pcr p2dtk nasional 2007-2012-versi bhs. indonesia

130
KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus PROJECT COMPLETION REPORT P2DTK NASIONAL (8 PROVINSI) 2007 - 2012 Disusun oleh: Sekretariat Project Implementing Unit P2DTK Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia Desember 2012

Upload: emil-e-elip

Post on 02-Jan-2016

169 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Laporan ini merupakan laporan nasional program P2DTK/SPADA di wilayah Nasional (non-Aceh) dari KPDT kepada Bank Dunia. Pemuatan laporan ini di laman ini sepenuhnya tanggungjawab penulis dan pemilik laman ini Emil E. Elip

TRANSCRIPT

Page 1: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Daerah Tertinggal dan Khusus

PROJECT COMPLETION REPORT P2DTK NASIONAL (8 PROVINSI)

2007 - 2012 Disusun oleh: Sekretariat Project Implementing Unit P2DTK Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia

Desember 2012

Page 2: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | ii

PROJECT COMPLETION REPORT P2DTK Nasional 2007 – 2012 Tim Pengarah: •Dr. Suprayoga Hadi (Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus, KPDT) •Ir. Arief Budhiono (Asdep Urusan Pengembangan Perdesaan, KPDT) •Purwadi Sukarelawanto, S.H (Kabid Penguatan Perdesaan, KPDT) •Maprih Unggul Purwanto, S.Kom (Kabid Kerjasama Perdesaan, KPDT) •Drs. Bambang Supriyatno, MM (Kasubid Analisis Potensi Perdesaan, KPDT) •Ardian Hidayat, ST (Staf Asdep Urusan Pengembangan Perdesaan, KPDT) Editor: •Endah Nurdiana •Emilianus Elip •Ade Wahid •Kukun Kurnia Kontributor: •Endah Nurdiana •Emilianus Elip • Ade Wahid •Sasli Rais •Syahrun Nazil •Djunaidy Hartono •Ketono Hidayat •Kukun Kurnia •Fatma Dangkuas •Aditya Siregar •Yohanes Susilo •Augy Mursalianto •Ludiro Prajoko •Priyo Waspodo

Disusun oleh: Sekretariat PIU (Project Implementing Unit) – P2DTK Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Wisma Dharma Niaga, Gedung Annex Lt-2 Jl. Abdul Muis No. 8, Lt-2 Rg. 201, Jakarta Pusat

Page 3: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA

Kata Sambutan

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta berkat Rahmat dan ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan PNPM Mandiri DTK (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus), atau disebut P2DTK (Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus). P2DTK adalah sebuah program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal yang mana di wilayah nasional (non Aceh-Nias), program ini dilaksanakan di 8 provinsi dengan 32 kabupaten sasaran, yang dimulai Tahun 2007 dan berakhir Mei Tahun 2012. Program ini telah memberikan banyak manfaat tidak hanya bagi masyarakat namun juga bagi pengembangan kapasitas para aparatur pemerintah daerah. Program P2DTK berupaya memperkecil kesenjangan yang dirasakan daerah tertinggal dan khusus melalui pengembangan bidang-bidang kegiatan seperti peningkatan kapasitas bagi aparatur pemerintah dan masyarakat, peningkatan pelayanan dasar bidang pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur, pengembangan sektor swasta, serta bidang mediasi penanganan hukum masyarakat. Menariknya, bahwa implementasi kegiatan-kegiatan Program P2DTK di desain dengan menerapkan pendekatan bottom-up planning dan pendekatan otonomi daerah dimana strategi reformasi pengelolaan pembangunan di tingkat kabupaten menjadi salah satu kekuatan tersendiri. Buku Project Completion Report P2DTK ini, adalah sebuah laporan menyeluruh tentang pelaksanaan program P2DTK di wilayah nasional (non Aceh-Nias) sejak Tahun 2007 sampai Tahun 2012. Di dalamnya dipaparkan latar belakang dan pemikiran dasar tentang program tersebut, tujuan program, capaian pendanaan, capaian hasil pelaksanaan program dan Key Performance Indicator, upaya-upaya proses Alih Kelola ke daerah, lesson learned pelaksanaan program, serta rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti untuk program serupa atau program lainnya ke depan. Sebagai rasa syukur, kami menyampaikan terimakasih yang sebesarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung kelancaran pelaksanaan program ini. Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang peduli, dan diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi para pengambil kebijakan di program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di wilayah tertinggal maupun wilayah lain di Indonesia.

Hal iii

Page 4: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA

Pengantar Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunya Project Completion Report (PCR) P2DTK Nasional 2007 - 2012 ini. Program P2DTK Nasional dilaksanakan di 32 kabupaten tertinggal di 8 provinsi di Indonesia. Secara umum kondisi-kondisi ketertinggalan tersebut ditandai dengan keterisolasian wilayah, rendahnya tingkat ekonomi masyarakat, buruknya infrastruktur, pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai, serta lemahnya kapasitas aparatur daerah. Program P2DTK telah membuktikan relevansinya yang cukup signifikan dalam memperbaiki kondisi-kondisi tersebut di kabupaten sasaran program. Berbeda dengan program PNPM lain yang dirancang terfokus untuk pemberdayaan di tingkat komunitas atau desa, Program P2DTK didesain melalui pendekatan pemberdayaan pada level kluster atau kawasan antar desa dan kecamatan, dengan memadukan pengembangan kapasitas pada level masyarakat dan pada level aparat pemerintah kabupaten. Sejak Tahun 2007 sampai masa berakhirnya P2DTK Nasional pada Mei 2012, telah tersalurkan dana (DOK dan BLM) Rp. 771.365.816.629,- untuk membiayai sebanyak 8.651 sub proyek/kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut telah bermanfaat bagi 4.771.900 orang atau sebesar 56,74% dari jumlah penduduk di 32 kabupaten sasaran. Dari seluruh pemanfaat tersebut, sebesar 25,37% adalah pemanfaat perempuan. Sementara dari sudut kelompok sasaran KK miskin, diperkirakan sebesar 44% KK miskin telah menjadi sasaran pemanfaat P2DTK. Pelaksanaan Program P2DTK tentu tidak lepas dari berbagai kendala maupun kelemahan yang ada disamping capaian keberhasilannya, yang secara keseluruhan kami sampaikan di dalam buku Project Completion Report ini. Kelancaran pelaksanaan Program P2DTK Nasional ini tentu merupakan hasil kerjasama dan sekaligus dukungan dari berbagai pihak baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Oleh karena itu kepada semua pihak kami mengucapkan terima kasih. Semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Hal iv

Page 5: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | v

Executive Summary

Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus yang selanjutnya disingkat P2DTK, merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) sebagai program Pemerintah Pusat untuk pananggulangan kemiskinan, yang dikembangkan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah. Sebagai Project Implementing Unit (PIU) dari P2DTK dan sesuai dengan perjanjian dana Hibah/Block Grant (GRANT TF057955) yang ditandatangani pada tanggal 25 Januari 2007, maka kewajiban dari PIU KPDT tingkat Pusat adalah menyelesaikan kegiatan program secara menyeluruh sesuai dengan Loan Agreement, termasuk penyusunan Project Completion Report P2DTK ini. Pelaksanaan P2DTK di wilayah Nasional memiliki relevansi yang kuat karena dilaksanakan di kabupaten-kabupaten tertinggal dan kabupaten bekas wilayah konflik. Kondisi ketertinggalan, keterisolasian, rendahnya tingkat ekonomi masyarakat, buruknya infrastruktur, pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, serta kondisi kapasitas aparatur daerah akibat ketertinggalan wilayah, dan dampak dari konflik yang pernah terjadi, membuat program P2DTK telah memberikan sumbangan yang sangat berarti untuk mengurangi ketertinggalan tersebut. Uraian berikut ini dalah gambaran secara ringkas pelaksanaan dan hasil program P2DTK diwilayah Nasional.

Sasaran dan Pemanfaat P2DTK

Program P2DTK Nasional di laksanakan di 8 propinsi (Bengkulu, Lampung, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan Timor Tengah Selatan), 32 kabupaten, dan 186 kecamatan. Karakteristik kabupaten yang menjadi sasaran di 8 provinsi tersebut adalah kabupaten dengan kondisi infrastruktur, pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, serta perekonomian yang kurang baik. Sebagian kabupaten-kabupaten sasaran tersebut adalah kabupaten di wilayah perbatasan, kabupaten terisolir, dan wilayah bekas konflik dan atau memiliki potensi konflik. Jumlah total penduduk di 32 kabupaten sasaran P2DTK tersebut sebanyak 8.410.000 jiwa dimana jumlah KK miskinnya sebanyak 1.991.935 KK. KK miskin yang menjadi sasaran program dan memperoleh manfaat dari P2DTK adalah sebesar 42%. Program P2DTK telah bermanfaat bagi 4.771.900 orang atau sebesar 56,74% dari jumlah penduduk di 32 kabupaten sasaran. Dari seluruh pemanfaat tersebut, pemanfaat perempuan sebanyak 1.210.669 orang atau sebesar 25,37% sedangkan pemanfaat laki-laki sebanyak 3.561.231 atau sebesar 74,63%.

Page 6: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | vi

Pendanaan P2DTK

Pendanaan P2DTK di wilayah Nasional menerapkan dua skema pendanaan. Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) Kabupaten, digunakan untuk pembiayaan sub-sub proyek pada level kabupaten. Dana BLM Kecamatan, dipergunakan untuk pembiayaan sub-sub proyek level kecamatan. Dana Operasional Kabupaten, dipergunakan untuk pembiayaan pengembangan kapasitas dan operasional kabupaten. Serta Dana Operasional Kecamatan, dipergunakan untuk pembiayaan pengembangan kapasitas dan operasional tingkat kecamatan.

Tabel 1. Rekap Alokasi, Pencairan dan Penyaluran DOK dan BLM P2DTK Nasional dan Optimalisasi

Keterangan Alokasi Dipa Pencairan Silpa Penyaluran +A/O Dana A/O

Selisih Pencairan

dan Penyaluran

DOK Nasional 155.136.721.000 154.597.280.085 539.440.915 154.493.798.879 0 103.481.206

DOK Optimalisasi 0 0 0 0 0 0

Sub total DOK 155.136.721.000 154.597.280.085 539.440.915 154.493.798.879

103.481.206

BLM Nasional 606.281.971.000 602.768.536.644 3.513.434.356 602.240.329.372 27.924.902.559 528.207.272

BLM Optimalisasi 14.000.000.000 13.999.999.900 100 13.966.508.107 662.591.300 33.491.793

Sub Total BLM 620.281.971.000 616.768.536.900 3.513.434.456 616.206.837.479 38.393.592.548 561.699.065

T o t a l 775.418.692.000 771.365.816.629 4.052.875.271 770.700.636.358 28.587.493.859 665.180.271

Sumber: PIU P2DTK-Payroll and Disbursment

P2DTK Nasional (TA. 2007- 2011) dan Optimalisasi (TA. 2011), telah mencairkan dana sebesar Rp. 771.365.816.629,- atau 99,48% dari alokasi dana yang ada. Sementara besaran dana yang mampu tersalurkan mencapai Rp. 770.700.636.358,- atau 99,91% dari dana yang dicairkan. Dari besaran jumlah dana yang tercairkan tersebut sebesar Rp. 154.597.280.085,- adalah Dana DOK (20,04%) dan sebesar Rp. 616.768.536.900,- adalah Dana DAK/BLM (79,96%). Dengan demikian bisa dilaporkan bahwa rata-rata serapan dana, baik BLM Kabupaten, BLM Kecamatan, DOK Kabupaten, mapun DOK Kecamatan mencapai lebih dari 99%.

Penanganan dan Pengaduan Masalah

Sampai dengan masa berakhirnya program, di wilayah P2DTK Nasional ditemukan 1.956 kasus, baik yang berasal dari pengaduan masyarakat maupun temuan BPKP serta yang bersifat manajerial maupun implementatif terhadap pelaksanaan P2DTK. Kerja sama yang terus dibangun dalam hal penyelesaian masalah antara BPKP Pusat dan Daerah, Satker daerah, Kepolisian, UPKD, serta supervisi yang terus menerus dari PIU-KPDT, NMC, dan PMC, telah mampu menyelesaikan 1.954 kasus dan menyisakan 2 kasus yang masih dalam proses.

Total penyimpangan dana di P2DTK Nasional dari 1.956 kasus yang ditemukan adalah sebesar Rp. 9.317.898.022,- dimana secara terperinci sebesar Rp. 5.730.604.841,- merupakan temuan dari audit BPKP dan sebesar Rp. 3.587.293.181,- merupakan laporan pengaduan melalui mekanisme HCU. Dari total penyimpangan dana tersebut, sebesar 98,82%-nya atau sebanyak Rp. 9.250.403.022,- telah kembali ke negara dan masih menyisakan Rp. 67.495.000,- belum selesai (1,18%).

Page 7: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | vii

Tabel 2. Rekap Pengaduan Masalah dan Temuan Audit BPKP Program P2DTK Nasional

No. Uraian Jumlah Kasus

Klasifikasi Masalah

Manajerial Implementasi

1. Selesai 1.954 1.185 769

2. Masih Proses

2 - 2

Jumlah 1.956 1.185 771

Sumber: Data HCU-P2DTK per Februari 2013.

Capaian Penyelesaian Sub Proyek

Sub-sub proyek infrastruktur merupakan sub proyek yang mendominasi kebutuhan masyarakat tertinggal di wilayah P2DTK Nasional. Hasil pelaksanaan P2DTK Nasional telah membiayai sebanyak 8.651 sub-proyek yang mencakup kegiatan bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur seperti tersaji di dalam tabel di bawah ini. Dari total sub proyek tersebut sebanyak 2.123 (24,54%) sub proyek di Bidang Pendidikan, 1.608 (18,59%) sub proyek Bidang Kesehatan, dan yang terbanyak adalah 4.015 sub proyek (46,41%) di Bidang Infrastruktur. Dari sudut cara pelaksanaan sub-sub proyek maka sebanyak 815 sub proyek (09,42%) dilaksanakan oleh pihak ke-3 dan sebanyak 7.836 sub proyek (90,58%) dilaksanakan melalui Swakelola UPKD (dinas kabupaten).

Tabel 3. Rekap Penyelesaian Sub Proyek Menurut Bidang di P2DTK Nasional dan Optimalisasi

Keterang Bidang

Jumlah Pendidikan Kesehatan Infrastruktur Pemuda

P2DTK Nasional 2.091 1.577 3.970 905 8.543

Optimalisasi P2DTK 32 31 45 - 108

T o t a l 2.123

(24,54%) 1.608

(18,59%) 4.015

(46,41%) 905

(10,46%) 8.651

(100%)

Sumber: Data MIS

Jika dilihat dari sumber pembiayaan terhadap sub-sub proyek tersebut maka bisa dijelaskan bahwa sumber dana BLM mencapai Rp. 722.445.080.413,- dan Swadaya mencapai Rp. 14.255.225.268,-. Dari sumber dana BLM tersebut sebesar Rp. 323.230.970.633 adalah BLM Kecamatan untuk membiayai 6.950 sub proyek atau sebesar 80% dari seluruh sub proyek yang ada, dan sebesar Rp. 399.214.109.780,- adalah BLM Kabupaten untuk membiayai 1.701 sub proyek atau sebesar 20% dari sub proyek yang ada. Pengerjaan sub-sub proyek infrastruktur telah menumbuhkan dampak positif untuk “jaring pengaman sosial” dimana masyarakat terlibat di dalam pekerjaan dan mendapatkan upah. Diperkirakan besarnya HOK dalam pelaksanaan sub-sub proyek tersebut adalah 602.960 HOK, dengan total upah yang telah dibayarkan sebesar Rp. 36.917.000.000,-. Berdasarkan pada data MIS P2DTK mengenai kualitas sub-sub proyek infrastruktur yang dinilai berdasarjan sertifikasi kualifikasi teknis, diketahui bahwa 92% kualitas infrastruktur di tingkat

Page 8: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | viii

kecamatan diklasifikasikan “baik”. Sementara kualitas sub proyek di tingkat kabupaten sebesar 88% diklasifikasikan “baik”.

Efektivitas dan Manfaat Sub Proyek

Assessment dan Output Study sudah dilaksanakan untuk menilai sejauh mana efektifitas pelaksanaan P2DTK di wilayah nasional. Tingkat efektifitas tersebut diukur dari tingkat efisiensi dan manfaat sub-sub proyek P2DTK terhadap masyarakat. Assessment P2DTK Nasional pada bidang infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan sudah dilakukan pada 19-23 Desember 2011 dan 5-7 Juni 2012, yang dilaksanakan di 8 provinsi 8 kabupaten dengan 40 sampel sub proyek. Sementara Output Study dilaksanakan pada September sampai November 2012 di 6 provinsi 12 kabupaten dengan sampel 306 sub proyek dari berbagai jenis sub proyek yang dipilih secara random.

Hasil Assessment:

Hasil assessment untuk mengukur EIRR (Economic Income Rate Return) sub-sub proyek bidang infrastruktur menghasilkan angka EIRR 31,56%. Ini berarti bahwa sub-sub proyek infrastruktur yang dibangun oleh P2DTK memiliki nilai ekonomi positif dalam menyumbangkan pembangunan daerah maupun potensi pengembangan ekonomi masyarakat.

Assessment bidang pendidikan dilaksakan di lokasi 16 kecamatan 16 desa (2 kecamatan dan 2 desa per kabupaten) dan jumlah responden ditetapkan 400 responden. Hasil tingkat kepuasan masyarakat (responden) terhadap pelayanan pendidikan program P2DTK adalah bahwa sebagian besar masyarakat (responden) menyatakan “puas” terhadap program-program bidang pendidikan yang dikembangkan di P2DTK Nasional. Sebesar 73,25% atau sebanyak 293 responden dari 400 responden yang dijadikan sampel assessment menyatakan “puas” terhadap program bidang pendidikan P2DTK. Sebanyak 67 responden (16,75%) menyatakan “sangat puas” dan hanya 40 responden (10,00%) yang menyatakan “kurang memuskan” terhadap program di bidang pendidikan tersebut.

Assessment bidang kesehatan dengan lokasi 16 kecamatan dengan 16 desa (2 kecamatan dan 2 desa per kabupaten) dengan jumlah responden ditetapkan sebanyak 400 responden (50 responden/kabupaten). Hasil kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat (responden) menyatakan “puas” terhadap program bidang kesehatan yang dikembangkan di P2DTK Nasional. Sebesar 83,50% atau sebanyak 334 responden dari 400 responden yang dijadikan sampel assessment menyatakan “puas” terhadap program bidang kesehatan P2DTK. Sebanyak 42 responden (10,50%) menyatakan “sangat puas” dan hanya 23 responden (5,75%) yang menyatakan “kurang memuaskan” terhadap program di bidang kesehatan.

Hasil Study Output Study P2DTK:

Studi Out yang dilaksanakan September sampai November 2012, bertujuan untuk menilai kualitas keberlanjutan dan kemanfaatan sub-sub proyek P2DTK di wilayah Nasional, serta menemukan lessons learned pelaksanaan program PSS.

Studi terhadap 306 sub-sub proyek P2DTK di wilayah Nasional, yang terdiri atas 273 sub proyek didanai oleh BLM Kecamatan dan 33 sub proyek didanai oleh BLM Kabupaten, menunjukkan bahwa sebesar 63% sub sub proyek infrastruktur P2DTK di wilayah

Page 9: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | ix

Nasional dinilai memiliki tingkat kemanfaatan dan keberlanjutan yang baik atau cukup tinggi.

Sementara itu hasil Output Study SPADA mengenai lessons learned pelaksanaan PSS yang dilakukan di 7 kabupaten sampel tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (a) Pemerintah daerah perlu menetapkan suatu regulasi yang dapat memberikan legalitas bagi keberadaan Forum Sektor Swasta (FSS); (b) Jadwal waktu penempatan pendamping tidak sesuai dengan jadwal siklus program, sehingga output kegiatan PSS tidak dapat masuk dalam proses perencanaan P2DTK; (b) Belum sinerginya hasil kegiatan PSS dengan proses Kajian Teknis; (c) Kurangnya waktu untuk pemahaman substansi pengembangan sektor swasta bagi para Koordinator PSS Kabupaten; (d) Masih lemahnya koordinasi dan rentang kendali untuk memastikan proses pelaksanaan sesuai dengan ketentuan; dan (e) Kegiatan PSS, bisa diintegrasikan dengan kegiatan Inti P2DTK, melalui berbagai penguatan dan perbaikan proses dalam Tahapan Perencanaan P2DTK.

Mediasi Penguatan Hukum Masyarakat

Melalui komponen Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat (MPHM) di dalam P2DTK diharapkan akan memberikan dukungan penyelesaian sengketa baik yang bersifat formal maupun informal, dengan memanfaatkan berbagai peluang dan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat. Komponen MPHM ditujukan pada penciptaan suasana dimana pembangunan sosio-ekonomi dapat berjalan dengan lancar melalui beberapa fokus kegiatan sebagai berikut: (1) Penyuluhan/Pendidikan Hukum, Konsultasi Hukum, Penangangan Kasus dan kegiatan penguatan jaringan kerja posko; (2) Membangun koordinasi dan/atau jejaring kerja serta kegiatan sosialisasi Posko BHM (Bantuan Hukum Masyarakat) maupun koordinasi dengan komponen MPHM (Paralegal); dan (3) Pelayanan konsultasi hukum dan membangun koordinasi dan/atau peningkatan jejaring kerja posko BHM maupun peningkatan kapasitas komponen MPHM (Paralegal).

Berikut ini di sampaikan beberapa capaian yang sudah diperoleh melalui program MPHM, antara lain: (1) Sudah dilakukan pelatihan pendidikan hukum kepada 3.470 orang, dan sebanyak 58 orang telah memanfaatkan media konsultasi hukum; (2) Sampai masa program P2DTK wilayah Nasional berakhir ditangani sebanyak 32 kasus sengketa di tingkat masyarakat, dimana 25 kasus adalah kasus pidana dan 7 kasus adalah kasus perdata; (3) Sudah dilaksanakan sosialisasi mengenai MPHM di 218 instansi baik formal maupun non formal, mulai tingkat provinsi sampai tingkat desa; (4) Melakukan pelatihan untuk peningkatan kapasitas sebanyak 3 kali bagi 2 orang Pengacara Masyarakat (PM) dan 8 orang Fasilitator Posko (Fasko); (5) Melakukan pelatihan untuk peningkatan kapasitas sebanyak 1 kali bagi 118 Paralegal dan 59 Mediator Desa; dan (6) Penanganan kasus yang terdiri dari kasus korupsi, KDRT, waris, sengketa tanah, perdata lainnya dan kriminal dengan total penerima manfaat sebanyak 135.076 orang.

Pengembangan Sektor Swasta (PSS)

Program PSS di wilayah P2DTK Nasional dilaksanakan di 8 provinsi di 29 kabupaten. Tujuan program tersebut untuk membantu pemerintah daerah dan masyarakat dalam memulihkan dan membangkitkan kondisi investasi dan pelayanan usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Ada 5 (lima) strategi kegiatan PSS, yaitu: (1) Pengadaan dan perbaikan infrastruktur pendukung kegiatan usaha; (2) Pengembangan mekanisme dialog antara sektor

Page 10: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | x

swasta dan Pemerintah daerah dalam perumusan strategi pengembangan iklim usaha dan investasi; (3) Membangun jaringan kerjasama untuk pengembangan iklim usaha dan investasi; (4) Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam perumusan regulasi/ kebijakan daerah; dan (5) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan usaha melalui kerjasama dengan program pelatihan dari lembaga-lembaga yang kompeten.

Hasil yang sudah dicapai dalam program PSS ini antara lain: (1) Sejak tahun 2007 sampai 2010 sudah terdaftar 14.482 Usaha Baru yang terdaftar; (2) Sudah terbentuk 27 FSS (Forum Sektor Swasta) di 27 kabupaten sebagai forum lintas pelaku antara para pelaku usaha dan pemerintah untuk mengembangkan kondisi investasi usahadi daerah; dan (3) Ada 2 (dua) kabupaten yang telah berinisiatif untuk mengembangkan perda daerah dalam rangka mendukung kegiatan pengembangan investasi usaha yang diinisiasi oleh PSS P2DTK tersebut. Sementara itu kegiatan-kegiatan lain yang perlu didorong lebih lanjut antara lain seperti penguatan jaringan kerja sama; kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas lebih lanjut; dan penguatan regulasi lokal mengenai peningkatan kondisi investasi usaha.

Pengembangan Kapasitas

Pengembangan kapasitas merupakan salah satu tujuan utama yang hendak dikembangkan dalam Program P2DTK. Tujuan pengembangan kapasitas ini adalah: Pertama, memampukan aparatur pemerintah daerah dalam hal perencanaan partisipatif dan mengelola program yang transparan, akuntabel, dan lebih akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat; Kedua, memampukan kualitas partisipasi masyarakat di dalam perencanaan partisipatif dan proses pembangunan yang dilaksanakan di daerahnya. Secara ringkas hasil-hasil kegiatan pengembangan kapasitas di P2DTK Nasional antara lain sebagai berikut:

1. Sebanyak 3.622 orang terdiri dari masyarakat, LSM, dan aparatur pemerintah telah mendapatkan pelatihan di bidang Mediasi Penguatan Hukum Masyarakat (MPHM).

2. Sebanyak 11.935 orang terdiri dari guru sekolah, kepala sekolah, anggota komite sekolah, dll telah mendapatkan berbagai pelatihan yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu belajar mengajar dan manajemen sekolah.

3. Sebanyak 7.039 orang terdiri atas kader di tingkat desa, kader posyandu, bidan desa, tenaga kesehatan Puskesmas dan Pustu, dokter, dan tenaga kesehatan rumah sakit telah mendapatkan berbagai jenis pelatihan kesehatan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan dan mutu manajemen pelayanan kesehatan.

4. Sebanyak 40.262 orang aparatur pemerintah mulai dari aparatur di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten telah mendapatkan berbagai pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas mereka antara lain pelatihan perencanaan partisipatif, pelatihan RAB dan desain program, pelatihan metode Kajian Teknis, pelatihan pembukuan keuangan, dll.

5. Sebanyak 202.438 (4,24%) orang telah terlibat dalam perencanaan dan forum-forum musyawarah yang dikembangkan oleh program P2DTK di wilayah Nasional dari total jumlah pemanfaat program yang sebanya 4.771.900 orang.

Sustainabilitas Program P2DTK

Secara sekilas sustainabilitas P2DTK bias diukur dari dua hal yaitu tingkat kemanfaatan dan keberlanjutan sub-sub proyek yang dibangun oleh P2DTK, serta sejauh mana pelembagaan institusi-institusi mekanisme program yang sudah dikembangkan oleh P2DTK. Berkaitan

Page 11: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xi

dengan tingkat kemanfaatan dan keberlanjutan sub-sub proyek P2DTK, khususnya sub-sub proyek infrastruktur, maka seperti sudah disampaikan sebelumnya bahwa hasil output study P2DTK menunjukkan tingkat kemanfaatan dan keberlanjutan sebesar 63%.

Sebuah inisiatif pendekatan program tentang alih kelola asset sub-sub proyek juga sudah dilakukan untuk memperkuat tingkat keberlanjutan asset sub proyek yang dibangun P2DTK, dengan melakukan Serah Terima Alih Kelola P2DTK kepada para bupati kepala daerah. Seluruh kabupaten yang sebanyak 32 kabupaten di wilayah P2DTK Nasional, telah melakukan proses serah terima alih kelola tersebut, yang berarti bahwa inisitaif dan tanggung jawab pemeliharaan dan keberlanjutan sub-sub proyek selanjutnya berada di tangan pemerintah daerah.

Lesson Learned P2DTK Nasional

Berdasarkan pada workshop lesson learned yang dilaksanakan di Makasar pada Desember 2011 , dan hasil workshop pengakhiran program P2DTK di Jakarta pada Desember 2012 yang melibatkan seluruh pelaku program baik dari Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten, telah mengidentifikasi bentuk-bentuk lesson learned pelaksanaan P2DTK khususnya di wilayah nasional. Lesson learned tersebut disajikan dalam 2 (dua) bentuk yaitu lesson learn positif (untuk dipertahankan di masa mendatang) dan lesson learned negatif (untuk diperbaiki di masa mendatang), yaitu sebagai berikut: Lessons Learned Positif:

Prosentase penyerapan & pencairan dana grant (BLM dan DOK) kabupaten berdasarkan SP2D di P2DTK Nasional rata-rata mencapai 99,85%, yang berarti tingkat serapan tersebut di atas target yang ditetapkan di dalam KPI sebesar 75%.

Perencanaan pembangunan daerah melalui Musrenbang sebagai mekanisme perencanaan yang lebih partisipatif telah dilaksanakan di seluruh kabupaten sasaran P2DTK wilayah Nasional sebanyak 32 kabupaten. Kajian Teknis sebagai bagian dari model perencanaan P2DTK tersebut telah menumbuhkan kapasitas para pelaku P2DTK baik dari unsur masyarakat maupun dari unsur pemerintah, dalam hal memahami dan menganalisa secara lebih “benar” permasalahan, kebutuhan dan merumuskan prioritas pembangunan di masyarakat.

Ada kecenderungan yang positif bahwa masyarakat, sebagai salah satu kelompok pelaku P2DTK, semakin berani dalam mengemukakan pendapat dan cukup kritis dalam menyampaikan aspirasinya berkaitan dengan perencanaan maupun implementasi kegiatan karena sudah paham mekanisme perencanaan partisipatif. Hal ini disebabkan oleh terbukanya akses partisipasi di dalam mekanisme perencanaan partisipatif dan Forum-Forum Musyawarah yang dianjurkan dalam tahapan pelaksanaan program P2DTK.

Proyek-proyek yang dibangun P2DTK di wilayah Nasional baik di bidang infrastrukrur, pendidikan, dan kesehatan dianggap memberikan kemanfaatan yang baik kepada masyarakat dari sudut peruntukan, fungsi dan manfaatnya. Angka EIRR sub-sub proyek infrastruktur di P2DTK nasional adalah sebesar 31,56% diatas angka yang ditetapkan dalam KPI. Sebesar 83,50% masyarakat menyatakan “puas” terhadap kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh P2DTK di wilayah nasional. Sementara di bidang pendidikan, masyarakat yang menyatakan “puas” mencapai 73,25%.

Page 12: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xii

Penerapan safe-guard keuangan yang ketat, pemantauan tahapan sub-proyek melalui Forum-Forum Musyawarah Pertanggungjawaban kegiatan, serta peran BPKP dalam temuan-temuan kasus penyimpangan keuangan di program P2DTK, setidaknya telah mendorong ditegakkannya transparansi keuangan karena pelaku-pelaku P2DTK menjadi lebih hati-hati dan teliti dalam melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan demikian Pengaduan dan Penanganan Masalah, khususnya yang terkait dengan penyimpangan dana di dalam P2DTK Nasional dapat diselesaikan dengan capaian yang bisa dikatakan “baik” dimana 98,45% dari besarnya dana penyimpangan telah kembali ke Kas Negara dan atau kembali dimanfaatkan dalam pembiayaan kegiatan.

Mekanisme pembuatan Berita Acara Laporan Akhir Bupati Pelaksanaan P2DTK dan Berita Acara Alih Kelola dan Serah Terima P2DTK yang dikembangkan P2DTK merupakan instrumen pengakhiran program yang positif dalam upaya mendorong pemerintah daerah lebih bertanggungjawab terhadap hasil program P2DTK ke depan, meskipun dalam beberapa hal proses tersebut perlu perbaikan lebih lanjut. Seluruh Bupati (32 kabupaten) di P2DTK Nasional telah menyerahkan dan menandatangani Berita Acara Laporan Akhir Bupati Pelaksanaan P2DTK dan Berita Acara Alih Kelola dan Serah Terima P2DTK tersebut.

Kelembagaan-kelembagaan mitra dan pelaku yang dibentuk oleh P2DTK seperti Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM), Komite Kesehatan, Pokja Pendidikan Tingkat Kecamatan, dan lain-lain telah ditingkatkan serta berperan dengan positif melalui program P2DTK, dalam memperkuat mekanisme perencanaan partisipatif yang akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat. Kelembagaan-kelembagaan di tingkat masyarakat tersebut akan sangat memiliki kontribusi yang besar dalam memperkuat proses perencanaan partisipatif jika ke depan keberadaan, keberlanjutan, dan kapasitas lembaga-lembaga tersebut mendapatkan perhatian yang optimal.

Lessons Learned Negatif:

Ego-sektoral di jajaran instansi pemerintah daerah yang terkait dengan program P2DTK masih dirasakan cukup dominan sehingga sinergisitas antar program belum optimal, baik sinergisitas program antar bidang UPKD maupun dengan program-program lain yang masuk ke kabupaten.

Masih banyak anggota legislatif dan aparatur di daerah yang kurang paham atas makna dan substansi perencanaan partisipatif. Fasilitasi peningakatan mengenai perencanaan partisipatif kepada anggota legislatif tersebut secara pendekatan kurang terperhatikan di dalam proses program P2DTK.

Proses pendekatan yang diterapkan P2DTK yang dimanfaatkan oleh daerah untuk mengembangkan atau mendorong munculnya peraturan daerah yang memperkuat proses pelaksanaan dan hasil P2DTK, seperti misalnya peretauran daerah terkait dengan perencanaan partisipatif, peraturan daerah terkait dengan keberlanjutan pemeliharaan dan pengelolaan hasil program, peraturan daerah terkait dengan dukungan pengembangan investasi usaha, dll masih kurang dilakukan.

Pengelolaan consultant services kiranya perlu diperbaiki lebih lanjut karena terbukti bahwa mekanisme pengelolaan consultant services yang diterapkan di dalam P2DTK I ini sangat menjadi kendala dalam beberapa hal mendasar berikut ini: (1) Upaya pengembangan dan pengendalian kualitas manajemen keuangan para pelaku P2DTK; dan (2) Upaya pengendalian ketepatan laporan-laporan rutin para DMC.

Page 13: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xiii

Rekomendasi:

Berikut ini diajukan beberapa rekomendasi untuk pengembangan P2DTKke depan atau program-program lain serupa di masa datang, yaitu:

1. Desain Program P2DTK telah memberikan dampak yang positif dalam hal meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah mengenai implementasi perencanaan partisipatif dan pengelolaan kegiatan program secara lebih akuntabel dan transparan.

2. Penguatan kapasitas mengenai Kajian Teknis, sebagai salah satu instrumen perencanaan dalam desain program P2DTK, kiranya masih perlu mendapatkan perhatian di dalam pelaksanaan program-program mendatang. Arah dan metodelogi Kajian Teknis belum dipahami secara seragam oleh para pelaku P2DTK.

3. Realisasi implementasi pengembangan investasi lokal melalui program Pengembangan Sektor Swasta dalam pelaksanaan program P2DTK (I) masih minimal karena strategi PSS belum terintegrasi secara maksimal di dalam desain pelaksanaan P2DTK. Pelaksanaan PSS ke depan perlu dieksplorasi secara lebih maksimal baik dalam hal desain maupun dalam hal relasi integrasinya dengan program-program lain.

4. Komimen daerah mengenai perencanaan partisipatif belum maksimal sehingga perlu dilakukan pendekatan kepada legislatif untuk mengkomunikasikan proses dan hasil kegiatan, serta melakukan pendekatan-pendekatan untuk penguatan peraturan daerah yang terkait dengan program P2DTK. P2DTK seyogyanya memberikan porsi pendekatan yang lebih optimal untuk mendorong legislatif di daerah membuat Perda yang dapat mendukung pelembagaan strategi dan nilai-nilai pembangunan P2DTK.

5. Perlunya memperkuat koordinasi antar Pelaku P2DTK, khususnya Pelaku P2DTK tingkat Pusat agar pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijakan program dapat dilakukan secara lebih cepat demimendukung kelancaran program P2DTK.

6. Handling Complaint Unit di P2DTK Nasional telah menghasilkan capaian penyelesaian kasus-kasus pengaduan maupun temuan BPKP dengan cukup signifikan. Hal tersebut didukung oleh upaya koordinasi yang terus dibina secara reguler antara PIU-P2DTK KPDT, BPKP Pusat, BPKP Propinsi dan pelaku-pelaku P2DTK melalui pertemuan berkala, updating data kasus, supervisi bersama ke daerah.

7. Harmonisasi kegiatan progam P2DTK dengan PNPM Mandiri lainnya dan Musrenbang yang menjadi harapan PMU Bappenas belum dapat terlaksana, salah satunya akibat lemahnya pemahaman aparat Pemda dan konsultan terhadap harmonisasi perencanaan progam.

8. Mengusahakan semaksimal mungkin agar DIPA pendanaan program P2DTK tidak terlambat pada setiap siklus pelaksanaan. Keterlambatan DIPA sangat berpengaruh negatif terhadap kualitas performa pelaksanaan kegiatan.

9. Rekrutmen konsultan perlu lebih mempertimbangkan kualitas sesuai dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan.

Page 14: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xiv

Daftar Isi

Kata Sambutan | Hal. iii

Pengantar | Hal. iv

Executive Summary | Hal. v

Daftar Isi | Hal. xiv

Daftar Tabel | Hal. xvi

Daftar Bagan dan Diagram | Hal. xviii

Daftar Lampiran | Hal. xix

Daftar Istilah | Hal. xx

Peta Wilayah Program P2DTK | Hal. xxii

Bab 1. Pendahuluan | Hal. 1

1.1. Latar Belakang P2DTK | Hal. 1

1.2. Tujuan P2DTK | Hal. 2

1.3. Sasaran dan Pendekatan | Hal. 3

Bab 2. Capaian Pelaksanaan Program | Hal. 8

2.1. Relevansi Program | Hal. 8

2.2. Capaian Program | Hal. 9

2.2.1. Tahap Perencanaan | Hal. 9

2.2.2. Tahap Pelaksanaan | Hal. 13

2.3. Program P2DTK Optimalisasi | Hal. 43

2.4. Capaian Performance Indicator | Hal. 44

2.5. Efisiensi Program: Hasil Assessment dan Output Study P2DTK | Hal. 48

2.5.1. Assessment Output P2DTK | Hal. 48

2.5.2. Output Study P2DTK | Hal. 51

2.6. Pengarusutamaan Gender | Hal. 53

2.7. Inisiatif Keberlanjutan P2DTK | Hal. 55

Page 15: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xv

2.7.1. Inisiatif Pemeliharaan Asset | Hal. 55

2.7.2. Integrasi Dengan Perencanaan Daerah | Hal. 56

Bab 3. Monitoring dan Evaluasi | Hal. 58

3.1. Arahan dan Pengawasan Pelaku P2DTK Pusat | Hal. 58

3.1.1. Arahan dan Pengawasan Dari Kementerian PPN/Bappenas | Hal. 58

3.1.2. Arahan dan Pengawasan Dari PIU-KPDT | Hal. 60

3.2. Mekanisme dan Perangkat Monitoring | Hal. 62

3.2.1. Kunjungan Lapangan Supervisi | Hal. 62

3.2.2. Penetapan Data MIS Sebagai Basis Laporan | Hal. 61

3.3. Evaluasi Terhadap Manajemen Program | Hal. 63

3.3.1. Tahap Sosialisasi | Hal. 63

3.3.2. Tahap Perencanaan | Hal. 64

3.3.3. Tahap Pelaksanaan | Hal. 65

3.3.4. Tahap Pasca Program | Hal. 68

Bab 4. Lessons Learned dan Rekomendasi | Hal. 70

4.1. Lessons Learned | Hal. 70

4.1.1. Lesson Learned Aspek Input Program | Hal. 71

4.1.2. Lesson Learned Aspek Proses Pelaksanaan Program | Hal. 73

4.1.3. Lesson Learned Aspek Hasil Program | Hal. 76

4.2. Rekomendasi | Hal. 78

Daftar Bacaan | Hal. 80

Lampiran-Lampiran | Hal. 81

Page 16: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xvi

Daftar Tabel

Tabel 1. Rekap Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran DOK dan BLM P2DTK Nasional TA. 2007–2010 dan Optimalisasi TA. 2011 ………………………………………………….. vi

Tabel 2. Rekap Pengaduan Masalah dan Temuan Audit BPKP Program P2DTK Nasional ……………………………………………………………………………………………………… vii

Tabel 3. Rekap Penyelesaian Sub Proyek Menurut Bidang Kegiatan di P2DTK Nasional dan Optimalisasi …………………………………………………………………………… vii

Tabel 1.1. Lokasi Sasaran P2DTK Nasional …………………………………………………………………… 03

Tabel 2.1. Rekapitulasi Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran Dana DOK dan BLM P2DTK Nasional dan Optimalisasi, TA. 2007-2010 dan TA. 2011…………………………….. 14

Tabel 2.2. Perbandingan Dana BLM Kecamatan dan BLM Kabupaten Dalam P2DTK Nasional dan Optimalisasi TA. 2007-2010 dan TA. 2011 …………………………….. 15

Tabel 2.3. Rekapitulasi Jumlah dan Sebaran Sub Proyek P2DTK Nasional TA. 2007-2010 dan Optimalisasi TA. 2011 ……………………...…………………………………………. 17

Tabel 2.4. Jumlah Penyelesaikan Sub-Proyek Bidang Pendidikan P2DTK Nasional …..… 18

Tabel 2.5. Jumlah Penyelesaian Sub-Proyek Bidang Kesehatan P2DTK Nasional …..…….. 20

Tabel 2.6. Jumlah Penyelesaian Sub-Proyek Bidang Infrastruktur P2DTK Nasional………. 22

Tabel 2.7. Jumlah Penyelesaian Sub-Proyek Bidang Pemuda P2DTK Nasional ………..…… 24

Tabel 2.8. Rekapitulasi Capaian Per Kategori Kegiatan Sub Proyek di P2DTK Nasional dan Optimalisasi ………………………………………………………………………………….……… 26

Tabel 2.9. Kinerja Pengelolaan Keuangan UPKD Infrastruktur, Pendidikan, dan Kesehatan P2DTK Nasional ……………………………………………………………….………… 30

Tabel 2.10. Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK Kabupaten P2DTK Nasional Per Juli 2010 30

Tabel 2.11. Kinerja Pengelolaan Keuangan UPK Kecamatan P2DTK Nasional ……………..…. 31

Tabel 2.12. Pemahaman Personal dan Kondisi Pembukuan UPKD (Infrastruktur, Pendidikan, dan Kesehatan) P2DTK Nasional ..……………………………………………. 32

Tabel 2.13. Pemahaman Personal dan Kondisi Pembukuan TPK Kabupaten …………..…….. 33

Tabel 2.14. Pemahaman Personal dan Kondisi Pembukuan UPK Kecamatan ……..…………. 33

Tabel 2.15. Jumlah dan Lokasi Konsultan Pengadaan Kabupaten (s.d Juli 2011) …..………. 36

Tabel 2.16. Pengadaan Untuk Pelaksanaan Sub Proyek di P2DTK Nasional …………..………. 37

Tabel 2.17. Jumlah Realisasi Sub Proyek dan Metode Pengadaan (P2DTK Optimalisasi) . 38

Tabel 2.18. Rekap Pengaduan Masalah dan Temuan BPKP P2DTK Nasional …..…………….. 39

Tabel 2.19. Penyelesaian Kasus Penyimpangan, Pengaduan dan Audit BPKP di P2DTK Nasional ……..………………………………………………………………………………………………

40

Tabel 2.20. Mobilisasi dan Kuantitas Supervisi Konsultan di Wilayah P2DTK Nasional ..… 41

Tabel 2.21. Jumlah Mobilisasi Konsultan Program P2DTK Nasional ………………………………. 47

Page 17: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xvii

Tabel 2.22. Hasil Rata-Rata Indikator Analisa Biaya dan Manfaat Sub-Sub Proyek Infrastruktur P2DTK Nasional ……………………………………………………………………… 49

Tabel 2.23. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pendidikan di P2DTK Nasional ……………………………………………………………………………………………………… 50

Tabel 2.24. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di P2DTK Nasional………………………………………………………………………………………………………. 51

Tabel 2.25. Lokasi Sampel Output Study di P2DTK Nasional ……………………………………….... 52

Tabel 2.26. Jumlah Partisipasi Perempuan dalam Perencanaan dan Forum-Forum Musyawarah di P2DTK Nasional ………………………..……………………………………… 54

Tabel 2.27. Jumlah Peserta Perempuan dalam Pelatihan Bersumber Dana DOK P2DTK Nasional ……………………………………………………………………………………………………… 54

Tabel 2.28. Jumlah Pemanfaat Perempuan dan Laki-Laki di P2DTK Nasional ……………….. 55

Page 18: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xviii

Daftar Diagram dan Bagan

Daftar Diagram :

Diagram 2.1. Kualitas Sub Proyek Pendidikan P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi .….. 19

Diagram 2.2. Kualitas Sub Proyek Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi ..…… 21

Diagram 2.3. Kualitas Sub Proyek Infrastruktur P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi .... 23

Diagram 2.4. Kualitas Sub Proyek Pemuda P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi ……..…. 24

Daftar Bagan :

Bagan 1.1. Organisasi Pelaksanaan Program P2DTK …………………………………………………….. 06

Bagan 2.1. Alur Mekanisme Kajian Teknis ……………………………………………………………………. 11

Page 19: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xix

Daftar Lampiran

Lampiran 1: Tabel Rekapitulasi Consultant Services dan Jumlah Konsultan P2DTK Nasional .. 82

Lampiran 2: Tabel Daftar Pengadaan Consultant Services P2DTK Nasional di Pusat TA. 2007-2010 dan TA. 2011 …………………………………………………………………………….…….………. 83

Lampiran 3: Tabel Rekapitulasi Dana PAP Provinsi P2DTK Nasional TA. 2007-2012 ……….…..… 84

Lampiran 4: Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Pendidikan P2DTK Nasional ……. 85

Lampiran 5: Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Kesehatan P2DTK Nasional …….. 86

Lampiran 6: Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Infrastruktur P2DTK Nasional ... 87

Lampiran 7: Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Pemuda P2DTK Nasional ……..… 88

Lampiran 8: Tabel Jenis, Jumlah, dan Kualitas Sub Proyek P2DTK Optimalisasi TA. 2011 ……… 89

Lampiran 9: Bagan Jenis Kebutuhan Masyarakat Terhadap Sub Proyek Pendidikan di P2DTK Nasional Sikulus 1 s.d. Siklus 3 ……………………………………………………………….………… 90

Lampiran 10: Bagan Jenis Kebutuhan Masyarakat Terhadap Sub Proyek Kesehatan di P2DTK Nasional Siklus 1 s.d. Siklus 3 ………………………………………………………….……….………. 91

Lampiran 11: Bagan Jenis Kebutuhan Masyarakat Terhadap Sub Proyek Infrastruktur di P2DTK Nasional Siklus 1 s.d. Siklus 3 …………………………………….…………………….……. 92

Lampiran 12: Tabel Jumlah Dokumen Hasil Review Dokumen Pengadaan (s.d. Juli 2011) …….. 93

Lampiran 13: Tabel Pengadaan Untuk Pelaksanaan Sub Proyek di P2DTK Nasional ……..……….. 94

Lampiran 14: Tabel Performance Indicator P2DTK Nasional ……………….………………………..……….. 95

Lampiran 15: Tabel Rekapitulasi Total Dana Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran DOK P2DTK Nasional TA. 2007 – 2010 ………………………….……………………………….……………………. 100

Lampiran 16: Tabel Rekapitulasi Total Dana Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran DOK P2DTK Optimalisasi TA. 2011 ………………………………………………………………………………………. 101

Lampiran 17: Tabel Rekapitulasi Total Dana Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran BLM P2DTK Nasional TA. 2007-2010 …………………………………………………..………………………………. 102

Lampiran 18: Rekapitulasi Total Dana Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran BLM P2DTK Optimalisasi TA.2011 ……………………………………………………………..………………………… 103

Lampiran 19: Kegiatan Capacity Building Dari Dana BLM Kecamatan dan Kabupaten…………… 104

Lampiran 20: Tabel Kegiatan Capacity Building Dari Dana DOK Kecamatan dan Kabupaten .… 107

Lampiran 21: Tabel Jumlah Sampel Sub Proyek Infrastruktur BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan Output Study P2DTK Nasional ……………………………….…….………………… 106

Page 20: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xx

Daftar Istilah

ADD : Alokasi Dana Desa APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BLM : Bantuan Langsung Masyarakat BPD : Badan Permusyawaratan Desa BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan CSR : Corporate Social Responsibility DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Dirjen : Direktur Jenderal Ditjen : Direktorat Jenderal DFMC : District Financial Management Consultant DMC : District Management Consultant DOK : Dana Operasional Kediatan DPR : Dewan Perwakilan Rakyat DPKKD : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah DPKAD : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah EIRR : Economic Income Rate Return FM : Financial Management FSS : Forum Sektor Swas Gender : Asumsi atau konsep masyarakat atas peran, tanggung-jawab serta perilaku laki-laki dan perempuan yang dipelajari dan dapat berubah dari waktu ke waktu, serta bervariasi menurut sosial dan budaya masyarakat. HCU : Handling Complaint Unit KPDT : Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MAD PNPM : Musyawarah Antar Desa PNPM MDF : Multi Donor Fund MDGs : Millennium Development Goals Musrenbang : Musyawarah Perencanan Pembangunan NMC : National Management Consultant OTJ : On The Job Training PAP : Pembinaan Administrasi Proyek/Program PFMC : Provine Financial Management Consultant PIU : Project Implementing Unit PMC : Provincial Management Consultant PMD : Pemberdayaan Masyarakat dan Desa PMU : Project Management Unit PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat P2DTK : Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus PJOK : Penanggung jawab Operasional Kegiatan PP-KOM : Pejabat Pembuat Komitmen PSS : Pengembangan Sektor Swasta

Page 21: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xxi

PUG : Pengarusutamaam Gender Renstra : Rencana Strategis RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang tertentu di daerah provinsi, kabupaten, atau kota. SPADA : Support for Poor and Disadvantage Areas SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana SPM : Surat Perintah Membayar TPK : Tim Pengelola Kegiatan UPK : Unit Pengelola Kegiatan UPKD : Unit Pengelola Kegiatan Dinas

Page 22: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xxii

Peta Wilayah Program P2DTK

Page 23: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | xxiii

Page 24: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 1

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Program SPADA (Support for Poor and Disadvantage Areas) atau P2DTK (Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus) merupakan bagian dari PNPM Mandiri Inti dengan nama Program PNPM Mandiri DTK (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus). Program ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi persoalan pembangunan di daerah yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal oleh KPDT, dan terutama akibat bencana dan konflik. Desain program P2DTK ini menerapkan strategi Pembangunan Partisipatif, dengan lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah. P2DTK merupakan program kerjasama dengan Bank Dunia untuk pemerintah Indonesia, yang diharapkan dapat mendukung percepatan pembangunan sosial-ekonomi di daerah tertinggal, khususnya melalui pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas pemerintah daerah. Tujuan spesifik Program P2DTK antara: (1) Peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan lembaga sosial dalam perencanaan pembangunan partisipatif; (2) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dasar masyarakat, terutama pendidikan dan pelayanan kesehatan; (3) Mengembangkan kapasitas kelembagaan, lembaga ekonomi masyarakat dan pemerintah dalam mendukung penciptaan lingkungan ekonomi yang kondusif bagi pengembangan investasi swasta; dan (4) Memberdayakan masyarakat melalui penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur sosial dan ekonomi. Bidang-budang kegiatan yang dikembangkan oleh P2DTK terdiri atas 5 (lima) bidang yaitu: (1) Bidang pengembangan masyarakat; (2) Bidang mediasi dan penguatan hukum masyarakat; (3) Pendidikan; (4) Kesehatan; dan (5) Bidang pengembangan sektor swasta. Agar program ini mencapai tujuan seperti dijelaskan di atas serta dilandasi dengan semangat pemberdayaan yang pro-poor, menjunjung asas transparansi dan akuntabel,maka dalam pelaksanaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip yang merupakan ketentuan dasar untuk pelaksanaan dan manajemen program. Prinsip-prinsip tersebutadalah sebagai berikut :

Berorientasi pada masyarakat, yang berarti bahwa masyarakat adalah sebagai pelaku maupun sebagai penerima manfaat dari semua kegiatan program;

Page 25: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 2

Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dimana harus berbasis pada kebutuhan masyarakat lokal dan didasarkan pada prinsip-prinsip kesetaraan;

Tidak diskriminatif, artinya pelaku dan penerima manfaat dari program ini tidak dibedakan dari segi suku, ras agama, dan kelas di dalam masyarakat;

Mempertimbangkan adat istiadat dan budaya yang ada sebagai kearifan tradisional yang terkandung dalam masyarakat; dan

Ramah lingkungan, artinya harus mempertimbangkan dampak kegiatan terhadap lingkungan, baik jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Program P2DTK di wilayah Nasional (non Aceh dan Nias) dimulai Tahun 2007 dan berakhir pada Tahun 2011, kemudian diperpanjang sampai Juni 2012. Program ini dilaksanakan di 8 Provinsi (Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur), dengan sasaran kabupaten sebanyak 32 Kabupaten dan 186 Kecamatan.Pemanfaatan bantuan langsung masyarakat ditingkat kabupaten dan kecamatan diatur melalui mekanisme perencanaan pembangunan partisipatif (bottom-upplanning) dan top-down sesuai sesuai perencanaan reguler pembangunan pemerintah daerah. Masyarakat difasilitasi untuk mengidentifikasi masalah dan usulan gagasan sebagai bahan penyusunan proposal ditingkat masyarakat. Dalam proses perencanaan masyarakat dibantu oleh konsultan dan tim ad hoc serta tim penilai teknis, tim penulis usulan, dan tim verifikasi.Sementara itu manajemen program difasilitasi oleh organisasi struktural dan fungsional disemua tingkatan. Pada Tim Koordinasi organisasi struktural dibentuk mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan Nasional. Dalam organisasi fungsional ditempatkan Fasilitator Kecamatan, Konsultan Manajemen Kabupaten, Konsultan Manajemen Provinsi, dan Konsultan Manajemen Nasional. Pada Tahun 2011, seiring berakhirnya masa kontrak phase pertama program P2DTK Nasional pada akhir Tahun 2011, kemudian dikembangkan program P2DTK Optimalisasi. Dengan memanfaatkan momentum pengakhiran P2DTK Nasional phase pertama beserta belajar dari pengalaman-pengalaman positif program P2DTK Nasional, maka dirasa perlu untuk mengoptimalkan hasil pelaksanaan program P2DTK melalui pendekatan yang komprehensif, agar kinerja program semakin baik dan memperhatikan fungsinya secara maksimal. Tujuan program P2DTK Optimalisasi adalah: (1) Penguatan mekanisme perencanaan pembangunan di daerah tertinggal; (2) Percepatan pemenuhan pelayanan infrastruktur dasar di daerah tertinggal; dan (3) Pengauatan peran masyarakat dan pemda dalam manajemen pembangunan di daerah tertingga. Program P2DTK Optimalisasi dilaksanakan di 2 Provinsi yaitu Kalimantan Barat (Kabupaten Sambas, Sanggau, dan Bengkayang) dan Sulawesi Tengah (Kabupaten Poso, Banggai, Morowali, Toju Una-Una) yang dinilai menunjukkan performa yang baik dalam pelaksanaan P2DTK Nasional phase pertama.

1.2. Tujuan P2DTK

Secara umum program P2DTK Nasional bertujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam mempercepat pemulihan dan pertumbuhan sosial ekonomi daerah-daerah tertinggal dan khusus, melalui kegiatan yang diarahkan kepada:

Page 26: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 3

(1) Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi pembangunan partisipatif.

(2) Pemberdayaan masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat dalam perencanaan pembangunan partisipatif terutama bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

(3) Pelembagaan pelaksanaan pembangunan partisipatif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dasar (pendidikan dan kesehatan), infrastruktur, penguatan hukum, capacity building, serta penciptaan iklim investasi dan iklim usaha.

(4) Memperbesar akses masyarakat terhadap keadilan.

(5) Peningkatan kemudahan hidup masyarakat terutama keluarga miskin melalui penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi.

1.3. Sasaran dan Pendekatan

Sasaran:

Sasaran lokasi kegiatan P2DTK Nasional adalah kabupaten yang telah ditetapkan dalam Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor: 001/Kep/M-PDT/02/2005 yang meliputi: (1) Daerah Tertinggal: Adalah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Secara terperinci daerah kabupaten tersebut memiliki ciri, yaitu: tertinggal secara ekonomi, sumberdaya manusia, prasarana/ infrastruktur, kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas, dan karakteristik daerah yang kurang mendukung; dan (2) Daerah Khusus dan Perbatasan: Adalah kabupaten yang mengalami bencana alam, konflik, bencana sosial serta daerah yang ada di perbatasan dengan Negara lain. Kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi sasaran progran meliputi: (1) Pemerintah Daerah; (2) Komunitas dan masyarakat; dan (3) Lembaga sosial kemasyarakatan.

Tabel 1.1. Lokasi Sasaran P2DTK Nasional

No. Provinsi Kabupaten

1. Bengkulu Bengkulu Selatan, Seluma, Kapahiang

2. Lampung Lampung Utara, Lampung Timur, Way Kanan

3. Kalimantan Barat Bengkayang, Sanggau, Sambas

4. Kalimantan Tengah Kota Waringin Timur, Seruyan, Katingan

5. Sulawesi Tengah Poso, Tojo Una-Una, Morowali, Banggai

6. Nusa Tenggara Timur Lembata, Alor, Flores Timur, Timor Tengah Selatan, Belum, SumbaBarat

7. Maluku Maluku Tenggara Barat, Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur, Maluku Tengah, Buru

8. Maluku Utara Halmahera Tengah, Halmahera Barat, Kep. Sula, Halmahera Utara, Halmahera Selatan

Sumber : Pedoman Umum dan Penjelasan Petunjuk Teknis Pelaksanaan (PTP) P2DTK, 2006

Page 27: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 4

Pendekatan yang Dipakai:

(1) Desentralisasi: Program P2DTK memberikan peluang kepada daerah untuk mengembangkan inisiatif lokal dan mendorong pemerintah daerah lebih bertanggung jawab atas pembangunan daerahnya. Otoritas daerah dalam mengelola sumberdaya bertumpu pada partisipasi masyarakat didalam semua tahapan proses pembangunan. Melalui forum-forum musyawarah di semua tingkatan, Program P2DTK memberi ruang bagi pemerintah daerah bersama masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program sesuai dengan potensi daerah dan kebutuhan masyarakat. Demikian juga halnya dalam hal pengelolaan dana Block Grant kabupaten dan Block Grant kecamatan, daerah memperoleh kewenangan sepenuhnya dalam menyusun alokasi anggaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan

(2) Perpaduan Antara Bottom-up Dengan Perencanaan Kabupaten: Konsep program P2DTK mempertemukan bottom-up planning yang merupakan kesepakatan forum Musyawarah Antar Kecamatan dengan perencanaan pemerintah Kabupaten berdasarkan input Kajian Tim Teknis Kabupaten. Perpaduan ini difasilitasi dengan penyediaan dana Block Grant Kecamatan dan Block Grant kabupaten. Penetapan usulan kabupaten dilakukan oleh forum kabupaten yang beranggotakan perwakilan dari setiap kecamatan yang difasilitasi oleh Tim Koordinasi Kabupaten dan di dukung oleh Konsultan Manajemen Kabupaten setelah mendapat masukan dari Tim Kajian Teknis Kabupaten.

(3) Pendekatan Multi sektor: ProgramP2DTK melalui pendekatan partisipatif berupaya mengintegrasikan berbagai sektor pembangunan dengan menitikberatkan pembiayaan untuk usulan-usulan di bidang pembangunan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi dan mediasi di bidang hukum. Pendekatan multisektor ini dikembangkan sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan tahapan pemeliharaan-pelestarian. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas teknis, menghindari tumpang tindih pembiayaan dan mendukung keberlanjutan program. Pelibatan sektor-sektor terkait di tingkat kabupaten dilakukan melalui (1) Tim Kajian Teknis Kabupaten dan (2) Tim desain dari Tim Pengelola Kegiatan Kabupaten, dan (3) Tim Koordinasi (4) Unit Pengelola Kegiatan Dinas.

(4) Perencanaan Partisipatif: Perencenaan kegiatan dalam P2DTK dilakukan secara partisipatif dalam proses pemberdayaan masyarakat. Perencanaan partisipatif ini memberi ruang pembelajaran bagi masyarakat untuk merencanakan pembangunan di daerahnya secara berkelanjutan. Secara operasional perencanaan dilakukan oleh tim kajian teknis dan tim desain setelah melalui forum musyawarah masyarakat yang menghadirkan perwakilan dari setiap desa dan kecamatan.

(5) Peningkatan Kapasitas Pemerintah Lokal (Local Government Capacity Building): Peningkatan kapasitas pemerintah lokal merupakan salah satu tujuan utama program yang akan berdampak pada pelestarian kegiatan yang didanai P2DTK. Sasaran yang dicapai adalah menguatnya peran aparat pemerintah sebagai fasilitator pembangunan yang demokratis dengan menghormati kearifan lokal (local wisdom) guna mengantisipasi dan meminimalisir terjadinya konflik.Selain kegiatan pelatihan dan pendampingan oleh konsultan, upaya pelibatan aparat pemda terkait dalam setiap tahapan proses dan mekanisme program merupakan bagian penting dalam peningkatan kapasitas yang diharapkan.

(6) Strategi Anti Korupsi: Program P2DTK juga mengemban misi untuk mengedepankan pemberantasan korupsi yang tercermin dengan pengelolaan kegiatan secara transparan,

Page 28: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 5

partisipasitif dan akuntabel dalam setiap tahapan program. Keseriusan program P2DTK terhadap sikap anti korupsi ini terlihat dengan penyediaan tenaga konsultan procurement dan konsultan financial managemen di Kabupaten untuk mendampingi Satker, Panitia lelang dan TPK Kabupaten. Selain itu juga adanya papan informasi, kotak pos pengaduan, penerapan prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam seluruh tahapan proses , serta menyediakan konsultan khusus untuk menangani komplain atau jika ada penyimpangan dan pengaduan atas penyimpangan program. Jika dibutuhkan akan maka diberlakukan juga penerapan sanksi terhadap aparat, konsultan, dan pelaku masyarakat yang melakukan penyimpangan merupakan bagian dari sistem program untuk penanggulangan anti korupsi. (Pedum P2DTK).

(7) Strategi Keberlanjutan: Strategi ini mengedepankan proses sustainibility dan keberlanjutan untuk daerah penerima manfaat P2DTK, setelah dilaksanakan telaahan khusus / review terhadap program sepanjang waktu pelaksanaan. Review pada akhirnya memperlihatkan beberapa aspek seperti:

a. Program sebaiknya dilaksanakan melalui pendekatan yang menyeluruh serta holistik. Selanjutnya kondisi ini diejawantahkan dalam kelanjutan program dengan label optimalisasi yang di realisasikan pada 5 kabupaten yang dinilai baik pada pelaksanaan program sebelumnya (sanggau, Bengkayang, Sambas di Propinsi Kalimantan barat dan Poso, Banggai, Tojo Una una dan Morowali di Sulawesi tengah)

b. Sustainibility juga di terjemahkan dalam proses alih kelola aset kepada kabupaten serta jaminan perawatan aset oleh daerah setempat.

Page 29: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 6

Bagan 1.1. Organisasi Pelaksanaan Program P2DTK

MPHM

PSS

MPHM

PSS

MPHM

PSS

Page 30: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 7

Pembuatan Perpipaan Air di Desa Oeleu, Kec. Kolbano, TTS

Jaringan Air Bersih Kec. Ampana Kota, Kab. Toju Una-Una

Page 31: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 8

Bab2. Capaian Pelaksanaan

Program

2.1.Relevansi Program Penjelasan mengenai relevansi program dimaksudkan untuk meninjau secara sekilas sejauh mana pelaksanaan program P2DTK memiliki keterkaitan dan mendukung isu-isu strategis yang menjadi target pokok program-program pembangunan nasional, khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di wilayah-wilayah tertinggal. Ada beberapa agenda utama yang menjadi keprihatinan Pembangunan Nasional jangka panjang di Indonesia, yaitu antara lain: (1) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat untuk mengurangi tingkat kemiskinan; (2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan pelayanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan; (3) Membuka akses masyarakat secara lebih luas dengan menyediakan infrastruktur dasar jalan, jembatan dan sarana transportasi lainnya; (4) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan pembangunan yang akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat, dan dikelola secara partisipatif, transparan, dengan mengedepankan asas akuntabilitas. Isu-isu tersebut juga mempunyai keterkaitan dengan isu-isu dalam MDGs yang harus dipenuhi Pemerintah Indonesia. Desain P2DTK dan hasil pelaksanaannya di wilayah Nasional sejak Tahun 2007-2012 memiliki relevansi dukungan yang kuat terhadap isu-isu tersebut di atas, dengan beberapa gambaran capaian sebagai berikut: Mengurangi pengangguran dengan tumbuhnya usaha-usaha ekonomi baru di wilayah-

wilayah (kabupaten) yang menjadi sasaran program Pengembangan Sektor Swasta; Mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat dengan penyediaan sarana perekonomian

masyarakat seperti pasar tradisional, serta menyediaakan atau memperbaiki sarana mobilitas masyarakat (jalan, jembatan, dermaga, dll.) menuju sentra-sentra perekonomian. Melalui P2DTK juga dikembangkan penyediaan prasarana di bidang pertanian seperti saluran irigasi maupun dam-dam penampungan air untuk irigasi;

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemenuhan pelayanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan dengan meningkatkan sarana dan prasaran kesehatan dan pendidikan, baik terkait dengan akses, mutu pelayanan maupun mutu manajemen pelayanan. Pengadaan dan atau rehabilitasi Pustu, Puskesmas, ruang kelas, penyediaan

Page 32: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 9

peralatan pendidikan dan kesehatan, pelatihan untuk guru-guru serta tenaga-tenaga kesehatan dari berbagai lini pelayanan, penyediaan obat-obatan, dan lain sebagainya telah dilakukan oleh P2DTK.

Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat khususnya untuk anak, ibu hamil, dan ibu melahirkan melalui kegiatan pemantauan gizi buruk, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak, pemberian Vitamin A, pelayanan untuk ibu hamil, penyediaan sarana air bersih, dll.;

Program P2DTK telah mendukung upaya pengembangan pembangunan regional (regional development) di kabupaten-kabupaten dengan memberikan kegiatan pengembangan kapasitas (capacity building) perencanaan dan pengelolaan program, dengan menjunjung prinsip transparansi dan akuntabilitas pembangunan.

Suatu hasil yang cukup menggembirakan yang bisa disumbangkan oleh program P2DTK adalah sebuah penilaian, bahwa jumlah kabupaten tertinggal di Indonesia telah menurun dari 199 kabupaten tertinggal pada tahun 1995 menjadi 183 kabupaten tertinggal pada tahun 2009. Relevansi P2DTK sebagai sebuah program yang turut meningkatkan kualitas daerah serta berarti bagi masyarakat bisa diukur dari banyaknya keinginan masyarakat maupun aparatur pemerintah kabupaten di wilayah-wilayah tertinggal, untuk melanjutkan program P2DTK dengan strategi yang lebih baik.

2.2. Capaian Program

2.2.1. Tahap Perencanaan

1. Sosialisasi

Sosialisasi program P2DTK dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan mengenai konsep dasar, tujuan, sasaran, prinsip-prinsip, kebijakan, serta proses dan mekanisme pelaksanaan Program P2DTK melalui berbagai forum di tingkat pusat maupun daerah,sehingga semua pelaku program memiliki pemahaman atau persepsi yang sama terhadap program. Proses sosialisasi dilaksanakan sebelum proses perencanaan kegiatan selanjutnya. Beberapa strategi dan tahapan sosialisasi tersebut antara lain: (i) Sosialisasi formal yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan sosialisasi di tingkat Nasional, Propinsi dan Kabupaten; dan (ii) Sosialisasi Informal yang dilaksanakan melalui berbagai sarana-media cetak maupun audio visual, seperti : (a)Sosialisasi media cetak dan elektronik seperti: radio Talk Show, termasuk Talkshow yang dibiayai MDF”, koran, konferensi pers, (b) melalui publikasi (spanduk, poster, pamflet, News Letter “Gerbang”, dan brosur), (c) melalui presentasi tentang proyek pada workshop, pertemuan, dan fokus kelompok diskusi (FGD) di semua tingkat masyarakat dan pemerintah. (d) Kelembagaan lokal dan pertemuan informal masyarakat, (f) jaringan informasi dengan tokoh informal dan lembaga masyarakat serta pemerintah (g) papan informasi.

Strategi sosialisasi dilengkapi dengan pendekatan personal kepada tokoh-tokoh strategis dan stakeholders’ lainnya. Setelah dilaksanakan kegiatan sosialisasi, dan agar tidak salah strategi dalam menentukan sasaran, maka selanjutnya dilaksanakan kegiatan social

Page 33: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 10

mapping (pemetaan sosial), baik pada tingkat masyarakat maupun stakeholder pemerintah daerah.

Isu-Isu Penting:

Sosialisasi program P2DTK yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan dan srategi tersebut cukup efektif untuk menyebar luaskan informasi umum tentang P2DTK kepada berbagai pihak, baik di tingkat pemerintah maupun masyarakat umum.

Pemanfaatan media komunikasi media elektronik seperti radio, TV, internet, maupun media masa cetak, dll masih sangat kurang dilakukan oleh P2DTK, baik sebagai sosialisasi awal program maupun dalam rangka menyebarluaskan proses dan capaian pelaksanaan kegiatan P2DTK.

Strategi sosialisasi program kurang menyentuh di desa-desa terpencil apalagi untuk wilayah kebupaten-kabupaten tertinggal di wilayah P2DTK Nasional, yang secara geografis memiliki medan yang berat dan terisolasi.

2. Mekanisme Kajian Teknis

Kajian Teknis adalah suatu kegiatan studi/kajian sebagai bagian dalam desain mekanisme perencanaan program, yang di padukan dengan proses perencanaan partisipatif di dalam program P2DTK. Kegiatan Kajian Teknis dilakukan oleh Tim Kajian Teknis yang dibentuk di Kabupaten setelah dilakukan Musyawarah Sosialisasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat strategis mengingat pada kegiatan ini dilakukan koordinasi dalam hal pengumpulan dan kompilasi berbagai jenis data, baik data sekunder, maupun data hasil identifikasi potensi masalah dan gagasan. Dalam Kajian Teknis ini dilakukan analisa tentang kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dirumuskan menjadi rancangan usulan kegiatan perbidang, penentuan lokasi, cross check dengan sumber-sumber data lain, Konsultasi Publik, Sinergi antar bidang, Design RAB, penyempurnaan usulan perbidang, verifikasi teknis, penentuan prioritas usulan kabupaten, dll. Hasil Kajian Teknis ini dibahas dalam Musyawarah Kabupaten Pendanaan.

Isu-Isu Penting:

Sebagai salah satu instrumen di dalam desain perencanaan P2DTK, Kajian Teknis cukup efektif dalam membantu meningkatkan kapasitas Pelaku P2DTK, khususnya kepada para aparatur pemerintah mengenai metode assessment kebutuhan masyarakat dalam pembangunan secara partisipatif melalui berbagai tehnik analisa data. Hanya saja kapasitas para aparat dalam hal metodologi Kajian Teknis ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut.

Forum-forum musyawarah masyarakat yang diterapkan dalam desain P2DTK, mulai dari Musyawarah Dusun, Musyawarah Desa Penetapan Kebutuhan, Musyawarah Kecamatan Perangkingan, Musyawarah Kecamatan Pendanaan, Musyawarah Kabupaten Perangkingan, Musyawarah Kabupaten Pendanaan, termasuk Musyawarah Pertanggungjawaban Kegiatan, dll, telah mendorong munculnya mekanisme check and balances dalam transparansi pembangunan. Itu sebabnya kasus pengaduan masalah di P2DTK dapat relatif cepat terdeteksi, begitu pula dalam upaya penyelesaiannya dapat dilakukan secara maksimal.

Page 34: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 11

Hasil Kajian Teknis secara keseluruhan belum menunjukan ciri khas arah program P2DTK. Kegiatan-kegiatan yang dihasilkan tidak ada bedanya dengan kegiatan-kegiatan program PNPM yang lain. Pemahaman atas arah dansubstansi P2DTK perlu lebih dipertajam untuk para anggota Tim Kajian Teknis tersebut.

Bagan 2.1. Alur Mekanisme Kajian Teknis

3. Pengelolaan Consultant Services

Pelaksanaan pendampingan terhadap masyarakat, pelaku-pelaku P2DTK dan pemerintah daerah dilakukan oleh Konsultan Manajemen yang dikelola oleh sebuah perusahaan konsultan jasa. Jumlah tenaga ahli (konsultan) dan posisi keahliannya telah dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Jumlah total personil tenaga ahli yang terlibat di P2DTK Nasional dan P2DTK Optimalisasi sebanyak 430 orang, terdiri dari personil di tingkat nasional 24 orang, di tingkat PMC 55 orang, di tingkat DMC 157 orang, dan Fasilitator Kecamatan 194 orang (data terperinci tersaji di lampiran). Berikut ini dipaparkan secara ringkas pengelolaan Konsultan Manajemen yang dibutuhkan di pelaksanaan P2DTK Nasional termasuk proses terakhir untuk daerah terpilih dalam pelaksanaan Optimalisasi program.

NMC (National Management Consultant) dilaksanakan oleh PT. Phibetha Kalamwijaya, dengan kebutuhan tenaga ahli terdiri dari: 1 Team Leader, dibantu oleh 2 Deputi Team Leader, juga didukung oleh ke-13 Tenaga Ahli (TA) dengan spesifikasi keahlian yang berbeda-beda. Ke-13 bidang keahlian NMC mencakup TA: 1). Pelatihan Partisipatif, 2).

Kompilasi/Validasi Data

Desain dan RAB serta Penyusunan

Rekomendasi Pelaksana Kegiatan

Verifikasi Biaya

Konsultasi Publik (M-Kec)

Penentuan Lokasi

Cek data dengan

program lain

Sinergi Antar Bidang

Verifikasi Teknis

Prioritas Usulan Per

Bidang

Penyempurna-an usulan perbidang

Rumusan rancangan

kegiatan per bidang

Presentasi di M-Kab

Analisa Data

Penentuan Prioritas Usulan

Kabupaten(semua bidang)

Page 35: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 12

Kelembagaan, 3). Gender, 4). Pendidikan, 5). Kesehatan, 6). Infrastruktur, 7). MIS, 8). Monev, 9). Pengembangan Sektor Swasta (PSS), 10). Komunikasi, 11). Disbursement & Payroll, 12). HCU (Penanganan Pengaduan), dan 13). Financial Management, dan ditambah 2 Asisten TA untuk MIS dan Monev.

Pada tingkat nasional terdapat 1 orang FM Sp (Financial Management Specialist) dan 1 orang Procurement Sp yang dilaksanakan oleh PT. C. Lotti mulai Februari 2010 sampai Agustus 2010. Sedangkan mulai Maret 2011 sampai Agustus 2011 dikelola oleh PT. Amythas dengan personil 2 orang FM Sp dan 2 orang Procurement Sp. Pada periode September 2011 sampai dengan berakhirnya program, PT. Amythas dengan tanpa NOL WB tetap memberikan support untuk membiayai 1 orang FM Sp dan 1 orang Procurement Sp.

Pada level PMC (Provincial Management Consutant) disediakansebanyak 8 provinsi dengan personil per PMC terdiri dari: Koordinator Provinsi, MIS Sp. dan HCU Sp. dikelola oleh PT. Phibetha Kalamwijaya.Pada setiap PMC juga ditempatkan 1 orang Financial Manajemen Sp. dan 1 orang Procurement Sp. yang dikelola oleh PT. Amythas. Pada level DMC(District Management Consultant) disediakan untuk 32 kabupaten dengan personil per DMC terdiri dari: KM-Kab Infrastruktur, KM-Kab Pendidikan dan KM-Kab Kesehatan. Sedangkan Fasilitator Kecamatan ditugaskan mendampingi 1 orang per kecamatan, sehingga jumlah FK sebanyak 186 orang. DMC dan FK dikelola oleh consultant services per provinsi, kecuali untuk Maluku dan NTT per provinsi dikelola oleh 2 consultant services. Pada setiap DMC ditempatkan 1 orang DMC Financial Malajement dan 1 orang DMC Procurement yang dikelola oleh PT. Amythas (untuk Bengkulu & Lampung) dan PT. Inacon Luhur Pertiwi (untuk Kalteng, Kalbar, Sulteng, Maluku, Maluku Utara, dan NTT).

Program PSS (Pengembangan Sektor Swasta) pengelolaannya dibagi 2 wilayah: 1). LPK-PSS (Lembaga Pelaksana Kegiatan PSS) Wilayah Barat yang terdiri dari 4 Provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, dan Lampung dengan personil 1 orang Team Leader, 4 Koordinator Provinsi dan 9 orang Konsultan PSS Kabupatenyang dikelola oleh Yayasan Bina Karya Mandiri (YBKM). 2). LPK-PSS Wilayah Timur yang terdiri dari 4 Provinsi: Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur dengan dengan personil 1 orang Team Leader, 3 Koordinator Provinsi dan 20 orang Konsultan PSS Kabupaten yang dikelola oleh Yayasan Bina Swadaya.

Kegiatan MPHM (Mediasi Penguatan Hukum masyarakat) hanya dilaksanakan di Provinsi Maluku dengan wilayah di 3 Kabupaten: Maluku Tengah, Maluku Tenggara dan Seram Bagian Timur dengan jangkauan di 10 kecamatan. Personil untuk MPHM terdiri dari 1 Team Leader dan 8 orang Fasilitator Posko (fasko) yang dikelola oleh Crescent.

Sedangkan MMI (Media Monitoring Independent) untuk Publikasi P2DTK menjangkau 8 provinsi (SPADA Nasional) dengan personil 1 orang Team Leader dan 8 orang wartawan di 8 provinsi.

Mulai Juni 2011 telah diluncurkan kegiatran Optimalisasi Program P2DTK TA. 2011 yang merupakan reward atas pengelolaan P2DTK sebelumnya dengan ditetapkannya 7 kabupaten sasaran di 2 provinsi, yaitu: 3 (tiga) Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dan 4 (empat) Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Pengelolaannya berada pada pengendalian NMC dengan consultan services baik NMC, PMC dan DMC melekat pada consultan services sebelumnya. Hanya saja untuk FK ditiadakan dikarenakan hanya dialokasikan untuk Block Grant (BLM) saja. Program ini selesai pada akhir April 2012.

Page 36: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 13

Isu-Isu Penting:

Mobilisasi NMC yang lebih lambat dibanding mobilisasi DMC dan PMC pada awal-awal program P2DTK berdampak pada kurang maksimalnya supervisi terhadap DMC dan PMC dalam “mengawal” program P2DTK, baik pada proses tahapan pelaksanaan kegiatan maupun dalam hal pengelolaan keuangan oleh para pelaku P2DTK di kabupaten.

Pengelolaan konsultan dan jasa konsultan yang terpisah atau berbeda antara pengelola di tingkat propinsi dan tingkat kabupaten sangat menjadi kendala dalam pengendalian terhadap kinerja konsultan, pengendalian kegiatan, dan ketepatan pelaporan kegiatan. Manajemen yang seperti ini kiranya harus diperbaiki dalam kegiatan-kegiatan di masa datang.

Pemenuhan kebutuhan dan penempatan konsultan memberikan perubahan signifikan kearah yang lebih baik dalam kinerja pengelolaan keuangan para pelaku P2DTK maupun kinerja pelaksanaan program secara keseluruhan.

2.2.2.Tahap Pelaksanaan

1. Progres Keuangan (Planning Grant dan Block Grant)

Berbeda dengan dengan program P2DTK di Aceh-Nias yang tidak memiliki Planning Grant (DOK) Kecamatan, di wilayah P2DTK Nasional proses perencanaan didukung dengan adanya Planning Grant (DOK) Kecamatan dan Planning Grant (DOK) Kabupaten,yang digunakan untuk membiayai tahapan perencanaan mulai dari kegiatan sosialisasi sampai dengan Musyawarah Kecamatan Pendanaan dan Musyawarah Kabupaten Pendanaan. Dana ini sebagian juga dimanfaatkan untuk membiayai pengembangan kapasitas pelaku P2DTK didaerah termasuk didalamnya untuk Pelatihan Tim Pengelola dan Pemelihara. Sedangkan dana implementasi kegiatan yang disebut Block Grant (BLM) yang di P2DTK Aceh-Nias hanya didukung dengan Block Grant (BLM) Kabupaten, di pelaksanaan P2DTK Nasional dana implementasi kegiatan didukung dengan BLM Kecamatan dan BLM Kabupaten.Kedua sumber dana tersebut dimanfaatkan untuk membiayai implementasi kegiatan hasil Musyawarah Kecamatan Pendanaan dan Musyawarah Kabupaten Pendanaan. Pada implementasinya BLM kabupaten dibagi kedalam 3 (tiga) bidang yaitu: Infrastruktur, Pendidikan, kesehatan. Sedangkan BLM Kecamatan dibagi kedalam 4 (empat) bidang yaitu: Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan, dan Pemuda.Pada pelaksanaan program P2DTK Optimalisasi TA. 2011, pendekatan pendanaan tidak menggunakan DOK Kecamatan dan BLM Kecamatan, namun hanya DOK Kabupaten dan BLM Kabupaten.

Tabel berikut menggambarkan secara keseluruhan alokasi, pencairan, dan penyaluran Dana DOK dan BLM P2DTK Nasional dan Optimalisasi TA. 2007 – 2010 dan TA. 2011.

Page 37: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 14

Tabel 2.1. Rekapitulasi Alokasi, Pencairan, dan Penyaluran Dana DOK dan BLM P2DTK Nasional dan Optimalisasi, TA. 2007-2010 dan TA. 2011.

Keterangan Alokasi Dipa Pencairan Silpa1 Penyaluran +A/O Selisih

Pencairan dan Penyaluran

DOK Nasional 155.136.721.000 154.597.280.085 539.440.915 154.493.798.879 103.481.206

DOK OPTIMALISASI 0 0 0 0 0

Sub Total DOK 155.136.721.000 154.597.280.085 539.440.915 154.493.798.879 103.481.206

(20,01%) (20,04%)

(20,05%)

BLM NASIONAL 606.281.971.000 602.768.536.644 3.513.434.356 602.240.329.372 528.207.272

BLM OPTIMALISASI 14.000.000.000 13.999.999.900 100 13.966.508.107 33.491.793

Sub Total BLM 620.281.971.000 616.768.536.900 3.513.434.456 616.206.837.479 561.699.065

(79,99%) (79,96)

(79,95%)

T O T A L 775.418.692.000 771.365.816.629 4.052.875.271 770.700.636.358 665.180.271

(100%) (100%) (100%)

Sumber: MIS P2DTK, Finance, dan Disbursment

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa total alokasi DOK dan BLM di P2DTK Nasional dan pelaksanaan Optimalisasi mencapai Rp. 775.418.692.000,-, dimana dana DOK sebesar 20,01% sementara BLM sebesar 79,99% dari total alokasi tersebut. Implementasi kegiatan program P2DTK telah menyalurkan dana sebesar Rp. 770.700.363.358,- diamana dana DOK (dana untuk perencanaan dan pengembangan kapasitas pelaku) mencapai 20,05% dan dana BLM (dana untuk pelaksanaan sub-sub proyek) mencapai 79,95% dari total dana yang tersalurkan. Khusus mengenai dana implementasi program atau dana BLM, maka dapat dijelaskan bahwa P2DTK mengenal dua pengalokasian BLM yaitu; BLM Kecamatan dan BLM Kabupaten. BLM Kecamatan adalah dana yang dipakai untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh masyarakat, baik yang dilaksanakan melalui Pihak ke-III atau secara Swakelola. Dana BLM Kabupaten adalah dana yang dipakai untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dikelola di tingkat kabupaten, yang umumnya dilakukan melalui Pihak ke-III. Realisasi dana BLM Kecamatan sebesar Rp. 323.230.970.633,- atau 45% dari total realisasi dana BLM, sementara BLM Kabupaten mencapai Rp. 399.214.109.780,- atau sebesar 55%. Meskipun dana penyaluran BLM Kecamatan lebih sedikit dibandingkan BLM Kabupaten, namun BLM Kecamatan membiayai jauh lebih banyak sub proyek yaitu sebanyak 80% (6.950) sub-proyek dibanding BLM Kabupaten yang hanya sebesar 20% (1.701) sub proyek dari seluruh sub proyek di wilayah P2DTK Nasional dan P2DTK Optimalisasi yang sebanyak 8.651 sub proyek. Dana swadaya yang muncul lebih besar juga terjadi di sub-sub proyek melalui BLM Kecamatan yaitu mencapai 81% dari total dana swadaya sebesar Rp. 14.255.225.268,-, sementara sub-sub proyek melalui BLM Kabupaten menumbuhkan swadaya sebesar 19% .

1 Silpa adalah “Selisih Dipa”, yaitu selisih besaran antara Alokasi Dipa dan Pencairan. Pada kolom selanjutnya

“Penyaluran + A/O” besaran jumlah dana A/O yang masuk di dalamnya adaah sebesar Rp. 28.587.493.859,-.

Page 38: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 15

Tabel 2.2. Perbandingan Dana BLM Kecamatan dan BLM Kabupaten Dalam P2DTK Nasional dan P2DTK TA. 2007-2010 dan TA. 2011.

Sub Proyek

Sumber Pendanaan2

Kecamatan Kabupaten

Sub Proyek

Dana BLM (Rp.) Swadaya(Rp.) Sub

Proyek Dana BLM (Rp.) Swadaya (Rp.)

Wilayah P2DTK Nasional TA. 2007-2010

Bidang Pendidikan 1.585 66.771.302.912 1.675.622.377 659 111.559.625.439 205.660.924

Bidang Kesehatan 1.096 34.055.286.722 1.359.906.878 520 83.162.356.528 7.415.789

Bidang Infrastruktur 3.364 205.344.384.220 8.277.791.103 414 191.090.328.614 2.350.059.772

Pemuda 905 17.059.996.779 252.568.425 - - -

Sub Total 6.950 323.230.970.633 11.565.888.783 1.593 385.812.310.581 2.563.136.485

P2DTK Optimalisasi TA. 2011

Bidang Pendidikan - - - 32 1.396.142.217 4.200.000

Bidang Kesehatan - - - 31 1.465.557.407 20.000.000

Bidang Infrastruktur - - - 45 10.540.099.575 102.000.000

Sub Total - - - 108 13.401.799.199 126.200.000

T O T A L 6.950 323.230.970.633 11.565.888.783 1.701 399.214.109.780 2.689.336.485

(80%) (45%) (81%) (20%) (55%) (19%)

Total Sub Proyek 8.651

Total Dana BLM 722.445.080.413

Total Swadaya 14.255.225.268

Sumber: Finance, dan Disbursment-P2DTK

Bentuk kontribusi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten pada pelaksanaan Program P2DTK Nasional dan Optimalisasi ditunjukkan dengan adanya pengalokasian Dana PAP (Pembinaan Administrasi Proyek/Program) dari APBD Kabupaten dan Provinsi. Total PAP dari Tahun 2006 – 2012 mencapai Rp. 36.573.397.768,- (Untuk lebih ditail tersaji di Lampiran 3).

Isu Penting:

Dana DOK Kecamatan maupun DOK Kabupaten dalamprogram P2DTK cukup efektif untuk meningkatkan kapasitas para pelaku P2DTK di daerah, khususnya dari unsur aparatur pemerintah, di bidang perencanaan program. DOK Kabupaten sangat membantu untuk mengembangkan kapasitas aparatur dalam melakukan analisa-analisa program dan kegiatan yang terkait dengan prioritas-prioritas pembangunan kabupaten, seperti indeks kualitas pendidikan, indeks kualitas kesehatan, tingkat ketersediaan infrastruktur dan pelayanan publik.

Alokasi dana BLM cukup efektif untuk mendukung pembangunan regional yang terkait dengan prioritas kabupaten secara lebih luas. Meskipun dibeberapa kabupaten terasa prioritas tersebut agak kurang memenuhi harapan dengan terlalu

2Program P2DTK mengenal 2 peruntukan pengalokasian dana, baik untuk DOK dan BLM. Pada wilayah P2DTK

Nasional 8 provinsi diberlakukan peruntukan dana DOK Kecamatan dan DOK Kabupaten, begitu pula BLM Kecamatan dan BLM Kabupaten. Pada wilayah P2DTK Optimalisasi (di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah) tidak dikenal DOK Kecamatan dan DOK Kabupaten. Program P2DTK Aceh-Nias juga tidak mengenal DOK Kecamatan dan BLM Kecamatan.

Page 39: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 16

banyaknya munculnya sub proyek MCK. Hal ini disebabkan oleh karena kapasitas Tim Kajian Teknis yang belum maksimal dalam melakukan analisa kaitan antara kebutuhan masyarakat dengan prioritas pembangunan daerah.

Pendanaan sub proyek melalui BLM Kecamatan, meskipun dana yang tersalurkan lebih sedikit dibanding BLM Kabupaten, namun mampu menumbuhkan swadaya yang lebih besar. Hal tersebut terjadi karena lokasi-lokasi sub proyek melalui BLM Kecamatan lebih dekat dengan masyarakat dan langsung menuntut partisipasi nyata masyarakat. Dengan demikian BLM Kecamatan efektif untuk menumbuhkan keswadayaan masyatakat.

2. Penyelesaian Sub Proyek

Jumlah kesuluruhan sub proyek yang sudah dilaksanakan di wilayah P2DTK Nasional dan P2DTK Optimalisasi sejak TA. 2007 – 2010 dan TA. 2011 adalah sebanyak 8.651 sub proyek, dimana di wilayah P2DTK Nasional sebanyak 8.543 sub proyek dan di wilayah P2DTK Optimalisasi sebanyak 108 sub proyek. Sub proyek infrastruktur merupakan sub proyek yang paling banyak yakni mencapai 46,20% (3.997 sub proyek) dari total sub proyek yang sudah dilaksanakan, sementara pendidikan sebanyak 21,29% (2.461 sub proyek), Kesehatan 18,73% (1.620 sub proyek), dan Pemuda 10,46% (905 sub proyek). Jumlah dan sebaran wilayah sub-sub proyek tersebut tersaji di tabel berikut.

Page 40: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 17

Tabel 2.3. Rekapitulasi Jumlah dan Sebaran Sub Proyek P2DTK Nasional TA.2007 – 2010 dan TA. 2011 Program Optimalisasi

No. Provinsi

Rekapitulasi Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3 (2009), Siklus 3 (2010), dan Optimalisasi (2011) Jumlah

Kegiatan Infrastruktur Pendidikan Kesehatan Pemuda

P2DTK NASIONAL

1. Bengkulu 406 119 73 107 705

2. Lampung 450 111 119 85 765

3. Nusa Tenggara Timur 376 237 218 118 949

4. Kalimantan Barat 332 190 142 169 833

5. Kalimantan Tengah 342 128 92 77 639

6. Sulawesi Tengah 986 663 498 146 2,293

7. Maluku 625 417 274 138 1,454

8. Maluku Utara 453 226 161 65 905

Sub total Nasional 3.970 2.091 1.577 905 8.543

P2DTK OPTIMALISASI

Kalimantan Barat

1. Sambas 4 2 5

11

2. Bengkayang 3 3 4

10

3. Sanggau 3 10 10

23

Sulawesi Tengah

4. Banggai 1 0 2

3

5. Morowali 9 9 10

28

6. Poso 1 8 5

14

7. Tojo Una-Una 6 6 7

19

Sub total Optimalisasi 27 38 43

108

TOTAL P2DTK 3.997 2.129 1.620 905 8.651

46,20% 24,61% 18,73% 10,46% 100,00%

Sumber: Data MIS P2DTK

Sub bab selanjutnya akan menjelaskan mengenai capaian penyelesaian sub proyek per siklus per bidang, juga di tampilkan kualitas pelaksanaan sub proyek serta beberapa capaian lain bagi masyarakat.

a) Bidang Pendidikan

Penyelesaian Sub Proyek Bidang Pendidikan

Jumlah sub-proyek bidang pendidikan yang dilaksanakan di P2DTK Nasional sebanyak 2.091 jenis kegiatan yang tersebar di 8 provinsi. Propvinsi yang paling banyak sub proyek pendidikannya adalah provinsi Maluku dengan 417 sub proyek, sementara yang paling sedikit adalah di Provinsi Bengkulu dengan 111 sub proyek.

Page 41: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 18 Tabel 2.4. Jumlah Penyelesaian Sub Proyek Bidang Pendidikan P2DTK Nasional Berdasarkan SPB dan SPC Implementasi

No. Propinsi Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008)

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

Jumlah

1. Bengkulu 48 37 21 13 119

2. Lampung 33 39 17 22 111

3. Kalimantan Barat 57 70 25 38 190

4. Kalimantan Tengah 47 39 23 19 128

5. Maluku 122 113 68 114 417

6. Maluku Utara 58 81 27 60 226

7. Sulawesi Tengah 185 181 157 140 663

8. NTT 56 77 41 63 237

T O T A L 606 637 379 469 2.091

Sumber: Data MIS - NMC

Isu yang menjadi perhatian P2DTK di bidang pendidikan adalah untuk meningkatkan aspek Akses, Mutu, dan Manajemen Pendidikan3 di wilayah tertinggal. Dari Jumlah total kegiatan bidang pendidikan, sub proyek yang mendukung peningkatan aspek Akses pendidikan mencapai 12,80% (268 sub proyek), aspek peningkatan Mutu pendidikan mencapai 73,20% (1.530 sub proyek), dan aspek peningkatan kualitas Manajemen pendidikan mencapai 5,10%(106 sub proyek). Kegiatan lain-lain di bidang pendidikan yang kurang mendukung ketiga aspek tersebut sebesar 8,90% (187 kegiatan). Data lebih lengkap tabel mengenai sub proyek bidang kesehatan ini tersaji pula di dalam lampiran.

3 Kegiatan dalam aspek Akses pendidikan seperti: Pemberian beasiswa, Bantuan transportasi untuk murid,

Rehabilitasi gedung sekolah (kelas atau perpustakaan), dll. Kegiatan dalam aspek Mutu pendidikan seperti: Pelatihan-pelatihan untuk guru (pelatihan PAKEM, pelatihan pendalaman mata pelajaran, pelatihan metode mengajar, dll), Pengadaan buku-buku pelajaran, Pengadaan bahan ajar, dll. Kegiatan di aspek Manajemen sekolah seperti: Pelatihan MBS, Pelatihan kepala sekolah dan Komite Sekolah, Koordinasi antar kepala sekolah, dll.

Page 42: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 19

Kualitas Sub Proyek Bidang Pendidikan

Kualitas4sub-sub proyek bidang pendidikan, baik yang dilaksanakan melalui dana BLM Kecamatan maupun dana BLM Kabupaten, secara keseluruhan menunjukkan kualitas yang baik. Sebanyak 2.040 sub proyek (97,56%) dari toyal sub proyek yang dilaksanakan dikategorikan “baik”. Sementara kualitas kategori “cukup” hanya 50 sub proyek (2,39%), dan kualitas “kurang” hanya 1 sub proyek (0,05%). Detail tabel data kualitas sub proyek tersebut tersaji di dalam lampiran.

Diagram 2.1. Kualitas Sub Proyek Pendidikan P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi

Sumber: MIS P2DTK

b) Bidang Kesehatan

Penyelesaian Sub Proyek Bidang Kesehatan

Jumlah seluruh sub proyek bidang Kesehatan yang dilaksanakan di wilayah P2DTK Nasional sebanyak 1.577sub proyek. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan wilayah dengan jumlah sub proyek kesehatan paling banyak mencapai 498 sub proyek, sementara Provinsi Bengkulu merupakan wilayah dengan jumlah sub proyek kesehatan paling sedikit yaitu sebanyak 73 sub proyek.

4 Kualitas sub proyek diukur berdasarkan hasil sertifikasi pada saat pelaksanaan sub proyek. Aspek-aspek yang

diukur yaitu : Desain dan RAB, Kualitas teknis sub proyek, dan Kemampuan pemeliharaan. Sub-sub proyek yang dilaksanakan melalui BLM Kabupaten disertifikasi oleh UPKG, TPK Kabupaten, dan DMC sesuai bidang masing-masing. Sub proyek yang dilaksanakan melalui BLM Kecamatan disertifikasi oleh UPK Kecamatan, Fasilitator Kecamatan, dan DMC.

Page 43: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 20 Tabel 2.5. Jumlah Penyelesaian Sub Proyek Bidang Kesehatan SPADA Nasional Berdasarkan SPB dan SPC Implementasi

No. Provinsi Jumlah Kegiatan Kesehatan

Jumlah Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008)

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 (2010)

1. Lampung 37 41 17 24 119

2. Bengkulu 17 33 12 11 73

3. Kalimantan Tengah 24 35 22 11 92

4. Kalimantan Barat 42 37 32 31 142

5. Sulawesi Tengah 163 125 153 57 498

6. Maluku 87 75 61 51 274

7. Maluku Utara 35 61 23 42 161

8. Nusa Tenggara Timur

71 74 38 35 218

TOTAL 476 481 358 262 1,577

Sumber: Data MIS P2DTK

Arah tujuan pelaksanaan program bidang kesehatan di wilayah P2DTK Nasional mencakup 3 (tiga)5 aspek, yaitu: (1) Meningkatkan Akses masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan; (2) Meningkatkan kualitas Mutu Tenaga pelayanan kesehatan; dan (3) Meningkatkan kualitas Pelayanan kesehatan. Dari total sub proyek kesehatan yang sebanyak 1.577 sub proyek, jumlah sub proyek yang menyangkut peningkatan Akses pelayanan sebanyak 14,17% (233 sub proyek), aspek Mutu pelayanan mencapai31,07% (490sub proyek), dan yang menyangkut peningkatan Manajemen Pelayanan mencapai 53,34% (839 sub proyek).Sebanyak 5 kegiatan (3,74%) adalah kegiatan lain-lain yang kurang mendukung aspek-aspek tersebut di atas. Data tabel mengenai sub proyek kesehatan ini tersaji pula di dalam lampiran.

Kualitas Sub Proyek Bidang Kesehatan

Sebagian besar sub proyek bidang kesehatan di wilayah P2DTK Nasionak, baik yang dilaksanakan melalui BLM Kecamatan maupun BLM Kabupaten, secara sertifikasi telah dinilai baik. Dari total sebanyak 1.577 sub proyek kesehatan sebesar 95,62%-nya atau 1.508 sub proyek secara sertifikasi telah dinyatakan berkategori “baik”, sebesar 4,31% dikategorikan “cukup”, dan hanya 0,06% atau hanya 1 sub proyek yang secara sertifikasi dikategorikan “kurang”.

5 Kegiatan pada aspek Akses kesehatan seperti: Rehab Puskesmas, Pustu, dan Posyandu; Pengadaan peralatan

kesehatan; Pengadaan obat-obatan; dll. Kegiatan terkait dengan aspek Mutu Tenaga pelayanan seperti: Pelatihan kesehatan bagi kader, bidan, perawat; Penyuluhan kesehatan untuk masyarakat; Pengadaan tenaga kesehatan honorer, Pengadaan media KIA; Pelayanan kesehatan lingkungan; Dll. Kegiatan-kegiatan yang terkait aspek Pelayanan antara lain: PMT, Warga Siaga, Deteksi tumbuh kembang anak, Pemberantasan penyakit menular, dll.

Page 44: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 21 Diagram 2.2. Kualitas Sub Proyek Kesehatan P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi

Sumber: Data MIS P2DTK

c) Bidang Infrastruktur

Penyelesaian Sub Proyek Bidang Infrastruktur

Jumlah seluruh sub proyek infrastruktur di wilayah P2DTK Nasional adalah sebanyak 3.970 sub proyek. Dari sudut jenis infrastruktur yang dibangun ada sekitar 20 sampai 25 jenis sub proyek, antara lain seperti: jalan (dalam berbagai jenis seperti jalan makadam, telfrod, dll.), jembatan (jembatan kayu, jembatan jelagar besi, jembatan beton, dll.), pasar, dermaga, sarana irigasi, bendungan/dam penampung air, penampungan dan saluran air bersih, MCK, Penampungan Air

Page 45: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 22

Hujan, dll. Propinsi Silawesi Tengah, Maluku, dan Bengkulu merupakan daerah-daerah yang paling banyak membangun sub proyek infrastruktur P2DTK.

Tabel 2.6. Jumlah Penyelesaian Sub Proyek Bidang InfrastrukturP2DTK Nasional Berdasarkan SPB dan SPC Implementasi

No. Provinsi

Jumlah Kegiatan Infrastruktur

Jumlah Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008)

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 ( 2010 )

1. Bengkulu 144 128 56 80 408

2. Kalimantan Barat 102 103 24 103 332

3. Kalimantan Tengah 98 122 45 77 342

4. Lampung 158 131 40 121 450

5. Maluku 171 176 92 184 623

6. Maluku Utara 143 110 69 131 453

7. Nusa Tenggara Timur

114 123 54 85 376

8. Sulawesi Tengah 330 298 130 228 986

Total 1.260 1.191 510 1.009 3.970

Sumber: Data MIS P2DTK

Pembangunan sub proyek infrastruktur di dalam program P2DTK berlandaskan pada beberapa tujuan, yaitu: (1) Mendukung mobilitas masyarakat untuk mempermudah akses terhadap tempat-tempat pelayanan pendidikan, kesehatan, maupun perekonomian; (2) Mendukung mobilitas masyarakat agar semakin terbuka dari keterisolasian geografis; dan (3) Untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan perekonomian masyarakat. Pembangunan sub proyek infrastruktur pada level kecamatan melalui BLM Kecamatan, adalah untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan infrastruktur antar desa pada level kecamatan, sementara sub proyek pada level kabupaten melalui dana BLM Kabupaten diperuntukkan menjawab kebutuhan infrastruktur pada level antar kecamatan. Tabel 2.2. Perbandingan Dana BLM Kecamatan dan BLM Kabupaten Dalam P2DTK Nasional dan P2DTK Optimalisasi TA. 2007-2010 dan TA. 2011, menunjukkan bahwa jumlah sub proyek yang didanai melalui BLM Kecamatan sebanyak 6.950 sub proyek (80%), yang berarti lebih banyak dibanding jumlah sub proyek yang didanai BLM Kabupaten sebanyak 1.701 sub proyek (20%). Dari total 3.970sub proyek infrastruktur yang dilaksanakan di wilayah P2DTK Nasional, sub proyek yang mendukung terbukanya keterisolasian masyarakat dan akses masyarakat terhadap kegiatan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan mencapai 47,05% (1.868 sub proyek). Sub-sub proyek tersebut berupa jalan dan jembatan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Total panjang jalan dan jembatan tersebut mencapai sekitar 1.186 Km. Sementara sub proyek yang lain seperti Pengadaan Air Bersih sebanyak 593 sub proyek (14,94%), Sanitasi 533 sub proyek (13,43%), Drainase 313 sub proyek (7,88%), Irigasi 150 sub proyek (3,78%), dan sub proyek lain-lain 513 sub proyek (12,92%). Data lebih lengkap mengenai sub proyek infrastruktur ini tersaji di dalam lampiran.

Page 46: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 23

Kualitas Sub Proyek Bidang Infrastruktur

Sebagian besar sub-sub proyek bidang infrastruktur di wilayah P2DTK Nasional, baik yang dilaksanakan melalui BLM Kecamatan maupun BLM Kabupaten, sebagian besar dinilai baik berdasarkan sertifikasi yang sudah dilaksanakan. Dari total sebanyak 3.970 sub proyek, sebesar 85,26%-nya atau 3.385 sub proyek dikategorikan “baik”, sebesar 14,71% atau sebanyak 584 dikategorikan “cukup”, dan hanya 0,06% atau hanya 1 sub proyek yang secara sertifikasi dikategorikan “kurang”.

Diagram 2.3. Kualitas Sub Proyek Infrastruktur P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi

Sumber: MIS P2DTK

d) Bidang Pemuda

Penyelesaian Sub Proyek Bidang Pemuda

Kegiatan bidang pemuda bertujuan untuk mendorong peran aktif pemuda dalam peningkatan sosial ekonomi dan budaya lokal serta pemeliharaan iklim perdamaian masyarakat dan lingkungan. Bidang kegiatan ini hanya didanai melalui BLM Kecamatan saja karena memang dimaksudkan untuk mengaktifkan para pemuda pada tingkat lokal. Dari data MIS diketahui bahwa kegiatan-kegiatan dibidang kepemudaan ini antara lain seperti: Pengadaan alat olah raga, Pelatihan ekonomi produktif, Kegiatan yang berkaitan dengan menumbuhkan kembali kesenian lokal, dll.

3.385

5841

Baik (85,26%)

Cukup (14,71%)

Kurang (0,03%)

Total sub proyek: 3.970

Page 47: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 24

Tabel 2.7. Jumlah Penyelesaian Sub Proyek Bidang Pemuda P2DTK Nasional Berdasarkan SPC Implementasi

No. Provinsi

Jumlah Kegiatan Infrastruktur

Jumlah Siklus 1 (2007)

Siklus 2 (2008)

Siklus 3 (2009)

Siklus 3 ( 2010 )

1. Bengkulu 27 45 16 19 107

2. Kalimantan Barat 55 44 37 33 169

3. Kalimantan Tengah 24 20 16 17 77

4. Lampung 28 25 9 23 85

5. Maluku 40 40 29 29 138

6. Maluku Utara 10 24 14 17 65

7. Nusa Tenggara Timur

41 28 26 23 118

8. Sulawesi Tengah 42 47 18 39 146

TOTAL 267 273 165 200 905

Sumber: Data MIS P2DTK

Total kegiatan bidang pemuda pada program P2DTK Nasional adalah sebanyak 905 sub proyek. Pada Siklus 1 mencapai 267 sub proyek,Siklus 2 mencapai 273 sub proyek, Siklus 3 (2009) mencapai 165sub proyek dan Siklus 3 (2010) mencapai 200 sub proyek.

Kualitas Sub Proyek Bidang Pemuda

Sebagian besar sub proyek pemuda yang dilaksanakan di wilayah P2DTK Nasional bisa dikatakan baik kualitasnya menurut sertifikasi yang sudah dilakukan. Dari total keseluruhan sub proyek yang berjumlah 905 sub proyek, sebanyak 799 sub proyek (88,30%) dikategorikan sebagai sub proyek yang berkualitas ”baik”. Sebanyak 105 sub proyek atau sebesar 11,60% dikategorikan sebagai sub proyek berkualitas ”cukup”. Hanya terdapat 1 (satu) sub proyek bidang pemuda yang dinilai sebagai sub proyek yang kualitasnya ”kurang” baik.

Diagram 2.4. Kualitas Sub Proyek Pemuda P2DTK Nasional Berdasarkan Sertifikasi

Sumber: MIS P2DTK

799

1051

Baik (88,30%)

Cukup (11,60%)

Kurang (0,11%)

Total sub proyek: 905

Page 48: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 25

e) Penyelesaian Sub Proyek di Wilayah Optimalisasi P2DTK

P2DTK Program Optimalisasi adalah program tambahan (top-up) yang dikembangkan pada masa akhir program P2DTK Desember 2011, di laksanakan di Propinsi Kalimantan Barat (3 kabupaten) dan Sulawesi Tengah (sebanyak 4 kabupaten)6. Program yang dikembangkan dengan model pemaketan sub-proyek melalui pendanaan BLM Kabupaten ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan performa sistem pelaksanaan P2DTK. Berikut ini dipaparkan beberapa sub proyek diwilayah Program dengan agenda Optimalisasi yang sudah dicapai. Jumlah keseluruhan sub proyek pada pelaksanaan Optimalisasi di 7 kabupaten di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah sebesar 108 sub proyek, dengan perincian 27 sub proyek infrastruktur, 38 sub proyek pendidikan, dan 43 sub proyek bidang kesehatan. Keseluruhan sub proyek tersebut setelah memlalui proses sertifikasi proyek dinyatakan sebagai sub proyek berkualitas ”baik”.

6 Di Kalimantan Barat terdiri atas Kabupaten Sambas, Sanggau, dan Bengkayang. Di Sulawesi Tengah terdiri

atas Kabupaten Poso, Banggai, Toju Una Una dan Morowali.

Page 49: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 26

Capaian yang lebih terperinci tentang sub proyek di wilayah P2DTK Nasional dan pelaksanaan Optimalisasi untuk masing-masing bidang tergambarkan melalui tabel berikut ini.

Tabel 2.8. Rekapitulasi Capaian Per Kategori Kegiatan Sub Proyek di P2DTK Nasional dan pelaksanaan Optimalisasi

Uraian Kegiatan

Jumlah guru yang dilatih 11.935

Jumlah guru perempuan yang dilatih 3.540

Jumlah unit/tipe/volume sub proyek yang diusulkan dan didanai:

Penyelesaian jalan (Km) 1.189

Penyelesaian jalan (Unit) 1.334

Penyelesaianjembatan (Km) 14

Penyelesaianjembatan (Unit) 542

Penyelesaian drainase (Km) 56

Penyelesaian drainase (Unit) 315

Penyelesaian irigasi (Km) 36

Penyelesaian irigasi (Unit) 150

Penyelesaianproyek air bersih (Unit) 594

Kegiatan sanitasi 535

Kegiatan lain-lain 527

Rehabilitasi sekolah (unit) 848

Rehabilitasi klinik kesehatan desa (unit) 397

Jenis kegiatan pendidikan/kegiatan kesehatan yang terlaksana yang terfokus untuk peningkatan kualitas pelayanan publik yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

3.668

Uraian Kegiatan Spesifik untuk Bidang Kesehatan

Kesehatan:

Training 233

Rehabilitasi klinik kesehatan 397

Lain-lain, seperti: program nutrisi, informasi kesehatan, pembagian buku) 990

Total 1.620

Uraian Kegiatan Spesifik untuk Bidang Pendidikan

Pendidikan:

Training MBS 88

Training lain-lain 145

Rehabilitasi sekolah 854

Buku, alat-alat bantu, dan meubeleur 902

Biasiswa 140

Total 2.129

Sumber: MIS P2DTK

Page 50: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 27

Isu Penting:

Sub proyek yang dibangun oleh P2DTK dirasakan bermanfaat bagi masyarakat di wilayah tertinggal dan sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat di wilayah-wilayah tersebut. P2DTK juga sangat mendukung pembangunan yang menjadi proritas di kabupaten wilayah sasaran, khususnya dalam upaya mendorong peningkatan mutu pelayanan pendidikan dan mutu pelayanan kesehatan.

Meskipun perlu peningkatan kapasitas lebih lanjut mengenai pelaksanaan Kajian Teknis sebagai bagian dari proses perencanaan partisipatif program P2DTK, melihat dari capaian kegiatan sub-sub proyek di wilayah P2DTK Nasional dan P2DTK Optimalisasi di atas yang telah mengarah kepada prioritas-prioritas pembangunan di tingkat kabupaten maupun kebutuhan-kebutuhan antar wilayah di tingkat kecamatan ke bawah, maka bisa dikatakan bahwa Kajian Teknis dalam proses perencanaan P2DTK sedikit banyak mampu mendorong arah pembangunan menjadi lebih tepat.

3. Manajemen Keuangan

Sebagai sebuah program pemberdayaan masyarakat dan penguatan kapasitas pemerintah daerah, P2DTK telah mengembangkan dan menjalankan perangkat mekanisme pengelolaan, panduan-panduan, dan kegiatan pengembangan kapasitas, serta supervisi keuangan bagi lembaga-lembaga pelaku P2DTK di daerah. Dalam kerangka memastikan berjalannya Sistem Pengendalian Internal (SPI) dilembaga-lembaga pelaku TPK Kabupaten dan UPKD-UPKD, maka telah tersusun Petunjuk Teknis Pelaku (PTP) khusus tentang Pendanaan yang merupakan Pedoman Umum kebijakan keuangan P2DTK. PTP ini mengacu pada Perdirjen Perbendaharaan Negara No. 69 th. 2007 tentang Petunjuk Pencairan Dana. PTP khusus tentang pendanaan tersebut menjelaskan bahwa tujuan umum manajemen keuangan P2DTK adalah: (a) Menjamin seluruh sumberdaya organisasi (keuangan dan material) digunakan sebagaimana seharusnya sesuai program P2DTK; (b) Menentukan penanggung jawab pelaksanaan kebijakan keuangan; dan (c) Memudahkan monitoring dan pembaharuan atas kebijakan, prosedur akuntansi, dan manajemen keuangan secara umum. Sementara tujuan khusus pengelolaan dana di P2DTK adalah: (a) Pemisahan Peran Fungsi dan Penanggungjawab yang jelas antar lembaga-lembaga pelaku P2DTK; (b) Terlindunginya kepentingan masyarakat, perangkat operasional, aset fisik dan administratif; (c) Berjalannya Sistem dan Prosedur Akuntansi Keuangan yang efektif, memadai, ditaati dan dijalankan secara baik; (d) Pembukuan dan pencatatan yang benar, real, lengkap dan tersaji up to date; (e) Berjalannya mekanisme Chek and Balance; dan (f) Berjalannya Monitoring Evaluasi untuk pengembangan. Paparan berikut ini adalah gambaran ringkas kegiatan pengelolaan keuangan dalam Program P2DTK.

a) Menerbitkan berbagai Panduan dan Petunjuk Teknis

Penerbitan panduan dan petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk memandu pelaksana teknis dilapangan agar dapat lebih detail memahami konteks pekerjaan, memandu secara lebih rinci kinerja program, dan terutama adalah upaya untuk mewujudkan pertanggung jawaban sekaligus pertanggung gugatan (akuntabilitas) program

Page 51: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 28

dibidang keuangan. Berdasarkan panduan, maka mekanisme save guard system program ini dapat terlaksana dengan baik. Berikut ini adalah panduan panduan yang telah diterbitkan oleh management program selama berjalannya program, yaitu : (1) Panduan Penilaian Kinerja DFMC dan DPC; (2) Panduan Monitoring Pengelolaan Keuangan TPK dan UPKD; (3) Petunjuk Teknis Penilaian Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK dan UPKD; (4) Panduan Penyusunan dana DOK 2010; (5) Instrumen pengendalian kelengkapan pembukuan para pelaku; (6) Panduan Penyusunan Pelaporan Bulanan DFMC dan PFMC; (7) Instrumen Review Keuangan para TPK dan UPKD; (8) Panduan Teknis Penggunaan Sisa dana BLM dan DOK; (9) Berbagai Form Pengendalian untuk Progres Pencairan dan Penyaluran Dana, Saldo Dana Pelaku, pengembalian ke kas Negara, dll.

b) Melakukan Penguatan Kapasitas Konsultan dan Pelaku

Pelatihan, Coaching, dan OJT

Berbagai pelatihan, coaching, dan OTJ (On The Job Training) juga dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan keuangan para pelaku P2DTK Nasional di daerah, dengan memberi pemahaman atas kebijakan keuangan dan transaksi yang terlaksana di program P2DTK, serta memampukan pelaku untuk menyusun pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai format P2DTK. Kegiatan-kegiatan pengembangan kapasitas yang sudah dilakukan antara lain: (1) Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten untuk para DFMC (Jakarta, 2010); (2) Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Provinsiuntuk para DFMC dan PFMC sebanyak 9 orang (Jakarta, tanggal 27 Maret – 1 April 2011); (3) Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten untuk para DFMC sebanyak 4 orang (Pontianak, tanggal 18–21 April 2011); (4) Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten untuk para DFMC sebanyak 5 orang (Kupang, tanggal 18 – 21 April 2011); (5) Pelatihan Pratugas Konsultan Keuangan Kabupaten untuk para DFMC sebanyak 16 orang (Banda Aceh, tanggal 24 – 27 April 2011); (6) OJT untuk Konsultan Keuangan Kabupaten sebanyak 2 orang (Ternate, tanggal 25 – 26 Juli 2011); (7) Coaching untuk Konsultan Keuangan Kabupaten dan Provinsi untuk 4 orang ( Pontianak, tanggal 21 Juni 2011); (8) Coaching untuk Konsultan Keuangan Kabupaten untuk 5 orang (Palu, tanggal 28 Juni 2011); (9) Pelatihan TPK dan UPKD (th.2010 dan 2011).

Workshop dan Rapat Koordinasi

Berbagai rakornas diselengarakan di Jakarta dan luar Jakarta dalam rangka pengendalian jalannya program, baik P2DTK reguler (DIPA 2007-2010) maupun P2DTK Optimalisasi (DIPA TA 2011). Kegiatan-kegiatan yang melibatkanPIU, NMC, dan WB tersebut sangat tinggi frekwensinya di awal tahun 2011 sehubungan diberlakukannya penundaan penyaluran dana P2DTK DIPA 2010 ke Pihak ke-3 dan panitia swakelola.Lokakarya Nasional Serah terima dan Alih kelola hasil Pelaksanaan Program P2DTKjuga sudah dilaksanakan di Jakarta 13 Desember 2011. Isu-isu pemantauan terhadap kinerja keuangan selalu diagendakan untuk dibahas di dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

c) Melakukan Pengawasan dan Strategi Pengendalian Lain

Kegiatan-kegiatan lain dalam rangka pengendalian manajemen keuangan antaralain Kunjungan Supervisi, Penerbitan Surat dan Memorandum, dan pemberlakuan

Page 52: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 29

Laporan Rutin.Supervisi ke semua wilayah program dilakukan oleh PIU bekerja sama dengan NMC kepada setiap PMC, DMC, dan Pelaku P2DTKdi daerah. Supervisi dilaksanakan secara khusus atau bersamaan dengan pendampingan kunjungan/supervisi PIU, WB, atau bersamaan dengan Pelatihan dan OJT di wilayah tertentu.

PIU-KPDT secara tersendiri atau bekerja sama dengan NMC, melakukan pula pengendalian taktis dalam bentuk komunikasi langsung ke seluruh pihak,serta menerbitkan surat-surat dan memorandum. Terhitung sejak th.2010 s/d Januari 2012 telah diterbitkan sekitar 48 buah Memorandum yang secara khusus dikirimkan ke PMC dan DMC (ke wilayah P2DTK Aceh-Nias dan P2DTKNasional) sehubungan pengendalian keuangan tersebut.

Pelaporan rutin para Pelaku P2DTK di daerah juga diberlakukan, yang dilaksanakan secara berjenjang mulai level DMC, PMC, dan NMC, dalam bentuk Laporan Bulanan (termasuk keuangan) dan Laporan khusus berdasarkan data capaian keuangan di TPK dan UPKD. Setiap bulan mereka wajib menyusun Pembukuan dan Laporan Keuangan bulanan yakni Laporan Arus Dana (LAD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD) serta berdasarkan progress pencairan dan penyaluran dana ke pihak ke-3/panitia swakelola.

d) Penilaian Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK Kabupaten dan UPKD

Capaian kinerja pengelolaan keuangan TPK dan UPKD terbagi dalam 3 periode, yaitu: (a) Masa awal program didampingi langsung PIU hingga masa didampingi DFMC PT.C.Lotti; (b) Masa didampingi NMC tanpa DFMC; dan (c) Masa didampingi NMC disertai PFMC dan DFMC PT. Amythas pada masa akhir program.

Instrumen yang digunakan adalah berdasarkan aspek-aspek yang dibuat C.Lotti, yaitu sebanyak 20 aspek yang kemudian sejak Juli 2010 disempurnakan oleh NMC menjadi 15 aspek pengukuran.Aspek-aspek tersebut menggambarkan kondisi Kebijakan Keuangan, Sistem Akuntansi, Pelaporan dan Monitoring serta penerapan prinsip Transparansi dan Akuntabilitas. Indikator tersebut menggunakan scoring dan hasilnya menjadi 3 kategori kinerja yaitu“Sangat Memadai”, “Memadai”, dan “Tidak Memadai”.

Pengukuran kinerja keuangan tersebut belum dapat dilakukan optimal sebab sangat terpengaruh oleh keberadaan konsultan keuangan kabupaten yang rata-rata terkontrak sangat pendek.Masa tugas DFMC oleh PT.C.Lotti efektif hanya selama 5 bulan di tahun 2010, sementara masa tugas DFMC oleh PT.Amythas secara efektif juga hanya 5 bulan di tahun 2011.

Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK Kabupaten, UPKD, dan UPK Kecamatan

Tingkat kinerja pengelolaan keuangan TPK Kabupaten, UPKD, dan UPK Kecamatan dari awal Program hingga Juli 2010, sebagian besar bisa dikatakan buruk. Hal ini karena pada periode tersebut instrumen sistem yang dikembangkan relatif belum lengkap, penguatan kapasitas pelaku yang tidak sistematis, serta pola kerja DFMC yang belum mapan. selama berjalannya sistem akuntansi pada masa itu, dapat dilihat indikasi banyaknya inkonsistensi pencatatan pada pembukuan harian, pembukuan belum up to date, format pembukuan belum lengkap, dana kas ditangan masih besar, bukti-bukti transaksi dan rekening koran tidak lengkap, pengarsipan dokumen

Page 53: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 30

di lembaga pelaku belum baik, pelaporan keuangan rutin bulanan belum berjalan baik, dan sebagian besar belum mampu melakukan laporan rutin tiap bulan. Kondisi tersebut berjalan sampai pada masa ke 2 (Agustus 2010 - Maret 2011), dimana tingkat kinerja relatif sama dengan masa awal dan pendampingan DFMC dari PT.C. Lotti. Belum lengkapnya penempatan DFMC tetap menjadi kendala dalam memantau kinerja pengelolaan Pelaku-Pelaku P2DTK.

Tabel 2.9. Kinerja Pengelolaan KeuanganUPKD Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan P2DTK Nasional

No. Provinsi Jml

UPKD Kab

Tingkat Kinerja Pengelolaan Keuangan

Baik/Sangat Memadai

Cukup/ Memadai

Tidak Memadai/

Kurang

1. Bengkulu 9 0 4 5

2. Lampung 9 0 4 5

3. Kalteng 9 0 2 7

4. Kalbar 9 0 6 3

5. Sulteng 12 3 6 3

6. Malut 15 0 3 12

7. Maluku 15 0 3 12

8. NTT 18 0 6 12

Total 96 3 34 59

3,13% 35,42% 61,45%

Sumber: Data MIS, Finance dan Disburment P2DTK - per 15 Juni 2012

Tabel 2.10. Kinerja Pengelolaan Keuangan TPK Kabupaten P2DTK Nasional Per Juli 2010

No. Provinsi Jml TPK

Kab

Tingkat Kinerja Pengelolaan Keuangan

Baik/Sangat Memadai

Cukup/Mema-dai

Kurang/Tidak Memadai

1. Bengkulu 3 0 1 2

2. Lampung 3 0 2 1

3. Kalteng 3 0 0 3

4. Kalbar 3 0 3 0

5. Sulteng 4 1 3 0

6. Malut 5 0 0 5

7. Maluku 5 0 1 4

8. NTT 6 0 0 6

Total 32 1 10 21

3,13% 31,25% 65,62%

Sumber: Data MIS, Finance dan Disburment P2DTK - per 15 Juni 2012

Page 54: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 31

Tabel 2.11. Kinerja Pengelolaan Keuangan UPK KecamatanP2DTK Nasional

No Provinsi Jml UPK Kec

Tingkat kinerja FM dan Pembukuan

Baik/ Sangat

Memadai

Cukup / Memadai

Kurang / Tidak

Memadai

1 Bengkulu 18 0 4 14

2 Lampung 17 0 6 11

3 Kalteng 16 0 5 11

4 Kalbar 28 3 8 17

5 Sulteng 26 6 9 11

6 Malut 20 0 8 12

7 Maluku 32 0 10 20

8 NTT 29 2 10 17

Total 186 11 50 125

5,91% 26,88% 67,20%

Sumber: Data MIS, Finance dan Disburment P2DTK - per 15 Juni 2012

Perubahan yang cukup membaik mengenai pengelolaan keuangan Pelaku P2DTK baru terjadi pada masa ke-3, yaitu April 2011 sampai Agustus 2011 hingga Maret 2012 terutama di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah.Periode ini adalah periode penting dalam upaya mengakhiri kebijakan penundaan (suspend) penyaluran dana DIPA 2010 ke pihak ke-3 dan panitia swakelola dari UPKD, dan merupakan periode perbaikan berbagai kekurangan pendampingan selama ini. Pada masa ini diberlakukan pula secara serempak kebijakan khusus yakni safeguard penyaluran dana P2DTK 2010. Secara garis besar pada masa ini terjadi perubahan berarti dalam berbagai hal mengenai pengelolaan keuangan sebagai akibat intensivitas pendampingan DFMC yang jauh lebih baik dibanding periode sebelumnya serta tingkat koordinasi PIU – NMC – PMC yang lebih kuat.

Indikator-indikator yang meningkat lebih baik adalah pada konsistensi penyusunan dan kelengkapan pembukuan, cash opname dan kelengkapan bukti rekening bank, pengawasan atas saldo dana, dan monitoring internal pelaku yang semakin baik.Aspek pelaporan rutin bulanan dan laporan insidentil yang dilakukan berjenjang mayoritas dilakukan cepat dan lengkap, termasuk informasi saldo kas dan bank tiap bulan. Sementara monitoring internal dan eksternal oleh konsultan menjadi lebih baik sebab pola kerja DFMC lebih intensif pada hari kerja berada dilokasi. Sebagian besar DFMC adalah warga kabupaten yang bersangkutan.

Pemahaman, Kebenaran dan Kelengkapan Pembukuan

Pada masa awal program P2DTK berjalan hingga Juli 2010, administrasi pembukuan dan laporan keuangan lembaga pelaku sebagian besar belum lengkap sebagaimana format yang diinginkan oleh P2DTK. Beberapa indikasi lemahnya pembukuan ini seperti telah dipaparkan dalam sub bab sebelumnya. Kondisi seperti ini berlangsung hingga Maret 2011. Ketiadaan DFMC sejak Juli 2010 dan adanya kebijakan percepatan pencairan DIPA 2010 telah menyita energi para TPK, UPKD, DMC dan

Page 55: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 32

Satker Kabupaten sehingga tidak dapat berperan lebih intensif mendampingi pengelolaan pembukuan rutin di TPK Kabupaten dan UPKD.

Kondisi tersebut mengalami perbaikan sejak awal April 2011 sampai Agustus 2011, dimana administrasi pembukuan dan laporan keuangan lembaga pelaku semakin lengkap dan benar. Bahkan di wilayah Kalbar dan Sulteng hingga Maret 2012 menunjukan peningkatan positif sangat signifikan. Namun demikian harus diakui bahwa menjadi kesulitan tersendiri pula bagi para DFMC PT Amythas dan PT. Inacon, manakala pada awal tugasnya selama beberapa bulan terpaksa harus melakukan banyak koreksi atas pembukuan dan laporan keuangan sejak Tahun 2007 hingga saat personal tersebut bertugas. Peranannya menjadi berubah bukan hanya review keuangan tapi berubah menjadi pendamping secara penuh segala hal menyangkut pengelolaan keuangan para TPK Kab., UPKD, dan UPK Kec. termasuk masalah-masalah di masa Tahun 2007-2010.

Tabel 2.12. Pemahaman, Personal dan Kondisi Pembukuan UPKD (Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan) P2DTK Nasional

No. Provinsi Jml

UPKD Kab

Pemahaman & Kemampuan Pelaku

FM / Bendahara

Keberadaan Personal Pelaku FM / Bendahara

Kelengkapan & Kebenaran

Pembukuan

P KP TP Ada Tdk Ada

Lengkap Tdk

Lengkap

1. Bengkulu 9 2 6 1 9 0 3 6

2. Lampung 9 2 7 0 9 0 3 6

3. Kalteng 9 3 6 0 9 0 4 5

4. Kalbar 9 5 4 0 9 0 7 2

5. Sulteng 12 8 4 0 12 0 9 3

6. Malut 15 1 5 9 12 3 3 12

7. Maluku 15 3 6 6 14 1 5 10

8. NTT 18 3 7 8 16 2 6 12

Total 96 27 45 24 90 6 40 56

28% 46% 25% 93% 6% 41% 58%

Sumber: Data MIS, Finance dan Disburment P2DTK - per 15 Juni 2012 Keterangan : P =Paham, KP = Kurang Paham, TP = Tidak Paham. Materi yang diukur tentang indikator pemahaman dan kemampuan adalah: Substansi PNPM DTK, Rangkaian Siklus P2DTK, Tupoksi masing-masing, Teknis Penyusunan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan. Pembukuan dianggap lengkap bila bukti transaksi, rekening koran, hingga format-format pembukuan ada dan terisi dengan benar.

Page 56: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 33

Tabel 2.13. Pemahaman Personal dan Kondisi Pembukuan TPK Kabupaten

No. Provinsi Jml TPK Kab

Pemahaman & kemampuan Pelaku FM /

Bendahara

Keberadaan Personal Pelaku FM / Bendahara

Kelengkapan & Kebenaran

Pembukuan

P KP TP Ada Tdk Ada

Lengkap Tdk

Lengkap

1. Bengkulu 3 1 2 0 2 1 1 2

2. Lampung 3 1 2 0 3 0 1 2

3. Kalteng 3 1 2 0 3 0 1 2

4. Kalbar 3 2 1 0 3 0 3 0

5. Sulteng 4 3 1 0 4 0 4 0

6. Malut 5 0 2 3 4 1 1 4

7. Maluku 5 1 1 3 4 1 2 3

8. NTT 6 1 3 2 5 1 3 3

Total 32 10 14 8 28 4 16 16

31,25% 43,75% 25% 87,50% 12,25% 50% 50%

Sumber: Data MIS, Finance dan Disburment P2DTK - per 15 Juni 2012

Tabel 2.14. Pemahaman, Personal dan Kondisi Pembukuan UPK Kecamatan

No. Provinsi Jml UPK Kec

Pemahaman & kemampuan Pelaku FM /

Bendahara

Keberadaan Personal Pelaku FM / Bendahara

Kelengkapan & Kebenaran

Pembukuan

P KP TP Ada Tdk Ada Lengkap Tdk

Lengkap

1. Bengkulu 18 4 9 5 17 1 9 9

2. Lampung 17 4 9 4 15 2 6 11

3. Kalteng 16 4 10 2 13 3 5 12

4. Kalbar 28 10 12 6 26 2 12 16

5. Sulteng 26 10 8 8 26 0 18 8

6. Malut 20 4 8 8 19 1 8 12

7. Maluku 32 7 11 14 29 3 14 18

8. NTT 29 8 9 12 27 2 12 16

Total 186 51 76 59 172 14 84 102

21% 47% 32% 92% 8% 45% 55%

Sumber: Data MIS, Finance dan Disburment P2DTK - per 15 Juni 2012

Tingkat kelengkapan dan kebenaran pembukuan pada masa ini mengalami perbaikan cukup signifikan dibanding masa sebelumnya, sebagaimana digambarkan dalam tabel-tabel diatas.Pola pendampingan dilakukan dengan cara OJT rutin secara bersama dengan para bendahara, kunjungan rutin mingguan DFMC ke pelaku, pengambilan copy rekening tepat akhir bulan, pencatatan di buku Kas yang tidak terlambat, target penyusunan laporan bulanan pelaku dibawah tanggal 3, koordinasi internal pelaku termasuk tandatangan Ketua, RAB DOK dan RPD BLM yang harus dioptimalkan manfaatnya, pengarsipan dokumen keuangan menggunakan cheklist kelengkapan dokumen , dll.

Hingga Agustus 2010, organisasi TPK Kab, UPKD, dan UPK Kec berjalan dengan personal bendahara lengkap, sehingga walau sempit waktu dan tingkat pergantian

Page 57: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 34

seringkali berganti namun proses pencatatan pembukuan dan keberadaan dokumen keuangan relatif berjalan walaupun kurang lengkap.Hingga Maret 2011, tercatat 10% organisasi TPK dan UPKD berjalan tanpa bendahara sehingga berpengaruh pada tingkat pengelolaan pembukuan dan keuangan.Hingga Agustus 2011 di 8 provinsi dan hingga Maret 2012 di Kalbar dan Sulteng, tercatat bahwa kelengkapan personal FM diatas 90%, bahkan di Kalbar dan Sulteng lengkap 100% hingga akhir masa program.

Isu-Isu Penting:

Meskipun pada awal-awal periode pelaksanaan P2DTK sampai periode Juni 2010 kinerja keuangan Pelaku-Pelaku P2DTK boleh dikatakan “kurang baik” kinerjanya, namun seiring menguatnya pengendalian serta pengembangan kapasitas yang diberikan akhirnya menunjukkan performa keuangan yang “cukup baik” (moderately satisfactory) pada masa-masa akhir program P2DTK.

Keterlambatan penempatan konsultan keuangan di tingkat kabupaten begitu pula periode kontrak yang rata-rata pendek, terbukti sangat berpengaruh terhadap lemahnya performa kinerja pengelolaan para Pelaku P2DTK di daerah-daerah. Penempatan konsultan DFMC tersebut baru terjadi secara maksimal pada periode Agustus 2011, yang berarti bahwa sejak awal program P2DTK Nasional dilaksanakan tahun 2007 sampai Agustus 2011 rekrutmen DFMC tersebut mengalami pasang surut yang sangat mengganggu kinerja pengelolaan keuangan P2DTK secara keseluruhan.

4. Pengadaan

Berdasarkan Keppres 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah disebutkan bahwa pengadaan barang dan jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh pinjaman/hibah luar negeri dan dilakukan setelah penandatanganan Naskah Perjanjian Luar Negeri (NPLN), pelaksanaannya harus mengikuti ketentuan (guidelines) dari pemberi pinjaman atau ketentuan lain yang telah disepakati oleh pemerintah RI dengan pemberi pinjaman dalam NPLN/Loan/Grant Agreement. Dengan adanya ketentuan tersebut maka disusunlah Panduan Pengadaan Barang dan Jasa P2DTK. Pada prinsipnya terdapat 2 (dua) jenis pengadaan barang dan jasa yang dilakukan di pelaksanaan P2DTK, yaitu Pengadaan Tingkat Pusat dan Pengadaan Tingkat Daerah.

a) Pengadaan Tingkat Pusat

Pengadaan di tingkat Pusat untuk pengelolaan konsultan dapat dikelompokkan sesuai bidang keahliannya, yaitu: Jasa Konsultan NMC, PMC, dan DMC; Jasa Konsultan Pelatihan; Jasa Konsultan Pengadaan; dan Pengadaan Pada Periode P2DTK Optimalisasi. Pengadaan Konsultan NMC, PMC, dan DMC

Pelaksanaan pendampingan terhadap masyarakat, pelaku-pelaku P2DTK dan pemerintah daerah dilakukan oleh Konsultan Manajemen yang dikelola oleh sebuah perusahaan konsultan jasa. NMC (National Management Consultant) yang berperan sebagai technical assisstance program P2DTK tingkat Pusat, diperkuat

Page 58: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 35

oleh 22 tenaga ahli terdiri atas Team Leader, Deputi Team Leader, juga didukung oleh Tenaga Ahli (TA) dengan spesifikasi keahlian yang berbeda-beda antara lain Pelatihan Partisipatif, Kelembagaan, Gender, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur, MIS, Monev, Pengembangan Sektor Swasta (PSS), Komunikasi, Disbursement & Payroll, HCU (Penanganan Pengaduan), dan Financial Management, dan ditambah 2 Asisten TA untuk MIS dan Monev.

Pada level PMC (Provincial Management Consutant) disediakan sebanyak 40 tenaga ahli yang ditempatkan di 8 provinsi dengan personil per PMC terdiri dari: Koordinator Provinsi, MIS Sp. dan HCU Sp. Pada setiap PMC juga ditempatkan 1 orang Financial Malajement Sp. dan 1 orang Procurement Sp.

Pada level DMC (District Management Consultant) disediakan sebanyak 160 tenaga ahli untuk 32 kabupaten dengan personil per DMC terdiri dari: KM-Kab Infrastruktur, KM-Kab Pendidikan dan KM-Kab Kesehatan. DMC dan FK dikelola oleh consultant services per provinsi, kecuali untuk Maluku dan NTT per provinsi dikelola oleh 2 consultant services. Pada setiap DMC ditempatkan 1 orang DMC Financial Malajement dan 1 orang DMC Procurement.Sedangkan Fasilitator Kecamatan ditugaskan mendampingi 1 orang per kecamatan, sehingga jumlah FK sebanyak 186 orang.

Seperti sudah dipaparkan pada sub bab Manajemen Keuangan, bahwa pengadaan konsultan Financial Management sempat mengalami kekosongan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan Pelaku P2DTK di daerah. Pada tahun 2010 DFMC hanya efektif berlangsung selama 5 bulan, sehingga pemantauan terhadap kinerja keuangan pelaku di daerah ditangani oleh tenaga-tenaga ahli bidang di DMC masing-masing (pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur) dalam arahan dari NMC dan PIU-KPDT. Kondisi yang sama terjadi pula pada tahun 2011 selama 5 bulan.

Program PSS (Pengembangan Sektor Swasta) di Wilayah Barat yang terdiri dari 4 Provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, dan Lampung, didukung dengan 14 personil, yaitu 1 orang Team Leader, 4 Koordinator Provinsi dan 9 orang Konsultan PSS Kabupaten. Sedangkan PSS di Wilayah Timur yang terdiri dari 4 Provinsi: Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur, didukung dengan 24 personil yaitu 1 orang Team Leader, 3 Koordinator Provinsi dan 20 orang Konsultan PSS Kabupaten.

Kegiatan MPHM (Mediasi Penguatan Hukum masyarakat) hanya dilaksanakan di Provinsi Maluku dengan wilayah di 3 Kabupaten: Maluku Tengah, Maluku Tenggara dan Seram Bagian Timur dengan jangkauan di 10 kecamatan. Personil untuk MPHM terdiri dari 9 orang yaitu 1 Team Leader dan 8 orang Fasilitator Posko. Sedangkan MMI (Media Monitoring Independent) untuk Publikasi SPADA yang menjangkau 8 provinsi (SPADA Nasional) disukung dengan 1 orang Team Leader dan 8 orang wartawan.

Mulai Juni 2011 telah diluncurkan kegiatran Optimalisasi Program P2DTK TA. 2011 untuk 7 kabupaten sasaran di 2 provinsi, yaitu: 3 (tiga) Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat dan 4 (empat) Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Pengelolaannya berada pada pengendalian NMC dengan consultan services baik NMC, PMC dan DMC melekat pada consultan services sebelumnya. Khusus untuk

Page 59: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 36

FK ditiadakan karena hanya dialokasikan untuk Block Grant (BLM) saja. Program ini selesai pada akhir April 2012.

Jasa Konsultan Pengadaan

Keberadaan konsultan pengadaan diperlukan karena masih banyak pelaku program belum mengetahui dan belum berpengalaman dengan pembiayaan oleh lembaga asing (Bank Dunia), masih lemahnya kapasitas tenaga pengadaan, dan kurangnya pengetahuan dalam mengimplementasikan peraturan pengadaan. Untuk mengawal dan mendampingi pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dalam P2DTK dibutuhkan konsultan pengadaan, agar proses dan mekanisme pengadaan sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan.Konsultan pengadaan untuk program P2DTK dimobilisasi pada tahun 2010 dan pada tahun 2011. Pada tahun 2010 dilaksanakan dalam bulan April 2010 s.d bulan Juli 2010. Sedangkan pada tahun 2011 dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 s.d April 2012. Sampai akhir bulan Juli 2011, kondisi konsultan pengadaan ialah konsultan pengadaan pusat 2 orang, konsultan pengadaan propinsi 8 orang, konsultan pengadaan kabupaten sebanyak 32 orang. Sedangkan dalam program optimalisasi jumlah tenaga ahli procurement kabupaten sebanyak 7 orang, provinsi 2 orang, dan tingkat nasional 1 orang. Tugas para tenaga ahli procurement tersebut adalah memberikan pendampingan dan peningkatan kapasitas kepada para pelaku P2DTK di tingkat kabupaten dalam proses pengadaan barang dan jasa, sementara upaya peningkatan kapasitas dilakukan melalui OTJ (on the job training), workshop, maupun pendampingan langsung.

Tabel 2.15. Jumlah dan Lokasi Konsultan Pengadaan Kabupaten(s.d Juli 2011)

No Propinsi Jumlah Keterangan

Seharusnya Tersedia Kekosongan

1. Bengkulu 3 2 Kepahiang

2. Lampung 3 2 Lampung Timur

3. Kalbar 3 3 -

4. Kalteng 3 1 Kotim, Seruyan

5. Sulteng 4 3 Morowali

6. Maluku 5 5 -

7. Maluku Utara 5 3 Halteng, Halbar

8. NTT 6 6 -

Jumlah 32 25

Sumber: Data Procurement-KM.Nas Keterangan: Penugasan awal Konsultan Pengadaan Kabupaten dari bulan Maret s.d Juli 2011.

Review Dokumen Pengadaan

Dokumen yang berhasil diidentifikasi sebanyak 1.240 dokumen pengadaan kabupaten,dan yang berhasil direview sebesar 1.131 dokumen (91,21%), dan menyisakan sebesar 8,79% dokumen yang belum direview. Dari dokumen pengadaan tersebut teridentifikasi sebanyak 56% atau sebanyak 694 dokumen

Page 60: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 37

berupa kegiatan swakelola, dan 44% atau sebanyak 546 dokumen berupa kegiatan yang dilakukan melalui Pihak ke-III.Provinsi yang belum seluruhnya melakukan review ialah Provinsi Kalbar (Kab.Sambas), Provinsi Maluku (beberapa dokumen siklus 1,2), dan Provinsi Maluku Utara (Kab.Halmahera Barat, dan Halmahera Tengah). Provinsi Maluku Utara dan Provinsi NTT hanya mereview siklus 3. Dokumen-dokumen pada siklus 3 ialah dokumen yang mudah diperoleh karena kegiatan relatif masih baru dan masih tersimpan di UPKD maupun kantor DMC. Belum dilakukannya review sampai akhir penugasan DPC antara lain disebabkan oleh beberapa hal: (a) karena dokumen belum ditemukan; (b) dokumen belum diperoleh dari UPKD; (c) UPKD tidak terbuka untuk memberikan dokumen, dan (d) tidak adanya personil DPC yang melakukan review. Dari hasil review dokumen pengadaan dapat diperoleh informasi bahwa Provinsi Kalteng mempunyai persentase dokumen lengkap terbanyak.

b) Pengadaan Tingkat Daerah

Pelaksanaan kegiatan pengadaan tingkat daerah/masyarakat merupakan kegiatan pengadaan pelaksanaan sub proyek di tingkat kabupaten maupun kecamatan yang bersumber dana dari dana BLM. Terdapat dua kategori pelaksanaan hasil kegiatan pengadaan yaitu Pihak Ketiga dan Swakelolabaik Swakelola Kabupaten (Dinas UPKD) maupun Swakelola Kecamatan. Dari seluruh sub proyek P2DTK di Wilayah Nasional (Non-Optimalisasi) yang sebanyak 8.543 sub proyek, sebesar 9,07% atau sebanyak 755 sub proyek dilakukan secara Pihak Ke-III dan sebesar 91,16% atau sebanyak 7.788 sub proyek dilaksanakan secara Swakelola. Dari seluruh sub proyek Swakelola tersebut sebesar 10,76%atau sebanyak 838 sub proyek merupakan Swakelola Kabupaten dan sebesar 89,24% atau sebanyak 6.950 sub proyek dilakukan secara Swakelola Kecamatan.

Tabel 2.16. Pengadaan Untuk Pelaksana Sub Proyek di P2DTK Nasional (Non-Optimalisasi)

No. Provinsi

Pendidikan Kesehatan Infrastruktur Pemuda

Tota

l P3

Tota

l Sw

ake

lola

Tota

l Ke

giat

an

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

1. Bengkulu 17 102 30 43 23 383 0 107 70 635 705

2. Lampung 0 111 17 102 28 422 0 85 45 720 765

3. NTT 72 165 86 132 76 300 0 118 234 715 949

4. Kalbar 10 180 13 129 12 320 0 169 35 798 833

5. Kalteng 23 105 13 79 22 320 0 77 58 581 639

6. Sulteng 21 642 2 496 148 838 0 146 171 2.122 2.293

7. Maluku 48 369 21 253 60 565 0 138 129 1.325 1.454

8. Maluku Utara 2 224 3 158 8 445 0 65 13 892 905

Total 193 1.898 185 1.392 377 3.593 0 905 755 7.788 8.543

9,07% 91,16% 100%

Sumber: Data MIS P2DTK – per 15 Juni 2012

Page 61: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 38

Sementara itu di wilayah program P2DTK Optimalisasi terlaksana 108 sub proyek dimana sebesar55,56% atau sebanyak 60 sub proyek, dan sebesar 44,44% atau sebanyak 48 sub proyek dilaksanakan secara Swakelola. Dengan diberlakukannya Perpres 54 Tahun 2010 maka seluruh kabupaten penerima program Optimalisasi menggunakan Perpres tersebut. Tabel 2.17. Jumlah Realisasi Subproyek dan PengadaanP2DTK Optimalisasi

Bidang Kegiatan Jumlah

Sub Proyek

Metode Pengadaan

Swakelola Pihak ke-3

SULAWESI TENGAH

Pendidikan 16 16 0

Kesehatan 16 13 3

Infrastruktur 32 2 30

Sub Total 64 31 33

KALIMANTAN BARAT

Pendidikan 16 7 9

Kesehatan 15 5 10

Infrastruktur 13 5 8

Sub Total 44 17 27

TOTAL 108

100%

48 44,44%

60 55,56%

Sumber: Data Procurment PIU-P2DTK

Isu-Isu Penting:

Dengan diterbitkannya surat No.B.144/Dep-V-PDT/VI/2011 tgl 22 Juni 2011 oleh KPDT tentang penegasan Proses Pengadaan Program P2DTK maka mitra-mitra kerja atau Pelaku P2DTK di daerah sangat terbantu dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Hal ini dapat mengatasi dualisme perundangan yang ada yaitu untuk mengatasi perubahan-perubahan peraturan pemerintah mengenai hal tersebut dengan adanya Keppres 80 tahun 2003 dan Perpres 54 Tahun 2010.

Kendala-kendala yang ada terkait dengan dokumen pengadaan tersebut antara lain: Dokumen pengadaan hilang; Dokumen pengadaan tercecer; Salah satu surat/dokumen hasil lelang tidak ada; Terjadi perbedaan nama subproyek; Terjadi pengalihan metode pengadaan tanpa adanya musyawarah khusus; Adanya pemecahan kegiatan untuk menghindari pelelangan;Tidak adanya SK Panitia Lelang dan/atau SK Panitia Swakelola;Dokumen desain dan RAB tidak ditandatangani oleh yang bekompeten;Perpanjangan waktu tidak dilengkapi amandemen kontrak; danPakta integritas belum lengkap.

5. Penanganan Pengaduan

Pengaduan dan Penyelesaian Masalah (Handling Complaint Unit) adalah sebuah instrumen mekanisme program yang dikembangan P2DTK untuk menyelesaikan masalah dan sengketa yang berkaitan dengan indikasi penyimpangan dana P2DTK, baik dari pelaksana program di tingkat masyarakat sampai pelaksana di tingkat kabupaten, baik dari unsur masyarakat, Pihak ke-3, maupun unsur pemerintah.

Page 62: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 39

Tujuan praktis jangka pendek dikembangkannya HCU ini adalah agar semua masalah berkaitan dengan manajemen keuangan P2DTK segera selesai pada saat periode program berakhir, sehingga tidak meninggalkan sisa permasalahan yang berlarut-larut. Sementara tujuan ideal jangka panjang adalah memperkuat budaya akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan proyek-proyek di daerah.

Tabel 2.18. Rekap Pengaduan Masalahdan Temuan Audit BPKP Program P2DTK Nasional

No. Uraian Jumlah Kasus Klasifikasi Masalah7

Manajerial Implementasi

1. Selesai 1.954 1.185 769

2. Masih Proses

2 - 2

Jumlah 1.956 1.185 771

Sumber: Data HCU-P2DTK per Februari 2013.

Sampai dengan berakhirnya program P2DTK Nasional di 8 propinsi (non Aceh dan Sumut) ditemukan 1.956 kasus yang terdiri dari 1.185 kasus manajerial dan 771 kasus implementasi. Dari total jumlah kasus yang ditemukan baik melalui proses pengaduan maupun temuan audit BPKP tersebut, sebanyak 1.954 kasus (99,90%) telah diselesaikan dan masih menyisakan 2(0,10%) kasus masih dalam proses. Kedua kasus8 tersebut adalah kasus-kasus proses implementasi.

Total penyimpangan dana di P2DTK Nasional dari 1.956 kasus yang ditemukan adalah sebesar Rp. 9.317.898.022,- dimana secara terperinci sebesar Rp. 5.730.604.841,- merupakan temuan dari audit BPKP dan sebesar Rp. 3.587.293.181,- merupakan laporan pengaduan merlalui mekanisme HCU.Dari total besarnya penyimpangan dana tersebut, sebesar 98,82%-nya atau sebanyak Rp. 9.250.403.022,-telah kembali ke negara dan masih menyisakan Rp. 67.495.000,- (1,18%) belum selesai.

7Kasus manajerial adalah penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan

keuangan P2DTK, sementara kasus implementasi adalah penyimpangan-penyimpangan yang menyalahi prosedur langkah-lahkan dalampelaksanaan P2DTK.

8 Kedua kasus tersebut adalah di Desa Pulau (Tiga Kec. Menui Kepulauan, Kab. Morowali) dan di Kec. Morotai

Selatan Barat (Kab. Halmahera Utara, Maluku Utara), dimana pemerintah daerah bersedia untuk bertanggungjawab menyelesaian kasus yang ada dan terus berjalan menuju proses penyelesaian.

Page 63: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 40

Tabel 2.19. Penyelesaian Kasus Penyimpangan,Pengaduan dan Audit BPKP di P2DTK Nasional

No. Keterangan Nilai

Penyimpangan Nilai

Pengembalian Sisa

1. Audit BPKP Nasional 5.730.604.841 5.705.414.841 25.190.000

(99,56%) (0,44%)

2.

Laporan/Pengaduan (HCU) Nasional

3.587.293.181 3.544.988.181 42.305.000

(98,82%) (1,19%)

Total BPKP + Pengaduan 9.317.898.022 9.250.403.022 67.495.000

(98,82%) (1,18%)

Sumber: Data HCU-KM Nas

Isu-Isu Penting:

Banyaknya jenis kasus “manajerial” yang terjadi menggambarkan banyaknya penyimpangan dalam memahami tatalaksana dan prosedur pengelolaan program. Hal tersebut perlu kiranya diperhatikan bahwa pelaku-pelaku P2DTK di daerah rata-rata masih lemah dalam pemahamannya mengenai prosedur pengelolaan program, yang di sisi lain memungkinkan terjadinya penyimpangan dana.

Sistem pengendalian kegiatan dimana memakai Forum Musyawarah Masyarakat sebagai media pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan, serta partisipasi birokrasi pemerintah daerah sebagai pelaku program, telah mendukung untuk memperlancar penanggulangan dan penyelesaian kasus-kasus penyimpangan keuangan.

Para pelaksana program P2DTK telah berupaya untuk “tidak menunda-nunda” atau “menumpuk” penyelesaian kasus pengaduan dan atau temuan BPKP. Kerjasama yang terus dibangun secara reguler melalui koordinasi, konsolidasi data, up-dating kasus antara PIU-P2DTK KPDT, BPKP Pusat, BPKP Provinsi, para pelaku P2DTK, dan dibawah masukan-masukan Bank Dunia, telah menghasilkan kinerja penyelesaian kasus yang memuaskan termasuk upaya mengembalikan uang negara ke Kas Negara.

6. PendampinganTeknis Konsultan

Pendampingan teknis konsultan yang dimaksud adalah kuantitas supervisi para konsultan yang terlibat di dalam P2DTK sesuai kontrak yang sudah ditentukan. Secara kualitas pendamingan tersebut harus berdasarkan pada master plan yang sudah disepakati, sementara secara kuantitas jumlah pendampingan harus memenuhi kuota mobilisasi kunjungan supervisi yang ditetapkan.

Page 64: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 41 Tabel 2.20. Mobilisasi dan Kuantitas Supervisi Konsultan di Wilayah P2DTK Nasional

No. Konsultan Tanggal

Mobilisasi

Jumlah Seharusnya

/Kontrak Realisasi

Rata-rata Supervsisiper Bulan (Hari)

1. NMC Juli 2007 638 397 62% 16,5

2. PMC Juli 2007 711 582 82% 22,6

3. DMC Juli 2007 12.167 11.707 96% 32

4. FK Juli 2007 16.373 16.048 98% 55,2

Sumber Data : Kompilasi berbagai sumber dari para Jasa Konsultan

Dilihat dari jumlah mobilisai supervisi konsultan maka dapat digambarkan bahwa pada level NMC yang dimobilisasi sejak Juli 2007, jumlah supervisi yang tertera didalam kontrak sebanyak 638 kali dan yang terealisasi sebanyak 397 kali. Rata-rata jumlah supervisi/pendampingan perbulan sebanyak 16, 5 kali. Pada level PMC yang dimobilisasi sejak bulan Juli 2007 dengan jumlah supervisi didalam kontrak sebanyak 711 kali, sudah teralisasi sebanyak 582 kali. Rata-rata jumlah supervisi/pendampingan perbulan sebanyak 22,6 kali. Pada level DMC yang dikontrak sejak bulan Juli 2007 dengan jumlah supervisi/pendampingan didalam kontrak sebanyak 12.167 kali, sudah terealisasi sebanyak 11.707 kali, dengan rata - rata jumlah supervisi perbulan 32 kali. Sementara pada level fasilitator Kecamatan (FK) yang dimobilisasi bulan Juli 2007 dengan jumlah supervisi yang tertera didalam kontrak sebanyak 16.373 kali, sudah terealisasi sebanyak 16.048 kali. Rata-rata jumlah supervisi/pendampinagn perbulan sebanyak 55,2 kali.

Isu-Isu Penting:

Mobilisasi NMC yang lebih lambat dibanding mobilisasi DMC dan PMC pada awal-awal program P2DTK membuat tidak maksimalnya supervisi terhadap DMC dan PMC dalam “mengawal” program P2DTK, baik pada proses tahapan pelaksanaan kegiatan maupun dalam hal pengelolaan keuangan oleh para pelaku P2DTK di kabupaten.

Rata-rata jumlah supervisi oleh NMC 16,5 kali per bulan masih bisa dikatakan wajar. Namun rata-rata jumlah supervisi PMC dan DMC yang masing-masing sebesar 22,6 kali 32 kali per bulan, bisa dikatakan “sangat padat”. Hal ini sangat mengurangi kesempatan para konsultan PMC dan DMC untuk melakukan analisa proses kegiatan serta kesempatan untuk menyusun laporan secaraa maksimal.

Pemenuhan kebutuhan dan penempatan konsultan memberikan perubahan signifikan kearah yang lebih baik dalam kinerja pengelolaan keuangan para pelaku P2DTK maupun kinerja pelaksanaan program secara keseluruhan.

7. Pengakhiran Proyek

Pengakhiran proyek atau pengakhiran sub-proyek merupakan tahap yang sangat penting di dalam program P2DTK. Selain secara formal sebagai tahap pertanggungjawaban atas selesainya seluruh proses pelaksanaan proyek maupun sub-proyek, tahap pengakhiran proyek dipandang penting sebagai upaya untuk

Page 65: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 42

menumbuhkan rasa kepemilikan serta atmosfir akuntabilitas dan transparansi bagi para pelaku pembangunan di daerah. Oleh karena itu P2DTK memiliki tahap pengakhiran proyek maupun sub-proyek secara relatif ditail dan dipersiapkan dengan matang. Sebuah panduan sudah diterbitkan oleh PIU-P2DTK-KPDT untuk mempermudah para pelaku P2DTK di daerah memproses penyelesaian dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam rangka serah terima program P2DTK, yaituPanduan Serah Terima dan Alih Kelola Pelaksanaan Kegiatan Program P2DTK. Tahap Pengakhiran Proyek beserta prosedur dan mekanisme yang sudah ditentukan, bisa dikatakan sebagai pendekatan untuk menumbuhkan semangat transparansi dan akuntabilitas (goodgovernance) disatu sisi, serta di sisi lain menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggungjawab keberlanjutan di tingkat daerah. Proses “Pengakhiran Proyek” mengandung 2 (dua) kegiatan utama, yaitu Penyelesaian Kegiatan Sub-Proyek P2DTKserta Serah Terima dan Alih Kelola Kegiatan P2DTK, yang masih masing dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut. Penyelesaian Kegiatan Sub-Proyek P2DTK: Penyelesaian kegiatan sub-proyek adalah pernyataan tentang status dan kondisi kegiatan P2DTK yang dianggap sudah selesai dilaksanakan dan sudah didipertanggungjawaban oleh pelaku-pelaku program P2DTK, disertai dengan standard ketersediaan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Semua pelaku P2DTK mulai dari tingkat desa, kecamatan, serta kabupaten harus menunjukkan semua dokumen persyaratan penyelesaian sub-proyek yang dibutuhkan, serta dipertanggungjawabkan di dalam Forum Musyawarah Pertanggungjawaban kegiatan yang dilaksanakan secara berjenjang, dimana akhirnya Satker P2DTK Kabupaten melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Program P2DTK kepada Bupati. Selanjutnya Bupati melaporkan seluruh rangkaian hasil kegiatan program Kepada Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. Pengakhiran sub proyek di wilayah P2DTK Nasional adalah pada Bulan Desember 2011.

Serah Terima dan Alih Kelola Kegiatan P2DTK: Program P2DTK menghasilkan banyak sekali materi dan aset-aset, yang pada akhirnya harus dihibahkan kepada pemerintah daerah serta diproses kejelasan status administrasi dari aset tersebut melalui proses penatausahaan barang-barang milik negara berdasarkan perundangan yang berlaku. Proses penatausahaan aset-aset P2DTK tersebut dibuat berdasarkan laporan bupati yang sudah dilakukan verifikasi atas kelengkapan dan kebenarannya. Bupati di dalam laporan akhir kegiatan kepada KPDT juga harus menandatangani kesediaannya untuk menjaga dan mengelola ases-aset P2DTK melalui penandatanganan Berita Acara Alih Kelola. Dari 32 kabupaten sasaran kegiatan P2DTK di wilayah Nasional, sampai program P2DTK berakhir telah seluruhnya menyerahkan Laporan Akhir Kegiatan P2DTK kepada KPDT. Setelah dilakukan verifikasi atas laporan tersebut seluruh kabupaten P2DTK di wilayah Nasional tersebut telah menandatangani Berita Acara Verifikasi Laporan Bupati. Seluruh kabupaten tersebut juga telah menandatangani Berita Acara Alih Kelola, yang berarti pemerintah daerah telah menunjukkan komitmennya untuk merawat dan mengelola ases-aset P2DTK.

Page 66: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 43

Isu Penting:

Melalui Panduan Penyelesaian Kegiatan Sub-Proyek P2DTK yang sudah ada serta supervisi terhadap tahapan kegiatan program, seluruh proses penyelesaian sub proyek dan forum pertanggungjawaban masyarakat yang harus dilakukan di 32 kabupaten P2DTK di wilayah Nasional bisa berjalan secara lancar.

Penandatanganan Berita Acara Alih Kelola yang sudah dilakukan oleh seluruh Bupati wilayah program P2DTK Nasional, belum merupakan jaminan yang kuat terhadap kelanjutan pengelolaan aset-aset P2DTK. Dibutuhkan Perda atas inisiatif pemerintah daerah untuk mengatur alih kelola aset-aset tersebut.

Program P2DTK kiranya harus menyiapkan strategi dan pendekatan khusus melalui pendekatan advokasi kebijakan kepada stakehoder lebih luas termasuk pihak legislatif untuk memproses alih kelola aset-aset P2DTK.

2.3. Program P2DTK Optimalisasi

P2DTK Program Optimalisasi adalah program tambahan (top-up) yang dikembangkan pada masa akhir program P2DTK Desember 2011, yang di laksanakan di Propinsi Kalimantan Barat (3 kabupaten) dan Sulawesi Tengah (sebanyak 4 kabupaten)9. Program yang dikembangkan dengan model pemaketan sub-proyek melalui pendanaan BLM Kabupaten ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan performa sistem pelaksanaan P2DTK. Berikut ini dipaparkan sub-sub proyek diwilalayah Program P2DTK Optimalisasi yang sudah dicapai. Tujuan Program P2DTK Optimalisasi adalah: (1) Penguatan mekanisme perencanaan pembangunan di daerah tertinggal; (2) percepatan pemenuhan pelayanan infrastruktur dasar di daerah tertinggal; dan (3) Penguatan peran masyarakat dan Pemda dalam manajemen pembangunan daerah tertinggal. Sasaran lokasi kegiatan Optimalisasi Program P2DTK TA. 2011 ini adalah di Kabupaten Tertinggal yang selama tiga siklus pelaksanaan P2DTK menunjukkan kinerja yang baik. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah seperti disebutkan di atas. Hasil capaian pelaksanaan sub-sub proyek di wilayah Optimalisasi di 7 kabupaten di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah menunjukkan jumlah total sub proyek sebesar 108 sub proyek, dengan perincian 27 sub proyek infrastruktur, 38 sub proyek pendidikan, dan 43 sub proyek bidang kesehatan. Keseluruhan sub proyek tersebut setelah memlalui proses sertifikasi proyek dinyatakan sebagai sub proyek berkualitas ”baik” (lihat juga Tabel 2.3.). Sementara itu dana yang teralokasikan untuk Program P2DTK Optimalisasi ini adalah sebesar Rp. 14.000.000.000,- dan dana yang tersalurkan sebesar Rp. 13.966.508.107,- (Secara terperinci lihat Tabel 2.2.). Isu-isu Penting: Desain perencanaan P2DTK Optimalisasi dirasakan telah mempercepat proses

perencanaan sub-sub proyek P2DTK, sehingga realisasi implementasi sub-sub proyek yang diajukan menjadi lebih cepat.

Pengendalian terhadap pelaksanaan P2DTK Optimalisasi, baik pengendalian implementasi tahapan sub proyek maupun pengendalian keuangannya, lebih mudah dilakukan karena pengelolaan sub-sub proyek P2DTK berada pada level kabupaten.

9 Di Kalimantan Barat terdiri atas Kabupaten Sambas, Sanggau, dan Bengkayang. Di Sulawesi Tengah terdiri

atas Kabupaten Poso, Banggai, Toju Una Una dan Morowali.

Page 67: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 44

2.4. Capaian Performance Indicator Sub bab ini memaparkan mengenai capaian dari Performance Indicator (PI) program P2DTK di wilayah Nasional melalui ukuran yang sudah ditetapkan (terlampir Tabel PI P2DTK Nasional).

Capaian Program Secara Umum

Performance Indicator:

1. Peningakatan akses terhadap biaya efektif infrastruktur pedesaan yang berkualitas tinggi dengan angka EIRR di atas 20% melalui proses perencanaan partisipatif. Hasil Assessment yang dilakukan oleh PIU-KPDT tentang EIRR terhadap sub proyek infrastruktur diwilayah P2DTK menunjukkan angka EIRR 31,56%, yang berarti di atas angka yang ditetapkan sebesar 20%. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata sub proyek infrastruktur yang dibangun oleh P2DTK memilki tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Data lebih lanjut akan dijelaskan di bagian lain laporan ini, yang menunjukkan bahwa sub proyek infrastruktur tersebut dinilai memberikan sumbangan pada nilai ekonomi yang menguntungkan bagi masyarakat.

2. Peningkatan langkah alternatif dalam penyelesaian sengketa beserta mekanisme hukum oleh masyarakat untuk menyelesaikan sengketa secara damai di Provinsi Maluku. Sudah dilakukan pelatihan pendidikan hukum kepada 3.622 orang, dan sebanyak 58 orang telah memanfaatkan media konsultasi hukum. Sampai masa program P2DTK wilayah Nasional berakhir ditangani sebanyak 32 kasus sengketa di tingkat masyarakat, dimana 25 kasus adalah kasus pidana dan 7 kasus adalah kasus perdata.

3. Peningkatan usaha baru yang terdaftar. Usaha baru terdaftar di wilayah Barat sebanyak 8.169 usaha yang difasilitasi oleh LPK-PSS YBKM di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, dan Lampung. Sementara di Wilayah Timur terbentuk 6.313 usaha baru yang difasilitasi oleh LPK-PSS Bina Swadaya di wilayah Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan NTT. Total usaha baru yang terdaftar melalui PSS menjadi 14.482 denga rata-rata pertumbuhan usaha per tahun sebesar 23,10%.Secara kuantitatif tentang jumlah usaha baru yang terdaftar memang menunjukkan performa yang signifikan. Namun hal tersebut belum diikuti dengan substansi program yang baik dalam menyumbangkan peningkatan pendapatan masyarakat dan membaiknya dunia investasi di daerah. Program PSS memerlukan strategi dan arah program yang perlu lebih lanjut dirumuskan.

4. Prosentase peningkatan jumlah pasien baru yang menggunakan pelayanan kesehatan. Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber menunjukkan sebanyak 1.570.380 pasien baru terjaring melalui program P2DTK, dengan prosentase peningkatan antara tahun 2008 dan tahun 2010 sebesar 41%10.Program P2DTK di bidang kesehatan yang boleh dikatakan komprehensif menyentuh berbagai lini dan sektor pelayanan kesehatan, memungkinkan terbukanya akses masyarakat terhadap layanan.

10Sebagai gambaran kegiatan yang dilakukan oleh P2DTK di bidang kesehatan di wilayah Nasional, P2DTK telah

merehab gedung klinik kesehatan sebanyak 397 buah serta memberikan pelatihan kepada 1.500 orang petugas kesehatan mengenai pelayanan kesehatan melalui 266 jenis pelatihan yang pernah dilakukan.

Page 68: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 45

5. Prosentase kenaikan nilai ujian sekolah di kabupaten sasaran. Rata-rata nilai UN SD mengalami penurunan. Rata-rata nilai UN 2007-2008=63, Tahun 2008-2009=58, dan Tahun 2009-2010=50.11(Puspendik, 2011).

6. Upaya untuk menurunkan jumlah konflik dan korban konflik. Sudah dilakukan pendidikan hukum pepada 3.470 orang, dan sebanyak 58 orang sudah memanfaatkan media konsultasi hukum.

Intermediate Outcome Indicators

Komponen 1: Dana Kecamatan

Performance-Indicator:

1. Minimal 70% terjadi pencairan pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan di tingkat kecamatan. Rata-Rata Pencairan DOK Kecamatan dan BLM Kecamatan sebesar 99,85% yang berarti di atas angka yang ditetapkan 70% dengan rincian:

Pencairan DOK Kec.: Rp. 133.450.894.320,- (99,49%)

Pencairan BLM Kec.: Rp. 341.488.148.000,- (99,99%)

2. Pada masa akhir program minimal 70% dari kualitas infrastrutur di tingkat kecamatan diklasifikasikan “memuaskan” dan “baik”. Data sertifikasi sub proyek menurut MIS P2DTK menunjukkan bahwa 92% kualitas infrastruktur di tingkat kecamatan diklasifikasikan “Memuaskan” sampai “Baik”. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan dalam KPI sebesar 70%.

3. Minimal 300 sekolah dasar di tingkat kecamatan telah terehabilitasi . Dari seluruh wilayah P2DTK di 8 provinsi (186 kecamatan) sampai berakhirnya program pada Desember 2011 sebanyak 854 SD telah direhabilitasi.

4. Sebanyak minimal 50 klinik kesehatan di tingkat kecamatan terehabilitasi. Sampai dengan berakhirnya program pada Desember 2011 kegiatan P2DTK telah melakukan rehabilitasi terhadap 397 klinik kesehatan.

Komponen 2: Dana Kabupaten

Performance-Indicator:

1. Minimal 70% terjadi pencairan pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan di tingkat kabupaten. Rata-Rata Pencairan DOK Kabupaten dan BLM Kabupaten sebesar 99,83% yang berarti di atas angka yang ditetapkan 70%, dengan perincian:

Pencairan DOK Kabupaten : Rp. 21.146.385.765,- (100%)

Pencairan BLM Kabupaten : Rp. 261.280.388.644,- (98,69%)

2. Pada masa akhir program minimal 70% dari kualitas infrastrutur di tingkat kabupaten diklasifikasikan “memuaskan” dan “baik”. Data sertifikasi menurut

11Data ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai UN kelulusan tingkat SD mengalami penurunan. Angka di wilayah

P2DTK tersebut masih lebih baik dibanding angka secara nasional rata-rata nilai UN kelulusan untuk jenjang pendidikan SD yang juga mengalami penurunan, sebagai berikut: Tahun 2007/2008=35; Tahun 2008/2009=30; dan Tahun 2009/2010=28. Program P2DTK telah menyumbangkan kontribusi yang cukup banyak dalam perbaikan taraf pendidikan dasar tingkat SD di wilayah-wilayah sasaran.

Page 69: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 46

MIS P2DTK menunjukkan bahwa 88% kualitas infrastruktur di tingkat kabupaten diklasifikasikan “Memuaskan” sampai “Baik”. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan oleh KPI yang sebesar 70%.

Komponen 3: Dana Kabupaten

Performance-Indicator:

1. Minimal 500 orang mendapatkan manfaat dari kegiatan bantuan hukum dalam program P2DTK. MPHM di P2DTK khusus dilaksanakan di Provinsi Maluku. Dari data yang ada yang sudah mendapatkan manfaat sebanyak 135.076 orang. Angka ini menjadi besar karena banyak kasus bersifat komunal. Salah satunya kasus di Tual mengenai pengungsi dimana Bupati Tual menetapkan bahwa dengan terselesaikannya kasus tersebut yang memperoleh manfaat sekitar 65.000 orang.

2. Minimal 35 Komite Kesehatan dan Komite Pendidikan sudah dibentuk serta mendapatkan pelatihan yang melibatkan berbagai unsur pemerintah. P2DTK telah berhasil membentuk 58 dewan terdiri atas 32 Dewan Pendidikan dan 26 Dewan Kesehatan.

3. Minimal 10.000 orang yang terdiri dari kepala sekolah, anggota Dewan Pendidikan dan tenaga pendidikan telah mendapatkan pelatihan. P2DTK telah berhasil melakukan berbagai pelatihan yang diikuti sebanyak 11.6935 orang (P2DTK reguler 11.693 orang dan P2DTK Optimalisasi 242 orang).

4. Minimal 1.500 orang petugas kesehatan telah mendapatkan pelatihan mengenai pelayanan kesehatan. P2DTK telah melakukan sebanyak 266 jenis pelatihan kesehatan yang diikuti total 7.039 anggota komite kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya.

5. Penilaian dan hambatan Pengembangan Sektor Swasta yang sudah selesai dibentuk minimal di 20 kabupaten. P2DTK bidang PSS berhasil membentuk FSS di 27 kabupaten sasaran, yang berarti sudah melebihi dari angka yang ditetapkan. Semula PSS direncanakan dilaksanakan di 32 kabupaten, namun di 3 kabupaten yaitu Seruyan, Lampung Utara, dan Lampung Timur dibatalkan karena keterlambatan penempatan pendamping PSS di abupaten bersangkutan. Hasil penilaian pelaksanaan PSS tersaji di bagian sub bab Hasil Study Output SPADA.

6. Adanya rekomendasi dari FSS untuk perbaikan peraturan daerah yang terkait dengan pengembangan sektor swasta minimal di 7 kabupaten. Dari 27 FSS yang terbentuk, hanya 2 FSS yang berhasil melakukan advokasi perbaikan peraturan daerah tetang pengembangan sektor swasta, yaitu di Kabupaten Alor dan Sumba Barat Provinsi NTT.

Komponen 4: Dukungan Implementasi

Performance-Indicator:

1. Sebesar minimal 70% konsultan yang direncanakan berada di lokasi untuk memulai kegiatan awal siklus.Tabel berikut ini menunjukkan perkembangan

Page 70: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 47

keberadaan atau ketersediaan Fasilitator Kecamatan dan Konsultan12 di lapangan, sejak TA. 2007 sampai 2012.

Tabel 2.21. Jumlah Mobilisasi Konsultan Program P2DTK Nasional TA. 2007 sampai 2012.

Tahun Seharusnya Realisasi Presentase

2007 447 320 72%

2008 447 320 72%

2009 447 362 81%

2010 447 406 91%

2011 447 418 94%

2012 72 70 97%

Sumber: PIU-P2DTK, diolah dari berbagai sumber.

Rata-rata realisasi keberadaan konsultan mencapai sekitar 84% untuk implementasi program pada setiap tahun anggaran, yang berarti di atas angka yang ditetapkan dalam KPI minimal 70%. Angka terendah terjadi pada tahun-tahun awal pelaksanaan P2DTK yaitu Tahun 2007 dan 2008sampai Tahun 2009 yaitu hanya sebesar 72% dan 81%. Sebagian besar kekosongan ini adalah pada Spesialis Keuangan dan Spesilis Pengadaan di tingkat DMC, dimana proses rekrutmennya berjalan relatif lamban sehingga pada awal tahun anggaran belum mampu memenuhi jumlah yang seharusnya disediakan.

Komponen 5: Monitoring dan Studi Kasus

Performance-Indicator:

1. Berfungsinya sistem MIS di seluruh wilayah P2DTK Nasional (8 provinsi non Aceh-Sumut). MIS P2DTK telah berjalan optimal di 100% wilayah sasaran, yaitu: (a) Delapan provinsi untuk P2DTK Nasional yang mana per Desember 2011 sudah selesai dilaksanakan; dan (b) Dua provinsi wilayah Optimalisasi yang juga sudah selesai per Februari 2012.

2. Baseline survei, studi dampak dan studi tematik yang sudah dilakukan. Sudah terlaksana 5 kegiatan sebagai berikut: a. GDS survey oleh SMERU b. Planning oleh Bappenas c. Study Lessons Learned on SPADA Planning and Service Delivery oleh Pattiro d. Assessment SPADA (Outpu Rapid Assessment) oleh PIU-KPDT e. Output Study oleh Ciriajasa Engeneering Consultant.

12Konsultan yang dimaksud di sini antara lain konsultan di tingkat DMC, PMC, dan NMC, baik tenaga ahli

bidang, para specialist, termasuk konsultan PSS dan MPHM.

Page 71: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 48

2.5. Efisiensi Program: Hasil Assessment dan Output Study P2DTK

2.5.1. Assessment OutputP2DTK

Assessment terhadap sub-sub proyek/kegiatan P2DTK Nasional sudah dilakukan untuk melihat sejauh mana capaian-capaian yang sudah diperoleh terkait dengan sub-sub proyek di Bidang Kesehatan, Pendidikan, dan Infrastruktur, serta menilai sejauh mana persepsi masyarakat penerima manfaat terhadap kegiatan yang sudah dilakukan oleh P2DTK sejak 2007 – 2011. Studi assessment tersebut dilaksanakan pada bulan Desember 2011 dan Juni 2012. Assessment dimaksudkan untuk memperoleh gambaran informasi mengenai capaian performance indicator P2DTK. Berikut ini adalah point-point gambaran yang ingin diperoleh melalui studi tersebut:

Melihat capaian dalam Performance Indicators dalam komponen infrastruktur, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.

Mengukur sejauh mana kegiatan infrastruktur telah mendukung peningkatan akses terhadap transaksi ekonomi (economic cost-effectiveness), tingkat pengembalian ekonomi biaya infrastruktur (EIRR), dan proses pelaksanaan perancaan kegiatan infrastruktur.

Melihat sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan program bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

Sementara keluaran yang diharapkan adalah untuk mengukur apakah kegiatan P2DTK telah mencapai target yang sudah di tetapkan di dalam Key Performance Indicators. Metodologi Assessment:

(a) Lokasi: Lokasi Assessment P2DTK adalah di 8 kabupaten yaitu Kabupaten Kapahiang, Lampung Utara, Katingan, Sambas, Tojo Una-Una, Timor Tengah Selatan, Maluku Tengah, dan Halmahera Utara.

(b) Pendekatan: Pendekatan utama yang dipakai di dalam studi ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode ini dipakai untuk mengukur variabel-variabel yang memerlukan tingkat pengukuran yang tepat. Sementara itu untuk melengkapi data yang ada juga dikumpulkan informasi-informasi yang bersifat kualitatif.

(c) Tehnik Pengumpulan Data: Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada para pelaku dan penerima manfaat di tingkat kabupaten,kecamatan, dan desa. Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari para pelaku P2DTK baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten.

(d) Pemilihan Sampel: Sampel yang dipilih adalah sebanyak 32 sub proyek infrastruktur.Sebanyak 400 responden untuk Bidang Pendidikan (50 responden per kabupaten per provinsi) dan 400 responden untuk Bidang Kesehatan (50 responden per kabupaten per provinsi).

Page 72: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 49

(e) Metode Analisis: Metode analisis yang dipakai untuk mengukur biaya proyek sub dan indikator manfaat untuk infrastruktur meliputi (a) internal rate of return Ekonomi/EIRR (b) Manfaat rasio biaya/ BCR dan (c) nilai kini bersih/NPV. Asumsi sebagai dasar untuk analisis biaya dan manfaat dan perhitungan sebagai berikut:

Biaya investasi untuk setiap sampel sub proyek menggunakan data MIS - Block Grant Utilization/SP2D

Operasi dan pemeliharaan Biaya tersebut berdasarkan wawancara lapangan dengan masyarakat setempat yang terlibat dalam menjaga proyek sub dengan saling membantu dan tingkat biaya pemeliharaan setara dengan upah harian lokal. Khusus untuk air bersih dan irigasi, biaya operasional dihitung berdasarkan biaya riil yang dicatat oleh penerima /pengguna.

Manfaat ekonomi dihitung dari setiap sub proyek dan menggunakan menghemat biaya untuk transportasi lokal (jalan dan jembatan), meningkatkan produksi dan lahan irigasi tambahan (irigasi sub proyek) tabungan dari looses pendapatan potensial (drainase) dan juga biaya menabung untuk kesehatan dan air (toilet umum, air proyek sub bersih).

Diskon faktor 20% sesuai dengan EIRR persyaratan minimum untuk proyek infrastruktur sub P2DTK Aceh Nias. Proyeksi untuk investasi ekonomi untuk jangka waktu 5 tahun, dengan asumsi setelah 5 tahun, setiap proyek sub diperlukan biaya tambahan untuk perbaikan dan /atau untuk meningkatkan kualitas proyek sub.

Hasil Analisa Assessment

(a) Hasil Assessment Bidang Insfrstruktur: Berdasarkan metode analisis yang dikembangkan di atas terhadap 32 sub proyek infrastruktur, maka hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.22. Hasil Rata-Rata Indikator Analisa Biaya dan Manfaat Sub-Sub Proyek Infrastruktur P2DTK Nasional

Jenis Infrastruktur Jumlah Sub

Proyek Rata-Rata

EIRR Rata-Rata NPV (Rp.)

Rata-Rata BCR

Pengadaan listrik 1 26,59 48.524.177 1,68

Dermaga kecil 3 37,55 23.398.632 2,03

Pasar 3 37,09 56.831.089 2,13

Jalan 8 40,98 72.340.931 2,26

Jembatan 5 36,43 143.905.493 1,97

Air bersih 6 32,67 47.972.410 1,94

Drainae 3 29,13 27.999.196 1,86

MCK 2 13,50 (3.442.385) 1,38

Irigasi 1 30,09 20.514.220 1,89

Total 32 34,41% 61.654.054 1,90

Sumber: Hasil Assessment-PIU P2DTK

Kesimpulan ringkas dari pengukuran terhadap sampel sub-sub proyek infrastruktur P2DTK Wilayah Nasional ini adalah sebagai berikut:

i. EIRR rata-rata adalah 34,41% yang artinya lebih tinggi dari yang ditetapkan dalam KPI yaitu minimal 20%.

Page 73: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 50

ii. Rata-rata ekonomi bersih untuk setiap sub proyek sebesar Rp. 61.654.054,- yang menunjukkan bahwa rata-rata sub proyek memberikan manfaat ekonomi yang cukup positif bagi masyarakat.

iii. Rasio rata-rata biaya dan manfaat untuk setiap sub proyek adalah 1,90 dan menunjukkan bahwa investasi untuk proyek infrastruktur memberikan keuntungan yang signifikan.

iv. Sementara itu analisis EIRR untuk setiap sub proyek infrastruktur menunjukkan hanya ada tiga bupaten yang nilai EIRR kurang dari 20% yaitu di Lampung Utara (19,78%), Maluku Tengah (11,72%), dan Halmahera Utara (15,27%).

(b) Hasil Assessment Bidang Pendidikan:Landasan yang digunakan untuk mengukur hasil assessment didasarkan pada 9 Atribut Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan, terdiri dari: Kualitas Proses Pembelajaran, Kualitas Pembelajaran, Hasil dari Proses Pembelajaran, Kenyaman Kondisi Sekolah, Pemeliharaan Disiplin dan keamanan Sekolah, Partisipasi Orang Tua, Kualitas Fasilitas Fisik, Kesiapan Alih Tahun Ajaran, ketersedian Biaya Sekolah. Kategori yang digunakan dalam Assessment terdiri dari 4 (empat) kategori yaitu: Sangat Kurang Memuaskan (SKM), Kurang Memuaskan (KM), Memuaskan (M), dan Sangat Memuaskan (SM).

Assessment dilaksanakandi 16 kecamatan dengan 16 desa (2 kecamatan dan 2 desa per kabupaten). Jumlah responden ditetapkan 400 responden (50 respon-den/kabupaten) yang terdiri kelompok responden Siswa SD dan SMP sebanyak 25 orang/kabupaten dan kelompok responden orang tua dan Komite Sekolah sebanyak 25 orang/kabupaten.

Hasil tingkat kepuasan masyarakat (responden) terhadap pelayanan pendidikan program P2DTK adalah sebagai berikut:

Tabel 2.23. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Pendidikan di P2DTK Nasional

Kategori Tingkat Kepuasan Jumlah Responden

Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%

Kurang Memuaskan 40 10,00%

Memuaskan 293 73,25%

Sangat Memuaskan 67 16,75%

T O T A L 400 100%

Sumber: Data Primer

Tabel diatas menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat (responden) menyatakan “puas” terhadap program-program bidang pendidikan yang dikembangkan di P2DTK Nasional. Sebesar 73,25% atau sebanyak 293 responden dari 400 responden yang dijadikan sampel assessment menyatakan “memuaskan” terhadap program bidang pendidikan P2DTK. Sebanyak 67 responden (16,75%) menyatakan “sangat puas” dan hanya 40 responden (10,00%) yang menyatakan “kurang memuskan” terhadap program di bidang pendidikan tersebut.

Page 74: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 51

(c) Hasil Assessment Bidang Kesehatan:

Assessment untuk Indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaran pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan menentukan sampling dari 8 provinsi yang berjumlah 8 kabupaten, dengan cakupan 16 kecamatan dengan 16 desa (2 kecamatan dan 2 desa per kabupaten). Responden dipilih secara random yang terdiri dari kelompok responden yang pernah memanfaatkan sarana Pusat Kesehatan masyarakat (PKM) yang terdiri dari Puskesmas/Puskesmas Pembantu/Polindes Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM), dan Posyandu. Landasan untuk mengukur hasil assessment didasarkan pada prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003.

Adapun HASIL Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan dari hasilAssessment dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.24. Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di P2DTK Nasional

Kategori Tingkat Kepuasan Jumlah Responden

Sangat Kurang Memuaskan 1 0,25%

Kurang Memuaskan 23 5,75%

Memuaskan 334 83,50%

Sangat Memuaskan 42 10.50%

T O T A L 400 100%

Sumber: Data Primer

Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat (responden) menyatakan “puas” terhadap program-program bidang kesehatan yang dikembangkan di P2DTK Nasional. Sebesar 83,50% atau sebanyak 334 responden dari 400 responden yang dijadikan sampel assessment menyatakan “memuaskan” terhadap program bidang kesehatan P2DTK. Sebanyak 42 responden (10,50%) menyatakan “sangat puas” dan hanya 23 responden (5,75%) yang menyatakan “kurang memuskan” terhadap program di bidang kesehatan.

2.5.2.Output Study P2DTK

Output Study untuk program P2DTK di wikayah Nasional juga sudah dilakukan pada September sampai November 2012, dengan tujuan sebagai berikut:

Melihat sejauh mana kualitas tingkat kemanfaatan dan keberlanjutan sub-sub proyek infrastruktur yang diukur melalui kriteria kemanfaatan dan keberlanjutan sub-sub proyek infrastruktur di wilayah P2DTK Nasional.

MenemukanLessons learned dalam pelaksanaan program Pengembangan Sektor Swasta (PSS).

Page 75: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 52

Metodologi Assessment:

(a) Lokasi: Output Studydilaksanakan di 6 provinsi dan 12 sasaran kabupaten P2DTK Nasional sebagai sampel lokasi yang dipilih secara random. Lokasi-lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.25. Lokasi Sampel Output Study di P2DTK Nasional

Propinsi Kabupaten

Nusa Tenggara Timur 1. Timor Tengah Selatan 2. Belu

Sulawesi Tengah 3. Poso 4. Banggai

Maluku 5. Buru 6. Maluku Tengah

Maluku Utara 7. Kepulauan Sula 8. Halmahera Utara

Lampung 9. Lampung Utara 10. Way Kanan

Kalimantan Tengah 11. Katingan 12. Seruyan

(b) Pendekatan: Pendekatan yang dipakai di dalam Output Study ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif.Pendekatan kuantitatif dikapakai untuk mengukur tingkat kemanfaatan dan keberlanjutan sub-sub proyek infrastruktur. Pendekatan kualitatif dalam bentuk FGD dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan Lessons learned pelaksanaan PSS.

(c) Tehnik Pengumpulan Data: Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pelaksanaan FGD kepada (1) Para pelaku dan penerima manfaat sub proyek infrastruktur baik yang didanai melalui BLM Kabupaten maupun BLM Kecamatan, serta para penerima manfaat dan pelaku pelaksana PSS.Metode pengumpulan data yang dipakai yaitu survei, observasi, dan FGD (Focuss Group Discussion).

(d) Pemilihan Sampel:

i. Sampel sub proyek infrastruktur: Jumlah sampel sub proyek infrastruktur yang dipilih secara random adalah sebanyak 306 sub proyek, terdiri atas 273 sub proyek didanai BLM Kecamatan dan 33 sub proyek didanai BLM Kabupaten. Jumlah sampel tersebut tersebar ke dalam 14 jenis sub proyek infrastruktur.

ii. Sampel peserta FGD PSS: FGD PSS dilaksanakan di 7 kabupaten dari total 32kabupaten sasaran PSS. Di masing-masing kabupaten sampel tersebut diundang 9 orang terdiri atas 1 orang Tim Koordinasi Kabupaten; 2 orang Satker P2DTK Kabupaten; 2 orang Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Kabupaten; 2 orang Pelaku Usaha yang menjadi Anggota Forum Sektor Swasta; dan 2 orang dari lintas sektor yang menjadi Anggota Forum Sektor Swasta.

Hasil Output Study

(a) Tingkat Kemanfaatan dan Keberlanjutan Sub Proyek Infrastruktur

Studi terhadap 306 sub proyek infrastruktur sampel yang terdiri atas 273 sub proyek didanai BLM Kecamatan dan 33 sub proyek BLM Kabupaten, secara keseluruhan menunjukkan hasil bahwa sebesar 63% sub-sub proyek di wilayah P2DTK Nasional dinilai memiliki tingkat kemanfaatan dan keberlanjutan yang “Cukup Tinggi”, sementara sebesar 37% dinilai “Kurang”.

Page 76: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 53

Jika dipilah menurut sumber pendanaannya, yaitu sub-sub proyek infrastruktur yang didanai BLM Kecamatan dan BLM Kabupaten, maka diperoleh hasil bahwa sub-sub proyek infrastruktur tingkat kecamatan atau yang didanai melalui BLM Kecamatan memiliki tingkat kualitas kemanfaatan dan keberlanjutan “Cukup Tinggi” sebesar 67,30%, sementara yang berkualitas “Kurang” 32,70%. Sementara itu sub-sub proyek infrastruktur tingkat kabupaten atau yang didanai oleh BLM Kabupaten yang memiliki tingkat kualitas “Cukup Tinggi” hanya 39,30% sementara yang berkualitas “Kurang” sebesar 60,70%13.

(b) Lessons Learned Pelaksanaan PSS

Hasil Study Output SPADA mengenai Lessons learned pelaksanaan PSS yang dilakukan di 7 kabupaten sampel tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (a) Pemerintah daerah perlu menetapkan suatu regulasi yang dapat memberikan legalitas bagi keberadaan Forum Sektor Swasta (FSS); (b) Jadwal waktu penempatan pendamping tidak sesuai dengan jadwal siklus program, sehingga output kegiatan PSS tidak dapat masuk dalam proses perencanaan P2DTK; (b) Belum sinerginya hasil kegiatan PSS dengan proses Kajian Teknis; (c) Kurangnya waktu untuk pemahaman substansi pengembangan sektor swasta bagi para Koordinator PSS Kabupaten; (d) Masih lemahnya koordinasi dan rentang kendali untuk memastikan proses pelaksanaan sesuai dengan ketentuan; dan (e) Kegiatan PSS, bisa diintegrasikan dengan kegiatan Inti P2DTK, melalui berbagai penguatan dan perbaikan proses dalam Tahapan Perencanaan P2DTK.

2.6.Pengarusutamaan Gender

Pelibatan perempuan sebagai kelompok yang rentan telah menjadi bagian dari proses pelaksanaan kegiatan P2DTK. Pelibatan perempuan dilakukan dalam kerangka keadilan dan Pengarus Utamaan gender (PUG) sebagaimana menjadi acuan pembanguan nasional Indonesia dan merupakan salah satu upaya pencapaian 8 (delapan) target MDGs, khususnya mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan peremuan. PUG adalah strategi yang dilakukan secara sistimatis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan melalui pengembangan kebijakan dan program.

Tujuan pelaksanaan PUG di dalam program P2DTK adalah untuk memastikan bahwa perempuan mendapatkan hak-hak dasar dalam proses pembangunan yaitu : (1) Memperoleh akses yang sama kepada sumber daya pembangunan; (2) Berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan, termasuk proses pengambilan keputusan; (3) Memiliki kontrol yang sama atas sumber daya pembangunan; dan (4) Memperoleh manfaat yang sama dari hasil pembangunan. Indikator PUG yang harus dicapai di dalam P2DTK yaitu: (1) 30% Perempuan sebagai pemanfaat program; (2) 30% perempuan sebagai peserta pelatihan; dan (4) 30% perempuan berpartisipasi dalam perencanaan program

13Rendahnya penilaian terhadap sub-sub proyek infrastruktur di tingkat kabupaten atau yang didanai oleh

BLM Kabupaten dipengaruhi oleh rendahnya penilaian masyarakat terhadap tingkat keberlanjutan sub proyek tersebut. Masyarakat tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai komitmen pemerintah daerah dalam upaya pemeliharaan dan keberlanjutan sub-sub proyek infrastruktur yang didanai oleh BLM Kabupaten, yang umumnya dilaksanakan melalui Pihak ke-3.

Page 77: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 54

Capaian Pengarustamaan Gender dalam P2DTK

Berikut ini disampaikan beberapa capaian dan kendala terkait dengan PUG P2DTK di Aceh-Nias, sebagai berikut:

1. Keterlibatan perempuan di dalam pembangunan

Keterlibatan perempuan di dalam program P2DTK di wilayah Nasional mencapai angka 25,82% (52.268 orang) dibanding keterlibatan laki-laki yang mencapai 74,18% (150.170 orang) dari total masyarakat yang terlibat di dalam program P2DTK.

Tabel 2.26. Jumlah Partisipasi Perempuan dalam Perencanaan dan Forum-Forum Musyawarah di P2DTK Nasional

No. Provinsi Perempuan Laki-Laki Total

1. Bengkulu 5.184 12.096 17.280

2. Lampung 4.896 11.424 16.320

3. TTS 1.728 23.654 25.382

4. Kalbar 9.745 29.872 39.617

5. Kalteng 6.398 21.894 28.292

6. Sulteng 9.341 16.286 25.627

7. Maluku 9.216 21.504 30.720

8. Maluku Utara 5.760 13.440 19.200

Total 52.268

(25,82%) 150.170

(74,18%) 202.438 (100%)

Sumber: Data MIS P2DTK

Masih pada konteks keterlibatan perempuan di dalam program P2DTK, khususnya di dalam kegiatan-kegiatan pelatihan yang dilaksanakan P2DTK, terlihat bahwa keterlibatan perempuan mencapai 36,99% atau sebanyak 16.650 perempuan dari seluruh peserta pelatihan bersumberdana DOK sebanyak 45.017 orang. Sementara keterlibatan laki-laki mencapai 63,01% atau sebanyak 28.367 orang.

Tabel 2.27. Jumlah Peserta Perempuan dalam Pelatihan Bersumber Dana DOK P2DTK

No. Provinsi Perempuan Laki-Laki Jumlah

1. Bengkulu 1.641 2.671 4.312

2. Lampung 1.481 2.393 3.874

3. NTT 2.083 3.499 5.582

4. Kalbar 2.856 6.232 9.088

5. Kalteng 2.190 3.589 5.779

6. Sulteng 4.378 6.181 10.559

7. Maluku 1.511 2.856 4.367

8. Maluku Utara 510 946 1.456

Total 16.650

(36,99%) 28.367

(63,01%) 45.017 (100%)

Sumber: Data MIS P2DTK-Gender

Page 78: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 55

2. Perempuan sebagai pemanfaat program P2DTK

Jumlah perempuan di wilayah sasaran P2DTK Nasional yang mendapatkan manfaat dari program P2DTK mencapai angka 25,37% atau sebanyak 1.210.669 perempuan. Sementara pemanfaat laki-laki mencapai 74,63% atau sebanyak 3.561.231 orang. Hal ini terjadi karena tidak cukup banyak kegiatan program yang terarah khusus bagi penerima manfaat perempuan, yang mana kondisi semacam ini dimulai sejak proses perencanaan dan pemilihan kegiatan yang akan diusulkan.

Tabel 2.28. Jumlah Pemanfaat Perempuan dan Laki-Laki P2DTK Nasional

No. Propinsi Pemanfaat Pemanfaat Perempuan

Pemanfaat Laki-Laki

1. Bengkulu 360.959 54.144 306.815

2. Lampung 1.141.701 411.012 730.689

3. NTT 821.131 303.818 517.313

4. Kalbar 784.177 39.209 744.968

5. Kalteng 377.780 120.890 256.890

6. Sulteng 507.932 152.380 355.552

7. Maluku 392.110 117.633 274.477

8. Maluku Utara

386.110 11.583 374.527

Total 4.771.900

(100%) 1.210.669 (25,37%)

3.561.231 (74,63%)

Sumber: Data MIS P2DTK

Kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak positif dan langsung pada kualitas maupun kemudahan hidup kaum perempuan, diantaranya :

Pengadaan Air Bersih, berupa kegiatan perpipaan, Penampungan Air Hujan (PAH), sumur gali dan Bak Penampun Air;

Kegiatan terkait Kesehatan Ibu Anak (KIA); misalnya pengadaan alat kesehatan (ALKES) untuk kehamilan dan persalinan di Polindes, Penyuluhan Ibu Hamil Resiko Tinggi dan Promosi kesehatan (materi cetakan/KIE tentang KIA); dan

Kegiatan terkait pendidikan; misalnya penambahan ruang kelas, dan beasiswa sekolah. Kegiatan ini akan mengurangi beban ibu terutama dalam pengelolaan anggaran keuangan keluarga, karena pada umumnya anggaran uang sekolah anak untuk tingkat dasar dan menengah, masih menjadi tanggung jawab ibu.

2.7.Inisiatif Keberlanjutan P2DTK

2.7.1. Inisiatif Pemeliharaan Asset

Pelaksanaan P2DTK di wilayah Nasional sejak Tahun 2007 sampai 2011 menghasilkan banyak sekali asset-asset program yang perlu diproses pencatatannya sekaligus penyerahannya agar status aset-aset tersebut menjadi lebih jelas sesuai dengan perundangan yang berlaku. Program P2DTK telah melaksanakan proses tersebut diatas

Page 79: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 56

dengan mengembangkan mekanisme Serah Terima Alih Kelola Program P2DTK yang dilengkapi dengan Berita Acara Alih Kelola P2DTK yang ditandatangani oleh Bupati. Di dalam proses serah terima alih kelola tersebut PIU-KPDT telah memilah daftar lengkap sub proyek yang didanai BLM Kabupaten dan daftar sub proyek yang didanai BLM Kecamatan. Seluruh kabupaten di P2DTK Nasional yang berjumlah 32 kabupaten, sampai akhir Juni 2012 telah menandatangani Berita Acara Alih Kelola P2DTK tersebut. Di kabupaten Lampung Timur, Lampung Utara dan Way Kanan, telah memberikan apresiasi

terhadap rencana inisiatif daerah dalam keberlangsungan dan keberlanjutan pasca

pendampingan Program P2DTK, khususnya terhadap rencana pemeliharaan asset hasil

pelaksanaan kegiatan Program P2DTK. Ketiga kabupaten di Provinsi Lampung tersebut telah

melakukan koordinasi dengan TKPK Provinsi Lampung dan diperoleh penganggaran untuk

keberlangsungan Program PNPM Mandiri termasuk di dalamnya adalah Program P2DTK.

2.7.2. Integrasi Dengan Perencanaan Daerah

Sisa usulan Program P2DTK masuk dalam musyawarah perencanaan pembangunan di

beberapa kabupaten berikut, yaitu kabupaten Lampung Utara, Lampung Timur, Way Kanan,

dan Flores Timur. Hal ini membuktikan bahwa proses perencanaan dalam pelaksanaan

kegiatan Program P2DTK telah berhasil memberikan apresiasi terhadap kualitas

perencanaannya yang melibatkan seluruh elemen pembangunan di tingkat kabupaten .

Selain itu usulan yang ditawarkan memberikan pelajaran terhadap pemberlakuan prinsip-

prinsip perencanaan pembangunan yang tepat sasaran.

Page 80: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 57

Page 81: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 58

Bab3. Monitoring dan Evaluasi

3.1. Arahan dan Pengawasan Pelaku P2DTK Pusat

3.1.1. Arahan dan Pengawasan Dari Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) sebagai executing agency P2DTK dalam rangka menjalankan kegiatan program tersebut, membentuk Tim Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Daerah Pasca Konflik (P2DTDPK) yang disebut Tim Koordinasi Perencanaan, Pengendalian P2DTDPK dimana didalamnya termasuk Program P2DTK. Tim Koordinasi tersebut terdiri dari: 1) Tim Pengarah yang diketuai oleh Deputi Bidang Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas dengan beranggotakan pejabat dari BAPPENAS, KPDT, Kementerian Keuangan, dan Kementerian terkait program; 2) Tim Perencana yang diketuai Direktur Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Kementerian PPN/Bappenas; dan 3) Tim Pelaksana yang diketuai Asisten Deputi Urusan Pengembangan Perdesaan pada Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), yang selanjutnya KPDT akan membentuk Sekretariat Project Implementing Unit (PIU) Program P2DTK.

Tim Pengarah bertugas antara lain:

(1) Menetapkan arahan kebijakan umum pengelolaan Program P2DTK, sesuai dengan sasaran dan kebijakan program pembangunan daerah tertinggal dan daerah pasca konflik secara nasional yang tertuang dalam RPJMN;

(2) Melaksanakan koordinasi perencanaan dan sinkronisasi kebijakan dan program di tingkat pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan Program P2DTK;

(3) Melaksanakan rapat-rapat koordinasi hasil pelaksanaan kebijakan dan evaluasi hasil pelaksanaan Program P2DTK;

(4) Melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Menteri PPN/Kepala BAPPENAS.

Sedangkan Tim Perencana bertugas antara lain:

(1) Menyusun kebijakan umum dan rencana kerja Tim Koordinasi Program P2DTK;

(2) Menyusun kebijakan umum dan konsepsi Program P2DTK;

Page 82: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 59

(3) Melakukan koordinasi di tingkat pusat dan daerah dalam pelaksanaan Program P2DTK dan sinkronisasi dengan program pembangunan daerah dan pembangunan sektoral terkait;

(4) Melakukan koordinasi perencanaan dan penetapan alokasi dana dan persetujuan penyaluran anggaran tahunan program;

(5) Melakukan monitoring pelaksanaan rencana dan evaluasi pelaksanaan program P2DTK bersama-sama dan melaporkannya kepada Tim Pengarah;

(6) Melaporkan secara keseluruhan dan mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan masing-masing Program P2DTK kepada Tim Pengarah.

Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari dibentuk Sekretariat Unit Pengendalian Proyek (UPP)/Project Management Unit (PMU) dalam rangka pengelolaan pelaksanaan Program P2DTK untuk mengawal koordinasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi program. Sebagai salah satu bentuk koordinasi proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi program P2DTK, maka PMU Bappenas berpartisipasi aktif untuk melaksanakan fungsinya baik sebagai pelaksana rapat koordinasi dengan mengudang kementerian/lembaga (K/L) terkait dengan Program P2DTK atau pun yang terlibat dalam PNPM Mandiri dan Penanggulangan Kemiskinan untuk lingkup yang lebih makro. Untuk rapat koordinasi Tim Pengarah minimal 3 kali dalam setahun, yaitu di awal, pertengahan dan akhir tahun untuk terkait permasalahan kebijakan strategis yang segera harus diputuskan bersama, misalnya perpanjangan loan/grant, pemanfaatan sisa loan/grant dan sebagainya. Sedangkan untuk rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh Tim Pelaksana dilaksanakan minimal 1 kali setiap bulan, tetapi menyesuaikan dengan kondisi permasalahan yang strategis yang perlu dikoordinasikan bersama segera. Misalnya penerbitan DIPA, kelambatan proses pengadaan, kelambatan penyusunan laporan rutin program, dsb. PMU Bappenas juga berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh K/L lain terutama Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal selaku Project Implementing Unit, Program P2DTK dan Bank Dunia terkait rapat koordinasi, penyelenggaraan kegiatan workshop, supervisi bersama dan rapat teknis serta menghadiri K/L terkait PNPM Mandiri atau pun Penanggulangan Kemiskinan dalam rangka mengambil kebijakan-kebijakan strategis ke depan untuk PNPM Mandiri atau pun Penanggulangan Kemiskinan maupun dalam rangka sharing informasi kemajuan pelaksanaan masing-masing program yang ada dalam PNPM Mandiri. Disamping itu, tim Sekretariat PMU Bappenas juga melaksanakan perjalanan dinas sebagai upaya mengoptimalkan fungsi dan perannya dalam pelaksanaan koordinasi proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi program P2DTK terutama dengan pelaksana di daerah. Adapun kegiatan perjalanan dinas dari tim Sekretariat PMU Bappenas mulai Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2011 dengan agenda sebagai berikut:

(1) Sebagai narasumber untuk kegiatan sosialisasi program dalam rangka untuk melihat

kesiapan pemerintah daerah menjalankan program;

(2) Sebagai narasumber dan pemantau dalam kegiatan pelatihan-pelatihan program di daerah;

Page 83: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 60

(3) Sebagai narasumber dan pemantau pelaksanaan rapat-rapat koordinasi/workshop yang dilaksanakan oleh PIU KPDT dan pemerintah daerah;

(4) Berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan informasi terkait kemajuan pelaksanaan program, kendala-kendala yang dihadapi dan mendapatkan masukan-masukan perbaikan program ke depannya;

(5) Melaksanakan misi supervisi bersama PIU KPDT, Tim Koordinasi Provinsi/Kabupaten, Bank Dunia, dan Konsultan Manajemen;

(6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program di daerah.

Hasil analisa atas kegiatan perjalanan dinas yang dilakukan PMU Bappenas, antara lain:

(1) Pada saat persiapan program, ketidakpastian dari kapan mulai dilaksanakannya program di daerah dan mobilisasi konsultan menjadi penyebab pemerintah daerah menunda pengeluaran surat keputusan pelaku program terutama Satker, Tim Koordinasi. Meskipun secara informal, pihak Bappeda selaku pelaksana program secara umum sudah siap karena sejak awal Tahun 2006, mereka sudah dilatih terlebih dahulu.

(2) Pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di daerah masih belum optimal pelaksanaannya, dikarenakan aparat Pemda yang dilatih mengalami mutasi setelah mengikuti pelatihan sehingga personel yang menggantikannya tidak secara langsung ‘in charge’ secara total dalam program.

(3) Adanya keterlambatan proses pengadaan konsultan dan DIPA di pusat serta keluar – masuk konsultan menjadi salah satu penyebab belum optimalnya kualitas proses perencanaan, pengendalian, hasil kegiatan dan mengantisipasi keberlanjutannya.

(4) Belum optimalnya dukungan dari keberadaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPD) dalam mengawal proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (monitoring-evaluasi) secara bersama-sama lintas SKPD sehingga cenderung kegiatan-kegiatan program yang masuk PNPM Mandiri dan Penanggulangan Kemisknan berjalan sendiri-sendiri.

(5) Cukup berhasilnya pelaksanaan Program P2DTK meskipun hanya ada di beberapa lokasi dan keberhasilannya bersifat sepotong-sepotong. Misalnya Kabupaten Poso bagus untuk tindak lanjut dari proses Kajian Teknis, Kabupaten Alor untuk tindak lanjut dari pengembangan sektor swasta, dsb.

3.1.2. Arahan dan Pengawasan Dari PIU KPDT

PIU Program P2DTK adalah Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) yang mempunyai tugas sebagai pelaksana kegiatan P2DTK secara keseluruhan. PIU KPDT membentuk Sekretariat PIU P2DTK dan dibantu oleh NMC untuk melakukan pendampingan dan pengendalian secara teknis terhadap Program P2DTK. Dalam melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap program P2DTK, maka PIU KPDT melakukan perjalanan dinas supervisi ke lokasi program ataupun menyiapkan dan menyelenggarakan rapat koordinasi/workshop/diseminasi dengan melibatkan pelaku di daerah. Jumlah perjalanan dinas yang sudah dilakukan sebanyak 127 kegiatan. Adapun bentuk kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

Page 84: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 61

(1) Fasilitasi penyelesaian masalah;

(2) Penyelenggaraan kegiatan rapat teknis/rapat koordinasi/workshop/diseminasi di daerah;

(3) Koordinasi dengan pemerintah daerah;

(4) Supervisi dan monitoring bersama Bank Dunia, PMU Bappenas dan Konsultan Manajemen Nasional/NMC;

(5) Monitoring terhadap administrasi dan dukungan perusahaan;

(6) Monitoring penyusunan laporan keuangan satker (SAI);

(7) Monitoring tindak lanjut audit program;

(8) Pendampingan kunjungan Menteri PDT;

(9) Pendampingan pemeriksaan audit BPKP;

(10) Pendampingan pemeriksaan audit BPK;

(11) Pendampingan kunjungan DPR RI;

(12) Pemantauan/monitoring terhadap suatu pelatihan;

(13) Menghadiri rapat koordinasi KM Provinsi;

Analisa atas hasil dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas antara lain:

(1) Secara umum program P2DTK dilaksanakan dengan ketentuan yang ada, dengan mengikuti aturan atau ketentuan program yang tertuang dalam dokumen Petunjuk Teknis Operasional (PTP) beserta manual dan penjelasannya;

(2) Pemahaman pelaku program terhadap PTP masih beragam khususnya mengenai ketentuan pengadaan kegiatan swakelola atau pihak ketiga.

(3) Rapat koordinasi di daerah antara konsultan dengan konsultan atau dengan satker/tim koordinasi telah berjalan secara rutin;

(4) Rapat koordinasi/workshop antara pelaku program daerah dengan pusat terlaksana dengan baik dan sangat bermanfaat;

(5) Pelaporan jalur struktural belum berjalan dengan optimal;

(6) Pergantian konsultan yang cukup tinggi dengan berbagai alasan. Sebagai lembaga pelaksana dan pengendali program, PIU KPDT juga menerbitkan dokumen-dokumen pelaksana program sebagai salah satu bentuk arahan, pengendalian dan pengawasan. Dokumen tersebut antara lain:

(1) Petunjuk Teknis Program beserta manual penjelasannya;

(2) Koordinasi dengan Kementerian Keuangan dalam menerbitkan Perdirjen;

(3) Kebijakan dan arahan yang diterbitkan melalui surat;

(4) Panduan safeguard;

(5) Panduan serah terima hasil kegiatan program;

(6) Panduan administrasi keuangan UPK, dan UPKD.

Page 85: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 62

3.2. Mekanisme dan Perangkat Monitoring

Guna meningkatkan performa pelaksanaan program, P2DTK dilengkapai dengan panduan monitoring dan evaluasi program yang pada prinsipnya bisa digambarkan sebagai berikut.

3.2.1. Kunjungan Lapangan Supervisi

PIU atas inisiatif sendiri atau bersama dengan NMC aktif melaksanakan kunjungan lapangan supervisi terhadap kegiatan-kegiatan P2DTK di Aceh-Nias. Supervisi dilaksanakan berbasis pada master plan kegiatan di tahun bersangkutan dan berpegang pada masukan-masukan dari Bank Dunia maupun kepada temuan-temuan isu-isu krusial yang sedang berjalan di lapangan.

3.2.2. Penetapan Data MIS Sebagai Basis Laporan

Data MIS P2DTK telah banyak membantu dalam memantau tahapan dan capaian pelaksanaan kegiatan di lapangan, meski kadang-kadang banyak kendala yang ditemukan di dalam data MIS tersebut. Kendala-kendala tersebut antara lain seperti tidak lengkapnya data – data pada aplikasi MIS P2DTK yang di input, kurang disiplinnya pengimputan data dan pengiriman data dari daerah ke pusat, serta banyaknya data – data yang tidak tervalidasi dan tidak singkron pada aplikasi MIS. Sementara pelaporan harus bersipat cepat, lengkap, dan valid. Oleh karena dikeluarkan kebijakan bahwa sistem pelaporan dari daerah harus berbasis pada data aplikasi MIS yang terkait dengan 8 formulir MIS, baik di DMC, di PMC dan di NMC. Guna meningkatkan kualitas data MIS tersebut maka sudah dilakukan hal sebagai berikut:

1. Petunjuk teknis verifikasi data

Diterbitkan beberapa memorandum yang berhubungan dengan petunjuk teknis verifikasi data yang bertujuan untuk meningkatkan kwalitas data MIS P2DTK (8 form MIS) agar ada jaminan terverifiktasi, valid, lengkap, up to date, dan terkirim tepat waktu. Adapun ruang lingkup yang dilakukan mencakup pengumpulan data manual, proses pelaksanaan verifikasi dan validasi data, proses entry data dan proses pengiriman data. Hasil pelaksanaan dari beberapa petunjuk teknis di atas adalah didapatkannya hasil data yang cukup lengkap dan valid untuk semua form MIS (8 Form), serta ter entrynya semua data kegiatan yang bersumber dari sisa dana lelang.

2. Pelatihan operator MIS

Pelatihan operator ditujukan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dari operator – operator komputer DMC, terhadap tekhnik dan tatacara penggunaan Aplikasi MIS P2DTK. Hal tersebut terus dilakukan secara berjenjang oleh MIS NMC dan MIS PMC baik melalui pelatihan secara terpusat yang dilakukan di kantor PMC, maupun pelatihan langsung melalui supervisi MIS di daerah. Kurangnya pengetahuan operator atas program aplikasi MIS, serta tingginya pergantian tenaga operator di tingkat daerah menyebabkan perlunya pelatihan secara intensif. Hasil dari pelaksanaan pelatihan operator yag dilakukan secara terus menuerus maka data – data yang dikirim melalui aplikasi MIS relative lancer dan dapat terisi dengan lengkap.

Page 86: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 63

3. Manual Entry Data MIS

Pada bulan Desember 2008 telah diperoleh surat persetujuan (NOL) dari Bank Dunia untuk satu set manual formulir laporan untuk merekam kegiatan P2DTK yang terdiri dari 8 buah formulir standar, antara lain: Formulir Pelaku, Formulir Realisasi Pelatihan, Rencana Implementasi dan Realisasi Penggunaan Dana BLM, Formulir Pencairan DOK dan BLM, Formulir Monitoring Penyelenggaraan Kegiatan dan Forum, Formulir MPHM, Formulir PSS, dan Formulir HCU ). Manual ini menjelaskan secara ringkas penggunaan 8 buah formulir standar tersebut. Pada manual ini diberikan penjelasan makna dari masing-masing kolom yang terdapat pada tiap formulir. Tujuan dari adanya manual ini adalah agar diperoleh kesepakatan dan kesamaan pandang dalam mengartikan dan mengisi kolom-kolom pada tiap formulir.

Dari formulir tersebut kemudian dibuat program aplikasi untuk memudahkan penggunaannya dan merekam datanya sehingga terbentuk database yang dijalankan oleh Aplikasi MIS Versi 4.0. Aplikasi MIS Versi 4.0 di jalankan mulai bulan Februari 2010. Aplikasi MIS tersebut dilengkapi dengan Petunjuk Penggunaan Program Aplikasi MIS. Aplikasi MIS yang di bangun, di lengkapi juga dengan fasilitas atau menu pengiriman data dari daerah (DMC ke PMC, dan dari PMC ke NMC) yang di beri nama menu Export Data Aplikasi MIS Versi 4.0, sehingga pengiriman data dapat dilakukan secara otomatis dan cepat oleh seluruh pengguna aplikasi.

3.3. Evaluasi Terhadap Manajemen Program Ada 4 (empat) tahap kegiatan utama dalam siklus perjalanan program, yaitu Sosialisasi, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Keberlanjutan Program. Evaluasi terhadap performa implementasi dan manajemen program P2DTK di Aceh-Nias yang dilaksanakan pada Juni 2008 menunjukkan gambaran pelaksanaan program yang “kurang memuaskan”. Pelaku-pelaku P2DTK di tingkat Pusat kemudian melakukan revisi untuk mengadakan koordinasi secara lebih rutin dan melaksanakan supervisi untuk perbaikan implementasi P2DTK. Hasil dari perbaikan tersebut mampu meningkatkan performa pelaksanaan P2DTK dimana pada masa akhir P2DTK Aceh-Nias Desember 2010 telah meningkat menjadi “cukup memuaskan”. Berikut ini disampaikan penjelasan hasil evaluasi terhadap empat tahap siklus pelaksanaan P2DTK:

3.3.1. Tahap Sosialisasi Sosialisasi merupakan media untuk menyiapkan baik secara material, mental, serta motivasi seluruh pelaku dan masyarakat. Sosialisasi program P2DTK dilakukan pada tahap awal pelaksanaan kegiatan dalam bentuk musyawarah sosialisasi yang dilakukan secara berjenjang, mulai dari sosialisasi tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa, dan Dusun. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada setiap awal siklus, dari 3 siklus yang dilaksanakan.

Tidak semua kegiatan sosialisasi ini dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam tahap sosialisasi sehingga

Page 87: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 64

diperkirakan memberikan konstribusi terhadap kurang terpenuhinya beberapa aspek yang dituju dalam proses sosialisasi program P2DTK, diantaranya adalah:

a) Media sosialisasi yang digunakan cenderung kurang berkembang dan kurang

maksimal dalam memanfaatkan jenis media. Variasi jenis media sangat penting

untuk menarik perhatian dan memberikan berbagai perspektif sehingga

memudahkan penerima informasi menerima pesan-pesan yang disampaikan.

b) Kegiatan sosialisasi perlu didukung dengan dana yang cukup sesuai dengan jadwal

pelaksanaan kegiatan. Beberapa media sosialisasi kurang bisa berjalan secara rutin

bahkan cenderung kurang berja sesuai dengan yang diharapkan.

c) Kurang dilakukannya pengendalian guna mengetahui sejauh mana dampak

sosialisasi terhadap peningkatan pengetahuan, pemahaman dan ketrampillan

pelaku program. Sementara itu untuk pengelolaan kegiatan sosialisasi ini hanya

tersedia 1 orang, yaitu Spesialis Komunikasi.

3.3.2. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan program P2DTK sudah diatur didalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan yang diterbitkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (2007). Proses perencanaan ini dimulai dengan need assessment yang dilakukan oleh Tim Kajian Teknis terhadap isu bidang pendidikan dan bidang Kesehatan. Tim Kajian Teknis dibentuk di tingkat kabupaten, untuk melakukan pengkajian kebutuhan pembangunan dikabupaten lokasi program. Dalam upaya mendukung pelaksanaan kajian teknis ini, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal juga menerbitkan Panduan Kajian Teknis (2007), yang dilatihkan setelah konsultan manajemen ditempatkan di lokasi tugas. Hasil analisis Tim Kajian Teknis terhadap berbagai sumber data, baik data rencana pembangunan jangka menengah kabupaten, rencana tata ruang dan wilayah, renstra dinas, hasil need asessment, hasil pelaksanaan musrenbang dan dokumen-dokumen lain yang mendukung, adalah untuk menemukan kebutuhan masyarakat, menyusun proposal usulan kegiatan termasuk RAB dan Desain kegiatan. Konsultasi publik harus dilakukan untuk memastikan bahwa usulan proposal kegiatan tersebut memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Secara umum, pelaksanaan kegiatan perencanaan ini telah memenuhi aspek-aspek yang diharapkan oleh mekanisme yang ditetapkan oleh P2DTK, namun tantangan dan kendala yang dihadapi dalam proses ini antara lain:

a) Masih kurang maksimalnya pemahaman terhadap metodologi Kajian Teknis baik

dalam hal melakukan pengumpulan data, analisa pembobotan dan pengambilan

keputusan kelengkapan alat-alat untuk melakukan analisa, dan standar tahapan

yang harus dilakukan, baik di tingkat Tim Kajian Teknis maupun Konsultan

Pendamping (DMC, PMC, maupun NMC)

b) Belum ada sinkronisasi waktu antar program. Proses perencanaan yang dilaksanakan oleh program P2DTK diharapkan dapat terhubung dengan proses perencanaan pemerintah di ditingkat kabupaten serta perencanaan yang dilaksanakan oleh program PNPM Mandiri Perdesaan. Hasil MAD (Musyawarah Antar Desa) PNPM Mandiri Perdesaan adalah menjadi salah satu bahan utama

Page 88: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 65

proses pengkajian oleh Tim Kajian Teknis. Selain itu hasil perencanaan berupa jenis-jenis kegiatan diharapkan diajukan ke proses Musrenbang Kabupaten. Pada umumnya rangkaian proses perencanaan ini tidak bisa terhubung dengan maksimal satu sama lain.

c) Personil Tim Kajian Teknis yang berasal dari unsur pemerintah memiliki pengalaman

dan kemampuan yang beragam. Mereka umumnya orang yang mempunyai posisi

cukup tinggi di instasi masing-masing sehingga sering disibukkan dengan urusan

tanggung jawab tupoksinya. Sangat sulit untuk mengkoordinasikan waktu di antara

Tim Teknis tersebut.

3.3.3. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan proyek dapat diartikan sebagai realisasi kegiatan dari jenis-jenis kegiatan yang sudah diputuskan oleh masyarakat melalui Musyawarah Pendanaan yang ditetapkan oleh Bupati melalui Surat Penetapan Bupati, serta telah diberikan mandat pelaksanaanya kepada UPKD melalui penerbitan SPPB (Surat Perjanjian Pemberian Bantuan). Program P2DTK Nasional adalah program yang dilaksanakan ditingkat kabupaten. Sesuai dengan panduan pendanaan, jenis kegiatan yang dibiayai oleh dana P2DTK ditingkat kabupaten adalah kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh masyarakat, yang biasanya merupakan pekerjaan yang komplek kerumitannya serta memerlukan peralatan dan manajemen yang lebih berat. Dengan demikian kegiatan-kegiatan tersebut dibiayai dan dirancang untuk dilakukan oleh Pihak ke-III dan para profesional, walaupun untuk kegiatan-kegiatan tertentu bisa saja dilaksanakan dengan swakelola.

Page 89: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 66

Pelaksana kegiatan sub proyek baik yang dilakukan oleh Pihak ke-III atau Swakelola dikoordinasikan oleh UPKD. Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan, Tim Teknis UPKD melakukan sertifikasi dalam setiap tahapan pembayaran progres kegiatan. Proses sertifikasi ini didampingi oleh DMC sesuai dengan spesialisasinya masing-masing (Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur). Dengan pendampingan ini diharapkan dapat dipastikan pekerjaan akan dilaksanakan sesuai dengan kriteria kualitas sub proyek yang sudah ditetapkan.

Berikut ini disampaikan kendala-kendala manajemen program yang terkait dengan proses implementasi kegiatan sub proyek:

a) Minimnya ketersediaan personil konsultan. Program P2DTK bergerak dibidang-bidang strategis, yaitu bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, gender, Penguatan Hukum Masyarakat, pengembangan sektor swasta, termasuk juga bidang pengembangan kapasitas. Sampai dengan awal pelaksanaan program di P2DTK Nasional, konsultan yang ditempatkan di setiap kabupaten hanya konsultan bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Konsultan bidang penguatan hukum masyarakat, pengembangan sektor swasta, financial manajemen, pengadaan dan pemberdayaan perempuan baru ditempatkan pada waktu yang relatif terlambat.

Kekurangan personil konsultan ini banyak berpengaruh terhadap kualitas program yang dijalankan, namun khusus untuk program dibidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dapat dijalankan dengan baik. Konsultan manajemen keuangan dan konsultan pengadaan terlambat dilakukan pengadaan dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah sulitnya diperoleh lembaga/perusahaan penyedia jasa pendampingan pengadaan. Untuk mengatasi kebutuhan lapangan, PIU-KPDT membentuk interim Financial Management dan Procurement yang dipimpin langsung oleh Ahli Pengadaan di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Sedangkan penguatan hukum masyarakat, pendampingan terhadap perempuan, dan pengembangan sektor swasta tidak jadi diadakan hingga akhir program. Pertimbangan tidak dilakukannya pendampingan dibidang ini, karena kegiatan Pengembangan Sektor Swasta dan penguatan hukum masyarakat sudah dilakukan oleh jasa konsultan dan lembaga lain.

b) Lemahnya koordinasi: Kendala yang dialami dalam proses koordinasi ini adalah permasalahan waktu pelaksanaan. Penyesuaian waktu untuk pelaksanaan koordinasi antar lembaga ternyata sangat sulit dilaksanakan. Pergantian peserta koordinasi penyelesaian masalah telah menghambat kecepatan penyelesaian masalah, apalagi jika dalam koordinasi tersebut tidak dihadiri oleh pelaku yang memiliki kapasitas dalam pengambilan keputusan. Faktor lain adalah mekanisme rapat koordinasi yang tidak secara serempak dilakukan oleh semua lokasi, akibatnya koordinasi sering tidak berhasil membuat rekomendasi pembagian tugas serta jadwal kegiatan untuk menindak lanjuti kegiatan.

c) Keterlambatan pendanaan: Seperti sudah disampaikan dalam sub bab sebelumnya, bahwa keterlambatan pendanaan sangat mengganggu tahapan proses perencanaan P2DTK. Dampak selanjutnya adalah bahwa keterlambatan pendanaan ini juga berimplikasi pada realisasi tahapan pelaksanaan kegiatan yang sudah diputuskan dalam forum musyawarah. Permasalahan keterlambatan penyediaan dana adalah

Page 90: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 67

tantangan yang harus dipikirkan, karena keterlambatan dana akan mempengaruhi jadwal secara keseluruhan. Keterlambatan pada awal kegiatan telah mengakibatkan terjadinya overlap kegiatan dimana pada saat yang sama dilaksanakan kegiatan 2 siklus secara bersamaan. Akibatnya proses kegiatan menjadi kurang terkendali selain juga mengakibatkan berbagai permasalahan dalam penyesuaian mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sangat rumit.

Tantangan lain dalam pelaksanaan program adalah: penyediaan dan pelaksanaan dana A/O dan dana PAP. Penyediaan dana ini seharusnya diatur dan dikelola dengan lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Namun karena pengendalian keuangan terkait dengan penggunanaan dana PAP dan A/O tidak masuk kedalam sistem informasi manajemen program P2DTK, mekanisme penggunaannya sulit dikendalikan. Meskipun demikian seharusnya mekanisme penggunaan dana A/O dan PAP dibicarakan antara stakeholder dan menjadi bahan , pembelajaran tersendiri dalam mengelola proyek oleh masing masing kabupaten

d) Cakupan medan yang berat dan luas: Kegiatan P2DTK memiliki cakupan layanan yang luas, yaitu satu wilayah kabupaten. Cakupan yang luas, dengan personil pendamping yang hanya 3 orang disetiap kabupaten menjadi tantangan tersendiri untuk mengatur mekanisme yang lebih baik. dengan cakupan medan yang luas, maka proses perencanaanpun menjadi lebih sulit, terutama ketika pelaksanaannyapun harus inline dan terintegrasi melalui proses musrenbang.

e) Pergantian stakeholder daerah: Hal yang harus diperhitungkan dalam proses pelaksanaan program adalah pergantian stakeholder pelaksana di daerah. Seringnya pergantian pelaku juga sangat mempengaruhi capaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar yang diharapkan. Dalam koridor pelaksanaan kegiatan, hal yang paling harus dijaga adalah pergantian konsultan lapangan. Pergantian konsultan dengan tidak memiliki standar pelaksanaan yang sama mengakibatkan berbagai permasalahan pelaksanaan.

f) Pengorganisasian konsultan: Pelaksanaan program P2DTK secara nasional diatur dengan pengelompokan pendamping dalam beberapa bagian. Pengelolaan konsultan pendamping mengalami beberapa perubahan. Pada awal pelaksanaan pendampingan, Konsultan Manajemen Provinsi dan Konsultan Manajemen Kabupaten dikelola oleh 1 perusahaan, khususnya untuk bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Perkembangan selanjutnya dilakukan pembagian pengelola menjadi 2 pengelola. Selain 2 pengelola konsultan, khusus untuk kegiatan Pengembangan Sektor Swasta, penguatan hukum masyarakat dan pendampingan manajemen keuangan dan pengadaan dilakukan oleh 3 pengelola konsultan yang berbeda. Pengelompokan pengendalian kerja konsultan ini didesain dalam koridor untuk mengurangi kemungkinan konflik kepentingan. Namun dalam pelaksanaannya perlakuan dan fasilitas yang berbeda antar konsultan menjadikan permasalahan terdiri, apalagi dalam proses penempatan dilokasi tugas tidak bersamaan. Demikian juga dengan keberadaan konsultan, waktu penempatan konsultan tersebut berbeda antar pengelola, akibatnya kebutuhan di lapangan sering tidak tepat dan mengganggu proses pelaksanaan secara keseharian.

Page 91: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 68

3.3.4. Tahap Pasca Program

Langkah akhir yang perlu dilakukan pada pasca kegiatan yaitu melakukan post implementation review untuk mengetahui tingkat keberhasilan proyek dan mencatat setiap pelajaran yang diperoleh selama kegiatan proyek berlangsung sebagai pelajaran untuk proyek-proyek dimasa yang akan datang. Hasil pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat dikembangkan sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih banyak dalam pembangunan masyarakat yang lebih sejahtera. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya keberlanjutan ini diantaranya adalah:

a. Lemahnya regulasi: Hasil pelaksanaan kegiatan P2DTK diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menambah kultur / budaya pembangunan yang lebih positif. Sebagai sebuah konsep tata kelola dan tata laksana baru dalam sistem pembangunan, maka perlu sebuah regulasi dan pedoman program yang lebih tepat dan dapat dimanfaatkan bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat penerima manfaat. P2DTK yang ditengarai sudah begitu rigid dengan aturan dan pedoman kegiatannyapun masih ditengarai kurang tegas dalam mengatur tugas, kewajiban, hak dan tanggung jawab para pelaku dilapangan. Sebagai bahan pembelajaran untuk program-program sejenis ada baiknya hal ini diperhatikan dengan sangat seksama, sehingga target dan tujuan program untuk menambah nilai bagi pembangunan di daerah tersebut dapat tercapai dengan baik.

b. Advokasi kebijakan sangatlah diperlukan untuk menambah nilai sebuah sistem

pembangunan terutama metode –partisipasi dan transparansi- yang telah dikembangkan oleh program P2DTK, namun demikian metode ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut dan dilembagakan oleh pemerintah setempat. Sayangnya proses sustainibility ini terkadang kurang disambut baik oleh pemerintah daerah dan tidak langsung di regulasikan dalam tata kelola pemerintah setempat, hal ini dikarenakan: a) kurang tersedianya dukungan dana untuk membuat regulasi yang tepat dalam membentuk sebuah peraturan daerah yang partisipatif, transparan dan akuntabel. b) Demikian juga dukungan terhadap pengembangan kapasitas aparat daerah, khususnya dalam hal strategi perencanaan partisipatif, melakukan riset dan kajian secara teknis kebutuhan pembangunan daerah dan mengembangkan forum-forum musyawarah bersama masyarakat.

Page 92: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 69

Page 93: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 70

Bab 4. Lessonss Learned

dan Rekomendasi

4.1. Lessons Learned

Pembelajaran dari sebuah implementasi program merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan untuk menguji konsep design program, teknis implementasi program, arah hasil yang diinginkan oleh program, keberlanjutan program, dll. Upaya untuk mereview kembali serta menarik point pembelajaran dari program P2DTK terdapat didalam dua ranah cakupan. Pertama, yaitu lessonss identified, sebuah rekomendasi yang berbasis dari analisa pengalaman lapangan, baik negatif maupun positif, dimana pihak-pihak lain ataupun para pelaksana program tersebut dapat belajar meningkatkan performa atau kinerja program mereka dimasa depan. Kedua, yaitu lessonss learned, sebuah kondisi perubahan yang sedang terjadi atau sudah terjadi akibat dari kebijakan dan atau langkah intervensi yang diberikan ke dalam program atas dasar pembelajaran sebelumnya. Baik lessonss identified maupun lessonss learned bermaksud memberikan petunjuk agar P2DTK ke depan bisa dirancang dan diimplementasikan secara lebih baik, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di kegiatan yang akan dikembangkan. Dalam laporan ini kedua ranah pembelajaran itu akan dipakai dan digabung ke dalam istilah lessonss learned (pembelajaran terpetik). Dalam upaya menggali lessons-learned program P2DTK di wilayah Nasional, telah dilakukan satu kali workshop mengenai Lessons learned yaitu di Makasar pada bulan Desember 2011. Lessons Learned yang akan dipaparkan berikut ini berbasiskan pada hasil workshop lessons learned tersebut, serta berbagai laporan kegiatan selama supervisi lapangan oleh PIU-KPDT. Perumusan terhadap hasil-hasil lessons learned dibagi ke dalam 3 kategori utama yaitu Aspek Input, Aspek Proses dan Aspek Hasil, dan di setiap aspek terdapat sub-sub aspek. Hasil seluruh lessons learned tersebut adalah sebagai berikut:

Page 94: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 71

4.1.1. Lessons Learned Aspek Input Program:

(1) Perencanaan Partisipatif

Lessons Learned Positif Lessons Learned Negatif

a. Perencanaan partisipasi yang dikembangkan oleh P2DTK melalui mekanisme Musrenbang telah menumbuhkan kepercayaan dan harapan baru di masyarakat terhadap model perencanaan dan implementasi pemba-ngunan. Hal ini terjadi karena masyarakat bisa terlibat mulai dari menganalisa kebutuhan, mengusulkan kegiatan, mengawal proses prioritasi kegiatan termasuk musyawarah pendanaannya, dan langsung merasakan implementasi kegiatan pada tahun yang sama.

b. Kajian Teknis yang dikembangkan P2DTK dalam perencanaan partisipatif, telah menumbuhkan kapasitas para pelaku P2DTK baik dari unsur masyarakat maupun unsur pemerintah dalam hal memahami dan menganalisa secara lebih “benar” permasalahan, kebutuhan dan merumuskan prioritas pembangunanuntuk masyarakat.

c. Bappeda sebagai SKPD leading-sector yang bertanggung jawab dibidang peningkatan kapasitas perencanaan bagi instansi terkait, merasa sangat terbantu karena melalui program P2DTK kapasitas dan pemahaman aparatur mengenai perencanaan dan pembangunan menjadi lebih baik.

d. Desain program P2DTK Optimalisasi telah memberikan dukungan penguatan proses perencanaan pembangunan di daerah, sebab penetapan bentuk kegiatan menjadi lebih cepat dilakukan.

a. Masih banyak anggota legislatif di daerah yang kurang paham atas makna dan substansi perencanaan partisipatif. Fasilitasi peningkatan mengenai perencanaan partisipatif kepada anggota legislatif tersebut kurang terperhatikan di dalam proses program P2DTK.

b. Pendidikan “demokratisasi” kepada masya-rakat terkait dengan substansi dan filosofi perencanaan partisipatif antar daerah/kewilayahan, perlu ditingkatkan karena masih banyak terjadi ego lembaga, daerah dan ego kelompok didalam penentuan perengkingan prioritas kegiatan.

c. Usulan kegiatan-kegiatan dari BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan relatif tidak ada bedanya, dan sub proyek yang dikembangkan tidak jauh berbeda dengan PNPM Perdesaan atau PNPM Perkotaan yang berbasis pada desa/kelurahan.

d. Aspek-aspek perencanaan di dalam kegiatan PSS belum bersinergi secara baik dengan tahapan proses perencanaan P2DTK inti, sehingga terkesan kedua program ini berjalan sendiri-sendiri.

(2) Keterwakilan Kelompok Marginal dan Perempuan

LessonsLearned Positif LessonsLearned Negatif

Keterwakilan kelompok marginal, kelompok miskin, dan perempuan di daerah program P2DTK bisa dikatakan sudah memenuhi standard keterwakilan sebagai persyaratan program. Sistem perencanaan partisipatif dari bawah (dusun, desa, dan kecamatan) melalui Musrenbang yang dipakai oleh program P2DTK, mampu mendorong partisipasi kelompok-kelompok tersebut.

Kontrol yang ketat terhadap keterwakilan kelompok-kelompok marginal, kelompok miskin, maupun kelompok masyarakat yang terisolir dalam proses kegiatan program perlu lebih diperhatikan, karena di beberapa daerah masih terjadi dominasi keterwakilan dari para tokoh masyarakat, tokoh adat, maupun tokoh agama.

Page 95: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 72

(3) Pedoman Teknis dan Instrumen Program

Lessons Learned Positif Lessons Learned Negatif

a. Secara umum berbagai pedoman teknis maupun instrumen program yang perkenalkan oleh P2DTK di wilayah Nasional selama proses implementasi sudah cukup jelas dan lengkap sebagai rujukan para mitra pelaku P2DTK di daerah dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. sayangnya pedoman- ini banyak dirancang belakangan, atau setelah kegiatan program berjalan. Hal ini berdampak kurang baik, terutama pada implementasi program di tahun pertama dan kedua program.

b. P2DTK memperkenalkan sebuah instrumen yang disebut Dokumen Pengakhiran Program dan Serah Terima Alih Kelola. Meskipun cukup berat dilaksanakan namun inisiatif ini merupakan langkah yang baik dalam rangka menumbuhkan asas transparansi dan asas tertib administrasi khususnya dalam pencata-tan/pengadministrasian status barang/aset negara.

a. Banyaknya pedoman-pedoman teknis yang berubah-ubah di saat proses program berjalan sangat menjadi kendala bagi para mitra pelaku P2DTK di daerah maupun konsultan, karena sangat menyita waktu untuk melakukan pemahaman dan penyesuaian-penyesuaian.

b. Program P2DTK memperkenalkan sebuah instrumen yang disebut Dokumen Pengakhiran Program dan Serah Terima Alih kelola , dalam rangka untuk memperbaiki proses pelaporan pengakhiran program P2DTK, persiapan alih kelola kepada pemerintah daerah, serta memenuhi asas akuntabilitas program. Namun pelaksanaan instrumen ini kurang berjalan seperti diharapkan, misalnya kurangnya pemahaman atas ruang-lingkup dan substansi materi dokumen serta pelaksanaannya yang berbeda-beda dan tidak serempak. Hal ini terjadi karena: (1) Sejak awal program P2DTK dimulai belum ada Petunjuk Teknis yang baku mengenai hal ini; (2) Proses dokumen pengakhiran program tidak dilaksanakan setiap siklus tahun anggaran sehingga sebagian dokumen sub-proyek, visualisasi proyek, dll tidak terorganisir dengan baik, hilang dan sulit ditemukan kembali.

(4) Kebutuhan, Penempatan dan Kualitas Konsultan

LessonsLearned Positif LessonsLearned Negatif

a. Lepas dari kekuarangan teknis pengadaan dan penempataran konsultan, kompetensi dan komimen konsultan P2DTK baik di tingkat provinsi (PMC) maupun kabupaten (DMC) dirasakan oleh mitra pelaku P2DTK di tingkat daerah sangat membantu menfasilitasi teknis-teknis implementasi program.

a. Tingginya “mobilisasi” atau keluar masuk konsultan sangat dirasakan mengganggu proses pendampingan di lapangan. Permasalahan yang lain adalah bahwa para konsultan tersebut kebanyakan berasal dari luar daerah kabupaten penempatan, sehingga seringkali tidak ada ditempat saat dibutuhkan oleh mitra pelaku P2DTK.

b. Di Kecamatan tidak disediakan Konsultan Teknik, sedangkan kegiatan dari Kajian Teknis, RAB, sampai pelaksanaan memerlukan Konsultan Teknik.Konsultan teknik kabupaten dan FK tidak sepenuhnya mampu mem-backupnya.

c. Keberadaan ketersediaan konsultan di setiap awal tahun anggaran kegiatan kurang maksimal karena proses rekrutmen yang sangat panjang. Akibatnya pendampingan terhadap pelaku-pelaku P2DTK di daerah kurang terperhatikan secara maksimal.

Page 96: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 73

4.1.2. Lessons Learned Aspek Proses Pelaksanaan Program:

(1) Manajemen dan Penguatan Kelembagaan Pelaku P2DTK

LessonsLearned Positif LessonsLearned Negatif

a. Ada kecenderungan yang positif bahwa masyarakat, sebagai salah satu kelompok pelaku P2DTK, semakin berani dalam mengemukakan pendapat dan cukup kritis dalam menyampaikan aspirasinya berkaitan dengan perencanaan maupun implementasi kegiatan.

b. Performa pengelolaan keuangan para Pelaku P2DTK Nasional pada periode awal program dinilai kurang memuaskan. Namun dengan penempatan konsultan yang lengkap, supervisi lapangan yang semakin baik, disertai distribusi panduan teknis yang disempur-nakan, performa tersebut akhir dinilai cukup memuaskan.

c. Mekanisme pelaksanaan program MPHM diwilayah-wilayah bekas konflik memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Tercatat 32 kasus telah ditangani, 58 orang telah memanfaatkan media konsultasi hukum yang disediakan, sebanyak 3.622 orang menerima penjelasan tentang pendidikan hukum, dan sekitar 65.000 orang menerima manfaat dari program tersebut secara tidak langsung.

d. Lebih jauh lagi, Program P2DTK yang berakhir di tahun 2011 telah berakhir, terlembagakan dalam bentuk system dan pelaksanaan program reguler di KPDT, Meskipun tidak persis sama namun konteks kebutuhan akan pendampingan, transparansi, akuntabilitas serta proses pelelangan yang dilakukan daerah serta proses perencanaan yang melibatkan masyarakat menjadi ciri utama dalam pelaksanaan program reguler di lingkungan kementrian dan kabupaten-kabupaten penerima manfaat P2DTK.

a. Pada awal pelaksanaan P2DTK, hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan oleh PMU, menemukan bahwa permasalahan yang paling dominan yang berpengaruh terhadap kelancaran seluruh rangkaian kegiatan P2DTK terletak pada koordinasi dan pengelolaan program di tingkat pusat terutama pengadaan konsultan dan penyiapan dokumen panduan.

b. Intensitas pergantian para anggota lembaga-lembaga mitra pelaku P2DTK dari unsur pemerintah cukup tinggi, oleh karena Satker dan UPKD sering kali kurang optimal karena rata pejabat strukural yang memegang jabatan dimana tupoksinya cukup banyak dan tingkat mutasi ke instansi lain cukup tinggi.

c. Beberapa kelembagaan yang diperkenalkan melalui program P2DTK seperti Tim Pemelihara, FSS, Tim Penggerak Kesehatan Masyarakat (TPKM), Komite Sekolah (KS), dan BPP belum maksimal tergarap dan dimanfaatkan peran dan fungsinya oleh SKPD terkait. Akibatnya lembaga-lembaga tersebut seperti “mati suri”.

(2) Pendanaan dan Upaya Transparansi

LessonsLearned Positif LessonsLearned Negatif

a. Dana PAP dari Pemerintah Kabupaten sangat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan P2DTK. Dengan adanya dana ini membuktikan komitmen dan perhatian pemerintah terhadap P2DTK. Mekanisme penyediaan dana ini perlu dipertahankan di program-program mendatang.

b. Penyerapan dana sub proyek program

a. DIPA yang terlambat menjadi salah satu kendala terpenting dalam mengawal dan menjaga kinerja implementasi program P2DTK. Akibat dari keterlambatan tersebut berdampak kurang baik dalam proses implementasi, seperti: (a) Pemanfaatan dan penyaluran dana menjadi mundur dari jadual yang sudah direncanakan; (b) Perencanaan kegiatan, penyusunan

Page 97: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 74

P2DTK rata-rata mencapai 100%. Melalui kebijakan mekanisme Musyawarah Pertanggungjawaban kegiatan yang terbagi dalam 3 termin, yaitu Termin I-40%, Termin II-80%, dan Termin III-100%, telah cukup mampu mendorong tumbuhnya akuntabilitas dan transparansi keuangan karena adanya kontrol bersama dari para pelaku P2DTK dan masyarakat, termasuk upaya penyelesaian kelengkapan dokumen yang dibutuhkan.

c. Sistem dan mekanisme procurement dan pengadaan barang sub-sub proyek P2DTK sudah memenuhi standard proyek sesuai Kepres N0. 80 Tahun 2003 dan selanjutnya direvisi kembali setelah adanya peraturan perundang-undangan yang baru yaitu: Perpres 54 Tahun 2010. Mekanisme tersebut di lakukan oleh Panitia Pelelangan dan Pengadaan Barang. P2DTK telah memberikan pengembangan kapasitas dalam hal pelelangan dan pengadaan barang untuk anggota panita tersebut.

d. Keterlibatan dan peran BPKP dalam temuan kasus penyimpangan keuangan di program P2DTK telah mendorong ditegakkannya transparansi keuangan, dengan demikian pelaku P2DTK menjadi lebih hati-hati dan teliti dalam melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku.

dokumen persiapan sub-proyek, pelelangan, sampai pelaksanaan kegiatan sub proyek menjadi sangat tergesa-gesa sehingga terkesan mengejar target administrasi saja; dan (c) Secara keseluruhan jadual penyelesaian sub proyek dan pemenuhan administrasinya juga mundur dari rencana yang sudah ditetapkan.

b. Para pelaksana atau pelaku P2DTK di tingkat kecamatan dirasakan masih kurang optimal kapasitasnya dalam pengelolaan keuangan.

c. Masih adanya intervensi dari Pemerintah Daerah dalam proses pengadaan Barang dan Jasa.

d. Penyediaan dana A/O dan PAP perlu diatur dan dikelola dengan lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Lessons Learned Khusus Pelaksanaan PSS

Lessons learned positif Lessons learned negatif

a. Di 8 kabupaten telah tumbuh upaya untuk mendorong regulasi lokal yang akomodatif terhadap pengembangan investasi dan usaha. Dalam proses ini sebagian besar daerah wilayah PSS baru sampai pada tahap dialog kebijakan antar stakeholder atau public hearing.

b. Proses advokasi kebijakan yang dilakukan di Alor telah berhasil menetapkan Perda Pasar Desa, Perda Pajak Daerah dan Perda Usaha Kepariwisataan.

a. Ketersediaan Infrastruktur:

Ketersediaan infrastruktur pendukung pengembangan investasi dan ekonomi di wilayah Program PSS, dan wilayah desa tertinggal lainnya masih sangat kurang. Kurangnya infrastruktur seperti: sarana jalan dan jembatan, sarana transportasi darat dan sungai, pasar, dll, menyebabkan sulitnya melakukan pemasaran, ketersediaan bahan baku pembangunan yang relatif mahal, menjadikan harga jual produk kurang bersaing, dari segi harga.

masih sedikit daerah yang menyediakan akses dan pusat informasi harga

b. Legalitas dan Kinerja FSS:

Kinerja FSS dipandang masih kurang dalam mengawal program PSS

Tidak semua FSS didukung dengan regulasi lokal. kalaupun ada kekuatan regulasi lokal dianggap masih kurang. Sebaiknya keberadaan FSS dikuatkan dengan regulasi di tingkat Pusat.

Page 98: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 75

c. Lemahnya SDM:

SDM dalam hal manajemen usaha, pemasaran serta promosi usaha dari para “usahawan/perusahaan baru” perlu ditingkat

d. Bahan Baku dan Pasar:

Mahalnya harga bahan-bahan baku di tingkat lokal

Belum berkembang model kemitraan pengusaha kecil, menengah, dan besar.

e. Regulasi Lokal Pendukung:

Sangat minim informasi mengenai ijin usaha. Sementara itu, prosedur pengurusan ijin usaha di beberapa daerah cukup lama. Di Halmahera Utara misalnya, banyak pelaku usaha tidak memiliki ijin usaha.

Masih kurangnya regulasi lokal yang dapat memperkuat dan mendukung akselerasi investasi usaha di tingkat lokal

Suku Bunga bank masih sangat tinggi, yang dirasa sangat memberatkan para pelaku usaha.

f. Kebiajakan nasional untuk bahan bakar di daerah terpencil cukup berkontribusi memperlemah akses masyarakat di daerah terpencil, sehingga layanan dasar dan jalur distribusi ekonomi masyarakat benar benar termarjinalkan.

(4) Supervisi dan koordinasi antar pelaku

Lessons learned positif Lessons learned negatif

a. Lemahnya koordinasi pelaku P2DTK di tingkat Pusat sehingga beberapa kendala teknis yang membutuhkan dukungan kebijakan untuk penyelesaiannya, mengalami banyak hambatan.

b. Belum optimalnya koordinasi antar stake holder di daerah, sehingga jika ada masalah tidak bisa cepat diselesaikan.

c. Dengan rentang wilayah yang cukup jauh dan relatif terpencil, banyak kegiatan monitoring dan evaluasi tidak optimal karena keterbatasan waktu dan biaya yang tersedia.

(5) Bidang Komunikasi dan Pencitraan P2DTK

Lessons Learned Positif Lessons Learned Negatif

a. Manual dan Panduan tentang pedoman pelaksanaan P2DTK yang sudah diproduksi dan disebarkan ke daerah-daerah, meski diproduksi terlambat, telah membantu

a. Kurangnya pemahaman atau komitmen yang sungguh-sungguh dari sebagian besar Satker daerah, pelaku-pelaku P2DTK, serta konsultan untuk memberikan informasi secara reguler

Page 99: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 76

Lessons Learned Positif Lessons Learned Negatif

para mitra pelaku P2DTK untuk pening-katkan pemahaman dan tugas pengen-dalian implementasi kegiatan program sehingga meningkatkan kinerja program P2DTK.

b. Sosialisasi program P2DTK yang dilak-sanakan secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten, Keca-matan, dan Desa sedikit banyak telah membantu meningkat pengetahuan masya-rakat dan para aparat didaerah mengenai apa itu P2DTK.

c. Informasi tentang P2DTK juga sudah didistribusikan melalui Expose Program, Spanduk, Leaflet, Penerbitan Buku-Buku, Seminar/Lokakarya/Workshop, News Letter Gerbang, Talk-Show TV lokal, Radio, dll. Hanya saja hal tersebut kurang terencana dengan baik dan kontinyu.

dan berkelanjutan mengenai perkembangan kegiatan P2DTK, sehingga dapat lebih transparan dan akuntabel di hadapan masyarakat. Salah satu contohnya adalah tidak semua lokasi P2DTK mempunyai papan informasi yang bisa memberikan informasi yang memadai kepada masyarakat luas.

b. Lemahnya perencanaan di bidang komunikasi di daerah terkait dengan alat, media, dan materi serta kendala geografi yang luas, menyebabkan seringnya terjadi keterlambatan penyebaran informasi hasil dan proses pelaksanaan P2DTK kepada masyarakat, apalagi yang berdomisili di daerah terisolir.

c. Adanya perubahan-perubahan kebijakan di tingkat Pusat yang terkait dengan “papan informasi proyek” yang tidak diinformasikan secara dini kepada pelaku P2DTK di daerah. Akibatnya tidak semua lokasi dapat menerapkan kebijakan yang baru secara seragam. Salah satu contohnya adalah pada tahun 2010 dikeluarkan kebijakan memorandum tentang pemasangan prasasti disemua sub project P2DTK yang telah selesai mulai dari Tahun 2007. Semula kebijakan ini tidak ada karena masih dibawah koordinasi BRR NAD–Nias yang meminta agar semua donor yang membantu pembangunan rehab-rekon di Aceh-Nias hanya mencantumkan lambang BRR NAD – Nias. Akibatnya banyak papan informasi proyek sebelum dikeluarkannya memorandum tersebut tetap tidak mencantumkan logo P2DTK dan PNPM Mandiri.

d. Pada level nasional image dan informasi tentang P2DTK juga serba terbatas. Pelibatan media cetak dan elektronik tingkat nasional tidak terancang dan terprogram secara berkelanjutan. Penyebaran informasi P2DTK sebagian besar hanya dilakukan secara konvensional dan bersifat internal saja sehingga kurang berdampak luas kepada masyarakat.

4.1.3. Lessons Learned Aspek Hasil Program

(1) Perencanaan Partisipatif dan Sinergisitas Program

LessonsLearned Positif LessonsLearned Negatif

a. Seluruh kabupaten sasaran P2DTK Nasional (32 kabupaten) telah melakukan model

a. Belum ada jaminan bahwa model perenca-naan yang telah diperkenalkan melalui P2DTK

Page 100: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 77

perencanaan partisipatif yang dilakukan P2DTK, baik melalui mekanisme Kajian Teknis maupun Forum Musyawarah Masyarakat.

b. Kapasitas aparatur daerah di P2DTK Nasional relatif telah meningkat dalam hal perencanaan partisipatif. Sebanyak 40.262 orang dari unsur pemerintah maupun masyarakat telah me-ngikuti berbagai pelatihan yang terkait dengan perencanaan yang didanai melalui DOK.

c. Program P2DTK Optimalisasi memberikan dukungan pada proses perencanaan kegiatan yang lebih cepat, sehingga mampu mendukung percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar yang dibutuhkan masyarakat.

akan diadopsi ke dalam sistem perencanaan reguler pemerintah daerah, disebabkan oleh beberapa hal: Pertama, periode waktu peren-canaan program P2DTK berbeda dengan periode waktu -canaan reguler. Kedua, waktu implementasi kegiatan hasil perencanaan di P2DTK bisa terjadi di tahun yang sama, sementara di sistem perenca-naan reguler baru bisa terjadi di tahun berikut-nya. Hal ini karena mekanisme penganggaran dan pendanaan yang berbeda. Jika periode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di prog-ram P2DTK bisa “didekatkan” dengan periode perencanaan dan pelaksanaan kegiatan reguler, maka sangat besar kemungkinanya bahwa “siner-gisitas” program baik dari mekanisme reguler pemerintah daerah, P2DTK, atau program yang lain dapat bersinergi dengan lebih baik.

b. Masih ada beberapa program yang masuk ke daerah, melaksanakan musyawarah secara sendiri-sendiri sesuai mekanisme programnya yang telah menjadi pedoman teknis masing-masing. Oleh karena itu sinergi antar program tersebut relatif cukup sulit dilakukan baik di tingkat perencanaan kegiatan maupun implementasinya.

c. Ego-sektoral di jajaran instansi pemerintah daerah yang terkait dengan program P2DTK masih cukup dominan sehingga sinergisitas antar program belum optimal, baik sinergisitas program antar bidang UPKD maupun dengan program lain yang masuk ke kabupaten.

(2) Kemanfaatan dan Keberlanjutan Program P2DTK

LessonsLearned Positif LessonsLearned Negatif

a. Sub-sub proyek yang dikembangkan oleh P2DTK di wilayah Nasional dibidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, dari berbagai assessment ouput maupun output study yang dilakukan, dinilai “memuaskan” dan sangat bermanfaat bagi masyarakat baik dari sudut peruntukan dan fungsinya.

b. Tingkat komitmen dan kompetensi aparat pemerintah dalam hal keterlibatan dan dukungannya kepada program P2DTK dinilai baik, meski di beberapa hal komitmen dan kompetensi tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut.

c. Banyak daerah menginginkan di lanjutkannya program P2DTK dengan fokus pada peningkatan kapasitas daerah di sektor ekonomi, sehingga visi besar P2DTK

a. Terkait dengan upaya-upaya keberlanjutan proyek-proyek P2DTK maka dapat diinfor-masikan bahwa pemerintah daerah sudah berencanaan untuk memelihara assest-asset tersebut, namun oleh karena keter-lambatan penyerahan asses dimana asset dari Silus 1 sampai Siklus 3 (yang sudah dibangun 3 tahun) yang sesungguhnya telah memer-lukan pemeliharaan terpaksa belum bisa didanai melalui APBD.

b. Belum semua daerah memberikan perhatian yang cukup atas keberadaan atau keberlan-jutan Tim Teknis sebagai forum yang memper-temukan seluruh stakeholders baik dari pemerintah maupun masyarakat dalam memper-kuat perencanaan partisiparif.

c. Dukungan terhadap keberlanjutan program

Page 101: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 78

yang bercita cita untuk memajukan daerah tertinggal melalu konteks percepatan pembangunan bisa terlaksana.

belum nampak secara nyata yang bisa menjamin upaya tersebut.

4.2.Rekomendasi

Berikut ini disampaikan rekomendasi-rekomendasi yang perlu dipertimbangan dalam pelaksanaan program P2DTK (atau nama lain) ke depan, maupun program-program lain serupa, yaitu:

1. Desain Program P2DTK telah memberikan dampak yang positif dalam hal meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah mengenai implementasi perencanaan partisipatif dan pengelolaan kegiatan program secara lebih akuntabel dan transparan. Desain program P2DTK juga telah memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah tertinggal, khususnya dalam hal akses mobilitas, memperoleh pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan.

2. Penguatan kapasitas mengenai Kajian Teknis, sebagai salah satu instrumen perencanaan dalam desain program P2DTK, masih perlu mendapatkan perhatian di dalam pelaksanaan program-program mendatang. Kajian Teknis, baik sebagai metode maupun “arena” dimana perencanaan partisipatif dari buttom-up planning approach (pendekatan perencanaan dari bawah) bersinergi dengan perencanaan reguler yang top-down approach (pendekatan dari atas) oleh pemrintah daerah, belum dipahami secara seragam oleh para pelaku P2DTK di daerah.

3. Realisasi implementasi pengembangan investasi lokal melalui program Pengembangan Sektor Swasta dalam pelaksanaan program P2DTK (I) masih minimal karena strategi PSS belum terintegrasi secara maksimal di dalam desain pelaksanaan P2DTK. Pelaksanaan PSS ke depan perlu dieksplorasi secara lebih maksimal baik dalam hal desain maupun dalam hal relasi integrasinya dengan program-program lain.

4. Komimen daerah mengenai perencanaan partisipatif belum maksimal sehingga perlu dilakukan pendekatan kepada legislatif untuk mengkomunikasikan proses dan hasil kegiatan, serta melakukan pendekatan-pendekatan untuk penguatan peraturan daerah yang terkait dengan program P2DTK. P2DTK seyogyanya memberikan porsi pendekatan dan waktu yang lebih optimal untuk mendorong legislatif di daerah membuat Perda yang dapat mendukung pelembagaan strategi dan nilai-nilai pembangunan yang telah diinisiasi melalui P2DTK, seperti strategi perencanaan partisipatif, forum-forum musyawarah pembangunan, alih kelola asset proyek, dll.

5. Perlunya memperkuat koordinasi antar Pelaku P2DTK, khususnya Pelaku P2DTK tingkat Pusat karena sangat besar perananya dalam menentukan kebijakan-kebijakan program yang sangat mendukung kelancaran perkembangan proses kegiatan. Koordinasi Pelaku P2DTK Pusat ini selama proses pelaksanaan P2DTK dirasa kurang maksimal.

6. Handling Complaint Unit di P2DTK Nasional telah menghasilkan capaian penyelesaian kasus-kasus pengaduan maupun temuan BPKP dengan cukup signifikan. Hal tersebut didukung oleh upaya koordinasi yang terus dibina secara reguler antara PIU-P2DTK KPDT, BPKP Pusat, BPKP Propinsi dan pelaku-pelaku P2DTK melalui pertemuan berkala, updating data kasus, supervisi bersama ke daerah, yang akhirnya menghasilkan kinerja

Page 102: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 79

penyelesaian kasus yang tidak tertunda-tunda dan tuntas termasuk upaya mengembalikan uang negara ke Kas Negara.

7. Harmonisasi kegiatan progam P2DTK dengan PNPM Mandiri lainnya dan Musrenbang yang menjadi harapan PMU Bappenas belum dapat terlaksana, salah satunya akibat lemahnya pemahaman aparat Pemda dan konsultan terhadap harmonisasi perencanaan progam.

8. Mengusahakan semaksimal mungkin agar DIPA pendanaan program P2DTK tidak terlambat pada setiap siklus pelaksanaan. Keterlambatan DIPA sudah terbukti sangat berpengaruh negatif terhadap kualitas performa pelaksanaan kegiatan, baik mulai dari kualitas perencanaan, kualitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan.

9. Rekrutmen konsultan perlu lebih mempertimbangkan kualitas sesuai dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan.

10. Penting dipertimbangkan, sebuah keberlanjutan program yang di implementasikan didalam program KPDT sendiri. Dalam hal ini mekanisme program yang sebagian besar telah di realisasikan dalam mekanisme program Bedah Desa.

Page 103: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 80

Bahan Bacaan Keputusan Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Prinsip Standard Pelayanan Minimal di

Bidang Kesehatan.

Laporan Akhir Pendampingan Teknis KM. Nas Program P2DTK 2007-2011; Jakarta, Konsultant Manajemen Nasional P2DTK, Jakarta, Juni 2012

Laporan Akhir P2DTK Tahun 2011. KM. Nas Program P2DTK 2007-2011; Jakarta, Konsultant Manajemen Nasional P2DTK, Jakarta, Juni 2012

Laporan Assessment Output P2DTK Aceh Nias (tidak dipublikasikan); PIU-PIU-Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI: Jakarta, 2012.

Loan Agreement 34706/IND Year 2005 tentang Pelaksanaan Projek P2DTK. Kementrerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan World Bank.(tidak dipublikasikan)

Laporan Akhir P2DTK Tahun 2009 (Laporan tidak diterbitkan) Sekretariat Project Management Unit/Unit Pengendalian Program (PMU/UPP) Program P2DTK, Bappnas, Januari 2010.

Laporan Triwulan I P2DTK Juli 2010 (Laporan tidak diterbitkan) Sekretariat Project Management Unit/Unit Pengendalian Program (PMU/UPP) Program P2DTK, Bappnas, Juli 2010.

Manual HCU P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, Jakarta 2007.

Manual Kesehatan P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, Jakarta, 2007.

Manual Mediasi dan Penguatan Umum Masyarakat P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementerian Pembangunan Daerah tertinggal RI, Jakarta, 2007.

Manual Monitoring dan Evaluasi (Monev) P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, Jakarta, 2007

Manual Pendidikan P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, Jakarta, 2007

Pedoman Penggunaan Dana Operasional Kegiatan (DOK); diterbitkan oleh PIU-Kementeraian Pembangunan Daerah Tertinggal, Jakarta, 2007

Pedoman Umum P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementeraian Pembangunan Daerah Tertinggal, Jakarta, 2007

Pedoman Teknis Pelaksanaan P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementeraian Pembangunan Daerah Tertinggal, Jakarta, 2007.

Pedoman Umum P2DTK; diterbitkan oleh PIU-Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI, Jakarta, 2007

Project Appraisal Document for a Support For Poor and Disadvataged Areas in Aceh-Nias; The World Bank Document (not published) Report No. 38148-ID, Jakarta, December 21, 2006.

Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 2011.

Page 104: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 81

Page 105: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 82

Lampiran 1 :

Tabel Rekapitulasi Consultan Services dan Jumlah Konsultan P2DTK Nasional

No. Nama Perusahaan Wilayah

Kerja/Prov Jumlah Kab/Kec

Jumlah Konsultan

Nasional PMC DMC FK

I. Khusus KM-Nasional, KM-Prov, KM-Kab, dan Fasilitator Kecamatan

1. PT. Phibetha Kalamwijaya

Nasional dan

8 Provinsi

- 14 24 - -

2. PT. Indomas Mulia Bengkulu 3/18 - - 9 18

3. PT. Eskapindo Lampung 3/17 - - 9 17

4. PT. Pilar Pusaka Inti Kalteng 3/17 - - 9 17

5. PT. Multidecon Kalbar 3/28 - - 9 28

6. PT. Aquatic Sulteng 4/25 - - 12 25

7. PT. Idi Kajang Maluku-1 2/18

(MTB, Maluku Tenggara)

- - 6 18

8. PT. Prismaita Maluku-2 3/14

(SBT, Maluku Tengah, Buru)

- - 9 14

9. PT. Artistika Prasetia Maluku Utara 5/20 - - 15 20

10. PT. Prospera NTT-1 3/9

(Flotim, Lembata, Alor)

- - 9 9

11. PT. Inacon Luhur Pertiwi

NTT-2 3/20

(TTS, Belu, Sumba Barat)

- - 9 20

Sub Total-1 32 14 24 96 186

II. Khusus Konsultan FM & Procurement (PMC & DMC)

12. PT. Amythas 2 6/- 2 12 15 -

13. PT. Inacon Luhur Pertiwi

6 26/- - 21 29 -

Sub Total-2 32 2 33 44 -

III. Khusus Konsultan PSS

14. YBKM 4 9/- 1 3 8 -

15. Bina Swadaya 4 20/- 1 2 18 -

Sub Total-3 - 2 5 26 -

IV. Khusus Konsultan MPHM & MMI

16. Crescent 1 3/8 1 - - 8

Sub Total-4 - 1 - - 8

T O T A L 32/186 19 62 166 194

441

Page 106: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 83

Lampiran 2 :

Tabel Daftar Pengadaan Concultant ServicesP2DTK Nasional TA. 2007 – 2010 dan Optimalisasi TA. 2011

No. Paket Pengadaan

Kontrak Efektif

Perusahaan Sumber Dana /

PIU Tanggal

Durasi (bln)

Mulai Sampai

1. Training Service Consultant

11 Agst 06 2 11 Agst 06 11 Okt 06 PT. Widya Graha Asana

Loan (KPDT)

2. Health Identification Consultant

11 Agst 06 3 11 Agst 06 11 Nov 06 PT. Prismaita Cipta Kerasi

Loan (KPDT)

3. Education Identification Consultant

11 Agst 06 3 11 Agst 06 11 Nov 06 PPA Loan (KPDT)

4. Pelatihan Pra Tugas Sep 06 1 Sep 06 Okt 06 DFID (BRR)

5. PMC-DMC for NAD - Addendum 1

07 Juni 06 12 Apr 07

5 5

11 Sep 06 12 Feb 07

11 Feb 07 12 Juli 07

PT. Amythas Expert & Asc.

Loan (KPDT)

6. PMC-DMC Individual 14 Juli 07 3 14 Juli 07 14 Okt 07 Individual Grant (BRR)

7. Perusahaan Pengelola Administrasi PMC-DMC NAD-Nias

10 Nov 08 12 13 Nov 07 12 Nov 08 PT. Phibeta Kalam Wijaya

Loan (KPDT)

8. PMC-DMC NAD-SUMUT (Package-1 : 2 PMC, 8 DMC in NAD

21 Jan 09

16

21 Jan 09

20 Mei 10 PT. Amythas Expert & Asc.

Grant (KPDT)

19 Mei 10 2 20 Mei 10 20 Juli 10 - Addendum 2

20 Juli 10 9 20 Juli 10 20 Apr 11 - Addendum 3

19 Apr 11 3 20 Apr 11 20 Juli 11 - Addendum 5

20 Juli 11 1,3 20 Juli 11 24 Agst 11 - Addendum 6

24 Agst 11 1 Agst 11 24 Sept 11 - Addendum 8

25 Nov 11 1,5 15 Nov 11 31 Des 11 - Addendum 9

9. DMC (9 District in NAD, 2 District in Nias)

25 Feb 09 2 31 Jan 09 31 Mar 09 - Addendum 1

10. Procurement & FM Consultant Service

25 Feb 11 4 25 Feb 11 25 Apr 11 - Addendum 4

19 Apr 11 3,3 25 Apr 11 25 Juli 11 - Addendum 5

9 Agst 11 1 25 Juli 11 25 Agst 11 - Addendum 7

11. DMC (Package-2 : 9 District in NAD, 2 District in Nias)

7 Apr 09 14 7 Apr 09 07 Juni 10 PT. Innerindo Dinamika

Grant (KPDT)

19 Mei 10 2 06 Juni 10 06 Agst 10 - Addendum 1

23 Juli 10 9 06 Agst 10 06 Mei 11 - Addendum 2

29 Apr 11 3,8 06 Mei 11 Sep 11 - Addendum 3

12. Procurement & FM Consultant Service

07 Apr 10 3 07 Apr 10 07 Juli 10 C. Lotti & Asc. (addendum-1 semula utk nasional)

Grant (KPDT)

13. Event Organizer Preservice Training for Kabupaten Facilitator

23 Juni 11 3 24 Juni 11 24 Agst 11 PT. Santano Rekamedia

Grant (KPDT)

14. Event Organizer for Lessons Learn SPADA

15 Nov 11 1 15 Nov 11 14 Des 11 PT. Santano Rekamedia

Loan (KPDT)

Page 107: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 84

Lampiran 3 :

Tabel Rekapitulasi Dana PAP Provinsi Program P2DTK Nasional TA. 2007 - 2012

No. Provinsi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Alokasi

Jumlah PAP 2006 PAP 2007 PAP 2008 PAP 2009 PAP 2010 PAP 2011 PAP 2012

1. Lampung

- 1.057.650.000 1.136.000.000 1.097.115.000 999.800.000 700.000.000 750.000.000 5.740.565.000

2. Bengkulu 205.890.000 589.700.000 772.343.043 882.589.125 490.499.900 185.375.000

- 3.126.397.068

3. Kalimantan Barat - 1.164.496.000 1.513.500.000 1.513.761.000 1.223.211.400 510.517.000

- 5.925.485.400

4. Kalimantan Tengah

- 561.031.400 922.702.000 677.939.000 792.495.000

-

- 2.954.167.400

5. Sulawesi Tengah - 1.737.300.000 1.804.370.000 2.102.780.000 692.580.000

-

- 6.337.030.000

6. Nusa Tenggara Timur

- 1.148.711.000 1.849.627.500 747.500.000 1.176.556.750

-

- 4.922.395.250

7. Maluku - 995.109.000 665.000.000 1.185.044.800 1.162.228.850

-

- 4.007.382.650

8. Maluku Utara - 1.302.725.000 1.497.250.000 760.000.000

-

-

- 3.559.975.000

Total 205.890.000 8.556.722.400 10.160.792.543 8.966.728.925 6.537.371.900 1.395.892.000 750.000.000 36.573.397.768

Sumber: MIS P2DTK

Page 108: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 85

Lampiran 4 :

Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang PendidikanP2DTK Nasional Berdasarkan Hasil Sertifikasi

No. Provinsi Siklus 1 Siklus 2 (2008) Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010)

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1. Bengkulu 48 0 0 37 0 0 21 0 0 13 0 0

2. Lampung 33 0 0 39 0 0 17 0 0 22 0 0

3. Kalimantan Barat 44 13 0 65 5 0 23 2 0 38 0 0

4. Kalimantan Tengah

44 3 0 38 1 0 23 0 0 19 0 0

5. Maluku 122 0 0 113 0 0 60 8 0 105 9 0

6. Maluku Utara 58 0 0 81 0 0 27 0 0 60 0 0

7. Sulawesi Tengah 185 0 0 181 0 0 155 1 1 139 1 0

8. NTT 56 0 0 77 0 0 41 0 0 56 7 0

TOTAL 590 16 0 631 6 0 367 11 1 452 17 0

TOTAl Sub Proyek 2.091

TOTAL % Kriteria Baik 2.040 (97,56)

TOTAL % Kriteria Cukup 50 (2,39)

TOTAL % Kriteria Kurang 1 (0,05)

Sumber: Data MIS P2DTK

Page 109: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 86

Lampiran 5 :

Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Kesehatan P2DTK NasionalBerdasarkan Hasil Sertifikasi

No. Provinsi Siklus 1 Siklus 2 (2008) Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010)

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1. Lampung 37 0 0 41 0 0 17 0 0 24 0 0

2. Bengkulu 17 0 0 33 0 0 12 0 0 11 0 0

3. Kalimantan Tengah 22 2 0 35 0 0 21 0 1 11 0 0

4. Kalimantan Barat 26 16 0 24 13 0 21 11 0 20 11 0

5. Sulawesi Tengah 163 0 0 125 0 0 153 0 0 57 0 0

6. Maluku 87 0 0 75 0 0 59 2 0 41 10 0

7. Maluku Utara 35 0 0 61 0 0 23 0 0 42 0 0

8. Nusa Tenggara Timur

71 0 0 74 0 0 38 0 0 32 3 0

TOTAL 458 18 0 468 13 0 344 13 1 238 24 0

TOTAL Sub Proyek 1.577

TOTAL % Kriteria Baik 1.508 (95,62)

TOTAL % Kriteria Cukup 68 (4,31)

TOTAL % Kriteria Kurang 1 (0,06)

Sumber: Data MIS P2DTK

Page 110: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 87

Lampiran 6 :

Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang InfrastrukturP2DTK Nasional Berdasarkan Hasil Sertifikasi

Kualitas Fisik Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010) Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 1.198 95,08 1.124 94,37 455 89,22 608 60,26 3.385 85,26

Cukup 62 4,92 67 5,63 55 10,78 400 39,64 584 14,71

Kurang 0 0 0 0 0 0 1 0,10 1 0.03

TOTAL 1.260 100,00 1.191 100,00 510 100,00 1.009 100,00 3.970 100,00

TOTAL Sub Proyek 3.970

TOTAL % Kriteria Baik 3.385 (85,26%)

TOTAL % Kriteria Cukup 584 (14,71%)

TOTAL % Kriteria Kurang 1 (0,03%)

Sumber: Data MIS P2DTK

Page 111: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 88

Lampiran 7 :

Tabel Kualitas Penyelesaian Sub Proyek Bidang Pemuda P2DTK Nasional

Berdasarkan Hasil Sertifikasi

No. Provinsi Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 (2009) Siklus 3 (2010)

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1. Bengkulu 27 0 0 45 0 0 16 0 0 5 14 0

2. Kalimantan Barat 38 17 0 23 21 0 16 21 0 26 7 0

3. Kalimantan Tengah 23 1 0 20 0 0 15 1 0 14 2 1

4. Lampung 28 0 0 25 0 0 9 0 0 23 0 0

5. Maluku 40 0 0 40 0 0 25 4 0 26 3 0

6. Maluku Utara 10 0 0 24 0 0 14 0 0 17 0 0

7. Nusa Tenggara Timur 41 0 0 25 3 0 25 1 0 13 10 0

8. Sulawesi Tengah 42 0 0 47 0 0 18 0 0 39 0 0

TOTAL 249 18 0 249 24 0 138 27 0 163 36 1

Sumber: Data MIS – NMC

Page 112: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 89

Lampiran 8 :

Tabel Jenis, Jumlah dan Kualitas Sub Proyek P2DTK Program Optimalisasi TA. 2011

No. Kabupaten

Jumlah dan Kualitas Bidang Kegiatan

Jumlah Infrastruktur Pendidikan Kesehatan

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang

1. Sambas 6 0 0 2 0 0 3 0 0 11

2. Bengkayang 4 0 0 4 0 0 2 0 0 10

3. Sanggau 3 0 0 10 0 0 10 0 0 23

4. Banggai 2 0 0 0 0 0 1 0 0 3

5. Morowali 17 0 0 4 0 0 7 0 0 28

6. Poso 4 0 0 6 0 0 4 0 0 14

7. Tojo Una-Una 9 0 0 6 0 0 4 0 0 19

TOTAL 45 0 0 32 0 0 31 0 0 108

Sumber: KM. Nas-MIS

Page 113: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 90

Lampiran 9: Bagan Jenis Kebutuhan Masyarakat Terhadap Sub Projek Pendidikan di P2DTK Nasional Siklus-1 s.d Siklus 3

Sumber: MIS P2DTK. Total sub proyek 2.091 sub proyek.

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

550

Subs

idi un

tuk s

iswa:

Beas

iswa,

layan

an tr

ansp

ortas

i dar

i/ke

seko

lah

Perle

ngka

pan S

ekola

h bag

i Mur

id (Se

raga

m, al

at tu

lis, d

sb)

Fisik

peng

adaa

n & re

hab:r

. kela

s, r. p

erpu

staka

an, r.

admi

n

Lapa

ngan

Upac

ara/

Olah

Raga

Meu

belai

r (M

eja-K

ursi B

elajar

)

Peng

adaa

n gur

u: gu

ru ho

norer

e, gu

ru ku

ngjun

g

Pelat

ihan G

uru

meng

enai

Met

oda P

enga

jaran

(a.l.

PAKE

M da

n

CTL)

Pelat

ihan G

uru

meng

enai

Mat

a Pela

jaran

& m

utu p

endid

ikan

Pelat

ihan u

ntuk

guru

: pem

berd

ayaa

n pot

ensi,

olah

raga &

kese

nian

Kelom

pok K

erja

Guru

(KKG

)/Mus

yawa

rah G

uru M

ata P

elajar

an

(MGM

P)

Buku

Pake

t

Pera

ngka

t Lab

orato

rium

/ Alat

Perag

a

Pelat

iahan

MBS

, pem

anta

pan M

anaje

men,

% mo

nitor

ing

seko

lah

Pelat

ihan K

omie

Seko

lah

Kelom

pok K

erja

Kepa

la Se

kolah

(K3S

)

Paga

r Sek

olah /

Halam

an

Lain-

lain K

egiat

an

Aspek Akses

(12,8%)Aspek Peningatan Mutu Pendidikan (73,2%) Aspek Menejemen

(5,1%)Lain-Lain

(8,9%)

Page 114: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 91

Lampiran 10: Bagan Jenis Kebutuhan Masyarakat Terhadap Sub Projek Kesehatan di P2DTK Nasional Siklus-1 s.d Siklus 3

Sumber: MIS P2DTK. Total sub proyek 1.577 sub proyek.

0

100

200

300

400

500

600

Penyul

uhan d

an Pro

mosi K

esehat

an (Pe

nguata

n Kese

hatan

Masya

rakat)

Pelatih

an Kes

ehatan

(Masy

arakat

)

Pelatih

an Ten

aga Ke

sehata

n (Kad

er, Bid

an)

Pelaya

nan Bu

mil, KB

, Keseh

atan Ib

u dan

tumbuh

kemb

ang an

ak,ser

ta …

Meube

lair (m

eja, ku

rsi, lem

ari)

Rehabi

litasi/p

emban

gunan

Posyan

du /Po

lindes

Pengad

aan Ob

at-Obat

an

Pengob

atan d

asar, u

mum,

dan im

unisas

i

Pengad

aan Pe

ralatan

keseh

atan (

timban

gan, d

ll)

Pelatih

an Ten

aga Ke

sehata

n Ling

kungan

Honor

Tenag

a Kese

hatan

(Bukan

PNS)

Usaha

Keseha

tan Se

kolah

(UKS)

Jamban

, WC, A

ir bers

ih

Pember

antasa

n Peny

akit M

enular

Warga

Siaga

Total S

anitas

i Masy

arakat

(TSM)

Penang

gulang

an gizi

buruk

: sweep

ing,PM

T, perb

aikan

gizi ma

syarak

at

Kegiata

n lain-l

ain

AKSES [14,17%] MUTU PELAYANAN [31,07%] KESEHATAN MASY. [53,20%]LAIN-2 [3,74%]

118 115

67

12

121 112

1936 28 37 31 27

612

25

6273 67

15

Page 115: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 92

Lampiran 11:Bagan Jenis Kebutuhan Masyarakat Terhadap Sub Projek Infrastrukturdi P2DTK Nasional Siklus-1 s.d Siklus 3

Sumber: MIS P2DTK. Keterangan: Total sub proyek 3.970 sub proyek

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

Sub

proy

ek

Uni

t ter

bang

un

PENGADAAN AIR BERSIH (14,94%)

SANITASI (13,43%)

JALAN DAN JEMBATAN (47,05%)

DRAINASE (7,88%)

IRIGASI (3,78%)

LAIN-LAIN (12,92%)

593

2.996

533

5.319

1.868 1.868

313 313 150 150 513 513

Page 116: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 93

Lampiran 12 :

Tabel Jumlah dokumen Hasil Review Dokumen Pengadaan (s.d Juli 2011)

No. Propinsi

Jumlah

Dokumen

Review Hasil Review

Lengkap % Lengkap % Tidak

Lengkap %

1. Bengkulu 140 140 100% 57 41% 83 59%

2. Lampung 123 123 100% 98 80% 25 20%

3. Kalbar 88 68 77% 48 55% 20 23%

4. Kalteng 112 112 100% 103 92% 9 8%

5. Sulteng1 262 262 100% 189 72% 73 28%

6. Maluku 293 238 81% 228 78% 10 3%

7. Malut2 93 59 63% 14 15% 45 48%

8. NTT 129 129 100% 101 78% 28 22%

Jumlah 1.240 1.131 91,21% 838 74,09% 293 25,91%

Keterangan: 1: Kab.Touna, Poso, Banggai. 2: Kab Sula, Halut, Halsel

Page 117: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 94

Lampiran 13 :

Tabel Pengadaan Untuk Pelaksana Sub Proyek di P2DTK Nasional

No. Provinsi

Pendidikan Kesehatan Infrastruktur Pemuda

Tota

l P3

Tota

l Sw

ake

lola

Tota

l Ke

giat

an

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

BLM

Kab

Swak

elo

la

BLM

Ke

c.

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

BLM

Kab

Swak

elo

la

BLM

Ke

c.

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

BLM

Kab

Swak

elo

la

BLM

Ke

c.

Pih

ak K

3

Swak

elo

la

BLM

Kab

Swak

elo

la

BLM

Ke

c.

1. Bengkulu 17 15 87 30 20 23 23 14 369 0 0 107 70 635 705

2. Lampung 0 26 85 17 26 76 28 26 396 0 0 85 45 720 765

3. NTT 72 32 133 86 47 85 76 11 289 0 0 118 234 715 949

4. Kalbar 10 18 162 13 18 111 12 13 307 0 0 169 35 798 833

5. Kalteng 23 17 88 13 27 52 22 4 316 0 0 77 58 581 639

6. Sulteng 21 78 564 2 48 448 148 16 822 0 0 146 171 2.122 2.293

7. Maluku 48 61 308 21 52 201 60 77 488 0 0 138 129 1.325 1.454

8. Maluku Utara 2 66 158 3 58 100 8 68 377 0 0 65 13 892 905

Total 193 313 1585 185 296 1.096 377 229 3.364 0 0 905 755 7.788 8.543

Page 118: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 95

Lampiran 14 :

Tabel KeyPerformance Indicator P2DTK Nasional

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 22 JANUARI 2013

Penguatan pemerintahan dalam mendukung pertumbuhan, dan meningkatkan penyediaan layanan di 32 kabupaten termiskin di Indonesia.

Peningkatan akses terhadap biaya yang efektif, infrastruktur pedesaan yang kualitas tinggi (EIRR> 20%) melalui proses perencanaan partisipatif di 8 Provinsi.

Hasil Assessmentuntuk sub-sub proyek infrastruktur di wilayah P2DTK Nasional menunjukkan angka EIRR 34,41%, yang berarti di atas angka yang ditetapkan 20%.

Peningkatan langkah alternatif dalam penyelesaian sengketa beserta mekanisme hukum oleh masyarakat untuk menyelesaikan sengketa secara damai di Propinsi Maluku.

Total 32 Kasus

Pidana = 25 Kasus

Perdata = 7 Kasus

Penerima manfaat: 67.548 orang

Sudah dilakukan pendidikan hukum kepada 3.622 orang dan sebanyak 58 orang sudah memanfaatkan media konsultasi hukum. (Sumber Data Form-6 MIS: Laporan MPHM, Juli 2011)

Peningkatan usaha baru yang terdaftar. 14.482 Daftar Usaha Baru yang terdaftar a. Sebanyak 8.169 Usaha baruterdaftar untuk LPK-PSS (Lembaga Pelaksana

Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta) Wilayah Barat oleh YBKM di 4 Provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, dan Lampung

b. Sebanyak 6.313 Usaha baruterdaftar untuk LPK-PSS (Lembaga Pelaksana Kegiatan Pengembangan Sektor Swasta) Wilayah Timur oleh Bina Swadaya di 4 Provinsi: Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, dan NTT

Peningkatan layanan kesehatan masyarakat (# pasien baru).

No. Tahun Jumlah

1. 2008 440.048

2. 2009 508.079

3. 2010 622.262

Jumlah Total 1.570.389

Sebanyak 1.570.389 orang menjadi pasien baru pelayanan kesehatan di dalam program P2DTK, dengan perbandingan tingkat kenaikan antara tahun 2008 dan tahun 2010 sebesar 41%.

Page 119: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 96

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 22 JANUARI 2013

Kenaikan nilai ujian nasional di sekolah dasar di kabupaten sasaran.

Rata-rata nilai UN di SD di kabupaten sasaran mengalami penurunan14:

2007 – 2008 rata-rata hasil UN sebesar 63

2008 – 2009 rata-rata hasil UN sebesar 58

2009 – 2010 rata-rata hasil UN sebesar 50 (Sumber data Puspendik “Pusat Penilaian Pendidikan” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Berkurangnya/Penurunan Jumlah korban akibat konflik.

Pendidikan Hukum = 3.470 org Konsultasi Hukum = 58 org (Sumber Data Form-6 MIS: Laporan MPHM)

Intermediate Outcomes Intermediate Outcomes Indicators

KomponenSatu : Dana Grant Kecamatan

KomponenSatu :

Infrastruktur, Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, dan kegiatan sosial yang terkait dengan rekonsiliasi dan pembangunan yang diserahkan di tingkat kecamatan.

Pencairan 70% dari pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan di tingkat Kecamatan.

Rata-Rata Pencairan DOK Kecamatan dan BLM Kecamatan sebesar 99,85% yang berarti di atas angka yang ditetapkan 70%

Pencairan DOK Kec.: Rp. 133.450.894.320,- (99,49%)

Pencairan BLM Kec.: Rp. 341.488.148.000,- (99,99%) (Sumber Data MIS)

70% dari kualitas infrastruktur di tingkat kecamatan klasifikasi 'memuaskan' menjadi 'axcellent‘.

Data sertifikasisub proyek menurut MIS P2DTK menunjukkan bahwa 92% kualitas infrastruktur di tingkat kecamatan diklasifikasikan “Memuaskan” sampai “Baik”. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan dalam KPI sebesar 70%.

300 sekolah dasar direhabilitasi. 854sekolah dasar direhabilitasiyang berarti di atas angka yang ditetapkan 300 sekolah dasar direhabilitasi (Sumber Data MIS)

50 klinik kesehatan direhabilitasi. 397klinik kesehatan direhabilitasi yang berarti di atas angka yang ditetapkan 50 klinik kesehatan direhabilitasi (Sumber Data MIS)

KomponenDua : Dana Grant KomponenDua :

14 Angka rata-rata nilai kelulusan SD ini pada level nasional juga mengalami penurunan yaitu Tahun 2007/2008=35; Tahun 2008/2009=30; dan Tahun 2009/2010=28.

Page 120: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 97

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 22 JANUARI 2013

Kabupaten

Infrastruktur, Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan, dan kegiatan sosial yang terkait dengan rekonsiliasi dan pembangunan yang diserahkan di tingkat Kabupaten.

Pencairan 70% dari pembiayaan tahunan yang direncanakan dihibahkan kabupaten.

Rata-Rata Pencairan DOK Kabupaten dan BLM Kabupaten sebesar 99,83% yang berarti di atas angka yang ditetapkan 70%

Pencairan DOK Kab.: Rp. 21.146.385.765,- (100%)

Pencairan BLM Kab.: Rp. 261.280.388.644,- (98,69%) (Sumber Data MIS)

70% dari kualitas infrastruktur di tingkat kabupaten klasifikasi 'memuaskan' menjadi 'axcellent‘.

Data sertifikasi menurut MIS P2DTK menunjukkan bahwa 88% kualitas infrastruktur di tingkat kabupaten diklasifikasikan “Memuaskan” sampai “Baik”. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan oleh KPI yang sebesar 70%.

KomponenTiga : Dana Grant Kabupaten

KomponenTiga :

Bantuan Hukum & ADR, membentuk dan/atau diperkuat mekanisme formal dan informal bagi penyelesaian sengketa tingkat lokal.

500 orang mendapatkan manfaat dan bantuan hukum dalam penanganan kasus melalui bantuan proyek.

135.076 orang yangberarti di atas angka yang ditetapkan 500. Jumlah sangat besar karena Banyaknya kasus yang bersifat komunal (kelompok), sehingga jika: 1. Kasus selesai, maka penerima manfaatnya sejumlah orang pada komunal

tersebut. 2. Terdapat 1 kasus di Tual mengenai pengungsi, yang mana bupati tual

menetapkan bahwa 1 kasus tersebut memiliki jumlah pemanfaat sebesar 65.000 orang.

(Sumber Data Form-6 MIS: Laporan MPHM)

Kesehatan dan Pendidikan

Komite Kesehatan danPendidikanyang terbentuk terlibat dalam pelaksanaan perencanaan partisipatif dan penganggaran di wilayahnya (kabupaten).

35 komite kesehatan dan pendidikan dilatih dan dibentuk melibatkan berbagai unsur pemerintah

58 dewan terdiri atas Dewan Kesehatan dan Dewan Pendidikan dilatih dan dibentuk melibatkan berbagai unsur pemerintah. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 35.

Terbentuk 26 Dewan Kesehatan; dan

Terbentuk 32 Dewan Pendidikan (Sumber Data dari Kabupaten)

10.000 guru, kepala sekolah dan komite pendidikan anggota dilatih.

11.935 orang guru, kepala sekolah dan komite pendidikan anggota dilatih (P2DTK Reguler 11.693 dan Optimalisasi 242 orang).Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 10.0000. (Sumber Data MIS dan Rekap Pelaku Pendidikan )

Page 121: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 98

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 22 JANUARI 2013

1.500 petugas kesehatan menerima pelatihan dalam peningkatan layanan kesehatan.

7.039 orang petugas kesehatan menerima pelatihan dalam peningkatan layanan kesehatan. Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 1.500. (Sumber Data MIS)

Mempromosikan Investasi

Forum Usaha yang dibentuk oleh pemerintah dan berfungsi(Out put yang dikerjakan oleh FSS).

Penilaian hambatan untuk pengembangan sektor swasta lokal selesai di 20 kabupaten.

Terbentuk 29 FSS (terdapat 7 FSS belum aktif). Hal ini berarti di atas angka yang ditetapkan 20 Kabupaten. (Sumber Data Laporan LPK-PSS)

Rekomendasi forum usaha untuk perbaikan peraturan yang tersedia di tujuh kabupaten.

8 Kabupaten telah memberikan rekomendasi masukan perbaikan Perda. Hal ini berarti di bawah angka yang ditetapkan 7 Kabupaten. (Sumber Data Laporan PSS Sp. NMC SPADA)

KomponenEmpat : Dukungan implementasi

Struktur Pelaksanaan dari pemerintah, pengadaan dan bantuan teknis untuk proyek yang telah ditetapkan dan berfungsi.

> 70% Konsultan yang direncanakan berada di awal siklus tahunan.

Rata-rata keberadaan konsultan di setiap Tahun Anggaran dari TA. 2007 sampai TA. 2011 mencapai angka 84%. Tabel di bawah ini sudah mencakup berbagai jenis konsultan seperti Team leader, koordinator PMC dan DMC, konsultan bidang/spesialis di NMC, PMC, dan DMC, FK, konsultan procurement dan financial management, konsultan PSS, dan MPHM.

Tahun Seharusnya Realisasi Presentase

2007 447 320 72%

2008 447 320 72%

2009 447 362 81%

2010 447 406 91%

2011 447 418 94%

2012 72 70 97%

Page 122: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 99

PROJECT DEVELOPMENT OBJECTIVE OUTCOME INDICATORS CAPAIAN

PER 22 JANUARI 2013

KomponenLima : Monitoring dan Studi Khusus

Berfungsinya sistem MIS. 100% Aplikasi MIS sudah berjalan optimal untuk: a. 8 (Delapan) Provinsi untuk SPADA Nasional, yang mana per Desember

2011 sudah selesai dilaksanakan b. 2 (Dua) Provinsi wilayah Optimalisasi sedang berjalan dan berfungsi

dengan baik (Data Lembar Pantau MIS SPADA)

Baseline survei, studi dampak dan studi tematik yang telah selesai

Terdapat 5 Kegiatan, yaitu: 1. GDS Survey oleh SMERU; 2. Planning oleh Bappenas; 3. Study Lessons Learn on SPADA Planning and Service Delivery oleh Pattiro; 4. Assessment Output SPADA (Rapid Assessmnet) oleh PIU; 5. Studi Output oleh Ciriajasa Engeneering Consultant

Page 123: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 100

Lampiran 15:

Tabel RekapitulasiTotal Dana Alokasi, Pencairan dan Penyaluran DOK SPADA NasionalTahun 2007–2010

No. Provinsi Alokasi (DIPA)

Pencairan (SP2D) Selisih/ Silpa

Penyaluran Selisih Pencairan dan Penyaluran

Jumlah % Jumlah %

1. BENGKULU 15.125.233.000 14.924.244.365 98,7% 200.988.635 14.924.244.365 100,0% 0

2. LAMPUNG 12.370.393.000 12.369.718.800 100,0% 674.200 12.369.718.800 100,0% 0

3. KALIMANTAN TENGAH 14.937.461.000 14.864.161.000 99,5% 73.300.000 14.864.161.000 100,0% 0

4. KALIMANTAN BARAT 21.081.662.000 21.085.862.000 100,0% (4.200.000) 21.085.862.000 100,0% 0

5. SULAWESI TENGAH 19.342.550.000 18.973.290.000 98,1% 369.260.000 18.847.012.603 99,3% 126.277.397

6. NUSA TENGGARA TIMUR 27.011.410.000 27.011.408.720 100,0% 1.280 26.980.765.077 99,9% 30.643.643

7. MALUKU 26.377.329.000 26.460.131.000 100,3% (82.802.000) 26.375.750.834 99,7% 84.380.166

8. MALUKU UTARA 18.890.683.000 18.908.464.200 100,1% (17.781.200) 19.046.284.200 100,0% (137.820.000)

T O T A L DOK 155.136.721.000 154.597.280.085 99,7% 539.440.915 154.493.798.879 99,9% 103.48.206

Sumber: MIS-P2DTK, per Desember 2012

Page 124: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 101

Lampiran 16 :

Tabel RekapitulasiTotal Dana Alokasi, Pencairan dan Penyaluran DOK P2DTK OptimalisasiTahun 2011

Kabupaten Keterangan

Penggunaan/ Penyaluran

Jumlah Dana Tersedia

(Rp.)

Jumlah Penggunaan (Rp.)

KALIMANTAN BARAT

Sanggau Perencanaan dan Persiapan 14.598.316 14.598.316

Sambas Perencanaan dan Persiapan 66.626.187 66.626.187

Bengkayang Perencanaan dan Persiapan 40.094.750 40.094.750

Sub Total 121.319.253 121.319.253

SULAWESI TENGAH

Poso Perencanaan dan Persiapan 40.000.000 40.000.000

Tojo Una-una Perencanaan dan Persiapan 85.725.675 85.725.675

Morowali Perencanaan dan Persiapan 108.930.000 108.930.000

Banggai Perencanaan dan Persiapan 74.567.400 74.567.400

Sub Total 200.293.075 200.293.075

T O T A L 321.612.328 321.612.328

Sumber: MIS-P2DTK per Desember 2012

Page 125: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 102

Lampiran 17 :

Tabel RekapitulasiTotal Dana Alokasi, Pencairan dan Penyaluran BLM P2DTK NasionalTahun 2007–2010 dan SAPADA Optimalisasi 2011

No. PROVINSI ALOKASI

(DIPA)

PENCAIRAN (SP2D) SELISIH /

TIDAK TERSERAP di

KPPN

PENYALURAN (S 1,2,3) SUB PROJECT dan A/O Sisa / Selisih

Pencairan dan

Penyaluran Jumlah % BLM A/O % TOTAL %

1. BENGKULU 52.052.000.000 52.052.001.187 100,0% (1.187) 49.971.672.614 2.080.328.573 4,0% 52.052.001.187 100.0% 0

2. LAMPUNG 74.871.000.000 74.870.909.870 100,0% 90.130 71.415.936.565 3.454.973.305 4,6% 74.870.909.870 100.0% 0

3. KALIMANTAN TENGAH 46.348.000.000 42.954.640.000 92,7% 3.389.849.999 40.474.257.055 2.239.076.219 5,2% 42.713.333.274 99.4% 241.306.726

4. KALIMANTAN BARAT 81.998.000.000 81.993.797.099 100,0% 4.202.901 78.275.822.517 3.677.974.582 4,5% 81.953.797.099 100.0% 40.000.000

5. SULAWESI TENGAH 77.724.000.000 77.714.620.000 100,0% 9.380.000 73.801.541.551 3.731.130.606 4,8% 77.532.672.157 99.8% 181.947.843

6. NUSA TENGGARA TIMUR

109.286.971.000 109.286.869.692 100,0% 101.308 104.138.689.933 5.148.179.759 4,7% 109.286.869.692 100.0% 0

7. MALUKU 89.844.000.000 89.755.545.800 99,9% 88.454.200 85.766.233.754 4.062.179.343 4,5% 89.828.413.097 100.1% (72.867.297)

8. MALUKU UTARA 74.158.000.000 74.140.152.996 100,0% 17.847.004 70.471.272.823 3.531.060.173 4,8% 74.002.332.996 99.8% 137.820.000

T O T A L BLM 606.281.971.000 602.768.536.644 99,4% 3.513.434.356 574.315.426.813 27.924.902.559 4,6% 602.240.329.372 99.9% 528.207.272

Sumber: MIS-P2DTK, per Desember 2012

Page 126: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 103

Lampiran 18 :

Tabel RekapitulasiTotal Dana Alokasi, Pencairan dan Penyaluran BLM P2DTK OptimalisasiTahun 2011

No. Kabupaten Alokasi

Dana (DIPA)

Pen Selisih/ Silpa

Penyaluran Sisa/ Selisih Pencairan

dengan Penyaluran Jumlah % BLM Subprojek BLM A/O % Jumlah %

KALIMANTAN BARAT

1. Sambas 2.000.000.000 2.000.000.000 100% - 1.884.423.200 100.000.000 5,0% 1.984.423.200 99% 15.576.800

2. Bengkayang 2.000.000.000 2.000.000.000 100% - 1.937.500.000 62.500.000 3,1% 2.000.000.000 100% 0

3. Sanggau 2.000.000.000 2.000.000.000 100% - 1.882.085.007 100.000.000 5,0% 1.982.085.007 99% 17.914.993

Sub Total 6.000.000.000 6.000.000.000 100% - 5.704.008.207 262.500.000 4,4% 5.966.508.207 99% 33.491.793

SULAWESI SELATAN

1. Poso 2.000.000.000 2.000.000.000 100% - 1.900.000.000 100.000.000 5,0% 2.000.000.000 100% 0

2. Tojo Una-una 2.000.000.000 1.999.999.900 100% 100 1.900.426.600 99.573.300 5,0% 1.999.999.900 100% 0

3. Morowali 2.000.000.000 2.000.000.000 100% - 1.899.482.000 100.518.000 5,0% 2.000.000.000 100% 0

4. Banggai 2.000.000.000 2.000.000.000 100% - 1.900.000.000 100.000.000 5,0% 2.000.000.000 100% 0

Sub Total 8.000.000.000 7.999.999.900 100% 100 7.599.908.600 400.091.300 5,0% 7.999.999.900 100% 0

TOTAL WILAYAH OPTIMALISASI

14.000.000.000 13.999.999.900 100% 100 13.303.916.807 662.591.300 4,7% 13.966.508.107 100% 33.491.793

Sumber: MIS P2DTK, per Desember 2012

Page 127: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 104

Lampiran 19 :

Tabel Kegiatan Capacity BuildingBersumber dari Dana BLM Kecamatan dan Kabupaten P2DTK Nasional

Name Siklus 1

2007 (Peserta)

Siklus 2 2008

(Peserta)

Siklus 3-2009

(Peserta)

Siklus 3-2010

(Peserta)

Total (Peserta)

Pelatihan Guru mengenai Metoda Pengajaran (a.l. PAKEM dan CTL) 834 1.071 964 86 2.955

Pelatihan Guru mengenai Mata Pelajaran 722 359 881 567 2.529

Pelatihan Guru mengenai Pembuatan Produk 425 525 0 0 950

Pelatihan Guru mengenai Olah Raga dan Kesenian 77 41 0 0 118

Pelatihan Guru mengenai Pemulihan dari Krisis / Bencana 0 0 0 0 0

Pelatihan Guru mengenai Pengembangan / Pemberdayaan Potensi 235 0 80 365 680

Pelatihan Guru mengenai Pergaulan Anak (a.l. kekerasan antar anak di sekolah)

0 0 0 0 0

Pelatihan Guru mengenai Kesehatan 0 0 0 0 0

Pelatihan untuk Guru 1.285 545 1.202 1.429 4.461

Pelatihan Komite Sekolah 738 91 90 0 919

Pelatihan mengenai Manajemen Sekolah (a.l. MBS) 3.688 2.111 932 2.169 8.900

Pelatihan Monitoring bagi Sekolah, Masyarakat & Pengelola Pendidikan

0 100 0 0 100

Pelatihan Tenaga Kesehatan (Kader, Bidan) 1.877 3.013 1.028 890 6.808

Pelatihan Kesehatan (Masyarakat) 4.397 1.692 1.488 1.763 9.340

Penyuluhan 7.725 22.999 21.564 13.041 65.329

Pelatihan Early Warning System 0 125 100 75 300

Pelatihan mengenai Pemulihan dari Krisis / Bencana (trauma healing) 0 0 0 0 0

Pelatihan mengenai Pembuatan Produk/ Pelatihan Kewirausahaan 1.686 2.474 322 729 5.211

Pelatihan mengenai Olah Raga dan Kesenian 39 0 40 560 639

Pelatihan mengenai Pengembangan / Pemberdayaan Potensi 2.514 3.206 4.770 2.550 13.040

Total Peserta Pelatihan 26.242 38.352 33.461 24.224 122.279

Page 128: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 105

Lampiran 20 : Tabel Kegiatan Capacity BuildingBersumber dari Dana DOK Kecamatan

dan Kabupaten P2DTK Nasional

No. Name Nasional (Peserta)

1. Aparatur Pemda 173

2. Aparatur Pemda Kec 381

3. Bidang Kesehatan 1.586

4. Bidang Pendidikan 2.125

5. BPP 1.019

6. Fasilitator Desa 4.186

7. Fasilitator Kecamatan 40

8. Kajian Teknis & Desain 264

9. Keuangan 258

10. Komite Sekolah 3.889

11. Lain-lain di Kabupaten 998

12. Lain-lain di Kecamatan 2.881

13. MPHM 34

14. Pelaksanaan Kegiatan 301

15. Pengadaan 123

16. Penlok 614

17. Penlok & FD 424

18. Pokja Pendidikan 1.074

19. PSS 504

20. Tim Desain & RAB Kec 278

21. TK Kab & Satker Kab 91

22. TKT Kabupaten 898

23. TKT Kecamatan 2.530

24. TPK Kabupaten 1.045

25. TPK Kecamatan 5.789

26. TPKM 6.388

27. UPK 2.369

Total Keseluruhan 40.262

Page 129: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 106

Lampiran 21:

Tabel Jumlah Sampel Sub Proyek Infrastruktur BLM Kabupaten dan BLM Kecamatan Output Study P2DTK Nasional

No. Jenis Sub Proyek

Jumlah Kegiatan BLM Kabupaten

NTT Kalimantan Tengah Lampung Sulawesi Tengah Maluku Maluku Utara

Jum

lah

BLM

Ke

c.

Jum

lah

BLM

Kab

.

Tim

or

Ten

gah

Sela

tan

Be

lu

Seru

yan

Kat

inga

n

Lam

pu

ng

Uta

ra

Way

Kan

an

Po

so

Ban

ggai

Bu

ru

Mal

uku

Ten

gah

Ke

pu

lau

an

Sula

Hal

mah

era

Se

lata

n

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Kab

BLM

Ke

c

BLM

Ke

c

BLM

Ke

c

BLM

Ke

c

BLM

Ke

c

BLM

Ke

c

1. Air bersih 2 2 1 2 2 1 2 4 5 1 3 1 4 1 1 27 3

2. Listrik 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 8 2

3. Jembatan 1 1 1 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 4

4. Jalan 3 2 1 0 1 5 1 1 2 4 2 2 2 1 2 1 2 1 3 24 10

5. Pasar 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 6 1

6. Sekolah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7. Sarana kesehatan 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0 12 1

8. Rumah / Bangunan 1 0 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 13 1

9. Terminal 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1

10. Lapangan Olahraga 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 1

11. Saluran air / Drainase 0 0 0 0 0 0 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 7 6

12. Dermaga 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 1

13. MCK 1 1 1 1 1 1 2 5 4 2 1 0 20 0

14 Tanggul / talud 0 1 1 0 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 9 2

Page 130: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia

Project Completion Report P2DTK Nasional

Hal | 107

P2DTK Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus

KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA

Page 131: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia
Page 132: PCR P2DTK Nasional 2007-2012-Versi Bhs. Indonesia