pelatihan pelaksana madya perawatan gedung (site

61
SSBM – 02 = SPESIFIKASI STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM – 02 = SPESIFIKASI STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

PELATIHANPELAKSANA MADYA PERAWATAN

GEDUNG(SITE SUPERVISOR OF BUILDING

MAINTENANCE)

2005

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMBADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIAPUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Page 2: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -i-

KATA PENGANTAR

“Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung” adalah merupakan salah satu modul dari

beberapa modul yang perlu diberikan kepada peserta pelatihan Pelaksana Madya

Perawatan Bangunan Gedung sebagai bekal didalam melaksanakan tugasnya di

lapangan.

Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana

Para Peserta Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site

Supervisor of Building Maintenance) ini bukanlah mereka yang masih awam

dalam hal pekerjaan Perawatan Bangunan Gedung.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi

materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam

rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Desember 2005

Penyusun

Page 3: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -ii-

LEMBAR TUJUAN

MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan BangunanGedung (Site Supervisor of Building Maintenance )

MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur

TUJUAN UMUM PELATIHAN :Mampu mengawasi pekerjaan perawatan bangunan gedung sesuai dengan metode dan

prosedur yang dapat diterima, dinyatakan pada gambar teknik dan spesifikasi seperti

pada dokumen kontrak dan perjanjian kerja.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Melaksanakan sesuai spesifikasi struktur bangunan gedung.

3. Melaksanakan sesuai spesifikasi arsitektur bangunan gedung.

4. Melaksanakan sesuai spesifikasi utilitas bangunan gedung.

5. Membuat alokasi waktu dan penjadwalan.

6. Membuat perhitungan rancangan anggaran biaya.

7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak.

8. Menggunakan teknologi bahan, bangunan dan konstruksi.

9. Menggunakan Komputer

10. Menjelaskan rekayasa bangunan.

11. Menggunakan perlengkapan dan metode kerja.

12. Melaksanakan manajemen pemeliharaan & perawatan bangunan gedung.

13. Melaksanakan manajemen supervisi lapangan & pelaporan.

14. Menjelaskan pranata pembangunan.

Page 4: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -iii-

NO. DAN JUDUL MODUL : SSBM – 02 SPESIFIKASI STRUKTUR BANGUNANGEDUNG

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)Setelah mempelajari modul, peserta mampu melaksanakan sesuai spesifikasi struktur

bangunan gedung guna pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung

sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan

perawatan bangunan gedung sesuai peraturan yang berlaku sehingga layak difungsikan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)Pada akhir pelatihan peserta mampu :

1. Membaca gambar struktur bangunan gedung.

2. Melaksanakan sesuai spesifikasi pondasi.

3. Melaksanakan sesuai spesifikasi struktur bagian atas (pelat, balok & lantai).

4. Melaksanakan sesuai spesifikasi atap gedung.

Page 5: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -iv-

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

LEMBAR TUJUAN ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODULPELATIHAN PELAKSANA MADYAPERAWATAN BANGUNAN GEDUNG (SiteSupervision of Building Maintenance) .......................................... vii

DAFTAR MODUL .......................................................................................... viii

PANDUAN INSTRUKTUR ............................................................................. viii

BAB I GAMBAR STRUKTUR BANGUNANGEDUNG1.1 Sistem Struktur Bangunan Tinggi ...................................................... I-11.2 Struktur dan Pembebanannya ........................................................... I-2

1.2.1 Pengertian Pekerjaan Struktur ............................................... I-21.2.2 Kombinasi Pembebanan ........................................................ I-41.2.3 Pengertian Beban .................................................................. I-4

1.3 Jenis Pekerjaan Struktur.................................................................... I-51.3.1 Pekerjaan Struktur Beton ....................................................... I-51.3.2 Pekerjaan Struktur Komposit.................................................. I-51.3.3 Pekerjaan Struktur Beton ....................................................... I-5

1.4 Lingkup Pelaksanaan Pekerjaan Struktur .......................................... I-7

BAB II SPESIFIKASI PONDASI

BAB III SPESIFIKASI STRUKTUR BAGIAN ATAS3.1 Struktur Pelat dan Kolom pada Lantai................................................ III-2

3.1.1 Sisten Penahan Gaya Gravitasi ............................................. III-23.1.2 Sistem Penahan Gaya Lateral................................................ III-4

3.2 Luas Lantai Bangunan Efektif ............................................................ III-63.2.1 Bangunan Hotel ..................................................................... III-73.2.2 Bangunan Rumah Sakit ......................................................... III-9

3.3 Batasan dan Ketentuan Peruntukan .................................................. III-9

BAB IV SPESIFIKASI ATAP BANGUNAN GEDUNG

Page 6: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -v-

4.1 UMUM ............................................................................................... IV-14.2 PEMILIHAN BAHAN YANG EKOLOGIS............................................ IV-14.3 BAHAN PENUTUP ATAP .................................................................. IV-2

4.3.1 Atap Genteng Tanah.............................................................. IV-34.3.2 Atap Genteng Beton............................................................... IV-54.3.3 Atap Genteng Keramik ........................................................... IV-64.3.4 Atap Genteng Asbes .............................................................. IV-74.3.5 Atap Genteng Sirap Kayu....................................................... IV-74.3.6 Atap Genteng Metal (Zincalume)............................................ IV-8

4.4 STRUKTUR ATAP............................................................................. IV-84.4.1 Atap Kayu Bentangan Besar (Large

Span Timber Roofs) ............................................................... IV-94.4.2 Atap Baja Bentangan Besar (Large

Span Steel Roofs) .................................................................. IV-124.4.3 Atap Tempurung (Shell Roofs) .............................................. IV-164.4.4 Atap Lempeng Lipatan (Folded Plate

Roofs) .................................................................................... IV-184.4.5 Struktur Atap Tegangan (Tension

Roof Structures) ..................................................................... IV-19

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

HAND OUT

Page 7: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -vi-

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHANPELAKSANA MADYA PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG

(Site Supervision of Building Maintenance)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pelaksana Madya PerawatanBangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) dibakukan dalam

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah

ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Pelaksana Madya PerawatanBangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) unit-unit tersebut

menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit

Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan

kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen

Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus

pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan

Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul

pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan

pengajaran dalam pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (SiteSupervisor of Building Maintenance).

Page 8: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -vii-

DAFTAR MODUL

Jabatan Kerja : Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung(Site Supervisor of Building Maintenance)

NomorModul Kode Judul Modul

1 SSBM – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2 SSBM – 02 Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung3 SSBM – 03 Spesifikasi Arsitektur Bangunan Gedung

4 SSBM – 04 Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung

5 SSBM – 05 Alokasi Waktu dan Penjadwalan

6 SSBM – 06 Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya

7 SSBM – 07 Dokumen Kontrak

8 SSBM – 08 Teknologi Bahan, Bangunan & Konstruksi

9 SSBM – 09 Komputer

10 SSBM – 10 Rekayasa Bangunan

11 SSBM – 11 Perlengkapan dan Metode Kerja

12 SSBM – 12 Manajemen Pemeliharaan & Perawatan BangunanGedung

13 SSBM – 13 Manajemen Supervisi Lapangan dan Pelaporan

14 SSBM – 14 Pranata Pembangunan

Page 9: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -viii-

PANDUAN INSTRUKTUR

NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PELAKSANA MADYAPERAWATAN BANGUNAN GEDUNG (SITESUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE)

KODE MODUL : SSBM - 02

JUDUL MODUL : SPESIFIKASI STRUKTUR BANGUNANGEDUNG

DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan Gambarstruktur bangunan gedung, Spesifikasipondasi, Spesifikasi struktur bagian atas(pelat, balok dan lantai), Spesifikasi atapbangunan gedung untuk pelatihan Pelaksana

Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site

Supervisor of Building Maintenance).

TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya.

WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

Page 10: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -ix-

RENCANA PEMBELAJARAN

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. Ceramah : Pembukaan

Menjelaskan tujuaninstruksional umum(TIU) danTujuan instruksional khusus(TIK)

Menjelaskan maksud dantujuan spesifikasi strukturbangunan gedung.

Menjelaskan pengertianspesifikasi struktur bangunangedung.

Waktu : 5 menit

Mengikuti penjelasan TIUdan TIK dengan tekun danaktif

Mengikuti penjelasanmaksud dan tujuanspesifikasi strukturbangunan gedung.

Mengikuti penjelasanpengertian spesifikasistruktur bangunan gedung.

Mengajukan pertanyaanapabila ada yang kurangjelas.

OHT

2. Ceramah : Bab I, GambarStruktur Bangunan Gedung

Memberikan penjelasan, uraianatau-pun bahasan mengenai :Gambar struktur bangunangedung.

Waktu : 25 menit

Mengikuti penjelasan,uraian atau bahasaninstruktur dengan tekundan aktif.

Mengajukan pertanyaanapabila ada yang kurangjelas.

OHT

3. Ceramah : Bab II, SpesifikasiPondasi

Memberikan penjelasan, uraianatau-pun bahasan mengenai :Spesifikasi pondasi.

Waktu : 20 menit

Mengikuti penjelasan,uraian atau bahasaninstruktur dengan tekundan aktif.

Mengajukan pertanyaanapabila ada yang kurangjelas.

OHT

4. Ceramah : Bab III, SpesifikasiStruktur Bagian Atas (Pelat,Balok & Lantai)

Memberikan penjelasan, uraianatau-pun bahasan mengenai :Spesifikasi struktur bagian atas(pelat, balok & lantai).

Mengikuti penjelasan,uraian atau bahasaninstruktur dengan tekundan aktif.

Mengajukan pertanyaan

OHT

Page 11: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

Modul SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) -x-

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNGWaktu : 20 menit apabila ada yang kurang

jelas.

5. Ceramah : Bab IV, SpesifikasiAtap Bangunan Gedung

Memberikan penjelasan, uraianatau-pun bahasan mengenai :Spesifikasi atap bangunangedung.

Waktu : 20 menit

Mengikuti penjelasan,uraian atau bahasaninstruktur dengan tekundan aktif.

Mengajukan pertanyaanapabila ada yang kurangjelas.

OHT

Page 12: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-1

BAB IGAMBAR STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

1.1 SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

Pada dasarnya setiap sistem struktur pada suatu bangunan merupakan

penggabungan berbagai elemen struktur secara tiga dimensi, yang cukup

rumit. Fungsi utama dari sistem struktur adalah untuk memikul secara aman

dan efektif beban yang bekerja pada bangunan, serta menyalurkannya ke

tanah melalui fondasi. Beban yang bekerja pada bangunan terdiri dari beban

vertikal, horizontal, perbedaan temperatur, getaran dan sebagainya.

Sistem struktur dalam proses perancangannya selalu menghadapi beberapa

kendala, diantaranya: persyaratan arsitektural, sistem mekanikal dan elektrikal,

metode konstruksi dan aspek ekonomi.

Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton

bertulang, baja maupun komposit, selalu ada komponen (subsistem) yang

dapat dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya

gravitasi dan sistem untuk menahan gaya lateral (Gambar 1.1).

Gambar 1.1: Sistem Struktur Bangunan Tinggi

Gambar 1.1: Sistem Struktur Bangunan Tinggi

Page 13: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-2

1.2 STRUKTUR DAN PEMBEBANANNYA

1.2.1 Pengertian Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur pada bangunan rumah susun adalah pekerjaan rangka

bangunan yang berada di atas pekerjaan pondasi dengan bentuk komponen

berupa kolom, balok, joint balok dan kolom, lantai, dinding serta tangga.

Struktur bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana (bertingkat rendah)

umumnya berupa Struktur Rangka Portal yang terdiri dari kolom dan balok

yang merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat.

Gambar 1.2 Struktur Rangka Beton

Kolom portal harus dibuat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas,

artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal

ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi

harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis

lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban

bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan

dimensi kolom harus dilakukan pada lapoi lantai, agar pada satu lajur kolom

mempunyai kekakuan yang sama.

Page 14: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-3

Gambar 1.3: Perubahan Dimensi Kolom

Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima

seluruh beban dari palat-lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung.

Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan

yang dapat menahan Momen, Gaya Vertikal dan Gaya Horisontal. Untuk

menambah kekakuan balok, dibagian pangkal pada pertemuan dengan kolom,

boleh ditambah tebal .

Gambar 1.4: Penebalan balok pada pertemuan dengan kolom

Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap

beban-beban sebagai berikut:

Beban-Mati, dinyatakan dengan lambang : M

Beban-Hidup, dinyatakan dengan lambang : H

Beban-Angin, dinyatakan dengan lambang : A

Beban-Gempa, dinyatakan dengan lambang : G

Beban-Khusus, dinyatakan dengan lambang : K

Page 15: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-4

1.2.2 Kombinasi Pembebanan

Pembebanan Tetap : M + H

Pembebanan Sementara : (M + H) + A dipilih pengaruh mana yang

lebih besar

atau : (M + H) + G

Pembebanan Khusus : (M + H) + K

atau : (M + H) + A + K

atau : (M + H) + G + K

Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu konstruksi bangunan

dipakai pembebanan tetap yang terberat. Setelah diperoleh ukuran dari

konstruksi portalnya berdasarkan tegangan ijin bahan (σb), langkah-langkah

selanjutnya adalah mengadakan hitungan kontrol terhadap beban sementara

atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih membahayakan

konstruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata konstruksi tidak aman

terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi tersebut harus diperbesar

lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan mampu mendukung

beban tetap, beban sementara dan beban khusus.

1.2.3 Pengertian Beban

a. Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap,

termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta

alat atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka

bangunannya.

b. Beban-hidup adalah berat beban dari penghuni dan atau barang-barang

yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan.

Pada atap, beban-hidup termasuk air hujan yang tergenang.

c. Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya,

karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang).

d. Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur

rangka bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung

berdasarkan suatu analisa dinamik.

e. Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih, suhu,

penurunan pondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.

Page 16: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-5

Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan

konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat

menahan gaya desak, sedang tulang baja mampu menahan gaya tarik, jadi

bahan beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api,

merupakan bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat

berumur panjang.

1.3 JENIS PEKERJAAN STRUKTUR

Pekerjaan Struktur dibedakan menurut jenis bahan-

bahan yang digunakan untuk membuat struktur portal

bangunan bertingkat antara lain:

1.3.1 Pekerjaan Struktur Baja

Pekerjaan Struktur Baja yaitu dimana komponen-

komponennya yang terdiri dari kolom, balok, lantai dan

tangga semuanya dari bahan baja dan dibuat secara

fabrikasi.

Dimana untuk pekerjaan rumah susun di Indonesia saat

ini belum pernah dilaksanakan mengingat biaya

pembangunannya mahal, peralatan berat yang

digunakan cukup banyak dan sistem pelaksanaan

pekerjaan memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi

dengan tenaga kerja yang ahli di bidang pekerjaan baja.

1.3.2 Pekerjaan Struktur Komposit

Pekerjaan Struktur Komposit dimana komponen kolom,

balok dan tangga memakai bahan baja sedang

lantainya memakai bahan beton bertulang.

Di Indonesia pekerjaan rumah susun sederhana dengan

sistem ini belum dapat dilaksanakan mengingat

biayanya cukup mahal, peralatan yang dipakai cukup

banyak dan sistem pelaksanaan pekerjaan memerlukan

tingkat ketelitian yang tinggi terutama pada sambungan-

sambungan (joint).

Page 17: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-6

1.3.3 Pekerjaan Struktur Beton

Pekerjaan Struktur Beton yaitu dimana komponen-

komponennya yang terdiri kolom, balok, lantai, tangga

semuanya dibuat dari bahan beton bertulang dan

dicetak di tempat serta merupakan satu kesatuan dalam

suatu sistem struktur yang seimbang (stabil).

Page 18: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-7

Keuntungan Struktur Beton dalam pembuatan rumah

susun antara lain:

a. Bahan relatif murah dibanding baja dan precast

b. Pengerjaannya mudah

c. Bisa dibentuk sesuai dengan desain

d. Teknik konstruksi secara konvensional

Dari hasil pengumpulan data teknis konstruksi

pembangunan rumah susun sederhana di Indonesia,

maka banyak yang memakai Teknik konstruksi

konvensional yaitu memakai struktur beton bertulang

(lihat table di bawah ini yang diambil dari Laporan Akhir

Pengkajian dan Penerapan Teknik Konstruksi Rumah

Susun Tahun 1995/1996 oleh Proyek Pengkajian dan

Penerapan Teknologi Perumahan dan Permukiman

PUSLITBANGKIM halaman 13).

Tabel 1.1: Komposisi Data Berbagai Teknik Konstrusi Rumah Susun

No. LOKASI RUMAH SUSUNTEKNIK

KONSTRUKSI YANGDIPAKAI

KETERANGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Pekunden, Semarang

Bandarharjo, Semarang

Gayung Kebon Sari, Surabaya

Perumnas Menanggal, Surabaya

Dupak Mangunrejo, Surabaya

Penjaringan, Surabaya

Sombo, Surabaya

Bendungan Hilir, Jakarta

Bandar Kemayoran, Jakarta

Konvensional

Konvensional

Konvensional

Konvensional

Konvensional

Konvensional

Konvensional

Konvensional

Sub Konvensional Outinor

Pekerjaan struktur kayu untuk penggunaan rumah susun di Indonesia sampai

saat ini belum pernah dilaksanakan, mengingat untuk bangunan rumah

dengan struktur kayu hanya bisa dipakai sampai dengan 2 lantai, bahan kayu

Page 19: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab I: Gambar Struktur Bangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) I-8

dengan jumlah yang banyak juga sulit didapatkan dan memerlukan

pemeliharaan yang tinggi terhadap cuaca dan serangga.

1.4 LINGKUP PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR

Pekerjaan Struktur yang dibahas di dalam

pembangunan rumah susun adalah pekerjaan struktur

beton bertulang.

Lingkup pelaksanaan pekerjaan struktur meliputi

pekerjaan persiapan, penyediaan bahan, perlengkapan

peralatan/mesin, pemasangan serta tenaga kerja dan

pengetesan mutu bahan yang diperlukan untuk struktur

beton bertulang, selama proses / tata cara kerja.

Pemeriksaan mutu bahan untuk beton termasuk

bahannya, seperti semen, pasir, kerikil/batu pecah dan

airnya.

Pemeriksaan atas ukuran baik sebagai bahan bangunan

(seperti Ø besi, bahan pasir, batu kerikil) maupun

sebagai komponen atau bagian bangunan (dimensi

balok, kolom, plat).

Pemeriksaan pembuatan bekisting, kualitas dan bentuk

material, kestabilan selama pembuatan beton

(pengecoran), waktu pembukaan bekisting

rangka/penunjang, pengikat dan sebagainya.

Page 20: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab II: Spesifikasi Pondasi

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) II-1

BAB IISPESIFIKASI PONDASI

Pada bangunan tinggi, umumnya digunakan pondasi dalam (pondasi tak langsung),

baik berupa tiang pancang maupun tiang bor. Di samping itu, kerap kali digunakan

pondasi rakit (basemen) yang kadang kala diperkuat dengan pondasi tiang.

Dalam perencanaan pondasi tiang, perlu dilakukan penyelidikan tanah, khususnya

percobaan sondir untuk memperoleh nilai konus (qc) dan Jumlah Hambatan Pelakat

(JHP = ). Nilai qc dan ini diperlukan untuk menghitung kapasitas daya pikul satu

tiang.

Dewasa ini, dikenal banyak jenis pondasi tiang, diantaranya: Frankie Pile, Baja Profil

’H’, Pipa Baja. Namun yang paling sering digunakan adalah tiang pancang beton

bertulang berpenampang bujur sangkar atau pipa beton prategang atau pondasi bor

(dengan atau tanpa selubung casing).

Pada pondasi tiang, dikenal dua jenis pondasi tiang :

1) Pondasi yang bertumpu pada lapisan keras (point bearing pile).

Pada kondisi ini, tiang dianggap bertumpu pada lapisan keras dengan nilai qc >

200 kg/cm2.

2) Pondasi yang mengandalkan lekatan tanah (friction pile)

Mengingat lapisan tanah keras berada jauh di dalam tanah, daya pikul tiang

pancang dihitung berdasarkan rumus:

63

LOqAP c

Persamaan 2.1

Di mana : A adalah luas penampang tiangqc adalah tegangan konus tanah keras (qc = 200 kg/cm2)O adalah keliling penampang tiang adalah Jumlah Hambatan Pelekat ( = 0.2 kg/cm2)L adalah panjang tiang

Di atas pondasi tiang, terutama jika kita menggunakan kelompok tiang, berikanlah

pelat pengikat yang diberi nama poer (pile cap). Ketebalan poer ini diperhitungkan

dengan memperhatikan tegangan pons:

kolom

kolompoerpons A

P

141

6

1 ' Persamaan 2.2

Page 21: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab II: Spesifikasi Pondasi

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) II-2

Selanjutnya ketebalan ’poer’ dapat diperoleh dengan rumus :

ttba

Pkolompons 22 (kolom persegi empat) Persamaan 2.3

ttr

Pkolompons

2(kolom lingkaran) Persamaan 2.4

Gambar 2.1: Pondasi Tiang dan ’Poer’

di mana : r adalah jari-jari penampang kolom

Bangunan tinggi yang menggunakan pondasi rakit berupa basemen, daya

dukung pondasinya dihitung berdasarkan :

fondasiahahfondasiGrakit AWWWP tantan Persamaan 2.5

di mana : WG adalah berat bangunanWpondasi adalah berat pondasiWtanah adalah berat tanah yang dipindahkan =

Page 22: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab II: Spesifikasi Pondasi

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) II-3

= Apondasi x f x gtanah(berat jenis tanah : tanah = 1700 kg/cm2)

ahtan adalah berat pondasi

Gambar 2.2: Skematik Basemen

Jika pondasi bangunan merupakan gabungan antara pondasi rakit dan pondasi

tiang (Gambar 2.3), maka jumlah tiang pancang yang diperlukan adalah :

tiang

rakitG

P

PWn

Persamaan 2.6

di mana : WG adalah berat bangunanPrakit adalah daya pikul pondasi rakit (persamaan 2.5)Ptiang adalah daya pikul satu pondasi tiang (persamaan 2.1)

Gambar 2.3: Pondasi Rakit dan Tiang

Page 23: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-1

BAB IIISPESIFIKASI STRUKTUR BAGIAN ATAS

Dalam perancangan bangunan tinggi yang melibatkan aplikasi teknologi dan sistem

bangunan secara terpadu, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk

menghasilkan bangunan tinggi yang lebih peduli terhadap lingkungan.

Kemungkinan untuk mengetahui kepekaan terhadap iklim setempat terlihat pada

bangunan vernakular, terutama jika iklim setempat sangat ekstrem dan metode

pembangunan dengan cara tradisional masih sangat kuat. Pendekatan strategi ini

tentunya tidak terbatas pada suatu lingkup yang hanya dibatasi oleh pemilihan bahan

bangunan tradisional, kepercayaan, metode pelaksanaan yang digunakan, tetapi juga

oleh pengaruh budaya dan tradisi masyarakat setempat. Hal ini terlihat dari bentuk

yang masif dan bukaan yang sedikit, untuk menghindari iklim pasa dan kering, atau

bangunan yang terkesan ringan dengan bukaan besar, pada daerah yang beriklim

panas dan lembab, untuk menangkap sebanyak mungkin manfaat dari matahari dan

sirkulasi udara.

Pada pendekatan strategi ini, orientasi bukaan bangunan, dimensi dan tata letak serta

pemilihan bahan bangunan yang sesuai menjadi titik tolak perancangan, sehingga

menghasilkan bangunan yang banyak memanfaatkan potensi alam, terutama sinar

matahari dan angin. Bangunan yang terbentuk dapat berupa bangunan tropis atau

bangunan bioklimatik.

Strategi rancangan ini erat kaitannya dengan strategi yang sebelumnya, rancangan

dengan pertimbangan iklim, sekaligus menjadi potensi lingkungan setempat agar tidak

tercemar atau rusak dengan keberadaan bangunan. Rancangan ini juga terintegrasi

dengan sistem pengendalian lingkungan di mana bangunan tersebut didirikan.

Pada strategi ini, seakan-akan terlihat pembagian yang jelas antara ruang-ruang

pelayanan dan ruang-ruang yang dilayani, sehingga kebutuhan ruangan yang

digunakan untuk sistem mekanikal dan elektrikal dapat dialokasikan secara baik.

Dengan demikian, bangunan merupakan suatu kompleks sistem layanan di mana

jaringan utilitas merupakan bagian yang perlu diperhatikan dalam rancangan.

Dalam perancangan bangunan tinggi, ketiga strategi perancangan tersebut

merupakan dasar bagi tercapainya integrasi sistem bangunan yang ditujukan demi

Page 24: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-2

tercapainya kebutuhan fungsi bangunan tanpa mengabaikan kekuatan struktur dan

kenyamanan di dalam bangunan.

Arsitek bagai menghadapi teka-teki setiap kali dirinya melakukan perancangan

bangunan baru. Meskipun setiap bangunan memiliki fungsi yang sama, selalu ada

keunikan yang perlu diselesaikan dengan cara yang berbeda.

3.1 STRUKTUR PELAT DAN KOLOM PADA LANTAI

Pekerjaan struktur pada bangunan bagian atas adalah pekerjaan rangka bangunan

yang berada di atas pekerjaan pondasi dengan bentuk komponen berupa kolom,

balok, joint balok dan kolom, lantai, dinding serta tangga.

Struktur bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana (bertingkat rendah)

umumnya berupa Struktur Rangka Portal yang terdiri dari kolom dan balok yang

merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat.

Kolom portal harus dibuat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak

kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan

menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan

denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin

ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin

ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapoi lantai,

agar pada satu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.

Dalam berbagai pekerjaan struktur bangunan bagian atas dapat dikelompokkan

menjadi dua sistem yaitu :

Sistem Penahan Gaya Gravitasi

Sistem Penahan Gaya Lateral

3.1.1 Sistem Penahan Gaya Gravitasi

Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan

beban hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan.

Struktur lantai merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan, sehingga

pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama, di antaranya:

Page 25: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-3

a. Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai

makin berkurang dimensi kolom dan fondasinya serta makin dimungkinkan

menggunakan bentang yang lebih besar.

b. Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi.

c. Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utilitas yang diperlukan.

d. Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api.

e. Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika

pelaksanaan pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang.

f. Dapat mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan

pelat lantai (perancah – steiger)

Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi pelat dengan balok induk

(girder) atau anak balok (beam) atau rusuk (rib atau joist), yang ketebalannya

tergantung pada bentang, beban, dan kondisi tumpuannya (Gambar 3.1).

Gambar 3.1: Struktur Lantai

Pelat satu arah (one way slab) ditumpu oleh balok anak

yang ditempatkan sejajar satu dengan lainnya, dan

Page 26: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-4

perhitungan pelat dapat dianggap sebagai balok tipis

yang ditumpu oleh banyak tumpuan.

Pelat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) ditumpu

oleh rusuk, anak balok yang jarak satu dengan lainnya

sangat berdekatan, sehingga secara visual hampir

sama dengan pelat satu arah.

Pelat yang keempat sisinya ditumpu oleh balok dengan

perbandingan lx/ly < 2, disebut pelat dua arah, sehingga

perhitungan pelat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan dua arah; biasanya dengan menggunakan

tabel tertentu.

Dua jenis berikutnya adalah pelat dua arah yang tidak

ditumpu oleh balok, tetapi langsung oleh kolom. Jenis

pertama, pelat lantai ditumpu langsung oleh kolom

tanpa penebalan di sekeliling kolom (drop panel)

dan/atau kepala kolom (column capital), sehingga

beban vertikal langsung dipikul oleh kolom dari segala

arah (flat plate). Sedangkan pada jenis kedua, pada

puncak kolom terdapat penebalan pelat lantai dan/atau

kepala kolom (flat slab), sehingga dapat memikul gaya

geser atau momen lentur yang lebih besar.

Pelat wafel adalah pelat dua arah yang ditumpu oleh

rusuk dan dua arah. Pelat ini memberikan kekuatan

yang cukup besar, sehingga dapat memikul beban

vertikal atau dapat digunakan untuk bentang lantai yang

besar.

3.1.2 Sistem Penahan Gaya Lateral

Hal yang penting pada struktur bangunan tinggi adalah

stabilitas dan kemampuannya untuk menahan gaya

lateral, baik yang disebabkan oleh angin atau gempa

bumi. Beban angin lebih terkait pada dimensi ketinggian

Page 27: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-5

bangunan, sedang beban gempa lebih terkait pada

massa bangunan.

Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan

sistem pengaku untuk dapat menahan gaya lateral, agar

deformasi yang terjadi akibat gaya horizontal tidak

melampaui ketentuan yang disyaratkan (P-D Effect).

Pengaku gaya lateral yang lazim digunakan adalah

portal penahan momen, dinding geser atau rangka

pengaku.

Portal penahan momen terdiri dari komponen

(subsistem) horizontal berupa balok dan komponen

(subsistem) vertikal berupa kolom yang dihubungkan

secara kaku (rigid joints). Kekakuan portan tergantung

pada dimensi balok dan kolom, serta proporsional

terhadap jarak lantai ke lantai dan jarak kolom ke kolom.

Dinding geser (shear wall) didefinisikan sebagai

komponen struktur vertikal yang relatif sangat kaku.

Dinding geser pada umumnya hanya boleh mempunyai

bukaan sedikit (sekitar 5%) agar tidak mengurangi

kekakuannya. Fungsi dinding geser berubah menjadi

dinding penahan beban (bearing wall), jika dinding

geser menerima beban tegak lurus dinding geser.

Rangka pengaku (branced frame) terdiri dari balok dan

kolom yang ditambahkan pengaku diagonal. Adanya

pengaku diagonal ini akan berpengaruh pada

fleksibilitas perpanjangan/perpendekan lantai di mana

pengaku tersebut ditempatkan. Rangka pengaku

banyak digunakan pada bangunan tinggi yang

menggunakan struktur baja. Jenis rangka pengaku yang

sering digunakan, di antaranya adalah pengaku

diagonal tunggal/ganda, pengaku ’K’ (horisontal/

vertikal), atau rangka pengaku eksentris lihat Gambar

3.2.

Page 28: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-6

Gambar 3.2: Perilaku Sistem Gabungan PenahanGaya Lateral

Pada bangunan tinggi sering digunakan gabungan

antara portal penahan momen dengan dinding geser,

terutama pada bangunan tinggi yang dibangun di

daerah yang terkena pengaruh gempa bumi.

Penggabungan antara portal dan dinding geser populer,

terutama bagi bangunan tinggi dengan struktur beton.

Hal ini dapat memberikan hasil yang baik untuk

memperoleh kekenyalan/daktilitas (ductility) dan

kekakuan sistem struktur (Gambar 3.2).

Penempatan dinding geser dapat dilakukan pada sisi

luar bangunan atau pada pusat bangunan. Dinding

geser yang ditempatkan pada bagian dalam bangunan

biasa disebut dengan inti struktural (structural core).

3.2 LUAS LANTAI BANGUNAN EFEKTIF

Banyak program arsitektural hanya menghitung luas lantai bangunan yang

dibutuhkan bagi kegiatan penghuni/pengguna bangunan (luas netto) dan tidak

memperhatikan luas lantai yang dibutuhkan untuk sirkulasi (horizontal dan

vertikal), penempatan perlengkapan/peralatan bangunan baik berupa

peralatan mekanikal maupun elektrikal, dan luas lantai yang ditempati oleh

struktur bangunan, baik berupa kolom maupun dinding geser/inti bangunan.

Page 29: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-7

Perbandingan antara luas efektif (luas netto) dan luas bruto (luas tipikal) dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1: Nisbah Luas Netto terhadap Luas Lantai Bruto

Fungsi Bangunan KoefisienApartemenAsramaAuditoriumBalai Pertemuan UmumBankBangunan Institusional/AdministrasiGedung ParkirGudangHotelMuseumPengadilanPerbelanjaan/PertokoanPerkantoranPerpustakaanRestoranRumah SakitSekolah (Laboratorium)Sekolah (Ruang Peragaan Biologi)Sekolah (Ruang Kelas)

0.640.650.700.580.720.670.850.930.630.800.610.810.800.760.700.550.590.620.66

Kadang-kadang luas lantai bruto ditentukan berdasarkan unit okupansi dari

fungsi bangunan, sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2: Rancangan Luas Bruto sesuai Fungsi per Unit Okupansi

Fungsi Bangunan Unit Luas Bruto (m2)

ApartemenAsramaAuditoriumBioskop/TeaterGedung ParkirHotelRumah SakitRestoranSekolah Dasar

UnitTempat Tidur

KursiKursiMobil

KamarTempat Tidur

KursiMurid

80.018.52.51.5

33.585.030.03.07.0

Page 30: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-8

Sekolah Lanjut PertamaSekolah Menengah Umum

MuridMurid

10.012.0

3.2.1 Bangunan Hotel

Mengingat bangunan hotel terbagi dalam beberapa kategori, yang umumnya

diistilahkan dengan bintang, maka satuan luas kamar hotel, luas lantai bruto

dan jumlah minimal kamar ditentukan berdasarkan Tabel 3.3.

Tabel 3.3: Ketentuan Dasar Hotel

Klasifikasi HotelLuas Kamar

(m2)Luas Lantai Bruto

per Kamar (m2)Jumlah Kamar

Minimal

Bintang 5Bintang 4Bintang 3Bintang 2Bintang 1

36 (4.5 x 8)32 (4 x 8)

30 (4 x 7,5)28 (4 x 7)24 (4 x 6)

1501201008060

500400300200100

Selanjutnya, kamar dalam hotel dibagi dalam beberapa jenjang, sebagaimana

tertera dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4: Jenjang Jenis Kamar Hotel

Jenis Kamar Koefisien terhadapKamar Standar

Junior SuiteStandar SuiteDeluxe SuiteSuper Deluxe SuitePresidential Suite

1.5 x2.0 x4.0 x4.0 x6.0 x

Dalam perhitungan kebutuhan luas bruto untuk hotel, dapat pula digunakan

pendekatan lain. Dengan menganggap luas yang diperlukan untuk sirkulasi

horizontal (10% luas bruto) dan sirkulasi vertikal (25% luas bruto), maka luas

bruto untuk kamar :

kamarkamarbrutokm LL

251

1

101

1

,,Persamaan 3.1

Di mana : kamar adalah jumlah kamar yang disediakan

Lkamar adalah luas netto kamar tidur (Tabel 3.3)

Page 31: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-9

Di samping kebutuhan luas lantai untuk kamar tidur, diperlukan pula ruangan-

ruangan bagi kebutuhan penunjang kegiatan produktif (restoran, banquete,

toko, dan lain-lain):

brutokmprodpenj LL %40 Persamaan 3.2

Dengan demikian jumlah luas lantai produktif menjadi :

prodpenjbrutokmprod LLL Persamaan 3.3

Selanjutnya, kebutuhan lantai non-produktif (ruangan pengelolaan hotel,

mekanikal & elektrikal, dan lain-lain) mengikuti :

%:%: 4060 prodnonprod LL Persamaan 3.4

atau

prodprodnon LL3

2 Persamaan 3.5

Jadi, luas lantai bruto untuk hotel adalah :

prodnonprodutorb LLL Persamaan 3.6

Nilai yang dihasilkan dari Persamaan 3.6 biasanya mendekati nilai yang

tercantum dalam Tabel 3.3.

Luasan yang diperlukan untuk kamar (Lkm-bruto) biasanya menempati lantai

tipikal, sedang sisanya (Lbruto-Lkm-bruto) ditempatkan pada bangunan podium.

Adapun luas dan jumlah lantai tipikal disesuaikan dengan ketentuan Koefisien

Dasar Bangunan (KDB) dan jumlah lantai tipikal harus memenuhi ketentuan

Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

Untuk bangunan hotel yang berbentuk menara (tower), jumlah kamar per

lantainya biasanya berkisar antara 24-36 kamar, sedangkan untuk hotel yang

bentuk memanjang (slab) jumlahnya disesuaikan dengan fasilitas layanan dan

persyaratan keamanan (jarak ke lif dan tangga kebakaran, dilatasi dan lain-

lain).

3.2.2 Bangunan Rumah Sakit

Sebagaimana halnya bangunan hotel, Rumah Sakit juga terbagi atas beberapa

klasifikasi seperti yang tertera pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5: Ketentuan Dasar Rumah Sakit

Page 32: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-10

KlasifikasiRumah Sakit

Luas Lantai Bruto pertempat tidur (m2)

KapasitasTempat Tidur

Kelas AKelas BKelas C

302010

1000800500

3.3 BATASAN DAN KETENTUAN PERUNTUKAN

Dalam ketentuan Ijin Mendirikan Bangunan, setiap bangunan harus memenuhi

persyaratan peruntukan tata guna lahan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB),

Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien

Tapak Basement (KTB), maksimum ketinggian lantai, Garis Sepadan

Bangunan (GSB), Garis Sepadan Jalan (GSJ) dan Jarak Bebas antar

Bangunan.

DP

ltdasar

L

LKDB Persamaan 3.7

DP

total

L

LKLB Persamaan 3.8

Di mana : LDP adalah luas Daerah Perencanaan

luas tanah di belakang GSJ

Ltotal adalah luas total lantai bangunan

Dalam peta Rencana Tata Lingkungan Bangunan (RTLB), nilai-nilai ini tertera

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Page 33: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-11

Gambar 3.3: Notasi Peruntukan, KDB, KLB, dan Ketinggian Bangunan

Menurut Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Propinsi DKI Jakarta Nomor 4

tahun 1975, Perda Nomor 7 DKI Jakarta Tahun 1991, dan Surat Keputusan

Gubernur Pemerintah Propinsi DKI Jakarta Nomor 678 Tahun 1994, ketentuan

tentang jarak bebas dan lantai-lantai bangunan disyaratkan sebagaimana

dalam Gambar 3.4.

Untuk Jarak Bebas antar Masa Bangunan dalam Satu Daerah Perencanaan

(DP) ketentuannya adalah sebagai berikut :

a. Kedua Dinding Berjendela/TransparanJarak Bebas Minimum = YA + YB (Gambar 3.5)

b. Satu Dinding Transparan dan Satu Dinding MasifJarak Bebas Minimum = YA + 0,5 YB (Gambar 3.6)

c. Kedua Dinding MasifJarak Bebas Minimum = (YA + YB) x 0,5 (Gambar 3.7)

d. Jika Nilai Jarak GSB – GSJ kurang dari YUntuk ketinggian lebih dari 4 lapis, Jarak Bebas Minimum bidang terluar

Massa Bangunan dengan GSJ = Yn (Gambar 3.4).

Page 34: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-12

Gambar 3.4: Jarak Bebas dan Ketinggian Bangunan

Gambar 3.5: Jarak Bebas Dua Bangunan Transparan

Page 35: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-13

Gambar 3.6: Jarak Bebas antar Bangunan Transparan dan Masif

Gambar 3.7: Jarak Bebas Dua Bangunan Masif

Untuk Ketinggian Bangunan empat lapis, Jarak Bebas Minimum bidang terluar

Massa Bangunan dengan GJS = nilai GSB (Gambar 3.8).

Gambar 3.8: Jarak GSB – GSJ < Y

Page 36: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-14

e. Denah dari Lantai Dasar sampai Denah Lantai Tertinggi samaJika denah lantai dasar suatu bangunan sampai dengan denah lantai

tertinggi membentuk bidang vertikal (yang lurus), maka Jarak Bebas

Minimum dikurangi sebesar 10% dari ketentuan (Gambar 3.9).

Gambar 3.9: Lantai Dasar sampai Lantai Tertinggi Vertikal

f. Denah Bangunan Berbentuk U atau HApabila suatu massa bangunan mempunyai denah berbentuk ‘U’ atau ‘H’

(dengan lekukan) dan bila kedalaman lekukan melebihi Y, maka bangunan

tersebut dianggap dua massa bangunan dan antara dua massa tersebut

harus ada Lebar Minimum Lekukan = Y (Gambar 3.10).

Gambar 3.10: Bangunan dengan Bentuk Denah ’U’ atau ’H’

Ketentuan lainnya adalah menyangkut jarak lantai ke lantai, sebagaimana

terlihat pada Gambar 3.11.

Page 37: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab III: Spesifikasi Struktur Bagian Atas

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) III-15

Gambar 3.11: Jarak Maksimum antar Lantai Bangunan

Jika pada bangunan terdapat basemen, maka :

1) Jarak basemen tidak boleh kurang dari 3,00 meter dari pagar

pekarangan

2) Lantai Dasar tidak boleh lebih tinggi dari 1,20 meter.

3) Kemiringan (ramp) tidak boleh melebihi 1 : 7.

4) Jarak Ketinggian bebas basemen minimum 2,10 meter.

Page 38: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-1

BAB IVSPESIFIKASI ATAP BANGUNAN GEDUNG

4.1 UMUM

Perkembangan pembangunan gedung berjalan dengan pesat, sesuai dengan Undang-

Undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung maka yang termasuk dalam

bangunan gedung berdasarkan fungsinya adalah :

1. Fungsi Hunian yaitu rumah tinggal, asrama, pemondokan, dan lain-lain.

2. Fungsi Komersial/Usaha yaitu pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran

komersial, hotel, pabrik dan lain-lain.

3. Fungsi Keagamaan/Tempat Ibadah yaitu masjid, gereja, pagoda, kuil, dan lain-lain.

4. Fungsi Sosial Budaya yaitu gedung sekolah, puskesmas, rumah sakit, panti asuhan

dan lain-lain

5. Fungsi Khusus.

Pesatnya pembangunan tersebut menimbulkan kebutuhan terhadap bangunan yang

meningkat baik jenis maupun ragamnya dan material-material substruktur atau alternatif

yang dapat digunakan. Ini memungkinkan adanya variasi alternatif pemilihan bahan

bangunan dalam struktur dan elemen estetis gedung. Karena itu untuk memilih jenis

bahan yang akan digunakan perlu pengetahuan tentang bahan bangunan yang

membahas jenis, sifat dan penerapan bahan bangunan tersebut. Pemakaian bahan

bangunan tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi fungsinya saja, tetapi juga harus

efisien dan tepat. Karena itu, selain faktor sistem struktur, lokasi dan kondisi lahan, maka

bahan bangunan merupakan salah satu elemen penting yang menentukan kualitas,

mewah, murah, sederhana dan mahalnya suatu gedung.

4.2 PEMILIHAN BAHAN YANG EKOLOGIS

Arsitektur Ekologis adalah cara membangun yang holitis (berhubungan dengan sistem

keseluruhan), memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan),

sebagai proses dan kerja sama antara manusia dan alam sekitarnya seperti berikut ini:

berhubungan erat dengan tempat bangunan, sejarah, kebudayaan, tata kota, tata

lingkungan, serta keadaan lalu lintas (pencapaian).

Page 39: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-2

Memiliki kualitas tinggi berhubungan dengan penggunaan ruang dalam maupun ruang

luas, pencahayaan, warna, bentukan dan bahan bangunan;

Menjadi fleksibel sekali dalam penggunaan dan perubahan, memungkinkan

keanekaragaman kebersamaan penghuni dan mendukung partisipasi semua anggota

terkait dengan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, maupun penggunaan

(pemasangannya);

Memperhatikan ekologi pada bahan bangunan (peredaran bahan dan rantai bahan);

Mendukung kesehatan penghuni dan menghindari bahan bangunan yang

menimbulkan penyakit pada manusia.

Hal ini berarti bahwa titik berat terletak pada pilihan bahan bangunan dengan perhatian

khusus terhadap perencanaan lingkungan, menurut kriteria-kriteria berikut :

Pengaruh posifit terhadap kesehatan dan kenyamanan penghuni;

Pengunaan energi yang hemat;

Pencemaran lingkungan yang sedikit, dengan perhatian atas :

o Bahan yang dapat digunakan kembali atau bertambah kembali

o Sumber bahan bangunan dan pengolahan dari daerah setempat

o Tidak mengalami perubahan (transformasi yang tidak dapat dikembalikan pada

alam).

Atap merupakan salah satu bagian pokok bangunan selain dari pondasi, lantai, dinding,

langit-langit (plafond) dan bagian-bagian lainnya perlu memperhatikan hal-hal tersebut

diatas dalam memilih jenis material yang digunakan.

4.3 BAHAN PENUTUP ATAP

Penutup atap merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi untuk menutup rangka

atap dengan tujuan melindungi ruangan dibawahnya dari pengaruh cuaca. Bahan

penutup atap telah banyak berkembang, baik dari segi bahan maupun bentuknya yang

berbeda. Beberapa bangunan tradisional menggunakan daun-daunan (rumbai) dan ijuk

sebagai bahan penutup atap. Sementara itu bangunan orang-orang yang mampu dan

bangunan-bangunan istana telah menggunakan bahan penutup atap berupa sirap (kayu).

Saat ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan bahan bangunan, dapat dijumpai

pabrik-pabrik yang memproduksi bahan penutup atap yang beraneka ragam yang tidak

hanya menampilkan fungsinya saja tetapi juga menyangkut segi estetika (keindahan).

Page 40: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-3

Meskipun banyak pilihan bahan penutup atap yang tersedia dipasar atau toko bahan

bangunan, namun untuk memilih yang tepat perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai

berikut :

1. Fungsi

2. Estetika (keindahan)

3. Kondisi iklim

4. Lingkungan gedung yang akan dibangun

5. Daya tahan

6. Keserasian dengan arsitektur gedung

7. Dana yang tersedia

Penutup atap yang baik adalah yang memiliki kadar ketahanan (keawetan) yang tinggi

dan mudah perawatan maupun pemeliharaannya.

Berikut ini adalah jenis-jenis bahan penutup atap, yaitu :

a. atap genteng tanah

b. atap genteng beton

c. atap genteng keramik

d. atap genteng asbes

e. atap genteng sirap kayu

f. atap genteng metal (logam)

4.3.1 ATAP GENTENG TANAH

Atap genteng tanah ini terbuat dari bahan baku tanah liat yang dicetak dan dibakar

matang. Ada beberapa tipe genteng ini, yaitu Tipe S (Vlam), Tipe Kodok, Tipe

Plentong, Tipe Morando, dan Tipe Turbo. Dari segi bentuk dan kualitas, Tipe S

(Vlam) adalah tipe yang paling sederhana, untuk menahan air genteng tipe S

(Vlam) cukup memadai, tetapi tidak kuat untuk menahan beban yang cukup berat

seperti beban manusia. Genteng tipe Kodok memiliki struktur lebih kuat dan tebal

dengan bagian tengah bawah menonjol bulat yang berfungsi sebagai pengunci

antara genteng satu dengan lainnya dan juga sebagai tempat berpijak ketika

pemasangan genteng. Adapun genteng tanah tipe plentong bentuknya mirip

genteng tipe S (Vlam), tetapi memiliki bentuk lebih terstruktur yang membuat

genteng ini lebih rapi dan kuat untuk menahan beban pijakan manusia diatasnya.

Pemasangan konstruksi atap dari bahan genteng menggunakan sudut 30o – 40o.

Kelebihan atap genteng dari bahan tanah adalah tidak menyerap panas, sehingga

Page 41: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-4

ruangan dibawahnya menjadi sejuk. Sedang kelemahan genteng tanah ini adalah

mudah ditumbuhi lumut. Cara mengatasinya dengan jalan genteng tanah tersebut

difinishing dengan cat atap.

Ada beberapa cara untuk memilih genteng tanah, yaitu dipilih genteng yang

berwarna merah merata, genteng yang terdapat sedikit warna coklat berarti

pembakarannya kurang sempurna. Perlu diperhatikan juga genteng yang

bentuknya rapi dan ukurannya relatif seragam sehingga memudahkan

pemasangannya. Ukuran lain tentang sempurnanya pembakaran genteng tersebut

adalah jika genteng diketuk-ketuk, suaranya terdengar nyaring. Masyarakat pada

umumnya banyak menggunakan genteng ini karena harganya relatif terjangkau.

Gambar 4.1: Genteng Tanah

Gambar 4.2: Pemasangan Genteng Tanah

Page 42: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-5

4.3.2 ATAP GENTENG BETON

Atap genteng beton dibuat dengan bahan campuran pasir, semen, bahan pengikat

dan zat aditif yang berupa penguat serta bahan pewarna. Berbagai ukuran dapat

dijumpai pada genteng beton ini, tergantung dari bentuk dan tipenya. Genteng

beton umumnya diproduksi secara masal (mass production) dipabrik-pabrik

genteng, sehingga menghasilkan ukuran yang relatif seragam. Hal ini merupakan

kelebihan genteng beton, karena mudah dan rapi pemasanganya. Berbagai warna

terdapat pada genteng beton ini mulai natural, merah, hijau, biru dan sebagainya.

Kelebihan lain genteng beton adalah tahan api dan anti lumut, kuat menahan

beban berat dan tahan hingga 20 tahun. Adapun kelemahannya genteng beton

adalah berat, menyerap panas, sehingga ruang dibawahnya mudah menjadi

panas. Untuk pemasangan konstruksi atap genteng beton, sudut yang digunakan

sekitar 30o – 40o.

Gambar 4.3: Genteng Beton

Gambar 4.4: Pemasangan Genteng Beton

Page 43: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-6

4.3.3 ATAP GENTENG KERAMIK

Genteng keramik dibuat dari bahan baku tanah, ditambah campuran khusus dan

dilapisi bahan keramik. Pembuatan genteng keramik dilakukan dengan proses

pembakaran temperatur tinggi sehingga menghasilkan genteng yang bermutu

tinggi dengan tingkat presisi yang sama. Kelebihan genteng keramik ini meliputi

tahan api, mampu menahan beban berat, anti lumut, licin sehingga air mudah

mengalir, warnanya tahan lama, tidak perlu pemeliharaan khusus dan tahan

hingga 30 tahun. Genteng keramik memiliki aneka macam warna sehingga dapat

dijadikan pilihan, aksesoris seperti penutup nok atau kerpus, penangkal petir,

listplank, dan sebagainya. Kelemahan genteng keramik harganya relatif mahal.

Adapun pemasangan konstruksi genteng keramik sama dengan genteng tanah

dan genteng beton.

Gambar 4.5: Genteng Keramik

Gambar 4.6: Pemasangan Genteng Keramik

Page 44: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-7

4.3.4 ATAP GENTENG ASBES

Atap genteng asbes dibuat dari campuran semen dan bahan serat yang

dipadatkan. Bentuk dan ukurannya beragam dengan tipe gelombang, antara lain

gelombang 5 ½ , gelombang 6 1/2 , dan gelombang 14. Kelebihan genteng asbes

adalah harganya relarif murah, mudah pemasangannya, sedikit menggunakan

kayu untuk rangka sehingga hemat biaya dan sedikit memerlukan usuk dan reng.

Kekurangannya, genteng asbes adalah menyerap panas sehingga ruang

dibawahnya mudah panas, mudah berlumut dankurang tahan dibanding genteng

keramik atau genteng beton. Sudut kemiringan dalam pemasangan konstruksinya

adalah 15o – 25o.

Gambar 4.7: Bentuk dan Pemasangan Genteng Asbes

4.3.5 ATAP GENTENG SIRAP KAYU

Bahan untuk atap genteng sirap adalah kayu ulin, kayu jati dan sebagainya.

Bentuknya berupa lembaran tipis dengan panjang 40 – 60 cm, lebar 7 – 20 cm,

dan tebal 3 – 5 cm. Dengan genteng sirap maka kemungkinan air meresap

kebawah sangat kecil karena genteng sirap ini dipasang dengan susun berlapis

dengan sudut kemiringan 25o – 40o.

Keunggulan genteng sirap adalah beratnya ringan, kuat dan kokoh menahan

beban berat, tidak menyerap panas dan memiliki keindahan ketika telah dipasang.

Kekurangan genteng sirap adalah pemasangannya perlu waktu lama, jika bocor

sulit ditemukan lokasi kebocorannya dan harganya relatif mahal karena

menggunakan bahan kayu yang mulai langka dipasaran.

Page 45: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-8

Gambar 4.8: Bentuk dan Pemasangan Genteng Sirap

4.3.6 ATAP GENTENG METAL (ZINCALUME)

Bahan atap genteng metal (zincalume) terbuat dari campuran aluminium (Al) dan

seng (Zn). Atap genteng metal ini merupakan temuan bahan atap terbaru saat ini

yang pembuatannya dilakukan secara masal (mass production) dipabrik-pabrik.

Karena dengan proses mekanisasi maka menghasilkan produk atap genteng

metal dengan presisi tinggi. Kelebihan atap genteng ini adalah beratnya ringan,

cepat pemasangannya, kuat dan kokoh menahan beban berat, pilihan warna

beragam, dan harganya relatif murah. Genteng ini cocok untuk di Indonesia yang

beriklim tropis. Untuk sudut pemasangan konstruksinya adalah 30o – 40o.

Gambar 4.9: Atap Genteng Metal (Zincalume)

Page 46: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-9

4.4 STRUKTUR ATAP

Dalam merancang dan membangun gedung, terdapat beberapa struktur atap, yaitu :

Atap Kayu Bentangan Besar (Large Span Timber Roofs)

Atap Baja Bentangan Besar (Large Span Steel Roofs)

Atap Tempurung (Shell Roofs)

Atap Lempeng Lipatan (Folded Plate Roofs)

Struktur Atap Tegangan (Tension Roof Structures)

4.4.1 ATAP KAYU BENTANGAN BESAR (LARGE SPAN TIMBER ROOFS)

Ada berbagai atap-atap kayu yang tersedia untuk ukuran bentangan sedang dan

besar yang dikelompokkan sebagai berikut :

a. Penopang Miring (Pitched Trusses)

b. Balok Penopang Puncak (Flat Top Girders)

c. Penopang Benang Simpul (Bowstring Trusses)

a. Penopang Miring (Pitched Trusses)

Ada 2 (dua) ukuran segitiga yang merancang rangka-rangka yang ditempatkan

pada 4.500 – 6.000 pusat-pusat dengan bentangan mencapai 30.000.

Kemiringan (pitch) harus mempunyai ratio kedalaman terhadap bentangan

sebesar 1 : 5 atau kecuraman (ketinggian) dan dipilih pada penutup-penutup

atap yang tepat/cocok.

Gambar 4.10 berikut adalah struktur atap jenis / tipe penopang miring (Pitched

Truses).

b. Balok Penopang Puncak (Flat Top Girders)

Pada dasarnya terhadap balok-balok kisi-kisi kemiringan rendah pada 4.500

sampai 6.000 pusat (titik) dan bentangan mencapai 45.000, dengan ratio

kedalaman terhadap bentangan 1 : 8 sampai 1 : 10. Detail konstruksinya sama

dengan tipe pitched trusses dimana hubungan-hubungan dan sambungan-

sambungannya biasanya dibuat dari penghubung-penghubung kayu dan baut-

baut. Secara garis besar, tipe ini dapat dilihat pada Gambar 4.10 dan 4.11berikut.

Page 47: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-10

Gambar 4.10: Penopang Miring (Pitched Trusses)

Page 48: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-11

Gambar 4.11: Balok Penopang Puncak (Flat Top Girders)

c. Penopang Benang Simpul (Bowstring Trusses)

Tipe ini pada dasarnya adalah sebuah penopang kisi-kisi dengan sebuah

lengkungan atas dan ditempatkan pada 4.500 sampai 6.000 pusat (titik)

dengansuatu interval bentangan ekonomis mencapai 75.000. Ratio antara

kedalaman dan bentangan biasanya 1 : 6 sampai 1 : 8 dengan radius/jari-jari

penghubung puncak mendekati sama dengan bentangan. Tipe benang simpul

(bowstring trusses) ini dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut.

Gambar 4.12: Penopang Benang Simpul (Bowstring Trusses)

Page 49: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-12

Dari ketiga jenis / tipe struktur atap kayu bentangan besar tersebut dapat dipilih

salah satu dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :

Ketersediaan ukuran kayu yang cocok sesuai kebutuhan

Biaya kayu alternatif

Biaya fabrikasi dan perancangan (desain)

Biaya-biaya dan problem transportasi

Biaya-biaya dan problem pendirian (erection) dan assembling di lapangan

Biaya dan ketersediaan bahan penutup atap

Pertimbangan-pertimbangan rancangan arsitektur.

SambunganHubungan antara anggota-anggota kayu struktur dapat dibuat dengan (Gambar4.13) :

Paku

Baut + Skrup

Lem (perekat) dan paku atau skrup

Baut-baut

Baut-batu dan penghubung-penghubung kayu

Lempengan-lempengan penopang

4.4.2 ATAP BAJA BENTANGAN BESAR (LARGE SPAN STEEL ROOFS)

Tipe-tipe atap diberikan untuk atap-atap kayu bentangan lebar juga dapat

dirancang dan difabrikasi menggunakan standar konstruksi baja. Interval

bentangan dan ruang dari rangka-rangka atau penopang kisi-kisi adalah sama

dengan atap-atap kayu. Sambungan pada tipe struktur ini dengan cara di baut

atau di las. Ada 2 (dua) jenis / tipe atap baja bentangan besar, yaitu geladak ruang

(space deck) dan rangka ruang (space frames).

a. Geladak Ruang (space deck)

Space deck adalah strutkur sistem atap yang dirancang untuk bentangan yang

besar dengan kolom yang lebar (wide column spacings). Ini didasarkan pada

unit pengulangan yang sederhana terdiri dari rangka piramida terbalik yang

dapat dihubungkan pada rangka-rangka yang sama untuk menghasilkan

bentangan sampai 22.000 untuk rancangan bentangan tunggal dan mencapai

33.000 untuk dua atap bentangan. Unit-unit ini dihubungkan bersama dengan

baut dan mengikat batang-batang antara pasangan-pasangan apex / puncak.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Gambar 4.15.

Page 50: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-13

Gambar 4.13: Typical BS 159 timber connectors

Page 51: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-14

Gambar 4.14: Typical Space Deckstandar units

Gambar 4.15: Typical ’Speed Deck’edge-fixing details

b. Rangka Ruang (space frames).

Rangka ruang prinsipnya sama dengan geladak ruang tetapi umunya lebih

fleksifbel dalam rancangan dan kemungkinan tata letak karena komponen

utamnya adalah hubungan/gabungan bersama penghubung-penghubung dan

penjepit (penguat). Rangka ruang biasanya dirancang sebagai double layer

grid sebagai dihadapkan pada single layer grid yang utamanya digunakan

untuk bentuk-bentuk geometrik seperti lengkungan (dome). Kedalaman double

layer grid adalah relatif dangkal dibanding dengan sistem atap struktur lain dari

bentangan dan beban yang sama. Ration bentangan, terhadap lebar adalah

sekitar 1 : 20, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.16 dan

Gambar 4.17.

Page 52: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-15

Gambar 4.16: Typical BSC Nodus System joint details

Gambar 4.17: Typical BSC Nodus space frame details

Page 53: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-16

4.4.3 ATAP TEMPURUNG (SHELL ROOFS)

Atap tempurung (shell roof) dapat didefinisikan sebagai struktur kulit melengkungyang menutupi area dan bentuk rencana yang diberikan, dengan titik-titik utama : Utamanya sebuah elemen struktur Kekuatan dasar dari suatu tempurung khusus adalah menyatu dalam

bentuknya. Jumlah material yang diperlukan untuk menutup area bentuk rencana yang

diberikan biasanya kurang dari bentuk atap-atap yang lain.

Material dasar yang digunakan dalam pembentukan atap tempurung adalah beton,kayu dan baja. Atap tempurung beton terdiri dari cor membrane (lapisan) tipislengkung yang diperkuat terletak diatas kayu. Sedang timber shell (tempurungkayu), kayu yang dilaminasi dan tempurung baja dibentuk menggunakan singlelayer grid.

Berbagai variasi atap tempurung (shell roof) dapat dikelompokkan menjadi :a. Domes (dapat dilihat pada Gambar 4.18 dan 4.19).b. Vaults (dapat dilihat pada Gambar 4.20 dan 4.21)c. Saddle Shaper and Conoid (lihat Gambar 4.22)

Gambar 4.18: Typical dome roofshapes: 1

Gambar 4.19: Typical dome roofShapes: 2

Page 54: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-17

Gambar 4.20: Typical Barrel Vaults

Gambar 4.21: Typical Barrel Vaults Details

Page 55: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-18

Gambar 4.22: Typical Conoid Shell Roof Types

4.4.4 ATAP LEMPENG LIPATAN (FOLDED PLATE ROOFS)

Konsep rancangan dasar tipe ini adalah membengkikkan atau menekuk / melipat

lempeng datar sehingga atap akan mengikuti sebagai batok yang membentang,

dalam arah lipatan. Untuk menghasilkan atap yang ekonomis seluruh kedalaman

dari atap harus dihubungkan pada bentangan dan kedalaman sehingga berada

antara 1/10 dan 1/15 dari bentangan atau 1/10 dari kelebaran, pilih mana yang

lebih besar. Lipatan dapat mengambil bentuk pitched roof atau monitor roof. Untuk

ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 4.23).

Page 56: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-19

Gambar 4.23: Typical Folded Plate Roof Details

4.4.5 STRUKTUR ATAP TEGANGAN (TENSION ROOF STRUCTURES)

Struktur atap tegangan dapat digunakan untuk atap permanen atau sementara

dan umumnya sebuah sistem atau jaringan kerja kabel-kabel atau dalam bentuk

sementara dapat berupa tabung-tabung berisi udara yang digunakan untuk

menopang/menunjang atap menutupi material-material dari bentuk tradisional atau

lembaran-lembaran membran (selaput) yang berkesinambungan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24: Tensioned Roof Structure

Page 57: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Bab IV: Spesifikasi AtapBangunan Gedung

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) IV-20

SAMBUNGANNYA UNTUK SPESIFIKASI BAHAN FINISHING (STRUKTUR ATAPNYANGAK IKUT)

4.5 LANTAI

Lantai merupakan penutup permukaan tanah dalam ruangan dan sekitar bangunan

gedung, yaitu teras dan halaman parkir. Fungsi utama lantai adalah sebagai alas pijakan

kaki agar memberi kenyamanan pada orang yang berjalan diatasnya. Karena itu

pemasangan lantai harus benar-benar baik, rapi dan rata. Kurangnya pemahaman akan

jenis, teknik pemasangan yang tidak baik dan fungsi yang diharapkan tidak tercapai

secara maksimal menurut kebutuhan ruang.

Ada beberapa jenis bahan lantai dan tinggi rendah pemasangan lantai juga berbeda-beda

yang umumnya dipengaruhi hal-hal sebagai berikut :

1. Selera pemilik gedung

2. kondisi lingkungan setempat

3. Daerah yang sering banjir, biasanya lantai dibuat cukup tinggi agar terhindar banjir

di musim hujan.

4. Ketinggian jalan raya sekitar gedung yang akan dibangun, sebaiknya tinggi lantai

lebih tinggi dari jalan raya.

Adapun jenis-jenis bahan finishing untuk lantai adalah plesteran semen, lantai tegel, lantai

teraso, lantai keramik, lantai marmer, lantai granit, lantai kayu, lantai karpet dan lantai

blok.

4.5.1 LANTAI PLESTERAN SEMEN (UBIN SEMEN)

Bahan plesteran semen terdiri dari semen dicampur pasir kemudian disiram air.

Lantai ubin semen biasanya digunakan dibasemen yaitu ruang-ruang mesin

seperti ruang genset, chiller, pompa-pompa, dan lain.lain.

Page 58: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Rangkuman

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) R-1

RANGKUMAN

BAB I GAMBAR STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

Sistem struktur pada suatu bangunan merupakan penggabungan berbagai elemen

struktur secara tiga dimensi, yang cukup rumit. Fungsi utama dari sistem struktur

adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada bangunan,

serta menyalurkannya ke tanah melalui fondasi. Beban yang bekerja pada bangunan

terdiri dari beban vertikal, horizontal, perbedaan temperatur, getaran dan sebagainya.

Sistem struktur dalam proses perancangannya selalu menghadapi beberapa kendala,

diantaranya: persyaratan arsitektural, sistem mekanikal dan elektrikal, metode

konstruksi dan aspek ekonomi.

BAB II SPESIFIKASI PONDASI

Pada bangunan tinggi, umumnya digunakan pondasi dalam (pondasi tak langsung),

baik berupa tiang pancang maupun tiang bor. Di samping itu, kerap kali digunakan

pondasi rakit (basemen) yang kadang kala diperkuat dengan pondasi tiang.

Dalam perencanaan pondasi tiang, perlu dilakukan penyelidikan tanah, khususnya

percobaan sondir untuk memperoleh nilai konus (qc) dan Jumlah Hambatan Pelakat

(JHP = ). Nilai qc dan ini diperlukan untuk menghitung kapasitas daya pikul satu

tiang.

Dewasa ini, dikenal banyak jenis pondasi tiang, diantaranya: Frankie Pile, Baja Profil

’H’, Pipa Baja. Namun yang paling sering digunakan adalah tiang pancang beton

bertulang berpenampang bujur sangkar atau pipa beton prategang atau pondasi bor

(dengan atau tanpa selubung casing).

BAB III SPESIFIKASI STRUKTUR BAGIAN ATAS

Pada pendekatan strategi ini, orientasi bukaan bangunan, dimensi dan tata letak serta

pemilihan bahan bangunan yang sesuai menjadi titik tolak perancangan, sehingga

menghasilkan bangunan yang banyak memanfaatkan potensi alam, terutama sinar

Page 59: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Rangkuman

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) R-2

matahari dan angin. Bangunan yang terbentuk dapat berupa bangunan tropis atau

bangunan bioklimatik.

Strategi rancangan ini erat kaitannya dengan strategi yang sebelumnya, rancangan

dengan pertimbangan iklim, sekaligus menjadi potensi lingkungan setempat agar tidak

tercemar atau rusak dengan keberadaan bangunan. Rancangan ini juga terintegrasi

dengan sistem pengendalian lingkungan di mana bangunan tersebut dirikan.

Pada strategi ini, seakan-akan terlihat pembagian yang jelas antara ruang-ruang

pelayanan dan ruang-ruang yang dilayani, sehingga kebutuhan ruangan yang

digunakan untuk sistem mekanikal dan elektrikal dapat dialokasikan secara baik.

Dengan demikian, bangunan merupakan suatu kompleks sistem layanan di mana

jaringan utilitas merupakan bagian yang perlu diperhatikan dalam rancangan.

Dalam perancangan bangunan tinggi, ketiga strategi perancangan tersebut

merupakan dasar bagi tercapainya integrasi sistem bangunan yang ditujukan demi

tercapainya kebutuhan fungsi bangunan tanpa mengabaikan kekuatan struktur dan

kenyamanan di dalam bangunan.

Dalam berbagai pekerjaan struktur bangunan bagian atas dapat dikelompokkan

menjadi dua sistem yaitu :

Sistem Penahan Gaya Gravitasi

Sistem Penahan Gaya Lateral

Luas lantai bangunan yang dibutuhkan bagi kegiatan penghuni/pengguna bangunan

(luas netto) dan tidak memperhatikan luas lantai yang dibutuhkan untuk sirkulasi

(horizontal dan vertikal), penempatan perlengkapan/peralatan bangunan baik berupa

peralatan mekanikal maupun elektrikal, dan luas lantai yang ditempati oleh struktur

bangunan, baik berupa kolom maupun dinding geser/inti bangunan.

Dalam ketentuan Ijin Mendirikan Bangunan, setiap bangunan harus memeuhi

persyaratan peruntukan tata guna lahan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien

Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), Koefisien Tapak Basement

(KTB), maksimum ketinggian lantai, Garus Sepadan Bangunan (GSB), Garis Sepadan

Jalan (GSJ) dan Jarak Bebas antar Bangunan.

Page 60: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Rangkuman

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) R-3

BAB IV SPESIFIKASI ATAP BANGUNAN GEDUNG

Untuk memilih jenis bahan yang akan digunakan perlu pengetahuan tentang bahan

bangunan yang membahas jenis, sifat dan penerapan bahan bangunan tersebut.

Pemakaian bahan bangunan tidak hanya dimaksudkan untuk memenuhi fungsinya saja,

tetapi juga harus efisien dan tepat. Karena itu, selain faktor sistem struktur, lokasi dan

kondisi lahan, maka bahan bangunan merupakan salah satu elemen penting yang

menentukan kualitas, mewah, murah, sederhana dan mahalnya suatu gedung.

Atap merupakan salah satu bagian pokok bangunan selain dari pondasi, lantai, dinding,

langit-langit (plafond) dan bagian-bagian lainnya dalam hal ini perlu diperhatikan memilih

jenis material yang digunakan.

Atap merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi untuk menutup rangka atap

dengan tujuan melindungi ruangan dibawahnya dari pengaruh cuaca. Bahan penutup

atap telah banyak berkembang, baik dari segi bahan maupun bentuknya yang berbeda.

Beberapa bangunan tradisional menggunakan daun-daunan (rumbai) dan ijuk sebagai

bahan penutup atap. Sementara itu bangunan orang-orang yang mampu dan bangunan-

bangunan istanan telah menggunakan bahan penutup atap berupa sirap (kayu). Saat ini

dengan berkembangnya ilmu pengetahuan bahan bangunan, dapat dijumpai pabrik-pabrik

yang memproduksi bahan penutup atap yang beraneka ragam yang tidak hanya

menampilkan fungsinya saja tetapi juga menyangkut segi estetika (keindahan)

Page 61: PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE

SSBM-02: Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung Daftar Pustaka

Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) DP-1

DAFTAR PUSTAKA

1. Advance Construction Technology, Roy Chudley, Revised By Roger Greeno.

2. Building Maintenance Technology In Tropical Climates, Edited by Clive Briffelt,

Singapore University Press.

3. Mengenal Bahan Bangunan Untuk Rumah, Aditya Wardana.

4. Ilmu Bahan Bangunan, Heinz Frick and CH. Koesmartadi.