pemanfaatan kompos jerami padi guna memperbaiki …
TRANSCRIPT
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
59
Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki Kesuburan Tanah
dan Hasil Padi
I Nengah Muliarta1* 1Program Studi Teknik Industri, Universitas Mahendradatta, Denpasar-Bali.
*E-mail: [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian untuk meneliti dampak kombinasi kompos jerami padi dan pupuk
anorganik (phonska) terhadap kesuburan tanah dan hasil tanaman padi. Padi yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan benih padi varietas Ciherang. Penelitian dilakukan dalam
wadah pot dengan ukuran diameter 24 cm dan dengan tinggi 26 cm. Setiap pot diberikan
tanah 8 kg, dengan kualitas kompos yang digunakan yaitu memiliki pH sebesar 7,58, kadar
air sebesar 11, 79%, rasio C/N sebesar 16,50, Kandungan C-organik sebesar 27,84%, N
sebesar 1,69&, kandungan P sebesar 0,23% dan K yaitu 5,04%. Kombinasi kompos jerami
padi dan phonska yang digunakan dalam penelitian ini yaitu P0 (0% kompos + 0% phonska),
P1 (0% kompos + 100% phonska), P2 (20% kompos + 80% phonska), P3 (40% kompos +
60% phonska), P4 (60% kompos + 40% phonska) dan P5 (80% kompos + 20% phonska).
Penelitian dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan ini menggunakan rancangan acak kelompok
(RAK). Hasilnya kombinasi kompos dan pupuk phonska meningkatkan parameter fisik,
biologi dan kimia tanah, namun belum mampu mengubah status kesuburan tanah.
Pemanfaatan kompos yang dikombinasikan pupuk anorganik juga memberikan hasil sama
dengan 100% phonska. Dimana kombinasi dosis 60% kompos + 40% phonska memberikan
hasil berat gabah kering giling tertinggi dibandingkan kombinasi lainnya.
Kata Kunci : Jerami Padi, Kompos, Hasil Padi, Kesuburan Tanah, Pupuk Anorganik
Utilization of Rice Straw Compost To Improve Soil Fertility and Rice Results
I Nengah Muliarta1* 1Industrial Engineering Study Program, Mahendradatta University, Denpasar-Bali.
Abstract
The purpose of this study is to examine the impact of a combination of rice straw compost
and inorganic fertilizer (phonska) on soil fertility and rice crop yields. The rice used in this
study is the rice seed of the Ciherang variety. The research was conducted in a pot container
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
60
with a diameter of 24 cm and with a height of 26 cm. Each pot is given 8 kg of soil, with the
quality of compost used which has a pH of 7.58, the water content of 11.79%, C/N ratio of
16.50, C-organic content of 27.84%, N of 1.69&, P content of 0.23% and K of 5.04%. The
combination of rice straw compost and phonska used in this study is P0 (0% compost + 0%
phonska), P1 (0% compost + 100% phonska), P2 (20% compost + 80 % phonska), P3 (40%
compost + 60% phonska), P4 (60% compost + 40% phonska) and P5 (80% compost + 20%
phonska). The study with 6 treatments and 4 replays used a randomized design group (RAK).
As a result, the combination of compost and inorganic fertilizer (phonska) improves the
physical, biological, and chemical parameters of the soil, but has not been able to change the
fertility status of the soil. The utilization of compost combined with inorganic fertilizer also
gives the same result as 100% phonska. Where a combination dose of 60% compost + 40%
phonska gives the highest dry grain weight results compared to other combinations.
Keywords : Rice Straw, Compost, Rice Products, Soil Fertility, Inorganic Fertilizer
PENDAHULUAN
Pemanfaatan jerami padi dapat menjadi jalan dalam menghadapi permasalahan
pembuangan limbah jerami padi dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembakaran
di lahan terbuka (Kadam, Forrest, & Jacobson, 2000). Jerami adalah satu-satunya bahan
organik yang umumnya tersedia dalam jumlah yang melimpah. Pengembalian jerami padi ke
tanah berarti mengembalikan sebagian unsur hara dan membantu menjaga ketersediaan unsur
hara tanah (Dobermann & Fairhurst, 2002). Pengembalian jerami padi ke lahan sawah
melalui proses dekomposisi dapat menjadi pilihan bagi petani dalam pemanfaatan limbah
pertanian dengan teknologi yang ramah lingkungan dan upaya mengurangi biaya pupuk
(Gaind & Nain, 2011).
Kompos dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk anorganik untuk
meningkatkan produksi tanaman (Palanivell, Susilawati, Ahmed, & Majid, 2013; Watanabe
et al., 2009). Kompos jerami padi dan pemanfaatanmya pada tanah pertanian berfungsi untuk
menjaga kandungan bahan organik tanah dan sifat mikrobiologi tanah. Kompos jerami padi
bila digunakan akan mengurangi biaya pertanian dan akan meningkatkan kesuburan tanah
(Goyal, Singh, Suneja, & Kapoor, 2009).
Kombinasi kompos jerami padi dengan pupuk anorganik memberikan kontribusi
terhadap peningkatan populasi mikroba tanah dibandingkan dengan penggunaan pupuk
anorganik saja (Man, Khang, & Watanabe, 2010). Dalam jangka panjang, aplikasi kombinasi
kompos jerami padi dan pupuk anorganik mengakibatkan peningkatan kandungan bahan
organik tanah dan penyerapan karbon dibandingkan dengan tanpa penambahan kompos
jerami padi. Kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik merupakan pendekatan yang
menjanjikan untuk mengembangkan strategi pemupukan yang lebih berkelanjutan (Liu et al.,
2009). Dalam implementasi di lapangan, petani memerlukan panduan kombinasi pupuk
anorganik dan kompos jerami padi yang dapat menghasilkan produksi yang maksimal, biaya
yang rendah dan dapat memberikan pemulihan kesuburan tanah.
METODE
Penelitian dengan metode eksperimen ini menggunakan rancangan acak kelompok
(RAK). Penelitian aplikasi kompos jerami pada tanaman padi dilaksanakan pada 19 Februari-
4 Juli 2018 di Desa Tangkas, Klungkung-Bali. Padi yang digunakan dalam penelitian ini
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
61
merupakan bibit padi varietas Ciherang yang didapatkan dari UD Maruti Denpasar. Ciherang
merupakan salah salah satu varietas padi yang mirip dengan padi IR64 dan dirilis pada tahun
2000 (Prasetiyono, Dadang, Tasliah, & Fatimah, 2013). Penelitian pengaruh kompos jerami
pada tanaman padi dilakukan dalam pot dengan ukuran diameter 24 cm dan tinggi 26 cm.
Setiap pot diberikan tanah sebanyak 8 kg, dengan kualitas kompos yang digunakan yaitu
memiliki pH sebesar 7,58, kadar air sebesar 11, 79%, rasio C/N sebesar 16,50, Kandungan
C-organik sebesar 27,84%, N sebesar 1,69&, kandungan P sebesar 0,23% dan K yaitu
5,04%. Perlakuan aplikasi kompos jerami padi yang dilakukan dengan takaran 0%, 20%,
40%, 60%, dan 80%. Dosis pupuk organik yang digunakan pada budidaya padi organik
sekitar 8-10 ton/ha (Ragályi et al., 2009). Perlakuan aplikasi pupuk anorganik dengan takaran
100%, 80%, 60%, 40% dan 20%. Sesuai Permentan No. 40/Permentan/OT.140/4/2007
tentang rekomendasi pemupukan N, P dan K pada padi sawah, takaran phonska yang
dianjurkan yaitu 300 kg/ha. Adapun kombinasi kompos jerami dan pupuk anorganik yang
digunakan diperlihatkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perlakuan kombinasi kompos dan phonska yang digunakan untuk penanaman padi Perlakuan Dosis (kg ha-1) Dosis (g pot-1)
P0 (0% kompos + 0% phonska) 0 kg ha-1 kompos + 0 kg ha-1 phonska 0 g pot-1 kompos + 0 g pot-1 phonska
P1 (0% kompos + 100%
phonska) 0 kg ha-1 kompos + 300 kg ha-1
phonska 0 g pot-1 kompos + 1.2 g pot-1 phonska
P2 (20% kompos + 80%
phonska) 2000 kg ha-1 kompos + 240 kg ha-1
phonska 8 g pot-1 kompos + 0.96 g pot-1
phonska P3 (40% kompos + 60%
phonska) 4000 kg ha-1 kompos + 180 kg ha-1
phonska 16 g pot-1 kompos + 0.72 g pot-1
phonska P4 (60% kompos + 40%
phonska) 6000 kg ha-1 kompos + 120 kg ha-1
phonska 24 g pot-1 kompos + 0.48 g pot-1
phonska P5 (80% kompos + 20%
phonska) 8000 kg ha-1 kompos + 60 kg ha-1
phonska 32 g pot-1 kompos + 0.24 g pot-1
phonska
Pengairan dalam penelitian menggunakan sistem terputus (intermittent) dan
pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut langsung, sedangkan pengendalian hama
secara manual untuk belalang. Pengendalian walang sangit dilakukan dengan penyemprotan
biourin pada 7 hari dan 70 hari setelah tanam.
Parameter pertumbuhan dan hasil padi yang diukur dalam penelitian ini yaitu jumlah
anakan produktif per-rumpun, jumlah gabah isi per-malai, jumlah malai isi per-rumpun, berat
gabah 100 biji dan hasil gabah kering giling per-rumpun. Penentuan kesuburan tanah
merujuk pada pedoman yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor (1995), dimana
penetapan kesuburan tanah ditentukan melalui parameter C-organik, Kapasitas Tukar Kation,
Kejenuhan Basa, Kadar P dan K total tanah. Adapun kriteria penilaian untuk parameter
kesuburan tanah ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria penilaian untuk parameter kesuburan tanah. No Parameter SR R S T ST
1 C organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00
2 P2O5 (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35
3 K2O (ppm) < 78 78-117 156-192 243-390 > 390 4 Kejenuhan Basa (%) < 20 20-35 36-50 51-70 >70 5 KTK (me/100 g) < 5 5-15 17-24 25-40 >40
Keterangan : SR/R/S/T/ST : Sangat Rendah/Rendah/Sedang/Tinggi/Sangat Tinggi.
Sumber : PPT Bogor (1995).
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
62
Penentuan status kesuburan tanah merujuk pada petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah
dari Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor (1995) yang ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3.Kriteria penilaian status kesuburan tanah No KTK KB P2O5, K2O, C organik Status Kesuburan
1 T T 2 T Tanpa R Tinggi
2 T T 2 T Dengan R Sedang
3 T T 2 S Tanpa R Tinggi
4 T T 2 S Dengan R Sedang
5 T T T S R Sedang
6 T T 2 R Dengan T Sedang
7 T S 2 R dengan S Rendah
8 T S 2 T Tanpa R Tinggi
9 T S 2T Dengan R Sedang
10 T S 2 S Tanpa R Sedang
11 T S Kombinasi Lain Rendah
12 T R 2 T Tanpa R Sedang
13 T R 2 T Dengan R Rendah
14 T R Kombinasi Lain Rendah
15 S T 2 T Tanpa R Sedang
16 S T 2 T Dengan R Sedang
17 S T Kombinasi Lain Rendah
18 S S 2 T Tanpa R Sedang
19 S S 2 T Dengan R Sedang
20 S S Kombinasi Lain Rendah
21 S R 3 T Sedang
22 S R Kombinasi Lain Rendah
23 R T 2 T Tanpa R Sedang
24 R T 2 T Dengan R Rendah
25 R T 2 S Tanpa R Sedang
26 R T Kombinasi Lain Rendah
27 R S 2 T Tanpa R Sedang
28 R S Kombinasi Lain Rendah
29 R R Semua Kombinasi Rendah
30 SR TSR Semua Kombinasi Sangat Rendah
Keterangan : SR/R/S/T/ST : Sangat Rendah/Rendah/Sedang/Tinggi/Sangat Tinggi.
Sumber : PPT Bogor (1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan kombinasi kompos jerami padi dan phonska berpengaruh terhadap
parameter bulk density, kadar air, KTK dan KB tanah, seperti yang ditampilkan dalam Tabel
4.
Tabel 4. Bulk density, kadar air, pH, KTK dan KB tanah setelah panen akibat pemberian
kombinasi kompos jerami padi dan pupuk phonska. Perlakuan Bulk density
(g cm-3)
Kadar air
Tanah (%)
pH
tanah
KTK tanah
(me/100 g)
KB tanah
(%)
0% kp+0% pns (P0) 1,084a 31,60c 6,8a 12,00c 96,98b
0% kp+100% pns (P1) 0,944b 37,19b 6,7a 16,72b 98,86b
20% kp+80% pns (P2) 0,887bc 37,21b 6,9a 16,87b 111,03a
40% kp+60% pns (P3 0,859c 37,85ab 7,0a 16,91b 109,44a
60% kp+40% pns (P4) 0,845c 39,00ab 6,9a 21,82a 112,09a
80% kp+20% pns (P5) 0,876c 40,26a 6,8a 23,44a 111,14a
BNT 5% 0,0676 2,824 - 2,162 7,995
Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna
tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
63
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi kompos jerami padi dan
phonska yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pH tanah (p>0,05). Kombinasi kompos
jerami padi dengan pupuk anorganik tidak mempengaruhi pH karena kapasitas buffering
(peyangga) yang tinggi pada tanah percobaan (Goyal et al., 2009). Perubahan pH tanah
setelah penambahan kompos tergantung pada pH tanah dan tingkat mineralisasi pupuk
organik (Yu et al., 2014). Pada dasarnya penambahan kompos akan meningkatkan pH tanah,
karena dekomposisi bahan organik akan menghasilkan ion OH- yang memiliki kemampuan
untuk menetralisir aktivitas ion H+ (Hargreaves, Adl, & Warman, 2008).
Perlakuan kombinasi kompos jerami padi dan phonska memberikan pengaruh nyata
terhadap kadar air tanah pasca penanaman padi. Analisis sidik ragam menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata antar perlakuan, termasuk dengan kontrol (p<0,05). Kadar air tanah
tertinggi terdapat pada perlakuan P5 yang mencapai 40,26%, namun secara statistik tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P4 dan P3. Secara umum terlihat semakin tinggi dosis
kompos jerami yang ditambahkan maka kadar air tanah semakin meningkat. Hasil ini sejalan
dengan kajian Berman D. Hudson, (1994), Rawls, Pachepsky, Ritchie, Sobecki, &
Bloodworth, (2003), Sepehya, Subehia, Rana, & Negi, (2012) dan Song, Zhang, Liu, Sui, &
Li, (2010) yang menyatakan peningkatan kandungan bahan organik tanah mengakibatkan
peningkatan retensi air dalam tanah.
Penambahan kompos jerami padi ternyata menyebabkan penurunan bulk density
tanah, dimana bulk density pada kontrol berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya.
Nilai bulk density terendah terdapat pada P4 yaitu mencapai 0,845, namun bulk density P4
tidak berbeda nyata dengan P5, P3, dan P2. Menurut Arpindra Surya, Nuraini, & Widianto,
(2017), penurunan bulk density disebabkan oleh meningkatnya porositas total akibat agregasi
tanah yang lebih baik setelah adanya penambahan bahan organik.
Tabel 4 menjelaskan nilai KTK tanah terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol)
yang mencapai 12,00 me/100 g dan nilai KTK tertinggi terdapat pada perlakuan P5 yang
mencapai 23,44 me/100 g. Terdapat juga trend peningkatan KTK dari P2 hingga P5 karena
peningkatan aplikasi dosis kompos jerami padi. Artinya, peningkatan dosis bahan organik ke
tanah akan linier meningkatkan nilai KTK tanah tersebut. Semakin banyak bahan organik
yang diberikan akan semakin tinggi nilai KTK. Hasil ini sejalan dengan pendapat Minardi,
Winarno, Hanif, & Abdillah, (2009) yang menyatakan kontribusi pupuk organik
berhubungan sangat erat dengan peningkatan nilai KTK, karena mempunyai kemampuan
dalam menyerap kation.
Penambahan kompos jerami padi secara statistik juga memberikan pengaruh yang
berbeda (P<0,05) pada KB tanah. Apabila diperhatikan KB tanah pada kontrol (P0) memiliki
nilai paling rendah yaitu mencapai 96,98%, namun tidak berbeda dengan perlakuan P1
(100% phonska). Sedangkan perlakuan P2, P3, P4 dan P5 sama-sama memiliki nilai KB
diatas 100% . Tanah diasumsikan akan memiliki kejenuhan basa 100% apabila memiliki nilai
pH 7 (Kamprath & Smyth, 2005).
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa perlakuan kombinasi kompos jerami padi
dan pupuk phonska memberikan pengaruh terhadap parameter kimia dan biologi tanah yang
diukur pada suhu kering udara 12,90o C, seperti yang ditampilkan dalam Tabel 5.
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
64
Tabel 5. Kadar N, P, K total dan total mikroba tanah setelah panen akibat pemberian
kombinasi kompos jerami padi (hasil aplikasi dekomposer dan pencacahan bahan) dan pupuk
phonska. Perlakuan Kadar
C-organik
tanah (%)
Kadar N
total tanah
(%)
Kadar P
total tanah
(ppm)
Kadar K
total tanah
(ppm)
Total mikroba
tanah (cfu/mg)
0% kp+0% pns (P0) 0,77d 0,09b 13,99b 134,71b 5,77x106 b
0% kp+100% pns (P1) 0,76d 0,12a 22,21a 221,68a 8,37x106 b
20% kp+80% pns (P2) 1,54c 0,12a 24,86a 248,01a 10,96x106 b
40% kp+60% pns (P3) 1,97bc 0,13a 25,00a 236,89a 18,40x106 ab
60% kp+40% pns (P4) 2,40ab 0,13a 24,29a 202,72a 30,40 x106 a
80% kp+20% pns (P5) 2,57a 0,13a 24,62a 245,66a 29,50 x106 a
BNT 5% 0,520 0,025 6,671 68,497 15,449
Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna
tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)
Tercatat perlakuan P5 yang kandungan C-organiknya tertinggi, tetapi secara statistik
tidak berbeda nyata dengan P4. Jika dilihat terjadi trend peningkatan kandungan C-organik
dari P2 hingga P5. Dimana semakin tinggi dosis pupuk organik yang ditambahkan ke dalam
tanah, maka semakin besar pula peningkatan kandungan C-organik dalam tanah. Hal ini
sejalan dengan kajian Watanabe et al. (2009) yang menyatakan bahwa penerapan kompos
jerami padi mampu meningkat total-C dalam tanah. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa
perlakuan kombinasi dosis kompos jerami padi dan phonska memberikan pengaruh yang
berbeda (P>0,05) terhadap kandungan C-organik tanah.
Apabila dicermati kandungan N tertinggi terdapat pada perlakuan P3, P4 dan P5
(0,13%) dan secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P2 yang memiliki
kandungan N 0,12%. Peningkatan dosis kompos jerami padi yang diberikan dalam perlakuan
kombinasi memperlihatkan peningkatan kandungan N tanah. Hasil ini sejalan dengan kajian
Sharma & Mittra, (1991) yang menyatakan aplikasi bahan organik dapat meningkatkan N-
total tanah kendati peningkatannya tidak signifikan. Peningkatan N-total tanah ini berasal
dari proses mineralisasi bahan organik yang diberikan pada tanah. Menurut Yoshida (1981),
pemulihan kandungan N pada tanah bervariasi, karena dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah,
manajemen olah tanah, metode, jumlah, dan waktu aplikasi pupuk.
Kandungan P tanah tertinggi terdapat pada P3 (25,00 ppm), namun secara analisis
sidik ragam tidak berbeda dengan P1, P2, P4 dan P5. Hasil ini sejalan dengan hasil yang
didapatkan Yoshida (1981), dimana penggunaan setengah dosis pupuk NPK yang
dikombinasikan dengan jerami dapat meningkatkan ketersediaan hara P, yang kadarnya
tidak berbeda dengan penggunaan satu dosis pupuk NPK. Hal menjadi pentunjuk bahwa
jerami dapat menyumbangkan P yang cukup besar.
Kadar K tanah tertinggi terdapat pada P2 yaitu mencapai 248,01 ppm, namun secara
statistik tidak berbeda dibandingkan perlakuan P1, P3, P4 dan P5. Hasil ini sejalan dengan
pendapat Saha, Miah, Hossain, Rahman, & Saleque, (2009) yang menyatakan bahwa
penggabungan jerami padi dengan pupuk K anorganik berkontribusi terhadap peningkatan
kandungan K tanah dan mengurangi pemanfaatan K anorganik. Begitu juga Dobermann &
Fairhurst (2002) yang menyatakan pengembalian jerami padi ke tanah akan menjaga
keseimbangan kandungan K tanah, sedangkan pembakaran jerami padi akan berdampak pada
penurunan kandungan K tanah dan polusi udara.
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
65
Total mikroba tanah terendah dalam penelitian ini didapatkan pada perlakuan P0
(kontrol) yang mencapai 5,77 x 106 cfu/gr, dimana total mikroba pada P0 tidak berbeda nyata
dengan P1, P2 dan P3. Total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (60% kompos +
40% phonska) yang mencapai 30,50 x 106 cfu/gr, namun secara statistik tidak berbeda nyata
dengan P5 dan P3. Semakin tinggi dosis kompos jerami padi yang diberikan dalam perlakuan
kombinasi memperlihatkan trend total mikroba semakin meningkat. Hasil ini sejalan dengan
kajian Lalande, Gagnon, Chapman, & Barnett (2011) dan Nirukshan, Herath, Wijebandara,
& Dissanayake (2016) yang menyatakan penambahan pupuk organik yang kaya akan C dan
N akan meningkatkan kandungan C tanah sehingga memberikan dampak positif bagi
populasi dan aktivitas mikroba.
Kombinasi kompos jerami padi dengan phonska secara umum pada penelitian ini
menyebabkan peningkatan parameter fisik, kimia dan biologi tanah, seiring dengan
peningkatan dosis kompos yang ditambahkan (Tabel 4 dan Tabel 5). Peningkatan parameter
yang terjadi belum memberikan peningkatan status kesuburan tanah dibandingkan status
kesuburan tanah awal yang masuk dalam kategori rendah, seperti yang ditampilkan dalam
Tabel 6.
Tabel 6. Status kesuburan tanah untuk masing-masing perlakuan kombinasi pupuk Perlakuan Parameter Nilai Kriteria Kesuburan Status
Awal
KTK (me/100 g) 21,23 Sedang
KB (%) 30,78 Rendah
C organik (%) 1,76 Rendah Rendah
P2O5 (ppm) 29,01 Tinggi K2O (ppm) 274,39 Tinggi
0% kp + 0% pns
(P0)
KTK (me/100 g) 12,00 Rendah
KB (%) 96,98 Sangat Tinggi C organik (%) 0,77 Sangat Rendah Rendah
P2O5 (ppm) 13,99 Rendah
K2O (ppm) 134,71 Sedang
0% kp + 100% pns
(P1)
KTK (me/100 g) 16,72 Sedang KB (%) 98,86 Sangat Tinggi Rendah
C organik (%) 0,76 Sangat Rendah
P2O5 (ppm) 22,21 Sedang K2O (ppm) 221,68 Tinggi
20% kp + 80% pns (P2)
KTK (me/100 g) 16,87 Sedang
KB (%) 111,03 Sangat Tinggi C organik (%) 1,54 Rendah Rendah
P2O5 (ppm) 24,86 Sedang
K2O (ppm) 248,01 Tinggi
40% kp + 60% pns
(P3)
KTK (me/100 g) 16,91 Sedang
KB (%) 109,44 Sangat Tinggi
C organik (%) 1,97 Rendah Rendah P2O5 (ppm) 25,00 Sedang
K2O (ppm) 236,89 Tinggi
60% kp + 40% pns (P4)
KTK (me/100 g) 21,82 Sedang
KB (%) 112,09 Sangat Tinggi C organik (%) 2,40 Sedang Rendah
P2O5 (ppm) 24,29 Sedang
K2O (ppm) 202,72 Sedang
80% kp + 20% pns
(P5)
KTK (me/100 g) 23,44 Sedang
KB (%) 111,14 Sangat Tinggi
C organik (%) 2,57 Sedang Rendah P2O5 (ppm) 24,62 Sedang
K2O (ppm) 245,66 Tinggi
Keterangan : Pk = kompos, pns = phonska
Dibutuhkan waktu yang panjang untuk dapat meningkatkan status kesuburan tanah,
karena kompos memberikan perubahan parameter secara perlahan (Courtney & Mullen,
2008; Ros, Klammer, Knapp, Aichberger, & Insam, 2006). Namun aplikasi kombinasi pupuk
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
66
organik dan anorganik selain tetap memberikan hasil yang tinggi dan berkelanjutan, juga
memberikan efisiensi ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan unsur hara tanah (De-
Ren & Wan, 1998). Aplikasi bahan organik dalam jangka panjang juga dapat memainkan
peran positif dalam mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon (Diacono &
Montemurro, 2011; Sodhi, Beri, & Benbi, 2009).
Peningkatan parameter fisik, biologi dan kimia tanah akibat perlakuan kombinasi
kompos jerami padi dan pupuk anorganik (phonska) menyebakan adanya perbedaan pada
komponen hasil padi terhadap kontrol, seperti yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Komponen hasil padi dari perlakuan kombinasi kompos jerami padi dan phonska Perlakuan Jumlah anakan
produktif (anakan)
Jumlah gabah
(gabah malai-1)
Jumlah gabah isi
(gabah malai-1)
Berat 100 biji gabah
(g rumpun-1)
0% kp+0% pns (P0) 8,75b 88,00b 86,00b 2,14b
0% kp+100% pns (P1) 14,,25a 123,25a 118,50a 2,59a
20% kp+80% pns (P2) 14,50a 123,75a 119,00a 2,44a
40% kp+60% pns (P3 16,50a 118,50a 115,50a 2,50a
60% kp+40% pns (P4) 17,00a 122,25a 118,75a 2,54a
80% kp+20% pns (P5) 17,00a 119,75a 116,50a 2,57a
BNT 5% 2,775 16,163 16,016 0,166
Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna
tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)
Tabel 7 menjelaskan jumlah anakan produktif per-rumpun terendah terdapat pada
perlakuan P0 (kontrol), dengan rata-rata jumlah anakan 8,75 anakan. Jika diperhatikan maka
jumlah anakan produktif pada kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Hal
ini terjadi karena adanya defisiensi N dan nutrisi lainnya yang diperlukan untuk produksi
anakan produktif yang lebih banyak. Hasil ini sejalan dengan pendapat Hasanuzzaman et al.,
(2010) dan R. Saha, Saieed, & Chowdhury (2013) yang menyatakan peningkatan jumlah
anakan dan anakan produktif per-rumpun dipengaruhi oleh pasokan nitrogen yang sangat
penting dalam pertumbuhan vegetatif. Jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada
perlakuan P4 dan P5 yaitu 17,00 anakan, tetapi jumlahnya tidak berbeda dengan perlakuan
lainnya, kecuali dengan kontrol. Hasil ini memberi petunjuk bahwa kelebihan penerapan
pupuk anorganik tidak diperlukan untuk menghasilkan anakan yang efektif jika dapat
menambahnya dari pupuk organik (Hasanuzzaman et al., 2010).
Jumlah gabah terendah terjadi pada perlakuan P0 (kontrol), dengan jumlah gabah
mencapai 88,00 gabah/malai. Jumlah gabah pada P0 jika dibandingkan dengan perlakuan
lainnya terlihat berbeda nyata (P<0,05). Haque & Haque (2016) menyatakan Jumlah gabah
per-malai akan lebih banyak pada tingkat pemberian nitrogen yang lebih tinggi, hal ini diduga
akibat penyerapan nitrogen yang lebih banyak akan berkontribusi pada pembentukan jumlah
cabang per-malai yang lebih banyak.
Jumlah gabah isi per-malai pada penelitian ini secara rata-rata berkisar antara 86,00-
119,00 gabah per-malai dan secara analisis statistik jumlah gabah per-malai pada kontrol
berbeda nyata atau lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Kondisi ini
diduga berkaitan dengan ketersediaan kandungan nitrogen dalam tanah dan jumlah serapan
nitrogen oleh tanaman. Fairhurst, Witt, Buresh, & Dobermann (2007) menyatakan pasokan
N tanah umumnya tidak cukup untuk mendukung hasil yang lebih tinggi dari varietas
modern, sehingga kekurangan N adalah umum di semua wilayah utama penanaman padi.
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
67
Bobot 100 gabah isi secara rata-rata terendah terjadi pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu
2,14 g dan jika dibandingkan secara statistik dengan perlakuan lainnya terlihat berbeda sangat
nyata (p<0,01). Hasil ini sejalan dengan pandangan Hasanuzzaman et al. (2010) yang
menyatakan bahwa khusus pada kasus defisiensi nutrisi esensial yang parah akan
menyebabkan tanaman gagal menghasilkan butir gabah yang memiliki bobot optimal. Bobot
100 gabah isi tertinggi dalam penelitian ini didapatkan pada perlakuan P1 (0% kompos +
100% phonska) yaitu 2,59 gram, namun secara statistik P1 tidak berbeda dengan P2, P3, P4
dan P5. Hasil ini sejalan dengan kajian Hasanuzzaman et al. (2010) yang menyatakan rata-
rata bobot gabah padi dalam satu varietas cenderung memiliki nilai stabil. Bobot 100 gabah
isi atau bobot 1.000 butir dipengaruhi oleh sifat genetik, sehingga perbedaan yang terjadi
merupakan bagian dari sifat genetik.
Tabel 8. Berat gabah kering panen dan berat gabah kering giling per-rumpun Perlakuan Berat gabah kering
panen (g rumpun-1)
Kadar air gabah
kering panen (%)
Berat gabah kering
giling (g rumpun-1)
Kadar air gabah
kering giling (%)
0% kp+0% pns (P0) 17,86b 18,92a 15,112c 12,42a
0% kp+100% pns (P1) 28,55a 20,70a 22,687b 12,55a
20% kp+80% pns (P2) 27.535a 19,09a 20,012b 12,52a
40% kp+60% pns (P3 27,245a 19,11a 23,537ab 12,57a
60% kp+40% pns (P4) 27,627a 20,27a 27,455a 12,32a
80% kp+20% pns (P5) 27,692a 20,57a 23,995ab 12,40a
BNT 5% 6,090 - 4,480 -
Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna
tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)
Berat gabah kering panen tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (100% phonska) yaitu
mencapai 28,55 g/rumpun, namun secara statistik hasil P1 sama dengan P2, P3, P4 dan
perlakuan P5. Berat gabah kering panen yang didapatkan diukur pada kadar air berkisar
antara 18,92-20,70%, yang secara sidik ragam tidak berbeda nyata (p>0,05) antar perlakuan
dosis (Tabel 8). Kadar air gabah kering panen yang didapatkan dalam penelitian ini sejalan
dengan pendapat Bautista, Siebenmorgen, & Mauromoustakos (2009) yang menyatakan
kadar air kering panen gabah pada umumnya berkisar antara 18 hingga 22%.
Kombinasi dosis kompos jerami padi dan phonska mengakibatkan berat gabah kering
giling antar perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Perbedaan terlihat antara kontrol dengan
perlakuan kombinasi dosis ataupun antar perlakuan kombinasi dosis kompos jerami padi
dengan phonska. Dimana berat gabah kering giling diukur pada kadar air yang berkisar antara
12,32-12,55%. Menurut Furahisha, Chove, & Chaula (2016) untuk penggilingan yang
efektif, kadar air gabah kering giling yang baik sekitar 10,5 hingga 14%. Berdasarkan hasil
perhitungan memperlihatkan bahwa berat gabah kering giling terbesar terdapat pada
perlakuan P4 (60% kompos + 40% phonska), yang beratnya mencapai 27,455 g/rumpun.
Hasil ini berbeda nyata atau lebih tinggi dari dari berat gabah kering giling pada perlakuan
dengan dosis 100% phonska (P1), namun tidak berbeda dengan hasil P3 (40% kompos + 60%
phonska) dan P5 (80% kompos dan 20% phonska).
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
68
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :
1. Kombinasi kompos jerami padi dan pupuk anorganik menyebabkan peningkatan
parameter fisik, kimia dan biologi tanah. Perlakuan kombinasi belum mampu
mengubah status kesuburan tanah, karena perlu waktu panjang dan berkelanjutan
untuk dapat meningkatkan status kesuburan tanah.
2. Penambahan kompos jerami padi yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik
menghasilkan produksi yang sama dengan 100% pupuk anorganik. Hasil ini menjadi
bukti bahwa kompos jerami padi dapat memberikan efisiensi penggunaan pupuk
anorganik sekitar 20-80%.
3. Kombinasi dosis 60% kompos + 40% phonska memberikan hasil berat gabah kering
giling tertinggi, bahkan lebih tinggi dari 100% phonska.
SARAN
Merujuk pada hasil penelitian maka diperlukan penelitian lanjutan terkait penggunaan
kompos jerami padi terhadap tanaman selain padi, khususnya pada pada tanaman palawija.
Perlu juga penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis dan kualitas kompos yang lebih
baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pemilik Darma Farm I Ketut
Darmawan yang telah membantu dalam penyediaan tempat penelitian. Ucapan yang sama
penulis juga penulis sampaikan kepada Wayan Ama yang membantu melakukan perawatan
tanaman selama proses penelitian dan membantu dalam pencatatan data.
DAFTAR PUSTAKA
Arpindra Surya, J., Nuraini, Y., & Widianto. (2017). Kajian Porositas Tanah Pada Pemberian
Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan Kopi Robusta. Jurnal Tanah Dan
Sumberdaya Lahan, 4(1), 463–471.
Bautista, R. C., Siebenmorgen, T. J., & Mauromoustakos, A. (2009). The Role of Rice
Individual Kernel Moisture Content Distributions At Harvest on Milling Quality.
American Society of Agricultural and Biological Engineers, 52(5), 1611–1620.
Berman D. Hudson. (1994). Journal of Soil and Water Conservation Soil Organic Matter and
Available Water Capacity. Journal of Soil and Water Conservation, 49, 189–194.
Courtney, R. G., & Mullen, G. J. (2008). Soil quality and barley growth as influenced by the
land application of two compost types. Bioresource Technology, 99(8), 2913–2918.
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2007.06.034
De-Ren, W., & Wan, L. (1998). Nutrient Balance of Nitrogen, Phosphorus and Potassium
under Triple Cropping Systems Based on Rice C h i n a. In Better Crops International
(Vol. 12).
Diacono, M., & Montemurro, F. (2011). Long-Term Effects of Organic Amendments on Soil
Fertility. In Sustainable Agriculture (Vol. 2, pp. 761–786). https://doi.org/10.1007/978-
94-007-0394-0_34
Dobermann, A., & Fairhurst, T. H. (2002). Rice Straw Management. In Better Crops
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
69
International (Vol. 16).
Fairhurst, T., Witt, C., Buresh, R., & Dobermann, A. (2007). Rice: A Practical Guide to
Nutrient Management (Second edi; and A. D. Thomas Fairhurst, Christian Witt, Roland
Buresh, Ed.). https://doi.org/10.1016/j.jcrs.2007.08.023
Furahisha, K., Chove, L. M., & Chaula, D. (2016). Effect of Final Moisture Content , Cooling
Time and Paddy Variety on Milling Quality of Rice (Oryza sativa , L.). Journal of
Agricultural Science and Food Technology, 2(11), 169–179. Retrieved from
http://pearlresearchjournals.org/journals/jasft/index.html
Gaind, S., & Nain, L. (2011). Soil Health in Response to Bio-Augmented Paddy Straw
Compost. World Journal of Agricultural Sciences, 7(4), 480–488.
Goyal, S., Singh, D., Suneja, S., & Kapoor, K. K. (2009). Effect Of Rice Straw Compost on
Soil Microbiological Properties and Yield of Rice. In Indian J. Agric. Res (Vol. 43).
Retrieved from www.arccjournals.com/indianjournals.com
Haque, M. A., & Haque, M. M. (2016). Growth, Yield and Nitrogen Use Efficiency of New
Rice Variety under Variable Nitrogen Rates. American Journal of Plant Sciences,
07(03), 612–622. https://doi.org/10.4236/ajps.2016.73054
Hargreaves, J. C., Adl, M. S., & Warman, P. R. (2008, January). A Review of The Use of
Composted Municipal Solid Waste In Agriculture. Agriculture, Ecosystems and
Environment, Vol. 123, pp. 1–14. https://doi.org/10.1016/j.agee.2007.07.004
Hasanuzzaman, M., Ahamed, K. U., Rahmatullah, N. M., Akhter, N., Nahar, K., & Rahman,
M. L. (2010). Plant Growth Characters and Productivity of Wetland Rice (Oryza sativa
l.) as Affected by Application of Different Manures (Vol. 22). Retrieved from
http://ffa.uaeu.ac.ae/ejfa.shtml46
Kadam, K. L., Forrest, L. H., & Jacobson, W. A. (2000). Rice straw as a lignocellulosic
resource: Collection, processing, transportation, and environmental aspects. Biomass
and Bioenergy, 18(5), 369–389. https://doi.org/10.1016/S0961-9534(00)00005-2
Kamprath, E. J., & Smyth, T. J. (2005). Liming. Encyclopedia of Soils in the Environment,
II (Elsevier Ltd.. London.), 350–358.
Lalande, R., Gagnon, B., Chapman, R. A., & Barnett, G. M. (2011). Soil Microbial
Populations, Activity, and Community Structure in Continuous Corn or Forage Systems
Under Organic or Inorganic Fertilization in Eastern Canada. Canadian Journal of Soil
Science, 85(1), 27–38. https://doi.org/10.4141/s04-043
Liu, M., Hu, F., Chen, X., Huang, Q., Jiao, J., Zhang, B., & Li, H. (2009). Organic
Amendments With Reduced Chemical Fertilizer Promote Soil Microbial Development
and Nutrient availability in a subtropical paddy field: The influence of quantity, type
and application time of organic amendments. Applied Soil Ecology, 42(2), 166–175.
https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2009.03.006
Man, L. H., Khang, V. T., & Watanabe, T. (2010). Improvement of Soil Fertility by Rice
Straw Manure. Omonrice, 131(15), 123–131.
Minardi, S., Winarno, J., Hanif, D. A., & Abdillah, N. (2009). Efek Perimbangan Pupuk
Organik dan Pupuk Anorganik Terhadap Sifat Kimia Tanah Andisol Tawangmangu dan
Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota L.). In Sains Tanah-Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi (Vol. 6).
Nirukshan, G. S., Herath, I., Wijebandara, I., & Dissanayake, P. D. (2016). Soil Microbial
Population and Activity Affected by Fertilizer and Manure Addition in a coconut
Growing Sandy Regosol Soil Microbial Population and Activity Affected by Fertilizer
and Manure Addition in a Coconut Growing Sandy Regosol. 6th Sypmosium on
Rona Teknik Pertanian, 13 (2)
Oktober 2020
70
Plantation Crop Research, (November).
Palanivell, P., Susilawati, K., Ahmed, O. H., & Majid, N. M. (2013). Compost and Crude
Humic Substances Produced from Selected Wastes and Their Effects on Zea mays L.
Nutrient Uptake and Growth . The Scientific World Journal, 2013, 1–15.
https://doi.org/10.1155/2013/276235
Prasetiyono, J., Dadang, A., Tasliah, & Fatimah. (2013). Perbaikan Padi (Oryza sativa l.)
Varietas ciherang untuk sifat umur genjah dan produksi tinggi menggunakan marka
molekuler. In Berita Biologi (Vol. 12).
Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor. (1995). Petunjuk Teknis Evaluasi Kesuburan Tanah.
Laporan Teknis No.14. Versi 1,0.1. REP II Project, CSAR, Bogor. Bogor.
Rawls, W. J., Pachepsky, Y. A., Ritchie, J. C., Sobecki, T. M., & Bloodworth, H. (2003).
Effect of Soil Organic Carbon on Soil Water Retention. Geoderma, 116(1–2), 61–76.
https://doi.org/10.1016/S0016-7061(03)00094-6
Ros, M., Klammer, S., Knapp, B., Aichberger, K., & Insam, H. (2006). Long-Term Effects
of Compost Amendment of Soil on Functional and Structural Diversity and Microbial
Activity. Soil Use and Management, 22(2), 209–218. https://doi.org/10.1111/j.1475-
2743.2006.00027.x
Saha, P., Miah, M., Hossain, A., Rahman, F., & Saleque, M. (2009). Contribution of Rice
Straw to Potassium Supply in Rice-Fallow-Rice Cropping Pattern. Bangladesh Journal
of Agricultural Research, 34(4), 633–643. https://doi.org/10.3329/bjar.v34i4.5839
Saha, R., Saieed, M. A. U., & Chowdhury, M. A. K. (2013). Growth and Yield of Rice (Oryza
sativa) as Influenced by Humic Acid and Poultry Manure. Universal Journal of Plant
Science, 1(3), 78–84. https://doi.org/10.13189/ujps.2013.010304
Sepehya, S., Subehia, S. K., Rana, S. S., & Negi, S. C. (2012). Effect of Integrated Nutrient
Management on Rice-Wheat Yield and Soil Properties in a North Western Himalayan
Region. Indian Journal of Soil Conservation, 40(2), 135–140.
Sharma, A. R., & Mittra, B. N. (1991). Effect of Different Rates of Application of Organic
and Nitrogen Fertilizers in a Rice-Based Cropping System. The Journal of Agricultural
Science, 117(3), 313–318. https://doi.org/10.1017/s0021859600067046
Sodhi, G. P. S., Beri, V., & Benbi, D. K. (2009). Soil Aggregation and Distribution of Carbon
and Nitrogen in Different Fractions Under Long-Term Application of Compost in Rice-
Wheat System. Soil and Tillage Research, 103(2), 412–418.
https://doi.org/10.1016/j.still.2008.12.005
Song, C. Y., Zhang, X. Y., Liu, X. B., Sui, Y. Y., & Li, Z. L. (2010). Impact of Long Term
Fertilization on Soil Water Content in Haploborolls. Plant, Soil and Environment, 56(9),
408–411.
Watanabe, T., Man, L. H., Vien, D. M., Khang, V. T., Ha, N. N., Linh, T. B., & Ito, O. (2009).
Effects of Continuous Rice Straw Compost Application on Rice Yield and Soil
Properties in The Mekong Delta. Soil Science and Plant Nutrition, 55(6), 754–763.
https://doi.org/10.1111/j.1747-0765.2009.00424.x
Yoshida, S. (1981). Fundamentals of Rice Crop Science. Growth and Development of The
Rice Plant. In Fundamentals of rice crop science. Manila: IRRI.
Yu, W., Ding, X., Xue, S., Li, S., Liao, X., & Wang, R. (2014). Effects of Organic-Matter
Application on Phosphorus Adsorption of Three Soil Parent Materials. Journal of Soil
Science and Plant Nutrition, (ahead), 0–0. https://doi.org/10.4067/s0718-
95162013005000079