pemahaman mahasiswa ilmu al...
TRANSCRIPT
PEMAHAMAN MAHASISWA ILMU AL-QUR’AN
DAN TAFSIR ATAS AYAT-AYAT MUSIBAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Ridwan Kusuma
NIM. 1112034000011
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
Pcmallaman Mahasiswa Tafsir Hadits atas Ayat‐ Ayat Musibah
Skripsi
Diajukm untuk Mmmuhi Persyaratan Mmpol*. Gelr SarjmaAgarra(S.Ae)
Oleh:
Ridwan Kuslllna
NIM.1112034000011
Di bawah bimbingan
Program Studi Ihnu AI-Qur'an dan TafsirFakultas Ushuluddin
Universitas lslm NegeriSVanftlidaVatullah
2A77
ロ
\
\
LEMBAR PENGESAHAN
SIc‐ipsi dcngan judul“ Pemahaman Mahasiswa IImu Al‐Qur'an dan Tasir atas Ayat‐Ayat M[usibah"tclah dittikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syttif
Hidayatt11lah Jakarta pada tanggal,9 Agustus 2017.
Anggota,
Sidang Munaqasyah
Sckcrtaris,
Anggota
Penguji T,
Ahad Rifqi Muchtar,MANIP.196908221997031002 1002
Pembimbing,
R/1oh.
Dr.Lilik~Ummi Kaltslll■
NIP.19711031999032001 1999032001
Penguji
NIP.197102
NIP 19720518 199803 1 003
\
LERIBARAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Sklipsi ini mempakan hasil karya asli saya yang diajurkan untuk
memenuhi salah satu persyaratan rnempetoleh gelar strata I di Universitas
Islam Ncgcri Syalif Hidayatullah Jakarta
Sgrns'l s.,rrlber )'LlrE sa)r gumk'm ('a,\a'm ptru\\san rs\ tr\ah sryr
cantunrl<an sesuai dengan l<etentuan yang berlaku di UN Syarif
I Iidayatul 1ah Jal<arta
Jika dikemudian hari terbukti bahrva karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merLrpakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanl<si yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jal<arta.
2
3
Ciputat, 1 JuJt 2017
M. Ridwan Kirsuma
i
ABSTRAK
“Pemahaman Mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir atas Ayat-Ayat
Musibah”
Ada banyak solusi yang dijelaskan al-Qur‟an apabila seorang beriman
sedang mengalami kebuntuan, salah satu solusi yang dijelaskan al-Qur‟an yaitu
ketika dilanda musibah. Musibah merupakan sebuah ujian atau peringatan yang
diberikan Allah SWT kepada umatnya untuk mengetahui seberapa besarkah
keimanan umatnya. Kuat lemahnya iman seorang itu dapat dilihat dari cara
mereka menyikapi musibah yang menimpa pada diri mereka. Solusi yang
dijelaskan dalam Sûrah al-Baqarah ayat 155-57 dan Sûrah al-Thaghabun ayat 11.
Adapun penelitin ini untuk melihat bagaimana relasi antara ayat al-Quran
dan solusi yang diberikan al-Qur‟an saat tertimpa musibah bagi mereka yang
sering membaca dan memahami ayat al-Qur‟an saat tertimpa musibah. Sasaran
dari penelitian ini yaitu mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2013.
Untuk mencari responden yang akan penulis teliti, penulis mengunakan metode
purposif sampling Secara teoretis, mereka sebenarnya relatif lebih siap karena
dibekali dengan mata kuliah yang mereka ambil dalam memahami ilmu al-
Qur‟an dan hadits, namun sikap penghayatan yang berangkat dari pengetahuan
teoretis tentu tidak bisa seragam ada di setiap mahasiswa. Belum lagi ada banyak
ragam musibah yang bisa menimpa seseorang dalam kehidupannya Di sini,
sedikitnya ada banyak ragam bentuk musibah yang biasanya menghampiri
mahasiswa tingkat akhir yaitu rasa ketakutan, kelaparan, sakit, dan kehilangan
jiwa orang yang mereka sayangi.
Hasil penelitian ini bahwa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir angkatan 2013 sudah menjadikan al-Qur‟an
sebagai pedoman, petunjuk atau solusi dalam kehidupan sehari-hari mereka serta
saat mereka mengalami musibah.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan alhamdulillahi rabb al-amin sebagai bentuk rasa
syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat, hidayah serta
mauanahnya yang telah memberikan kekuatan jasmani, rohani, taufik, rahmat dan
hidayahNya, serta kemudahan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai
kesulitan dan cobaan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses perjalanan
punlisan skripsi ini tentu banyak hal yang menyebabkaan kegalauan dan
kegundahan yang dialami oleh penulis. Hal ini karena banyak faktor, antara lain:
Desakan dari keluarga agar mempercepat menyelesaikan segala tugas yang
menjadi syarat wisuda, penulis paham betul maksud mereka. Melihat teman-
teman yang sudah selesai lebih awal juga menjadi salah satu sebab kegelisahan
penulis, sehingga penulis harus segera menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat berbingkiskan salam semoga tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Rasul penutup para nabi, serta doa untuk
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya diakhir zaman.
Skripsi ini merupakan satu diantara tugas yang harus diselesaikan dalam
rangka mendapatkan gelar Sarjana Agama Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Judul skripsi ini adalah “Pemahaman Mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
Atas Ayat-ayat Musibah”, penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini sangat memerlukan perbaikan. Oleh karena itu penulis
membuka lebar-lebar kritikan dan saran yang bersifat konstruktif.
Penulis menyadari sepenuhnya, karya ini bisa terwujud karna hasil karya
seorang diri, namum tidak lain berkat dukungan moril dan materil yang telah rela
meluangkan waktu disela-sela kesibukanya. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof Dede Rosyada, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
beserta seluruh jajaranya.
3. Dr. Lilik Umi kaltsum, MA, dan Dra. Banun Binaningrum M. Pd, selaku
Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
4. Moh. Anwar Syarifuddin, MA, dosen Pembimbing penulis, serta guru
kehidupan penulis yang telah memberikan ilmunya, pengalaman serta
pengarahan kepada penulis
5. Dr. Eva Nugraha, M. Ag selaku dosen pembimbing akademik penulis yang
dari semester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas
6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dedikasinya
dalam mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman serta pengarahan
kepada penulis dan telah memberikan pengetahuan bagi penulis selama jadi
mahasiswa
7. Kepada orang tua penulis, Ibu Maidarti doamu, nasehatmu, ketegasanmu,
marahmu, sedihmu, kerja kerasmu, ketabahanmu, kesabaranmu, rela susah
payah, semua ini agar anak-anaknya menjadi anak Shalih dan Shalihah.
Tugas anakmu ini baru dimulai setelah lulus S1 di UIN sebagai penyambung
hidup keluarga kita ini. Skripsi ko ambo persembahkan untuak ama
8. Kakak tersayangku Nila Kusuma Wati dan adik tercinta Melya Wati yang
tidak pernah bosan memberikan nasehat kepada penulis, dan kakak selalu
memberikan masukan nasehat materi maupun non materi dari awal kuliah
hingga akhir perkulihan.
iv
9. Untuk Uda Ambo Sastra Uncu dan keluarganya di Bekasi nan alah banyak
memberikan nasehat dan motivasi.
10. Sahabat-sahabat salapiak sakatiduran ambo yang susah sanang basamo dalam
manjalani dunia perkuliahan Roni Zuli Putra S.H, Marfirozi S.Sos, Arruji
Yurma, Septian Dwittes S.H. Sanleo Hafiz S.Kom, Oktaviondri, Abdul Halim
S. Ag, Ruhul Amin S.Sos
11. Kawan-kawan TH A 2012 yang dari awal selalu berjuang bersama, walaupun
ada yang lebih awal tamat, semoga kita sukses selalu
12. Adiak-Adiak ambo KMM (Keluarga Mahasiswa Minangkabau) Dayat, Azmi
Fathoni, Fajri Ilhami, Fajri Agusta, Putra Kurnia, Khairun Nisaa,Inggrilia
Zaharatul Fadili, Qurrata Aini, Anna, Halimah. Serta seluruh anggota KMM
nan selalu memberikan penulis semangat.
13. Seluruh informan yang besedia meluangkan waktu untuk diwawancarai demi
mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.
14. Seluruh pihak yang telah membantu proses kuliah penulis dan proses skripsi
ini yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
menyadari masih ada kekurangan dalam pelaksanaan skripsi ini. Untuk itu,
penulis menerima segala saran dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan
penelitian dimasa mendatang. Terima kasih.
JAZAKUMULLAH AHSANAL JAZA
Ciputat, 7 Juli 2017
M. Ridwan Kusuma
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman
pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman
Akademik Program Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan
B Be
T Te
Ts te dan es
J Je
H ha dengan garis di bawah
Kh ka dan ha
D de
Dz de dan zet
R er
Z zet
S es
Sy es dan ye
S es dengan garis di bawah
D de dengan garis di bawah
T te dengan garis di bawah
Z zet dengan garis di bawah
´ koma terbalik di atas hadap kanan
Gh ge dan ha
F ef
Q ki
K ka
vi
L el
M em
N en
W we
H ha
apostrof
Y ye
b. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia,
terdiri dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong. Untuk vocal tunggal, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a fathah
i kasrah
u dammah
Ada pun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i
au a dan u
vii
Vokal Panjang
Ketentuan alihaksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
â a dengantopi di atas
î i dengantopi di atas
û u dengantopi di atas
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-
rijâl, al-diwân bukan ad-diwân.
Syaddah(Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda (), dalam alihaksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima
tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darûrah
melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
Ta Marbûtah
viii
Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menja dihuruf /t/ (lihat contoh 3).
Contoh:
No TandaVokal Latin Keterangan
1 tarîqah
2 al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah
3 Wahdat al-wujûd
Huruf Kapital
Meski pun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alihaksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat,
huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting
diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan
Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak
ix
miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu
ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya.
Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin
al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânirî.
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
G. Metode Penelitian........................................................................ 8
H. Sistematika Penelitian ................................................................. 10
BAB II: HAKIKAT MUSIBAH MENURUT AL-QUR’AN DAN TAFSIRAN
AYAT-AYAT MUSIBAH
A. Pengertian Musibah ..................................................................... 12
1. Defenisi Musibah ............................................................12
2. Pendapat Ulama Tentang Musibah .................................13
3. Kata-Kata Yang Semakna Dengan Musibah...................14
4. Munasabah Ayat-Ayat Tentang Musibah .......................16
5. Cara Menyikapi Musibah ................................................23
xi
B. Pandangan Mufassir Terhadap Sûrah Al-Baqarah Ayat 156-157
dan Sûrah Al-Taghâbun Ayat 11................................................. 27
1. Sûrah Al-Baqarah Ayat 155-157 .....................................27
2. Sûrah Al-Thagabun Ayat 11 ...........................................29
BAB III: PROFIL MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN
A. Sejarah Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................................. 31
B. Deskripsi Responden ................................................................... 34
BAB IV: PEMAHAMAN MAHASISWA ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
ATAS AYAT-AYAT MUSIBAH
A. Mengalami Musibah ..................................................................... 37
B. Penerimaan Terhadap Musibah .................................................... 43
C. Pemahaman Mahasiswa terhadap Ayat-ayat Musibah ................. 47
D. Rujukan dan Signifikansi Tafsir .................................................. 52
E. Problematika dan Solusi ............................................................... 54
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 58
B. Saran ............................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi orang yang bertakwa yang mana
tidak ada keraguaan dari kandungan al-Qur’an,1 penerang,
2 al-Furqân (pemisah),
3
mau’izah (penasehat).4 Sebagai kitab petunjuk yang diturunkan dari pencipta
manusia, al-Qur’an berisi petunjuk yang paling sesuai bagi kehidupan manusia.
Manusia akan memperoleh kesuksesan hidup apabila mengikuti petunjuk al-
Qur’an. Sebaliknya, manusia akan terjerumus dalam kesesatan apabila
mengabaikan al-Qur’an.
Salah satu hukum dan ketentuan Allah bagi semua makhluk-Nya adalah
ditetapkannya ujian dan cobaan bagi mereka. Sudah menjadi tabiat kehidupan
dunia dan kehidupan manusia bila manusia tidak akan pernah lepas dari musibah
yang menghampirinya ataupun kesulitan yang melilitnya.5 Sebagaimana firman
Allah:
ىت وٱنأزض ف ستة أبو بهىكى وهى ٱنري خهق ٱنس بء ن عسشهۥ عهى ٱن وكب
مأكى أحس كفسوا ع ٱنر قىن ىت ن ي بعد ٱن ا ونئ قهث إكى يبعىثى
٧يب سحس إ هرا إنب
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan
arsyi (singgahan)-Nya di atas air agar dia menguji siapakah diantara kamu yang
lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekkah),
1 Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Banten: Lentera Hati, 2013), h. 2
2 Sayyid Ibrahim, Tafsir Fathul Qadir Tahqiq dan Takhrij (Jakarta: Pustaka Azzam, t.t), h.
529 3 Al-Furqan/ 25: 1
4 An-Nur/ 24: 34
5 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur’an (Jakarta: Gemainsani,
2006), h. 101
2
sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati, niscaya orang-orang kafir
itu berkata,”ini hanyalah sihir yang nyata”6
Dalam al-Qur’an sangat banyak menjelaskan mengenai musibah. Musibah
merupakan sebuah ujian atau peringatan yang diberikan Allah SWT kepada
umatnya untuk mengetahui seberapa besarkah keimanan umat-Nya. Kuat
lemahnya iman seorang itu dapat dilihat dari cara mereka menyikapi musibah
yang menimpa pada diri mereka. Adapun menurut beberapa mufassir mengenai
musibah, Hamka dalam kitabnya mengatakan bahwa musibah adalah bencana,
baik bencana besar yang terjadi pada alam, seperti gunung meletus, banjir, gempa
bumi, maupun bencana kecil yang terjadi pada manusia seperti sakit dan
tenggelam.7 Sedangkan menurut Imam al-Baidhawî, musibah adalah semua
kemalangan yang dibenci dan menimpa umat manusia.8 Syaikh Muhammad Ali
Ash-Shabuni dalam kitabnya mengatakan bahwa musibah adalah semua peristiwa
yang menyedihkan dan menyakitkan orang mukmin, baik itu berupa kehilangan
harta benda atau penuyakit yang ringan dan berat maupun ditinggal oleh orang-
orang yang dicintai. 9
Di sisi lain musibah juga dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan
sungguh-sungguh atau semakin dekat dengan Rabbnya. Dengan kembali kepada
Allah (inâbah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat
dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik
6 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur’an (Jakarta: Gemainsani,
2006), h. 101 7 Hamka, Tafsir Al-Azhaz Juz XXVII (Jakarta: Pustaka Panjimas, t.t), h. 299
8 Imam al-Baidhawî, tafsir al-Baidawî (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), juz 1, h. 431
9 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, Terj. Yasin (Jakarta: Pustaka Al-Kausar,
2011), jilid I, Cet I, h. 202
3
berupa kefakiran, penyakit dan lainya maka hendaknya berdo’a.10
Allah SWT
menganjurkan umatnya ketika tertimpa musibah baik kecil maupun besar untuk
membaca kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT) yang berbunyi
Innâlillahi wa innâ ilaihi râaji’ûn. Sebagaimana firman Allah SWT:
انأيىال انخىف وانجىع وقص ي ء ي بهىكى بش سات ون فس وانث وانأ
ا ٥١١ ٲوبشس انصببس إذا أصبتهى يصبة نر قبنىا إب نهه وإب إنه زجعى
ة عههى صهىت أونئك ٥١١ وأونئك هى ي زبهى وزح هتدو ٥١٧ ٱن
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar(155). Yaitu orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Innalillahi wa Inna ilaihi
raaji’un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk
(156). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (157).
(QS. Al-Baqarah: 155-157)11
Menurut Syaikh Abdur Rahman al-Sa’di dalam tafsirnya menyatakan
,”Allah SWT memberitahukan, bahwa Dia pasti akan menguji para hamba-Nya
dengan bencana-bencana. Agar menjadi jelas siapa (diantara) hamba itu yang
sejati dan pendusta, yang sabar dan berkeluh-kesah. Ini adalah ketetapan Allah
atas hamba-Nya. Seandainya kebahagiaan selalu menyertai kaum mukmin, tidak
ada bencana yang menimpa mereka, niscaya terjadi percampuran, tidak ada
pemisah dengan orang-orang tidak baik. Kejadian ini merupakan kerusakan
10
Fariq Bin Qaasim, “Hikmah Dibalik Musibah,” artikel diakses pada 15 maret 2017 dari
https://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_hikmah_dibalik_musibah.pdf. html 11
Al-Baqarah/ 2: 157-157
4
tersendiri. Sifat hikmah Allah menggariskan adanya pemisah antara orang-orang
baik dengan orang yang jelek. 12
Di lain ayat juga menjelaskan musibah datang atas seiizin Allah, barang
siapa yang beriman maka Allah akan memerikan petunjuk kepada hati hamba-
Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Sûrah al-Taghâbun ayat 11:
يب بكم شء ٱنههو ۥهد قهبه ٲنههوي ؤي ب ٱنههأصبة ي يصبة إنب بئذ
٥٥ عهى
“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan
izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”(QS. al-Taghâbun)13
Menurut Quraish Shihab, hakikat yang diungkap oleh ayat di atas adalah
sebagai hakikat iman yang menjadi bahasan tentang iman yang merupakan ajakan
al-Qur’an. Iman tersebut adalah mengembalikan segala sesuatu kepada Allah swt
dan bahwa tidak ada yang menimpa seseorang baik atau buruk kecuali atas izin
Allah swt. Dengan demikian, seseorang akan merasa “tangan Tuhan” pada setiap
peristiwa yang terjadi dan melihat “tangan”-Nya pada setiap gerak sehingga
tenanglah hatinya terhadap apa yang menimpanya, baik kesulitan maupun
kesenangan. Ia bersabar dalam kesulitan dan bersyukur dalam kesenangan.14
Berangkat dari beberapa argumen tersebut, penulis fokus melakukan
penelitian pada mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits UIN
12
Media Islam Salafiyyah, “sabar saat tertimpa bencana meluruskan aqidah,” artikel
diakses pada 27 maret 2017 dari https://almanhaj.or.id/2881-sabar-saat-tertimpa-bencana-
meluruskan-aqidah. html 13
Al-Taghâbun ayat 11 14
Ainur Rozin, ”Penafsiran Ayat-Ayat Musibah dalam Al-Qur’an (Studi Analisis
Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah),” (skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan
Humaniora, Universitas Islam Negri Walisonggo 2015), h. 81
5
Jakarta yang secara umum mengkaji nilai-nilai al-Qur’an serta fungsinya bagi
kehidupan. Untuk melihat faktor apa sebenarnya yang membuat al-Qur’an hadir
secara fungsional bagi kehidupan mahasiswa ketika tertimpa musibah. Sehingga
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “pemahaman mahasiswa tafsir
hadits atas ayat-ayat musibah (studi kasus mahasiswa tafsir hadis)”
B. Identifikasi Masalah
Untuk itu penulis menganggap perlu untuk membahas ayat-ayat apa saja yang
berhubungan dengan musibah yang ada dalam al-Qur’an serta solusi menurut al-
Qur’an. Dalam hal ini penulis memfokuskan pada permasalahan-permasalahan
mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis yang mana
secara umum mereka mempelajari dan memahami al-Qur’an, Karena tidak semua
orang yang mempelajari dan memahami al-Qur’an secara teoritis bisa merasakan
fungsi al-Qur’an bagi kehidupan mereka. Diantara sejumlah mahasiswa di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa Tafsir Hadits-lah yang secara akademik
belajar memahami al-Qur’an, dengan sejauh matakuliah yang wajib mereka ambil.
Hanya saja penelusuran awal penulis menunjukkan bahwa tidak semua yang
mempelajari al-Qur’an akan dengan serta merta perilakunya sesuai al-Qur’an,
contoh dalam menghadapi musibah dan cobaan.15
Oleh karena itu timbul
pertanyaan mengapa pengetahuan normatif terhadap al-Qur’an tidak mampu
membawa manusia merasakan fungsi al-Qur’an itu sendiri.
15
Wawancara Pribadi dengan Mahasiswa Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits UIN Jakarta,
19 februari 2017
6
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini tentang pemahaman mahasiswa Tafsir Hadits terhadap ayat
musibah. Di dalam al-Qur’an ada beberapa kata musibah antara lain yaitu
musibah, bala’, azab, dan fitnah disebutkan sebanyak 76 kali, sedangkan ayat-ayat
musibah di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 10 kali. 16
Adapun batasannya
adalah ini akan dibatasi dengan meneliti ayat al-Qur’an Sûrah al-Baqarah ayat
155-157 dan Sûrah al-Taghâbun ayat 11.
1. Sûrah al-Baqarah ayat 155-157
2. Sûrah al-Taghâbun ayat 11
3. Adapun objek penelitian hanya mahasiswa tafsir hadits angkatan 2013
Agar lebih terarah pembahasan ini maka penulis merumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: bagaimana pemahaman mahasiswa
Tafsir Hadits terhadap ayat-ayat musibah serta aplikasi dalam kehidupan mereka
ketika tertimpa musibah?
D. Tujuan Penelitian
Subjek aktifitas yang ditulis oleh seseorang pasti memiliki tujuan tersendiri,
demikian pula halnya dalam pembahasan judul ini penulis mempunyai tujuan
tertentu pula. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pemahaman dan pengamalan mahasiswa Tafsir Hadits dalam
menyikapi musibah
16
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta, Lentera Hati, 2004), h. 616
7
2. Untuk menerangkan tafsiran Sûrah al-Baqarah ayat 155 dan Sûrah al-Taghâbun
ayat 11
3. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama pada jurusan Tafsir
Hadits Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dari hasil penelitian ini akan menambah khazanah pengetahuan
pembaca tentang ayat-ayat musibah khususnya Sûrah al-Baqarah ayat 155 dan
al-Taghâbun ayat 11
2. Diharapkan dari hasil penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca yang ingin
mengetahui pemahaman dan respons mahasiswa yang belajar tafsir secara
formal terhadap musibah yang mereka alami
F. Tinjauan Pustaka
Penulis hanya menemukan beberapa tulisan yang bentuk skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang hanya membahas tentang musibah, diantaranya:
1. Musibah Dalam Al-Qur’an: Studi komparatif penafsiran sayyid
qutb dan ibnu katsir atas Sûrah Al-Hadid ayat 22 dan 23, karya
Mutmainnah, 2010, sebuah skripsi yang menjelaskan musibah-musibah
menurut dua tokoh ulama.
2. Perspektif Al-Qur’an Tentang Musibah (Telaah Tafsir Tematik
Tentang Ayat-Ayat Musibah), karya Ade Tis’a Subarata, 2011, Fakultas
8
ushuluddin Jurusan Tafsir hadits UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
skripsi ini lebih banyak membahas musibah secara keseluruhan atau umum.
3. Musibah Menurut Kajian Sûrah Al-Baqarah ayat 155-157, karya
Layli, 2003, Fakultas Ushuluddin dan filsafat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam skripsi ini lebih banyak membahas tentang bentuk-bentuk
musibah sebagaimana yang di jelaskan dalam Sûrah al-Baqarah.
4. Penafsiran Ayat-Ayat Musibah Dalam Al-Qur’an (studi analisis
penafsiran M. Quraish dalam Tafsir Al-Misbah), karya Ainur Rozin, 2015,
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisonggo Semarang. Dalam
skripsi ini hanya fokus pada pemikiran Quraish Shihab mengenai ayat-ayat
musibah
5. Penafsiran Ayat-Ayat Musibah Menurut Hamka dan M. Qurais
Shiha, karya M. Tohir, 2011, Fakultas Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogjakarta. Dalam tesis ini hanya menjelaskan pandangan dua ulama
tentang musibah yaitu Buya Hamka dan M. Quraish Shihab.
Pembahasan skripsi di atas menjelaskan beberapa tentang musibah, akan
tetapi yang membedakan serta skripsi ini layak diangkat yaitu mencoba
menjelaskan atau mengetahui sejauh manakah pemahaman mahasiswa Fakultas
Tafsir Hadits terhadap pengaruh al-Qur’an bagi kehidupan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian Kualitatif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menemukan pengetahuan terhadap subjek penelitian pada
9
suatu saat tertentu atau mencakup penelaahan dan pengungkapan berdasarkan
persepsi untuk memperoleh pemahaman fenomena sosial dan kemanusiaan.17
Adapun sumbernya yaitu dari kitab-kitab mufassir yang ada hubungannya dengan
yang akan penulis bahas.
2. Metode pengumpulan data
Penulis mengunakan teknik Purposif Sampling, Purposif Sampling adalah
suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat diambil bila analisa
penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat umum. Setiap unsur populasi
harus memilik kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel atau teknik
pengambilan sample berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. 18
untuk merealisasi
teknik tersebut penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Teknik adalah teknik memperoleh informasi secara langsung melalui
permintaan keterangan-keterangan kepada pihal pertama yang dipandang
pertanyaan yang diajukan. Mereka yang dilakukan melalui wawancara ini disebut
responden. Datanya berupa jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Untuk memperoleh informasi itu biasanya diajukan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan yang tersusun dalam daftar.19
17
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004), h, 10 18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h.
187 19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 101
10
3. Lokasi dan waktu penilitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadist,.
Sedangkan waktu yang ditempuh untuk penelitian ini dilaksanakan selama Bulan
1 April sampai 1 mei 2017
4. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada
“Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis membagi
pembahasannya menjadi beberapa bab dengan sistimatika sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, dimana diuraikan latar belakang masalah,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian,
metode penelitian, teknik analisa data, tinjauan pustaka, serta sistematika
penulisan.
Bab kedua adalah memaparkan pengertian musibah, pendapat ulama tentang
musibah, macam-macam musibah, cara menyikapi musibah, serta pandangan
mufassir atas ayat musibah.
Bab ketiga memaparkan tentang profil singkat Fakultas Ushuluddin, dan
Deskripsi Responden.
11
Bab keempat pada bab ini penulis akan menjelaskan bagaiman mahasiswa
mengalami musibah, penerimaan terhadap musibah, pemahaman terhadap ayat-
ayat musibah, rujukan dan signifikansi tafsir, problematika dan tafsir.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran
yang di sertai daftar pustaka dan lampiran-lampiran
12
BAB II
HAKIKAT MUSIBAH MENURUT AL-QUR’AN DAN TAFSIRAN AYAT-
AYAT MUSIBAH
A. Pengertian Musibah
1. Defenisi Musibah
Makna kata musibah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ada dua makna
yang pertama adalah kejadian (peristiwa) menyedihkan yang menimpa. Kedua
yaitu malapetaka, bencana, segala peristiwa dan kejadian menyedihkan yang
menimpa manusa baik berupa banjir, kebakaran, gempa dan lain-lainnya.
Peristiwa-pertistiwa tersebut dapat menimbulkan kerugian berupa harta benda,
kemalangan, maupun kejiwaan setiap yang mengalaminya.1 Sedangkan musibah
dalam bahasa Arab berasal dari kata musibah (arab) atau kata dasar yang terdiri
dari huruf sad, wau dan ba’ sawaba yang mempunyai arti atau lemparan.2
sedangkan musibah menurut bahasa Inggris berasal dari kata disaster. Sedangkan
kata tersebut berasal dari bahasa Yunani, disastro, dis berarti (jelek/buruk) dan
astro yang berarti peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke Bumi.3
1 Syarif Hade Masyah, Lewati Musibah Raih Kebahagiaan (Jakarta: Mizan Publika,
2007), h. 4 2 Al-Rahib al-Asfahani, Mu’jam Mufraddat fi aifadz al-Qur’an (Beirut: dar al-kutub al-
„ilmiyah, 2004), h. 322 3 Muhammad, Manfaat Ketawa, artikel ini diakses pada tanggal pada 12 mei 2017 dari
https://naifu.wordpress.com/2010/06/22/manfaat-ketawa/.hmtl
13
2. Pendapat Ulama Tentang Musibah
A. Pandangan ulama modern mengenai musibah
Menurut Hamka dalam kitabnya mengklasifikasikan musibah dalam dua
kelompok musibah besar dan musibah kecil, musibah besar seperti bencana, baik
bencana besar yang terjadi pada alam, seperti gunung meletus, banjir, gempa
bumi, sedang kan musibah kecil adalah bencana kecil yang terjadi pada manusia
seperti sakit dan tenggelam.4
Ahmad Mustafa al-Maraghi menyatakan bahwa musibah adalah semua
peristiwa yang menyedihkan, seperti meninggalkan seorang yang dicintai dan
disayangi, kehilangan harta benda seperti rumah, harta, atau segala penyakit yang
menimpa seseorang baik ringan maupun berat.5 Sedangkan menurut M. Quraish
Shihab dalam kitabnya mengatakan bahwa musibah adalah ujian berat yang
menimpa seorang atau orang banyak.6
B. Ulama Tasawuf
Menurut Yudi Efendi dalam bukunya, Imam Al-Ghazâlî mengatakan bahwa
musibah adalah segala kendala yang disebabkan oleh manusia sendiri berupa
kesulitan dalam hidup yang menimpa diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena
itu, tidak ada cara lain agar kita selamat dari musibah selain selalu dekat dengan
Allah. Sebab, hanya Allahlah yang Maha Berkehendak apakah seseorang akan
tertimpa musibah atau tidak.7
4 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXVII (Jakarta: Pustaka Panjimas, t.t), h. 299
5 Ahmad Mustafa al-Maraghî, Tafsir al-Maraghî, terj. Anshori U. Sitanggal, Hely Noer
Aly, Bahrun Abu Bakar (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992), juz I, cetII, h. 33 6 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol I (Jakarta: Lentera hati, 2000), h. 34
7 Yudy Efendi, Sabar dan Syukur Rahasia Meraih Hidup Super Sukses (Jakarta: Qultum
Media, 2012), h. 160
14
C. Ulama Fiqh
Dalam skripsinya Mutmainah, Al-Qurtubi mengatakan bahwa musibah
adalah segala sesuatu yang tidak diinginkan oleh orang mukmin dan itu
merupakan bencana baginya.8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa musibah itu adalah suatu
kejadian yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki yang terjadi diluar dugaan
manusia berupa kesusahan atau yang merugikan diri sendiri khususnya. Pada
umumnya semua manusia mengangap bahwa musibah itu sebagai hal yang buruk,
akan tetapi hikmah dibalik itu semua dapat diambil sebagai pelajaran.
3. Kata-Kata yang Semakna dengan Musibah
Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur‟an untuk menunjukkan
sesuatu yang tidak disenangi dan menyatakan bencana yang menimpa manusia.
Antara lain yaitu musibah, bala‟, azab, dan fitnah.9
a. Musibah yaitu sesuatu yang tidak menyenangkan yang menimpa setiap
manusia
b. Secara bahasa bala‟ adalah al-ikhtibar (ujian) atau dalam al-Qur‟an bala‟
digunakan untuk mengambarkan ujian berupa kebaikan maupun
keburukan. Kata bala’ ditemukan dalam al-Qur‟an sebanyak 6 kali
disamping bentuk kata lainnya yang seakar. Kata bala‟ dalam kosa kata
bahasa Arab dan juga kata ibtilaa’ berakar dari satu kata yang sama dan
8 Mutmainah, “Musibah Dalam al-Qur’an studi komperatif penafsiran Sayyid Qutb dan
Ibnu Katsir atas Sûrah al-Hadid ayat 22,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 33 9 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Jilid 2 (Tangerang, Lentera Hati,2010), h.
772
15
bermakna ujian dan cobaan. Kedua kata tersebut berasal dari gramatikal
Arab, yaitu bala’, yabluu atau jarrabahu; yang bermakna uji-menguji.
Akar kata ini pada mulanya berarti nyata/tampak, 10
seperti firman Allah
yauma tubla’ as-Sara’ir (رجي اىسشا ئش ) , yakni pada hari kiamat akan
ditampakkan rahasia-rahasia (QS. at-Thâriq [86]: 9). Namun, makna
tersebut berkembang sehingga berarti ujian yang dapt menampakkan
kualitas keimanan seseorang. Dari 37 ayat yang mengunakan kata bala’
dalam berbagai bentuknya diperoleh beberapa hakikat berikut11
:
Bala‟/ujian adalah keniscayaan hidup. Itu dilakukan Allah, tanpa
keterlibatan yang diuji dalam menentukan cara dan bentuk ujian itu
(sebagaimana halnya setiap ujian). Yang menetukan cara, waktu, dan
bentuk ujian adalah Allah SWT. Yang terdapat dalam Sûrah al-Mulk/
68:2.12
Aneka ujian yang merupakan keniscayaan hidup itu, yang
dijelaskan dalam Sûrah al-Baqarah ayat 155.13
Anugrah yang berupa ujian,
yang jelaskan Allah dalam Sûrah al-Fajr/ 89: 15-17. Bala’/ ujian yang
menimpa sesorang dapat cara Allah mengampuni dosa, menyucikan jiwa
dan meninggikan derjatnya. Yaitu dalam perang uhud tidak kurang dari
tujuh puluh orang sahabat Nabi SAW, yang gugur.
c. Kata Fitnah terambil dari dari akar kata yang berarti membakar. Pandai
emas membakar emas untuk mengetahui kualitasnya. Serta dalam al-
10 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan Dalam Pandangan al-Qur’an (Depok: Gema
Insani, 2014), h. 102 11
M. Quraish Shihab, Menaburkan Pesan Ilahi (Jakarta, Lentera Hati, 2006), h. 397-399 12
Sûrah Al-Mulk/67:2 13
M. Quraish Shihab, Menaburkan Pesan Ilahi (Jakarta, Lentera Hati, 2006), h. 398
16
Qur‟an fitnah digunakan dalam beberapa makna antara lain ujian, godaan,
kekacauan, penganiyaan, kebigungan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata ini diarikan sebagai”Perkataan yang bermaksud
menjelekkan orang.” Tetapi al-Qur‟an tidak sekalipun mengunakannya
dengan makna tersebut. Kitab suci ini pada umumnya menggunakannya
dalam arti siksa atau adzab. Adzab secara bahasa yaitu peringatan dan
hukuman, dalam al-Qur‟an kata adzab biasanya digunakan dalam konteks
hukaman atau siksaan kelak di hari akhir yang mana Allah memberikannya
kepada orang-orang yang ingkar dan orang yang tidak mengimani-Nya. 14
Dari ayat-ayat di atas dapat disimpulkan musibah setiap manusia pasti
mengalami musibah. Bala’ ada yang berupa ujian yang menyenangkan dan tidak
yang datang dari Allah untuk hamba-hambanya yang sedikit melenceng,
sedangkan adzab atau fitnah bagi orang-orang yang kufur yang mana mereka tidak
mengimani Allah dan Rasulnya.
4. Munasabah Ayat-Ayat Tentang Musibah
Dalam al-Qur‟an terdapat sepuluh ayat yang menggunakan bentuk kata
musibah.15
Berikut ayat-ayat musibah
1. Sûrah al-Qashash: 47
ب سسه فقىا سثب ىىب أسسيذ إى ذ أذ ب قذ صجخ ث ا ىىب أ رصج
ؤ ٱى ن زجع ءازل ٤ف
“Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka
disebabkan apa yang mereka kerjakan: Ya Allah kami, mengapa Engkau tidak
14
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Jilid 2 (Jakarta: Lentera Hati, 2010), h.
778 15
M. Quraish Shihab, Menaburkan Pesan Ilahi (Jakarta, Lentera Hati, 2006), h. 394
17
mengutus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan
jadikanlah kami termasuk orang-orang mukmin”. (QS. Al-Qashash: 47)16
Al-Maraghi menjelaskan musibah dalam ayat ini yaitu berupa azab, baik di
dunia maupun di akhirat. Pada ayat diatas al-Maraghî menjelaskan tentang
pengutusan Nabi Muhammad kepada orang kafir untuk mematahkan alasan
mereka, sehingga apabila siksaan Allah datang, maka mereka tidak akan
mendapatkan hujjah lagi. Sebelum Allah mengutus Nabi Muhammad, orang-
orang kafir ketika ditimpa azab berdalih dengan diutusnya seorang Nabi untuk
diikuti dan diimani. Musibah yang menimpa orang-orang kafir Quraisyy yang
membuat mereka menyesali perbuatannya di akhirat.17
2. Sûrah al-Syu‟raâ: 30
صجخ ب أصجن عفا ع مثش ب مسجذ أذن فج
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu”.)18
Dalam jurnal Andri Nirwana, Al-Maraghi menafsirkan bahwa musibah-
musibah di dunia yang menimpa manusia tidak lain sebagai hukuman atas dosa-
dosa yang telah mereka lakukan. Namun Allah memaafkan manusia atas
kejahatan yang telah di lakukan dengan tidak menghukum atas semua kejahatan-
kejahatan tersebut. Allah menjadikan dosa sebagai sebab-sebab yang
menghasilkan akibat. Misalnya peminum khamar akan ditimpa banyak penyakit
jasmani maupun akal di dunia, penyakit itu merupakan salah satu bekas dari dosa
yang dilakukan. Namun hukuman yang menimpa individu-individu di dunia ini
16
Al- Qashash/28: 47 17
Al-Maraghî, Tafsir al-Maraghî, jil 7, h. 176 18
Al-Syu‟raâ / 26: 30
18
tidaklah bersifat umum. Karena sering pula seorang pemabûk yang kecanduan,
ternyata tidak ditimpa satu penyakit pun akibat perbuatan. Sering juga didapatkan
seorang pedagang berkhianat, ternyata tidak ditimpa kerugian dalam
perdagangannya. Dalam keadaan demikian, maka hukuman bagi masing-masing
dari keduanya ditangguhkan sampai hari hisab.19
3. Sûrah al-Baqarah: 155-157
فس اىأ اه اىأ قص اىجع ف اىخ ء ثش ن جي شاد ى اىث
ا ٲثشش اىصبثش صجخ ىز إرا أصجز سجع إب إى ا إب ىي قبى
ىئل د أ صي خ عي سح سث ىئل أ زذ ٤ ٱىDan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar(155). Yaitu orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan Innâlillahi wa innâ ilaihi râaji’ûn.
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (156). Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka
dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (157). (QS. Al-Baqarah:
155-157)20
Allah SWT menyebutkan berbagai macam musibah yang akan ditimpakan
kepada manusia sebagai ujian dalam kehidupan di dunia seperti, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Barangsiapa yang bersabar, niscaya
Allah akan membalasnya. Dan barangsiapa yang berputus asa, niscaya Allah akan
menimpakan hukuman kepadanya. Oleh karena itu Allah berfirman. “dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Maksud dari kata
berikanlah berita gembira kepada orang yang bersabar bahwa Allah akan
19
Andri Nirwana, “Musibah dalam Perspektif al-Qur’an”, h. 145 20
Al-Baqarah/ 2: 155-157
19
memberikan pahala yang berlimpa kepada hambanya yang bersabar saat tertimpa
musibah.21
4. Sûrah Ali-Imran: 165
ب ى صجخ أ أصجزن عذ أفسن إ زا قو ب قيز أ ثي قذ أصجز
قذش عي مو شء ٱىي“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud),
padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-
musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Dari mana datangnya
(kekalahan) ini? “ Katakanlah: “itu dari kesalahan dirimu sendiri”.
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas sesuatu”. (QS. Ali Imran:165) 22
Ayat tersebut menjelaskan kekalahan umat Islam dalam perang Uhud dan
kekalahan orang kafir Quraisy dalam perang Badar. Ketika tujuh puluh pasukan
umat Islam terbunuh diperang Uhud, dan umat Islam kalah, mereka saling
bertanya, mengapa mereka kalah. Tuhan memberitahu mereka bahwa mereka
telah mengalahkan musuh sebesar dua kali lipat dalam perang badar ditahun
sebelumnya. Mereka membunuh tujuh puluh orang dari mereka dan menangkap
tujuh puluh orang juga. selain itu, kekalahan mereka disebabkan oleh perpecahan
dan kurangnya semangat mereka, dan karena tidak patuh kepada pimpinan.23
5. Sûrah al-Nisaa‟: 62
ث فنف جبءك حيف ث ذ أذ ب قذ صجخ ث إرا أصجز ب إىب ٲىي إ أسد
رفقبإحس ا “Maka bagaimana halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa
sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka
datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak
21
Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Darus Sunnah, 2014), jilid
1, h. 439 22
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Tanggerang, Lentera Hati, 2010), h. 50 23
Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an (Jakarta, Al-Huda, 2003), h. 383
20
menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.
(QS. al-Nisaa’: 62)24
Musibah ini menimpa mereka orang munafik disebabkan terungkapnya
rahasia mereka di tengah Jama‟ah Muslim pada masa itu, sehingga mereka
akhirnya terancam disisihkan, direndahkan dan diblokade di tengah masyarakat
muslim. Sebab masyarakat muslim tidak kuat lagi melihat adanya kelompok
orang yang didalam lingkungan mereka mengaku beriman kepada Allah dan
kepada apa yang diturunkan-Nya, tetapi pada kenyataan mereka lebih cendrung
berhukum kepada selain Allah, atau mereka menentang dan menghalagi ketika
mereka diajak untuk berhukum kepada syari‟at Allah. Sikap semacam ini hanya
dapat diterima dalam masyarakat yang tidak memiliki iman dan Islam, iman yang
mereka miliki hanyalah sekedar pengakuan seperti penggakuan orang-orang
munafik ini. Islam yang mereka miliki hanyalah sekedar pengakuan dan nama.
Mugkin mereka ditimpa musibah karena kezaliman yang terjadi pada mereka
sebagai akibat ulah dari berhukum kepada selain Allah yang adil. Mereka kembali
dengan kekecewaan dan penyesalan karena menyelesaikan suatu kepada selain
Allah.25
6. Sûrah al-Nisaa‟: 72
صجخ إ فئ أصجزن جطئ ى ن ى قبه قذ أع ٱىي ع إر ى أم عي
ذ ٤ا ش“Maka bagaimana halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa
sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka
datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, kami sekali-kali tidak
menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.
(QS. al-Nisaa’: 72)26
24
Al-Nisaa‟/ 2: 62 25
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol 2 (Jakarta, Lentera Hati, 2004), h. 482 26
Al-Nisaa‟/ 3: 72
21
Quraisy Shihab mengatakan, ayat di atas menggambarkan sikap orang
munafik saat panggilan jihad, mereka melambat-lambatkan bahkan berat hati jika
diajak ke medan perang. Bahkan mendorong orang lain untuk ikut jejak mereka
agar tidak ikut berjuang karena kelemahan iman mereka. Lebih lanjut Quraisy
Shihab mengatakan ayat ini merupakan kecaman, sekaligus menggambarkan sikap
aneh dari orang-orang munafik, pada saat orang beriman gagal, mereka bersyukur
pada saat kaum muslimin berhasil, mereka sedih..27
7. Sûrah al-Hadid: 22
صجخ ب أفسن إىب ف مزت ٱىأسضف أصبة قجو أ ىب ف
رىل عي ب إ جشأ سش ٱىي
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi ini dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauh mahfudz) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
(QS. al-Hadid: 22).28
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa segala bencana yang menimpa di Bumi
dan dalam diri manusia sudah terdapat dalam catatan sebelum diciptakannya
manusia. Demikian pula mengenai hal yang menyangkut nikmat dikatakan seperti
itu. (Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah).29
8. Sûrah al-Taghâbun: 11
ب صجخ إىب ثئر أصبة ث ٱىي ؤ ٲىي ۥذ قيج ثنو شء ٱىي
عي“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya dia akan memberi
27
Sayyid Quthb, Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an, penerjemah Aunur Rafiq dan Khairul halim
(Jakarta, Fikrah dan Harakah Islamiyah, 2002), h. 196 28
Al-Hadid/ 57: 22 29
M. Amin Syukur, dkk., Theologi Islam Terapan (T.tp.: Tiga Serangkai, t.t.), h. 23
22
petunjuk kepada hatinya dan Allah mengetahui segala sesuatu”. (QS. al-
Taghâbun: 11)30
Dalam ayat ini menjelaskan apapun yang terjadi di tengah alam semeta tidak
lepas dari genggaman Allah. “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa
seseorang, kecuali dengan ijin Allah.” Benar bahwa ayat ini menyebut musibah
sebagai penegakan ketentuan Allah itu. Namun, ketentuan Allah itu bukan hanya
untuk musibah, tetapi juga keberuntungan. Musibah dan keberuntungan dua sisi
kehidupan yang terjadi sepanjang masa keduanya pernah dialami oleh setiap
manusia. Kadang-kadang manusia dirundung atau ditempa oleh musibah, tetapi
kadang-kadang manusia juga beroleh keberuntungan dan kesuksesan hidup.31
9. Sûrah al-Maidah: 106
ب أ ٱىز ن إرا حضش أحذم ذح ث ا ش دءا ٱى صخح ٱى ب ا ٱث ر
غشم إ أز ضشثز ف عذه صجخ ٱىأسضن أ ءاخشا فأصجزن
د برحجس ٱى ث يحٱىص ثعذ ب فقس ٲىي ٱسرجزإ ۦىب شزش ث ا ث
ذح ش ىب نز را قشث ى مب إب إر ٱىي ا ى ٱىأث
“Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi
kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan
oleh dua orang yang adil di antara kamu atau dua orang yang berlainan agama
dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa
bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk
bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu
ragu-ragu “(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga
yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat dan tidak
(pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau
demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa”. (QS. al-Maidah:106)32
30
Yunan Yusuf, Tafsir Al-Qur’an Juz Qad Sami’Allah, Juz XXVIII (Tangerang, Lentera
Hati, 2010), h. 496 31
Yunan Yusuf, Tafsir Al-Qur’an Juz Qad Sami’Allah, Juz XXVIII (Tangerang, Lentera
Hati), h. 497 32
Al-Maidah/ 5: 106
23
maksudnya tentang musibah yang akan menimpa orang-orang yang berpaling
dari hukum yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta Allah SWT.33
10. Sûrah al-Taubah: 50
صجخ رصجل حسخ إ إ رصجل قجو رسؤ ب أشب قىا قذ أخز
فشح ىا ز
“Jika kamu mendapatkan sesuatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang
karenanya, dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: “Se-
sungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi ber-
perang) dan mereka berpaling dengan rasa gembira”. (QS. al-Taubah: 50)34
Dalam buku Quraish Shihab, Al-Biqa‟i berpendapat bahwa ayat ini
merupakan penjelasan mengapa neraka jahannam telah meliputi mereka. Apapun
hubungan yang dipilih, yang jelas adalah hati kecil mereka tidak senang apabila
Rasul menang dalam peperangan bahkan jika sesuatu kebaikkan yang didapatkan
oleh nabi maka kaum musyrik tidak senang. Dan kaum muslim mereka yakin
bahwa siapapun tidak mampu mendatangkan manfaat atau menampik
kemudharatan selain Allah.35
5. Cara Menyikapi Musibah
Setiap manusia yang hidup didunia akan mengalami hal yang sama, baik
beriman maupun kafir terhadap Allah, yakni akan mengalami berbagai macam
musibah. Perbedaannya adalah bagaimana mereka dapat memahami hakekat
musibah itu sendiri kemudian bagaimana menyikapi musibah itu sendiri.
33
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, Penerjemah Azhari
Hatim dan Abdurrahman Mukti (Jakarta, Darus Sunnah, 2015), h. 761 34
Al-Taubah/ 9: 50 35
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta, Lentera Hati, 2004), h. 616
24
Menurut Ahmad Yani, al-Qur‟an sendiri telah menjelaskan kepada manusia
dalam menyikapi musibah, yaitu:36
a. Sabar dan Tawakkal (Spritual)
Al-Qur‟an memberikan petunjuk bagi orang yang beriman hendak ketika
tertimpa musibah harus bertakwa dan bersabar sebagaimana firman Allah SWT
ع ىزس أفسن ىن أ ف ۞ىزجي ٱىنزتأرا ٱىز قجين
ا أر ٱىز مثشأششم عز رىل رزقا فئ إ رصجشا سا ٨ ٱىأ
Artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu,
dan kamu sungguh-sungguh akan mendenggar dari orang-orang yang diberi
kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gannguan yang banyak yang menyakitkan hati jika kamu bersabar dan bertakwa,
Maka Sesungguhnya yang demikian ini Termasuk urusan yang pahit
diutamakan.” (QS. Ali-Imran[3]: 186)37
Allah SWT mengabarkan dan mengarahkan pembicaraan kepada kaum
mukminin bahwasanya mereka akan diuji pada harta mereka berupa infak-infak
yang wajib dan sunnah, dan berupa kemungkinan habis dijalan Allah, dan pada
diri mereka berupa pembanan dengan berbagai beban yang berat diatas sebagaian
besar manusia lain. Seperti jihad dijalan Allah dan kemungkinan adannya
kelelahan, pembunuhan dan tertawan atau terluka. Atau seperti penyakit yang
menimpa pada dirinya atau pada orang yang dicintai. Dan pastilah kalian akan
mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab dan kaum musrikin, berupa
tuduhan pada diri kalian dan pada agama kalian serta kitab kalian juga Rasul
36
Ahmad Yani, “Sikap Muslim Menghadapi Musibah,” artikel diakses pada 13 mei 2017
dari www.ikadi.or.id/component/content/.../1217-sikap-muslim-menghadapi-musibah.pdf 37
Ali-Imran/ 3: 186
25
kalian. Kabar dari Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman itu tentang hal
tersebut.38
Sabar berasal dari Bahasa Arab, yaitu shabara, shabûra, shabran, dan
shabaaratan yang yang berarti menanggung atau menahan sesuatu. Sedangkan
secara syari‟at adalah menahan diri atas tiga perkara yang pertama: (sabar) dalam
mentaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan, dan ketiga:
(sabar) terhadap takdir Allah yang tidak disenangi (musibah).39
Serta janji Allah kepada orang yang bersabar dan bertakwa dalam Sûrah al-
Baqarah ayat 153
ب أ ا ٱىز ٱىصيح ٲىصجشث ٱسزعاءا إ ع ٱىي ٱىصجش
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, Mohonlah pertolongan dengan
sabar dan shalat; sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar
(QS. Al-Baqarah: 153)40
Ini adalah penyertaan khusus dari Allah yang akan menimbulkan cinta,
pertolongan, dan kedekatan Allah kepadanya. Dan ini adalah kedudukan tinggi
dan mulia untuk orang-orang yang sabar dan bertakwa. Andaipun orang-orang
yang bersabar itu tidak mendapatkan keutaman, mereka tetap mendapatkan
penyertaan Allah. Hal ini sudah cukup untuk menjadikanya utama dan mulia dan
Allah barsama orang-orang yang sabar salah satunya ketika dalam menghadapi
musibah41
b. Istirja‟ (Ritual)
38
Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa‟di, Tafsir As-Sa’di (Jakarta, Dar Al-Ashimah,
2007), h. 603-604 39
Abu Sahla, Pelangi Kesabaran (Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010), h. 2 40
Al-Baqarah/ 2: 153 41
Abdullah Al-Yamani, Sabar, Penerjemah Iman Firdaus (Jakarta: Qisthi Press, 2008), h.
115
26
Istirja’ berasal dari kata raja’a yang berarti “kembali” atau mengembalikan
segala sesuatu termasuk musibah dan bencana yang menimpa kepada Allah SWT,
bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini adalah atas kehendak
Allah SWT.
صجخ ٱىز إرا أصجز سجع إب إى ا إب ىي ىئل قبى أ عي
د خ صي سح سث ىئل أ زذ ٤ ٱى“yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan
Innâlillahi wa innâ ilaihi râaji’ûn. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 156-157)42
Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang sabar ketika tertimpa musibah mereka
akan mendapatkan keberkatan berupa petunjuk dari rahmat Allah, serta meyakini
sesungguhnya kami ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Barangsiapa
yang bersabar, niscaya Allah akan membalasnya. Dan barangsiapa yang berputus
asa, niscaya Allah akan menimpakan hukuman kepadanya. Oleh karena itu Allah
berfirman. “dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.43
Hadits Nabi yaitu:
ع خ أ عذ: قبىذ سي سسه س صي اىي اىي عي ب قه سي عجذ
إب فقه صجخ رصج إب ىي إى ساجع أخيف صجز ف أجش اىي
شا ى ب خ إىب أجش ف اىي أخيف صجز شا ى ب خ ب قبىذ في ف أث ر
خ ب قيذ سي ش م سسه أ صي اىي اىي عي فأخيف سي شا ى اىي خ
سسه صي اىي اىي عي سي
Artinya: Dari Ummu Salamah, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda, 'Tidaklah seorang hamba tertimpa musibah lalu ia berkata; Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'un. Ya Allah berilah aku ganjaran dalam
menghadapi cobaan ini dan berilah pengganti yang lebih baik bagiku, melainkan
Allah SWT akan memberinya ganjaran dan pengganti yang lebih baik' Ummu
Salamah berkata, "Ketika Abû Salamah meninggal, aku ucapkan seperti yang
42
Al-Baqarah/ 2: 155-157 43
Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Darus Sunnah, 2014), jilid
1, h. 439
27
telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW padaku, maka Allah memberiku
pengganti yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah SAW." {Muslim 3/37-38}
c. Untuk secara aktual penulis akan menjelaskan secara spesifik dan merujuk kepada
Responden yang akan diwawancari serta dibahas di bab selanjutnya
6. Pandangan Mufassir Terhadap Sûrah Al-Baqarah Ayat 156-157 dan Sûrah
Al-Taghâbun Ayat 11
1. Sûrah Al-Baqarah Ayat 155-157
a. Menurut Ibnu Katsir dalam kitabnya adalah Allah subhanahu wa Ta’la akan
memberi cobaan kepada hamba-hambanya. Oleh karena itu Allah berfirman:
“Pakaian kelaparan dan ketakutan”. Di ayat ini Allah juga berfirman, “Dengan
sedikit ketakutan dan kelaparan”. Yaitu dengan sedikit dari hal tersebut. “Dan
kekurangan harta.” Yaitu kehilangan sebagiannya.” Dan jiwa.”. seperti kematian
teman-teman dekat, karib kerabat, dan orang-orang yang dicintai.” Dan buah-
buahan.” Yaitu kamu tidak dapat memanfaatkan kebun-kebun dan pertanian-
pertanian seperti biasanya. Sebagaimana sebagaian kaum salaf berkata, “Dahulu
sebagian pohon-pohon kurma tidak berubah kecuali satu saja.” Itu semua dan
kasus-kasus yang semisalnya termasuk diantara hal-hal yang Allah gunakan untuk
menguji hamba-hambaNya. Barangsiapa yang bersabar, niscaya Allah akan
membalasnya dengan pahala yang berlimpah. Dan barangsiapa yang berputus asa,
niscaya Allah akan menimpakan hukuman kepadanya. Oleh karena itu Allah
berfirman. “dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.44
Selanjutnya Allah menjelaskan tentang orang-orang yang bersabar yang Allah
syukuri mereka. Allah berfirman,” Orang-orang yang apabia ditimpa musibah,
44
Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 (Jakarta: Darus Sunnah,
2014) h. 439
28
mereka mengucapkan: “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Yaitu mereka
menghibur diri mereka dengan mengucapkan perkataan tersebut terhadap apa
yang menimpa mereka. Mereka mengetahui dan menyadari bahwa mereka mereka
adalah kepunyaan Allah, Dzat yang berbuat terhadap hamba-hambaNya dengan
apa yang dikehendakinya. Mereka juga mengetahui bahwa tidak akan luput satu
biji sawipun dihadapan Allah pada hari kiamat kelak. Sehingga itu semua
menumbuhkan kesadaran dan pengakuan pada diri mereka bahwa mereka adalah
hamba-hamba Allah, dan sesungguhnya mereka akan kembali hanya kepada-Nya
di akhirat. Oleh karena itu Allah mengabarkan tentang balasan yang akan Allah
berikan kepada mereka atas hal tersebut, Allah berfirman,” mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari tuhan mereka,”[157].
Yaitu pujian dari Allah kepada mereka. Sa‟id bin Jubair berkata, ”Ya itu rasa
aman dari siksa nereka.45
b. Pandangan Hamka yaitu sesungguhnya Allah memberikan sesuatu berupa cobaan
seperti ketakutan dalam artian yaitu ancaman berupa penyakit dan ancaman-
ancaman musuh yang mana pada zaman nabi berupa orang musrik dari kota
Makkah. Kelaparan yaitu ketika persedian kebutuhan sehari-hari telah habis dan
kurang. Kekurangan harta benda yaitu sebab umumnya sahabat-sahabat ketika
hendak pindah dari Makkah ke Madinah mereka tidak membawa harta benda.
Jiwa, kematian keluarga, anak istri, bapak. Dan ketika mereka tertimpa musibah
45
Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1 (Jakarta: Darus Sunnah,
2014), h. 440
29
mereka berserah diri kapada Allah dan mereka yakin semua yang mereka alami
akan kembali kepada Sang Pencipta.46
2. Sûrah Al-Thagabun Ayat 11
a. Pandangan Ibnu Katsir dalam kitabnya adalah barangsiapa tertimpa musibah lalu
ia menyadari bahwa itu merupakan ketentuan Allah dan ketetapan-Nya, lantas ia
bersabar, mengharap ridha dari-Nya dan pasrah terhadap ketentuan Allah, niscaya
Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya, menggantikan apa-apa yang telah
luput darinya dalam perkara dunia dengan petunjuk di dalam hatinya, dan
keyakinan yang benar. Bisa jadi akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik
darinya.
Ibnu Abbas berkata, “ firman-Nya, “dan barang siapa beriman kepada Allah,
niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya,”[11]. Maksudnya,
menunjukkan hatinya kepada keyakinan, sehingga ia mengetahui bahwa apa yang
menimpanya tidak mungkin salah, dan apa yang luput darinya tidak mungkin
mengenainya.”47
b. Menurut Ath-Thabari dalam tafsiranya yaitu, tidak ada suatu musibah pun yang
menimpa manusia ٱىي kecuali dengan izin Allah,” yaitu takdir yang telah”إىب ثئر
Allah tetapkan baginya.
c. Menurut Quraish Shihab yaitu tidak ada bencana yang menimpa, baik berkaitan
dengan urusan dunia, maupun agama, kecuali atas izin Allah SWT (penciptaan
sebab dan faktor-faktor bagi terjadinya sesuatu. Ia adalah sistem dan hukum-
46
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz IV (Jakarta, Pustaka Panji Mas, 2000), h. 70 47
Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 6 (Jakarta: Darus Sunnah,
2014), h. 543
30
hukum alam yang yang diciptakan-Nya bagi terjadinya sesuatu. Manusia dapat
memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendirinya), yakni melalui sistem yang
telah ditetapkan-Nya dan yang selalu dibawah kontrol dan pengawasan Allah.
Barangsiapa yang kufur kepada Allah, maka Allah akan biarkan hatinya dalam
kesesatan dan siapa yang beriman dan percaya dan bahwa tidak ada yang terjadi
kecuali atas izin Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk hatinyasehingga
dari saat kesaat ia akan semakin percaya serta tabah menghadapi musibah yang
menimpanya sambil mencari sebab-sebabnya agar jangan terulang serta semakin
meningkat pula amal-amal baiknya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Karena itu, sabar dan tabahlah
menghadapi aneka cobaan serta lakukanlah introspeksi dan taatlah kepada Allah
di setiap tempat dan waktu. Karena itu setiap muslim hendaknya berusaha
memahami hukum-hukum alam dan memanfaatkannya.48
d. Hamka mengatakan inilah pedoman seorang beriman dalam perjuangan hidupnya.
Dengan tegas Allah besabda bahwa Mu‟min tidak boleh cemas bila berhadapan
dengan musibah dan malapetaka. Karena apa jua pun malapetaka tidaklah akan
menimpa kepada diri kita kecuali Allah mengizinkan. Dalam artian apabila
seorang telah beriman kepada Allah maka dia akan mendapatkan petunjuk sebab
Iman hati manusia menjadi terang, atau dipenuhi oleh cahaya. Tuhan Maha segala
hal. Maka berkat cahaya Imanya itu, datang lah sinar petunjuk Tuhan kedalam
hatinya sehingga dia selamat terlepas dari musibah sendiri.49
48
M. Quraish Shihab, Al-Lubab Memahami Tujuan dan Pelajaran dari Sûrah Sûrah Al-
Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati, 2012), h. 293 49
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXVIII (Jakarta, Pustaka Panji Mas, 2000), h. 243-244
31
BAB III
PROFIL MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN
A. Sejarah Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Sejarah Fakultas Ushuluddin tidak dapat dipisahkan dari sejarah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta secara keseluruhan. Cikal bakal Fakultas Ushuluddin di UIN
Jakarta bermula dari jurusan Da’wah wal Irsyad yang berdiri pada tahun 1959
pada masa Akademi Dinas Ilmu agama (ADIA) jurusan ini dikenal sebagai
Jurusan Khusus karena seluruh mahasiswanya terdiri dari imam-imam tentara
baik Angkatan Darat maupun Angkatan Udara. Pada tahun 1960, jurusan ini
dikenal dengan Pendidikan Tjalon Perwira Angkatan Laut (PT PAL) karena
mahasiswa itu berasal dari Angkatan Laut.1
Pada saat pengabungan antara ADIA di Jakarta dan PTAIN (Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri) di Yogyakarta menjadi Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. Pembentukan IAIN ini berdiri
pada tanggal 9 Mei 1960. Jurusan khusus ADIA kemudian dimasukkan kedalam
Fakultas Tarbiyah IAIN Cabang Jakarta. Pada mulanya Fakultas Ushluddin
bergabung dengan Fakultas tarbiyah , namun itu tidak berlangsung lama, karena
pada tahun 1961 dalam rangka melengkapi Fakultas yang ada di cabang Jakarta,
maka dari pihak IAIN Jakarta memutuskan untuk membuka Fakultas Ushuluddin.
1 UIN Jakarta, Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013 (Jakarta: UIN Jakarta,
2012), h. 125
32
Pelaksanaan awalnya dimulai dengan membuka kelas baru pada tahun akademik
1962. Dan pada tanggal 5 November 1962 Fakultas Ushuluddin IAIN Cabang
Jakarta resmi berdiri. Upacara peresmian dihadiri oleh Menteri Agama yaitu K.H.
Saifuddin Zuhri berlangsung di Mesjid Agung al-Azhar, serta dipimpin oleh Prof.
H. M. Toha Yahya Omar, MA.2
Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1989/1990 Fakultas Ushuluddin
mendirikan Jurusan Tafsir Hadits. Seiring dengan banyaknya mahasiswa yang
berminat masuk ke perguruan tinggi khususnya Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Jakarta maka pada tahun 2009 Prodi Sosiologi Agama, dan Prodi
Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dialihkan ke Fakultas
yang baru didirikan, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga Fakultas Ushuluddin dan Filsafat kini hanya
memiliki tiga Jurusan atau Program Studi, yaitu Jurusan/Prodi Perbandingan
Agama, Prodi Aqidah Filsafat, dan Prodi Tafsir-Hadis.3
Adapun Sebagai bentuk reintegrasi ilmu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sejak tahun akademik 2002/2003 menetapkan nama-nama fakultas dan program
studi. Kemudian gelar akademik Program Studi Tafsir Hadis yakni Sarjana
Ushuluddin (S.Ud) Meski begitu, sampai saat ini dari pihak fakultas masih
berusaha mengajukan penolakan atas kebijakan tersebut. Sebenarnya kebijakan itu
sudah lama turun, mengingat dari awal gelar yang sudah berganti-ganti dari Drs,
2 UIN jakarta, Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013 (Jakarta: UIN Jakarta,
2012), h. 125 3 UIN jakarta, Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013 (Jakarta: UIN Jakarta,
2012), h. 126
33
ke S.Ag dan S.Th.I, sekarang harus diganti lagi dengan S.Ud berdasarkan
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Penetapan
Pembidangan Ilmu dan Gelar Akademik Di Lingkungan Perguruan Tinggi
Agama. Namun, dengan berjalannya waktu pada tahun 2016. Maka Gelar
Akademik untuk Jurusan Tafsir Hadits yang semula S. Th. I menjadi S. Ag sesuai
peraturan Menteri Agama RI Nomor 33 tahun 2016 tentang Gelar Akademik
Perguruan Tinggi Keagamaan yang ada di Indonesia.4
Pada tahun 2016, Program Studi Tafsir Hadits dibagi menjadi dua jurusan
yaitu Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Ilmu Hadits. Ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dijabat oleh Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA (2015-2019) dan Sekretaris
dijabat oleh Dra. Banun Binaningrum, M.Pd (2015-2019).5
Sejak berdiri tahun 1962, Fakultas Ushluddin dan Filsafat telah mengalami
pergantian pimpinan (dekan) sebagai berikut: Prof. H.M. Toha Yahya Omar, MA
(1962-1972), Prof. Dr. H. Abdurrahman Partosentono (1972-1973 dan 1979-
1984), Prof. Dr. H. R. Husnul Aqib Suminto (1973-1979), Drs. Roswen Dja’far
(1984-1987), Drs. Djabal Noor (1987-1991 dan 1991-1994), Drs. H. Nadjid
Muchtar. MA (1994-1998), Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA (1998-2002), Prof. Dr.
Amsial Bakhtiar, MA (2002-2006 dan 2006-2007), Dr. M. Amin Nurdin, MA
4 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Membangun Peradaban Melalui al-Qur’an dan Hadits, artikel
diakses pada tanggal 5 juli 2017 dari http://tafsirhadis.ushuluddin.uinjkt.ac.id/?page_id=5 5 Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderan Pendidikan Islam Nomor 3389 Tahun 2013
tentang Penamaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Fakultas dan Jurusan pada Perguruan Tinggi
Agama Islam Tahun 2013; Keputusan Direktur Jenderal Nomor Dj.I/441/2010 tentang Pedoman
Pendirian Perguruan Tinggi Agama Islam; Peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor:
1429 Tahun 2012 tentang Penataan Program Studi di Perguruan Tinggi Agama Islam; dan
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 477 Tahun 2016 tentang Penyesuaian
Nomenklatur Program Studi pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artikel
diakses pada 5 Juli 2017 dari http://tafsirhadis.ushuluddin.uinjkt.ac.id/?page_id=5
34
(2007-2010), Prof. Dr. Zainun Kamal (2010-2014) dan Prof. Dr. Masri Mansoer,
MA (2014-sekarang)
B. Deskripsi Responden
Untuk mengetahui latar belakang mahasiswa, penulis melakukan sebuah
penelitian lapangan dengan menggunakan wawancara. Ada beberapa indikator
antara lain, jenis kelamin, tempat tinggal, usia, asal sekolah. Kemudian yang
dijadikan responden adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2013 jurusan Tafsir Hadits dengan banyaknya responden 10 orang mahasiswa
meliputi 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, angkatan 2013 jurusan Tafsir
Hadist merupakan mahasiswa semester 8. Akan tetapi, responden yang penulis
wawancarai menjadi 9 orang dikarnakan salah seorang responden yang penulis
tidak diketahui keberadaannya. Adapun alasan penulis mengambil sample
mahasiswa Tafsir Hadits karena Diantara sejumlah mahasiswa di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, mahasiswa Tafsir Hadits-lah yang secara akademik belajar
memahami al-Qur’an, dengan sejauh matakuliah yang wajib mereka ambil.
Diantara seluruh angkatan, mahasiswa angkatan 2013 sudah menyelesaikan Mata
Kuliahnya secara keseluruhan berkaitan dengan Tafsir Hadist dan masih aktif di
kampus.
Adapun 10 responden yang penulis wawacarai
1. IAF (Pr) salah seorang mahasiswi tafsir hadits semester VIII
berusia 22 tahun. Dia berasal dari Bengkulu, asal sekolah dari
MAN/MAKN Koto Baru Padang Panjang. Saat ini tinggal di
belakang asrama putri UIN Jakarta jalan Limun.
35
2. SC (Pr) merupakan mahasiswa yang berusia 24 tahun, dia berasal
dari Gresik, Jawa Timur dan asal sekolah Mamba’us Sholihin
Gresik dan saat ini tinggal di Darus Sunnah Putri
3. NW (Pr) merupakan mahasiswi yang berusia 22 tahun yang mana
dia berasal dari Sumatra Barat, asal sekolah dari MTI Pariangan.
Saat ini tinggal gang Limun belakang asrama putri UIN Jakarta
4. AR (Pr) adalah mahasiswi yang berasal dari Jawa, yang mana asal
sekolahnya dari Pondok Pesantren Ummul Quro al-Islami Jl. Moh
Noh Noer, RT.04 / RW.04, Leuwimekar, Leuwiliang, Bogor, Jawa
Barat. Adapun usianya 21 tahun dan tempat tinggal saat ini Pondok
Aren
5. NHA (Pr) adalah mahasiswi yang berusia 23 tahun yang mana asal
sekolah dari MAS Tarbiyatul Muallimin. Saat ini tinggal di
Kampung Utang, Tangerang Selatan. Serta dia berasal dari
Tasikmalaya
6. SAF (L) adalah mahasiswa yang berusia 22 tahun berasal dari
Jobang, Jawa Timur. Adapun usianya 22 tahun, sedangkan asal
sekolah dari MA Madrasatul Quran. Adapun tempat tinggal dia
saat ini di Jalan pepaya 3 nomor 39, Cempaka Putih, Tangerang
Selatan.
7. OV (L) merupakan mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat.
Dahulu sekolah di Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek
yang terletak di Banuh Ampu, Sei Pua, Ladang Laweh,
36
Banuhampu, Kabupaten Agam. Adapun usianya saat ini 23 tahun
dan tempat tinggal Kertamukti Gang Haji Nipan, Tangerang
Selatan
8. N (L) merupakan mahasiswa berasal dari Jawa Tenggah, desa
Kalijurang, kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes yang berusia 22
tahun sedangkan asal sekolah dari MA Al-Hikmah 2 Brebes di
Legoso, Tangerang Selatang.
9. AS (L) adalah salah seorang mahasiswa Tafsir Hadits yang berusia
22 tahun. Dia berasal dari Sumatra Barat, Galo Gandang. Asal
sekolah MAN 2 Batusangkar serta saat ini tinggal di belakang
asrama putra UIN Jakarta.
37
BAB IV
PEMAHAMAN MAHASISWA ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
TERHADAP AYAT-AYAT MUSIBAH
A. Mengalami Musibah
Salah satu hukum dan ketentuan Allah bagi semua makhluk-Nya adalah
ditetapkannya ujian dan cobaan bagi mereka. Sudah menjadi tabiat kehidupan
dunia dan kehidupan manusia bila manusia tidak akan pernah lepas dari musibah
yang menghampirinya ataupun kesulitan yang melilitnya, selama manusia masih
menikmati segarnya menghirup oksigen, maka selama itu pulalah masalah dan
musibah akan menimpanya. Hal yang membedakan setiap musibah itu adalah
bagaimana cara seseorang menyikapi musibah tersebut.1
Ada banyak ragam sikap manusia dalam menyikapi musibah. Begitu juga
dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Secara teoretis, mereka sebenarnya
relatif lebih siap karena dibekali dengan mata kuliah yang mereka ambil dalam
memahami ilmu al-Qur’an dan hadits, namun sikap penghayatan yang berangkat
dari pengetahuan teoretis tentu tidak bisa seragam ada di setiap mahasiswa. Belum
lagi ada banyak ragam musibah yang bisa menimpa seseorang dalam
kehidupannya Di sini, sedikitnya ada banyak ragam bentuk musibah yang
biasanya menghampiri mahasiswa tingkat akhir. Di antaranya adalah rasa
ketakutan, kelaparan, rasa sakit, dan kehilangan jiwa orang yang mereka diangi.
1 Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur’an (Jakarta: Gemainsani,
2006), h. 101
38
Beberapa orang responden yang penulis wawancarai menjelaskan bentuk
musibah yang pernah mereka alami, sebagaian besarnya adalah kematian orang
yang mereka diangi.
IAF (22 tahun) pernah merasakan sebuah peristiwa buruk yang dapat
dikategorikan sebagai musibah saat salah seorang kawan seperjuangannya
meninggal dunia. Kawan yang selalu bersama-samanya dalam menuntut ilmu
semenjak semester 1 ketika mereka sama-sama merasakan pahit getir kuliah,
pahit manis dan suka duka kuliah ternyata tidak bisa terus hidup dan menjalani
jalan hidup yang mereka lalui bersama saat menjadi mahasiswa, ketika Allah
berkehendak lain dengan lebih dulu memanggilnya keharibaan-Nya. Innâlillahi
wa innâ ilaihi râaji’ûn. Teman sejawatnya meninggal pada usia yang masih
sangat muda seperti dirinya, sehingga kematiannya meninggalkan kesedihan yang
cukup mendalam baginya. Pengalaman menyedihkan ini tentu saja merupakan
musibah yang datang dari Allah, karena tidak ada ketetapan nasib yang berada di
luar jangkauannya.2
Jika IAF mengalami musibah dengan wafatnya sejawat dan teman, maka SC
(24 tahun) mengalami musibah dengan wafatnya orang tua. Ayahnya wafat
meninggalkan dia dan anggota keluarganya yang lain, padahal ia adalah tumpuan
dan tulang punggung keluarga. Kepergian ayahnya tersebut meninggalkannya dan
saudara-saudara serta ibunya begitu membekas dalam jiwa. Ia mengenang
ayahnya sebagai sosok orang yang telah mengajarkan kepada ia dan keluarga
tentang arti sebuah perjuangan. Ayahnya dikenang sebagai sosok yang tidak
2 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, IAF. (22 tahun) pada
30 Mei 2017
39
pernah mengenal kata lelah dan putus asa. Ayahnya adalah seorang jagoan di
matanya. Ia adalah lelaki yang paling bisa diandalkan. Ia selalu ada untuknya
sekeluarga, sehingga ketika Allah Sang Khalik telah memanggilnya, maka ia
tentu saja merasakan kesedihan yang sangat mendalam.3
Musibah kehilangan anggota keluarga juga dirasakan AS (22 tahun). Ia
adalah ayah dari ibunya, atau ia memanggilnya dengan sebutan tu “ayah wo”4
yang pergi meninggalkannya menghadap Sang Khalik tepat saat ia masih duduk
di jenjang perkuliahan semester 6. Kehilangan seorang kakek membuatnya
terkenang dan sering merasa sedih adalah lantaran beliau tetap semangat untuk
beribadah ke masjid meski sudah tua. 5
Kehilangan sosok ayah juga dialami OV (23 tahun). Wafatnya sang ayah
menjadi musibah baginya ketika ia mengenang ayahnya sebagai sosok yang
selalu mengajarkan kepadanya bagaimana menjadi seorang lelaki yang sejati,
yang mampu berkata tegas, yang memiliki ego, yang berkeinginan kuat untuk
melindungi keluarga. Beliau pergi menghadap Ilahi ketika ia masih menempuh
semester 6. Waktu kebersamaan bersamanya di dunia ini terlalu cepat berlalu,
meski kemudian dia yakin bahwa rencana tuhan tentu saja lebih indah dari apa
yang dia kira, dan Tuhan lebih menyanyanginya maupun ibu.6
3 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, SC. (24 tahun) pada 5
Juni 2017
4 Menurut salah satu wilayah di daerah Sumatera Barat ayah wo berarti Kakek.
5 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, AS. (22 tahun) pada 2
Juni 2017
6 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, OV. (23) pada 3 Juni
2017
40
Selain kematian, beberapa mahasiswa merasakan musibah dalam bentuk
datangnya penyakit, baik yang menimpa diri mereka sendiri, maupun sakit yang
menimpa orang lain.
NW ( 22 tahun) menyatakan bahwa sebuah pengalaman pahit atau musibah
yang pernah menimpanya dan masih terkenang hingga saat ini adalah
pengalamannya berjuang melawan penyakit dideritanya, yaitu penyakit demam
berdarah yang mana proses pemulihan yang dibutuhkan waktu kurang lebih
selama 2 minggu dan yang mana ia sampai 3 hari harus dirawat di rumah sakit.
Kejadiannya bermula saat ia masih dalam proses menuntut ilmu di UIN Syarif
Hidayatullah tepatnya pada bulan Desember tahun 2016 kemarin, sebelum dia
dilarikan ke rumah sakit, dia sudah mengalami sakit selama seminggu. Awalnya
hanya berupa demam yang naik turun, disertai dengan diare dan mual-mual dan
muntahmuntah. Namun, di hari kedelapan dia sakit, mulailah nampak gejala-
gejala yang mengindikasikan bahwa dia terkena demam berdarah. Melihat kondisi
yang seperti itu, akhirnya kawan-kawan kosan mengantarkan ke rumah sakit
terdekat. Sesuatu yang dia takutkan dan juga dia khawatirkan yang akhirnya
menjadi kenyataan kemudian, bahwa dia harus terkena penyakit DBD. 7
Sementara itu, SAF (22 tahun) menerima musibah yang menimpanya ketika
ibunya menderita suatu penyakit, yaitu stoke, disertai dengan tingginya kadar gula
darah dan juga gangguan jantung. Penyakit stroke yang menimpa beliau terjadi
ketika ia berada di semester satu di UIN Syarih Hidayatullah Jakarta, sedangkan
tingginya kadar gula darah yang menimpa ibunya muncul pada saat ia menjalani
7 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, NW. (22 tahun) pada
30 Mei 2017
41
kulaih di semester 3. Kata dokter, penyakit sroke yang ibunya alami merupakan
akibat kebanyakan minum yang manis-manis. Hari demi hari akhirnya penyakit
yang diderita ibunya semkain bertambah parah saja, sehingga akhirnya ia
sekeluarga meminta ibunya menjalani pengobatan herbal saja, namun yang
terjadi bukan penyakitnya yang sembuh melainkan mengalami sakit jantung
dikarenakan ketergantungan obat herbal tersebut tepatnya pada saat dia semester
6.8
Selain musibah dalam bentuk kematian dan terkena penyakit, masih ada
bentuk lain musibah yang merupakan peristiwa kemalangan yang menimpa para
mahasiwa yang penulis wawancarai. Di antaranya adalah bentuk kemalangan
akibat tindak pidana pencurian.
AR (21 tahun) mengatakan bahwa ia mengalami musibah ketika rumahnya
dia dimasuki maling. Ia merasa bahwa musibah pencurian yang menimpa
keluarganya merupakan bentuk teguran dari Allah agar ia dan keluarga lebih
berhati-hati. Jumlah kerugian yang ia alami saat itu cukup besar, meski begitu ia
dan keluarganya menganggap semua itu sebagai bentuk sedekah saja, sehingga
tidak sedikitpun terbesit dipikirannya bahwa Allah tidak adil dalam kejadian itu.
Ia merasa bahwa semua amalan yang diperintahkan Allah telah semampunya ia
kerjakan bersama keluarganya, namun justru dengan adanya musibah tersebut, ia
kemudian menyadari dirinya sebagai manusia yang harus lebih banyak
bersyukur, karna memang semua yang Allah berikan selama di dunia ini
8 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, SAL. (22 tahun) pada 1
juni 2017
42
hanyalah titipan, maka dengan bersyukur dia menyadari bagaimana caranya ia
bisa lebih memperlakukan titipan itu sebaik mungkin. 9
NHA (23 tahun) juga mengalami musibah dalam bentuk hilangnya barang
miliknya. Musibah yang pernah dialaminya adalah pada saat dompetnya dicopet
ketika pergi ke Jakarta. Ia menganggap musibah yang terjadi akibat
keteledorannya sendiri. 10
Musibah yang menimpa Nas (22 tahun)11
berupa kecelakaan terjadi pada
saat dia hendak ke Jakarta Barat ketika dia semester 7 di UIN, kejadianya di
daerah Condet Jakarta Selatan ketika ia hendak ke rumah family, motor yang dia
kendarai lari dengan kecepatan yang sangat cepat, setelah beberapa meter ada
kendaraan motor lain yang dikendarai oleh orang tua sepasang suami istri yang
mendadak mengurangi kecepatanya. Tiba-tiba motor yang ia kendarai menabrak
motor yang berada di depannya. Alhasil motor yang orang tua kendarai itu rusak
parah dan mereka bertiga mengalami luka ringan, mereka bertiga segara dilarikan
oleh masyarakat yang melihat kejadian tersebut ke rumah sakit terdekat dan dia
menganti rugi kerusakan serta biaya rumah sakit. Itu merupakan musibah yang
pernah dia alami yang mana dia mengalami luka gores di bagian lengan tangan
kanan dan rasa nyeri di bagian kaki. Dia sangat sedih karena tindakan yang
berujung pada kecelakaan membuatnya menganti kerugian yang cukup besar, baik
9 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, AR. (21 tahun) pada 1
Juni 2017
10 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, NHA. (23 tahun) pada
6 Juni 2017
11 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, N. (22 tahun) pada 9
Juni 2017
43
dari bagian administrasi rumah sakit maupun kendaraan yang rusak parah yang di
kendarainya.
B. Penerimaan Terhadap Musibah
Musibah merupakan sesuatu kejadian buruk yang sangat sulit diterima oleh
manusia, seringkali seseorang yang ditimpa suatu musibah atau hal yang ia tidak
sukai dalam beragam bentuknya seperti rasa sakit, kesedihan, atau kemalangan
akibat kehilangan harta benda menyangka bahwa musibah ini merupakan pemutus
harapan dan cita-cita hidupnya. Namun, ternyata suatu saat musibah ini
memberikan hikmah dan berubah menjadi sesuatu yang lebih baik tanpa disangka-
sangka. Hasil wawancara yang penulis lakukan mayoritas mahasiswa Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir 2013 tentang penerimaan mereka terhadap musibah yang
dialami menemukan sebuah hasil bahwa mereka pada awalnya masih kesulitan
untuk bisa menerima kejadian dan musibah tersebut. Beberapa alasan yang
terungkap lantaran menurut mereka musibah itu datang tanpa diiringi oleh
keinginan hati nurani setiap manusia yang mengalaminya atau lantaran musibah
datang secara tiba-tiba. Namun pada akhirnya mereka umumnya menerima bahwa
segala sesuatu yang menimpa mereka telah digariskan oleh Allah sebelumnya di
Lauh Mahfuz, sehingga menjadi kewajiban mereka untuk selalu belapang dada
saat menerimanya.
IAF (22 tahun) Percaya bahwa musibah yang menimpanya adalah ujian
yang datang dari Allah SWT yang memang telah digariskan sebelumnya. Akan
tetapi memang pada awalnya dia kurang bisa menerima ketentuan ini, sekaligus
tidak percaya bahwa temannya yang sedari semester 1 berjuang bersama-samanya
44
telah dipanggil oleh Allah Yang Maha Kuasa. Akan tetapi pada akhirnya dia
berusaha kuat menerima ketentuan tersebut, karena ia percaya bahwa maut adalah
sesuatu yang telah digariskan oleh Allah sebelumnya di Lauhulmahfuz.12
Tentang penerimaannya terhadap musibah yang dialaminya, AR
menegaskan bahwa musibah yang pernah dialaminya, yaitu ketika rumahnya dia
kemasukan maling, menurutnya merupakan bentuk teguran dari Allah agar dia
dan keluarganya lebih berhati-hati lagi dalam bertindak. Hikmah yang bisa dipetik
dari kejadian kehilangan harta benda yang menimpa ia dan keluarganya adalah
agar ia menjadi manusia yang lebih bersyukur lagi dengan nikmat dan anugerah
yang sudah diterima. Ia percaya bahwa apa yang sudah diberikan oleh Allah
selama hidup di dunia ini hanyalah titipan semata, sehingga dengan datangnya
musibah maka dia selaku manusia menemukan cara bagaimana agar ia bisa
memperlakukan titipan itu dengan sebaik mungkin.13
Sementara itu, dalam menerima ketentuan bahwa ia harus terkena penyakit
DBD, NW menjelaskan bahwa musibah itu datang secara tiba-tiba. Pada awalnya
ia tidak bisa menerima hal tersebut karena musibah yang dia alami berupa
penyakit demam berdarah (DBD) itu dirasakan sebagai rasa sakit yang sangat
berat. Padahal selama itu ia selalu menjaga pola hidup sehat, sehingga hatinya
bertanya-tanya kenapa penyakit ini datang juga, dan banyak pertanyaan-
pertanyaan lain dalam bentuk tidak terima yang datang dari pikirannya saat itu.
Tetapi, saat itu juga ia beristigfar dan memohon ampun kepada Allah, karena
12
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, INA. (22 Tahun) pada
30 Mei 2017
13 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, AR. (21) pada 1 juni
2017
45
tindakan yang dibuatnya dengan tidak meneriam musibah adalah langkah yang
salah. Sebagai orang yang tengah menuntut ilmu dan mengerti tentang ketentuan
taqdir Allah, ia seharusnya bisa lebih bersabar dengan datangnya penyakit atau
keburukan apapun yang menimpa dirinya.14
Responden lain yang berinisial NHA mengatakan bahwa musibah yang
pernah dialaminya disikapi dengan sikap sabar dan tawakkal. Ia menceritakan
bahwa ia mendapatkan musibah saat dirinya dicopet ketika dia hendak kembali
ke Jakarta, tepatnya setelah ayahnya meninggal dunia. Menerima kemalangan itu,
ia hanya bisa bersabar dan tawakkal serta menerima segala ketentuan yang Allah
berikan kepadanya akibat keteledorannyayang tidak menjaga barang miliknya
dengan seksama.15
Rasa berat menerima musibah juga dirasakan oleh SC (24 tahun). Ia
menegaskan bahwa musibah yang menimpanya ketika Ayahnya harus pergi
meninggalkan dia dan seluruh anggota keluarga karena harus kembali ke haribaan
Allah SWT. Pada mulanya, dia tidak percaya bahwa ayahnya telah tiada, akan
tetapi ia mulai berfikir segala sesuatu yang menimpanya tentu memberikan
hikmah di sebaliknya. Dia sebagai mahasiswa harus bisa bersabar menerima
kenyataan itu karna banyak yang bisa dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur’an saat
tertimpa musibah, sehingga ia harus bersabar dan tentu saja ikhlas menerimanya.16
14
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, NW. (22 tahun) pada
30 Mei 2017
15 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, NHA. (23 tahun) pada
6 Juni 2017
16 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, SC. (24 tahun) pada 5
Juni 2017
46
Pengalaman yang sama juga dialami oleh OV. Pada mulanya, ia tidak
percaya bahwa ayahnya telah tiada. Ia kaget dan sangat bersedih karena beliau
tidak mengalami penyakit apapun dan usia beliau masih terbilang muda yaitu 50
tahun. Namun sebagai makhluk Allah manusia tidak bisa memaksakan kehendak
Allah, karena setiap yang hidup pasti akan mati. Baginya, segala yang ada dibumi
ini merupakan milik Allah, dan Ia berhak kapan saja dan di mana saja akan
mengambil titipanya tersebut. Ia bersama keluarga berusaha mengambil sikap
sabar dan ikhlas menerima cobaan yang menimpanya sekeluarga, karena ia juga
yakin pasti akan ada hikmah dibaliknya.17
Kesabaran juga merupakan sikap yang berupaya untuk ditunjukkan oleh
SAF . Ia mengatakan bahwa musibah yang tengah dialaminya, yaitu ketika sosok
orang yang paling tangguh di dunia ini dan orang yang paling ia cintai adalah
ibunya, kini beliau sedang berusaha melawan penyakit yang dideritanya yaitu
stroke, tingginya kadar gula dalam darah, dan gangguan jantung akibat pengaruh
obat. Dia berharap dan berdoa kepada Allah yang Maha segalanya agar seluruh
penyakit yang tengah diderita oleh ibunya dapat segera diangkat, sehingga ibunya
bisaberada dalam kondisi sehat seperti semula. Dengan semua harapan itu, dia dan
semua anggota sekeluarganya bisa melihat kembali senyum manis seorang ibu.
Dia yakin dibalik semua yang menimpa dirinya dan keluarganaya tersebut akan
selalu ada hikmah di sebaliknya, karena baginya penyakit yang diderita oleh
ibunya adalah Takdir yang telah digariskan oleh Allah yang tidak bisadisalahkan
datanhnya. Adapun tindakan yang ia ambil dalam menerima musibah itu adalah
17
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, OV. (23) pada 3 Juni
2017
47
dengan cara bersabar, karena dari kecil ia telah diajarkan oleh orang tuanya untuk
bisa senantiasa bersabar. Ia juga tidak mau ayah dan ibunya terbebani dengan
beban pikiran jikalau ia bersedih memikirkan kemalangan nasib yang menimpa
ibunya tersebut.18
AS (22 tahun) menangapi musibah yang menimpanya dengan kematian
ayah wo menghadap Sang Khalik dengan cara memasrahkan semuanya kepada
Allah SWT karena dibalik ini semua ada hikmahnya, seraya ia menyadari,
sebagimana dikatakan al-Qur’an, bahwa setiap orang yang hidup akan mati.”20
NAS (22 tahun) pada mulanya tidak percaya dengan musibah yang telah
menimpa dirinya, dikarenakan pada saat itu ia sudah berhati-hati dan kecepatan
motornya. Ia merasa bahwa ia menjalankan motornya tidak terlalu kencang akan
tetapi Tuhan berkata lain.
C. Pemahaman Mahasiswa terhadap Ayat-ayat Musibah
Pertanyaan yang menjadi inti dari ulasan dalam skripsi ini adalah bagaimana
pemahaman mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2013 terhadap ayat-
ayat musibah? Dalam tahap awal penulis menguji bagaimana pemahaman mereka
secara teoretis terhadap ayat-ayat musibah, khususnya QS 2: 155-157 dan QS 64:
11.
Secara umum, para mahasiswa yang menjadi responden penelitian ini sudah
pernah mendengar bunyi QS Sûrah al-Baqarah yang terkait dengan musibah.
Secara umum mereka juga sudah memahami maksud dari ayat tersebut, sehingga
18
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, SAF. (23) pada 1 juni
2017
20 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, AS. (22 Tahun) pada4
juni 2017
48
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka akan mengucapkan kata
istirja’ atau innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn. Seiring dengan kedewasaan sikap
dan taraf intelektualitas mereka saat menempuh jenjang perkulihan, mereka juga
nampaknya cukup memahami makna dari ayat-ayat tersebut.
IAF mengaku pernah membaca Sûrah al-Baqarah ayat 155-157 yang mana
menurutnya maksud dari ayat tersebut adalah bahwa manusia akan diuji dengan
berbagai macam ujian, kelaparan, ketakukan, kehilangan harta benda, serta
kehilangan orang-orang yang kita cintai saat manusia tertimpa musibah yang
dijelaskan ayat-ayat sebelumnya, maka hendaklah seseorang bisa mengucapkan
innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn sebagaimana dijelaskan di dalam ayat
sesudahnya, karena segala sesuatu yang ada di dunia ini hanya milik Allah
semata, dan saat tertimpa musibah hendaklah manusia bisa bersabar. Ia juga
percaya bahwa Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda bagi mereka
yang bersabar saat tertimpa musibah..21
Sementara itu, AR mengatakan bahwa ia pernah membaca ayat-ayatnya,
dan yang paling melekat dipikirannya mengenai ayat tersebut yaitu lafazh innā
lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn., Menurutnya, ayat ini menjelaskan untuk tidak
pernah takut dengan musibah yang menimpa seseorang, baik berupa kelaparan,
ketakutan hilang harta benda, dan kehilangan nyawa, karena semua yang ada di
dunia ini akan kembali kepada Sang Penciptanya. Yang lebih penting lagi adalah
harus bisa menyikapinya dengan bersabar saat musibah itu menimpa. Masih
21
Wawacara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, INA. (22 Tahun) pada
30 mei 2017
49
menurutnya, janji Allah kepada orang yang sabar saat ditimpa musibah adalah
bahwa Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda.
NW memiliki pemahaman yang mirip dengan Atina bahwa Allah akan
menguji hamba-hamba-Nya dalam bentuk kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Serta saat tertimpa musibah harus mengucapkan kata istirja’ innā
lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn. Alasan yang diungkapkannya adalah lantaran segala
sesuatu yang ada dimuka bumi adalah milik Allah dan kepada Allahlah kita akan
kembali. Baginya, barang siapa bersabar saat tertimpa musibah, maka Allah akan
memberikanya pahala yang tiada terukur. Serta berilah kabar gembira kepada
orang yang bersabar saat tertimpa musibah bahwa akan besarnya pahala orang
yang bersabar”.22
SC juga mengatakan bahwa ia pernah membaca Sûrah al-Baqarah ayat 156-
157 yang mana menueut apa yang ia pahami dari redaksi kata ayatnya yaitu setiap
akan diuji oleh Allah SWT berupa kelaparan, ketakutan dan kehilangan orang
yang didiangi, serta hendaklah saat tertimpa musibah mengatakan innā lillāhi wa
innā ilaihi rāji’ūn, yang menurutnya adalah sebuah ungkapan kembali kepada
Sang Pencipta. Menurutnya, segala yang ada di dunia pasti akan kembali kepada-
Nya dan orang yang menerima ujian harus bersabar. Barang siapa yang bersabar
maka Allah akan memberikan pahala yang berlimpah.23
OV juga pernah membaca Sûrah al-Baqarah ayat 155-157 yang mana
maksud dari ayat ini yaitu apabila seorang tertimpa musibah hendaklah
22
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, NW. (22 tahun) pada
30 Mei 2017
23 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, SC. (24 tahun) pada 5
Juni 2017
50
mengucapkan kalimat “kembali kepada Allah SWT” atau innā lillāhi wa innā
ilaihi rāji’ūn, serta harus bisa bersabar saat tertimpa musibah, karena Allah akan
memberikan pahala yang sangat melimpah bagi hambanya yang bersabar saat
tertimpa musibah. Dia hanya memahami makna ayat secara global, dan ia
mengaku belum pernah membaca tafsiran mufassir mengenai ayat tersebut.24
Pemahaman yang lebih mendalam nampaknya didapati dari diri SAF, di
mana ia mengaku pernah mempelajari tafsir Jalalain juz 2.25
Ia mengatakan bahwa
berdasarkan pemahamannya, maksud dari ayat tersebut yaitu segala sesuatu yang
ada di diri kita hanyalah milik Allah, jadi Allah berhak kapan saja Dia akan
mengambil miliknya tersebut. Menurutnya, sebagai orang yang beriman maka
hendaknya kita saat tertimpa musibah harus bersabar.26
AS mengatakan bahwa pemahaan yang bisa diambil dari ayat itu adalah
bahwa Allah akan menguji hamba-Nya dalam bentuk kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Serta saat tertimpa musibah harus mengucapkan kata
istirja’ innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn. Baginya, segala sesuatu yang ada di
muka bumi adalah milik Allah dan kepada Allahlah kita akan kembali.
Ditambahkan pula bahwa akhir ayat menjelaskan saat tertimpa musibah kita
manusia harus bersabar, dan ganjaran bagi mereka yang bersabar Allah akan
memberikan pahala yang melimpah.27
24
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, OV. (23) pada 3 Juni
2017
25 Tafsiran jalalain memiliki dua juz, sedangkan tafsiran al-Baqarah adanya di juz 1
26 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, SAL. (22 tahun) pada
1 juni 2017
27 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, AS. (22 tahun) pada 2
Juni 2017
51
NAS juga mengatakan bahwa ia pernah membaca ayat-ayat tersebut, meski
ia mengklarifikasi bahwa hal itu disebabkan karena ia hafal ayat tersebut, yang
mana penjelasan ayat tersebut apabila tertimpa musibah hendaklah mengucapkan
kata istirja’ suatu ungkapan kembali kepada Allah SWT. Allah akan menguji
hambanya berupa kelaparan, ketakutan, dan ditinggal pergi oleh orang yang dia
kita cinta. Barang siapa tetimpa musibah kata Allah maka hendaklah
mengucapkan innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn, maka Allah akan mengantikan
pahala yang sangat melimpah bagi hambanya yang bersabar.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa berkenaaan dengan QS 2: 155-157
didapati temuan bahwa para mahasiswa yang menjadi objek penelitian ini secara
umum memahami maksud ayat ini dengan baik, sehingga tindakan yang
seharusnya dilakukan saat menerima musibah dan sikap yang harus diambil
berkaitan dengan penerimaan musibah sebagai bagian dari ketentuan Allah
haruslah disertai dengan sikap sabar yang berbuah pahala besar jika ikhlas
menerimanya.
Adapun untuk pemahaman mereka terkait dengan Sûrah al-Taghâbun ayat
11, dari 10 responden yang penulis wawancarai hanya ada dua mahasiswa saja
yang pernah membaca ayat tersebut. Hal ini juga berpengaruh pada pemahaman
terhadap ayat ini sebagaimana dinyatakan bahwa menurut IAF bahwa “Tidaklah
ujian atau musibah akan menimpa manusia kecuali atas izin Allah atau tidak ada
52
bencana yang menimpa, baik berkaitan dengan urusan dunia, maupun agama,
kecuali atas izin Allah SWT sebab Dialah yang Maha segalanya”29
Sementara itu, menurut AR, “Ayat tersebut menjelaskan bahwa semua
bentuk musibah yang menimpa kita semua atas izin Allah, maka tentu kita mampu
melewatinyanya karena janjiAllah dalam al-Qur’an menyebutkan jika Allah tidak
akan memberikan ujian pada hamba di luar batas kemampuan hambanya.”30
D. Rujukan dan Signifikansi Tafsir
Al-Quran perlu dipahami, dan oleh karenanya diperlukan tafsir atasnya.
Beragam bentuk, pendekatan dan cara penafsiran telah ditunjukkan oleh para ahli
tafsir (mufassir) dengan segalan kelebihan dan kekuranganya, dan ternyata belum
memuaskan rasa haus para pencintanya untuk mengali makna yang terkandung di
dalam al-Qur’an. Oleh karenanya, para mufassir senantiasa berupaya menemukan
kaedah penafsiran yang paling tepat untuk memahami kandungan (makna) al-
Qur’an dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda.
Hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap mahasiswa Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir angkatan 2013 didapati bahwa secara keseluruhan mereka memahami
maksud dari ayat musibah tersebut, terutama yang terkait dengan bacaan dan yang
dikandung oleh Sûrah al-Baqarah ayat 155-157. Adapun rujukan tafsir yang
mereka gunakan hanay didapati dalam 3 ulasan dari 10 responden yang penulis
wawancarai. Dari jumlah 3 itu, mereka mengunakan rujukan tafsiran kitab Ibnu
29
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, INA. (22 Tahun) pada
30 Mei 2017
30 Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, AR. (21 tahun) pada 1
Juni 2017
53
Katsir, Tafsir Jalalain. Sedangkan 7 sisanya mengunakan pemahaman mereka
sendiri berdasarkan makna terjemahan ayat-ayatnya.
Didapati kesesuaian antara jawaban mahasiswa terhadap pertanyaan yang
penulis ajukan dalam wawancra dengan pemaparan dalam tafsir Ibnu Katsir. Ibn
Katsir menjelaskan tafsiran Sûrah al-Baqarah ayat 155-157 tersebut sebagai
berikut. ”Ibnu Katsir Rahimahullah berkata mereka menghibur diri dengan
mengucapkan innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn yang mereka adalah milik Allah
dan kepada Allahlah mereka akan kembali. Selanjutnya Allah menjelaskan
tentang orang-orang yang bersabar. Mereka mengetahui dan menyadari bahwa
mereka mereka adalah kepunyaan Allah, Dzat yang berbuat terhadap hamba-
hambaNya dengan apa yang dikehendakinya. Mereka juga mengetahui bahwa
tidak akan luput satu biji sawipun dihadapan Allah pada hari kiamat kelak.
Sehingga itu semua menumbuhkan kesadaran dan pengakuan pada diri mereka
bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah, dan sesungguhnya mereka akan
kembali hanya kepada-Nya di akhirat. Oleh karena itu Allah mengabarkan tentang
balasan yang akan Allah berikan kepada mereka atas hal tersebut, Allah
berfirman,” mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari tuhan mereka,”[157]. Yaitu pujian dari Allah kepada mereka. Sa’id bin
Jubair berkata, ”Ya itu rasa aman dari siksa nereka.31
Sementara itu rujukan yang didapat dari tafsir Jalalain didapati temuan “
(155) Sungguh kami akan memberikanmu cobaan berupa sedikit ketakutan
31
Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Darus Sunnah, 2014), jilid
1, h. 440
54
terhadap musuh, kelapara, kekurangan harta, penyakit, serta kematian, artinya
kamai akan menguji kamu, apakah kamu bersabar atau tidak, serta ganjaran bagi
mereka yang bersabar akan mendapatkan surganya Allah. (156) yaitu apabila
mereka tertimpa musibah, maka mereka akan mengucapkan innā lillāhi wa innā
ilaihi rāji’ūn ketika tertimpa musibah, amak ia akan diberikan pahala oleh Allah
dan diiringi-Nya dengan kebaikan. (157) mereka itulah yang mendapatkan yang
mendapat selawat artinya ampunan dari tuhan mereka atau nikmat dan merekalah
orang-orang yang mendapat petunjuk ke arah yang benar.
Mengenai signifikasi penafsiran, penulis mendapati bahwa wawancara yang
penulis lakukan di atas menunjukkan bahwa para mahasiswa tersebut ketika
menghadapi musibah mereka dapat dianggap telah mengamalkan apa yang
diajurkan oleh al-Qur’an yang mana apabila tertimpa musibah hendaklah
bersabar, karena didapati penjelasan dalam tafsirnya bahwa pahala bagi mereka
saat bersabar berupa pahala yang berlimpat ganda.
E. Problematika dan Solusi
Hasil wawancara keseluruhan yang penulis lakukan terhadap mahasiswa
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2013 menegaskan bahwa manusia tidak bisa
dilepaskan dari yang namanya musibah, akan tetapi yang membedakan satu
dengan yang lainnya adalah bagaimana mereka menanggapi musibah itu.
Secara ilustratif al-Qur’an telah memberikan gambaran bagaimana musibah
menimpa manusia sebagai cobaan dan problematika yang harus dihadapi. QS 2:
155-157 Allah subhanahu wa Ta’la memberi cobaan kepada hamba-hambanya.
dengan “Pakaian kelaparan dan ketakutan”, begitu juga dengan “sedikit ketakutan
55
dan kelaparan”, serta “kekurangan harta” ataupun “kehilangan jiwa”. Semua itu
merupakan beberapa gambaran bagaimana Allah memberikan cobaan untuk
menguji hamba-hamba-Nya.
Selain menggambarkan problematika hidup dalam bentuk datangnya
musibah, al-Qur’an juga memberikan solusi dalam menghadapinya. Ditegaskan
bahwa “Barangsiapa yang bersabar, niscaya Allah akan membalasnya. Dan
barangsiapa yang berputus asa, niscaya Allah akan menimpakan hukuman
kepadanya. Oleh karena itu Allah berfirman. “dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.”33
Selanjutnya Allah menjelaskan tentang orang-
orang yang bersabar dan mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada mereka.
Sikap sabar dan syukur yang menjadi tawaran solusi dalam menghadapi musibah
menumbuhkan kesadaran dan pengakuan pada diri mereka tentang status mereka
sebagai hamba-hamba Allah, dan sesungguhnya mereka akan kembali hanya
kepada-Nya di akhirat nanti. Oleh karena itu Allah mengabarkan tentang balasan
yang akan Allah berikan kepada mereka atas hal tersebut, Allah berfirman,”
mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari tuhan
mereka,”.34
Sedangakan solusi yang dijelaskan al-Qur’an saat tertmpa musibah terdapat
dalam QS 63: 11. Tidak ada bencana yang menimpa, baik berkaitan dengan
urusan dunia, maupun agama, kecuali atas izin Allah SWT (penciptaan sebab dan
faktor-faktor bagi terjadinya sesuatu. Ia adalah sistem dan hukum-hukum alam
33
Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Darus Sunnah, 2014), jilid
1, h. 439
34 Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Darus Sunnah, 2014), jilid
1, h. 439.
56
yang yang diciptakan-Nya bagi terjadinya sesuatu. Manusia dapat
memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendirinya), yakni melalui sistem yang
telah ditetapkan-Nya dan yang selalu di bawah kontrol dan pengawasan Allah.
Barangsiapa yang kufur kepada Allah, maka Allah akan biarkan hatinya dalam
kesesatan dan siapa yang beriman dan percaya dan bahwa tidak ada yang terjadi
kecuali atas izin Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk hatinya sehingga
dari saat kesaat ia akan semakin percaya serta tabah menghadapi musibah yang
menimpanya sambil mencari sebab-sebabnya agar jangan terulang serta semakin
meningkat pula amal-amal baiknya. Allah Maha kuasa atas segala sesuatu dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Karena itu, sabar dan tabahlah
menghadapi aneka cobaan serta lakukanlah introspeksi dan taatlah kepada Allah
di setiap tempat dan waktu. Karena itu setiap muslim hendaknya berusaha
memahami hukum-hukum alam dan memanfaatkannya.35
Pemahaman yang baik terhadap makna ayat-ayat musibah di atas
memberikan bekal yang cukup bagi para mahasiswa dalam menyikapi musibah
yang menimpa mereka. Penulis mendapati bahwa hasil wawancara yang penulis
lakukan terhadap para mahasiwa di atas menunjukkan pada suatu hasil bahwa para
mahasiswa tersebut ketika menghadapi musibah mereka dapat dianggap telah
mengamalkan apa yang diajurkan oleh al-Qur’an, yaitu bahwa apabila tertimpa
musibah hendaklah mereka bersabar, karena didapati penjelasan dalam tafsirnya
bahwa pahala bagi mereka saat bersabar berupa pahala yang berlipat ganda.
35
M. Quraish Shihab, Al-Lubab Memahami Tujuan dan Pelajaran dari Sûrah Sûrah Al-
Qur’an (Tanggerang, Lentera Hati, 2012), h. 293
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil wawancara keseluruhan yang penulis lakukan adalah mahasiswa Tafsir
Hadits angkatan 2013 mereka mengatakan bahwa setiap manusia tidak lepas dari yang
namanya musibah, akan tetapi yang membedakannya yaitu bagaimana mereka
menanggapi musibah itu sendiri. Adapun musibah-musibah yang terjadi kepada atau
mahasiswa pengakaji al-Qur’an berupa kelaparan, kehilangan harta benda, dan
kematian orang-orang yang mereka sayangi. musibah-musibah tersebut merupakan
musibah yang pernah mereka alami, serta tindakan mereka ketika tertimpa musibah
ada yang sedih, dan tindakan tidak terima akan musibah yang menghampirinya.
Terkhusus, bagi mereka yang ditinggal oleh orang tua yang telah mendidik mereka
dengan kasih sayang pergi meninggalkan mereka.
Adapun tindakan mahasiswa secara keseluruhan pada mulanya mereka tidak
menerima musibah yang menimpa mereka, karena munurut mereka sifat alami
manusia tidak lepas dari sifat keluh kesah akan tetapi seiring waktu berjalan mereka
merasakan bahwa segala yang ada di dunia ini akan kembali kepada Sang Khalik,
serta mereka akan besabar dan ikhlas. Ketika menghadapi musibah mereka
mengamalkan apa yang diajurkan oleh al-Qur’an yang mana segala apa yang terjadi
muka bumi ini atas kehendak Allah. Mereka dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat
musibah dan menerapkan bagi kehidupan sehari-hari serta tertolong saat mereka
dilanda musibah itu sendiri.
Pemahaman mereka sebagai mahasiswa yang secara teoritis mempelari ayat
al-Qur’an. Mereka sangat memahami dan mengamal surat al-Baqarah ayat 155-157
yang mana menurut mereka apabila tertimpa musibah harus mengucapkan kata
58
Istirja’ Innâlillahi wa innâ ilaihi râaji’ûn serta ganjaran pahala yang berlimpah bagi
mereka yang bersabar saat tertimpa musibah. Sedangkan ayat al-Taghâbun yang mana
hanya dua mahasiswa yang memahami atau mengunakan tafsiran dari para mufassir.
Adapun yang lainnya, hanya memahami dari makna ayat dari pemahaman mereka
yang telah mereka pelajari selama duduk di bangku perkuliahan yaitu segala sesuatu
yang ada di muka bumi ini atas kehendak Allah begitupun juga musibah, musibah itu
sendiri datang atas izin Allah SWT. Dan barang siapa yang beriman, maka Allah akan
memberi petunjuk kepada hatinya atau Allah akan memberikan ganti yang lebih baik
dari apa yang telah menimpa mereka. Serta mereka mengelompok sabar menjadi 3
yaitu sabar menghadapi perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan
bersabar saat tertimpa musibah.
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan Tafsir Hadits angkatan 2013 sudah menjadikan al-
Qur’an sebagai pedoman, petunjuk atau solusi dalam kehidupan sehari-hari mereka
serta saat mereka mengalami musibah.
B. Saran-saran
1. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah hanya mengkaji 2 ayat solusi saat
tertimpa musibah. Agar penelitian selanjutnya bisa mengkaji ulang tentang solusi dari
musibah dari ayat-ayat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Al-Asfahani, Al-Rahib, Mu’jam Mufraddat fi aifadz al-Qur’an, Beirut: Dar al-Kutub
al-„ilmiyah, 2004.
Al-Baidawiy, Imam, Tafsir al-Baidawî Juz 1, Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir, Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar, Penerjemah Azhari
Hatim dan Abdurrahman Mukti, Jakarta: Darus Sunnah, 2015.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, terj. Anshori U. Sitanggal, juz I,
cetII, Hely Noer Aly, Bahrun Abu Bakar, Semarang: PT Karya Toha Putra,
1992.
Al-Qardhawî,Yusuf, Bagaimana Berintekrasi Dengan Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka
Al-Kausar, 2000.
Al-Yamani, Abdullah, Sabar, Penerjemah Iman Firdaus, Jakarta: Qisthi Press, 2008.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali, Shafwatut Tafasir, Terj. Yasin jilid I, Cet I, Jakarta:
Pustaka Al-Kausar, 2011.
As-Sa‟di, Syaikh Abdurrahman Bin Nashir, Tafsir As-Sa’di, Jakarta, Dar Al-
Ashimah, 2007.
Syukur, M. Amin.dkk. Theologi Islam Terapan (T.tp.: Tiga Serangkai, t.t.)
Efendi, Yudy, Sabar dan Syukur Rahasia Meraih Hidup Super Sukses, Jakarta:
Qultum Media, 2012.
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXVII, Jakarta: Pustaka Panjimas, t.t.
Ibrahim, Sayyid, Tafsir Fathul Qadir Tahqiq dan Takhrij, Jakarta: Pustaka Azzam,
t.t.
Imani, Allamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Qur’an, Jakarta: Al-Huda, 2003.
Jazuli, Ahzami Samiun, Kehidupan Dalam Pandangan al-Qur’an, Depok: Gema
Insani, 2014.
_______, Kehidupan Dalam Pandangan Al-Qur’an, Jakarta: Gemainsani, 2006.
Masyah, Syarif Hade, Lewati Musibah Raih Kebahagiaan, Jakarta: Mizan Publika,
2007.
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2004
Mutmainah, Musibah Dalam al-Qur’an studi komperatif penafsiran Sayyid Qutb dan
Ibnu Katsir atas surat al-Hadid ayat 22, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
Nirwana, Andri, Musibah dalam Perspektif al-Qur’an, Jurnal Fakultas Ushuluddin
IAIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh.
Penyusun, Team, Ensiklopedia Al-Qur’an: kajian Kosakata, Jakarta: Lentera Hati,
2007.
Quthb, Sayyid, Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an, penerjemah Aunur Rafiq dan Khairul
Halim, Jakarta: Fikrah dan Harakah Islamiyah, 2002.
Rozin, Ainur, Penafsiran Ayat-Ayat Musibah dalam Al-Qur’an (Studi Analisis
Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah),” skripsi S1
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisonggo
2015.
Sahla, Abu, Pelangi Kesabaran, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010.
Shihab, M. Quraish, Al-Qur’an dan Maknanya, Tangerang: Lentera Hati, 2010.
__________, Membumikan Al-Qur’an Jilid 2, Jakarta, Lentera Hati, 2010
__________, Menaburkan Pesan Ilahi, Jakarta, Lentera Hati, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.
Syakir, Syaik Ahmad, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, jilid 1, Jakarta: Darus Sunnah,
2014.
UIN Jakarta, Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013, Jakarta: UIN Jakarta,
2012.
Yusuf , Yunan, Tafsir Al-Qur’an Juz Qad Sami’Allah, Juz XXVIII, Tangerang:
Lentera Hati, 2010.
Website:
http://tafsirhadis.ushuluddin.uinjkt.ac.id/?page_id=5
Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, membangun peradaban melalui Al-Qur’an dan hadits,
artikel diakses pada tanggal 5 juli 2017 dari
http://tafsirhadis.ushuluddin.uinjkt.ac.id/?page_id=5
Media Islam Salafiyyah, “Sabar Saat Tertimpa Bencana Meluruskan Aqidah,” artikel
diakses pada 27 maret 2017 dari https://almanhaj.or.id/2881-sabar-saat-
tertimpa-bencana-meluruskan-aqidah. html
Muhammad, Manfaat Ketawa, artikel ini diakses pada tanggal pada 12 mei 2017 dari
https://naifu.wordpress.com/2010/06/22/manfaat-ketawa/hmtl
Qaasim, Fariq Bin, Hikmah Dibalik Musibah, artikel diakses pada 15 maret 2017
dari
https://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/single/id_hikmah_dibalik_musib
ah.pdf. html
Yani, Ahmad, “Sikap Muslim Menghadapi Musibah,” artikel diakses pada 13 mei
2017 dari www.ikadi.or.id/component/content/.../1217-sikap-muslim-
menghadapi-musibah.pdf
Jurnal:
Nirwana, Andri, Musibah dalam Perspektif al-Qur’an, Jurnal Fakultas Ushuluddin
IAIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh.
Wawancara:
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, AR. (21 tahun)
pada 1 Juni 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, AR. (21) pada 1
juni 2017
Wawancara Pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, AS
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, IAF. (22 tahun)
pada 30 Mei 2017.
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, INA. (22 Tahun)
pada 30 Mei 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, N. (22 tahun) pada
9 Juni 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, NHA. (23 tahun)
pada 6 Juni 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, NW. (22 tahun)
pada 30 Mei 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, OV. (23) pada 3
Juni 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, SAF. (23) pada 1
juni 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, SAL. (22 tahun)
pada 1 juni 2017
Wawancara pribadi dengan mahasiswa Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, SC. (24 tahun)
pada 5 Juni 2017
Wawancara Pribadi dengan Mahasiswa Ushuluddin Jurusan Ilmu al-Qur‟an dan
Tafsir UIN Jakarta, 19 Februari 2017.
LAMPlRAN
Nama: AR
Usia: 21 Tahun
J enis Kelamin: Perempuan
Alamat: Pondok Aren
1. Pertanyaan: Menurut anda, apa yang dimaksud dengan musibah? Apakah anda
pernah ditimpa musibah, ataujika tidak apakah anda pernah melihat teman dekat anda
mengalami musibah? Musibah apa yang pemah anda alami?
Jawaban: Musibah adalah suatu kejadian yang menimpa hidup, dan kejadian itu
merupakankejadian yang dianggap berat dan membuat semangat hidup menjadi
hHang. Ya setiap manusia pasti mengalami musibah yaitu Rumah kemasukan maling
2. Pertanyaan: Bagaimana reaksi anda terhadap musibah yang datang kepada anda atau
ternan dekat anda? Atau apakah anda rnelihatnya sebagai nasib buruk akibat
perbuatanorang lain, di mana anda menjadi korbannya? Ataukah itu nasib buruk yang
diberikan Tuhan kepada anda di mana menurut anda Tuhan tidak adil dan tidak
semestinya memberikan rnusibah itu karena anda merasa bahwa selarna hidup sesudah
berupaya menjadi orang baik?
Jawaban: Musibah yang rnenlmpanya adalah bentuk teguran dari Allah. Serta
mereka harus bersabar
3. Pertanyaan: Apakah anda paham bahwa al-Qur'an sudah mengatur tuntunan
terhadap manusia dalam menghadapi musibah ini? Jika ya, apakah anda bisa
menyebutkan ayatnya? Atau jika ya tetapi anda lupa ayat atau suratnya?
Jawaban: Ya al-Qur'an telah memberikan tuntunan yang dijelaskan dalam surat al
Baqarah ayat 155-157
4. Pertanyaan: di dalam al-Qur'an menyebutkan kata yang semakna dengan musibah
sebanyak lOx, apakah anda mengetahuinya?
Jawaban: Tidak, hanya saja yang masih ingat dipikiran saya yaitu ayat al-Baqarah
ayat 155-157 dan at-Thaghabun ayat 11
5. Petanyaan: Jika saya sebutkan ayatnya di dalam QS al-Baqarah ayat 155-157, apakah
anda pemah membacanya? Jika ya, apakah anda tehu penjelasan atau tafsir ayat itu?
Mungkin bisa dishare sedikit untuk dijelaskan kepada saya?
Jawaban: Ya tentu saya pernah membacanya yang mana maksud dari ayat tersebut
yaitu hendaklah mengucapkan kata-kata kembali kepada Allah SWT saat tertimpa
musibah kama segala sesuatu semua akan kembali kepada Allah.
6. Pertanyaan: Bagaimana dengan ayat yang lain, apakah anda pemah mendengar surat
at-thaghabun aya II?
Jawaban: Ayat tersebut menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini
Allahlah yang telah mengatumya,tidak ada musibah yang menimpa manusia
melainkan atas izin Allah.
7. Pertanyaan: Jika boleh tau, apakah tafsir yang anda jelaskan itu didasarkan pada
pendapat dalam kitab tafsir apa? Atau anda memahami berdasarkan pemahaman anda
selaku mahasiswa dan calon sarj ana?
Jawaban: Saya pemah membaca tafsiran Ibnu Katsir yang menjelaskan tentang surah
al-Baqarah ayat 155-157 dan at-Thagabun
8. Pertanyaan: Apakah menurut pendapat anda dua ayat tersebut cukup memberikan
tuntunan kepada kita manusia tentang apa itu musibah dan bagaimana cara menyikapi
jika kita selaku hamba ditimpa musibah? Atau menurut anda apakah al-Qur'an sudah
memberikan tuntunan yang semestinya ?
Jawaban: Dua ayat tersebut sudah cukup bagaimana menyikapi musibah
9. Pertanyaan: Menurut anda pribadi, apakah anda selaku pribadi muslim sudah bisa
mengikuti petunjuk dan tuntunan al-Qur'an itu? Ataukah bisa dan bebas sajajika anda
mengatakannya bahwa tuntunan itu terlalu berat untuk diikuti sehingga anda belum
bisa sepenuhnya mengikutinya, karena tingkat penghayatan yang masih minimal,
namun bersama dengan berjalanya waktu dan kematangan diri serta kedewasaan
mugkin pada saatnya nanti usianya yang pas anda sebagai manusia akan bisa
mengamalkannya secara sempurna. Tapi, tidak sekarang ini?
Jawaban: Pada mulanya musibah itu yang menimpa dirinya sangatlah berat dan
butuh waktu untuk mengamalkan dua ayat tersebut
10. Pertanyaan: Jika boleh tahu, apakah anda bisa share dengan saya apa saja tuntunan
yang anda rasa berat untuk diikuti dalan1 bunyi ayat al-Qur'an dan perlu kesiapan
tersendiri untuk menerima dan menyadarinya?
Jawaban: musibah yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 155 sangatlah berat
dan butuh kesiapan saat menerimanya
11. Pertanyaan: Kadang manusia sering kehilangan akal sehat dalam menyikapi
musibah, menurut anda apakah hal itu wajar?
Jawaban: Wajar. Karena, sifat manusia tak luput dari keluh kesah
Nan1a: AS
Usia: 22 Tahun
Alamat: Belakang asrama putra UIN Jakarta
1. Pertanyaan: apa yang dimaksud dengan musibah? Apakah anda pernah ditimpa
musibah, atau jika tidak apakah anda pemah melihat ternan dekat anda mengalami
musibah? Musibah apa yang pemah anda alami?
Jawaban: musibah adalah cobaan dan ujian yang setiap manusia pasti akan
merasakannya. Musibah yang dialaminya yaitu ditinggal pergi oleh kakeknya
2. Pertanyaan: Bagaimana reaksi anda terhadap musibah yang datang kepada anda atau
ternan dekat anda? Atau apakah anda melihatnya sebagai nasib buruk akibat
perbuatanorang lain, di mana anda menjadi korbannya? Ataukah itu nasib buruk yang
diberikan Tuhan kepada anda di mana n1enurut anda Tuhan tidak adil dan tidak
semestinya memberikan musibah itu karena anda merasa bahwa selama hidup sesudah
berupaya menjadi orang baik?
Jawaban: Bersabar dan ikhlas serta ada hikmah dibalik ini semua
3. Pertanyaan: Apakah anda paham bahwa al-Qur'an sudah mengatur tuntunan
terhadap manusia dalam menghadapi musibah ini? Jika ya, apakah anda bisa
menyebutkan ayatnya? Atau jika ya tetapi anda lupa ayat atau suratnya?
Jawaban: AI-Qur'an sudah mengatur khususnya saat tertimpa musibah
4. Pertanyaan: Apakah anda mengetahui 10 kata musibah yang dijelaskan dalam al
Qur'an?
Jawaban: Tidak, saya hanya mengetahui ayat musibah yang di dalam surat al-Baqarah
ayat 156
5. Pertanyaan: Jika saya sebutkan ayatnya di dalam QS al-Baqarah ayat 155-157,
apakah anda pemah membacanya? Jika ya, apakah anda tehu penjelasan atau tafsir
ayat itu? Mungkin bisa dishare sedikit untuk dijelaskan kepada saya?
Jawaban: Hendaklah saat tertimpa musibah mengucapkan kata istirja' dan bersabar
serta pahala bagi mereka yang bersabar
6. Pertanyaan: Bagaimana dengan ayat yang lain, apakah anda pemah mendengar surat
at-thaghabun aya II?
Jawaban: Segala sesuatu yang terjadi Allahlah telah mengatur khususnya nlusibah
7. Pertanyaan: Jika boleh tau, apakah tafsir yang anda jelaskan itu didasarkan pada
pendapat dalam kitab tafsir apa? Atau anda memahami berdasarkan pemahaman anda
selaku mahasiswa dan calon sarjana?
Jawaban: Mamahaminya mengunakan pemahaman dari redaksi ayat
8. Pertanyaan: Apakah menurut pendapat anda dua ayat tersebut cukup memberikan
tuntunan kepada kita manusia tentang apa itu musibah dan bagaimana cara menyikapi
jika kita selaku hamba ditimpa musibah? Atau menurut anda apakah al-Qur'an sudah
memberikan tuntunan yang semestinya ?
Jawaban: Dua ayat tersebut sudah cukup bagaimana menyikapi musibah
9. Pertanyaan: Menurut anda pribadi, apakah anda selaku pribadi muslim sudah bisa
mengikuti petunjuk dan tuntunan al-Qur'an itu? Ataukah bisa dan bebas sajajika anda
mengatakannya bahwa tuntunan itu terlalu berat untuk diikuti sehingga anda belum
bisa sepenuhnya nlengikutinya, karena tingkat penghayatan yang masih minimal,
namun bersama dengan betj alanya waktu dan kematangan diri serta kedewasaan
mugkin pad a saatnya nanti usianya yang pas anda sebagai manusia akan bisa
mengamalkannya secara sempuma. Tapi, tidak sekarang ini?
Jawaban: Pada mulanya musibah itu yang menimpa dirinya sangatlah berat dan
butuh waktu untuk mengamalkan dua ayat terse but
10. Pertanyaan: Jika boleh tahu, apakah anda bisa share dengan saya apa saja tuntunan
yang anda rasa berat untuk diikuti dalam bunyi ayat al-Qur'an dan perlu kesiapan
tersendiri untuk menerima dan menyadarinya?
Jawaban: musibah yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 155 sangatlah berat
dan butuh kesiapan saat menerimanya
11. Pertanyaan: Kadang manusia sering kehilangan akal sehat dalam nlenyikapi
musibah, menurut anda apakah hal itu wajar?
Jawaban: Wajar. Karena, sifat manusia tak luput dari keluh kesah
PERT ANY AAN -PERT ANY AAN PENELITIAN
Nama: INA
Usia: 22 Tahun
Alamat: Gang Limun belakang asrama putri UIN Jakarta
1. Pertanyaan: Menurut anda, apa yang dimaksud dengan musibah? Apakah anda
pernah ditimpa musibah, ataujika tidak apakah anda pernah melihat teman dekat anda
mengalami musibah? Musibah apa yang pemah anda alanli?
Jawaban: Musibah adalah segala sesuatu yang menimpa seorang maupun orang
banyak yang berupa kesusahan yang datang tanpa seorang makhlukpun
nlengetahuinya. Pernah, musibah yang akhir2 ini saya alami adalah musibah
kematian. Salah seorang teman sekelas saya di tafsir hadis meninggal dunia setelah
berusaha menyelamatkan temannya yang tenggelam.
2. Pertanyaan: Bagaimana reaksi anda terhadap musibah yang datang kepada anda atau
teman dekat anda? Atau apakah anda melihatnya sebagai nasib buruk akibat
perbuatanorang lain, di mana anda menjadi korbannya? Ataukah itu nasib buruk yang
diberikan Tuhan kepada anda di mana menurut anda Tuhan tidak adil dan tidak
semestinya memberikan musibah itu karena anda merasa bahwa selama hidup sesudah
berupaya menjadi orang baik?
Jawaban: Saya percaya bahwa musibah yg menimpa saya adalah ujian dari Tuhan yg
mmg telah digariskan. Akan tetapi memangvpada awalnya saya kurang bisa
menerima ketentuan ini, sekaligus tidak percaya bahwa temna yang dari semester 1
berjuang bersama saya telah dipanggil orang Yang Maha Kuasa. Akan tetapi, pada
akhimya saya berusaha menerima ketentuan terse but kama saya percaya bahwa maut
adalah sesuatu yang sudah digariskan d lauh mahfuzh.
3. Pertanyaan: Apakah anda pahanl bahwa al-Qur'an sudah mengatur tuntunan
terhadap manusia dalam menghadapi musibah ini? Jika ya, apakah anda bisa
menyebutkan ayatnya? Ataujika ya tetapi anda lupa ayat atau suratnya?
Jawaban: Iya. Surat al baqarah ayat 155. Ayat ini berbunyi,
4. Pertanyaan: AI-Qur'an menyebutkan kata yang semakna dengan musibah sebanyak
lOx, apakah anda mengetahuinya?
Jawaban: Tidak
5. Pertanyaan: Jika saya sebutkan ayatnya di dalam QS al-Baqarahayat 155-157,
apakah anda pernah membacanya? Jika ya, apakah anda tehu penjelasan atau tafsir
ayat itu? Mungkin bisa dishare sedikit untuk dijelaskan kepada saya?
Jawaban: Iya saya pemah membacanya. Inti dari ayat tersebut adalah bahwa manusia
kn diuji dgn berbagai macam ujian, kelaparan, ketakutan dan lainya
6. Pertanyaan: Bagaimana dengan ayat yang lain, apakah anda pernah mendengar surat
at-thaghabun aya 11?
Jawaban: Ya, saya pernah membacanya.
7. Pertanyaan: Jika boleh tau, apakah tafsir yang anda jelaskan itu didasarkan pada
pendapat dalam kitab tafsir apa? Atau anda memahami berdasarkan pemahaman anda
selaku mahasiswa dan calon sarjana?
Jawaban: Menurut ayat tsb bahwa tidaklah ujian akan menimpa manusia kecual dgn
izin Allah. Jd apapun yg terjdi pada diri kita semuanya adalah atas izin Allah.
Menurut ibnu katsir, akhir ayat 155 surat al baqarah menjelaskan mengenai ucapan
yang merupakan pengakuan manusia bahwa manusia adalah milik allah dan hanya
akan kembali kepada Allah swt. Karena itulah maka Allah Swt. memberita-hukan
tentang pahala yang akan diberikan-Nya kepada mereka sebagai imbalan dari hal
tersebut.
8. Pertanyaan: Apakah menurut pendapat anda dua ayat tersebut cukup memberikan
tuntunan kepada kita manusia tentang apa itu musibah dan bagaimana cara menyikapi
jika kita selaku hamba ditimpa musibah? Atau menurut anda apakah al-Qur'an sudah
memberkan tuntunan yang semestinya ?
Jawaban: Iya. Al- Qur'an sudah menjelaskan dan mmberi tuntunan kepada umat
manusia mengenai musibah. Bahkan dalam al-Qur'an dijelaskan agar bersabar ketika
ditimpa musibah
9. Pertanyaan: Menurut anda pribadi, apakah anda selaku pribadi muslim sudah bisa
mengikuti petunjuk dan tuntunan al-Qur'an itu? Ataukah bisa dan bebas saja jika anda
mengatakannya bahwa tuntunan itu terlalu berat untuk diikuti sehingga anda belum
bisa sepenuhnya mengikutinya, karena tingkat penghayatan yang masih minimal,
namun bersama dengan berjalanya waktu dan kematangan diri serta kedewasaan
mugkin pada saatnya nanti usianya yang pas anda sebagai manusia akan bisa
mengamalkannya secara sempuma. Tapi, tidak sekarang ini?
Jawaban: InsyaAllah saya bisa menjadikan ayat-ayat tersebut panutan hidup.
10. Pertanyaan: Jika boleh tahu, apakah anda bisa share dengan saya apa saja tuntunan
yang anda rasa berat untuk diikuti dalam bunyi ayat al-Qur'an dan perlu kesiapan
tersendiri untuk menerima dan menyadarinya?
Jawaban: InsyaAllah saya tidak berat hati untuk menerima tuntunan tersebut. Karena
menurut surat al-thaghabun musibah terjadi dengan izin Allah sedangkan Allah selalu
menginginkan yg terbaik untuk hamba-Nya. Maka dari itu tug as manusia adalah
bersabar ketika ditimpa musibah.
11. Pertanyaan: Kadang manusia sering kehilanan akal sehat dalam menyikapi musibah,
menurut anda apakah hal itu waj ar?
Jawaban: Menurut saya wajar saja. Karena sifat alami manusia yaitu berkeluh dan
bersedih. Akan tetapi tentu saja harus tetap menjaga sikap ketika ditimpa musibah dan
tidak berlebihan.
Nama:N
Usia: 22 Tahun
J enis Kelamin: LaId -laId
Alamat: Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
1. Pertanyaan: Menurut anda, apa yang din1aksud dengan musibah? Apakah anda
pernah ditimpa musibah, atau j ika tidak apakah anda pemah melihat ternan dekat anda
mengalami musibah? Musibah apa yang pemah anda alami?
Jawaban: suatu kejadian berupa keburukan yang menimpa manusia. Sedangkan
musibah yang menimpa saya yaitu Kecelakaan
2. Pertanyaan: Bagaimana reaksi anda terhadap musibah yang datang kepada anda atau
ternan dekat anda? Atau apakah anda melihatnya sebagai nasib buruk akibat
perbuatanorang lain, di mana anda menjadi korbannya? Ataukah itu nasib buruk yang
diberikan Tuhan kepada anda di mana menurut anda Tuhan tidak adil dan tidak
semestinya memberikan musibah itu karena anda merasa bahwa selama hidup sesudah
berupaya menjadi orang baik?
Jawaban: Setiap manusia pasti mengalami musibah. Akan tetapi, bagaimana setiap
manusia menerimnya saat tertin1pa musibah serta mengamalkan yang dijelaskan al
Qur'an
3. Pertanyaan: Apakah anda paham bahwa al-Qur'an sudah mengatur tuntunan
terhadap manusia dalam menghadapi musibah ini? Jika ya, apakah anda bisa
menyebutkan ayatnya? Atau jika ya tetapi anda lupa ayat atau suratnya?
Jawaban: AI-Qur'an sudah mengatur tuntunan bagi setiap manusia khususnya dalam
menyikapi n1usibah
4. Di dalam al-Qur'an menyebutkan kata yang semakna dengan musibah sebanyak lOx,
apakah anda mengetahuinya?
Jawaban: Tidak, hanya saja yang masih ingat dipikiran saya yaitu ayat al-Baqarah
ayat 155-157.
5. Pertanyaan: Jika saya sebutkan ayatnya di dalam QS al-Baqarah ayat 155-157,
apakah anda pemah membacanya? Jika ya, apakah anda tehu penjelasan atau tafsir
ayat itu? Mungkin bisa dishare sedikit untuk dijelaskan kepada saya?
Jawaban: Semua kembali kepada Allah
6. Pertanyaan: Bagaimana dengan ayat yang lain, apakah anda pemah mendengar surat
at-thaghabun aya 11 ?
Jawaban: Segala musibah yang menimpa manusia n1erupakan kehendak Allah
7. Pertanyaan: Jika boleh tau, apakah tafsir yang anda jelaskan itu didasarkan pada
pendapat dalam kitab tafsir apa? Atau anda memahami berdasarkan pemahaman anda
selaku mahasiswa dan calon sarjana?
Jawaban: Dia memahami mengunakan bahasanya sendiri
8. Pertanyaan: Apakah menurut pendapat anda dua ayat tersebut cukup memberikan
tuntunan kepada kita manusia tentang apa itu musibah dan bagaimana cara menyikapi
jika kita selaku hamba ditimpa musibah? Atau menurut anda apakah al-Qur'an sudah
memberikan tuntunan yang semestinya ?
Jawaban: AI-Qur'an sudah men1berikan solusi bagi manusia dalam menghadapi
n1usibah
9. Pertanyaan: Menurut anda pribadi, apakah anda selaku pribadi muslin1 sudah bisa
mengikuti petunjuk dan tuntunan al-Qur'an itu? Ataukah bisa dan bebas sajajika anda
n1engatakannya bahwa tuntunan itu terlalu berat untuk diikuti sehingga anda belum
bisa sepenuhnya mengikutinya, karena tingkat penghayatan yang masih minimal,
namun bersama dengan berj alanya waktu dan kematangan diri serta kedewasaan
mugkin pada saatnya nanti usianya yang pas anda sebagai manusia akan bisa
mengamalkannya secara sempuma. Tapi, tidak sekarang ini?
Jawaban: Butuh proses untuk mengamalkan tuntunan yang dijelasakan al-Qur'an
Pada mulanya musibah itu yang menimpa dirinya sangatlah berat dan butuh waktu
untuk mengamalkan dua ayat tersebut
10. Pertanyaan: Jika boleh tahu, apakah anda bisa share dengan saya apa saja tuntunan
yang anda rasa berat untuk diikuti dalam bunyi ayat al-Qur'an dan perlu kesiapan
tersendiri untuk menerima dan menyadarinya?
Jawaban: Adapun tuntunan yang sangat berat dan butuh kesiapan saat tertimpa
musibah yaitu bersabar
11. Pertanyaan: Kadang manusia sering kehilangan akal sehat dalam menyikapi
musibah, menurut anda apakah hal itu wajar?
Jawaban: Wajar. Karena, sifat manusia tak luput dari keluh kesah. Akan tetapi,
haruslah menj adi yang manusia yang berguna.
Nama:NHA
Usia: 22 Tahun
Alamat: Nurul Huda kampung utan, Tangerang
1. Pertanyaan: Menurut anda, apa yang dimaksud dengan musibah? Apakah anda
pernah ditimpa musibah, ataujika tidak apakah anda pernah melihat teman dekat anda
mengalami musibah? Musibah apa yang pemah anda alami?
Jawaban: Musibah adalah semua peristiwa yang menyedihkan yang dating secara
tiba-tiba. Pemah mengalami musibah peristiwanya yaitu terjadi dicopet tersebut
terjadi ketika pulang dari kampong hendak menuju Jakarta tepatnya setelah ayah
meninggal
2. Pertanyaan: Bagaimana reaksi anda terhadap musibah yang datang kepada anda atau
teman dekat anda? Atau apakah anda melihatnya sebagai nasib buruk akibat
perbuatanorang lain, di mana anda menjadi korbannya? Ataukah itu nasib buruk yang
diberikan Tuhan kepada anda di mana menurut anda Tuhan tidak adil dan tidak
semestinya memberikan musibah itu karena anda merasa bahwa selama hidup sesudah
berupaya menj adi orang baik?
Jawaban: Ketika kejadian itu terjadi saya tidak bisa menghindar ataupun berusaha
untuk mendapatkan barangnya kembali. Saya hanya bisa tawakal kepada-Nya Dan
menerima segala ketentuan-Nya dan mengikhlaskannya dan membiarkan semuanya
berlalu. Karena segala yang terjadi pasti ada hikmah dibaliknya. Musibah ini
menjadikan saya lebih berhati-hati lagi ketika naik kendaraan umum. Juga segala
musibah yang terjadi merupakan ujian dari AllahSWT. Apakah kita bisa bersabar
akan ujian tersebut atau justru sebaliknya.
3. Pertanyaan: Apakah anda paham bahwa al-Qur'an sudah mengatur tuntunan
terhadap manusia dalam menghadapi musibah ini? Jika ya, apakah anda bisa
menyebutkan ayatnya? Ataujika ya tetapi anda lupa ayat atau suratnya?
Jawaban: Ya, AI-Qur'an memang sejatinya mengatur segala hal tentang kehidupan
atau problematika manusia, termasuk didalamnya tentang cara bagaimana ketika
menghadapi musibah.Ayatnya: . . . Masih banyak ayat lainnya yang menerangkan
tentang ayat-ayat musibah, maupun yang menerangkan tentang macam-macam
musibah yang akan menimpa ataupun j alan keluar ketika menghadapi musibah
tersebut.
4. AI-Qur'an menyebutkan kata yang semakna dengan musibah sebanyak lOx, apakah
anda mengetahuinya?
Jawaban: Tidak, hanya saja yang masih ingat dipikiran saya yaitu ayat al-Baqarah
ayat 155-157.
5. Pertanyaan: Jika saya sebutkan ayatnya di dalam QS al-Baqarahayat 155-157,
apakah anda pemah membacanya? Jika ya, apakah anda tehu penjelasan atau tafsir
ayat itu? Mungkin bisa dishare sedikit untuk dijelaskan kepada saya?
Jawaban: Ayat ini sangat masyhur untuk menerangkan tentang ujian. Dimana ketika
seseorang mengalami suatu musibah sering mengucapkan kalimat istirja' yaitu
innalillahiwainnailaihirojiun. Karena memang sejatinya semuanya hanya milik
AllahSWT, semuanya hanyalah titipan. Dalam misal ,jika seseorang menitipkan
sesuatu barang,ketika dia ingin mengambilnya kembali, otomatis kita yang dititipi
harus mengembalikannya. Bukan berarti utuh menjadi milik kita. Dan pasti Allah
SWT akan menimpakan musibah untuk hamba-Nya untuk melatih dan menguj ikita,
jika kita sabar maka akan mendapat pahala namun jika sebaliknya maka akan
mendapatkan adzab.
6. Pertanyaan: Bagaimana dengan ayat yang lain, apakah anda pemah mendengar surat
at-thaghabun aya II?
Jawaban: Va, ayat lainnya seperti dalam surat al-Thagabunayat 11. Begitu juga
dalam ayat ini menerangkan bahwa hakikat ujian adalah datangnya dar iAllahSWT
dan juga atas izin-Nya. Semuanya terjadi untuk mengukur keyakinan kita terhadap
AllahSWT. Karena Allah SWT sudah menegaskan dalam firman-Nya bahwa barang
siapa yang bersabar akan ujianny amaka dia akan mendapatkan pahala disisi-Nya.
7. Pertanyaan: Jika boleh tau, apakah tafsir yang anda jelaskan itu didasarkan pada
pendapat dalam kitab tafsir apa? Atau anda memahami berdasarkan pemahaman anda
selaku mahasiswa dan calon sarjana?
Jawaban: Saya menguraikan tersebut berdasarkan pemahaman selama belajar tafsir
8. Pertanyaan: Apakah menurut pendapat anda dua ayat tersebut cukup memberikan
tuntunan kepada kita manusia tentang apa itu musibah dan bagaimana cara menyikapi
jika kita selaku hamba ditimpa musibah? Atau menurut anda apakah al-Qur'an sudah
memberkan tuntunan yang semestinya ?
Jawaban: Menurut saya dua ayat tersebut sudah cukup mewakil iayat-ayat al-Qur'an
yang lainnya dalam menuntun kita ketika sedang menghadapi musibah. Setidaknya
menenangkan hatikit bahwa AllahSWT tidak akan menguj iseorang hamba diatas
kemampuannya.
9. Pertanyaan: Menurut anda pribadi, apakah anda selaku pribadi muslim sudah bisa
mengikuti petunjuk dan tuntunan al-Qur'an itu? Ataukah bisa dan bebas sajajika anda
mengatakannya bahwa tuntunan ituterlalu berat untuk diikuti sehingga anda belum
bisa sepenuhnya mengikutinya, karena tingkat penghayatan yang masih minimal,
namun bersan1a dengan berjalanya waktu dan kematangan diri serta kedewasaan
4. AI-Qur'an menyebutkan kata yang semakna dengan musibah sebanyak lOx, apakah
anda mengetahuinya?
Jawaban: Tidak, hanya saja yang masih ingat dipikiran saya yaitu ayat al-Baqarah
ayat 155-157.
5. Pertanyaan: lika saya sebutkan ayatnya di dalam QS al-Baqarah ayat 155-157,
apakah anda pernah membacanya? lika ya, apakah anda tahu penjelasan atau tafsir
ayat itu? Mungkin bisa dishare sedikit untuk dijelaskan kepada saya?
Jawaban: Menurut kitab tafsir lalalain yaitu hendaklah saat tertimpa musibah
mengucapkan kata kembali Allah.
6. Pertanyaan: Bagaimana dengan ayat yang lain, apakah anda pemah mendengar surat
at-thaghabun aya 11 ?
Jawaban: Segala musibah yang menimpa manusia merupakan kehendak Allah
7. Pertanyaan: Jika boleh tau, apakah tafsir yang anda jelaskan itu didasarkan pada
pendapat dalanl kitab tafsir apa? Atau anda memahami berdasarkan pemahaman anda
selaku mahasiswa dan calon sarjana?
Jawaban: Mengunakan kitab tafsir lalalain
8. Pertanyaan: Apakah menurut pendapat anda dua ayat tersebut cukup memberikan
tuntunan kepada kita manusia tentang apa itu musibah dan bagaimana cara menyikapi
jika kita selaku hamba ditimpa musibah? Atau menurut anda apakah al-Qur'an sudah
nlenlberikan tuntunan yang semestinya ?
Jawaban: AI-Qur'an sudah memberikan solusi bagi manusia dalam menghadapi
musibah
9. Pertanyaan: Menurut anda pribadi, apakah anda selaku pribadi muslim sudah bisa
mengikuti petunjuk dan tuntunan al-Qur'an itu? Ataukah bisa dan bebas sajajika anda
mengatakannya bahwa tuntunan itu terlalu berat untuk diikuti sehingga anda belum
bisa sepenuhnya mengikutinya, karena tingkat penghayatan yang masih minimal,
namun bersama dengan berjalanya waktu dan kematangan diri serta kedewasaan
mugkin pada saatnya nanti usianya yang pas anda sebagai manusia akan bisa
mengamalkannya secara sempuma. Tapi, tidak sekarang ini?
Jawaban: Sebaik mung kin akan menjalankan perintah Allah yang dijelaskan dalam
al-Qur'an
10. Pertanyaan: Jika boleh tahu, apakah anda bisa share dengan saya apa saja tuntunan
yang anda rasa berat untuk diikuti dalam bunyi ayat al-Qur' an dan perlu kesiapan
tersendiri untuk n1enerima dan menyadarinya?
Jawaban: Adapun tuntunan yang sangat berat dan butuh kesiapan saat tertimpa
musibah yaitu bersabar
11. Pertanyaan: Kadang manUSla sering kehilangan akal sehat dalam menyikapi
lTIusibah, menurut anda apakah hal itu wajar?
Jawaban: Wajar. karena, musibah merupakan sesuatu yang tidak diinginkan setiap
manusla
..
Nama: SC
Usia: 24 Tahun
Alamat: Darus Sunnah Putri
1. Pertanyaan: makna musibah menurut anda? Apakah anda pemah ditimpa musibah,
atau jika tidak apakah anda pemah melihat ternan dekat anda mengalami musibah?
Musibah apa yang pemah anda alami?
Jawaban: Segala sesuatu yang nlenimpa manusia dalam bentuk keburukan.
Mengalami musibah dengan wafatnya salah satu orang tuanya yaitu ayah
2. Pertanyaan: Bagaimana reaksi anda terhadap musibah yang datang kepada anda at au
ternan dekat anda? Atau apakah anda melihatnya sebagai nasib buruk akibat
perbuatanorang lain, di mana anda menjadi korbannya? Ataukah itu nasib buruk yang
diberikan Tuhan kepada anda di mana menurut anda Tuhan tidak adil dan tidak
semestinya memberikan musibah itu karena anda merasa bahwa selama hidup sesudah
berupaya menjadi orang baik?
Jawaban: Bersabar dan ikhlas
3. Pertanyaan: Apakah anda paham bahwa al-Qur'an sudah mengatur tuntunan
terhadap manusia dalam menghadapi musibah ini? Jika ya, apakah anda bisa
menyebutkan ayatnya? Ataujika ya tetapi anda lupa ayat atau suratnya?
Jawa ban: Ya al-Qur' an sudah memberikan tuntunan kepada manusia.
4. AI-Qur' an menyebutkan kata yang semakna dengan musibah sebanyak lOx, apakah
anda mengetahuinya?
Jawaban: Tidak tahu.
5. Pertanyaan: Jika saya sebutkan ayatnya di dalam QS al-Baqarahayat 155-157,
apakah anda pemah membacanya? Jika ya, apakah anda tehu penjelasan atau tafsir
ayat itu? Mungkin bisa dishare sedikit untuk dijelaskan kepada saya?
Jawaban: Setiap manusia akan diuji oleh Allah SWT berupa kelaparan, ketakutan dan
kehilangan orang yang disayangi, serta hendaklah saat tertimpa musibah mengatakan inna
Iii/aM wa
inna ilaihi raji/On. Barang siapa yang bersabar maka Allah akan memberikan pahala yang
berlimpah.
6. Pertanyaan: Bagaimana dengan ayat yang lain, apakah anda pemah mendengar surat
at-thaghabun aya 11 ?
Jawaban: Menurut pemahamannya segala musibah yang datang di dunia ini atas izin
Allah.
7. Pertanyaan: Jika boleh tau, apakah tafsir yang anda jelaskan itu didasarkan pada
pendapat dalam kitab tafsir apa? Atau anda memahami berdasarkan pemahaman anda
selaku mahasiswa dan calon sarjana?
Jawaban: Ia memahami menurut pemahaman yang selama ini ia pelajari
8. Pertanyaan: Apakah menurut pendapat anda dua ayat tersebut cukup memberikan
tuntunan kepada kita manusia tentang apa itu musibah dan bagaimana cara menyikapi
jika kita selaku hamba ditimpa musibah? Atau menurut anda apakah al-Qur'an sudah
memberkan tuntunan yang semestinya ?Dua ayat tersebut cukup untuk manusia
dalam mengalami musibah
Jawaban: Dua ayat diatas lebih dari cukup untuk manusia dalam tertimpa musibah
9. Pertanyaan: Menurut anda pribadi, apakah anda selaku pribadi muslim sudah bisa
mengikuti petunjuk dan tuntunan al-Qur'an itu? Ataukah bisa dan bebas saja jika anda
mengatakannya bahwa tuntunan itu terlalu berat untuk diikuti sehingga anda belum
" ,
bisa sepenuhnya mengikutinya, karena tingkat penghayatan yang. masih minimal,
. namun bersama dengan berjalanya waktu dan kematangan' diri serta kedewasaan
mugkin pada. saatnya nanti usianya yang pas anda sebagai manusia akan bisa
mengamalkannya secara sempurna. Tapi, tidak sekarang ini?
Jawaban: Butuh waktu untuk besabar saat tertimpa musibah
10. Pertanyaan: Jika boleh tahu, ap~ah anda bisa share dengan saya apa saja tuntu1)an
yang anda rasa berat untuk diikuti dalam bunyi ayat al-Qur'an dan perlu kesiapan
tersendiri untuk menerima dan menyadarinya?
Jawaban: Bersabar saat tertimpa musibah
11. Pertanyaan:, Kadang manusia sering kehilanan akal sehat dalam menyikapi musibah,
menurut anda apakah hal itu wajar?
Jawaban:/) Manusia hanyalah makhluk yang lemah tidak lepas dari kesalahan dan
tugas kita hendak memohon ampun kepada Sang Khalik