pedoman pelaksanaan - direktorat perbibitan dan...

84
PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2015 DIREKTORAL JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN PELAKSANAAN

Upload: vukhue

Post on 15-Jul-2018

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2015

DIREKTORAL JENDERAL pETERNAKAN DAN KEsEhATAN hEwANKEmENTERIAN pERTANIAN2015

Direktorat Perbibitan ternak

PEDOMAN PELAKSANAAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA

TAHUN 2015

DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAKDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

i

KATA PENGANTAR

Upaya strategis dalam pelestarian dan kecukupan ketersediaan bibit ternak ruminansia di dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan impor bibit ternak ruminansia, dapat dilakukan melalui pengembangan pembibitan ternak ruminansia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan keanekaragaman sumberdaya hayati (mega biodiversity) termasuk Sumber Daya Genetik (SDG) hewan dari berbagai jenis dan rumpun ternak. Jenis dan rumpun ternak tersebut sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat peternak secara turun temurun. Keanekaragaman SDG hewan merupakan bahan baku dalam pembentukan bibit dan harus dikelola secara optimal agar dapat dimanfaatkan serta dilestarikan untuk kesejahteraan manusia.

Dalam rangka meningkatkan ketersediaan bibit ternak ruminansia secara berkelanjutan guna peningkatan populasi dan produktivitas ternak ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Tahun 2015 mengalokasikan kegiatan pembibitan ternak ruminansia (sapi potong/sapi perah/kerbau/kambing/domba) di daerah. Pelaksanaan kegiatan pembibitan ternak ruminansia dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal serta partisipasi kelompok.

Agar kegiatan pembibitan ternak ruminansia dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminasia yang digunakan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan, terutama dalam hal koordinasi mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan, monitoring, evaluasi dan pelaporan serta pengawasan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah.

Jakarta, Desember 2014Direktur Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan

Syukur Iwantoro

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................... iDAFTAR ISI ...................................................................................... iiDAFTAR FORMAT ........................................................................... iiiLAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKANDAN KESEHATAN HEWAN ............................................................. vBAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Maksud, Tujuan dan Keluaran ............................................ 2 C. Pengertian ........................................................................... 2 D. Ruang Lingkup ................................................................... 4BAB II. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN KEGAITAN ................. 5 A. Persiapan ....................................................................... 5 B. Pelaksanaan Kegaiatan .................................................... 5BAB III. PEMANFAATAN DANA ...................................................... 8 A. Komponen Utama ............................................................... 8 B. Komponen Pendukung ...................................................... 8BAB IV. TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA ................. 9BAB V. KEMAJUAN KEGAITAN PEMBIBITAN ............................... 10 A. Aspek Teknis ....................................................................... 10 B. Aspek Non Teknis ................................................................ 11BAB VI. PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN ........................ 12 A. Pembinaan ........................................................................ 12 B. Pengorganisasian ................................................................ 13BAB VII. PENGENDALIAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN ........ 16 A. Pengendalian ........................................................................ 16 B. Titik Kritis Kegiatan ............................................................... 16 C. Indikator Keberhasilan ………………………………..........… 17BAB VIII.PEMANTAUAN DAN PELAPORAN ...................................... 18 A. Pemantauan ......................................................................... 18 B. Pelaporan ............................................................................ 18BAB IX. PENUTUP 19

Halaman

iii

DAFTAR FORMAT

1. Format 1. Data Kepemilikan Ternak Sapi Potong .......................... 202. Format 2. Kartu Rekording Sapi Potong ....................................... 213. Format 3. Laporan Perkembangan Ternak ................................... 274. Format 4. Contoh SKLB Sapi Potong ........................................... 285. Format 5. Data Kepemilikan Ternak Sapi Perah .......................... 296. Format 6. Kartu Rekording Sapi Perah ...................................…. 307. Format 7. Laporan Perkembangan Ternak .................................. 378. Format 8. Contoh SKLB Sapi Perah ............................................. 389. Format 9. Data Kepemilikan Ternak Kerbau ............................... 3910. Format 10. Kartu Rekording Kerbau ............................................ 4011. Format 11. Laporan Perkembangan Ternak ................................ 4612. Format 12. Contoh SKLB Kerbau ............................................... 4713. Format 13. Data Kepemilikan Ternak Kambing/Domba ............... 4814. Format 14. Kartu Rekording Kambing/Domba .........................…. 4915. Format 15. Laporan Perkembangan Ternak ................................. 6216. Format 16. Contoh SKLB Kambing ............................................... 6317. Format 17. Contoh SKLB Domba .................................................. 6418. Format 18. Materi Pelatihan Peningkatan SDM Peternak ......... 65

Halaman

iv

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

NOMOR : 1209/Kpts/F/12/2014

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyediaan bibit ternak ruminansia secara berkelanjutan guna meningkatkan populasi dan produktivitas ternak ruminansia, dilakukan Kegiatan Pembibitan Ternak Ruminansia pada tahun 2015;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan agar dalam pelaksanaan kegiatan Pembibitan Ternak Ruminansia pada Tahun 2015 dapat berjalan dengan baik, perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia pada Tahun 2015 dengan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan;

Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara RI. No. 47 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara RI. No. 4286);

2. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaga Negara RI. No. 5 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara RI. No. 4355);

3. Undang-undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

v

4. Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2014 tentang Perubahan UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);

5. Undang-undang RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Angaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumberdaya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5260);

7. Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014;

8. Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisaasi Kementerian Negara;

9. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4214);

10. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014 - 2019;

vi

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 56 / Permentan / OT.140 / 10/2006 tentang Pedoman Pembibitan Kerbau yang Baik;

12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140 /10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 64/Permentan/OT.140 /11/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 48/Permentan/OT.140/7/2011 tentang Pewilayahan Sumber Bibit;

14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 100/Permentan/OT.140 /7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang Baik;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 101/Permentan/OT.140 /7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang Baik;

16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 102/Permentan/OT.140 /7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Kambing/Domba yang Baik;

17. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2015 Dengan Pendekatan Sistem Modelling.b

vii

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2015.

Pasal 1

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015, seperti tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 2

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 sebagai dasar bagi para pemangku kepentingan dalam melaksanakan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015.

Pasal 3

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal, 12 Desember 2014

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

SYUKUR IWANTORO

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth :1. Menteri Pertanian2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian.4. Sekretaris dan Direktur Lingkup Ditjen PKH.

viii

1

LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

NOMOR : 1209/Kpts/F/12/2014TANGGAL : 12 Desember 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN

PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya pengembangan ternak ruminansia (sapi potong/sapi perah/kerbau/ kambing/domba), bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan dan mempunyai nilai strategis. Hal ini terkait dengan peningkatan populasi dan produktivitas ternak ruminansia dalam pemenuhan penyediaan daging dan susu. Untuk memenuhi ketersediaan bibit tersebut, perlu dilakukan pembibitan ternak ruminansia dalam suatu wilayah berbasis sumberdaya lokal dan melalui pemberdayaan kelompok

Pada tahun 2015 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui Direktorat Perbibitan Ternak mengalokasikan anggaran melalui dana dekonsentrasi tugas pembantuan di provinsi untuk kegiatan pembibitan ternak ruminansia dalam rangka memperkuat usaha kelompok pembibitan dan meningkatkan populasi ternak ruminansia di Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut untuk mengoptimalkan kegiatan pembibitan ternak ruminansia ini, diperlukan keterpaduan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan kelompok dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk itu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

2

B. Maksud, Tujuan dan Keluaran

1. Maksud

Maksud ditetapkannya Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015, sebagai acuan bagi pelaksana dalam melaksanakan kegiatan.

2. Tujuan

a. Menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu mau-pun kelompok peternak dalam menerapkan prinsip-prinsip pem-bibitan;

b. Mendorong kelompok peternak menjadi calon kelompok pem-bibit

3. Keluaran

Keluaran dari kegiatan ini adalah terbentuknya kelompok pembibit yang dapat memproduksi bibit ternak ruminansia, melalui pembi-naan yang intensif.

C. Pengertian

Dalam Pedoman Pelaksanaan ini, yang dimaksud dengan :

1. Wilayah sumber bibit ternak adalah suatu kawasan agroekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administrasi pemerintahan dan mempunyai potensi untuk pengembangan bibit dari jenis atau rumpun atau galur ternak tertentu.

2. Pembibitan adalah serangkaian kegiatan pembudidayaan untuk menghasilkan bibit sesuai pedoman pembibitan ternak yang baik.

3. Bibit ternak yang selanjutnya disebut bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.

3

4. Rumpun ternak adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.

5. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri atas unsur Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan pakar yang ditetapkan dengan Surat Keputusan.

6. Tim Pembina Provinsi adalah kelompok kerja yang terdiri atas unsur Dinas Provinsi yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Provinsi.

7. Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah kelompok kerja yang terdiri atas unsur Dinas Kabupaten/Kota yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

8. Recording/pencatatan adalah suatu kegiatan yang meliputi identifikasi, pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan reproduksi, pencatatan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dalam populasi terpilih.

9. Rekorder adalah petugas yang melakukan pencatatan individu ternak.

10. Populasi terpilih adalah kumpulan ternak dengan rumpun sama yang dipelihara dalam satu wilayah yang terdiri atas beberapa kelompok atau gabungan kelompok.

11. Produktivitas adalah kemampuan seekor ternak untuk menghasilkan produksi yang optimal per satuan waktu.

12. Ternak asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari Indonesia, dan proses domestikasinya terjadi di Indonesia.

13. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar negeri yang telah dikembangbiakkan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang telah beradaptasi pada lingkungan dan/atau manajemen setempat.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

4

14. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SNI adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait.

15. Persyaratan Teknis Minimal yang selanjutnya disebut PTM adalah batasan terendah dari spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

16. Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi/kabupaten/kota.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan ini meliputi :

1. Persiapan dan pelaksanaan kegiatan

2. Pemanfaatan dana

3. Teknis pembibitan ternak ruminansia (sapi potong / kerbau / kambing /domba)

4. Kemajuan kegiatan pembibitan

5. Pembinaan dan pengorganisasian

6. Pengawasan dan indikator keberhasilan

7. Pemantauan dan pelaporan

5

BAB II

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan pembibitan ternak ruminansia tahun 2015 terdiri dari Pembibitan sapi potong, sapi perah, kerbau serta kambing/domba.

Pembinaan kegiatan dilakukan secara berjenjang mulai dari pusat sampai dengan daerah. Anggaran pembinaan tahun 2015 provinsi dan kab/kota di alokasikan pada anggaran dekonsentrasi.

A. Persiapan

1. Perencanaan Operasional Perencanaan operasional pembibitan ternak ruminansia tahun

2015 dituangkan ke dalam Pedoman Pelaksanaan yang disusun oleh Tim Pusat. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota mengacu pada Pedoman Pelaksanaan.

2. Sosialisasi Kegiatan Sosialisasi kegiatan pembibitan ternak ruminansia tahun 2015

dilakukan oleh pelaksana Pusat kepada Provinsi dan ditindaklanjuti oleh Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada kelompok yang menjadi sasaran; yang dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui rapat koordinasi dan pembinaan kegiatan secara intensif dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten sampai tingkat lapangan. Sosialisasi secara tidak langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi dilaksanakan oleh Tim Pusat, Tim Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten sesuai dengan tingkatannya

B. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pembibitan ternak ruminansia tahun 2015 (sapi potong/ sapi perah/kerbau/ kambing/domba) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

6

1. Rumpun Ternak

a. Rumpun sapi potong yang dikembangkan meliputi sapi Bali/PO/Aceh/Pesisir/ Brahman Indonesia.

b. Rumpun sapi perah yang dikembangkan meliputi sapi Friesien Hoelstein

c. Rumpun kerbau yang dikembangkan meliputi kerbau sungai atau kerbau lumpur atau kerbau lokal lainnya.

d. Rumpun kambing/domba yang dikembangkan meliputi kambing Peranakan Ettawa (PE)/Domba Ekor Gemuk/Domba Garut/Domba lokal lainnya.

2. Kualifikasi Bibit

a. Bibit ternak ruminansia (sapi potong/sapi perah/kerbau/kambing/domba) dalam kegiatan pembibitan ini harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal.

b. Bibit ternak yang diadakan harus memiliki Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) yang di keluarkan oleh dinas provinsi/kabupaten asal ternak.

3. Lokasi Kelompok

a. Dalam kawasan padat ternak (sapi potong / sapi perah / kerbau / kambing / domba) dengan rumpun sama, yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi wilayah sumber bibit .

b. Didukung oleh ketersediaan sumber pakan lokal dan air, serta bukan merupakan daerah endemis penyakit hewan menular.

c. Terdapat petugas teknis peternakan dan kesehatan hewan.

d. Mudah dijangkau dalam pembinaan.

4. Kelompok Peternak

a. Minimal kelompok tingkat lanjut dan/atau berprestasi di tingkat kabupaten/kota.

b. Memiliki minimal 30 ekor induk dengan rumpun sama (untuk

7

kelompok pembibitan sapi potong, sapi perah dan kerbau); sedangkan untuk kelompok kambing/domba minimal memiliki 60 ekor induk dengan rumpun yang sama.

c. Ada anggota kelompok berpendidikan minimal SLTA/ sederajat.

d. Melakukan pencatatan ternak.

e. Jumlah anggota minimal 20 orang.

f. Dapat merupakan kelompok yang pernah mendapatkan kegiatan pada tahun-tahun sebelumnya dan dinilai baik pada pelaksanaannnya (dibuktikan dengan surat keterangan dari Dinas setempat)

g. Pengurus dan anggota kelompok tidak bermasalah dengan perbankan.

h. Telah mengajukan proposal kepada pemerintah dan mendapat

rekomendasi dari kepala dinas Provinsi/Kabupaten/Kota.

5. Tata Cara Seleksi Lokasi dan Kelompok Peternak

Proses seleksi calon lokasi dan calon kelompok peternak dilakukan oleh Tim Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

8

BAB III

PEMANFAATAN DANA

Pemanfaatan dana digunakan untuk :

A. Komponen Utama

Pemanfaatan dana untuk komponen utama yang dialokasikan untuk :

1. Pembelian/pengadaan ternak ruminansia (sapi potong/sapi perah/ kerbau/kambing/domba) termasuk biaya transport dan pengujian kesehatan hewan dan surat keterangan layak bibit (SKLB).

2. Pembelian/pengadaan sarana rekording antara lain: timbangan ternak, pita ukur ternak, tongkat ukur ternak, kartu ternak, papan individu ternak, papan nama kelompok, alat foto/kamera sederhana.

B. Komponen Pendukung

Pemanfaatan dana untuk komponen pendukung dapat dialokasikan antara lain untuk:

1. Operasional recorder, kelompok dan pendampingan.

2. Pengadaaan pakan konsentrat dan obat-obatan.

3. Peningkatan dan pengembangan kemampuan kelompok (pelatihan SDM kelompok, konsultasi).

4. Administrasi lainnya.

Penguatan modal usaha kelompok yang diberikan merupakan stimulan bagi peternak secara individu maupun kelompok dalam melaksanakan kegiatan pembibitan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan. Kelompok har-us berkontribusi dalam penyediaan sarana produksi seperti lahan, kandang, pakan hijauan, pakan konsentrat dan pendukung lainnya.

9

BAB IV

TEKNIS PEMBIBITAN TERNAK RUMINANSIA

Kelompok penerima kegiatan pembibitan ternak ruminansia (sapi potong/sapi perah /kerbau/ kambing/domba) tahun 2015 harus melakukan teknis pembibitan sesuai :

1. Kelompok Pembibitan Sapi Potong mengacu pada Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik.

2. Kelompok Pembibitan Sapi Perah mengacu pada Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik.

3. Kelompok Pembibitan Kerbau mengacu pada Pedoman Pembibitan Kerbau Yang Baik.

4. Kelompok Pembibitan Kambing/Domba mengacu pada Pedoman Pembibitan Kambing/Domba Yang Baik.

Rincian terhadap teknis pembibitan dituangkan lebih lanjut di dalam Juklak dan Juknis oleh masing-masing daerah sesuai dengan alokasi kegiatan yang didapat.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

10

BAB V

KEMAJUAN KEGIATAN PEMBIBITAN

Seluruh kelompok penerima melaksanakan kegiatan pembibitan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan yang mengacu kepada Pedoman Pembibitan Ternak yang Baik (Good Breeding Practice). Kemajuan kegiatan pembibitan yang dilakukan oleh kelompok dapat dipantau dari aspek teknis dan nonteknis.

A. Aspek Teknis

Untuk aspek teknis kemajuan kegiatan pembibitan dapat dipantau dari sisi penerapan prinsip-prinsip pembibitan, manajemen, perkembangan populasi, produktivitas dan reproduktivitas.

1. Penerapan prinsip-prinsip pembibitana. Pengukuran dan penimbangan ternakb. Pencatatan individu ternakc. Pengaturan perkawinand. Seleksi

2. Manajemena. Perkandanganb. Pemeliharaanc. Pengelolaan limbahd. Pengendalian penyakit dll

3. Perkembangan populasia. Struktur populasib. Kelahiran dan kematianc. Mutasi

4. Produktivitasa. ADG pedetb. Bobot lahir pedetc. Bobot sapihd. Umur sapih

11

5. Reproduktivitasa. Umur pertama beranakb. S/Cc. Jarak beranakd. Frekwensi beranak

B. Aspek Non Teknis

Untuk aspek non teknis kemajuan kegiatan pembibitan dapat dipantau berdasarkan kinerja kelompok peternak meliputi dinamika kelompok dan penerapan administrasi.

1. Dinamika kelompoka. Tingkat kehadiran anggota dalam setiap pertemuanb. Permasalahan yang dapat diidentifikasic. Stabilitas dan soliditas kelompok

2. Penerapan administrasia. Laporan keuangan bulanan dan tahunanb. Jumlah tamu yang hadir per bulanc. Dokumentasi hasil rapat kelompok

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

12

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN

A. Pembinaan

Dalam upaya meningkatkan mutu bibit (sapi potong/kerbau/kambing/domba) kelompok peternak memperoleh pembinaan/bimbingan dari Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota. Pembinaan meliputi pembinaan teknis dan pembinaan nonteknis yang dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

Selain itu pembinaan teknis dalam rangka meningkatkan kompetensi para peternak dalam menjalankan kegiatan pembibitan dapat dilakukan melalui bimbingan teknis (bimtek). Bimtek dapat dilaksanakan di UPT Perbibitan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai berikut :

a. BPTHPT Indrapuri

b. BPTHPT Siborong-Borong

c. BPTHPT Padang Mengatas

d. BPTHPT Sembawa

e. BPTHPT Baturraden

f. BPTHPT Denpasar

g. BPTHPT Pelaihari

Bimtek dapat pula dilaksanakan di Unit Pembibitan lainnya yang memiliki kompetensi dalam pembibitan ternak ruminansia.

Lokasi bimbingan teknis disesuaikan dengan alokasi dana dari masing-masing provinsi/kabupaten/kota.

Adapun syarat Peserta Bimbingan Teknis Pembibitan sebagai berikut :

a. Bagi kelompok, peserta bimbingan teknis pembibitan adalah ketua/ sekretaris/bendahara/seksi dan satu orang anggota kelompok

13

yang akan ditunjuk sebagai petugas rekorder.

b. Khusus untuk petugas rekorder atau calon rekorder berpendidikan minimal SLTA dan mampu mengoperasikan komputer.

c. Bagi petugas pendamping, menunjukkan surat tugas dari dinas provinsi atau kabupaten/kota sebagai calon petugas pendamping; berpendidikan minimal SLTA dan mampu mengoperasikan komputer.

Pembinaan non teknis dilakukan dengan bimbingan secara langsung terhadap penerapan administrasi kelompok yang baik, meliputi antara lain Laporan keuangan bulanan dan tahunan, jumlah tamu yang hadir per bulan dan dokumentasi hasil rapat kelompok.

B. Pengorganisasian

Untuk kelancaran kegiatan ini di tingkat Pusat dibentuk Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota.

1. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan beranggotakan para wakil dari eselon dua terkait lingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dengan tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015.

b. Melakukan koordinasi, sosialisasi dan pemantauan pelaksanaan kegiatan.

c. Melaporkan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan perkembangan pelaksanaan kegiatan.

2. Tim Pembina Provinsi

Tim Pembina Provinsi beranggotakan para wakil bidang terkait lingkup Dinas Provinsi dan pakar dari perguruan tinggi, dengan

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

14

tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pembibitan Ternak Ruminansia (Pembibitan Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau, Kambing/Domba) Tahun 2015 sesuai dengan kegiatan yang didapat dengan mengacu kepada Pedoman Pelaksanaan ini.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan instansi ter-kait di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten

c. Melakukan koordinasi dalam pembinaan dan membantu men-gatasi permasalahan di lapangan.

d. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan keg-iatan yang disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk kemudian diteruskan ke Direktur Jenderal Peternakan dan Ke-sehatan Hewan.

3. Tim Teknis Kabupaten/Kota

Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan wakil dari Dinas Kabupaten/Kota dan petugas lapangan, dengan tugas sebagai berikut :

a. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Pembibitan Ternak Ruminansia (Pembibitan Sapi Potong/Sapi Perah/Kerbau/kambing/Domba) Tahun 2015 sesuai dengan kegiatan yang didapat dengan mengacu kepada Juklak dari provinsi dan Pedoman Pelaksanaan dari Pusat.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan dinas provinsi dan instansi terkait di tingkat kabupaten.

c. Melakukan pendampingan, pemantauan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembibitan ternak ruminansia di lapangan.

d. Memastikan bahwa setiap kelompok melakukan pencatatan/recording perkawinan, perkembangan, pengukuran ternak serta hal-hal lain yang relevan.

e. Membuat laporan perkembangan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan diteruskan kepada Dinas

15

Provinsi serta Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

4. Kelompok Peternak

Kelompok peternak mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Melakukan pemeliharaan ternak dengan baik dan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan (antara lain melakukan pencatatan/rekording ternak dan seleksi).

b. Melakukan perkawinan ternak dengan pejantan/semen beku unggul yang serumpun.

c. Mengikuti bimbingan dan pembinaan dari Tim Pembina/Tim Teknis.

d. Semua aset yang sudah dilimpahkan ke kelompok merupakan tanggungjawab kelompok.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

16

BAB VII

PENGENDALIAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN

A. Pengendalian

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh SKPD yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi dan kabupaten. Pengawasan kegiatan dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Fungsional. Pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan setiap saat selama kegiatan.

B. Titik Kritis Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan terdapat 8 tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan oleh pusat, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Tim Provinsi, Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Tim Kabupaten;

2. Sosialisasi pedoman/Juklak/Juknis oleh Tim Pusat, Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota;

3. Pelaksanaan seleksi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL) yang dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota;

4. Pelaksanaan verifikasi yang dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi;

5. Pengadaan bibit (sapi potong/kerbau/kambing/domba), sarana rekording dan sarana pendukung lainnya;

6. Penyerahan bibit (sapi potong/kerbau/kambing/domba), sarana rekording dan sarana pendukung lainnya kepada kelompok;

7. Pelaksanaan pembibitan oleh kelompok;

8. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pertangungjawaban output dan outcome.

Penanganan resiko terhadap tahapan titik kritis secara lebih rinci dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis.

17

C. Indikator Keberhasilan

1. Indikator Output

a. Jumlah kelompok yang menjadi kelompok pembibit

b. Jumlah ternak yang memenuhi SNI/PTM dan memiliki Surat Keterangan Layak Bibit/Sertifikat.

2. Indikator Outcome

a. Meningkatnya produktivitas sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing/domba melalui penerapan prinsip-prinsip pembibitan.

b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok di bidang pembibitan.

c. Meningkatnya kelembagaan kelompok pembibit

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

18

BAB VIII

PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

A. Pemantauan

Pemantauan pelaksanaan kegiatan, dimaksudkan untuk mengetahui realisasi fisik dan keuangan. Disamping itu untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kelompok serta memberikan saran alternatif pemecahan masalah.

Untuk menjaga transparansi penggunaan dana, perlu dilakukan pemantauan secara intensif dan berjenjang. Hasil pemantauan disusun diformulasikan menjadi laporan, yang memuat data dan informasi penting sebagai bahan kebijakan selanjutnya.

B. Pelaporan

1. Kelompok wajib membuat laporan realisasi fisik dan keuangan setiap 3 (tiga) bulan kepada Dinas Kabupaten/Kota.

2. Dinas Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi seluruh laporan yang diterima dari kelompok dan melaporkan setiap 3 (tiga ) bulan kepada Dinas Provinsi.

3. Dinas Provinsi melaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur Perbibitan Ternak.

19

BAB IX

PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015 ini merupakan acuan untuk kelancaran pelaksanaan pembibitan ternak rumi-nansia. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung pembibitan ternak di daerah secara berkelanjutan.

Dengan Pedoman Pelaksanaan ini semua pelaksana kegiatan dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan kelompok peternak dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.

Hal-hal yang bersifat spesifik dan yang belum diatur dalam pedoman ini dituangkan lebih lanjut di dalam Juklak dan Juknis dengan memperhatikan potensi dan kondisi masing-masing wilayah.

Jakarta, 12 Desember 2014DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

SYUKUR IWANTORO

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

20

Format 1. Data Kepemilikan Ternak Sapi Potong

DATA KEPEMILIKAN TERNAK SEBELUM PROGRAM

Nama Kelompok :Desa :Kecamatan : Kabupaten :Provinsi :Cotact Person :Telp/Hp/Email :Rumpun : Sapi Potong

No Nama Umur Pendidikan PekerjaanJumlah Kepemilikan

Dewasa AnakJtn Btn Jtn Btn

21

19

Format 2. Kartu Rekording Sapi Potong

KARTU REKORDING SAPI POTONG INDUK Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) Keterangan*)

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan *) : diisi apakah dalam status kering/bunting...bln/menyusui..bln

Foto sapi (sisi kanan)

Foto sapi (sisi kiri)

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

22

20

KARTU REKORDING SAPI POTONG INDUK

Tgl Kawin Kawin

Tgl Bera-nak

Anak Nomor

Pejantan /straw*)

Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina) *) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu

dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat. Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

23

21

KARTU REKORDING SAPI POTONG ANAK – MUDA

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) coret salah satu

Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm) lahir

3 6 12 18

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan LS : lingkar scrotum, hanya untuk sapi jantan

Foto sapi (sisi kanan)

Foto sapi (sisi kiri)

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

24

22

KARTU REKORDING SAPI POTONG ANAK – MUDA

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

25

23

KARTU REKORDING SAPI POTONG PEJANTAN

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan LS : lingkar scrotum

Foto sapi (sisi kanan)

Foto sapi (sisi kiri)

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

26

24

KARTU REKORDING SAPI POTONG PEJANTAN

Tanggal mengawini

Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi sapi betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

25

Format 3 : Laporan Perkembangan Ternak

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015 27

28

26

Format 4. Contoh SKLB Sapi Potong

29

27

Format 5. Data Kepemilikan Ternak Sapi Perah

DATA KEPEMILIKAN TERNAK SEBELUM PROGRAM Nama Kelompok : Desa : Kecamatan : Kabupaten : Provinsi : Cotact Person : Telp/Hp/Email : Rumpun :

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

Jumlah Kepemilikan

Dewasa Anak

Jtn Btn Jtn Btn

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

30

28

Format : 6 Kartu Rekording Sapi Perah

KARTU REKORDING SAPI PERAH INDUK

Nama Peternak :

Nama Kelompok :

Alamat : RT : RW :

Desa :

Kecamatan :

Kabupaten/Kota :

Provinsi :

Nomor ternak :

Rumpun :

Tanggal lahir :

Nomor induk :

Nomor bapak/straw :

Status reproduksi : kawin/belum kawin *)

Bentuk ambing : simetris/tidak simetris/puting>4 *)

Warna tubuh dominan : hitam-putih/merah-putih*)

Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP

(cm) BB (kg) Keterangan*)

Keterangan : PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak BB : bobot badan; *) : diisi apakah dalam status kering/ bunting...bln/menyusui..bln

Foto sapi (sisi kiri) Foto sapi (depan) Foto sapi (sisi kanan)

31

29

KARTU REKORDING SAPI PERAH INDUK

Tgl Kawin

Kawin

Tgl Bera-nak

Anak

Nomor Pejantan /straw*)

Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina) *) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu

dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat. Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

32

30

KARTU REKORDING PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

Nama peternak : Nomor ternak : Laktasi ke :

Bulan laktasi Tanggal pengukuran

Produksi Susu (kg) Kadar Lemak Susu (%) Sore Pagi Jumlah

Bulan – 1

Bulan – 2

Bulan – 3

Bulan – 4

Bulan – 5

Bulan – 6

Bulan – 7

Bulan – 8

Bulan – 9

Bulan – 10

Produksi per Laktasi ( 305 hari )

Cara mengukur produksi susu : 1) Waktu pencatatan produksi susu satu kali setiap bulannya selama satu masa periode laktasi; 2) Pencatatan pertama dimulai hari ke 8 dan paling lambat hari ke 40 setelah beranak; 3) Pencatatan produksi susu dilakukan dua kali yaitu sore dan pagi hari (hari .berikutnya). Apabila

dilakukan 3 kali pemerahan dalam 1 hari agar dikoreksi menjadi 2 kali pemerahan; 4) Pendugaan produksi susu dan kadar lemak 305 hari didasarkan pada data produksi susu

minimal 10 kali pencatatan selama satu periode laktasi; 5) Satuan ukuran adalah kilogram (kg) untuk produksi susu dan persentase (%) untuk kadar lemak

susu dengan ketelitian pencatatan 1 (satu) angka dibelakang koma

3331

KARTU REKORDING SAPI PERAH ANAK – MUDA

Nama Peternak :

Nama Kelompok :

Alamat : RT : RW :

Desa :

Kecamatan :

Kabupaten/Kota :

Provinsi :

Nomor ternak :

Rumpun :

Tanggal lahir :

Nomor induk :

Nomor bapak/straw :

Warna tubuh dominan : hitam-putih/merah-putih*)

Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

lahir

3

6

12

18

Keterangan : PB : panjang badan; LD: lingkar dada; TP: tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum, hanya untuk sapi jantan

Foto sapi (sisi kiri) Foto sapi (depan) Foto sapi (sisi kanan)

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

34

32

KARTU REKORDING SAPI PERAH ANAK – MUDA

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

3533

KARTU REKORDING SAPI PERAH PEJANTAN Nama Peternak :

Nama Kelompok :

Alamat : RT : RW : Desa :

Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak :

Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk :

Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan LS : lingkar scrotum

Foto sapi (sisi kanan)

Foto sapi (sisi kiri)

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

36

34

KARTU REKORDING SAPI PERAH PEJANTAN

Tanggal mengawini Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi sapi betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

37

35

Format : 7 Laporan Perkembangan Ternak

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

38

36

Format : 8 Contoh Surat Kerangan Layak Bibit Sapi Perah

Surat Keterangan Layak Bibit

PEMILIK : ………………… ALAMAT : ………………… ………………, …………..

Kepala Dinas ………….. Nama jelas & stempel

Rumpun murni : No. Identitas : Tanggal lahir : Jenis Kelamin : No straw (untuk ternak hasil IB): No. Induk :

Catatan : Surat keterangan ini tidak boleh hilang/rusak dan mengikuti setiap perpindahan ternak

Foto ternak (tampak samping, kepala disebelah kanan)

Ternak Sapi Perah Logo

Instansi

39

37

Format : 9. Data Kepemilikan Ternak Kerbau

DATA KEPEMILIKAN TERNAK SEBELUM PROGRAM Nama Kelompok : Desa : Kecamatan : Kabupaten : Provinsi : Cotact Person : Telp/Hp/Email : Rumpun : Kerbau

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

Jumlah Kepemilikan

Dewasa Anak

Jtn Btn Jtn Btn

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

40

38

Format 10. Kartu Rekording Ternak Kerbau

KARTU REKORDING KERBAU INDUK

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) Keterangan*)

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan *) : diisi apakah dalam status kering/bunting...bln/menyusui..bln

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan

:

Foto kerbau (sisi kiri)

Foto sisi kanan

41

38

Format 10. Kartu Rekording Ternak Kerbau

KARTU REKORDING KERBAU INDUK

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) Keterangan*)

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan *) : diisi apakah dalam status kering/bunting...bln/menyusui..bln

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan

:

Foto kerbau (sisi kiri)

Foto sisi kanan

39

KARTU REKORDING KERBAU INDUK

Tgl Kawin Kawin

Tgl Bera-nak Anak

Nomor Pejantan /straw*) Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina) *) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu

dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

42

40

KARTU REKORDING KERBAU ANAK – MUDA Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) coret salah satu

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm) lahir

3 6 12 18

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan LS : lingkar scrotum, hanya untuk kerbau jantan

Foto sisi kanan

Foto kerbau (sisi kiri)

43

41

KARTU REKORDING KERBAU ANAK – MUDA

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

44

42

KARTU REKORDING KERBAU PEJANTAN

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

Keterangan : PB : panjang badan LD : lingkar dada TP : tinggi pundak BB : bobot badan LS : lingkar scrotum

Foto sisi kanan

Foto kerbau sisi kiri)

45

43

KARTU REKORDING KERBAU PEJANTAN

Tanggal mengawini

Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi sapi betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

46

44

Format 11 : Laporan Perkembangan Ternak

47

45

Format 12. Surat Keterangan Layak Bibit Kerbau

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

48

46

Format : 13 Data Kepemilikan Ternak Kambing/Domba

DATA KEPEMILIKAN TERNAK SEBELUM PROGRAM

Nama Kelompok : Desa : Kecamatan : Kabupaten : Provinsi : Cotact Person : Telp/Hp/Email : Rumpun : Kambing/Domba

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

Jumlah Kepemilikan

Dewasa Anak

Jtn Btn Jtn Btn

49

47

Format : 14 Kartu Rekording Kambing/Domba

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) INDUK

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Tipe lahir : 1/2/3/4/5**)

Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan

:

*) pilih sesuai jenis ternak ; **) pilih sesuai tipe lahir

TK Pjt TB JL (ek)

Nomor Anak

BL (kg)

JK (j/b)

JS (ek)

BS (kg)

TK : tanggal kawin; Pjt : Nomor pejantan; TB : tanggal beranak JL : jumlah anak dilahirkan; BL : bobot lahir; JK : jenis kelamin; JS : jumlah anak disapih; BS : bobot sapih

Foto sisi kanan

Foto sisi kiri)

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

50

48

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) INDUK

Tgl Kawin

Kawin Tgl Bera-

nak

Anak Nomor

Pejantan /straw*)

Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina) *) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu

dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

51

48

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) INDUK

Tgl Kawin

Kawin Tgl Bera-

nak

Anak Nomor

Pejantan /straw*)

Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina) *) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu

dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

49

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) ANAK–MUDA

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*)

Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*)

Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan

:

*) coret salah satu **) ditulis pada saat k/d anak berumur 3 bulan

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

lahir 3 6 12 18

Keterangan : PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum, hanya untuk k/d jantan

Foto sisi kanan

Foto sisi kiri

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

52

50

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) ANAK–MUDA

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

53

51

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*)

Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*)

Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan : *) coret salah satu **) ditulis pada saat k/d anak berumur 3 bulan

Umur (bln) Tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

lahir

3

6

12

18

Keterangan : PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum

Foto sisi kanan

Foto sisi kiri

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

54

52

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN

Tanggal mengawini

Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi k/d betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

55

52

KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN

Tanggal mengawini

Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi k/d betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

53

KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK

Nama Peternak :

Nama Kelompok :

Alamat : RT : RW :

Desa :

Kecamatan :

Kabupaten/Kota :

Provinsi :

Nomor ternak :

Rumpun :

Tanggal lahir :

Tipe lahir : 1/2/3/4/5**)

Nomor induk :

Rumpun induk :

Nomor bapak :

Rumpun bapak :

Warna tubuh dominan : *) pilih sesuai jenis ternak ; **) pilih sesuai tipe lahir

TK Pjt TB JL (ek)

Nomor Anak

BL (kg)

JK (j/b)

JS (ek)

BS (kg)

TK : tanggal kawin; Pjt : Nomor pejantan; TB : tanggal beranak JL : jumlah anak dilahirkan; BL : bobot lahir; JK : jenis kelamin; JS : jumlah anak disapih; BS : bobot sapih

Foto sis i kanan

Foto kamb sisi kanan

Foto sisi kiri

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

56

54

KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK

Tgl Kawin

Kawin Tgl Bera-

nak

Anak

Nomor Pejantan /straw*)

Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina) *) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

57

54

KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK

Tgl Kawin

Kawin Tgl Bera-

nak

Anak

Nomor Pejantan /straw*)

Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina) *) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

55

KARTU REKORDING PRODUKSI SUSU KAMBING PERAH

Nama peternak : Nomor ternak : Laktasi ke :

Bulan laktasi Tanggal pengukuran

Produksi Susu (liter) Kadar Lemak Susu (%) Sore Pagi Jumlah

Bulan – 1 Bulan – 2 Bulan – 3 Bulan – 4 Bulan – 5 Bulan – 6 Bulan – 7 Bulan – 8

Produksi per Laktasi

Cara mengukur produksi susu : 1) Waktu pencatatan produksi susu satu kali setiap bulannya selama satu masa periode laktasi; 2) Pencatatan pertama dimulai hari ke 4-7 setelah beranak; 3) Pencatatan produksi susu dilakukan dua kali yaitu sore dan pagi hari (hari .berikutnya). 4) Satuan ukuran adalah liter (l) untuk produksi susu dan persentase (%) untuk kadar lemak

susu dengan ketelitian pencatatan 1 (satu) angka dibelakang koma

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

58

56

KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*)

Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*)

Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan

:

*) coret salah satu **) ditulis pada saat anak berumur 3 bulan

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

lahir

3

6

12

18

Keterangan : PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum, hanya untuk kambing jantan

Foto sisi kanan

Foto sisi kiri

59

57

KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

60

58

KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW :

Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi :

Nomor ternak : Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*)

Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*)

Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) coret salah satu **) ditulis pada saat kambing anak berumur 3 bulan

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm)

lahir

3

6

12

18

Keterangan : PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP: tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum

Foto sisi kanan

Foto sisi kiri

61

59

KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN

Tanggal mengawini

Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi kambing betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan : Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

62

60

Format : 15. Laporan Perkembangan Ternak

63

61

Format : 16 Contoh Surat Keterangan Layak Bibit Kambing

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

64

62

Format : 17 Contoh Surat Keterangan Layak Bibit Domba

6563

FORMAT 18. Materi Pelatihan Peningkatan SDM Peternak

MATERI PELATIHAN PENINGKATAN SDM PETERNAK

Keterangan ;

1. Pemahaman bibit ternak, yang meliputi ;

a. Melihat silsilah ternak dan performan antara lain : 1) menerangkan tentang tetua ternak bibit yang dipilih/dipelihara 2) dapat mengetahui tidak terjadi kawin sedarah (Crosbreeding) 3) membedakan ciri-ciri bangsa ternak/strain

NO

MATERI TUJUAN PEMBELAJARAN WAKTU (Jam)

KET TEORI

PRAKTEK

JML

1. Pemahaman Bibit Ternak : a. Pengenalan Rumpun

Ternak b. Melihat silsilah ternak

dan performan. c. Pengukuran ternak d. Pencatatan ternak

- Peternak memahami jenis rumpun ternak

- Peternak mengetahui dan memahami cara mendapatkan bibit ternak

- Peternak mengetahui dan memahami tentang silsilah Ternak, asal usul, perkawinan, kesehatan dll bibit ternak yang baik dan benar

3 12 15

2. Manajemen Pemeliharaan a. Perkandangan b. Pakan c. Kesehatan Ternak d. BCS e. Umur ternak

- Peternak mengetahui dan memahami tata cara memelihara bibit ternak yang baik

3 12 15

3. Manajemen Reproduksi meliputi ; a. Umur sapih b. Umur pertama

dikawinkan c. Masa kering d. Kesehatan reproduksi

- Peternak mengetahui dan memhami kondisi reproduksi individu dan masa produktif ternak. 3 5 8

4. Kapita selekta 2 - 2

Jumlah jam (Teori dan Praktek) 11 29 40

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

66

64

4) membedakan bentuk tubuh ternak

b. Pengukuran Ternak, meliputi tata cara pengukuran: 1) berat badan 2) tinggi gumba 3) panjang badan 4) lingkar dada 5) lingkar scrotum.

c. Pencatatan ternak, meliputi : 1) Catatan bangsa, tetua, asal usul, identitas, dan jenis kelamin ternak. 2) catatan produksi meliputi berat lahir, berat (satu, dua, tiga) bulan, berat

sapih, berat dewasa, pemberian susu. 3) catatan reproduksi meliputi waktu pertama kali dikawinkan, umur beranak

pertama, masa laktasi (perah), waktu kering kandang, masa lepas sapih. 4) catatan tentang ternak mengenai kesehatan, pemilik dll.

2. Manajemen pemeliharaan ternak, meliputi ;

a. Sistem tatalaksana perkandangan antara lain : 1) macam-macam sistem perkandangan (kelebihan dan kekurangan) 2) cara-cara perawatan kandang (kebersihan dan kesehatan).

b. Pakan, yang meliputi ; 1) pengolahan lahan pakan dan penyediaannya. 2) tata cara pemberian pakan dan air minum 3) Pengawetan HPT

c. Kesehatan ternak, meliputi ; 1) kebersihan kandang dan ternak. 2) pemeriksaan kesehatan secara rutin 3) pemberian obat cacing secara rutin 4) pemberian vitamin dan mineral

d. Pengukuran BCS, meliputi ; 1) tatacara pengukuran kondisi tubuh ternak (BCS) 2) Tujuan pengukuran BCS

e. Menentukan umur ternak, meliputi ; 1) Dengan cara melihat data/catatan (kartu ternak) 2) Cara melihat dengan gigigeligi ternak/tanduk

3. Manajemen Reproduksi ternak, meliputi ;

a. Umur sapih menerangkan : 1) umur berapa ternak mulai disapih 2) berat badan berapa ternak disapih

67

65

b. Umur mulai bisa dikawinkan pertama kali : 1) umur dan berat badan berapa ternak bisa dikawinkan 2) mulai kapan ternak tersebut bisa dikawinkan

c. Masa kering kandang, meliputi : 1) kapan mulai seekor ternak mulai dikeringkan. 2) tata cara kering kandang.

d. Kesehatan Reproduksi, meliputi : 1) siklus dan interval berahi 2) inseminasi buatan/kawin alam 3) pemeriksaan kebuntingan 4) pemeriksaan alat reproduksi 5) terapi secara hormonal/untuk pengobatan.

4. Kapita selekta, meliputi :

a. Tata cara pembuatan laporan b. Sistem pelaporan.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

68

66

Tabel -1 Berat tubuh kerbau Lumpur, Murrah dan persilangan F1-nya

Umur (bulan) Kerbau

Lumpur

Kerbau

Murrah

F1

0 29,8 31,4 33,7

3 86,1 99,3 98,6

6 129,1 154,7 149,4

12 177,2 233,2 221,3

18 235,2 295,8 315,8

24 308,2 363,7 385,0

36 383,8 424,8 485,3

48 415,3 486,2 498,3

60 470,7 487,2 534,1

ADG Pra sapih 0,55 0,685 0,64

ADG Paska sapih 0,33 0,36 0,37

Sumber : Murti, 2002.

69

67

Tabel -2. Berat kerbau jenis lumpur jantan dan betina pada ragam umurnya.

Umur Ternak

Berat jantan (kg)

Berat betina (kg)

Ukuran Tubuh Kerbau (cm)

Betina Jantan

G L H G L H Lahir 27,5 25,4 68,8 52,5 68,4 69,4 51,4 7,3

6 bln 70,7 61,6 99,5 74,7 87,1 95,3 73,1 83,4

12 bln 125,2 113,2 124,4 88,8 97,7 119,7 84,9 94,6

18 bln 132,3 131,6 129,4 90,1 102,5 128,9 91,9 100,4

24 bln 173,8 178,2 139,6 95,1 105 143,5 97,4 105,1

30 bln 182,6 186,6 145,5 99,5 108 144,8 100,8 108,8

36 bln 203,1 203,5 149,1 101,4 105,8 152,4 103,5 110,7

48 bln - 348,7 - - - 178,6 122,4 121,1

60 bln - 354,4 - - - 174,6 126,7 121,6

72 bln - 334,7 - - - 168,9 122,1 122,9

Sumber : Parker, B.A,. (1984) dalam Murti (2002)

Keterangan G = Lingkar dada; L = Panjang badan absolut; H = Tinggi gumba

Secara umum dapat dikatakan bahwa:

1. Kerbau lumpur tidak tumbuh secepat sapi dibawah kondisi pakan

intensif.

2. Kedua spesies (kerbau, sapi) menampilkan kinerja sama ketika diberi

pakan atau merumput hijauan berkualitas buruk.

3. Ketika dalam periode pemulihan, kerbau merumput dapat memperoleh

kompensasi terhadap pakan buruk selama musim kemarau dan tercatat

lebih baik daripada sapi.

4. Perbedaan jenis kelamin terhadap kecepatan pertumbuhan dibawah pola manajemen pedesaan adalah kecil.

Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Ruminansia Tahun 2015

70

Catatan :

Kanpus Kementerian Gd. C Lt. 8, Jl. rm Harsono no.3 ragunan pasar minggu Jakarta selatan 12550 telp. +62.21.7815781 Fax. +62.21.7811385