pcwp

14
Diagnosis Syok Kardiogenik Hipotensi sistemik dengan nilai sistol <90mmHg sering dipakai menjadi dasar diagnosis. Penurunan tekanan darah sistolik akan meningkatkan kadar katekolamin yang mengakibatkan konstriksi arteri dan vena sistemik. Manifestasi klinis yang dapat ditemukan sebagai tanda hipoperfusi sistemik adalah hipotensi, tanda-tanda gangguan perfusi jaringan (oliguria, cyanosis, akral dingin, perubahan status mental), dan syok yang tidak membaik setelah koreksi faktor nonkardiak seperti kondisi hipovolemik, hipoksia, dan asidosis. Diagnosis syok kardiogenik ditegakkan dengan adanya tekanan darah sistolik ≤90mmHg selama ≥ 30 dimana: - Tidak responsif dengan pemberian cairan saja (fluid challenge), - Merupakan suatu komplikasi akibat disfungsi jantung, atau - Terdapat tanda-tanda hipoperfusi jaringan (oliguria, cyanosis, akral dingin, perubahan status mental) - Peningkatan rasio oksigen arteri-vena >5,5 ml/dl, penurunan indeks kardiak <2,2L/menit/m 2 ,dan peningkatan tekanan kapiler pulmonum di atrium kiri (tekanan Baji paru/ PCWP) >18 mmHg (Idrus A, 2006) Selain itu dipertimbangkan pula definisi berikut: - Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat >90mmHg dalam 1 jam setelah pemberian obat inotropik, dan - Pasien yang meninggal dalam 1 jam hipotensi, tetapi tidak memenuhi kriteria syok selain kardiogenik.

Upload: alejandro-jones

Post on 18-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hahhh

TRANSCRIPT

Diagnosis Syok Kardiogenik

Hipotensi sistemik dengan nilai sistol 5,5 ml/dl, penurunan indeks kardiak 18 mmHg (Idrus A, 2006)Selain itu dipertimbangkan pula definisi berikut:

Pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat >90mmHg dalam 1 jam setelah pemberian obat inotropik, dan

Pasien yang meninggal dalam 1 jam hipotensi, tetapi tidak memenuhi kriteria syok selain kardiogenik.

Penegakan diagnosis juga membutuhkan suatu kemampuan tenaga medis untuk segera tanggap terhadap adanya gangguan hemodinamik pada pasien penyakit jantung. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaaan penunjang harus harus dilakukan dengan cepat dan tepat agar terapi dapat segera diberikan secara adekuat.

Anamnesis

Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya syok kardiogenik tersebut. Pasien dengan infak miokard akut datang dengan keluhan nyeri dada tipikal yang akut, dan kemudian sudah memiliki riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya.

Pada keadaan syok akibat komplikasi mekanik dari infark miokard akut, biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai minggu setelah onset infark tersebut. Umumnya pasien mengeluh nyeri dada dan biasanya disertai gejala tiba-tiba yang menunjukkan adanya edema paru akut bahkan henti jantung.

Pasien dengan aritmia akan mengeluhkan adanya palpitasi, presinkop, sinkop, atau merasakan akibat berkurangnya perfusi jaringan ke sistim saraf pusat (Cuculich and Kates, 2009).

2.3.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awal hemodinamik akan ditemukan tekanan darah sistolik yang menurun hingga < 90 mmHg, bahkan dapat turun hingga 18mmHG pada pasien dengan ingfark miokard akut, maka dapat ditentukan bahwa volume intravaskular pasien tersebut cukup adekuat. Pasien dengan kegagalan ventrikel kanan atau hipovolemia yang berat akan menunjukkan PCWP yang normal atau rendah. Pemantauan parameter hemodinamik juga membutuhkan perhitungan afterloas (resistensi vaskular sistemik). Minimalisasi afterload sangat diperlukan, karena bila terjadi peningkatan afterload akan menimbulkan efek penurunan kontraktilitas yang akan menghasilkan penurunan curah jantung (Cuculich and Kates, 2009).

e. Saturasi oksigen

Pemantauan saturasi oksigen sangat bermanfaat dan dapat dilakukan pada saat pemasangan kateter Swanganz yang juga dapat mendeteksi adanya defek septum ventrikel. Bila terdapat pirai yang kaya akan oksigen dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan maka akan terjadi saturasi oksigen yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan saturasi oksigen vena dari vena cava dan arteri pulmonal.

Penatalaksanaan Syok Kardiogenik

Dalam kondisi syok, resusitasi dan usaha suportif harus diberikan segera, bersamaan dengan penegakan diagnosis. Volume pengisian ventrikel kiri harus dioptimalkan, dan apabila tidak terdapat tanda-tanda kongesti paru, pemberian cairan sekurang-kurangnya 250ml dapat dilakukan dalam 10 menit. Oksigenasi adekuat sangatlah penting. Intubasi atau ventilasi harus dilakukan segera jika ditemukan gangguan difusi oksigen. Hipotensi yang terus berlangsung akan memicu kegagalan otot pernapasan dan hal ini dapat dicegah dengan pemberian ventilasi mekanis (Idrus A, 2006).Prognosis pasien dengan syok kardiogenik tergolong buruk, karena secara definisi tidak terlihat adanya kelainan metabolit, hemodinamik, humoral, ataupun masalah infeksi yang dapat dikoreksi untuk memperbaiki fungsi sirkulasi.

Terapi farmakologis pasien dengan syok kardiogenik berperan penting dalam manajemen klinis. Diuretik, agen inotropik, dan obat-obatan vasodilator memiliki tempat tersendiri bagi pasien dengan curah jantung yang rendah dan syok kardiogenik akibat infark miokard. Diuretik seperti furosemide dapat digunakan untuk meredakan gejala kongesti pulmonal namun tidak efektif untuk mengatasi hipotensi maupun hipoperfusi organ. Ditambah lagi apabila terdapat keadaan kegagalan ginjal, maka diuretik sama sekali tidak efektif.

Agen inotropik yang palin efektif dan direkomendasikan adalah golongan amine simpatomimetik, seperti dopamin dan dobutamin, yang memiliki efek pada beberapa variabel penting syok kardiogenik, seperti kondisi intropik dan kronotropik positif, kebutuhan oksigen miokard, tekanan pengisian ventrikel kiri, dan tonus vaskular perifer. Semua agen inotropik memiliki kemungkinan memperberat iskemia miokard karena dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dalam kondisi kurangnya suplai oksigen dari arteri. Agen vasodilator (phentolamin, nitroprusid, dan nitrogliserin) digunakan pada kondisi akibat komplikasi mekanis seperti regurgutasi mitral atau ruptur septum ventriel (Rude RE,1983).

Pada pasien dengan gangguan perfusi jaringan namun volume intravaskular adekuat, obat-obatan inotropik dan vasopresor harus diberikan segera. Dobutamin merupakan pilihan yang paling utama dibanding amine simpatomimetik meskipun terjadi hipotensi. Obat ini menambah aliran darah diastol menuju pembuluh koroner dan pembuluh darah kolateral pada area iskemik sambil meningkatkan kontraktilitas miokard, meningkatkan curah jantung, serta menurunkan tekanan pengisian ventrikel kiri.

Ketika hipotensi memberat dan hipoperfusi jaringan terjadi, obat pilihan adalah dopamin karena dibutuhkan vasokonstriksi perifer untuk mempertahankan perfusi organ-organ vital. Norepinefrin digunakan apabila terdapat hipotensi berat untuk meningkatkan tekanan darah sementara usaha resusitasi lain dimulai (Idrus A, 2006).Dengan mengasumsikan gagal jantung kiri sebagai penyebab syok kardiogenik (sistol