presentasi indonesia madya

31

Upload: ardikoro

Post on 29-Jul-2015

1.157 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Indonesia Madya
Page 2: Presentasi Indonesia Madya
Page 3: Presentasi Indonesia Madya
Page 4: Presentasi Indonesia Madya

OHAYOO GHOZAIMASU..........

CLICK HERE TO BEGIN

Page 5: Presentasi Indonesia Madya

PERTEMPURAN SAPARUA, BANJAR, DAN ACEH

OLEHALWAN HARDIANTO

ANDI YULIAWANANGGIT LIPURING ARDIKORO

SEJARAH INDONESIA MADYA

AWAL PERTEMPUAN

SAPARUA

PERTEMPURAN BANJAR

PERTEMPURAN

ACEH

Page 6: Presentasi Indonesia Madya

TAHUN 1453 MASEHI, KOTA KONSTANTINOPEL JATUH KE TANGAN TURKI USMANI. AKIBATNYA, PERDAGANGAN DILAUT TENGAH MACET KARENA PIHAK TURKI MELARANG BANGSA EROPA BERDAGANG DI KOTA TERSEBUT.

Page 7: Presentasi Indonesia Madya

BANGSA EROPA AKHIRNYA MENCARI JALAN AGAR BISA LANGSUNG KE ASIA DENGAN CARA PENJELAJAHAN SAMUDERA

Page 8: Presentasi Indonesia Madya

DENGAN SEGALA USAHA, MEREKA DAPAT SAMPAI DI ASIA DAN DIMULAILAH KOLONIALISME DAN IMPERALISME ATAS

KEPENDUDUKAN BANGSA EROPA DI ASIA

Page 9: Presentasi Indonesia Madya

NUSANTARA, ABAD 18 MASEHI

BACK TO MAIN MENU

Page 10: Presentasi Indonesia Madya

Sejak abad 17 Masehi, VOC menguasai Maluku. Sebelumnya telah ada “negeri” yang terletak di wilayah pantai di Maluku Tengah.

Masyarakat Ambon mendapat hak atas tanah (dati) untuk perkebunan-perkebunan cengkih selain tanah milik sendiri.

Cengkih tiap dati dijual kepada VOC dan hasil dari tanah pribadi digunakan sendiri.

Sistem pemerintahan negeri dan pendidikan dikembangkan pula oleh VOC.

Semua itu adalah beberapa dampak baik hadirnya VOC di Maluku.

PERTEMPURAN SAPARUA

Page 11: Presentasi Indonesia Madya

Akan tetapi, banyak juga tindakan VOC yang menyeleweng diantaranya: Ekspedisi Hongi Korupsi Tindakan Gubernur Yang Semena-mena Paksaan untuk menjadi soldadu (seradadu) ke

Jawa kepada penduduk Maluku.

Page 12: Presentasi Indonesia Madya

Tindakan Belanda yang sewenang-wenang ini mendapat reaksi keras dari para penduduk pribumi

Maret 1817 diadakan sebuah pertemuan antar kelompok penduduk Maluku untuk membahas penyerahan kedaulatan dari Inggris ke Belanda. Pertemuan juga bermaksud membahas rencana penyerangan ke arah kedudukan Belanda.

Page 13: Presentasi Indonesia Madya

15 Mei 1817, terjadi serangan terhadap kedudukan Belanda di benteng Duurstde.

Serangan diawali dengan pembongkaran “orombai post” (perahu pemrintah) yang bermuatan kayu.

Residen Van De Berg ditangkap tetapi dapat ditengahi dan residen dapat dikembalikan pulang ke Benteng Duurstde.

Page 14: Presentasi Indonesia Madya

Setelah kejadian tersebut, terjadi baku tembak di depan Benteng Duurstde.

Awalnya, pasukan Maluku kalah, tetapi karena tembakan dari arah Benteng habis, maka Belanda pun menyerah.

Prajurit beserta Residen Van Den Berg dan keluarganya dibunh kecuali seorang anak usia 5 tahun.

Page 15: Presentasi Indonesia Madya

20 Mei 1817, Belanda melakukan serangan balasan yang dipimpin oleh Mayor Betjes.

Dengan susah payah, pasukan ini dapat mendarat di Pulau Haruku dan bermarkas di Benteng Zeelandia.

Dari Zeelandia, pasukan Betjes menyeberang ke Saparua dan berhasil mendarat di Pualau Wasisil yang terletak disenelah barat Duurstde.

Pendaratan ini mendapat tembakan gencar dari pasukan Pattimura dan pasukan Betjes menderita kekalahan.

Dari benteng Duurstde, Pattimura kemudian menyerang Pulau Haruku dan Jazirah Hitu.

Page 16: Presentasi Indonesia Madya

Kemenangan demi kemenangan pattimura terhenti ketika Jazirah Hitu dapat kembali diduduki oleh Belanda.

Dari Hitu, Belanda menyerang Haruku dan pualu tersebut dapt kembali dikuasai Belanda.

Dari Haruku, serangan dilanjutkan ke Saparua. Karena Belanda juga menyerang dengan kapal perangnya, Pasukan Pattimura kalah dan melarikan diri ke pegunungan.

Page 17: Presentasi Indonesia Madya

Desember 1817, Pattimura dan pemimpin perang lainnya tertangkap.

Pattimura mendapat hukuman pancung di Benteng Victoria.

Dengan begitu, pertempuran dapat diredam oleh Belanda.

BACK TO MAIN MENU

Page 18: Presentasi Indonesia Madya

Pertempuran Banjar Pertempuran Banjar

berlangsung hampir 50 tahun (1859-1905).

Konflik disebabkan karena dominasi Belanda atas perkebunan dan pertambangan di Banjar.

Selain itu, Belanda juga selalu mengintervensi urusan Kerajaan Banjar.

Page 19: Presentasi Indonesia Madya

Karena faktor tersebut, Pangeran Antasari memobilisasi 3.000 orang pasuka untuk menyerang pos Belanda.

28 April 1859, pos Belanda di Martapura dan Pengaron diserang.

Ketika Pengaron menyerang, pasukan Kiai Demagn Leman dan Haji Masrun menyerbu pos di istana Martapura

Page 20: Presentasi Indonesia Madya

27 September 1859, terjadi pertmpuran di Gunung Lawak. Karena jumlah pasukan tak sebanding, pasukan Antasari melarikan diri ke hutan.

Disamping itu, kekosongan pemerintahan kesultanan menjadi alasan Belanda untuk memasukkan Banjar ke Hindia Belanda.

Akibatnya, timbul perlawanan baru di Hulu Sungai, Kapas Laut, Barito, dan Kapuas Kahayan.

Page 21: Presentasi Indonesia Madya

Serangan Belanda terus dilakukan dengan bergerilya.

Dan untuk meredam pertempuran ini, Belanda melakukan aksi teror terhadap pihak Banjar dengan cara membunuh para pemimpin Banjar.

Hal ini dilakukan untuk melemahkan moral pasukan Banjar.

Pertempuran mulai melemah ketika Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah meninggal.

BACK TO MAIN MENU

Page 22: Presentasi Indonesia Madya

Pertempuran Aceh Pertempuran Aceh merupakan

pertempuran terlama dan terberat yang pernah dialami Belanda (1873-1904).

Pertempuran ini dimulai ketika Belanda Sibolga dan Tapanuli diduduki oleh Belanda.

Aceh merasa terancam karena letak Belanda berada tepat di garis perbatasan.

1824, diadakan perjanjian antara Inggris dan Belanda yang isinya Inggris diberi hak untuk menjajah Malaya sedangkan Belanda diperbolehkan menjajah Indonesia.

Selain itu, kedua belah pihak harus mengakui dan menghormati kesultanan Aceh.

Page 23: Presentasi Indonesia Madya

Keadaan menjadi berubah ketika ditandatanginya Traktat Sumatera yang isinya Belanda diberi keleluasaan untuk melebarkan kekuasaan sampai Aceh.

7 Maret 1873, Komisaris Pemerintah Belanda untuk Aceh F.N Nieuwenhusen berangkat ke Aceh dengan kapal Citadel van Anterwn.

Sesampainya di perairan Aceh, van Nieuwenhusen mengirimkan utusan kepada Sultan Aceh agar mengakui kedaulatan Belanda atas Aceh.

Tetapi utusan tersebut ditolak oleh Sultan. 26 Maret 1873, Belanda mengumumkan perang terhadap

Aceh dan Aceh pun bersiap menyambut kedatangan pasukan Belanda.

Page 24: Presentasi Indonesia Madya

Aceh terus mempersiapkan pasukan. Dibangun kuta disepanjang pantai Aceh Besar.

Selain itu, pertahanan di kota teus diperkuat. Persedian senjata Aceh mencapai 5.000 peti mesiu dan 1.394 senapan yang didukung oleh 3.000 pasukan penjaga pantai serta 4.000 seradadu bersiap mempertahankan istana.

5 April 1873, Belanda menyerang dengan kekekuatan 3.000 pasukan dengan pimpinan Mayjend Kohler. Pertempuran pun berkecamuk di pantai.

Karena kapal Belanda turut menembakkan meriam, maka pasukan Aceh pun terpaksa mundur.

Page 25: Presentasi Indonesia Madya

18 Maret 1873, Masjid Raya dikuasai Belanda. Tetapi, Kohler tewas ditembak oleh tentara Aceh.

Dari Masjid Raya, serangan dilanjutkan ke Istana tetapi Belanda menemui kegagalan.

9 Desember 1873, Belanda kembali menyerang dengan pimpinan J. Van Swieten. Serangan dikonsentrasikan ke istana.

Panglima Polem berusaha sekuat tenaga mempertahankan kota. 24 Januari 1874, Istana dapat dikuasai Belanda. Van Siweten mengumumkan kekalahan pasukan Aceh. Akibatnya, ibulota Aceh ke Indragiri.

Page 26: Presentasi Indonesia Madya

Mendekati akhir abad 19, pertempuran masih berlangsung. Semangat prajurit Aceh juga dilandasi dengan semangat jihad.

April 1874, Jenderal Peel (pengganti van swieten) membangun pos-pos pertahanan di Kutaraja, Krueng Aceh, dan Meuraksa sebanyak 38 buah yang berfungsi sebagai garis pembentung (afsluithings linie). Total 2.700 pasukan disebar di pos-pos ini.

Page 27: Presentasi Indonesia Madya

Menjelang abad 20, posis Belanda di Aceh semakin tidak menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk perang ini sangat besar.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Belanda mengirim Snouck Horgonje untuk menyelidiki kelemahan masyarakat Aceh dari perspektif sosial-budaya.

Hasilnya, Snouck menjelaskan melalui buku yang berjudul “De Atjehers”.

Isinya, Aceh dapat dilumpuhkan dengan cara pecah belah. Kaum ulama dihadapi dengan kekerasan senjata,

sedangkan kaum bangsawan dan anak-anaknya diberi kesempatan untuk masuk di korps pegawai kerajaan Belanda

Page 28: Presentasi Indonesia Madya

Strategi ini ternyata cukup efektif. Terbukti Teuku Umar yang semula menentang Belanda justru sempat keluar dari perjuangan dan masuk di dinas militer Belanda.

Atas anjuran Cut Nya’ Dien (istrinya) dia keluar dari dinas militer dan kembali berjuang.

Page 29: Presentasi Indonesia Madya

Serangan terakhir yang dilakukan Belanda ialah penyerangan atas Pidie. Belanda menyerang kota itu karena diperkirakan Sultan, Teuku Umar, dan Panglima Polim diyakini ada disana.

Penyerbuan Belanda ini dapat menewaskan Teuku Umar pada tanggal 11 Februari 1899.

Cut Nya’ Din ditangkap dan pada tahun 1906 dibuang ke Cianjur.

Sultan Aceh, Alaudin Muhamad Daud menyerah terhadap Belanda pada 20 Januari 1903.

Page 30: Presentasi Indonesia Madya

Panglima Polim mendapat tekanan berupa penangkapan atas istri, ibu, dan anak-anaknya.

Akhirnya, Panglima Polim menyerah terhadap Belanda beserta 150 orang sisa pasukannya pada 6 September 1903.

Dengan demikian berakhirlah perlawanan rakyat Aceh. Meskipun begitu, perlawanan tetapada di abad 20 meskipun tak sekuat dulu.

Page 31: Presentasi Indonesia Madya

TERIMAKASIH ATAS PERHATIAN ANDA

BACK TO MAIN MENU