bab 4 analisa putusan pengadilan agama …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-pk i...

26
78 BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR: 549/Pdt.G/2007/PA.JP MENGENAI SITA MARITAL 4.1.Pokok Perkara dalam Putusan Nomor: 549/Pdt.G/2007/PA.JP Pihak PEMOHON: HALIMAH AGUSTINA KAMIL BINTI ABDULLAH KAMIL, memberikan kuasa kepada Dr. Todung Mulya Lubis, SH. LLM, Lelyana Santosa SH., Arin Tjahjadi Muljana SH, B. Cyndy Panjaitan SH, dan kawan- kawan. Pihak TERMOHON: BAMBANG TRIHATMODJO BIN H.M. SOEHARTO, memberikan kuasa kepada Juan Felix Tampubolon SH MH., Devi Selvana SH., Wimboyono Seno Hadji SH., Mundyah Titi Respati SH. PEMOHON, mengajukan sita marital sekalipun tanpa adanya permohonan gugatan cerai didasarkan atas pasal 95 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam yang merupakan modifikasi dari Pasal 186 KUHPer (Burgelijke Wetboek). Sebagaimana pendapat Yahya Harahap bahwa permohonan sita marital tidak mutlak bersifat asesoir kepada gugatan cerai atau pembagian harta bersama. PEMOHON telah melangsungkan pernikahan yang sah menurut hukum dengan TERMOHON selama 26 tahun, dengan status hukum sah hingga saat ini masih terikat dalam suatu pernikahan yang sah dan telah dikaruniai tiga anak kandung: Gendis Siti Hatmanti (Perempuan, 25 tahun), Bambang Panji Adhikumoro (Laki-laki, 21 tahun), Bambang Aditya Trihatmanto (Laki-laki, 17 tahun). Walaupun PEMOHON dan TERMOHON masih terikat dalam perkawinan perlu dilakukan tindakan prevensi terhadap keselamatan harta bersama karena PEMOHON khawatir TERMOHON melakukan perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta bersama berupa pemborosan karena TERMOHON mempunyai hubungan gelap dengan wanita lain yang bernama MAYANGSARI, dari hubungan gelap bahkan Universitas Indonesia Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Upload: vanhuong

Post on 06-Mar-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

78

BAB 4

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

NOMOR: 549/Pdt.G/2007/PA.JP

MENGENAI SITA MARITAL

4.1.Pokok Perkara dalam Putusan Nomor: 549/Pdt.G/2007/PA.JP

Pihak PEMOHON:

HALIMAH AGUSTINA KAMIL BINTI ABDULLAH KAMIL,

memberikan kuasa kepada Dr. Todung Mulya Lubis, SH. LLM, Lelyana

Santosa SH., Arin Tjahjadi Muljana SH, B. Cyndy Panjaitan SH, dan kawan-

kawan.

Pihak TERMOHON:

BAMBANG TRIHATMODJO BIN H.M. SOEHARTO, memberikan kuasa

kepada Juan Felix Tampubolon SH MH., Devi Selvana SH., Wimboyono

Seno Hadji SH., Mundyah Titi Respati SH.

PEMOHON, mengajukan sita marital sekalipun tanpa adanya

permohonan gugatan cerai didasarkan atas pasal 95 ayat (1) Kompilasi Hukum

Islam yang merupakan modifikasi dari Pasal 186 KUHPer (Burgelijke

Wetboek). Sebagaimana pendapat Yahya Harahap bahwa permohonan sita

marital tidak mutlak bersifat asesoir kepada gugatan cerai atau pembagian

harta bersama.

PEMOHON telah melangsungkan pernikahan yang sah menurut

hukum dengan TERMOHON selama 26 tahun, dengan status hukum sah

hingga saat ini masih terikat dalam suatu pernikahan yang sah dan telah

dikaruniai tiga anak kandung: Gendis Siti Hatmanti (Perempuan, 25 tahun),

Bambang Panji Adhikumoro (Laki-laki, 21 tahun), Bambang Aditya

Trihatmanto (Laki-laki, 17 tahun). Walaupun PEMOHON dan TERMOHON

masih terikat dalam perkawinan perlu dilakukan tindakan prevensi terhadap

keselamatan harta bersama karena PEMOHON khawatir TERMOHON

melakukan perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta bersama

berupa pemborosan karena TERMOHON mempunyai hubungan gelap dengan

wanita lain yang bernama MAYANGSARI, dari hubungan gelap bahkan

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 2: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

79

sampai ke taraf nikah sirry telah lahir anak bernama Siti Khirana Hartina

Trihatmojo. Seharusnya terhadap harta bersama setiap tindakan terhadapnya

harus dengan persetujuan kedua belah pihak, dan yang berhak atas harta benda

bersama hanya PEMOHON dan TERMOHON serta anak-anak dari

TERMOHON dan PEMOHON. Wanita lain tidak berhak sama sekali terhadap

harta bersama tersebut. Ada persangkaan kuat bahwa TERMOHON telah

memberikan ataupun melakukan pemborosan terhadap harta bersama dengan

wanita lain dengan didirikannya salon Pravda, showroom mobil serta hotel di

Purwokerto dan usaha rumah makan yang akan dibuat di Grand Indonesia atas

nama Mayangsari. Bahkan sampai saat PEMOHON mengajukan permohonan

ini wanita lain serta anak luar kawinnya diduga telah menempati rumah yang

termasuk dalam harta bersama milik PEMOHON dan TERMOHON, wanita

lain telah dibolehkan TERMOHON untuk menikmati dan memberikan harta

milik PEMOHON dan TERMOHON. Dengan demikian PEMOHON mohon

kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang terhormat dapat menetapkan

sita marital agar TERMOHON tidak melakukan transaksi jual-beli,

menggadaikan, menjaminkan, atau menerima sebagai jaminan atau transaksi-

transaksi lain yang bersifat mengalihkan kepemilikan terhadap harta-harta

bersama demi menghindari adanya tuntutan hukum berupa pidana maupun

penggelapan.

Isi gugatan yang diajukan PEMOHON antara lain:

1. Mengabulkan permohonan sita marital (maritale beslaag) yang

diajukan oleh PEMOHON;

2. Menetapkan bahwa harta-harta kekayaan yang telah diuraikan

dalam permohonan sita marital dinyatakan sebagai harta

bersama;

3. Menyatakan sah permohonan sita marital (maritale beslaag)

yang diajukan oleh PEMOHON.

Ikatan perkawinan antara PEMOHON dan TERMOHON masih dalam

proses perceraian. TERMOHON memasukkan permohonan izin thalak ke

Pengadilan Agama tanggal 16 Januari 2005, permohonannya dikabulkan dan

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 3: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

80

PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan

putusannya membatalkan permohonan izin thalak TERMOHON. Prosesnya

masih berjalan sampai sekarang masih berujung pada Mahkamah Agung,

TERMOHON masih bersihkukuh menceraikan PEMOHON secara legal

formal, dalam pemberitaan media massa disebutkan keinginnannya untuk

menceraikan PEMOHON lantaran ada wanita lain yang berstatus sebagai istri

sirrynya. Sementara di sisi lain, PEMOHON ingin mempertahankan

perkawinan yang telah dilakukan selama 26 tahun, tidak ingin rumah

tangganya hancur berantakan. Sementara selama ini, TERMOHON sering

membelanjakan hartanya kepada istri sirrynya sehingga dia menjadi “Orang

Kaya Mendadak”. PEMOHON khawatir harta bersamanya dengan

TERMOHON juga akan digunakan TERMOHON untuk dihamburkan ke istri

sirrrynya.

Adapun harta bersama yang dimintakan untuk diletakkan sita marital

kepada Pengadilan Agama berupa barang tidak bergerak meliputi beberapa

bidang tanah; rumah, dan juga berupa barang bergerak meliputi kapal;

kendaraan mobil; rekening Bank; dan saham-saham. Jumlah harta bersama

yang dimohonkan untuk ditetapkan sebagai harta bersama dan diletakkan sita

marital berjumlah 119 harta.

Dalam eksepsi Jawaban, kuasa TERMOHON mengungkapkan bahwa

PEMOHON pernah mengajukan sita marital yang sama dan serupa dengan

permohonan yang diajukan PEMOHON saat ini, dalam permohonan cerai

thalak yang diajukan pihak TERMOHON dengan nomor gugatan

249/Pdt.G/2007/PA.JP PEMOHON mengajukan permohonan sita marital

dalam rekopensinya pada tahap menjawab, yang pada akhirnya ditolak oleh

Majelis Hakim untuk permohonan sita maritalnya. Permohonan cerai thalak

TERMOHON masih belum berkekuatan hukum tetap (in kracht), sehingga

jika PEMOHON mengajukan permohonan sita marital yang terpisah sekali

pun dapat mengakibatkan putusan Pengadilan yang saling bertentangan satu

sama lain.

Selain itu, kuasa TERMOHON dalam Jawaban Pokok Perkaranya

menyebutkan bahwa PEMOHON dan TERMOHON sudah tidak tinggal

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 4: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

81

bersama lagi, TERMOHON hanya sekali saja datang ke rumah kediaman

bersamanya dengan PEMOHON dan itu pun tidak tidur satu kamar lagi

selama kurang lebih satu tahun. Menyangkal bahwa TERMOHON melakukan

pemborosan yang merugikan dan membahayakan harta bersama dengan

memberikan harta bersamanya kepada wanita lain dengan cara wanita lain

menempati rumah di daerah Simprug Golf, Grogol Jakarta Selatan yang

termasuk dalam harta bersama yang dimohonkan .

Kuasa TERMOHON juga menyatakan bahwa pengalihan atau

pembebanan harta bersama antara TERMOHON dan PEMOHON tidak

mungkin dilakukan karena menurut hukum, pengalihan atau pembebananan

atau segala sesuatu yang bersangkutan dengan harta bersama harus dengan

persetujuan kedua belah pihak, sejak TERMOHON belum mengajukan

permohonan cerai thalak pun TERMOHON sudah mengemukakan kesediaan

membagi harta bersama, namun pembagian harta bersama baru bisa dilakukan

setelah perkawinan putus. Apalagi sampai saat ini TERMOHON menunjukkan

itikad baiknya dengan bertanggung jawab memberikan uang nafkah dan

fasilitas-fasilitas yang sangat mencukupi untuk kehidupan PEMOHON dan

anak-anak PEMOHON dan TERMOHON.

Kuasa TERMOHON berpendapat bahwa permohonan sita marital

hanya dapat dilakukan bagi isteri yang tunduk pada KUHPer untuk menuntut

pemisahan harta bersama dengan maksud melindungi isteri dari kekuasaan

mutlak suami terhadap harta bersama serta harta bawaan yang bercampur

bulat setelah terjadinya perkawinan. Pemisahan harta bersama hanya dapat

diminta oleh isteri jika suami melakukan pengurusan harta yang buruk

terhadap isteri yang juga terkandung di dalam harta bersamanya sehingga

dengan putusan diletakkan sita marital selain harta berrsama dipisahkan, isteri

mendapat haknya lagi untuk mengurus hartanya sendiri. Sedangkan

PEMOHON tidak pernah menuntut pembagian harta bersama.

TERMOHON juga meminta kepada Majelis Hakim untuk tidak

menjatuhkan sita terhadap saham dan aset yang ada sangkut pautnya dengan

pihak ketiga karena berdasarkan pasal 3 UU No. 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas disebutkan bahwa barang-barang bergerak dan tidak

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 5: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

82

bergerak merupakan aset dan kekayaan pihak ketiga yang terpisah dengan

kekayaan TERMOHON.

TERMOHON juga berpendapat bahwa Islam tidak mengenal adanya

harta bersama, mengingat kekuasaan pihak suami maupun isteri adalah sama

atau seimbang, masing-maisng punya hak untuk menjual, menggadaikan dan

lain sebagainya, telah terjadi pemisahan harta yaitu terhadap harta bawaan

masing-masing, pengelolaannya ada pada kuasa baik suami maupun isteri.

Oleh karena itu pemisahan harta bersama saat ini sudah kehilangan maknanya

dan dalam praktik sekarang ini sita marital tidak banyak dimanfaatkan.

Saksi ahli yang mendukung dalil PEMOHON adalah Prof. Dr. Zulfa

Djoko Basuki, S.H., M.H.; Yahya Harahap S.H.; K.H. Nazri Adlani, M.A.

Menurut pendapat Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki, S.H., M.H. sita marital dapat

dilakukan dengan permohonan terpisah yang berdiri sendiri selama

perkawinan berlangsung yang bertujuan untuk menyelamatkan harta bersama

bila ada indikasi adanya perbuatan yang dapat merugikan dan membahayakan

harta bersama. Permohonan sita marital yang diajukan oleh PEMOHON

berdasarkan pasal 95 Kompilasi Hukum Islam sudah tepat dan benar.

Pernyataan beliau pun dipertegas oleh Pendapat H.M. Yahya Harahap, S.H.

menurutnya pengajuan sita marital yang satu rumpun dengan sita jaminan

secara tersendiri dengan artian terlepas dari perkara cerai berdasarkan pasal 95

Kompilasi Hukum Islam diperbolehkan. Maksud dari pasal 95 Kompilasi

Hukum Islam sendiri menurutnya sebagai upaya untuk menyelamatkan harta

bersama suami isteri supaya tidak berpindahtangan kepada pihak lain,

menjamin harta bersama agar tidak mengalami kehancuran guna menjamin

keselamatan obyek harta bersama. Beliau juga berpendapat mengenai eksepsi

jawaban TERMOHON Yang mengatakan akan ada pertentangan putusan.

Menurut beliau, tidak akan terjadi pertentangan putusan Majelis Hakim

terdahulu dengan putusan Majelis Hakim perkara ini mengenai sita marital.

Jika putusan cerainya dikabulkan tetap saja putusan sita maritalnya sah, begitu

pula jika cerainya ditolak sita maritalnya pun tetap sah sehingga antara

putusan Majelis Hakim justru saling menguatkan. Yahya Harahap juga

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 6: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

83

mengemukakan bahwa walaupun sita marital jarang dipergunakan sekarang

ini, bukan berarti upaya hukum tersebut tidak boleh dilakukan.

Menurut pendapat Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki, S.H., M.H. sita

marital merupakan sita khusus yang diterapkan terhadap harta bersama suami

isteri yang fungsinya melindungi hak pemohon selama pemeriksaaan sengketa

perceraian di pengadilan berlangsung dengan menyimpan atau membekukan

barang-barang yang disita agar tidak jatuh ke tangan pihak ketiga.

Menurutnya, dengan adanya penyitaan terhadap harta bersama, baik suami

maupun isteri dilarang memindahkannya kepada pihak ketiga dalam bentuk

apapun.

Menurut pendapat K.H. Nazri Adlani, M.A. pasal 95 KHI tidak

bertentangan dengan Hukum Islam, karena maksud sita marital agar harta

bersama terjaga dengan baik dan tidak saling merugikan di antara suami dan

isteri, sesuai dengan prinsip dalam Surat Al Baqarah ayat 279 yang intinya

tidak saling merugikan. Walaupun tanpa dikaitkan dengan perceraian, pasal 95

Kompilasi Hukum Islam membolehkan mengajukan sita harta bersama secara

tersendiri yang sifatnya menyelamatkan harta bersama.

Lain halnya dengan pernyataan saksi ahli yang diajukan TERMOHON,

Prof.. Dr. Bernadette M. Waluyo, S.H., M.H., C.N. Menurutnya, jika telah

diajukan permohonan cerai baik dalam bentuk permohonan thalak maupun

dalam bentuk gugatan cerai, sita jaminan atas harta bersama atas dasar pasal

95 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam tidak dapat diberlakukan. Selain itu, saksi

ahli lain yang diajukan TERMOHON pun mementahkan Kompilasi Hukum

Islam sebagai dasar hukum yang dapat digunakan dalam Sistem Hukum

Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Abdul Djamali, S.H. Menurutnya,

Kompilasi Hukum Islam hanya merupakan himpunan atau kumpulan

ketentuan-ketentuan hukum positif teretentu, digunakan sebagai pedoman dan

acuan dalam beracara di Pengadilan Agama menjadi pelengkap dari dasar

hukum positifnya, oleh karena itu ketentuan-ketentuan dalam Kompilasi

Hukum Islam tidak dapat dijadikan dasar hukum yang berdiri sendiri dalam

gugatan atau permohonan yang disamapaikan ke Pengadilan Agama.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 7: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

84

PEMOHON mengajukan 119 harta yang ingin ditetapkan sebagai harta

bersama sekaligus diletakkan sita marital/ sita jaminan atas harta bersama.

Pengadilan Agama menetapkan hanya 8 di antara kesemua harta bersama yang

diajukan PEMOHON. Harta tersebut di antaranya:

1. Tanah seluas ±1.985 m2 di Menteng atas nama Bambang

(TERMOHON);

2. tanah seluas ±1.259 m2 di Menteng atas nama Bambang

(PEMOHON);

3. mobil Porsche Cayenne B 905 AT atas nama Halimah

(PEMOHON);

4. mobil Volkswagen Toureg B 82 G atas nama Halimah

(PEMOHON);

5. tanah dengan luas 3.105 m2 di Ciganjur atas nama Halimah

(PEMOHON);

6. tanah seluas 2.705 di Jalan Simprug Garden II Grogol Selatan

atas nama PT Asri Land;

7. tanah seluas 1.355 m2 Jalan Simprug Garden II RT 007/03

Grogol Selatan atas nama PT Asri Land;

8. tanah seluas ±4.650 m2 di Megamendung Bogor atas nama

Bambang (TERMOHON).

4.2. Analisa Data

4.2.1. Kedudukan Kompilasi Hukum Islam sebagai

Ijtihad Ulama dan Peraturan Perundang-undangan Nasional

Penerapan Hukum Islam melalui perundang-undangan seperti

Kompilasi Hukum Islam yang dijadikan pegangan dalam penerapan

hukumnya untuk menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat menuju

tujuan Hukum Islam salah satunya mengenai masalah harta bersama

mengandung masalah ijtihadiyah yang diselesaikan dengan ijtihad ulama

Indonesia dengan menggunakan metode-metode istihlah, istihsan, ‘urf dan

lain sebagainya yang merupakan metode istidlal dengan tujuan jabal mashalih

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 8: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

85

wa dar’u al mafasid. 143 Dapat dikatakan kedudukan Kompilasi Hukum Islam

merupakan ijma’ yang merupakan salah satu metode ijtihad yaitu usaha atau

ikhtiar yang sungguh-sungguh dengan mengarahkan seluruh kemampuan

dilakukan oleh orang (ahli Hukum) seperti Ulil Amri/Ulama yang memenuhi

syarat untuk merumuskan garis hukum yang belum jelas atau tidak ada

ketentuannya dalam Al Qur’an dan Sunnah. Metode ijma’ merupakan

persetujuan atau kesesuian pendapat para ahli mengenai suatu masalah

(hukum syariat mengenai suatu kejadian/kasus) pada suatu tempat di suatu

massa yang diperoleh dengan suatu cara di tempat yang sama.144 Pembuatan

Kompilasi Hukum Islam menurut pertimbangan Hakim telah melibatkan

banyak pakar hukum dari Perguruan Tinggi terutama IAIN dan semua ulama

di Indonesia. Perlu diperhatikan lebih seksama, ijma’ merupakan persetujuan,

jika ada satu orang saja yang tidak menyetujui suatu pendapat hal tersebut

tidak dapat dikatakan sebagai ijma’. Dengan perkataan lain, semua ahli hukum

dan semua ulama menyetujui suatu pendapat merupakan ijma’ berarti isi atau

materi yang dikandung dalam Kompilasi Hukum Islam disetujui dengan suara

bulat oleh semua ulama di Indonesia.

Sebelum adanya Kompilasi, mengingat adanya ketidakseragaman

pendapat dalam hukum Islam, adanya kesimpangsiuran putusan dan tajamnya

perbedaan pendapat mengenai masalah hukum Islam, masalah fiqh berbeda-

beda yang dikhawatirkan jadi pemecah, pemilihan kitab rujukan yang ada di

antara hakim berbeda, dan kitab kuning yang merupakan ijtihad berisi

pendapat dan pasti berbeda antara pendapat mujtahid yang satu dengan yang

lainnya maka Pemerintah perlu memberikan suatu pedoman yang dapat

digunakan hakim dalam menerapkan hukum Islam di Indonesia. Menurut Prof.

Dr. Zulfa Djoko Basuki, S.H., M.H. jika sudah diatur dalam Kompilasi

Hukum Islam maka hakim tidak dapat berpendapat lain dengan merujuk pada

suatu aliran di dalam hukum Islam, karena judge made Law hanya bisa

dilakukan jika tidak ada hukumnya. Jika ada hukumnya, hukumnyalah yang

harus dilaksanakan. Kompilasi Hukum Islam merupakan Lex Spesialis yang

143 Abdurrahman, Op. Cit. 144 Ali, Op. Cit., hlm.120-123.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 9: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

86

merupakan hukum khusus yang menyimpang dari lex generalis yang

merupakan dasar dari lex generalis.145 Oleh karena itu agar Kompilasi Hukum

Islam dapat berlaku maka Pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No.1

tahun 1991 dan ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Agama No.

154/1991 yang kemudian Dirjen Peradilan Agama menindaklanjutinya dengan

memerintahkan kepada seluruh hakim untuk mempedomani dan

memberlakukan KHI sebagai landasan hukum bagi masyarakat Islam dalam

mengadili sengketa yang timbul.

Menurut pendapat Koesnoe, Kompilasi Hukum Islam dalam Hukum

Islam dapat dilihat dalam dua kedudukan yaitu sebagai ijma’ dan sebagai

peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemegang kekuasaan.

Sebagai peraturan perundang-undangan kedudukannya sebagai Instruksi

Presiden (Inpres) sama dengan Keputusan Presiden (Kepres), berdasarkan

hierarki perundang-undangan kedudukannya ada di bawah Undang-undang.

Dasar dari Instruksi Presiden itu sendiri adalah pasal 4 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan

pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.146 Presiden memegang

kekuasaan Pemerintahan Negara. Salah satu kekuasaan pemerintahan yang

dapat dilakukan Presiden adalah mengeluarkan peraturan, salah satunya adalah

Instruksi Presiden atau Keputusan Presiden.

Instruksi Presiden ditujukan kepada Menteri Agama untuk

menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam yang sudah disepakati. Salah satu

diktum keputusan ini adalah untuk menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam

yang terdiri dari 3 Buku mengatur Perkawinan, Kewarisan dan Perwakafan

yang telah diterima oleh para ulama dalam lokakarya nasional. Oleh karena itu

tidak dapat ditemukan penegasan mengenai kedudukan dan fungsi Kompilasi

Hukum Islam. Salah satu konsideran instruksi menyatakan bahwa Kompilasi

Hukum Islam oleh instansi pemerintah dan masyarakat yang memerlukannnya

dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah.

145 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1999). Hlm. 142. 146 Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Perubahannya amandemen I, II, III, dan IV.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 10: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

87

Koesnoe juga “Dapat menjadi pedoman” tidak harus diartikan

kompilasi tidak mengikat, untuk beberapa pihak dapat menggunakannya dan

pihak yang lainnya lagi tidak memakainya. Pedoman seharusnya bisa diartikan

hal yang dapat dijadikan pegangan sehingga bisa berpegang teguh pada

pedoman tersebut. Layaknya sumber hukum Islam yang pertama dan Kedua

yakni Al Qur’an dan Sunnah/Hadits Rasul merupakan pedoman bagi Umat

Islam, tentunya tidak dapat diartikan Umat Islam tidak terikat terhadap Al

Qur’an dan hadits sehingga bagi umat Islam bisa memutuskan apakah ingin

menggunakannya atau tidak. Akan menjadi sangat riskan bila suatu pedoman

tidak ditaati, terlebih lagi Kompilasi Hukum Islam adalah ijma’ yang

merupakan ijtihad ulil amri yang telah memenuhi syarat tertentu, karena

Kompilasi Hukum Islam merupakan ijma’ yang merupakan ijtihad maka dapat

dikatakan Kompilasi Hukum Islam merupakan sumber Hukum Islam bagi

masyarakat Indonesia. Tanpa adanya pedoman hidup manusia tidak tertatur

tanpa arah, untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yang semestinya ditaati.

Apabila “dapat menjadi pedoman” diartikan kompilasi tidak mengikat tentulah

tidak sesuai dengan tujuan dibentuknya Kompilasi Hukum Islam. Menurut

Yahya Harahap tujuan dibentuknya Kompilasi Hukum Islam adalah: Untuk

merumuskan secara sistematis Hukum Islam di Indonesia secara konkret;

dijadikan sebagai landasan penerapan hukum Islam di Lingkungan Peradilan

Agama; dapat terbina penegakan kepastian hukum yang lebih seragam dalam

pergaulan lalu lintas masyarakat Islam. Jika keberlakuan Kompilasi Hukum

Islam tidak seragam ada yang menggunakan adapula yang tidak menggunakan

maka tujuan tersebut tidak dapat tercapai.

Menurut Prof. Dr. H. M. Tahir Azhary, Kompilasi Hukum Islam

sebagai pedoman tidak hanya harus diperhatikan tapi juga mempunyai

kekuatan mengikat bagi para Hakim Peradilan Agama. Dengan demikian

penulis sependapat dengan Majelis Hakim yang tidak setuju dengan pendapat

saksi ahli dari TERMOHON, Abdul Djamali, S.H. yang menyebut Kompilasi

Hukum Islam sebagai pedoman saja yang diartikan tidak harus dipatuhi.

Menanggapi pernyataan saksi ahli Abdul Djamali S.H. yang menafikan

substansi Kompilasi Hukum Islam dengan menyatakan “Apabila Kompilasi

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 11: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

88

Hukum Islam merupakan hukum positif bertarti di Negara ini ada dualistis

hukum positif sejenis.” Pendapat seperti itu menyamakan secara

berdampingan dan bersamaan ketentuan-ketentuan hukum positif dalam Ayat

Al Qur’an, hadits dan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang perkawinan

dengan Kompilasi Hukum Islam. Menurutnya pembuatan Kompilasi Hukum

Islam mencampurkannya dengan ketentuan-ketentuan hukum dalam aturan

hukum lain bahkan fiqh sebagai penjabaran dari Mahzab dari Hadits Nabi

dengan ketentuan-ketentuan hukum positif yang diatur dalam Undang-Undang

Perkawinan. Pendapat Abdul Djamali dapat disimpulkan mengungkapkan

bahwa “ Kompilasi Hukum Islam bukanlah sumber hukum.” Majelis Hakim

tidak sependapat dengan pernyataan saksi ahli ini. Kompilasi Hukum Islam

yang bukan merupakan sumber hukum di Indonesia tidak berdasarkan fakta,

karena pada faktanya Pengadilan Agama sampai Mahkamah Agung telah lama

menerapkan ketentuan Kompilasi Hukum Islam. Pendapat Abdul Djamali

terlalu kebarat-baratan, dan mengarah ke teori Iblis, teori receptie yang

diajarkan oleh Cornelis Van Vollenhoven dan Betrand ter Haar dan Snouck

Hugronye. Menurut teori receptie yang berkembang sebelum adanya hukum

nasional Indonesia yaitu masih adanya hukum adat dan hukum Islam, antara

hukum adat dengan hukum Indonesia dipertentangkan dan seolah-olah tidak

dapat menyatu. Teori ini sebenarnya punya maksud politis untuk memecah

belah dan mengadu domba rakyat Indonesia untuk mengukuhkan kekuasaan

Belanda di Indonesia.147 Teori ini bagaikan teori membelah bambu,

mengangkat belahan yang satu (adat) dan menekan belahan yang lain (Islam),

hukum adat kedudukannya lebih tinggi daripada hukum Islam. Teori ini

mempunyai maksud untuk menghapuskan hukum Islam dari Indonesia,

mematikan pertumbuhan Hukum Islam. Pertimbangan hakim terhadap

pendapat saksi ahli Abdul Djamali tentunya menentang teori resepsi, karena

teori ini mengajak orang Islam untuk tidak mematuhi dan melaksanakan

perintah Allah dan Sunnah Rasulnya. Majelis Hakim tentunya tidak

menganggap hukum Islam itu sendiri, Majelis Hakim menganggap Hukum

Islam merupakan hukum, tidak tergantung apakah hukum Islam tersebut sudah

147 Ali, Op. Cit., hlm.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 12: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

89

atau belum dapat diterima. Mematuhi hukum Islam merupakan ketaatan dan

ketaqwaan. Lagipula teori receptie ini sudah tidak sesuai lagi dan tidak

berlaku lagi dengan kondisi Hukum Indonesia saat ini.

Jika ingin dihubungkan dengan sesuai atau tidaknya dengan keadaan

hukum, Kompilasi Hukum Islam sudah sesuai dengan keadaan masyarakat

Hukum Islam itu sendiri. Mengingat pembentukan Kompilasi Hukum Islam

salah satunya dengan memperhatikan prinsip “Unity dan Variety” yaitu

semacam bentuk sosiologis yang mengacu pada kondisi yang “satu dalam

keragaman.” Tujuannnya justru menghindari adanya ketidakseragaman. Selain

itu, metode lain yang digunakan adalah melakukan pendekatan perumusan

Kompilasi Hukum Islam dengan pendekatan kompromi dengan hukum Adat

untuk mengantisipasi perumusan nilai-nilai hukum yang tidak dijumpai

nashnya dalam Al Qur’an dan Sunnah, sedangkan pada sisi lain, nilai-nilai itu

sendiri telah tumbuh subur berkembang sebagai norma adat dan kebiasaan

masyarakat Indonesia. Di samping itu, nilai-nilai adat kebiasaan yang dalam

konteks ilmu hukum Islam disebut dengan istilah ‘Urf itu nyata-nyata

membawa kemaslahatan ketertiban serta kerukunan dalam kehidupan

masyarakat. Jelas tujuan dibentuknya Kompilasi Hukum Islam untuk

kemaslahatan, dapat diasumsikan bahwa dengan menjadikan Kompilasi

Hukum Islam sebagai dasar hukum membawa manusia khususnya mayarakat

Islam di Indonesia ke arah yang mursalah bukan ke arah mudharat. Pendapat

saksi ahli seakan membuat paradigma baru bahwa Kompilasi Hukum Islam

bukanlah sumber hukum yang tidak harus digunakan, bagi pihak tertentu bisa

menggunakann bagi pihak lainnya tidak wajib digunakan seakan berdampak

bahwa Kompilasi Hukum Islam membawa masyarakat Islam Indonesia ke

arah mudharat karena adanya dualistis hukum.

Dengan adanya Kompilasi Hukum Islam berlaku mengikat karena

seluruh Hakim sudah menggunakan Kompilasi Hukum Islam, hak hakim

untuk berijtihad tidak boleh lagi menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang

disebutkan secara tegas dengan Kompilasi Hukum Islam, bukan lagi

menerapkan keyakinan hukumnya sesuai dengan pendapat yang dianutnya

dalam salah satu kitab fiqh. Untuk ketentuan yang masih belum diatur dalam

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 13: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

90

Kompilasi Hukm Islam dapat dirujuk ke dalam kitab-kitab fiqh sebagai

perbandingan untuk penafsiran bagi para hakim. Perlu diingat fiqh merupakan

bahan perbandingan, jika pada praktiknya ada pertentangan antara Kompilasi

Hukum Islam dengan Fiqh, yang digunakan adalah Kompilasi Hukum Islam

yang merupakan Lex spesialisnya.

Masalah sita marital atau disebut juga sebagai sita jaminan atas harta

bersama diatur dengan tegas dalam Kompilasi Hukum Islam. Tidak perlu lagi

dipertanyakan ketentuan yang mengaturnya, karena sudah jelas tertulis. Tidak

perlu mempertanyakan apakah Kompilasi Hukum Islam sebagai pedoman

dapat diterapkan dan berlaku mengikat atau tidak. Jika tidak ada

pengaturannya dalam Kompilasi Hukum Islam barulah dapat dirunut ke dalam

kitab fiqh . Selama ketentuan yang diatur tidak bertentangan dengan sumber

hukum Islam lainnya yang lebih tinggi, yaitu Al Qur’an dan Hadits bukan

merupakan suatu masalah untuk menerapkan ketentuan tersebut.

Sita marital erat kaitannya dengan perkawinan. Kompilasi Hukum

Islam merupakan peraturan pelaksanaan undang-undang perkawinan bagi

pemeluk agama Islam. Dalam hukum perkawinan kedudukan Kompilasi

Hukum Islam merupakan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan

bagi Pemeluk Agama Islam karena sejalan dengan Undang-Undang

Perkawinan. Jika sejalan dengan Undang-undang tidak ada alasan untuk tidak

dijadikan sebagai sumber hukum. Kalaupun ada yang bertentangan, karena

Kompilasi Hukum Islam yang digunakan bagi umat Islam karena lebih sesuai

dengan syariat dan sebagai lex spesialis dari Undang-Undang Perkawinan

yang merupakan hukum khusus yang bisa menyimpang dari lex generalis yang

sebagai dasarnya.

4.2.2. Kedudukan Harta Bersama terhadap Suami Isteri

Kedudukan antara suami dan isteri adalah sama, baik suami maupun isteri

berhak atas harta pribadi/ harta bawaan untuk melakukan perbuatan hukum

terhadap hartanya. Namun, untuk harta bersama dalam melakukan perbuatan

hukum terhadapnya dibutuhkan persetujuan kedua belah pihak.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 14: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

91

Pada dasarnya menurut Hukum Islam, harta suami isteri terpisah. Masing-

masing memiliki hak untuk membelanjakan atau menggunakan hartanya dengan

sepenuhnya tanpa boleh diganggu oleh pihak lain. Baik merupakan harta

bawaannya masing-masing atau harta yang diperoleh oleh salah seorang suami

isteri atas usahanya sendiri-sendiri maupun harta yang diperoleh oleh salah

seorang mereka karena hadiah atau hibah atau warisan sesudah mereka menikah.

Prof. Hazairin menyimpulkan bahwa Al Qur’an tidak mengatur lembaga harta

bersama dalam perkawinan. Dalam kitab fiqh pun tidak menyebut tegas mengenai

harta bersama selama perkawinan yang disebut sebagai harta kekayaan

perkawinan. Kitab fiqh yang ada hanya membahas mengenai mahar. Oleh karena

itu segala sesuatu yang tidak diatur dalam Al Qur’an dan Sunnah Rasul menjadi

otonomi setiap umat Islam untuk mengaturnya secara “syura bainahum”.148

Dengan demikian ada pendapat yang menyatakan harta bersama dapat terjadi

dalam perkawinan Islam, ada juga yang berpendapat bahwa Islam tidak mengenal

harta bersama kecuali dengan dilakukannya syirkah.

Harta bersama sebelumnya dikenal dalam masyarakat hukum adat sebagai

harta gono-gini. Di Mesir tidak dikenal harta gono-gini seperti di Indonesia. Para

ulama Indonesia yang melakukan ijtihad mengatur mengenai harta tersebut yang

kemudian dirumuskan dalam Kompilasi Hukum Islam. Menurut keterangan yang

penulis dapat dari wawancara dengan anggota Majelis Hakim yang memutus

perkara ini, Bpk. Drs. Faizal Kamil, S.H., M.H. Harta bersama yang dikenal Islam

diadopsi dari hukum adat, sebagaimana metode ijtihad bisa dilakukan dengan cara

‘Urf. Adat istiadat yang tidak bertentangan dengan Hukum Islam dapat

dikukuhkan tetap terus berlaku bagi masyarakat yang bersangkutan.( al-’adatu

muhakammah).149

Berdasarkan pendapat yang mengakui adanya harta bersama, walaupun

harta suami isteri terpisah, dan diberikan hak yang sama bagi isteri dan suami

mengatur harta pribadinya sesuai dengan kebijaksanaannya masing-masing namun

dimungkinkan adanya syirkah yang merupakan percampuran harta kekayaan yang 148 Ramulyo, Op. Cit., hlm 28.

149 Wawancara dengan Anggota Majelis Hakim Perkara No. 549/Pdt.G/2007/PA.JP, Bpk. Drs. Faizal Kamil, S.H., M.H. tanggal 18 November 2008.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 15: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

92

diperoleh suami dan/atau isteri selama masa adanya perkawinan atas usaha suami

atau isteri sendiri-sendiri atau usaha bersama..

Dengan menikah PEMOHON dan TERMOHON terjadi perkongsian

terbatas (syarikatur rajuli filhayati), PEMOHON menjadi kongsi sekutu

TERMOHON dalam melayari bahtera hidup. Kekayaan bersatu karena syirkah

seakan-akan merupakan harta kekayaan tambahan. Antara PEMOHON dan

TERMOHON melakukan usaha bersama selama perkawinan yaitu sebagai

pemegang saham sebesar 99,99% saham atas PT Asri Land. Perusahaan tersebut

dibentuk selama PEMOHON dan TERMOHON terikat dalam perkawinan. Hal ini

ditunjukkan dalam Akta Risalah Rapat PT Asri Land bahwa TERMOHON adalah

Direktur Utama dan Pemilik dari 99,99% saham PT Asriland sedangkan

PEMOHON adalah komisaris Asriland. Dengan menduduki posisi-posisi kunci

serta memiliki saham mayoritas dari perusahaan Asriland maka dengan mudah

dipergunakan sebagai nominee dari harta-harta yang dimiliki oleh TERMOHON

maupun PEMOHON. Selama dalam perkawinannya Perusahaan tersebut semakin

berkembang sehingga harta bersama juga bertambah. Jika antara suami isteri

melakukan usaha bersama selama perkawinan perolehan atas usaha tersebut

menjadi milik bersama. Berdasarkan katagori harta dikatakan sebagai harta

bersama dalam kehidupan perkawinan menurut Yahya Harahap salah satunya

adalah penghasilan yang tumbuh dari harta bersama dan harta bawaan. Saham PT

Asriland yang dimiliki oleh PEMOHON dan TERMOHON merupakan

penghasilan harta bersama dan harta bawaan.

Lamanya hubungan perkawinan sebanding dengan jumlah harta bersama

yang didapat. Semakin lama suatu hubungan dimungkinkan semakin banyak pula

harta bersama yang didapatkan. Selama dalam ikatan perkawinan, jika diperoleh

harta baik dihasilkan oleh pihak suami atau isteri sendiri-sendiri ataupun diperoleh

atas hasil kerja sama antara kedua pihak akan menjadi harta bersama. Dengan

adanya perolehan harta, maka memungkinkan harta bersama bisa bertambah.

Atas perolehan harta selama perkawinan tersebut melahirkan tanggung

jawab memeliharanya dan mengelolanya. Sesuai dengan Pasal 89 dan 90

Kompilasi Hukun Islam, baik suami maupun isteri bertanggung jawab atas harta

bersama, harta isteri maupun suaminya dan hartanya sendiri. Untuk menjual atau

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 16: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

93

memindahkan harta bersama tersebut dibutuhkan persetujuan baik suami maupun

isteri.

Majelis hakim tidak menjelaskan kedudukan harta bersama antara

PEMOHON dan TERMOHON. Pada pertimbangan hukumnya hanya disebutkan

bahwa pihak yang mendalilkan harta bersama dia yang harus membuktikan. Tidak

memberikan pertimbangan batasan apa yang menjadi harta bersama dan harta

bawaan. Hal ini sesuai dengan katagori harta bersama dalam perkawinan yang

disebutkan oleh Yahya Harahap. Harta yang dapat dibuktikan diperoleh selama

perkawinan itulah yang merupakan harta bersama. PEMOHON harus

membuktikan adanya harta bersama, mengingat siapa yang mendalilkan dia yang

membuktikan. Namun TERMOHON untuk menyangkal bahwa harta yang

dimaksud PEMOHON bukan harta bersama melainkan merupakan harta pribadi/

harta bawaannya dapat dibuktikan dengan akta notariil atau alat bukti sah lainnya

bahwa harta yang diperoleh adalah harta pribadinya terpisah dari harta bersama,

maka harta tersebut digolongkan sebagai harta pribadi bukan harta bersama. Jika

TERMOHON tidak bisa menunjukkan harta selama perkawinan adalah harta

pribadinya, maka harta yang diperoleh selama perkawinan tersebut dianggap

sebagai harta bersama.

PEMOHON tidak bisa membuktikan harta-harta yang diajukan dalam

gugatannya karena PEMOHON tidak dapat memperlihatkan asli surat bukti

tertulis, PEMOHON hanya menunjukkan bukti berupa foto copy yang nilai

pembuktiannya kurang kuat. PEMOHON hanya bisa menunjukkan asli surat bukti

berupa :

1. Sertifikat tanah No. 133/Gondangdia yang dikeluarkan oleh Kantor

Agraria Jakarta Pusat tahun 1987 atas nama TERMOHON

terhadap tanah seluas ±1.985 m2 di Menteng;

2. Sertifikat tanah No. 216/Gondangdia yang dikeluarkan oleh Kantor

Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan tahun 1996 atas nama

TERMOHON tanah seluas ±1.259 m2 di Menteng;

3. Buku Pemilik Kendaraan Bermotor D No. 0987837 mobil Porsche

Cayenne No. Polisi B. 905 atas nama PEMOHON;

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 17: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

94

4. Buku Pemilik Kendaraan Bermotor D. No. 7283570 mobil

Volkswagen Toureg No. Polisi B 82 G atas nama PEMOHON;

5. Akta Jual Beli Tanah Nomor 26/ V/ 1982 dengan luas 3.105 m2 di

Ciganjur atas nama PEMOHON;

6. Surat Perjanjian jual beli tanah serta bangunan seluas ±4.650 m2 di

Megamendung Bogor atas nama TERMOHON.

Bagi Majelis Hakim dibutuhkan ketelitian memisahkan antara harta

bersama dengan harta bawaan/harta pribadi. Menurut Drs. Faizal Kamil S.H.

M.H. Harta bawaan dilihat dari sudut pandang asalnya, sedangkan harta bersama

dilihat dari hasil dan perolehan dari usaha atau pekerjaan.150 Menurut Ketua

Majelis Hakim, Drs. H. Alizar Jaz, S.H. M.H.,jika perolehan suatu harta bukan

saat dalam ikatan perkawinan harus dibuktikan, jika bukan harta bersama

seharusnya dicatat di notaris.151 Pembagian antara harta bawaan dengan harta

bersama berkaitan dengan harta yang bisa diletakkan sita marital. Pada dasarnya

harta bawaan/harta pribadi tidak dapat diletakkan sita marital, dan sita marital

hanya diletakkan terhadap harta bersama secara keseluruhan baik yang ada di

tangan PEMOHON atau TERMOHON. Harta pribadi/bawaan PEMOHON yang

ada di tangan TERMOHON juga tidak menutup kemungkinan untuk diletakkan

sita.

4.2.3. Kedudukan Harta Bersama Terkait dengan Pihak Lain (Pihak ke-3)

Dalam pasal 1 huruf f Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa harta

kekayaan dalam perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik

sendiri-sendiri atau bersama suami-isteri selama dalam ikatan perkawinan

berlangsung dan selanjutnya disebut sebagai harta bersama tanpa mempersoalkan

terdaftar atas nama siapa.

PEMOHON dan TERMOHON bekerjasama dengan membentuk PT

Asriland. PEMOHON sebagai komisarisnya dan TERMOHON sebagai Direktur

Utama. Suatu perseroan terbatas melakukan hubungan perdagangan dan perikatan

150 Wawancara dengan Anggota Majelis Hakim Perkara No. 549/Pdt.G/2007/PA.JP, Bpk. Drs. Faizal Kamil, S.H., M.H. tanggal 18 November 2008.

151 Wawancara dengan Ketua Majelis Hakim Perkara No. 549/Pdt.G/2007/PA.JP, Bpk.

Drs. H. Alizar Jas, S.H. tanggal 18 November 2008.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 18: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

95

lainnya dengan pihak ketiga. Dalam hubungan tersebut dihasilkan harta kekayaan

perusahaan. Dalam Penjelasan Pasal 3 Undang-Undang No. 40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas diatur bahwa kekayaan pihak ketiga terpisah tidak

meliputi dengan harta kekayaan pribadi pemegang saham. Pemegang saham

perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas

nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian melebihi saham yang

dimiliki.152 Pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas

seluruh saham yang dimilikinya. Hal ini terkait dengan fungsi tanggung jawab

terbatas (Limited Liability) yang diterapkan ke dalam suatu perusahaan. Selama

belasan tahun TERMOHON dan PEMOHON membangun bahkan

mengembangkan usaha dari perusahaan. Hasil dari hubungan perdagangan

maupun perikatan lainnya layaknya menambah jumlah pendapatan bagi

perusahaan yang PEMOHON dan TERMOHON bangun. Hal ini tentunya juga

berakibat pada jumlah harta kekayaan masing-masing pihak akan bertambah,

sebagaimana syirkah atau harta bersama merupakan harta tambahan bagi suami

isteri.

PEMOHON bekerja sama dengan TERMOHON dalam pemilikan saham

serta pengelolaan perusahaan tersebut. Baik PEMOHON maupun TERMOHON

berhak memperoleh bagian dari hasil usahanya. Sebagaimana Al Qur’an telah

mengaturnya: Manusia, sebagai khalifah-Nya di bumi, berhak mengurus dan

memanfaatkan milik mutlak Allah itu dengan cara-cara yang benar dan halal dan

berhak memperoleh bagian dari hasil usahanya.153

Salah satu harta yang didaftarkan dengan nama PT Asri Land, adalah

Tanah di jalan Simprug Garden II Grogol Selatan. TERMOHON meminta agar

harta tersebut tidak diletakkan sita karena harta terdaftar atas nama pihak lain

yaitu PT Asriland sebagai badan hukum. Di mana harta kekayaan badan hukum

terpisah dengan harta yang menjadi pengurusnya. Majelis Hakim berpendapat

walaupun harta tersebut atas nama PT Asri Land tidak menjadi halangan hukum

untuk menetapkannya sebagai harta bersama PEMOHON dengan TERMOHON.

152 Indonesia. Undang-Undang Perseroan Terbatas, UU No. 40 tahun 2007. LN No.106

tahun 2007, TLN No.4756.

153 Ali (2), Op. Cit.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 19: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

96

Berdasarkan pasal 1 huruf f Kompilasi Hukum Islam, harta bersama tidak

mempersoalkan terdaftar atas nama siapa. Harta bersama tidak harus didaftar atas

nama suamikah, istri sajakah, tapi juga dimungkinkan atas nama pihak ketiga

seperti Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnnya. Dalam pengaturan ini

difokuskan pada perolehan harta bersama selama berlangsungnya ikatan

perkawinan, bukan atas nama siapa objek tersebut didaftarkan.

Kepemilikan PEMOHON dan TERMOHON terhadap saham PT Asri

Land sebesar 99,99% dapat dikatakan hampir semua sahamnya sebagai harta

bersama. Ada harta bersama PEMOHON dan TERMOHON dalam asset pada PT

Asri Land tersebut. Salah satunya adalah tanah bersertifikat hak guna bangunan

seluas 2.705 m2 di Jalan Simprug Garden II Grogol Selatan dan tanah seluas

1.355 m2 bersertifikat hak guna bangunan Jalan Simprug Garden II RT 007/03

Grogol Selatan.

Pengertian harta kekayaan menjadi luas jangkauannya, seperti yang diatur

dalam pasal 91 Kompilasi Hukum Islam. Harta bersama dapat berupa benda

berwujud meliputi benda tidak bergerak, benda bergerak dan surat-surat berharga

atau benda tidak berwujud berupa hak maupun kewajiban. Surat-surat berharga

seperti saham, polis, cek dan lain sebagainya termasuk sebagai harta kekayaan.

Kepemilikannya jika selama perkawinan sama halnya dengan harta kekayaan

lainnya seperti benda bergerak dan tidak bergerak merupakan harta bersama.

PEMOHON dan TERMOHON mempunyai harta kekayaan berupa saham, di

mana saham tersebut didapat selama ikatan perkawinan merupakan harta bersama.

Saham PEMOHON dan TERMOHON terkandung dalam asset PT Asri Land,

asset tersebut dapat dikategorikan sebagai hara kekayaan PEMOHON dan

TERMOHON yang dapat disebut sebagai harta bersama.

Asset tersebut dikhawatirkan oleh PEMOHON akan berpindah tangan,

maka PEMOHON mengajukan asset tersebut untuk disita oleh Pengadilan

Agama, asset yang termasuk harta bersama dibekukan guna melindungi utuhnya

harta bersama agar baik PEMOHON, TERMOHON maupun PT Asri Land itu

sendiri tidak ada yang dirugikan. Bagi PT Asri Land, dengan diletakkannya sita

marital pada asset tersebut tidak menghalangi perputaran asset-asset tersebut

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 20: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

97

dalam pengelolaannya karena sifat peletakan Sita marital atau sita jaminan atas

harta bersama hanya sekedar pengamanan.

4.2.4. Alasan Sita Marital PEMOHON Terhadap TERMOHON

Alasan pokok permohonan sita marital oleh PEMOHON setidaknya ada

dua alasan pokok yakni adanya Qorinah (persangkaan kuat Majelis Hakim)

hubungan tersendiri bahkan sudah sampai ke tingkat nikah siry antara

TERMOHON dengan Mayangsari dilahirkan seorang anak perempuan. Alasan

kedua adanya keinginan TERMOHON menceraikan PEMOHON secara legal

formal. Dari kedua alasan pokok tersebut, PEMOHON khawatir harta bersamanya

dengan TERMOHON tidak aman dan tidak bisa diselamatkan yang akibatnya

akan merugikan PEMOHON dan anak-anaknya dikemudian hari. Bahkan Majelis

Hakim sampai ke tingkat Muttawattir (fakta tidak dapat disangkal lagi) karena

TERMOHON menunjukkan hubungannya dengan istri sirrynya secara nyata di

depan publik, dan media massa banyak memuat berita tersebut tanpa ada

penyangkalan sebagai klarifikasi dari TERMOHON. Sesuatu yang logis apabila

seseorang tidak membantah apa yang terjadi di depan publik pihak tersebut

cenderung membenarkan. Dengan demikian Majelis Hakim menetapkan adanya

Qorinah berupa persangkaan kuat atas fakta-fakta tingkah laku antara

TERMOHON dan Mayangsari.

PEMOHON dapat membuktikan alasan untuk diajukan sita marital atau

yang disebut sebagai sita jaminan atas harta bersama, untuk itu Majelis Hakim

mengabulkan Permohonan Sita Maritalnya. Dalam pasal 95 Kompilasi Hukum

Islam yang merupakan modifikasi dari pasal 186 KUHPer.154 Salah satu dasar

diajukannya permohonan sita marital adalah adanya perbuatan yang merugikan

dan membahayakan harta kekayaan perkawinan seperti salah satu contohnya

adanya pemborosan atau kelalaian lain dalam menjaga harta kekayaan

perkawinan. Hal ini dapat dirujuk ke dalam Nash Al Qur’an. Allah tidak

menyukai keborosan dalam Surah Al Isra’ (27): Sesungguhnya orang-orang

154 Wawancara dengan Ketua Majelis Hakim Perkara No. 549/Pdt.G/2007/PA.JP, Bpk. H.

Drs. Alizar Jas, S.H., M.H. tanggal 18 November 2008.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 21: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

98

pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada

Tuhannya.155

PEMOHON mengajukan alasan adanya kekhawatiran yang beralasan

terhadap keamanan harta bersama, walaupun ada ketentuan yang mengatur bahwa

harta bersama tidak bisa dipindahtangankan ke pihak lain tanpa adanya

persetujuan kedua belah pihak hal ini tidak memberi suatu jaminan harta bersama

tidak berpindah tangan. Untuk itu, PEMOHON ingin mengamankan harta

bersamanya dengan TERMOHON dijamin secara legal formal yaitu dengan

meletakkan sita agar PEMOHON dan anak-anaknya tidak dirugikan.

Majelis hakim menggunakan alat bukti persangkaan bahwa telah terjadi

perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta bersama mengacu pada

Qorinah bahwa TERMOHON telah memiliki hubungan dengan wanita lain

bahkan sampai ke tingkat nikah sirry. Tentunya terdapat persangkaan

TERMOHON dapat melakukan perbuatan yang membahayakan harta bersama

yang akibatnya akan merugikan PEMOHON dan anak-anak dari PEMOHON dan

TERMOHON.

Persangkaan Majelis Hakim tersebut dapat menjadi alat bukti,

sebagaimana diatur dalam pasal 1866 KUHPerdata jo. Pasal 164 HIR. Majelis

memandang hubungan TERMOHON dan wanita lain dapat dilihat sebagai

muttawattir adanya Qorinah menyebabkan TERMOHON sewenang-wenang

terhadap harta bersamanya dengan PEMOHON. Merupakan pandangan yang logis

jika istri sah khawatir harta bersama dengan suami sah akan disalah gunakan

terhadap istri sirrynya, mengingat pernikahan sirry terjadi dirahasiakan oleh

suami. Sirry dapat diartikan diam-diam atau dalam hati. Begitulah yang terjadi

terhadap PEMOHON yang khawatir harta bersamanya akan diberikan kepada istri

sirry TERMOHON, sehingga istri sirry TERMOHON juga ikut merasakan harta

bersama antara PEMOHON dan TERMOHON yang bukan sama sekali hak dari

istri sirrynya. Mengingat pernikahan sirry yang tidak diadakan pencatatan tidak

akan menimbulkan akibat hukum termasuk dalam harta kekayaan. Dengan

demikian Majelis hakim atas alat bukti persangkaannya (qorinah) dapat

membuktikan adanya perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta

155 Al Qur’an dan Terjemahan., Op. Cit., QS: 17:27.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 22: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

99

bersama, sehingga Pengadilan Agama sesuai dengan Pasal 95 Kompilasi Hukum

Islam dapat mengabulkan permohonan sita yang dimohonkan PEMOHON.

4.2.5. Akibat Sita Marital Terhadap Status Perkawinan

Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam mengatur bahwa sita dapat dilakukan

oleh Pengadilan Agama jika salah satu pihak melakukan perbuatan yang

merugikan dan membahayakan harta bersma. Tujuan dari peletakan sita adalah

untuk menjamin keutuhan seluruh harta kekayaan bersama dalam perkawinan.

Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam merupakan modifikasi dan sejiwa

dengan pasal 186 KUH Perdata di mana diatur bahwa tuntutan pemisahan harta

oleh isteri. Dalam pasal 95 Kompilasi Hukum Islam diatur bahwa di luar gugatan

perceraian isteri atau suami dapat mengajukan pemisahan harta perkawinan yang

masih utuh ke Pengadilan. menunjukkan bahwa permohonan sita marital tidak

mutlak bersifat asesoir kepada gugatan cerai atau pembagian harta bersama.

Dapat diperhatikan, pasal 95 Kompilasi Hukum Islam tidak sama mutlak

dengan pasal 186 KUHPerdata, mengingat pasal 186 KUHPer terlalu kebarat-

baratan dengan menganggap isteri tidak cakap melakukan perbuatan hukum

sehingga hanya isteri yang dapat mengajukan permohonan sita. Sita marital

identik dengan adanya harta persatuan bulat sehingga isteri dapat meminta

pemisahan harta. Sedangkan Hukum Islam tidak membedakan kedudukan antara

suami dan isteri, dan tidak mengenal harta persatuan bulat, masing-masing pihak

cakap melakukan perbuatan hukum terhadap hartanya masing-masing. Hal yang

diadopsi dari pasal 186 KUHPer ke dalam pasal 95 Kompilasi Hukum Islam

adalah mengenai cara mengajukan sita yang independent, berdiri sendiri tanpa

adanya gugatan cerai.

Hal ini tidak bertentangan dengan Sumber Hukum Islam yang utama yakni

Al Qur’an, dalam Surah Al Baqarah ayat 279 untuk tidak saling merugikan. Jika

kamu tidak melaksanakanya maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya.

Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Kamu tidak

berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).156

156 Al Qur’an dan Terjemahan., Op. Cit., QS: 2: 279.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 23: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

100

PEMOHON tidak menginginkan terjadinya perceraian, juga tidak

membahas mengenai pembagian harta bersamanya, karena PEMOHON masih

menginginkan keutuhan rumah tangga. Sementara suami atau isterinya melakukan

tindakan-tindakan yang dapat merugikan harta bersama yang merupakan sumber

bagi penghidupan dan kesejahteraan bagi keluarganya, dibutuhkanlah suatu

tindakan prevensi agar harta bersama tidak habis dan berpindah tangan ke pihak

lain selain isteri dan anak-anaknya yang berhak atas harta bersamanya. Tujuan

pokok sita yang diatur dalam pasal 95 Kompilasi Hukum Islam adalah

menyelamatkan keutuhan harta bersama tanpa merusak ikatan hubungan keluarga.

Permohonan sita marital berdasarkan pasal 95 Kompilasi Hukum Islam

sifatnya tidak assesoir. Pernyataan “ tanpa adanya permohonan gugatan cerai”

dapat diinterpretasikan tidak tergantung apakah terjadi perceraian atau tidak. Sita

tetap dapat dilaksanakan karena tujuannya adalah untuk melindungi harta bersama

saat perkawinan masih berlangsung. Jika sekalipun terjadi perceraian harta

tersebut dapat aman terbagi, antara suami isteri mendapatkan masing-masing

seperdua sebagaimana diatur dalam pasal 97 Kompilasi Hukum Islam.Hal ini

sesuai dengan penjelasan Prof. Dr. Zulfa.

Karena sifat sita berdasarkan pasal 95 KHI tidak bersifat assesoir maka

tidak akan bertentangan dengan akibat hukum putusnya perkawinan. Seandainya

perkawinan putus, sementara harta bersamanya diletakkan sita justru

memudahkan untuk langsung dilakukan pembagian harta bersama. Jika

perkawinan tidak putus dalam arti kata tidak terjadi perceraian, perkawinan tetap

utuh sedangkan harta bersama suami isteri sudah diletakkan sita, harta bersama

tidak akan beralih ke pihak lain, justru terlindungi dengan adanya sita marital.

Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam ini merupakan dasar hukum yang

digunakan untuk mengajukan permohonan sita marital pertama kali. Dalam

yurisprudensi sebelumnya dasar hukum mengajukan permohonan sita marital

adalah Pasal 24 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan

Pasal 136 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam, di mana antara permohonan sita

maritalnya diajukan menjadi satu bagian dalam proses gugatan perceraian. Antara

Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam dengan pasal 24 ayat (2) huruf c Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahunn 1975 dan Pasal 136 ayat (2) Kompilasi Hukum

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 24: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

101

Islam tidak perlu dihubungkan, karena jelas antara pasal-pasal tersebut mengatur

hal yang esensinya berbeda.

Menurut Hukum Perkawinan Islam, thalak merupakan jalan terakhir, jika

sudah diusahakan dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki kerukunan rumah

tangga namun tidak juga dapat memperbaiki keadaan. Mengingat perkawinan

dalam ajaran Islam merupakan pertalian seteguh-teguhnya dalam hidup dan

kehidupan manusia, bukan saja antara suami isteri dan turunan bahkan antara dua

keluarga Thalak harus mempertimbangkan akibat perceraian baik yang

menyangkut kuasa atas anak, terhadap harta kekayaaan perkawinan, status sosial

dan lain sebagainya. Jika benar-benar tidak dimungkinkan upaya lain untuk

menyelamatkan perkawinan, barulah jalan perceraian terbuka. Dalam

memutuskan perkawinan apakah akan mendapatkan manfaat atau justru mudharat,

Allah sesungguhnya ingin hambaNya mengambil jalan yang penuh manfaat

dibanding jalan yang mudharat. Sebagaimana yang dimaksud Rasulullah,

perceraian bukanlah suatu permainan. Jika pihak isteri masih mau

mempertahankan suatu perkawinan ada baiknya pihak suami masih memberikan

kesempatan bagi isteri untuk memperbaiki semua, terlebih lagi jika isteri sungguh-

sungguh berusaha untuk melakukan perubahan.

Dalam kasus ini, PEMOHON sama sekali tidak ingin perkawinannya

putus lantaran adanya wanita lain yang masuk di antara kehidupan bersama

TERMOHON. Di lain pihak, TERMOHON lupa akan kewajibannya menjaga

harta bersama dengan terus mengalihkannya kepada istri sirrynya. Sementara

TERMOHON tutup mata rapat-rapat tidak melihat usaha PEMOHON untuk

memperbaiki keutuhan rumah tangga. Barang tentu PEMOHON khawatir harta

bersamanya semakin dikuasai istri sirry TERMOHON sehingga akan merugikan

PEMOHON dan anak-anaknya. Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam dapat

diterapkan. Dapat dinterpretasikan PEMOHON tidak mengajukan gugatan

perceraian, sesuai dengan pasal 95 Kompilasi Hukum Islam “ tanpa adanya

permohonan gugatan cerai“ karena PEMOHON tidak pernah sekalipun

mengajukan gugatan cerai, melainkan TERMOHONlah yang mengajukan

permohonan izin thalak. Antara gugatan cerai dengan izin thalak merupakan hal

yang berbeda, meskipun mempunyai akibat hukum yang sama yakni

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 25: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

102

perkawinannya putus. Gugatan cerai diajukan oleh pihak isteri, sedangkan izin

thalak diajukan oleh pihak suami. Tidak ada pengaturan khusus yang mengatur

bahwa Sita Marital harus selalu bersifat asesoir dengan perkara perceraian.

Menurut pendapat Ketua Majelis Hakim Alizar Jaz, S.H. M.H., Pasal 24

ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 136 ayat (2)

Kompilasi Hukum Islam tidak menyebutkan ketentuan mengenai sita, melainkan

hanya menyebutkan “menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin

terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak bersama ....” bentuknya lebih luas

dari sita marital, bisa berupa pencatatan harta bersama oleh Pengadilan Agama,

Penitipan barang kepada pihak ketiga atas perintah hakim atau kesepakatan kedua

pihak.157 Sita marital yang disebut dalam Kompilasi Hukum Islam sebagai (Sita

jaminan atas harta bersama) hanya diatur secara tegas dalam Pasal 95 Kompilasi

Hukum Islam. Jika menggunakan dasar hukum Pasal 24 ayat (2) huruf c Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 136 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam

barulah permohonan sita maritalnya harus assesoir terhadap gugatan cerai. Sifat

sita yang diatur dalam pasal 95 Kompilasi Hukum Islam seperti yang di atas tidak

bersifat asesoir, sehingga dapat berdiri sendiri tanpa tergantung gugatan cerai.

Dengan demikian tidak ada hubungan yang bertentangan antara peletakan sita

dengan status hukum perkawinan, apakah perkawinan itu putus atau tetap utuh.

4.2.6. Sita Marital atau Sita Jaminan atas Harta Bersama

PEMOHON mengajukan permohonan sita marital dengan dasar hukum

Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam yang mengatur mengenai sita jaminan atas harta

bersama, bukan sita marital. Ketentuan mengenai sita marital diatur dalam Pasal

186 KUHPerdata yang suasana hukumnya masih menganggap kedudukan isteri di

bawah kuasa suami atas harta bersamanya, di mana suasana hukum ini tidak

sesuai lagi dengan kedudukan suami isteri yang sama. TERMOHON

mengemukakan dalam jawabannya sita marital hanya berlaku bagi wanita yang

tunduk pada KUHPer. Ada ketidak jelasan antara permohonan sita marital dengan

sita jaminan atas harta bersama.

157 Wawancara dengan Ketua Majelis Hakim Perkara No. 549/Pdt.G/2007/PA.JP, Bpk.

Drs. H. Alizar Jas, S.H., M.H. tanggal 18 November 2008.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009

Page 26: BAB 4 ANALISA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124068-PK I 2079.8167...80 PEMOHON mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Agama, dan putusannya membatalkan

103

Menurut pertimbangan Majelis Hakim penyebutan sita marital dengan sita

jaminan dalam harta bersama tidak jadi masalah. Baik sita marital dalam pasal

186 KUHPerdata maupun sita jaminan dalam Pasal 95 Kompilasi Hukum Islam

obyeknya adalah harta bersama, dengan demikian antara sita marital dengan sita

jaminan dapat digolongkan dalam satu jenis. Menurut pendapat M. Yahya

Harahap sita jaminan yang langsung dikaitkan dengan harta bersama suami isteri

seperti yang dimaksud dalam pasal 95 Kompilasi Hukum Islam lazim disebut

sebagai sita marital.

Sita marital atau Marital Beslaag merupakan salah satu bentuk dari sita

jaminan (conservatoir beslaag) yang bersifat khusus. Pada dasarnya, maritale

beslaag adalah sama dan serupa dengan sita jaminan (conservatoir beslaag), sita

marital merupakan perwujudan dari conservatoire beslaag. Yang membedakan

antara sita marital dengan sita jaminan adalah sita marital timbul jika terjadi

perkara perceraian, tujuan sita marital bukan untuk menjamin tagihan

pembayaran kepada penggugat, bukan juga untuk menuntut penyerahan hak milik,

tapi untuk membekukan harta bersama suami-isteri agar tidak berpindah kepada

pihak ketiga selama proses perkara perceraian atau pembagian harta bersama.

Sedangkan conservatoire beslaag bertujuan menjadikan barang yang disita

sebagai pemenuhan pembayaran utang tergugat.

Sita marital memiliki konotasi yang menempatkan isteri di bawah

kekuasaan suami dalam perkawinan. Dalam sistem hukum Indonesia, dapat

digunakan istilah sita jaminan atas harta bersama atau sita harta perkawinan.

Sebutan dengan istilah sita jaminan atas harta bersama memperlihatkan

kedudukan antara suami dan isteri adalah sama. Namun, istilah sita marital tetap

bisa digunakan untuk sengketa harta bersama. Antara sita marital dan sita jaminan

atas harta bersama hanya berbeda istilah dengan esensi yang sama.

Universitas Indonesia

Tinjauan terhadap..., Sylli Meliora Sterigma, FHUI, 2009