pelatihan - jaminan sosial indonesia - bpjs kesehatan dan

13
Oleh: A.A. Oka Mahendra (Konsultan Martabat) Seri Pendapat Hukum PH - I / 2015 Pelatihan MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31, Jl. Boulevard Bintaro Jaya Pusat Kawasan Niaga, Sektor 7, Tangerang Selatan, 15224 T. +62.21.74870811 F. +62.21.74870811 ekst. 401 E. [email protected] W. http://www.jamsosindonesia.com/

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

Oleh: A.A. Oka Mahendra

(Konsultan Martabat)

Seri

Pendapat Hukum PH - I / 2015

Pelatihan

MARTABAT Prima Konsultindo Ruko Kebayoran Arcade Blok C2 No. 31, Jl. Boulevard Bintaro Jaya Pusat Kawasan Niaga, Sektor 7, Tangerang Selatan, 15224 T. +62.21.74870811 F. +62.21.74870811 ekst. 401 E. [email protected] W. http://www.jamsosindonesia.com/

Page 2: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PENDAPAT HUKUM

Pasal-Pasal UU BPJS yang mengatur tentang kepesertaan wajib,

kewajiban membayar iuran, menyerahkan data mengenai dirinya, dan

sanksi diajukan uji materi di Mahkamah Konstitusi (MK). Dengan

mengajukan 5 (lima) dalil, Pemohon meminta kepada Majelis Hakim

MK agar kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional bersifat

fakultatif (tidak wajib) bagi pemberi kerja dan setiap orang yang telah

mengikuti Program Jaminan Sosial lain (Selain Penyelenggara BPJS).

Demikian juga, kewajiban membayar iuran, menyerahkan data

mengenai dirinya, dan sanksi tidak berlaku bagi pemberi kerja dan

setiap orang yang telah mengikuti Program Jaminan Sosial lain.

Page 3: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

1

PENDAPAT HUKUM

ATAS UJI MATERI UU NO.24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS,PERKARA NO. 138/PUU-XII/2014

A. RINGKASAN

Dalil Pertama Pemohon

Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 16 ayat (1), Pasal 16 ayat (2), Pasal 19 ayat (1), Pasal 19 ayat (2), dan Pasal 19 ayat (3) UU BPJS bertentangan dengan Pasal 28H ayat (1), Pasal 28H ayat (3), Pasal 28C ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 karena pemberi kerja tidak mempunyai pilihan lain selain jasa pemerintah (BPJS) untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan kepada diri dan pekerjanya; Dalil kedua Pemohon Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 19 ayat (1), Pasal 19 ayat (2) UU BPJS bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (2), Pasal 28I ayat (1), Pasal 33 ayat (4), dan Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945 karena masyarakat tidak dapat berpartisipasi dalam memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan dan hak mendapatkan pekerjaan yang layak; Dalil ketiga Pemohon Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (2) uu bpjs bertentangan dengan Pasal 28H ayat (3) dan ayat (4), Pasal 28I ayat (4), Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 karena pekerja tidak memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik dan hak milik pribadinya terampas; Dalil Keempat Pemohon Pasal 17 ayat (1) UU BPJS bertentangan dengan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 karena diskriminatif terhadap pemberi kerja selain penyelenggara negara; Dalil Kelima Pemohon Pasal 17 ayat (2) huruf c dan Pasal 17 ayat (4) UU BPJS bertentangan dengan Pasal 28D ayat (4), Pasal 28H ayat (1), Pasal 28H ayat (4), dan Pasal 28I ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 karena ancaman sanksi adminitrasi berupa tidak mendapat pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja dapat merendahkan martabat kemanusiaan.

Dalil Pemohon tidak dapat diterima

UU BPJS harus dipandang sebagai bagian dari sistem pembangunan kesehatan nasional. UU BPJS tidak dapat dipisahkan dari UU No. 40/2004 ttg SJSN dan UU No. 36/2009 ttg Kesehatan. Karenanya, sebagaimana prinsip partisipatif dalam Pasal 174 ayat (1) UU Kesehatan, pelaksanaan UU BPJS juga membuka partisipasi masyarakat secara aktif dan kreatif, misalnya, mendirikan asuransi kesehatan tambahan, persedian farmasi, faskes, alkes, dsb. Selain itu, Peserta juga dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan. Bahkan, telah diatur koordinasi manfaat bagi peserta yang memiliki hak atas perlindungan asuransi kesehatan tambahan. Hal ini justru untuk memenuhi hak masyarakat atas Jaminan Sosial sesuai martabat kemanusiaan.

Page 4: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

2

DAFTAR ISI

Hlm

A. Ringkasan............................................................................................ 1

B. Pendapat Hukum

1. Pendapat Hukum atas Dalil Pertama Pemohon............................ 3

1. Pendapat Hukum atas Dalil Kedua Pemohon................................ 4

2. Pendapat Hukum atas Dalil ketiga Pemohon................................ 5

3. Pendapat Hukum atas Dalil keempat Pemohon............................ 6

4. Pendapat Hukum atas Dalil Kelima Pemohon............................... 7

C. Rumusan Pasal-Pasal UU BPJS yang Diuji............................................ 8

Page 5: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

3

B. PENDAPAT HUKUM

1. Dalil Pertama

Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 16 ayat (1), Pasal 16 ayat (2), Pasal 19

ayat (1), Pasal 19 ayat (2), dan Pasal 19 ayat (3) UU BPJS bertentangan dengan

Pasal 28H ayat (1), Pasal 28H ayat (3), Pasal 28C ayat (2) UUD NRI Tahun1945

karena pemberi kerja tidak mempunyai pilihan lain selain jasa pemerintah (BPJS)

untuk memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan kepada diri dan pekerjanya;

Dalil pemohon tidak dapat diterima, dengan alasan sebagai berikut:

UU BPJS harus dipandang sebagai bagian dari sistem pembangunan kesehatan

nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pasal-Pasal UU BPJS yang dimintakan pengujian tidak bisa dipisahkan dari

Pasal-Pasal UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan

Penafsiran atas Pasal 28C ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, sebagaimana

tertuang dalam Putusan MK Nomor 15/PUU-V/2007 yang pada dasarnya

menyatakan bahwa hak-hak yang diatur dalam Pasal 28C ayat (2) UUD NRI

Tahun 1945 adalah apa yang dikenal sebagai bagian dari hak untuk

mengembangkan diri yang mencakup, antara lain, hak atas pemenuhan

kebutuhan dasar, hak atas pendidikan, hak untuk memperoleh manfaat dari

ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, dan sebagainya. Sementara itu

subtansi hak yang dipersoalkan oleh Pemohon dalam hubungan ini adalah hak

untuk memilih Badan Penyelenggara Lain.

Pasal-Pasal yang diuji tersebut, sama sekali tidak mengatur larangan Pemberi

kerja untuk dapat mengikuti program asuransi kesehatan tambahan yang

diselenggarakan Badan Penyelenggara Lain ataupun larangan membayar

selisih biaya. Bahkan, telah diatur koordinasi manfaat untuk peserta yang

memiliki hak atas perlindungan program asuransi kesehatan tambahan

tersebut, dalam Pasal 27 dan Pasal 28 Perpres 12/2013.

Oleh sebab itu tidak relevan pengujian konstitusionalitas Pasal-Pasal tersebut

didasarkan atas hak untuk mengembangkan diri, sebagaimana dimaksud Pasal

28C ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

Kemudian penafsiran atas Pasal 28H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, MK dalam

Putusan 019-020/PUU-III/2005, pernah menyatakan bahwa untuk

mempertahankan hidup dan kehidupannya manusia harus terpenuhi

Page 6: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

4

kebutuhan dasarnya, salah satunya dengan bekerja. Oleh karenanya, hak

untuk bekerja sangatlah erat hubungannya dengan hak untuk

mempertahankan hidup dan kehidupannya. Hak-hak tersebut tidak hanya

dimiliki oleh segolongan orang saja, yang karena hal-hal tertentu diuntungkan

dalam mendapatkan pekerjaan, tapi milik setiap orang tanpa harus dibeda-

bedakan. Oleh sebab itu, tidak relevan juga alasan pengujian konstitusionalitas

Pasal-Pasal tersebut yang didasarkan atas hak terpenuhinya kebutuhan dasar

sebagaimana dimaksud Pasal 28H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Justru

sebaliknya, pelaksanaan UU BPJS membuka ruang berkembangnya program-

program asuransi tambahan, sehingga terbuka ruang bekerja yang terkait erat

dengan pemenuhan kebutuhan dasar dan pertahankan hidup, sebagaimana

dimaksud Pasal 28H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, dan pemenuhan Jaminan

Sosial sebagaimana dimaksud Pasal 28H ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.

2. Dalil Kedua

Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 19 ayat (1), Pasal 19 ayat (2) UU BPJS

bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (2),

Pasal 28I ayat (1), Pasal 33 ayat (4), dan Pasal 34 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945

karena masyarakat tidak dapat berpartisipasi dalam memberikan jaminan

pemeliharaan kesehatan dan hak mendapatkan pekerjaan yang layak;

Dalil pemohon tidak dapat diterima, dengan alasan sebagai berikut:

UU BPJS harus dipandang sebagai bagian dari sistem pembangunan kesehatan

nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan

sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pasal-Pasal UU BPJS yang dimintakan pengujian tersebut tidak bisa dipisahkan

dari Pasal-Pasal UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan .

UU Kesehatan menetapkan kebijakan bahwa setiap kegiatan dan upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

dilaksanakan dengan prinsip partisipatif. Karena itu Pasal 174 ayat (1) UU

Kesehatan membuka peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat baik secara

perorangan maupun terorganisasi untuk berperan serta dalam segala bentuk

dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu

mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya. Peran serta tersebut mencakup keikutsertaan secara aktif dan

Page 7: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

5

kreatif. Sehingga dengan partisipasi aktif dan kreatif tersebut masyarakat

mendapat ruang untuk memenuhi hak mendapat pekerjaan yang layak.

Bentuk partisipasi dapat berupa mendirikan asuransi kesehatan tambahan,

menjalin kerja sama dengan BPJS dalam hal koordinasi manfaat, mendirikan

fasilitas kesehatan, persediaan farmasi, alat kesehatan, dsb. Mendaftarkan diri

dan memberikan data dirinya merupakan salah satu bentuk partisipasi. Jadi,

Pasal-Pasal UU BPJS yang dimintakan pengujian tersebut tidak ada kaitannya

dengan pelanggaran atas hak mendapat pekerjaan yang layak.

3. Dalil Ketiga

Pasal 15 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (2) UU

BPJS bertentangan dengan Pasal 28H ayat (3) dan ayat (4), Pasal 28I ayat (4),

Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 karena pekerja tidak memperoleh

jaminan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik dan hak milik pribadinya

terampas;

Dalil pemohon tidak dapat diterima, dengan alasan sebagai berikut:

Menurut Pasal 22 ayat (1) UU SJSN pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada Peserta mencakup pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

Pelayanan Kesehatan tersebut diberikan sesuai dengan pelayanan standar,

baik mutu maupun jenis pelayanannya dalam rangka menjamin

kesinambungan program dan kepuasan peserta, sebagaimna dikemukakan

dalam Penjelasan Pasal 22 ayat (1) UU SJSN. Pelayanan Kesehatan yang

diberikan oleh BPJS Kesehatan jelas dijamin mutunya.

Pasal 23 UU SJSN, membuka ruang kepada Peserta yang ingin memperoleh

Jaminan Kesehatan yang lebih dengan cara mengikuti asuransi kesehatan

tambahan, atau membayar sendiri selisih biaya. Untuk melaksanakan

ketentuan tersebut telah diatur tentang koordinasi manfaat dalam Pasal 27

dan Pasal 28 Perpres 12/2013 jo Perpres No.111 Tahun 2013. Sehingga tidak

benar pekerja tidak dapat memperoleh jaminan pemeliharaan yang lebih baik.

Kewajiban Pemberi kerja untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya dan

untuk memberikan data mengenai dirinya dan pekerjanya berserta anggota

keluarganya secara lengkap dan benar, bukanlah pengambilalihan hak milik

pribadi seseorang secara sewenang-wenang sebagaimana dimaksud Pasal 28

H ayat (4) UUD NRI Tahun 1945, karena kewajiban tersebut didasarkan kepada

ketentuan UU yang merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 34 ayat (4) UUD

NRI Tahun 1945. Hak milik tidak berarti hak mutlak tak terbatas dan tidak

Page 8: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

6

dapat diganggu gugat, sebagaimana pertimbangan hukum Mahkamah

Konstitusi dalam Putusan Perkara No. 11/PUU-V/2007.

Pasal 28 J ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, mengamanatkan bahwa dalam

menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-Undang. Dengan demikian

dapat dikemukakan untuk pemenuhan hak atas Jaminan Sosial adalah sah

apabila UU mewajibkan kepada Peserta untuk menyerahkan data mengenai

dirinya, dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar, karena data

tersebut diperlukan untuk memastikan identitas peserta dan anggota

keluarganya yang berhak atas manfaat Program Jaminan Sosial yang diikuti.

Data tersebut diperlukan untuk memastikan manfaat program Jaminan Sosial

dinikmati oleh mereka yang berhak

4. Dalil Keempat

Pasal 17 ayat (1) UU BPJS bertentangan dengan Pasal 28I ayat (2) UUD Tahun

1945 karena diskriminatif terhadap pemberi kerja selain penyelenggara negara;

Dalil pemohon tidak dapat diterima, dengan alasan sebagai berikut:

Pengenaan sanksi terhadap pemberi kerja bukan penyelenggara negara dalam

Pasal 17 ayat (1) UU BPJS tidak dapat dikatakan diskriminatif, semata-mata

karena Pasal tersebut tidak mengatur sanksi terhadap pemberi kerja

penyelenggara negara. Perbedaan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa

Pemberi Kerja Penyelenggara Negara memiliki kualitas hukum yang berbeda

dengan pemberi kerja bukan penyelenggara negara, bukan karena perbedaan

suku ras, agama, gender, atau status sosial. Karena itu, tidak berdasar jika

Pasal 17 ayat (1) UU BPJS dianggap diskriminatif.

Memberikan makna kata diskriminatif adalah perbedaan perlakuan atas dasar

perbedaan suku, agama, ras, dan status sosial seseorang, sebagaimana

Pertimbangan Hukum MK, dalam Putusan Perkara No. 15/PUU-VI/2008.

Ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU BPJS ditujukan kepada pemberi kerja bukan

penyelenggara negara karena bagi pemberi kerja penyelenggara negara sanksi

administratif yang dikenakan terhadapnya diatur dalam peraturan perundang-

undangan tersendiri yang berkaitan dengan tindakan penyelenggara negara

yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam suatu

Undang-Undang. Selain itu, penyelenggara negara tentunya tidak mungkin

menjatuhkan sanksi terhadap dirinya sendiri.

Page 9: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

7

5. Dalil Kelima

Pasal 17 ayat (2) huruf c dan Pasal 17 ayat (4) UU BPJS bertentangan dengan

Pasal 28D ayat (4), Pasal 28H ayat (1), Pasal 28H ayat (4), dan Pasal 28I ayat (1)

UUD NRI Tahun 1945 karena ancaman sanksi adminitrasi berupa tidak

mendapat pelayanan publik tertentu kepada pemberi kerja dapat merendahkan

martabat kemanusiaan.

Dalil pemohon tidak dapat diterima, dengan alasan sebagai berikut:

Pengenaan sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu terhadap

pemberi kerja bukan penyelengara ditentukan batas akhirnya yaitu pada saat

pemberi kerja bukan penyelenggara negara telah memenuhi kewajibannya

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 ayat (1) dan (2) UU BPJS. Jadi, batas

waktu sanksi akan berakhir saat pemberi kerja bukan penyelenggara negara

memenuhi kewajibannya.

Penggunaan kata “antara lain” dalam penjelasan Pasal 17 ayat (2) huruf c UU

BPJS merupakan satu hal yang lazim dalam tehnik penyusunan Peraturan

Perundang-undangan dengan maksud penjelasan tersebut memberikan

beberapa contoh bentuk sanksi tidak mendapat pelayanan publik tertentu

yang dapat dikenakan mengingat tidak mungkin berbagai jenis pelayanan yang

tersebut di berbagai Peraturan Perundang-undangan dimuat secara rinci di

dalam UU BPJS. Penggunaan kata antara lain juga dapat ditemukan dalam

penjelasan Pasal 21 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang

dimaksud memberi contoh pengelompokan tenaga kesehatan sesuai dengan

keahliannya dengan kualifikasi yang dimiliki, “antara lain meliputi tenaga

medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan,...dst”.

Sanksi yang diatur dalam Pasal 17 Ayat (2) huruf c dan Pasal 17 Ayat (4) UUD

BPJS tidak ada kaitannya dengan merendahkan martabat kemanusian. Tetapi

sanksi tersebut justru diperlukan agar kewajiban yang ditentukan dalam Pasal

15 ayat (1) dan Pasal 16 ayat (1) UU BPJS dipatuhi oleh Pemberi Kerja Bukan

Penyelenggara Negara untuk menjamin terpenuhinya hak pekerja atas

Jaminan Sosial yang dijamin dalam Konstitusi.

Page 10: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

8

C. RUMUSAN PASAL-PASAL YANG DIUJI

1. Pasal 15 ayat (1), dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 (1) Pemberi Kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya

sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti;

(2) Pemberi Kerja, dalam melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memberikan data dirinya dan Pekerjanya berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.

2. Pasal 16 ayat (1), dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 (1) Setiap orang, selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan penerima Bantuan Iuran,

yang memenuhi persyaratan kepesertaan dalam program Jaminan Sosial wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS, sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti.

(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan data mengenai dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS

3. Pasal 17 ayat (1), ayat (2) huruf c, dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 (1) Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang tidak melaksanakan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dan setiap orang yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dikenai sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. teguran tertulis; b. denda; dan/atau c. tidak mendapat pelayanan publik tertentu.

(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dilakukan oleh BPJS.

(4) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas permintaan BPJS.

Page 11: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

9

4. Pasal 19 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

(1) Pemberi Kerja wajib memungut Iuran yang menjadi beban Peserta dari

Pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS. (2) Pemberi Kerja wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung

jawabnya kepada BPJS. (3) Peserta yang bukan Pekerja dan bukan penerima Bantuan Iuran wajib

membayar dan menyetor Iuran yang menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

Page 12: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

10

www.jamsosindonesia.com

Page 13: Pelatihan - Jaminan Sosial Indonesia - BPJS Kesehatan dan

PEN

DA

PA

T H

UK

UM

11

www.jamkesindonesia.com