pelaksanaan zakat tambang pasir perspektif hukum...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN ZAKAT TAMBANG PASIR PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 (STUDI KASUS
DESA MULYOSARI KEC. PASIR SAKTI KAB. LAMPUNG TIMUR)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
Ravika Anggraeni
11150430000002
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
iv
ABSTRAK
Ravika Anggraeni, NIM 11150430000002. Pelaksanaan Zakat Tambang Pasir
Perspektif Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 (Studi Kasus
Desa Mulyosari Kec. Pasir Sakti Kab. Lampung Timur). Program Studi
Perbandingan Mazhab, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 / 2019.
Zakat merupakan satu kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT kepada
umatnya. Dalam harta yang diberikan oleh Allah SWT terdapat hak orang lain yaitu
zakat yang harus diberikan kepada yang berhak menerima sesuai dengan ketentuan-
ketentuan agama Islam. akan tetapi pada kenyataannya terjadi ketidakseimbangan
antara teori dan praktek, masyarakat di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti
Kabupaten Lampung Timur terkait dengan ketentuan zakat hasil tambnag pasir
belum sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan
(fiel research) yang disebut juga dengan penelitian kasus. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa data tertulis ataupun lisan dari objek yang diamati. Sumber
data penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber data, yaitu primer dan sekunder.
Data primer yaitu data yang diambil langsung di lapangan dari responden melalui
wawancara dan data-data kependudukan terkait pekerjaan, agama serta pendidikan
yang ada di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Dan data sekunder yaitu data yang didapatkan dari al-Qur’’an, Hadits, UU No. 23
Tahun 2011 serta beberapa data yang berhubungan langsung dengan maslah yang
diteliti.
Dari hasil penelitian penulis bahwa pelaksanaan zakat tambang pasir di
Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur masih kurang
sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu hukum Islam dan Undang-Undang No. 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Masyarakat melaksanakan zakat tambang
pasir dengan sepengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan yang ada tanpa mengetahui
dasar hukum zakat yang sebenarnya.
Kata kunci : Zakat, Tambang Pasir, Mulyosari, Pasir Sakti, Lampung Timur.
Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, M.A.
Daftar Pustaka : 1987 - 2019
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi
mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab
yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih
penggunaannya terbatas.
a. Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z zet ز
vi
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
ع
koma terbalik di atas hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
y ya ي
vii
b. Vokal
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
a fathah ــــــــــ
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya
sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ai a dan i ــــــــــ ي
au a dan u ــــــــــ و
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
â a dengan topi diatas اـــــ
î i dengan topi atas ىـــــ
û u dengan topi diatas وـــــ
viii
d. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )ال), dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf
syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: اإلجثهاد =al-ijtihâd
al-rukhsah, bukan ar-rukhsah = الرخصة
e. Tasydîd (Syaddah)
Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî
‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf “t”
(te) (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
syarî ‘ah شريعة 1
al- syarî ‘ah al-islâmiyyah الشريعة اإلسالمية 2
Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3
g. Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam
transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Misalnya, البخاري= al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara
ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.
ix
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia
Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama
tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis
Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
h. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis
secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
No Kata Arab Alih Aksara
al-darûrah tubîhu almahzûrât الضرورة تبيح المحظورات 1
اإلقتصاد اإلسالمي 2 al-iqtisâd al-islâmî
أصول الفقه 3 usûl al-fiqh
al-‘asl fi al-asyyâ’ al-ibâhah األصل فى األشياء اإلباحة 4
المصلحة المرسلة 5 al-maslahah al-mursalah
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban studinya.
Shalawat teriring salam semoga tercurahkan kepada pembawa amanah, tauladan
umat, Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan orang-orang yang
tercerahkan untuk membumikan hukum-hukumnya.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala
kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik berupa sapaan moril,
kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan
pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.A., M.H. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ibu Siti Hanna, M.A. dan Bapak Hidayatullah, M.H. selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab .
3. Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak membantu meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta
kesabarannya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasihat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ahmad Yani, M.Ag. dan Siti Hanna, Lc., M.A. selaku dosen
penguji sidang munaqasyah penulis yang telah banyak memberikan saran
dan pandangan yang luas untuk melengkapi isi karya tulis ini.
5. Seluruh dosen serta civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik
dan memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak Abdul Majid pemilik tambang pasir yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini.
xi
7. Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Wiwik Sunardi dan Ibu Umi Kulsum,
selaku motivasi terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tidak
lupa juga, adik-adik penulis yang merupakan anugerah terindah yang telah
Allah SWT berikan, yaitu Wulan Wahyu Ningsih dan Daffa Baihaqi yang
selalu memberikan suntikan semangat.
8. Sahabat-sahabat penulis yang selalu mendukung secara moril dan
memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, yaitu Eka
Susiyanti S. Ked. dan Ratna Sari, A.Md.Ak.
9. Sahabat seperjuangan penulis yang selalu memberi semangat, motivasi dan
dukungan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu Firda Nur Fildzah,
Millah Zumrotul Akmali, Visca Melyana, Vicca Sagita, Rizka Aulia Puspita
dan Diaz Ajeng Khairunnisa.
10. Teman-teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya mahasiswa/i Perbandingan Mazhab Angkatan 2015
yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam skripsi ini. Terima
kasih atas semua kenangan yang tidak pernah terlupakan, semoga
silaturahim kita dapat tetap terjalin sampai kapanpun.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT mencatatnya
sebagai amal dan membalasnya dengan yang lebih baik. Selain itu, penulis sadar
bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, besar
harapan penulis adanya saran untuk menunjang kesempurnaan atas skripsi ini di
waktu mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
kalangan khususnya bagi para pembaca. Aamiin ya Robbal’alamin.
Jakarta, 23 Oktober 2019
Ravika Anggraeni
xii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................7
D. Kajian Pustaka Terdahulu ............................................................................8
E. Metode Penelitian ........................................................................................9
F. Sistematika Penelitian ................................................................................11
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG ZAKAT TAMBANG
A. Pengertian dan Dasar Hukum .....................................................................13
B. Harta yang di Zakati ...................................................................................18
C. Zakat Barang Tambang dan Barang Temuan .............................................18
D. Pengelolaan Zakat menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 .............22
E. Pengelolaan Zakat menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 .............24
xiii
F. Orang yang Berhak Menerima Zakat ........................................................25
G. Tujuan dan Hikmah Zakat ..........................................................................28
BAB III IMPLEMENTASI PELAKSANAAN ZAKAT TAMBANG PASIR
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................................30
B. Geografi dan Demografi Desa Mulyosari ..................................................31
C. Implementasi Zakat Tambang Pasir di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir
Sakti Kabupaten Lampung Timur ..............................................................35
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN ZAKAT TAMBANG PASIR
A. Analisis pelaksanaan zakat tambang pasir di Desa Mulyosari Kecamatan
Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur .....................................................40
B. Pandangan hukum Islam (fiqih) dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
terhadap pelaksanaan zakat tambang pasir di Desa Mulyosari Kecamatan
Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur .....................................................45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................51
B. Saran ..........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. HASIL WAWANCARA
B. SURAT PERMOHONAN DATA DAN WAWANCARA
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I data Kepala Desa Mulyosari
Tabel II Jumlah Penduduk Menurut Golongna Usia dan Jenis Kelamin
Tabel III Keadaan Penduduk Desa Mulyosari Menurut Mata Pencahariannya
Tabel IV Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tabel V Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Wawancara Kepada Bapak Ketua Baznas Kab. Lampung
Timur.
2. Surat Permohonan Wawancara Kepada Bapak Kepala Desa Mulyosari.
3. Hasil Wawancara
4. Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta berarti sesuatu barang yang dimiliki, dipunyai, oleh seorang,
suatu badan, ataupun suatu perusahaan. Harta berperan besar dalam kehidupan
manusia, semakin banyak harta seseorang semakin mudah ia memenuhi
kebutuhan hidupnya.1 Dalam Islam, hak milik sebagai fungsi harta kekayaan
terdapat ketentuan. Ketentuan tersebut antara lain, rizki adalah tiang kehidupan
manusia yang disediakan oleh Allah SWT.2
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa pada harta yang dimiliki seseorang,
didalamnya terdapat hak bagi orang lain. Hak yang utama berupa zakat,
sedangkan Islam juga menganjurkan agar manusia bersedekah, berwaqaf,
berinfaq, berqurban, serta beraqiqah. Perintah mengeluarkan zakat dalam al-
Qur’an, seringkali menggunakan istilah shadaqah dan zakat, yang dalam
pengertian sehari-hari juga disebut dengan infaq.3 Sedangkan dalam tatanan
urusan negara, perintah mengeluarkan zakat terbukti dengan adanya Undang-Undang
No. 38 tahun 1999 yang di sempurnakan dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat. Harta disebut zakat, karena ia membersihkan orang
yang mengeluarkannya dari dosa, membuat hartanya berkat dan bertambah
banyak.4 Allah SWT berfirman dalam Q.s. Adz-Dzariyat (51): 19:
و ميا فيو ق ح ميهال يو لئآس ل ﴾19﴿موير حيم ال
Artinya: “dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.
1 Zakiah Daradjat, Zakat Pembersih Harta dan Jiwa (Jakarta: CV Ruhama, 1994), h. 34. 2 Sjechul Hadi Permono, Sumber Sumber Penggalian Zakat (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1994), h. 1. 3 Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan (Jakarta:
Nuansa Madani Publisher, 2004), h. 101. 4 Lahmuddin Nasution, Fiqh 1. (T.t, t.tp, t.th) h. 145.
2
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya berbagai nilai-
nilai kebaikan universal. Nilai-nilai kebaikan itu dapat kita jumpai dalam 5
(lima) ajaran pokok Islam yang disebut dengan rukun Islam, yaitu bersyahadat
tauhid dan syahadat rasul, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah Mekah. Di antara rukun Islam
tersebut adalah menunaikan zakat. Zakat adalah salah satu ibadah yang syarat
dengan nilai-nilai sosial dan spiritual.5 Menurut hukum Islam, semua yang
dimiliki (harta kekayaan) bila sudah mencapai nisab maka harus dikeluarkan
zakatnya.
Zakat merupakan satu nama yang diberikan untuk harta yang
dikeluarkan oleh seorang manusia sebagai hak Allah SWT. Dinamakan zakat
karena di dalamnya terdapat harapan akan keberkahan, kesucian jiwa, dan
berkembang di dalam kebaikan.6
Allah SWT berfirman dalam Q.s. At-Taubah (9): 103:
و ميا نيمذيخ و ه بميهييك ز ت و ميه ر ه ط ت ة ق د ص ميهال ا اميهييل ع ل ص ص ن ، ن ك س ك ت ل
﴾103﴿م ييلع ع ييمس الل ،و ميه ل
Artinya:“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk
mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan dalam
al Qur’an, Sunnah Nabi, dan ijma’ para ulama.7 Zakat merupakan ibadah
maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan
5 Abdul Karim, “Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat”, Jurnal Zakat dan Wakaf
Vol. 2, No. 1, (Juni 2015), h. 1-2. 6 Syaikh as-Sayyid Sabiq, Panduan Zakat Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah (Bogor:
Pustaka Ibnu Katsir, 2005), h. 1. 7 Abdul Al-Hamid Mahmud al-Ba’ly, Ekonomi Zakat (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 1.
3
menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan
kesehjateraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk dalam salah
satu rukun Islam yang lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadist
Nabi, sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidh-
dharuurah atau diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian
mutlak dari keislaman seseorang.8
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan disebutkan
secara beriringan dengan kata shalat dalam al-Qur’an. Allah SWT mewajibkan
zakat sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’an, Sunnah rasul-Nya, dan
kesepakatan ulama kaum muslimin.9
Sebagaimana terdapat dalam firman Allah Q.s. Al-Baqarah (2): 43:
م ييقا و الص عاكالر ع م اويع ك اريو ة ك االز ويت ا و ة ل ﴾43﴿يي
Artinya:“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'.”
Adapun dalil berupa ijma’ ialah kesepakatan semua (ulama) umat
Islam di semua negara kesepakatan bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para
sahabat Nabi saw. sepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan
mengeluarkan zakat. Dengan demikian barang siapa yang mengingkari
kefarduannya, berarti dia kafir atau jika sebelumnya dia merupakan seorang
Muslim yang dibesarkan di daerah Muslim, menurut kalangan ulama berarti
dia murtad.10
Secara umum harta manusia haram untuk diambil berdasarkan nash
al-Qur’an dan as-Sunnah. Tidak ada yang membuatnya halal untuk diambil
8 Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami Menjawab
(Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional, 2005), h. 11. 9 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2012, Cet.3), h., 56 10 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 90.
4
kecuali dengan adanya keridhaan, kerelaan hati, atau adanya perintah syari’at
seperti zakat, diyat, denda, syuf’ah dan sejenisnya.11
Allah SWT menegaskan bahwa ciri utama orang-orang yang bersifat
mulia adalah suka berbuat baik. Amal kebaikan ini dapat dilihat dengan nyata
pada ibadah mereka di waktu malam hari, membaca istiqfar di waktu tengah
malam dengan menghambakan diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Disamping itu, amal kebaikan mereka dapat dilihat pada pemberian zakat
kepada fakir miskin karena didorong rasa belas kasihan dan cinta kasih kepada
mereka.12 Allah SWT. berfirman Q.s. At-Taubah (9): 71:
يو ن وين مؤ اليو ي ضعيب اء ل ويا ميه ض عيب اتن مؤيم الييبن وير م أ ينع ن ويه نيي و فوير عيم ال رك نيم ال
م ييقي و الص ويس ر و الل ن ويع ييطي و ة ك الز ن ويت ؤيي و ة ل ،ا ل يس ك ول ي الل ن ،االل م ه ح ﴾71﴿م ييكح ز ييزع
Artinya:“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Menurut garis besarnya, zakat dibagi menjadi dua bagian: pertama,
zakat harta yaitu zakat yang diwajibkan atas harta yang memenuhi syarat-
syarat tertentu dan kedua, zakat jiwa zakat ini populer di masyarakat dengan
11 Syaikh Shiddiq Hasan Khaan, Fiqh Islam dari al-Kitab dan as-Sunnah (Jakarta: Griya
Ilmu, 2012), h. 6. 12 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h. 58.
5
nama zakatul fitrah yaitu zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim pada
bulan Ramadhan.13
Zakat juga merupakan ibadah yang bersifat sosial yang dimana
manfaatnya dirasakan oleh pelakunya dan dirasakan oleh orang lain pula
seperti halnya menyantuni anak yatim. Zakat menjadi bukti nyata terhadap rasa
kemanusiaan dan keadilan, persaudaraan dalam Islam, serta pengikat
persaudaraan umat dan bangsa. Terlebih sebagai pengikat hubungan antara
kaya dan miskin. Sehingga sangat ditekankan pelaksanaannya. Adapun zakat
yang diwajibkan terhadap kelima jenis harta, yaitu nuqud (emas, perak, dan
uang), barang tambang dan barang temuan, harta perdagangan, tanaman dan
buah-buahan, dan binatang ternak.14
Khusus untuk zakat tambang terdapat perbedaan pendapat dikalangan
mazhab. Namun pada prinsipnya, seluruh ulama tanpa terkecuali menegaskan
bahwa hasil tambang wajib dizakati, berdasarkan dalil-dalil umum yang
mewajibkan zakat terhadap sesuatu yang dikeluarkan dari perut bumi atau hasil
bumi.15
Firman Allah SWT Q.s. Al-Baqarah (2): 267:
ه ي اا ي ال ا وين م ا ن ييا مويق فنيا ك م تب ي ط نيا ا م مو ميت بيس ا ل ن جير خيا ن مميك ا ،ضريالي
و ييباالي ويم م ي ت ل بميت سيل و ن ويق فنيت ه نيمث اهييذخا ن ا ن ويم ل اعي،و هييافويض مغيت نيا ل
ن غ الل ﴾267﴿د ييح
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih
13 Aimatul Khoiriyah, “Zakat Tambang Pasir (Studi Kasus di Desa Ngloram Kecamatan
Cepu Kabupaten Blora)” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Walisongo, 2015), h. 4. 14 Wahbah al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 126. 15 Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018),
h. 108.
6
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Adapun menurut Imam Ahmad, Imam Syafi’i dan Imam Malik
menjelaskan kadar wajib yang dizakati adalah 2,5%, sama dengan emas dan
perak (85 gram) yang ditegaskan dalam nash dan ijma’.16 Namun barang
tambang ini tidak disyaratkan haul (cukup setahun). Akan tetapi manakala hasil
tambang sampai nisab, maka saat itu pula wajib dikeluarkan zakatnya 1/40
(2,5%) dari jumlah ma’din yang sudah dibersihkan dari kotorannya.17
Desa Mulyosari adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pasir
Sakti Kabupaten Lampung Timur. Mayoritas masyarakatnya beragama Islam,
dengan mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Daerah dengan
geografis tanah berpasir sehingga banyak dari masyarakat bekerja sebagai
penambang pasir. Mereka mengambil pasir dari pekarangan-pekarangan yang
kosong, dengan menyedot pasir dari dalam, sehingga banyak meninggalkan
bekas berupa danau-danau galian pasir. Pasir-pasir yang dihasilkan rata-rata
sudah mencapai kadar zakat yang wajib dikeluarkan. Akan tetapi, baru sedikit
kesadaran untuk mengeluarkan zakat. Ada yang mengeluarkan zakat dengan
cara menyalurkan ke masjid, mushola, anak yatim, dan kerabat yang kurang
mampu tanpa mengetahui ketentuan zakatnya.
Oleh karenanya, penulis mencoba meneliti bagaimana pelaksanaan
zakat tambang pasir di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti dan bagaimana
pandangan hukum Islam serta Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat, serta bagaimana peran BAZNAS daerah dalam pengelolaan
dan penyaluran zakat tambang pasir di desa tersebut.
16 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu 3 (Jakarta: Gema Insani, 2011), h., 211. 17 Wiwit Martaleli, “Pelaksanaan Zakat Tambang Emas Ditinjau Menurut Hukum Islam
(Studi Di Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi).”
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim,
2011), h., 3.
7
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan zakat tambang pasir menurut hukum Islam
dan Undang-Undang No.23 Tahun 2011 di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan zakat tambang pasir di
Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung
Timur.
b. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam terkait
pelaksanaan zakat tambang pasir di Desa Mulyosari Kecamatan
Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
c. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Undang-Undang RI
No.23 Tahun 2011 terkait pelaksanaan zakat tambang pasir di Desa
Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana hukum (S.H)
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam
masalah zakat tambang pasir.
c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para
penambang untuk pelaksanaan zakat tambang pasir di Desa
Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
d. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menunaikan zakat melalui Badan Amil Zakat
yang ada di daerah mereka.
8
D. Kajian Pustaka Terdahulu.
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka
diperlukan kajian terdahulu. sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan
kajian pustaka yang berupa judul-judul skripsi yang telah ada sebagai
pembanding dari skripsi ini, antara lain:
1. Aimatul Khoiriyah, Tahun 2015 (Universitas Islam Negeri Walisongo).
Dengan judul “Zakat Tambang Pasir (Studi Kasus di Desa Ngloram
Kec. Cepu Kab. Blora)”. Skripsi ini menjelaskan pembahasan mengenai
bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan zakat tambang
pasir yang mengambil pasir dari Bengawan Solo. Perbedaan skripsi ini
dengan penulis adalah penulis membahas tentang bagaimana
Pelaksanaan Zakat Tambang Pasir Perspektif Hukum Islam dan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 (Studi Kasus Desa Mulyosari Kec.
Pasir Sakti Kab. Lampung Timur).
2. Bayu Setyadipraja, Tahun 2017 (Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam). Dengan judul “Pembatasan Zakat Tambang pada Emas
dan Perak (Suatu Analisis Terhadap Fatwa MPU Aceh Nomor 9 tahun
2013)”. Skripsi ini menjelaskan pembahasan mengenai pembatasan
zakat tambang hanya pada emas dan perak berdasarkan fatwa Majelis
Permusyawaratan Umum nomor 9 tahun 2013. Perbedaan skripsi
dengan penulis adalah penulis membahas tentang bagaimana
Pelaksanaan Zakat Tambang Pasir Perspektif Hukum Islam dan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 (Studi Kasus Desa Mulyosari Kec.
Pasir Sakti Kab. Lampung Timur).
3. Wiwit Martaleli, Tahun 2011 (Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau). Dengan judul “Pelaksanaan Zakat Tambang Emas
Ditinjau Menurut Hukum Islam (Studi di Desa Kombu Kec. Hulu
Kuantan Kab. Kuantan Singingi)”. Skripsi ini menjelaskan pembahasan
mengenai bagaimana pelaksanaan zakat tambang emas di daerah
tersebut karena masih minimnya kesadaran untuk mengeluarkan zakat.
Perbedaan skripsi dengan penulis adalah penulis membahas tentang
9
bagaimana Pelaksanaan Zakat Tambang Pasir Perspektif Hukum Islam
dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 (Studi Kasus Desa Mulyosari
Kec. Pasir Sakti Kab. Lampung Timur).
E. Metode Penelitian.
Metodologi yang digunakan oleh penulis untuk sampai pada rumusan
yang tepat dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini adalah bersifat yuridis empiris yaitu penelitian
lapangan (field reaserch), yaitu di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir
Sakti Kabupaten Lampung Timur.
2. Sumber Data.
a. Data Primer yaitu data yang diambil langsung di lapangan dari
responden melalui wawancara dan data-data kependudukan terkait
pekerjaan, agama serta tingkat pendidikan.
b. Data Sekunder
1) Bahan buku primer terdiri dari al-Qur’an, Hadist, Undang-
Undang No. 38 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
2) Bahan buku tersier yaitu data yang diambil dari beberapa
buku yang berhubungan langsung dengan masalah yang
diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan, menggunakan beberapa metode,
yaitu:
10
a. Observasi.
Adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau
kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian.18
b. Interview.
Interview dikenal dengan istilah wawancara, yang berarti
suatu proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
berhadapan secara fisik.19
Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan
percakapan tatap muka antara pewawancara dengan sumber
informasi, dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu
objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.20 Wawancara
dilakukan kepada Pemerintah setempat dalam hal ini Kepala Desa
dan BAZNAS yang berada di daerah tersebut serta para
penambang pasir di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti
Kabupaten Lampung Timur.
c. Dokumentasi.
Menurut Irawan, dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian.21
Dokumen itu dapat berupa teks tertulis, artefak, gambar, maupun
foto.22 Disini peneliti mencatat data-data yang ada di Kantor Desa.
4. Teknik Analisis Data.
Analisis data merupakan suatu proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkip wawancara, observasi, catatan lapangan, dokumen,
foto, dan material lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti
18 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 116. 19 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h. 88. 20 Muri Yusuf, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 372. 21 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, h.
100.
11
tentang data yang telah dikumpulkan, sehingga memungkinkan temuan
penelitian dapat disajikan dan diinformasikan kepada orang lain.23
5. Teknik Penulisan Skripsi.
Teknik penulisan dalam penelitian ini menggunakan buku
pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan tahun 2017.
F. Sistematika Penulisan.
Agar memperoleh gambaran yang runtun serta logis seperti yang
dikehendaki dalam dunia ilmu pengetahuan, maka sistematika penulisan ini
dibagi menjadi beberapa sub, yaitu:
Bab pertama, berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka Terdahulu, Metode Penelitian,
dan Sistematika Penelitian.
Bab kedua, berisi tentang Pengertian dan Dasar Hukum Zakat, Harta
yang Wajib dizakati, Zakat Barang Tambang dan Barang Temuan, Pengelolaan
Zakat Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 1999, Pengelolaan Zakat
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011, Orang yang berhak menerima
Zakat, serta Tujuan dan Hikmah Zakat.
Bab ketiga, gambaran umum lokasi penelitian, geografi dan demografi
tentang Desa Mulyosari, dan implementasi zakat tambang pasir di Desa
Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Bab keempat, menjelaskan analisis tentang bagaimana pelaksanaan
zakat tambang pasir yang ada di Desa Mulyosari serta pandangan hukum Islam
dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 terhadap pelaksanan zakat tambang
pasir di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Bab kelima, yang merupkan bab penutup, yang diisi kesimpulan dan
saran. Dari bab ini dikemukakan dari keseluruhan kajian yang merupakan
23Muri Yusuf, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,h.,
391.
12
jawaban dari permasalahan dan dikemukakan pula tentang saran-saran,
penutup sebagai tindak lanjut dari rangkaian penutup.
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT TAMBANG
A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ZAKAT.
1. Pengertian Zakat.
Zakat menurut bahasa berarti kesuburan (nama’), kesucian
(thaharah), keberkatan (barakah), dan berarti juga mensucikan (tazkiyah,
tathhier).24 Sedangkan secara istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu
pula. 25
Adapun pengertian zakat menurut para mazhab yaitu: Mazhab Hanafi
mendefinisikan zakat dengan “Menjadikaan sebagian harta yang khusus dari
harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh
syariat karena Allah SWT”. Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan,
“Mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah
mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang
yang berhak menerimanya (mustahiqq). Dengan catatan, kepemilikan itu penuh
dan mencapai haul (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian”.
Mazhab Syafi’i mendefinisikan zakat dengan sebuah ungkapan untuk
keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan mazhab
Hambali, zakat ialah hak yang wajib (dikeluarkan)dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula.26
24 Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 1999), h. 3. 25 Didin Hafidhuddin, Anda Bertanya tentang Zakat Infak dan Sedekah Kami Menjawab
(Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 2005), h. 17. 26 Wahbah Al- Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 83-84.
14
Kelompok tertentu yang dimaksudkan adalah delapan golongan yang
disebut oleh firman Allah SWT Q.s. At-Taubah (9): 60:
م ن ا ق د االص ت يو اءر ق ف ليل كس م ال لامع اليو يي ياو ه ييل ع يي ابق الر فو ميهبويل ق ةف ل ؤ م ال
مارغ اليو ﴾60﴿م ييكح م ييلع الل ،و اللن م ة ض يير،ف لييبالس نابيو الللييبس فو يي
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin....”27
Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia, dikemukakan:
“Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk
diberikan kepada yang berkah menerimanya.”28 Pengertian zakat ini kemudian
disempurnakan dengan: “Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh
seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam.29
Disamping itu zakat dapat meningkatkan derajat ketaqwaan seseorang
terhadap Allah SWT30, seperti dijelaskan dalam Q.s. At- Taubah (9): 103:
، مي ل ه ن ك س ت ك ل ص ،ان ل ييهمي ع ل او ص به ييهمي ك ت ز و مي ر ه ه ت ط ق ة د ص الهمي و ا مي مني ذي خ
لييم ع مييع س الل ﴾103﴿و
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka...”
27 Orang fakir, orang miskin, pengurus zakat, muallaf, orang berhutang, pada jalan Allah
(sabilillah), orang yang sedang dalam perjalanan (musafir). 28 UU RI No. 39 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 angka 2. 29 UU RI No. 23 tahun 2011, tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 angka 2. 30 Zurinal Z, Aminuddin, Fiqih Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 158.
15
Maksud dari ayat tersebut adalah zakat dapat membersihkan diri dari
kekikiran dan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati serta
memperkrmbangkan harta benda.
Ketentuan syariah mewajibkan orang-orang yang tergolong kaya
menunaikan zakat sebagai rukun Islam dan ibadah yang berkaitan dengan harta
dan sesama manusia termasuk negara.31 Sebab dalam al-Qur’an menjelaskan
tentang orang-orang fakir, bahwa mereka merupakan suatu kelompok yang
mempunyai hak atas harta benda orang-orang kaya. Seperti dijelaskan dalam
Q.s. Al-Dzarriyat (51): 19:
و ميا فيو ق ح ميهال يو لئآس ل ﴾19﴿موير حيم ال
Artinya: “dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (orang miskin
yang tidak meminta-minta).”
2. Dasar Hukum Zakat.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan merupakan ibadah wajib
seperti ibadah yang lainnya yaitu shalat, puasa, dan haji. Zakat sendiri disebut
secara beriringan dengan shalat dalam 82 ayat pada al-Qur’an. Allah SWT
telah menetapkan hukum zakat yaitu wajib, baik dengan al-Qur’an, Sunnah,
maupun ijma’ dari umatnya. Hukum zakat yaitu wajib ‘aini yaitu kewajiban
yang tidak dapat dibebankan kepada orang lain.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk
menunaikan zakat, Allah SWT berfirman Q.s. Al-Taubah (9): 60:
31 Sumuran Harahap, Kajian Zakat Berdasarkan Al-Qur’an (Jakarta: Gaung Persada Press
Group, 2017), h. 43.
16
م ن ا ق د االص ت يو اءر ق ف ليل كس م ال لامع اليو يي ياو ه ييل ع يي ابق الر فو ميهبويل ق ةف ل ؤ م ال
مارغ اليو ﴾60﴿م ييكح م ييلع الل ،و اللن م ة ض يير،ف لييبالس نابيو الللييبس فو يي
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
Q.s. Al-Baqarah (2): 43:
م ييقا و الص عاكالر ع م اويع ك اريو ة ك االز ويت ا و ة ل ﴾43﴿يي
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'.”
Q.s. Al-Taubah (9): 103:
، مي ل ه ن ك س ت ك ل ص ،ان ل ييهمي ع ل او ص به ييهمي ك ت ز و مي ر ه ه ت ط ق ة د ص الهمي و ا مي مني ذي خ
لييم ع مييع س الل ﴾103﴿و
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
17
Q.s. Al-Baqarah (2): 267:
ه ي اا ي ال ا وين م ا ن ييا مويق فنيا ك م تب ي ط نيا ا م مو ميت بيس ا ل ن جير خيا ن مميك ا ،ضريالي
و ييباالي ويم م ي ت ل بميت سيل و ن ويق فنيت ه نيمث اهييذخا ن ا ن ويم ل اعي،و هييافويض مغيت نيا ل
ن غ الل ﴾267﴿د ييح
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa zakat adalah wajib.
Dalam suatu hadits dari Abdullah bin Umar:
ن ب سيالي م ل يع ة اد ه ش سخ نيأ إل إل و الل ل
ويس ر اد م م ن أ إو اللل
ام ق الص ة ل
إو ج حو ة ك الز اء ت يي م ر م ويص و تييالي 32ان ض
Artinya: “Islam dibangun atas lima perkara, bersaksi bahwa tidak ada
Ilah yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa ramadhan.” (H.R.
Muslim).
Dari hadits diatas, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa rukun Islam
dibangun dengan lima dasar, yang dimulai dengan syahadat, kedua shalat,
ketiga zakat, keempat puasa dan kelima haji. Yang mana zakat merupakan
dasar yang ketiga dalam Islam, yang apabila tanpa dasar tersebut maka
bangunan Islam tidak akan berdiri dengan kokoh.
32 Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi, Al-Jami’ Al-Shahih Al-Musamma
Shahih Muslim, (Beirut: Dar Al-Jail), Juz 1, h. 34.
18
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat
dibebankan pada harta kekayaan yang dipunyai seorang muslim yaitu,
kepemilikan yang pasti/milik penuh (almilkuttam), berkembang (an-namaa),
melebihi kebutuhan pokok, bebas dari hutang, mencapai nishab, mencapai
haul.33 Para ulama sepakat bahwa yang wajib membayar zakat adalah orang
Islam yang merdeka (bukan budak), baligh, berakal sehat, dan mempunyai hak
milik penuh atas harta benda yang telah mencapai satu nishab.34
B. HARTA YANG DIZAKATI.
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam yaitu, pertama zakat
jiwa (nafs) yang berarti dalam zakat ini adalah zakat fitri, kedua zakat harta
(maal) yang terdiri dari zakat emas dan perak, pertanian, peternakan, hasil
tambang dan barang temuan, serta barang perniagaan. Dari kedua jenis zakat
tersebut yang wajib dizakati adalah zakat yang berkaitan dengan harta.
Dalam Undang Undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,
pasal 11 angka 2, menyebutkan bahwa harta yang dikenakan zakat yaitu:
1. Emas, perak dan uang
2. Perdagangan dan perusahaan
3. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan
4. Hasil pertambangan
5. Hasil perternakan
6. Hasil pendapatan dan jasa
7. Rikaz 35
C. Zakat Barang Tambang dan Barang Temuan.
Ma’din menurut bahasa ialah tempat asal tiap-tiap sesuatu, tempat
pertambangan emas, perak, besi, intan, belerang, timah, minyak, hidrogen, batu
bara, kapur, dan sebagainya. Menurut istilah syara’ adalah benda-benda yang
33 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf (Jakarta: PT Grasindo, 2006),
h., 15. 34 Ibn. Rusyd, Bidayatul Mujtahid, hal 509. 35 UU RI No. 38 tahun 1999, Pasal 11 Angka 2.
19
telah diciptakan Allah SWT didalam bumi seperti emas, perak, tembaga, timah,
intan, minyak, belerang, batu bara, kapur, dan sebagainya.36
Menurut mayoritas ulama hasil tambang adalah harta yang diciptakan
Allah SWT yang ada dalam bumi, baik berupa emas, perak, atau timah,
kuningan atau belerang dan lain-lain sebagainya. Sedangkan menurut ulama
dari mazhab Syafi’i harta tambang itu hanya emas dan perak saja.37
Dalam buku Zakat Kajian Berbagai Mazhab Wahbah Al-Zuhayly
mengutip beberapa pendapat ulama mengenai zakat hasil tambang adalah
sebagai berikut:
a. Mazhab Hanafi.
Barang tambang, rikaz, dan harta terpendam adalah satu, yakni
setiap harta yang terpendam dibawah bumi. Hanya saja, barang
tambang adalah harta yang diciptakan Allah SWT ketika bumi ini
diciptakan sedangkan rikaz dan harta simpanan adalah harta yang
dipendam oleh orang-orang kafir.
Barang tambang terdiri atas tiga jenis menurut mazhab Hanafi,
yaitu:
1. Barang padat yang mencair dan bisa dicetak dengan cara
memanaskannya dengan api, seperti emas dan perak, besi,
tembaga, timah, dan air raksa. Inilah harta yang wajib dizakati
sebanyak seperlima, walaupun belum mencapai nishab.
2. Barang tambang padat yang tidak mencair dan tidak bisa dicetak
dengan cara memanaskannyadengan api. Seperti kapur, batu
celak, dan semua jenis bebatuan lainnya seperti yaqut dan
garam.
3. Barang tambang cair, tidak padat. Misalkan, aspal dan minyak
tanah.
36 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, h. 33. 37 Zurinal, Aminuddin, Fiqih Ibadah, h. 175.
20
Menurut mazhab Hanafi, zakat yang wajib dikeluarkan hanya pada
macam pertama, baik barang tersebut ditemukan pada tanah yang dibebaskan
secara paksa (diperangi) maupun tanah tersebut didapatkan karena
penduduknya menyerah (belum diperangi).
b. Mazhab Maliki.
Barang tambang tidak sama dengan rikaz. Barang tambang
adalah harta yang diciptakan oleh Allah SWT di dalam tanah, baik
berupa emas, perak, maupun yang lainnya. Untuk mengeluarkannya
diperlukan pekerjaan yang berat dan pembersihan. Sedangkan rikaz
atau harta terpendam adalah harta pendaman jahiliyah baik berupa
emas, perak maupun yang lainnya. Barang tambang yang wajib
dizakati hanya emas dan perak. Barang yang lainnya tidak wajib
dizakati, misalnya tembaga, timah, air raksa dan yang lainnya kecuali
jika barang-barang tambang tersebut diperdagangkan.38
c. Mazhab Syafi’i.
Menurut mazhab Syafi’i barang tambang adalah harta yang
dikeluarkan dari suatu tempat yang diciptakan Allah SWT dan hanya
khusus berkaitan dengan emas dan perak. Barang tambang lainnya
tidak wajib dikeluarkan zakatnya.39
d. Mazhab Hanbali
Mazhab Hanbali berpendapat barang tambbang adalah harta
yang dikeluarkan dari dalam bumi yang diciptakan oleh Allah.
Kepemilikan barang-barang tambang yang berbentuk padat sama
dengan kepemilikan emas, perak dan tembaga. Harta-harta tersebut
dimiliki sesuai dengan kedudukan tanah yang mengandungnya karena
38 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 148-154. 39 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jilid 3 (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.
211.
21
barang tambang merupakan salah satu bagian yang terdapat dalam
tanah.40
Islam selalu menetapkan kewajiban kepada umatnya yang memiliki
standar umum, begitu juga dengan kewajiban berzakat atas harta hasil tambang
yang harus dipenuhi. Apabila standar (syarat) umum tersebut tidak terpenuhi,
maka harta tersebut belum menjadi objek yang wajib dizakati. Syarat-syarat
umum barang hasil tambang menjadi objek zakat adalah:
1. Harta tersebut harus dimiliki dengan pemilikan yang sempurna oleh
muzakki (orang yang mengeluarkan zakat).
2. Harta tersebut harus berkembang (baik berkembang secara riil ataupun
berkembang secara hukum).
3. Harta yang tunduk pada zakat tersebut harus mencapai jumlah tertentu
yang dinamakan nishab.
4. Tidak ditentukan haul artinya zakat barang tambang harus dikeluarkan
pada saat memetiknya atau memanennya jika mencapai nishab.41
Para ulama berbeda pendapat mengenai berapa kadar wajib zakat
untuk barang tambang. Dalam hal ini sebagian berpendapat 1/5 bagian atau
20% seperti zakat rikaz, sebagian berpendapat 1/40 bagian atau 2,5% seperti
zakat emas.
Kalangan yang berpendapat bahwa zakat ma’din ini besarnya adalah
1/5 atau 20 %, sebagaimana zakat rikaz diantaranya adalah mazhab al-
Hanafiyah. Mereka juga tidak mensyaratkan haul untuk zakat ma’din. Maka
zakatnya langsung dikeluarkan begitu seseorang mendapatkannya, tanpa harus
menunggu masa kepemilikan selama satu tahun, seperti layaknya zakat emas
dan perdagangan. Pendapat kedua untuk besar zakat ma’din 1/40 bagian atau
2,5% adalah pendapat dari sebagian kalangan ulama mazhab Syafi’i.
40 Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, h. 158. 41 Aimatul Khoiriyah, “Zakat Tambang Pasir (Studi Kasus di Desa Ngloram Kecamatan
Cepu Kabupaten Blora)” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Walisongo, 2015), h. 35-36.
22
Pendapat ketiga adalah pendapat yang menyebutkan bahwa besar
prosentase zakat ma’din kadang-kadang 20% dan kadang-kadang 2,5%. Semua
tergantung dari bagaimana cara mendapatkannya. Kalau untuk
mendapatkannya harus melalui proses yang menyulitkan atau memberatkan
(ta’ab), maka kadar zakatnya cukup 2,5% atau 1/40 bagian saja. Sebaliknya,
bila cara mendapatkan manfaatnya tidak menyulitkan dan juga tidak
memberatkan, kadar zakatnya adalah 20% atau 1/5 bagian.42
Rikaz adalah harta (emas atau perak) yang ditanam oleh kaum Jahiliah
(sebelum Islam).43 Bagi yang menemukan harta rikaz itu berupa emas dan
perak harus mengeluarkan zakatnya sebesar 1/5 bagian atau 20%. Disyaratkan
bahwa harta rikaz merupakan harta terpendam sejak jaman Jahiliyah, harta
tersebut ditemukan oleh orang-orang yang wajib zakat, baik ditemukan dengan
menggali, pengairan karena tanah longsor atau sebab lainnya.44
D. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-Undang No 38 Tahun 1999.
Pengelolaan zakat merupakan suatu kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat.45 Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam
dan mampu (harta yang dimiliki telah mencukupi batas nishab) berkewajiban
untuk menunaikan zakat. Pengelolaan zakat haruslah berasaskan iman dan
takwa, keterbukaan serta adanya kepastian hukum yang sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Menurut pasal 6 UU No. 38 Tahun 1999 organisasi pengelola zakat
adalah:
42 Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan (4) Zakat (Jakarta: DU Publishing, 2011), h. 197-
198. 43 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam cet.39 (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2006), h. 206. 44 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Al-wasithu fi al-
Fiqh al-‘ibadat,Terjemah Kamran As’at Irsyady dkk .Fiqh Ibadah, cet 3, Jakarta: Amzah:
2013. H. 363. 45 Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1.
23
1. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh
pemerintah.
2. Pembentukan badan amil zakat:
a. Nasional oleh Presiden atas usul Menteri;
b. Daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah
departemen agama propinsi;
c. Daerah kabupaten aatau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas
usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;
d. Kecamatan oleh camatatas usul kepala kantor urusan agama
kecamatan.
3. Badan amil zakat disemua tingkatan memiliki hubungan kerja yang
bersifat koordinatif, konsultif dan informatif.
4. Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.
5. Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur
pengawas dan unsur pelaksana.
Pengumpulan zakat tercantum dalam pasal 11, 12, 13, 14, 15 Undang-
Undang No. 38 Tahun 1999.
Pasal 11
(1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah
(2) Harta yang dikenai zakat adalah :
a. emas, perak dan uang;
b. perdagangan dan perusahaan;
c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan;
d. hasil pertambangah;
e. hasil peternakan;
f. hasil pendapatan dan jasa;
g. rikaz.
24
(3) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya
ditetapkan berdasarkan hukum agama.
Pasal 12
(1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara
menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan
muzakki;
(2) Badan amil zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam
pengumpulan zakat harta muzakki yang berada di bank atas
permintaan muzakki.
E. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011.
Terbentuknya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 sejatinya untuk
menata pengelolaan zakat yang lebih baik lagi. Penataan yang sebagaimana
dimaksud tidak terlepas dari kepentingan guna menjadikan amil zakat yang
lebih profesional, memiliki legalitas secara yuridis formal dan mengikuti
sistem pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat. Tugas dan
tanggung jawab sebagai amil zakat tidak dapat dilepaskan dari prinsip syariah
yang mengaitkan zakat dengan kewenangan pemerintah untuk mengangkat
amil zakat.46
Dengan kata lain, pengelolaan zakat oleh pemerintah (negara)
bukanlah tujuan, melainkan sarana. Tujuan utama pengelolaan zakat yaitu
tersampaikannya zakat kepada mustahik secara tepat sasaran dan dengan
kemanfaatan yang paling optimal, melindungi kemaslahatan dengan
46 Luthfi Hidayat, “Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat Di Baznas Kabupaten Tangerang” (Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017), h. 48.
25
mendorong lahirnya kebijakan berorientasi syariah yang berfokuskan pada
kemanfaatan dan menjauhkan dari kerusakan.47
BAZNAS merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah dalam
melaksanakan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam melaksanakan tugasn
dan fungsinya, BAZNAS dapat bekerjasama dengan pihak terkait sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dalam pemerataan tugas pengelolaan zakat,
BAZNAS membentuk BAZNAS propinsi dan BAZNAS kabupaten/kota.
Allah SWT telah memerintahkan kepada umat muslim untuk
menunaikan zakat dan diserahkan kepada yang berhak menerimanya. Selain
mengandung hubungan secara vertikal yaitu manusia dan Tuhannya, zakat juga
mengandung hubungan secara horizontal yaitu manusia dengan manusia.
Dengan adanya zakat diharapkan dapat memperkecil jurang pemisah antara si
miskin dan si kaya, mengembangkan solidaritas sosial, menghilangkan sikap
matrealisme serta individualisme.
Dalam hal pengelolaan zakat yaitu pengumpulan, pendayagunaan,
pengawasan, dan sanksi atas pelanggaran pengelolaan zakat, pemerintah telah
mengeluarkan aturan pengelolaan zakat yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 23 tahun 2011 yang mana menyempurnakan Undang-Undang
sebelumnya yaitu Undang-Undang No. 38 tahun 1999.
F. Orang yang Berhak Menerima Zakat.
Al-Qur’an menyatakan bahwa yang berhak menerima zakat terbagi
menjadi delapan golongan. Hal tersebut dijelaskan di dalam Q.s. At-Taubah
(9): 60:
47 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia Diskursus Pengelolaan Zakat Nasional
dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 ke Rezim Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 (Jakarta: Prenadamedia Gruop, 2015), h. 145.
26
م ن ا ق د االص ت يو اءر ق ف ليل كس م ال لامع اليو يي ياو ه ييل ع يي ابق الر فو ميهبويل ق ةف ل ؤ م ال
مارغ اليو ﴾60﴿م ييكح م ييلع الل ،و اللن م ة ض يير،ف لييبالس نابيو الللييبس فو يي
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang berhak menerima
zakat terbagi menjadi delapan golongan. Yang mana, apabila tidak termasuk
kedalam golongan tersebut, tidak berhak untuk menerima zakat.
1. Fakir.
Merupakan orang yang tidak memiliki harta ataupun usaha
iyang memadai, sehingga sebagian besar kebutuhannya tidak dapat
dipenuhinya.48
2. Miskin.
Adalah orang-orang yang tidak dapat mencukupi hidupnya,
meskipun ia memiliki pekerjaan atau usaha tetap, tetapi hasil usahanya
belum mencukupi kebutuhannya dan orang yang menanggungnya
tidak ada.49
3. Amil Zakat.
Adalah orang-orang yang ditugaskan oleh pemerintah atau imam
untuk memungut zakat dari pewajib zakat, memelihara dan kemudian
mendistribusikannya kepada orang yang berhak menerimanya.50
48 Lahmuddin Nasution, Fiqh 1. (T.t, t.tp, t.th) h. 175. 49 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum zakat dan Wakaf, h. 37. 50 Rahman Ritonga. Zainuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Gaya Media pratama, 1997), h.
183.
27
4. Muallaf.
Adalah orang-orang yang dijinakkan hatinya untuk tetap berada
dalam Islam. Maksudnya adalah orang-orang yang baru masuk Islam
dan memerlukan masa pemantapan dalam agama barunya dan untuk
itu memerlukan biaya.51
5. Riqab (Budak).
Riqab merupakan bentuk jamak dari riqabah yang mengacu
kepada para budak atau hamba sahaya. Zakat tersebut dapat diberikan
secara langsung ataupun kepada majikannya, dengan imbalan bahwa
budak tersebut akan dimerdekakan.52
6. Gharimin (orang yang berhutang).
Adalah orang-orang yang terlilit hutang. Dan ia tidak dapat
keluar dari lilitan hutangnya, kecuali dengan bantuan zakat.53
7. Fiisabilillah.
Sabil berarti jalan. Sabilillah adalah orang-orang yang berjuang
dijalan Allah SWT, namun pada saat sekarang ini konteks fisabilillah
tidak hanya dalam peperangan saja namun juga meliputi upaya yang
lebih luas seperti dakwah, badan penggunaan sarana apapun dalam
upaya demi tegaknya agama Allah SWT.54
Menurut jumhur ulama, adalah membelanjakan dana zakat untuk
orang-orang yang berperang dan petugas-petugas jaga perbatasan.55
8. Ibnu Sabil.
Kata Ibnu Sabil secara harfiah berarti anak jalanan. Namun yang
dimaksud Ibnu Sabil disini adalah orang-orang yang kehabisan bekal
51 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta Timur: Prenada Media, 2003), h.
49. 52 Abd. Somad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia edisi
revisi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 408-409. 53 Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer ( Jakarta: Rajawali Pers,
2008), h. 162. 54 Abd. Somad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia edisi
revisi, h. 409. 55 Muhammad Abu Zahrah, Zakat dalam Perspektif Sosial (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1995), h. 160.
28
dalam perjalanan, bukan untuk tujuan maksiat, sehingga mereka tidak
mampu melanjutkan perjalanan kecuali dengan bantuan zakat.56
G. Tujuan dan Hikmah Zakat.
Zakat merupakan ibadah yang tidak hanya berhubungan langsung
kepada Allah SWT (hablumminallah) tetapi juga berhubungan langsung
kepada sesama manusia (hablumminannas). Zakat memberikan kemanfaatan
kepada saudara sesama muslim yang termasuk kedalam delapan golongan
menerima zakat (mustahik). Qardawi menyebutkan dalam bukunya dua tujuan
penting dari zakat, yaitu tujuan zakat bagi si pemberi serta penerima (individu)
dan tujuan zakat bagi kehidupan masyarakat.
Tujuan zakat untuk individu, dalam hal ini si pemberi yaitu zakat
mensucikan jiwa dari sifat kikir, zakat mendidik berinfak dan memberi, zakat
merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah SWT, zakat mengobati hati
dari cinta dunia, zakat mengembangkan kekayaan batin, zakat menarik rasa
simpati, zakat mensucikan harta, serta zakat mengembangkan harta.57 Tujuan
zakat untuk individu, terkhusus mustahik yaitu zakat membebaskan si penerima
dari kebutuhan , zakat menghilangkan sifat dengki dan benci.58
Tujuan yang kedua yaitu dampaknya dalam kehidupan masyarakat.
Dalam hal ini dapat dilihat dari segi tanggung jawab sosial, segi ekonomi, serta
tegaknya jiwa umat.59 Zakat adalah salah satu bagian dari aturan jaminan sosial
dalam Islam, yang mana dalam hal ini dapat memberikan solusi pada masalah-
masalah seperti kesenjangan, kemiskinan, bendana alam serta zakat dapat
meratakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam bidang ekonomi. Pada sisi
lain zakat juga merupakan salah satu cerminan dalam pengabdian rasa syukur
terhadap Allah SWT.
56 Hassan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, h. 163. 57 Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakat, Penerjamah Salman Harun dkk. Hukum Zakat.
Jakarta:Pustaka Litera Antar Nusa, 1987, h. 848-865. 58 Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakat, h. 867-873. 59 Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakat, h. 877-882.
29
Zakat merupakan ibadah dalam bidang harta yang mengandung
hikmah serta manfaat. Baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat
(muzakki), penerima zakat (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya
maupun bagi masyarakat.
Adapun hikmah zakat yaitu:
1. Membersihkan dan menumbuhkan harta, menghadirkan keberkahan
padanya, menghilangkan keburukan dan kotorannya, serta menjaganya
dari kerusakan dan kebinasaan.
2. Membersihkan muzakki dari akhlak kikir dan bakhil, kotoran dosa dan
kesalahan, serta melatihnya memberi dan menyalurkan harta di jalan
Allah SWT.
3. Melipur duka fakir miskin (mustahik), dan menutupi hajat mendesak
orang-orang butuh, kesulitan, dan mahrum (fakir tetapi menolak untuk
meminta-minta).
4. Mewujudkan solidaritas sosial, tolong menolong, dan cinta kasih
diantara masyarakat.
5. Mensyukuri nikmat Allah SWT atas karunia-Nya kepada orang
Muslim dalam bentuk harta melimpah dan mentaati Allah SWT dalam
melaksanakan perintah-Nya.
6. Zakat menunjukkan “kebenaran” iman muzakki, karena harta yang
dicintai tidak akan dikeluarkan kecuali untuk meraih apa yang lebih
dicintai.
7. Zakat menghadirkan ridha Allah SWT, turunnya kebaikan-kebaikan,
menghapus kesalahan-kesalahan, dan lainnya.60
60 Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu asy-Syaikh, Al-Fiqh al-Muyassar, Terj. Izzudin
Karimi, (Jakarta: Darul Haq, 2015), h. 208.
30
BAB III
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN ZAKAT TAMBANG PASIR
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kantor Desa Mulyosari
Kacamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur tempat tambang pasir
sejarah berdirinya dapat diuraikan sebagai berikut.
Pada tahun 1976 Desa Mulyosari adalah hutan belantara, berdasarkan
catatan sejarah Desa, dusun mulyosari, dusun pulosari dan dusun mekarsari
pada tahun tersebut menginduk ke desa Gunung mekar. Selanjutnya pada tahun
1984 tiga dusun tersebut memisahkan diri dari desa induk kemudian ketiga
dusun tersebut melebur jadi satu desa Definitif yaitu Desa Pasir sakti.
Selanjutnya sesuai dengan perkembangan jaman Dusun Mulyosari
memisahkan diri dari desa Pulosari dan resmi menjadi desa Definitif pada akhir
tahun 1984 sampai sekarang dan kepala Desa yang pertama adalah PJS Bapak
Sudomo.61
TABEL I
Data Kepala Desa Mulyosari
No. Nama Kepala Desa Tahun Memerintah
1. Sudomo PJS 1984 – 1985
2. Suwito PJS 1985 – 1990
3. Supardi PJS 1990 – 1991
4. Raekan PJS 1991 – 1992
5. Sunyoto 1992 – 2011
6. Subardan 2012 s.d sekarang
Jabatan Kepala Desa Bapak Subardan menjadi Kepala Desa ini sudah
dua periode dan masyarakat sangat puas dalam kinerja beliau. Sehingga dalam
berjalannya masa kepemimpinannya desa berangsur-angsur menjadi lebih baik,
61 Dokumentasi dari Desa Mulyosari Tahun 2019
31
sseperti jalan desa sudah dibangun untuk masyarakat, dan juga irigasi yang
sedang dalam pembangunan.
B. Geografi Dan Demografi Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti.
Dibawah ini penulis akan menyampaikan gambaran umum tentang
keadaan Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti, dimana penulis mengadakan
penelitian dalam permasalahan pelaksanaan zakat tambang pasir.
1. Geografi.
Desa Mulyosari merupakan salah satu Desa di Kecamatan Pasir
Sakti Kabupaten Lampung Timur yang terletak 1,5 km kearah barat
dari Kecamatan Pasir Sakti, mempunyai luas wilayah 1.816 Ha yang
terdiri dari tanah bangunan dan tanah pekarangan yang dimanfaatkan
masyarakat.. Lahan sekeliling berupa ladang perkebunan, sawah, dan
rumah pedesaan. Untuk lebih jelasnya lokasi penelitian ini maka
penulis akan menjelaskan batas – batas wilayah di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut:
a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Pasir Sakti dan Mekarsari
b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Rejomulyo dan
Purworejo
c. Sebelah Timur, berbatatas dengan Laut Jawa
d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Adi Luhur62
2. Demografi.
Berdasarkan data dari Kantor Desa, bahwa penduduk Desa
Mulyosari terdiri dari masyrakat transmigrasi. Jumlah warga yang
tinggal di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung
Timur sebanyak 6.570 jiwa dari 1.806 KK. Lebih jelasnya dapat dilihat
tabel berikut jumlah penduduk dirinci menurut golongan usia, jenis
kelamin.63
62 Kantor Kepala Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur, 23
September 2019 63 Dokumentasi Desa Mulyosari Tahun 2019
32
TABEL II
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia Dan Jenis Kelamin
No. Golongan Umur Jenis Kelamin
Jumlah LK PR
1. 0 - 12 Bulan 280 264 544
2. 13 Bulan - 4 Tahun 220 237 457
3. 5 - 6 Tahun 75 275 350
4. 7 - 12 Tahun 325 325 650
5. 13 - 15 Tahun 235 195 430
6. 16 - 18 Tahun 225 245 470
7. 19 - 25 Tahun 214 298 512
8. 26 - 35 Tahun 207 263 470
9. 36 - 45 Tahun 250 310 560
10. 46 - 50 Tahun 256 404 660
11. 51 - 60 Tahun 128 210 338
12. 61 - 75 Tahun 34 80 114
13. 76 Keatas 27 29 56
Keadaan masyarakat Desa Mulyosari ditinjau dari aspek sosial,
ekonemi, pendidikan, dan keagamaan.
a. Aspek sosial.
Keadaan sosial penduduk Desa Mulyosari pada dasarnya
memiliki pergaulan yang merupakan ciri khas kehidupan pada
masyarakat umumnya. Keakraban yang terjalin diantara mereka sudah
tidak asing lagi sehingga begitu erat dalam mempertahankan
budayanya.
b. Aspek ekonomi.
Ekonomi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
keberlangsungan kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
33
hidup. Setiap individu baik perseorangan maupun kelompok akan
berusaha memperbaiki kehidupannya agar dapat hidup lebih baik.
Dilihat dari perekonomian masyarakat Desa Mulyosari sebagai
pemasukan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik yang bersifat
primer maupun sekunder adalah sebagai petani, wiraswasta, buruh,
pegawai negeri sipil, serta ada pula yang pengangguran.
Tabel III
Keadaan Penduduk Desa Mulyosari Menurut Mata
Pencahariannya64
No. Pekerjaan Jumlah
1. Petani 1821
2. PNS 241
3. Buruh 165
4. Wiraswasta 75
5. Lainnya 203
Jumlah 2.505
c. Aspek Pendidikan
Tabel IV
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan65
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Belum Sekolah 189
2. Tamat SD / sederajat 265
3. Tamat SMP 654
4. Tamat SMA 853
5. Tamat Perguruan Tinggi (SI) 49
6. Tamat Perguruan Tinggi (S2) 6
64 http://mulyosari-lampungtimur.desa.id/statistik/Pekerjaan, diakses pada 16 Oktober
2019 pukul 10:59 wib 65 http://mulyosari-lampungtimur.desa.id/statistik/Pendidikan, diakses pada 16 Oktober
2019 pukul 11:00 wib
34
Jumlah 2.016
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran
masyarakat Desa Mulyosari akan pentingnya pendidikan cukup baik. Dilihat
dari sudah banyaknya masyarakat yang mengenyam pendidikan sampai dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA), walaupun untuk kelanjutan dijenjang
Perguruan Tinggi masih terbilang sedikit.
d. Aspek Keagamaan
Tabel V
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama66
No. Agama Jumlah
1. Islam 2.546
2. Kristen Katolik 89
3. Kristen Protestan 10
4. Hindu 11
5. Budha 15
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas penduduk
Desa Mulyosari beragama Islam (muslim). Walaupun adanya perbedaan
agama, kerukunan diantara mereka tetap terjaga dengan baik. Seperti halnya
ketika masyarakat yang beragama Islam sedang melaksanakan ibadah puasa,
mereka yang non muslim akan menghormati dengan tidak makan atau minum
dihadapan masyarakat yang berpuasa dan ketika akan datang hari raya Idul
Fitri mereka pun bersuka cita menyambutnya begitupun sebaliknya.
66 http://mulyosari-lampungtimur.desa.id/statistik/Agama, diakses pada 16 Oktober 2019
pukul 11:01 wib
35
C. Implementasi Zakat Tambang Pasir.
Mengetahui bagaimana cara untuk memanfaatkan atau
membelanjakan harta yang diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya
sangatlah penting. Islam memberikan aturan-aturan yang jelas terkait segala
sesuatu yang disyariatkan, tak terkecuali cara memanfaatkan hartayang salah
satunya melalui zakat. Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang tak jarang
terabaikan keberadaannya, padahal apabila zakat dilaksanakan dengan penuh
kesadaran serta tanggung jawab maka ia dapat menjadi sumber dana tetap yang
cukup potensial dalam membantu pemerintah meningkatkan pendapatan dan
kesehjateraan masyarakat.
Dalam melaksanakan zakat tambang pasir di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur, para penambang berbeda-
beda cara dalam mengeluarkan zakatnya. Hal ini disebabkan pada tingkat
kesadaran tentang mengelurkan zakat juga berbeda-beda. Masyarakat
penambang pasir ini juga menggantungkan hidupnya dari berbagai sektor
seperti menjadi petani, pedagang dan pegawai. Karena pekerjaan sebagai
penambang pasir ini mulai populer pada tahun 2007 di Kecamatan Pasir Sakti.
Kesadaran masyarakat Desa Mulyosari dalam mengeluarkan zakat
tambang pasir masih terbilang kurang. Terbukti dengan kurangnya pemahaman
tentang ketentuan nishab serta haul zakat tambang pasir itu sendiri.
Kebanyakan dari mereka membayar zakat berdasarkan adat dan kebiasaan. Hal
ini terwujud dalam bentuk memberikan zakat kepada anak yatim atau
memberikan pada orang (kerabat) yang kurang mampu tanpa mengetahui
berapa yang harus dizakatkan.
Menurut Bapak Muhammad Yasin dalam keterangannya bahwa
masyarakat dalam membayar zakat berpedoman pada kebiasaan-kebiasaan
yang ada, yaitu dengan membayar zakat pada setiap kali ada santunan atau
membagikan kepada saudara atau para tetangga. Tetapi ada pula masyarakat
yang tidak melaksanakan kewajiban zakat maal termasuk zakat tambang pasir,
36
karena kebanyakan dari mereka hanya mengetahui kewajiban zakat sebatas
pada zakat fitrah.67
Adapun data pelaksanaan zakat hasil tambang pasir di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lapung Timur adalah sebagai berikut:
1. Penambang pasir yang melaksanakan zakat
Bapak Abdul Majid, pendidikan terakhir SMA, mengatakan
bahwa beliau menggeluti pekerjaan ini sudah sekitar 6 Tahun namun
sempat berhenti 2 Tahun. Menambang pasir setiap harinya
memperoleh 2 sampai 3 dump truck . Satu dump truck sebesar Rp.
600.000 jadi jika dikalikan 3 dump truck Bapak Abdul Majid
menerima uang sebesar Rp. 600.000 X 3 = Rp. 1.800.000 itupun juga
belum biaya operasional dan tenaga kerja dengan biaya:
a. Tenaga kerja 3 orang X Rp. 100.000 = Rp. 300.000
b. Operasional mesin (kerusakan, bahan bakar) = Rp.200.000
Penghasilan bersih setiap hari sekitar Rp. 1.300.000. Apabila
dikalkulasi penghasilan selama 1 Tahun maka penghasilan bersih
beliau kurang lebih Rp. 30.000.000 dan 2,5% dari jumlah tersebut
adalah Rp. 750.000.
Namun beliau mengatakan bahwa untuk melaksanakan zakat tambang
pasir ini masih bingung, terlebih untuk masalah kadar yang harus dikeluarkan
terkait dengan nishab dan haulnya. Untuk itu beliau melaksanakan zakat
tambang pasir dengan cara membantu orang-orang yang tidak mampu di
lingkungan sekitar, misalkan ada pembangunan masjid beliau membantu
dengan memberikan pasir secara cuma-cuma.68
Bapak Dadang pendidikan terakhir SMP, mengatakan bahwa beliau
menggeluti pekerjaan sebagai penambang pasir sudah berjalan 4 Tahun. Dalam
setiap menambang pasir memperoleh 4 sampai 5 dump truck. Penghasilan yang
diterima setiap kali menambang pasir satu dump truck Rp. 600.000 X 5 = Rp.
67 Wawancara dengan Bapak Muhammad Yasin pada tanggal 25 September 2019 68 Wawancara dengan Bapak Abdul Majid pada tanggal 4 Oktober 2019
37
3.000.000. Penghasilan bersih setiap menambang Rp. 2.100.000 dengan
dipotong biaya pekerja dan operasional sebagai berikut:
a. Tenaga kerja 5 orang X Rp. 100.000 = Rp. 500.000
b. Operasional mesin (kerusakan, bahan bakar) = Rp. 400.000
Apabila dikalkulasikan selama 1 Tahun maka penghasilan bersih
beliau kurang lebih Rp. 60.000.000 dan 2,5% dari jumlah tersebut
adalah Rp. 1.500.000.
Beliau mengatakan masih terasa asing dengan istilah zakat tambang
pasir, karena yang diketahui beliau selama ini adalah zakat fitrah. Namun
beliau mengaku melaksanakan zakat, tetapi dengan cara yang diketahuinya
menurut kebiasaan-kebiasaab yang ada pada masyarakat. Yaitu dengan cara
memberikan bantuan apabila ada masjid atau mushola yang melakukan
renovasi, memberikan santunan kepada anak yatim, saudara ataupun tetangga
yang kurang mampu.69
2. Penambang Pasir yang Belum Melaksanakan Zakat
Bapak Marno pendidikan terakhir SD, mengatakan bahwa beliau
bekerja sebagai penambang pasir sudah 5 Tahun dan setiap menambang
memperoleh 2 sampai 3 dump truck pasir. Penghasilan yang diterima setiap
kali menambang pasir 3 X Rp. 600.000 = 1.800.000. Penghasilan bersih Rp.
1.200.000 dengan dipotong biaya pekerja dan operasional yaitu:
a. Tenaga kerja 3 orang X Rp. 100.000 = Rp. 300.000
b. Biaya operasional (kerusakan, bahan bakar) = Rp. 300.000
Apabila dikalkulasikan penghasilan dalam 1 Tahun, maka
penghaislan bersih beliau kurang lebih Rp. 38.000.000 dan 2,5%
dari jumlah tersebut adalah Rp.950.000.
Beliau mengatakan belum mengeluarkan mengeluarkan zakat tambang
pasir, dikarenakan belum mengetahui dan memahami tentang zakat maal
69 Wawancara dengan Bapak Dadang pada tanggal 4 Oktober 2019
38
terutama zakat tambang pasir, sejauh ini yang beliau ketahui adalah kewajiban
akan zakat fitrah. Selain itu beliau juga mengatakan masih bingung bagaimana
cara melaksanakan zakat tambang tersebut, terkait bagaimana cara
menghitungnya pula.70
Bapak Sugeng pendidikan terakhir SMP, mengatakan bahwa beliau
menggeluti usaha ini sudah 4 Tahun. Menambang pasir memperoleh 2 sampai
4 dump truck dalam sehari. Pengasilan yang diterima setiap menambang pasir
dalam satu dump truck RP. 600.000 X 4 = Rp. 2.400.000. Penghasilan bersih
setiap hari Rp. 1.750.0000 dipotong dengan biaya pekerja dan biaya
operasional kurang lebih dengan rincian:
a. Tenaga kerja 4 orang X 100.000 = Rp. 400.000
b. Operasional mesin (kerusakan, bahan bakar) = Rp. 250.000
Apabila dikalkulasi penghasilan selama 1 Tahun, maka
penghasilan bersih beliau kurang lebih Rp 43.000.000 dan 2,5%
dari jumlah tersebut Rp.1.075.000.
Seperti halnya Bapak Marno yang belum mengerti tentang bagaimana
cara mengeluarkan zakat tambang pasir, terlebih juga mengenai pemahaman
tentang kewajiban zakat mall sangatlah kurang.71
Bapak Turmudi, pendidikan terakhir SD. Mengatakan beliau bekerja
sebagai penambang pasir sudah sekitar 5 Tahun. Setiap kali menambang pasir
beliau mendapat 2 sampai 3 dump truck. Pengahasilan yang diterima setiap
menambang pasir dalam satu dump truck Rp. 600.000 X 3 = Rp. 1.800.000.
Penghasilan bersih setiap kali menambang Rp. 1.300.000 dengan dipotong
biaya:
a. Tenaga kerja 3 orang X Rp.100.000 = Rp. 300.000
b. Operasional mesin (kerusakan, bahan bakar) = Rp. 200.000
70 Wawancara dengan Bapak Marno pada tanggal 4 Oktober 2019 71 Wawancara dengan Bapak Sugeng pada tanggal 4 Oktober 2019
39
Apabila dikalkulasikan selama 1 Tahun, maka penghasilan bersih
beliau sekitar Rp. 30.000.000 dan 2,5% dari jumlah tersebut
adalah Rp.750.000.
Bapak Turmudi mengatakan belum mengeluarkan zakat hasil tambang
pasir, karena belum mengetahui dan memahami mengenai zakat, terlebih
beliau hanya lulusan SD. Selain itu beliau mengatakan tidak mengetahui
bagaimana cara untuk mengeluarkan zakat dan cara menghitungnya, sebab
zakat yang beliau ketahui adalah zakat fitrah.72
Setelah penulis melakukan penelitian tambang pasir di Desa
Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur, penulis dapat
memberikan penjelasan serta pemahaman bahwa zakat tambang pasir yang ada
di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti dapat di kategorikan kedalam zakat
perdagangan. Sebab usaha ini disamakan dengan perdagangan yang
menghasilkan keuntungan. Dalam syariat Islam zakat perdagangan wajib
dikeluarkan apabila memenuhi ketentuan:
a. Nilai barang dagangan mencapai nishab yaitu emas (20 dinar = 85
gram emas) perak (200 dirham = 295 gram perak).
b. Telah mencapai haul atau nishab nya, besar zakat yang dikeluarkan
sama dengan emas dan perak yaitu 2,5%.
Namun, dari keterangan dari para penambang pasir yang penulis
paparkan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penambnag pasir
yang ada di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung
Timur belum mengeluarkan atau melaksanakan zakat tambang pasir. Mengapa
demikian, karena masih banyak diantara mereka tidak mengetahui dan
memahami bagaimana cara untuk melaksanakan zakat tambang pasir. Dan
masih banyak pula diantara mereka kesadaran untuk berzakat masih sangat
minim.
72 Wawancara dengan Bapak Turmudi pada tanggal 4 Oktober 2019
40
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN ZAKAT TAMBANG PASIR DI DESA
MULYOSARI KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
A. Analisis pelaksanaan zakat tambang pasir di Desa Mulyosari Kecamatan
Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan
dalam al-Qur’an, Sunnah Nabi, dan ijma’ para ulama.73 Selain itu zakat adalah
ajaran yang melandasi tumbuh kembangnya kekuatan sosial ekonomi pada
masyarakat. Dalam al-qur’an disebutkan bahwa harta yang dimiliki seseorang,
didalamnya terdapat hak bagi orang lain. Hak yang utama berupa zakat,
sedangkan Islam juga menganjurkan agar manusia sebagai mahluk sosial untuk
bersedekah, berinfak, berwaqaf, berqurban, dan beraqiqah.
Selain sebagai salah satu dari lima rukun Islam, zakat juga disebutkan
secara beriringan dengan kata shalat dalam al-Qur’an. Karenanya zakat dan
shalat merupakan pilar-pilar esensial berdirinya bangunan Islam. Dalam
pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seseorang secara vertikal
dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah lambang harmonisnya hubungan
antarmanusia.74
Zakat menjadi hak bagi orang-orang yang berhak atas harta zakat
tersebut, yaitu seseorang yang termasuk kedalam golongan penerima zakat. Hal
tersebut dijelaskan didalam Q.s. At-Taubah (9): 60:
73 Abdul Al-Hamid Mahmud al-Ba’ly, Ekonomi Zakat (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 1. 74 Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas (Malang: UIN-Malang Press, 2007),
h. 17.
41
م ن ا الص ق د ا ت يو اءر ق ف ليل كس م ال لامع اليو يي و ه ييل ع يي يا ابق الر فو ميهبويل ق ةف ل ؤ م ال
مارغ اليو ﴾60﴿م ييكح م ييلع الل ،و اللن م ة ض يير،ف لييبالس نابيو الللييبس فو يي
Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
Berdasarkan ayat di atas orang-orang yang berhak atas zakat yaitu
fakir, miskin, amil (pengurus zakat), muallaf (orang yang ditundukkan hatinya
atas Islam), riqab (budak), gharmin (orang yang berhutang, fiisabilillah (orang
yang berada di jalan Allah SWT), ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan).
Hal ini menunjukkan bahwa zakat wajib diserahkan kepada orang-orang yang
berhak atas zakat dengan persyaratan tertentu.
Di desa Mulyosari mengartikan delapan golongan yang disebutkan
dalam al-Qur’an lebih luas lagi. Masyarakat menyebutkan orang-orang yang
berhak menerima zakat antara lain fakir, miskin, yatim, piatu, janda, lansia, dan
takmir masjid. Bagi masyarakat Desa Mulyosari tidak adanya perbedaan yang
mendasar antara fakir dengan miskin. Karena bagi mereka keduanya sama-
sama orang yang kurang mampu atau tidak bisa dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Sebagai seorang muslim yang mengerti akan hukum Islam terlebih
akan kewajiban untuk berzakat, apabila mempunyai harta yang sudah mencapai
satu nishab, bebas dari tanggungan hutang, dan sudah bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari baik secara primer dan sekunder seperti tempat tinggal,
pakaian, sarana-sarana pendidikan, kendaraan dan lain sebagainya, maka
hendaknya wajib untuk menunaikan zakat.
Pada pelaksanaan yang ada di Desa Mulyosari, mayoritas
masyarakatnya belum mengerti akan pentingnya zakat maal tak terkecuali
42
zakat tambang pasir. Sebab pemahaman mereka akan pelaksanaan zakat hanya
sebatas zakat yang dilaksanakan setelah melakukan puasa ramadhan yaitu
zakat fitrah. Untuk zakat-zakat lainnya, mereka hanya melakukan menurut
sepengetahuan atau kebiasaan seperti memberikan sedekah pada masyarakat
dilingkungan sekitar saja, akan tetapi setiap tahunnya mereka melakukan
pembayaran pajak yang dihitung berdasarkan penghasilan bersih perbulan
0,5% dari penghasilan yang dilaporkan.75
Dalam mengeluarkan zakat, harta yang wajib dizakati merupakan
hasil dari barang-barang yang diperjual belikan, yaitu yang bersangkutan dalam
perdagangan tersebut. Namun yang terjadi di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir
Sakti Kabupaten Lampung Timur, dana zakat yaitu hasil dari menambang pasir
tersebut dihitung setelah sampai batas nishab. Apabila dalam kegiatan
perdagangan, seseorang mempunyai kendaraan, gudang untuk mengangkut dan
menyimpan hasil dari menambang pasir, maka itu tidak termasuk untuk
dizakati. Dengan ini, kewajiban zakat tidak dibebankan kepada orang yang
mempunyai pekerjaan mapan atau tidak, namun ada pada seseorang yang
memiliki harta dengan syariat ketika harta tersebut sudah mencapai batas
nishab.
Pada prakteknya, kebanyakan masyarakat Desa Mulyosari Kecamatan
Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur mengeluarkan zakat maalnya dalam hal
ini zakat hasil tambang pasir bersamaan dengan zakat fitrah yaitu diakhir bulan
suci Ramadhan. Padahal zakat hasil tambang pasir seharusnya dikeluarkan
ketika sudah mencapai batas nishab karena pada dasarnya zakat tambang tidak
mengenal adanya haul (tahun).
Namun pada kenyataannya para penambang di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur melaksanakan zakat
tambang pasirnya setiap satu tahun sekali. Sedangkan pada setiap penambang
pasir dengan penambang pasir lainnya mengawali usaha ini dengan waktu
berbeda-beda. Oleh sebab itu zakat tambang ini tidak semestinya dilaksanakan
bersamaan dengan zakat fitrah. Dalam pelaksanaan zakat tambang pasir yang
75 Wawancara dengan Bapak Abdul Majid pada tanggal 4 Oktober 2019
43
dilakukan masyarakat Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten
Lampung Timur masih banyak yang belum melaksanakan zakat dikarenakan
minimnya pemahaman terhadap zakat terutama yang berkaitan dengan zakat
maal, tak terkecuali zakat tambang pasir. Padahal sebagian besar dari mareka
sudah memiliki harta yang mencapai batas nishab.
Seperti apa yang diutarakan oleh Bapak Abdul Majid bahwa beliau
masih bingung dalam melaksanakan zakat tambang pasir, sehingga beliau
memilih untuk melaksanakan zakat dengan cara membantu orang-orang yang
tidak mampu dilingkungan sekitar, seperti memberikan bantuan pasir untuk
pembangunan atau merenovasi masjid atau mushola. Begitu pula dengan
Bapak Marno, Sugeng dan Turmudi yang belum mengeluarkan zakat tambang
pasir karena belum mengetahui serta memahami mengenai zakat tambang itu
sendiri, terlebih bagaimana cara mengeluarkan dan menghitung zakatnya.
Untuk penyaluran zakat dapat diamanatkan kepada Badan Amil Zakat
yang terdapat di daerah tersebut, yang dikelola oleh orang-orang yang
berkompeten dibidangnya. Zakat wajib disalurkan kepada mustahiq yang
sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Kewajiban dalam mengelola zakat yaitu
fardu kifayah yang apabila jika tidak ada dari sebagian umat yang mengelola
maka seluruh umat akan menanggung dosa dari kelalaian tersebut.
Akan tetapi dalam prakteknya, seperti yang dilakukan oleh Bapak
Abdul Majid dan Bapak Dadang beliau menyalurkan zakat kepada yang
bersangkutan (mustahiq) dari pada harus melalui Badan Amil Zakat. Menurut
Bapak Rohman selaku ketua dari Badan Amil Zakat Kecamatan Pasir Sakti
Kabupaten Lampung Timur, kesadaran masyarakat untuk berzakat masih
sangat kurang, apalagi jika harus berzakat lewat lembaga yang disediakan
pemerintah. Padahal Badan Amil Zakat yang ada di Kecamatan Pasir Sakti
sudah berjalan tiga tahun, namun masyarakat masih enggan melaksanakan
zakat yang lebih baik melalui lembaga zakat. Beliau mengatakan bahwa akan
lebih baik jika pelaksanaan zakat lewat lembaga yang telah disediakn oleh
44
pemerintah atau masyarakat sekitar agar pemerataan kesehjateraan melalui
pembagian zakat yang dilakukan lembaga amil zakat dapat tercapai.76
Menurut hasil penelitian zakat tambang pasir di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur, penulis dapat memberikan
penjelasan serta pemahaman bahwa zakat tambang pasir yang ada di Desa
Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti dapat di kategorikan kedalam zakat
perdagangan. Zakat perdagangan wajib dikeluarkan apabila:
a. Nilai hasil barang dagangan sudah mencapai nishab, yaitu dengan
hitungan emas (85 gram) dan perak (295 gram).
b. Telah berlaku haul serta sudah mencapai batas nishab.
Namun selama ini pendistribusian zakat belum dikelola secara
profesional, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam zakat itu sendiri tidak
terlihat. Karena di Lembaga Amil Zakat Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten
Lampung Timur belum berjalan secara optimal, masih berjalan untuk zakat
fitrah saja. Selain itu ketidaktepatan dalam pendistribusian serta identifikasi
kebutuhan mustahiq menyebabkan zakat tidak berdampak luas dan cenderung
menjadikan golongan fakir dan miskin menjadi mustahiq abadi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang ada
di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung timur, dalam
melaksanakan zakat mall terutama hasil tambang pasir belum maksimal
dilakukan, disebabkan adanya beberapa faktor yaitu:
a. Pendidikan rendah.
Kurangnya pemahaman tentang kewajiban zakat yang harus
dikeluarkan oleh masyarakat, hal ini dibuktikan dengan pendidikan
yang diraih oleh masyarakat. Masih banyak masyarakat Desa
Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur yang
berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Maka dari itu pengetahuan
akan zakat tambang pasir sangat minim, dengan mengartikan sedekah
dan zakat mempunyai arti yang sama.
76 Wawancara dengan Bapak Rohman pada tanggal 5 Oktober 2019
45
b. Ketidakpercayaan dan ketidaktahuan terhadap lembaga pengelola zakat
Mayoritas masyarakat mengeluarkan zakatya langsung kepada
mustahiq, karena mereka tidak percaya bahkan tidak mengerti akan
adanya lembaga pengelola zakat yang ada. Selain itu mereka merasa
lebih lega apabila memberikan langsung kepada mustahiq yang
bersangkutan.
c. Kurangnya sosialisasi dari lembaga dan tokoh agama terkait
diperlukannya sosialisasi dari instansi terkait yang berkaitan dengan
zakat, dalam hal ini seperti KUA dan Badan Amil Zakat Daerah yang
ada di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti kabupaten Lampung
Timur. Namun menurut penuturan Bapak Rohman selaku ketua dari
Badan Amil Zakat Daerah yang ada di desa tersebut, sebenarnya
sosialisasi sudah dilakukan namun tidak optimal, sehingga kesadaran
dan pemahaman masyarakat masih minim terhadap zakat.
B. Pandangan Hukum Islam dan Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2011
terhadap Pelaksanaan Zakat Tambang Pasir di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Setiap muslim memiliki kewajiban untuk berzakat apabila sudah
memenuhi syarat kewajiban untuk mengeluarkan sebagian hartanya. Zakat
merupakan bagian dari lima rukun Islam, serta zakat merupakan pilar esensial
dalam bangunan Islam yang kokoh. Kewajiban berzakat bagi umat Islam telah
ditetapkan dalam al-Qur’an, Sunnah Nabi, dan ijma’ para ulama. Allah SWT
mewajibkan zakat bukan hanya untuk tujuan mensucikan harta, meningkatkan
rasa belas kasih terhadap sesama manusia, akan tetapi lebih dari itu semua.
Allah SWT menginginkan agar antar sesama muslim saling tolong menolong,
sebab zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antar manusia.
Zakat dalam Islam mempunyai posisi yang sangat penting dalam
pembangunan umat. Hal itu dapat dibuktikan dengan penyebutan zakat dalam
al-Qur’an yang selalu disandingkan dengan shalat. Sedangkan dalam negara
zakat mempunyai posisi yang penting dengan adanya Undang-Undang No. 23
46
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat yang mengatur bagaimana pengelolaan
zakat secara benar, agar tujuan dari pada zakat itu tercapai. Dengan adanya
zakat diharapkan mampu membantu pemerintah dalam pembangunan negeri
seperti mengatasi kemiskinan, meningkatkan kesehjahteraan, serta dapat
memperkecil jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
Masyarakat Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten
Lampung Timur, khususnya para penambang pasir yang apabila hasil dari
menambang pasir sudah mencapai batas nishab diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat kepada masyarakat yang golongan ekonominya lemah
dengan harapan dapat terciptanya keseimbangan ekonomi dalam masyarakat.
Pasir yang dihasilkan dari pertambangan pasir di Desa Mulyosari
merupakan salah satu dari hasil bumi, dikarenakan sengaja digali untuk
memperoleh hasil dari pasir tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir
merupakan hasil pertambangan yang mempunyai nilai ekonomis sehingga
untuk mengeluarkan zakatnya adalah wajib. Sebagaimana dalam Q.S. al-
Baqarah (2): 267:
ه ي اا ي ال ا وين م ا ن ييا مويق فنيا ك م تب ي ط نيا ا م مو ميت بيس ا ل ن جير خيا ن مميك ا ،ضريالي
و ييباالي ويم م ي ت ل بميت سيل و ن ويق فنيت ه نيمث اهييذخا ن ا ن ويم ل اعي،و هييافويض مغيت نيا ل
ن غ الل ﴾267﴿د ييح
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu”.
Selain itu aturan untuk mengeluarkan zakat tambang tertulis dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 pasal 4 angka 2 bersamaan dengan harta
lainnya yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Para ulama fiqih berbeda pendapat tentang hasil pertambangan yang
wajib dikenai zakat, diantaranya:
47
1. Mazhab Hanafi mengartikan barang tambang, rikaz dan harta
terpendam adalah sama yaitu setiap harta yang etrpendam dibawah
bumi.
2. Mazhab Maliki mengartikan barang tambang adalah yang diciptakan
Allah SWT di bumi, baik berupa emas, perak maupun lainnya, dan
untuk mengeluarkan barang tambang diperlukan pekerjaan yang berat
dan proses pembersihan yang terus menerus.
3. Mazhab Syafi’i mengartikan barang tambang adalah harta yang
dikeluarkan dari suatu tempat yang diciptakan Allah SWT dan hanya
khusus berkaitan dengan emas dan perak. Barang tambang lainnya
tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
4. Mazhab Hanbali mengartikan barang tambang sebagai harta yang
dikeluarkan dari dalam bumi yang diciptakan Allah SWT, yang bukan
dari jenis bumi itu sendiri, bukan pula harta yang sengaja dipendam
yang berwujud padat maupun cair.77
Pada pelaksanaan zakat tambang pasir yang ada di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti, penulis menggunakan pendapat dari mazhab Hanbali,
yaitu zakat yang wajib atas segala yang dikeluarkan dari dalam bumi yang
diciptakan Allah SWT dan sengaja digali dari sumbernya. Hal ini sejalan
dengan perkembangan zaman, karena pasir mempunyai nilai ekonomis
sehingga diharapkan dengan adanya zakat dari hasil tambang pasir ini dapat
membantu masyarakat yang termasuk kedalam delapan golongan orang yang
berhak menerima zakat.
Dalam menentukan kadar penetapan zakat yang harus dikeluarkan,
para ulama berbeda pendapat tentang berapa besaran kewajiabn zakat atas
benda-benda yang termasuk ma’din. Sebagian menyebutkan 1/5 bagian atau
20% seperti zakat rikaz, sebagian lagi menyebutkan 1/40 bagian atau 2,5%
seperti zakat emas. Semua tergantung dari bagaimana cara mendapatkannya.
77 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu jilid 3, Cet-1, (Jakarta: Gema Insani,
2011)., h. 211.
48
Jika untuk mendapatkannya harus melalui proses yang menyulitkan atau
memberatkan (ta’ab), maka kadar zakatnya cukup 2,5% atau 1/40 bagian saja.
Sebaliknya, bila cara mendapatkan manfaatnya tidak menyulitkan dan juga
tidak memberatkan, kadar zakatnya adalah 20% atau 1/5 bagian.78
Namun pada pelaksanaannya di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir
Sakti Kabupaten Lampung Timur, masyarakat mengeluarkan zakat tambang
pasir dengan cara setahun sekali, yaitu dengan digabungkan bersama zakat
fitrah pada akhir bulan Ramadhan. Bahkan banyak pula masyarakat yang
belum melaksanakan zakat tambang pasir karena minimnya pengetahuan. Hal
itu dapat dilihat dari hasil wawancara yang menjelaskan bahwa sebagaian dari
mereka mengambil 2,5% dari hasil menambang pasir dan sebagian lain
menyatakan dengan kadar tertentu sesuai keinginan pribadi untuk
mengeluarkan zakat.
Untuk pelaksanaan zakat tambang pasir yang ada di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti kabupaten Lampung Timur dapat dikategorikan
kedalam zakat perdagangan. Karena pada umumnya masyarakat menghitung
zakat dari hasil menambang pasir dilakukan dengan mengkalkulasikan
penghasilan selama satu tahun. Untuk kadar zakat perdagangan sendiri
disamakan dengan nishab emas dan perak yaitu 2,5%.
Cara pelaksanaan perhitungan zakat perdagangan , pada dasarnya di
dalam fiqih yaitu segala sesuatu yang dipersiapkan untuk diperjualbelikan.
Tidak termasuk yang dipakai dan alat-alat keperluan perniagaan yang tidak
dijadikan bahan dagangan.79 Dalam pendistribusian zakat dilakukan dengan
dua cara yaitu Pertama dengan cara menyalurkan kepada Badan Amil Zakat
yang ada di Desa Mulyosari, karena dengan cara ini bisa lebih optimal dan
zakat yang dikeluarkan dapat dirasakan masyarakat golongan penerima zakat
78 Ahmad Sarwat, Fiqih Khiyat Seri Fiqih Kehidupan (4):Zakat, (Jakarta: DU Publishing,
2011)., h. 196-198. 79 Amir Syarifuddin, Garis-Garis besar Fiqh, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003).,
h.45.
49
secara luas dan lebih tepat sasaran. Yang kedua dengan menyalurkan sendiri
kepada para tetangga, namun yang perlu diperhatikan apakah mereka yang
menjadi sasaran zakat adalah benar-benar golongan penerima zakat.
Untuk melaksanakan pengelolaan zkat, Pemerintah membentuk Badan
Amil Zakat Nasional yang menaungi Lembaga atau Badan Amil Zakat
dibawahnya. Akan tetapi pada prakteknya, peranan Badan Amil Zakat yang
ada di daerah-daerah khususnya daerah yang jauh dari perkotaan masih sangat
kurang dalam mengelola zakat. Berdasarkan wawancara dengan Bapak
Rohman selaku ketua Badan Amil Zakat yang ada di Kecamatan Pasir Sakti
kesadaran masyarakat akan utamanya berzakat masih sangat kurang terlebih
untuk zakat maal, yang dalam hal ini adalah zakat tambang pasir. Untuk itu
sangat diperlukan untuk sosialisasi secara aktif serta penguatan Badan Amil
Zakat dalam pengelolaan zakat.
Berdasarkan pada uraian diatas, penulis dapat menjelaskan bahwa
dalam hal pelaksanaan zakat tambang pasir yang ada di Desa Mulyoosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur, sebagian masyarakat
paham dan mengerti akan mengeluarkan zakat sesuai dengan syariat Islam,
namun masih ada masyarakat yang ikut-ikutan tanpa adanya alasan-alasan dan
dasar hukum yang berkaitan dengan zakat.
Tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan zakat tambang pasir yang
ada di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur
adalah masih banyaknya hal yang perlu diperhatikan seperti syarat dan rukun
zakat. Jika salah satu dari keduanya tidak terpenuhi maka pengeluaran zakat
akan percuma dan tidak sah menurut hukum Islam serta jatuhnya bukan ke
zakat maelainkan ke shadaqoh. Selain itu dalam Undang-Undang No.23 tahun
2011 tentang pengelolaan zakat pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa syarat dan
tata cara penghitungan zakat maal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan
syariat Islam. Para penambang pasir di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir Sakti
Kabupaten Lampung Timur sudah cukup memahami dan mengerti akan
50
kesadaran zakat, namun hal itu berlaku untuk zakat fitrah. Pemahaman
terhadap kesadaran zakat maal masih sangat kurang. padahal zakat fitrah
maupun zakat maal merupakan kewajiban individu dan wajib dilaksanakan
bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban melainkan untuk membersihkan
harta dan jiwa, memupuk rasa cinta kasih terhadap antar umat Islam dan
sebagainya.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari penelitian yang telah penulis laksanakan tentang “Pelaksanaan
Zakat Tambang Pasir Perspektif Hukum Islam dan Undang-Undang No. 23
Tahun 2011 (Studi Kasus Desa Mulyosari Kec. Pasir Sakti Kab. Lampung
Timur)“ dapat disimpulkan sebagai berikut. Zakat merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan bagi umat Islam yang memiliki harta kekayaan yang sudah
atau cukup pada batas nishab dan haulnya setelah setahun dimiliki.
Menurut data yang ada di bab 3, klasifikasi masyarakat menurut mata
pencaharian yang tidak tergolong sebagai petani, PNS, buruh, dan wiraswasta
yaitu 8% dari jumlah penduduk yaitu 203 jiwa. Dari jumalah tersebut pekerjaan
sebagai penambang pasir masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan
yang lainnya. Disebabkan 8% tersebut terdirir dari berbagai macam pekerjaan,
selain itu yang bekerja sebagai penambang pasir tidak semuanya beragama
Islam. Sedangkan pelaksanaan zakat tambang pasir di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur terbagi menjadi dua
golongan, yaitu:
1. Penambang pasir yang sudah melaksanakan zakat, namun dengan
pengetahuan yang terbatas sehingga mereka mengeluarkan zakat
dengan cara yang diketahui yaitu dengan mensedekahkan untuk
pembangun atau perbaikan masjid atau mushola, ataupun kepada
masyarakat yang kurang mampu di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir
Sakti kabupaten Lampung timur.
2. Penambang pasir yang belum melaksanakan zakat tambang pasir
namun memiliki kesadaran untuk membayar zakat dengan terbentur
pemahaman yang minim dalam pelaksanaan dan perhitungan zakat
yang benar. Selain itu banyak faktor yang mempengaruhi yaitu
rendahnya pendidikan, kurangnya rasa percaya terhadap lembaga
52
pengelola zakat, serta kurangnya sosialisasi yang dilakukan instansi
yang terkait dan tokoh agama akan kesadaran dan pemahaman untuk
mengelurkan zakat.
Karena kondisi yang penulis paparkan di atas, jika dilihat dari hukum
Islam dan Undang-Undang masih belum memenuhi kriteria karena belum
sesuai dengan syariat Islam sebagaimana juga tertuang pada Undang-Undang
No.23 Tahun 2011 terhadap zakat tambang pasir wajib hukumnya untuk
mengeluarkan zakatnya sesuai dengan syariat Islam, dan apabila dilihat dari
segi rukun dan syarat masih banyak yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan
zakat tidak masuk dalam kategori sedekah.
B. Saran.
Setelah selesainya penyusunan skripsi ini, penulis akan meyampaikan
saran-saran sebagain masukan yang bermanfaat, sebagai berikut:
1. Kepada Para tokoh ulama dan Badan Amil Zakat di Desa Mulyosari
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur untuk memberikan
pengetahuan serta pemahaman tentang kewajiban dalam mengeluarkan
zakat dan hukum tentang zakat bisa dengan penyuluhan dari
Kementerian Agama dan Kantor Urusan Agama (KUA) atau dari
Badan Amil Zakat di desa setempat.
2. Kepada Penambang yang ada di Desa Mulyosari Kecamatan Pasir
Sakti Kabupaten Lampung Timur agar mengeluarkan zakat hasil
pertambangan yang didapatkandengan mengetahui tentang ketentuan-
ketentuan yang ada pada hukum zakat supaya tidak sia-sia dalam
menjalankan kewajiban zakatnya, serta membayar atau mengeluarkan
zakatnya kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan syariat Islam
dan Undang- Undang zakat.
3. Kepada masyarakat Desa Mulyosari kecamatan Pasir Sakti Kebupaten
Lampung timur agar terus ditingkatkan dalam melaksanakan zakat
mall (harta kekayaan) agar tujuan dan hikmah zakat benar-benar dapat
terlaksana. Sebab didalam harta yang diberikan Allah SWT ada hak
53
orang lain yang wajib dibayarkan kepada yang berhak menerima
sesuai dengan ketentuan syariat Islam dan undang-undang zakat.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Pedoman Zakat. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 1999.
Asy-Syaikh, Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu. Al-Fiqh al-Muyassar. Terj.
Izzudin Karimi. Jakarta: Darul Haq, 2015.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Al-wasithu
fi al-Fiqh al-‘ibadat,Terjemah Kamran As’at Irsyady dkk .Fiqh Ibadah,
cet 3, Jakarta: Amzah: 2013.
Ba’ly, Abdul Al-Hamid Mahmud Al. Ekonomi Zakat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2006.
Daradjat, Zakiah. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. Jakarta: CV Ruhama, 1994.
Doa, Djamal. Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan.
Jakarta: Nuansa Madani Publisher, 2004.
Dokumentasi Desa Mulyosari Tahun 2019.
Gulo.W. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo, 2010.
Hafidhuddin, Didin. Anda Bertanya tentang Zakat Infak & Sedekah Kami
Menjawab. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional, 2005.
Harahap, Sumuran. Kajian Zakat Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: Gaung Persada
Press Group, 2017.
Hidayat, Luthfi. “Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat Di Baznas Kabupaten Tangerang” (Skripsi S-1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2017.
http://mulyosari-lampungtimur.desa.id/statistik/Agama
http://mulyosari-lampungtimur.desa.id/statistik/Pekerjaan
http://mulyosari-lampungtimur.desa.id/statistik/Pendidikan
55
Karim, Abdul. “Dimensi Sosial dan Spiritual Ibadah Zakat”. Jurnal Zakat dan
Wakaf. Vol. 2, No. 1, (Juni 2015).
Khaan, Syaikh Shiddiq Hasan. Fiqh Islam dari al-Kitab dan as-Sunnah. Jakarta:
Griya Ilmu, 2012.
Khoiriyah, Aimatul. “Zakat Tambang Pasir (Studi Kasus di Desa Ngloram
Kecamatan Cepu Kabupaten Blora).” Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Walisongo, 2015.
Martaleli, Wiwit. “Pelaksanaan Zakat Tambang Emas Ditinjau Menurut Hukum
Islam (Studi Di Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten
Kuantan Singingi).” Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2011.
Nasution, Lahmuddin. Fiqh 1. (T.t, t.tp, t.th)
Permono, Sjechul Hadi. Sumber Sumber Penggalian Zakat. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1994.
Qardawi, Yusuf Al. Fiqhuz Zakat. Penerjamah Salman Harun dkk. Hukum Zakat.
Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 1987.
Qusyairi, Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al. Al-Jami’ Al-Shahih Al-Musamma
Shahih Muslim. Beirut: Dar Al-Jail.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam cet. 39. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2006.
Ritonga, Rahman dan Zainuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997.
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah. Jakarta: Cakrawala Publishing Cet.3, 2012.
Sabiq, Syaikh as-Sayyid. Panduan Zakat Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.
Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005.
Sahroni, Oni, dkk. Fikih Zakat Kontemporer. Depok: PT Raja Grafindo Persada,
2018.
56
Saleh, Hassan. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer. Jakarta: Rajawali
Pers, 2008.
Sari, Elsi Kartika. Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf. Jakarta: PT Grasindo,
2006.
Sarwat, Ahmad. Seri Fiqih Kehidupan (4) Zakat. Jakarta: DU Publishing, 2011.
Somad, Abd. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia
edisi revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Sudirman. Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang: UIN-Malang Press,
2007.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.
Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta Timur: Prenada Media, 2003.
UU RI No. 23 tahun 2011, tentang Pengelolaan Zakat.
UU RI No. 39 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Yusuf, Muri. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Zahrah, Muhammad Abu. Zakat dalam Perspektif Sosial. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1995.
Zuhaili, Wahbah Az. Fiqih Islam wa Adillatuhu 3. Jakarta: Gema Insani, 2011.
Zuhayly, Wahbah Al. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005.
Zurinal Z dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Wibisono, Yusuf. Mengelola Zakat Indonesia Diskursus Pengelolaan Zakat
Nasional dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 ke Rezim
57
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011. Jakarta: Prenadamedia Gruop,
2015.
Wawancara dengan Bapak Abdul Majid.
Wawancara dengan Bapak Dadang.
Wawancara dengan Bapak Marno.
Wawancara dengan Bapak Muhammad Yasin
Wawancara dengan Bapak Rohman.
Wawancara dengan Bapak Sugeng.
Wawancara dengan Bapak Turmudi.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA
A. Perangkat Desa
1. Nama : Subardan
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Kepala Desa
Pertanyaan:
a. Apa saja profesi di desa Mulyosari, Kec. Pasir Sakti, Kab. Lampung
Timur?
b. Apa yang anda ketahui tentang zakat, terutama zakat tambang pasir?
c. Bagaimana mekanisme pelaksanaan zakat tambang pasir?
Jawaban:
Bapak Subardan mengatakan bahwa pekerjaan masyarakat Desa Mulyosari
sangat beragam. Ada yang bekerja sebagai petani, pedagang, guru, nelayan,
serta penambang pasir. Zakat merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan sesuai tuntunan syari’at Islam. untuk zakat tambang pasir
beliau mengatakan masih terasa asing ketika mendengarnya, karena selama
ini pemahaman kewajiban zakat ada pada zakat fitrah. Dalam pelaksanaan
zakat yang ada di Desa Mulyosari, biasanya dikumpulkan oleh amil zakat,
dan setelah itu dibagiakna kepada orang yang berhak menerimanya, namun
dalam hal ini yang dimaksudnkan beliau adalah zkat fitrah.
B. Badan Amil Zakat Desa Mulyosari
1. Nama : Bapak Rohman
2. Jenis kelamin : Laki-Laki
3. Pekerjaan : Guru, dan pedagang
Pertanyaan:
a. Apa yang anda ketahui tentang zakat, khususnya zakat tambang?
b. Bagaimana pelaksanaan zakat tambang pasir yang dilakukan oleh
penambang?
c. Usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk berzakat?
d. Apasaja kendala yang dihadapi sehingga belum terlaksananya program-
program Badan Amil Zakat di desa Mulyosari?
Jawaban:
Bapak Rohman, selaku ketua Badan Amil Zakt yang ada di Kecamatan Pasir
Sakti mengatakan, bahwa zakat adalah kewajiban yang harus ditunaikan
karena zakat juga termasuk ke dalam lima rukun Islam. dalam pelaksanaan
zakat tambang yang ada di Desa Mulyosari masih sangat minim, karena
kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengeluarkan zakat.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, Badan Amil Zakat sudah
pernah mencoba melakukan sosialisasi terhadap masyarakat, namun dari 80
undangan yang tersebar hanyaa belasan yang hadir itupun tidak tepat waktu.
Dalam pengajian rutin juga sering dibrikan penegertian akan pentingnya
melaksanakan zakat, serta menjelaskan apabila masih bingung dan belum
mengerti terkait cara melaksanakan serta menghitungnya Badan Amil Zakat
siap membantu. Kendala yang bisa dikatakan paling berpengaruh adalah
kurangnaya pemahaman serta rendahnya pendidikan masyarakat. Selain itu
masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa zakat tidaklah penting.
C. Tokoh Agama
1. Nama : Muhammad Yasin
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Petani
Pertanyaan:
a. Apa yang anda ketahui tentang zakat, terutama zakat tambang pasir?
b. Siapa saja yang seharusnya mendapatkan zakat tersebut?
c. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap praktek pembayaran
zakat tambang pasir?
d. Bagaimana pandangan anda terhadap praktek pembayaran zakat
tambang pasir yang terjadi di masyarakat?
e. Apakah zakat yang dikeluarkan penambang pasir sudah sesuai dengan
hukum Islam?
Jawaban:
Melaksanakan zakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan,
apabila harta sudah memenuhi ketentuan dalam berzakat. Tetapi pada
kenyataannya masyarakat banyak yang belum melaksanakan zakat
apalagi zakat tambang pasir hal ini dikarenakan masih kurangnya
pemahaman terhadap zakat dan dalam pelaksanaannya masih banyak
kekeliruan yang belum sesuai dengan ketentuan hukum Isam.
D. Penambang Pasir
1. Nama : Abdul Majid
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Penambang Pasir
Pertanyaan:
a. Berapa lama anda melaksanakan usaha tambang pasir?
b. Berapa penghasilan tambang pasir dalam satu minggu (sekali operasi)?
c. Apakah anda membayar zakat?
d. Bagaimana pemahaman anda terhadap zakat tambang pasir?
e. Bagaimana pemahaman anda tentang kadar (besaran) zakat tambang
pasir yang harus dikeluarkan?
f. Kapan anda mengeluarkan zakat tambang pasir?
g. Apa penyebab (faktor) anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
h. Kemana sasaran anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
Jawaban:
Bapak Abdul Majid menggeluti pekerjaan ini sudah ada sekitar 6 tahun.
Beliau mengatakan jika dihitung-hitung dalam setahun kurang lebih
penghasian beliau ada Rp. 30.000.000. Menurut beliau melaksanakan zakat
hukumnya wajib apabila hrta yang dimiliki sudah mencapai batas untuk
berzakat. Namun untuk beliau pribadi masih bingung untuk masalah zakat
tambang pasir, karena yang dipahami zakat fitrah. Untuk itu beliau
melaksanakan zakat cara membantu orang-orang yang tidak mampu di
lingkungan sekitar, misalkan ada pembangunan masjid beliau membantu
dengan memberikan pasir secara cuma-cuma.
1. Nama : Bapak Dadang
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Penambang Pasir
Pertanyaan:
a. Berapa lama anda melaksanakan usaha tambang pasir?
b. Berapa penghasilan tambang pasir dalam satu minggu (sekali operasi)?
c. Apakah anda membayar zakat?
d. Bagaimana pemahaman anda terhadap zakat tambang pasir?
e. Bagaimana pemahaman anda tentang kadar (besaran) zakat tambang
pasir yang harus dikeluarkan?
f. Kapan anda mengeluarkan zakat tambang pasir?
g. Apa penyebab (faktor) anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
h. Kemana sasaran anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
Jawaban:
Bapak dadang mengatakan bahwa sudah 4 menggeluti pekerjaan
menambang pasir. Melaksanakan zakat hukumnya memang wajib bagi
setiap umat Islam yang mempunyai harta berlebih. Penghasilan bersih
menurut menuturan beliau dalan setahun jika dikalkulasikan ada kurang
lebih Rp. 60.000.000. Namun karena saya kurang mengertii dan
mamahami zakat tambang pasir, saya mengeluarkan zakat dengan cara
yang seperti biasanya yaitu memberikan bantuan apabila ada masjid atau
muhola yang melakukan renovasi, santunan kepada anak yatim, dan ke
tetangga atau saudara yang kurang mampu.
1. Nama : Bapak Marno
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Penambang Pasir
Pertanyaan:
a. Berapa lama anda melaksanakan usaha tambang pasir?
b. Berapa penghasilan tambang pasir dalam satu minggu (sekali operasi)?
c. Apakah anda membayar zakat?
d. Bagaimana pemahaman anda terhadap zakat tambang pasir?
e. Bagaimana pemahaman anda tentang kadar (besaran) zakat tambang
pasir yang harus dikeluarkan?
f. Kapan anda mengeluarkan zakat tambang pasir?
g. Apa penyebab (faktor) anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
h. Kemana sasaran anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
Jawaban:
Bapak Marno menggeluti pekerjaan menambang pasir sudah berjalan 5
tahun. Beliau mengatakan mengetahui akan kewajiban berzakat, namun
sebatas zakat fitrah. Kalau untuk hasil dari menambang, dalam setahun ada
kurang lebih Rp. 38.000.000 samapi Rp.40.000.000. Untuk masalah zakat
tamabng pasir beliau belum mengetahui, maka dari itu beliau belum
mengeluarkan zakat tambang pasir. Selain itu bagaimana cara membayar
zakat tambang pasir dan cara menghitungnya juga tidak tau.
1. Nama : Bapak Sugeng
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Penambang Pasir
Pertanyaan:
a. Berapa lama anda melaksanakan usaha tambang pasir?
b. Berapa penghasilan tambang pasir dalam satu minggu (sekali operasi)?
c. Apakah anda membayar zakat?
d. Bagaimana pemahaman anda terhadap zakat tambang pasir?
e. Bagaimana pemahaman anda tentang kadar (besaran) zakat tambang
pasir yang harus dikeluarkan?
f. Kapan anda mengeluarkan zakat tambang pasir?
g. Apa penyebab (faktor) anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
h. Kemana sasaran anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
Jawaban:
Bapak Sugeng mengatakan bahwa bekerja sebagai penambang pasir sudah
berjalan 4 tahun. Dalam setahun jika dihitung-hitung penghasilan beliau
kurang lebih Rp.43.000.000 namun beliau pun juga belum mengetahui dan
mengerti tentang kewajiban zakat tambang pasir. Selain itu beliau juga tidak
mengetahui bagaimana cara mengeluarkan zakat tambang pasir dan cara
menghitungnya.
1. Nama : Bapak Turmudi
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Pekerjaan : Penambang Pasir
Pertanyaan:
a. Berapa lama anda melaksanakan usaha tambang pasir?
b. Berapa penghasilan tambang pasir dalam satu minggu (sekali operasi)?
c. Apakah anda membayar zakat?
d. Bagaimana pemahaman anda terhadap zakat tambang pasir?
e. Bagaimana pemahaman anda tentang kadar (besaran) zakat tambang
pasir yang harus dikeluarkan?
f. Kapan anda mengeluarkan zakat tambang pasir?
g. Apa penyebab (faktor) anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
h. Kemana sasaran anda dalam mengeluarkan zakat tambang pasir?
Jawaban:
Bapak Turmudi menjelaskan, beliau menggeluti pekerjaan ini suadah ada 5
tahun. Beliau mengatakan bahwa hasil dari menambang pasir lumayan
menjanjikan dan jika dikalkulasikan dalam setahun beliau mendapat kurang
lebih Rp. 30.000.000 namun beliau juga belum mengeluarkan zakat hasil
tambang pasir dikarenakan belum mengetahui dan memahami zakat terlebih
zakat tambang pasir. Karena kurangnya pemahaman terlebih beliau hanya
lulusan SD.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 38 TAHUN 1999
TENTANGPENGELOLAAN ZAKAT
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa Republik Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya masing-masing;b. bahwa penunalan zakat mcrupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang mampu dan hasil, pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial bagi upaya mewujudkan,kesejahteraan masyarakat;c. bahwa zakat merupakan pranata keagamaaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu;d. bahwa upaya penyempurnaan sistem pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan , zakat lebih, berhasil guna dan berdaya guna serta pelaksanaan zakat dapat dipertanggungjawabkan;e. bahwa berdasarkan hal-hal.tersebut pada butir a, b, c, dan d, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat;
Mengingat :
1. Pasal 5, ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 29, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 945;2. Ketetapan Mejelis Permusyawaratan Rakyat Nomor X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara;3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 49, Tunbahan Lembaran Negara Nomor 3400);4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
M e m u t u s k a n :
Menetapkan :
UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunuan zakat 2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya;3. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.4. Mustahiq adalah orang atau badan yang, berhak menerima zakat.5. Agama adalah Agama Islam.6. Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang agama.
Pasal 2
Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yangdimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.
Pasal 3
Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan Kepada muzakki, mustahiq, dan amil zakat.
BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 4
Pengelolaan zakat berasaskan iman dan taqwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Pasal 5 Pengelolaan zakat bertujuan :1. meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama;2. meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;3. meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.
BAB III ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT Pasal 6
(1) Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah.(2) Pembentukan badan amil zakat : a. nasional oleh Presiden atas usul Menteri; b. daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah departemen agama propinsi; c. daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota atas usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota; d. kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan.(3) Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsulatif, dan informatif.(4) Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.(5) Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas, dan pelaksana.
Pasal 7
(1) Lembaga zakat dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah.(2) Lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi per- syaratan yang diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 8
Badan amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan lembaga amil zakatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.
Pasal 9
Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat dan lembaga amil zakat bertanggung jawab zakat bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatnya.
Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi dan tata kerja badan amilzakat ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Bab IV PENGUMPULAN ZAKAT Pasal 11
(1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah(2) Harta yang dikenai zakat adalah : a. emas, perak dan uang b. perdagangan dan perusahaan c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; d. hasil pertambangah; e. hasil peternakan; f hasil pendapatan dan jasa;
g. rikaz.(3) Penghitungan zakat mal menurut nishab, kadar, dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama.
Pasal 12
(1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki;(2) Badan amil zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki.
Pasal 13
jawab kepada pemerintah sesuai dengan selain zakat, seperti infaq, shadaqah,hibah, tingkatannya, wafat, waris, dan kafarat.
BAB IV PENGUMPULAN ZAKAT Pasal 11
(1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama.(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzakki dapat meminta bantuan kepada badan amil zakat atau badan amil zakat memberikan bantuan kepada muzakki untuk menghitungnya.(3) Zakat yang telah dibayarkan kepqda badan amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 15 Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat ditetapkandengan keputusan menteri.
BAB V PENDAYAGUNAAN ZAKAT Pasal 16
(1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama.(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.(3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri.
Pasal 17
Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 didayagunakan terutama untuk usaha yang
produktif.
BAB VI PENGAWASAN Pasal 18
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan amil zakat dilakukabn oleh unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam (3) Pasal 6 ayat (5)(2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.(3) Unsur pengawas berkedudukan di semua tingkatan badan amil zakat.(4) Dalam melakukan perneriksaan keuangan badan amil zakat, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.
Pasal 19
Badan amil zakat memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan tingkatannya.
Pasal 20
Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan badan amil zakat dan Lembaga amil zakat.
BAB VII S A N K S I Pasal 21
(1) Setiap pengelola zakat yang karena kelalainnya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 12, dan Pasal 13 dalam undang-undang ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) di atas meruPakan pelanggaran.(3) Setiap petugas badan amil zakat dan petugas lembaga amil zakat yang melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII KETENTUAN-KETENTUAN LAIN Pasal 22
Dalam hal muzakki berada atau menetap di luar negeri, pengumpulan zakatnya dilakukan oleh unit pengurnpul zakat pada perwakilan Republik Indonesia,yang selanjutnya diteruskan kepada badan amil zakat Nasional.
Pasal 23
Dalam menunjang pelaksanaan tugas baclan amil zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, pemerintah wajib membantu biaya operasional badan amil zakat.
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24
(1) Semua peraturan perundang-undangan yang . mengatur pengelolaan zakat masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.(2) Selambat-lambatnya dua tahun sejak diundangkannya undang-undang ini, setiap organisasi pengelolaan zakat yang telah ada wajib menyesuaikan menurut ketentuan Undang-undang ini.
BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 25
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Undang-undang iniDengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
M U L A D I
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 164
PENJELASANA T A S
UNDANG-UNDANG REPUBLIKNOMOR 38 TAHUN 1999
TENTANGPENGELOLAAN ZAKAT
Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan nasional negaraRepublik Indonesia yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, bangsa Indonesia senantiasa Melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materiil dan mental spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasanakehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,meningkatkan akhlak mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamissebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Guna mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain dengan menggali dan memanfaatkan dana melalui zakat. Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu untukmembayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang. baik, zakat merupakan sumber dana potensi al yang dimanfaatkanuntuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Agar menjadi sumber dana yang dimanfaatkan bagi kesejahtcraan masyarakatterutama untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial, perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam halini pemerintah berkewajiban memberikan pelindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dan pengelola zakat. Untuk maksud tersebut, perluadanya undang-undang tentang pengelolaan zakat yang berasaskan iman dan takwadalam rangka mewujudkan keadilan sosial, kemaslahatan, keterbukaan, dan kepastianhukum sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan pengelolaan zakat adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalampenunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewuJudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilansosial, serta meningkatkannya hasil guna dan daya guna zakat. Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan infaq,shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat dengan perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan, dan pengawasan agar menjadi pedoman bagi muzaki dan mustahiq, baikperseorangan maupun badan hukum dan/atau badan usaha. Untuk menjamin pengelolaan zakat sebagai amanah agama, dalam undang-undangini ditentukan adanya unsur pertimbangan dan unsur pengawas yang terdiri atas ulama, kaum cendekia, masyarakat, dan pemerintah serta adanya sanksi hukum terhadap pengelola. Dengan dibentuknya Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat diharapkan dapatditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam rangkamenyucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat derajat mustahiq, danmeningkatnya keprofesionalan pengelola zakat, yang semuanya untuk mendapatkanridha Allah SWT
PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2 Cukup jelas
Pasal 3 Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5 Cukup jelas
Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah.pusat dan pemerintah daerah.
Pemerintah pusat, membentuk badan amil zakat Nasional, yang berkedudukan di ibu kota Negara.
Pemerintah daerah membentuk badan amil zakat daerah yang berkedudukan di ibu kota propinsi, kabupaten atau kota dan.kecamatan
ayat (2) huruf a cukup jelas
huruf b cukup jelas
huruf c cukup jelas
huruf d Badan amil zakat kecamatan dapat membentuk unit pengumpul zakat di desa atau di kelurahan.
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Yang dimaksud dengan masyarakat ialah ulama, kaum cendekia, dan tokoh masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan memenuhi persyaratan. tertentu, antara lain, memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan berintegritas tinggi
ayat (5) Unsur pertimbangan dan unsur pengawas terdiri atas para ulama, kaum cendekia, tokoh masyarakat, dan wakil Pemerintah.
Unsur pelaksana terdiri atas unit administrasi, unit pengumpul, unit pendistribusi, dan unit lain sesuai dengan kebutuhan.
Untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat, dapat dibentuk unit pengumpul zakat sesuai dengan kebutuhan di instansi Pemerintah dan swasta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Pasal 7 Ayat (1) 1embaga amil zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang Sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat, dan oleh masyarakat.
Ayat (2) Lembaga amil zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat.
Ayat (2), Cukup.jelas
Pasal 8 Agar.tugas pokok dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna, badan amil zakat perlu melakukan tugas lain seperti" penyuluhan, dan pemantauan.
Pasal 9 Cukup jelas
Pasal 10 Cukup jelas
Pasal 11 Ayat (1) Zakat mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki o1eh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan, kepada yang berhak menerimanya. Zakat fitrah adalah sejumlah, bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada Bulan Ramadhan oleh setiap orang, muslim bagi dirinya dan bagi orang yang Ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada hari Raya Idul Fitri.
Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Kadar zakat adalah besarnya penghitungan atau persentase zakat yang harus dikeluarkan.
Waktu zakat dapat terdiri atas haul atau masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan Qomariah, tahun Qomariah, panen, atau pada saat menemukan rikaz.
Pasal 12 Ayat (1) Dalam.melaksanakan tugasnya, badan amil zakat harus bersikap proaktif melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi. Ayat,(2) .Yang dimaksud dengan bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat adalah memberikan kewenangan kepada bank berdasarkan persetujuan nasabah selaku muzakki untuk memungut zakat harta simpanan muzakki yang kemudian diserahkan kepada badan amil zakat.
Pasal 13 Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan : infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan, di luar zakat, untuk kemaslahatan umum;
shadaqah adalah harta, yang dikeluarkan, seorang muslim atau, badan yang dimiliki oleh orang muslim, di luar zakat, untuk kemaslahatan Umum; hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seorang atau oleh badan yang dilaksanakan,pada waktu orang itu, hidup kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat;
wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada badan amil zakat atau lembaga arnil zakat; pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat meninggal dunia dan sesudah diselesaikan penguburannya dan pelunasan utang-utangnya, jika ada; waris adalah."harta tinggalan seorang yang beragama Islam, yang diserahkan . kepada badan amil zakat atau, lembaga amil zakat berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; Kafarat adalah denda wajib yang dibayar kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat oleh orang yang melanggar ketentuan agama.
Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Pengurangan zakat dari laba/pepdapatan sisa kena pajak dimaksudkan agar wajib pajak.tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak kesadaran membayar zakat dapat memacu kesadaran membayar, pajak.
Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Mustahiq delapan ashnaf ialah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnussabil, yang di dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi seperti anak yatim, orang jompo, Penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar, dan korban bencana alam. Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 17 Pendayagunaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat diutamakan untuk usaha yang produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengadministrasian keuangannya dipisahkan dari pengadministrasian keuangan zakat.
Pasal 18 Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 19 Cukup jelas
Pasal 20 Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk : a. memperoleh informasi tentang pengelolaan zakat yang dikelola oleh badan amil zakat dan lembaga amil zakat; b. menyampaikan saran dan pendapat kepada badan ami1 zakat dan lembaga amil zakat; c. memberikan laporan atas terjadinya penyimpangan pengelolaan zakat.
Pasal 21 Cukup jelas
Pasal 22 Cukup jelas
Pasal 23 Cukup jelas
Pasal 24 Ayat (1) .Selama ini ketentuan tentang pengelolaan zakat diatur dengan keputusan dan instruksi menteri. Keputusan tersebut adalah Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 dan 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah diikuti dengan Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan Teknis Badan Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1998 tentang Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 25 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3885
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu;
b. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat Islam;
c. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat;
d. bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat;
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Dan
PRESIDEN
MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
3. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
4. Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
5. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.
6. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.
7. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
8. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
9. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat.
10. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
11. Hak Amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat dimanfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan zakat sesuai syariat Islam.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama.
Pasal 2
Pengelolaan zakat berasaskan:
a. syariat Islam; b. amanah; c. kemanfaatan; d. keadilan; e. kepastian hukum; f. terintegrasi; dan g. akuntabilitas.
Pasal 3
Pengelolaan zakat bertujuan:
a. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Pasal 4
(1) Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.
(2) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. emas, perak, dan logam mulia lainnya;
b. uang dan surat berharga lainnya;
c. perniagaan;
d. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
e. peternakan dan perikanan:
f. pertambangan;
g. perindustrian;
h. pendapatan dan jasa; dan
i. rikaz.
(3) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan usaha.
(4) Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB II BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAS.
(2) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibu kota negara.
(3) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.
Pasal 6
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan
d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat bekerja sama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Bagian Kedua Keanggotaan
Pasal 8
(1) BAZNAS terdiri atas 11 (sebelas) orang anggota.
(2) Keanggotaan BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 8 (delapan) orang dari unsur masyarakat dan 3 (tiga) orang dari unsur pemerintah.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur ulama, tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam.
(4) Unsur pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditunjuk dari kementerian/ instansi yang berkaitan dengan pengelolaan zakat.
(5) BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua.
Pasal 9
Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 10
(1) Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri.
(2) Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat oleh Presiden atas usul Menteri setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
(3) Ketua dan wakil ketua BAZNAS dipilih oleh anggota.
Pasal 11
Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 paling sedikit harus:
a. warga negara Indonesia; b. beragama Islam; c. bertakwa kepada Allah SWT; d. berakhlak mulia; e. berusia minimal 40 (empat puluh) tahun; f. sehat jasmani dan rohani; g. tidak menjadi anggota partai politik; h. memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; dan i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.
Pasal 12
Anggota BAZNAS diberhentikan apabila:
a. meninggal dunia;
b. habis masa jabatan;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus; atau
e. tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota.
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai, tata cara pengangkatan dan pemberhentian anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibantu oleh sekretariat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja sekretariat BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota
Pasal 15
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota.
(2) BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.
(3) BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.
(4) Dalam hal gubernur atau bupati/walikota tidak mengusulkan pembentukan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat membentuk BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.
(5) BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau kabupaten/kota masing-masing.
Pasal 16
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Lembaga Amil Zakat
Pasal 17
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ.
Pasal 18
(1) Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:
a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;
b. berbentuk lembaga berbadan hukum;
c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
d. memiliki pengawas syariat;
e. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya;
f. bersifat nirlaba;
g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan
h. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
Pasal 19
LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.
Pasal 20
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan organisasi, mekanisme perizinan, pembentukan perwakilan, pelaporan, dan pertanggungjawaban LAZ diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB III
PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN, PENDAYAGUNAAN, DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu Pengumpulan
Pasal 21
(1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya.
(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.
Pasal 22
Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak.
Pasal 23
(1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap muzaki.
(2) Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
Pasal 24
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua Pendistribusian
Pasal 25
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.
Pasal 26
Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.
Bagian Ketiga Pendayagunaan
Pasal 27
(1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.
(2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Keempat
Pengelolaan Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya
Pasal 28
(1) Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.
(2) Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi.
(3) Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya harus dicatat dalam pembukuan tersendiri.
Bagian Kelima Pelaporan
Pasal 29
(1) BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.
(2) BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
(3) LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
(4) BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada Menteri secara berkala.
(5) Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak atau media elektronik.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan BAZNAS kabupaten/kota, BAZNAS provinsi, LAZ, dan BAZNAS diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 30
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil.
Pasal 31
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil.
(2) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 32
LAZ dapat menggunakan Hak Amil untuk membiayai kegiatan operasional.
Pasal 33
(1) Pembiayaan BAZNAS dan penggunaan Hak Amil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31 ayat (1), dan Pasal 32 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 34
(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ.
(2) Gubernur dan bupati/walikota melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi fasilitasi, sosialisasi, dan edukasi.
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 35
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS dan LAZ.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka:
a. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakat melalui BAZNAS dan LAZ; dan
b. memberikan saran untuk peningkatan kinerja BAZNAS dan LAZ.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk:
a. akses terhadap informasi tentang pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ; dan
b. penyampaian informasi apabila terjadi penyimpangan dalam pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ.
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 36
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 23 ayat (1), Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 29 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan; dan/atau
c. pencabutan izin.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
LARANGAN
Pasal 37
Setiap orang dilarang melakukan tindakan memiliki, menjaminkan, menghibahkan, menjual, dan/atau mengalihkan zakat, infak, sedekah, dan/atau dana sosial keagamaan lainnya yang ada dalam pengelolaannya.
Pasal 38
Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.
BAB IX KETENTUAN PIDANA
Pasal 39
Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidak melakukan pendistribusian zakat sesuai dengan ketentuan Pasal 25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 40
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 41
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 42
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 40 merupakan kejahatan.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 merupakan pelanggaran.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
(1) Badan Amil Zakat Nasional yang telah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS berdasarkan Undang-Undang ini sampai terbentuknya BAZNAS yang baru sesuai dengan Undang-Undang ini.
(2) Badan Amil Zakat Daerah Provinsi dan Badan Amil Zakat Daerah kabupaten/kota yang telah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku tetap menjalankan tugas dan fungsi sebagai BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota sampai terbentuknya kepengurusan baru berdasarkan Undang-Undang ini.
(3) LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum Undang-Undang ini berlaku dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan Undang-Undang ini.
(4) LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menyesuaikan diri paling lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-undangan tentang Pengelolaan Zakat dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 45
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 46
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 47
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 25 November 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 November 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 115
PENJELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT
I. UMUM
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Penunaian zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat Islam. Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan.
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.
Selama ini pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti. Pengelolaan zakat yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan.
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam. Pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.
Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan tersendiri.
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas.
Pasal 2
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b Yang dimaksud dengan asas "amanah" adalah pengelola zakat harus dapat dipercaya.
Huruf c Yang dimaksud dengan asas "kemanfaatan" adalah pengelolaan zakat dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik.
Huruf d Yang dimaksud dengan asas "keadilan" adalah pengelolaan zakat dalam pendistribusiannya dilakukan secara adil.
Huruf e Yang dimaksud dengan asas "kepastian hukum" adalah dalam pengelolaan zakat terdapat jaminan kepastian hukum bagi mustahik dan muzaki.
Huruf f Yang dimaksud dengan asas "terintegrasi" adalah pengelolaan zakat dilaksanakan secara hierarkis dalam upaya meningkatkan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Huruf g Yang dimaksud dengan asas "akuntabilitas" adalah pengelolaan zakat dapat dipertanggungjawabkan dan diakses oleh masyarakat.
Pasal 3
Cukup jelas. Pasal 4
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Huruf a
Cukup jelas. Huruf b
Cukup jelas Huruf c
Cukup jelas. Huruf d
Cukup jelas. Huruf e
Cukup jelas. Huruf f
Cukup jelas. Huruf g
Cukup jelas. Huruf h
Cukup jelas. Huruf i
Yang dimaksud dengan "rikaz" adalah harta temuan. Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "badan usaha" adalah badan usaha yang dimiliki umat Islam yang meliputi badan usaha yang tidak berbadan hukum seperti firma dan yang berbadan hukum seperti perseroan terbatas.
Ayat (4)
Cukup jelas. Ayat (5)
Cukup jelas. Pasal 5
Cukup jelas. Pasal 6
Cukup jelas. Pasal 7
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Yang dimaksud dengan "pihak terkait" antara lain kementerian, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau lembaga luar negeri.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas. Pasal 9
Cukup jelas. Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 11
Cukup jelas. Pasal 12
Cukup jelas. Pasal 13
Cukup jelas. Pasal 14
Cukup jelas. Pasal 15
Ayat (1) Di Provinsi Aceh, penyebutan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota dapat menggunakan istilah baitul mal.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1) Yang dimaksud "tempat lainnya" antara lain masjid dan majelis taklim.
Ayat (2) Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas. Pasal 18
Cukup jelas. Pasal 19
Cukup jelas. Pasal 20
Cukup jelas. Pasal 21
Cukup jelas. Pasal 22
Cukup jelas. Pasal 23
Cukup jelas. Pasal 24
Cukup jelas. Pasal 25
Cukup jelas. Pasal 26
Cukup jelas. Pasal 27
Ayat (1) Yang dimaksud dengan "usaha produktif" adalah usaha yang mampu meningkatkan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan masyarakat. Yang dimaksud dengan "peningkatan kualitas umat" adalah peningkatan sumber daya manusia.
Ayat (2) Kebutuhan dasar mustahik meliputi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas. Pasal 29
Cukup jelas. Pasal 30
Cukup jelas. Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Cukup jelas. Pasal 34
Cukup jelas. Pasal 35
Cukup jelas. Pasal 36
Cukup jelas. Pasal 37
Cukup jelas. Pasal 38
Cukup jelas. Pasal 39
Cukup jelas. Pasal 40
Cukup jelas. Pasal 41
Cukup jelas. Pasal 42
Cukup jelas. Pasal 43
Cukup jelas. Pasal 44
Cukup jelas. Pasal 45
Cukup jelas. Pasal 46
Cukup jelas. Pasal 47
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5255