bab ii pembahasan a. kerangka teori 1. penegakan...

45
BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah- kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. 1 Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan atau sikap tindak yang dianggap pantas, atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian. Demikianlah konkretisasi daripada penegakan hukum. Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Atas dasar uraian tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara 1 Soejono soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, Hal. 13.

Upload: leliem

Post on 21-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerangka Teori

1. Penegakan Hukum

Secara konseptional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-

kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian

penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.1

Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan atau

sikap tindak yang dianggap pantas, atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak

tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan

kedamaian. Demikianlah konkretisasi daripada penegakan hukum. Penegakan

hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang

menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah

hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi.

Atas dasar uraian tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa gangguan

terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara

1 Soejono soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1993, Hal. 13.

Page 2: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

nilai kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi, apabila terjadi

ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam

kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang

mengganggu kedamaian peraulan hidup.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut diatas dapatlah ditarik suatau

kesimpulan sementara, bahwa masalah pokok daripada penegakan hukum

sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-

faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau

negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah

sebagai berikut2 :

1. Faktor hukum

Yang meliputi konsep hukum adalah semua peraturan dan kaidah-

kaidah atau norma yang oleh anggota masyarakat dijadikan patokan

berinteraksi dengan tercitanya ketertiban dan ketentraman di dalam ini

di batasi pada undang-undang saja yang di dalam arti material adalah

peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh pengusaha

maupun daerah yang satu.

Dengan demikian maka undang-undang dalam arti material

mencakup :

Peraturan pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau

semua golongan tertentu saja maupun berlaku umum

disebagaian wilayah negara

2 Ibid, Hal.4-5.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Peraturan setempat yang hanya berlaku untuk umum di suatu

tempat atau daerah tertentu saja

Di dalam proses penegakan hukum biasanya terjadi bahwa

kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang melekat

pada hukum itu sendiri yang justru menjadi sumber kegagalan proses

penegakan hukum. Hal itu tidak mustahil, sebab kadangkala terdapat

rumusan atau kaidah hukum yang tidak jelas dan membuka peluang

penafsiran yang beragam, atas dasar kaidah hukum yang satu dengan

yang lain, mengenai hal yang sama yang bertentangan. Sikap hukum

yang demikian sering menimbulkan keragu-raguan terhadap para

subyek hukum.

Apabila tidak ada masalah dengan faktor hukum tadi, maka hukum

yang berlaku sudah dianggap baik, akan tetapi hukum itu sendiri

dalam wujudnya peraturan tidak jelas dapat melakukan sendiri. Dari

sinilah masuknya peranan para penegak hukum yang tidak lain adalah

manusia.

2. Faktor penegak hukum

Secara sosiologi, maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai

kedudukan dan peranan. Kedudukan sosial merupakan posisi tertentu

didalam struktur kemayarakatan yang mugkin tinggi, sedang dan

rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah,

yang isinya adalah hak dan kewajiban tertentu. Hak dan kewajiban

merupakan peranan.

3. Faktor sarana atau fasilitas

Page 4: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin

penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana tau

fasilitas tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil. Organisasi yang baik, peralatan yang

memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Selain itu tidak

lengkapnya atau tidak adanya sarana atau fasilitas tersebut, akan

mengkin penegakan hukum menyerasikan peranan yang seharuusnya

dengan peranan yang aktual.

4. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian didalam masyarakat. Dengan begitu maka

masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Penegakan

hukum bukanlah meruakan suatu kegiatan yang berdiri sendiri,

melainkan mempunyai hubungan timbala balik yang erat dengan

masyarakatnya. Dan diketahai pula untuk mencapai kedamaian harus

ada kepatuhan dari masyarakat. Dan keatuhan tersebut antara lain

ditentukan ada kesadaran hukum. Kesadaran hukum merupakan nilai-

nilai yang terdapat didalam diri manusia tentang hukum yang ada atau

tentang hukum yang diharapkan akan ada. Dalam melaksanakan

penetapan hukum, selain faktor kesadaran hukum masyarakat perlu

pula memperhatikan nilai-nilai budaya masyarakat.

Keempat faktor tersebut di atas saling berkaitan dengan eratnya, oleh

karena merupakan esensi dari penegakan hukum, serta juga merupakan tolok ukur

daripada efektivitas penegakan hukum.

2. Penegak Hukum

Penegak hukum adalah mereka yang langsung atau secara tidak langsung

berkecimpung dibidang penegakan hukum. Maka yang dimaksudakan penegak

hukum akan dibatasi pada kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam

bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup “ Law Enforcement “, akan

tetapi juga “ Peace maintenance “. Kiranya sudah dapat diduga bahwa kalangan

Page 5: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

tersebut mencakup mereka yang bertugas di bidang-bidang kehakiman, kejaksaan,

kepolisian, kepengacaraan, dan permasyarakatan.

Secara sosiologis, maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai

kedudukan ( status ) dan peranan ( role ). Kedudukan ( sosial ) merupakan posisi

tertentu di dalam kemasyarakatan, yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau

rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah, yang isinya

adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu. Hak-hak dan kewajiban-

kewajiban tadi merupakan peranan atau ( role ). Oleh karena itu, maka seseorang

yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya dinamakan pemegang peranan.

Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat,

sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas. Suatu peranan tertentu dapat

dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut3 :

1. Peranan yang ideal ( Ideal role )

2. Peranan yang seharusnya ( expected role )

3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri ( perceived role )

4. Peranan yang sebenarnya dilakukan ( actual role )

Seorang penegak hukum, sebagai mana halnya dengan warga-warga

masyarakat lain, lazimnya mempunyai beberapa kedudukan dan peranan

sekaligus. Dengan demikian tidaklah mustahil, bahwa antara pelbagai kedudukan

dan peranan timbul konflik. Kalau didalam kenyataanya terjadi suatu kesenjangan

3 Ibid, Hal. 10-11

Page 6: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

antara peranan yang seharusnya dengan peranan yang sebenarnya dilakukan,

maka terjadi suatu kesenjangan peranan.

Kerangka sosiologis tersebut, akan diterapkan dalam analisa terhadap

penegak hukum, sehinggan pusat perhatian akan diarahkan pada peranannya.

Namun demikian, didalam hal ini ruang lingkup hanya akan dibatasi pada peranan

yang seharusnya dan peranan aktual.

Masalah peranan dianggap penting, oleh karena pembahasan mengenai

penegak hukum sebenarnya lebih banyak tertuju pada diskresi. Sebagaimana

dikatakan dimuka, maka diskresi menyangkut pengambilan keputusan yang tidak

sangat terikat oleh hukum, dimana penilaian pribadi juga memegang peranan. Di

dalam penegakan hukum diskresi sangatlah penting, oleh karena :

Tidak ada perundang-undangan yang sedemikian lengkapnya,

sehingga dapat mengatur semua perilaku manusia.

Adanya kelambatan-kelambatan untuk menyesuaikan perundang-

undangan didalam masyarakat, sehingga menimbulkan

ketidakpastian

Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan dengan

sebagaimana yang dikehendaki oleh pembentuk undang-undang.

Adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan

secara khusus.

Page 7: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Penggunaan perspektif peranan dianggap mempunyai keuntungan-

keuntungan tertentu, oleh karena :

Fokus utamanya adalah dinamika masyarakat.

Lebih mudah untuk membuat suatu proyeksi, oleh karena

pemusatan perhatian pada segi prosesual.

Lebih memperhatukan pelaksanaan hak dan kewajiban serta

tanggung jawabnya, daripada kedudukan dengan lambang-

lambangnya yang cenderung bersifat konsumtif.

3. Kesadaran Hukum Masyarakat

Berbagai pendapat munculmengenai konsep atau pengertian dari

kesadaran hukum itu. Menurut Soerjono Soekanto kesadaran hukum

adalah kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam manusia tentang

hukum yang ada atau hukum yang di harapkan ada. Kesadaran hukum

sebenarnya juga masalah nilai-nilai, dengan demikian kesadaran hukum

adalah konsepsi-konsepsi dalam diri manusia tentang keserasian antara

ketertiban dan ketentraman yang dikehendaki atau yang sepantasnya.

Ada satu kecenderungan besar untuk menyatakan bahwa kesadaran

hukum merupakan suatu penilaian terhadap hukum yang diharapkan.

Penilaian merupakan suatu sikap yang mengandung konsepsi mengenai

apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.

Page 8: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Kesadaran hukum dan takutnya masyarakat pada hukum tidak bisa

dipisahkan secara tegas berarti apabila masyarakat sadar akan peranan dan

fungsi hukum, tentunya mereka akan mentaati segala larangan atau

perintahnya. Sedangkan seorang yang taat hukum, tentunya karena melihat

dan sadar, apabila tidak demikian maka hukum akan memberikan sanksi.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas ada asumsi bahwa kepatuhan

hukum senantiasa tergantunga pada kesadaran hukum.

Salah satu cara pembentukan kesadaran hukum masyarakat adalah

bagaimana hukum disebarluaskan atau dikomunikasikan kepada warga

masyarakat, sehingga warga masyarakat mengerti, memahami,

danmelaksanakan apa yang dikehendaki oleh aturan hukum masyarakat.

Dalam proses penegakan hukum, tentunya dimaksudakan agar

hukum atau peraturan perundang-undangan yang diberlakukan dapat

berfungsi sesuai yang dikehendaki atau dipatuhi dalam masyarakat. Suatu

kepatuhan hukum antara lain ditentukan pada kesadaran hukumnya.

Sedangkan kesadaran hukumitu merupakan faktor dari diri seseorang dan

memiliki indiiator sebagai berikut :4

Pengetahuan tentang peraturan ( law awareness ).

Pengetahuan tentang hukum diartikan sebagai kesan dalam

pikiran seseorang mengenai hukum-hukum tertentu. Disini pun

4 Soerjono Soekanto & Mustofa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Masyarakat, Rajawali, Jakarta,

1980, Hal. 96.

Page 9: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

kita harus berhati-hati, oleh karena adanyapelbagai arti hukum,

lagi pula pengetahuan tentang hukum mungkin hanya sebagai

hukum yang mengatur secara langsung mengenai kepentingan

adat. Misalnya mungkin tidak tahu tentang hukum positif

tertulis tertentu, akan tetapi dia mengetahui mengeani hukum

adat yang berlaku di masyarakatnya.

Pengetahuan tentang isi peraturan ( law acquaintance )

Pengetahuan saja belum cukup, selanjutnya diperlukan suatu

pemahaman atas pengertian hukum yang berlaku. Dengan

pemahaman tersebut dimaksudkan agar suatu pengertian

terhadap tujuan peraturan perundang-undangan bermanfaat

bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh perundang-

udangan yang dimaksud.

Sikap hukum ( legal attitude )

Apabila masyarakat sudah mengetahui peraturan dan

memahami isinya, maka dapat diduga bahwa ia akan bersikap

sesuai dengan nilai-nilai yang dianut didalam aturan-aturan

tersebut.

Perikelakuan hukum ( legal behavior )

Apabila warga masyarakat sudah mengetahui peraturan dan

memahami isinya, serta bagaimana sikap mereka terhadap

Page 10: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

peraturan, maka akan nampak hukum.perilaku hukum

merupakan manifestasi dari kesadaran hukum yang relatif

tinggi. Di katakan relatif oleh karena ketaatan hukum

merupakan perwujudan dari suatu taraf kesadaran hukum

tertentu, yang mungin disebabkan :

- Rasa takut sanksi negatif sebagai akibat melanggar

hukum

- Ada rasa keinginan kuat untuk memelihara hubungan

baik dengan lingkungan.

- Ada rasa keinginan kuat untuk memelihara hubungan

dengan penguasa.

- Sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.

- Sebagian besar dari kepentingan-kepentingan dijamin

dan dilindungi hukum.

4. Pengertian Parkir dan Pengendalian Penyediaan ruang Parkir

4.1. Pengertian Parkir

Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri

ditempat parkir , ruang parkir tersebar di tempat asal perjalanan bisa digarasi

mobil, dihalaman,di gedung parkir, ataupun di tepi jalan. Sebelumnya kita

mengetahui lebih dulu tentang Definisi Parkir menurut Peraturan Daerah kota

Salatiga nomor 15 tahun 2013 Pasal 1 ayat (20), Parkir adalah keadaan suatu

Page 11: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

kendaraan tidak bergerak yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh

pengemudinya.

Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

menginginkan kendaraannya parkir di tempat, dimana tempat mudah

dicapai.Kemudahan tersebut salah satunya Parkir dibadan jalan.Penyediaan tepat

parkir baik di pinggir jalan pada lokasi jalan tertentu baik di badan jalan maupun

dengan menggunakan sebagian perkerasan jalan mengakibatkan turunnya

kapasitas jalan, sehingga menyebabkan penggunaan jalan menjadi tidak

efektif.Menurut statusnya lahan Parkir dibedakan menjadi 5( lima ), antara lain:5

Parkir umum, biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Parkir khusus, dikelola oleh swasta.

Parkir darurat, diselenggarakan karena adanya kegiatan incidental.

Taman Parkir, dikelola oleh pemerintah daerah.

Gedung Parkir, biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah

dan pengelolaannya oleh swasta.

4.2 Pengendalian penyediaan ruang parkir

Pengendalian parkir dilakukan untuk mendorong penggunaan

sumberdaya parkir secara lebih efisien serta digunakan juga sebagai alat untuk

5 Wkipedia.org/wiki/parkir

Page 12: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

membatasi arus kendaraan ke suatu kawasan yang perlu dibatasi lalu lintasnya.

Pengendalian parkir merupakan alat manajemen kebutuhan lalu lintas yang biasa

digunakan untuk mengendalikan kendaraan yang akan menuju suatu kawasan

ataupun perkantoran tertentu sehingga dapat diharapkan akan terjadi peningkatan

kinerja lalu lintas di kawasan tersebut.Pengendalian parkir harus diatur dalam

Peraturan Daerah tentang Parkir agar mempunyai kekuatan hukum dan

diwujudkan rambu larangan, rambu petunjuk dan informasi. Untuk meningkatkan

kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan yang diterapkan dalam pengendalian

parkir perlu diambil langkah penegakan hukum yang tegas dalam menindak para

pelanggar kebijakan parkir.

Salah satu langkah penting dalam pengendalian lalu lintas adalah dengan

membatasi ketersediaan ruang parkir dengan cara:6

1. Pengurangan fasilitas parkir di pinggir jalan sebagaimana diamanatkan

didalam Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan dalam pasal 43 ayat (3) yang berbunyi Fasilitas Parkir

di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat

tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus

dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan. atau

lebih ekstrem menghilangkan fasilitas parkir dipinggir jalan.

2. Merubah pendekatan dalam pemberian Ijin Mendirikan Bangunan

untuk tempat-tempat umum, perkantoran atau pertokoan dengan

6 Tood Litman, Transportation Elastities : How Prices and Other Factor Affect Travel Behavior,

Victoria Transport Policy Institute, Victoria, 2010

Page 13: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

merubah pendekatan dari jumlah ruang parkir minimal menjadi jumlah

ruang parkir maksimal.

3. Bangunan tidak diperkenankan untuk menyediakan fasilitas ruang

parkir, agar pengguna bangunan tersebut menggunakan angkutan

umum.

Pelaksanaan pengawasan yang disertai dengan penegakan hukum yang

tegas merupakan langkah yang penting dalam pengendalian parkir untuk

mempertahankan kinerja lalu lintas. Langkah yang penting dalam pengawasan

parkir antara lain meliputi penilangan pelanggaran parkir oleh Polisi Lalu Lintas,

pemasangan gembok roda sehingga dapat menimbulkan efek jera bagi pelanggar

terhadap larangan parkir ataupun penderekan terhadap kendaraan yang mogok

atau melanggar larangan parkir. Beberapa cara yang biasa dilakukan terhadap

pelanggaran parkir khususnya parkir liar dipinggir jalan adalah sebagai berikut:7

Tilang: Merupakan cara yang paling umum dilakukan terhadap

pelanggaran parkir dipinggir jalan. Formulir tilang merupakan

perlengkapan standar petugas Polisis Lalu Lintas yang sedang

patroli, dan kalau petugas yang bersangkutan menemukan

pelangaran parkir, langsung menerbitkan tilang kepada pelanggar.

Yang menjadi masalah yang biasa ditemukan petugas patroli

adalah pengemudi meninggalkan kendaraan, dalam hal yang

7 Tood Litman, Transportation Elastities : How Prices and Other Factor Affect Travel Behavior,

Victoria Transport Policy Institute, Victoria, 2010

Page 14: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

demikian Polisi dapat menderek mobil yang melanggar parkir

ataupun melakukan penggembokan roda.

Derek : Cara yang lain yang juga bisa dilakukan, terutama bila

pengemudi meninggalkan kendaraan adalah melakukan

penderekan kendaraan yang melakukan pelanggaran parkir.

Pengemudi selanjutnya mengambil ke pool tempat kendaraan

yang diderek dikumpulkan serta mendapatkan surat Tilang.

Gembok roda : Seorang petugas melakukan penegakan terhadap

pelanggaran parkir dengan memasang gembok roda. Gembok

roda adalah perangkat untuk menghambat kendaraan yang

melanggar aturan larangan parkir dijalankan dengan mengembok

salah satu roda sehingga kendaraan yang melanggar terkunci.

Untuk membuka gembok roda, pelanggar harus melaporkan

keinstansi terkait dalam hal ini Dinas Perhubungan untuk

membuka kunci setelah membayar denda atas pelanggaran yang

dilakukannya.

Adapun juga sanksi administratifyang diatur dalam Bab XIV Peraturan

Daerah No. 15 Tahun 2013. Pasal 78 yang berbunyi :

(1) Penyelenggaraan atas ketentuan dalam peraturan daerah ini

dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi admiinistratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa :

a. Peringatan tertulis;

Page 15: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

b. Penghentian sementara kegiatan ;

c. Pembekuan izin ;

d. Pencabutan izin ;

e. Pembatalan izin ; dan / atau

f. Denda administratif.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

sampai dengan huruf e diatur dalam Peraturan Walikota.

Pasal 79 yang berbunyi : setiap orang atau badan yang menyelenggarkan

fasilitas parkir tanpa izin sebgaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1)

dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP) dikalikan luas area fasilitas parkir.

B. Hasil Penelitian

Dari hasil uraian tinjauan pustaka diatas, penulis ingin menguraikan

mengenai hasil penelitian dari Penegakan Hukum Terhadap Parkir Liar di Kota

Salatiga.

1. Gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Salatiga

Page 16: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

KEPALA DINAS

BAGAN SUSUNAN ORGANISASIDINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekertariat

Sub bagian Perencanaan

Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Bidang Telekomunikasi dan Informatika

Bidang Kebudayaan dan Pariwisata

Seksi Telekomunikasi

Seksi Informatika

Seksi Seni Kebudayaan

Seksi Pariwisata

Bidang Lalu Lintas

Bidang Angkutan

Bidang Kelaikan Kendaraan

Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

Seksi Angktan Orang

Seksi Pengujian Kendaraan

Seksi Pengendalian dan Pengamanan

Seksi Angkutan Barang dan Khusus

Seksi Perbengkelan Umum

UPTD Parkir

UPTD Terminal

2. Organisasi Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan

Undang-Undang LLAJ No. 22 Tahun 2009 ini diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejateraan masyarakat peningkatan pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat memperhatikan prinsip

demokrasi,pemerataan keadilan, kekhususan, keistimewaan suatu daerah dalam

Page 17: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

suatu Struktur Organisasi dan Tata Kerja, dengan visi dan misi serta tujuan pokok

dan misi sebagai berikut:8

VISI Dinas Perhubungan:

Visi dari Dinas Perhubungan UPTD Parkir adalah terwuudnya suatu

sistem Transpotasi di Kota Salatiga yang menjamin Keamanan,

Kenyamanan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintasnya .

MISI Dinas Perhubungan:

Menciptakan suatu sistem transpotasi di kota Salatiga yang menjamin

keamanan, ketertiban, kelancaran, kenyamaanan Lalu Lintas.

Meningkatkan kemampuan, pengetahuan, Aparatur Dinas

Perhubungan yang dilandasi dengan sikap mental yang baik sebagai

aparatur yang professional dalam bidangnya.

Meningkatkan dan mendorong kesadaran masyarakat untuk disiplin,

tertib dan taat dalam berlalu lintas.

Tujuan Pokok dan Misi UPTD Parkir:

Untuk menyusun rencana, mengkoordinasikan, melaksanakan,

mengendalikan, mengawasi, dan mengembangkan pengelolaan dan

pengoperasian unit parkir.

3. Data Kawasan dan Lokasi Tempat Parkir Kota Salatiga

3.1. Kawasan Parkir kota Salatiga.

8 Sumber Dinas Perhubungan Sub UPTD Parkir Kota Salatiga

Page 18: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Berikut adalah data kawasan Parkir, kawasan tempat khusus parkir,

kawasan parkir tidak tetap Tahun 2014, sebagai berikut :9

1. Kawasan Parkir

Setiap ruas jalan yang ditetapkan sebagai lokasi tempat parkir,

dinyatakan dengan rambu parkir, dan atau marga parkir.

Lokasi parkir 3 kawasan, yaitu kawasan utama I, kawasan

utama 2, dan kawasan pengembangan.

Kawasan Utama I yang meliputi ruas - ruas jalan sebagai

berikut:

a) Jalan Jendral Sudirman, dari Bundaran Tamansari

sampai dengan Pertigaan Mrican

b) . Jalan Pemuda

c) Jalan Ahmad Yani, dari Pertigaan Jalan Jendral

Sudirman s.d batas akhir Pertokoan Makutarama .

d) Jalan Sukowati

e) Jalan Kartini

f) Jalan Cemara, dari pertigaan Diponegoro sampai

dengan Pertigaan Jl. Kemiri Raya.

g) Kawasan Lapangan Pancasila

h) Jalan Patimura, dari Bundaran Tamansari s.d pertigaan

JL. Yos Sudarso

9 Hasil Wawancara Dengan Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, Bpk. Agus Nursholichin, Tanggal 01-

04-14

Page 19: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

i) Lingkungan Pasar- Pasar milik Pemerintah Kota

Salatiga.

Kawasan Utama II yang meliputi ruas- ruas jalan sebagai

berikut:

a) Jalan Diponegoro

b) Jalan Mohamad Yamin

c) Jalan Yos Sudars

d) Jalan Langensuko

e) Jalan Bungur

f) Jalan Pemotongan

g) Jalan Taman Makam Pahlawan, dari timur pertigaan Pasar

Blauran s.d batas Jalan Muwardi

h) Jalan Muwardi

i) Jalan Kalinyamat

j) Jalan Kalipengging

k) Jalan Senjoyo

l) jalan Adi sucipto

m) Jalan Bridjen Sugiarto

n) jalan Imam Bonjol

Kawasan Pengembangan yang

meliputi seluruh ruas jalan pada wilayah Kota Salatiga yang

tidak termasuk dalam Kawasan Utama I dan Kawasan Utama

II.

Page 20: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

2. Kawasan Tempat Khusus Parkir

Kawasan tempat khusus parkir di

Kota Salatiga merupakan lokasi parkir yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 13 Tahun 2011

Tentang Retibusi Jasa Usaha.

Kawasan tempat parkir khusus dapat

menepati :

a) Gedung parkir.

b) Taman parkir.

c) Pelataran atau halaman parkir.

Kawasan tempat khusus parkir

dibedakan antara lain :

a) Milik Pemerintah Daerah.

b) Milik Swasta.

c) Milik Pemerintah Daerah dikelola

Swasta.

Kawasan tempat khusus parkir milik

Pemerintah Daerah, yaitu :

a) Tempat parkir pada Rumah Sakit

Umum Daerah.

Page 21: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Kawasan khusus parkir milik Swasta,

yaitu tempat parkir didalam gedung, taman parkir dan/atau

pelataran parkir milik badan hukum atau perseorangan.

Kawasan tempat khusus parkir milik

Pemerintah Daerah dikelola Swasta, yaitu :

a) Tempat parkir pada Plaza.

b) Tempat parkir pada Pasar Raya I, dan

II.

c) Tempat parkir pada Shopping Centre.

d) Tempat parkir pada Pemandian

Kalitaman.

3. Kawasan Parkir Tidak Tetap.

Kawasan parkir tidak tetap merupakan lokasi parkir pada ruas jalan

kawasan pengembangan, peraturan ini bersifat sementara.

3.2. Lokasi Tempat Parkir Kota Salatiga.

a. Berikut DataRekapitulasi Lokasi

Parkir Tepi Jalan Umum yang di kelola oleh Pemerintah Kota

Page 22: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Salatiga Tahun 2014, yang akan di jelaskan dalam bentuk tabel di

bawah ini :

Tabel 1

Lokasi Parkir Tepi Jalan Umum

Kota Salatiga

2014

No. Nama Lokasi

1. Toko Liliana

2. Wahid R2 dan R4

3. Lippo R4

4. Nusantara R4

5. Niki Baru R2

6. Pasar Pagi Plaza

7. Bhs R2 dan R4

8. Niki Manteb

9. Pos Kota

10. Damar

11. Palapa

12 Istana Kado

13. Apotek 24 Jam

14. Panda

15. Pos 1 R2/Modern

16. BNI

17. Tegal R2 dan R4

18. Molina

19. Jago R2 dan R4

20. Waringin R2

21. PP Waringin

22. Green R2 dan R4

23. Toko 56

24. Gembira

25. Bata

26. Ada Baru

27. Bina jaya

28. Istana Busana

29. Paris R2 dan R4

30. Buah

31. Star R2 dan R4

32. Helm A. Yani

33. Budi Jaya

34. Surabaya R2

35. Apotek Salatiga

Page 23: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

36. Depan Madya

37. Bengkel Planet

38. Prayogo

39. Maju Mapan

40. Ngedok

41. Pojok

42. Podo-podo

43. Maju Jaya

44. Sumber Jaya

45. Kridanggo

46. Pasar Sapi R2

47. Kampung Steak

48. Marvel

49. Kombinasi

50. Cakrawala

51. Kantor Pos

52. Irvan Motor

53. VOC

54. Taman sari 1 dan 2

55. Nyi Kopek

56. Toko Batik Budi

57. Blauran I, II, III

58. Klenteng R2 dan R4

59. Doremi R2

60. Kesambi R2 dan R4

61. Kantil

62. ATRIUM R2 dan R4

63. Nasi Goreng Pak Joko

64. Cafe Adam Eve

65. Kucingan

66. Cosmo

67. Foodcourt Dipo

68. Sate Madura Patimura

69. Soto Semarang

70. Cungkup

Sumber : Data Rekapitulasi Parkir Tepi Jalan Umum Tahun 2014, Dinas

Perhubungan Sub UPTD Parkir Kota Salatiga.

Keterangan :

R2 : Kendaraan Roda 2 ( sepeda motor )

R4 : Kendaraan Roda 4 ( mobil )

Page 24: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

4. Fakta Kebijakan Peraturan Walikota Tentang Petunjuk Pelaksanaa

Penyelenggaraan Perparkiran dan Tata Tertib Parkir Kota Salatiga.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis, salah satu peranan

pemerintah dalam mengatasi kasus parkir liar dengan mengeluarkan kebijakan

parkir. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Salatiga sebagai berikut :

10

Rencana kedepan dengan membuat Peraturan walikota, dalam

Peraturan Walikota tersebut akan mengatur tentangpetunjuk

pelaksanaan penyelenggaraan perparkiran dan tata tertib Parkir

kota Salatiga

Menindak tegas masyarakat yang Parkir di daerah bukan zona

Parkir atau terdapat rambu dilarang Parkir.

5. Ketentuan Pelanggaran Parkir Liar Terhadap Peraturan Daerah No.

15 Tahun 2013 dan Bentuk Parkir Liar.

1.1. Ketentuan Pelanggaran Parkir Liar Terhadap Peraturan Daerah No. 15

Tahun 2013.

Pembangunan suatu daerah yang dapat berjalan dengan baik selain

memerlukan instansi terkait dalam rangka pembangunan dan pengamanannya

masyarakat harus ikut andil dalam hal tersebut sebagaimana yang dimaksudkan

oleh Kepala UPTD Parkir, mengatakan bahwa masalah parkir liar tersebut tidak

10 Hasil wawancara dengan Kepala UPTD Parkir, Bpk. Agus Nursholichin, 24-10-13

Page 25: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

akan pernah selesai apabila dari pihak masyarakat sendiri tidak sadar atas aturan

hukum dan tidak ikut serta membantu ketertiban umum.11

Dalam skripsi ini penulis mengambil salah satu contoh kasus Parkir liar di

kota Salatiga yang terjadi di depan Universitas Kristen Satya Wacana, ditempat

tersebut telah terdapat rambu larangan parkir dan fungsi tempat tersebut adalah

sebagai halte yang dijadikan sarana untuk naik turunnya penumpang tidak

berfungsi dengan baik dan benar. Tempat tersebut ironisnya dijadikan sebagai

sarana parkir pelaku parkir liar. Menurut beberapa pelaku parkir liar yang

diwawancarai alasan mereka parkir ditempat tersebut kurang tahu aturan hukum,

walaupun mereka mengetahui tempat tersebut dilarang untuk parkir mereka

beranggapan kalau parkir ditempat tersebut lebih cepat dibandingkan harus masuk

dan parkir didalam kampus walaupun parkir ditempat larangan itu harus

membayar sedangkan parkir di kampus tidak perlu membayar dan lebih aman.

Sedangkan menurut juru parkir liar ditempat tersebut alasan mereka tetap

melayani parkir liar ditempat tersebut selain karena untuk penghasilan juga karena

walaupun sudah dilarang tetap banyak pelaku parkir liar yang parkir ditempat

tersebut.12

Universitas Kristen Satya Wacana menurut Kepala UPTD Parkir

dianggap telah memberikan pelayanan parkir yang cukup memadai dengan lahan

yang cukup luas, akan tetapi kesalahan tersebut bersumber dari mahasiswa dalam

11 Hasil wawancara dengan Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, Bpk. Agus Nursholichin, tanggal 24-

10-13 12

Observasi di halte depan kampus UKSW pada hari Jumat, 25 Oktober 2013

Page 26: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

hal ini pelaku parkir liar sendiri yang kurang sadar tentang hukum dan kurang

sadar akan ketertiban bersama adalah tanggung jawab bersama.13

Dari uraian diatas yang menjadi latar belakang dari masalah tersebut tidak

lain adalah kesadaran dari pihak mahasiswa, masyarakat, dan pengemudi motor

pelaku parkir liar. Menurut kepala UPTD Parkir Agus Nursolichinkasus tersebut

disebut Parkir Liar karena para tukang parkir mengambil alih zona parkir yang

tidak sesuai dengan tempat parkir yang telah ditentukan oleh pemerintah kota

Salatiga, tetapi dimanfaatkan sebagai lahan parkir bagi tukang parkir liar, selain

itu Pemerintah Kota Salatiga menghimbau agar masyarakat dan pengemudi motor

tidak parkir di area larangan parkir. Sehingga dalam kasus ini yang perlu

ditegakkan adalah Para Juru Parkir liar dan masyarakat yang parkir diluar zona

Parkir tersebut.14

Keberadaan Parkir liar ini jelas merugikan kota Salatiga selain membuat

pemandangan yang tidak teratur serta merusak Penataan Ruang kota Salatiga.

1.2. Bentuk Parkir Liar

Menurut hasil wawancara dengan Kepala UPTD Parkir, bentuk parkir liar

yang ada di Kota Salatiga sebagai berikut :

tukang atau juru parkir liar meminta

masyarakat untuk membayarparkir namun tidak diberikan tanda bukti

pembayaran, apabila ada Tukang Parkir yang tidak memberikan karcis

13 Hasil wawancara dengan Kepala UPTD Parkir Bpk. Agus Nursolichin,24-10-13

14 Hasil wawancara dengan Bpk. Agus Nursholichin Kepala UPTD Parkir, 11-10-13

Page 27: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

parkir masyarakat dihimbau agar tidak memberikan uang kepada

tukang parkir tersebut.

parkir khususnya terhadap aturan lalu

lintas yang ditandai dengan rambu larangan parkir, rambu larangan

stop, serta marka larangan parkir dijalan atau walaupun tidak ada

rambu larangan parkir tapi tidak semestinya digunakan untuk parkir

seperti trotoar yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki,

jembatan, zebra cross, dan jarak 50m dari rambu larangan.

2. Fakta Data Parkir Liar Kota salatiga

Berikut data Parkir Liar, menurut Dinas Perhubungan sub UPTD parkir

Kota Salatiga yang akan dijelaskan dalam bentuk tabel di bawah ini

:

Tabel 2

Data Lokasi Parkir Liar

Kota Salatiga

2014

No. Lokasi Parkir Liar

1. Halte Depan UKSW

2. Depan Gereja GKJ Jl. Diponegoro

3. Depan TK,SD Laboratorium

4. Depan SD AL-Azhar

5. Seberang jalan Ruko Baru Jl.

Patimura

Page 28: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Sumber : Data Lokasi Parkir Liar Dinas Perhubungan Sub UPTD Parkir Kota

Salatiga.

3. Bentuk Penegakan Hukum Terhadap Parkir Liar Oleh Dinas

Perhubungan.

Dalam mengatasi parkir liar upaya yang dilakukan pihak Dinas

Perhubungan dalam bentuk sanksi adminitratif sesuai dengan Peraturan Daerah

Nomor 15 Tahun 2013 Pasal 78 yang berbunyi :

(1) Penyelenggaraan atas ketentuan dalam peraturan daerah ini

dikenakan sanksi administratif.

(2) Sanksi admiinistratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa :

g. Peringatan tertulis;

h. Penghentian sementara kegiatan ;

i. Pembekuan izin ;

j. Pencabutan izin ;

k. Pembatalan izin ; dan / atau

l. Denda administratif.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

sampai dengan huruf e diatur dalam Peraturan Walikota.

Pasal 79 yang berbunyi : setiap orang atau badan yang menyelenggarkan

fasilitas parkir tanpa izin sebgaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1)

Page 29: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) dikalikan luas area fasilitas parkir.

Sesuai dengan kewenangannya, Dinas Perhubungan kota Salatiga bidang

UPTD Parkir mengambil langkah untuk mengatasi parkir liar yang telah

melanggar Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan dan Peraturan Daerah

nomor 15 tahun 2013 tersebut di lakukan dengan cara memberikan sanksi yang

tegas sepertiberikut :15

Menggembosi ban pengemudi sepeda motor pelanggar parkir.

Gembok roda pengemudi sepeda motor pelanggar parkir.

Mencabut pentil ban sepeda motor pelanggar parkir.

Menilang sepeda motor pelaku parkir liar langsung ditempat yang

menjadi parkir liar.

Selain itu, UPTD Parkir Kota Salatiga juga melakukan penegakan hukum,

seperti :16

Teguran lisan oleh pengawas petugas juru parkir atau petugas lain

yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Perhubungan.

Teguran secara tertulis oleh Kepala UPTD Parkir

Pemutusan hubungan mitra kerja sebagai sebagai juru parkir oleh

kepala UPTD Parkir

15Hasil wawancara dengan kepala UPTD parkir, Bpk. Agus Nursolichin, 11-10-13

16 Hasil Wawancara Dengan Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, Bpk. Agus Nursholichin, Tanggal

01-04-14.

Page 30: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Sanksi hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

apabila tetap melakukan kegiatan yang berkaitan dengan

perparkiran.

4. Hambatan Dalam Penegakan Hukum Terhadap Parkir Liar.

Dalam mengatasi masalah Parkir liar, Pemerintah Kota Salatiga dalam hal

ini Dinas Perhubungan memiliki beberapa hambatan, antara lain :17

a. Keterbatasan dana, sehingga karena keterbatasan dana tersebut Dinas

Perhungan sub UPTD Parkir tidak dapat mengajak Satpol PP, Polisi

Lalu Lintas, untuk dapat saling bekerja sama melakukan penegakan

hukum dalam mengatasi masalah Parkir liaryang ada di Kota Salatiga.

b. Keterbatasan kewenangan, seperti dalam hal tilang, pihak Dinas

Perhubungan hanya dapat memperingatkan para pengendara sepeda

motor, karena kewenagan tilang itu adalah wewenang dari pihak

Kepolisian Lalu Lintas Kota Salatiga.

c. Karena belum adanya Organisasi yang terstruktur dengan baik.

d. Keterbatasan waktu, sehingga tidak mungkin pihak Dinas

Perhubungan, Polisi Lalu Lintas selalu memperingati pelaku parkir liar

untuk tidak melakukan parkir liar di tempat tersebut, karena masih

banyak tugas-tugas Dinas Perhubungan, Polisi Lalu Lintas yang harus

dilakukan maupun dikerjakan.

17Hasil wawancara dengan kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, Bpk. Agus Nursholichin, tanggal 24-

10-13

Page 31: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

e. Belum adanya Peraturan Daerah yang

memadai untuk mengatasi masalah secara khusus tentang pelaksanaan

penyelenggaraan perparkiran di Kota Salatiga.

C. Analisis

Setelah penulis menguraikan hasil dari penelitian mengenai Penegakan

Hukum terhadap parkir liar di Kota Salatiga, maka selanjutnya dalam sub bab ini

penulis akan menganalisis terhadap Penegakan Hukum terhadap Parkir Liar di

Kota Salatiga.

Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-

keinginan hukum menjadi suatu kenyataan. Keinginan-keinginan tersebut adalah

pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan

hukum.18

Secara konseptional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-

18Satjipto rahardjo, Masalah-Masalah Hukum Sebagai Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Bandung,

Bandung, 1986, Hal. 24.

Page 32: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian

penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.19

Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan atau

sikap tindak yang dianggap pantas, atau seharusnya. Perilaku atau sikap tindak

tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan

kedamaian. Demikianlah konkretisasi daripada penegakan hukum. Penegakan

hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi yang

menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah

hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi.

Atas dasar uraian tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa gangguan

terhadap penegakan hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidakserasian antara

nilai kaidah dan pola perilaku. Gangguan tersebut terjadi, apabila terjadi

ketidakserasian antara nilai-nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam

kaidah-kaidah yang bersimpang siur, dan pola perilaku tidak terarah yang

mengganggu kedamaian peraulan hidup.

Dari uraian diatas Dasar Hukum yang mengatur tentang Penegakan

Hukum terhadap Parkir liar di kota Salatiga, adalah:

1. Sebagaimana penulis kembangkan mengenai Penegakan Hukum

terhadap Parkir Liar di Kota Salatiga, namun Undang-Undang No 22

19Soejono soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1993, Hal. 13.

Page 33: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan,dalam Pasal 287 ayat

(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan

yang melanggar tata cara berhenti dan parkir dalam Pasal 106 ayat

(4) huruf e. dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh

ribu rupiah).

Dari Konsep diatas dalam realitanya Undang-undang No.22 Tahun

2009 tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena tidak ada

denda atau kurangan penjara bagi parkir liar hanya sebatas peringatan

saja.

2. Sehubungan dengan Pasal 106 ayat (4) huruf e berbunyi: Setiap orang

yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi

ketentuan: berhenti dan parkir.

Namun jika dilihat dari hasil penelitian penulis dari fakta yang didapat

tidak semua masyarakat mematuhi peraturan dalam pasal tersebut,

masih banyak pengendara kendaraan bermotor yang parkir atau

berhenti bukan pada tempat atau area parkir. Sehingga kini masalah

parkir liar belum dapat diberantas sepenuhnya oleh Pemerintah daerah

dan masalah parkir liar ini merusak tata kota Salatiga serta

mengahambat kelancaran lalu lintas.

3. Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 15 tahun 2013 Pasal 16 Ayat

(1)yang berbunyi :Walikota menetapkan lokasi Parkir pada badan

Jalan dan diluar badan jalan dengan memperhatikan :

Page 34: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah

b. Analisis dampak Lalu Lintas

c. Kemudahan bagi Pengguna jasa

d. Kebutuhan penegendalian Lalu Lintas

e. Ketersediaan Lahan.

4. Dalam hal menetukan penetapan lokasi parkir diatur dengan Pasal 16

ayat (2) yang berbunyi : prosedur penetapan lokasi parkir

sebagaimana pada ayat (1) sebagai berikut :

a. Pengumpulan data kinerja jalan

b. Analisis kebutuhan ruang Parkir

c. Menetukan pola Parkir dan kelengkapan pendukung

d. Analisis kinerja jaringan Jalan sebelum dan sesudah

penetapan ruang Parkir

e. Informasi lokasi Parkir ditampilkan dalam peta jaringan lokasi

Parkir dan dipublikasikan untuk mendapat masukan

masyarakat.

5. Dalam suatu metode perencanaan penyelenggaraan fasilitas parkir

kendaraan di badan jalan,Pihak yang berwenang dalam mengatasi

masalah parkir adalah SKPD Dinas Perhubungan sub bidang UPTD

parkir Kota Salatiga yangdiatur oleh Pasal 17 yang berbunyi :

Page 35: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

a. penyelenggaraan parkir pada badan jalan dilaksanakan

oleh Satuan Kerja Peerangkat Daerah (SKPD) yang

membidangi perhubungan.

b. Penyelenggaraan Parkir pada badan Jalan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilaksanakan di

tempat tertentu pada Jalan kota dinyatakan dengan Rambu

Lalu Lintas dan / atau Marka Jalan.

6. Dalam suatu metode perencanaan, penyelenggaraan fasilitas parkir

kendaraan di luar badan jalan diatur olehPasal 18 yang berbunyi:

Penyelenggaraan fasilitas parkir di luar badan jalan dapat dilakukan

oleh perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum

Indonesia berupa :

a. Usaha khusus perparkiran; atauPenunjang usaha pokok.

b. Penyelanggaraan fasilitas parkir diluar badan jalan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan pajak parkir

yang ditetapkan dengan peraturan daerah sendiri.

c. Penyelenggaraan fasilitas parkir diluar badan jalan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan parkir insidentil

tetap memperhatikan prosedur penetapan lokasi parkir

sebagaimana pasal 16 ayat (2) huruf a, b, dan c.

7. Adapun tentang izin penyelenggaraan fasilitas parkir diatur dalam

Pasal 19 yang berbunyi :Setiap penyelenggara parkir diluar badan

jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) wajib memiliki

Page 36: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

izin penyelenggaraan fasilitas parkir yang diterbitkan oleh

Walikota.Ketentuan lebih lanjut menegenai persyaratan dan tata cara

pemberian izin penyelenggara parkir diluar badan jalan diatur

dengan Peraturan Walikota.

Dalam realitanya, fakta yang terjadi banyak Parkir liar yang di kota

Salatiga, masih banyak juru parkir/ tukang parkir yang tidak memiliki

ijin penyelenggaraan parkir dan menggunakan tempat larangan sebagai

lahan parkir. Hingga kini pihak dinas perhubungan sub UPT Parkir

belum dapat menyelesaikan masalah ini secara tuntas, dan sanksi

untuk para juru parkir liar masih sebatas wacana saja dan belum ada

penerapannya.

8. Selama ini belum ada aturan tertulis tentang zonasi, baru ada dalam

bentuk draft. SKPD terkait yakni Dinas Perhubungan sub UPTD parkir

yang membuat kebijakan zonasi parkir yaitu:20

a. Setiap ruas jalan yang ditetapkan sebagai lokasi tempat parkir,

dinyatakan dengan rambu parkir, dan atau marga parkir.

b. Lokasi parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan

menjadi 3 kawasan, yaitu kawasan utama I, kawasan utama 2, dan

kawasan pengembangan.

c. Kawasan Utama I yang meliputi ruas- ruas jalan.

d. Kawasan Utama II yang meliputi ruas- ruas jalan.

20Hasil Wawancara dengan Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, Bpk. Agus Nursholichin, Tanggal 01-

04-14.

Page 37: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

e. Kawasan Pengembangan yang meliputi seluruh ruas jalan pada

wilayah Kota Salatiga yang tidak termasuk dalam Kawasan Utama

I dan Kawasan Utama II.

Dalam melakukan observasi penulis melihat Undang-Undang Lalu Lintas

Angkutan Jalan No. 22 Tahun 2009 Pasal 106 ayat (4) dan Peraturan Daerah

Nomor15 Tahun 2013 Pasal 16, 17 dan 18 ini paling sering dilanggar yakni

adanya Parkir liar.

A. Penegakan Hukum yang dilakukan Dinas Perhubungan kota Salatiga

Peranan Penegakan Hukum yang dilakukan Dinas Perhubungan kota Salatiga

dalam mengatasi masalah parkir liar di kota Salatiga diterapkan dalam Tugas

pokok dan misi ( TUPOKSI ) Dinas Perhubungan bidang UPTD Parkir kota

Salatiga yaitu:

1. Untuk menyusun rencana unit parkir.

Dalam menyusun rencana unit parkir, Dinas Perhubungan sudah

melakukan perencanaan unit-unit parkir tetapi belum seluruhnya tercapai,

dalam hal ini masih ada yang belum teratasi perencannaan itu. Masih

dituangkan dalam bentuk draft peraturan walikota.

2. Mengkoordinasikan, melaksanakan, mengendalikan unit parkir.

Page 38: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Sesuai dengan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan kepala

UPTD parkir Kota Salatiga sudah mengkoordinator pengendalian unit

parkir, tetapi hal itu belum di laksanakan secara maksimal. Penyebab

utamanya adalah keterbatasan dana sehingga pihak Dinas Perhubungan

Sub UPTD Parkir Kota Salatiga tidak dapat pihak lain misalnya pihak

kepolisian agar ikut andil dalam melaksankan koordinasi dan

mengendalikan unit parkir.21

3. mengawasi, dan mengembangkan pengelolaan dan pengoperasian unit

parkir.

Pihak Dinas Perhubungan bidang UPTD Parkir hanya mengelola dan

mengoperasikan yang sudah berjalan selama ini, tetapi itupun belum

secara maksimal melaksanakannya. Karena hanya memberikan lokasi-

lokasi yang dapat di parkir. Dalam hal mengawasi sendiri ini pihak Dinas

Perhubungan bidang UPTD Parkir Kota Salatiga belum melakukan

pengawasan unit parkir.

TUPOKSI Dinas Perhubungan bidang UPTD Parkir Kota Salatiga diatas

belum dapat berjalan sepenuhnya, apabila Pemerintah Daerah tidak membantu

dalam hal pendanaan, tugas pokok dan misi dari Dinas Perhubungan sub UPTD

21 Hasil Wawancara dengan Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, Bpk. Agus Nursholichin, Tanggal

10-01-2014

Page 39: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Parkir belum dapat berjalan sepenuhnya, karena kendala utama yang dihadapi

adalah keterbatasan dana.22

Sesuai dengan kewenangannya, Dinas Perhubungan kota Salatiga bidang

UPTD Parkir mengambil langkah untuk mengatasi parkir liar yang telah

melanggar Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan dan Peraturan Daerah

nomor 15 tahun 2013 tersebut di lakukan dengan cara memberikan sanksi yang

tegas seperti berikut :23

Menggembosi ban pengemudi sepeda motor pelanggar parkir.

Gembok roda pengemudi sepeda motor pelanggar parkir.

Mencabut pentil ban sepeda motor pelanggar parkir.

Menilang sepeda motor pelaku parkir liar langsung ditempat yang

menjadi parkir liar.

Dari uraian diatas Dinas Perhubungan Kota Salatiga memiliki tugas dan

kewajiban untuk mengendalikan dan mengawasi pengoperasian unit Parkir agar

berjalan dengan lancar, tertib dan aman. Dilihat dari kenyataannya, fakta yang

terjadi dalam masyarakat bahwa di kota Salatiga masih banyak dijumpai kasus

Parkir Liar, sebagai contoh : Halte depan Universitas Kristen Satya Wacana, GKJ

Jalan Diponegoro, Depan SD AL- Azhar, Depan SD LAB, Seberang Ruko JL.

Patimura. Dari fakta tersebut nampaklah Penegakan Hukum oleh Dinas

Perhubungan dalam TUPOKSI melaksanakan pengendalian, koordinasi dan

22 Hasil Wawancara dengan Kepala UPTD Parkir Kota Salatiga, Bpk. Agus Nursholichin, Tanggal

10-01-2014 23

Hasil wawancara dengan kepala UPTD parkir, Bpk. Agus Nursolichin, 11-10-13

Page 40: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

penyusunan belum tercapai secara optimal, sehingga terjadi kesenjangan antara

peran yang seharusnya UPTD Parkir lakukan dengan kenyataan yang terjadi di

lapangan. Pihak Dinas Perhubungan belum menjalankan fungsinya sesuai dengan

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 15 Tahun 2013 mengenai sanksi bagi

Pakir Liar. Hukuman kurungan ringan 5 s/d 7 hari dan membayar denda sesuai

dengan NJOP bagi tukang parkir liar sanksi tersebut hingga kini belum

diterapkan sepenuhnya, selain itu tidak ada tindakan tegas dari Dinas

Perhubungan bagi tukang parkir yang tidak memberikan Karcis Parkir untuk

masyarakat dan hanya sebatas himbauan bagi masyarakat untuk tidak memberikan

uang apabila tidak diberi Karcis Parkir. Sementara ini upaya Penegakan hukum

yang diambiloleh Dinas Perhubungan kota Salatiga untuk mengatasi pelanggaran

parkir yang telah melanggar Undang-Undang Lalu Lintas Angkutan Jalan dan

Peraturan Daerah nomor 15 tahun 2013 tersebut di lakukan dengan cara

memberikan sanksi yang tegas seperti menggembosi ban pengemudi sepeda

motor pelanggar parkir, gembok roda pengemudi sepeda motor pelanggar parkir,

mencabut pentil ban sepeda motor pelanggar parkir.

B. Hambatan Penegakan Hukum Terhadap Parkir Liar di Kota Salatiga

Masalah pokok dari pada penegakan hukum terletak pada faktor-faktor

yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang

Page 41: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor

tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut24

:

1. Faktor hukum

Yang meliputi konsep hukum adalah semua peraturan dan kaidah-kaidah atau

norma yang oleh anggota masyarakat dijadikan patokan berinteraksi dengan

tercitanya ketertiban dan ketentraman di dalam ini di batasi pada undang-undang

saja yang di dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan

dibuat oleh pengusaha maupun daerah yang satu.

Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, karena belum

adanya Peraturan Daerah yang memadai untuk mengatasi masalah secara

khusus tentang pelaksanaan penyelenggaraan perparkiran di Kota Salatiga,

maka masyarakat menganggap tidak ada patokan dalam pelaksanaan

fungsi parkir di Kota Salatiga.

Belum adanya peraturan daerah merupakan termasuk dalam faktor

penegakan hukum, seharusnya pemerintah daerah membuat aturan-aturan

yang tegas yang dituangkan dalam Peraturan Daerah baik dari tempat-

tempat lokasi parkir, tata cara parkir, bentuk- bentuk pelanggaran parkir

dan aturan- aturan lain serta sanksi- sanksi yang tegas seperti tilang bagi

masyarakat pemarkir liar ataupun kurungan penjara bagi tukang parkir

liar. Sehingga aturan- aturan tersebut tidak hanya sekedar wacana tetapi

24

Soejono soekanto, Ibid, Hal.4-5.

Page 42: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

dapat diterapkan dalam masyarakat, karena dengan adanya Peraturan

Daerah masyarakat akan lebih tunduk pada hukum yang berlaku.

2. Faktor penegak hukum

Secara sosiologi, maka setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan

dan peranan. Kedudukan sosial merupakan posisi tertentu didalam struktur

kemayarakatan yang mugkin tinggi, sedang dan rendah. Kedudukan tersebut

sebenarnya merupakan suatu wadah, yang isinya adalah hak dan kewajiban

tertentu. Hak dan kewajiban merupakan peranan.

Keterbatasan kewenangan, seperti dalam hal tilang, pihak Dinas

Perhubungan hanya dapat memperingatkan para pengendara sepeda

motor, karena kewenagan tilang itu adalah wewenang dari pihak

Kepolisian Lalu Lintas Kota Salatiga. Keterbatasan kewenangan

termasuk dalam Faktor Penegak hukum, setiap penegak hukum

tersebut mempunyai kedudukan dan peranan. Kedudukan sosial

merupakan posisi tertentu didalam struktur kemayarakatan yang

mugkin tinggi, sedang dan rendah. Keterbatasan Dinas Perhubungan

dalam hal tilang menyebabkan pihak Dinas Perhubungsn mengalami

kesulitan untuk memberikan tindakan tegas baik kepada masyarakat

parkir liar ataupun tukang parkir liar yang menyebabkan masyarakat

kurang menanggapi apabila tidak ada peringatan baik denda ataupun

tindakan tegas lainnya.

Page 43: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Keterbatasan waktu, sehingga tidak mungkin pihak Dinas

Perhubungan, Polisi Lalu Lintas selalu memperingati pelaku parkir liar

untuk tidak melakukan parkir liar di tempat tersebut, karena masih

banyak tugas-tugas Dinas Perhubungan, Polisi Lalu Lintas yang harus

dilakukan maupun dikerjakan. Dalam hal keterbatasan waktu termasuk

dalam Faktor sarana dan prasarana, waktu berperan penting dalam

mengatasi masalah parkir liar, karena tidak memungkinkan apabila

instansi terkait harus memantau langsung sehingga langkah yang

diambil oleh pihak dinas perhubungan hanya sebatas menggembosi

ban, mencabut pentil kendaran, menggembok roda, karena tindakan

tegas lainnya seperti tilang hanya merupakan wewenang dari Polisi

lalu lintas.

3. Faktor sarana atau fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan

hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana tau fasilitas tersebut, antara

lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil. Organisasi

yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya.

Selain itu tidak lengkapnya atau tidak adanya sarana atau fasilitas tersebut,

akan mungkin penegakan hukum menyerasikan peranan yang seharusnya

dengan peranan yang aktual.

Keterbatasan dana, sehingga karena keterbatasan dana tersebut Dinas

Perhungan sub UPTD Parkir tidak dapat mengajak Satpol PP, Polisi

Page 44: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

Lalu Lintas, untuk dapat saling bekerja sama melakukan penegakan

hukum dalam mengatasi masalah Parkir liar yang ada di Kota

Salatiga.

Dari hasil penelitian diatas, Faktor sarana atau fasilitas merupakan

hambatan dalam pelaksanaan Penegakan Hukum Tanpa adanya sarana

atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan

berlangsung dengan lancar. Sehingga bantuan dana dari Pemerintah

Daerah sangatlah dibutuhkan agar pihak Dinas Perhubungan Sub

UPTD Parkir dapat bekerja sama dengan pihak- pihak atau instansi

terkait untuk mengambil kebijakan dalam mengatasi masalah Parkir

Liar.

Karena belum adanya Organisasi yang terstruktur dengan baik. Dari

hasil penelitian diatas, belum adanya organisasi yang baik termasuk

dalam Faktor sarana dan prasarana yang merupakan hambatan dalam

penegakan hukum. Sarana dan prasarana tersebut bukan dalam bentuk

fasilitas tetapi tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil serta

Organisasi yang baik, dengan adanya tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil akan dapat memberikan langkah- langkah

atau solusi yang bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam

masyarakat. Dengan begitu akan mempengaruhi penegakan hukum.

Apabila masyarakat dan para tenaga ahli dapat berorganisasi dengan

baik satu sama lain untuk mencari solusi dari parkir liar maka maka

masalah parkir liar dapat segera diselesaikan. Masalah utama dari

Page 45: BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8359/2/T1...BAB II PEMBAHASAN A. Kerangka Teori 1. Penegakan Hukum Secara konseptional,

parkir liar karena masyarakat tidak memiliki kesadaran hukum, moleh

karena itu organisasi yang baik diharapkan mampu memberikan

pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya kesadaran hukum

sehingga menanamkan pada diri masyarakat bahwa tanggung jawab

menjaga ketertiban umum adalah tanggung jawab bersama.

4. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian didalam masyarakat. Dengan begitu maka masyarakat dapat

mempengaruhi penegakan hukum. Penegakan hukum bukanlah meruakan suatu

kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan mempunyai hubungan timbala balik yang

erat dengan masyarakatnya. Diketahai pula untuk mencapai kedamaian harus ada

kepatuhan dari masyarakat, dan kepatuhan tersebut antara lain ditentukan ada

kesadaran hukum. Kesadaran hukum merupakan nilai-nilai yang terdapat didalam

diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan akan

ada. Dalam melaksanakan penetapan hukum, selain faktor kesadaran hukum

masyarakat perlu pula memperhatikan nilai-nilai budaya masyarakat.

Untuk menuntaskan masalah Parkir Liar ini diperlukan waktu yang cukup

lama dan hingga kini masalah tersebut sangat sulit diatasi,karena baik dari

masyarakat parkir liar dan juru parkir liar tidak memiliki kesadaran

hukum.