dengan demikian, menjadi faktor utama keunggulan kompetitif. Selain itu, ada sumber-sumber yang berbeda untuk dipertimbangkan, yaitu ES internal, dimana hal yang membedakan dari ES eksternal sehubungan "area yang bersangkutan". Dua pertanyaan yang diajukan oleh Hambrick (1981) dan Serpa (2000), yaitu " sumber-sumber mana" yang harus dianalisis dan " dimensi perilaku mana" yang memunculkan proses analisis. Yang terakhir ini menargetkan 'budaya perusahaan, motivasi dan suasana hati karyawan serta pergeseran- terkait dengan tugas. Menjawab pertanyaan pertama bahkan lebih samar-samar karena heterogenitasna perusahaan. Mengintegrasikan deskripsi Goodstein, Pfeiffer dan Nolan (1991) dan Garg et al. (2003), kita mendefinisikan ES internal yaitu:Definisi 2 (Internal ES): ES Internal didefinisikan sebagai pencarian dan pengamatan informasi yang tersedia dalam sebuah perusahaan. Pengumpulan informasi tidak terbatas pada indikator yang tersedia, tetapi juga mencakup pengetahuan informal dan implisit. Kegiatan ini ditargetkan untuk informasi yang sudah diproses mengenai lingkungan perusahaan, serta sumber daya perusahaan terkait dengan perubahan dalam lingkungan perusahaan.Proses analisis internal memiliki hubungan yang lebih dekat dengan kegiatan manajemen, terutama untuk perencanaan pemasaran, karena target dari sumber daya perusahaan. Sebelum sebuah perusahaan dapat bekerja dengan tugas yang dihasilkan dari perumusan strategi yang kongkrit, diperlukan pemahaman yang baik tidak hanya dari lingkungan eksternal tetapi juga dari lingkungan internal untuk mencocokkan peluang yang mungkin dan masalah yang diidentifikasi dalam lingkungan eksternal (Hough & White, 2004) .KesimpulanES diketahui menjadi tugas yang terlalu rumit karena spektrum subyek dan perspektif yang berbeda. Mulai dari perbedaan ES eksternal dan internal, kelemahan di ES saat ini, BI dan deteksi sinyal lemah dieksplorasi dengan penekanan pada sumber daya digital yang tersedia di WWW. Menghubungkan kegiatan ini dengan tahapan proses pengambilan keputusan manajerial memungkinkan praktisi untuk memilih urutan yang sesuai dengan kegiatan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan situasi masing-masing. Hal ini dapat membantu mengatasi masalah ketidaksitematisan proses ES yang berlaku dalam praktik bisnis saat ini. Internet merupakan koleksi sumber daya yang ideal untuk membuat representasi mental dari perubahan masa depan. Kami berpendapat bahwa model-model mental ini memberikan pendekatan bijaksana untuk memahami kekurangan kegiatan ES. Dengan segala hormat kepada praktisi, perlu dicatat bahwa informasi baru telah harus disajikan dalam struktur yang umum untuk meningkatkan integrasi dalam model mental yang sudah ada. Dengan demikian, kegiatan pengumpulan-informasi harus disesuaikan dengan infrastruktur pengetahuan saat ini serta masalah keputusan manajerial. Kegiatan analisis dilakukan dalam berbagai cara, yang terkait dengan tahapan proses pengambilan keputusan serta lingkup ES internal dan eksternal. Ternyata bahwa tugas yang paling penting dalam ES, tidak tercakup sepenuhnya oleh tipologi mode-mode perilaku analisis yang sudah ada . Hal ini juga berlaku untuk sistem perangkat lunak yang tersedia untuk ES saat ini yang mendukung kegiatan pemantauan di WWW. Sebuah kelemahan tambahan, terutama dari titik pandang praktisi, adalah penilaian yang hilang informasi yang diperoleh melalui dokumen yang dipantau oleh sistem ini.Bagian IVAntar Perusahaan dan Implikasi GlobalBAB XIIOutsourcing TI : Akibat dan TantangannyaPendahuluanPasar yang semakin kompetitif telah memberikan tekanan lebih lanjut yaitu untuk memotong biaya, dan perusahaan sekarang lebih cenderung untuk memanfaatkan outsourcing dibanding sebelumnya, yang telah mendorong pertumbuhan yang terus menerus selama beberapa tahun terakhir. Laporan outsourcing mega-deal (yaitu, penawaran dengan nilai kontrak sebesar $ 1 miliar atau lebih) yang semakin biasa, menunjukkan skala besar dari pasar outsourcing. Pada tahun 2003 saja, tercatat sejunlah 15 mega deal yang diberikan dari 78 mega-deal yang diumumkan secara terbuka sejak dari kembalinya Kodak Eastman pada tahun 1989. Salah satu profil yang paling tinggi dari ini adalah mega-deal perusahaan Inggris Raya (UK) Inland Revenue dengan konsorsium Cap Gemini Ernst & Young, yang melibatkan apa yang dilaporkan sebagai transfer terbesar di dunia dari 3.500 staf dalam kesepakatan 10 tahun senilai $ 7-9 milyar (Cullen, 2003).Keputusan perusahaan untuk melakukan outsourcing menimbulkan sejumlah isu penting untuk manajemen perusahaan (Currie, 1995). Untuk mencapai keberhasilan dalam outsourcing, perusahaan akan perlu menyadari dari tren yang muncul, memahami dampak potensial mereka dan menggunakan teknik kerangka kerja untuk manajemen strategis.Pengembangan Outsourcing TIMeskipun outsourcing sering dipasarkan sebagai alat manajemen strategis terbaru, hal itu sebenarnya kebangkitan sebuah praktek yang telah ada selama beberapa dekade. Ada laporan tentang bentrokan ketika outsourcing yang pertama kali dimulai, namun outsourcing yang didokumentasikan pertama kali tampaknya di bidang sistem informasi ketika General Electric Corp mengontrak Arthur Andersen dan Univac pada tahun 1954 (Klepper & Jones, 1998).Pada tahun 1960, outsourcing mengambil bentuk utama sebagai fasilitas layanan manajemen (Kelter & Walstrom, 1993; Teng, Cheong, & Grover, 1995). Selama periode ini, komputasi biasanya melibatkan mainframe dalam model komputasi terpusat di mana banyak pengguna berbagi komputer yang sama (Currie, Desai, Khan, Wang, & Weerakkody, 2003). Seperti kemampuan komputasi yang sangat mahal, hanya perusahaan besar yang mampu menngadakan mainframe seperti tersebut. Perusahaan kecil sering harus "piggy-back" kebutuhan komputasi mereka ke perusahaan yang besar sebagai imbalan untuk biaya moneter. Pengaturan ini, yang melibatkan berbagi waktu proses komputer dari mainframe, kemudian dikenal sebagai "time-sharing."Awal 1990-an yang ditandai dengan pembaharuan dalam outsourcing (Lee et al., 2000) dan penggunaan strategis outsourcing merupakan fokus. Dalam periode ini, outsourcing digunakan untuk dua tujuan utama. Pertama, outsourcing digunakan untuk memaksa perampingan dalam perusahaan dalam rangka untuk menjaga untuk keunggulan kompetitif. Kedua, outsourcing digunakan untuk meng-upgrade sistem warisan beroperasi pada Generation Language ke 3 (3GL) ke Generation Language ke-4 (4GL). Karena keterbatasan sumber daya , perusahaan sering menghadapi tantangan ketika mencoba untuk meng-upgrade aplikasi yang ada dengan kemmapuan sendiri. Dengan demikian, banyak perusahaan terpaksa melakukan outsourcing pelaksanaan upgrade kepada pihak ketiga, yang dianggap lebih siap dalam hal keahlian teknis dan sumber daya manusia, dalam rangka untuk memastikan kelancaran transisi. Pada tahun 2000 Business Process Outsourcing telah digunakan untuk mendefinisikan model operasi dan struktur perusahaan. Administrasi, transaksional dan kerja-kerja yang serupa telah dialihkan ke pihak ketiga dengan tujuan mencapai manfaat seperti penghematan biaya, akses yang lebih baik ke teknologi baru dan membebaskan staf internal dari hal-hal administratif sepele untuk fokus pada isu-isu strategis yang lebih penting untuk perusahaan. Globalisasi, yang didorong oleh perjanjian North american free Trade Agreement (NAFTA) dan liberalisasi ekonomi seperti yang terjadi China dan India, meningkatan kecenderungan perusahaan untuk melakukan outsourcing ke luar negeri, yaitu ke negara-negara yang mempunyai tenaga kerja murah (Namasivayam, 2004). Bentuk outsourcing, dikenal sebagai Offshore Outsourcing, semakin populer, dimana perusahaan yang mencari cara untuk menurunkan biaya produksi dan menjaga ketersediaan untuk efisiensi yang lebih tinggi. Tipe-tipe OutsourcingWillcocks, Feeny dan Islei (1997) membedakan di antara empat jenis utama dari outsourcing, yaitu total Outsourcing, total Insourcing, Selektif Outsourcing dan De Facto outsourcing. Ho, Atkins, dan Eardley (2004) memperluas perbedaan menjadi enam jenis, dengan masuknya Offshore Outsourcing dan Business Process Outsourcing. Ini telah diperluas sampai sembilan jenis, dengan mempertimbangkan Bisnis Transformational Outsourcing, diuraikan sebagai berikut: Total outsourcing mengacu pada keputusan untuk mentransfer sedikitnya 80% dari layanan ketentuan dan manajemen kepada penyedia layanan eksternal. Total Insourcing mengacu pada keputusan untuk mempertahankan penyediaan dan pengelolaan sedikitnya 80% dari layanan internal setelah evaluasi dari pasar penyedia layanan eksternal. Selektif outsourcing De Facto Outsourcing (Insourcing) Offshore Outsourcing Business Process Outsourcing Bisnis Transformational outsourcing Retro-sourcing Rural-sourcing Keunggulan OutsourcingPerusahaan yang menjaga/menyediakan semua layananannya secara in-house, mungkin akan membutuhkan riset yang jauh lebih tinggi, pengembangan, biaya pembuatan dan penyebaran, yang sangat dapat mengurangi keunggulan kompetitif mereka secara keseluruhan. Outsourcing dapat dimanfaatkan untuk mengeksploitasi/membuat basis biaya yang lebih rendah dengan memanfaatkan penyedia layanan eksternal, yang memungkinkan untuk pengurangan biaya operasional (Namasivayam, 2004) dan kapitalisasi (Kruse & Berry, 2004), yang memungkinkan kelebihan keuangan yang ada dialihkan untuk digunakan di daerah strategis penting lainnya. Pengurangan biaya berkisar antara 20% sampai 40% (Davison, 2004; Namasivayam, 2004), terutama dari biaya tenaga kerja arbitrase, meskipun beberapa literatur telah menunjukkan pengurangan biaya hingga 70% (Synergy Infotech, 2004).Outsourcing juga memungkinkan perusahaan untuk fokus pada bisnis inti dengan meng offloading aspek operasional kepada penyedia layanan dengan keahlian dalam bidangnya masing-masing. Kemampuan untuk "cherry-pick" berbagai layanan dari penyedia layanan terkemuka memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan rantai nilai (Sloper, 2004), memfokuskan sumber daya pada pemenuhan kebutuhan klien dan meningkatkan kontribusi terhadap tujuan bisnis secara keseluruhan.Resiko OutsourcingSatu hal yang sering dikutip terkait dengan risiko penggunaan outsourcing adalah hilangnya kompetensi perusahaan, yang meningkatkan taraf ketergantungan kepada penyedia layanan eksternal. Sebagaimana penawaran outsourcing, perusahaan sering melibatkan transfer sumber daya manusia, keahlian internal yang tersedia dalam perusahaan dapat dikurangi secara signifikan, dengan demikian, akan menghambat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif dan inovasinya (Earl, 1996). Untuk mengurangi hilangnya keahlian internal perusahaan, yang pada gilirannya berdampak pada kompetensi perusahaan, perusahaan harus melakukan evaluasi menyeluruh dari semua staf, sebelum melakukan transisi, untuk mengidentifikasi orang-orang yang perlu dipertahankan untuk keahlian yang dibutuhkanKemudian, risiko selanjutnya adalah menurunnya kualitas layanan yang diterima klien/pelanggan. Kualitas layanan dapat menurun melalui kontrak atau mungkin hanya berada di bawah taraf disepakati dalam kontrak (Bahli & Rivard, 2003). Hal ini dapat dibatasi dengan memanfaatkan keefektifan Service Level Agreements. Untuk keberhasilan pelaksanaan outsourcing, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk mengevaluasi kinerja layanan outsourcing, dan karenanya, membutuhkan beberapa pengetahuan teknis dari bidang masing-masing.Peningkatan biaya kadang-kadang juga dapat terjadi dari biaya tak terduga yang mengakibatkan overrun dari estimasi yang ada di kontrak awal (Bahli & Rivard, 2003). Ini mencakup berbagai biaya, termasuk pengembangan dan pemeliharaan hubungan pertukaran (yaitu, hubungan outsourcing), dan pemantauan perilaku pertukaran (yaitu, monitoring service level) (Williamson, 1985). Hal ini dapat diatasi dengan analisis keuangan yang komprehensif sebelum proses outsourcing dan penggunaan Service Level Agreements yang dengan jelas menunjukkan dasar dan kondisi pengaturan keuangan outsourcing .Manajemen OutsourcingFaktor Keberhasilan Outsourcing Pemahaman akan tujuan dan cita-cita perusahaan Rencana dan visi strategis Justifikasi keuangan yang komprehensif dalam proses pengambilan keputusan Membuka komunikasi dengan individu dan kelompok terkait Pengawasan kualitas kinerja penyedia layanan Melibatkan ahli dalam pengambilan keputusan Berhati-hati memilih penyedia layanan outsourcingFaktor Kegagalan Outsourcing Terlalu termotivasi oleh keuntungan jangka pendek Penyedia layanan penyedia layanan tidak dipilih berdasarkan oleh evaluasi menyeluruh sebelum seleksi. Penyedia Jasa mendominasi proses pengambilan keputusan Kurangnya staf berpengalaman yang memiliki insentif (pribadi, profesional dan ekonomi) dan otoritas yang berfungsi untuk memastikan menangani outsourcing berhasil. Memilih dan Mengelola/Mengatur Penyedia LayananSebelum pemilihan penyedia jasa outsourcing, perusahaan harus telah mengidentifikasi dua aspek penting; yaitu, yang kepastian ekspektasi pelayanan dan pemahaman tentang metrik-metrik biaya internal mereka. Ekspektasi pelayanan menjadi panduan dimana kebutuhan kontrak dapat dirancang dan kemudian bernegosiasi dengan penyedia layanan yang potensial, sedangkan metrik-metrik biaya internal dapat digunakan untuk membuat sebuah "basis kasus" untuk digunakan dalam analisis keuangan. Dengan menggunakan "basis kasus" sebagai perkiraan untuk biaya saat ini, analisis keuangan yang komprehensif kemudian akan dapat dilakukan yang bermanfaat sebagai patokan posisi biaya relatif perusahaan terhadap penyedia layanan eksternal. Hal ini, pada gilirannya, akan memberikan kesimpulan/asumsi keuangan yaitu apakah untuk perlu mempertahankan evaluasi layanan secara in house atau melakukan outsourcing.Dalam pemilihan penyedia jasa tersebut, perusahaan telah menunjukkan beberapa faktor yang paling penting seperti berikut (Sparrow, 2005; 2004 di Global IT Outsourcing Study, 2004): Reputasi dan rekam jejak yang terbukti, yaitu penyedia layanan telah berhasil untuk perusahaan yang sejenis. Kecocokan prinsip/budaya kerja antara perusahaan dan penyedia layanan Stabilitas keuangan: yaitu, kerjasama dengan penyedia layanan bersifat menguntungkan, dengan potensi pertumbuhan dan prospek pengembangan jangka panjang yang baik Area keahlian Fungsional: yaitu, kedalaman dan luasnya keahlian layanan penyedia sehingga memadai untuk memenuhi kebutuhan layanan outsourcing. penyedia layanan memiliki pemahaman tentang industri perusahaan kliennya dan, karenanya, mampu menyesuaikan solusi outsourcing khusus untuk kebutuhan perusahaan klienLangkah-Langkah Implementasi Outsourcing1. Menyiapkan strategi TI : Pada tahap awal, perusahaan harus mengartikulasikan pendefinisan tujuan bisnis secara jelas dan mengembangkan strategi TI yang akan memungkinkan mereka untuk mencapai kemajuan dan selaras dengan tujuan bisnis perusahaan.2. Perencanaan Sumberdaya : identifikasi sumber daya (baik personil dan peralatan) saat ini yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi secara in house.3. Analisi tentang Kebutuhan : Analisis kebutuhan harus dimulai dengan kebutuhan bisnis dan menerjemahkannya ke dalam persyaratan kinerja dari fungsi di outsourcingkan4. Issue Invitation to Tender (ITT)/Request for Proposal (RFP) : Tahapan ITT atau RFP, adalah prosedur pengadaan di mana klien mengundang penyedia layanan terhadap tender fungsi-fungsi yang harus dioutsourcingkan. Komponen utama dari tahap ini adalah dokumen ITT / RFP.5. Negosiasi Kontrak6. PelaksanaanKesimpulanOutsourcing sekarang menjadi strategi utama dalam berbagai industri, dan besarnya dampak dan potensinya sebagai sebuah alat adalah sesuatu yang sedikit perusahaan mampu untuk mengabaikannya. Penciptaan platform alur kerja ditambah dengan teknologi digitalisasi (misalnya, konversi data dengan sistem scanning resolusi tinggi) telah memungkinkan fungsi bisnis yang akan dioutsourcingkan di seluruh dunia, memberikan cakupan round-the-clock. Namun demikian, bahkan sebagaimana Offshore Outsourcing menjadi semakin matang, perusahaan tetap perlu berhati-hati dalam mengevaluasi keuntungan dan risiko pada setiap pilihan lokasi dan idealnya mengadopsi strategi "Right-Shoring." Dengan semakin berubahnya dinamika pasar dan kompleksitas peraturan perundang-undangan terkait outsourcing, sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan penanganan outsourcing sebagai peluang investasi strategis daripada hanya sekedar menganggap sebagai keputusan pembelian yang sederhana. Perusahaan harus terus mengevaluasi pengaturan outsourcing yang ada, dan negara sebagai lokasi operasional, untuk memastikan harga yang kompetitif dari penyedia layanan outsourcing dan mencegah terjadinya overdependency (ketergantungan berlebih).

BAB XIIIIntegrasi IT-Enabled Hubungan Bisnis dalam Konteks Industri BajaPendahuluanTeknologi informasi (TI) telah mengubah cara bisnis beroperasi (Dertouzos, 1997; Kaufman, 1966); model bisnis baru diciptakan baik dalam bisnis-ke bisnes (Raisch, 2001; Timmers, 1999) maupun pasar konsumen (Timmers, 1998). Selain itu, pasar elektronik dipandang sebagai sumber keunggulan kompetitif dengan banyak perusahaan ternama, seperti IBM dan Cisco Systems, yang berpartisipasi sebagai pembeli di banyak pasar elektronik dan menyediakan teknologi untuk ini dan pasar lainnya. Selain itu, perusahaan seperti GE dan DaimlerChrysler memiliki pasar sendiri untuk menurunkan pengadaan dan biaya lainnya, tapi logika bisnis dari pasar ini masih bertentangan dengan pemikiran terbaru yang lebih baik terkait dengan hubungan bisnis (Wise & Morrison, 2000). Karena jumlah pasar elektronik telah menyusut baik secara global (Jap & Mohr, 2002) maupun dalam industri baja (Candell, 2000), daripada melakukan pertukaran elektronik, kita akan mempelajari hubungan bisnis sebagai sumber penciptaan nilai baru dalam konteks industri baja.Selain itu, teknologi jaringan yang berbeda, dari Internet menuju extranet, telah menyebabkan para manajer memikirkan kembali tentang bisnis individu (misalnya, toko-toko buku), tetapi teknologi ini juga telah berdampak sangat hebat pada seluruh industri (misalnya, asuransi dan industri perbankan). Dengan demikian, Integrasi IT-enabled dari hubungan bisnis adalah merupakan area penting untuk penelitian. Selain itu, ada kesenjangan di bidang manajemen strategis hubungan bisnis dari perspektif TI (lihat Leek, Naude, & Turnbull, 2003).Untuk melanjutkan dengan strategi, Walker, Boyd, dan Larreche (1992) menunjukkan bahwa strategi yang baik dari sebuah perspektif bisnis harus memiliki tujuan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Dengan demikian, dari perspektif hubungan bisnis, strategi yang baik adalah salah satu yang selaras dengan jenis-jenis hubungan bisnis dan hubungan manajemen untuk membentuk hubungan portofolio yang optimal (lihat Johnson & Selnes, 2004; Krapfel, Salmond, & Spekman, 1991). Struktur dan Aspek Proses Hubungan BisnisSelain dari fakta bahwa jumlah hubungan bisnis yang ada antara pembeli dan penjual mengalami penurunan, pentingnya kontrak perdagangan dalam hubungan bisnis telah secara bersamaan meningkat (misalnya, Bakos & Brynjolfsson, 1993; Matthyssens & Van den Bulte, 1994). Fakta tetap bahwa dalam banyak kasus tidak menguntungkan bahwa antara puluhan atau bahkan ratusan pemasok bersaing terhadap satu sama lain; bekerja sama dengan beberapa pemasok dalam sebuah hubungan bisnis umumnya menguntungkan bagi kedua belah pihak. Hal ini disebabkan fakta bahwa sebagaimana jumlah mitra yang meningkat, demikian juga dengan biaya transaksi (lihat Clemons, Reddi, & Snow, 1993; Kumar & Dissel, 1996; Stump & Sriram, 1997). Oleh karena itu, jelas bahwa hubungan bisnis yang ada adalah area penting untuk penelitian.Hubungan bisnis dapat didekati dari sejumlah paradigma teoritis. Ini termasuk: pendekatan ekonomi politik (Benson, 1975; Stern & Reve, 1980), pendekatan biaya transaksi (Coase, 1937; Rokkan, Heide, & Whatne, 2003; Williamson, 1975) dan pemikiran hubungan pemasaran (Berry, 1995 ; Gronroos, 1994; Gummesson, 1987; Palmer 1994), serta perspektif pemasaran Industri dan Pembelian (IMP) (Hakansson, 1982; Turnbull, Ford, & Cunningham, 1996). Selain itu, ilmuwan TI dan sistem informasi telah mendekati hubungan antar-perusahaan (IOS) dari sudut pandang mereka. Semua teori ini telah digunakan untuk menyoroti masalah hubungan bisnis. Selain itu, aliran penelitian yang disebutkan di atas bersifat teoretis, dan dengan rekomendasi manajerial mereka, mereka menawarkan perspektif heterogen untuk mempelajari integrasi IT-enabled dalam hubungan bisnis. Di sini, kita fokus pada hubungan bisnis dengan bantuan perspektif IMP (Ford, Gadde, Hakansson, & Snehota, 2003; Hakansson, 1982; Turnbull, Ford, & Cunningham, 1996). Ini berarti bahwa kita fokus pada hubungan personal maupun impersonal (IT-enabled) diantara orang-orang yang menganjurkan kajian hubungan bisnis (Cunningham & Turnbull, 1982; Turnbull, 1979). Fungsi hubungan bisnis dapat dibagi menjadi elemen-elemen struktural dan berorientasi proses (Hakansson & Snehota, 1995). Karakteristik struktural adalah kontinuitas, kompleksitas, simetri dan informalitas, sedangkan karakteristik proses adalah adaptasi, kerjasama dan konflik, interaksi sosial dan rutinisasi.Sekarang, kita akan menjelaskan secara singkat bagaimana memilih hubungan bisnis yang tepat untuk diintegrasikan dengan TI. Literatur memberikan contoh yang tak terhitung jumlahnya tentang evaluasi nilai-nilai dan pentingnya hubungan bisnis baik dari prespektif penjual atau perspektif pembeli (Bensaou, 1999; Fiocca, 1982; Kraljic, 1983; Johnson & Selnes, 2004). Biasanya, unsur-unsur yang dibahas dalam presentasi matriks ini adalah manfaat atau biaya pelanggan dan penjual. Manfaat biasanya berhubungan dengan uang, pengetahuan, keterampilan, kemungkinan belajar dan referensi, sementara biaya terkait dengan karakteristik produk, unsur pelayanan, kompleksitas kebutuhan dan volume pembelian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua hubungan bisnis adalah unik, tetapi beberapa dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok sampai batas tertentu. Yang menyulitkan adalah harapan tentang masa depan dari hubungan-hubungan tersebut, termasuk jumlah hubungan spesifik, yang begitu kompleks untuk bisa diperkirakan. Integrasi Pemanfaatn TI (IT-Enabled)Bagian sebelumnya dari bab ini telah mengungkapkan bahwa TI dapat memungkinkan integrasi antara perusahaan-perusahaan (lihat Mukhopadhyay & Kekre 2002; Yang & Papazoglou, 2000). Banyak yang telah berubah baik dalam TI dan logika bisnis sejak artikel yang dipaparkan Kaufman (1966) dalam seminar. Pentingnya outsourcing dan berbagai jenis aliansi dan hubungan bisnis telah memaksa perusahaan untuk dapat terhubung dan akhirnya untuk mengintegrasikan dengan berbagai jenis sistem yang pelanggan dan pemasok mereka miliki. Dengan demikian, selain TI keterampilan manajemen (Mata, Fuerst, & Barney, 1995), diperlukan kemampuan integrasi dan keterampilan yang lebih spesifik. Gambar 1 menunjukkan situasi di mana kedua perusahaan C dan D telah mengisolasi infrastruktur TI di antara sub-unit mereka A, B, E, F dan G. Keadaan semacam ini adalah dapat dibilang sebuah aturan pada tahun 1980 dan bahkan sampai akhir 1990-an. Pada saat itu, sistem berkerangka besar adalah sistem yang terisolasi dengan biasanya satu atau beberapa tujuan. Pada waktu itu, arsitektur bisnis tidak melanggar batas sub-unit ', dan karena itu, integrasi proses bisnis tidak diperlukan sampai pada akhir-ahir ini. Aplikasi arsitektur, menurut Hasselbring (2000), termasuk unsur yang dibutuhkan dalam ... pelaksanaan aktual dari konsep bisnis dalam hal aplikasi perusahaan. Singkatnya, ini adalah apa yang disebut perekat antara arsitektur teknologi dan bisnis. Arsitektur teknologi, menurut Hasselbring (2000), terdiri dari informasi dan teknologi infrastruktur. Gambar 1 menggambarkan situasi di mana software spesifik - bisnis yaitu, aplikasi-dijalankan pada mainframe dalam setiap sub-unit. Namun, saat ini, perusahaan sudah menuju ke arah sistem horizontal yang lebih terintegrasi. Gambar dibawah menggambarkan integrasi horizontal dalam perusahaan C dan D dan juga menunjukkan bagaimana sub-unit perusahaan C dan D yang terintegrasi untuk membentuk infrastruktur informasi yang koheren bagi perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan dengan bantuan berbagai jenis perangkat lunak terintegrasi. Pada tingkat arsitektur bisnis,

sub-unit diintegrasikan dengan menetapkan tujuan perusahaan secara jelas dan dengan menciptakan proses intracompany yang memotong batasan-batasan perusahaan. Biasanya proses ini berfokus pada pelanggan dan menambah nilai pada setiap langkah yang diambil. Nilai mungkin meningkat dengan menambahkan sesuatu yang dihargai oleh pelanggan atau bisa juga dengan mengurangi biaya yang berhubungan dengan kegiatan yang diperlukan yang akan dilakukan pada saat penambahan nilai.Anteseden untuk Integrasi TIUntuk mengintegrasikan hubungan bisnis, pihak yang terlibat harus memiliki sumber daya TI dan keterampilan dengan jumlah yang mencukupi seperti yang dianjrkan oleh Ryssel, Ritter dan Gemnden (2004). Mereka juga menyarankan bahwa hanya hubungan strategis penting diintegrasikan, dikarenakan sistem pengintegrasian relatif mahal dan memakan sumber daya. Untuk melanjutkan menuju tingkat tertentu dalam integrasi di tingkat bisnis-arsitektur, pihak bisnis menyepakati bahasa yang umum digunakan dalam menggambarkan produk, jasa dan kegiatan yang perlu dilakukan.Sebagai contoh, pihak yang bersangkutan mungkin menyetujui sebuah pelat baja dengan dimensi lebar 7 kaki dan panjang 20 kaki diberi label sebagai pelat standar dengan kode satu, dan seterusnya. Juga, dalam detail penawaran dan penagihan, semua bidang yang disepakati, akan itu membuat kegiatan usaha lebih lancar dan lebih efektif. Setelah kesepakatan awal dalam melakukan bisnis adalah jelas, pihak yang bersangkutan dapat memikirkan bagaimana kesepakatan tentang penanganan kegiatannya pada tingkat aplikasi-arsitektur. Biasanya, manajer TI terlibat dalam memberikan solusi tentang kasus khusus untuk masalah yang timbul dari arsitektur saat ini dan itu merupakan salah satu yang diperlukan untuk menegakkan kesepakatan pada proses bisnis.Beberapa Solusi Pengintegrasian yang Paling PentingPada dasarnya, ada dua jenis pengintegrasian: point-to-point, merupakan yang termurah; dan pengintegrasian sistem total, yang lebih mahal.Solusi yang spesifik untuk pengintegrasian antar perusahaan mungkin adalah EDI (Mukhopadhaya, 1998), EDI berbasis internet (Angeles, 2000) dengan extranet, pasar elektronik, integrasi ERP melalui Internet aman (Davenport et al., 2001), layanan Web (Chen, Chen, & Shao, 2003), agen cerdas (Liu, Turban, & Matthew, 2000) dan pengintegrasian dengan bantuan layanan mediator atau perantara yang menyediakan hubungan teknologi terintegrasi dan adaptor point-to-point. Di tingkat teknologi arsitektur, perangkat keras utama (komputer, router, switcher) dan perangkat lunak (basic, wrapper, enabler, pesan dan integrator) disesuaikan dengan persyaratan yang diberikan oleh kebutuhan proses bisnis.Kita telah membahas pengintegrasian IT-enabled dalam hubungan bisnis dan telah memeriksa apa yang dibutuhkan untuk mengelola pengintegrasian. Perlu ditunjukkan bahwa masing-masing tingkat pengintegrasian sebelumnya harus bersifat operasional sebelum melangkah ke tingkat pengintegrasian (pengabungan) selanjutnya. Tingkat penggabungan lain adalah jaringan bisnis yang dibentuk oleh hubungan bisnis (misalnya, Salo, Karjaluoto, & Alajoutsijrvi, 2003) dan, pada akhirnya, standar industri (misalnya, RosettaNet dapat dianggap sebagai salah satu daerah integrasi) (Hannula & Vasama, 2002; Shapiro & Varian, 1999). Selanjutnya, kita meneliti bagaimana pengintegrasian IT-enabled mengimplikasi pada hubungan bisnis.Perubahan dan Tantangan Pengintegrasian TI dalam Hubungan BisnisOrang-orang yang terlibat dalam kelompok IMP menyadari pada tahun 1970-an, bahwa pemasaran bisnis agak berbeda dari pemasaran konsumen, dan mereka bertujuan untuk membangun teori-teori yang lebih baik dalam menjelaskan perilaku pemasaran bisnis dalam konteks yang berbeda (misalnya, Hkansson, 1982). Sebuah perubahan terjadi di sini, karena jelas bahwa hubungan bisnis telah berubah pesat setelah munculnya teknologi berbasis internet. Selain itu, kemajuan di bidang TI, termasuk agen cerdas, teknologi mobile (WLAN, sistem mobile berbasis PDA) dan sistem kecerdasan buatan, menunjukkan bahwa cara hubungan bisnis yang saat ini terlihat adalah konseptualisasi yang telah tertinggal. Dengan demikian, jelas bahwa pengintegrasian TI dan IT-enabled mengubah dan menantang tentang pemahaman hubungan bisnis yang ada saat ini. Banyak perusahaan, tingkat perusahaan, departemen, manajer TI dan manajer-manajer lainnya, termasuk CIO, terlibat dalam keputusan mengenai pengintegrasian IT-enabled. Selain kemungkinan pribadi, faktor level perusahaan tersebut semakin membuat rumit pengintegrasian hubungan bisnis. Selain itu, masing-masing teknologi disebut mampu berintegrasi di bidang IT, telah memiliki karakteristik sendiri yang perlu dikuasai sebelum infrastruktur informasi yang terdiri dari logika bisnis, dibutuhkan aplikasi dan teknologi yang dapat disatukan untuk melayani kebutuhan dari hubunganbisnis tersebut. Kebutuhan terkait hubungan bisnis ini dapat bervariasi mulai dari pengurangan biaya (terlalu banyak biaya administrasi) sampai meningkatkan komunikasi (tim penelitian dan pengembangan).MetodologiPada dasarnya, kita menggunakan analisis konseptual dan penalaran logis sebagai penelitian dan alat analisis utama. Di bagian empiris dari penelitian, kami memaparkan metode yang dapat digambarkan sebagai metode kualitatif. Studi-studi ini telah menjamur secara fenomenal selama tahun 1980 dan 1990-an (Miles & Huberman, 1994). Lebih tepatnya, studi kasus digunakan sehingga peneliti dapat mengumpulkan informasi yang terperinci dan lengkap dari salah satu fenomena focal (Woodside & Wilson, 2003; Yin, 1994). Studi kasus menawarkan pemahaman yang lebih mendalam (Bonoma, 1985; Eisenhardt, 1989). Pemilihan kasus adalah fase yang bersangkut paut dalam penelitian studi kasus dan, oleh karena itu, banyak literatur penuh membahas tentang anjuran dan tata cara bagaimana memilih kasus (Eisenhardt, 1989; Perry, 1998; Pettigrew, 1989; Romano, 1989; Stake, 1996). Namun, keputusan untuk berapa banyak dan mana kasus yang dipilih, tergantung kepada peneliti (Romano, 1989). Kami melakukan studi kasus tunggal (Cunnigham, 1997). Dalam perusahaan, kami melakukan beberapa wawancara mendalam dengan pertanyaan wawancara semi-terstruktur (lihat Arksey & Knight, 1999: Kumar, Stern, & Anderson, 1993). Identitas perusahaan atau informan tidak dipublikasikan dengan alasan kerahasiaan. Keragu raguan memilih mempengaruhi secara umum hasil dari penelitian (Eisenhardt, 1989) tapi tetap saja lebih dapat diandalkan dibandingkan studi kasus tunggal (Yin, 1994). Oleh karena itu, pemilihan studi kasus bisa berarti bahwa studi ini tidak bertujuan membuat statistik secara general (umum) berdasarkan pengujian hipotesis, tetapi mencoba untuk memberikan ide-ide eksploratif yang dapat diuji kemudian dalam survei kuantitatif untuk skala besar. Kami juga menggunakan dokumen, menit-menit pertemuan, laporan industri dan kunjungan cabang untuk melakukan pelacakan jawaban responden dan memvalidasi hasil (Patton, 1987). Selanjutnya, kita beralih ke ilustrasi empiris infrastruktur informasi yang digunakan dalam hubungan bisnis industri baja.Studi Kasus Pengintegrasian IT-Enabled dalam Hubungan Bisnis Industri BajaAlpha adalah pabrik baja besar yang beroperasi di Eropa, sementara Zeta adalah bengkel besar yang mempunyai spesialisasi benda baja berat, pengelasan dan layanan khusus lainnya. Lebih dari 25% dari pendapatan Zeta dihasilkan oleh kebutuhan terus menerus Alpha terhadap Zeta untuk layanan perawatan, sub-kontraktor, pengerasan baja dan proyek-proyek investasi. Di sisi pembeli, Alpha memiliki lebih dari 700 aplikasi perangkat lunak khusus bisnis internal dan infrastruktur informasi internal yang sangat kompleks. Software EAI dan koneksi point-to-point yang digunakan antara sistem ERP yang berbeda yang dimiliki oleh sub-unit yang berbeda Alpha. Selain itu, Alpha memiliki beberapa sistem CRM, termasuk sistem yang disediakan oleh penyedia software utama. Alpha juga memiliki sejumlah sistem penjualan dan pembelian yang dapat digunakan. Ada upaya untuk mengurangi jumlah sistem yang ada, tetapi masih ada saja sistem yang saling tumpang tindih melakukan tugas yang sama. Banyaknya terjadi tumpang tindih karena merger dan akuisisi yang terjadi selama tahun 1990-an dan 2000-an. Selain itu, beberapa bagian dari jaringan sub-kontraktor yang direncanakan akan diintegrasikan ke Alpha oleh agen cerdas dan kecerdasan buatan, tetapi rencana tersebut belum terwujud, meskipun ada proyek percontohan individu di mana sistem tersebut diuji. Singkatnya, struktur informasi internal Alpha agak berantakan tapi masih cukup terintegrasi, seperti kasus yang terdahulu, Alpha memiliki departemen TI sendiri dengan lebih dari 200 karyawan, tetapi di akhir 1990-an, kegiatan TI di outsourcingkan. Namun, masih ada tim kecil dari ahli TI yang dibagi menjadi sub-unit yang berbeda dari Alpha.Di sisi penjual, Zeta memiliki pengalaman relatif sedikit menggunakan IT, meskipun telah dioperasikan beberapa sistem dasar MRP dan saat ini terlibat dalam akuisisi sistem ERP yang akan memperbarui dan meningkatkan kegiatan internal saat ini terkait dengan manufaktur, pelacakan pesanan dan harga. Zeta kurang sumber daya di bidang IT, namun karena kesamaan sejarah panjang, Alpha telah menuntun Zeta dalam beberapa masalah IT. Zeta juga membeli sistem ERP skala kecil dari sebuah perusahaan software lokal yang mengkhususkan diri dalam sistem ERP. Sistem ERP tersebut terintegrasi melalui Internet ke salah satu komputer dalam Alpha. Salah satu komputer Alpha, dengan satu alamat IP di atas garis aman, diberi izin untuk menghubungkan melalui Internet ke sistem Zeta. Koneksi ini juga memungkinkan Alpha untuk menjadwalkan dengan lebih baik terkait penjualan produk-produk kerasnya dengan operasi internal Zeta. Selain itu, Zeta meningkatkan jumlah rata-rata pengerasan pelat baja, karena hampir semua dari kapasitas pengerasan dijual ke Alpha (hampir 95% dari kapasitas saat ini dijual ke Alpha). Zeta berencana untuk berinvestasi di pabrik pengerasan baru yang akan memungkinkan peningkatan sepuluh kali lipat produksi. Dengan demikian, jumlah yang dijual kepada pelanggan selain Alpha akan meningkat jauh.Singkatnya, sistem ERP yang terintegrasi dalam satu workstation Alpha untuk mengurangi kerumitan yang berkaitan dengan dokumen fisik yang berbeda serta untuk mempercepat pengolahan informasi dengan menyediakan informasi real-time dan akurat bagi kedua belah pihak. Pengolahan informasi lebih ditingkatkan oleh sistem selular terintegrasi dengan workstation yang sama. Di masa depan, jika perusahaan mengejar pengintegrasian lebih lanjut dd dalam beberapa hubungan Alpha-Zeta, perlu dicatat bahwa pengintegrasian dengan sistem generasi pertama ERP Alpha saat ini, juga beberapa sistem CRM, serta sistem SCM, adalah sulit dan memakan waktu. Dengan demikian, mungkin akan tepat karena terkait dengan sedikitnya volume bisnis dalam hubungan bisnis ini, yaitu untuk menggunakan layanan perantara yang menawarkan adapter dan perangkat lunak lain untuk proses pengintehrasian di antara perusahaan-perusahaan ini. Ini bisa menjadi pilihan yang terjangkau untuk kedua perusahaan, karena tidak akan memerlukan investasi dari Alpha dan hanya investasi kecil dari Zeta untuk menjaga dan memperdalam hubungan digital dengan Alpha. KesimpulanBab ini telah sangat menekankan bahwa hubungan bisnis strategis yang benar-benar terintegrasi dengan bantuan TI dapat memberikan keuntungan dan pengurangan biaya yang luar biasa bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam hubungan. Studi kami menggarisbawahi bahwa pemilihan hubungan bisnis sangat penting dan bahwa infrastruktur informasi internal dibutuhkan untuk menegakkan proses digital. Infrastruktur informasi diakui sebagai elemen struktural yang hilang dari diskusi IMP serta kegiatan digital atau komunikasi impersonal dapat diidentifikasi sebagai proses yang hilang terkait dengan orientasi elemen.BAB XIVPemanfaatan Komunikasi dan Teknologi Informasi, Pertumbuhan dan Konvergensi EkonomiPendahuluanSelama dua dekade terakhir, beberapa negara berkembang telah menganut kebijakan transisi ekonomi untuk memasuki pasar global yang muncul. Dimensi penting dari proses globalisasi telah mengimplementasi kebijakan ekonomi untuk merestrukturisasi negara-negara berkembang. Banyak negara menetapkan tingkat yang lebih besar dari stabilitas makroekonomi dan mendorong lingkungan yang kompetitif, serta kebijakan yang ditempuh mempromosikan privatisasi, liberalisasi perdagangan dan akuntabilitas yang lebih besar (transparansi perilaku pemerintah).Namun, beberapa negara mengalami hasil yang mengecewakan. Banyak mulai mempertanyakan keberhasilan program restrukturisasi. Kebijakan ekonomi kadang-kadang gagal untuk mencapai tujuan mereka, dan bahkan memperburuk masalah dari beberapa negara-negara berkembang. Misalnya, apa yang disebut "Washington Consensus" yang mendorong privatisasi atas dan di atas pertimbangan lain akhirnya memperkaya hanya beberapa yang mana merugikan jutaan lainnya (seperti dalam kasus oligarki Rusia). Alasan kegagalan berada pada keengganan pemerintah untuk mengubah dan ketidakmampuan untuk menyampaikan fakta, di akibatkan konflik politik atau politik kejatuhan kepemimpinan negeri. Dalam konteks ini, pemerintahan yang lebih baik telah menjadi penting dalam pembentukan pasar terbuka, transparansi dan administrasi publik yang efisien.Menciptakan sistem pengadaan publik yang modern adalah salah satu bagian dari proses untuk ekonomi pasar yang efisien dan kompetitif yang diperlukan suatu negara untuk berperan penuh ke dalam komunitas global. Di ranah ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat membantu mencapai lingkungan yang kompetitif (tender terbuka) dan memberikan kesempatan bagi sektor swasta (melalui akses ke informasi publik), transparansi pemerintah yang lebih besar dan konvergensi teknis dan pasar; dan bahkan dapat mengurangi cengkeraman negara elite di sektor-sektor kunci ekonomi nasional.Globalisasi dan teknologiGlobalisasi dapat dilihat sebagai proses peningkatan kebebasan dan kapasitas individu dan perusahaan untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan penduduk negara lain. Kekuatan pendorong globalisasi berasal dari pengurangan hambatan untuk melakukan bisnis di seluruh batasan politik dan geografis, serta pengurangan dan konvergensi biaya transaksi melalui kemajuan dalam "transportasi informasi." Ada sebuah konsensus bahwa inovasi dan perkembangan kemajuan dalam bidang TIK berfungsi sebagai katalis bagi pertumbuhan ekonomi. Qiang (2003) merangkum beberapa penelitian tentang dampak ICT terhadap pertumbuhan ekonomi seperti yang timbul dari pendalaman modal dan peningkatan produktivitas faktor total. Peningkatan informasi dan pengetahuan memungkinkan bangsa untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa. Penelitian telah menunjukkan adanya hubungan investasi TIK dan penyerapan perbaikan dalam standar hidup. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara diakibatkan oleh banyak faktor, bukan hanya dari sekedar besarnya aktivitas ICT. Faktor produksi suatu negara (tanah, tenaga kerja, modal dan kewirausahaan) ditingkatkan melalui penerapan perangkat TIK. Dengan demikian, peningkatan produktivitas hasil sumber daya dapat meningkatkan pertumbuhan perdagangan dan ekonomi global. Bab ini membahas lingkungan ICT dalam negara-negara Eropa tengah dan tenggara Eropa (CSEE) perubahan di sektor ini dalam Uni Eropa. Pemeriksaan strategi yang diambil oleh negara-negara tersebut untuk meningkatkan kinerja ekonomi mereka. Penekanan khusus adalah pada upaya negara-negara CSEE untuk membangun pemerintahan yang kredibel dan sistem politik yang handal, dan mencapai ekonomi yang kompetitif. Pelayanan negara-negara tersebut sebagai sebuah laboratorium untuk menerapkan perubahan radikal dalam ekonomi politik mereka dari perencanaan yang berasal dari pusat, sistem satu partai ke sistem berbasis pasar yang demokratis. Teknologi informasi dan komunikasi memberikan kesempatan bagi pemerintah untuk mengubah diri sendiri seperti cara mereka menyediakan produk dan layanan kepada warga. Hal ini sangat penting di antara bangsa-bangsa CSEE karena adanya revolusi untuk membuka pemerintahan dan kebebasan memilih. Dibebani oleh puluhan sistem yang tidak efisien, negara-negara ini sedang mengalami reorganisasi dan rekayasa ulang. Kedatangan ICT yang baru bertepatan dengan transformasi ini. Teknologi ini dapat memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat terkait akses publik terhadap informasi pemerintah. Perangkat Internet menyediakan mesin untuk meningkatkan pertukaran informasi antar cabang pemerintahan, serta dengan masyarakat.Beberapa perubahan yang negara-negara CSEE akan harus laksanakan untuk mendapatkan keuntungan dari ICT meliputi: Sebuah kerangka hukum dan administrasi sesuai dengan aturan internasional. Memperluas program pendidikan dan pelatihan bagi sektor publik dan swasta. Investasi lebih besar dalam data dan sistem informasi, serta jaringan. Penguatan ekonomi berbasis pasar. Menetapkan standar etika yang efektif untuk menghilangkan penipuan, pemborosan, penyalahgunaan dan korupsiKekhawatiran lainnya mencakup strategi yang diambil untuk menggabungkan teknologi baru dalam pemerintahan. Meskipun proses ini disebut digitalisasi pemerintahan (The Center for Digital Pemerintah, 2005), implementasi ICT sendiri bukan berarti pemerintah itu pintar. Teknologi baru sendiri mungkin tidak memberikan sebuah pemerintahan yang terbuka dan demokratis. Sangat penting bahwa pemerintahan itu sendiri lebih cerdas, bukan hanya teknologinya saja yang lebih cerdas (Brynjolfsson, 1993). Langkah pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada warganya melalui penggunaan teknologi-sebuah proses yang juga disebut e-government (E-Gov, 2005) secara khusus telah memiliki fokus pada teknologi. Hal ini sering diartikan berpindah dari sistem sistem lama yaitu berbasis kertas ke proses digital yang lebih baru. Namun, tujuan dari digital atau e-government tidak harus terbatas pada menciptakan sistem dan jaringan komputer canggih. Menurut Piagam Okinawa tentang Informasi global Masyarakat (2000), langkah utama dalam memperkuat sistem demokrasi adalah untuk menetapkan kebijakan dan prinsip-prinsip didasarkan pada tata kelola yang baik, seperti transparansi dan akuntabilitas. Perpindahan organisasi dan proses yang tidak efektif ke dalam lingkungan digital hanya akan melanggengkan manajemen yang tidak produktif dan pembengkakan lembaga pemerintah.Peran ICTInovasi dan teknologi membantu memecahkan masalah pembangunan dan tata kelola ekonomi. Selain itu, jenis pengetahuan tersebut seringkali tidak dibatasi oleh hambatan geografis atau politik, seperti banyak sumber informasi lainnya. Selain itu, memperluas pengetahuan dan kemajuan teknologi sering segera diikuti oleh potongan harga rendah. Ini telah mempercepat meluasnya penggunaan TIK di seluruh negara. Penggunaan aplikasi surat elektronik dasar (e-mail), perdagangan (e-commerce) dan keuangan (e-banking) memberikan penghematan biaya dan efisiensi waktu. Selain itu, ICT sangat penting dalam lingkungan bisnis berbasis pengetahuan baru.Karena penggunaan ICT memungkinkan pertumbuhan daya saing dan ekonomi, pemerintah memainkan peran penting di dalam sektor ini (von Hippel, 1988, 2001, 2002). Untuk meningkatkan efisiensi, daya saing dan daya tanggap pemerintah mereka (dan karenanya, demokratisasi lembaga pemerintah), sangat penting untuk memperluas jumlah dan berbagai layanan, meningkatkan akses ke layanan tersebut dan membahas isu-isu penting, seperti pengadaan elektronik.Banyak program pemerintah dan industri di seluruh dunia telah menargetkan investasi nasional di bidang TIK. Program-program ini secara luas diakui sebagai pusat untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing suatu negara dalam ekonomi global. Namun, perbedaan dalam efektivitas program ini jelas. Hal ini disebabkan adanya asimilasi investasi TIK dan pengetahuan, dan bukan hanya pada desain program tertentu dan manajemen dalam bertindak yang hanya berfungsi sebagai katalis untuk keunggulan kompetitif. Asimilasi teknologi informasi dan komunikasi oleh warga, perusahaan dan pemerintah suatu negara, yang demikian terkait dengan kekuatan ekonomi dan produktivitas secara keseluruhan (Brynjolfsson & Hitt, 1996; Brynjlofsson & Yang, 1997; Triplett, 1997). Perubahan sering diperlukan di tingkat makro untuk memfasilitasi asimilasi ICT, karena negara-negara berbeda dalam derajat reformasi peraturan dan kebijakan persaingan mereka. Namun demikian, peningkatan permintaan untuk pemanfaatan TIK didorong oleh cepatnya terjadinya penurunan biaya dan harga untuk peralatan ICT dan jasa dan liberalisasi perdagangan dan kerangka peraturan di sebagian besar negara. Globalisasi memaksa pemerintah dan perusahaan untuk mereformasi kebijakan yang tidak efisien. Manfaat ekonomi secara keseluruhan berasal dari daya saing biaya yang lebih besar dan kemudahan masuk di pasar. Selain itu, ekonomi berbasis pengetahuan memperpendek siklus hidup produk dan ada kebutuhan terus untuk teknis, hukum, organisasi dan sosial inovasi antara bangsa-bangsa.Pertumbuah Ekonomi, Konvergensi dan ICTPerkembangan dramatis dalam TIK di seluruh dunia telah membuka prospek untuk sebuah ekonomi global hampir terintegrasi secara virtual, di mana orang dapat berinteraksi secara virtual, di mana pun mereka berada. Teknologi informasi dan komunikasi memiliki potensi untuk menghubungkan pasar yang ada, menuju ke integrasi ekonomi berdasarkan prinsip saling melengkapi. Teknologi informasi dan komunikasi dapat memberikan akses akses ke pasar, informasi dan sumber daya lainnya yang seharusnya telah dapat diakses kepada negara kurang berkembang dan orang-orang miskin. Namun, globalisasi juga dapat menempatkan negara-negara yang lebih kecil dalam situasi yang sulit. Biaya pengeluaran teknologi dan inovasi mungkin begitu tinggi, sehingga hanya beberapa negara terkemuka kaya yang berada dalam posisi yang menguntungkan. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk membangun kerjasama regional dan bahkan mengeksplorasi perjanjian kerja sama dengan perusahaan-perusahaan transnasional skala besar untuk mengimbangi pembangunan berbasis pengetahuan.Sebuah kebangkitan kepentingan dalam model pertumbuhan ekonomi telah memicu diskusi mengenai konvergensi, baik dalam tingkat pendapatan per kapita negara-negara 'atau dalam tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita. Hal ini juga penting untuk membedakan antara gagasan konvergensi mutlak dan bersyarat. Konvergensi mutlak memprediksi bahwa negara-negara yang hanya berbeda dalam hal modal awal mereka terhadap rasio tenaga kerja akan berkumpul di tingkat umum pendapatan per kapita. Dengan demikian, sebuah negara miskin pada akhirnya akan mengejar ketinggalan dengan negara kaya. Namun demikian, sebagian besar negara memiliki tingkat permulaan berbeda mulai dari sumber dayanya, sehingga konvergensi mutlak sulit dicapai. Di sisi lain, konvergensi bersyarat mengakui heterogenitas atau perbedaan ekonomi. Barro (1991) menunjukkan bahwa "hipotesis bahwa negara-negara miskin cenderung tumbuh lebih cepat dari negara-negara kaya tampaknya tidak konsisten dengan bukti lintas negara, yang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan per kapita memiliki korelasi kecil dengan tingkat awal produk per kapita." Bukti ini menunjukkan bahwa data lintas negara tidak mendukung asumsi bahwa konvergensi berlaku secara mutlak. Alasan utama untuk temuan ini adalah bahwa ekonomi secara intrinsik berbeda satu sama lain. Dengan demikian, ketika mereka mengontrol karakteristik spesifik negara, temuan empiris untuk sekelompok sekitar 100 negara sangat mendukung hipotesis konvergensi kondisionalPemerintahan dan ICTCita-cita dan praktek pemerintahan dan masyarakat sipil yang demokratis telah diterima secara luas, dan karenanya contoh seperti pemilu yang bebas dan partisipasi masyarakat menjadi bagian dari proses global. Agenda ini sedang dilaksanakan di seluruh dunia, tetapi telah menambahkan signifikansi antara bangsa-bangsa CSEE karena sejarah mereka. Negara demokratis liberal modern, bagaimanapun, memerlukan pemilihan umum yang bebas dan kekuasaan mayoritas, seperti halnya konstitusionalisme (termasuk aturan hukum, perlindungan hak-hak dasar dan pemisahan kekuasaan antara lembaga-lembaga), ruang bebas dari kekuasaan publik untuk individu dan tindakan kelompok (masyarakat sipil), serta sektor pasar bebas. Jadi yang disebut partisipatif demokrasi, di sisi lain, mendalilkan debat publik terbuka dalam mencari sebuah konsensus dan termasuk hak masuk bagi individu dan kelompok untuk semua tingkat lembaga-lembaga publik. Rule of law umumnya didefinisikan dalam hal prosedural dari sebuah sistem hukum yang di bawah peradilan yang independen. Walaupun merupakan sumber legitimasi, aturan hukum bukan hal yang bisa bekerja sendiri tanpa lembaga pemerintahan yang merupakan ekspresi langsung dari demokrasi itu sendiri. Demikian pula, transparansi memerlukan keterbukaan proses dan akses ke dokumen-dokumen resmi. Hal ini mendukung masyarakat sipil dan demokrasi dengan memfasilitasi akses ke informasi yang memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik serta kegiatan ekonomi. Internasionalisasi pengambilan keputusan dalam lingkup nasional, dan perluasan gagasan masyarakat sipil, telah menciptakan tekanan tertentu yang menekankan pentingnya integrasi-sebuah proses transformasi unit yang sebelumnya terpisah, menjadi komponen dengan sistem yang koheren. Dalam konteks ini, Teknologi informasi dan komunikasi dapat berfungsi sebagai alat untuk menyediakan akses yang lebih baik ke informasi dari relevansi langsung terkait dengan transisi negara, dan untuk memfasilitasi integrasi pasar baik di dalam negeri maupun regional. Negara-negara CSEE sudah melangkah bergeser, setelah runtuhnya sistem komunis yang represif, menuju ke era di mana kesempatan yang diberikan oleh ICT memberikan layanan yang lebih luas dibandingkan sekedar sebuah layanan sederhana. Alat-alat ini memberikan kesempatan untuk mencapai lompatan kuantum dalam transparansi dan efisiensi administrasi dan integrasi.Pengadaan Fasilitas Publik ElektronikPraktek saat ini dalam Pengadaan PublikGerson (1999) mendefinisikan pengadaan sebagai "seluruh proses akuisisi dari pihak ketiga dan meliputi barang, jasa dan proyek-proyek konstruksi. Proses ini mencakup seluruh siklus dari konsep awal dan kebutuhan bisnis hingga akhir masa manfaat suatu aset atau akhir kontrak jasa. "Prinsip utama dan diterima secara luas yang mendasari sistem pengadaan publik modern adalah kompetisi-yaitu, akses universal yang terbuka dan tak terbatas terhadap pasar pengadaan. Selain itu, proses pengadaan - pemilihan penawar, prosedur tender dan pemberian kontrak- harus terbuka terhadap pemeriksaan dan review dari publik, sehingga membuatnya menjadi sebuah proses transparan. Misalnya, untuk mempromosikan transparansi, proses pengadaan harus dilakukan terbuka kepada pengawasan publik. Proses transparansi ini lebih diperkuat ketika penghargaan kontrak, dan proses pengadaan secara keseluruhan itu sendiri, tunduk pada pengawasan dari parlemen nasional, badan audit eksternal dan media.Pengadaan secara ElektronikBanyak negara telah memperkenalkan sistem pengadaan elektronik pertama untuk tender, karena itu memungkinkan untuk membuat keuntungan besar dalam transparansi dan efisiensi dengan investasi yang relatif sederhana. Sistem tender biasanya dioperasikan secara langsung oleh instansi pemerintah. Di beberapa negara, layanan telah dikontrakkan kepada badan khusus (misalnya, Australia, Meksiko) dan, dalam beberapa kasus, kepada operator swasta (misalnya, Kanada, Chile). Sistem pengadaan elektronik biasanya membutuhkan perubahan hukum dan kelembagaan yang lebih luas dan telah dilaksanakan di hanya beberapa negara, seperti Australia dan Meksiko. Sistem pengadaan elektronik biasanya akan dimulai setelah infrastruktur hukum untuk e-commerce sudah ada. Hal ini dapat dioperasikan baik secara terdesentralisasi (proprietary katalog online) atau dikumpulkan ke pasar yang lebih besar atau "pertukaran".Negara-negara CSEE dan Pengadaan ElektronikNegara-negara Eropa Tengah dan Tenggara telah bekerja untuk membangun sistem pengadaan publik yang modern dari awal transisi mereka menuju ekonomi pasar. Penciptaaan sistem tersebut adalah bagian dari proses penempaan yang efisien, ekonomi pasar yang kompetitif dan sangat diperlukan untuk integrasi negara-negara tersebut ke dalam komunitas perdagangan internasional secara menyeluruh.Secara khusus, negara-negara CSEE harus Desain kerangka hukum dan administrasi yang memfasilitasi integrasi pengadaan melalui sektor publik sampai kepada jaringan fungsional dan koheren dengan standar profesional yang tinggi, dan konsisten dengan kewajiban internasional. Kerangka kerja tersebut harus mendefinisikan tanggung jawab keuangan dan hukum semua peserta dalam proses pengadaan, termasuk pemasok dan entitas pengadaan di pemerintah pusat dan daerah. Pastikan bahwa entitas pengadaan pemerintah mempekerjakan tenaga terlatih yang memahami kebutuhan untuk sistem pengadaan yang efisien. Menciptakan sistem ini membutuhkan biaya pelatihan yang signifikan. Investasi besar dalam sistem yang menyediakan akses yang memadai terhadap data dan informasi, dan yang memfasilitasi jaringan profesional dalam sektor publik. Memberi pemasok akses ke pelatihan dan informasi yang meningkatkan daya saing mereka, yang pada gilirannya memperkuat ekonomi pasar. Merancang dan melaksanakan mekanisme yang efektif untuk mengekang penipuan, limbah, penyalahgunaan dan korupsi, yang mengancam sistem pengadaan publik di semua negara dan menghambat persainganKesimpulan dan Penelitan masa mendatangSektor infrastruktur dan layanan ICT,menyediakan fondasi mendasar bagi ekonomi informasi saat ini. Selain itu, ICT menginduksi perubahan struktural di dalam dan di antara bangsa-bangsa, serta memungkinkan barang dan jasa untuk bergerak bebas, sehingga mendorong daya saing. Teknologi informasi dan komunikasi juga memiliki peran sentral dalam meningkatkan produktivitas faktor total di dalam ekonomi domestik dan pertumbuhan lapangan kerja mereka. Oleh karena itu, pembuat kebijakan nasional harus mempertimbangkan pengalaman negara-negara yang telah paling sukses dengan penggunaan TIK dalam ekonomi mereka. Karakteristik utama untuk mencapai keberhasilan dalam memanfaatkan TIK meliputi liberalisasi pasar yang berkelanjutan, sistem regulasi independen, penerimaan penuh terhadap teknologi baru yang merusak institusi dan hubungan yang ada, serta peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia yang diperlukan untuk operasi ICT. Tujuan dari para pembuat kebijakan seharusnya bisa membangun sebuah lingkungan di mana ICT dapat berkembang sendiri tanpa intervensi. Pasar dan prasarana yang tepat kemudian dapat menciptakan siklus pembangunan ekonomi, di mana pendapatan bertambah dan meningkatkan ICT secara spontan. Sejumlah penelitian menggarisbawahi bahwa sektor ICT memiliki peran yang semakin berpengaruh dalam pertumbuhan produktivitas ekonomi yang luas dan difusi teknologi.Teknologi informasi dan komunikasi akan terus mengubah cara prngturan informasi dan pengadaan publik dalam ekonomi transisi. Transparansi dan efisiensi yang lebih besar dalam kegiatan e-government dan pengadaan akan mencapai kinerja yang lebih baik, bersama dengan kebutuhan kebersamaan yang lebih besar di seluruh negara-negara, sehingga memberikan kontribusi untuk meningkatkan konvergensi.