pelaksanaan pemberian kredit kepemilikan rumah

100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ) Penulisan Hukum ( Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Venny Noviyanti NIM.E0007237 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vokhanh

Post on 12-Dec-2016

246 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR)

PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH

BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK

PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )

Penulisan Hukum

( Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

Venny Noviyanti

NIM.E0007237

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

VENNY NOVIYANTI, E0007237.2011. PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah ( KPR ) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum empiris atau sosiologis. Lokasi penelitian di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui Interview ( wawancara), Studi kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan. Analisis data yang digunakan tehnik analisis kualitatif.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian memiliki perbedaan dalam hal perjanjian, jangka waktu, ketentuan biaya dan perhitungan bunga atau bagi hasil. Persamaan yang ada dalam kedua adalah syarat pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), jaminan, Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Flowchart pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sedangkan perbedaan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional adalah system perhitungan angsuran, dimana pada bank konvensional terkenal dengan system bunga. Sedangkan pada bank unit syariah lebih terkenal system angsuran dengan bagi hasil, dimana kedua belah pihak mengadakan perjanjian sesuai dengan akad Murabahah atau akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT). Selain itu, penelitian ini pun membahas tentang permasalahan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah yang dihadapin oleh Bank Permata, antara lain yaitu nasabah, masalah jaminan, terjadinya kredit macet.

Dengan demikian, dalam melakukan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah haruslah berdasarkan prinsip kehati-hatian karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah adalah Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.

Kata kunci : Pengaturan, prosedur, KPR

Page 6: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

VENNY NOVIYANTI, E0007237. 2011. HOME LENDING OF OWNERSHIP (KPR) TO CONVENTIONAL BANK AND BANK UNITS UNDER ISLAMIC PRINCIPLES PRUDENTIAL (CASE STUDY PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

This study to determine the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks and Islamic banking units based on the principle of prudence. This research is a descriptive and when seen from the objectives including the legal or empirical sociological research. Research sites in PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Types of data used are primary data. Data collection techniques used is through the interview (interview), Study of literature in the form of legislation. Analysis of the data used techniques of qualitative analysis.

Based on this study obtained results that the implementation of House Ownership Loan (mortgage) in units of conventional banks and Islamic banks based on prudential principles differ in terms of the agreement, term, fee provisions and the calculation of interest or for the results. The equation is in second is the implementation of the requirements of House Ownership Loan (mortgage), security, implementation of House Ownership Loan (mortgage) and Flowchart implementation of House Ownership Loan (mortgage). While the differences in the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks is the calculation of the installment system, where the conventional banks is famous for its system of interest. While the more famous bank sharia units with profit-sharing payments system, in which both parties entered into an agreement in accordance with the contract of Murabaha or Ijara contract Muntahiyah Bittamlik (IMBT). In addition, this study also discusses the problems of the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking unit of Bank Permata dihadapin by, among others, namely the customer, the problem of collateral, the credit crunch.

Thus, in making the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking units should be based on the precautionary principle because it is based on Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan is the Bank must maintain bank soundness in accordance with the provisions of capital adequacy, asset quality, management quality, liquidity, profitability, solvency, and other aspects related to the business in accordance with the principle of prudence. Meanwhile, based on Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah Banking and unit Islamic Sharia in conducting its business activities are required to apply the precautionary principle.

Keywords: setting, procedures, mortgage

Page 7: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

1 % ADALAH BAKAT DAN 99 % ADALAH KERJA KERAS

Page 8: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih

sayang serta rahmat dan hidayah-Nya tanpa henti dan tanpa diminta walaupun

terkadang penulislupa untuk bersyukur. Salawat serta salam juga senantiasa

tercurahkan kepada satu-satunya revolusioner terhebat dan abadi sepanjang zaman

Nabi Muhamad Saw semoga peneliti diberikan syafaatnya diakhir zaman dan

diizinkan menjadi umat yang dicintainya.

Penelitian hukum dengan judul “ PELAKSANAAN PEMBERIAN

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL

DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-

HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG

SURAKARTA ) ”ini merupakan penelitian pelaksanaan pemberian Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah jika

dikaitkan dengan prinsip kehati-hatian. Didalam penelitian ini membahas tentang

syarat-syarat, prosedur, jaminan, pelaksanaan KPR, persamaan dan perbedaan

antara pelaksanaan KPR konvensional dan pelaksanaan KPR unit usaha syariah

serta permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan

Kredit (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah.

Penelitian ini merupakan syarat yang harus ditempuh dalam

menyelesaikan studi guna melengkapi gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Atas peran serta dan

bantuan dari berbagai pihak, penulisan dapat menyelesaikan proses penulisan

hukum ini. Kesempatan ini penulisan gunakan untuk mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr Hartiwiningsih S.H,. M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

diadakannya penyusunan penulisan hukum ini.

2. Pujiyono, S. H, M. H selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan mengenai hukum perbankan konvensional dan

keadministrasian

Page 9: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hukum Indonesia dengan memperbaiki segala kekurangan penulisan dalam

penulisan skripsi ini.

3. Mohammad Adnan, S.H, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan mengenai hukum Unit Usaha Syariah dan

keadministrasian hukum Indonesia dengan memperbaiki segala

kekurangan penulisan dalam penulisan skripsi ini.

4. Edy Hardiyanto, S.H.,M.H selaku pembimbing akademik yang telah

banyak memberikan nasehat dan membantu penulis selama kuliah.

5. Kedua orang tua penulis yang tidak bosan memberikan semangat belajar

dan selalu mendoakan penulis, semoga penulis bisa jadi sinar harapan

terbaik.

6. Kedua kakak Penulis yaitu Vivin Noviyani dan Vemmy Meiyansah yang

telah memberikan dukungan moril dan material kepada penulis

7. Teman-teman dan sahabat di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

dan yang telah mengikuti seminar proposal penulis yang banyak

memberikan masukannya terutama sahabatku ocnovicky prihasditya yang

banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

8. Teman- teman di Fortuna 2 ( Silmie, Fennty, Ike, Siwi, Rini, Godri, Nanik,

Intan, Desi, Dina dan lain-lain ) yang selalu ramai dan memberikan

semangat sepanjang hari, Tidak akan terlupakan.

Penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masih

diperlukan perbaikan dan penulis sangat berterimakasih atas kritik dan sarannya.

Harapan penulis, penulisan hukum ini bisa bermanfaat bagi semuanya, penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 27 Juli 2011

Penulis

Page 10: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv ABSTRAK ...................................................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................... vi MOTTO .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7 E. Metode Penelitian ................................................................. 8 F. Sistematika Skripsi ................................................................ 14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 17

A. Kerangka Teori ..................................................................... 17 1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk legislasi ............ 17 2. Tinjauan Tentang Bank Umum ...................................... 19

a. Pengertian Bank Umum .......................................... 19 b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum ............................. 20

3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah ........................... 22 a. Unit Usaha Syariah ................................................. 22 b. Kegiatan Unit Usaha Syariah .................................. 22

4. Tinjauan Tentang Kredit ................................................ 24 a. Pengertian Kredit .................................................... 24 b. Unsur-Unsur Kredit ................................................ 24 c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit .............................. 25 d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit ............................ 29 e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan .................................. 31 f. Perjanjian Kredit Bank ............................................ 34

5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah ......................... 35 a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah ....... 35 b. Unsur-Unsur Pembiayaan ....................................... 36 c. Prinsip Dasar Pemberian Pembiayaan .................... 37 d. Asas, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan .................... 40 e. Jenis-Jenis Pembiayaan ........................................... 41

Page 11: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

f. Perjanjian Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...................................................................... 43

6. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) ..................................................... 44

7. Tinjauan Tentang Pemilikan Rumah (KPR) .................. 46 a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ........... 46 b. Prinsip Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ................. 47 c. Jenis-Jenis Pemilikan Rumah (KPR) ...................... 47 d. Faktor-Faktor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ...... 47

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 49

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 52 A. Hasil Penelitian ..................................................................... 52

1. Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ............................................................ 52 a. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) Pada Bank Konvensional dan Bank Unit Usaha Syariah ......................................................... 53 (1). Syarat-Syarat Pemberian Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) .................................................. 54 (2). Bentuk-Bentuk Jaminan Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) .................................................. 59 (3). Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .... 59 (4). Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) .................................................. 60 (5). Analisis Kredit Pemilikan Rumah ................... 61 (6). Penggolongan Kredit Bank Dalam Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) ................................. 64 (7). Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) ............................................................... 65 b. Perbedaan Pelaksanaan Pemberian Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah .................................... 67 (1). KPR Bank Konvensional ................................. 67 (2). KPR Bank Unit usaha syariah ......................... 68

2. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Konvensional dan Bank Unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ........................................................................ 69

Page 12: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ........................................ 70 1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ..................................... 70

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ........................................................... 81

BAB IV : PENUTUP .................................................................................... 85 A. Kesimpulan ........................................................................... 85 B. Saran ...................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87 LAMPIRAN

Page 13: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Analisis Interaktif .................................................... 14

Gambar 2 Kerangka Pemikiran ............................................................. 49

Page 14: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pedoman Wawancara

Lampiran II Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR.

Lampiran III Formulir Aplikasi Kredit Konsumen

Lampiran IV Cara Menghitung Tabel Angsuran Kredit KPR Bank Konvesional.

Lampiran V Cara Menghitung Tabel Angsuran Pembiayaan KPR Bank Unit Usaha Syariah.

Page 15: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah merupakan kebutuhan yang amat penting bagi semua orang dan

merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Dalam tingkat kebutuhan,

rumah termasuk kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Terlebih bagi yang

sudah berkeluarga, rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk berlindung,

beraktivitas, dan bersosialisasi di tengah lingkungannya.

Seiring dengan kemajuan jaman, jumlah penduduk semakin bertambah.

Akibatnya, permintaan terhadap adanya rumah sebagai tempat tinggal pun

bertambah. Efek diatas juga berimbas pada bisnis properti. Tidak hanya

rumah baru, rumah yang telah di pakai sekian tahun dipakai pun dapat

dibisniskan. Hal ini dapat dimaklumi karena sifat gerak manusia yang

dinamis, setiap saat dapat berubah menurut selera dan kepentingan.

Akibatnya ada saja pemilik rumah yang berniat mengganti rumahnya.

Sebagai contoh, jumlah keluarga semakin banyak, sedangkan rumah tidak

dapat diperluas. Hal tersebut mendorong keluarga untuk mencari rumah yang

lebih luas. Contoh lain, pemilik rumah pindah kerja sehingga harus

meninggalkan rumah. Oleh karena rumah bersifat permanen sehingga tidak

dapat berpindah pindah, pemilik rumah tersebut mau tidak mau harus menjual

rumahnya. Walaupun kebutuhan tempat tinggal dapat dipenuhi dengan cara

mengontrak, tetapi cara ini bersifat sementara dan tidak selamanya terjamin

karena dibatasi oleh kepentingan pemilik rumah.

Pada saat ini tanah yang tersedia semakin sedikit sehingga menyebabkan

harga tanah dan harga rumah menjadi semakin mahal. Maka dari itu

perbankan membantu konsumen dalam memilih rumah yang dikehendaki dan

membantu konsumen dalam pembayaran rumah. Bagi konsumen yang

memiliki kendala keuangan, pihak perbankan dapat membantu dengan suatu

alternatif pembayaran yaitu sistem KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Beban

Page 16: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembayaran rumah melalui KPR terasa lebih ringan sebab dilakukan dengan

angsuran setiap bulannya dan juga suku bunga yang ditawarkan sesuai

dengan kondisi pasar dan tetap per tahunnya. KPR tidak hanya digunakan

pada pembelian rumah baru saja tetapi dapat digunakan juga untuk pembelian

rumah second / bekas.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat “ bank and financial institutions collect money and deposits from

all elements of society and invest these funds in loans, securities and various

other productive assets ” (William A Lovett, 1997 : 1). Dari ketentuan

tersebut dapat terlihat bahwa fungsi utama bank sebagai perantara pihak yang

memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak yang kekurangan

dan memerlukan dana.

Setiap orang tentu ingin memiliki rumah sendiri. Hidup mandiri dan

bebas membina rumah tangga, sekaramg ini sudah menjadi kebutuhan setiap

orang. Misalkan untuk memiliki rumah akan tetapi mempunyai kendala

dalam kondisi keuangan, sekarang telah ada solusinya, yaitu melalui bank-

bank yang memberikan berbagai keleluasaan:

a. Bebas memilih lokasi di lingkungan Real Estate / Non Real Estate, dan

kondisi bangunan baik baru atau secondary;

b. Untuk berbagai macam tujuan: membeli rumah, ruko, apartemen atau

untuk pembangunan rumah dan renovasi;

c. Uang muka lebih ringan dan maksimum pembiayaan lebih besar;

d. Jangka waktu lebih panjang sampai dengan 20 tahun;

e. Dapatkan fleksibilitas membayar cicilan ekstra serta menarik kembali

pinjaman, tanpa proses ulang dan jaminan tambahan.

Dalam mekanisme perhitungan dan sistem pembayaran perlu dipahami agar

dapat memilih KPR yang aman dan sesuai dengan kebutuhan mengingat suku

bunga yang semakin tinggi sehingga tidak merugikan dikemudian hari bila harga

cicilan menjadi naik dari harga sebelumnya. Biasanya bank berani memberikan

KPR apabila antara bank dan konsumen telah mengadakan pengikatan serta

Page 17: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

konsumen memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bank. KPR di setiap

bank memiliki syarat-syarat, prosedur, jenis dan bentuk yang berbeda antar bank

konvensional dengan bank syariah.

Pada awal tahun 2007, industri KPR subprima di Amerika memasuki

suatu masa yang disebut "masa kehancuran KPR subprima". Tingginya angka

penyitaan jaminan KPR subprimer ini telah menyebabkan lebih dari 24

perusahaan pemberi pinjaman KPR subprima mengalami kepailitan, salah

satunya adalah perusahaan terkemuka yaitu New Century Financial

Corporation, yang merupakan perusahaan KPR subprima terbesar kedua di

Amerika (Gretchen Morgenson: 2007). Kehancuran dari perusahaan-

perusahaan KPR subprima ini telah mengakibatkan harga pasar saham

berbasis Real estate investment trust senilai 6.5 triliun USD jatuh dan

membawa pengaruh meluas terhadap bursa saham Amerika serta ekonomi

secara keseluruhan. “ The crisis has affected the general economy. Credit

conditions have tightened for all types of loans since the subprime crisis

started nearly a year ago. The biggest danger to the economy is that, to

preserve their regulatory capital ratios, banks will cut off the flow of credit,

causing a decline in lending to companies and consumers “ (Crouhy, Jarrow

and Turnbull, 2007 : 3). Krisis ini masih berlanjut terus dan telah

mendapatkan perhatian serius dari media masa di Amerika serta pembuat

undang-undang pada awal tahun 2007.

Beberapa peneliti atas kasus hancurnya industri subprima ini

melemparkan kesalahan semuanya ini terhadap praktik "lintah darat" dari

debitur subprima dan kurang efektifnya pengawasan pemerintah. Peneliti lain

menyalahkan pialang KPR yang dikendalikan oleh debitur guna memperoleh

KPR yang sebenarnya tidak layak, para penilai kredit yang menaikkan nilai

transaksi rumah dan investor bursa saham Wall Street yang tidak melakukan

verifikasi atas kelayakan hutang yang menjadi aset dasar pada Efek Beragun

aset subprima. Debitur subprima juga dikecam atas perbuatannya menanda

tangani perjanjian kredit yang mereka tidak mungkin dapat memenuhinya.

Page 18: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Banyak laporan atas krisis yang mencatat bahwa jatuhnya harga rumah

sejak tahun 2005 turut berperan penting dalam kejatuhan industri KPR

subprimer ini. Pada waktu harga rumah mengalami kenaikan sejak tahun

2000 hingga 2005, debitur yang memiliki kesulitan dalam pembayaran

hutangnya padahal debitur memiliki kekayaan berupa rumah, maka mereka

mengambil jalan pintas dengan cara pembiayaan kembali (refinance) atau

menjual rumah mereka. Namun sewaktu harga rumah jatuh pada banyak

negara bagian di Amerika maka strategi ini menjadi kurang bermanfaat lagi

bagi para debitur subprima.

Beberapa pakar industri menyatakan bahwa krisi ini akan makin

memburuk. Lou Ranieri dari Salomon Brothers, memperingatkan bahwa

penemu / pencetus pasar efek beragun aset pada tahun 1970-an, telah

memperingatkan tentang akibat dikemudian hari atas gagal bayarnya KPR.

Seorang pengacara hak konsumen, Irv Ackelsberg meramalkan dalam

testimoni kepada Komite Perbankan Senat Amerika bahwa 5 juta penyitaan

akan terjadi pada beberapa tahun kemudian disebabkan oleh suku bunga KPR

subprimer yang diberikan pada tahun 2004 dan 2005 akan naik sesuai dengan

syarat kredit yang disepakati yaitu kenaikan dari suku bunga tetap setelah

periode 2 tahun. Other experts have raised concerns that the crisis may

spread to the so-called Alternative-A (Alt-A) mortgage sektor, which makes

loans to borrowers with better credit than subprime borrowers at not quite

prime rates (Fleckenstein, Bill, 2007).

Beberapa ekonom termasuk Ketua Federal Reserve Board Alan

Greenspan, menyatakan keprihatinannya bahwa krisis KPR subprima ini akan

membawa dampak pada industri perumahan dan bahkan pada keseluruhan

ekonomi Amerika. Pada keadaan ini, antisipasi gagal bayar pada pada KPR

subprimer dan diperketatnya standar kredit merupakan faktor gabungan yang

menurunkan nilai rumah dan membuat pemilik rumah merasa kekayaannya

menyusut sehingga akhirnya mereka akan menurunkan secara bertahap

belanja mereka yang akan mempelemah ekonomi. Edward Leamer seorang

ekonom UCLA, meragukan bahwa harga rumah akan jatuh secara dramatis

Page 19: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebab kebanyakan pemilik rumah tidak akan mau menjual rumahnya tetapi

menurut perkiraannya harga rumah akan tetap stabil atau agak tertekan untuk

3 atau 4 tahun kedepan.

Dengan terungkapnya krisi dan prediksi akan penguatan mulai

meningkat, beberapa pembuat undang-undang dari Partai Demokratik seperti

Senator Charles Schumer, Robert Menendez dan Sherrod Brown

menyarankan bahwa pemerintah Amerika harus menawarkan pembiayaan

untuk mengatasi debitur bermasalah tersebut kehilangan rumahnya. Beberapa

ekonom mengecam proposal penalangan hutang tersebut dengan mengatakan

bahwa hal itu dapat berpengaruh dari terjadinya lebih banyak lagi kasus gagal

bayar ataupun mendorong dilakukannya lebih banyak lagi pinjaman berisiko

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima).

Dalam rangka mendukung sustainability perkembangan KPR dengan

tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian di dalam penyaluran KPR oleh

bank, dirasakan perlu untuk mengembangkan pasar sekunder KPR melalui

sekuritisasi. Dalam rangka mendukung kelancaran proses sekuritisasi KPR,

dipandang perlu untuk mewajibkan bank membakukan beberapa proses

administrasi KPR sejak tahap awal (originasi KPR) yang dicantumkan di

dalam Standard Operating Procedure (SOP) KPR bank. Sehubungan dengan

hal tersebut, ditetapkan pengaturan sebagaimana tercakup di dalam Surat

Edaran No. 12/38/DPNP yang pada dasarnya merupakan acuan bagi bank

untuk menyusun SOP KPR.

Pengaturan sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP

ditujukan bagi Bank Umum penyelenggara KPR. Pengaturan di dalam Surat

Edaran tersebut yang mewajibkan bank untuk memiliki SOP dalam rangka

penyaluran KPR yang memuat pembakuan beberapa proses administrasi KPR

juga dimaksudkan untuk mendorong bank menyalurkan KPR secara

transparan yang pada giliran berikutnya akan membantu pengembangan pasar

sekunder KPR yang sehat.

Bank penyelenggara KPR wajib untuk menyalurkan KPR secara berhati-

hati di samping tetap memperhatikan aspek transparansi. Terdapatnya SOP

Page 20: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KPR akan membantu bank untuk menyalurkan KPR secara berhati-hati dan

memperhatikan aspek transparansi yang pada giliran berikutnya akan

mendorong terdapatnya KPR yang berkualitas. Dengan demikian, pengaturan

sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP berlaku bagi bank-

bank penyelenggara KPR (Surat Edaran No. 12/38/DPNP, 2010).

Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka peneliti berpendapat

bahwa hal-hal tersebut di atas cukup menarik untuk di bahas lebih lanjut yaitu

mengenai aspek-aspek yang penting yang terkait dengan kredit perbankan.

Dan untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu skripsi dengan judul :

“ PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH

(KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA

SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI

KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ) ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul yang peneliti ambil, maka terdapat beberapa rumusan

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)

pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip

kehati-hatian yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah di PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ?

2. Permasalahan apa saja yang dihadapkan Bank Permata Tbk cabang

Surakarta dalam pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank

konvensional dan bank unit usaha syariah?

C. Tujuan penelitian

Suatu penelitian supaya terarah serta mengenai sasarannya, maka harus

mempunyai tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

Page 21: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah

(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

berdasarkan prinsip kehati-hatian.

b) Untuk Mengetahui permasalahan yang dihadapin Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta

2. Tujuan Subyektif

a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memperluas

pemahaman arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek,

khususnya Hukum Perbankan.

b) Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap guna

penyusunan penulisan hukum ( skripsi ) sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Memperluas pemikiran dan pendapat hukum, memberi landasan teoritis

dan praktek bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya

hukum perbankan.

2. Manfaat Praktis

a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah

(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

b) Untuk Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan pemberian

kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank

unit usaha syariah

c) Bagi Pribadi Lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang

hukum perbankan.

d) Bagi Lembaga Perbankan:

Page 22: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(1) Meningkatkan peran dan fungsi pelayanan bank konvesional dan

bank unit usaha syariah kepada masyarakat.

(2) Memberikan kemudahan dalam pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) kepada rnasyarakat.

e) Bagi Masyarakat

(1) Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit

usaha syariah

(2) Menambah kepercayaan masyarakat kepada Bank Konvensional

dan bank unit usaha syariah dalam pelaksanaan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) .

(3) Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membedakan

pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) antara

bank konvensional dan bank unit usaha syariah.

E. Metode Penelitian

Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”,

namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan

kemungkinan kemungkinan sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto,

2010 : 5).

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak

adanya hal-hal yang bertentangan dengan kerangka tertentu. Penelitian

hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

Page 23: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan

suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala

bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2010 : 42-43).

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan

masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya

dituangkan dalam penulisan ilmiah (skripsi). Adapun metode penelitian

dalam penulisan hukum ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah

jenis penelitian hukum empiris atau “ sosiologis “. Pada penelitian

hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data skunder,

kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap

masyarakat” (Soerjono Sukanto, 2010 : 52).

Penelitian ini mengkaji mengenai dasar hukum pelaksanaan

pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan

bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Hasil

penelitian di dapatkan peneliti melalui suatu proses wawancara (

interview ) yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan

mengenai pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada

bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta. Untuk memperoleh kebenaran fakta dalam

pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank

konvensional dan bank syariah yang didukung dengan menelaah

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dan studi

kepustakaan, maka penelitian ini adalah penelitian hukum empiris.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono

Soekanto, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan

Page 24: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau

gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama

untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam

memperkuat teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2010 : 10). Penelitian

ini memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang menjadi

dasar yang digunakan pada bank konvensional dan bank unit usaha

syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam pelaksanaan

pemberian kredit.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah Bank Permata

dan Bank Bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta. Lokasi tersebut dipilih karena Bank Permata merupakan bank

konvensional dan bank unit usaha syariah, sehingga berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

4. Jenis Data

Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data

yang diperoleh secara langsung dari masyarakat ( data empiris ) dan dari

bahan-bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari

masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang dipeoleh dari bahan-

bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder ( Soerjono Soekanto,

2010 : 51 ). Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh

secara langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi

penelitian. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari

sejumlah fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung

melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, data primer

berupa hasil wawancara dengan kepala bank konvensional dan bank

unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta serta

nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Page 25: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara

langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan,

yang terdiri Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/3/PBI/2006

tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh

Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang

Bank Umum penyelenggara KPR, Jurnal Internasional, Jurnal

Nasional, buku-buku, dokumen, bahan-bahan kepustakaan dan

sumber tertulis lainnya.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada

hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber

data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dan nasabah debitur yang mengetahui dan

memiliki pengalaman mengenai obyek penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer,

yaitu peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti penulis, antara lain Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia

Nomor: 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank

Page 26: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan

Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No.

12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR, bahan

hukum sekunder berupa buku-buku, jurnal Nasional dan jurnal

Internasional di bidang hukum yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti mengenai pelaksanaan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit

usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan cara

melakukan tanya jawab secara mendalam dengan sumber data

primer, yaitu Kepala Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan

nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan teknik wawancara

mendalam ini akan mengungkap pengalaman dan pengetahuan

ekspilisit dari Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan nasabah

debitur yang mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan ini penulis membuat

responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi

atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya

terutama yang berkaitan dengan apa yang menjadi dasar hukum bagi

bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) tersebut.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder,

yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-

undangan, dokumen-dokumen, hasil penelitian terdahulu, dan bahan

Page 27: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan penulis yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian

ini adalah ”analisis kualitatif” yaitu suatu cara penelitian yang

menggunakan dan menghasilkan data secara deskriptif analisis. Artinya

apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga

perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh

( Soerjono Soekanto, 2010 : 250 ). Jadi dalam hal ini proses

pengumpulan data dan analisa data dilakukan secara bersamaan. Teknik

analisa data meliputi tiga tahapan, yaitu mereduksi data, menyajikan

data, dan menarik kesimpulan dengan verifikasinya. Diantaranya tahap-

tahap tersebut dilakukan pembentukan siklus sehingga data yang

terkumpul direduksi lalu ditarik sebuah kesimpulan/konklusi.

Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dari

data-data sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat dilakukan.

b. Penyajian Data

Merupakan suatu rangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk

narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat

dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah

sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif melukan

pencatatan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi atau pernyataan, alur

sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi

selama penelitian berlangsung. ( HB. Sutopo, 2002 : 97 ).

Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif

dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:

Page 28: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

(H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)

Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data

Peneliti selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data

harus disusun pada waktu Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah

unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah

berakhir, Peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan

verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat dalam reduksi

maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap karena

kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat

kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk

mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (

HB. Sutopo, 2002 : 95 – 96).

F. Sistematika Skripsi

Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi,

maka penulis memberikan sistematika skripsi yang secara garis besar berguna

untuk pembaca. Sistematika skripsi ini menjadi 4 ( empat bab ), dan isi

masing-masing bab secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ verifikasi

Sajian Data

Pengumpulan Data

Page 29: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini memaparkan tentang latar belakang

dilakukannya pelaksanaan pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit

usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian di Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta. Bab ini juga memaparkan

perrumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas kajian pustaka berkaitan

dengan judul dan masalah yang diteliti yang memberikan

landasan teori serta diuraikan mengenai kerangka

pemikiran. Kajian Pustaka ini terdiri dari ,tinjauan tentang

kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional

dan tinjauan tentang kredit pemilikan rumah (KPR) pada

bank unit usaha syariah. Selain itu, untuk memudahkan

pemahaman alur berfikir, maka di dalam bab ini juga

disertai dengan kerangka pikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian berupa pelaksanaan

pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank

konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan

prinsip kehati-hatian di Bank Permata Tbk cabang

Surakarta Hasil penelitian merupakan jawaban atas

masalah yang di rumuskan peneliti pada awal penelitian

yakni pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah

(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha

syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Page 30: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV : PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan

dan saran-saran mengenai permasalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 31: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk Legislasi

Dalam pembahasan ini penulis dengan sengaja menggunakan istilah

”implementation” yang artinya pelaksanaan, implementasi. Sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ” Implentasi” artinya pelaksanaan;

penerapan (KBBI, 2008 : 548).

Pengertian implementasi adalah sebagai proses yang melibatkan

sejumlah sumber-sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana,

kemajuan, organisasi, baik oleh pemerintah maupun swasta. Dalam

penelitian ini, implementasi dimaksudkan ialah proses pelaksanaan atau

penerapan suatu aturan baik itu berupa Undang-Undang atau produk

hukum lainya yang telah ditetapkan oleh pemegang otoritas untuk itu dan

berlaku dalam suatu komunitas masyarakat, lembaga maupun instansi.

Menurut Lawrence M. Friendman, sistem hukum adalah suatu pokok

bahasan ilmu pengetahuan sosial tetapi bukan merupakan ilmu

pengetahuan sosial tersendiri bahkan bukan merupakan ilmu pengetahuan

sama sekali. Ciri apapun yang melekat pada sistem hukum, ciri tersebut

sama dengan yang ada pada sistem atau proses manapun. Pertama adalah

input adalah lembaran-lembaran kertas dan kepingan perilaku yang

mengerakan proses hukum, para pihak yang berpekara tidak bisa

mendekati pengadilan secara informal; mereka harus melakukan langkah

formal tertentu, seperti mengajukan gugatan perkara jenis tertentu.

Dalam pengadilan, hal-hal itu berwujud surat gugatan, petisi, atau

mengajukan perkara. Ada ratusan peraturan yang membahas tentang

bentuk input ini; semua peraturan ini merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari hukum barat modern. Common law Inggris (commom

law) terutama mengembangkan banyak isinya dari peraturan-peraturan

mengenai surat gugatan dan bentuk-bentuk tindakan. Sedangkan ouput

Page 32: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

adalah suatu putusan atau ketetapan, terkadang pengadilan juga

mengeluarkan peraturan umum. Pengadilan bisa membuat keputusan

tertentu untuk penggugat dan tergugat atau mencari kesepakatan tertentu.

Yang menjadi inti dari sistem adalah caranya mengubah input menjadi

ouput.

Struktur dan substansi adalah komponen-komponen riil dari sebuah

sistem. Jelas bahwa struktur adalah salah satu dasar dan elemen nyata

dari sistem hukum. Substansi (peraturan-peraturan) adalah elemen

lainnya. Ketika seseorang pengamat mencoba untuk menjelaskan sebuah

sistem hukum secara menyilang, kemungkinan ia akan berbicara tentang

dua elemen ini. Struktur sebuah sistem adalah kerangka badannya; ia

adalah bentuk permanennya, tubuh institusional dari sistem tersebut,

tulang-tulang keras yang kaku yang menjaga agar proses mengalir dalam

batas-batasnya. Struktur sebuah sistem yudisial terbayang ketika kita

berbicara tentang jumlah para hakim, yurisdiksi pengadilan, bagaimana

pengadilan yang lebih tinggi berada diatas pengadilan yang lebih rendah,

dan orang-orang yang terkait dengan berbagai jenis pengadilan.

Sementara substansi tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan

bagaimana institusi-institusi itu harus berperilaku.

Kekuatan-kekuatan sosial terus-menerus menggerakan hukum,

merusak di sini, memperbaharui di sana; menghidupkan di sini,

mematikan di sana; memilih bagian mana dari ”hukum” yang akan

beroperasi, bagian mana yang tidak,; memintas dan melewati apa yang

muncul; perubahan-perubahan apa yang akan terjadi secara terbuka atau

diam-diam. Karena tidak ada lagi isilah lain yang lebih tepat lagi, kita

bisa namakan sebagian dari kekuatan-kekuatan ini sebagai kultur hukum.

Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai seseorang. Istilah ” kekuatan

sosial” itu sendiri merupakan abstraksi; namun begitu, kekuatan-

kekuatan demikian tidak secara langgsung mengerakan sistem hukum.

Orang-orang dalam masyarakat memiliki kebutuhan dan membuat

Page 33: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tuntutan-tuntutan; semua ini kadang menjangkau dan kadang tidak

menjangkau proses hukum karena bergantung pada kulturnya.

Suatu sistem hukum dalam operasi aktualnya merupakan sebuah

organisme kompleks dimana struktur, substansi, dan kultur berinteraksi

( lawrence M. Friedman, 2009 : 12-19 )

2. Tinjauan Tentang Bank Umum

a. Pengertian Bank Umum

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, Bank umum adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan atau bardasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas

pembayaran.Bank umum merupakan bank yang bertugas

memberikan melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani

segenap lapisan masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga

lainnya ( Kasmir, 2008 : 5).

Sifat jasa yang diberikan oleh bank umum adalah umum, dalam

arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula

dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank

umum juga sering disebut bak komersial. Kegiatan bank umum

bersifat luas, artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum

sangat beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai

kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Dalam Undang-

undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengenai bentuk

hukum dari bank umum diatur dalam Pasal 21 yaitu dapat berbentuk

perusahaan persero (persero), Perusahaan Daerah, Koperasi atau

Perseroan Terbatas. Bentuk hukum yang banyak dipakai oleh bank

umum adalah Perseroan Terbatas. Hal ini dikarenakan lebih

memudahkan dalam mempelancar dan memperluas usaha. Bentuk

bank umum seperti ini dapat manjual saham-sahamnya di bursa efek,

sehingga akan memperkuat jumlah dana yang masuk dan masyarakat

pun cenderung memiliki kepercayaan lebih kepada bank umum yang

Page 34: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempunyai tingkat kesehatan yang baik. Karena sasaran operasional

bank adalah masyarakat umum dari berbagai lapisan ( Kasmir, 2008

: 33 ).

b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum

Kegiatan bank umum terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang

nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang isi Pasalnya sebagai

berikut :

Usaha bank umum meliputi : 1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2) Memberikan kredit 3) Menerbitkan surat pengakuan hutang 4) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun

untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya : a) Surat-surat wesel termasuk yang diakseptasi oleh bank yang

masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;

b) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;

c) Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan perintah; d) Sertifikat bank Indonesia; e) Obligasi; f) Surat dagang berjangka waktu sampai dangan 1 (satu)

tahun; g) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai

1 (satu) tahun; 5) memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun

nasabah; 6) Menempatkan dana pada peminjam dari atau meminjamkan

dana kepada bank lain dengan mengunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya;

7) Menerima pembayaran dari tagihan atau surat berharga dan melakukan dengan atau antar pihak ketiga;

8) Menyediahkan tempat untuk menyimpan barang dansurat berharga;

9) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

Page 35: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat pada bursa efek;

11) Ditiadakan 12) Melakukan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali

amanat; 13) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain

berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan oleh bank Indonesia;

14) Melakukan kegiatan lain yang lazim oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undang yang berlaku.

Dalam Pasal 7 yang lebih lanjut ditambahkan usaha-usaha Bank

Umum sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan Bank Indoneia;

2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau

perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal

ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring

penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

3) Melaksanakan kegiatan penyertaan modal sementara untuk

mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik

kembali pernyataannya dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia;

4) Bertindak sebagai pendiri dana pension dan pengurus dana

pension sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan

peraturan perundang-undang yang berlaku.

Sementara Pasal 8 ayat (2) disebutkan :

“Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman kreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan:

Page 36: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Melaksanakan penyertaan modal, kecuali sebagaimana

dimaksud dalam pasal 7 huruf b dan c;

b) Melaksanakan usaha perasuransian;

c) Melaksanakan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud dalam pasal 6 dan 7.

3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah

a. Unit Usaha Syariah

Pengertian Unit Usaha Syariah terdapat pada Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Unit

Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari

kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai

kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari

suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor

induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit usaha

syariah.

b. Kegiatan Unit Usaha Syariah

Kegiatan Unit Usaha Syariah terdapat dalam Pasal 19 ayat (2)

dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah isi Pasalnya sebagai berikut :

Usaha bank Unit Usaha Syariah meliputi : 1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,

Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

Page 37: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah;

9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;

10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;

13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

14) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan

15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 20 ayat (2) yang isi Pasalnya sebagai berikut :

usaha-usaha Bank Unit Usaha Syariah sebagai berikut: 1) Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah; 2) Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya;

4) Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik; menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang; dan

Page 38: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.

5) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Tinjauan Tentang Kredit

a. Pengertian Kredit

Kata ” kredit ” berasal dari bahasa latin yaitu Credere yang

berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah

kepercayaan yang diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain

dan percaya bahwa penerima kredit tersebut (debitor) akan melunasi

segala sesuatu yang telah disepakati bersama.

Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, yang isi Pasalnya sebagai berikut :

“kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk lebih melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga”.

b. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit mempunyai unsur-

unsur sebagai berikut :

1) Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan dari si pemberi kredit bahwa

prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau

jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu

tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan

oleh bank, dimana sebelumnya juga dilakukan penelitian

penyelidikan tentang nasabah balk secara interen maupun dari

eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu

dan masa sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

Page 39: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Jangka Waktu

Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima

pada masa yang akan datang. Setiap kredit yang diberikan

memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup

masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau

jangka panjang.

3) Tingkat Risiko (degree of risk)

Risiko adalah semakin lama kredit diberikan semakin tinggi

pula tingkat risikonya. Adanya suatu tenggang waktu

pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya

pelunasan kredit sehingga menimbulkan macetnya pemberian

kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya,

semakin pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank,

baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh

risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau

bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan

lainnya.

4) Prestasi atau Obyek Kredit

Obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi

juga dapat dalam bentuk barang atau jasa. Merupakan

keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga

dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas

jasanya ditentukan dengan bagi hasil. (Thomas Suyatno,dkk

dalam hermansyah, 2005 : 58-59)

c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit

Kriteria penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk

mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,

Page 40: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan dengan analisis prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital,

Condition dan Colleteral) dan 7 P (Personality, Party, Purpose,

Prospect, Payment, Profitability, Protection) (Jamal Wiwoho, 2011 :

95-98).

a. Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau

watak dari orangorang yang akan diberikan kredit benar-benar

harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari

calon debitur dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik

yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat

pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,

keadaan keluarga, hoby dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini

dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk

membayar.

b. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan

nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat

kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini

dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman

selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat

“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak,

dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi

laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari

segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.

Analisis kapital juga harus menganalisis dari sumber mana saja

modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang

digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan,

beberapa modal sendiri dan beberapa modal pinjaman.

Page 41: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi

ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi

untuk masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek

bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki

prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut

bermasalah relatif kecil.

e. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah naik

yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendakya

melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus

diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka

jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat

mungkin.

Selanjutnya dalam penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan

dengan analisis 7 P dengan unsur penilaian sebagai berikut :

a. Personality

Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah

lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya masa lalu.

Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku

dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan

menyelesaikannya.

b. Party

Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas

serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam

golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang bebeda dari

bank.

c. Perpose

Page 42: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan

pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.

Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif,

produktif dan lain-lain.

d. Prospect

Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang

menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai

prospek atau sebaliknya. Hal ini peting mengingat jika suatu

fasilitas kredit tanpa mempunyai prospek, bukan hanya pemberi

kredit yang rugi akan tetapi juga nasabah.

e. Payment

Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit

yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk

pengembilian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan

debitur maka maka semakin baik. Sehingga jika salah satu

usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana mengukur kemampuan

nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke

periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat,

apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang

diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit yang

diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh

debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan

asuransi.

Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit di atas, pada

dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur

berpedoman kepada 2 prinsip, yaitu :

Page 43: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Prinsip Kepercayaan

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh

bank kepada nasabah debitor selalu didasarkan kepada

kepercayaan.

b. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)

Bank dalam menjalankan kegetian usahanya, termasuk

pemberian kredit kepada nasabah debitor harus selalu

berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian

(Hermansyah, 2005 : 65).

d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit

Asas perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam

ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan yang mengemukakan bahwa “perbankan Indonesia dalam

melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati–hatian”. Yang dimaksud dengan

demokrasi ekonomi ialah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila

dan Undang menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan

tugas dan wewenangnya masing–masing secara cermat, teliti dan

professional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat.

Selain itu, bank dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan

kegiatan usahanya, harus selalu mematuhi seluruh peraturan

perundang–undangan yang berlaku secara konsisten, dengan didasari

oleh itikad baik.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka

ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan

kemampuan manusia mempunyai suatu batasan tertentu,

memaksakan seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan

permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya guna

peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang/jasa.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan

perdagangan antara lain sebagai berikut:

Page 44: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang

Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung

meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang

memerlukan, untuk mrningkatkan produksi atau untuk

meningkatkan usahanya. Para pemilik uang/modal dapat

menyimpan uangnya pada lembaga-lambaga keuangan. Uang

tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan-

perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat

menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel

maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping

itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula

meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas

uang akan berkembang pula.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang

Para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi

barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi

meningkat, apabila para pengusaha tersebut mendapatkan kredit.

Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran

barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun membeli

barangbarang dari satu tempat dan menjualnya ketempat lain.

Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga

berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat

suatu barang.

4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan

diarahkan pada usaha-usaha antara lain :

a) Pengendalian inflasi

b) Peningkatan ekspor, dan

c) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

Page 45: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor yang produktif dengan

pembatasan kualitatif dan kuntitatif. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri

agar bisa diekspor, kebijakan tersebut telah berhasil dengan

baik.

e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan

Jenis-jenis kredit yang diberikan bank umum dan bank

perkreditan rakyat antara lain :

1) Dilihat Dari Segi Kegunaan

a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang

biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau

membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan

rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk

membangun atau membeli mesin – mesin. Masa

pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama

dan dibutuhkan modal yang relatif besar pula.

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk

keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli

bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainya

yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2) Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau

produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk

menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit

untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan

barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk

pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan

Page 46: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang

industri.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa

yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau

dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh

kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit

perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainya.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan

untuk membiayai aktivitas perdagangan seperti untuk

membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan

dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini

sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan

yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh

kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3) Dilihat Dari Segi Jangka Waktu

a) Kredit jangka pendek

Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau

paling lama 1 tahun adan biasanya utuk modal kerja.

Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan

ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau

palawija.

b) Kredit jangka menengah

Kredit yang memiliki jangka waktunya berkisar 1 tahun

sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan

untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk

pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.

Page 47: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c) Kredit jangka panjang

Kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5

tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang

seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan

untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4) Dari Segi Jaminan

a) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tersebut dapat

berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau

jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan

dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit

tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan

calon debitur.

b) Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek

usaha, character serta loyalitas atau nama baik calon

debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

5) Dilihat Dari Segi Sektor Usaha

a) Kredit pertanian

Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau

pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka

pendek atau jangka pajang.

b) Kredit peternakan

Kredit yang diberikan pada sektor peternakan baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek

misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak

kambing atau ternak sapi.

c) Kredit industri

Kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik

industri kecil, industri menengah atau industri besar.

Page 48: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Kredit pertambangan

Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha

tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang,

seperti tambang emas, minyak atau timah.

e) Kredit pendidikan

Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan

prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para

mahasiswa.

f) Kredit profesi

Kredit yang diberikan kepada para kalangan professional

seperti, dosen, dokter atau pengacara.

g) Kredit perumahan

Kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian

perumahan biasanya berjangka waktu panjang.

f. Perjanjian Kredit Bank

Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok (Prinsipil) yang

bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan

adalah assessor-nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan

bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah bahwa terjadinya

perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada

nasabah debitur.

Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada

umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract).

Berkaitan dengan itu, memang dalam praktiknya bentuk

perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur

sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan

baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian

baku (standard contract), di mana dalam perjanjian tersebut pihak

debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada

kemungkinan untuk melakukan negosisasi atau tawar-menawar.

Page 49: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan

yang ditentukan oleh bank, maka debitur berkewajiban untuk

menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi apabila debitur

menolak maka tidak perlu untuk menandatangani perjanjian kredit

tersebut.

Perjanjian kredit perlu memperoleh perhatian yang khusus baik

oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur,

karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting

dalam pemberian, pengelolahan dan penatalaksanaan kredit tersebut.

Berkaitan dengan itu, menurut Ch. Gatot Wardoyo perjanjian kredit

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.

2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batas-

batasn hak dan kewajiban diantara debitur dan kreditur.

3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan

monitoring kredit.

5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah

a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah

Pengertian pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis.

Oleh karena itu kita harus mengetahui pengertian dari bisnis itu

sendiri. Bisnis adalah aktivitas yang mengarah pada peningkatan

nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau

pengolahan barang (produksi). Pelaku bisnis dalam menjalankan

bisnisnya sangat membutuhkan sumber modal. Jika pelaku tidak

membutuhkan modal secara cukup, maka ia akan berhubungan

dengan pihak lain, seperti bank untuk mendapatkan suntikan dana,

dengan melakukan pembiayaan. Pembiayaan atau financing, yaitu

pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk

mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan

sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

Page 50: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan (Muhammad, 2009 : 17).

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah, yang berbunyi:

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: 1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan

musyarakah; 2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; 3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’; 4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan 5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk

transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah

dan/atau Unit Usaha Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak

yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan

dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah,

tanpa imbalan, atau bagi hasil.

b. Unsur-Unsur Pembiayaan

Menurut Kasmir (2008 : 74) adapun unsur-unsur pembiayaan

yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah

sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan (bank) bahwa

pembiayaan yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa

akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa

datang.

2. Kesepakatan

Antara pemberi dengan penerima pembiayaan harus ada

kesepakatan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian

dimana masing – masing pihak menandatangani hak dan

kewajiban masing-masing.

Page 51: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Jangka Waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan pasti memiliki jangka

waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian

pembiayaan yang telah disepakati.

4. Resiko

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu

resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau

membayar kreditnya pada hal mampu dan resiko kerugian yang

diakibatkan karena nasabah tidak senagaja. Semakin panjang

jangka waktu suatu kredit semakin besar resiko tidak tertagih,

demikian pula sebaliknya.

5. Balas Jasa

Balas jasa atas kredit pada bank konvensional dalam bentuk

bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit

ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank syariah

atas pembiayaan yang diberikan balas jasanya ditentukan

dengan bagi hasil.

c. Prinsip dasar pemberian pembiayaan

Menurut Kasmir (2008: 91-95), terdapat beberapa prinsip-

prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis

5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Kedua prinsip ini 5C dan 7P

memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci

lebih lanjut dalam prinsip 7P disamping lebih terinci juga jangkauan

analisisnya lebih luas dari 5C.

1). Character

Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon

penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan

kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi

kewajibannya.

2). Capacity

Page 52: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan

penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran.

Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima

pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di

lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat,

pabrik serta metode kegiatan.

3). Capital

Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki

oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi

perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio

finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.

4). Collateral

Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.

Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu

resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan

dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.

5). Condition

Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di

masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan

jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan.

Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam

proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.

Sedangkan penilaian 7P adalah sebagai berikut :

1) Personally

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya/tingkah

lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga

mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah

dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama

dengan character dari 5C.

2) Party

Page 53: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi

tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal,

loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongan

ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang

berbeda pula dari bank. Kredit untuk pengusaha lemah, sangat

berbeda dengan kredit untuk pengusaha yang kuat modalnya,

baik dari segi jumlah, bunga dan persyaratan lainnya.

3) Purpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil

kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan

pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan

untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan

perdagangan.

4) Prospect

Yaitu untuk menilai usaha bank di masa yang akan datang

apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain

mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat

jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai

prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5) Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan

kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk

pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak

sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga

jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sector

lainnya.

6) Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam

mencari laba. Profitabilitas diukur dari periode ke periode.

Apakah tetap sama atau akan semakin meningkat dengan

tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

Page 54: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7) Protection

Tujuannya adalah bagimana menjaga kredit yang

dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan.

Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau

asuransi.

d. Asas, Tujuan Dan Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya

berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-

hatian.

Menurut Muhammad (2009 : 17) secara umum tujuan

pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : tujuan

pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk

tingkat mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk :

1) Peningkatan ekonomi umat

Masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan

adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.

Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.

2) Tersedianya Dana bagi Peningkatan Usaha

Untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan.

Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan

pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada

pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.

3) Membuka lapangan kerja baru

Dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan

dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap

tenaga kerja.

4) Terjadi distribusi pendapatan

Masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas

kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil

usahanya.

Page 55: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Fungsi dalam menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan

meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk

menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya :

1) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang

menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan

debitur.

2) Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank

konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan

yang ditetapkan oleh bank konvensional.

3) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu

dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui

pendanaan untuk usaha yang dilakukan.

e. Jenis-Jenis Pembiayaan

Menurut (Muhammad Syafii, 2001) pembiayaan merupakan

salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan

dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan

defisit unit. Menurut system penggunaannya, pembiayaan dapat

dibagi menjadi 2 hal sebagai berikut :

1) Pembiayaan produktif

Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan

usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi

menjadi dua hal berikut :

a) Pembiayaan modal kerja

yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan

peningkatan produksi baik secara kuantitatif yaitu jumlah

hasil produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan

kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan

pergadangan atau peningkatan utility of place dari

Page 56: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suatubarang. Unsur unsur pembiayaan modal kerja terdiri

atas komponenkomponen alat likuid(cash), piutang dagang

(receivaable), dan persediaan (inventory).

b) Pembiayaan investasi

yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal

(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya

dengan itu.

2) Pembiayaan komsumtif.

Yaitu pembiyaan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk

memenuhi kebutuhan. Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh

pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan

habis pakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan

konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau

dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah

kebutuhan pokok, baik berupa barang seperti makanan,

minuman, pakaian dan tempat tinggal. Adapun kebutuhan

sekunder adalah kebutuhan tambahan yang secara kuantitatif

maupun kualitatif lebih tinggi maupun lebih mewah dari

kebutuhan primer, baik berupa barang seperti makanan dan

minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumahan, kendaraan

maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,

pariwisata, hiburan dan sebagainya.

Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil

untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan

menggunakan skema sebagai berikut :

a) Al-bai tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual

beli dengan angsuran.

b) Al-ijarah al-muntahia bit-tamslik atau sewa beli

Page 57: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c). Al-musyarakah mutanaqhishah atau decreasing

participation, dimana secara bertahap bank menurunkan

jumlah partisipasinya.

d) Ar-Rahn untuk memenuhi kebutuha jasa.

f. Perjanjian Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Undang-Undang perbankan syariah menjelaskan setiap

melakukan pembiayaan KPR harus melalui suatu perjanjian, dimana

perjanjian ini sering disebut dengan akad. Dalam Pasal 1 butir 13

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 yang isi Pasalnya sebagai

berikut :

Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan Prinsip Syariah.

Sistem pembiayaan yang digunakan dalam KPR Musyarakah

dan Ijarah. Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau

lebih pegusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra

usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan

(Ascarya, 2008 : 51). Porsi keuntungan dibagi diantara mereka

menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad sesuai

dengan proporsi modal yang disertakan (pendapat Imam Malik dan

Imam Syafi’i).

Teknis perbankan, musyarakah adalah kerja sama antara pemilik

bank atau bank dengan nasabah, dimana masing-masing pihak

memberikan kontribusi modal dengan keuntungan dibagi menurut

kesepakatan di muka dan apabila rugi ditanggung oleh kedua belah

pihak yang bersepakat. Ijarah adalah hak untuk memanfaatkan

barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. Teknis dalam

perbankan, Ijarah adalah perjanjian antara bank dengan nasabah

untuk menyewa suatu barang/obyek milik bank, dimana bank

mendapatkan imbalan atas barang yang di sewakannya, diakhir

periode nasabah diberi kesempatan untuk membeli barang/obyek

Page 58: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang disewanya. Pengalihan kepemilikan yang diakadkan di awal,

hanya semata-mata untuk memudahkan bank dalam pemeliharaan

asset itu sendiri baik sebelum dan sesudah akhir masa sewa.

6. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Kehati-Hatian (Prudential

Principle)

Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

dikemukakan, bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya

berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan mengunakan prinsip kehati-

hatian. Dari ketentuan ini, menunjukan bahwa prinsip kehati-hatian

adalah salah satu asas yang terpenting yang wajib diterapkan atau

dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu

hati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu

konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang

perbankan berdasarkan profesionalisme dan iktikat baik.

Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan Pasal-Pasal di atas, kita dapat menemukan pasal lain di

dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mempertegas

kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam

setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam Pasal 29 ayat (2)

mengemukakan bahwa:

”Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”.

Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak ada

alasan apa pun juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip

kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib

menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Ini mengandung arti, bahwa

segala perbuatan dan kebijaksanaan yang dibuat dalam rangka

melakukan kegiatan usahanya harus senantiasa berdasarkan peraturan

Page 59: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perundang–undangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggung

jawabkan secara hukum.

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti

perlunya diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit

atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada nasabah debitor.

Selengkapnya ketentuan Pasal 29 ayat (3) mengemukakan bahwa:

”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

Ketentuan pasal 29 ayat (2) dan ayat (3) di atas tentu berhubungan

erat dengan ketentuan pasal 29 ayat (4), karena bertujuan untuk

melindungan kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Adapun

ketentuan Pasal 29 ayat (4) menyatakan bahwa:

”Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehubungn dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 di dalam Pasal

35 ayat (1) :

“Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian”.

Ketentuan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah

penyimpan dan simpanannya adalah terdapat di dalam Pasal 36. Adapun

ketentuan Pasal 36 menyatakan bahwa:

“Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah dan kepentingan Nasabah yang mempercayakan dananya”.

7. Tinjauan Tentang Pemilikan Rumah (KPR)

a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

KPR adalah singkatan dari Kredit Pemilikan Rumah, adalah

fasilitas untuk membeli dan memiliki rumah dengan melalui

pendanaan atau kredit dari bank. KPR dianggap menguntungkan

Page 60: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena dapat memiliki rumah sendiri dengan cara mencicil.

Pengertian KPR pun saat ini telah berkembang menjadi lebih luas,

tidak saja untuk pembelian rumah namun juga menyewa dan

membangun rumah diatas tanah yang telah ada. Misalnya kita

membangun rumah diatas tanah yang dimiliki, setelah perhitungan

pada akhir pembangunan, namun dana kurang mencukupi sehingga

pada saat itu kita bisa mencoba mengambil KPR untuk meneruskan

pembangunan rumah kita sampai selesai dan menurut persyaratan

yang diajukan bank (”Mengajukan KPR”).

Di beberapa bank pengertian KPR juga berbeda-beda, sehingga

dalam pengelompokkan produk yang ingin ditawarkannya pun

berbeda. Ada bank-bank yang mengakui bahwa pembelian rumah

susun / rumah toko / apartemen / renovasi rumah / refinancing /

kondominium sebagai pengelompokkan ke dalam produk-produk

Kredit Pemilika Rumah (KPR) dan ada pula yang tidak, jadi setiap

bank memiliki pengertian produk KPR nya sendiri-sendiri.

Dari beberapa pengertian-pengertian tersebut, maka dapat

disimpulkan definisi KPR yaitu: “fasilitas pendanaan oleh bank

untuk kepemilikan properti dimana pendanaan tersebut akan dibayar

kembali oleh debitur dengan cara mengangsur kepada bank

tersebut”.

b. Prinsip Kredit pemilikan rumah (KPR)

Membiayai terlebih dahulu biaya pembelian atau pembangunan

rumah, dan dana untuk membayar balik dilakukan dengan angsuran

atau cicilan tersebut.

c. Jenis-Jenis Kepemilikan Rumah (KPR)

Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR:

1). KPR Subsidi

yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat

berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi

kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki.

Page 61: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bentuk subsidi yang diberikan berupa subsidi meringankan

kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan

rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh Pemerintah,

sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat

diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan

oleh Pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan

pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.

2). KPR Non Subsidi

yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh

masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga

penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai

kebijakan bank yang bersangkutan.

d. Faktor-Faktor Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran Kredit

Pemilikan Rumah yaitu:

1. Nominal pinjaman

yaitu jumlah uang yang dipinjamkan oleh pemberi pinjaman

2. Jangka waktu pinjam uang (periode pinjaman)

yaitu periode (jangka waktu) yang terletak di antara tanggal

mulai berlakunya perjanjian kredit dan tanggal pelunasan kredit.

3. Bunga atas pinjaman (bunga nominal)

Bank layak untuk memungut bunga atas pinjaman (uang) yang

diberikan kepada nasabahnya karena bank telah berkorban dan

telah menyediakan dana untuk keperluan nasabah sehingga bank

tidak dapat menggunakan dana (memutar dana) untuk menutup

kebutuhan yang lain. Bank menuntut balas jasa berupa bunga

yang dibebankan oleh bank kepada para nasabah dan harus

dibayar oleh nasabah yang bersangkutan. Dengan demikian

bunga merupakan balas jasa yang harus dibayar para nasabah

kepada bank karena pinjaman yang diterimanya dari bank.

Page 62: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Prepayment penalty (Penalti)

yaitu suatu biaya tambahan yang harus dibayar oleh peminjam

jika semua atau sebagian dari pinjaman dilunasi sebelum jatuh

temponya.

5. Finance charge

yaitu setelah pinjaman kredit disetujui oleh bank maka debitur

harus melunasi biaya-biaya awal setelah terikat kontrak

perjanjian kredit dengan bank (finance charge) yang terdiri dari:

biaya provisi, biaya administrasi, biaya asuransi kebakaran,

biaya asuransi jiwa, biaya appraisal dan biaya notaris.

Page 63: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka pemikiran

Penjelasan kerangka Pemikiran

Kerangka pikirin pada skema di atas mencoba memberikan gambaran yang

disusun secara sistematis terkait alur pikiran dalam menjawab permasalahan

dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran ini dibuat untuk membandingkan

pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional

dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan bank unit usaha

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Kredit Macet Kredit Lancar

Permasalahan Kredit Macet

Penyelesaian

Bank Umum / Unit Usaha

Syariah

Financial Intermediation

Memberikan Krediit Pemilikan Rumah

(KPR)

Prinsip Kehati-hatian

Nasabah Debitur

Page 64: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

syariah berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Perbankan

Syariah.

Keberadaan sistem keuangan ini diharapkan dapat melaksanakan fungsinya

sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediation) dan lembaga

tranmisi yang mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana dan kekurangan

dana, serta memperlancar transaksi ekonomi.

Pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank

konvensional berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah

kepercayaan yang diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain dan percaya

bahwa penerima kredit tersebut (debitor) akan melunasi segala sesuatu yang telah

disepakati bersama. Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit mempunyai unsur-

unsur sebagai berikut : kepercayaan, jangka waktu, tingkat resiko, prestasi atau

obyek kredit. Tujuan kredit adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka

ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Fungsi kredit perbankan dalam

kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut : Kredit

dapat meningkatkan daya guna uang, Kredit dapat meningkatkan peredaran dan

lalu lintas uang, Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang,

Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi, Jenis-Jenis Kredit Perbankan.

Sistem pemberian kredit bank unit usaha syariah berdasarkan Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2001 tidak dikenal dengan sebutan kredit akan tetapi

lebih dikenal dengan sebutan pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh

lembaga pembiayaan mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : kepercayaan,

jangka waktu, tingkat resiko, prestasi atau obyek kredit. Tujuan pembiayaan

adalah pembiayaan tingkat mikro dan pembiayaan tingkat makro. Fungsi dalam

menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari

keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk

menciptakan lingkungan bisnis yang aman, antara lain : Memberikan pembiayaan

dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak

memberatkan debitur, membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank

konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh

bank konvensional, dan membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu

Page 65: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha

yang dilakukan. Jenis-jenis pambiayaan syariah.

Bank dalam melaksanakan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)

mengunakan prinsip kehati-hatian. Apabila bank tidak menggunakan prinsip

kehati-hatian, maka akan menimbulkan permasalahan yaitu kredit macet. Dalam

menyelesaian permasalahan kredit macet di Bank permata Tbk cabang Surakarta

di lakukan Beberapa kebijakan yang dibuat oleh Bank permata Tbk cabang

Surakarta dengan berpedoman pada peraturan Bank Indonesia.

Page 66: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank

Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip

Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 Tentang Perbankan Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

Tentang Perbankan Syariah Di PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta.

Penulis dalam hal ini memperoleh data dengan melakukan penelitian di

Intitusi Mitra Bank Permata cabang Surakarta.

Bank Permata cabang Surakarta memiliki tiga kantor cabang pembantu

yang berlokasi di :

1. Jalan Slamet Riyadi

2. Jalan Urip Sumoharjo

3. Solo Baru

Penulis dalam hal ini di tempatkan di Bank Permata cabang surakarta

yang beralamat di Jl. Slamet Riyadi Surakarta dan melakukan wawancara

dengan Emanuel Joko Nugroho S.H selaku kepala PT. Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dan nasabah debitur X yang namanya tidak mau disebutkan

karena menyangkut rahasia bank selaku nasabah debitur kredit pemilikan

rumah (KPR) di PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Dalam penelitian yang dilaksanakan di PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta, penelitian hanya difokuskan pada pemberian Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) yang diberikan kepada nasabah langsung (End User) yang

membeli rumah baru atau bukan rumah baru. Hal ini dikarenakan karena

pemberian jaminan dilaksanakan pada saat bersamaan dengan penandatangan

akta jual beli. Pemberian suatu Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang terdapat

pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip

kehati-hatian di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Page 67: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank

Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah

Kredit kepemilikan rumah pada bank konvensional dan bank unit

usaha syariah yang bersifat konsumtif. Dimana bank menyediakan

pinjaman dana untuk membeli rumah, tanah kavling atau untuk

merenovasi rumah yang diperlukan calon penerima kredit, untuk dibayar

kembali saat jatuh tempo dengan cara cicilan dan batas maksimal cicilan

pada bank konvensional selama 15 tahun dan bank unit usaha syariah

selama 20 tahun. Pada saat akad, pembiayaan KPR diakui pada saat

pencairannya sebesar pokok pembiayaan yang diberikan dan keuntungan

yang disepakati. Keuntungan ini disebut margin yang merupakan

pendapatan bank, dimana besarnya margin ditetapkan berdasarkan

kesepakatan antara nasabah dan PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta.

Pada prinsipnya, bank syariah sama dengan perbankan konvensional,

yaitu sebagai instrumen intermediasi yang menerima dana dari orang-orang

yang surplus dana (dalam bentuk penghimpunan dana) dan

menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan (dalam bentuk

produk pelemparan dana). Sehingga produk-produk yang disediakan

oleh bank-bank konvensional, baik itu produk penghimpunan dana

(funding) maupun produk pembiayaan (financing), pada dasarnya dapat

pula disediakan oleh bank-bank syariah.

Produk pembiayaan KPR yang digunakan dalam perbankan

syariah memiliki berbagai macam perbedaan dengan KPR (Kredit

Kepemilikan Rumah) di perbankan konvensional. Hal ini merupakan

implikasi dari perbedaan prinsipal yang diterapakan perbankan

syari’ah dan perbankan konvensional yaitu konsep bagi hasil dan

kerugian (profit and loss sharing) sebagai pengganti sistem bunga

perbankan konvensional. Dalam pemberian kepemilikan rumah ini,

terdapat beberapa perbedaan antara perbankan syari’ah dan perbankan

konvensional, di antaranya adalah pemberlakuan sistem kredit dan sistem

Page 68: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mark up, kebolehan dan ketidakbolehan tawar menawar (bargaining

position) antara nasabah dengan bank, prosedur pembiayaan dan lain

sebagainya.

Dari segi pengistilahan, untuk produk pembiayaan pemilikan

rumah perlu dipikirkan suatu bentuk pengistilahan yang relevan.

Karena istilah KPR cenderung memunculkan asumsi terjadinya kredit,

padahal dalam perbankan syari’ah tidak menggunakan sistem kredit.

Untuk menghindari hal itu (tetapi tetap menggunakan istilah KPR),

beberapa bank syariah (seperti PT. Bank Permata unit usaha syariah Tbk

Cabang Surakarta) memaknai KPR dengan ”Kebutuhan Pemilikan

Rumah“.

Dalam menjalankan produk KPR, bank syariah memadukan dan

menggali skim-skim transaksi yang dibolehkan dalam Islam dengan

operasional KPR perbankan konvensional.

Dalam pemberian kredit pemilikan ruamah (KPR) ini biasanya pihak

bank sudah bekerja sama dengan pihak developer sebagai supplier

(penyedia rumah) sehingga nasabah membayar uang muka (urbun)

langsung ke pihak developer. Dalam hal permohonan pembiayaan dan

pemenuhan syarat-syarat KPR nasabah dibantu oleh pihak developer,

namun jika nasabah juga dapat mengurus sendiri permohonan

pembiayaannya.

(1) Syarat-Syarat Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Pada PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta terdapat

beberapa dokumen yang harus dipenuhi sebagai syarat-syarat agar

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diminta oleh Debitur /

Nasabah dapat dipenuhi oleh pihak bank. Dokumen-dokumen

tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Dokumen Agunan

adalah dokumen yang diperlukan untuk kepentingan PT. Bank

Permta Tbk Cabang Surakarta, dokumen tersebut sangat berguna

untuk mendukung dokumen utama. Dengan kata lain, dokumen

Page 69: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tersebut sebagai jaminan dan apabila dokumen tersebut tidak ada

maka akan melemahkan posisi PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta secara signifikan. Dokumen agunan yang ada di PT.

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta antara lain terdiri dari :

a. Rumah baru

adalah rumah yang baru dibangun dan belum ditempatin

orang lain sebagai tempat tinggal, biasanya rumah baru

didapatkan melalui surat pemesanan rumah dari developer.

b. Bukan rumah baru

adalah rumah yang sudah pernah ditempatin orang lain

sebagai tempat tinggal, biasanya rumah lama tersebut

didapatkan melalui bank, misalnya : A memiliki rumah dan

ingin menjual rumah tersebut, kemudian Bank mempunyai

inisiatif untuk membeli rumah A, akan tetapi bank

menganalisis terlebih dahulu dokumen-dokumen seperti

Fotokopi sertifikat, fotokopi AJB, fotokopi IMB, fotokopi

pajak bumi dan banggunan (PBB) terbaru dan mengecek

terlebih dahulu keadaan rumah tersebut. Apabila rumah

tersebut tidak mempunyai masalah, maka bank akan

membeli rumah tersebut dan menjual kembali kepada

nasabah debitur dengan memberikan fasilitas kredit

pemilikan rumah (KPR).

2. Dokumen Pribadi

adalah dokumen yang diperlukan untuk keperluan legal atau

peraturan terkait lainnya terutama jika terjadi “dispute” antara

PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dengan Debitur /

Nasabah dan jika dokumen ini tidak dipenuhi maka akan

melemahkan posisi PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Dokumen yang masuk dalam kategori Dokumen Utama wajib

dipenuhi dan dilengkapi oleh Debitur / Nasabah dan tidak

diperbolehkan untuk tidak dipenuhii. Profil debitur dan

Page 70: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penjamin beserta dokumen Utama yang harus dipenuhi antara

lain :

a. Karyawan

a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan

suami / istri (jika ada)

b) Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

c) Fotokopi Akta Nikah / Cerai / Pisah harta ( jika ada)

d) Fotokopi surat Warga Negara Indonesia (WNI) dan

ganti nama ( jika ada) atau Akta lahir suami/istri (

untuk WNI non pribumi)

e) Slip gaji terakhir asli / Surat keterangan kerja asli

f) Fotokopi tabungan / rekening 3 bulan terakhir

g) SPT PPh 21

h) Pas foto pemohon dan suami/ istri( jika ada)

b. Pengusaha

a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan

suami / istri (jika ada)

b) Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

c) Fotokopi Akta Nikah/ Cerai/Pisah harta ( jika ada)

d) Fotokopi surat Warga Negara Indonesia (WNI) dan

ganti nama ( jika ada) atau Akta lahir suami/ istri

(untuk WNI non pribumi)

e) Fotokopi tabungan/ rekening 3 bulan terakhir

f) Fotokopi NPWP pribadi

g) Fotokopi SIUP, Tanda Daftar Perusahaan, Surat

keterangan domosilli, atau akta pendiri peusahaan,

Laporan keuangan terakhir

h) Pas foto pemohon dan suami / istri (jika ada)

c. Profesional

a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon dan

suami / istri (jika ada)

Page 71: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Fotokopi Kartu Keluarga

c) Fotokopi Akta Nikah / Cerai / Pisah harta ( jika ada)

d) Fotokopi surat Warga Negara Indonesia (WNI) dan

ganti nama ( jika ada) atau Akta lahir suami / istri (

untuk WNI non pribumi)

e) Fotokopi tabungan / rekening 3 bulan terakhir

f) Fotokopi NPWP pribadi

g) Fotokopi surat ijin praktek / SK pengangkatan dari

instansi terkait

h) Pas foto pemohon dan suami / istri( jika ada)

Permohonan pembiayaan dan syarat-syarat KPR diajukan ke PT.

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta lalu team pembiayaan KPR

memverifikasi kelengkapan berkas syarat-syarat KPR (prescanning)

setelah berkas dinilai telah lengkap maka pihak bank meninjau ke

lapangan (On The Spot) atau melihat langsung rumah yang akan

dibeli, memverifikasi calon nasabah apakah berkas yang diberikan

sesuai dengan keadaan yang sebanarnya dari calon nasabah.

Analisis yang digunakan oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta adalah analisis 5 C yaitu :

1. Character

Character adalah keadaan watak / sifat dari calon penerima

pembiayaan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam

lingkungan usaha. Untuk mengetahui karakter calon penerima

pembiayaan maka dilakukan wawancara dari jawaban

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat diketahui karakter

calon penerima pembiayaan. PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta juga mencari informasi Bank Indonesia tentang calon

penerima pembiayaan apakah calon penerima pembiayaan

mempunyai hutang di bank lain dan apakah calon penerima

pembiayaan mempunyai kredit macet.

Page 72: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Capital

Capital merupakan modal atau penghasilan yang dimiliki

ataupun yang diterima olah calon penerima pembiayaan. Untuk

menghitung penghasilan minimal dari calon penerima

pembiayaan agar dapat diterima pembiayaannya maka cicilan

kredit kepemilikan rumah (KPR) haruslah minimal 40 % dari

penghasilannya. Misalkan cicilan kredit kepemilikan rumah

(KPR) sebesar Rp. 2.500.000,- maka penghasilan minimalnya

adalah Rp. 2.500.000,-/40% = Rp. 6.250.000,-. Jika penghasilan

calon penerima di bawah Rp. 6.250.000,-, maka permohonan

pembiayaan akan ditolak.

3. Capacity

Capacity merupakan kapasitas calon penerima pembiayaan

(pengusaha) dalam mengelola modal untuk mendapatkan laba

dalam memenuhi kewajibannya. Bagi calon penerima

pembiayaan yang bekerja pada perusahaan maka perusahaan dan

jabatan tempat bekerja juga menentukan dalam penerimaan

permohonan pembiayaan.

4. Collateral

Collateral merupakan jaminan untuk menjamin kelangsungan

pembayaran angsuran. Dalam hal ini yang menjadi jaminan

adalah surat hak milik (SHM) dari rumah yang akan di beli.

5. Condition of Economy

Condition of Economy merupakan situasi kondisi politik, sosial,

ekonomi dan budaya yang mempengaruhi keadaan

perekonimian yang kemungkinan pada suatu saat mempengaruhi

kelancaran perusahaan atau tempat calon penerimaan

pembiayaan bekerja.

Yang sangat diperhatikan dalam analisis 5 C adalah karakter bila

calon penerima pembiayaan dianggap memiliki karakter yang buruk

walaupun memiliki penghasilan yang cukup maka permohonan

Page 73: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembiayaan akan di tolak. Jika jaminan yang besar tidak diikuti

dengan kemampuan untuk membayar angsuran maka permohonan

pembiayaan juga akan di tolak.

Setelah analisis 5 C dilakukan dan data di input maka data calon

penerima pembiayaan akan di ajukan ke pemutus apakah

permohonan pembiayaan diterima atau ditolak.

(2) Bentuk-Bentuk Jaminan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Salah satu hal terpenting untuk menghindari kemungkinan untuk

terjadinya kemacetan dalam pelunasan Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) adalah menerima jaminan kepada pemohon kredit. Bentuk

jaminan yang diterima PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta

adalah rumah yang menjadi objek kredit pemilikan rumah (KPR)

Dimana nasabah debitur memberi kuasa kepada PT. Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta untuk melakukan tindakan dan

perbuatan hokum yang dianggap wajar dan dianggap perlu oleh PT.

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta yang berkaitan dengan

pemberian jaminan tersebut. Bila nasabah atau calon nasabah dimasa

yang akan datang tidak dapat melunasi kreditnya, maka pihak PT.

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dapat menyita jaminan tersebut

ataupun menjual jaminan tersebut secara bawah tangan.

(3) Jenis-jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR )

Jenis-jenis KPR yang di berikan kepada nasabah oleh PT. Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta adalah sebagai berikut :

a. KPR Regular

Yaitu : KPR yang diberikan dengan jaminan rumah yang akan

dibeli oleh Nasabah dengan tujuan pembelian sebuah rumah.

b. KPR Bijak

Yaitu : KPR yang diberikan dengan jaminan rumah yang akan

dibeli oleh Nasabah dengan tujuan pembelian sebuah rumah,

hampir sama dengan KPR regular namun sedikit berbeda pada

Page 74: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

program suku bunga dan fixed untuk beberapa bulan dan ada

penawaran yang menarik didalamnya.

c. KPR Multiguna

Yaitu : KPR yang diberikan dengan jaminan rumah yang telah

dimiliki oleh Nasabah dengan tujuan pembiayaan kembali.

d. KPR Syariah

Yaitu : Akad pembiayaan pemilikan rumah yang lebih dikenal

dengan sebutan “Akad Murabahah”, dimana syarat-syarat yang

ada merupakan syarat-syarat yang ada di syariat Islam dan

perhitungan bunga tidak ada didalam KPR ini, namun hanya

berupa Margin / Keuntungan Bank.

(4) Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

PT. Bank Permata Tbk Cabang Suarakarta telah memiliki

prosedur pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)

yang cukup baik. Pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah

(KPR) dimulai dari permohonan kredit pemilikan rumah (KPR) yang

akan diajukan nasabah pada pihak bank, lalu pihak bank akan

melakukan penyelidikan dan analisa terhadap pekerjaan atau jenis

usaha yang dimiliki calon debitur atau nasabah. Setelah itu dilakukan

penganalisaan atas kredit pemilikan rumah (KPR) nasabah dan pihak

bank akan melakukan keputusan atas permohonan kredit pemilikan

rumah (KPR) yang diminta oleh calon nasabah, apakah keputusan

kredit pemilikan rumah (KPR) yang diberikan oleh pihak bank

kepada nasabah disetujui, sedang dipertimbangkan lebih lanjut oleh

bank, atau ditolak oleh bank. Apabila keputusan kredit pemilikan

rumah (KPR) disetujui, maka nasabah akan mendapatkan rumah dari

fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang diajukannya setelah

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak bank.

Dalam melakukan pengusulan kredit pemilikan rumah (KPR),

maka proses akan dilakukan oleh dua orang yaitu untuk melakukan

survey ke alamat maupun lokasi jaminan dan tempat pekerjaan atau

Page 75: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tempat usaha calon nasabah. Usulan ditandatangani staff marketing

tersebut. Usulan kredit pemilikan rumah (KPR) diajukan kepada

komite kredit yang terdiri dari Supervisor Marketing dan Direktur

Utama.

Pada setiap akhir bulan dilakukan rapat Marketing dengan

Direksi untuk memutuskan permohonan nasabah yang diproses pada

awal bulan berikutnya. Marketing mengajukan daftar pemohon

nasabah yang berisi nama, alamat, rumah yang dimohon, jaminan,

referensi dan keterangan nasabah lama atau baru. Direksi akan

memberikan persetujuan dengan mengunakan prinsip kehati-hatian

terhadap nasabah-nasabah yang akan diproses.

Kemudian nasabah yang memperoleh persetujuan prinsip

kehati-hatian akan disurvey ke lokasi alamat rumah, alamat

jaminan,pekerjaan maupun tempat usaha. Peninjauan dilakukan oleh

marketing tanpa pemberitahuan kepada nasabah agar didapati

keadaan yang sesungguhnya mengenai calon nasabah. Pada

kesempatan itu marketing mengumpulkan informasi tentang

kelayakan jaminan, kelayakan pekerjaan atau usaha dan reputasi

calon nasabah.

Bagi setiap nasabah yang dipandang oleh marketing layak untuk

diusulkan sebagai peminjam kredit pemilikan rumah (KPR) akan

disiapkan memo usulan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR).

Usulan ini disampaikan kepada supervisor marketing dan direksi.

Untuk meyakinkan dirinya, supervisor marketing atau direksi

dapat melakukan survey sebagai Cross Check atau survey kembali.

Untuk lebih lanjutnya direksi dapat melakukan permintaan

wawancara kepada calon nasabah.

(5) Analisis Kredit Pemilikan Rumah

Analisis Kredit adalah suatu proses pemeriksaan atau

penganalisaan kredit pemilikan rumah (KPR) yang akan diambil

oleh seorang Debitur / Nasabah pada suatu bank. Sehubungan

Page 76: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan hal tersebut, sudah seharusnya bank hanya memberikan

kredit (pinjaman) kepada debitur yang layak. Bank harus dapat

mengendalikan risiko kredit yang diberikannya. Untuk itu, bank

mengembangkan suatu proses seleksi untuk menyaring setiap

proposal kredit yang masuk. Melalui proses penyaringan tersebut

diharapkan kredit yang diberikan adalah dengan kualitas bagus.

Setiap proposal kredit akan dianalisis dengan teliti. Bila

memenuhi syarat, baru diadakan dokumentasi (pengikatan kredit dan

jaminan). Walaupun dalam analisa kredit suatu proposal dinyatakan

layak, tetapi bila dalam pengikatan kredit / jaminan ternyata terdapat

masalah yang yang tidak dapat diselesaikan dan / atau

membahayakan bank, kredit tersebut harus dihentikan. Setelah

dokumentasi lengkap, bank mengadakan pencairan dana

(distbursement) sesuai perjanjian kredit. Dalam pencairan dana ini

bank juga harus berhati-hati. Bila tidak sesuai dengan perjanjian,

pencairan dana tidak dapat dilakukan. Setelah kredit dicairkan, bank

juga harus terus menerus melakukan pemantuan atas kredit yang

diberikan. Ini adalah perkerjaan yang akan terus berlangsung selama

kredit tersebut belum dilunasi. Dalam pemantauan ini bank harus

terus-menerus mengikuti perkembangan bisnis nasabah dan berbagai

aaspek yang mungkin mempengaruhi kualitas kredit tersebut.

Menganalisis kredit ini meliputi aktivitas termsuk pengumpulan

informasi dan data yang diperlukan untuk bahan analisis. Kualitas

hasil analisis pembiayaan sangat teragantung kepada tiga faktor yaitu

:

a. Faktor sumber daya manusia (SDM)

Analisis pembiayaan dilaksanakan oleh seorang account officer

(AO) yang harus mempunyai keterampilan yang bersifat teknis

maupun pengetahuan yang bersifat teoritis, di samping

mempunyai mental yang kuat.

Page 77: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Faktor data analisis

Informasi dan data yang diperlukan harus lengkap, dapat

dipercaya, dan akurat. Untuk mendekati hal tersebut dapat

ditempuh dengan cara, antara lain :

- Melakukan penelitian secara fisik (on the spot)

- Untuk laporan keuangan (neraca dan daftar rugi/laba) bisa

dengan cara meminta bantuan kantor akuntan

c. Teknis analisis

Analisis harus dilakukan secara teliti dan mengikuti ketentuan.

Secara umum, teknik analisis meliputi dua macam, yaitu :

- Analisis kuantitatif, menganalisis laporan keuangan

meliputi analisis rasio keuangan, common size, analisis

kecenderungan, dan analisis penggunaan dana

- Analisis kualitatif, yang meliputi analisis terhadap faktor-

faktor intern dan ekstern perusahaan

Di dalam suatu bank terdapat bagian tertentu yang bertugas

untuk menganalisa nasabah yang hendak melakukan kredit

pemilikan rumah (KPR). Pada PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta, bagian ini disebut dengan “Legal Processing” yang

bertujuan untuk memeriksa atau menganalisa setiap Debitur /

Nasabah yang akan mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR)

dengan berpedoman kepada syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan

yang berlaku yang telah ditetapkan oleh PT. Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta sendiri. Dengan adanya unit atau bagian analisis

kredit pemilikan rumah (KPR), maka Debitur / Nasabah yang akan

mengambil kredit pemilikan rumah (KPR) diproses terlebih dahulu

dan di analisis sehingga di kemudian hari tidak terjadi kemacetan di

dalam pelunasan kewajiban Debitur / Nasabah yang bersangkutan.

Page 78: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(6) Penggolongan Kredit Bank Dalam Kredit Pemilikan Rumah

(KPR)

Istilah penngolongan kredit dalam bagian ini adalah istilah yang

digunakan untuk menunjukkan penggolongan kredit berdasarkan

kolektibilitas kredit yang menggambarkan kualitas kredit tersebut.

Mengenai pengaturan penggolongan kolektibilitas kredit terdapat

pada peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum. Ketentuan tersebut selanjutnya untuk

beberapa pasal telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.

8/2/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.

7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Menurut ketentuan Pasal 12 Ayat (3) Peraturan Bank Indonesia

No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum,

kualitas kredit dibagi menjadi 5 (lima) kolektibilitas, yaitu Lancar,

Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

Mengenai masing-masing kualitas kredit tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Kredit Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bungga tepat waktu;

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari kredit yang dijaminkan dengan anggunan tunai.

2. Kredit dalam Perhatian Khusus, yaitu apabila memenuhi

kriteria:

a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang

belum melampauin 90 hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

c. Mutasi rekening relative rendah; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang

diperjanjikan; atau

e. Didukung oleh pinjaman baru.

Page 79: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Kredit Kurang Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampauin 90 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari

90 hari; atau

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitor;

atau

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.

4. Kredit yang Diragukan, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampauin 180 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian

kredit maupun peningkatan jaminan.

5. Kredit Macet, yaitu apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan anggsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampauin 270 hari; atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan pada nilai wajar.

(7) Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Pada PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta, prosedur

pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) kepada calon debitur.

Pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) yang

dilakukan oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta diawali

dengan adanya calon nasabah / debitur yang harus mengajukan

aplikasi permohonan kredit pemilikan rumah (KPR) terlebih dahulu.

Page 80: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Aplikasi tersebut dapat terdiri dari surat permohonan kredit

pemilikan rumah (KPR) dan data-data mengenai tempat tinggal,

pekerjaan maupun tempat usaha calon debitur. Setelah itu, seluruh

aplikasi yang telah diajukan diterima pihak marketing bank dan

pihak marketing bank meneliti apakah aplikasi tersebut telah lengkap

diberikan oleh calon debitur.

Setelah pihak marketing menerima dan memeriksa kelengkapan

aplikasi calon debitur, maka pihak Marketing Bank men-survey

tempat tinggal, pekerjaan ataupun tempat usaha calon debitur apakah

telah sesuai dengan aplikasi yang diberikannya. Jika pada

kenyataannya telah sesuai dengan aplikasi yang diberikan oleh calon

debitur, maka pihak Marketing bank sekali lagi akan memeriksa

kelayakan aplikasi tersebut. Selanjutnya, aplikasi permohonan kredit

pemilikan rumah (KPR) akan diserahkan kepada APU (Analysis

Processing Unit), yang juga akan memeriksa kelengkapan dan

kelayakan dokumen calon debitur. Jika terdapat kekurangan

dokumen, maka pihak APU akan memberikan informasi kepada

calon debitur agar segera melengkapi dokumen-dokumen yang

kurang.

Pihak Analysis Processing Unit (APU) akan menentukan

kelengkapan dan kelayakan aplikasi atau dokumen milik calon

debitur dan setelah itu memberikannya kepada Legal Officer untuk

dilakukan pengikatan kredit pemilikan rumah (KPR). Pihak Legal

Officer juga memeriksa kelengkapan dan kelayakan aplikasi calon

debitur dan kemudian memberikan persetujuan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) calon debitur. Persetujuan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) yang diberikan pihak Legal Officer setelah

itu akan diberikan ke pihak Notaris. Order yang dilakukan oleh

Notaris akan sesuai dengan fasilitas dan jumlah kredit pemilikan

rumah (KPR) yang diinginkan calon debitur.

Page 81: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Aplikasi yang telah sesuai dengan fasilitas dan jumlah kredit

pemilikan rumah (KPR) yang ada pada Notaris akan diikat dengan

kata lain Pengikatan Kredit (Notanil). Dan setelah semuanya lengkap

dan tidak ada kekurangan apapun akan dilakukan pemeriksaan

terkhir setelah pengikatan kredit pemilikan rumah (KPR) sebelum

Disbursement (Pencairan Kredit). Kemudian surat keputusan yang

dibutuhkan untuk pencairan kredit pemilikan rumah (KPR) telah

selesai akan dikeluarkan oleh bank, surat tersebutlah yang digunakan

oleh debitur yang telah sah.

b. Perbedaan Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

Secara khusus, perbedaan sistem pemberian KPR Bank

Konvensional dan sistem pemberian KPR Bank Unit Usaha Syariah

adalah sebagai berikut :

(1) KPR Bank Konvensional

Sistem pemberian KPR Bank Konvensional yang menjadi perbedaan

diantaranya terdiri dari:

(a) Jangka waktu

Pembayaran angsuran disesuaikan dengan kemampuan nasabah

debitur, jangka waktu pembiayaan 1 sampai dengan 15 tahun.

(b) Ketentuan Biaya

(i) Provisi kredit sebesar 1 % dari Plafon Pinjaman.

(ii) Administrasi kredit sebesar 0,1 % atau minimal Rp

400.000,-

(iii) Premi asuransi jiwa dan asuransi kebakaran adalah sesuai

ketentuan perusahaan asuransi rekanan Bank Permata.

(iv) Biaya Notaris sesuai ketentuan Notaris rekanan Bank

Permata yang meliputi:

Perjanjian kredit

Akta Pemasangan Hak Tanggungan (APHT).

(v) Administrasi bulanan sebesar Rp 10.000,- / bulan

Page 82: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(vi) Aprpraisal sesuai ketentuan berlaku

(vii) Penalti pelunasan (dikenakan apabila pelunasan sebagian/

seluruhnya dilakukan pada masa holding period) yaitu

sebesar 2 % dari jumlah yang dilunasi).

(viii) Administrasi pelunasan (dikenakan apabila pelunasan

dilakukan setelah holding period).

(2) KPR Bank Unit usaha syariah

Sistem pemberian KPR Bank Unit Usaha Syariah yang menjadi

perbedaan diantaranya terdiri dari:

(a) Jangka Waktu

Pembayaran angsuran disesuaikan dengan kemampuan nasabah

debitur, jangka waktu pembiayaan 1 sampai dengan 20 tahun

(b) Ketentuan Biaya

(i) Biaya Administrasi sebesar 1% dari pembiayaan.

(ii) Premi Asuransi Jiwa dan Asuransi Kebakaran secara

syariah yang kompetitif.

(iii) Biaya Notaris, meliputi:

- Perjanjian Pembiayaan

- Akta Pemasangan Hak Tanggungan (APHT) (hanya

berlaku untuk Akad Murabahah dan Akad IMBT

dengan properti atas nama nasabah).

Perbedaan sistem ini diantaranya adalah dari segi jangka waktu KPR

antara bank konvensional dan bank syariah dan ketentuan biaya bagi

nasabah yang ingin melakukan pembiayan KPR.

Adanya perbedaan sistem yang berlaku diantara kedua bank tersebut

membuat nasabah dapat memilih bank sesuai dengan keinginan dan

kebutuhannya. Baik dari segi kemudahan yang di sediakan masing-

masing bank.

Pada akhirnya nasabah dapat menentukan kemana akan bertransaksi

untuk pemilikan rumah yang diinginkan. Apakah ke bank syariah yang

menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam proses KPRS atau ke bank

Page 83: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

konvensional yang melakukan sistem bunga yang merupakan sesuatu

yang riba.

2. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) pada Bank Konvensional dan Bank Unit usaha syariah di

Bank Permata Tbk cabang Surakarta.

Nasabah yang telah memperoleh kredit tidak seluruhnya dapat

mengembalikan kredit dengan baik dan tepat pada waktu yang disepakati,

apabila nasabah memiliki itikad baik kepada bank, maka PT. Bank Permata

Tbk Cabang Surakarta dapat menyelesaikan masalah tersebut secara

kekeluargaan yaitu : memberikan kegiatan-kegiatan berupa perubahan jadwal

angsuran, perubahan syarat kredit, dan lain-lain.

Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta dalam memberikan kredit kepada nasabahnya, antara lain sebagai

berikut :

a. Nasabah

Terkadang nasabah tidak memiliki Trade Record yang baik dibidang

perbankan. Data-data yang diminta sebagai syarat debitur tidak diberikan

dan dilengkapi dengan baik, serta usaha debitur diperkirakan tidak maju

sehingga diperkirakan sulit untuk membayar angsuran dikemudian hari

setelah kredit diberikan.

b. Masalah Jaminan

Selalu menjadi persoalan bagi pihak bank, apabila hipotik tersebut

telah dijaminkan pada pihak lain karena nantinya akan merugikan kepada

bank yang bersangkutan. Dan ada pula jaminan yang diberikan kepada

bank sedang dalam sengketa atau sitaan pengadilan.

c. Terjadinya Kredit Macet

Kredit macet yang merugikan pihak nasabah dan bank adalah jika

kredit macet ini tidak dapat diatasi oleh nasabah, maka nasabah akan sulit

untuk mendapatkan kepercayaan dari bank yang bersangkutan dalam hal

pemberian kredit untuk selanjutnya.

Page 84: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Penanganan kredit macet yang terindikasi sebagai tindak pidana

perbankan pada umumnya diselesaikan melalui dua jalur, internal dan

eksternal”. (Pujiyono, 2009 ; 51)

Kredit macet yang terjadi karena kesulitan keuangan yang dialami

para nasabah atau debitur timbul karena berbagai faktor, antara lain :

a). Faktor Internal

1). Kelemahan bank dalam melakukan analisis sehingga terjadi

kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR).

2). Pendapatan relatif rendah.

3). Nasabah debitur terkena PHK.

b). Faktor Eksternal

1). Bencana alam.

2). Perubahan kondisi perekonomian .

3). Kebijakan pemerintah.

4). Krisis ekonomi.

5). Perubahan-perubahan teknologi.

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank

konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-

hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998

tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21 tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Salah satu alternatif guna mendapatkan rumah yang di inginkan adalah

melalui kredit bank. Pengertian bank seperti yang tercantum dalam Pasal 1

angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan, bahwa :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Page 85: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Fungsi menghimpun dan menyalurkan dana itu berkaitan erat dengan

kepentingan umum sehingga perbankan wajib menjaga dengan baik dana

yang dititipkan masyarakat tersebut. Perbankan harus dapat menyalurkan

dana tersebut ke bidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran

pembangunan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992

tentang Perumahan dan Pemukiman ditentukan bahwa yang dimaksud dengan

rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan hunian

bagi pembinaan keluarga. Kebutuhan akan perumahan pada masa sekarang

ini merupakan masalah nasional terutama di daerah perkotaan yang harus

dicarikan solusinya baik oleh pemerintah bersama-sama dengan masyaratkat

selaku pengusaha maupun selaku konsumen perumahan itu sendiri.

Oleh karena itu upaya pembangunan perumahan dan pemukiman terus

ditingkatkan untuk menyediakan jumlah perumahan yang makin banyak dan

dengan harga yang terjangkau terutama oleh golongan masyarakat yang tidak

mampu membeli rumah secara tunai, maka mereka akan membeli rumah

secara kredit melalui lembaga perbankan dengan mengajukan Kredit

Pemilikan Rumah (KPR).

Dalam menyediakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), PT. Bank Permata

Tbk Cabang Surakarta banyak melakukan kerjasama dengan berbagai

pengembang atau developer . Dimana pihak pengembang akan menawarkan

kepada para konsumennya atas berbagai kemudahan dari PT. Bank Permata

Tbk Cabang Surakarta yang bekerjasama dengannya, jika konsumen tersebut

memerlukan fasilitas kredit komsumtif. Demikian pula di pihak PT. Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta, PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta

akan mereferensikan dan merujuk terhadap para pengembang yang

bekerjasama dengannya, untuk membeli rumah.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memiliki dua karakteristik ditinjau dari

hubungan antara konsumen dengan pengembang dan konsumen ( atau calon

debitur ) dengan bank dalam kaitannya dengan pembiayaan.

a. Hubungan antara konsumen dengan pengembang

Page 86: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Konsumen yang mendatangi pengembang atas rekomendasi dan

rujukan dari pihak bank ataupun secara langsung mendatangi

pengembang tetap harus bersikap hati-hati dan memperhatikan:

1. Lokasi pengembang apakah berada dalam area yang strategis atau

tidak? Karena lokasi strategis dapat memberikan keberuntungan dan

aksebilitas yang baik bagi konsumen.

2. Rencana Induk atau master plan. Konsumen berhak untuk

menanyakan kepada pengembang terhadap master plan lahan yasan

pemgembang. Hal ini berguna mengetahui pengembang pengetahui

perkembangan wilayah tersebut dimasa mendatangkan.

3. Infrastruktur, Sarana dan Fasilitas. Konsumen sebaiknya melihat

sekeliling lokasi lokasi perumahan tersebut, apakah seluruh sarana

dan fasilitas yang dibutuhkan telah tersedia. Misalnya, jaringan

telepon, listrik, air, fasilitas olah raga, umum, pendidikan formal dan

informal dan kawasan lainnya sebagai pelengkap berupa fasilitas

komersial dan kawasan pusat niaga.

4. Status hokum tanah dan banggunan. Kejelasan status hokum tanah

perlu diprioritaskan oleh konsumen untuk memperoleh kepastian

atas hak atas tanah yang dimilikinya. Umumnya bila pengembang

berbentuk badan hokum, status tanah sertifikat induk lokasi berupa

Hak Guna Bangunan (HGB) dan akan dilakukan pemecahan sesuai

yang kavling yang dipilih konsumen. Selain sertifikat hasil

pemecahan, dokumen hokum lainnya sebagai bukti kepemilikan

yang harus dimiliki oleh konsumen adalah Surat Ijin Mendirikan

Bangunan (SIMB) berikut denah bangunan dan cetak biru atau blue

print dan Surat Ijn Pengunaan Bangunan.

Setelah konsumen mempelajari hal-hal tersebut dan menyakini

lokasi pengembang tersebut merupakan yang terbaik dan paling sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya, saatnya menetapkan pilihan,

Pengembang dan konsumen akan menyepakati :

Page 87: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1). Fasilitas pembiayaan atas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang

dimohonkan melalui bank dan pembayaran uang muka atau down

payment yang harus diserahkan pada pengembang sesuai jadwal

yang disepakati bersama.

2). Penandatangan akta jual beli dan pengurusan atas sertifikat induk

atas nama pengembang menjadi nama konsumen sesuai dengan

kavling yang dipilih konsumen. Dalam melakukan transaksi jual beli

hinga kepengurusan sertifikat, biasanya pihak pengembang telah

menyiapkan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang ditunjuk.

Hubungan antara pengembang dengan konsumen membentuk

perikatan antara keduanya. Walaupun untuk transaksi ini memperoleh

fasilitas kredit kosumtif dari bank, konsumen tidak dapat sepenuhnya

menyerahkan persoalan ini pada bank. Sikap kehati-hatian konsumen

harus diarahkan secara tepat dengan kejelian secara mendalam sehingga

konsumen tidak perlu mengeluarkan energy dan waktu untuk complain

atas ketidakpuasannya terhadap pengembang.

b. Hubungan antara Konsumen dan Bank

Hubungan konsumen dan bank dimulai saat konsumen mendatangani

pihak bank umtuk memperoleh fasilitas kredit bagi pembiayaan untuk

pemilikan rumah yang disediakan pihak bank. Dalam mengajukan

fasilitas Kredit Rumah (KPR), konsumen harus memperhatikan:

1). Fasilitas yang dapat diperoleh konsumen

Untuk mengajukan fasilitas Kredit Rumah (KPR) konsumen

harus menyediakan uang muka atau down payment minimal yang

dipersyaratkan oleh pihak bank. Sisa kewajiban yang harkan oleh

pihak bank. Sisa kewajiban yang harus diselesaikan terhadap pihak

pengembang merupakan pagu atau plafond kredit yang dimohonkan.

Dalam mengajukan fasilitas Kredit Rumah (KPR), pendapat yang

menjadi persyaratan, baik dari segi gaji yang diperoleh bagi

karyawan atau keuntungan yang diperoleh bagi seorang wiraswasta.

Fasilitas yang tepat akan sangat bermanfaat, sehingga konsumen

Page 88: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perlu mendiskusikan dengan pejabat bank yang memproses kredit

dan pihak ketiga yang memahami persoalan kredit sebagai opini

kedua atau second opinion.

2) Hak dan Kewajiban konsumen (calon debitur)

Hak dan kewajiban dari kosumen (calon debitur) adalah

berbanding kebalikannya dengan hak dan kewajiban bank yang

dituangkan dalam perjanjian kredit. Dalam perjanjian kredit, hak dan

kewajiban tersebut terdiri atas:

a). Fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur

sebesar yang disetujuinya, tujuan pengunaan kredit ditegaskan

untuk pembelian tanah dan bangunan;

b). Suku bunga pinjaman ditetapkan pada saat penandatanganan

perjanjian kredit dan besarnya suku bangga akan menentukan

angsuran bulanan sehingga suku bunga kredit tidak berlaku tetap

sedangkan pada pembiayaan Kredit Rumah (KPR) pada unit

usaha syariah dilakukan dengan system bagi hasil antara

nasabah debitur dengan pihak Bank;

c). Pembayaran kredit konsumtif dilakukan secara angsuran, yang

disesuaikan dengan tanggal penandatangan akta perjanjian kredit

dan setiap kertelambatan akan dikenakan denda yang dihitung

berdasarkan setiap hari keterlambatan tersebut;

d). Penyerahan atas tanah dan banggunan yang dibiayai sebagai

jaminan bank dan akan diikat dengan Hak Tanggungan. Atas

jaminan tersebut, konsumen tidak diperkenakan untuk

menyewakan kepada pihak lain, dijual atau dengan cara apapun

juga dibebankan atau dialihkan kepada pihak lain tanpa

persetujuan tertulis dari pihak Bank. ( Johannes Ibrahim, 2004 :

229-233 )

Berdasarkan teori di atas, PT Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta dalam pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

mempunyai keresteristik yang sama dengan teori tersebut.

Page 89: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya melalui Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta bagi debitur hal ini

terjadi dimana jangka waktu kreditnya masih belum berakhir atau belum ada

pelunasan dari debitur. Pada pelaksanaan alih debitur terjadi dengan adanya

kesepakatan antara kreditur (penjual) dengan debitur (Pembeli), dimana

dalam pengalihan hak atas rumah berikut tanahnya, penjual (kreditur) akan

mengalihkan yang menjadi haknya yaitu rumah dan tanahnya kepada debitur

(pembeli) dan pihak debitur bersedia untuk melakukan angsurannya kepada

PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta setelah terlebih dahulu adanya surat

pemberitahuan penegasan persetujuan pengalihan kredit dari pihak PT. Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta.

Hak dan Kewajiban akan beralih kepada debitur secara resmi setelah

dilakukannya penandatanganan surat-surat/dokumen-dokumen (Perjanjian

Kredit) dan akta-akta dihadapan notaris, penandatanganan dilakukan oleh

Penjual (kreditur) oleh Pimpinan PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta

dengan pembeli (debitur).

Sejak itu terjadilah suatu hubungan hukum yang baru antara debitur

dengan PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta, di mana debitur sebagai

pemilik rumah dan tanah sekaligus yang mempunyai hak dan kewajiban

untuk melakukan angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan

oleh PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Unsur kepercayaan dalam suatu perjanjian kredit mutlak diperlukan

sehingga dalam penyaluran kreditnya bank dan pihak-pihak pemberi kredit

lainya diwajibkan agar memiliki keyakinan atas kembalinya kredit yang

diberikan kepada debitor tersebut tepat pada waktu yang telah diperjanjikan,

sehingga dengan adanya keyakinan tersebut pihak kreditor dalam hal ini akan

merasa terlindungi hak-haknya untuk memperoleh kembali uang atau barang

yang diberikan kepada kreditor tersebut secara kredit.

Pihak-pihak yang akan memberikan kredit kepada masyarakat atau dalam

hal ini debitor walaupun tidak ada satu peraturanpun yang mewajibkan bahwa

Page 90: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pihak-pihak yang akan memberikan kredit harus melaksanakan nilai nilai atau

dapat dikatakan sebagai norma didalam memberikan kredit.

Namun secara rasional demi terciptanya suatu persetujuan antara kedua

belah pihak yang menginginkan adanya kegiatan yang saling menguntungkan

dan demi terciptanya perekonomian masyarakat yang sehat maka pihak-pihak

atau lembaga pemberi kredit harus melakukan penelitian terhadap debitor

selaku penerima kredit pada faktor-faktor yang harus dimiliki debitor sebelum

menerima kredit, faktor-faktor tersebut lazim disebut dengan The five C'5 of

credit Analisys sebagai ukuran untuk menganalisis kemampuan debitor

tentang kesanggupan debitor agar dapat mengembalikan pinjamanya dalam

suatu permohonan kredit.

Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung

risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank.

Namun mengingat sebagai lembaga intermediasi, sebagian besar dana bank

berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit perbankan banyak

dibatasi oleh ketentuan undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/3/PBI/2006 Tentang

Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum

Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan

Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasrkan

Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional. Bank Unit Usaha Syariah

merupakan bank umum konvensional yang merubah kegiatan usaha menjadi

bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

sehingga dalam pengajuan permohonan izin atau rencana dan atau

penyampaian laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia

No. 8/3/PBI/2006 wajib menggunakan format sebagaimana tercantum dalam

lampiran Surat Edaran No. 8/8/DPbS.

Kegiatan PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta konvensional tidak

jauh berbeda dengan kegiatan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Unit Usaha

Syariah, salah satunya adalah adanya pemberian Kredit Pemilikan Rumah

(KPR), dalam bank konvensional dikenal dengan nama kredit dengan sistem

Page 91: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bunga sedangkan dalam unit usaha syariah dikenal dengan nama pembiayaan

dengan system bagi hasil.

Prosedur pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dimulai dari

permohonan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) secara tertulis kemudian pihak

PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta akan memeriksa perrmohonan

untuk kemudian diputuskan. Bedanya adalah kalau pada pembiayaan Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) Syariah akan dilakukan bagi hasil antara nasabah

pembiayaan dengan pihak sesuai nisbah yang telah disepakati dalam kontrak

(Akad) sedangkan pada bank konvensional dikenal dengan istilah

pembebanan (bunga) yang sudah ditentukan baik untung maupun rugi.

Untuk memperoleh KPR pada PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta,

para calon debitur harus melalui beberapa prosedur yang telah ditetapkan oleh

dewan direksi PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta sebelum resmi

menjadi debitur, mulai dari tahap Pra Realisasi, tahap Realisasi sampai

dengan tahap Post Realisasi.

Pihak-pihak yang akan memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

kepada masyarakat atau dalam hal ini debitor walaupun tidak ada satu

peraturanpun yang mewajibkan bahwa pihak-pihak yang akan memberikan

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) harus melaksanakan nilai-nilai atau dapat

dikatakan sebagai norma didalam memberikan kredit.

Setelah dimungkinkan untuk diproses lebih lanjut, maka berdasrkan

segala bahan dan keterangan yang telah terkumpul pada persiapan kredit, lalu

dilakukan Analisa Kredit dengan berpedoman pada Cek-list pengumpulan

data untuk kredit konsumtif terlampir dengan melalui langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Peninjauan setempat terhadap perusahaan permohonan dan sekaligus

mengadakan wawancara dengan pemilik/petugas perusahaan. Maksud

peninjauan adalah untuk mengecek kebenaran dari informasi yang

diterima apakah sesuai dengan keadaan sebenarnya dan untuk

memperoleh data tambahan yang diperlukan. Dalam hal ini petugas

Page 92: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mencocokkan Foto Copy dokumen dengan aslinya serta menyatakan

sama dengan aslinya

b. Pada dasarnya untuk setiap pemberian kredit perlu dibuat analisa

kreditnya tetapi dalam hal kredit yang relatif kecil bentuknya akan lebih

sederhana yang akan diatur dengan petunjuk tersendiri

Berdasarkan hasil penelitian di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta

dan nasabah debitur X yang namanya tidak boleh disebutkan karena

menyangkut rahasia bank, penulis berpendapat bahwa dari beberapa tahapan

prosedur permohonan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), menggambarkan

bahwa pihak PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta sangatlah berhati-hati

dengan mengunakan prinsip kehati-hatian dalam memberikan persetujuan

Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu

hati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu

konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang

perbankan berdasarkan profesionalisme dan iktikat baik.

Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kita dapat

menemukan pasal lain di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang

mempertegas kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu

diterapkan dalam setiap kegiatan usaha bank, yakni dalam Pasal 29 ayat (2)

mengemukakan bahwa:

”Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian”.

Berdasarkan ketentuan pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak ada alasan

apa pun juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian

dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip

kehati-hatian. Ini mengandung arti, bahwa segala perbuatan dan

kebijaksanaan yang dibuat dalam rangka melakukan kegiatan usahanya harus

Page 93: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

senantiasa berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku

sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya

diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit atau

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada nasabah debitor.

Selengkapnya ketentuan Pasal 29 ayat (3) mengemukakan bahwa:

”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara- cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

Ketentuan pasal 29 ayat (2) dan ayat (3) di atas tentu berhubungan erat

dengan ketentuan pasal 29 ayat (4) karena bertujuan untuk melindungan

kepentingan nasabah penyimpan dan simpanannya. Adapun ketentuan Pasal

29 ayat (4) menyatakan bahwa:

”Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadinya risiko kerugian sehubungn dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 di dalam Pasal 35

ayat (1) :

“Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian”.

Ketentuan yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah

penyimpan dan simpanannya adalah terdapat di dalam Pasal 36. Adapun

ketentuan Pasal 36 menyatakan bahwa:

“Dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah dan kepentingan Nasabah yang mempercayakan dananya”.

Setiap proposal kredit akan dianalisis dengan teliti. Bila memenuhi

syarat, baru diadakan dokumentasi (pengikatan kredit dan jaminan).

Walaupun dalam analisa kredit suatu proposal dinyatakan layak, tetapi bila

dalam pengikatan kredit / jaminan ternyata terdapat masalah yang yang tidak

dapat diselesaikan dan / atau membahayakan bank, kredit tersebut harus

Page 94: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dihentikan. Setelah dokumentasi lengkap, bank mengadakan pencairan dana

(distbursement) sesuai perjanjian kredit. Dalam pencairan dana ini bank juga

harus berhati-hati. Bila tidak sesuai dengan perjanjian, pencairan dana tidak

dapat dilakukan. Setelah kredit dicairkan, bank juga harus terus menerus

melakukan pemantuan atas kredit yang diberikan. Ini adalah perkerjaan yang

akan terus berlangsung selama kredit tersebut belum dilunasi. Dalam

pemantauan ini bank harus terus-menerus mengikuti perkembangan bisnis

nasabah dan berbagai aaspek yang mungkin mempengaruhi kualitas kredit

tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisa, penulis

berpendapat bahwa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mempunyai beberapa

keuntungan dimana nasabah harus tetap memberikan jaminan. Menurut

ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit,

bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas

kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 butir 23 yang dimaksudkan dengan

agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada

bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah. Fungsi utama jaminan adalah untuk menyakinkan bank atau

kreditur bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang

diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati

bersama sehingga nasabah debitur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) akan lebih

berhati-hati dalam menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari bank

konvensional maupun bank unit usaha syariah dikarenakan nasabah harus

tetap memberikan jaminan dimana jaminan tersebut akan disita apabila

nasabah tidak dapat memenuhi kewajibanya, kemudian yang kedua adalah

bahwa nasabah akan termotifasi agar supaya angsuran lunas dan agar jaminan

tidak disita.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis berpendapat bahwa pelaksanaan

pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank

Page 95: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

unit usaha syariah di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta sudah

melaksanakan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang

nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah

Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Kredit adalah bagian investasi maupun resiko perbankan, menjadi

investasi manakala kredit tersebut menjadi lancar dan menjadi resiko

manakala kredit tersebut mengalami kemacetan. Status kredit pada perbankan

biasa bergerak mulai dari lancar sampai bermasalah, hal ini disebabkan

karena adanya unsur kesengajaan dari pihak debitur untuk tidak mau

membayar kewajibannya, maka dapat dilakukan lelang terhadap barang-

barang yang dijaminkan kepada bank sehingga tidak dapat dipidana. Namun

hal ini berbeda jika sebelumnya debitur telah melakukan penipuan, misalnya

memalsukan identitasnya dan memalsukan rekening koran dan data-data yang

diminta sebagai syarat debitur tidak diberikan dan dilengkapi dengan baik,

maka dapat dituntut secara pidana. Ini merupakan pelanggaran dari pegawai

bank juga karena tidak dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

memilih nasabah. Namun untuk memperjelas masalah yang sebenarnya

terjadi bukan hanya pegawai bank yang diperiksa, tapi juga debiturnya. Sebab

debitur tersebut dapat dikenakan gugatan perdata ataupun sanksi pidana bila

terbukti sengaja tidak mau melunasi kewajibannya kepada bank. (Pujiyono,

2009 : 48-49)

Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisa, penulis

berpendapat Kelalaian debitor dalam memenuhi kewajibannya tersebut sangat

merugikan pihak bank sebagai kreditornya. Keadaan debitor tidak dapat

melunasi kreditnya sesuai dengan yang diperjanjikan dapat disebut kredit

macet.

Page 96: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Adapun kredit macet itu sendiri dapat disebabkan oleh salah satu atau

beberapa faktor yang harus dikenali secara dini oleh bank. Dan bank harus

selalu memantau akan kemampuan dan perkembangan debiturnya. Hal ini

disebabkan karena adanya kelemahan baik dari sisi debitor dan debitur, sisi

intern maupun sisi ekstern di PT. Bank Permata Tbk cabang Surakarta dan

debitor dan debitur yang meliputi:

a. Faktor Internal

1). Kelemahan bank dalam melakukan analisis, sehingga terjadi

kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR).

2). Pendapatan relatif rendah.

nasabah debitur memiliki pendapatan relatif rendah sehingga

nasabah debitur sulit untuk membayar angsur kredit pemilikan

rumah (KPR) karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari- hari.

3). Nasabah debitur terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Jika nasabah debitur terkena PHK maka nasabah debitur sulit

membayar angsuran kredit pemilikan rumah (KPR) karena tidak ada

lagi pendapatan.

b. Faktor Eksternal

1). Bencana alam.

Bencana alam dapat menyebabkan hancurnya rumah yang menjadi

objek kredit pemilikan rumah (KPR) sehingga bank mengalami

kerugian dan nasabah tidak mau membayar angsuran kredit

pemilikan rumah (KPR).

2). Perubahan kondisi perekonomian .

Misalnya, Perubahan kondisi ekonomi perumahan di Amerika yang

menyebabkan banyaknya bank yang rugi.

Page 97: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3). Kebijakan pemerintah.

Kebijakan pemerintah juga mempengaruhi angsuran dalam kredit

pemilikan rumah (KPR) seperti kenaikan suku bunga dan kenaikan

pajak bumi dan banggunan.

4). Krisis ekonomi.

Pengaruh kondisi ekonomi global juga bisa berdampak terhadap

perputaran perekonomian dalam negeri, seperti naiknya harga

minyak dunia yang berimbas kepada mandeknya kegiatan usaha para

pengusaha sehingga keadaan perekonomian menjadi lesu karena

menurunnya daya beli masyarakat atau konsumen.

5). Perubahan-perubahan teknologi.

Pengaruh kondisi ekonomi global terhadap juga bisa berdampak

terhadap perubahan-perubahan teknologi sehingga mempengaruhi

perputaran perekonomian dalam negeri

Penyebab terjadinya kredit macet adalah karena debitor telah gagal untuk

membayar utangnya atau menghadapi masalah dalam memenuhi kewajiban

yang telah ditentukan atau sudah tidak sanggup membayar sebagian atau

keseluruhan kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan.

Dengan kata lain debitur telah melakukan Wanprestasi, yaitu tidak

dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan

oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam

kontrak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam memberikan kreditnya

bank selaku kreditor senantiasa memantau perkembangan kredit yang

diberikannya.

Pendekatan praktis bagi bank dalam pengelolaan kredit macet adalah

dengan secara dini mendeteksi potensi timbulnya kredit macet, sehingga

makin banyak peluang alternatif koreksi bagi bank dalam mencegah

timbulnya kerugian sebagai akibat pemberian kredit. Berdasarkan deteksi

yang telah dilakukan, maka dapat diketahui posisi PT. Bank Permata Tbk

cabang Surakarta terhadap debitor khususnya bila dilihat dari usaha dan

kondisi agunan yang diberikan oleh debitor dalam perjanjian kreditnya.

Page 98: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

31/147/KEP/DIR tertanggal 2 April 2001 membagi kredit bank ke dalam 4

katagori yang dilakukan berdasarkan kolektibilitasnya, yaitu:

a. Kredit Lancar;

b. Kredit dalam Perhatian Khusus;

c. Kredit Kurang Lancar;

d. Kredit yang Diragukan;

e. Kredit Macet.

Untuk sub c sampai dengan e adalah merupakan kredit bermasalah.

Istilah kredit bermasalah telah digunakan oleh dunia perbankan Indonesia

sebagai terjemahan dari problem loan yang merupakan istilah yang sudah

lazim digunakan dalam dunia perbankan internasional.

Page 99: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank

Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-

Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah Di PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti dapat

menarik beberapa kesimpulan yaitu bahwa pelaksanaan kegiatan pemberian

kredit pemilikan rumah (KPR) baik secara konvensional maupun pada unit

usaha syariah pada Bank PT Permata Tbk cabang Surakarta pada prinsipnya

telah menerapkan prinsip kehati- hatian yang terdapat pada Undang- Undang

nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang- Undang nomor 21 tahun

2008 tentang Perbankan Syariah dan prosedur pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) pada Bank PT Permata Tbk cabang Surakarta dilakukan dalam

beberapa tahapan yaitu, tahap mengajukan permohonan, tahap investigasi,

tahap analisa, tahap persetujuan atau keputusan kredit pemilikan rumah (KPR).

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta.

Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh PT. Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dalam memberikan kredit pemilikan rumah (KPR) kepada

nasabahnya, yaitu nasabah yang tidak memiliki Trade Record yang baik

dibidang perbankan, masalah Jaminan, terjadinya Kredit Macet karena

kesulitan keuangan yang dialami para nasabah atau debitur, timbul karena 2

(dua) faktor yaitu faktor Internal seperti kelemahan bank dalam melakukan

analisis, sehingga terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan pemberian

kredit pemilikan rumah (KPR), pendapatan relatif rendah, nasabah debitur

Page 100: PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terkena PHK dan faktor Eksternal seperti bencana alam. perubahan kondisi

perekonomian, kebijakan pemerintah, krisis ekonomi, perubahan-perubahan

teknologi.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti kepada PT. Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dalam mensejahterakan perekonomian dimasyarakat dan

meningkatkan keinginan masyarakat untuk memiliki rumah dalam bentuk

Kredit Pemilikan Rumah (KPR), yaitu :

1. Dalam melaksanaan kegiatan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)

baik secara konvensional maupun pada unit usaha syariah pada Bank PT

Permata Tbk cabang Surakarta pada prinsipnya diharapkan untuk lebih

meningkatkan prinsip kehati- hatian yang terdapat pada Undang- Undang

nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan pihak PT. Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta harus mempertahankan proses penyaluran maupun

pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan lebih mengutamakan

masyarakat atau calon nasabah yang memiliki ekonomi menengah

kebawah. Sehingga diharapkan nasabah tersebut dapat memiliki rumah

yang layak.

2. PT. Bank Permata Tbk Cabang Surakarta harus lebih berusaha

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan terjadi dalam

proses penyaluran maupun pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

yaitu pihak Bank benar-benar memperhatikan calon nasabahnya dengan

melakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap calon nasabah.