keberatan penebangan pohon

9
Lampiran 1. Analisa Dampak Penebangan Hutan Sebagai respon atas surat Asper/BKPH Gunung Slamet Barat, KPH Perhutani Banyumas Timur dengan nomor surat 9/042.3/GSB/BYT/Divre Jateng, tertanggal 2 Januari 2015 tentang Pemberitahuan Rencana Penebangan di Petak 57d, yang ditujukan kepada Muspika Kecamatan Kedung Banteng, berikut di bawah ini hasil kajian yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Melung. Analisa resiko dilakukan dengan berkonsultasi dengan berbagai pihak, antara lain LMDH Pager Gunung, Pemuka Agama, Tokoh Masyarakat, Kelompok Pemuda, dan LSM yang bergerak dibidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup. 1. Faktor Resiko Bencana Longsor Petak 57d terletak di sebelah utara dan timur lereng Gunung Cendana, yang berada di sebelah utara Desa Melung. Antara petak 57d dengan Desa Melung, terbentang perbukitan curam dengan kemiringan antara 30 o hingga 90 o . Perbukitan tersebut dari segi kewilayahan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu Hutan Produksi Terbatas yang dikelola Perhutani dan Hutan Masyarakat yang dimiliki oleh masyarakat Desa Melung. Kondisi hutan didaerah sekitar rencana lokasi penebangan: a. Hutan Produksi Terbatas Kondisi hutan masih relatif terbuka pasca penebangan tahun 2001. Tanaman damar sebagai tegakan utama belum besar, dengan ketinggian rata-rata 4-5 meter. Pada beberapa sub petak, penanaman damar tidak begitu berhasil, sehingga kondisinya sangat terbuka. Beberapa kali masyarakat atas bantuan pihak luar, melakukan penanaman di lokasi tersebut atas seizin Perhutani. Tujuan penanaman masyarakat adalah untuk menjaga agar lokasi tersebut tidak semakin rusak dan mengakibatkan bencana longsor. Tanaman yang ditanam adalah jenis-jenis lokal ( native species) yang memiliki fungsi konservasi air yang sangat baik seperti aren dan pucung. Kondisi tanaman tersebut tidak sepenuhnya berhasil hidup karena berbagai faktor, antara lain serangan babi hutan, terdesak oleh gulma dan juga faktor kekeringan pada saat musim kemarau. Kegiatan perawatan masih dilakukan, namun karena keterbatasan kegiatan, perawatan tersebut tidak dapat menjangkau seluruh area dan seluruh tanaman yang sudah ditanam. Keberhasilan program penanaman juga relatif rendah, di bawah 50%. b. Hutan Masyarakat Hutan milik masyarakat berbatasan langsung dengan Hutan Produksi Terbatas. Kondisi hutan milik masyarakat relatif lebih rapat karena berisi tanaman- tanaman keras yang sudah berumur puluhan tahun seperti cengkeh, kelapa, aren, albasia dan tanaman buah-buahan. Selain itu, rapatnya tanaman di hutan masayrakat karena dikelola secara terus menerus dengan sistem tradisional sehingga tanaman relatif terpelihara dengan baik. Untuk mengidentifikasi potensi bencana longsor, dilakukan analisa berbasis spasial menggunakan software ARCGIS 10, yang meng-overlay antara data slope yang dikeluarkan oleh USGS dengan citra satelit tahun 2012. Dalam analisa spasial tersebut, dimasukkan juga lokasi indikatif rencana tebang Perhutani tahun 2015-2020, sesuai informasi yang diperoleh Pemerintah Desa Melung secara informal. Hasil analisa spasial digambarkan dalam peta sebagai berikut:

Upload: kang-margino

Post on 26-Jul-2015

361 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keberatan penebangan pohon

Lampiran 1. Analisa Dampak Penebangan Hutan

Sebagai respon atas surat Asper/BKPH Gunung Slamet Barat, KPH PerhutaniBanyumas Timur dengan nomor surat 9/042.3/GSB/BYT/Divre Jateng, tertanggal 2Januari 2015 tentang Pemberitahuan Rencana Penebangan di Petak 57d, yangditujukan kepada Muspika Kecamatan Kedung Banteng, berikut di bawah ini hasilkajian yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Melung. Analisa resikodilakukan dengan berkonsultasi dengan berbagai pihak, antara lain LMDH PagerGunung, Pemuka Agama, Tokoh Masyarakat, Kelompok Pemuda, dan LSM yangbergerak dibidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup.

1. Faktor Resiko Bencana Longsor

Petak 57d terletak di sebelah utara dan timur lereng Gunung Cendana, yangberada di sebelah utara Desa Melung. Antara petak 57d dengan Desa Melung,terbentang perbukitan curam dengan kemiringan antara 30o hingga 90o.Perbukitan tersebut dari segi kewilayahan terbagi menjadi 2 kategori, yaitu HutanProduksi Terbatas yang dikelola Perhutani dan Hutan Masyarakat yang dimilikioleh masyarakat Desa Melung.

Kondisi hutan didaerah sekitar rencana lokasi penebangan:a. Hutan Produksi Terbatas

Kondisi hutan masih relatif terbuka pasca penebangan tahun 2001. Tanamandamar sebagai tegakan utama belum besar, dengan ketinggian rata-rata 4-5meter. Pada beberapa sub petak, penanaman damar tidak begitu berhasil,sehingga kondisinya sangat terbuka.

Beberapa kali masyarakat atas bantuan pihak luar, melakukan penanaman dilokasi tersebut atas seizin Perhutani. Tujuan penanaman masyarakat adalahuntuk menjaga agar lokasi tersebut tidak semakin rusak dan mengakibatkanbencana longsor. Tanaman yang ditanam adalah jenis-jenis lokal (nativespecies) yang memiliki fungsi konservasi air yang sangat baik seperti aren danpucung.

Kondisi tanaman tersebut tidak sepenuhnya berhasil hidup karena berbagaifaktor, antara lain serangan babi hutan, terdesak oleh gulma dan juga faktorkekeringan pada saat musim kemarau. Kegiatan perawatan masih dilakukan,namun karena keterbatasan kegiatan, perawatan tersebut tidak dapatmenjangkau seluruh area dan seluruh tanaman yang sudah ditanam.Keberhasilan program penanaman juga relatif rendah, di bawah 50%.

b. Hutan MasyarakatHutan milik masyarakat berbatasan langsung dengan Hutan Produksi Terbatas.Kondisi hutan milik masyarakat relatif lebih rapat karena berisi tanaman-tanaman keras yang sudah berumur puluhan tahun seperti cengkeh, kelapa,aren, albasia dan tanaman buah-buahan. Selain itu, rapatnya tanaman dihutan masayrakat karena dikelola secara terus menerus dengan sistemtradisional sehingga tanaman relatif terpelihara dengan baik.

Untuk mengidentifikasi potensi bencana longsor, dilakukan analisa berbasisspasial menggunakan software ARCGIS 10, yang meng-overlay antara data slopeyang dikeluarkan oleh USGS dengan citra satelit tahun 2012. Dalam analisaspasial tersebut, dimasukkan juga lokasi indikatif rencana tebang Perhutani tahun2015-2020, sesuai informasi yang diperoleh Pemerintah Desa Melung secarainformal. Hasil analisa spasial digambarkan dalam peta sebagai berikut:

Page 2: Keberatan penebangan pohon

Warna kuning pada petamenggambarkan daerah denganpotensi rawan longsor, dengan nilai diatas 70% yang tersebar di DesaMelung. Lokasi yang diindikasikan akandirencanakan untuk dilakukan aktifitaspenebangan, terletak di lokasi yangteridentifikasi rawan longsor.

Selain itu, topografi lokasi rencanapenebangan cenderung berupacekungan yang terdapat banyak sekalisungai-sungai kecil. Ketiadaan pohondi kawasan tersebut, berpotensimenjadikan kawasan tersebut sebagai"cawan air" yang dapat membuatkondisi tanah menjadi gembur dantercipta semacam waduk lumpur.Kondisi sedemikian sangatmembahayakan bagi kawasan disebelah selatan lokasi yangtopografinya sangat curam, sehinggapotensi jebol dan mengakibatkan

longsoran yang parah. Kondisi serupa ini telah terjadi di Banjarnegara pada tahun2006 dan 2014 yang lalu.

Dari hasil survey lapangan yang dilakukan bersama antara Pemerintah DesaMelung dengan Komunitas Cendana dan Biodiversity Society, ditemukan lokasiyang mengalami longsoran baru-baru ini. Lokasi longsoran tersebut tepat disebelah timur lereng Gunung Cendana, berbatasan langsung dengan tanamandamar yang ditanam tahun 1955, yang menurut informasi akan direncanakanditebang juga hingga tahun 2020. Berikut di bawah ini foto longsoran baru yangdidokumentasikan pada tanggal 19 Februari 2015 yang lalu:

2. Faktor Resiko Kekeringan dan Krisis Air

Page 3: Keberatan penebangan pohon

Petak 57 merupakan kawasan serapan air yang sangat vital bagi Desa Melung,baik untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan pengairan sawah. Terdapatlima saluran irigasi utama yang sangat bergantung pada petak 57, yaitu 1)Wangan Wali, 2) Irigasi Kali Manggis I, 3) Irigasi Kali Manggis II, 4) Irigasi WanganAren, dan 5) Irigasi Wangan Gayong. Lokasi saluran irigasi tersebut tergambarpada peta Saluran Irigasi Desa Melung.

a. Wangan Wali

Untuk kebutuhan pengairan sawah, tak kurang sejak ratusan tahun yang lalu,para sesepuh Desa Melung telah membuat saluran irigasi sepanjang 3,5kilometer yang bersumber dari hulu Kali Pagu di sebelah utara Gunung

Cendana. Saluran tersebutmengalir mengikuti kontur disebelah timur Cendana menujuarea persawahan di DukuhMelung. Saluran irigasi inimenjadi satu-satunya sumberpengairan untuk perwasahan diDukuh Melung dan mengairisekitar 3,2 hektar sawah. Debitair Wangan Wali relatifberkurang jauh sejakpenebangan tahun 2001. Kamimenyimpulkan bahwa adapengaruh signifikan antarapenebangan tersebut denganturunnya debit air Wangan Wali.Selain itu, terjadi erosi yangcukup parah dan membuatWangan Wali menjadi dangkal,terutama di sebelah timur lerengGunung Cendana.

Dalam Peta Sebaran Mata Airdan Irigasi Desa Melung,

tergambar bahwa Wangan Wali melintasi lokasi yang diindikasikan akandilakukan penebangan dalam periode 2015-2020. Jika dilakukan penebangankembali di petak 57, dikhawatirkan debit yang sudah kecil tersebut akansemakin berkurang dan tidak mencukupi untuk mengairi persawahan. Selainitu, potensi erosi juga dapat membuat saluran tersebut terputus.

b. Irigasi Kali Manggis I

Irigasi Kali Manggis I merupakan saluran air yang bersumber dari Kali Manggisdi sebelah barat lereng Gunung Cendana. Irigasi ini dibangun pada tahun 2012untuk mengairi persawahan seluas 10,7 hektar yang tersebar di Dukuh Depok.

c. Irigasi Kali Manggis II

Irigasi Kali Manggis II merupakan saluran air yang bersumber dari Kali Manggisdi sebelah barat lereng Gunung Cendana. Irigasi ini dibangun pada tahun 2012untuk mengairi persawahan seluas 2,1 hektar yang tersebar di Dukuh Depok.

Page 4: Keberatan penebangan pohon

d. Irigasi Wangan Aren

Irigasi Wangan Aren merupakan saluran air yang bersumber dari Kali Manggisdi sebelah barat lereng Gunung Cendana. Irigasi ini dibangun pada tahun 2009untuk mengairi persawahan seluas 1,2 hektar yang tersebar di DukuhKaliputra.

e. Irigasi Watu Gayong

Irigasi Watu Gayong merupakan saluran air yang bersumber dari Kali Manggisdi sebelah barat lereng Gunung Cendana. Irigasi ini dibangun pada tahun 2011untuk mengairi persawahan seluas 9,4 hektar yang tersebar di DukuhSelarendeng.

Selain untuk keperluan irigasi,masyarakat Desa Melung juga sangatbergantung dengan keberadaan mataair yang tersebar di Desa Melung.Dalam peta Sebaran Mata Air danIrigasi Desa Melung, terdaftarsebanyak 19 mata air yang tersebardi empat perdukuhan. Akan tetapi,sebaran mata air yang paling banyakberada di tiga dukuh yaitu DukuhMelung, Dukuh Kaliputra dan DukuhDepok. Ketiga dukuh tersebut beradatepat di bawah lereng GunungCendana dan petak 57. DukuhSelarendeng tidak dijumpai banyakmata air karena terdapat GunungButak, sehingga kondisi hidrologinyaberbeda dengan ketiga dukuhlainnya. (Sebaran mata air di DesaMelung tergambar pada Peta SebaranMata Air Desa Melung)

Dari 19 mata air yang ada, saat inihanya tersisa 7 mata air yang masih hidup dan digunakan oleh masyarakat untukkeperluan konsumsi sehari-hari, sedangkan 12 mata air yang lain mati dalamperiode sepuluh tahun terakhir. Penebangan hutan yang dilaksanakan pada tahun2001 yang lalu, diduga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadapkeberadaan mata air tersebut, mengingat, saat ini yang mata air yang masihhidup lokasinya cenderung semakin dekat dengan kawasan hutan. Keterbatasanstok air di dalam tanah, menyebabkan mata air yang jauh dari hutan tidak lagidapat mengeluarkan air.

Satu mata air yang kauh dari kawasan hutan Gunung Slamet, yaitu Tuk WatuGayong, terletak di lereng Gunung Butak. Gunung Butak sendiri merupakankawasan yang secara vegetasi dikelompokkan sebagai hutan masyarakat, dimana kondisi vegetasinya selalu terjaga tetap rimbun, meskipun dikelola secaraintensif.

Dari peta tersebut dapat digambarkan kondisi mata air terkini di Desa Melung,sebagai berikut:

1. Tuk Buyute, kondisi mati

Page 5: Keberatan penebangan pohon

2. Tuk Gula Geseng, kondisi mati3. Tuk Dregel, kondisi mati4. Tuk Tekukan, kondisi mati5. Tuk Kali Cilik, kondisi hidup6. Tuk Kali Gombong, kondisi hidup7. Tuk Mpete, kondisi mati8. Tuk Capit Urang, kondisi mati9. Tuk Igir Sapi, kondisi mati10. Tuk Waton, kondisi hidup11. Tuk Lubang, kondisi hidup12. Tuk Goa Kampret, kondisi hidup13. Tuk Yudi, kondisi mati14. Tuk Talun, kondisi mati15. Tuk Clirang, kondisi hidup16. Tuk Pucung, kondisi hidup17. Tuk Mpucung, kondisi mati18. Tuk Watu Gayong, kondisi hidup19. Tuk Aren, kondisi mati

Rencana penebangan di petak 57, dikhawatirkan akan meningkatkan potensimatinya mata air yang tersisa di kawasan Desa Melung dan menyebabkan krisisair konsumsi. Saat ini, jumlah air yang berasal dari ketujuh mata air tersebutsudah tidak mencukupi kebutuhan air masyarakat. Semenjak tahun 2008, untukkebutuhan konsumsi air di Dukuh Melung, pasokan air konsumsi sudahbergantung kepada suplai air dari Dukuh Kalipagu Desa Ketenger, atas kerjasamaantara Pemerintah Desa Melung dengan Pemerintah Desa Ketenger. Jika mata airyang tersisa tidak dijaga dengan baik, dikhawatirkan pemukiman-pemukimanyang selama ini bergantung kepada mata air tersebut akan kesulitan mendapatpasokan air konsumsi.

3. Faktor Habitat Satwaliar Terancam Punah Dilindungi

Kawasan Hutan Produksi Terbatas yang masuk dalam Hutan Pangkuan DesaMelung merupakan kawasan hutan yang menjadi habitat satwa terancam punahdan dilindungi oleh PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhandan Satwa. Jenis-jenis satwaliar yang dilindungi yang menggunakan kawasanPangkuan Hutan Desa Melung antara lain elang jawa (Nisaetus bartelsi), elanghitam (Ictinaetus malayensis), elang ular bido (Spilornis cheela bido), alap-alapsapi (Falco moluccensis), alap-alap capung (Microhierax fringillarius), elang tikus(Elanus caeruleus), owa jawa (Hylobates moloch), rekrekan (Presbytis fredericae),lutung jawa (Trachypitecus auratus), macan tutul jawa (Panthera pardus melas),kucing hutan (Prionailurus bengalensis), kijang (Muntiacus muntjak), trenggiling(Manis javanica), sigung (Midaus javanensis) dan berbagai jenis familiNectariniidae. Data ini dihimpun oleh Biodiversity Society melalui monitoringkeragaman hayati sejak tahun 2002.

Di antara jenis dilindungi tersebut, terdapat 4 jenis yang menjadi prioritasnasional yang ditetapkan sebagai bagian dari 25 Spesies Prioritas Nasional yangHarus Ditingkatkan Populasinya di Alam. Keempat jenis tersebut yaitu elang jawa,macan tutul jawa, owa jawa dan rekrekan.

Berdasarkan Permenhut Nomor P.58/Menhut-II/2013 tentang Strategi danRencana Aksi Konservasi Elang Jawa tahun 2013-2022, Gunung Slametdiidentifikasi sebagai kawasan penting pelestarian elang jawa. Dokumen tersebutmemiliki visi untuk menjamin keberadaan populasi dan habitat elang jawa di

Page 6: Keberatan penebangan pohon

alam yang hidup secara harmoni dengan manusia. Tujuan dari diterbitkannyaperaturan tersebut adalah : a) sebagai acuan bagi para pihak di tingkat lokal,regional dan nasional untuk menentukan prioritas kegiatan konservasi elangjawa, dan b) menselaraskan tata ruang wilayah dan rancangan program ditingkat lokal, regional dan nasional guna menjamin keberadaan habitat dan

populasi elang jawa di alam.

Berdasarkan hasil monitoring yangdilakukan oleh Biodiversity Societybersama dengan Pemerintah DesaMelung dari tahun 2011 sampai 2014,berhasil dipetakan penggunaan kawasanoleh elang jawa sebagaimanaditampilkan dalam Peta Habitat ElangJawa di Desa Melung.

Sebagian besar kawasan Desa Melungdigunakan elang jawa sebagai daerahjelajah, dengan tujuan utamanya adalahberburu mangsa. Wilayah tersebutmeliputi kawasan Hutan ProduksiTerbatas, Hutan Lindung dan juga hutanmasyarakat. Daerah perbatasan antaraHutan Lindung dan Hutan ProduksiTerbatas diketahui sebagai habitatbersarang elang jawa.

Dari hasil penelitian Biodiversity Society,kawasan Desa Melung dinilai merupakan kawasan ideal untuk menunjangkehidupan elang jawa. Dari hasil monitoring populasi pada tahun 2012,ditemukan sebanyak 2 pasang elang jawa dan 1 ekor remaja. Pada tahun 2014,teramati sebanyak 3 pasang elang jawa dan 1 remaja.

Keterlibatan masyarakat Desa Melungdalam upaya konservasi elang jawasendiri sudah sangat baik. Hal iniditunjukkan melalui kegiatanpelepasliaran elang jawa yangdilakukan pada tahun 2012 yang lalu.Kegiatan tersebut merupakankerjasama antara Biodiversity Society,Pemerintah Desa Melung, SuakaElang, Balai Konservasi Sumber DayaAlam Jawa Tengah dan didukung olehIndonesia Power. Pada kesempatantersebut, Wakil Bupati Banyumas Ir.Achmad Husein (saat ini menjabatsebagai Bupati Banyumas)melepasliarkan elang jawa tersebutyang beliau beri nama Dokjali (elangjawa dalam bahasa Banyumas).Keberadaan elang jawa tersebutdipantau secara intensif selama 2

minggu pasca pelepasliaran, dan dipantau secara periodik hingga saat ini. Darihasil monitoring pasca pelepasliaran, Dokjali diketahui berhasil beradaptasi

Page 7: Keberatan penebangan pohon

dengan lingkungan baru. Bahkan beberapa kali teramati sedang melakukangerakan undulating yang merupakan gerakan untuk mempertahankan teritoriyang sedang digunakan sebagai daerah bersarang.

Selain mejadi habitat penting elang jawa, Gunung Slamet juga diidentifikasisebagai kawasan penting pelestarian owa jawa dan primata lainnya. Dari hasilpenelitian yang dilakukan sejak tahun 2002 - 2014, batas antara Hutan ProduksiTerbatas dengan Hutan Lindung merupakan kawasan yang dihuni oleh 3 jenisprimata terancam punah yaitu owa jawa, lutung jawa dan juga rekrekan. Selainitu, terdapat 1 jenis primata yang termasuk dalam kategori Appendix II yaitumonyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Populasi yang teramati berada di kawasan Pangkuan Hutan Desa Melung berkisarantara 12 - 16 ekor yang terbagi dalam 4 kelompok. Masing-masing kelompokhidup berdekatan satu sama lain akibat fragmentasi hutan pasca penebangantahun 2001. Pada tahun 2000, pergerakan kelompok tersebut diketahui hinggaGunung Cendana dan Gunung Bunder, akan tetapi setelah tahun 2001,pergerakan mereka hanya terbatas di Igir Malang. Populasi owa jawa tersebutsulit untuk pindah ke lokasi lain, mengingat karakter owa jawa adalah menyukaiwilayah tepi hutan di mana banyak tersedia sumber pakan akibat pengaruh darimelimpahnya sinar matahari. Sangat jarang teramati owa jawa beraktifitas jauhdi dalam hutan di kawasan Gunung Slamet.

Keterangan gambar:

kiri atas: Dokjali, elang jawayang dilepasliarkan pada tahun2012 di Desa Melung,

kiri bawah: Ir. Achmad Huseinmelepasliarkan elang jawa padabulan November 2012 di lerengselatan Gunung Cendana,

kanan bawah: Antusiasmemasyarakat Desa Melung untukmelepasliarkan elang jawa.

Page 8: Keberatan penebangan pohon

Jarak dari habitat owa jawadengan lokasi yangdirencanakan ditebang kurangdari 1 kilometer. Dikhawatirkanaktifitas ini akan mengakibatkanpopulasi owa jawa tersebutmengalami tekanan, mengingatowa jawa merupakan satwayang sangat sensitif dan rentanterhadap perubahan. Selain itu,dengan kemampuan reproduksiyang rendah (rata-rata 1 ekorsetiap 3-4 tahun), dikhawatirkanpopulasi yang terdapat dikawasan hutan di sekitar DesaMelung tidak dapat bertahan.

Berdasarkan informasikeberadaan satwaliar dikawasan Desa Melung yangberhasil dihimpun, rencanapenebangan tersebutdikhawatirkan akanbertolakbelakang dengan targetyang ingin diraih KementerianKehutanan dan LingkunganHidup dalam bidang konservasi

satwaliar, terutama satwa terancam punah.

Di sisi lain, inisiatif monitoring yang sudah secara kontinyu dilakukan bersamaantara Pemerintah Desa Melung dengan Biodiversity Society, telah mendapatperhatian dari Kementerian Kehutanan dengan dijadikannya kawasan HutanPangkuan Desa Melung sebagai Permanent Monitoring Site untuk elang jawa, owajawa dan juga rekrekan melalui kegiatan monitoring tahunan yang dilakukanbersama antara BKSDA Jawa Tengah, Pemerintah Desa Melung dan BiodiversitySociety.

Pengakuan lain dari Pemerintah Indonesia terhadap inisiatif Masyarakat DesaMelung dalam upaya konservasi satwaliar berbasis masyarakat salah satunyaadalah dicantumkannya kegiatan di Desa Melung dalam memonitor populasielang jawa di dalam buku Status Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia,yang telah dilaunching oleh Menteri Lingkungan Hidup pada tahun 2014 yanglalu.

Selain kegiatan monitoring populasi satwaliar terancam punah, Pemerintah DesaMelung juga berinisiatif untuk meredam aktifitas perburuan baik di kawasan desamaupun di kawasan hutan. Merebaknya hobi senapan angin, telah meresahkanmasyarakat karena hampir setiap hari dijumpai para penghobi senapan anginmenembak semua jenis satwa yang ditemui. Hal ini jika dibiarkan akanberdampak pada rusaknya kawasan hutan di sekitar Desa Melung. Oleh karenaitu pada tahun 2014 yang lalu, Pemerintah Desa bersama-sama dengan BKSDAJawa Tengah, Mandor Perhutani, Babinkamtibmas serta Biodiversity Societymemasang papan larangan perburuan di bebeberapa titik strategis di DesaMelung. Selain memasang papan larangan, Pemerintah Desa juga mengajakmasyarakat secara aktif menegur pendatang yang membawa senapan angin

Page 9: Keberatan penebangan pohon

untuk tidak melakukanperburuan di sekitar DesaMelung. Cara ini cukup efektifdengan menurunnya jumlahorang yang mendatangi DesaMelung maupun kawasanPangkuan Hutan Desa Melunguntuk tujuan berburu.

Dari beberapa analisa di atas,kami atas nama MasyarakatDesa Melung menyimpulkanbeberapa hal sebagai berikut:

1. Penebangan di petak 57d dan juga rencana penebangan selanjutnya di petak 57sangat beresiko menyebabkan longsor dan membahayakan keselamatanmasyarakat Desa Melung yang notabene tinggal tepat di bawah lokasipenebangan.

2. Penebangan di petak 57d dan juga rencana penebangan selanjutnya di petak 57beresiko menyebabkan kurangnya pasokan air baik untuk kepentingan irigasimaupun konsumsi air bersih masyarakat. Berkaca dari dampak penebangantahun 2001 yang lalu, sebanyak 12 mata air berangsur-angsur berkurang debitairnya dan kemudian mati. Dikhawatirkan penebangan yang akan datang akanmengakibatkan mata air yang tersisa juga akan mati.

3. Kawasan Hutan Pangkuan Desa Melung merupakan habitat bagi 4 spesiesdilindungi yang terancam punah, yang diprioritaskan untuk ditingkatkanpopulasinya di alam. Kegiatan penebangan tersebut dikhawatirkan akanbertolakbelakang dengan capaian nasional yang ingin diraih oleh KementerianKehutanan dan Lingkungan Hidup.

Demikian hasil analisa yang telah kami, Pemerintah Desa, lakukan denganmendengarkan dan menerima masukan dari berbagai pihak.