pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

76
Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di kantor wilayah direktorat jenderal pajak jawa tengah ii Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Sudarmo Priyo Sarjono NIM . E.1103154 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Upload: ngonhu

Post on 13-Jan-2017

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

kantor wilayah direktorat jenderal pajak jawa tengah ii

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

Sudarmo Priyo Sarjono

NIM . E.1103154

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

Page 2: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

ii

PERSETUJUAN

Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan

Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dosen Pembimbing Skripsi

Pembimbing

Waluyo, S.H. MSi.

NIP. 132092854

Page 3: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

iii

PENGESAHAN

Penulisan Hukum (skripsi) ini telah diterima dan dipertahankan oleh

Dewan Penguji Penulisan Hukum (skripsi) Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 05 Juni 2008

DEWAN PENGUJI

(1) ............................................................ ( Wasis Sugandha, S.H. M.H ) Ketua

(2) ............................................................ ( Wida Astuti, S.H. M.H ) Sekretaris

(3) ............................................................ ( Waluyo, S.H. MSi ) Anggota

Mengetahui :

Dekan

( Moh. Jamin, S.H., M.Hum)

NIP. 131 570 154

Page 4: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

iv

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah

urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada Allah kamu berharap”.

(Q.S. Alam Nasyrah:6-8)

”Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (sekalian

makhluk). Dia menciptakan manusia dari sebuku darah beku. Bacalah, dan

Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan.

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

(Al-Alaq: 1-5)

“Maka sesiapa yang Allah kehendaki untuk memberi hidayah petunjuk kepadanya,

niscaya Dia melapangkan dadanya (membuka hatinya) untuk menerima Islam”.

(Al-An'am: 125)

Capailah angan-angan dan cita-cita dengan kerendahan hati dan berusaha segigh

mungkin, karena dengan itu semua akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang

kita inginkan.

( Penulis )

Tidak ada kata terlambat untuk menuju kesuksesan, karena kesuksesan itu datang

dari diri kita sendiri .

( Penulis )

Page 5: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati karya kecil ini hendak penulis persembahkan

kepada :

· Bapak Indra Pribadi dan mama Retno Setyaningih, terima kasih atas segala

kasih dan sayang, doa yang tulus, nasehat, dan restunya. Saya akan selalu

berjalan di jalan itu.

· Adikku Radina Rengganis, terima kasih atas segala bantuan yang telah

diberikan dalam proses sekripsi ini.

· Sahabat kecilku di Bekasi ( Kuro, Mamet, Budi, Yogi, Icha, Puput, Anis,

Momo ) semoga persahabatan kita dapat jalan terus..

· Untuk yang ada di dalam hati ( N. Ira Andriani S.E.) terima kasih atas semua

yang diberikan baik semangat, dukungan serta doanya.

· Saudara-saudaraku di solo: Jerry , Anto, Zen, Dika, Anggono, Adam, Toyo,

Putri, Oli, Bendot, Agus Prasetyo, Dahono Utomo, Anwar Suhadda dan untuk

kamu se Indonesia.

· Keluarga Stefanus Adriyanto, terima kasih karena sering memberikan

makanan di saat tanggal tua.

· Untuk teman-teman di Fakultas Hukum UNS.

· Untuk almamaterku yang berwarna biru telor asin.

· Untuk pembaca yang budiman.

.

Page 6: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat serta karunia dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum ini dengan baik.

Penulisan hukum merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh

dalam rangkaian kurikulum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap

mahasiswa Fakultas Hukum dalam menempuh jenjang kesarjanaan S1.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini tidak luput dari

kekurangan, baik dari segi materi yang disajikan maupun dari segi analisisnya.

Namun penulis berharap bahwa penulisan hukum ini mampu memberikan manfaat

baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

tulus kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah

memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Waluyo, S.H. MSi selaku Pembimbing penulisan skripsi yang telah

menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan

bagi tersusunnya skripsi ini.

3. Bapak Teguh Santoso, S.H. M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan Fakultas Hukum UNS.

5. KANWIL Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II khususnya Kepala Kanwil,

Ibu Luna, Bapak Sigit, Bapak Tigor dan Bapak Satpam KANWIL DJP yang telah

memberikan data dan informasi kepada penulis selama mengadakan penelitian.

6. Keluargaku (Bapak Indra Pribadi, Ibu Retno Setyaningsih, Dina) untuk semangat

dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

7. Untuk N. Ira Andriani S.E. terima kasih untuk semangatnya.

8. Sahabat baikku Agusta Widianto yang selama ini selalu menemaniku dan

memberikan semangat dan dukungan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

vii

9. Buat teman-teman seperjuanganku angkatan 2003 ( Icha, Debby, Intan ws,

Tuntas, mbak Prapti, Deny, Kris, Naryo, Widyo, Rony).

10. Teman-teman angkatan 2003 lainnya yang telah memberikan warna baru dalam

hidupku.

11. Buat teman-temanku di Perumnas Wonorejo yang sangat membantuku dalam

segala kesulitan dan kesenangan.

Semoga amal budi baik yang disumbangkan kepada penulis dalam

penyusunan penulisan hukum ini mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari

sempurna, mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan

lapang dada penulis ingin mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan hukum ini.

Akhir kata semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi kita semua

serta ilmu pengetahuan hukum.

Surakarta, 23 Mei 2008

Penulis

Page 8: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

HALAMAN MOTTO................................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI.............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xii

ABSTRAK................................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Perumusan Masalah .......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

E. Metode Penelitian.............................................................................. 8

F. Sistematika Skripsi............................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 15

A. Kerangka Teori.................................................................................. 15

1. Tinjauan Umum Tentang Hukum Administrasi Negara..............

a. Pengertian Umum Tentang Hukum Administrasi Negara ..... 15

2. Tinjauan Umum Tentang Ketentuan Umum dan Dasar-Dasar

Perpajakan.................................................................................... 17

a. Dasar-Dasar Perpajakan……………………………………. 17

b. Teori-Teori Pemungutan Pajak……………………………… 18

c. Kedudukan Hukum Pajak…………………………………… 19

d. Hukum Pajak Formil dan Materil…………………………… 20

e. Pengelompokan Pajak………………………………………. 20

f. Tata Cara Pemungutan Pajak………………………………… 21

Page 9: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

ix

g. Hambatan-Hambatan Pemungutan Pajak……………………. 23

h. Tarif Pajak……………………………………………………. 24

i. Ketentuan Umun dan Tata Cara Perpajakan…………………. 25

j. Nomor Pokok Wajib Pajak…………………………………… 26

k. Surat Pemberitahuan…………………………………………. 27

l. Surat Ketetapan Pajak……………………………………….. 28

3. Tinjauan Tentang Pajak Bumi dan Bangunan............................... 29

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan...................................... 29

b. Obyek Pajak Bumi dan Bangunan............................................ 30

c. Klasifikasi Obyek Pajak............................................................ 31

d. Obyek Pajak Yang Tidak Terkena PBB.................................. 31

e. Subyek Pajak dan Wajib Pajak................................................. 32

f. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak............................... 33

g. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan.............................................. 33

h. Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.......................... 33

i. Cara Perhitungan PBB.............................................................. 34

j. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak, Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang, Surat Ketetapan Pajak............................................... 34

k. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan...................................... 36

l. Batas Waktu Pembayatan Pajak Bagi Wajib Pajak................... 38

m. Pengurangan Bagi Wajib Pajak................................................. 38

n. Keberatan dan Banding............................................................. 40

o. Sanksi Bagi Wajib Pajak........................................................... 43

4. Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Hukum............................... 45

a. Difinisi Hukum.......................................................................... 45

b. Efektivitas Hukum.................................................................... 48

B. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 49

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 51

A Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………………… 51

1. Sejarah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah

II...................................................................................................... 51

Page 10: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

x

a. Letak Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak........................................................... 53

b. Stuktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Jawa Tengah II........................................................................... 54

c. Tugas, Pokok dan Fungsi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak.......................................................................................... 60

B Pelaksanaan Pengajuan Kebaratan Atas Pajak Bumi dan Bangunan di

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II................... 62

1. Dasar Hukum Pelaksanaan Pengajuan

Keberatan........................................................... .......................... 62

2. Prosedur Pengajuan Keberatan di Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II......................................................... 63

3. Pelaksanaan Pengajuan Keberatan di Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II......................................................... 64

4. Hambatan-Hambatan Yang Dialami Dalam Proses Keberatan di

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II............. 72

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 75

A. Kesimpulan ....................................................................................... 75

B. Saran-Saran ....................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Model Analisis Interaktif ............................................................. 13

Gambar 2 : Bagan Keberatan dan Banding................................................................ 43

Gambar 3 : Bagan Kerangka Pemikiran .................................................................... 49

Gambar 4 : Bagan Struktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Jawa Tengah II......................................................................................... 54

Gambar 5 : Alur Cara Penyelesaian Permohonan Kebaratan PBB............................ 71

Page 12: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Ijin Penelitian.

Lampiran II. Surat Keterangan Penelitian.

Lampiran III. Kep- Nomor 59/PJ./2000.

Lampiran IV. Berkas Pengajuan Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.

Lampiran V. Putusan Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.

Page 13: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

xiii

ABSTRAK

SUDARMO PRIYO SARJONO, 2008. PELAKSANAAN PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA TENGAH II (Studi Kasus Di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II). Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II. Untuk mengetahui Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan dan sekaligus solusinya.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris atau non doktrinal yang bersifat deskriptif. Lokasi penelitian di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang terletak di jalan MT Haryono No. 5 Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data utama, sedangkan data sekunder digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, kuisioner dan penelitian kepustakaan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dengan model interaktif data.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa Pelaksanaan Pengajuan Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, hal ini dapat dibuktikan dengan : Proses pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II telah di laksanakan dengan peraturan yang berlaku yaitu : Undang-undang Nomor 12 Tahun jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 59/PJ/.2000 Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan. Hal ini berguna untuk menjamin kepastian hukum bagi Wajib Pajak yang hendak mengajukan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan. Sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam Proses pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh Kantor dan Wajib Pajak.

Dalam pelaksanaan pelaksanaan pengajuan keberatan atas Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II timbul hambatan-hambatan yang dialami antara lain : Wajib pajak yang tidak kooperatif, , Administrasi surat tidak ada, Saat pengajuan wajib pajak tidak tahu jangka waktu/batas waktu pengajuan keberatan, Jika melalui pos sering terjadi keterlambatan waktu penyampaian dikantor. Solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah : Wajib pajak yang tidak koperatif diberitahukan oleh pihak kantor sebagaimana mestinya, Jika administrasi surat tidak lengkap, maka petugas pajak melakukan pengukuran langsung ke obyek lokasi berada., jika bisa membuktikan SPPT atau SKP itu telah diterima dala waktu 3 bulan, maka keberatan dapat diterima, jika disahkan atau ditandatangani oleh Kelurahan atau Kepala Desa yang bersangkutan.

Page 14: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

15

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori.

1 Tinjauan Umum Tentang Hukum Administrasi Negara

a. Pengertian Tentang Hukum Administrasi Negara

Kata Administrasi Negara berasal dari bahasa latin ”

Administrade ” yang berarti ”besturing” atau pemerintahan. Dalam

kamus besar bahasa Indonesia, administasi dapat diartikan sebagai

berikut:

1) Usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta

penetapan cara – cara penyelenggaraan pembinaan organisasi.

2) Usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyenggaraan

kebijaksanaan serta mencapai tujuan.

3) Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah.

4) Kegiatan kantor dan tata usaha ( Ridwan HR, 2006 : 25).

Hukum Administrasi Negara ( Hukum Pemerintah)

menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan

memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan tugas

mereka yang khusus ( E Utrecht, 1986 : 8).

Menurut Prof. Mr. G. J. Wiarda hukum administrasi

mempelajari hanya sebagian saja dari lapangan ”bestuur” yaitu

bagian tentang ” rechtsregels”, ”rechtsvormenn” dan ”rech

beginselen” yang menyenggarakan turut serta pemerintahan dalam

pergaulan sosial ekonomi yang harus disalurkan menurut sistem

tertentu. Sistem itu terdiri atas petunjuk yaitu kaidah hukum

tersebut mengatur hubungan alat-alat pemerintahan dengan

Page 15: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

16

16

individu dalam masyarakat, demikian juga hubungan-hubungan

antar masing-masing alat pemerintahan satu terhadap yang lain.

A.M. Donner berpendapat bahwa Hukum Administrasi

Negara adalah keseluruhan hukum yang berkaitan dengan

administrasi, pemerintah, dan pemerintahan. Secara global

dikatakan, Hukum Administrasi Negara merupakan instrument

yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk secara aktif terlibat

dalam kehidupan masyarakat, dan disisi lain Hukum Administtrasi

Negara merupakan hukum yang dapat digunakan oleh anggota

masyarakat untuk memperoleh dan mempengruhi dan memperoleh

perlindungan dari pemerintah. Jadi hukum administrasi negara

mengenai aktivitas pemerintahan.

C.N.J. Verstenden menyebutkan bahwa secara garis besar

Hukum Administrasi Negara meliputi bidang pengaturan antara

lain :

1) Pengaturan mengenai penegakan ketertiban dan

keamanan, dan kesopanan,dengan menggunakan aturan

bagi warga negara yang ditegakkan dan ditentukan lebih

lanjut oleh pemerintah.

2) Pengaturan yang ditujukan untuk memberikan jaminan

sosial bagi masyarakat.

3) Peraturan-peraturan mengenai tata ruang yang ditetapkan

pemerintah

4) Peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas

pemeliharaan dari pemerintah termasuk bantuan terhadap

aktivitas swasta dalam rangka pelayanan umum.

5) Peraturan yang berkaitan dengan pemungutan pajak.

6) Peraturan mengenai perlindungan hak dan kepentingan

warga negara terhadap pemerintah.

Page 16: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

17

17

7) Peraturan yang berkaitan dengan penegakan hukum

administrasi.

8) Peraturan mengenai mengenai organ pemerintah yang

lebih tinggi terhadap organ yang lebih rendah.

9) Peraturan mengenai kedudukan hukum pegawai

pemerintahan (Ridwan HR, 2006 : 41 ).

2 Tinjauan Tentang Ketentuan Umum dan Dasar-Dasar

Perpajakan

a. Dasar –Dasar Perpajakan.

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr.Rochmat

Soemitro, SH: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak

mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat

ditujukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum (Prof. Dr. Mardiasmo, MBA.,Ak, 2003 : 1).

Ada dua fungsi dalam pajak :

1) Fungsi budgetair : Pajak sebagai sumber dana bagi

pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

2) Fungsi mengatur (regulerend) : Pajak sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebujaksanaan pemerintah

dalam bidang sosial dan ekonomi (Prof. Dr. Mardiasmo,

MBA.,Ak, 2003 : 1).

Agar pemungutan pajak tidak mengalami hambatan atau

perlawanan, maka pemungtan pajak harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

1) Pemungutan pajak harus adil ( syarat keadilan ) sesuai

dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan undang-

undang pelaksanan harus adil.

Page 17: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

18

18

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (

syarat yuridis ) di Indonesia pajak diatur dalam UUD

1945 Pasal 23 ayat ( 2 ). Hal ini tidak boleh memberikan

jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi

negara maupun warganya.

3) Tidak mengganggu perekonomian ( syarat ekonomis )

pemungutan tidak mengganggu kelancaran kegiatan

produksi perdagangan, sehingga tidak menimbulkan

kelesuan perekonomian masyarakat.

4) Pemungutan pajak harus efisien ( syarat finansill ) sesuai

fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat

ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutanya.

5) Sistem pemungutan pajak harus sederhanakan

memudahkan mendorong masyarakat dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh

undang-undang perpajakan yang baru (Prof. Dr.

Mardiasmo, MBA.,Ak, 2003 : 2).

b. Macam-macam teori yang dapat mendukung pemungutan pajak

antara lain:

1) Teori Asuransi : Negara melindungi keselamatan jiwa,

harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu

rakyat harus membayar pajak yang di ibaratkan sebagai

suatu premi asuransi kerena memperoleh jaminan

perlindungan tersebut.

2) Teori Kepentingan : Pembagian beban pajak kepada

rakyat didasarkan pada kepentingan masing-masing

orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap

negar, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

Page 18: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

19

19

3) Teori Daya Pikul : Beban pajak untuk semua orang harus

sama besarnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan

daya pikul masing-masing orang.

4) Teori Bakti : Dasar keadilan pemungutan pajak terletak

pada hubungan rakyat dengan negaranya.

5) Teori Asas Daya Beli : Dasar keadilan terletak pada

akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak

berati menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat

untuk rumah tangga negara (Prof. Dr. Mardiasmo,

MBA.,Ak, 2003 : 3).

c. Kedudukan Hukum Pajak

Menurut Prof. Dr Soemitro SH., Hukum pajak mempunyai

kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut:

1) Hukum Perdata mengatur hubunagn antara satu individu

dengan individu lainya.

2) Hukum publik mengatur hubungan antara pemerintah

dengan rakyatnya. Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai

berikut :

a) Hukum Tata Negara.

b) Hukum Tata Usaha ( Hukum Administrasi ).

c) Hukum Pajak.

d) Hukum Pidana (Prof. Dr. Mardiasmo, MBA.,Ak,

2003 : 4).

Page 19: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

20

20

d. Hukum Pajak Materil dan Hukum Pajak Formil

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku

pemungut pajak dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua

macam Hukum Pajak yakni :

1) Hukum Pajak Materil : Memuat norma-norma yang

menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang

dikenai pajak ( obyek pajak ), siapa yang dikenakan pajak

( subyek pajak ), berapa besar pajak yang dikenakan (

tarif ), segala sesuatu yang timbul dan hapusnya utang

pajak, dan hubunganya antara pemerintah dengan wajib

pajak.

2) Hukum Pajak Formil : Memuat bentuk atau tata cara

untuk mewujudkan hukum materil menjadi kenyataan (

cara melaksanakan hukum pajak meteril ) (Prof. Dr.

Mardiasmo, MBA.,Ak, 2003 : 5).

e. Pengelompokan pajak

1) Menurut golongannya

a) Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri

oleh wajip pajak dan tidak dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain.

b) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya

dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang

lain.

Page 20: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

21

21

2) Menurut sifatnya

a) Pajak subyektif yaitu pajak yang berpangkal atau

berdasarkan pada subyeknya, dalam arti melihat pada

si wajib pajaknya.

b) Pajak obyektif yaitu pajak yang berpangkal pada

obyeknya, tanpa memperhatikan diri keadaan dari si

wajib pajak.

3) Menurut lembaga pemungutnya

a) Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai

rumah tangga negara.

b) Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh

pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai

rumah tangga daerah (Prof. Dr. Mardiasmo,

MBA.,Ak, 2003 : 6).

f. Tata cara Pemungutan pajak

1) Stelsel pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga

stelsel :

a) Stelsel nyata ( riel stelsel )

Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (

penghasilan yang nyata ) sehingga pemungutanya baru

dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah

penghasilan sesungguhnya telah diketahui.

b) Stelsel anggapan ( fictieve stelsel )

Page 21: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

22

22

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan

yang diatur oleh undang-undang. Misalnya penghasilan

satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya.

c) Stelsel campuran

Stelsel ini adalah campuran dari stelsel nyata dengan

stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung

berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun

besar pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya

(Prof. Dr. Mardiasmo, MBA.,Ak, 2003 : 6-7).

2) Asas pemungutan pajak.

a) Asas domisili ( asas tempat tinggal )

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh

penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal

diwilayahnya, baik penghasilan yang berada di dalam

maupun dari luar negeri.

b) Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan

yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat

tinggal wajib pajak.

c) Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan

suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia

dikenakan pada tiap orang yang bukan berkebangsaan

Indonesia yang bertempat tinggal di indonesia (Prof.. Dr.

Mardiasmo., Ak, 2003 : 7).

Page 22: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

23

23

3) Sistem pemugutan pajak

a) Official Assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah ( fiksus ) untuk menentukan

besarnya pajak yang tertuang oleh wajib pajak.

b) Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungtan pajak yang

memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan sendiri besar pajak yang tertuang.

c) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ke 3 ( bukan fiksus dan bukan

wajib pajak yang bersangkutan ) untuk menentukan pajak

yang tertentu. Contohnya : Consultan Pajak (orang yang

ahli dalam bidang perpajakan) ( Prof. Dr. Mardiasmo,

MBA.,Ak. 2003 : 8).

g. Hambatan-Hambatan Pemungutan Pajak

Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokan

menjadi dua yakni :

1) Perlawanan pasif

Masyarakat enggan ( pasif ) membayar pajak, disebabkan

antara lain :

a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.

b) Sistem perpajakan yang sulit dipahami masyarakat.

c) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau

dilaksanakan dengan baik.

Page 23: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

24

24

2) Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan

secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk

menghindari pajak, Bentuknya antara lain :

a) Tax Avoidance : usaha meringankan beban pajak

dengan tidak melanggar undang-undang.

b) Tax Evasion : usaha meringankan beban pajak dengan

cara melanggar undang-undang (Prof.. Dr.

Mardiasmo., Ak, 2003 : 8-9).

h. Tarif pajak

Didalam perpajakan ada 4 (empat) macam tarif pajak yaitu:

1) Tarif Sebanding/Proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapun

jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang

tertuang sebanding terhadap besarnya nilai yang dipajak.

2) Tarif Tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap beberapapun

jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak tertuang

tetap.

3) Tarif Progresif

Persentase yang digunakan semakin besar bila jumlah

yang dikenai pajak semakin besar.

4) Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila

jumlah yang dikenakan pajak semakin besar (Prof.. Dr.

Mardiasmo., Ak, 2003 : 9-10)

Page 24: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

25

25

i. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan .

Dasar hukum yang digunakan dalam Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sekarang ini adalah Undang-Undang No. 6

Tahun1983, Sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang

No. 16 tahun 2000, kemudian diubah menjadi Undang-Undang

No. 28 Tahun 2007 berlaku sekarang (Prof.. Dr. Mardiasmo., Ak,

2003 : 12).

Dalam pembahasan Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan akan dijumpai pengertian dan istilah yang sudah baku.

Pengertian atau istilah itu antara lain :

1) Wajib Pajak ( WP ) : Orang pribadi atau badan yang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau

pemotongan pajak tertentu.

2) Badan adalah : Sekumpulan atau modal merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha atau tidak

melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainya, BUMN atau

BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,

kongsi, koperasi,dana pensiun, perkumpulan, persekutuan

dan bentuk dalam lainya.

3) Masa pajak adalah : Jangka waktu yang lamanya sama

dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang

ditetapkan oleh Keputusan Menteri Keuangan paling

lama tiga bulan takwim.

4) Tahun pajak adalah : Jangka waktu satu tahun takwim

kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang

tidak sama dengan tahun takwim.

Page 25: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

26

26

5) Bagian tahun pajak adalah : Bagian dari jangka satu

tahun pajak.

6) Pajak yang terutang adalah : Orang peribadi atau badan

yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak.

7) Surat paksa adalah : Surat perintah untuk membayar

utang pajak dan biaya penagihan pajak sesuai dengan

Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 Tentang penegihan

pajakdengan surat paksa sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 (Prof.. Dr.

Mardiasmo., Ak, 2003 : 13)

j. Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP )

Pengertian NPWP adalah suatu sarana administrasi

perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal atau identitas

wajib pajak, yang mempunyai fungsi untuk :

1) Sebagai tanda identitas wajib pajak.

2) Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan

dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Pendaftaran NPWP adalah kewajiban mendaftarkan diri

untuk memperoleh NPWP yang dibatasi jangka waktunya, karena

berkaitan dengan pajak tertuang dan kewajiban mengenakan pajak

terutang. Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah :

1) Bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha

atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, pendaftaran

paling lambat satu bulan setelah usaha mulai dijalankan.

2) Orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas apabila sampai dengan satu bulan

memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi

Page 26: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

27

27

PTKP ( Penghasilan Tidak Kena Pajak ) setahun, wajib

mendaftarkan diri paling lambat akhir bulan berikutnya.

Jika mereka dengan sengaja tidak mendaftarkan diri sehingga

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan

pidana penjara paling lama enam tahun dan denda paling tinggi 4

kali jumlah pajak tertuang (Prof.. Dr. Mardiasmo., Ak, 2003 : 14-

15).

k. Penghapusan NPWP

Alasan penghapusan NPWP yakni disebabkan oleh :

1) Wajib pajak orang pribadi meninggal dan tidak

meninggalkan warisan.

2) Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta

dan penghasilan.

3) Warisan yang telah selesai dibagikan.

4) Wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi

berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

5) Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang telah kehilangan

statusnya sebagai BUT (Prof.. Dr. Mardiasmo., Ak, 2003

: 16).

l. Surat Pemberitahuan ( SPT )

Surat Pemberitahuan ( SPT ) adalah surat yang oleh wajib

pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran

pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perpajakan yang

berlaku (Prof.. Dr. Mardiasmo., Ak, 2003 : 18).

Page 27: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

28

28

m. Surat Ketatapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak adalah surat keputusan yang

memberitahukan besarnya pajak yang terutang termasuk denda

administrasi, kepada Wajib Pajak (WP) (Prof.. Dr. Mardiasmo.,

Ak, 2003 : 25).

n. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

1) Kewajiban sebagai wajib pajak:

a) Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.

b) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

c) Mengisi dengan benar SPT ( SPT diambil sendiri ) dan

memasuki sendiri kekantor pelayanan pajak dengan

batas waktu yang telah ditentukan.

d) Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.

e) Jika diperiksa wajib pajak harus :

(1) Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau

catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan

dokumen lain yang berhubungan dengan

penghasilan yang peroleh

(2) Memberikan kesempatan untuk memasuki

ruangan atau tempat atau ruangan yang dipandang

perlu dan memberi bantuan guna kelancaran

pemeriksaan.

f) Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan.

Pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang

diminta. Wajib pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk

merahasiakan, maka kewajiban merahasiakan itu

ditiadakan oleh perintah untuk keperluan pemeriksaan.

Page 28: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

29

29

2) Hak-hak wajib pajak :

a) Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

b) Menerima tanda buki pemasukan SPT.

c) Memasukan pembetulan SPT yang telah dimasukan

d) Mengajukan permohonan penundaan atau

pengangsuran pembayaran pajak.

e) Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang

dikenakan dalam surat ketetapan pajak.

f) Meminta kelebihan pengembalian pembayaran pajak.

g) Mengajukan permohonan penghapusan dan

pengurangan sanksi, serta pembetulan surat ketetapan

yang salah.

h) Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan

kewajiban pajaknya.

Apabila wajib pajak dipotong oleh pemberi kerja, wajib

pajak berhak meminta bukti pemotongan pajak kepada pemotong

pajak (Prof.. Dr. Mardiasmo., Ak, 2003 : 37)

3 Tinjauan Tentang Pajak Bumi dan Bangunan

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Bumi adalah adalah permukaan tanah (bumi) berserta

tubuh bumi (segala sesuatu dibawahnya). Bangunan adalah

kontruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada

tanah dan atau perairan. Sedangkan Pajak Bumi dan Bangunan

dikenakan atas bumi dan bangunan. Subyek pajak dalam PBB

adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak

atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Page 29: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

30

30

Sehingga wajib pajak PBB belum tentu pemilik bumi dan

bagunan, tetapi dapat pula orang atau badan yang memanfaatkan

bumi dan bangunan tersebut ( Velentina Sri S dan Aji Suryo,

2002 : Bab 14 : 2 ) .

b. Objek Pajak Bumi Dan Bangunan:

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No

12 Tahun 1994 tentang PBB dijelaskan bahwa obyek Pajak Bumi

dan Bangunan adalah :

1) Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah

perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia, dan

tubuh bumi yang ada dibawahnya.

2) Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau

diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah :

a) Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu

kompleks bangunan seperti hotel,pabrik, dan

emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu

kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.

b) Jalan tol.

c) Kolam renang.

d) Pagar mewah.

e) Tempat olah raga.

f) Dermaga.

g) Taman mewah.

h) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas,

pipa minyak.

i) Fasilitas lain yang memberi manfaat.

Page 30: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

31

31

c. Faktor yang Menentukan Klasifikasi Obyaek Pajak

Klasifikasi objek pajak sangat berpengaruh sekali dalam

menentukan suatu objek pajak karena dengan cara mengklasifikasi

dapat menentukan pengenaan pajak sesuai kelas yang ada dalam

undang-undang perpajakan Indonesian. Berdasarkan ketentuan

Pasal 2 ayat (2) Undang-undang No 12 Tahun 1994 Tentang PBB

dijelaskan bahwa, klasifikasi objek pajak dalam PBB dapat dibagi

dua antara lain klasifikasi bumi dan bangunan.

1) Bumi/Tanah:

a) Letak Tanah.

b) Peruntukan.

c) Pemanfaatan.

d) Komdisi lingkungan.

2) Bangunan:

a) Bahan Bangunan.

b) Rekayasa Bangunan.

c) Letak.

d) Kondisi Lingkungan.

e) Dan lain-lain.

d. Obyek Pajak yang Tidak Dikenakan PBB

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-udang No12

Tahun 1994 dijelaskan mengenai objek pajak yang tidak dikenakan

PBB adalah sebagai berikut :

1) Yang digunakan semata-mata unuk melayani kepentingan

umum dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan

Page 31: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

32

32

kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan .

2) Digunakan untuk pemakaman, peninggalan purbakala,

atau yang sejenis dengan itu.

3) Merupakan hutan lindung,hutan suaka alam,hutan

wisata,taman nasionaltanah pengembalan yang dikuasai

oleh desa , dan tanah Negara yang belum dibebani suatu

hak.

4) Digunakan untuk perwakilan diplomatik, berdasarkan

asas perlakuan timbal balik

5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi

internasional yang ditentukan oleh menteri Keuangan.

e. Subyek pajak dan Wajib pajak

Subyek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi, atau memperoleh manfaat atas

bumi dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat

atas bangunan. Subyek pajak sebagaimana yang dimaksud yang

dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak

menurut undan-undang PBB. Dengan demikian tanda pembayaran

atau pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.

Dalam hal suatu obyek pajak yang belum jelas diketahui

wajib pajaknya. Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subyek

pajak sebagaimana yang dimaksud sebagai wajib pajak. Ketentuan

ini memberikan kewenangan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk

menentukan suyek pajak sebagai wajib pajak, apabila suatu obyek

pajak belum jelas wajib pajaknya ( Prof. DR. Mardiasmo, MBA.,

Ak. 2003 : 273).

Page 32: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

33

33

f. Nilai jual obyek pajak tidak kena pajak ( NJOPTKP )

NJ0PTKP ditetapkan berdasarkan wilayahnya atau tempat

masing-masing obyek Pajak Bumi dan Bangunan, yakni daerah

Provinsi dan Kabupaten dan Kota Madya

g. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan

Tariff Pajak Bumi dan Bangunan menggunakan tariff

tunggal yakni : 0,5% ( lima persepuluh persen ) ( Prof. DR.

Mardiasmo, MBA., Ak. 2003 : 275).

h. Cara pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar pengenaan PBB adalah NJOP yang dihitung dari

harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi

secara wajar, maka NJOP ditentukan melalui perbandingan harga

dengan obyek pajak lain yang sejenis atau pengganti atau nilai

perolehan baru, atau NJOP pengganti. NJOP ditetapkan tiap tiga

tahun oleh Menteri Keuangan,kecuali untuk daerah tertentu

ditetapkan tiap tahun sesuai perkembangan daerahnya. Dasar

perhitungan pajak adalah NJKP yang ditetapkan serendah-

rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100%. Besarnya persentase

ditetapkan debgab peraturan pemerintah dengan memperhatikan

kondisi ekonomi nasional. Untuk perekonomian sekarang ini, tidak

terlalu membebani wajib pajak didaerah pedesaan , tetapi dengan

tetap memperhatikan penerimaan, khususnya bagi pemerintah

daerah, maka telah ditetapkan persentase untuk menentukan

besarnya NJKP yaitu :

Page 33: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

34

34

1) sebesar 40% dari NJOP untuk :

a) obyek pajak perkebunan.

b) obyek pajak kehutanan.

c) Obyak pajak lainya, wajib pajaknya perseorangan

dengan NJOP atas Pajak Bumi dan Bangunan sama

atau lebih besar dari Rp 1.000.000.000,00.

2) Sebesar 20% dari NJOP untuk :

a) Obyek pajak pertambangan.

b) Obyek pajak lainya yang NJOP-nya kurang dari Rp

1.000.000.000,00 ( Prof. DR. Mardiasmo, MBA.,

Ak. 2003 : 276)

i. Cara perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Besarnya pajak tertuang dihitung dengan cara mengalikan

tarif pajak dengan NJKP.

Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif Pajak x NJKP= 0,5% x [

persentase NJKP x ( NJOP – NJOPTKP)]

Contoh :

Wajib pajak A mempunyai sebidang tanah dan bangunan

yang NJOP-nya Rp 20.000.000,00 dan NJOPTKP-nya Rp

12.000.000,00, maka besarnya pajak terutang adalah :

= 0,5% x 20% x ( Rp 20.000.000,00 – Rp 12.000.000,00)

= Rp 8.000,00

j. Surat pemberitahuan obyek pajak (SPOP), Surat Pemberitahuan

Pajak Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP).

1) Dalam rangka pendataan, subyek pajak wajib

mendaftarkan obyek pajaknya dengan mengisi SPOP.

Page 34: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

35

35

Dalam rangka pendataan, wajib pajak akan diberikan

SPOP untuk di isi dan dikembalikan kepada Direktorat

Jenderal Pajak. Wajib pajak yang yang pernah dikenakan

IPEDA tidak wajib mendaftarkan objek pajaknya kecuali

jika ia menerima SPOP, maka dia wajib mengisinya dan

mengenbalikanya kepada Direktorat Jenderal Pajak.

2) SPOP harus diisi dengan jelas, benar, lengkap dan tepat

waktu serta ditandatangani dan disampaikan kepada

Direktur Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi

letak objek pajaknya, selambat-lambatnya 30 hari setelah

tanggal diterimanya SPOP oleh subyek pajak.

3) Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan SPPT

berdasarkan SPOP yang diterimanya.

4) Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan SKP dalam hal

:

a) SPOP tidak disampaikan dalam jangka waktu yang

telah ditetapkan dan telah ditegur secara tertulis tidak

disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat

teguran.

b) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain

ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari

jumlah yang telah dihitung berdasarkan SPOP yang

disampaikan oleh wajib pajak.

Wajib pajak tidak menyampaikan SPOP pada

waktunya, walaupun sudah ditegur secara tertulis juga

tidak menyampaikan dalam waktu yang ditentukan dalam

surat teguran itu. Direktur Jenderal Pajak dapat

menerbitkan surat ketetapan pajak (SKP) secara jabatan.

Page 35: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

36

36

Apabila berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan

oleh Direktorat Jenderal Pajak ternyata jumlah pajak

yang terutang lebih besar dari jumlah pajak dalam SPPT

yand dihitung atas dasar SPOP yang disampaikan wajib

pajak. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKP

secara jabatan..

5) Jumlah pajak yang terutang dalam SKP sebagaimana

yang dimaksud dalam nomor 4 huruf a adalah pokok

pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar

25% dihitung dari pokok pajak.

6) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPKB

sebagaimana yang dimaksud dalam no. 4 huruf b,

adalah selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil

pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang

terutang yang dihitung berdasarkan SPOP ditambah

dengan denda administrasi sebesar 25% dari selisih

pajak yang terutang. Sanksi administrasi dikenakan

dikenakan terhadap wajib pajak yang mengisi SPOP

tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya ( Prof.

DR. Mardiasmo, MBA., Ak. 2003 : 278)

k. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan.

1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi

selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal

diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Contoh : apabila

SPPT diterima oleh wajib pajak tanggal 1 April 2007,

maka jatuh tempo pembayaranya adalah tanggal 30

september 2007.

2) Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi

selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal

Page 36: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

37

37

diterimanya SKP. Contoh apabila SKP diterima oleh

wajib pajak tanggal 1 Maret 2007, maka jatuh tempo

pengembaliannya 31 maret 2007.

3) Pajak yang terutang pada saat jatuh tempo pembayaran

tidak dibayar atau kurang bayar, dikenakan denda

administrasi sebesar 2% per bulan, yang dihitung dari

saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk

jangka waktu paling lama 24 bulan atau 2 tahun. Menurut

ketentuan ini, pajak yang terutang pada saat jatuh tempo

pembayaran tidak atau kurang bayar, dikenakan denda

administrasi 2% setiap bulan dari jumlah yang tidak atau

kurang bayar tersebut untuk jangka waktu paling lama 24

bulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.

4) Denda administrasi sebagaimana yang dimaksud dalam

no. 3 diatas, ditambah dengan utang pajak yang belum

atau kurang bayar ditagih dengan surat surat tagihan

pajak (STP) yang harus dilunasi selambat-lambatnya 1

bulan sejak tanggal diterimanya STP tersebut.

5) Pajak yang terutang dapat dibayar dibank, kantor Pos dan

Giro, dan tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan.

6) Tata cara pembayaran dan penagihan pajak di atur oleh

menteri Keuangan.

7) SPPT, STP merupakan dasar penagihan pajak.

8) Jumlah pajak terutang berdasarkan STP yang tidak

dibayarkan pada waktunya dapat ditagih dengan surat

paksa ( Prof. DR. Mardiasmo, MBA., Ak. 2003 : 282).

Page 37: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

38

38

l. Batas Waktu Pembayaran Pajak bagi wajib pajak:

1) Wajib pajak yang telah menerima SPPT harus melunasi

pajaknya selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal

diterimanya SPPT tersebut.

2) Wajib pajak yang telah menerima SKP harus melunasi

pajaknya selambat-lambatnya 1 tahun sejak tanggal

diterimanya SKP.

3) Wajib pajak yang telah menerima SPT atas sanksi

administrasi berupa denda sebagai akibat wajib pajak

tidak atau kurang membayar pajak terutang pada saat

jatuh tempo pembayaran, harus melunasi hutangnya

selambatnya 1 bulan sejak diterimanya SPT terebut.

m. Pengurangan bagi wajib pajak.

Besarnya PBB dapat dimintakan pengurangan dalam hal sebagai

berikut :

1) Karena kondisi tertentu obyek pajak yang ada hubungannya

dengan subyek pajak dan atau kerena sebab tertentu lainya.

Dapat berupa :

a) Lahan pertanian, perkebunan, perikanan, perternakan

yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki/dikuasai

atau dimanfaatkan oleh wajib pajak perseorangan

b) Obyek pajak yang nilai jualnya meningkat

disebabkan karena adanya pembangunan atau

perkembangan lingkungan yang dimiliki atau

dikuasai oleh wajib pajak perseorangan yang

berpenghasilan rendah.

Page 38: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

39

39

c) Obyek pajak yang dikuasai atau dimanfaatkan oleh

wajib pajak perseorangan yang penghasilannya

semata-mata berasal dari pension, sehingga

kewajiban pembayaran PBB nya sulit untuk dipenuhi.

d) Obyek pajak yang dimiliki oleh badan yang

mengalami kerugian atau kesulitan likuiditas yang

serius sepanjang tahun.

e) Obyek pajak yang dimiliki ,dikuasai atau

dimanfaatkan oleh masyarakat berpenghasilan

rendahlainya, sehingga kewajiban PBB nya sulit

dipenuhi. Besarnya pengurangan untuk hal tersebut

diatas ditetapkan setinggi-tingginya 75% oleh Kepala

Kantor Pelayanan PBB berdasarkan pertimbangan

yang wajar dan obyektif.

2) Obyek pajak terkena :

a) Bencana alam seperti : Gempa bumi, banjir, tanah

longsor.

b) Sebab lain yang luar biasa seperti : Kebakaran,

kekeringan, wabah penyakit tanaman, hama tanaman.

Besarnya pengurangan untuk obyek pajak yang terkena

bencana alam dan sebab lain diluar biasa ditetapkan sampai

dengan 100% oleh Kepala Kantor Pelayanan PBB berdasarkan

pertimbangan yang wajar dan obyektif dengan melihat persentase

kerusakan dari obyek pajak yang terkena musibah atau kejadian

luar biasa.

Untuk mendapatkan pengurangan, wajib pajak tidak perlu

mengajukan permohonan sendiri karena pemerintah daerah

setempat akan segera mengurusnya secara tertulis ( Prof. DR.

Mardiasmo, MBA., Ak. 2003 : 288).

Page 39: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

40

40

n. Keberatan dan Banding

Keberatan

1) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan kepada

Direktur Jenderal Pajak atas :

a) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ( SPPT ).

b) Surat Ketapan Pajak ( SKP ).

Keberatan terhadap SPPT dan SKP diajukan masing-

masing dalam suatu surat keberan tersendiri untuk tiap tahun

pajak.

2) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas SPPT dan

SKP dalam hal :

a) Wajib pajak menganggap luas obyek bumi atau

bangunan, klasifikasi obyek PBB atau pengenaan

nilai jual obyek bumi atau bangunan tidak sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

b) Terdapat perbedaan penafsiran undang-undang dan

perundang-undangan antara wajib pajak dengan

fiksus.

c) Kesalahan penetapan subyek pajak sebagai wajib

pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak.

3) Keberatan diajukan tertus dengan menggunakan bahasa

Indonesia kepada kepala kantor kepala kantor pajak

pelayanan pajak bumi dan bangunan yang menerbitkan

SPPT dan SKP dengan menyatakan alas an dengan jelas.

4) Keberatan harus diajaukan dalam jangka waktu 3 bulan

sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP oleh wajib

pajak.

Page 40: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

41

41

5) Tanda terima surat keberatan yang diberikan oleh kantor

pelayanan pajak bumi dan bangunan atau tanda

pengiriman surat keberatan melalui pos tercatat

merupakan tanda bukti penerimaan surat keberatan

tersebut bagi kepentingan wajib pajak.

6) Apabila diminta oleh wajib pajak untuk keperluan

pengajuan keberatan, Ditjen Pajak wajib memberikan

secara terlulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan

pajak.

7) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban

membayar pajak.

8) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dalam

jangka waktu paling lama 12 bulan sejak surat keberatan

diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan.

9) Sebelum surat keputusan diterbitkan, wajib pajak dapat

menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis.

10) Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan atas keberatan dapat berupa :

a) Tidak dapat menerima,

b) Menolak,

c) Menerima seluruh atau sebagian,

d) Menambah besarnya pajak terutang.

11) Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan atas

ketetapan sebagaimana dalam SKP, wajib pajak

bersangkutan harus dapat membuktikan ketidak benaran

ketetapan pajak tersebut.

Page 41: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

42

42

12) Apabila dalam waktu 12 bulan telah lewat dan Direktur

Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka

keberatan tersebut dianggap diterima.

Banding

1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding

hanya kepada Badan Peradilan Pajak terhadap

keberatan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Pajak.

2) Banding diajukan dalam waktu 3 bulan sejak tanggal

keberatan keluar dengan cara:

a) Tertulis dalam bahasa Indonesia.

b) Mengemukakan alasan yang jelas dan bukti yang

diperlukan.

c) Melampirkan salinan surat keputusan keberatan.

3) Putusan peradilan pajak merupakan putusan akhir dan

bersifat tetap.

4) Permohonan banding tidak menunda kewajiban

pembayaran pajak yang bersangkutan.

5) Apabila pengajuan banding diterima sebagian atau

seluruhnya, maka kelebihan pembayaran

dikembalikan dengan ditambah bunga sebesar 2%

sebulan ( maksimal 24 bulan ) ( Prof. DR.

Mardiasmo, MBA., Ak. 2003 : 32).

Page 42: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

43

43

Berikut ini penulis sajikan alur Keberatan dan Banding:

Gambar 2: Alur Keberatan dan Banding PBB (Prof. DR. Mardiasmo, MBA.,

Ak. 2003 : 287).

o. Sanksi bagi wajib pajak

1) Sanksi administrasi

Sanksi Administrasi dikenakan terhadap wajib

pajak yang :

a) Tidak menyampaikan SPOP, walaupun telah

ditegur secara tertulis dikenai denda sebesar 25%

dari pokok pajak.

b) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan

lain ternyata jumlah pajak terutang lebih besar

dari jumlah yang dihitung berdasarkan SPOP,

maka selisih pajak terutang tersebut ditambah

sanksi administrasi sebesar 25% dari selisih pajak

terutang.

Dirjend Pajak

Wajib Pajak

Surat ketetapan Pajak SPPT

Keputusan 1.menerima -seluruh -sebagian 2. Menolak 3. Menambah jumla- h pajak terutang.

BPSP

Banding waktu 3 Bulan

Keberatan 3 bulan

Page 43: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

44

44

c) Membayar atau kurang membayar, pajak yang

terutang pada saat jatuh tempo pembayaran,

dikenakan sanksi administrasi denda sebesar 2%

sebulan dihitung dari saat jatuh tempo sampai hari

pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24

bulan (Prof. DR. Mardiasmo, MBA., Ak. 2003 :

287)

2) Sanksi Pidana

Ketentuan sanksi pidana berdasarkan undang-

undang adalah sebagai berikut :

a) Jika karena alpa atau lupa menyampaikan SPOP

atau mengisi SPOP tidak lengkap dan atau

melampirkan keterangan yang tidak benar,

sehingga menimbukan kerugian Negara, dikenai

pidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau

denda 2 kali pajak terutang.

b) Jika sengaja tidak mengembalikan SPOP atau

menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar,

memperlihatkan surat palsu, sehingga

menimbulkan kerugian Negara . dipidana penjara

selama-lamanya 2 tahun atau denda 5 kali utang

pajak.

c) Bagi bukan wajib pajak yang memperhatikan atau

meminjamkam surat atau dokumen atau tidak

menunjukan data atau tidak menyampaikan

keterangan yang diperlukan, maka dikenai pidana

kurungan selama-lamanya 1 tahun atau denda

sebesar Rp 2.000.000,00 (Prof. DR. Mardiasmo,

MBA., Ak. 2003 : 292)

Page 44: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

45

45

3) Surat paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang

pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa mempunyai

kekuatan eksekutorial dan kedudukan yang sama dengan

putusan pengadilan yang telah mempunyai kedudukan

hukum tetap.

Surat Paksa diterbitkan apabila :

a) Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan

kepadanya diberikan surat teguran atau surat

peringatan.

b) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan

penagihan seketika atau sekaligus (Prof. DR.

Mardiasmo, MBA., Ak. 2003 : 287)

4 Tinjauan Umum Tentang Pelaksanaan Hukum

a. Definisi Hukum

Diantara para pakar hukum tidak ada keserasian pendapat

tentang apa yang dimaksud dengan hukum itu. Menurut Prof. Mr.

EM Meyer, hukum ialah semua aturan yang mengandung

pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia

dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-

penguasa negara dalam melakukan tugasnya. (CST Kansil, 1982:

34 ).

Sedang menurut pakar hukum Indonesia, yakni JCT

Simorangkir SH dan Woerjono Sastropranoto SH, hukum diartikan

sebagai peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang

menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat

yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran

mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya

tindakan, yaitu dengan hukum tertentu ( CST Kansil, 1982: 36 ).

Page 45: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

46

46

Dari berbagai perumusan tentang hukum yang dikemukakan oleh

beberapa pakar hukum, dapat ditarik kesimpulan bahwa hukum itu

meliputi beberapa unsur, yakni:

1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam

pergaulan masyarakat.

2) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang

berwajib.

3) Peraturan itu bersifat memaksa.

4) Saksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah

tegas.

Menurut Kansil dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum

dan Tata Hukum .Indanesia, hukum itu memiliki dua ciri, yaitu:

1) Adanya perintah dan/atau larangan.

2) Perintah dan/atau larangan itu harus patuh ditaati setiap

orang (CST Kansil, 1982: 38 )

Tugas hukum adalah untuk mencapai kepastian hukum

(demi adanya ketertiban) dan keadilan di dalam masyarakat.

Kepastian hukum mengharuskan diciptakannya peraturan-

peraturan umum atau kaidah-kaidah hukum yang berlaku umum,

agar supaya tercipta suasana yang aman dan tentermn di dalam

masyarakat, maka kaidah-kaidah termaksud harus ditegakkan serta

dilaksanakan dengan tegas. Untuk kepentingan itu, maka kaidah-

kaidah hukum tersebut harus diketahui sebelumnya dengan pasti (

Soerjono Soekanto, 1976: 38 ).

Pada prinsipnya hukum memiliki empat fungsi utama, yaitu:

1) Memberikan pedoman atau pengarahan pada warga

masyarakat untuk berperilaku.

Page 46: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

47

47

Artinya hukum bersifat sebagai kaidah, yaitu sebagai

pedoman perilaku, yang menyiratkan perilaku yang

seyogyanya atau diharapkan diwujudkan oleh masyarakat

apabila warga masyarakat rnelakukan suatu kegiatan yang

diatur oleh hukum.

2) Pengawasan atau penegendalian sosial.

Pengendalian sosial dari hukum pada dasarnya dapat

diartikan sebagai suatu sistem yang mendidik, mengajak

bahkan memaksa warga masyarakat agar berperilaku sesuai

hukum. Dengan kata lain, dari sudut sifatnya dapat dikatakan

bahwa pengendalian sosial dapat bersifat preventif maupun

represif. Prevensi merupakan suatu usaha untuk mencegah

terjadinya perilaku menyimpang, sedangkan represi bertujuan

untuk mengembalikan keserasian yang terganggu.

3) Penyelesaian sengketa (Dispute Settlement).

Persengketaan atau perselisihan dapat terjadi dalam

masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat menyediakan suatu

mekanisme untuk menyelesaikan sengketa serta pemecahan

perselisihan. Salah satu lembaga yang digunakan adalah

pengadilan, yang menggunakan hukum dalam penyelesaian

sengketa tersebut.

4) Rekayasa sosial (Social Engineering).

Menurut Satjipto Raharjo hukum sebagai sarana

rekayasa sosialinovasi-social engineering tidak saja digunakan

untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku

yang terdapat dalam masyarakat, melainkan juga untuk

mengarahkan pada tujuan-tujuan yang dikehendaki,

menghapuskan kebiasaan-kebiasaan yang dipandang tidak

sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakuan baru dan

Page 47: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

48

48

sebagainya. Dengan kata lain, hukum dijadikan sarana untuk

melakukan perubahan masyarakat (Soleman B Taneko, 1993:

37).

b. Efektivitas Hukum

Studi etektivitas hukum merupakan suatu kegiatan yang

memperlihatkan suatu strategi perumusan masalah yang bersifat

umum, yaitu suatu perbandingan realitas hukum dengan ideal

hukum. Secara khusus, terlihat jenjang antara hukum dan

tindakan (law in action) dengan hukum dalam teori (law in

theory). Atau dengan perkataan lain, kegiatan ini akan

memperlihatkan kaitan antara law in theory dan law in action (

Soleman B Taneko, 1993: 48).

Efektivitas hukum berkaitan erat dengan faktor-faktor

sebagai berikut:

1) Usaha-usaha menanamkan hukum di dalam masyarakat,

yaitu penggunaan tenaga manusia, alat-alat, organisasi-

organisasi dan metode agar warga masyarakat

mengetahui, menghargai, mengakui dan menaati hukum.

2) Reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai-

nilai yang berlaku.

3) Jangka waktu penanaman hukum, yaitu panjang atau

pendeknya jangka waktu di mana usaha-usaha

menanamkan itu dilakukan dan diharapkan memberikan

hasil ( Soerjono Soekanto, 1976: 45).

Page 48: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

49

49

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3 : Alur Kerangka Pemikiran.

Undang-undang No. 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan

Wajib Pajak

Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Kewajiban Wajib Pajak

Hak Wajib Pajak

Membayar Pajak

Pelaksanaan atau Prosedur

Hambatan-hambatan yang

dialami

Mengajukan keberatan

Page 49: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

50

50

Keterangan Alur Kerangka Pemikiran :

a. Dalam Undang-undang No. 12 Tahun 1994 Tentang

Pajak Bumi dan Bangunan mengatur tentang pengenaan

Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Wajib pajak.

b. Dari pengenaan itu terbit atau timbul Surat Ketetapan

Pajak.

c. Setelah Surat Ketetapan Pajak terbit Wajib Pajak

Mempunyai Kewajian Untuk membayar pajak.

d. Jika tidak sesuai dengan obyek atau keadaan yang

sebenarnya, Wajib Pajak diberikan hak untuk

mengajukan keberatan.

e. Pelaksanaan atau prosedur yang dilakukan seperti apa ?

f. Hambatan-hambatan yang dialami dalam pelaksanaan

pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan seperti

apa ?

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1 Sejarah Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II .

Organisasi Direktorat Jenderal Pajak pada mulanya

merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

(1) Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan

pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan

tugas pemeriksaan kas Bendaharawan Pemerintah.

(2) Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan

terhadap barang-barang sitaan guna pelunasan piutang

pajak Negara.

Page 50: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

51

51

(3) Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan

Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap

pembukuan Wajib Pajak Badan.

(4) Jawatan Pajak Hasil Bumi (Direktorat Iuran

Pembangunan Daerah pada Ditjen Moneter) yang

bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi dan pajak

atas tanah yang pada tahun 1963 dirubah menjadi

Direktorat Pajak Hasil Bumi dan kemudian pada tahun

1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran

Pembangunan Daerah (IPEDA).

Dengan keputusan Presiden RI No. 12 Tahun 1976

tanggal 27 Maret 1976, Direktorat Ipeda diserahkan dari

Direktorat Jenderal Moneter kepada Direktorat Jenderal Pajak.

Pada tanggal 27 Desember 1985 melalui Undang-undang RI No.

12 tahun 1985 Direktorat IPEDA berganti nama menjadi

Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Demikian juga unit kantor di daerah yang semula

bernama Inspeksi Ipeda diganti menjadi Inspeksi Pajak Bumi

dan Bangunan, dan Kantor Dinas Luar Ipeda diganti menjadi

Kantor Dinas Luar PBB.

Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah,

dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ItDa) yaitu

di Jakarta dan beberapa daerah seperti di Sumatera, Jawa,

Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini

kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti

yang ada sekarang ini.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006,

tentang instansi vertical Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari :

a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.

b. Kantor Pelayanan Pajak.

Page 51: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

52

52

c. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perpajakan.

Untuk menjelaskan lebih lebih lanjut mengenai Perpes

No. 95 Tahun 2006, maka telah dikeluarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 132/KMK.01/2006 tentang instansi vertical

Direktorat Jenderal Pajak, yang terdiri dari :

a. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib

Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat Jendera

Pajak Jakarta Khusus.

b. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak selain

Wajib Pajak Besar dan Kantor Wilayah Direktorat

Jendera Pajak Jakarta Khusus.

c. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar.

d. Kantor Pelayanan Pajak Madya.

e. Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

f. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perpajakan.

2 Letak Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak adalah sebuah Direktorat

Jenderal di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia

yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan.

Direktorat Jenderal Pajak memiliki peran yang begitu

sentral dan strategis bagi keuangan negara. Perubahan atas

kondisi aktual posisi Direktorat Jenderal Pajak memberikan

dampak yang signifikan bagi pemerintahan secara keseluruhan.

Sebagaimana diketahui bahwa Direktorat Jenderal Pajak

adalah salah satu unsur Departemen Keuangan yang

bertanggungjawab dalam penerimaan pajak dimana pajak

Page 52: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

53

53

merupakan tulang punggung penerimaan negara yang tercermin

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Memperhatikan tugas dan tanggung jawab Direktorat

Jenderal Pajak tersebut, maka peran dan kedudukannya menjadi

strategis dan vital karena kegagalan atau keberhasilan Direktorat

Jenderal Pajak akan berdampak langsung pada keberlangsungan

kehidupan negara dan bangsa Indonesia. Namun di lain pihak,

kedudukan Direktorat Jenderal Pajak yang menjadi pintu

gerbang masuknya keuangan negara.

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak adalah instansi

vertical Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pajak.

Sedangkan Kantor Pelayana Pajak adalah instansi vertical

Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung

jawab langsung kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal

Pajak.

3 Susunan Stuktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak Jawa Tengah II.

KANWIL DITJEN PAJAK

BAGIAN UMUM

Page 53: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

54

54

Gambar 4 : Stuktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak JawaTengah II (Dokumen Kanwil DJP).

Susunan Stuktur Organisasi Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II :

a. Kepala Kantor Wilayah.

b. Bagian Umum.

c. Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi.

d. Bidang Kerjasama, Ekstensifikasi dan Penilaian.

e. Bidang pemeriksaan, penyidikan dan Penagihan

Pajak.

f. Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan

Masyarakat.

g. Bidang Pengurangan dan Banding.

Tugas masing-masing bagian di Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II antara lain :

a. Kepala Kantor Wilayah mempunyai tugas antara lain

sebagai berikut :

Bidang Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Pajak

Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hub

Masyarakat

Bidang Keberatan

dan Banding

Kelompok Jabatan Fungsional

Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi

Bidang Kerjasama, Ekstensifikasi dan

Penilaian

Kantor Pelayana Pajak (KPP)

Page 54: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

55

55

1) Bertanggung jawab penuh atas Kantor Wilayah

yang di kepalainya.

2) Memutus keberatan yang masuk di Kanwil.

3) Memutus pengurangan pajak yang masuk di

Kanwil.

4) Bertindak selaku Direktur Jenderal Pajak di

daerah yang menjadi wewenangnya.

5) Bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal

Pajak Pusat.

b. Bagian Umum mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Pemerosesan dan penetausahaan dokumen masuk

ke Bagian Umum.

2) Pengangkatan calon pegawai menjadi Pegawai

Negeri Sipil.

3) Pemerosesan permohonan pengujian kesehata

Pegawai Negeri Sipil.

4) Pembuatan kartu pegawai.

5) Pengusulan promosi pegawai.

6) Pengusulan mutasi pegawai.

7) Pelaksanaan pelantikan, pengambilan sumpah dan

serah terima jabatan, serta pengambilan sumpah

Pegawai Negeri Sipil.

8) Pengusulan pemberhentian pegawai.

9) Pengelolaan uraian jabatan dan perkerjaan untuk

kenaiakan pangkat sebagai penyesuaian ijazah.

10) Pengusulan penghargaan pensiun dan Satya

Lencana Karya Satya.

11) Penyusunan laporan penyebaran pegawai.

12) Pemantauan dan evaluasi laporan ketertiban

pegawai.

Page 55: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

56

56

13) Penyelesaian atas dugaan pelanggaran disiplin

oleh Pegawai Negeri Sipil.

14) Penjatuhan hukuman disiplin berupa peringatan

tertulis.

15) Penerimaan surat kenaikan pangkat.

16) Membuat keputusan kenaikan pangkat.

17) Membuat daftar urutan pangkat intern Kantor

Wilayah.

18) Pemerosesan permohonan izin melanjutkan

pendidikan di luar kedinasan.

19) Pemerosesan permohonan Askes.

20) Permohonan menjadi peserta asuransi.

21) Pengusulan penyesuaian Jabatan Fungsional

pemeriksa pajak.

22) Pengusulan bendahara.

23) Penataan berkas kepegawaian, surat atau

dokumen dan peraturan pegawai.

24) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai.

25) Menyiapkan surat perjalanan dinas pegawai.

26) Melaksanakan penutupan buku kas Bagian

Umum.

27) Pemantauan laporan Kantor Pelayanan Pajak.

28) Penerimaan dokumen di Kantor Wilayah.

29) Penghentian gaji pegawai.

30) Pembuatan kartu pengenal pegawai.

c. Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi mempunyai

tugas sebagai berikut :

1) Pembuatan rencana kerja bidang Dukungan

Teknis dan Konsultasi.

2) Pembuatan rencana penerimaan per Kantor

Pelayanan Pajak.

Page 56: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

57

57

3) Pemberian bimbingan dan Konsultasi kepada

Kantor Pelayanan Pajak di daerah wewenang

Kantor Wilayah.

4) Pemberian bimbingan teknis intensifikasi kepada

Kantor Pelayanan Pajak.

5) Bantuan teknis mengenai aplikasi elektronik.

6) Pengawasan dan pemeliharaan basis data.

7) Pengawasan transfer data.

8) Backup data.

9) Perbaikan computer jika terjadi masalah.

10) Penyusunan konsep masalah yang yang timbul di

Kantor Pelayanan Pajak.

11) Penyusunan kompilasi laporan Kantor Pelayanan

Pajak.

d. Bidang Kerjasama, Ekstensifikasi dan Penilaian

mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Koordinasi penyusunan rencana kerja pencarian

data dalam rangka ekstensifikasi perpajakan.

2) Penyusunan keputusan Menteri Keuangan tentang

penentuan Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena

Pajak. Dan Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak

Kena Pajak.

3) Penyusunan surat keputusan Menteri Keuangan

tentang klasifikasi Nilai Jual Obyek Pajak bumi

dan bangunan.

4) Evaluasi pengendalian pelaksanaan kebijakan

teknis Pajak Bumi dan Bangunuan, BPHPB dan

ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak.

5) Penyusunan surat persetujuan rencana kegiatan

pendataan dan penilaian di wilayah kerja kantor.

6) Koordinasi bimbingan teknis ekstensifikasi.

Page 57: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

58

58

7) Pelaksanaan penetapan angka kredit bagi pejabat

fungsional penilaian Pajak Bumi dan Bangunan di

wilayah kerja Kantor Wilayah.

e. Bidang pemeriksaan, penyidikan dan Penagihan

Pajak mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Pembuatan kartu tanda pengenal penyidik.

2) Penyelesaian usulan pemeriksaan.

3) Penyelesaian usulan pemeriksaan dalam rangka

penagihan pajak.

4) Penyelesaian usulan pemeriksaan bukti

permulaan.

5) Penyelesaian usulan penyidikan.

6) Peminjaman berkas ke Kantor Pelayanan Pajak.

7) Peminjaman berkas perkara penyidikan.

8) Penyiapan berkas perkara penyidikan.

9) Pengarsipan berkas perkara penyidikan.

10) Pemantauan pelaksanaan pemeriksaan.

11) Evaluasi laporan hasil kegiatan pemeriksaan

pajak.

12) Penyelesaian informasi data pengaduan dan

laporan.

13) Penerbitan surat pemberhentian penyidikan

14) Penyusunan kopilasi laporan pelaksanaan

penyidikan kepada POLRI.

f. Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan

Masyarakat mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Penetapan Wajib Pajak Patuh.

2) Kerjasama bimbingan penyuluhan.

3) Penyiapan tindak lanjut nota kesepahaman.

4) Penyeragaman penafsiran ketentuan perpajakan.

Page 58: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

59

59

5) Kegiatan pengangkatan citra Direktorat Jenderal

Pajak.

6) Pemantauan kegiatan di Kantor Pelayanan Pajak.

7) Pemuktahiran website dan panduan informasi

perpajakan.

8) Layanan permintaan penebusan stiker lunas pajak

PPN.

9) Pembutan konsep surat tanggapan terhadap

masalah pertanyaan Wajib Pajak yang berkenan

dengan perpajakan.

10) Menyiapkan berkas-berkas.

g. Bidang Pengurangan dan Banding

1) Penatausahaan dokumen yang masuk di bidang

Pengurangan, Keberatan dan Banding.

2) Penerimaan berkas surat dan data.

3) Penetausahaan berita acara.

4) Pemeriksaan kelengkapan data kepada Wajib

Pajak dalam rangka penyelesaian keberatan dan

pengurangan.

5) Penyelesaian permohonan pengurangan PBB

terutang.

6) Penyelesaian permohonan pengurangan BPHTB

terutang.

7) Penyelesaian permohonan keberatan PBB

terutang.

8) Pembuatan lembar konfirmasi penerimaan surat

keputusan

9) Penyelesaian permohonan pengurangan dan

pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar.

10) Penyelesaian permohonan pengurangan dan

penghapusan sanksi administrasi

Page 59: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

60

60

11) Penyelesaian permohonan pengurangan dan

penghapusan sanksi administrasi PBB.

12) Penyelesaian atas pembetulan surat keberatan

PBB.

13) Pembuatan dan pelaporan laporan triwulan PK.

14) Pembuatan dan pelaporan laporan triwulan

penyelesaian surat keberatan PPH.

15) Pembuatan dan pelaporan laporan triwulan

penyelesaian banding.

16) Persiapan siding di Pengadilan Pajak.

17) Peminjaman berkas dan data ke Kantor Pelayanan

Pajak.

18) Layanan permintaan keberatan.

19) Penyelesaian surat tanggapan.

20) Penyusunan laporan semester key performance

indicator bidang PKB.

4 Tugas pokok dan Fungsi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak Jawa Tengah II.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II, Mempunyai

wewenang untuk :

a. Memberikan bimbingan dan evaluasi pelaksanaan

tugas Direktorat Jenderal Pajak.

b. Memberikan rencana kerja dan rencana penerimaan

di bidang perpajakan.

c. Memberikan bimbingan konsultasi dan penggalian

potensi perpajakan serta pemberian pemberian

dukungan teknis komputer.

d. Memberikan, pencarian, dan pengolahan data serta

penyajian informasi perpajakan.

Page 60: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

61

61

e. Penyiapan dan pelaksanaan kerjasama perpajakan,

pemberian bantuan hukum serta bimbingan pendataan

dan penilaian.

f. Bimbingan pemeriksaan dan penagihan, serta

pelaksanaan dan administrasi penyidikan.

g. Bimbingan pelayanan dan penyuluhan, serta

pelaksanaan hubungan masyarakat.

h. Bimbingan dan penyelesaian keberatan, pengurangan

atau penghapusan sanksi administrasi, dan

pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang

tidak benar, serta urusan banding dan gugatan.

i. Bimbingan dan penyelesaian pembetulan keputusan

keberatan, keputusan pengurangan atau penghapusan

sanksi asministrasi, dan keputusan pengurangan atau

pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar.

j. Bimbingan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan

serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

k. Pelaksanaan administrasi kantor.

B. Pelaksanaan Pengajuan Keberatan Atas Pajak Bumi dan

Bangunan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa

Tengah II

1 Dasar Hukum

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep –

59/PJ./2000. Tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian

Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.

Page 61: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

62

62

a. Penyebab timbulnya keberatan di kerenakan berbagai

faktor, antara lain adalah :

Keberatan diajukan oleh wajib pajak pada dasarnya

mengandung arti, bahwa wajib pajak membantah atau tidak

sependapat atas isi Surat Pemberithuan Pajak Terutang (SPPT)

atau Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, karena tidak atau kurang

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, mengenai :

1) Luas obyek bumi dan atau bagunan, klasifikasi/nilai

jual obyek pajak (NJOP) bumi atau bangunan.

2) Terdapat perbedaan penafsiran undang-undang dan

peraturan perundang-undangan antara wajib pajak

dengan fiksus, misalnya :

a) Penetapan subyek pajak sebagai wajib pajak.

b) Objek pajak yang seharusnya tidak dikenakan PBB.

c) Penetapan nilai jual kena pajak (NJKP).

d) Penentuan saat pajak terutang.

e) Tanggal jatuh tempo.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sigit Selaku

Seksi Pengurangan Keberata dan Banding di Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II pada tanggal 23 April

2008, beliau memaparkan bahwa jumlah keberatan yang masuk

per tahun ke Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II

belum dapat diprediksi, di karenakan untuk masalah keberatan

dahulu masuknya di Kantor Pelayanan Pajak PBB tetapi

sekarang ini masalah keberatan masuknya di Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi untuk tahun 2007 Keberatan

Pajak Bumi dan Bangunan yang masuk di Kantor Pelayanan

Pajak Surakarta mencapai 15 Perkara.

2 Prosedur pengajuan keberatan di Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II

Page 62: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

63

63

a. Syarat pengajuan keberatan meliputi syarat formal dan

material.

1) Syarat formal :

a) Keberatan diajaukan dalam jangka waktu 3 bulan

sejak tanggal diterimanya SPPT/SKP oleh wajib

pajak.

b) Dalam hal keadaan terpaksa wajib pajak harus

dapat memberikan dan membuktikan alasan bahwa

jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi.

c) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa

Indonesia.

d) Diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan yang menerbitkan SPPT/SKP.

e) Dalam hal dikuasakan kepada pihak lain harus

melampirkan surat kuasa.

2) Syarat material :

a) Diajukan masing-masing dalam suatu surat

keberatan kecuali diajukan secar kolektif melalui

lurah/kepala desa untuk setiap SPPT atau SKP

pertahun pajak.

b) Mengemukakan alasan yang jelas dan

memcantumkan besarnya pajak bumi dan bangunan

menurut perhitungan wajib pajak, karena untuk

Pajak Bumi dan Bangunan menggunakan 2 (dua)

sistem pemungutan pajak yaitu Official Assessment

System dan Self Assessment System.

c) Dalam hal pengajuan keberatan, wajib pajak

melampirkan SPPT atau SKP tahun pajak

bersangkutan dan dapat melampirkan bukti

pendukung yang terkait dengan alasan pengajuan

keberatannya, bukti pendukung itu antara lain :

Page 63: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

64

64

(1) Foto copy KTP,Kartu keluarga, atau identitas

lainya;

(2) Foto copy KTP,Kartu keluarga, atau identitas

lainya;

(3) Foto copy bukti kepemilikan hak atas tanah atau

sertifikat;

(4) Fotocopy bukti surat ukur atau gambar situasi;

(5) Fotocopy akta jual beli;

(6) Fotocopy surat penunjukan kaveling;

(7) Fotocopy ijin mendirikan bangunan;

(8) Fotocopy ijin penggunaan bangunan;

(9) Surat keterangan dari lurah atau kepala desa;

(10) Fotocopy bukti pelunasan pajak bumi dan

bangunan sebelumnya;

(11) Fotocopy bukti resmi lainya.

3 Pelaksanaan pengajuan keberatan di Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II

Dalam pelaksanaanya, Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II menggunakan sistem SOP

(Standard Operating Procedures). Prosedur ini menguraikan tata

cara penyelesaian permohonan pengajuan permohonan

pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan terhutang dari

wajib pajak oleh kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang

di dasari pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-

59/PJ./2000 tanggal 10 Maret 2000 Tentang Tata Cara Pengajuan

dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.

a. Pihak yang terkait :

1) Kepala Kantor Wilayah;

2) Kepala Bidang Pengurangan, Keberatan, dan Banding;

3) Kepala Seksi Bidang Pengurangan, Keberatan, dan

Banding;

Page 64: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

65

65

4) Penelaah Keberatan;

5) Sekretaris Kepala Kantor Wilayah;

6) Pelaksana Bidang Pengurangan, Keberatan dan

Banding;

7) Wajib Pajak .

b. Formulir yang digunakan :

Surat permohonan wajib pajak.

c. Dokumen yang hasilkan

1) Surat keputusan keberatan.

2) Surat penolakan permohonan.

d. Prosedur kerja yang dilakukan oleh Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II adalah:

1) Kepala Bidang Pengurangan, Keberatan dan Banding

(PKB) menerima surat permohonan keberatan atas PBB

tehutang dari wajib pajak yang dikirim oleh kantor

pajak terkait melalui SOP tata cara penerimaan

dokumen masuk di Kantor Pelayanan Pajak dan

memberikan catatan disposisi kemudian

menyampaikanya kepada Kepala Seksi Pengurangan,

Keberatan dan Banding. Tata cara penerimaan

dokumen di Kantor Pelayanan Pajak adalah :

a) Sekretaris Kantor Pelayanan Pajak menerima

dokumen masuk berupa surat, laporan, daftar, dan

buku dari pihak eksternal, sekretaris Kantor

Pelayanan Pajak kemudian mencatat dokumen

masuk dan meneruskannya kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak.

b) Kepala Kantor memberikan catatan dan kemudian

menginstruksikan Sekretaris Kantor Peleyanan

Pajak Untuk Mendistribusikannya.

Page 65: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

66

66

2) Kepala Seksi PKB menerima disposisi, meneliti dan

membuat penugasan kepada penelaah keberatan .

Setiap surat keberatan diperiksa secara administrative

yang meliputi :

a) Penelitian persyaratan batas waktu pengajuan

keberatan atas SPPT atau SKP, yaitu memenuhi

ketentuan jangka waktu 3 bulan sejak diterimanya

SPPT atau SKP dimaksud kecuali apabila wajib

pajak menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak

dapat dipenuhi kerena keadaan diluar kekuasaanya.

Seperti : bencana alam, kebakaran.

b) Pencocokan bukti lampiran surat keberatan dengan

data yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan (surat pemberitahuan obyek pajak

(SPOP), lampiran SPOP, daftar hasil rekaman

(DHR), peta zone nilai tanah (ZNT),SK Menteri

Keuangan tentang NJOP dan daftar biaya

komponen bangunan (DBKB).

c) Penelitian syarat-syarat dilakukannya pemeriksaan,

baik pemeriksaan sederhana kantor atau

pemeriksaan sederhana lapangan.

3) Penelaan Keberatan membuat konsep uraian penelitian

(berita acara pemeriksaan sederhana) berserta konsep

surat keputusan keberatan atau penolakan permohonan

dan meneruskannya kepada kepala seksi PKB.

Pemeriksaan sederhana lapangan dapat dilakukan

terutama untuk hal-hal sebagai berikut:

Wajib pajak mengajukan keberatan terhadap ketetapan

pajak :

a) Untuk wilayah DKI Jaya sama dengan atau lebih

dari Rp 5.000.000 (Lima Juta Rupiah);

Page 66: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

67

67

b) Untuk wilayah Bogor, Tanggerang, Bekasi,

Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya,

Medan, Denpasar, Ujung Pandang sama atau lebih

dari Rp 2.500.000 (Dua Juta Lima Ratus Ribu

Rupiah);

c) Untuk wilayah lainnya kurang atau lebih dari Rp

500.000 (Lima Ratus Ribu Rupiah).

Dalam pembuatan berita acara pemeriksaan sederhana

kantor maupun berita acara pemeriksaan sederhana

lapangan agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Berita acara harus memuat tanggapan atau bantahan

atas hal-hal yang diajukan keberatan oleh wajib

pajak.

b) Berita acara pemeriksaan sederhana lapangan agar

menyebutkan tentang keadaan obyek pajak serta

data pendukung yang menjadi dasar perhitungan

penetapan PBB, misalnya :

(1) Data pembanding obyek pajak yang mendukung

penentuan NJOP.

(2) Data tanah yang meliputi uraian lokasi, zoning /

peruntukan, pemanfaatan, akses ke jalan besar,

prasarana/fasilitas, infrastuktur dan lain

sebagainya.

(3) Data bangunan yang meliputi uraian kontruksi,

komponen, dan pemanfaatan bangunan.

(4) Data perkebunan atau perhutanan yang meliputi

pemanfaatan tanah serta jenis dan produktivitas

tanaman.

(5) Data pertambangan yang meliputi pemanfaatan

serta jenis dan produktivitas tambang.

Page 67: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

68

68

4) Kepala Seksi PKB meneliti, menandatangani uraian

penelitian, memaraf konsep surat keputusan dan

meneruskan kepada Kepala Bidang PKB. Dalam hal

Kepala Bidang tidak menyetujui penelaah keberatan

memperbaiki konsep tersebut.

5) Kepala Bidang PKB menelaah, menandatangani uraian

penelitian, memaraf konsep surat keputusan, dan

meneruskan kepada Kepala Kanwil Direktorat Jenderal

Pajak. Dalam hal kepala bidang tidak menyetujui,

penelaah memperbaiki konsep tersebut.

6) Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak

menyetujui dan menandatangani uraian penelitian dan

surat keberatan atau penolakan permohonan dan

meneruskannya kepada Sekretaris Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak. Keputusan keberatan atas

SPPT/SKP berupa :

a) Menolak, apabila permohonan keberatan wajib

pajak memenuhi persyaratan formal dan materil,

dan telah dilakukan pemeriksaan sehingga alasan

yang diajukan oleh wajib pajak tidak tepat atau

tidak benar.

b) Menerima seluruhnya atau sebagian, menerima

seluruhnya apabila alasan sesuai dengan data atau

keterangan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

dan diterima seluruhnya berdasarkan perhitungan

wajib pajak, atau atas perintah undang-undang.

menerima sebagaian apabila alasan wajib pajak

sesuai dengan data atau keterangan yang diperoleh

dari hasil pemeriksa.

c) Tidak dapat diterima, apabila permohonan

keberatan wajib pajak tidak memenuhi persyaratan

Page 68: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

69

69

jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana yang

dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) keputusan Direktur

Jenderal Pajak No Kep-59/PJ.6/2000. yakni

Keberatan diajukan masing-masing dalam satu surat

keberatan, kecuali diajukan secara kolektif melalui

lurah, untuk setiap SPPT atau SKP pertahun pajak

dengan mengemukakan alasan yang jelas dan

mencantumkan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan

menurut perhitungan wajib pajak.

d) Menambah besarnya jumlah pajak yang terutang,

apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diperoleh

perhitungan yang menambah besarnya jumlah pajak

terutang.

7) Sekretaris Kepala Kantor Wilayah menerima surat

keputusan keberatan atau penolakan permohonan,

memberi nomor, tanggal, dan cap kemudian

meneruskannya kepada Pelaksanan Seksi PKB.

8) Pelaksana Seksi PKB menatausahakan surat keputusan

keberatan atau penolakan permohonan dan

menyampaikannya kepada Bagian Umum untuk di

kirim dengan SOP tata cara penyampaian dokumen

Kanwil dan langsung dikirim ke Kantor Pelayanan

Pajak Terkait . Tata cara penyampaian dokumen Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II

adalah :

a) Kepala subagian Tata Usaha dan Rumah Tangga

menerima dokumen yang siap dikirim yang

berasal dari seksi atau subbagian di Kantor

Wilayah dan memerintahkan pelaksanaan

subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga untuk

menyampaikan dokumen.

Page 69: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

70

70

b) Pelaksana subbangian Tata Usaha dan Rumah

Tangga menerima dokumen yang siap di

sampaikan, mencatat data pengiriman dan

penyampaian dokumen pada register

penyampaian dokumen dan menyampaikan

dokumen disertai dengan register penyampaian

dokumen. Penyampaian dokumen dapat di

lakukansecara langsung, lewat pos, atau kurir

9) Proses selesai.

e. Batas waktu penyelesaian keberatan

Meski batas waktu penyelesaian keberatan paling lama

12 (dua belas) bulan sejak tanggal diterimanya pengajuan

keberatan, dalam rangka mempercepat penyelesaian dan

tesedianya rentang waktu untuk membetulkan keputusan

Page 70: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

71

71

penyelesaian keberatan apabila ditemukan adanya

kekeliruan, maka penyelesaian keberatan diupayakan selesai

dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya

pengajuan keberatan.

Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan dan

sekaligus mengajukan permohonan pengurangan baik dalam

satu surat permohonan, maupun secara terpisah, maka harus

terlebih dahulu diselesaikan permohonan keberatanya.

Apabila diminta oleh wajib pajak untuk keperluan

pengajuan keberatan, Kepala Kantor Pajak Bumi dan

Bangunan memberikan penjelasan secara tertulis hal-hal

yang menjadi dasar pengenaan PBB.

C. Hambatan-Hambatan yang dialami dalam proses keberatan

Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Luna Selaku

Seksi Keberata dan Banding di Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Pajak Jawa Tengah II pada tanggal 7 April 2008, beliau

menyebutkan bahwa dalam proses pengajuan keberatan, terdapat

hambatan-hambatan yang di hadapi.

Hambatan-hambatan yang di alami oleh Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Jateng II adalah :

a) Wajib pajak yang tidak kooperatif, disini wajib pajak

mematuhi persyaratan yang diajukan oleh kantor.

b) Administrasi surat seperti Surat Izin Mendirikan Bangunan

( IMB), sertifikat tanah, ijin pendirian bangunan, akta jual

beli, bukti surat ukur, dan bukti resmi lainnya tidak ada,

padahal itu salah satu bukti yang penting bagi kantor untuk

memberikan sesuatu dalam memberikan keputusan.

Page 71: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

72

72

c) Saat pengajuan, wajib pajak tidak tahu jangka waktu/batas

waktu pengajuan keberatan.

d) Jika melalui pos sering terjadi keterlambatan waktu

penyampaian di kantor.

Solusi untuk hambatan-hambatan diatas adalah :

a) Wajib pajak yang tidak kooperatif diberitahukan oleh

pihak kantor sebagaimana mestinya.

b) Jika administrasi surat tidak lengkap, maka petugas

pajak melakukan pengukuran langsung ke lokasi yang

sedang dalam proses pengajuan keberatan.

c) Kalau bisa membuktikan SPPT atau SKP itu telah

diterima dalam waktu 3 bulan, maka keberatan dapat

diterima, jika disahkan atau ditandatangani oleh

kelurahan atau kepala desa yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti tanggal 10 April

2008 dengan bapak Tugimin selaku wajib pajak yang pernah

mengajukan proses keberatan. Beliau mengajukan keberatan atas

luas tanahnya yang berada di Desa Gagak Kecamatan Ngemplak

Boyolali, yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Karena didalam SPPT atau SKP Pajak Bumi dan Bangunannya

tercatat bahwa luasnya tanahnya mencapai 4.037 m2, padahal

dalam sertifikatnya luas tanahnya adalah 3.500 m2.

Dalam pengajuannya Tugimin sebagai wajib pajak

memaparkan pelayanan yang diberikan oleh kantor :

a. Dalam prosedurnya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak menggunakan undang-undang yang berlaku yaitu .

(1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep –

59/PJ./2000. Tentang Tata Cara Pengajuan dan

Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.

(2) Standard Operating Procedures (SOP) tentang Tata

Cara Penyelesaian Permohonan Kebaratan yang di

Page 72: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

73

73

miliki Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Jawa Tengah II.

b. Persyaratan kurang lengkap, wajib pajak yang akan

mengajukan keberatan harus melengkapinya sampai

betul-betul lengkap.

c. keberatan yang Wajib Pajak ajukan diputus dalam jangka

waktu kurang dari 12 (dua belas bulan) sesuai dengan

undang-undang yang berlaku.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pelaksanaan Pengajuan

Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Pajak Jateng II, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1 Pelaksanaan pengajuan keberatan atas Pajak Bumi dan Bangunan di

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jateng II, dilakukan dengan

berdasarkan peraturan Kep 59-/PJ./2000. Tentang Tata Cara Pengajuan

Dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan .

2 Hambatan-hambatan yang dialami dalam pengajuan keberatan atas Pajak

Bumi dan Bangunan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa

Tengah II adalah :

a. Wajib pajak yang tidak kooperatif,

b.Administrasi surat tidak ada,

c. Saat pengajuan wajib pajak tidak tahu jangka waktu atau batas waktu

pengajuan keberatan,

d. Jika melalui pos sering terjadi keterlambatan.

Solusi untuk mengatasi hambatan tersebut adalah :

Page 73: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

74

74

a. Wajib pajak yang tidak kooperatif diberitahukan oleh pihak kantor

sebagaimana mestinya,

b. Jika administrasi surat tidak lengkap, maka petugas pajak melakukan

pengukuran langsung keobyek lokasi berada.,

c. Kalau bisa membuktikan SPPT atau SKP itu telah diterima dala waktu 3

bulan, maka keberatan dapat diterima, jika disahkan atau

ditandatangani oleh kelurahan atau Kepala Desa yang bersangkutan.

B. Saran-saran

1 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II hendaknya lebih

mensosialisasikan tata cara pengajuan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan,

sehingga masyarakat dapat mengurus sendiri prosedurnya tanpa

menggunakan jasa calo,

2 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II hendaknya lebih

mempermudah lagi bagi wajib pajak yang hendak mengajukan keberatan

atas Pajak Bumi dan Bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

HB Sutopo, 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar Teoritis dan

Praktis), Pusat Penelitian Surakarta.

Lexi J Moleong, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 74: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

75

75

Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia (UI-Press).

________________, 2001. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Winarno Surachman, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito.

Mardiasmo, 2003. Perpajakan, Yogyakarta:Andi.

Valentina Sri S dan Aji Suryo, 2006. Perpajakan Indonesia, Yogyakarta: AMP

YKPN.

Philipus M Hadjon, R. Sri Soemantri Martosoewignjo, Sjehran Basan, Bagir

manna, H.M. laica Marzuki, J. BJ. M ten Berge, p. J.J Van Buuren,

F.A.M. Stoink, 2002, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,

Yogyakarta : gajah Mada University.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Keputusan Direkturt Jenderal Pajak Nomor 59/PJ./2000 Tentang Tata Cara

Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan.

Page 75: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

76

76

Page 76: Pelaksanaan pengajuan keberatan pajak bumi dan bangunan di

77

77