peluasan kawasan kota yang berdampak pada transformasi sosial

11
PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PADA TRANSFORMASI SOSIAL KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA DWINDI RAMADHANA 14/372783/PTK/9877 Program Studi S2 Arsitektur, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 2014 ABSTRAK Terjadinya peluasan kawasan kota Yogyakarta pada wilayah aglomerasi, terlihat sangat jelas di daerah Seturan. Dipilihnya daerah Seturan sebagai objek penelitian dikarenakan daerah ini melingkup beberapa universitas dengan segala dinamika kehidupan mahasiswa didalamnya. Di sisi lain, Seturan adalah salah satu jalur singkat dari Jalan Ringroad Utara menuju kota. Kawasan ini awalnya dimanfaatkan sebagai lokasi efektif berpromosi, akhirnya menjadi tempat efektif secara ekonomi dalam berbisnis. Memperhatikan pertumbuhan kawasan yang begitu cepat di daerah Seturan, terutama dari segi bisnis terhadap sosialnya, menunjukkan adanya dampak yang belum teratasi secara sosiologis. Terjadinya pengelompokan sosial juga menjadi gep keras yang sangat tampak di daerah ini. Tidak hanya pengelompokan masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa secara khusus. Kata kunci : aglomerasi, Seturan, dinamika kehidupan mahasiswa, bisnis BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu julukan Yogyakarta adalah kota pelajar, karena Yogyakarta telah memiliki lebih dari dua ratus universitas baik negeri maupun swasta yang nyatanya menerima calon mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia maupun luar negeri dengan jumlah yang terus bertambah setiap tahunnya. Seiring dengan bertambahnya ‘penduduk sementara’ di Yogyakarta, fasilitas-fasilitas yang disediakan pun semakin menjamur. Hal ini menyebabkan banyaknya perubahan fungsi kawasan, atau setidaknya memaksimalkan fungsi kawasan. Perubahan fungsi kawasan yang lebih besar dikarenakan oleh kegiatan ekspansi atau peluasan kawasan kota, dengan membangun penyedia fasilitas, karena wilayah kota sudah dapat dikatakan penuh untuk suatu pembangunan baru. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Depok, lebih tepatnya di daerah Seturan. Kawasan ini tadinya

Upload: dwinx-up

Post on 23-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

KAJIAN KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTATerjadinya peluasan kawasan kota Yogyakarta pada wilayah aglomerasi, terlihat sangat jelas di daerah Seturan. Dipilihnya daerah Seturan sebagai objek penelitian dikarenakan daerah ini melingkup beberapa universitas dengan segala dinamika kehidupan mahasiswa didalamnya. Di sisi lain, Seturan adalah salah satu jalur singkat dari Jalan Ringroad Utara menuju kota. Kawasan ini awalnya dimanfaatkan sebagai lokasi efektif berpromosi, akhirnya menjadi tempat efektif secara ekonomi dalam berbisnis.Memperhatikan pertumbuhan kawasan yang begitu cepat di daerah Seturan, terutama dari segi bisnis terhadap sosialnya, menunjukkan adanya dampak yang belum teratasi secara sosiologis. Terjadinya pengelompokan sosial juga menjadi gep keras yang sangat tampak di daerah ini. Tidak hanya pengelompokan masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa secara khusus.

TRANSCRIPT

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK

PADA TRANSFORMASI SOSIAL KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA

DWINDI RAMADHANA

14/372783/PTK/9877

Program Studi S2 Arsitektur, Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik,

Universitas Gadjah Mada

2014

ABSTRAK

Terjadinya peluasan kawasan kota Yogyakarta pada wilayah aglomerasi, terlihat sangat jelas

di daerah Seturan. Dipilihnya daerah Seturan sebagai objek penelitian dikarenakan daerah ini

melingkup beberapa universitas dengan segala dinamika kehidupan mahasiswa didalamnya. Di

sisi lain, Seturan adalah salah satu jalur singkat dari Jalan Ringroad Utara menuju kota.

Kawasan ini awalnya dimanfaatkan sebagai lokasi efektif berpromosi, akhirnya menjadi tempat

efektif secara ekonomi dalam berbisnis.

Memperhatikan pertumbuhan kawasan yang begitu cepat di daerah Seturan, terutama dari segi

bisnis terhadap sosialnya, menunjukkan adanya dampak yang belum teratasi secara sosiologis.

Terjadinya pengelompokan sosial juga menjadi gep keras yang sangat tampak di daerah ini. Tidak

hanya pengelompokan masyarakat secara umum, namun juga mahasiswa secara khusus.

Kata kunci : aglomerasi, Seturan, dinamika kehidupan mahasiswa, bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu julukan Yogyakarta adalah

kota pelajar, karena Yogyakarta telah

memiliki lebih dari dua ratus universitas baik

negeri maupun swasta yang nyatanya

menerima calon mahasiswa dari seluruh

penjuru Indonesia maupun luar negeri

dengan jumlah yang terus bertambah setiap

tahunnya.

Seiring dengan bertambahnya

‘penduduk sementara’ di Yogyakarta,

fasilitas-fasilitas yang disediakan pun

semakin menjamur. Hal ini menyebabkan

banyaknya perubahan fungsi kawasan, atau

setidaknya memaksimalkan fungsi kawasan.

Perubahan fungsi kawasan yang lebih

besar dikarenakan oleh kegiatan ekspansi

atau peluasan kawasan kota, dengan

membangun penyedia fasilitas, karena

wilayah kota sudah dapat dikatakan penuh

untuk suatu pembangunan baru. Hal ini juga

terjadi di Kecamatan Depok, lebih tepatnya

di daerah Seturan. Kawasan ini tadinya

merupakan kawasan mahasiswa YKPN dan

UPN, juga Atma Jaya. Semakin tinggi tingkat

pembangunan dikawasan ini, semakin

banyak kegiatan sosial yang berubah.

Kawasan Seturan ini masuk ke dalam

Kecamatan Depok, Sleman, yang

berkarakteristik kawasan aglomerasi

(perkembangan kota dalam kawasan

tertentu). Pertumbuhan dikawasan ini

terhitung pesat mengingat fasilitas-fasilitas

yang bertambah dalam kurun waktu beberapa

tahun saja.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kerangka Teoritik Melihat

Seturan

Cristaller dengan “central place

theory”-nya menyatakan kota berfungsi

menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi

daerah lingkungannya. Dari teori ini, dapat

dimengerti bahwa kota merupakan pusat

penyediaan fasilitas, terutama pada jasa.

Ditambahkan oleh Wirth yang

mendefinisikan kota sebagai pemukiman

yang relatif besar, padat dan permanen,

dihuni oleh orang-orang yang heterogen

kedudukan sosialnya. Akibatnya, hubungan

sosialnya menjadi longgar, acuh dan tidak

pribadi (impersonal relation).

Menurut Spiro Kostof (1991), kota

adalah peleburan dari penduduk, sedangkan

bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi

kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi

dengan budaya tertentu. Ada dua macam

bentuk kota, yaitu geometri dan organik. Hal

ini disebut juga sebagai planned, yaitu

adanya pengaturan kota yang selalu regular

dan rancangan bentuk geometrik (design

guide) dan unplanned, yaitu segmen kota

yang berkembang secara spontan dengan

bermacam-macam kepentingan yang saling

mengisi, sehingga akhirnya kota aka

memiliki bentuk semaunya yang kemudian

disebut dengan organic pattern (bentuk kota

organik tersebut secara spontan, tidak

terencana dan memiliki pola yang tidak

teratur dan non geometrik.

Pertumbuhan kawasan Seturan ini

ada pada penyediaan fasilitas umum yang

kemungkinan memang ditargetkan pada

mahasiswa-mahasiswa yang ada didalam

kawasan ini. Ada tiga universitas besar yang

ada didalam kawasan ini, yaitu Atma Jaya,

YKPN, dan UPN. Setiap tahunnya,

mahasiswa yang diterima semakin

meningkat, menyebabkan kawasan ini

semakin padat. Semakin banyak pengadaan

fasilitas untuk kebutuhan dasar, seperti

tempat tinggal (kost) dan tempat makan.

Seiring kemajuan zaman, dan semakin

banyak budaya dan status ekonomi

pendatang yang masuk, gaya hidup pun

berubah karena adanya saling berpengaruh.

Hal ini didukung oleh fasilitas tambahan

yang menjamur.

Mengingat karakteristik kawasan

Seturan sebagai kawasan aglomerasi dan juga

sebagai lingkungan yang kental dengan

mahasiswa, sudah sewajarnya kawasan ini

tumbuh dengan pesat. Banyak fasilitas yang

disediakan untuk mempermudah kehidupan

mahasiswa dengan menyediakan segala lapis

kebutuhannya, yaitu primer, sekunder dan

tersier.

Namun dampak dibangunnya

fasilitas-fasilitas ini, terjadi kondisi yang tak

terkendali, seperti pengunjung yang datang

bukan hanya mahasiswa setempat, tapi juga

berbagai lapisan masyarakat dari luar

kawasan yang sengaja datang untuk

menikmati fasilitas yang ada dalam kawasan

ini. Dengan kondisi ini, keramaian kawasan

dimanfaatkan oleh pebisnis lain untuk

menyediakan fasilitas yang general, seperti

hotel, apartemen, dan mal.

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PADA TRANSFORMASI SOSIAL

KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA | 3

Pembangunan merebak, seiring

dengan bertumbuhnya kawasan ini dan mulai

terasa kental nuansa bisnisnya. Dari segi

arsitektur, pemilik penyedia fasilitas

berusaha untuk menonjolkan bangunannya

agar lebih menarik perhatian dan dapat

menampung pengunjung sebanyak-

banyaknya. Mulai terbentuk pola

pembangunan yang unplanned.

Sebagai implikasi dari pertumbuhan

kawasan ini, kawasan yang tadinya menjadi

lingkungan mahasiswa menjadi kawasan

bisnis. Lalu lintas didalam kawasan pun

menjadi lebih padat sehingga perlu adanya

perubahan sistem sirkulasi. Dari segi

ekonomis, tentu saja hal ini membawa

dampak positif, baik bagi masyarakat

setempat maupun pendatang atau pelaku

bisnis luar kawasan yang datang untuk

memanfaatkan kondisi ini.

Dari hal tersebut diatas, dapat disusun

kerangka permasalahan yang dapat

digunakan untuk melihat adanya

transformasi sosial yang terjadi di kawasan

Seturan seiring dengan pertumbuhan

kawasan tersebut.

Gambar 1 kerangka rumusan masalah

B. Lingkungan Kawasan

Kawasan Seturan masuk dalam

Kecamatan Depok yang ditentukan sebagai

wilayah aglomerasi. Kawasan ini secara

administratif termasuk dalam Desa

Caturtunggal, Depok, Sleman, provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai wilayah aglomerasi,

pertumbuhan diarahkan ke kawasan ini. Baik

untuk pembangunan sarana prasarana

sebagai fasilitas dasar warga setempat

maupun menjadi target peluasan

pembangunan kota.

Dalam kawasan ini, terdapat banyak

bangunan komersil yang telah dibangun atau

sedang dalam pembangunan. Pertumbuhan

yang terjadi dikawasan ini lebih mengarah

pada kawasan bisnis. Lebih tepatnya bisnis

fasilitas yang mendukung kegiatan khusus

mahasiswa yang ada di kawasan maupun

masyarakat secara umum di kabupaten

Yogyakarta, maupun Sleman. Seluas

kawasan Seturan ini, terdapat dua bentuk

pola, yaitu planned dan unplanned.

Bentuk pola planned, dapat terlihat di

Jalan Babarsari yang terdapat ruko-ruko

sederetan panjang dari timur ke barat. Bagian

planned juga dapat dilihat di area kampus

Atma Jaya, UPN dan YKPN. Sedangkan

sisanya, merupakan bentuk yang unplanned.

Gambar 2 Deretan Ruko di jalan Babarsari

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Bentuk unplanned yang dimaksud

lebih banyak terlihat di Jalan Seturan Raya

TRANSFORMASI SOSIAL

DINAMIKA KEGIATAN

SOSIAL DAN HUBUNGAN

MASYARAKAT

LINGKUNGAN MAHASISWA

FASILITAS DASAR

PERTUMBUHAN KAWASAN

yang dalam lingkupnya terdapat bangunan

komersil, residen, kuliner, bengkel, hingga

tempat berkumpul. Tata letak urutannya

terbentuk secara spontan berdasarkan

kepentingan pemilik tanah dan

pengembangnya.

Gambar 3 Deretan bangunan komersil di Jalan Seturan

Raya

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Jalan Seturan Raya merupakan

daerah yang memiliki fungsi terbanyak

dibandingkan titik lain yang ada di daerah

Seturan.

1) Bangunan Pendidikan

Seluas kawasan Seturan ini,

setidaknya ada tiga instansi pendidikan y ang

berdiri, yaitu Atma Jaya dan UPN di jalan

Babarsari, YKPN dijalan Seturan Raya dan

UPN Pusat yang berdekatan dengan

Ringroad Utara.

2) Residen dan Tempat Berkumpul

Komersil

Di bagian utara ini, pada sisi timur

kampus UPN, terdapat beberapa ruko yang

menyediakan fasilitas pemesanan tiket

pesawat, barang-barang fashion, dan bagian

selatan kampus UPN terdapat dua buah

minimarket dan sebuah kawasan pemukiman

yang menjadi daerah tempat tinggal

mahasiswa UPN kebanyakan.

Masih dibagian utara jalan Seturan

(bagian selatan kampus) terdapat pula ruko

komersil yang menjual barang-barang

fashion, dan diseberangnya terdapat hotel

yang baru selesai dibangun pada pertengahan

tahun 2014. Selain menyediakan tempat

tinggal sementara, hotel ini juga

menyediakan fasilitas untuk pelaku bisnis,

mahasiswa dan para professional untuk

berkumpul dengan mengadakan meeting

room, dan coffee shop. Selain hotel ini, ada

satu hotel lagi yang sudah cukup lama

dibangun.

Gambar 4 Hotel Fortune Fest

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Tidak jauh dari YKPN, sebelah

selatan, terdapat hotel yang cukup besar,

yaitu Hotel Merapi Merbabu. Hotel ini hanya

menyediakan fasilitas tempat tinggal

sementara yang eksklusif dan sedikit luasan

untuk fasilitas umum berupa tempat makan

KFC.

Gambar 5 Hotel Merapi Merbabu

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PADA TRANSFORMASI SOSIAL

KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA | 5

Pertumbuhan menjadikan kawasan

ini target pembangunan apartemen juga. Ada

dua apartemen yang sedang dibangun

dikawasan ini. Yaitu Apartemen Vivo dan

Apartemen Green Park.

Gambar 6 Apartemen Vivo

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Gambar 7 Apartemen Greenpark

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Terdapat satu titik yang sangat

terlihat didepan kampus Atma Jaya, yaitu

Hotel Syahid Raya. Hotel ini masih dalam

masa pembangunan. Selain sebagai tempat

tinggal sementara, hotel ini juga

menyediakan banyak fasilitas tempat

berkumpul seperti convension hall dan

fasilitas hiburan berupa Blitz Megaplex

dibagian Syahid Yogya Walk-nya.

Gambar 8 Hotel Syahid Raya dan Syahid Yogya Walk

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Dari informasi ini, dalam radius 1-1,5

kilometer, terdapat sekitar empat hotel dan 2

apartemen. Tentu saja fungsi dan jumlah ini

bukan disediakan khusus untuk mahasiswa,

namun lebih ditujukan pada turis untuk

menunjang sifat pariwisata Yogyakarta.

3) Kuliner

Banyak kuliner yang terdapat

dikawasan ini mengingat tempat ini tadinya

adalah murni lingkungan mahasiswa yang

membutuhkan berbagai variasi sebagai

kebutuhan dasarnya. Dalam kawasan ini

tersedia tempat makan dari yang kecil seperti

burjo dengan harga yang murah, hingga

rumah makan dan café dengan harga yang

jauh lebih tinggi.

Pengunjung yang datang untuk

mencari variasi makanan yang cukup banyak

di Seturan, tidak hanya bagi warga atau

mahasiswa yang tinggal dikawasan ini,

namun juga masyarakat dan mahasiswa dari

berbagai penjuru Yogyakarta dan Sleman.

Gambar 9 Kuliner di Seturan

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Gambar 10 Kuliner di Seturan

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

4) Coffee shop

Tidak hanya fasilitas untuk makanan

‘berat’, namun juga untuk kebutuhan tersier,

terdapat beberapa coffee shop, baik secara

independen, maupun bergabung dengan

fungsi bangunan lain seperti hotel.

Kini, Coffee shop menjadi tempat

yang utama bagi mahasiswa dan masyarakat

kebanyakan. Coffee shop menjadi tempat

yang efektif dan nyaman dengan fasilitas

koneksi internet yang memudahkan

masyarakat melakukan aktifitasnya. Coffee

shop adalah fasilitas yang menjamur,

khususnya di daerah Seturan ini. Namun

begitu, coffee shop yang terdapat di jalan

Seturan Raya, termasuk dalam kelas yang

eksklusif dengan harga yang cukup mahal,

bagi mahasiswa dalam status ekonomi rata-

rata.

Gambar 11 Parsley

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Gambar Error! No text of specified style in document.12

Eastern Kopi TM

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Gambar 13 Terrace Coffee

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PADA TRANSFORMASI SOSIAL

KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA | 7

Nuansa bisnis di Seturan semakin

kental dengan banyaknya tempat-tempat

seperti coffee shop yang eksklusif dengan

bentuk-bentuk bangunan yang juga sangat

menarik. Posisinya yang berada tak jauh dari

kampus, membuat kontras yang tinggi, dari

nuansa pendidikan menjadi nuansa bisnis.

5) Hiburan

Penyedia sarana hiburan juga ikut

meramaikan nuansa bisnis di Seturan. Pada

awalnya fasilitas ini mengejar lingkungan

mahasiswa. Namun pengunjung yang tadinya

hanya mahasiswa setempat, meluas tak

terkendali hingga mahasiswa luar kawasan.

Gambar Error! No text of specified style in document.14

Movie Box

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014

Sarana hiburan yang disediakan

cukup menarik untuk mahasiswa yang

membutuhkan refreshing dari aktifitas

sehari-harinya.

C. Perubahan Struktur dikawasan

Seturan

Setiap daerah akan mengalami

perubahan akibat kondisi utama seperti

ekonomi, teknologi, geografi dan kondisi

biologi (Soekanto, 1990:38). Daerah Seturan

mengalami perubahan seiring dengan tingkat

perekonomian yang semakin beragam.

Terdapat factor-faktor yang menjadi

penyebab dan mempengaruhi terjadinya

perubahan.

1) Faktor-faktor penyebab

Terjadinya perubahan disebabkan

oleh adanya ketidakpuasan akan hal yang

sudah ada, yang dulunya dapat memenuhi

kebutuhan, namun sekarang sudah tidak lagi

maksimal.

Faktor-faktor penyebab perubahan

antara lain adalah vision (kesan), optimalnya

kawasan, penataan yang maksimal pada

kawasan dengan fungsi-fungsi yang

mendukung, penggunaan struktur yang

sesuai pada bangunan serta komposisi tapak

pada kawasan (Cristoper Alexander, A New

Theory of Urban Design, 1987, 14:32-99).

Kesan yang berubah pada daerah

Seturan ini, yaitu dulunya dijadikan jalan

pintas bagi masyarakat yang tinggal di utara

(Sleman) untuk mencapai tujuannya di kota

(selatan), begitu juga sebaliknya. Namun

dengan menyadari terus bertambahnya

jumlah kendaraan yang melintas (seiring

dengan meningkat pesat jumlah penduduk)

kawasan ini menjadi sangat cocok sebagai

tempat efektif untuk berpromosi. Lama

kelamaan, kawasan ini mulai menyediakan

fasilitas-fasilitas yang tadinya hanya ada di

pusat kota. Harapannya membuat kendaraan-

kendaraan yang melintas untuk mampir,

tercapai. Bahkan kini, banyak kendaraan-

kendaraan yang melintas memang bertujuan

ke jalan Seturan.

Melihat situasi di daerah Seturan,

kondisi kawasan ini menjadi optimal untuk

terjadi perubahan fungsi yaitu dengan

banyaknya mahasiswa yang berada di dalam

kawasan dan kendaraan yang berlalu lalang

dijalan ini, secara ekonomis, tempat ini

menjadi sangat cocok untuk dijadikan

sebagai lahan bisnis yang menjanjikan.

Pada dasarnya, penataan dikawasan

ini terlihat seperti unplanned. Banyak tanah

yang dijual pada pengembang untuk

dijadikan lahan bisnis dan perijinan yang

didapat, mendukung menjamurnya bisnis

fasilitas dikawasan ini. Termasuk juga karena

secara geografis, sebagai wilayah

aglomerasi, peluasan kota sudah sangat

kentara menjadi penyebab berubahnya

kawasan Seturan.

Semakin dekat dengan kota, semakin

banyak ragam aktifitas yang terdapat

didalamnya. Keberadaan fasilitas-fasilitas ini

tidak lepas dari tumbuh dan berkembangnya

kegiatan-kegiatan publik yang mendominasi

penggunaan ruang-ruang umum kota.

Fasilitas-fasilitas inilah yang dimaksud

dengan aktivitas pendukung (activity

support).

Dalam peluasan kawasan kota,

terdapat tiga konsep pengembangan wilayah,

yaitu konsep pusat pertumbuhan, konsep

integrasi fungsional, dan konsep pendekatan

desentralisasi (Alkadri et all, Manajemen

Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah,

1999). Terlihat jelas bahwa konsep pusat

pertumbuhan pada Seturan, mengingat begitu

banyaknya investor yang menanam

investasinya dalam bentuk bisnis fasilitas

seperti hotel, coffee shop, kuliner dan

hiburan yang sudah dibangun maupun belum

selesai dibangun.

Konsep integrasi fungsional, dapat

dilihat dari penggabungan antara lingkungan

pendidikan dengan lingkungan bisnis yang

terjadi di Seturan. Konsep ini disengaja untuk

menempatkan kawasan Seturan mempunyai

hirarki sebagai pusat pelayanan relative

terhadap kota. Sedangkan konsep

desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah

tidak terjadinya aliran keluar dari

sumberdana dan sumberdaya manusia yang

ada dalam kawasan. Kawasan dioptimalkan

akan menjadi sentral baru yang dapat

melayani berbagai kebutuhan masyarakat.

2) Faktor-Faktor Pengaruh

Sebagaimana yang dikatakan oleh

Soekanto (1990:361-365) bahwa terdapat

delapan faktor yang mempengaruhi

terjadinya perubahan, yaitu (1) kontak

dengan kebudayaan lain; (2) sistem

pendidikan formal; (3) sikap menghargai

hasil karya orang lain; (4) toleransi; (5)

system terbuka terbuka lapisan masyarakat;

(6) penduduk yang heterogen; (7)

ketidakpuasan masyarakat; dan (8) orientasi

masa depan. Dari delapan faktor tersebut,

terdapat empat poin yang mempengaruhi

perubahan di Seturan, yaitu (1) kontak

dengan kebudayaan lain; (2) penduduk yang

heterogen; (3) ketidakpuasan masyarakat; (4)

orientasi ke masa depan.

Kawasan Seturan yang juga sebagai

lingkungan mahasiswa, didatangi oleh

berbagai penjuru Indonesia dengan

membawa kebudayaannya masing-masing.

Hal ini mempengaruhi adanya perubahan

gaya hidup pada masing-masing individu,

baik sesama mahasiswa maupun masyarakat

setempat. Termasuk juga didalamnya,

mahasiswa yang datang dari luar Indonesia,

yang tentu saja sedikit banyak, mampu

mendominasi pola pikir yang berbeda pada

warga Indonesia dengan gaya hidup

‘luar’nya. Kontak antar budaya ini

menyebabkan adanya generalisasi kultur.

Oleh karena itu, fasilitas yang ada, tidak lagi

memuaskan masyarakat. Maka, muncullah

bisnis fasilitas yang diadopsi dari

kebudayaan luar.

Ragam (heterogen) masyarakat, baik

budaya maupun status ekonomi, mampu

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PADA TRANSFORMASI SOSIAL

KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA | 9

membawa ‘sesuatu yang baru’ dalam gaya

hidup, baik dengan sesama mahasiswa

maupun masyarakat setempat. Hal-hal ini

mempengaruhi jalannya perubahan yang

terjadi dikawasan Seturan yang semakin lama

semakin mampu melayani seluruh kebutuhan

baik primer, sekunder, hingga tersier.

Perubahan yang terjadi di kawasan ini

tentu saja juga berorientasi ke masa depan.

Dapat dilihat dari pembangunan yang ada

didominasi oleh sifat investasi. Wilayah kota

diarahkan pada kawasan ini untuk

melengkapi atau menambahkan fasilitas-

fasilitas yang sudah ada.

Sebagai kawasan bisnis, tentu saja

faktor persaingan tak dapat diabaikan.

Persaingan antar investor sangat terlihat dari

bagaimana mereka berusaha maksimal untuk

meraup pengunjung lebih banyak dari yang

lainnya. Bentuk fasilitas yang ditawarkan

hingga bentuk bangunan yang menaungi

menjadi target utama dalam implikasi

persaingan tersebut.

Menurut Porter (1990) dalam Tiga

Pilar Pengembangan Wilayah (1999),

keunggulan komparatif telah dikalahkan oleh

kemajuan teknologi. Secara umum, kawasan

ini bersaing, berusaha meraih keunggulan,

dengan kawasan lain di Yogyakarta.

Keunggulan yang dimaksud disini adalah

keunggulan faktor produksi, keunggulan

inovasi, kesejahteraan masyarakat dan

besarnya investasi.

Dari berbagai faktor-faktor yang ada,

faktor ekonomi lah yang paling mendominasi

terjadinya perubahan yang ada di kawasan

Seturan. Dengan meningkatnya kemampuan

ekonomi, seiring dengan semakin

beragamnya latarbelakang penduduk, maka

semakin tinggi kebutuhannya. Investor

memanfaatkan kondisi ini dengan

menyediakan kebutuhan-kebutuhan ekstra

yang dimaksud. Hal ini merupakan

kesempatan emas bagi investor untuk

membangun fasilitas yang diinginkan.

Namun sangat disayangkan, bentuk yang

nyata terlihat adalah bentuk yang unplanned

terhadap kawasan.

D. Dampak Perubahan Kawasan

Beberapa hal yang dapat dilihat

sebagai dampak terjadinya perubahan. Dalam

desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat

elemen-elemen fisik urban design yang

bersifat ekspresif dan suportif yang

mendukung terbentuknya struktur visual kota

serta terciptanya citra lingkungan yang dapat

pula ditemukan pada lingkungan, elemen

tersebut adalah (1) tata guna lahan; (2) bentuk

dan massa bangunan; (3) sirkulasi dan parkir;

(4) ruang terbuka; (5) jalur pejalan kaki; (6)

aktifitas pendukung dan (7) symbol dan

tanda. Yang terlihat secara jelas, dampak

terjadinya perubahan kawasan Seturan,

terdapat lima poin, yaitu (1) tata guna lahan;

(2) sirkulasi dan parkir; (3) ruang terbuka; (4)

jalur pejalan kaki; dan (5) symbol dan tanda.

1) Tata Guna Tanah

Tata guna lahan dua dimensi

menentukan ruang tiga dimensi yang

terbentuk. Ada dua hal yang perlu

dipertimbangkan, yaitu pertimbangan umum

dan pertimbangan pejalan kaki (street level)

yang menciptakan ruang yang manusiawi.

Namun yang terjadi dalam

pertumbuhan dan perubahan kawasan

Seturan, justru semakin kecilnya ruang bagi

pejalan kaki. Bangunan-bangunan yang ada,

mayoritas menghabiskan luas lahannya untuk

keperluan komersil.

2) Sirkulasi dan Parkir

Sirkulasi semakin padat. Dengan

banyaknya fasilitas yang tersedia dikawasan

ini, tidak seiring dengan lebar jalan. Hal ini

dikarenakan Seturan sudah menjadi tujuan

oleh masyarakat luar kawasan demi

pelayanan yang ada. Sirkulasi terparah ada di

perempatan pertemuan Jalan Seturan Raya

dengan Jalan Selokan Mataram. Tindakan

pemerintah dalam menangani masalah ini

yaitu dengan mengubah sistem sirkulasi di

titik tersebut dengan mengatur jalan tersebut

dengan jalan searah.

Sirkulasi yang padat, termasuk juga

disebabkan oleh permasalahan parkir. Luasan

parkir yang disediakan tidak sesuai dengan

pengunjung yang datang, sehingga parkir liar

ditepi jalan masih kerap terjadi. Selain

berpengaruh pada visual kawasan, parkir liar

juga menghambat sirkulasi pada jalan utama.

3) Ruang Terbuka

Tidak adanya ruang terbuka ditempat

ini mengakibatkan semakin kecil

kemungkinan kontak sosial yang terjadi

dikawasan ini. Dari sini dapat dikatakan

bahwa hubungan sosialnya menjadi longgar,

acuh dan tidak pribadi.

4) Jalur Pejalan Kaki

Terlihat pada visual kawasan, tidak

ada jalur khusus bagi pejalan kaki, seakan

Seturan dikhususkan untuk kendaraan

bermotor. Ditambahkan lagi dengan

kenyataan adanya parkir liar ditepi jalan,

semakin menindas nasib pejalan kaki. Tidak

adanya jalur khusus pejalan kaki menjadi

akibat dari sirkulasi dan parkir yang tidak

diatur, juga kurangnya kepedulian terhadap

pejalan kaki. Semakin lama, jumlah pejalan

kaki semakin sedikit dan ini juga berarti

semakin sedikit adanya interaksi sosial non

bisnis di kawasan ini.

5) Simbol dan Tanda

Pada dasarnya, ukuran dan kualitas

dari papan reklame diatur untuk (1)

menciptakan kesesuaian; (2) mengurangi

dampak negatif visual; (3) dalam waktu

bersamaan menghilangkan kebingungan

serta persaingan tanda lalu lintas atau tanda

umum yang penting; (4) Tanda yang didesain

dengan baik menyumbangkan karakter pada

fasad bangunan dan menghidupkan street

space dan memberikan informasi bisnis; dan

(5) dalam urban desain, preservasi harus

diarahkan pada perlindungan permukiman

yang ada dan urban place, sama seperti

tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti

mempertahankan kegiatan yang berlangsung

ditempat itu.

Sayangnya, yang terjadi justru

dominan melanggar dasar tersebut.

Persaingan yang tidak sehat ditandai dengan

iklan-iklan reklame yang saling ingin

menonjol sendiri. Hal ini terjadi karena

belum ada aturan tegas soal ukuran dan

kualitasnya. Dari segi desain pun terkesan

asal jadi. Dampak negatif visual yang

seharusnya dikurangi justru semakin

meningkat.

BAB III KESIMPULAN

Melihat perubahan yang terjadi di

kawasan Seturan sebagai kawasan

aglomerasi, ternyata pertumbuhannya sangat

pesat. Terutama dilihat dari pembanguann

fasilitas yang semakin beragam dan bentuk

bangunan yang semakin besar. Perubahan

kawasan bergerak kearah ekonomi secara

dominan. Dampak yang terjadi juga cukup

banyak, terutama secara sosiologis.

Sosial yang melonggar menjadi salah

satu akibat utama dalam pertumbuhan

kawasan, karena fasilitas-fasilitas yang

disediakan merupakan fasilitas yang

menaungi pengunjung bukan hanya warga

setempat namun juga luar kawasan. Sifatnya

PELUASAN KAWASAN KOTA YANG BERDAMPAK PADA TRANSFORMASI SOSIAL

KAJIAN TERHADAP KAWASAN SETURAN, YOGYAKARTA | 11

pun terkesan private agar pengunjung tidak

terganggu oleh masyarakat setempat.

Sifat sosial yang tampak pada

kawasan ini adalah sifat sosial yang

berkelompok. Bertambahnya jumlah dan

ragam penduduk, menjadikannya gep sendiri

dalam masalah sosial. Tidak adanya

kepedulian terhadap warga sekitar (termasuk

tidak adanya kepedulian terhadap pejalan

kaki) juga menimbulkan kesenjangan antara

si miskin dan si kaya. Begitu juga dengan

fasilitas-fasilitas yang mahal bermunculan.

Kelompok sosial yang ada dalam kawasan ini

(baik setempat maupun pendatang) terbagi

menjadi tiga, yaitu low-end, mid-end,dan

high-end. Pengelompokan ini dapat dilihat

dari terpisahnya tempat mereka berkumpul.

Hal ini tidak hanya terjadi pada lapisan

masyarakat secara umum, namun juga

mahasiswa secara khusus. Mahasiswa pun

terbagi menjadi tiga kelompok sosial tersebut

karena fasilitas yang tidak mendukung

penyamarataan sosial ekonomi masyarakat

setempat demi keuntungan bernominal

rupiah.

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko (Ed. Mubyarto). 1993.

Karakteristik dan permasalahan

(Pembangunan Pedesaan di

Indonesia), Yogyakarta : Aditya

Media

Pratiwi, (Ed. Mubyarto). 1993.

Permasalahan Pembangunan di

Desa-Desa Pedalaman dan

Perbatasan. Yogyakarta : Aditya

Media

http://zoelyer.blogspot.com/2012/04/sosiolo

gi-perkotaan.html (akses : Desember

2014)

http://pengembanganperkotaan.wordpress.co

m/2011/11/09/teori-teori-

perkembangan-kota/ (akses :

Desember 2014)