pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

Upload: estuning-mugi-rahajeng

Post on 11-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    1/19

    1

    PEDOMAN PERENCANAANTEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH

    (METODA SANITARY LANDFILL)

    I. PendahuluanTempat pembuangan akhir sampah pada dasarnya merupakan akhir dari prosespenanganan sampah yang aman dan ramah lingkungan. Namun adanyaketerbatasan biaya dan kapasitas SDM serta andalan pola kumpul-angkut-buangyang ada selama ini, telah berdampak pada pembebanan yang terlalu berat di TPAbaik ditinjau dari kebutuhan lahan maupun beban pencemaran lingkungan.Pemasalahan TPA yang akhir-akhir ini telah mengemuka secara nasional antara lainkasus longsornya TPA Leuwigajah yang memakan korban jiwa lebih dari 140 orang,friksi TPA Bantar Gebang dan TPST Bojong menunjukkan tingkat keterpurukanmasalah penanganan sampah (terutama dilema TPA yang makin tinggi). Tanpa

    adanya komitmen dan upaya sungguh-sungguh dari para pelaksana pembangunanbidang persampahan, kondisi demikian dikhawatirkan hanya akan menuai bencanademi bencana.

    Mengacu pada PP 16 / 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minumyang didalamya juga mengatur masalah persampahan (bagian ketiga pasal 19 pasal 22), bahwa penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan untukperlindungan air baku air minum dan secara tegas dinyatakan bahwa TPA wajibdilengkapi dengan zona penyangga dan metoda pembuangan akhirnya dilakukansecara sanitary landfill (kota besar/metropolitan) dan controlled landfill (kotasedang/kecil). Selain itu perlu juga dilakukan pemantauan kualitas hasilpengolahan leachate (efluen) secara berkala. Ketentuan tersebut mulai berlaku padatahun 2008.

    Menindak lanjuti hal-hal tersebut diatas, diperlukan lokasi TPA yang memenuhipersyaratan, perencanaan TPA yang memadai, konstruksi TPA yang sesuai denganperencanaan dan pengoperasian sesuai dengan standar (SOP). Mengingat masalahpersampahan sudah menjadi tanggung jawab pemerintah kota/kabupaten,Pemerintah Pusat hanya memiliki kewenangan terbatas antara lain dalampenyediaan pedoman dan standar (NSPM).Pada tahun 1999 telah diterbitkan petunjuk teknis perencanaan TPA yang dapatdigunakan sebagai acuan bagi pemerintah kota/kabupaten dalam penyusunanperencanaan TPA yang dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    2/19

    2

    II. Ketentuan-Ketentuan2.1Ketentuan Umum

    1) Pemilihan lokasi TPA sampah perkotaan harus sesuai dengan ketentuan yang

    ada (SNI 03-3241- 1994 tentang tata cara peinilihan lokasi TPA)2) Perencanaan TPA sampah perkotaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai

    berikut:

    (1). Rencana pengembangan kota dan daerah, tata guna lahan serta rencanapemanfaatan lahan bekas TPA

    (2). Kemampuan ekonomi Pemerintah Daerah setempat dan masyarakat, untukmenentukan teknologi sarana dan prasarana TPA yang layak secaraekonomis, teknis dan lingkungan.

    (3). Kondisi fisik dan geologi seperti topografi, jenis tanah, kelulusan tanah,kedalaman air tanah, kondisi badan air sekitamya, pengaruh pasang surut,

    angin, iklim, curah hujan, untuk menentukan metode pembuangan akhirsampah.

    (4). Rencana pengembangan jaringan jalan yang ada, untuk menentukan rencanajalan masuk TPA.

    (5). Rencana TPA didaerah lereng agar memperhitungkan masalah kemungkinanterjadinya longsor

    3) Tersedianya biaya operasi dan pemeliharaan TPA

    4) Sampah yang dibuang ke TPA harus telah melalui pengurangan volume sampah(program 3 M) sedekat mungkin dengan sumbernya

    5) Sampah yang dibuang dilokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan yang bukanberasal dari industri, rumah sakit yang mengandung B3

    6) Kota-kota yang sulit mendapatkan lahan TPA di wilayahnya, perlumelaksanakan model TPA regional serta perlu adanya institusi pengelolakebersihan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan TPA tersebut secaramemadai.

    2.2. Ketentuan Teknis

    1) Metode Pembuangan

    Metode pembuangan akhir sampah pada dasarnya harus memenuhi prinsipteknis berwawasan lingkungan sebagai berikut:

    (1). Di kota besar dan metropolian direncanakan sesuai metode lahan urugsaniter (sanitary landfill) sedangkan kota sedang dan kecil minimal harusdirencanakan metode lahan urug terkendali (controlled landfill).

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    3/19

    3

    (2). Harus ada pengendalian leahcate, yang terbentuk dari proses dekomposisisampah agar tidak mencemari tanah, air tanah maupun badan air yang ada.

    (3). Harus ada pengendalian gas dan bau hasil dekomposisi sampah, agar tidakmencemari udara, menyebabkan kebakaran atau bahaya asap danmenyebabkan efek rumah kaca.

    (4). Harus ada pengendalian vektor penyakit.

    2) Sarana dan prasarana TPA

    Sarana dan prasarana TPA yang dapat mendukung prinsip tersebut diatasadalah sebagai berikut:

    (1) Fasilitas umum (jalan masuk, kantor / pos jaga, saluran drainase dan pagar)

    (2) Fasilitas perlindungan lingkungan (lapisan kedap air, pengumpul leachate,pengolahan leachate, ventilasi gas, daerah penyangga, tanah penutup)

    (3) Fasilitas penunjang (air bersih, jembatan timbang dan bengkel)(4) Fasilitas operasional (alat besar dan truk pengangkut tanah).

    3) Perencanaan kebutuhan luas lahan dan kapasitas TPA

    (1) Ditinjau dan daya tampung lokasi yang digunakan untuk TPA sebaiknyadapat menampung pembuangan sampah minimum selama 5 tahunoperasi.

    Perhitungan awal kebutuhan lahan TPA per tahun adalah sebagai berikut

    L = V x 300 x 0,70 x 1,15T

    dimana L = luas lahan yang d setiap tahun (m2)

    V = Volume sarnpah yang telah dipadatkan (m3/hari)

    V = A x E, dimana

    A = volume sampah yang akan dibuang

    E = tingkat pemadatan (kg/m3) rata-rata 600 kg/rn3

    T = Ketinggian timbunan yang direncanakan (m) 15 % rasio tanah

    penutup(2). Kebutuhan luas lahan adalah

    H = L x Ix J

    dimana, H = Luas total lahan (m2)

    L = Luas lahan setahun

    I = umur lahan (tahun)

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    4/19

    4

    J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif 1,2

    4). Rencana Tapak

    Dalam penentuan rencana tapak untuk lahan urug saniter dan lahan urug

    terkendali, harus diperhatikan beberapa hal:(1). Pemanfaatan lahan dibuat seoptimal mungkin sehingga tidak ada sisa lahan

    yang tidak dimanfaatkan.

    (2). Lokasi TPA harus telindung dan jalan umum yang melintas TPA. Hal inidapat dilakukan dengan menempatkan pagar hidup disekeliling TPA,sekaligus dapat berfungsi sebagai zona penyangga

    (3). Penempatan kolam pengolahan leachate dibuat sedemikian rupa sehinggaleachate sedapat mungkin mengalir secara gravitasi

    (4). Penempatan Jalan operasi harus disesuaikan dengan sel/blok penimbunan,sehingga semua tumpukan sampah dapat dijangkau dengan mudah olehtruk dan alat besar.

    Gambar contoh site plan dapat dilihat pada gambar 1.

    5) Perencanaan sarana dan prasarana TPA

    (1) Fasilitas umum

    a) Jalan Masuk

    Jalan masuk TPA harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

    (a) Dapat dilalui kendaraan truk sampah dan 2 arah

    (b) Lebar jalan 8 m, kemiringan pemukaan jalan 2 3 % ke arah salurandrainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasandengan tekanan gandar 10 ton dan kecepatan kedaraan 30 km/jam(sesuai dengan ketentuan Ditjen Bina Marga).

    b) Jalan Operasi

    Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dan 2jenis, yaitu :

    - Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer,setiap saat dapat ditimbun dengan sampah.

    - Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/ pos jaga, bengkel,tempat parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat pemanen.

    Struktur detail jalan operasi temporer dan pemanen dapat dilihat padagambar 2.

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    5/19

    5

    c) Bangunan Penunjang

    Luas bangunan kantor tergantung pada lahan yang tersedia denganmempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antaralain pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencanapengoperasian TPA, tempat cuci kendaraan, kamar mandi/wc dan

    gudang.

    Tata letak pos jaga, kantor dan bangunan penunjang lainnya dapat dilihatpada gambar 3.

    d) Drainase

    Drainase TPA berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang jatuhpada area timbunan sampah. Ketentuan teknis drainase TPA ini adalahsebagal berikut:

    - Jenis drainase dapat berupa drainase pemanen (jalan utama,disekeliling timbunan terakhir, daerah kantor, gudang, bengkel,

    tempat cuci) dan drainase sementara (dibuat secara lokal pada zoneyang akan diopersikan)

    - Kapasitas saluran dihitung dengan persamaan manning

    Q = 1 / n . A. R2/3 . S1/2 ,

    dimana: Q = debit aliran air hujan (m3/det)

    A = Luas penampang basah saluran (m2)

    R = jari-jari hidrolis (m)

    S = kemiringan

    N = konstanta

    - Pengukuran besamya debit dihitung dengan persamaan sebagaiberikut:

    D = 0,278 C. I . A (m3/det), dimana:

    D = debit

    C = angka pengaliran

    I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)

    A = luas daerah aliran (km2)

    Gambar potongan melintang drainase dapat dilihat pada gambar 4.

    e) Pagar

    Pagar yang berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagartanaman sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagal daerahpenyangga setebal 5 m.

    f) Papan Nama

    Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu kerja.

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    6/19

    6

    6) Fasilitas perlindungan lingkungan

    1) Pembentukan dasar TPA

    (a). Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga leachate terhambat meresapkedalam tanah dan tidak mencemari air tanah. Koefisien pemeabilitaslapisan dasar TPA harus lebih kecil dan 10-6 cm/det.

    (b). Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi dasarTPA dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2) ataugeomembrane setebal 5 mm.

    (c). Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul leachate dankemiringan minimal. 2% kearah saluran pengumpul maupunpenampung leachate.

    (d). Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai denganurutan zona / blok dengan urutan pertama sedekat mungkin ke kolampengolahan leachate.

    2) Saluran Pengumpul Leachate

    Saluran pengumpul leachate terdiri dari saluran pengumpul sekunder danprimer.

    (1) Kriteria saluran pengumpul sekunder adalah sebagai berikut:

    a) Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbunan

    b) Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dan dasar lahan, dengankemiringan minimal 2%

    c) Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC.

    Gambar alternatif pola jaringan pipa leachate dapat dilihat pada gambar 5.

    (2) Kriteria saluran pengumpul primer :

    Menggunakan pipa PVC berlubang (untuk pipa ke bak pengumpulleachate tidak berlubang. Saluran primer dapat dihubungkan denganhilir saluran sekunder oleh bak kontrol, yang berfungsi pula sebagalventilasi yang dikombinasikan dengan pengumpul gas vertikal

    (3) Syarat pengaliran leachate adalah:

    GravitasiKecepatan pengaliran 0,63 m/detKedalaman air dalam saluran/pipa (d/D) maksimal 80 %, dimana d =

    tinggi air dan D = diameter pipa

    (4) Perhitungan disain debit leachate adalah menggunakan model ataudengan perhitungan yang didasarkan atas asumsi-asumsi :

    Hujan terpusat pada 4 jam sebanyak 90% (Van Breen), sehingga faktorpuncak = 5,4.

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    7/19

    7

    Maksimum hujan yang jatuh 20 30% diantaranya menjadi leachate.Dalam 1 bulan, maksimum terjadi 20 hari hujan

    Data presipitasi diambil berdasarkan data harian atau tahunanmaksimum dalam 5 tahun terakhir.

    Gambar detail pipa pengumpul leachate dapat dilihat pada gambar 63) Penampungan leachate

    Leachate yang mengalir dan saluran primer pengumpul leachate dapatditampung pada bak penampung leachate dengan kriteria teknis sebagalberikut:

    (a) Bak penampung leachate harus kedap air dan tahan asam

    (b) Ukuran bak penampung disesuaikan dengan kebutuhan.

    4) Pengolahan Leachate

    Pengolahan leachate, adalah salah satu dari penanganan yang dapat

    dilakukan. Alternatifnya adalah, antara lain (Damanhuri, 1995):

    -Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehinggaaliran leachate tidak menuju air tanah

    -Mengisolasi lahan urug landfill sehingga air eksternal tidak masuk danleachatenya tidak keluar

    -Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan yangbaik untuk menetralisir cemaran

    -Mengembalikan (resirkulasi) leachate ke arah timbunan sampah-Mengalirkan leachate menuju pengolahan air buangan domestik-Mengolah leachate dengan unit pengolahan sendiri.Pemilihan proses pengolahan leachate secara mandiri sangat ditentukan olehberbagai faktor, yang terpenting adalah; baku mutu (standar) efluenleachate, ketersediaan lahan, kemampuan sumberdaya manusia dankemampuan ekonomi.

    Berdasarkan karakteristiknya, leachate di Indonesia mempunyaikarakteristik khas karena tidak bersifat asam dan konsentrasi COD yangtinggi (Damanhuri, 1995):

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    8/19

    8

    Tabel 1. Karakteristik leachate di beberapa kota di Indonesia

    No Kota pH (-) COD (mg/L)

    1. Bogor 7,5

    8

    28723

    4303

    2. Cirebon 7

    7

    3648

    13575

    3. Jakarta 7,5

    7

    8

    6839

    413

    1109

    4. Bandung (Leuwigajah) 6

    7

    58661

    7379

    5. Bandung (Sukamiskin) 6,39

    8,6

    4426

    9374

    5. Solo 6 6166

    6. Magelang 8,03 24770

    7. Surabaya (Keputih) 8,26 3572

    8. Surabaya (Benowo)

    - umur < 1 tahun- umur 2 tahun- umur > 3 tahun

    8,14

    7,87

    8,14

    8580

    6160

    2200

    Untuk kapasitas perancangan unit pengolahannya, digunakan acuan sebagaiberikut:

    a. Debit pengumpul leachate-Dihitung dari rata-rata hujan maksimum harian, dari data minimal 5

    tahun terakhir

    -Dengan asumsi bahwa curah hujan akan terpusat selama 4 jamsebanyak 90% (Van Breen)

    b. Debit pengolah leachate-Dihitung dari rata-rata hujan maksimum bulanan, dari data minimal 5

    tahun

    -Dihitung dari neraca air, sehingga diperoleh besarnya perkolasikumulasi bulanan yang maksimum.

    Sedangkan alternatif sistem pengolahan yang dapat digunakan untukmengolah leachate adalah sebagai berikut :

    1. Pengolahan dengan Proses Biologisa. Kombinasi Kolam Stabilisasi, untuk lokasi dengan ketersediaan lahan

    yang memadai, dengan alternatif kombinasi sebagai berikut:

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    9/19

    9

    i. Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1)ii. Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Landtreatment/

    Wetland (alternatif 2)

    b. Kombinasi Proses Pengolahan Anaerobik Aerobik, untuk lokasidengan ketersediaan lahan yang lebih terbatas, yaitu kombinasiantara Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon(alternatif 3)

    2. Pengolahan dengan Proses Fisika-KimiaPengolahan ini tepat digunakan apabila dikehendaki kualitas efluenleachate yang lebih baik sehingga dapat digunakan untuk prosespenyiraman atau pembersihan peralatan dalam lokasi TPA atau dibuangke badan air Kelas II (PP No. 82 Tahun 2001).

    Kombinasi sistem pengolahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

    i. Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atauABR(alternatif 4)

    ii. Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon,Sedimentasi II (alternatif 5)

    Kriteria teknis perencanaan unit pengolahan leachate seperi tertera padaTabel 2.6a sampai dengan Tabel 2.6e.

    Tabel 2.a. Kriteria Teknis Pengolahan Leachate (Alternatif 1)

    Proses Pengolahan

    No. Kriteria Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Biofilter

    1. Fungsi Removal BOD yang

    relatif tinggi (>1000mg/L), sedimentasi,stabilisasi influen

    Removal BOD Removal

    mikroorganismepathogen,nutrien

    Menyaring

    effluen sebelumdibuang kebadan air

    2. Kedalaman (m) 2,5 - 5 1 - 2 1 - 1,5 2

    3. Removal BOD (%) 50 - 85 70 - 80 60 - 89 75

    4. Waktu Detensi2 (hari) 20 - 50 5 - 30 7 - 20 3 - 5

    5. Organic Loading Rate3(kg/Ha hari)

    224 - 560 56 - 135 17 < 80

    6. pH 6,5-7,2 6,5-8,5 6,5-10,5 -

    7. Bahan Pasangan batu Pasangan batu Pasangan batu Batu, Kerikil,Ijuk, Pasir

    1 Fakultatif : kolam dengan aerasi tambahan; 2 tergantung pada kondisi iklim; 3 nilai tipikal, nilai yang lebih tinggi telahditerapkan pada beberapa lokasi

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    10/19

    10

    Tabel 2.b. Kriteria Teknis Pengolahan Leachate (Alternatif 2)

    Proses Pengolahan

    No. Kriteria Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Wetland

    1. Fungsi Removal BOD yangrelatif tinggi (>1000

    mg/L), sedimentasi,stabilisasi influen

    Removal BOD Removalmikroorganisma

    pathogen, nutrien

    Removal BOD,removal nutrien

    2. Kedalaman (m) 2,5 - 5 1 - 2 1 - 1,5 0,1-0,6*

    0,3-0,8**

    3. Removal BOD % 50 - 85 70 - 80 60 - 89 -

    4. Waktu Detensi2 (hari) 20 - 50 5 - 30 7 - 20 4-15

    5. Organik Loading Rate3(kg/Ha hari)

    224 - 560 56 - 135 17 < 67

    6. pH 6,5-7,2 6,5-8,5 6,5-10,5 -

    7. Bahan Pasangan batu Pasangan batu Pasangan batu Tanah denganpemeabilitasrendah***

    * Kedalaman air untuk tipe FWS (Free Water Flow System); ** kedalaman air untuk tipe SFS (Subsurface Flow System); ***Tumbuhan yang bisa digunakan:A. microphylla, enceng gondok, cattail, rumput gajah.

    Tabel 2.c. Kriteria Teknis Pengolahan Leachate (Alternatif 3)

    Proses Pengolahan

    No. Kriteria ABR Aerated Lagoon Pemisah Padatan

    1. Fungsi Removal BOD yang relatiftinggi (>1000 mg/L),sedimentasi padatan,stabilisasi influen

    Removal BOD Removal solid

    2. Kedalaman (m) 2 - 4 1,8 - 6 3-5

    3. Removal BOD % 70 - 85 80 - 95 -

    4. Waktu Detensi(hari) 1 - 2 3 - 10 0,06 - 0,125

    5. Organic Loading Rate(kg/m3hari)

    4 - 14 0,32 - 0,64 0,5-5 kg/m2 jam

    5. Hydraulic LoadingRate (m3/m2hari)

    16,8 38,4 - 8-16

    6. pH 6,5 - 7,2 6,5-8,0 -

    8. Bahan Beton Bertulang - Bata Pasangan batu Pasangan batu

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    11/19

    11

    Tabel 2.6d. Kriteria Teknis Pengolahan Leachate (Alternatif 4)

    Proses Pengolahan

    No. Kriteria Koagulasi-Flokulasi

    Sedimentasi Anaerobik Pond ABR

    1. Fungsi Pembentukan

    flok padatan

    Removal flok

    padatan

    Removal BOD yang

    relatif tinggi (>1000mg/L), sedimentasipadatan,stabilisasi influen

    Removal BOD

    yang relatif tinggi(>1000 mg/L),sedimentasipadatan,stabilisasi influen

    2. Kedalaman - 3 - 5 m 2,5 - 5 m 2 4 m

    3. Removal BOD % - - 50 - 85 % 70 85 %

    4. Waktu Detensi 0,5 jam 1,5 - 3 jam 20 - 50 hari 1 2 hari

    5. Organic Loading Rate - - 224 - 560 kg/Ha hari 4 14 kg/m3 hari

    6. Hydraulic Loading Rate - 8-16 m3/m2 hari - 16,8 38,4 m3/m2hari

    7. pH - - 6,5-7,2 6,5 - 7,2

    8. Dosis koagulan :

    Kapur (CaOH) (mg/L)

    Tawas (Al2SO4) (mg/L)

    Polimer kationik 1%

    300-4500

    100-5000

    0,2 ml/L

    Tabel 2.6e. Kriteria Teknis Pengolahan Leachate (Alternatif 5)

    Proses Pengolahan

    No. Kriteria Koagulasi-

    Flokulasi

    Aerated Lagoon Sedimentasi I/II

    1. Fungsi Pembentukan flokpadatan

    Removal BOD Removal solid

    2. Kedalaman (m) - 1,8 - 6 3-5

    3. Removal BOD % - 80 - 95 -

    4. Waktu Detensi(hari) 0,5 jam 3 - 10 1,5-3 jam

    5. Organic Loading Rate (kg/m3hari) - 0,32 - 0,64 0,5-5 kg/m2 jam

    5. Hydraulic Loading Rate (m3

    /m2

    hari) - - 8-166. pH - 6,5-8,0 -

    8. Bahan Beton/ Baja Pasangan batu Pasangan batu

    9. Dosis koagulan :

    Kapur (CaOH) (mg/L)

    Tawas (Al2SO4) (mg/L)

    Polimer kationik 1%

    300-4500

    100-5000

    0,2 ml/L leachate

    - -

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    12/19

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    13/19

    13

    (6) Diatas tanah penutup akhir harus dilapisi dengan tanah media tanam (topsoil/vegetable earth).

    (7) Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakanreruntuhan bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan,hasil pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup

    Gambar penutupan lapisan tanah dapat dilihat pada gambar 9.

    7) Daerah penyangga/zone penyangga

    Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yangditimbulkan oleh kegiatan pembuangan akhir sampah terhadap lingkungansekitarnya. Daerah penyangga ini dapat berupa jalur hijau atau pagar tanamandisekeliling TPA, dengan ketentuan sebagai berikut:

    (1) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perduyang mudah tumbuh dan rimbun.

    (2) Kerapatan pohon adalah 25 m untuk tanaman keras.

    (3) Lebar jalur hijau minimal.

    8) Sumur Uji

    Sumur uji ini berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaranleachate terhadap air tanah disekitar TPA dengan ketentuan sebagai berikut:

    (1) Lokasi sumur uji harus terletak pada area pos jaga (sebelum lokasipenimbunan sampah), dilokasi sekitar penimbunan dan pada lokasi setelahpenimbunan.

    (2) Penempatan lokasi harus tidak pada daerah yang akan tertimbun sampah

    (3) Kedalaman sumur 2025 m dengan luas 1 m2

    9) Alat Besar

    Pemilihan alat besar harus mempertimbangkan kegiatan pembuangan akhirseperti pemindahan sampah, perataan, pemadatan sampah danpenggalian/pemindahan tanah.

    Pilihan Jenis alat berat adalah:

    (1) Bulldozer

    (2) Landfill compactor

    (3) Wheel / track loader

    (4) Excavator

    Gambar alat besar dapat dilihat pada gambar 10.

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    14/19

    14

    10) Fasilitas penunjang

    (1)Jembatan TimbangJembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang masuk ke

    TPA dengan ketentuan sebagai berikut:a. Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor / pos jaga dan

    terletak pada jalan masuk TPA

    b. Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5 tonc. Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m

    (2) Air bersih

    Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan kantor,pencucian kendaraan (truck dan alat berat), maupun fasilitas TPA lainnya.Penyediaan air bersih ini dapat dilakukan dengan sumur bor dan pompa.

    (3) Bengkel / Hangar

    Bengkel/garasi/hangar berfungsi untuk menyimpan dan atau memperbaikikendaraan atau alat besar yang rusak. Luas bangunan yang akandirencanakan harus dapat menampung 3 kendaraan. Peralatan bengkelminimal yang harus ada di TPA adalah peralatan untuk pemeliharaan dankerusakan ringan.

    III.Cara Pengerjaan3.1. Cara pengumpulan data

    1) Data umum kondisi daerah studi

    Umumnya berasal dan data sekunder dan yang ada relevansinya denganperancangan TPA:

    (1). Aspek fisik : geografi, topografi regional, geomorfologi, litologi/stratigafi,struktur geologi, meteorologi, hidrologi/hidrogeologi

    (2). Aspek tata ruang dan tata guna tanah.

    (3). Aspek adiministrasi, demografi dan ekonomi meliputi status kota, batasadministrasi, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan,

    kemampuan daerah, pendapatan masyarakat.(4). Aspek prasarana dan sarana kota seperti jaringan jalan, perumahan, fasilitas

    umum, fasiltias komersial, fasilitas sosial.

    2) Data sistem pengelolaan persampahan secara umum

    Data sistem pengelolaan persampahan dapat berasal dari studi terdahulu,wawancara Iangsung dan observasi lapangan, yang meliputi:

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    15/19

    15

    (1). Aspek institusi (bentuk organisasi, struktur organisasi, jumlah dan kualitaspersonil).

    (2). Aspek teknis operasional:

    a) Timbulan sampah

    b) Tingkat pelayanan dan daerah pelayanan

    C) Komposisi dan karakteristik sampah

    d) Pola operasional dan sumber sampai sampai ke TPA.

    e) Sarana dan prasarana yang ada.

    (3). Aspek pembiayaan

    a) Biaya pengelolaan per tahun (APBD II)

    b) Biaya investasi

    C) Biaya penerimaan retribusi dan tarif retribusi

    (4) Aspek peraturan (perda yang ada)

    (5). Aspek peran serta masyarakat dan swasta.

    3) Data Existing Penanganan Akhir Sampah

    Data kondisi pembuangan akhir sampah yang ada saat ini, yang mencakup:

    (1). Data Primer

    Data dan hasil penelitian dilapangan, yang meliputi:

    a) Pola operasi pembuangan sampah

    b) Volume sampah yang dibuang ke TPA (8 hari pengamatan).

    c) Kondisi operasional sarana dan prasarana TPA yang ada.

    d) Kegiatan pemulungan sampah di TPA.

    e) Kualitas leachate (sampling dan analisa di laboratorium).

    f) Kondisi pencemaran yang ada.

    (2) Data Sekunder

    Data studi terdahulu, meliputi:

    a) Situasi lokasi (lengkap dengan peta).

    b) Kondisi geologi/hidrogeologi

    c) Sarana dan prasarana TPA.

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    16/19

    16

    4) Data Calon Lokasi TPA Yang Akan Direncanakan

    Pengumpulan data kondisi calon lokasi TPA yang akan digunakan untuk tempatpembuangan akhir sampah, harus dilakukan melalul survey, analisalaboratorium dan dan data sekunder atau hasil penelitihan terdahulu. Datatersebut meliputi:

    (1) Jarak ke pemukiman terdekat, pusat kota, badan air atau mata air, airportatau daerah wisata.

    (2) Topografi

    (3) Jenis dan struktur tanah

    (4) Kedalaman muka air tanah

    (5) Arah aliran air tanah

    (6) Kualitas air tanah

    (7) Kondisi/kualitas badan air

    (8) Kondisi flora (jenis tanaman dan kerapatan) dan fauna.

    3.2. Cara Pengolahan Data

    1) Proyeksi volume sampah sesuai dengan masa perencanaan atau umur teknisTPA (minimal 5 tahun)

    2) Pembuatan peta topografi lokasi TPA (pada peta skala 1:1000) yang dapatdigunakan untuk menentukan rencana tapak dan pembagian zonepenimbunan.

    3) Evaluasi dan analisis data geohidrologi dan data lainnya yang dapatdigunakan untuk menentukan metode penimbunnan dan penggalian dasarTPA

    4) Analisis data kerapatan dan jenis flora / fauna yang dapat digunakan untukmenentukan rencana pembersihan lahan

    5) Analisis data kualitas Leachate yang dapat digunakan untuk merencanakanproses pengolahan leachate

    6) Analisis data curah hujan yang dapat digunakan untuk menentukan debitleachate dan merencanakan saluran drainase

    7) Analisis data komposisi dan karaktenstik sampah yang dapat digunakanuntuk mengetahul potensi pemanfaatan dan pengurangan volume sampahdalam rangka penghematan lahan TPA

    8) Analisis tingkat kemampuan pendanaan Pemda pendapatan masyarakat yangdapat digunakan untuk menentukan kelengkapan sarana dan prasarana TPA

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    17/19

    17

    3.3. Cara Menyusun Perencanaan

    1) Perencanaan tapak TPA

    (1). Lakukan penyusunan tata letak fasilitas TPA dan areal penimbunan sampahsesuai dengan topografi. Sebagal contoh kantor TPA harus dekat denganjalan masuk, kolam pengolahan leachate harus terletak didaerah yang palingrendah (leachate dapat mengalir secara gravitasi)

    (2). Lakukan pembagian areal penimbunan sampah berdasarkan sistem zone /blok / sel seperti terfihat pada gambar 11. Untuk lokasi TPA berupa daerahcekungan, areal penimbunan sampah harus dimulai dari bawah.

    (3). Buat gambar detail mengenai tata letak TPA tersebut dengan skala 1:1000

    2) Perencanaan konstruksi dasar TPA

    (1). Rencanakan pembersihan lahan TPA

    (2). Rencana dasar TPA temasuk penggalian lahan sampai 3 m diatas tinggimuka air tanah, pemadatan tanah dan pelapisan dasar TPA dengan lapisankedap air

    (3). Rencanakan penggunaan tanah lempung sebagai lapisan kedap air setebal30 cm x 2 atau geomembrane / geotextile (apabila sulit mendapatkan tanahlempung)

    (4). Buat gambar detail baik gambar potongan memanjang maupun potonganmelintang dengan skala 1: 500

    3) Perencanaan metode pembuangan akhir

    (1). Rencanakan metode pembuangan berdasarkan kondisi topografi dankedalaman muka air tanah.

    (2). Untuk tanah datar dengan muka air tanah dalam, gunakan trench methode,Untuk tanah cekung gunakanpit methode,

    (3). Untuk tanah datar dengan muka air tanah rendah gunakan ramp /

    slope methode atau area methode.

    4) Perencanaan kapasitas lahan

    (1) Rencanakan kebutuhan dan kapasitas lahan berdasarkan perhitungan volumesampah, ketinggian timbunan yang direncanakan, kepadatan sampah danpenyusutan timbunan sampah akibat proses dekomposisi sampah

    (2) Hitung rencana kebutuhan lahan selama masa perencanaan berdasarkanrumus pada ketentuan 2.2. 3). (2).

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    18/19

    18

    5) Perencanaan sarana / prasarana TPA

    (1). Fasilitas Umum

    a. Rencanakan fasilitas umum (jalan masuk, jalan operasi, kantor / pos jaga,saluran drainase dan pagar) sesuai dengan ketentuan 2.2. 5). (1)

    b. Buat gambar detail mengenai fasilitas umum yang direncanakan tersebutpada kertas A1 dan skala 1:1500

    (2). Fasilitas perlindungan lingkungan

    a. pengumpulan dan pengolahan leachate

    (1) Lakukan perhitungan debit leachate dengan memperhitungkan luasareal penimbunan, curah hujan, kondisi temperatur dengan rumusyang sesuai dengan ketentuan 2.2. 6). (2)

    (2) Rencanakan jaringan pengumpul leachate temasuk dimensi pipa

    pengumpul dan pembawa leachate sesuai dengan ketentuan 2.2. 6).(2)

    (3) Rencanakan pemasangan karpet kerikil diatas pipa pengumpulleachate kurang lebih 20 cm

    (4) Rencanakan pembuatan bak kontrol dan bak penampung leachatesesuai dengan ketentuan 2.2. 6). (3)

    (5) Rencanakan sistem pengolahan leachate dengan memperhitungkanluas lahan yang tersedia, debit dan kualitas leachate, kualitas efluenyang disyaratkan, sesuai dengan ketentuan 2.2. 6). (4)

    (6) Rencanakan dimensi kolam pengolahan leachate denganmemperhitungkan debit leachate, waktu detensi dan efisiensipenurunan BOD

    (7) Rencanakan pemasangan pipa inlet yang menuju kolam pengolahanharus selalu berada diatas muka air

    (8) Buat gambar detail mengenai jaringan pengumpul leachate, pipapengumpul leachate, karpet kerikil, bak kontrol dan kolam pengolahleachate baik potongan memanjang maupun melintang .dengan skala1:100.

    b. Ventilasi gas

    (1) Rencanakan pemasangan pipa ventilasi gas yang dimulai dan dasarTPA dan berhubungan dengan pipa pengumpul leachate denganmempertimbangkan ketersediaan bahan setempat dan sesuai denganketentuan 2.2. 6). (5)

  • 7/23/2019 pedomanperencanaantpametodesanitarylandfill-120623034316-phpapp01

    19/19

    19

    (2) Rencanakan dimensi pipa ventilasi , jarak antar pipa dan teknikpemasangan pipa pada setiap lapisan sampah sesuai denganketentuan 2.2. 6). (5)

    (3) Rencanakan pembakaran gas disetiap ujung pipa untuk menghindariefek rumah kaca, kecuali apabila gas tersebut akan dimanfaatkan

    sebagai sumber energi alternatif, maka harus direncanakanpengumpulan gas dan pengolahannya.

    (4) Buat gambar detail mengenai pipa ventilasi gas yang dikelilingi olehbronjong bambu berisi batu kerikil baik potongan melintang maupunmemanjang dengan skala 1:100

    c. Perencanaan penutupan tanah

    a) Rencanakan penutupan timbunan tanah sesual dengan ketentuan

    2.2.6 ). (6)

    b) Hitung kebutuhan tanah penutup selama TPA dioperasikan

    d. Perencanaan kebutuhan alat besar

    Rencanakan kebutuhan alat besar sesuai dengan ketentuan 2.2. 6). (9)

    e. Perencanaan sumur uji

    Rencanakan pembuatan sumur uji sesual dengan ketentuan 2.2. 6). (8),sebanyak 4 unit sumur dan dilengkapi dengan gambar lokasi perletakansumur uji serta gambar detail sumur uji

    f. Perencanaan zona penyangga

    Rencanakan pembuatan zona penyangga sesual dengan ketentuan 2.2. 6).(7) dan dilengkapi dengan gambar serta jumlah dan jenis tanaman yangakan digunakan sebagai penyangga.

    (3). Fasilitas penunjang

    Rencanakan pembuatan fasilitas penunjang (jembatan timbang, air bersih,bengkel/hangar dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan 2.2. 6). (10).