pedoman operasional monitoring dan verifikasi

60
Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi Juni 2019 Pedoman tentang norma-norma dan praktik- praktik yang baik untuk monitoring dan verifikasi terkait komitmen perusahaan, berfokus pada hasil lingkungan dan sosial yang berhubungan dengan produksi bahan baku dan pengolahan primer Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

1

Pedoman OperasionalMonitoring dan Verifikasi

Juni 2019

Pedoman tentang norma-norma dan praktik-praktik yang baik untuk monitoring dan verifikasi terkait komitmen perusahaan, berfokus pada hasil lingkungan dan sosial yang berhubungan dengan produksi bahan baku dan pengolahan primer

Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Page 2: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

© 2019 Accountability Framework initiative. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

DISKLAIMER: Produk kerja ini dimaksudkan sebagai imbauan saja dan bukan sebagai opini atau nasihat hukum tentang persoalan yang ditangani. Pembaca disarankan untuk melibatkan penasihat hukum sejauh yang diperlukan.

Accountability Framework dibuat melalui proses konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk perusahaan, LSM, dan pemerintah, serta mengikuti praktik-praktik yang baik dan berlaku untuk inisiatif multi pihak.

Dokumen ini adalah bagian dari Accountability Framework versi 1.0 (dirilis pada Juni 2019), yang mewakili konsensus anggota Kelompok Pengarah Accountability Framework initiative (AFi) yang berpartisipasi dalam pengembangannya:

Untuk informasi lebih lanjut tentang AFi dan proses pengembangan Framework, silakan kunjungi www.accountability-framework.org

AFi didanai oleh:

Tim utama AFi (sekretariat) dipimpin bersama oleh Rainforest Alliance dan Meridian Institute.

Pakar independent

Inisiatif Kerangka Akuntabilitas bertanggung jawab atas isi dokumen ini, yang mungkin tidak mewakili pandangan para penyandang dana AFi.

Page 3: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

i

Daftar Isi

Tujuan & ringkasan 01

1. Ikhtisar 02

1.1 Ruang lingkup dan penerapan 05

1.2 Menilai kemajuan terhadap pemenuhan komitmen 06

2. Pendekatan untuk monitoring implementasi dan hasil terkait komitmen perusahaan 08

2.1 Monitoring unit produksi atau lokasi pengolahan primer 10

2.2 Monitoring wilayah pembelian dan pengadaan (sourcing area) 17

2.3 Monitoring manajemen dan sistem kontrol pemasok 23

3. Panduan untuk sistem monitoring yang efektif 26

3.1 Baseline dan monitoring lanjutan 26

3.2 Karakteristik sistem monitoring yang efektif 28

3.3 Metrik untuk menilai kepatuhan dan kemajuan terhadap komitmen 30

4. Panduan untuk verifikasi yang kredibel 32

4.1 Karakteristik proses verifikasi yang kredibel 33

4.2 Verifikasi pihak ketiga 39

Lampiran 1: Penggunaan dan karakteristik perangkat monitoring yang sesuai 43

1. Karakteristik yang relevan dari perangkat monitoring geospasial 43

2. Metode dan perangkat monitoring berbasis lapangan 45

3. Informasi lebih lanjut tentang monitoring berbasis masyarakat 48

Lampiran 2: Ukuran indikatif untuk menilai deforestasi, konversi, dan perlindungan jangka panjang ekosistem alami 53

Page 5: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

01Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Tujuan & ringkasanPedoman Operasional ini menjabarkan norma-norma dan praktik-praktik yang baik terkait monitoring dan verifikasi (M&V) komitmen perusahaan pada topik-topik dalam lingkup Accountability Framework. Pedoman ini berfokus pada hasil lingkungan dan sosial yang berhubungan dengan produksi bahan baku dan pengolahan primer. Pedoman ini mencakup:

1) Elaborasi pendekatan untuk pemantauan implementasi dan hasil yang terkait dengan komitmen perusahaan di tiga tingkat: i) basis pasokan, yaitu, unit produksi dan lokasi pengolahan primer; ii) wilayah atau yurisdiksi tempat pembelian dan pengadaan perusahaan; dan iii) pemasok yang mana perusahaan melakukan pembelian dan pengadaan

2) Panduan untuk desain sistem monitoring yang efektif

3) Panduan untuk verifikasi kepatuhan dan kemajuan yang kredibel untuk memberikan tingkat jaminan yang diperlukan untuk manajemen internal dan pemangku kepentingan eksternal

4) Informasi tentang perangkat dan pengukuran monitoring yang sesuai (dalam Lampiran)

Pedoman tingkat tinggi tentang M&V yang kredibel dan efektif ini dimaksudkan untuk diterapkan di berbagai komoditas dan konteks dan dapat diadaptasi melalui pengembangan atau pengadopsian sistem, perangkat, dan proses M&V secara kontekstual.

Page 6: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

02 Accountability Framework

1. Ikhtisar

Tujuan dari Pedoman Operasional ini adalah untuk memberikan panduan yang jelas dan konsisten serta praktik-praktik yang baik untuk memonitor dan memverifikasi pemenuhan komitmen rantai pasokan perusahaan pada topik-topik yang ada dalam lingkup Accountability Framework. Materi ini memperluas Prinsip Inti 11, yang menguraikan ekspektasi tingkat tinggi terkait monitoring dan verifikasi (M&V). Seperti Accountability Framework secara keseluruhan, komitmen sukarela yang dimonitor dan diverifikasi mengacu pada:

y Rantai pasokan tanpa-deforestasi dan perlindungan hutan

y Rantai pasokan tanpa-konversi dan perlindungan ekosistem alami lainnya

y Menghormati hak asasi manusia (termasuk hak-hak masyarakat adat, masyarakat setempat, dan pekerja)

Pedoman Operasional ini dibangun dari praktik-praktik monitoring dan jaminan kinerja lingkungan dan sosial yang kredibel dan telah diterima umum. Pedoman ini juga menggabungkan inovasi baru dalam M&V yang dimungkinkan oleh teknologi terbaru serta diharuskan karena sangat penting untuk menjadikan kegiatan M&V lebih efektif, hemat biaya, dan berskala jika akan digunakan untuk mendukung pemenuhan komitmen rantai pasokan di tingkat keseluruhan sektor.

Monitoring dan verifikasi adalah kegiatan yang saling berkaitan erat, dan mungkin ada banyak tumpang tindih dalam metode, perangkat, dan pendekatannya masing-masing. Bagian 2 dan 3 di bawah ini berkonsentrasi pada proses monitoring, dengan pengertian bahwa ada banyak dari materi ini yang juga berkaitan dengan praktik verifikasi. Bagian 4 melengkapi materi ini dengan memberikan panduan khusus untuk verifikasi.

M&V adalah bagian integral dari keseluruhan uji tuntas dan sistem manajemen rantai pasokan perusahaan. Oleh karena itu pembaca dianjurkan untuk meninjau Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan ketika membangun atau mengevaluasi sistem M&V dan ketika menilai tingkat kesesuaiannya dengan Accountability Framework. Pedoman Operasional tersebut memberikan informasi lebih lanjut tentang pemetaan rantai pasokan, ketertelusuran, kategorisasi risiko, dan proses manajemen pemasok.

Selain itu, pedoman ini secara khusus berkonsentrasi pada kegiatan M&V yang dilakukan dalam operasional dan rantai pasokan perusahaan itu sendiri. Untuk memaksimalkan upaya monitoring dan hasilnya, perusahaan juga didorong untuk terlibat dengan perusahaan lain,

Page 7: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

03Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

masyarakat sipil, pemerintah dan pelaku lainnya untuk bersama-sama memonitor kinerja dan hasil pada wilayah pembelian dan pengadaan yang tumpang tindih dan/atau melalui inisiatif sektoral (lihat Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi).

KoTaK 1. Beberapa tantangan utama terkait monitoring dan verifikasi rantai pasokan

M&V komitmen rantai pasokan terbukti menjadi tantangan bagi banyak perusahaan yang telah mengeluarkan komitmen tersebut serta sedang berupaya untuk memenuhinya. Tantangan dan hambatan utama termasuk:

y Ketertelusuran: Perusahaan hilir seringkali tidak dapat memperoleh akses ke informasi penting tentang pemasok langsung dan tidak langsungnya, termasuk produsen dan pengolah primer yang paling terkait secara langsung dengan kondisi sosial dan lingkungan di lapangan. Hal ini bisa menjadi tantangan besar ketika melakukan pembelian dan pengadaan dari petani kecil, pemasok independen, atau melalui spot market.

y Metrik/Ukuran-ukuran monitoring: Seringkali tidak terdapat kejelasan tentang apa yang sebaiknya dimonitor pada tingkat basis pasokan. Perusahaan juga dapat menerima ekspektasi atau saran yang berbeda mengenai ukuran-ukuran yang sebaiknya mereka gunakan.

y Kapasitas lokal: Pemasok mungkin tidak memiliki kapasitas atau sumber daya untuk melakukan M&V yang memenuhi persyaratan atau harapan kliennya (contohnya, perusahaan hilir) dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini sering kali mencerminkan kendala di mana pemasok beroperasi serta terbatasnya dukungan dari pembeli kepada pemasok untuk memenuhi, memonitor, dan memverifikasi komitmen. Dalam banyak konteks juga terdapat kelangkaan tenaga atau organisasi professional yang mempunyai kualifikasi untuk menyediakan layanan M&V yang efektif. Hal ini seringkali menjadi tantangan bagi perusahaan untuk memprioritaskan pemasok mana yang sebaiknya didukung, dan dengan cara apa, untuk membantu mendorong keterlibatan yang berdampak dan memberikan hasil yang positif.

Page 8: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

04 Accountability Framework

y Mendeteksi ketidakpatuhan pemasok dan tindakan yang tidak patuh: Perangkat dan pendekatan M&V tradisional seringkali tidak mampu mendeteksi perilaku dan kondisi yang tidak patuh. Terutama terjadi pada masalah hak asasi manusia, di mana perangkat monitoring geospasial umumnya tidak sesuai dan untuk itu diperlukan penggunaan berbagai metode berbasis lapangan (contohnya, wawancara pekerja).

y Penggunaan sistem monitoring yang ada: Perusahaan tidak selalu mempunyai kejelasan tentang apakah dan bagaimana mereka sebaiknya menggunakan sistem dan perangkat monitoring pemerintah, sektoral, atau kontekstual lainnya sebagai bagian dari upaya pemantauan rantai pasokannya, mengingat kemampuan serta keterbatasan sistem dan perangkat tersebut sangat bervariasi.

KoTaK 2. Apa yang dimaksud dengan monitoring dan verifikasi (M&V)?

M&V adalah proses berulang dan berkesinambungan yang digunakan perusahaan untuk menilai serta menunjukkan kepatuhan, kinerja, dan kemajuan sehubungan dengan komitmen rantai pasokannya.

Monitoring adalah fungsi yang terus berlangsung, menggunakan pengumpulan data yang sistematis pada indikator-indikator tertentu untuk menilai dan mendokumentasikan sejauh mana tindakan, kemajuan, kinerja, dan kepatuhan dilakukan atau dicapai.

Verifikasi adalah penilaian dan validasi kepatuhan, kinerja, dan/atau tindakan terhadap komitmen, standar, atau target yang ditentukan. Proses verifikasi juga menggunakan data monitoring dan sumber informasi lainnya sebagai input.

Mengingat sifat M&V yang terintegrasi, maka metodologi, perangkat, dan pendekatan yang digunakan untuk monitoring dapat serupa dengan yang digunakan untuk verifikasi.

Page 9: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

05Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

1.1 Ruang lingkup dan penerapanSistem monitoring dan verifikasi yang tangguh merupakan komponen penting dari operasional perusahaan, manajemen rantai pasokan, dan akuntabilitas. Secara internal, M&V memungkinkan perusahaan untuk menilai kinerja relatif terhadap komitmennya untuk memfasilitasi pembelajaran internal dan manajemen operasional serta rantai pasokan yang adaptif. Secara eksternal, seperti yang disampaikan dalam Prinsip Inti 12, perusahaan diharapkan untuk melaporkan kemajuan dan hasil komitmen secara teratur, dan sistem M&V menjadi sangat penting untuk memberikan informasi tersebut kepada pembeli, investor, dan masyarakat sipil dengan cara yang kredibel dan konsisten.

Meskipun perusahaan diharapkan untuk memantau dan melaporkan keberadaan serta status kebijakan, praktik, sistem, dan elemen-elemen lain dalam rantai pasokannya, fokus pedoman ini adalah pada monitoring dan verifikasi hasil sosial dan lingkungan yang terkait dengan produksi bahan baku dan pengolahan primer di tingkat basis pasokan.1 Tingkat ini merupakan tingkat di mana komitmen rantai pasokan sering kali gagal dan di mana perusahaan tidak memiliki sistem untuk memantau hal tersebut.

Pedoman ini berlaku untuk pemasok komoditas pertanian dan kehutanan, dan juga untuk perusahaan yang memiliki komoditas tersebut dalam rantai pasokannya:

y Pelaku rantai pasokan hulu (yaitu, produsen, pengolah primer, dan dalam banyak kasus perusahaan seperti pedagang yang membeli dari entitas-entitas tersebut serta memiliki visibilitas ke tingkat basis pasokan) berada dalam posisi untuk melakukan monitoring kondisi di lapangan dan untuk menyediakan informasi monitoring atas operasional di lapangan kepada pembeli di hilir.

1 Secara lebih spesifik, tingkat basis pasokan mencakup: 1) unit produksi, diantaranya, lahan pertanian, perkebunan, kelompok tani, unit pengelolaan hutan, dan sejenisnya; 2) fasilitas pengolahan primer—seperti pabrik, rumah pemotongan hewan, silo, dan lokasi pengumpulan—dan wilayah pasokan (supply sheds) yang terkait; dan 3) kelompok unit produksi dan fasilitas pengolahan primer yang berada dalam wilayah geografis terdekat, dan di bawah pengelolaan bersama. Perdagangan hilir dan operasional pengolahan, seperti manufaktur dan pengiriman, bukan merupakan bagian dari tingkat basis pasokan.

Page 10: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

06 Accountability Framework

y Perusahaan hilir yang membeli komoditas atau produk turunan (dengan kata lain, pembeli yang mengelola berbagai pemasok) diharapkan memantau sistem kontrol pemasoknya sebagai cara untuk memastikan kepatuhan atau kemajuan pemasok terhadap pemenuhan komitmen, termasuk memantau bagaimana ketidakpatuhan diidentifikasi dan ditangani. Informasi tentang kepatuhan yang berasal dari sistem monitoring ini dapat digunakan sebagai proksi untuk menilai hasil terkait komitmen. Ketika informasi ini tidak tersedia, perusahaan hilir mungkin harus memonitor hasil secara langsung dengan memantau wilayah pembelian dan pengadaan, serta dapat juga dengan meningkatkan ketertelusuran rantai pasokan sehingga hasilnya dapat dipantau pada (atau lebih dekat dengan) sumbernya. Pembeli juga diharapkan untuk mengumpulkan dan menggunakan data M&V dari seluruh portofolio pembelian dan pengadaan untuk menginformasikan pengambilan keputusan terhadap kepatuhan penuh serta untuk memberikan informasi gabungan tentang pemenuhan komitmen.

Banyak perusahaan—seperti pengolah, pedagang, dan beberapa manufaktur—merupakan pemasok maupun pembeli bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi, yang memiliki banyak peranan dalam mendukung M&V. Pada akhirnya, perusahaan yang membuat komitmen lingkungan dan sosial (apakah itu pembeli, pemasok, atau keduanya) bertanggung jawab untuk memantau kemajuan serta menunjukkan pemenuhan komitmen dan dampak operasionalnya.

1.2 Menilai kemajuan terhadap pemenuhan komitmen

Meskipun pada akhirnya perusahaan bertanggung jawab terhadap kepatuhan penuh terhadap komitmennya masing-masing (contohnya, tanpa-deforestasi, tanpa-konversi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia), proses pencapaian pemenuhan ini dapat memerlukan waktu. Oleh karena itu, sebagaimana ditunjukkan dalam Prinsip Inti 11.1, sistem M&V perlu menilai tidak hanya kepatuhan terhadap komitmen tetapi juga kemajuan yang bertahap terhadap kepatuhan. Monitoring sebaiknya menilai dua jenis hasil berikut agar kemajuan terhadap kepatuhan dapat diukur secara efektif:

y Implementasi komitmen, termasuk tindakan yang diambil oleh perusahaan dan pemasoknya untuk mencapai kepatuhan.

y Hasil komitmen, sebagaimana tercermin dalam metrik atau ukuran-ukuran perlindungan ekosistem dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, serta tren pada metrik tersebut seiring waktu. Informasi tentang hasil digunakan untuk menunjukkan kemajuan (yaitu, realisasi sebagian komitmen atau target) maupun kepatuhan (yaitu, realisasi penuh dari komitmen atau target).

Page 11: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

07Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Sistem monitoring yang melacak kemajuan terhadap kepatuhan penuh sebaiknya digunakan perusahaan untuk mengelola dan mempercepat implementasi komitmennya. Sebagaimana dibahas dalam Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan, pembeli sebaiknya memiliki kebijakan dan proses dalam sistem manajemen pemasoknya untuk mengatasi kemajuan yang stagnan atau ketidakpatuhan yang berulang atau sistemik.2

2 Sebagaimana diklarifikasi dalam Prinsip Inti dan Definisi, istilah “ketidakpatuhan” digunakan di seluruh Accountability Framework dengan mencakup ketidakpatuhan terhadap komitmen perusahaan atau hukum yang berlaku terkait ruang lingkup Accountability Framework, serta dampak negatif terhadap hak asasi manusia yang diakui secara internasional.

KoTaK 3. Hubungan dengan inisiatif dan standar yang ada

Seperti dinyatakan dalam Prinsip Inti 11.6, dan yang selanjutnya dirujuk dalam Prinsip Inti 5 dan 12, sistem kontrol tertentu yang sudah ada (seperti sertifikasi, sistem kontrol terpercaya yang dikelola oleh pedagang, atau inisiatif sektoral) dapat memenuhi sebagian atau semua kebutuhan M&V perusahaan untuk wilayah atau volume produk yang dipantau. Perusahaan yang menggunakan atau tertarik menggunakan sistem seperti itu sebaiknya menilai sejauh mana mereka berfokus pada elemen-elemen Prinsip Inti serta harapan untuk M&V yang diuraikan dalam Pedoman Operasional ini. Ketika ditemukan-kesenjangan, perusahaan harus mengambil tindakan-tindakan yang saling melengkapi (atau menggunakan berbagai perangkat yang saling melengkapi) untuk memastikan bahwa seluruh sistem M&V perusahaan cukup kredibel dan komprehensif.

Inisiatif dalam sorotan:

Kolaborasi untuk Hutan dan Pertanian/The Collaboration for Forests and Agriculture (CFA) adalah inisiatif yang dirancang untuk mendukung rantai pasokan tanpa-deforestasi dan tanpa-konversi di wilayah Amazon, Cerrado, dan Gran Chaco di Amerika Selatan. Pedoman mereka dalam memajukan komitmen ini (lihat Pedoman Regional CFA DCF) sangat selaras dengan AFi, dan memberikan pedoman yang lebih kontekstual untuk memonitor alih guna lahan di ekosistem tersebut.

Page 12: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

08 Accountability Framework

2. Pendekatan untuk monitoring implementasi dan hasil terkait komitmen perusahaan

Monitoring implementasi komitmen dan hasil dapat dilakukan melalui tiga pendekatan utama, yang dijabarkan lebih lanjut dalam sub-bagian berikut:

1) Monitoring unit produksi dan lokasi pengolahan primer

2) Monitoring wilayah pembelian dan pengadaan atau yurisdiksi

3) Monitoring manajemen dan sistem kontrol pemasok

Perusahaan sebaiknya menggunakan satu atau lebih dari pendekatan monitoring ini, yang sesuai dengan sifat bisnis dan rantai pasokannya, berdasarkan faktor-faktor berikut:

a) Posisi rantai pasokan perusahaan

b) Visibilitas perusahaan ke tingkat basis pasokan

c) Mekanisme yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kepatuhan terhadap komitmen. Sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan, yaitu:

y menelusuri material ke tempat asalnya, dan secara langsung memonitor kepatuhan material tersebut

y menelusuri material ke yurisdiksi yang terbukti berisiko rendah untuk satu atau lebih komponen komitmen

y menelusuri material ke pemasok dengan mekanisme kontrol yang efektif

y menghubungkan pasokan bahan baku dengan unit produksi yang memiliki atribut kinerja atau kepatuhan spesifik

Gambar 1 mengilustrasikan bagaimana faktor-faktor ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi pendekatan monitoring yang sesuai, termasuk skenario ketika perusahaan tidak perlu memonitor kepatuhan secara langsung. Banyak perusahaan dengan rantai pasokan yang panjang atau kompleks akan menggunakan pendekatan yang berbeda untuk monitoring implementasi dan hasil komitmen di berbagai komponen rantai pasokannya, karena sektor dan pemasok yang berbeda dapat memiliki tingkat visibilitas, ketertelusuran, dan kontrol yang berbeda-beda pula.

Page 13: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

09Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

GaMbar 1. Pendekatan monitoring apa yang sebaiknya digunakan perusahaan saya untuk menilai kemajuan terhadap pemenuhan komitmen?

Perlu dicatat bahwa banyak perusahaan akan menggunakan berbagai pendekatan untuk komponen yang berbeda dalam rantai pasokannya, karena sektor dan pemasok yang berbeda dapat memiliki tingkat visibilitas, penelusuran, dan kontrol yang berbeda-beda pula.

Apakah material berasal dari unit produksi bersertifikat yang sertifikasinya mencakup M&V yang memadai serta elemen-elemen lainnya yang sesuai AFi?

Apakah material ditelusuri ke pemasok yang memiliki mekanisme kontrol efektif untuk memastikan dan menunjukkan kepatuhan?

Monitoring sistem manajemen dan kontrol pemasok

(Bagian 2.3)

Tidak diperlukan monitoring langsung

Menunjukkan bukti kepatuhan berdasarkan sistem yurisdiksi

Tidak diperlukan monitoring langsung

Menunjukkan bukti sertifikasi

Monitoring area pembelian dan pengadaan

(Bagian 2.2)

Monitoring lokasi produksi atau pengolahan primer

(Bagian 2.1)

Apakah material ditelusuri ke area yurisdiksi yang telah mencapai kinerja memadai (contohnya, risiko rendah) pada satu atau banyak topik dalam lingkup komitment?

Apakah lokasi unit produksi dan/atau pengolahan primer diketahui?

Apakah terdapat mekanisme M&V tingkat yurisdiksi yang efektif untuk memastikan dan menunjukkan kepatuhan material yang diproduksi di sana?

Apakah material diproduksi di lahan yang dikelola, dikontrol atau dimiliki oleh perusahaan?

YA

TIDAK

TIDAK TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAKYA YA

YA

YA

YA

Page 14: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

10 Accountability Framework

2.1 Monitoring unit produksi atau lokasi pengolahan primer

Perusahaan yang memiliki, mengontrol, atau mengelola lahan atau fasilitas pengolahan primer bertanggung jawab langsung untuk memonitor unit produksi atau lokasi-lokasi pengolahan. Namun, ketika entitas-entitas ini tidak memiliki kapasitas untuk melakukan monitoring yang efektif atau menyeluruh, dan ketika tidak terdapat mekanisme kontrol lainnya untuk memonitor dan memverifikasi kepatuhan, maka pembeli yang berada lebih jauh ke hilir rantai pasokan perlu melakukan atau mendukung kegiatan monitoring.

Ruang lingkup monitoring ini umumnya mencakup:

1) area lahan yang digunakan untuk produksi komoditas;

2) lokasi pengolahan primer dan pengumpulan serta semua fasilitas, infrastruktur, dan tenaga kerjanya (permanen, musiman/sementara, dan kontrak); dan

3) setiap lahan lainnya yang dimiliki, dikelola, atau dikendalikan oleh produsen, kelompok produsen, atau perusahaan hulu yang terkait dengan operasional yang dimonitor, seperti kawasan konservasi atau lahan yang digunakan untuk tujuan lain.

Monitoring pada tingkat ini membutuhkan lokasi yang diketahui dan terpetakan dari unit produksi dan lokasi pengadaan tertentu. Unit produksi pada umumnya dibatasi oleh batas-batas yang mempunyai referensi geografis.

Metodologi dan hasil monitoring ini sebaiknya dikomunikasikan kepada pembeli, sebagai pihak yang sepatutnya memiliki sistem untuk mengumpulkan, mengelola, serta menganalisa informasi monitoring yang disediakan oleh pemasok langsung dan tidak langsungnya. Sistem ini seharusnya menjadi bagian dari sistem manajemen pemasok dari perusahaan pembeli (lihat Bagian 2.3 di bawah ini serta Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan). Rincian lebih lanjut tentang monitoring komitmen tertentu dalam konteks unit produksi dan operasional pengolahan primer disediakan dalam dua sub-bagian berikut.

Page 15: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

11Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

2.1.1 Monitoring implementasi dan hasil terkait deforestasi, konversi, dan perlindungan ekosistem alami

Untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap komitmen tanpa-deforestasi dan tanpa-konversi, monitoring sebaiknya mengukur area deforestasi, konversi, atau alih guna lahan lainnya di dalam unit produksi subjek, serta sejauh mana perlindungan dilakukan terhadap hutan dan ekosistem alami yang tersisa demi nilai-nilai konservasinya. Penilaian ini sebaiknya menggunakan perangkat dan metode yang efektif, yang dijelaskan lebih lanjut di bawah dan di dalam Lampiran 1, dan data yang dikumpulkan sebaiknya disajikan dengan metrik atau ukuran yang dapat ditafsirkan. Metrik indikatif untuk mengukur hasil yang terkait dengan alih guna lahan terdapat pada Lampiran 2. Monitoring tata guna lahan sebaiknya mengukur hal-hal berikut ini:

a) Berapa banyak lahan ( jika ada) telah dikonversi dari hutan atau ekosistem alami lainnya menjadi produksi komoditas atau penggunaan lahan lainnya sejak tanggal batas akhir komitmen dan sejak periode monitoring sebelumnya?

b) Berapa banyak lahan yang disisihkan untuk tujuan konservasi, dan bagaimana cara atau penunjukannya?3 Dari jumlah ini, berapa banyak yang dikelola secara efektif untuk mempertahankan nilai-nilai konservasinya? Seberapa banyak yang telah hilang atau berisiko kehilangan nilai-nilai konservasi utama, dan apa saja ancaman atau dampak yang berkontribusi terhadap kehilangan tersebut?

c) Di mana dan sejauh apa batas-batas area produksi dipindahkan atau diperluas? Berupa apakah penggunaan area produksi barubelakangan ini atau di waktu sebelumnya (contohnya, padang penggembalaan, pertanian yang sudah ada sebelumnya dan diambil alih oleh pemilik yang berbatasan, tanaman pangan petani kecil, atau hutan yang beregenerasi)?

Penginderaan jauh dan produk berbasis satelit adalah komponen penting dan semakin efektif untuk monitoring perubahan tutupan lahan karena perangkat ini berkembang pesat, lebih banyak tersedia, akurat, dan tepat. Pemilihan metode dan perangkat untuk monitoring penggunaan/perubahan tutupan lahan sebaiknya didasarkan pada komoditas, skala produksi, jenis sistem produksi, dan ketersediaan produk monitoring yang sesuai dengan konteks yang ada. Jenis dan atribut perangkat serta platform penginderaan jauh dijelaskan dalam Kotak 4.

3 Termasuk lahan yang diidentifikasi melalui penilaian yang relevan (misalnya, Pendekatan Stok Karbon Tinggi dan penilaian Nilai Konservasi Tinggi), lahan yang tetap tidak dibangun sesuai persyaratan hukum, dan area ekosistem alami lainnya yang masih tersisa dalam unit produksi.

Page 16: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

12 Accountability Framework

KoTaK 4. Menggunakan perangkat dan produk berbasis satelit untuk monitoring alih guna lahan

4 http://www.starling-verification.com5 http://www.planet.com6 http://www.obt.inpe.br/OBT/assuntos/programas/amazonia/prodes7 http://mapbiomas.org

Terdapat sejumlah perangkat dan platform yang dapat digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan hilangnya tutupan hutan atau perubahan dalam jenis tutupan lahan lainnya. Perangkat ini menawarkan kemampuan dan cakupan yang berbeda, misalnya:

y Perangkat dapat berbeda dalam penggunaaan citra satelit yang mendasarinya; sebagai contoh, perangkat yang menggunakan data Landsat menyajikan informasi dengan resolusi 30 meter, sedangkan data yang berdasarkan satelit Sentinel mempunyai resolusi 10 meter.

y Perangkat mempunyai kemampuan analitik yang bervariasi:

+ Beberapa, seperti Global Forest Watch (GFW) atau Google Earth, menyediakan akses ke data satelit yang telah diproses dan dapat ditafsirkan sehingga memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi alih guna lahan.

+ Yang lain melangkah lebih lanjut dalam menyediakan tempat analisis alih guna lahan yang dapat dipesan terlebih dahulu terkait dengan operasional perusahaan dan rantai pasokan, seperti Global Forest Watch Pro (lihat di bawah), Starling,4 atau Planet.5

y Banyak perangkat, termasuk yang disebutkan di atas, tersedia secara global untuk digunakan dalam berbagai sistem produksi, sementara perangkat lainnya dirancang untuk konteks wilayah geografis atau komoditas tertentu, contohnya seperti Prodes6 dan MapBiomas7 in Brasil. Untuk panduan lebih lanjut mengenai penggunaan perangkat untuk monitoring konteks tertentu di daerah Amazon, Cerrado, dan Chaco, lihat Pedoman Regional CFA DCF.

Page 17: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

13Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Perangkat dalam sorotan: Global Forest Watch Pro

Salah satu perangkat yang sangat sesuai untuk menilai perubahan tutupan lahan yang berhubungan dengan pertanian adalah Global Forest Watch (GFW) Pro,8 sebuah platform daring yang memungkinkan perusahaan untuk mengukur dan mengelola risiko deforestasi dalam rantai pasokan komoditas. GFW Pro memungkinkan perusahaan untuk secara aman mengunggah lokasi pertanian, fasilitas-fasilitas pengolahan, atau pun area yurisdiksi. Para pengguna kemudian dapat menganalisa lokasi-lokasi ini dalam kaitannya dengan data perubahan hutan dan tata guna lahan seperti hilangnya tutupan pohon, kawasan lindung, dan lahan gambut. Melalui GFW Pro, perusahaan dapat menilai risiko deforestasi, memantau tren deforestasi yang sedang berlangsung atau secara historis, serta memanfaatkan kemampuan monitoring secara real-time seperti hilangnya tutupan pohon dan peringatan kebakaran. Pengetahuan dan data dari platform ini dapat dibagi kepada pembeli atau pemangku kepentingan lainnya dan digunakan untuk mendukung pelaporan keberlanjutan.

Segera hadir:

AFi saat ini sedang mengembangkan daftar sumber daya, termasuk perangkat dan platform lainnya untuk mengakses dan menginterpretasi data penginderaan jauh yang dapat digunakan dalam monitoring tutupan lahan. Jika sudah selesai, maka akan tersedia pada situs ini.

Informasi lebih lanjut tentang penggunaan serta karakteristik perangkat monitoring dan pengukuran yang sesuai, dibahas dalam Lampiran 1. Berikut ini adalah pertimbangan utama untuk memilih perangkat monitoring yang sesuai:

y Untuk mengidentifikasi deforestasi atau konversi di masa lalu dalam operasional skala menengah atau besar, yang melibatkan risiko konversi antara tipe tutupan lahan yang berlainan seperti hutan menjadi padang penggembalaan atau hutan menjadi lahan pertanian/ladang, dapat menggunakan produk berbasiskan penginderaan jauh dengan resolusi menengah (misalnya, 30 meter) yang tersedia untuk publik seperti GFW. Selain itu:

8 https://pro.globalforestwatch.org

Page 18: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

14 Accountability Framework

+ Dataset dengan resolusi lebih tinggi, yang lebih disesuaikan atau dataset dalam konteks khusus, sebaiknya digunakan untuk komoditas dan/atau wilayah geografis tertentu ketika dataset tersebut telah tersedia, dapat diakses, dan dapat meningkatkan akurasi atau presisi kegiatan monitoring.

+ Ketika hasil yang diperoleh dari penggunakan perangkat-perangkat tersebut menunjukkan ketidakpastian dalam alih guna lahan atau kaitan penyebab dari perubahan tersebut, maka perusahaan perlu melengkapi dan memverifikasi hasil tersebut dengan menggunakan data penginderaan jauh yang resolusinya lebih baik dan/atau monitoring yang berbasiskan pengamatan di lapangan.

y Dalam operasional skala kecil, terutama saat klasifikasi penggunaan lahan tidak terlalu berbeda, citra atau perangkat dengan resolusi 30 meter tidak akan akurat atau cukup akurat untuk memonitor secara efektif pada tingkat unit produksi. Ketika permasalahannya demikian, maka:

+ Produk penginderaan jauh beresolusi tinggi, atau yang menggabungkan pendekatan yang lebih kontekstual untuk penilaian tutupan lahan, dapat digunakan untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang penggunaan lahan/perubahan tutupan lahan. Kegunaan produk ini akan bergantung pada jenis ekosistem, tutupan lahan, dan sistem produksi yang dimonitor.

+ Pendekatan monitoring berbasis lapangan diperlukan untuk menilai perubahan penggunaan lahan. Untuk produsen petani kecil, monitoring semacam itu seringkali dilakukan dalam konteks kelompok petani kecil, yang memberikan pengawasan internal serta dukungan kepada anggotanya untuk menilai dan meningkatkan kepatuhan terhadap komitmen perusahaan (lihat Pedoman Operasional Penyertaan Petani Kecil dalam Rantai Pasokan yang Etis).

y Ketika produksi komoditas dikaitkan dengan jenis tutupan lahan yang sulit diidentifikasi (contohnya, kakao yang ditanam di bawah naungan akan sulit dibedakan dari hutan, atau petak produksi komoditas petani kecil yang tidak dapat dibedakan dari hutan, padang rumput, woodland, atau produksi sumber pangan keluarga), perangkat penginderaan jarak jauh yang tersedia mungkin tidak cukup andal untuk digunakan sebagai alat monitoring yang efektif. Saat masalahnya demikian, maka:

+ Produk penginderaan jauh yang lebih terspesialisai sebaiknya digunakan, jika tersedia. Ini termasuk produk penginderaan jauh beresolusi tinggi serta analisis data penginderaan jauh yang lebih canggih, seperti ukuran produktivitas vegetasi (contohnya, normalized difference vegetation index [NDVI]) atau estimasi area terbakar yang dapat digunakan sebagai bukti konversi ke perkebunan.

Page 19: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

15Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

+ Monitoring berbasis lapangan kemungkinan besar akan diperlukan untuk melengkapi, mengkonfirmasi, atau mengklarifikasi temuan pendekatan berbasis penginderaan jauh.

y Dalam salah satu konteks di atas, terutama saat terdapat titik acuan yang jelas, monitoring berbasis lapangan terhadap unit produksi dapat menjadi cara yang efisien dan akurat untuk memantau kegiatan produksi dan ekspansi, memantau luas dan pengelolaan lahan konservasi, serta perubahan tutupan lahan.

y Dalam banyak kasus, monitoring berbasis lapangan sebaiknya digunakan untuk melengkapi pendekatan penginderaan jauh untuk mengaitkan penggunaan lahan dan perubahan tutupan lahan secara akurat:

+ Ketika atribusi atau kaitan penyebab perubahan tutupan lahan untuk kegiatan penggunaan lahan terkait produksi tertentu tidak pasti atau tidak jelas, maka penilaian ekologis berbasis lapangan yang dikombinasikan dengan peninjauan batas-batas properti mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi secara akurat kasus deforestasi atau konversi yang disebabkan oleh produksi komoditas.

+ Ketika kaitan penyebab antara deforestasi atau konversi yang diketahui dengan pelaku tertentu tidak jelas karena perubahan kepemilikan lahan atau struktur perusahaan, atau karena potensi perambahan ilegal pada batas-batas properti, maka metode seperti wawancara yang dipadukan dengan tinjauan sejarah kepemilikan lahan, penguasaan lahan, dan batas-batas lahan akan diperlukan untuk menilai pertanggungjawaban pelaku rantai pasokan dalam ketidakpatuhan tersebut (lihat Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan).

2.1.2 Monitoring implementasi dan hasil terkait hak asasi manusia

Untuk menilai kepatuhan dan kemajuan terhadap komitmen hak asasi manusia secara efektif (termasuk hak-hak masyarakat adat, masyarakat setempat, dan pekerja), umumnya diperlukan pendekatan lapangan. Hal ini termasuk wawancara dengan para pemangku kepentingan, desk review terhadap catatan perusahaan, laporan mekanisme pengaduan, laporan pakar pihak ketiga, dan kunjungan lapangan.

Kompleksitas masalah seputar hak asasi manusia secara lebih jauh mengharuskan pendekatan lapangan dan teknik monitoring lainnya untuk mengikuti praktik terbaik khususnya untuk masalah-masalah sosial yang dipantau. Monitoring masalah sosial umumnya melibatkan pembentukan hubungan kerja dengan masyarakat yang berpotensi terkena dampak

Page 20: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

16 Accountability Framework

operasional perusahaan, termasuk masyarakat dari berbagai gender, usia, dan etnis yang relevan. Monitoring yang efektif umumnya bersifat partisipatif serta melibatkan masyarakat dan individu dalam membangun ukuran-ukuran monitoring dan penilaian hasil.

Untuk memastikan fokus yang cukup pada risiko dan dampak hak asasi manusia yang paling penting, ruang lingkup serta metode monitoring komitmen hak asasi manusia sebaiknya didefinisikan secara jelas dengan mempertimbangkan konteks sosial dari lokasi atau fasilitas subjek yang dimonitor.

Monitoring kepatuhan yang terkait dengan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat setempat/indigenous peoples and local communities (IP/LC)

Monitoring sebaiknya menilai apakah hak-hak IP/LC telah dihormati, termasuk apakah FPIC telah dijamin sebelum melakukan kegiatan yang dapat mempengaruhi hak-hak IP/LC; apakah IP/LC telah menerima kompensasi, pembagian manfaat, atau pertimbangan lain untuk pengurangan hak-hak mereka, sesuai dengan hasil yang disepakati dari proses FPIC; dan apakah IP/LC telah diberikan pemulihan yang adil dan layak ketika operasional perusahaan telah berdampak negatif pada hak-hak tersebut tanpa FPIC atau bertentangan dengan perjanjian FPIC.

Beberapa kerangka kerja pelaporan yang sudah ada berisi ukuran-ukuran potensial yang perlu dipertimbangkan perusahaan ketika membangun metrik untuk memantau penghormatan hak-hak IP/LC. Kerangka kerja tersebut termasuk Global Reporting Initiative (GRI), perangkat Penilaian Kepatuhan HAM/Human Rights Compliance Assessment (HRCA) yang dibuat oleh Lembaga Denmark untuk HAM/the Danish Institute for Human Rights, Prinsip-Prinsip Pedoman PBB Kerangka Kerja Pelaporan/UN Guiding Principles Reporting Framework (UNGP RF) dan Pedomannya di Bagian II: Jaminan Performa dan Pelaporan Hak Asasi Manusia, Indikator Jaminan,9 dan CDP Forest. Mengingat jumlah kemungkinan metrik yang terkait dengan luasnya isu hak-hak IP/LC, Accountability Framework tidak menyediakan kumpulan metrik indikatifnya sendiri. Sebaliknya, perusahaan didorong untuk memilih metrik yang sesuai dari sumber yang ada seperti yang tercantum di atas, berdasarkan:

1) dampak aktual atau potensial yang diidentifikasi dalam kajian dan rencana seperti penilaian acuan dasar perusahaan dan kegiatan pemetaan sosial lainnya, dokumen hasil FPIC, Rencana Masyarakat Adat, dan Rencana Pelibatan Pemangku Kepentingan oleh perusahaan (lihat Pedoman Operasional Penghormatan Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Setempat); dan

2) tindakan serta tolok ukur yang ditentukan dalam rencana implementasi untuk kemajuan terhadap pemenuhan komitmen perusahaan.

9 Lihat https://www.ungpreporting.org/wp-content/uploads/UNGPRF_AssuranceGuidance_Indicators.pdf.

Page 21: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

17Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Monitoring juga sebaiknya mengevaluasi kecukupan penilaian dan rencana yang tercantum di atas relatif terhadap komitmen dan kewajiban hukum perusahaan.

Monitoring kepatuhan yang terkait dengan hak-hak pekerja

Monitoring sebaiknya membahas setidaknya dimensi inti dari hak-hak pekerja yang diuraikan dalam Prinsip-Prinsip Inti 2.1 dan 2.3 dan sebaiknya merefleksikan tantangan serta risiko hak-hak pekerja yang kontekstual, seperti yang terkait dengan perempuan, anak-anak, tenaga kerja migran, dan pekerja yang rentan. Kerangka kerja dan perangkat pelaporan yang tercantum untuk hak-hak IP/LC di atas juga berfungsi memandu pengembangan metrik untuk masalah yang terkait dengan hak-hak pekerja.

Komitmen terkait hak-hak pekerja seringkali saling terkait satu sama lain. Karena alasan ini, perusahaan sebaiknya menghindari kecenderungan untuk berfokus pada monitoring masalah ketenagakerjaan tertentu dan sebaliknya berfokus pada proses sistematis yang mencakup beragam isu.

Sebagai praktik yang baik secara umum dalam monitoring penghormatan hak-hak pekerja di semua konteks Accountability Framework, kehadiran serikat pekerja di lokasi sebagai perwakilan tenaga kerja yang sah sebaiknya juga dinilai. Jika serikat semacam itu ada, maka sebaiknya menjadi pihak pertama yang diajak bicara sebagai bagian dari proses monitoring.

2.2 Monitoring wilayah pembelian dan pengadaan (sourcing area)

Dalam beberapa kasus, monitoring unit produksi atau fasilitas pengolahan tertentu tidak dimungkinkan atau tidak diperlukan. Dalam kasus ini, monitoring mungkin terjadi pada skala wilayah geografis di mana lokasi produksi atau pengolahan berada. Pendekatan ini dapat digunakan dengan tepat pada beberapa keadaan seperti:

y Perusahaan hulu seperti pengolah primer mungkin membeli sejumlah komoditas dari wilayah sekitar fasilitasnya tanpa harus memiliki hubungan pembelian jangka panjang dengan produsen tertentu. Dalam kasus seperti ini, monitoring tepat untuk dilakukan di tingkat wilayah pembelian dan pengadaan yang diperkirakan, sehingga dapat memberikan perkiraan dengan rata-rata waktu dari jejak pembelian dan pengadaan perusahaan. Untuk tujuan monitoring semacam itu, area pembelian dan pengadaan harus digariskan sehingga mencakup semua produsen dari mana perusahaan membeli atau mungkin membeli selama periode beberapa tahun.

Page 22: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

18 Accountability Framework

y Perusahaan hilir yang pemasoknya tidak menyediakan ketertelusuran yang memadai atau kontrol yang efektif (misalnya, karena pemasok ini membeli pasokannya di spot market atau melalui pertukaran pedagang ke pedagang di mana informasiasal usul pasokan tidak disediakan) mungkin perlu terus melakukan monitoring area pembelian dan pengadaan sebagai pilihan terbaik yang ada. Dalam kasus ini, perusahaan dapat memiliki kemampuan untuk menghubungkan material yang dibeli ke wilayah pembelian seperti kota atau perkiraan wilayah pasokan (supply sheds) di sekitar fasilitas pengolahan atau titik pengumpulan. Perusahaan yang tidak mempunyai visibilitas ke tingkat basis pasokan sebaiknya memonitor pada skala wilayah geografis terkecil yang diketahui sebagai asal usul volume komoditas.

y Perusahaan yang membeli dari yurisdiksi yang diyakini berisiko rendah sehubungan dengan satu atau lebih topik komitmen—tetapi di mana belum ada sistem monitoring tingkat yurisdiksi yang mampu membutikan status risiko rendah tersebut—mungkin akan lebih memilih untuk melakukan monitoring di tingkat wilayah yurisdiksi atau wilayah pembelian dan pengadaan untuk menilai atau mengkonfirmasi status risiko dari wilayah yurisdiksi tersebut serta mengidentifikasi setiap perubahan dalam status risikonya.

Monitoring tingkat wilayah tidak memberikan informasi yang akurat tentang asal usul unit produksi tertentu. Oleh karena itu, pendekatan ini memiliki kemampuan terbatas untuk menilai atau menunjukkan kepatuhan terhadap komitmen rantai pasokan atau untuk melacak kemajuan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Perusahaan harus memahami keterbatasan ini sehingga dapat menghindari penerapan yang tidak benar dari pendekatan ini. Secara umum, ada dua cara yang logis untuk menerapkan monitoring pada tingkat wilayah:

y Pendekatan konservatif: Pendekatan ini mengasumsikan bahwa setiap dampak negatif atau ketidakpatuhan yang ditemukan dalam wilayah pembelian dan pengadaan yang menjadi subjek monitoring dapat dikaitkan dengan asal usul pasokan yang sesungguhnya dari perusahaan. Karena itu:

+ Jika wilayah pembelian dan pengadaan memiliki risiko ketidakpatuhan yang rendah terhadap komitmen tertentu, maka dapat diasumsikan bahwa semua pasokan yang berasal dari wilayah ini juga bebas dari ketidakpatuhan untuk komitmen yang sama. Pada dasarnya, hal ini sama dengan menentukan suatu wilayah tertentu berisiko rendah,10 setelah penilaian risiko atau pelaksanaan monitoring tingkat yurisdiksi atau bentang alam.

10 “Risiko rendah” didefinisikan sebagai “kesimpulan, setelah penilaian risiko, bahwa ada risiko yang dapat diabaikan atau tidak signifikan bahwa material yang diproduksi atau dibeli dari konteks tertentu tidak patuh terhadap satu atau lebih aspek kewajiban atau komitmen sosial dan lingkungan perusahaan.” Ketika monitoring tingkat wilayah menentukan bahwa wilayah tertentu berisiko rendah relatif terhadap komitmen tertentu, maka perusahaan dapat mengasumsikan bahwa pasokan dari wilayah tersebut memenuhi komitmen.

Page 23: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

19Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

+ Jika wilayah pembelian dan pengadaan yang ditentukan memiliki beberapa ketidakpatuhan terhadap komitmen tertentu, maka perusahaan dapat memilih untuk membuat asumsi konservatif bahwa semua ketidakpatuhan ini disebabkan oleh asal-usul pasokan perusahaan yang sesungguhnya. Pendekatan ini sah untuk tujuan pelaporan karena setiap pernyataan atau klaim tentang kepatuhan akan selalu konservatif. Namun, penilaian ketidakpatuhan pada tingkat wilayah pada umumnya tidak memberikan informasi yang cukup kepada perusahaan untuk menentukan lokasi dan sifat tertentu dari ketidakpatuhan supaya mereka dapat menentukan cara terbaik untuk mengatasi masalah-masalah yang belum terselesaikan ini. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan sebaiknya mempertimbangkan: a) ketertelusuran lebih lanjut untuk memungkinkan monitoring di tingkat unit produksi, sesuai dengan Bagian 2.1; dan/atau b) melibatkan pemasok untuk membangun atau meningkatkan tindakan pengendalian yang efektif, sesuai dengan Bagian 2.3.

y Pendekatan berbasis resiko: Perusahaan dapat menggunakan monitoring tingkat wilayah sebagai metodologi untuk menilai risiko di dalam sumber pembelian dan pengadaan perusahaan yang sesungguhnya, yang terletak di dalam wilayah tertentu (lihat Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan). Seperti disebutkan di atas, jika monitoring tingkat wilayah menetapkan bahwa terdapat risiko yang rendah terhadap ketidakpatuhan di seluruh wilayah (dengan kata lain, wilayah tersebut memiliki risiko rendah untuk komitmen tertentu), maka monitoring dengan skala lebih rinci dari komitmen tersebut biasanya tidak diperlukan. Namun, jika monitoring tingkat wilayah mengidentifikasi ketidakpatuhan terhadap komitmen tertentu, maka basis pasokan perusahaan di wilayah itu tidak akan dianggap berisiko rendah. Dalam kasus ini, kecuali jika perusahaan ingin menggunakan pendekatan konservatif (lihat di atas), perusahaan perlu berinvestasi dalam ketertelusuran tambahan dan/atau sistem kontrol pemasoknya untuk mengidentifikasi sumber pasokan dan tingkat kepatuhan yang terkait secara lebih tepat. Sampai hal ini dilakukan, perusahaan sebaiknya melaporkan wilayah di mana pasokannya berasal dan sebaiknya mengklasifikasikan pemasok ini sebagai: i) tidak patuh, dengan tingkat ketidakpatuhan berdasarkan pendekatan konservatif yang dijelaskan di atas; atau ii) tidak patuh, dengan sumber dan tingkat ketidakpatuhan tidak diketahui secara persis.

Ringkasnya, monitoring tingkat wilayah dapat menjadi langkah yang bermanfaat untuk menilai risiko dan perkiraan tingkat kepatuhan serta kinerja ketika wilayah pasokan perusahaan tidak diketahui secara pasti. Namun:

y Monitoring tingkat wilayah sebaiknya tidak digunakan ketika sumber pasokan diketahui atau dapat diketahui secara wajar dan dimonitor dengan ketelitian yang lebih baik (misalnya, hingga ke unit produksi yang dipetakan secara khusus).

Page 24: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

20 Accountability Framework

y Kecuali jika monitoring berbasis wilayah mengungkapkan risiko rendah terhadap ketidakpatuhan atas suatu komitmen tertentudi seluruh area, AFi sangat mendorong perusahaan untuk meneruskanketertelusuran lebih lanjut serta mekanisme kontrol yang lebih efektif untuk memungkinkan pemantauan unit produksi tertentu dan fasilitas pengolahan sumber. Perusahaan yang membeli komoditas dapat melakukan monitoring sendiri atau melalui pemasoknya, sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan.

2.2.1 Monitoring deforestasi, konversi, dan perlindungan ekosistem di tingkat wilayah

Monitoring tingkat wilayah dapat digunakan untuk menilai apakah alih guna lahan terjadi di area yang kemungkinan terkait dengan produksi serta pembelian dan pengadaan komoditas. Informasi ini dapat digunakan untuk memperkirakan potensi deforestasi atau konversi, konservasi, atau restorasi.

Berbagai pendekatan, perangkat, dan perhitungan dapat digunakan untuk memonitor penggunaan lahan/perubahan tutupan lahan di wilayah pembelian dan pengadaan, tergantung pada jenis dan sifat produksi komoditas, tingkat risiko ketidakpatuhan, ukuran area yang dimonitor, dan perangkat serta produk yang tersedia untuk konteks tertentu. Hal-hal berikut sebaiknya dipertimbangkan ketika memilih perangkat yang sesuai:

y Monitoring pada tingkat ini dapat menggunakan perangkat penginderaan jauh yang ada berdasarkan citra resolusi menengah (misalnya, 30 meter) yang mengkarakterisasi—atau memungkinkan pengguna mengidentifikasi serta memetakan—tipe tutupan lahan yang telah diklasifikasikan sebelumnya (misalnya, hutan, sabana, lahan basah, padang rumput alami, padang penggembalaan yang ditanam dan pertanian). Ketika batas-batas area produksi tertentu tidak diketahui, perangkat ini dapat digunakan untuk menilai risiko konversi lahan atau perambahan ke dalam lahan konservasi di dalam wilayah pembelian dan pengadaan.

y Di beberapa daerah, terdapat perangkat yang memiliki data perubahan tutupan lahan pra analisis di tingkat unit administratif (misalnya, lihat metodologi Trase di Kotak 5). Jika tersedia, dan ketika unit administratif merupakan proksi yang cocok untuk wilayah pembelian dan pengadaan yang diestimasi, produk ini dapat memberikan data yang bermanfaat untuk monitoring tingkat wilayah.

y Perusahaan yang memonitor di tingkat wilayah kemungkinan juga perlu menggabungkan teknik monitoring berbasis lapangan seperti wawancara, peninjauan dokumen, dan penilaian keluhan yang terkait dengan pemasoknya.

Page 25: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

21Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

KoTaK 5. Contoh perangkat yang tersedia untuk menghitung potensi konversi lahan di wilayah pembelian dan pengadaan

11 Lihat: https://medium.com/trase/how-trase-links-companies-and-commodities-to-deforestation-risk-4f371a66efaf

Perusahaan yang telah membuat komitmen terkait deforestasi atau konversi dalam rantai pasokannya tetapi tidak memiliki visibilitas penuh terhadap unit produksi, perlu memperkirakan dampak potensial terkait material yang dibeli atau digunakan, untuk tujuan penilaian dan pelaporan kemajuan terhadap kepatuhan komitmen tersebut. Informasi tentang volume pembelian dan pengadaan yang dikombinasikan dengan informasi tentang perubahan tutupan lahan seperti dijelaskan di atas dapat digunakan untuk memperkirakan konversi dan emisi gas rumah kaca (GRK) yang terkait dengan jejak pembelian rantai pasokan perusahaan. Terdapat peningkatan jumlah metodologi dan perangkat yang dapat digunakan perusahaan untuk menghitung dampak potensial, misalnya:

y Trase11 menghitung ukuran yang disebut “deforestasi maksimum akibat tanaman kedelai/maximum soy deforestation,” yang didefinisikan sebagai jumlah deforestasi di daerah kota yang dapat disebabkan oleh ladang kedelai yang baru ditanam. Perhitungan ini mengintegrasikan data statistik resmi dari area ekspansi baru tanaman kedelai dengan data deforestasi di wilayah yang sama untuk tahun yang sama. Misalnya, jika 10 ha kedelai ditanam, dan terjadi 50 ha deforestasi, maka deforestasi maksimum yang dikaitkan dengan kedelai adalah 10 ha. Demikian juga, jika 60 ha kedelai ditanam di area yang terdapat deforestasi seluas 15 ha, maka deforestasi maksimum akibat tanaman kedelai adalah 15 ha. Pengukuran deforestasi maksimum ini merupakan contoh dari pendekatan konservatif yang dijelaskan di atas, dan, jika tidak ada data yang lebih tepat dan teliti, ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk memberikan perkiraan konservatif terkait jejak deforestasi perusahaan di wilayah pembelian dan pengadaan tertentu.

Page 26: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

22 Accountability Framework

y Kelompok konsultan Quantis,12 berdasarkan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan, telah membangun metodologi yang berguna dan dapat diterapkan secara luas untuk menghitung emisi GRK yang timbul karena perubahan penggunaan lahan baik langsung maupun tidak langsung dalam kaitannya dengan rantai pasokan perusahaan. Pendekatan ini berlaku, bahkan ketika basis lahan tertentu tidak diketahui, karena emisi dari perubahan penggunaan lahan dapat dimodelkan pada tingkat wilayah menggunakan informasi sekunder tentang lokasi produksi di daerah terkait, wilayah produksi atau pembelian dan pengadaan oleh pemasok yang dikenal, informasi pasar tentang volume produksi dan ekspor, serta pola perubahan penggunaan lahan.

2.2.2 Monitoring hak asasi manusia di tingkat wilayah

Monitoring tingkat wilayah untuk komitmen hak asasi manusia umumnya sesuai bila risiko ketidakpatuhan pada tingkat itu rendah. Jika wilayah tersebut dianggap tidak berisiko rendah, maka monitoring sebaiknya dilakukan pada tingkat yang lebih terperinci (misalnya, pada tingkat unit produksi atau lokasi pengolahan primer) untuk menilai kepatuhan secara efektif. Dalam hal ini, monitoring komitmen hak asasi manusia pada tingkat wilayah menjadi serupa dengan penilaian risiko hak asasi manusia, dan umumnya mengikuti pendekatan yang serupa atau identik (lihat Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan untuk informasi lebih lanjut tentang metodologi dan praktik yang baik untuk penilaian risiko).

Untuk komitmen perusahaan yang terkait dengan penghormatan hak-hak IP/LC, monitoring tingkat wilayah dapat membantu menentukan apakah IP/LC saat ini atau sebelumnya menempati atau menggunakan wilayah tersebut dan apakah ada kejadian konflik lahan atau pelanggaran hak terkait pasokan komoditas yang berasal dari wilayah tersebut. Jika tidak, maka wilayah tersebut secara umum dapat dianggap berisiko rendah untuk ketidakpatuhan terhadap komitmen terkait.

12 Lihat: https://quantis-intl.com/webinar/lucguidancewebinar

Page 27: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

23Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Monitoring tingkat wilayah biasanya kurang sesuai untuk menilai komitmen terkait hak-hak pekerja karena hak-hak tersebut tidak dapat dinilai di area yang lebih luas dengan menggunakan perangkat penginderaan jauh atau informasi tentang karakteristik masyarakat. Namun, penilaian risiko tingkat wilayah dapat membantu menentukan kemungkinan ketidakpatuhan terhadap berbagai hak pekerja dan dengan demikian membantu memfokuskan monitoring yang lebih detil serta keterlibatan rantai pasokan pada hak-hak tersebut.

2.3 Monitoring manajemen dan sistem kontrol pemasok

Perusahaan hilir umumnya bergantung pada pemasoknya untuk informasi tentang asal usul material, kinerja yang berhubungan dengan komitmen perusahaan, dan mekanisme yang digunakan dalam mengontrol material serta memantau kepatuhan di tingkat basis pasokan. Monitoring sistem manajemen dan kontrol pemasok dapat berfungsi sebagai proksi untuk monitoring hasil di tingkat basis pasokan ketika sistem tersebut tersedia dan ketika perusahaan hilir tidak memiliki informasi ketertelusuran (yang terkait dengan informasi kepatuhan) untuk memonitor hasil secara langsung.

Oleh karena itu, agar perusahaan hilir dapat secara efektif memonitor hasil lingkungan dan sosial yang terkait komoditas dalam rantai pasokan mereka, maka perusahan hilir perlu menilai sejauh mana pemasoknya memiliki sistem monitoring dan kontrol yang memadai untuk menilai kepatuhan, menangani ketidakpatuhan apabila diperlukan, melacak hasil dari proses perbaikan, serta memberikan data yang lengkap dan akurat kepada para pembelinya.

Monitoring sistem manajemen dan kontrol pemasok memberikan informasi kepada perusahaan untuk membantu menilai dan memprioritaskan risiko di seluruh portofolio pemasoknya.

Sebagaimana ditunjukkan dalam Prinsip Inti 5, asal usul komoditas sebaiknya diketahui atau dikendalikan hingga tingkat yang memadai untuk memastikan kepatuhan dan/atau untuk menentukan tingkat serta sifat ketidakpatuhan. Jika pemasok memiliki sistem kontrol yang efektif,13 maka dalam banyak kasus pembeli tidak perlu melakukan monitoring lebih lanjut di bagian hulu sistem kontrolnya. Dalam kasus seperti itu, perusahaan hilir sebaiknya memantau keberadaan, keefektifan, dan hasil dari sistem manajemen dan kontrol pemasoknya untuk

13 Sebagaimana diuraikan dalam Bagian 2 dalam Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan, sistem kontrol yang efektif dapat mencakup sertifikasi atau sistem jaminan yang kredibel lainnya, sistem kontrol pedagang atau perantara lain, atau sistem monitoring dan kontrol yurisdiksi.

Page 28: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

24 Accountability Framework

memastikan bahwa sistem ini memang menyediakan data monitoring dan jaminan yang diperlukan terkait kepatuhan terhadap komitmen perusahaan hilir tersebut. Elemen-elemen sistem manajemen dan sistem kontrol pemasok yang perlu dimonitor meliputi:

y penilaian resiko

y pemetaan rantai pasokan serta kegiatan dan status ketertelusuran

y prosedur untuk mengidentifikasi dan menangani ketidakpatuhan, termasuk keluhan yang diajukan dan statusnya

y kegiatan terkait praktik-praktik pembebasan lahan dan pembangunan lahan yang bertanggung jawab, termasuk penilaian dampak dan penggunaan FPIC jika diperlukan

y sistem monitoring, verifikasi, dan pelaporan—termasuk perangkat, metode, dan sumber data yang tepat—yang mampu menilai dan menyampaikan dampak serta hasil dari operasional dan rantai pasokannya

y langkah-langkah pengendalian tambahan seperti sertifikasi atau verifikasi pihak ketiga yang kredibel lainnya

y fitur-fitur lain dari sistem manajemen pemasok, sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

Di wilayah pembelian dan pengadaan yang memiliki risiko deforestasi, konversi, atau pelanggaran hak asasi manusia yang sedang atau tinggi, dan di mana kontrol pemasok serta mekanisme jaminan tidak memberikan informasi yang dapat diandalkan terkait tingkat kepatuhan, maka perusahaan hilir perlu bekerjasama dengan pemasoknya atau mengambil tindakan sendiri untuk melengkapi informasi yang disediakan oleh pemasoknya. Hal ini termasuk:

y melakukan penerapan ketertelusuran lebih lanjut di luar tingkat pemasok tertentu(misalnya, sampai ke tingkat pemasok dari pemasok bahan baku mentah atau bahan baku olahan primer)

y meninjau peta batas-batas produksi, lokasi pabrik dan fasilitas pengolahan untuk melakukan penilaian mandiri terkait tingkat kepatuhan sumber pasokan ini.

y ketika kelemahan atau ketidakpatuhan terdeteksi, melakukan monitoring rencana implementasi pemasok yang terikat waktu yang bertujuan untuk mengatasi masalah dan memberikan remediasi yang diperlukan (lihat Bagian 5 dari Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan)

y memberikan dukungan atau bantuan untuk melakukan kajian dasar sosial (social baseline studies), kajian penguasaan lahan dan penggunaan lahan, proses FPIC, atau keterlibatan pemangku kepentingan

Page 29: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

25Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Dalam situasi ini, pembeli sebaiknya juga mempertimbangkan verifikasi pihak kedua atau ketiga (contohnya, audit pemasok), sebagaimana dirinci dalam Bagian 4.

Pelaporan dan pengungkapan informasi yang efektif oleh pemasok, sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim, akan memudahkan pemantauan yang lebih efisien dan akurat oleh pembeli. Pembeli dapat mengambil manfaat dari keterlibatannya dengan pemasok untuk meningkatkan pelaporan sistem manajemen dan kontrol, serta untuk menyampaikan informasi tentang hasil secara lebih efektif. Daftar lengkap sistem dan kegiatan manajemen yang sebaiknya dilaporkan oleh perusahaan terdapat pada Lampiran 1 dari Pedoman Operasional tersebut.

Page 30: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

26 Accountability Framework

3. Panduan untuk sistem monitoring yang efektif

Terlepas dari jenis atau skala monitoring, perusahaan diharapkan untuk merancang atau memilih sistem yang tepat untuk memantau kepatuhan terhadap komitmen lingkungan dan sosial dengan menggunakan perangkat serta pendekatan yang diakui, kredibel, dan dapat diandalkan secara teknis. Hal ini akan mampu memastikan keterbandingan data monitoring di dalam dan lintas perusahaan serta kredibilitas eksternal dari data tersebut kepada pemangku kepentingan utama. Bagian 3.1 hingga 3.3 di bawah ini memberikan karakteristik sistem monitoring yang efektif, yang sebaiknya dipertimbangkan oleh perusahaan ketika merancang dan mengimplementasikan sistem mereka.

Selama merancang sistem monitoring, perusahaan sebaiknya melibatkan pemangku kepentingan yang relevan untuk memasukkan informasi dan perspektif yang sesuai ke dalam keputusan mengenai apa yang dipantau dan bagaimana melakukan pemantauan. Mengikuti Prinsip Inti 11.5, pemangku kepentingan lokal sebaiknya dimasukkan sebagai sumber informasi dan perspektif yang sangat penting untuk menilai tingkat risiko dan kinerja. Informasi dari para pemangku kepentingan ini dapat disampaikan melalui wawancara, survei, mekanisme pengaduan, dan laporan masyarakat, di antara teknik-teknik lainnya. Pemangku kepentingan sebaiknya juga memainkan peran lain dalam pelaksanaan proses monitoring (misalnya, monitoring bersama dengan komunitas dan/atau masyarakat sipil melalui proses monitoring multi-pihak atau partisipatif), tergantung pada jenis operasional yang dimonitor dan strategi pelibatan pemangku kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Secara umum, kegiatan berisiko tinggi dan berskala besar akan membutuhkan keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih besar, demikian juga monitoring masalah sosial. Pendekatan monitoring berbasis masyarakat dan monitoring partisipatif seringkali diperlukan atau bermanfaat untuk memonitor masalah-masalah subjek secara memadai; lihat Lampiran 1 untuk informasi lebih lanjut.

3.1 Baseline dan monitoring lanjutanSistem monitoring sebaiknya dirancang untuk mengukur hasil secara akurat terkait ruang lingkup komitmen perusahaan, termasuk konversi ekosistem alami menjadi area produksi, adanya konflik lahan, atau insiden pelanggaran hak-hak pekerja. Hal ini membutuhkan metodologi untuk menilai kondisi atau hasil terkini serta efektivitas tindakan perbaikan

Page 31: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

27Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

yang diperlukan untuk mengatasi ketidakpatuhan dan memenuhi komitmen perusahaan. Metodologi juga sebaiknya sensitif terhadap hak dan gender; yaitu, dapat mendeteksi bagaimana kegiatan dan operasional dapat mempengaruhi secara berbeda pada perempuan, anak-anak, dan kelompok yang rentan dan terpinggirkan.

Sistem sebaiknya dirancang untuk melakukan pengumpulan data yang sesuai, baik pada periode dasar (yaitu, pada saat pertama kali melakukan pengumpulan data monitoring) maupun melalui monitoring lanjutan yang teratur dengan interval yang sesuai untuk memonitor kemajuan, mendeteksi tren, dan mengidentifikasi ketidakpatuhan baru. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut di bawah:

1) Data acuan dikumpulkan saat akan memonitor operasional atau pemasok yang ditargetkan. Pengumpulan data acuan sebaiknya menggambarkan kondisi saat ini untuk seluruh cakupan dan jangkauan spasial dari kepentingan. Hal ini akan memberikan titik referensi untuk membandingkan data monitoring lanjutan. Pengumpulan data acuan sebaiknya juga mencakup analisis historis atau retrospektif, sebagaimana diperlukan, untuk menentukan apakah kegiatan sebelumnya di area lahan atau operasional subjek mempengaruhi kepatuhannya terhadap komitmen perusahaan pada saat ini dan di masa depan. Contohnya:

y Penilaian retrospektif deforestasi dan konversi: Sehubungan dengan komitmen tanpa-deforestasi dan tanpa-konversi, penilaian dasar sebaiknya membandingkan penggunaan lahan dan tutupan lahan saat ini dengan yang ada pada tanggal batas akhir untuk menentukan apakah terjadi deforestasi atau konversi sebagai pelanggaran terhadap komitmen.

y Deteksi konflik atau pelanggaran hak-hak dari masa lalu: Sehubungan dengan komitmen untuk menghormati hak atas lahan properti IP/LC, penilaian dasar sebaiknya mengidentifikasi tiap konflik yang ada atas lahan atau sumber daya alam dan menentukan apakah tindakan perusahaan atau pendahulunya telah melanggar hak-hak IP/LC atau telah diproses tanpa konsultasi yang layak atau tanpa Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan/Free, Prior and Informed Consent (FPIC).

y Deteksi pelanggaran hak-hak pekerja: Sehubungan dengan hak-hak tenaga kerja, penilaian dasar sebaiknya menentukan apakah ada pekerja di lokasi saat ini yang berada dalam kondisi tereksploitasi sebagai akibat dari praktik masa lalu atau pun saat ini (misalnya, berada dalam perbudakan karena utang), serta untuk menilai tingkat upah terkini, kondisi kesehatan dan keselamatan, catatan kecelakaan, dan informasi lain yang memberi gambaran dasar tingkat kepatuhan.

Page 32: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

28 Accountability Framework

2) Monitoring lanjutan dilakukan secara berkala dengan frekuensi yang memadai untuk memantau kepatuhan berdasarkan acuan tersebut, mendeteksi adanya ketidakpatuhan baru, dan menilai kemajuan terhadap rencana perbaikan jika diperlukan. Sistem yang ditetapkan atau dipilih untuk memonitor deforestasi, konversi, dan pelanggaran hak asasi manusia sebaiknya dirancang sehingga monitoring tersebut dapat menilai:

y Dampak kumulatif: Selain perubahan dari tahun ke tahun atau musim ke musim, sistem monitoring sebaiknya dapat mendeteksi pola atau dampak kumulatif yang bertambah di sepanjang ruang dan waktu untuk kemudian menciptakan ketidakpatuhan yang signifikan secara keseluruhan. Sebagai contoh, monitoring tutupan lahan sebaiknya menentukan apakah kejadian konversi lahan dalam skala kecil pada tahun tertentu merupakan bagian dari pola alih guna lahan yang sistematis dan lebih luas, atau apakah peningkatan dalam praktik ketenagakerjaan dalam periode yang singkat mengarah pada hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.

y Koneksi antara dampak lingkungan dan dampak hak asasi manusia: Kegiatan monitoring sebaiknya dirancang untuk menilai masalah lingkungan dan sosial dalam kaitannya antara satu sama lain, dibandingkan hanya dengan memberikan penilaian kepatuhan dari setiap komitmen secara terpisah. Sebagai contoh, monitoring sebaiknya menilai apakah deforestasi dapat berkontribusi terhadap pelanggaran hak-hak atas lahan atau merusak mata pencaharian masyarakat, atau apakah kepatuhan terhadap komitmen bebas-deforestasi dapat membahayakan ketahanan pangan jika lahan hutan dikategorikan sebagai terlarang untuk pembangunan, tanpa mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan kecukupan area tanaman pangan untuk IP/LC.

3.2 Karakteristik sistem monitoring yang efektif

Metode pengukuran dan pengumpulan data harus sesuai untuk mengevaluasi ukuran-ukuran yang dipilih (lihat Bagian 3.3 di bawah) pada skala yang tepat. Dalam menentukan bagaimana melakukan monitoring yang diperlukan, perusahaan perlu mempertimbangkan bagaimana dan oleh siapa data tersebut sebaiknya diberikan dan tindakan atau perangkat kontrol apa yang memungkinkan perusahaan hilir untuk memastikan monitoring yang memadai saat mereka tidak memiliki visibilitas penuh terhadap sumber pasokannya. Perusahaan perlu mempertimbangkan atribut sistem monitoring yang efektif berikut ini:

Page 33: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

29Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

y Pemantauan sebaiknya memiliki frekuensi dan intensitas yang memadai untuk mendeteksi perubahan yang berarti mengingat:

+ siklus produksi intra-tahunan dan antar-tahunan dari komoditas yang relevan;

+ jenis dan karakteristik ekosistem asli yang menjadi perhatian;

+ keberadaan dan karakteristik potensi risiko yang menonjol terhadap hak asasi manusia; dan

+ tingkat risiko ketidakpatuhan atau riwayat ketidakpatuhan pada masa lalu atau tingkat konflik.

y Perangkat dan pendekatan untuk monitoring sebaiknya sesuai dengan komoditas, kondisi geografis, konteks produksi, dan sifat permasalahan yang dinilai. Monitoring komitmen sosial dan lingkungan merupakan bidang yang terus berkembang dengan perangkat yang baru dan lebih presisi terus diperkenalkan, dan perusahaan sebaiknya terus mengikuti perkembangan teknologi yang selalu berkembang ini.

+ Penggunaan perangkat geospasial dan/atau non-geospasial harus sesuai dengan konteks yang ada (lihat Lampiran 1 untuk informasi lebih lanjut tentang kedua jenis perangkat tersebut).

+ Monitoring sebaiknya menerapkan perangkat dan pengukuran yang disediakan atau disetujui oleh pemerintah, pemangku kepentingan lokal, dan inisiatif yurisdiksi atau sektor terkait yang relevan dimana perangkat tersebut sesuai untuk monitoring komitmen perusahaan. Ketika perangkat atau pengukuran monitoring yang lebih rinci atau berbeda diperlukan untuk menilai kepatuhan dan kemajuan terhadap komitmen perusahaan, maka perangkat tersebut sedapat mungkin kompatibel dengan monitoring pemerintah dan yurisdiksi.

+ Jika sertifikasi digunakan sebagai perangkat monitoring kepatuhan, maka atribut kinerja terkait volume dari unit produksi yang bersertifikat harus selaras dengan komitmen perusahaan.

+ Monitoring harus sensitif terhadap isu gender, dengan mempertimbangkan peran dan dampak yang berbeda pada pria dan wanita.

y Monitoring sebaiknya mencakup semua operasional dan/atau pemasok yang dinilai, atau kalau tidak, menyediakan representasi pengambilan sampel yang sesuai (contohnya, intensitas pengambilan sampel yang lebih tinggi di area dengan risiko yang lebih tinggi atau lebih beragam), berdasarkan penilaian risiko, prioritas operasional berikutnya, dan metodologi pengambilan sampel yang valid.

Page 34: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

30 Accountability Framework

y Sistem monitoring harus mencakup sistem manajemen data yang memungkinkan analisis data monitoring, termasuk penilaian berdasarkan acuanyang ditetapkan dan hasil yang diinginkan.

y Sistem monitoring sebaiknya mencakup rencana dan prosedur penggunaan informasi monitoring dalam pengambilan keputusan dan untuk mempengaruhi perilaku di dalam perusahaan dan pemasoknya. Sistem ini termasuk pemberian masukan untuk proses peningkatan yang kontinu di mana data monitoring memberi informasi kepada sistem manajemen pemasok, mempengaruhi keputusan pengadaan, serta memicu perubahan dalam kegiatan, kebijakan, dan prosedur untuk mengatasi ketidakpatuhan, mendorong peningkatan, dan memenuhi komitmen.

y Sistem monitoring sepatutnya mendukung verifikasi, pelaporan, dan pengungkapan informasi yang efektif dan terkait dengan kepatuhan serta kinerja rantai pasokan. Jika perlu, data monitoring sebaiknya diberikan kepada auditor untuk mendukung proses verifikasi (lihat Bagian 4) dan sebaiknya dilaporkan atau diungkapkan kepada pelaku rantai pasokan lain atau kepada publik (lihat Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim).

y Metodologi monitoring sebaiknya dapat direplikasi dan tersedia untuk publik.

3.3 Metrik untuk menilai kepatuhan dan kemajuan terhadap komitmen

Mengikuti Prinsip Inti 11.3, metrik atau ukuran-ukuran yang didefinisikan dengan jelas14 sangat penting untuk menerjemahkan komitmen dan tujuan perusahaan ke dalam langkah-langkah spesifik yang digunakan untuk menilai kepatuhan dan kinerja para pelaku rantai pasokan. Ukuran-ukuran spesifik yang digunakan perusahaan dapat bervariasi tergantung posisi perusahaan dalam rantai pasokan. Sebagai contoh, perusahaan yang memiliki atau mengendalikan lahan produksi dapat menggunakan ukuran-ukuran yang secara langsung mengukur penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan, sementara perusahaan hilir juga perlu memasukkan ukuran-ukuran yang menyediakan informasi tentang mekanisme kontrol pemasoknya. Metrik yang sesuai untuk menilai kepatuhan dan kemajuan terhadap komitmen harus:

14 Metrik adalah ukuran yang objektif dan dapat diverifikasi yang digunakan untuk menilai kondisi, tindakan, hasil, atau tren (misalnya, terkait dengan wilayah lahan, fasilitas, rantai pasokan, perusahaan, pengolahan, atau sistem tertentu). Accountability Framework menggunakan istilah ini dibandingkan istilah ‘indikator’ yang terkait erat, meskipun istilah tersebut sering digunakan secara bergantian.

Page 35: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

31Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

y didefinisikan dengan jelas untuk mengukur elemen-elemen khusus dari komitmen dan target terkait;

y sudah distandarisasi dan dapat diulang untuk memfasilitasi keterbandingan temuan dari waktu ke waktu dan antar perusahaan, wilayah geografis, dan sektor;

y cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan yang relevan dari keadaan awal yang dijadikan acuan;

y kongruen terhadap definisi Accountability Framework yang berhubungan dengan deforestasi, konversi, masyarakat adat dan masyarakat setempat, hak-hak pekerja, serta istilah lain yang termasuk dalam Definisi Framework;

y konsisten dengan pedoman SMART (yaitu, specific, measurable, attainable, relevant, and time-bound/spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu) sehingga dapat diukur secara objektif, dan secara kuantitatif jika diperlukan;15

y ditambah dengan informasi kualitatif, bila perlu, untuk menilai masalah-masalah hak asasi manusia yang tidak dapat dinilai dengan metrik terukur; dan

y dikembangkan atau dipilih berdasarkan masukan dari pemangku kepentingan sejauh hal itu sesuai. Khusus untuk metrik monitoring komitmen hak asasi manusia, ukuran ini sebaiknya mencakup pemangku kepentingan yang berpotensi terkena dampak seperti pekerja dan IP/LC di dalam atau di sekitar wilayah produksi atau pembelian dan pengadaan.

Hasil dari proses monitoring dan verifikasi membentuk dasar bagi pelaporan perusahaan terhadap komitmen. Dengan demikian, terdapat nilai dalam pembentukan ukuran-ukuran yang akan digunakan dalam sistem monitoring guna memberikan informasi yang dapat diinterpretasikan oleh pembeli, investor, masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim memberikan pedoman lebih lanjut terkait pelaporan kemajuan terhadap pemenuhan komitmen.

15 Accountability Framework juga mengakui nilai dan penggunaan langkah-langkah kualitatif, yang mungkin lebih sesuai untuk monitoring aspek tertentu dari kinerja dan perbaikan.

Page 36: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

32 Accountability Framework

4. Panduan untuk verifikasi yang kredibel

Bersama dengan sistem monitoring yang efektif, proses verifikasi (Prinsip-Prinsip Inti 11.7 dan 11.8) merupakan komponen utama dari sistem jaminan perusahaan untuk menunjukkan kepatuhan atau kemajuan terhadap komitmen rantai pasokan. Verifikasi berfungsi untuk menilai dan memvalidasi temuan dari proses monitoring dan informasi lain yang terkait dengan hasil sosial dan lingkungan dari produksi komoditas. Verifikasi telah lama diakui sebagai suatu komponen penting dari sistem implementasi rantai pasokan yang bertanggung jawab, termasuk program sertifikasi sukarela, inisiatif sektor, dan lainnya.

Perusahaan (baik pemasok maupun pembeli) sepatutnya menetapkan mekanisme verifikasi yang dapat mendokumentasikan tingkat kepatuhan dan kemajuan terhadap komitmen perusahaan serta memberikan tingkat jaminan yang diperlukan baik untuk manajemen internal maupun untuk pemangku kepentingan eksternal. Mekanisme tersebut dapat mencakup satu atau lebih dari tiga jenis verifikasi berikut ini, yang diklasifikasikan berdasarkan hubungan antara perusahaan dan pihak yang melakukan verifikasi:

y Verifikasi pihak pertama dilakukan oleh perusahaan itu sendiri, meskipun sebaiknya dilaksanakan oleh personel yang tidak terlibat dalam manajemen operasional yang diverifikasi.16

y Verifikasi pihak kedua dilakukan oleh entitas terkait yang memiliki kepentingan dengan perusahaan atau operasional yang sedang dinilai, seperti pelanggan bisnis dari operasional produksi/pengolahan atau kontraktor yang juga menyediakan layanan selain verifikasi.

y Verifikasi pihak ketiga dilakukan oleh entitas independen yang tidak memberikan layanan lain kepada perusahaan. Verifikasi pihak ketiga dapat dilakukan melalui atau di luar program sertifikasi.

16 Konsep verifikasi menandakan bahwa informasi divalidasi oleh orang-orang selain mereka yang terlibat dalam operasional atau entitas yang dinilai. Sehingga, dalam kasus verifikasi pihak pertama pun, seseorang atau tim yang terpisah dari operasional atau unit yang dinilai yang sebaiknya ditunjuk untuk melakukan verifikasi. Pengumpulan data atau penilaian yang dilakukan oleh personel yang terlibat dalam operasional atau unit yang dinilai umumnya dianggap sebagai monitoring tetapi bukan verifikasi.

Page 37: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

33Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Verifikasi pihak pertama dan kedua kadang-kadang disebut sebagai audit internal. Hasil audit semacam itu sering digunakan secara internal oleh perusahaan untuk memandu pengambilan keputusan. Verifikasi pihak ketiga juga disebut sebagai jaminan eksternal. Hasil verifikasi pihak ketiga biasanya mencakup pengungkapan informasi tentang metodologi dan hasil verifikasi kepada publik, setidaknya dalam bentuk ringkasan (Prinsip Inti 11.9).

Pendekatan verifikasi pihak pertama, kedua, dan ketiga tidak eksklusif satu sama lain; perusahaan dapat melakukan penilaian sendiri (pihak pertama) atau membuat kontrak dengan penyedia layanan (pihak kedua) untuk mengukur kepatuhan dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada agar dapat dilakukan perbaikan, serta menambah jaminan independen melalui penggunaan auditor pihak ketiga.

Keputusan kapan dan di mana menggunakan verifikasi internal, verifikasi eksternal, atau kombinasi keduanya tergantung pada beberapa faktor; lihat Bagian 4.2 di bawah.

4.1 Karakteristik proses verifikasi yang kredibel

Prinsip Inti 11.7 menetapkan bahwa perusahaan mengikuti praktik yang baik untuk verifikasi yang kredibel, terlepas dari jenis verifikasi yang digunakan. Karakteristik utama dari proses verifikasi yang kredibel meliputi:

1) Konsistensi melalui prosedur yang terdokumentasi dan protokol pengambilan keputusan, termasuk metodologi yang digunakan untuk menentukan kepatuhan atau ketidakpatuhan.

2) Metodologi yang ketat, termasuk:

y Ruang lingkup dan skala verifikasi yang sesuai, termasuk bidang usaha dan isu-isu yang harus diverifikasi, yang sebaiknya mencerminkan ruang lingkup komitmen rantai pasokan perusahaan

y Metrik yang dapat diaudit, termasuk metrik kualitatif bila diperlukan untuk memverifikasi kepatuhan hak asasi manusia

y Metode yang sesuai untuk pengumpulan bukti, termasuk metode yang melebihi praktik audit konvensional, yang mungkin sangat penting untuk mengidentifikasi pelanggaran hak asasi manusia yang tersembunyi

Page 38: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

34 Accountability Framework

y Intensitas audit yang memadai (termasuk jumlah auditor dan hari kerja audit) untuk memverifikasi kepatuhan dan justifikasi kecukupan intensitas audit. Intensitas audit sebaiknya menetapkan waktu yang cukup untuk perjalanan, mengumpulkan bukti, melakukan triangulasi temuan, melakukan pelibatan pemangku kepentingan dan kunjungan lapangan, serta terlibat dalam kegiatan lain yang diperlukan

Metodologi verifikasi yang ketat dapat serupa atau tumpang tindih dengan metodologi monitoring yang dijelaskan di Bagian 2 dan 3, atau dapat berfokus pada tingkatan yang lebih luas serta memerlukan penekanan lebih besar pada sistem dan proses perusahaan di mana hal ini bertentangan dengan pengukuran lapangan yang terperinci. Misalnya, metodologi verifikasi dapat mencakup verifikasi terhadap kecukupan rencana monitoring perusahaan, verifikasi citra satelit dan peta yang digunakan untuk memonitor komitmen tanpa-deforestasi dan tanpa-konversi, serta verifikasi keluhan dan resolusinya. Metodologi verifikasi juga dapat mencakup pengambilan sampel di lapangan yang tidak terlalu intensif dibandingkan dengan pengambilan sampel untuk kegiatan monitoring.

3) auditor yang kompeten, dengan keterampilan, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian sesuai topik dan konteks yang diverifikasi. Kompetensi ini termasuk, misalnya:

y Pengetahuan dan keahlian dalam masalah tertentu yang diverifikasi; saat mengaudit isu sosial maupun ekologis (misalnya, dampak deforestasi pada IP/LC), tim audit perlu menyertakan anggota yang mewakili berbagai keterampilan

y Pengetahuan tentang hak asasi manusia yang diakui secara internasional dan hukum yang berlaku terkait hak-hak tersebut

y Kualitas pribadi, seperti berlaku etis, berpikiran terbuka, berpikir kritis dan pemecah masalah, diplomatis, jeli, tanggap, serbaguna, profesional, sopan, dan memiliki tingkat pertimbangan profesional dan skeptisisme yang tinggi

y Pengetahuan tentang pendekatan berbasis risiko dan kemampuan untuk mengkarakterisasi risiko

y Kemampuan untuk memahami dokumen dan mengidentifikasi kejadian-kejadian ketika dokumen mungkin telah dimanipulasi secara tidak layak

y Kemampuan untuk membangun dan menerapkan metodologi konsultasi pemangku kepentingan

y Khusus untuk masalah lingkungan, keahlian dalam penggunaan perangkat geospasial dan GIS

y Untuk masalah hak asasi manusia, keahlian dalam metodologi yang khusus untuk audit sosial, termasuk sensitivitas gender

Page 39: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

35Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

y Kefasihan berbicara dalam bahasa asli yang digunakan oleh manajemen dan mayoritas pekerja dalam operasional yang diaudit; mekanisme tambahan dapat digunakan untuk terlibat secara efektif dengan pekerja yang tidak dapat menggunakan bahasa yang dipilih

4) Ketidakberpihakan dan kemandirian melalui penggunaan orang atau organisasi (baik karyawan internal atau auditor eksternal atau organisasi audit) yang bebas dari afiliasi atau hubungan yang dapat merusak objektivitas. Meskipun auditor internal tidak dapat sepenuhnya independen dari perusahaan, pengaturan pembayaran dan kerangka acuan kerja sebaiknya tidak menyebabkan atau berkontribusi pada pengaruh yang tidak semestinya atau merugikan proses verifikasi. Auditor sebaiknya independen dari kegiatan operasional utama atau komitmen perusahaan yang sedang dievaluasi dan tidak boleh bekerja untuk entitas yang mengelola atau bertanggung jawab atas hasil usaha dari operasional yang diverifikasi.

5) Transparansi untuk mendukung peninjauan eksternal atau inspeksi dari proses verifikasi. Hal ini dapat dicapai melalui kebijakan perusahaan yang tangguh dan praktik-praktik untuk:

y Keterlibatan dengan pemangku kepentingan

y Pengelolaan keluhan

y Pengungkapan informasi kepada publik,17 yang sesuai dengan kebutuhan jaminan, termasuk:

+ Metodologi yang digunakan untuk M&V, ketertelusuran, dan penilaian risiko (termasuk pendekatan, metrik, dan perangkat yang digunakan)

+ Informasi yang terkait dengan mekanisme pengaduan, termasuk ringkasan pengaduan yang diterima dan status dan/atau hasil penyelesaiannya

6) Keterkaitan dengan proses peningkatan/kemajuan, dengan menggabungkan pendekatan yang lebih dari sebatas cara audit tradisional seperti memberikan ‘tanda centang pada kotak’ dan sebagai gantinya mendukung keterlibatan, pembelajaran, serta peningkatan operasional yang terus-menerus sehingga dapat menghindari dan mengurangi dampak buruk di masa depan serta mencapai kepatuhan penuh terhadap komitmen secara lebih efektif. Hal ini sangat penting untuk ketidakpatuhan terkait hak asasi manusia yang seringkali lebih sulit untuk dideteksi daripada ketidakpatuhan terkait lingkungan. Praktik yang baik termasuk:

17 Accountability Framework mendorong dan mendukung transparansi rantai pasokan untuk membantu mempercepat kemajuan dan meningkatkan akuntabilitas terhadap pemenuhan komitmen perusahaan. Lihat Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim untuk penjelasan lebih detail.

Page 40: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

36 Accountability Framework

y Penggunaan analisis akar masalah untuk mengidentifikasi penyebab dasar dalam temuan verifikasi, sehingga perusahaan memiliki kemampuan terbaik dalam menggunakan proses verifikasi tersebut untuk meningkatkan praktik perusahaan dan para pemasoknya

y Proses kolaboratif yang melibatkan masyarakat, pekerja, dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun metodologi verifikasi serta menerapkan prosedur verifikasi, khususnya identifikasi ukuran-ukuran atau metrik yang sebaiknya digunakan untuk mengukur kemajuan atau pencapaian dan merancang mekanisme umpan balik yang realistis

y Penggunaan hasil verifikasi untuk menentukan kebutuhan dan peluang pengembangan kapasitas

7) Penyimpanan dan dokumentasi bukti, dengan cara yang memungkinkan informasi ini tersedia jika diperlukan di masa depan, namun juga memenuhi kebutuhan kerahasiaan, privasi dan persyaratan hukum.

Ketika perusahaan menggunakan sertifikasi sebagai perangkat untuk memverifikasi kepatuhan terhadap komitmen, perusahaan perlu menilai apakah karakteristik-karakteristik di atas telah tercantum dalam persyaratan audit dari program sertifikasi tersebut. Jika tidak ada sertifikasi, perusahaan perlu menggabungkan karakteristik-karakteristik tersebut ke dalam rencana verifikasinya sendiri (atau penyedia layanannya).

KoTaK 6. Langkah-langkah dalam proses verifikasi

1) Tahap perencanaan: Perusahaan dan entitas yang terlibat untuk melakukan verifikasi independen (pada intinya, tim audit) menyepakati ruang lingkup dan tujuan verifikasi, tingkat jaminan yang diminta oleh perusahaan, dan kepada siapa tim audit akan melapor.

2) Tahap ruang lingkup: Auditor merancang audit melalui kegiatan-kegiatan termasuk:

y Identifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan

y Memperhatikan keterbatasan akses ke pemangku kepentingan utama, dampak potensial dari keterbatasan tersebut pada validitas audit, dan strategi untuk memperoleh informasi yang akurat terlepas dari keterbatasan tersebut

Page 41: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

37Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

y Meminta masukan dari para pemangku kepentingan tentang masalah-masalah apa yang sebaiknya menjadi fokus audit

y Meninjau informasi latar belakang, termasuk informasi yang diberikan oleh entitas yang diaudit serta informasi yang kontekstual

y Melakukan analisis akar masalah untuk memahami persoalan-persoalan yang mendasari risiko atau ketidakpatuhan sosial atau lingkungan

y Menentukan intensitas audit secara keseluruhan yang memadai untuk melaksanakan audit berkualitas tinggi

y Menjadwalkan dan mengatur audit, termasuk pemilihan lokasi yang akan dikunjungi dan orang atau kelompok yang akan diwawancarai sesuai dengan metode pengambilan sampel yang tepat

3) Tahap implementasi: Auditor melakukan audit, termasuk peninjauan dokumen, kunjungan lapangan, dan konsultasi pemangku kepentingan.

4) Tahap pasca implementasi: Auditor membuat laporan dan ringkasan publik setelah melakukan audit, yang mencakup informasi seperti ruang lingkup audit, kelompok yang terlibat, sistem manajemen perusahaan, karakterisasi risiko, kekuatan dan kelemahan sehubungan dengan komitmen perusahaan, ketidakpatuhan, dan segala tindakan korektif yang diperlukan atau direkomendasikan untuk mencapai kepatuhan. Auditor dan manajemen mendiskusikan temuan audit. Para pemangku kepentingan diundang untuk memberikan komentar atas temuan audit.

5) Tahap tindak lanjut: Perusahaan menggunakan hasil audit untuk mengambil tindakan. Perusahaan juga menjaga alur yang terbuka untuk keterlibatan pemangku kepentingan secara kontinu dan agar pemangku kepentingan dapat menghubungi auditor untuk menginformasikan persoalan baru yang muncul atau informasi yang relevan yang baru didapatkan. Perusahaan dan auditor menjadwalkan audit berikutnya sebagaimana diperlukan untuk menilai kepatuhan dengan periodisitas yang tepat, menindaklanjuti ketidakpatuhan sebelumnya dan merekomendasikan tindakan korektif, serta mengatasi masalah yang muncul sejak audit terakhir.

Page 42: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

38 Accountability Framework

KoTaK 7. Keterlibatan pemangku kepentingan selama audit verifikasi

Keterlibatan pemangku kepentingan merupakan bagian penting dari proses verifikasi, berfungsi untuk menentukan ruang lingkup dan metodologi yang tepat untuk kegiatan verifikasi serta untuk memberikan informasi dan perspektif yang meningkatkan akurasi serta legitimasi hasil verifikasi. Keterlibatan pemangku kepentingan menjadi sangat penting ketika memverifikasi kepatuhan terhadap komitmen hak asasi manusia, karena akan sulit untuk memahami dengan baik kondisi dan dampak hak asasi manusia tanpa melibatkan orang-orang dan masyarakat yang terkena dampak. Berikut ini adalah pertimbangan-pertimbangan utama dan praktik yang baik untuk keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses verifikasi:

y Auditor harus memiliki keahlian dalam proses pelibatan pemangku kepentingan dan pihak lain yang terkena dampak operasional perusahaan, termasuk karyawan, pekerja kontrak, masyarakat adat, masyarakat setempat, perempuan dan anak-anak, dan kelompok rentan lainnya.

y Proses keterlibatan harus dimulai dengan kegiatan pemetaan pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa semua kelompok utama dimasukkan dengan tata cara yang sensitif dan tepat.

y Rencana audit harus mengalokasikan waktu yang cukup untuk wawancara pemangku kepentingan dan laporan audit sebaiknya menunjukkan kecukupan waktu yang digunakan untuk wawancara. Panduan umum menyebutkan sekitar 50% dari total waktu audit sebaiknya digunakan untuk wawancara.

y Format dan teknik wawancara sebaiknya disesuaikan untuk memaksimalkan perolehan informasi yang relevan seraya melindungi keselamatan dan kerahasiaan pihak yang diwawancarai. Hal itu biasanya memerlukan kombinasi antara wawancara individu dan kelompok.

y Pihak yang diwawancarai perlu dipilih melalui teknik pengambilan sampel yang dapat diterima (seperti pengambilan sampel acak terstratifikasi/stratified random sampling) yang memastikan keterwakilan yang luas dari seluruh kelompok pemangku kepentingan yang terkait di berbagai parameter seperti usia, etnis, jenis kelamin, status pekerja, lokasi, dan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Page 43: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

39Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

y Rancangan audit perlu mencerminkan kebutuhan, prioritas, dan sensitivitas pemangku kepentingan perempuan. Misalnya, waktu dan pengaturan wawancara dengan pekerja dan pemangku kepentingan perempuan sebaiknya memastikan keselamatan mereka dan sebaiknya kondusif untuk mendapatkan informasi yang jujur dan akurat sesuai dengan ruang lingkup audit. Pemangku kepentingan perempuan sedapat mungkin diwawancarai oleh auditor perempuan juga.

y Masalah yang diidentifikasi selama wawancara dan konsultasi pemangku kepentingan harus diselidiki secara menyeluruh.

y Wawancara dan konsultasi perlu dilakukan dengan tata cara yang sesuai dengan budaya, menggunakan bahasa, metode, dan pengaturan yang memfasilitasi keterlibatan secara terbuka serta melindungi kesejahteraan peserta wawancara.

y Hasil konsultasi pemangku kepentingan harus dibagikan dan diverifikasi dengan kelompok yang dikonsultasikan untuk memastikan bahwa hasil tersebut secara akurat mencerminkan input yang diberikan. Apabila terdapat ketidaksepakatan mengenai ruang lingkup atau jenis dampak, tanggapan pemangku kepentingan dapat disertakan ke dalam hasil audit akhir dengan tata cara yang dapat melindungi keselamatan dan kerahasiaan mereka.

4.2 Verifikasi pihak ketigaVerifikasi pihak ketiga berfungsi sebagai bagian yang penting dari keseluruhan sistem M&V dengan memberikan derajat kepercayaan dan kredibilitas yang lebih tinggi bahwa tingkat kepatuhan atau kemajuan tertentu telah dicapai. Verifikasi pihak ketiga telah terbukti dapat membangun kepercayaan, mengurangi risiko, memperkuat sistem dan pembelajaran internal dengan mengharuskan operasional beserta praktik dan hasilnya untuk tunduk kepada penilaian eksternal yang independen.

Page 44: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

40 Accountability Framework

Prinsip Inti 11.8 menghendaki verifikasi pihak ketiga dilakukan sejauh yang diperlukan untuk memvalidasi tingkat kepatuhan dan kinerja dan memberikan tingkat jaminan independen yang diperlukan untuk memperkuat komunikasi dan klaim. Ekspektasi terhadap penggunaan verifikasi pihak ketiga atas komitmen perusahaan akan berbeda tiap konteksnya tergantung kepada:

y Jenis komitmen yang dinilai

y Konteks risiko operasional atau rantai pasokan yang dinilai

y Tingkat kepercayaan dan reputasi perusahaan sebagai pelaku yang kuat atau lemah dalam masalah lingkungan dan sosial

y Sejauh mana para pemangku kepentingan dan masyarakat umum dapat menilai sendiri perilaku dan kinerja perusahaan sebagai hasil dari transparansi dan pengungkapan informasi yang tinggi kepada publik perihal operasional, pemasok dan atributnya, serta kinerja perusahaan (lihat Bagian 3 dari Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim tentang jenis informasi yang perlu diungkapkan kepada publik untuk memfasilitasi penilaian kinerja yang independen)

y Jenis klaim yang ingin dibuat oleh perusahaan

y Apakah verifikasi pihak ketiga diperlukan sebagai bagian dari inisiatif sektoral di mana perusahaan terlibat atau dapat terlibat (misalnya Moratorium Kedelai di Brasil)

Ketika mempertimbangkan implikasi biaya dan efisiensi dalam penggunaan verifikasi pihak ketiga, perusahaan dapat memilih untuk mempersempit ruang lingkup masalah-masalah tertentu yang merupakan bagian dari sistem monitoring dan verifikasi yang lebih luas. Dalam kasus-kasus ini, dan berdasarkan tujuan pemanfaatan verifikasi pihak ketiga (yaitu poin-poin yang tercantum di atas, di antara contoh yang lain), tingkat jaminan ini dapat digunakan:

y Untuk memverifikasi sistem monitoring dan kontrol pemasok serta untuk menilai apakah informasi yang dihasilkan dapat diandalkan untuk mengidentifikasi pasokan yang patuh dan memahami jenis dari setiap ketidakpatuhan yang belum terselesaikan

y Untuk memverifikasi penilaian kepatuhan terhadap komitmen tanpa-deforestasi dan komitmen tanpa-konversi berdasarkan citra satelit

y Untuk memverifikasi kepatuhan perusahaan layanan di level hulu seperti perekrut tenaga kerja

y Untuk memverifikasi apakah metodologi yang digunakan dalam mengidentifikasi hak asasi manusia yang penting serta dampak potensial terhadap hak-hak tersebut, sudah tepat dan apakah hasil penilaian tersebut akurat

Page 45: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

41Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

y Untuk memverifikasi kebenaran informasi ketertelusuran (dengan kata lain, asal usul pasokan)

y Untuk memverifikasi bahwa penilaian tingkat lokasi dan proses perencanaan18 yang dilakukan oleh produsen dan pengolah primer telah dilakukan dengan sepatutnya dan bahwa rekomendasi manajemen yang dihasilkan (termasuk semua tindakan untuk menghindari dan mengurangi dampak negatif) dilaksanakan secara efektif

y Untuk menilai kepatuhan pemasok terhadap komitmen hak asasi manusia melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak dengan tata cara yang kondusif guna mendeteksi dampak dan kerugian serta untuk melindungi keselamatan dan kerahasiaan pihak-pihak tersebut

y Untuk menilai keefektifan mekanisme pengaduan dan menentukan sejauh mana penyelesaian pengaduan dilakukan dengan tepat dan cepat

y Untuk memverifikasi laporan keberlanjutan (lihat Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim)

Verifikasi pihak ketiga umumnya lebih kredibel jika tunduk pada mekanisme tata kelola atau mekanisme pengawasan yang membantu memastikan kualitas dan legitimasi proses verifikasi. Meskipun banyak sistem jaminan pihak ketiga (contohnya, yang dimasukkan sebagai bagian dari program sertifikasi) mencakup mekanisme pengawasan (seperti proses akreditasi dan pengawasan lembaga penjamin untuk memastikan kinerja yang konsisten dan kompeten), saat ini hanya sedikit atau tidak ada mekanisme pengawasan untuk verifikasi pihak ketiga di luar konteks sistem tersebut. Pada kasus seperti ini, verifikasi pihak ketiga dari komitmen perusahaan dilakukan di luar konteks sistem jaminan yang ditetapkan, oleh karena itu perusahaan wajib mengambil langkah-langkah untuk mengadakan pengawasan dan mekanisme quality control untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas verifikasi. Langkah-langkah tersebut dapat mencakup:

y Pemilihan organisasi verifikasi yang:

+ Merupakan entitas hukum dan memiliki struktur organisasi yang jelas

+ Sesuai dengan standar yang relevan untuk jaminan yang independen, seperti ISO/IEC 17021-1: 2015, ISO/IEC 17065: 2012, ISO 9001, dan Institute of Internal Auditors Global (IIA Global)

18 Hal ini dapat mencakup proses dan metode seperti penilaian ESIA, HCV dan HCSA, kajian tenurial dan tata guna lahan, pemetaan masyarakat, dan proses FPIC. Lihat Pedoman Operasional Penghormatan Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Setempat untuk rincian lebih lanjut.

Page 46: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

42 Accountability Framework

+ Memiliki program jaminan kualitas dengan prosedur untuk menangani keluhan

+ Tidak memiliki konflik kepentingan

y Peninjauan sejawat (peer review) dari metodologi verifikasi, penilaian, dan hasil

y Meningkatkan transparansi informasi (contohnya, pengungkapan penuh hasil audit dan basisnya)

y Pembentukan komite pengawasan pemangku kepentingan eksternal

y Dukungan untuk pembentukan entitas koordinasi verifikasi independen yang menerima dana dari berbagai perusahaan dan bertanggung jawab untuk menyusun kerangka acuan kerja, pemilihan auditor, penanganan pembayaran, dan fungsi pengawasan lainnya

Ketika perusahaan melaporkan hasil verifikasi—dan ketika perusahaan melaporkan kegiatan verifikasi sebagai bagian dari pengungkapan informasi secara keseluruhan atas sistem manajemen perusahaan—AFi mendorong perusahaan untuk mendeskripsikan jenis mekanisme pengawasan yang ada. Hal tersebut akan membantu pemangku kepentingan eksternal memahami tingkat keandalan dan kredibilitas dari setiap hasil verifikasi yang dilaporkan. Lihat Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim untuk diskusi lebih lanjut.

Page 47: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

43Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Lampiran 1: Penggunaan dan karakteristik perangkat monitoring yang sesuai

Lampiran ini memberikan informasi tambahan tentang perangkat monitoring tertentu dan sumber data yang dapat digunakan perusahaan sebagai bagian dari sistem M&V-nya. Hal ini termasuk sub-bagian tentang: a) karakteristik perangkat monitoring geospasial; b) jenis perangkat monitoring berbasis lapangan; dan c) penggunaan monitoring berbasis masyarakat.

1. Karakteristik yang relevan dari perangkat monitoring geospasial

Data set geospasial, produk-produk informasi, dan perangkat yang ada semakin mahir dalam mendeteksi deforestasi, konversi dan alih guna lahan lainnya secara hampir real-time dan membandingkannya dengan periode waktu acuan. Perangkat-perangkat ini dapat berfungsi sebagai sarana utama untuk memantau kepatuhan terhadap komitmen tanpa-deforestasi dan tanpa-konversi dan beberapa perangkat yang tersedia juga dapat mendeteksi pelanggaran penguasaan lahan. Meskipun perangkat-perangkat tersebut terutama digunakan untuk mengukur dampak lingkungan, mengingat kelangsungan hidup fisik dan budaya masyarakat adat dan masyarakat setempat seringkali bergantung pada hubungan mereka dengan lahan dan sumber dayanya, dampak lingkungan yang diukur juga dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan jenis dampak sosial tertentu.

Dalam memilih perangkat monitoring geospasial yang sesuai untuk konteks dan aplikasi tertentu, karakteristik berikut sebaiknya dipertimbangkan:

y Geografi: Perangkat sebaiknya mencakup wilayah yang sedang dimonitor. Beberapa perangkat hanya memiliki data dan fungsi monitoring untuk daerah atau negara tertentu, sementara yang lain dapat diterapkan di seluruh dunia.

Page 48: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

44 Accountability Framework

y resolusi: Perangkat-perangkat penginderaan jauh dapat menyediakan resolusi data yang berbeda. Perangkat dengan resolusi rendah dan menengah dapat mendeteksi perubahan yang besar pada tutupan lahan dan perubahan lain yang lebih jelas terlihat, sementara produk resolusi tinggi dapat digunakan untuk mendeteksi peristiwa perubahan penggunaan lahan dengan skala yang lebih kecil (misalnya, pembukaan lahan oleh petani kecil), atau lebih bertahap atau kelas-kelas tutupan lahan yang lebih sulit dideteksi. Resolusi 30 meter adalah titik awal yang umum digunakan untuk menilai risiko kehilangan hutan, dan sejumlah perangkat serta produk berbasis penginderaan jauh yang tersedia untuk umum dapat menilai tutupan lahan pada resolusi 30 meter. Resolusi 10 meter (atau lebih tinggi) dalam banyak kasus dapat lebih akurat menentukan keberadaan dan luasnya konversi lahan atau kehilangan hutan di area produksi. Dalam beberapa kasus—khususnya sistem agroforestri atau sistem pertanian mosaik dengan banyak plot kecil dan kategori penggunaan lahan yang tidak jelas—bahkan pendekatan berbasis penginderaan jauh resolusi tinggi dapat menjadi tidak efektif dalam menilai perubahan penggunaan lahan. Lihat Bagian 3.1.1 untuk diskusi lebih lanjut tentang bagaimana resolusi dipertimbangkan ketika memonitor alih guna lahan.

y Frekuensi: Beberapa perangkat memperbaharui data setiap hari, sedangkan yang lain memperbaharui setiap bulan, tahun, atau dalam periode waktu yang lebih lama. Data dan perangkat yang digunakan untuk monitoring sebaiknya memiliki liputan temporal yang selaras dengan tanggal batas akhir relevan yang ditentukan dalam komitmen, serta informasi terbaru setidaknya setiap tahun setelah waktu tersebut.

y Metrik: Beberapa perangkat dapat memberikan informasi tentang berbagai metrik terkait deforestasi dan konversi sementara yang lain berkonsentrasi pada satu metrik tertentu, seperti tutupan hutan. Perangkat yang dipilih sebaiknya dapat mengukur penggunaan lahan atau karakteristik tutupan lahan yang sesuai untuk komoditas, tipe ekosistem, dan wilayah lahan yang diselidiki.

y Komoditas: Beberapa perangkat hanya ditujukan untuk komoditas tertentu, sedangkan yang lain dapat digunakan untuk berbagai komoditas. Banyak perangkat yang akurat dalam mendeteksi perubahan dari hutan menjadi padang penggembalaan atau hutan menjadi lahan pertanian/ladang, tetapi mungkin tidak dapat secara andal mendeteksi perubahan dari hutan alam menjadi hutan tanaman industri, perkebunan, atau sistem agroforestri. Perangkat yang disesuaikan dengan kebutuhan monitoring, resolusi spasial yang lebih besar, interpretasi citra khusus, atau penilaian berbasis lapangan akan diperlukan pada saat perangkat berbasis penginderaan jauh tidak dapat secara andal mendeteksi jenis perubahan tutupan lahan terkait sistem produksi komoditas yang dimaksud.

Page 49: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

45Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

y Kegunaan: Beberapa perangkat dirancang untuk memungkinkan overlay dan interaksi dengan data rantai pasokan di dalam perangkat itu sendiri. Jika fungsi ini tidak ada, tutupan lahan dan data monitoring lingkungan biasanya perlu diekstraksi dan dianalisa menggunakan software yang sesuai, seperti ArcGIS.

2. Metode dan perangkat monitoring berbasis lapangan

Teknik monitoring berbasis lapangan berfungsi sebagai sarana utama untuk memonitor komitmen hak asasi manusia. Teknik ini sebaiknya juga digunakan bersamaan dengan perangkat geospasial untuk memantau komitmen bebas-deforestasi dan bebas-konversi, untuk kalibrasi dan ground-truth (cek kebenaran lapangan) perangkat penginderaan jauh, mendapatkan ketelitian lebih lanjut (terutama di wilayah dengan risiko tinggi atau dengan nilai ekologis/budaya yang tinggi), dan menggabungkan informasi yang tidak dapat diakses melalui penginderaan jauh. Menggabungkan perangkat berbasis lapangan dengan perangkat geospasial juga membantu untuk menilai hubungan antara komitmen lingkungan dan dampak hak asasi manusia. Beberapa pendekatan monitoring utama berbasis lapangan—dan praktik-praktik yang baik untuk memilih dan menerapkannya—diuraikan di bawah ini.

y Pemetaan sosial ( juga dikenal sebagai pemetaan masyarakat) digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang terkena dampak dan berpotensi terkena dampak, menilai kondisi dasarsebagai acuan, dan memonitor perubahan. Pemetaan sosial dapat mencakup kombinasi perangkat, seperti survei masyarakat dan rumah tangga, wawancara pemangku kepentingan, desk review atas tinjauan antropologis, dan penilaian seperti Penilaian Dampak Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Impact Assessments—ESIA) yang diperlukan sebelum akuisisi kepemilikan lahan atau sumber daya alam atau sebelum membangun atau memperluas operasional secara signifikan.

y Monitoring ekologis berbasis lokasi umumnya digunakan untuk: i) melengkapi perangkat penginderaan jauh ketika perangkat tersebut tidak dapat secara andal mendeteksi pola perubahan tutupan lahan yang relevan, contohnya karena ukuran petak lahan yang kecil atau jenis tutupan lahan yang tidak dapat dibedakan seperti hutan campuran atau sistem agroforestri; dan ii) pemantauan status, pengelolaan, dan perlindungan wilayah ekosistem alami yang tersisa, seperti sabana yang tersisa atau hutan Stok Karbon Tinggi. Aplikasi yang terakhir ini sesuai untuk mendeteksi tren degradasi atau restorasi tingkat lokasi. Monitoring ekologis biasanya melibatkan penilaian komposisi, struktur, dan fungsi ekosistem, yang dilakukan sesuai dengan metode pengambilan sampel yang ditentukan, seperti pengambilan sampel acak

Page 50: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

46 Accountability Framework

terstratifikasi/stratified random sampling atau transect. Monitoring ekologis sebaiknya dirancang oleh para praktisi yang terlatih dengan berkonsultasi kepada IP/LC yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang relevan mengenai wilayah tersebut, jika sesuai. Monitoring dapat dilakukan oleh ahli ekologi yang terlatih atau oleh anggota masyarakat atau pun para profesional yang telah menerima pelatihan serta dukungan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini.

y Wawancara, survei, dan konsultasi pemangku kepentingan sebaiknya digunakan bila diperlukan untuk memahami isu-isu terkait hak-hak IP/LC dan pekerja, serta dampak lingkungan yang dapat memengaruhi kelompok-kelompok tersebut. Konsultasi ini dapat mencakup perwakilan pemerintah, perekrut tenaga kerja, pekerja, IP/LC, perwakilan OMS/LSM, tenaga ahli dalam isu-isu terkait, kelompok monitoring berbasis masyarakat, dan pemangku kepentingan relevan lainnya. Proses wawancara dan konsultasi harus menjamin keamanan, kerahasiaan (bila diminta), sensitivitas gender, dan partisipasi kelompok yang terpinggirkan dan rentan.

y Peninjauan dokumen perlu dilakukan di berbagai tingkatan:

+ Pemasok hulu sebaiknya meninjau catatan yang menunjukkan kepatuhan terhadap komitmen, seperti sertifikat lahan, izin, catatan konsesi, upah pekerja dan catatan keselamatan, mekanisme pengaduan perusahaan, dan hasil atau dokumentasi penilaian atau proses perencanaan, seperti laporan monitoring masyarakat, Penilaian Dampak Lingkungan dan Sosial/Environmental and Social Impact Assessments (ESIA), Nilai Konservasi Tinggi (HCV) atau Pendekatan Stok Karbon Tinggi (HCSA), dan hasil dari proses Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan/Free, Prior and Informed Consent (FPIC). Laporan pihak ketiga yang tersedia dan relevan dengan lokasi, termasuk laporan terkait yang dikeluarkan oleh pemerintah atau organisasi non-pemerintah, juga sebaiknya ditinjau. Hal ini termasuk, misalnya, laporan oleh ombudsman hak asasi manusia tingkat nasional, PBB atau pelapor khusus lainnya, lembaga hak asasi manusia seperti ILO, Komite PBB untuk Hak Asasi Manusia, serta Komisi Antar-Amerika tentang Hak Asasi Manusia/Inter-American Commission on Human Rights. Hal tersebut dapat termasuk pemeriksaan konflik aktual atau pada masa lalu dengan atau perambahan ke dalam kawasan lindung serta lahan-lahan tradisional melalui repositori19 dan catatan konflik sosial lainnya.

19 Lihat, untuk contoh, PADDD Tracker (PADDDtracker.org), yang mendokumentasikan pola, tren, penyebab, dan konsekuensi downgrading, downsizing, dan degazettement kawasan lindung (PADDD).

Page 51: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

47Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

+ Sebagai salah satu cara monitoring kapasitas pemasok untuk memonitor secara efektif di tingkat basis pasokan, perusahaan hilir sebaiknya meninjau sistem dan kebijakan manajemen pemasok, serta metodologi yang digunakan untuk monitoring dan hasil dari tindakan tersebut. Laporan dari mekanisme pengaduan dan laporan media atau laporan hasil urun daya (crowdsourced) juga sebaiknya ditinjau. Pada kasus di mana sistem manajemen pemasok tidak memadai untuk mengendalikan rantai pasokan pemasok dan mendeteksi ketidakpatuhan terhadap komitmen perusahaan, perusahaan hilir juga perlu meninjau dokumen utama yang tercantum pada poin di atas.

y Peninjauan dan evaluasi pengaduan yang diajukan melalui mekanisme pengaduan perusahaan atau mekanisme pengaduan lainnya, saat ini menjadi praktik umum bagi perusahaan, dan Accountability Framework (Prinsip Inti 6.1), lihat juga Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan) serta kerangka kerja normatif utama lainnya (misalnya, Pedoman Prinsip-Prinsip PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia), standar sertifikasi, dan perangkat implementasi rantai pasokan (misalnya, HCSA) mengharapkan perusahaan di semua tahap rantai pasokan untuk mengimplementasikannya. Untuk tujuan monitoring, mekanisme pengaduan perlu:

+ Menyediakan sarana penyaluran keluhan bagi pemangku kepentingan dan dengan demikian dapat mengidentifikasi potensi ketidakpatuhan serta dampak sosial dan lingkungan yang merugikan

+ Berfungsi sebagai perangkat manajemen risiko yang dapat memberikan peringatan dini untuk mencegah dan mengurangi masalah

+ Membantu perusahaan dalam menganalisa tren dan pola untuk mengidentifikasi masalah sistemik dan kemudian menyesuaikan dengan praktik yang selaras

+ Memungkinkan perusahaan untuk memantau apakah dan bagaimana keluhan telah diselesaikan

y Pendekatan monitoring berbasis masyarakat dapat menjadi tambahan berharga dan seringkali diperlukan untuk melengkapi pekerjaan monitoring profesional, serta sangat berharga untuk menilai masalah hak asasi manusia. Perusahaan didorong untuk memanfaatkan dan/atau mendukung pengembangan inisiatif monitoring berbasis masyarakat. Lihat Bagian 3 di bawah ini untuk penjelasan lebih detail.

Page 52: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

48 Accountability Framework

KoTaK 8. Praktik pengambilan sampel

Terlepas dari teknik monitoring yang digunakan, jika monitoring harus didasarkan pada sampel lokasi, unit produksi, atau orang/kelompok yang terkena dampak, maka sampel ini perlu dipilih sesuai dengan praktik yang baik, seperti:

y Ukuran sampel sebaiknya ditentukan oleh: tingkat presisi dan kepercayaan yang diinginkan (semakin besar sampel yang diambil maka akan menghasilkan presisi dan kepercayaan yang lebih besar); tingkat keberagaman pada topik yang dimonitor (semakin beragam maka sampel yang dibutuhkan juga semakin banyak); dan ukuran efek yang harus diidentifikasi (efek yang lebih kecil membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar).

y Pendekatan stratified sampling perlu digunakan untuk membantu memastikan bahwa semua kelompok utama atau tipe lahan utama masuk ke dalam sampel.

y Sampel perlu mencakup fitur yang unik, sensitif, atau penting, seperti nilai konservasi tinggi (HCV), wilayah yang diketahui sering terjadi konflik, dan masyarakat yang berada pada area di mana remediasi dilakukan untuk mengatasi pelanggaran hak-hak atau konflik lahan sebelumnya.

3. Informasi lebih lanjut tentang monitoring berbasis masyarakat

Monitoring berbasis masyarakat/Community-based monitoring (CBM) adalah istilah umum untuk pendekatan yang melibatkan masyarakat setempat dalam proses M&V. Melalui CBM, masyarakat setempat dapat memainkan peran penting dalam monitoring status dan tren hutan serta ekosistem alami lainnya, cadangan karbon terestrial, lahan dan sumber daya alam IP/LC, penghormatan terhadap berbagai hak asasi manusia, dan topik utama lainnya. Dengan kemajuan teknologi termasuk drone, perangkat seluler yang mendukung GPS, dan perangkat monitoring berbasis aplikasi, CBM semakin banyak digunakan untuk berbagai aplikasi monitoring (misalnya, monitoring REDD+) dan beragam manfaatnya semakin diakui.

Page 53: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

49Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

3.1 Jenis-jenis CBMAda berbagai jenis pendekatan CBM dengan tingkat keterlibatan lokal yang berbeda. Baik dalam penggunaan proses CBM yang sudah ada atau memulai yang baru untuk tujuan M&V, penting untuk memahami karakteristik berbagai pendekatan CBM untuk memastikan bahwa suatu proses tertentu akan sesuai dengan tujuan. Aspek-aspek utama untuk dipertimbangkan termasuk:

y bagaimana masyarakat dilibatkan? Peran anggota masyarakat dapat mencakup satu atau kombinasi dari:

+ melaksanakan kegiatan monitoring sesuai standar sertifikasi yang ditetapkan secara eksternal, perjanjian legalitas, prinsip-prinsip regional, atau protokol yang ditetapkan lainnya;

+ proses berbasis masyarakat, dimana pemangku kepentingan lokal memiliki peran utama dalam membangun ruang lingkup monitoring, metrik, dan metodologi, mengumpulkan dan menganalisa data, serta mengelola keseluruhan proses; dan/atau

+ proses partisipatif berdasarkan tujuan dan sasaran bersama antara perusahaan dan masyarakat setempat.

y apa yang dimonitor? Hal ini termasuk:

+ data point kuantitatif atau data point objektif lainnya seperti mengukur cadangan karbon atau mengidentifikasi area di mana hak kepemilikan lahan telah terdampak buruk; dan/atau

+ Informasi kualitatif yang lebih kontekstual, seperti alasan yang mendasari di balik konversi lahan atau pelanggaran hak-hak tenurial.

3.2 Manfaat CBMCBM secara mandiri atau dikombinasikan dengan perangkat monitoring lain dapat membawa beragam manfaat, termasuk:

y Efisiensi biaya, terutama untuk pengumpulan data berbasis lapangan dan pengumpulan data yang berkesinambungan (kontinu atau runtun waktu/timeseries)

y Menggabungkan pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan lokal

y Pembangunan sistem M&V yang relevan secara lokal dan langkah-langkah mitigasi yang lebih cenderung membahas masalah, risiko, dan dampak tertentu dalam konteks tertentu

Page 54: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

50 Accountability Framework

y Penyediaan data yang tidak tersedia melalui pendekatan lain, karena masyarakat memiliki kemampuan terbaik untuk mengumpulkan data tersebut (contohnya meliputi: pemetaan berbasis masyarakat untuk menentukan kepemilikan lahan dan ketika terjadi tumpang tindih hak atau sumber daya dengan area produksi; dan ketidakpatuhan atau dampak buruk terhadap hak asasi manusia yang sulit dideteksi melalui mekanisme lain)

y Triangulasi data monitoring berbasis penginderaan jauh untuk memastikan, meningkatkan, atau menyempurnakan interpretasi data tersebut

Selain itu, manfaatnya melampaui dari sebatas tujuan M&V:

y Untuk tujuan pengembangan kapasitas, CBM merupakan mekanisme untuk melibatkan masyarakat dan memperkuat sistem manajemen berbasis masyarakat lainnya, seperti meningkatkan pengetahuan lokal dalam meningkatkan pengelolaan hutan, mengamankan akses terhadap hak-hak dan sumber daya, serta meningkatkan tata kelola dan proses pengambilan keputusan.

y Untuk tujuan membangun kepercayaan, CBM meningkatkan transparansi operasional perusahaan dan menciptakan sarana penyaluran dialog yang konstruktif antara perusahaan, komunitas, dan masyarakat sipil.

3.3 Kapan menggunakan CBMKeputusan menggunakan CBM untuk M&V rantai pasokan tergantung pada keberadaan (atau kemampuan untuk memulai) proses CBM, serta kepentingan relatif dari perspektif masyarakat dalam memonitor dan memverifikasi masalah subjek dalam konteks tertentu. Kepentingannya mungkin lebih besar dalam keadaan berikut:

y Untuk masalah-masalah lingkungan: CBM sebaiknya dipertimbangkan terutama ketika penilaian berbasis penginderaan jauh dari perubahan tutupan lahan (contohnya, deforestasi) atau kualitas ekosistem (contohnya, degradasi hutan atau perlindungan Nilai Konservasi Tinggi) tidak dapat menilai kepatuhan secara memadai dan karenanya memerlukan investigasi berbasis lapangan.

y Untuk masalah-masalah sosial: CBM sangat berguna untuk mendeteksi potensi pelanggaran hak asasi manusia, risiko, dan kerugian, dan sebaiknya dipertimbangkan untuk semua wilayah yang tidak diklasifikasikan sebagai berisiko rendah untuk masalah tersebut.

Page 55: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

51Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

3.4 Karakteristik utama untuk CBM yang efektif dan kuatCBM yang dapat dipercaya selayaknya mengikuti praktik terbaik yang sama seperti yang digunakan pada jenis monitoring lainnya, serta menggabungkan elemen-elemen yang akan meningkatkan manfaat tambahan dengan memasukkan masyarakat setempat ke dalam proses M&V. Terdapat sejumlah praktik baik yang akan berkontribusi pada efektivitas upaya CBM, tergantung pada jenis CBM yang sedang dilakukan. Hal ini termasuk:

1) Independensi (dari perusahaan) dan ketidakberpihakan

2) Pemilihan verifier dan metrik yang bermakna dan relevan secara lokal

3) Metodologi yang jelas untuk pengumpulan data serta pemahaman dan kesepakatan bersama dengan masyarakat tentang metodologi yang digunakan

4) Tujuan dan ketentuan penggunaan yang jelas untuk data yang dikumpulkan

5) Sensitivitas gender dan partisipasi perempuan (partisipasi sebaiknya didorong; namun menetapkan kuota minimum pada kesetaraan gender tidak selalu mudah untuk dilakukan)

6) Akses terhadap teknologi dan penggunaan metode pengumpulan data yang layak untuk diimplementasikan ke masyarakat

7) Untuk pendekatan partisipatif, melibatkan anggota masyarakat di semua tahapan proses, termasuk mendefinisikan ruang lingkup monitoring, metrik, dan metodologi; pengumpulan data; serta interpretasi dan penyampaian hasil

8) Investasi dalam pengembangan kapasitas peserta CBM, seperti pelatihan dan pertukaran rekan/sejawat

9) Jika dapat diterapkan, penyelarasan antara CBM rantai pasokan dan proses CBM yang mendukung kegiatan M&V lainnya, seperti monitoring REDD+ nasional

Page 56: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

52 Accountability Framework

3.5 Sumber daya CBMDengan semakin meningkatnya popularitas dan pentingnya CBM, beragam perangkat, templat, contoh, dan sumber daya lain yang tersedia untuk terlibat dalam CBM juga terus berkembang. Organisasi dan inisiatif seperti Forest Compass,20 Forest Peoples Programme,21 dan Rights and Resources Initiative22 memiliki perpustakaan informasi dalam situs webnya untuk mendukung perusahaan mengintegrasikan CBM ke dalam proses M&V-nya.

Perangkat pengumpulan data—seperti Open Data Kit, GeoODK, Sapelli, Indigenous Navigator, dan Frontline SMS—tersedia untuk membantu masyarakat mengumpulkan dan mengelola informasi dari CBM. Selain itu, inisiatif seperti Africa Practitioners Network and Kumakaya telah dibentuk untuk membantu membangun kapasitas masyarakat setempat dan para ahli untuk melakukan atau mendukung CBM serta menghubungkannya dengan proses akuntabilitas rantai pasokan. Perusahaan didorong untuk mempertimbangkan perangkat ini dan sejenisnya untuk membantu mengintegrasikan CBM secara efektif ke dalam keseluruhan sistem M&V-nya.

20 www.forestcompass.org21 www.forestpeoples.org22 www.rightsandresources.org

Page 57: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

53Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Lampiran 2: Ukuran indikatif untuk menilai deforestasi, konversi, dan perlindungan jangka panjang ekosistem alami

Lampiran ini menyediakan ukuran-ukuran indikatif untuk memantau hasil di lapangan terkait komitmen rantai pasokan tanpa-deforestasi dan tanpa-konversi, termasuk perlindungan jangka panjang ekosistem alami. Ini tidak dimaksudkan sebagai serangkaian ukuran monitoring yang komprehensif atau wajib, tetapi lebih dimaksudkan untuk menyediakan serangkaian ukuran umum yang dapat diterima dan dapat dipertimbangkan, diadopsi, atau diadaptasi oleh perusahaan ketika membangun atau menyempurnakan sistem M&V-nya. Pemilihan ukuran atau metrik yang tepat tergantung pada posisi rantai pasokan, visibilitas, komoditas, letak geografi, ketersediaan data, dan faktor lainnya. Beberapa ukuran ini memerlukan data yang mungkin tidak dimiliki oleh perusahaan untuk semua produsen dan pemasoknya.

Page 58: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

54 Accountability Framework

TabeL 1. Ukuran-ukuran indikatif untuk menilai deforestasi, konversi, dan perlindungan jangka panjang ekosistem alami

Posisi dalam rantai pasokan

Ukuran-ukuran indikatif untuk menilai deforestasi, konversi, dan perlindungan jangka panjang ekosistem alami

Untuk produsen dan perusahaan lain yang memiliki atau mengendalikan cadangan lahan (landbank) atau memiliki visibilitas ke unit produksi:

Deforestasi dan konversi:

• Total area (dalam ha) deforestasi dan/atau konversi sejak tanggal batas akhir pada lahan yang dimiliki, dikendalikan, atau dikelola oleh perusahaan. Jika relevan, jumlah ini dapat dipilah berdasarkan jenis ekosistem alami yang terkait23

• Persen dari total area yang dimiliki atau dikendalikan oleh perusahaan yang telah mengalami deforestasi atau konversi sejak tanggal batas akhir berlaku

• Tren luasan dan persen luas area deforestasi dan/atau konversi dari waktu ke waktu

Perluasan area produksi:

• Total area (dalam ha) yang baru digunakan untukproduksi komoditas sejak monitoring tahun sebelumnya; persentase total area produksi yang merepresentasikan penambahan luasan; serta tutupan lahan dan penggunaan lahan sebelumnya pada area tersebut

emisi gas rumah kaca (GrK) berbasis lahan:

• Total emisi gas rumah kaca (GRK) dalam metrik ton CO2-equivalent, dan sumber utamanya, yang timbul dari perubahan penggunaan lahan (termasuk deforestasi, konversi, dan pengeringan lahan gambut atau lahan basah) yang disebabkan oleh operasional produksi komoditas perusahaan itu sendiri (Emisi Scope 1), dan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah ini

Konservasi ekosistem:

• Total area (dalam ha) dari ekosistem alami yang berada dalam area konservasi, di atas lahan yang dimiliki, dikendalikan, atau dikelola oleh perusahaan; total area ini dapat dipilah-pilah berdasarkan penunjukan yang relevan, seperti hutan Stok Karbon Tinggi (HCS) atau wilayah dengan Nilai Konservasi Tinggi (HCV), sebagaimana ditetapkan oleh penilaian terkait

• Metrik konteks tertentu yang berkaitan dengan kesehatan ekosistem atau degradasi dalam lahan konservasi, termasuk tutupan kanopi, keutuhan/fragmentasi, kekayaan spesies, atau ukuran lain dari struktur atau fungsi ekosistem

• Total area (dalam ha) dari ekosistem alami yang berada dalam area konservasi, yang didukung, didanai, atau difasilitasi oleh perusahaan di lahan yang tidak berada dalam kendali perusahaan, serta sifat dari dukungan tersebut

restorasi ekosistem:

• Total area (dalam ha) dari ekosistem alami yang telah atau sedang dipulihkan oleh perusahaan di dalam lokasi dan/atau di luar lokasi

• Kemajuan atau peningkatan kondisi ekosistem sebagai hasil upaya restorasi atau perbaikan, sebagaimana dinilai oleh metrik yang relevan dari struktur atau fungsi ekosistem, seperti tutupan kanopi atau kekayaan spesies

23 Misalnya, Global Forest Watch Pro memungkinkan pengguna untuk memisahkan perubahan tutupan lahan berdasarkan jenis-jenis tutupan lahan yang berbeda, termasuk hutan primer, kawasan lindung, dan lahan gambut.

Page 59: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

55Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

Posisi dalam rantai pasokan

Ukuran-ukuran indikatif untuk menilai deforestasi, konversi, dan perlindungan jangka panjang ekosistem alami

Untuk pengguna dan pembeli bahan baku ataubarang setengah jadi:w

Deforestasi dan konversi:

• Total area (dalam ha) deforestasi dan/atau konversi sejak tanggal batas akhir yang terkait dengan material di dalam rantai pasokan perusahaan

• Deforestasi atau konversi maksimum (dalam ha) di wilayah pasokan, yurisdiksi, atau daerah yang dapat dikaitkan dengan ekspansi produksi komoditas dalam rantai pasokan perusahaan (lihat ‘pendekatan konservatif ’yang dibahas di Bagian 2.2)

emisi GrK:

• Total emisi GRK dalam metrik ton CO2-equivalent, dan sumber utamanya, yang timbul dari perubahan penggunaan lahan akibat proses produksi komoditas dalam rantai pasokan perusahaan (Emisi Scope 3), dan metode yang digunakan untuk menghitung jumlah tersebut

Konservasi ekosistem:

• Total area (dalam ha) dari ekosistem alami yang berada dalam area konservasi, yang didukung atau difasilitasi perusahaan, dibedakan berdasarkan jenis ekosistem dan penunjukan konservasi, proyek, atau pendekatan, serta sifat dari dukungan tersebut

• Total area (dalam ha) dari ekosistem alami yang berada dalam area konservasi di atas lahan yang dimiliki atau dikelola oleh pemasok perusahaan; total area ini dapat dipilah-pilah berdasarkan penunjukan yang relevan, seperti hutan Stok Karbon Tinggi (HCS) atau area dengan Nilai Konservasi Tinggi (HCV), sebagaimana ditetapkan oleh penilaian terkait

restorasi ekosistem:

• Total area (dalam ha) proyek atau inisiatif restorasi yang didukung atau difasilitasi oleh perusahaan, dibedakan berdasarkan jenis ekosistem dan penunjukkan konservasi, proyek, atau pendekatan, serta sifat dari dukungan tersebut

• Total area (dalam ha) dari ekosistem alami yang telah atau sedang dipulihkan oleh pemasok perusahaan

• Kemajuan atau peningkatan kondisi ekosistem sebagai hasil upaya restorasi atau perbaikan oleh perusahaan dan/atau pemasoknya, sebagaimana dinilai oleh metrik yang relevan dari struktur atau fungsi ekosistem, seperti tutupan kanopi atau kekayaan spesies

Page 60: Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi

56

www.accountability-framework.org