pelanggaran ham dalam kontraterorisme - · pdf filemetode analisis dengan uraian yang lugas...

20
Edisi 1 | Mei 2013 1 Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme Tinjauan dari Perspektif Prinsip-Prinsip Dasar dan Regulasi HAM “Hal-hal yang sebelumnya tidak diterima pada tanggal 10 September 2001, kini sudah dianggap wajar. Hal-hal yang sebelumnya dianggap biadab di negara Barat selama Perang Dingin—penyiksaan, penahanan tanpa pengadilan, pengadilan yang terpancung—kini siap diterima di beberapa negara. Pemerintah telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk memperkuat keamanan dalam perang melawan teror, tapi banyak orang, baik miskin maupun kaya, di wilayah selatan maupun utara, yang merasa lebih tidak aman dibanding sebelumnya sejak berakhirnya Perang Dingin.” (Irene Khan, Sekretaris Jenderal Amnesti Internasional) DAFTAR ISI HEADLINE 1 Pelanggaran HAM dalam Praktik Kontraterorisme di Berbagai Negara — K. Mustarom ARTIKEL 12 Strategi Penting dan Komprehensif untuk Revolusi Syam — Ali Sadikin 17 Afghanistan 2014: Kegamangan Penarikan Pasukan AS — Ferry Irawan & Yahya ABOUT US Laporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran sekaligus mengajak segenap lapisan masyarakat untuk sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal. Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis. Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, silakan mengirimkan e-mail ke [email protected]

Upload: duongphuc

Post on 17-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi 1 | Mei 2013

1

Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme

Tinjauan dari Perspektif Prinsip-Prinsip Dasar dan Regulasi HAM

“Hal-hal yang sebelumnya tidak diterima pada tanggal 10 September 2001, kini sudah dianggap wajar. Hal-hal yang sebelumnya dianggap biadab di negara Barat selama Perang Dingin—penyiksaan, penahanan tanpa pengadilan, pengadilan yang terpancung—kini siap diterima di beberapa negara. Pemerintah telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk memperkuat keamanan dalam perang melawan teror, tapi banyak orang, baik miskin maupun kaya, di wilayah selatan maupun utara, yang merasa lebih tidak aman dibanding sebelumnya sejak berakhirnya Perang Dingin.”

(Irene Khan, Sekretaris Jenderal Amnesti Internasional)

DAFTAR ISI

HEADLINE1 Pelanggaran HAM dalam Praktik Kontraterorisme

di Berbagai Negara — K. Mustarom

ARTIKEL12 Strategi Penting dan Komprehensif untuk

Revolusi Syam — Ali Sadikin

17 Afghanistan 2014: Kegamangan Penarikan Pasukan AS

— Ferry Irawan & Yahya

ABOUT USLaporan ini merupakan sebuah publikasi dari Lembaga Kajian Syamina (LKS). LKS merupakan sebuah lembaga kajian independen yang bekerja membantu masyarakat untuk mencegah segala bentuk kezaliman. Publikasi ini didesain untuk dibaca oleh pengambil kebijakan dan dapat diakses oleh semua elemen masyarakat.

Laporan yang terbit sejak tahun 2013 ini merupakan salah satu dari sekian banyak media yang mengajak segenap elemen umat untuk bekerja mencegah kezaliman. Media ini berusaha untuk menjadi corong kebenaran sekaligus mengajak segenap lapisan masyarakat untuk sadar realitas dan peduli terhadap hajat akan keadilan. Isinya mengemukakan gagasan ilmiah dan menitikberatkan pada metode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang legal.

Pandangan yang tertuang dalam laporan ini merupakan pendapat yang diekspresikan oleh masing-masing penulis.Untuk komentar atau pertanyaan tentang publikasi kami, silakan mengirimkan e-mail ke [email protected]

Page 2: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

2

Suka atau tidak, dunia sekarang sudah berubah sejak 11 September 2011. Berkat liputan spektakuler dari media, kita semua

bisa menyaksikan sebuah serangan terbesar yang pernah terjadi atas AS. Namun, ada satu hal yang mungkin saat itu belum bisa dibayangkan oleh masyarakat dunia, bahwa sejak itulah dunia berubah menjadi lebih tidak aman, lebih tidak stabil, dan lebih tidak adil setelah pemerintah AS bereaksi atas serangan tersebut.

Menurut Amnesty International, banyak negara menggunakan “perang melawan teror” sebagai alasan untuk menginjak-injak hak asasi manusia. Atas nama keamanan, politik, dan profit, hak asasi manusia telah diinjak-injak oleh pemerintah di berbagai negara.

Dalam Resolusi DK PBB 1456 (2003) dan resolusi-resolusi sesudahnya, dikatakan bahwa seluruh negara harus memastikan bahwa segala tindakan yang diambil untuk memerangi terorisme harus sesuai dengan hukum internasional, terutama hak asasi manusia, para pengungsi, dan hukum-hukum kemanusiaan lainnya.1

Perlindungan HAM adalah sebuah persyaratan utama dan legal dalam operasi kontraterorisme. Ia integral dengan kesuksesan kampanye anti teror itu sendiri. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sekjen PBB dalam debat terbuka di Komite Kontra Terorisme DK PBB (2002), “menciptakan keamanan dengan mengorbankan hak asasi manusia adalah sebuah pandangan yang sempit, kontradiktif, dan dalam jangka pandang justru akan melahirkan kekalahan.”

Komite Menentang Penyiksaan (CAT) pernah mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengingatkan “tidak ada kondisi pengecualian, apapun itu, yang menjadi pembenaran atas tindakan penyiksaan.”2

Transparansi dalam kebijakan kontraterorisme sangat diperlukan untuk melindungi hak asasi manusia sekaligus untuk memastikan tercapainya keamanan nasional. Pentingnya melindungi hak asasi manusia untuk mencapai tindakan kontraterorisme yang efektif tidak bisa 1 Resolusi DK PBB 1456 (2003) yang disetujui pada tanggal 20 Januari

2003, Dok. PBB S/RES/1456 (2003).2 Kesimpulan dan rekomendasi dari Komite Menentang Penyiksaan,

Pertimbangan Laporan yang disampaikan oleh Pihak Negara dalam artikel 19 dari Konvensi, Federasi Rusia, Sesi ke-28, Doc. PBB.CAT/C/CR/28/4, ayat 4.

diabaikan. Kegagalan untuk selaras dengan hukum internasional dan hak asasi manusia pada akhirnya justru akan semakin meningkatkan terjadinya terorisme. Penggunaan tindakan yang diskriminatif dan pemberian stigma negatif berpengaruh pada hak dari seluruh komunitas, dan mungkin justru akan menyebabkan terjadinya marjinalisasi yang semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas tersebut.

A. Definisi Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah nilai universal dan jaminan legal yang melindungi seseorang dan kelompok dari berbagai tindakan dan penghilangan terutama oleh agen pemerintah yang mengganggu kebebasan fundamental dan martabat manusia. Hak asasi manusia bersifat universal—atau dalam kata lain, ia melekat pada manusia—dan bersifat saling tergantung dan tidak dapat dipisahkan.”3

Beberapa hak asasi manusia bersifat absolut, tidak boleh dibatasi maupun dihalangi dalam kondisi apapun. Sedangkan sebagian yang lain bersifat nonabsolut, yang berarti bisa dibatasi dalam kondisi tertentu dengan mempertimbangkan hak orang lain atau masyarakat yang lebih luas. Pembatasan hak asasi ini harus memenuhi syarat:

z Sesuai dengan hukum yang berlaku

z Untuk tujuan yang terlegitimasi, misalnya ingin melindungi hak orang lain atau masyarakat secara lebih luas

z Benar-benar diperlukan dalam masyarakat yang demokratis

z Proporsional, yaitu pantas dan tidak berlebihan.

Hak asasi yang bersifat absolut antara lain: hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa atau diperlakukan atau dihukum dengan cara yang tidak manusiawi atau merendahkan, hak untuk bebas dari perbudakan, hak untuk tidak dihukum tanpa hukum yang berlaku.

B. Definisi Terorisme

Kerangka hukum internasional tentang kontraterorisme menegaskan beberapa kewajiban terkait terorisme, tanpa memberikan definisi 3 Lihat Piagam PBB, art. 55 (c), the Universal Declaration of Human

Rights, art. 2, dan the Vienna Declaration and Plan of Action.

Page 3: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

3

yang komprehensif mengenai istilah tersebut. Seruan internasional untuk memerangi terorisme, tanpa mendefinisikan istilah tersebut secara jelas, sangat mungkin dipahami bahwa definisi tersebut diserahkan kepada masing-masing negara untuk mendefinisikan. Hal ini membawa ancaman potensi pelanggaran HAM dan bahkan penyalahgunaan istilah tersebut.4

Pelapor khusus PBB dalam hal perlindungan HAM dan kebebasan fundamental saat melakukan kontraterorisme, Martin Scheinin, berulang kali menegaskan bahwa definisi terorisme tidak boleh samar atau diperluas. Dalam laporannya kepada Majelis Umum PBB pada tahun 2006, ia menegaskan beberapa elemen dalam terorisme, dengan mengutip Resolusi DK PBB 1566 (2004) dan Panel Tingkat Tinggi Sekjen PBB tentang Ancaman, Tantangan, dan Perubahan.5

“Pada tingkat nasional, kejahatan terorisme didefinisikan dengan keberadaan akumulatif dari tiga kondisi berikut:

z Cara yang digunakan, yang bisa dideskripsikan sebagai sesuatu yang mematikan, atau kekerasan serius atas anggota masyarakat umum atau sebagian darinya, atau melakukan penyanderaan.

z Maksud, yaitu untuk menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat atau merusak tatanan masyarakat atau memaksa pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

z Tujuan, yaitu untuk mempercepat tujuan politik atau ideologi pokoknya.

Hanya jika ketiga kondisi tersebut dipenuhi, maka sebuah aksi bisa dihukumi sebagai teroris; jika tidak ia akan kehilangan kekuatan khususnya dalam kaitannya dengan kejahatan biasa.”6

4 Lihat E/CN.4/2005/103, ayat 32, dan E/CN.4/2006/98, ayat 26.5 Lihat Laporan Pelapor Khusus PBB tentang Perlindungan HAM dan

Kebebasan Fundamental dalam Kontraterorisme, E/CN.4/2006/98, 28 Desember 2005, ayat 26-50.

6 Lihat Laporan Pelapor Khusus PBB tentang Perlindungan HAM dan Kebebasan Fundamental dalam Kontraterorisme, A/61/267, 16 Agustus 2006, ayat 44. Untuk analisis lebih detil, lihat E/CN.4/2006/98, 28 December 2005, ayat 26-50.

C. Hak Asasi Dasar dalam Konteks Terorisme dan Kontraterorisme

Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia—yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1948—yang kemudian disebut sebagai kumpulan hak dasar individu, disebutkan perlindungan yang wajib disediakan oleh negara dalam kebijakan kontraterorisme meliputi7:

z Hak untuk hidup (Pasal 3)Hal ini berarti bahwa tidak ada seorang pun—

termasuk pemerintah— yang boleh mengakhiri kehidupan seseorang. Hal ini juga berarti bahwa kita berhak memperoleh perlindungan jika kehidupan kita terancam. Begitu juga pemerintah harus mempertimbangkan hak hidup seseorang ketika membuat keputusan yang berpotensi membahayakan nyawa seseorang.

Hak untuk hidup termasuk hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non-derogable right), bahkan dalam keadaan darurat sekalipun.

z Hak untuk bebas dari penyiksaan, hukuman atau perlakuan yang tidak manusiawi dan merendahkan (Pasal 5)Hukum hak asasi manusia melindungi

seseorang dari:

z Penyiksaan (mental, fisik, atau keduanya)

z Perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi atau merendahkan

z Deportasi atau ekstradisi (dikirim ke negara lain untuk menghadapi hukuman) jika terdapat risiko akan menghadapi siksaan atau perlakuan yang tidak manusiawi

� Apa itu penyiksaan?Penyiksaan terjadi jika seseorang

bertindak dalam kapasitas sebagai pihak yang berwenang (misalnya: polisi atau tentara) yang dengan sengaja menyebabkan rasa sakit yang luar biasa atau penderitaan (fisik atau mental) atas orang lain. Hal ini dilakukan dalam rangka menghukum seseorang atau mengintimidasi atau memperoleh informasi dari mereka.

7 Deklarasi Universal tentang HAM, G.A. Res. 217A (III), U.N. Doc. A/810 (1948), http://www.un.org/en/documents/udhr/index.shtml

Page 4: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

4

� Apa itu Perlakuan yang tidak manusiawi?Perlakuan yang tidak manusiawi meliputi:

z Serangan fisik yang serius

z Interogasi psikologis

z Kondisi penahanan atau pengekangan yang tidak manusiawi

z Tidak memberikan perawatan medis atas seseorang yang menderita penyakit berat

z Ancaman untuk menyiksa seseorang, jika ancaman tersebut riil dan seketika

� Apa itu perlakuan yang merendahkan?Sesuatu dianggap merendahkan hanya jika

ia menyangkut level minimum dari kekerasan hukuman. Level ini tergantung pada sejumlah faktor, seperti durasi perlakuan tersebut, pengaruh fisik atau mental, dan jenis kelamin, usia, kerentanan, dan kesehatan korban. Konsep ini berdasarkan pada prinsip martabat.

Hak untuk bebas dari penyiksaan, hukuman atau perlakuan yang tidak manusiawi dan merendahkan ini bersifat absolut dan berlaku dalam kondisi apapun, yang berarti tidak boleh dibatasi dalam kondisi apapun. Pejabat publik tidak boleh menggunakan dalil kurangnya bukti atas tuduhan yang mereka berikan sebagai alasan untuk memperlakukan seseorang dengan cara yang tidak manusiawi atau merendahkan.

z Hak atas perlindungan hukum yang sama (Pasal 7)Setiap orang berhak untuk mendapatkan akses

yang sama atas hukum dan pengadilan, dan untuk diperlakukan sama oleh hukum dan pengadilan, baik secara prosedur maupun hakikat hukumnya.

z Hak untuk mendapatkan pemulihan yang efektif (Pasal 8)Setiap orang berhak atas pemulihan

(rehabilitasi) yang efektif oleh pengadilan nasional yang kompeten bagi mereka yang mengalami tindakan pelanggaran atas hak-hak dasar mereka. Hak untuk mendapatkan pemulihan yang efektif adalah bagian dari hak asasi manusia universal yang tergolong ke dalam jenis hak yang pemenuhannya

tidak boleh ditunda dalam keadaan apapun, bahkan dalam keadaan darurat sekalipun.8

z Hak untuk bebas dari penangkapan atau penahanan yang sewenang-wenang (Pasal 9)Setiap orang tidak boleh ditahan oleh suatu

negara tanpa motif yang sah dan sewenang-wenang, dan setiap orang mempunyai hak untuk menggugat legalitas penahanannya berdasarkan prinsip yang disebut sebagai habeas corpus, di mana pihak berwenang harus dapat membuktikan di pengadilan alasan penahanan dengan disertai bukti yang cukup. Tanpa ada bukti maka seseorang berhak untuk dibebaskan.9

Seseorang juga mempunyai hak untuk diberi informasi tentang alasan penahanan10 dan hak untuk diadili dalam periode waktu yang masuk akal, jika tidak, maka ia mempunyai hak untuk dibebaskan.11

z Hak atas public hearing yang adil oleh pengadilan yang independen dan tidak berat sebelah (Pasal 10)Setiap orang mempunyai hak yang sama atas

public hearing oleh pengadilan yang independen dan tidak berat sebelah terkait dengan tuduhan yang diarahkan kepadanya.

z Hak untuk tetap dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah (Pasal 11)Seorang tahanan pra peradilan harus tetap

dianggap tidak bersalah sampai ada bukti yang menunjukkan kesalahan mereka menurut hukum yang berlaku dan mereka harus tetap diperlakukan dengan menjunjung tinggi martabat manusia, termasuk tahanan kasus terorisme. Seorang terdakwa tidak boleh dihadirkan di pengadilan dalam cara yang mengindikasikan bahwa ia adalah 8 Hak-hak asasi manusia digolongkan ke dalam dua kategori, yakni hak-

hak yang tidak bisa ditunda pemenuhannya dalam keadaan apapun dan hak-hak yang, dalam keadaan darurat, diizinkan untuk ditunda pemenuhannya. Hak-hak yang tidak dapat ditunda pemenuhannya dalam keadaan apapun antara lain adalah hak untuk hidup, hak untuk bebas dari siksaan, dan hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum. Hak untuk mendapatkan pemulihan yang efektif adalah bagian dari hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat baik International Covenant on Civil and Political Rights maupun International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights.

9 Prinsip yang ditetapkan di pasal 9 ayat 3 ICCPR, pasal 5 ayat 3 ECHR, pasal 7 ayat 6 ACHR.

10 Pasal 9 ayat 2 ICCPR; pasal 5 ayat 2 ECHR and pasal 7 ayat 4 ACHR.11 Pasal 9 ayat 3 ICCPR; pasal 5 ayat 3 ECHR and pasal 7 ayat 5 ACHR.

Page 5: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

5

penjahat yang berbahaya. Otoritas publik harus menahan diri dari membuat pernyataan yang bersifat menuduh yang nantinya mempengaruhi hasil dari peradilan yang adil.

z Hak atas privasi (Pasal 12)Setiap orang berhak untuk tidak dilakukan

campur tangan yang sewenang-wenang atas privasi, keluarga, rumah, korespondensi, atau serangan atas kehormatan dan reputasinya. Setiap orang mempunyai hak untuk dilindungi hukum atas campur tangan atau serangan semacam itu.

Hak atas privasi adalah hak yang qualified, yang berarti bisa dibatasi dalam kondisi tertentu dan dengan tujuan tertentu yang diatur dalam perjanjian HAM. Ketika seseorang diinvestigasi oleh penegak hukum atas dugaan tindakan kriminal atau terlibat dalam terorisme, penghormatan atas privasinya harus tetap melekat.

Segala tindakan yang berpengaruh pada privasi seseorang harus sah di depan hukum.12 Artinya, setiap penggeledahan, pengintaian, atau pengumpulan data seseorang harus atas otorisasi dari hukum. Tingkatan di mana hal tersebut diperbolehkan harus tidak boleh sewenang-wenang, aturan tersebut tidak boleh tidak adil, tidak bisa diprediksi atau tidak masuk akal. Undang-undang harus menjelaskan secara detail kondisi yang tepat di mana interferensi boleh dilakukan. Penerapannya pun tidak boleh diskriminatif.13

z Hak untuk mencari dan menikmati suaka dari negara lain dari penyiksaan (Pasal 114)Setiap orang mempunyai hak untuk mencari

dan menikmati suaka di negara lain untuk terhindar dari tuntutan di negara asal. Hak ini tidak diberikan dalam kasus di mana tuntutan tersebut berasal dari kejahatan nonpolitis atau dari tindakan yang bertentangan dengan tujuan dan prinsip PBB.

12 Lihat pasal 17 (1) dari International Covenant on Civil and Political Rights, pasal 8 ayat 2 dari European Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms, dan pasal 11 ayat 2 dari American Convention on Human Rights.

13 Lihat tinjauan Human Rights Committee, komunikasi N° 35/1978, Aumeeruddy Cziffra and Others v. Mauritius, 9 April 1981 (A/36/40, annex XIII, ayat 9.2 (b) 2 (i) 8).

z Hak atas kebebasan akan gagasan, suara hati, dan agama (Pasal 18)Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan

akan gagasan, suara hati dan agama; hak ini meliputi kebebasan untuk pindah agama atau kepercayaan, dan kebebasan, baik sendiri atau bersama dengan orang lain dalam komunitas, di tempat publik atau privat, untuk menunjukkan agama atau kepercayaannya dalam bentuk mengajarkan, mempraktikkan, dan beribadah.

z Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi (Pasal 19)Tingkat ceramah yang dilindungi dibagi dalam

lima kategori:

z Ekspresi politik dan kepentingan publik

z Ekspresi moral dan agama

z Ekspresi seni dan budaya

z Ekspresi komersial

z Ekspresi “bebas bernilai” (valuesless) atau ofensif

Hukum internasional mengeluarkan standar mengenai area kebebasan berekspresi, yang mana dalam kondisi tertentu terdapat beberapa pembatasan atas hak tersebut, di antaranya adalah ceramah dan ekspresi yang menghasut pada aksi terorisme. Sebagai bentuk respons atas ancaman terorisme, DK PBB melalui Resolusi 1624 menyerukan kepada seluruh negara untuk melarang hasutan (incitement) untuk melakukan aksi terorisme.14

Namun, banyak negara menafsirkan “hasutan” dalam konteks yang terlalu meluas. Pengertian tersebut ditarik ke delik baru, seperti “pembelaan”, 15 “pemujian”, 16 “pemujaan atau dorongan tidak langsung”, 17 “justifikasi publik”,18 dan “promosi” terhadap aksi terorisme.19

Panduan yang cukup membantu dalam persoalan ini disampaikan dalam Deklarasi Bersama Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi menjelaskan bahwa

14 Resolusi DK PBB 1624 (2005) yang disepakati pada tanggal 14 September 2005, UN Doc. S/RES/1624 (2005).

15 Pasal 218 (2) UU Kriminal Maroko.16 Pasal 578 KUHP Spanyol.17 Bab 1 UU Terorisme Inggris.18 Hukum Rusia Nomor 153-FZ.19 Bab 9 UU Antiterorisme Uganda Tahun 2002.

Page 6: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

6

“hasutan harus dipahami sebagai seruan langsung untuk melakukan terorisme, dengan niat bahwa hal tersebut akan mempromosikan terorisme, dan dalam konteks di mana seruan tersebut secara langsung bertanggung jawab menyebabkan terjadinya peningkatan aksi terorisme.”20

z Hak untuk bebas berkumpul dan berserikat (Pasal 20)Setiap orang mempunyai hak untuk bebas

membuat asosiasi secara damai. Tidak seorang pun yang boleh memaksakan orang lain untuk masuk ke dalam satu asosiasi tertentu. Hak ini sering dibatasi oleh pemerintah sebagai bentuk respons mereka atas ancaman terorisme. Padahal, prinsip kebebasan ini sangat fundamental dalam konteks kontraterorisme, di mana sering kali digunakan informasi rahasia sebagai dasar menentukan suatu kelompok sebagai teroris.

D. Kewajiban-Kewajiban yang Harus Dipenuhi oleh Negara Saat Melakukan Tindakan Kontraterorisme

Pada bulan September 2006 negara-negara anggota PBB mengadopsi dan menyepakati Strategi Kontraterorisme Global PBB. Dalam strategi tersebut diterangkan bahwa:

“Perlindungan atas hak asasi manusia bagi semua orang dan aturan hukum sangat penting bagi seluruh komponen dari Strategi tersebut, dan mengakui bahwa tindakan kontraterorisme yang efektif dan perlindungan hak asasi manusia bukanlah tujuan yang bertolak belakang, tapi saling melengkapi dan saling menguatkan...”21

20 Laporan Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi, Perwakilan OSCE untuk Kebebasan Media, dan Pelapor Khusus OAS tentang Kebebasan Berekspresi, “Deklarasi Bersama tentang Mekanisme Internasional untuk Dukungan Kebebasan Berekspresi” yang disepakati pada tanggal 21 Desember 2005.

21 Resolusi 60/288, disetujui oleh Majelis Umum pada tanggal 8 September 2006, Strategi global Kontraterorisme PBB, A/RES/60/288, 20 September 2006,http://www.un.org/terrorism/strategy-counter-terrorism.shtml#poa4 yang diakses pada 23 Juni 2009.

DK PBB berulang kali menyerukan kepada seluruh negara, termasuk dalam konteks kontraterorisme untuk:

“Menghormati dan mempromosikan hak setiap orang yang ditangkap atau ditahan atas dakwaan kriminal untuk segera dihadapkan ke pengadilan atau pejabat lain yang berwenang untuk menjalankan peradilan dan untuk mendapatkan hukuman dalam waktu yang dapat dipertanggungjawabkan atau dibebaskan.”22

Selanjutnya juga menyerukan kepada pemerintah untuk:

“Menghormati dan mempromosikan hak setiap orang yang kehilangan kebebasannya karena penangkapan atau penahanan untuk segera diproses di pengadilan, agar pengadilan segara memutuskan, tanpa menunda, keabsahan dari penangkapannya dan memerintahkan

pembebasannya jika penangkapan tersebut tidak sah, sesuai dengan kewajiban internasional.”23

Hukum internasional secara jelas menegaskan hak setiap individu yang ditahan atas dugaan kejahatan, apapun sifatnya, untuk dibawa ke hadapan pengadilan.”24

Prinsip ke-4 dari Prinsip-Prinsip Utama untuk Perlindungan Semua Orang dari Segala Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan menyatakan bahwa:25

“Segala bentuk penahanan atau pemenjaraan dan segala tindakan yang berpengaruh pada hak asasi manusia seseorang harus atas perintah, atau dibawah pengawasan yang

22 Human Rights Council, Resolution 6/4 on Arbitrary Detention, 28 September 2007, verse 5(c).

23 Human Rights Council, Resolution 6/4 on Arbitrary Detention, 28 September 2007, verse 5(d).

24 Pasal 9, 10, dan 11 Deklarasi Universal tentang HAM memuat hak untuk tidak ditangkap secara semena-mena, hak untuk mendapat peradilan yang adil, dan hak atas asas praduga tak bersalah.

25 Lihat Resolusi Majelis Umum 43/173 yang disepakati pada tanggal 9 Desember 1988, yaitu pada batang tubuh “Prinsip-Prinsip Perlindungan bagi Semua Orang dari Berbagai Bentuk Penahanan dan Pemenjaraan”.

Menurut Amnesty International, banyak negara menggunakan “perang melawan teror” sebagai alasan untuk menginjak-injak hak asasi manusia. Atas nama keamanan, politik, dan profit, hak asasi manusia telah diinjak-injak oleh pemerintah di berbagai negara.

Page 7: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

7

efektif dari pengadilan atau otoritas lain yang berwenang.”

Prinsip-Prinsip Utama juga menegaskan bahwa yang dimaksud “lembaga peradilan atau pihak lain yang berwenang” adalah:

“Sebuah pengadilan atau otoritas lain yang sah secara hukum yang status dan kedudukannya memberikan jaminan terkuat atas kompetensi, kejujuran dan independensi.”

Prinsip ke-11 menyatakan bahwa:

“Seseorang tidak boleh ditahan tanpa diberi kesempatan yang efektif untuk didengar di pengadilan atau otoritas lain.”

Terkait dengan risiko penyiksaan atau perlakuan kasar lain yang sering kali terjadi ketika pihak yang bertanggung jawab melakukan interogasi juga mempunyai hak untuk mengendalikan tahanannya, Rekomendasi Umum dari Pelapor Khusus (Special Rapporteur) PBB menyatakan bahwa:

“Mereka yang ditangkap tidak boleh ditahan di tempat yang berada di bawah kendali interogator atau investigator lebih dari waktu yang dibutuhkan oleh hukum untuk mendapatkan surat perintah penahanan pra peradilan—yang dalam banyak kasus tidak lebih dari 48 jam. Mereka harus dibawa ke fasilitas pra peradilan yang berada di bawah otoritas lain, di mana tidak diperbolehkan adanya kontak dengan penyidik atau penyelidik yang tidak dalam pengawasan.”26

Ketentuan tersebut sering kali dilanggar di berbagai negara dalam penanganan kasus terorisme. Komite Menentang Penyiksaan dalam salah satu laporannya menyatakan bahwa pelanggaran yang sering terjadi antara lain: “penahanan pra peradilan yang melebih batas waktu yang diizinkan oleh hukum, pembatasan akses pada penasihat hukum; pembatasan pengawasan hukum selama penahanan pra peradilan; penahanan tanpa boleh berhubungan dengan dunia luar (incommunicado detention) terutama selama investigasi pra peradilan; dan kurangnya akses pada perawatan medis dan anggota keluarga.” 27

26 Laporan Pelapor Khusus tentang Dugaan Penyiksaan Sehubungan dengan Komisi, Resolusi 2002/38, E/CN.4/2003/68, 17 Desember 2002, ayat26(g).

27 Kesimpulan dan rekomendasi Komite Menentang Penyiksaan: Arab Saudi, CAT/C/CR/28/5.

Pada tahun 2009 Majelis Umum PBB menegaskan bahwa “terorisme tidak bisa dan tidak boleh dikaitkan dengan agama, kebangsaan, peradaban, atau kelompok etnis mana pun,”28 dan menyerukan kepada seluruh negara untuk tidak memaksakan pada profil ras atau etnis tertentu29; menghormati kewajiban non-refoulement30; memastikan jaminan atas asas legalitas (due process)31; dan memastikan bahwa “hukum yang mengkriminalisasi aksi terorisme tersebut bisa diakses, dirumuskan dengan presisi, tidak diskriminatif, tidak berlaku surut, dan sesuai dengan hukum internasional, termasuk hukum hak asasi manusia.”32

E. Potensi Pelanggaran HAM dalam Praktik Kontra-Terorisme di Berbagai Negara

Human Right Watch merilis beberapa elemen dalam undang-undang kontraterorisme pasca Peristiwa 11 September yang berpotensi melanggar HAM.33

1. Definisi Terorisme dan Aksi TerorBelasan undang-undang kontraterorisme

yang dibuat sejak tahun 2001 mendefinisikan terorisme dan aksi teror dalam pengertian yang sangat meluas. Walaupun tidak ada satu pun definisi terorisme menurut hukum internasional,34 definisi yang dicantumkan dalam berbagai perjanjian internasional sering kali berpusat pada penggunaan kekerasan untuk tujuan politik. Dalam praktiknya, undang-undang kontraterorisme yang baru bervariasi secara sangat luas dari satu negara ke negara yang lain dan sering kali juga melingkupi aksi yang tidak ada hubungannya dengan kekerasan.

Contoh undang-undang yang mendefinisikan terorisme dengan batasan yang berpotensi melanggar HAM antara lain yang berlaku di 28 G.A. Res. 63/185, U.N. Doc. A/RES/63/185 (2009), http://www.

un.org/Docs/journal/asp/ws.asp?m=A/RES/63/185.29 Ibid., ayat 7.30 Ibid., ayat 10.31 Ibid., ayat 12.32 Ibid., ayat 18.33 Human Right Watch, “In the Name of Security: Counterterrorism

Laws Worldwide since September 11”, 29 Juni 2012, hlm. 17-102.34 Menurut Alex Schmid, sejak Liga Bangsa-Bangsa pertama kali

mempromosikan definisi legal terorisme pada tahun 1937, paling tidak 250 definisi telah digunakan di seluruh dunia. Salah satu tantangan untuk mencapai kesepakatan definisi yang umum adalah banyak negara yang senantiasa tidak setuju tentang kapankah dan apakah bisa memasukkan gerakan kemerdekaan dan pasukan militer negara. Lihat Laporan Komite Ad Hoc Majelis Umum PBB, Sesi Ke-12, 25-26 Februari 2008 dan 6 Maret 2008, A/63/37, http://www.un.org/terrorism/adhoccom.shtml yang diakses pada 17 April 2013.

Page 8: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

8

Australia, yang tidak mensyaratkan adanya elemen “niat untuk menyebabkan kematian atau cedera serius.”

2. Penyematan organisasi teroris dan kriminalisasi atas para anggotanyaBanyak undang-undang kontraterorisme

melarang organisasi yang dianggap sebagai teroris dan memberikan sanksi finansial atas mereka. Mereka juga mengkriminalisasi keanggotaan dalam organisasi terlarang tersebut, tanpa melihat tindakan atau niat dari keanggotaan tersebut.

Pelapor Khusus PBB tentang HAM dan kontraterorisme menyimpulkan pada tahun 2011 bahwa daftar tersebut, terutama yang terkait dengan Al-Qa’idah tidak sesuai dengan standar HAM internasional, yaitu hak pada due process atau hak atas peradilan yang adil.35

Definisi legal organisasi teroris sangat bervariasi di berbagai negara. Misalnya, di Uzbekistan, amandemen Kitab Undang-Undang Prosedur Kriminal mengkriminalisasi “pembuatan, kepemimpinan, atau partisipasi dalam kelompok ekstremis agama, separatis, fundamentalis, atau organisasi terlarang lainnya,” meskipun undang-undang tersebut tidak terdapat definisi tentang “ekstremisme” atau “fundamentalisme” dan melarang aktivitas tersebut, meskipun aktivitas atau ideologi atau organisasi tersebut tidak melakukan kekerasan.

Menurut Human Right Watch, proses penyematan sebuah organisasi sebagai teroris sangat bervariasi, namun hampir kesemuanya mengabaikan due process, yaitu penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan dengan hukum.36 35 Pernyataan dari laporan khusus dari Pelapor Khusus terkait HAM dan

Kontraterorisme yang berjudul “The New UN Listing Regimes for the Taliban and Al-Qaida” http://www.ohchr.org/en/NewsEvents/Pages/DisplayNews.aspx?NewsID=11191&LangID=E.

36 Konsep due process of law yang prosedural pada dasarnya didasari atas konsep hukum tentang “keadilan yang fundamental” (fundamental fairness). Perkembangan due process of law yang prosedural merupakan suatu proses atau prosedur formal yang adil, logis dan layak, yang harus dijalankan oleh yang berwenang, misalnya dengan kewajiban membawa surat perintah yang sah, memberikan pemberitahuan yang pantas, kesempatan yang layak untuk membela diri termasuk memakai tenaga ahli seperti pengacara bila diperlukan, menghadirkan saksi-saksi yang cukup, memberikan ganti rugi yang layak dengan proses negosiasi atau musyawarah yang pantas, yang harus dilakukan manakala berhadapan dengan hal-hal yang dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia, seperti hak untuk hidup, hak untuk kemerdekaan atau kebebasan (liberty), hak atas kepemilikan benda, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk beragama, hak untuk bekerja dan mencari penghidupan yang layak, hak pilih, hak untuk bepergian ke mana dia suka, hak atas privasi, hak atas perlakuan yang sama (equal protection) dan hak-hak fundamental lainnya.

Karena definisi yang sangat samar tersebut, jumlah dan tipe organisasi yang disebut teroris berbeda antara satu negara dengan negara lainnya:

3. Dukungan Material pada Terorisme dan Organisasi TerorisPenggalangan dana untuk tujuan terorisme,

menyediakan dana untuk organisasi yang dituduh sebagai teroris, atau memberikan dukungan material dalam bentuk lain juga merupakan bentuk kriminal menurut beberapa undang-undang kontraterorisme. Ketentuan mengenai dukungan material dibuat dengan dalih untuk mencegah dan menghukum mereka yang memberikan dukungan kepada organisasi teroris namun tidak terlibat dalam aksi terorisme. Ketentuan tersebut bisa merupakan pelanggaran kepada HAM jika dikombinasikan dengan pendefinisian yang terlalu meluas terhadap istilah terorisme, kelompok teroris, atau istilah dukungan material itu sendiri, apalagi jika ditambah dengan kurangnya due process terhadap orang yang dicurigai memberikan dukungan material.

Hampir 100 undang-undang kontraterorisme yang ditinjau oleh Human Rights Watch mendefinisikan dukungan material terhadap terorisme sebagai aksi kriminal. Dari jumlah tersebut, 32 di antaranya mengabaikan apakah si pemberi dukungan benar-benar tahu dan memang berniat memberikan dukungan pada aksi terorisme atau tidak. Dalam undang-undang tersebut, kesembronoan cukup untuk membuat seseorang disebut mendukung terorisme.

4. Pembatasan Kebebasan BerekspresiBelasan undang-undang kontraterorisme

mengkriminalisasi ceramah, publikasi, atau bentuk ekspresi lain yang menganjurkan, membenarkan, menghasut, atau memberikan dukungan kepada terorisme. Resolusi DK PBB 1624 (2005) secara eksplisit menyerukan kepada negara untuk “mengadopsi tindakan yang diperlukan dan layak, dan sesuai dengan kewajiban mereka di bawah hukum internasional, untuk melarang dengan hukum tindakan penghasutan untuk melakukan aksi terorisme—ceramah yang secara langsung menganjurkan terjadinya perbuatan kriminal, diniatkan untuk terjadinya aksi kriminal, atau

Page 9: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

9

dimungkinkan menghasilkan aksi kriminal—baik aksi kriminal tersebut dilakukan atau tidak.”

Sebenarnya, belum ada hukum internasional yang memberikan hukuman kriminal atas apa yang disebut sebagai “hasutan tidak langsung” (indirect incitement)—seperti membenarkan atau memuja terorisme—dengan mengeluarkannya dari bentuk ekspresi yang dilindungi oleh hukum hak asasi manusia internasional. Hanya saja, sebagian undang-undang tersebut tidak memasukkan definisi yang jelas apa yang dimaksud dengan organisasi teroris itu. Misalnya, RUU Kontraterorisme Arab Saudi (2011) mengkriminalisasi pembuatan atau pemublikasian website “untuk memfasilitasi komunikasi dengan pimpinan atau anggota organisasi teroris atau mempropagandakan ide mereka”.37

5. Perluasan Kewenangan polisi, termasuk kewenangan untuk menahan tersangka tanpa tuduhan, membatasi akses mereka kepada penasihat hukumLebih dari 120 undang-undang kontraterorisme

memperluas kekuasaan polisi untuk mengawasi dan menyelidiki seseorang, melakukan penangkapan, dan merampas barang yang dianggap terkait dengan terorisme. Dalam banyak kasus, hal ini sering kali dilakukan tanpa jaminan yudisial. Dengan memperluas kemampuan aparat kepolisian untuk bertindak tanpa izin pengadilan, dan menurunkan—atau menghilangkan sama sekali—alasan-alasan yang masuk akal terhadap munculnya kecurigaan atau penyebab yang biasanya dibutuhkan untuk membenarkan interferensi polisi, undang-undang tersebut berpotensi melanggar hak atas privasi, mendorong profiling tersangka berdasarkan ras tertentu, dan membidikkan target pada kelompok minoritas. Bentuk-bentuknya sebagai berikut:

37 KUHP Arab Saudi untuk Kejahatan Terorisme dan Pendanaannya, 2011, Pasal. 43. Lihat juga rilis berita HRW, “Saudi Arabia’s Draft Counterterrorism Law a Setback for Human Rights” (2011).

http://www.hrw.org/news/2011/08/02/saudi-arabia-s-draft-counterterrorism-law-setback-human-rights.

z Penangkapan dan penggeledahan tanpa surat perintah

z Penggeledahan secara acak di area yang telah ditetapkan

z P e r l u a s a n kewenangan pengawasan dan perluasan kewenangan untuk menyita dan menanyai

Sebagai contoh, UU Antiterorisme Indonesia (2002) memberikan kewenangan yang sangat luas kepada polisi untuk

membuka, memeriksa, dan menyita surat dan paket yang dikirim via pos atau jasa pengiriman lainnya, atau untuk menyadap komunikasi telepon sampai jangka waktu satu tahun, saat hakim memerintahkan investigasi.

6. Penambahan Waktu Penahanan Pra-PeradilanPenambahan penahanan tanpa adanya

tuntutan, terutama ketika dibarengi dengan pembatasan hak tahanan untuk menentang penahanan tersebut di pengadilan, akan menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya penyiksaan dan kekejaman lain tanpa sepengetahuan pengadilan dan tidak disanksi oleh hukum. Penambahan penahanan pra peradilan, terutama ketika tidak diotorisasi oleh hakim, bisa juga melanggar hak kebebasan menurut hukum internasional.

Di Indonesia, undang-undang kontraterorisme tahun 2002 menerapkan periode penahanan tujuh hari, di mana seorang tersangka kasus terorisme boleh ditahan tanpa tuduhan dan tanpa pengawasan pengadilan. Hal ini berkebalikan dengan standar periode penahanan satu hari yang tercantum dalam KUHP no. 8 tahun 1981.

7. Penahanan tanpa Boleh Berhubungan dengan Orang Lain (Incommunicado Detention)Paling tidak, belasan undang-undang

kontraterorisme mengizinkan atau menganjurkan dilakukannya incommunicado detention sepanjang penahanan pra peradilan. Mereka menghalangi hak tahanan untuk mendapatkan kunjungan dari

Menurut Human Right Watch, proses penyematan sebuah organisasi sebagai teroris sangat bervariasi, namun hampir kesemuanya mengabaikan due process, yaitu penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan dengan hukum.

Page 10: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

10

penasihat hukum, anggota keluarga, dan pihak ketiga lain yang memiliki kepentingan.

Hubungan antara incommunicado detention dengan penyiksaan sudah lama diketahui. Komite HAM PBB merekomendasikan agar seluruh negara membuat peraturan yang menentang dilaksanakannya incommunicado detention.38

� Pembatasan Akses pada Penasihat HukumLebih dari 20 undang-undang

kontraterorisme secara spesifik membatasi akses tersangka untuk bertemu dengan pengacara. Misalnya, RUU Kontraterorisme Arab Saudi (2011) akan membatasi hak tersangka terorisme untuk didampingi pengacara dalam setiap tahapan proses, termasuk selama interogasi. Hal yang sama juga berlaku untuk tersangka kasus lain. Pasal 13 membatasi hak tersangka untuk meminta bantuan pengacara sampai “waktu yang dirasa cukup, yang ditentukan oleh badan investigasi, sebelum dibawa ke pengadilan.”39

� Menunda Pemberitahuan Kepada Pihak KeluargaKepolisian Inggris bisa menunda

pemberian informasi kepada keluarga, teman, atau pihak ketiga lain yang berkepentingan tentang di mana tahanan ditahan, jika mereka mereka “mempunyai alasan yang masuk akal untuk percaya” bahwa hal tersebut akan mengganggu proses investigasi, meskipun hak tersebut sebenarnya secara eksplisit tercantum juga dalam undang-undang kontraterorisme yang sama.40

8. Mengurangi Akuntabilitas Pihak KepolisianDi beberapa negara, undang-undang

kontraterorisme melindungi atau bahkan secara eksplisit mengebalkan anggota kepolisian

38 Komite HAM, Komentar Umum 20 sebagai Pengganti Komentar Umum 7 tentang larangan penyiksaan dan perlakuan atau hukuman yang kejam (art. 7), 03/10/1992, http://www.unhchr.ch/tbs/doc.nsf/%28Symbol%29/6924291970754969c12563ed004c8ae5?Opendocument yaitu pada ayat 11.

39 UU Hukum Pidana untuk Kejahatan Terorisme dan Pendanaannya, Tahun 2011, Pasal. 13. Lihat juga rilis berita HRW, “Saudi Arabia’s Draft Counterterrorism Law a Setback for Human Rights”, 2 Agustus 2011.

http://www.hrw.org/news/2011/08/02/saudi-arabia-s-draft-counterterrorism-law-setback-human-rights

40 UU Terorisme Inggris Tahun 2000, http://www.legislation.gov.uk/ukpga/2000/11, daftar 8, bab. 6, 8.

atau pasukan keamanan yang lain dari pertanggungjawaban kriminal atas pelanggaran HAM berat yang mereka lakukan. Ketentuan tersebut sama saja dengan menumbangkan aturan hukum dan bertentangan dengan hak atas pemulihan yang efektif yang dilindungi oleh hukum internasional, yaitu bahwa setiap negara wajib memastikan bahwa setiap orang yang hak dilanggarnya mempunyai hak untuk menuntut balik.41

� Ketentuan yang secara Eksplisit Memberi Kekebalan pada Aparat Keamanan Beberapa undang-undang kontraterorisme

terdiri dari ketentuan yang memberikan kekebalan kepada polisi saat terjadi kematian, cedera, atau kerusakan properti pada saat mereka melakukan aksi. RUU Arab Saudi (2011) “membebaskan [seluruh aparat pemerintah] dari tanggung jawab yang barangkali melekat pada mereka dalam menjalankan tugas undang-undang.”42

9. Mengurangi Hak untuk Menggugat PenahananSejumlah kecil undang-undang kontraterorisme

membuat ketentuan yang membatasi hak tahanan untuk mempelajari dasar penahanan mereka atau untuk berpartisipasi dalam prosedur pengadilan sebelum diadili. Ketentuan tersebut melanggar hak tahanan untuk menantang dasar penahanan mereka, sebuah hak yang diatur dalam hukum internasional43

Undang-undang Bahrain mengizinkan penambahan 10 hari penahanan tanpa tuduhan dari awalnya 5 hari (sebagaimana yang diperintahkan oleh penuntut umum, bukan otoritas pengadilan) dan oleh aparat keamanan yang memerintahkan penambahan berdasarkan pada informasi rahasia

41 Pasal 2 ICCPR menyatakan bahwa “(3) Setiap negara wajib: (a) memastikan bahwa setiap orang yang hak atau kebebasannya yang dikenal dalam perjanjian ini dilanggar harus mempunyai pemulihan yang efektif, meskipun pelanggaran tersebut dilakukan oleh orang yang bertindak dalam kapasitas sebagai aparat.

ICCPR, http://www2.ohchr.org/english/law/ccpr.htm, pasal 2(3).42 KUHP Terorisme Arab Saudi Tahun 2011 Pasal 38.43 Lihat ICCPR, http://www2.ohchr.org/english/law/ccpr.htm, Pasal 9(4):

(“Setiap orang yang dibatasi kebebasannya dengan penangkapan atau penahanan harus diberi hak untuk menuntut perkara tersebut di depan pengadilan, agar pengadilan tersebut memutuskan tanpa menunda keabsahan penangkapan tersebut dan memerintahkan pembebasannya jika penangkapan tersebut tidak sah.”)

Page 11: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

11

yang tidak diberitahukan kepada tahanan dan tidak boleh digugat di depan pengadilan.44

***

Selain beberapa undang-undang kontraterorisme yang berpotensi menimbulkan pelanggaran HAM, terdapat beberapa praktik kontraterorisme lain yang dilakukan dengan cara-cara yang melanggar hak asasi manusia, di antaranya:

1. Penyiksaan, Perlakuan yang tidak Manusiawi, Kejam dan Merendahkan Salah satu hal yang paling banyak jadi

perhatian dalam kebijakan kontraterorisme adalah kurangnya transparansi yang berpotensi menimbulkan terjadinya pelanggaran HAM secara signifikan, seperti penyiksaan dan perlakuan yang tidak manusiawi dan kejam. Ancaman ini diperburuk dengan fakta bahwa banyak tindakan kontraterorisme yang dilakukan secara rahasia. Penyiksaan adalah terlarang dalam segala kondisi dan termasuk dalam salah satu norma jus cogen, yaitu prinsip dasar hukum internasional yang diakui oleh komunitas internasional sebagai norma yang tidak boleh dilanggar. Ia juga dilarang keras dalam Konvensi Menentang Penyiksaan dan dalam ICCPR.

Banyak negara yang berkolaborasi dengan AS dan memfasilitasi penahanan, penyiksaan, dan perlakuan buruk pada tahanan kasus terorisme. Martin Scheinin, Pelapor Khusus PBB dalam hal Promosi dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar saat Melakukan Kontraterorisme melaporkan bahwa beberapa negara seperti “Bosnia Herzegovina, Kanada, Kroasia, Georgia, Indonesia, Kenya, Makedonia, Pakistan, Inggris dan Irlandia Utara” dalam rangka memperoleh informasi dan penyitaan atas tersangka, telah melakukan penyiksaan dan beberapa bentuk pelanggaran HAM berat lainnya.45

44 Undang-undang Bahrain mengenai Pelindungan Komunitas dari Aksi Teroris, https://www.unodc.org/tldb/showDocument.do?documentUid=8520 Pasal 27-28.

45 Idem.

2. Penahanan yang sewenang-wenang, sebagai akibat dari pengawasan dan intelijen yang berlebihanBanyak negara yang melakukan tindakan

intelijen dan pengintaian yang bertentangan dengan hukum internasional dengan mengatasnamakan perang melawan teror.

Di Indonesia, tahun 2010 silam FIDH merilis sebuah laporan yang menyebutkan bahwa selama penanganan kasus terorisme sejak tahun 2004 hingga 2009, telah terjadi 36 kasus salah tangkap yang dilakukan oleh aparat Indonesia. Di antaranya adalah penangkapan seorang anak berusia 14 tahun bernama Agung di Sulawesi Utara pada tanggal 18 Oktober 2005 dengan tuduhan kepemilikan dokumen tentang Jamaah Islamiah. Namun, akhirnya dilepaskan karena kurangnya bukti.46

Menurut laporan dari KontraS,47 praktik salah tangkap juga dialami Muarifin (18 Juli 2012) dan Dul Rahman (22 September 2012), keduanya ditangkap di lokasi yang berbeda. Dalam kasus tersebut, terdapat beberapa tindakan yang menyimpang dari prosedur penindakan ada. Hal serupa juga dialami pada kasus pemukulan serius Wiji Suwito (31 Agustus 2012), ayah mertua Bayu Setiono yang diduga kuat terlibat dalam aksi teror Solo.48

3. Diskriminasi dan Profiling yang cenderung RasisPraktik kontraterorisme yang diberlakukan di

berbagai negara berisiko menyebabkan profiling berdasarkan ras dan etnis—yang melanggar Konvensi Penghapusan Diskriminasi Ras (CERD). Di Inggris, polisi memprofilkan warga kulit hitam dan warga keturunan Asia saat melakukan penyelidikan atas nama perang melawan teror.49

46 FIDH/Imparsial/KontraS ,“Shadows and Clouds Human Rights in Indonesia: Shady Legacy, Uncertain Future”, 11 Februari 2011, hlm. 25-27.

47 KontraS, “Evaluasi Teror Densus 88 dalam Operasi Anti-Terorisme”, 25 September 2012.

48 Menurut KontraS, adanya praktik salah tangkap dan aksi kekerasan yang dilakukan personel Densus 88 kepada warga sipil menunjukkan bahwa semua kegiatan penindakan di lapangan nyaris tidak mengacu kepada ketentuan Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2011 tentang Prosedur Penindakan Tersangka Tindak Pidana Terorisme. Dalam ketentuan tersebut diterangkan bahwa semua kegiatan penindakan tersangka, baik yang terencana maupun segera- harus dilakukan melalui tahapan khusus, melibatkan intelijen Polri yang bekerja untuk membuat analisis situasi dan kondisi tersangka dan lingkungannya (Pasal 11), diikuti dengan prinsip kehati-hatian dan mempertimbangkan risiko keamanan/keselamatan manusia (Pasal 7).

49 Martin Scheinin, “Privacy and Security can be Reconciled”, The Guardian (20 Januari 2010), tersedia di: http://www.guardian.co.uk/commentisfree/libertycentral/2010/jan/20/privacy-airport-security

Page 12: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

12

Menurut hukum internasional, terorisme tidak boleh dihubungkan secara eksklusif dengan ras, etnis, budaya, agama, atau warga negara tertentu.50 Hal ini bukan hanya melanggar CERD, tetapi juga berpotensi memicu marjinalisasi kelompok tertentu dan justru meningkatkan risiko terjadinya terorisme.

4. Pelanggaran atas Hak untuk HidupPelapor Khusus PBB untuk Eksekusi

Ekstrayudisial atau Sewenang-wenang mengkhawatirkan pemberian kewenangan kepada pemerintah untuk mengidentifikasi dan membunuh tersangka teroris. Kebijakan ini berpotensi diperluas untuk diarahkan kepada musuh negara, lawan politik, dll.51 Kekhawatiran ini bukan tidak terbukti. Pada tanggal 22 Juli 2005, 8 peluru polisi Inggris membunuh orang tak bersalah yang disangka sebagai teroris di London.

Di Indonesia, menurut laporan Komnas HAM, “Pada Peristiwa Tanah Runtuh, Poso (22/1/2007), menewaskan 1 DPO (Icang) dan 11 orang lainnya yang bukan DPO di tempat kejadian (Firman, Nurgam alias Om Gam, Idrus, Totok, Yusuf, Muh. Syafri alias Andrias, Afrianto alias Mumin, Hiban, Huma, Sudarsono, dan Ridwan Wahab alias Gunawan), serta seorang anggota Polri (Bripka Ronny). Terhadap peristiwa penembakan Densus 88 kepada terduga/tersangka tindak pidana terorisme orang di Tanah Runtuh yang sampai mengakibatkan meninggal dunia tanpa proses hukum diduga adanya pelanggaran hak untuk hidup sebagai salah satu hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non-derogable right).”52

Atas tindakan tersebut, menurut Komnas HAM, Densus 88 melakukan pelanggaran Undang Undang Dasar 1945 pasal 28 I ayat 1, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, serta perjanjian internasional tentang hak-hak sipil dan politik yang telah diratifikasi menjadi UU Nomor 12 Tahun 2005.[] (K. Mustarom)

50 Lihat supranote 10 pada ayat 1.51 Laporan Pelapor Khusus tentang Eksekusi Ekstrayudisial atau

Sewenang-wenang, E/CN.4/2005/7, 22 Desember 2004, ayat 41.52 Komnas HAM, ”Pernyataan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

tentang Hasil Pemantauan dan Penyelidikan Peristiwa Video Kekerasan dalam Penanganan Terorisme di Poso, Sulawesi Tengah (Peristiwa 22 Januari 2007 di Tanah Runtuh)”, 18 Maret 2013.

� PrologTulisan di bawah ini merupakan analisis yang ditulis oleh salah seorang member yang aktif di forum-forum internet berbahasa Arab, yang menggunakan nama samaran “Engineer Al-Qa’idah”. Meskipun belum diverifikasi keterkaitan langsung Penulis dengan Al-Qaidah, namun isinya menarik untuk dicermati. Analisisnya cukup spesifik, bersifat arahan bagi aktivis jihad, dan telah mendapatkan perhatian serius dari para pengamat Barat.

Strategi Penting dan Komprehensif

untuk Revolusi Syam

Saudaraku, sebagaimana kalian ketahui, tujuan tema ini adalah upaya mengombinasikan sebanyak mungkin ide-ide dan usulan-usulan

yang mungkin bermanfaat bagi saudara-saudara kita—mujahidin—dan penolong-penolong mereka, terkhusus berbagai Front (unit-unit perlawanan) yang sekarang tumbuh marak di Syam dan sekitarnya. Di sini kami bermaksud menjadikan forum berharga kita ini—seirama dengan peran utamanya untuk memberikan dukungan, publikasi, mobilisasi, provokasi, dan juga edukasi—sebagai salah satu sentral riset dan studi yang dinamis guna memberikan keputusan-keputusan, rekomendasi-rekomendasi, dan juga kebijakan-kebijakan yang nanti insyaallah akan kami sebutkan.

Melalui strategi jitu dan studi (pengalaman) berharga dalam perjalanan panjang kita menuju khilafah rasyidah, hingga kita—dengan pertolongan dan taufik Allah—sampai pada tujuan yang diharapkan dengan secepatnya dan biaya yang tidak seberapa. Persis sebagaimana pusat riset dan studi kebijakan milik musuh kita yang terdiri dari beberapa staf ahli dan cendekiawan yang secara kontinu menelurkan rekomendasi-rekomendasi dan keputusan-keputusan yang akan diterapkan oleh pemerintah negeri mereka.

Page 13: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

13

Oleh sebab itu, kami di sini berusaha mengombinasikan diskusi-diskusi terdahulu dan lainnya yang memungkinkan diringkas, kemudian dirangkum menjadi beberapa poin strategi penting dan komprehensif guna mengarahkan kita dan saudara-saudara kita di Syam dan sekitarnya. Itu terangkum dalam beberapa poin yang jelas; yaitu mengenai strategi yang dilancarkan musuh kepada kita, memprediksikan sikap yang harus kita ambil, bahkan memastikan sikap kita pada saat sekarang maupun akan datang. Sebagai usaha memaksa musuh-musuh kita berjalan selaras dengan strategi yang kita rancang, bukan strategi mereka.

Ada dua benang merah penting yang tidak diperdebatkan oleh siapa pun yang berada di Syam atau tempat lainnya:

Pertama, berhukum dengan syariat Islam atau berusaha menegakkan negara Islam yang berhukum dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya saw yang selaras dengan pemahaman generasi salaf yang saleh dan ijtihad generasi khalaf yang saleh dari umat ini.

Kedua, batalnya segala jenis perbatasan (yang ditetapkan) Sykes-Picot antara negeri-negeri Islam kita; baik yang dekat maupun yang jauh, kecuali sekedar formalitas permasalahan-permasalahan aktivitas Islami yang tidak membahayakan, seperti formalitas safar, tukar-menukar logistik yang dapat membantu kita dalam proses-proses rekrutmen militer, konsolidasi, dan sebagainya.

Dari dua poin di atas, akan kami paparkan beberapa rekomendasi, selain juga beberapa (prediksi) yang akan terjadi—dengan izin Allah.

Peristiwa-peristiwa mutakhir dan yang akan terjadi dalam waktu dekat

Pertama, kebanyakan cendekiawan kita memprediksikan bahwa konflik yang terjadi di Syam akan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, oleh itu, kesiap-siagaan merupakan suatu keniscayaan.

Dua, sekarang ini, sedang terjadi perlombaan dan adanya usaha-usaha Salibiyah-Israiliyah-Iraniyah untuk menguasai atau menghancurkan gudang-gudang persenjataan kimia Suriah sebelum berpindah tangan (direbut mujahidin). Aliansi kriminal tersebut meyakini bahwa hal itu

dapat menimbulkan masalah bagi mereka. Yaitu, (direbut) oleh front-front jihad atau Hizbullatt1 menurut perspektif Yahudi dan Salibis, dan oleh front-front jihad menurut versi Majusi-Iraniyah dan Salibis.

Tiga, dengan berbagai argumen seperti “menjaga keamanan”, “melindungi orang-orang Yahudi”, “melindungi minoritas Nushairiyah yang tak berdosa lagi teraniaya” dan lain-lain, kekuatan Salibis sudah pasti akan ikut bercokol di Syam.

Empat, akan ada usaha-usaha atau bahkan mungkin kepastian pembagian negara Suriah yang bertujuan melindungi kelompok Nushairiyah agar menjadi “duri” Salibis-Yahudi-Majusi dalam daging Ahlus Sunnah di wilayah Syam. Ini dipastikan akan menyebabkan terjadi pembunuhan dan pembantaian siapa pun yang masuk dalam konspirasi ini; baik para aktivis Islam “islamiyyun” yang mengetahui konspirasi tersebut maupun masyarakat awam yang tidak mengerti sedikit pun.

Lima, sekarang telah terjadi pemblokadean terhadap revolusi dan mujahidin agar mereka tidak bisa merebut senjata, yang dalam waktu bersamaan konsolidasi militer, logistik dan finansial akan diberikan pada pemerintahan Nushairiyah. Tentu, beberapa tujuan itu seluruhnya dapat memberikan “maslahat” bagi Aliansi yang disebutkan sebelumnya, (di antaranya):

z Memperpanjang rentang peperangan hingga sebagian surat-surat (perjanjian) dan (jaminan) keamanan selesai dibuat.

z Menguras gudang-gudang finansial milik pemerintah dan memeras setiap aset (Asad), si dedengkot Nushairiyah.

z Mentransfer seluruh aset harta tersebut menjadi cadangan persenjataan bagi pemerintah yang seluruhnya akan digunakan untuk meluluhlantakkan dan membumiratakan rakyatnya, atau sebagai ghanimah yang jatuh di tangan pasukan-pasukan revolusi.

z Menggunakan persenjataan pemerintah yang direbut pasukan revolusi untuk menghancurkan sisa (kekuatan) rezim.

z Bersamaan dengan hancur dan luluh-lantaknya seluruh persenjataan dan simbol-

1 Plesetan penulis dari Hizbullah.

Page 14: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

14

simbol peradaban di Syam, otomatis akan mengembalikannya pada kondisi sebelum era batu.

z Dari sini, intervensi di Syam—baik secara langsung atau tidak—dan berbagai usaha untuk mengubah peta (revolusi) selaras dengan keinginan kekuatan aliansi Zionis-Salibis-Majusi akan mudah dilakukan.

Enam, akan ada beragam intervensi di Syam yang penuh dengan berbagai kontradiksi sehingga menyebabkan jurang perselisihan yang begitu besar dalam unit kekuatan oposisi, begitu juga dengan berbagai unit brigade di medan perang yang terkait erat dengan kekuatan di luar (Suriah) yang tidak terhitung jumlahnya.

Tujuh, hasil dari peralihan arah revolusi kepada “kelompok islamis yang berpegang pada (syariat) Allah dan menghendaki tegaknya hukum-Nya di muka bumi’ adalah penyerahan tampuk kekuasaan kepada aktivis “islamis-liberalis” yang merupakan maksud dan tujuan utama mereka dari sponsor kekuatan konspirasi internasional, dengan syarat; mengarahkan seluruh kekuatan yang ada guna menghadang gelombang Jihad Islami yang merindukan ke-Khilafah-an Rasyidah. Artinya, memukul umat Islam dengan “muslim imitasi” dan melindungi kekuatan kafir dari kerugian perang.

Delapan, setelah hancur atau jatuhnya rezim, Aliansi Zionis-Salibis-Majusi beserta aliansinya di negeri Syam—sebisa mungkin—akan mengubah arah kebijakan baru, berupa pemblokadean seluruh perbatasan untuk mencegah mobilisasi militer mujahidin dan setiap usaha suplai logistik bagi mereka, dengan tujuan pengepungan, kemudian dimulailah penggempuran terhadap mereka (mujahidin) yang berada di dalam.

Sembilan, kepentingan-kepentingan bersama pada poin sebelumnya akan semakin meluas hingga mencakup rezim ikhwan (mereka) di Turki, agen Anak Salibis di Yordan dan saudara-saudaranya Ikhwaniyin (Ikhwanul Muslimin), Hizbullatt di Lebanon, rezim Safawi di Iraq, rezim Keluarga Salul2 di Hijaz, rezim Ikhwan di Mesir, dan rezim lain yang jelas bersama mereka.

Sepuluh, singkatnya, saudara-saudara kita di Syam—mungkin—akan menghadapi berbagai

2 Plesetan Keluarga Su’ud (Saudi).

tekanan, permusuhan, celaan dan sebagainya yang luar biasa sekali. Namun, dengan izin Allah, itu termasuk ujian besar saat proses tamhish (penyeleksian iman) dan tanggung jawab berat yang dipikulkan pada orang yang mengarahkan dengan kesungguhan 1,5 miliar muslim menuju kegemilangan. Sayangnya, alangkah sedikitnya mereka yang mengetahui keistimewaan orang tersebut.

Saran dan Rekomendasi

Satu, bersabar…dan bersabarlah. Serahkan urusan hanya kepada Allah semata dan gantungkanlah harapan hanya pada-Nya; karena Dia-lah Zat Yang Maha Pemberi Petunjuk dan Maha Mengetahui kondisi setiap hamba-Nya.

Dua, ingatlah selalu tujuan utama kita di setiap saat - berhadapan dengan berbagai tantangan atau tidak, yaitu untuk membasmi Nushairiyah, kemudian menegakkan syariat Allah di negeri Syam sebagai persiapan menegakkan khilafah rasyidah utama di setiap jengkal bumi, serta membersihkan setiap rintangan yang mungkin menghalanginya.

Tiga, bersiap-siagalah dan atur berbagai administrasi yang semestinya. Setelah jatuh atau tumbangnya rezim, kita akan lebih disibukkan (mengurus administrasi itu) dari peperangan yang sedang terjadi saat ini. Baik itu bagi mujahidin di (Syam) maupun penolong-penolong mereka di seluruh penjuru dunia.

Empat, kumpulkanlah—sebanyak mungkin—persenjataan berat dan nonkonvensional serta simpan dengan pengamanan ketat. (Persenjataan) itu akan sangat diperlukan pada waktu yang akan datang.

Lima, perbesar jumlah rekrutmen militer dalam negeri dan (telitilah tingkat) keamanannya. Maksudnya dengan memungkinkan perekrutan pasukan yang besar guna membantu pasukan (utama). Dengan personel-personelnya telah dididik dengan akidah dan manhaj yang benar, telah dipoles/disaring secara periodik, serta memilih personil yang sempurna penggemblengannya untuk digabungkan bersama pasukan garda depan. Begitulah seterusnya. Demikian juga usaha pendekatan dan pembentukan aliansi dengan mayoritas kekuatan yang berpengaruh di Suriah

Page 15: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

15

selama tidak menyelisihi syariat Allah. Seperti dengan organisasi-organisasi Islam, pemuka-pemuka suku dan sebagainya.

Enam, perbesar pertambahan arus mobilisasi perekrutan militer ke Syam lantaran keperluan saudara-saudara kita di sana. Ini karena terbukanya perbatasan tidak akan berlangsung lama, bahkan cenderung akan segera ditutup. Arus mobilisasi ini bukan berarti mengosongkan medan pertempuran lain dari kader-kader dan pemuda-pemuda yang diperlukan Front-front perlawanan lainnya, namun berupa surplus dari keperluan lokal dan itu pun jika saudara-saudara kita di Syam lebih membutuhkannya.

Tujuh, untuk seluruh penolong syariat Ansharusy Syari’ah di seluruh penjuru dunia (di Tunisia, Mesir, Libya, Libanon, Yordan, Yaman bahkan di Eropa), gencarkanlah dua hal berikut:

1. Memperbanyak muhadharah (seminar, diskusi, ceramah) dan kegiatan-kegiatan dakwah, penyadaran umat, dan informasi. [Berkenaan dengan informasi; saat ini terjadi perang informasi yang begitu gencar terhadap saudara kita di Syam, terkhusus melalui saluran Ikhwanul Muflisin3 (Saudara-Saudara yang Bangkrut) Al-Jazeera. Akhir-akhir ini, saluran pendusta itu menisbatkan seluruh operasi dan berbagai gerakan pada “Free Syrian Army” (Tentara Pembebasan Suriah). Ini adalah usaha kriminal dan terprogram brainwashing pemirsa untuk menjadikan—secara sempurna—arsip dan masa depan revolusi tanpa menyebutkan jasa dan tempat bagi front-front perlawanan Islam].

Fungsi (kegiatan itu) menginformasikan kepada umat fakta dan globalitas peperangan. Peperangan yang tidak khusus terjadi di Syam saja, tidak sekedar melawan rezim-rezim yang zalim saja. Namun, perlawanan terhadap Nushairiyah yang telah menumpahkan darah umat Islam, perlawanan terhadap Majusi yang berangan-angan menegakkan kembali Imperium

3 Plesetan dari Ikhwanul Muslimin.

Persia yang membekingi mereka, dan perlawanan terhadap aliansi Salibis-Yahudi yang mendukung—tanpa henti-hentinya—setiap yang mewakilinya untuk memberangus umat Islam.

2. Menggalang dana dan dukungan moril untuk saudara-saudara kita di Syam serta memastikan hal itu sampai di tangan mereka. Juga perbaikan mekanisme-mekanisme yang semestinya guna keberlangsungan proses rekrutmen pasukan yang sangat penting, melakukan demonstrasi-demonstrasi di seluruh penjuru dunia yang mengidentifikasi keterkaitan problematika kita. Bahwa kita adalah satu umat yang tidak terpisahkan oleh batas geografi apapun atau batasan lainnya. Biar seluruhnya tahu bahwa problematika Syam merupakan problematika sentral bagi kita, dan bahwa konspirasi berbentuk apapun terhadap saudara-saudara kita di sana tidak akan pernah luput dari keikut-sertaan kita di dalamnya, meski letaknya berjauhan.

Delapan, front-front jihad internasional—baik militer maupun sipil—di wilayah Yordania, Irak, Libanon, Palestina agar bersiaga satu untuk siap dimobilisasi jika diperlukan. Artinya, seyogianya di wilayah tersebut—pada tahap awal—berlangsung gerakan-gerakan damai sebagaimana yang kami singgung, tetapi dibarengi dengan catatan bahwa seluruh wilayah-wilayah tersebut siap menghadapi perang secara total jika saudara-saudara kita di Syam mulai diblokade, atau dimulainya konspirasi terhadap mereka -baik oleh kekuatan asing maupun kelompok-kelompok revolusi. Dari sana akan tampaklah kepentingan-kepentingan kelompok apapun yang terlibat di sana, sedang jari-jemari telah berada pada pelatuk.

Poin ini sangat urgen sekali guna mengimbangi rasa gentar yang menyelimuti saudara-saudara kita di Syam, sebagai salah satu bentuk dukungan penting lantaran kesibukan (mereka) di dalam. Di sini, peran saudara-saudara kita di Daulah Islam Iraq—semoga Allah memuliakannya—(yang adalah bentuk strategi mendalam dan konkret bagi saudara-saudara di Syam) untuk menghalangi

Page 16: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

16

rezim Safawi dari setiap upaya mereka menguasai perbatasan timur Suriah agar suplai logistik sampai ke sana, dan menghalangi keterlibatan apapun rezim Safawi dalam memblokade saudara-saudara di Syam pada waktu mendatang. Juga demi memutus setiap bantuan darat atau usaha rezim Safawi untuk mengurangi tekanan terhadap saudara-saudara Nushairi mereka di barat Suriah.

Sembilan, unit-unit perlawanan dan aliansi-aliansi mereka -semoga Allah menolong mereka- hendaknya berusaha mengarahkan serangan dan roket mereka ke kota-kota Nushairiyah dengan gencar. Hal ini akan mengganggu keamanan mereka dan mendesak mereka untuk hengkang, terkhusus miliarder mereka. (Hasil) selanjutnya, salah satu gudang harta rezim di dalam negeri akan direbut. Gudang itu merupakan dukungan finansial yang diberikan bagi pegawai Alawiyin dan sudah pasti untuk operasional finansial kelompok Syabihah.

Sepuluh, unit-unit perlawanan dan aliansi-aliansinya hendaknya segera membentuk majelis syura, baik masing-masing di setiap unit maupun mencakup seluruh unit. Lalu menghasilkan Dewan Pelaksana yang berfungsi sebagai pemerintah yang mengisi kekosongan (pemerintahan) dan bekerja meringankan kondisi rakyat di wilayah-wilayah yang dikuasai. Seperti mempermudah bantuan dan pertolongan, pendidikan dan penyadaran rakyat sekitar tema akidah dan ajaran Islam, serta mengingatkan mereka seputar konspirasi internasional terhadap mereka.

Sebelas, membentuk kantor atau badan informasi yang luas guna bekerja secara maksimal di bawah payung arus jihad untuk Jabhah Nushrah dan unit-unit yang berafiliasi bersamanya di Syam, juga bekerja menyediakan informasi bagi masyarakat tentang fakta-fakta yang dibutuhkan setiap saat. Karena pada era ini, informasi sama seperti setengah pasukan, dan terkadang perang-perang internasional hanya dikendalikan melalui (perang) informasi saja. Dari sini, jika memungkinkan bahkan harus, kantor ini melakukan siaran-siaran lokal agar (berbagai informasi) dapat diakses seluruh penduduk Syam, dan agar suara mujahidin yang sebenarnya bisa sampai ke telinga masyarakat tanpa ada penyimpangan/reduksi.

Duabelas, untuk setiap dai dan ulama—yang berkewajiban mengemban tanggung jawab syar’i—hendaknya membimbing umat dan memberikan pencerahan pada mereka. (Ketahuilah) saudara-saudara kalian di Syam sangat memerlukan kalian pada masa mendatang.

Tigabelas, membentuk badan intelijen profesional yang menjalankan operasi-operasi khusus, yaitu menjalankan sterilisasi setiap rintangan yang mungkin menjadi batu sandungan dalam upaya menegakkan daulah Islam.

Empatbelas, saudara-saudara kita di Jabhah Nushrah hendaknya gencar untuk menguasai tempat-tempat goegrafi strategis, demikian juga terhadap pangkalan-pangkalan yang menyimpan persenjataan berat untuk menambah persediaan material militer yang sangat berarti pada masa akan datang.

Catatan Akhir

Secara pribadi, saya tidak merekomendasikan menyerang negara Israel saat-saat ini, karena akan memperlebar wilayah dan kelompok-kelompok permusuhan bagi saudara-saudara kita, selama mereka masih berada pada batas unjuk kekuatan dan tetap dalam posisinya. Terkecuali jika mereka turun langsung di medan perang bersama kelompok Nushairiyah melawan mujahidin, atau kondisi ketidaksetujuan (kita) terhadap campur tangan yang dilakukan negara kecil (Israel) saat mujahidin telah berhasil atau akan menguasai Syam secara total.

Hanya poin-poin dan rekomendasi-rekomendasi ini yang dapat kami kumpulkan. Kami memohon pada Allah Yang Maha-agung agar menjadikan usaha ini bermanfaat bagi kami dan juga bagi saudara-saudara kami di Syam, dan (semoga Allah juga) menolong mereka, serta dengan izin-Nya -melalui perantaraan mereka- berkenan menegakkan khilafah rasyidah. Harapan kami pada saudara-saudara sekalian, agar memberikan masukan-masukan yang luput dari (tulisan) kami, sehingga dengannya, kami dapat menuntaskan tujuan (tulisan ini), insyaallah.[] (Ali Sadikin)

Page 17: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

17

Afghanistan 2014: Kegamangan Penarikan

Pasukan AS

Afghanistan; negeri yang sejak tahun 1973 mengalami kudeta dan konflik bersenjata. Terhampar di jalur legendaris antara Laut

Tengah dan Anak Benua India, bernaung di balik Pegunungan Hindukush. Di utara berbatasan dengan wilayah eks. Uni Soviet, yaitu republik Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan. Di timur dan selatan dengan Pakistan. Di barat dengan Iran. Jauh di timur laut, terbentang 80 km perbatasan dengan daerah otonom Xinjiang yang dikuasai RRC. Negeri ini memiliki luas wilayah 652.230 km persegi dan diperkirakan berpenduduk 30.419.928 jiwa (CIA World Factbook, 14/12/2012).

Penduduk di sini mempunyai wajah yang identik dengan orang pegunungan di mana-mana; berjenggot dan berambut lebat. Mayoritas bertenis Pushtun, separuh di wilayah Afghanistan dan separuhnya lagi di wilayah Pakistan. Mereka adalah keturunan penakluk yang menyerbu Afghanistan pada abad ke-18 dan ke-19. Profesi kebanyakan orang Pushtun adalah tuan tanah, saudagar, petani, sampai sopir truk. Ciri-ciri fisik tubuhnya tinggi langsing, kulit gelap, rambut halus dan hitam, hidung mancung. Bersorban dan menyandang senapan tradisionalnya.

Kehidupan beragama sangat mendasar di tengah masyarakat. Terutama di daerah, para mulla mempunyai pengaruh besar. Perbedaan tingkat sosial tidak menghalangi keakraban. Orang saling bertegur sapa dengan ramah dan tulus. Di pasar-pasar para saudagar dan penjaja saling memberi salam dan tak ragu menanyakan agama seseorang yang baru dikenalnya. Kebanyakan orang berbicara dengan bahasa Dari/Farsi (50%) dan Pashto (35%). Demikian yang terungkap dalam buku berjudul Afghanistan: Paradise Lost (Rizzoli Int’l Publications, Oktober 1980) yang ditulis oleh Roland & Sabrina Michaud, sepasang pelancong dan fotografer kawakan, yang pernah tinggal di sana 14 tahun.

Latar Belakang Konflik di Afghanistan

Sejak masa silam Afghanistan dikenal sebagai lintasan “jalur sutera” yang terkenal. Wilayah ini, meski terpencil, namun sangat strategis sehingga kerap menjadi sasaran serbu pasukan asing. Islamisasi wilayah ini mencapai puncak kegemilangan pada masa Sultan Mahmud Al-Ghaznawi (971-1030), seorang amir yang dikenal saleh dan berjihad atas nama Khalifah Abbasiyah. Wilayah ini pernah dijarah oleh Pasukan Mongol pada masa Jenghis Khan (1219) dan Timurlenk (1370).

Pada era imperialisme modern, Inggris berusaha menguasai Afghanistan untuk mendahului ekspansi Kekaisaran Rusia. Namun, Inggris gagal mengontrol Afghanistan secara penuh, meski sampai terlibat perang besar tiga kali: Perang Anglo-Afghan I (1839–1842), Perang Anglo-Afghan II (1878–1880), dan Perang Anglo-Afghan III (1919). Kegagalan pada perang ketiga menyebabkan Inggris menyudahi ambisinya dan menandatangani Perjanjian Rawalpindi (8 Agustus 1919) yang mengakui kemerdekaan penuh Afghanistan. Selanjutnya Afghanistan diperintah oleh kekuasaan monarki yang sering mengalami pergantian karena kudeta hingga invasi Uni Soviet.

Pada pertengahan Desember 1979 masuklah pasukan tank yang menandai era invasi Uni Soviet. Setelah berperang melawan mujahidin selama satu dekade, Uni Soviet mengalami kekalahan dan menarik pasukannya (1989). Uni Soviet tetap memberikan dukungan kepada rezim boneka Muhammad Najibullah hingga tahun 1992 ketika ia berhasil digulingkan.

Setelah itu terjadi Perang Sipil antarfaksi yang berlangsung tahun 1992-1996. Mulai tahun 1996 muncul kekuatan baru, yaitu Taliban, yang kemudian berhasil menguasai hingga 90% wilayah Afghanistan. Karena Taliban dianggap melindungi Al-Qa’idah yang dituduh bertanggung jawab atas Peristiwa 11 September 2001, Amerika Serikat melancarkan invasi ke Afghanistan. Invasi dengan sandi operasi Enduring Freedom pun dilancarkan AS sejak Oktober 2001 dengan target menumpas Al-Qa’idah sekaligus menggulingkan Emirat Islam Taliban. Untuk menghindari korban lebih besar dari kalangan mujahidin dan rakyat sipil Afghanistan, Taliban menarik diri dari basis utamanya di Kabul

Page 18: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

18

dan Kandahar, kemudian melancarkan perang gerilya hingga sekarang.

Bilamana Amerika Serikat Menarik 34.000 Pasukan dari Afghanistan?

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama melalui pidatonya kenegaraannya secara resmi telah mengumumkan penarikan 34.000 pasukan AS dari Afghanistan pada awal tahun 2014. “Presiden akan mengumumkan penarikan 34.000 tentara dari Afghanistan malam ini,” kata sumber Gedung Putih yang dikutip Reuter ketika itu. Di Afghanistan terdapat lebih dari 100.000 pasukan tempur AS yang bertugas.

Amerika Serikat, yang tengah berjuang untuk bertahan dari ancaman resesi ekonomi, tak mampu lagi mempertahankan penempatan pasukan di Afghanistan dalam jumlah besar. AS terus mengurangi dan menarik pasukannya di luar negeri karena kebijakan Obama yang memangkas drastis anggaran pertahanannya. Defisit anggaran AS sudah tidak mungkin lagi diajak berkompromi untuk agenda perang di luar negeri seperti di Iraq, Afghanistan, atau Afrika. Saat ini AS dililit utang luar negeri sebesar $ 15.7 triliun dan defisit perdagangan luar negeri. Nilai defisit anggarannya bahkan hampir mencapai $ 2 triliun. Karenanya, langkah pengurangan anggaran pertahanan dan keterlibatan dalam perang di luar negeri menjadi opsi yang sulit dihindari untuk meredam krisis ekonomi.

Namun, langkah penarikan tersebut bukan berarti tanda AS akan surut dalam memerangi terorisme secara global. Hal ini diperkuat dengan indikasi diangkatnya John Brennan sebagai Direktur CIA yang baru. John Brennan merupakan tokoh bereputasi dalam kontraterorisme internasional. Brennan dikenal sangat dekat dengan Obama dan menjadi penasihat khusus di bidang kontraterorisme. Saat ini John Brennan tengah menjadikan Suriah sebagai salah satu prioritas program CIA, di samping tetap melanjutkan program “subsidi kotor” kepada rezim pemerintahan Hamid Karzai di Afghanistan. Tentu saja AS akan berusaha Hamid Karzai yang hanya “boneka” dalam posisi aman dan mapan.

Penggunaan pesawat tanpa awak (drone) yang sudah banyak membawa korban sipil, tampaknya belum akan surut, seperti operasi CIA di Afghanistan, Pakistan, Somalia, Yaman, dan sejumlah kawasan lainnya. Langkah ini sebenarnya sangat riskan karena hakikatnya melanggar kedaulatan dan yurisdiksi suatu negara. Hanya saja, rezim-rezim yang berkuasa di negara-negara tersebut adalah rezim tidak populer yang berada di bawah tekanan AS.

Tekad Obama untuk menarik pasukannya dari Afghanistan pada tahun 2014 bisa membawa pengaruh pada perimbangan kekuatan dari pihak-pihak yang bertikai di Afghanistan. Ini juga bisa berarti peluang kembalinya kekuatan Taliban yang secara real masih cukup dominan.

Amerika Serikat dan Pasukan Sekutu yang tergabung dalam ISAF (International Security Assistance Forces) terbukti gagal merealisasikan targetnya untuk menumpas habis pejuang Taliban dan Al-Qa’idah. Justru kekuatan Taliban semakin mendekati pusat kekuasaan di kota-kota besar Afghanistan, seperti Kabul, Herat, dan Kandahar.

Para pejuang Taliban berhasil melakukan penyusupan ke pusat kekuasaan dan melakukan serangan yang sangat mematikan terhadap kekuatan pasukan Amerika dan sekutunya melalui berbagai serangan gerilya dalam skala kecil namun kontinu. Taliban juga berhasil membunuh sejumlah pejabat penting Afghanistan yang menjadi orang dekat Presiden Hamid Karzai, termasuk dugaan keterlibatan dalam pembunuhan tokoh penting Burhanuddin Rabbani.

Kemampuan para pejuang Taliban yang bertahan menghadapi serangan pasukan Amerika Serikat yang menggunakan senjata canggih itu, membuat rezim Hamid Karzai sangat khawatir, bersamaan dengan penarikan separuh dari pasukan Amerika Serikat yang berjumlah 150 ribu di Afghanistan. Ini merupakan «mimpi buruk» bagi Hamid Karzai, yang selama mendapatkan proteksi (perlindungan) dari pasukan Amerika Serikat. Menghadapi situasi baru ini, maka Presiden Hamid Karzai melakukan perjalanan ke ibukota Qatar, Doha, dan mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Qatar. Dalam pembicaraan itu,

Page 19: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

Edisi Mei 2013SYAMINA

19

Presiden Hamid Karzai meminta para pemimpin Qatar menjembatani dengan para perwakilan pejuang Taliban, guna melakukan pembicaraan dengan pejuang Taliban untuk mengakhiri perang Afghanistan. Perjalanan Karzai ke negara-negara Teluk Arab, yang menjadi sekutu AS, merupakan bagian dari strategi yang dijalankan oleh AS untuk mempertahankan legitimasi rezim “boneka” Hamid Karzai.

Para pejuang Taliban sendiri, melalui juru bicaranya seperti Zabihullah Mas’ud, bertekad akan terus berjuang mengusir para penjajah AS dan sekutunya, termasuk Presiden Hamid Karzai. Sebelumnya, Amerika Serikat melalui Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton, berusaha membawa ke meja perundingan antara Taliban, Pakistan, dan Amerika Serikat, guna mengakhiri konflik, dengan tetap memosisikan Presiden Hamid Karzai sebagai pemimpin Afghanistan, tetapi upaya itu gagal.

Kantor berita Qatar QNA, mengatakan bahwa Presiden Hamid Karzai mengadakan pembicaraan dengan Emir Qatar, Syekh Hamad bin Khalifah Ats-Tsani, yang dihadiri oleh Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Syekh Hamad bin Jasim Ats-Tsani. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Janan Mosazai, mengumumkan kunjungan pekan lalu, mengatakan Karzai akan “membahas proses perdamaian pejuang Taliban yang bertujuan melakukan negosiasi tentang masa depan Afghanistan,” ujarnya.

Pemerintah Kabul telah berusaha keras membawa pejuang Taliban ke meja perundingan sebelum pasukan Amerika Serikat mundur. Para pejabat Afghanistan belum bersedia mengadakan pembicaraan langsung dengan para pejuang Taliban, yang digulingkan pada tahun 2001, dan terbukti mereka sangat tangguh yang mampu bertahan menghadapi perang dengan Amerika Serikat dan Sekutunya lebih dari satu dekade. Amerika Serikat berusaha mempertemukan antara Hamid Karzai dengan para pemimpin pejuang Taliban, guna mencapai kesepakatan baru, khususnya dalam membangun masa depan Afghanistan.

Amerika Serikat dililit utang luar negeri sebesar $ 15.7 triliun, dan defisit perdagangan luar negeri, serta mengalami defisit anggaran hampir mencapai $ 2 triliun dollar.

Awal bulan Maret 2013 lalui, Hamid Karzai mengatakan Taliban dan Amerika Serikat telah melakukan pembicaraan di Qatar, yang dijadwalkan “setiap hari”, tetapi Taliban dan Washington membantah mereka telah kembali dalam dialog yang buntu setahun lalu. Meski demikian, AS menyatakan dukungan untuk pembukaan

kantor perwakilan Taliban di Qatar, di mana perundingan damai antara Taliban dan Afghanistan dimungkinkan. Qatar akan bertindak sebagai mediator dalam perlindungan itu.

Seberapa jauh kebenarannya patut

dipertanyakan, mengingat negosiasi biasanya hanya diajukan oleh pihak yang berada di posisi lebih lemah. Kalaupun ada negosiasi, dipertanyakan pula; apakah orang-orang yang diajak bicara benar-benar mewakili Taliban, mengingat belum ada pernyataan resmi dari pihak Emirat Islam bahwa mereka telah menunjuk juru bicara resmi. Yang ada justru rilis resmi tentang kesuksesan berbagai operasi militer yang dilancarkan pihak Taliban. Jadi, sementara ini realitas di lapangan menunjukkan bahwa peluang Taliban mengambil alih kembali kekuasaan sangat terbuka.

Pilihan Apa yang Mungkin Diambil?

Pertanyaan berikutnya adalah apakah meninggalkan Afghanistan pada tahun 2014 akan menjadi kesalahan besar bagi AS? Sejarah mungkin akan terulang. Dahulu Uni Soviet pernah menyerahkan keamanan Afghanistan kepada Amerika, yang terjadi adalah perang sipil yang akhirnya Talibannaik ke panggung militer dan politik, bahkan sempat menguasai 90% Afghanistan.Penarikan pasukan AS di satu sisi bisa dilihat sebagai “kekalahan stamina”. Pasukan AS tidak memenangi perang, karena disebut menang bila telah mengusir Al-Qa’idah dari Afghanistan, dan kemudian menghentikan perlawanan Taliban.

Semula, dengan membunuh Usamah bin Ladin, diharapkan mampu menetralkan Al-Qa’idah, tetapi Aiman Azh-Zhawahiri dengan cepat mampu menggantikan kedudukan Usamah. Pemerintah

Page 20: Pelanggaran HAM dalam Kontraterorisme -  · PDF filemetode analisis dengan uraian yang lugas dan tujuan yang ... semakin dalam dan radikalisasi dalam komunitas

SYAMINA Edisi Mei 2013

20

Pakistan terlalu lemah di daerah sekitar perbatasan. Al-Qa’idah akan mudah menggunakan kesempatan ini untuk saling membantu antara pejuang militan dengan menyuplai banyak fasilitas di antaranya logistik, area berlatih, persenjataan, dan lain-lain.

Tentara AS masih menemani ANSF (Afghan National Security Forces), terutama dalam mengamankan Bagram, Kabul, dan Kandahar.Mereka tidak cukup dekat untuk memberikan dukungan keamanan di daerah yang sebenarnya rawan pemberontakan, yaitu bagian timur Kunar, Nuristan, Khost, dan Paktika.

Setelah pasukan AS ditarik, tidak ada trainer di unit tentara Afghanistan dan tentara Afghan juga tidak bisa lagi menggunakan fasilitas perang dan pangkalan udara AS. Hal ini akan sangat merugikan bila terjadi perang sipil. Ternyata mereka tidak bisa berperang tanpa bantuan AS. Daerah yang tidak dipatroli tentara Afghanistan, dan ini banyak, akan dimanfaatkan Al-Qa’idah dalam mengembangkan organisasinya.

Keputusan untuk menarik pasukan AS—jika dilakukan secara total—dikhawatirkan bisa memicu konflik etnis, selama kubu non-Pushtun tidak menolerir Taliban kembali berkuasa. Rakyat akan menganggap Amerika melepaskan Afghanistan, penarikan besar-besaran akan meretakkan pemerintah dan tentara Afghan. Perang kembali pecah, pemerintahan Hamid Karzai kehilangan kendali politik, dan para pemberontak tidak dapat dikendalikan. Ini bisa menjadi momen yang ditunggu Al-Qa’idah untuk kembali. Karenanya, AS masih akan tetap mempertahankan 13.600 pasukan sebagai assistanceforcesbagi pasukan keamanan Afghanistan.

Sementara itu dari perspektif kepentingan stratejik kelompok jihadi, hal ini bisa merugikan dari sisi bahwa para pejuang Taliban dan afilianAl-Qa’idah di Afghanistan masih akan disibukkan dengan agenda lokal—menghadapi musuhdari dalam negeri—dibandingkan berpartisipasi dalam agenda atau kancah jihad global.[] (Ferry Irawan & Yahya)

Referensi:

^ www.criticalthreat.org

z Leaving in 2014, 5/3/2013

z Afghan End Game, 25/2/2013

^ Voice of Jihad

z “The American Forces should immediatly withdraw from our country”, 12/3/2013 tentang penarikan pasukan AS http://shahamat-english.com/index.php

z “The demand of sound brain and human civilization”, 11/3/2013 tentang rekomendasi untuk mempertahankan 13.600 pasukan sebagai kekuatan pendukung