pbl fkuw
DESCRIPTION
PBL 2010TRANSCRIPT
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa Denpasar - Bali
BUKU MODUL BLOK
Community Oriented
Medical Education III
(COME III)
Tema: Family Medicine
Semester VI 04 Maret s.d. 26 Juli
2013
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Medicine
ii
KATA PENGANTAR
Sasaran pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa (FKIK Unwar) sesuai dengan visinya adalah menghasilkan dokter yang kompeten dan profesional dalam layanan kesehatan primer, menjunjung tinggi kemanusiaan dan peduli terhadap lingkungan. Untuk mewujudkan visi tersebut maka pendidikan dokter harus mengacu kepada kurikulum yang telah dirumuskan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI 2006). Ditegaskan bahwa lulusan dokter harus memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SDKI) yang mencakup 7 (tujuh) area kompetensi yaitu (1) komunikasi efektif, (2) keterampilan klinis, (3) landasan ilmu kedokteran, (4) pengelolaan informasi, (5) profesionalisme, (6) kedokteran komunitas, dan (7) pengelolaan masalah kesehatan. Dengan penguasaan berbagai kompetensi tersebut maka FKIK diharapkan akan menghasilkan lulusan dokter yang kompeten dan profesional dengan kualifikasi Dokter Bintang Lima (Five Star Doctor) yaitu sebagai care profider, decision maker, communicator, community leader dan manager (Wonca 2002) dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer (primary health care). Di samping itu dokter layanan kesehatan primer (primary care phycisian) juga diharapkan mampu berperan sebagai dokter keluarga (family doctor) yang mengedepankan pendekatan personal dan holistik, serta pelayanan kesehatan yang komprehensif, kolaboratif, koordinatif, dan bersinambung dengan mempertimbangkan keluarga dan masyarakat.
Kesehatan sebagai hak azasi merupakan hal yang sangat kompleks, karena masalah kesehatan melibatkan berbagai faktor, dan seringkali tidak mampu dipecahkan hanya dengan ilmu kedokteran saja, namun diperlukan beberapa disiplin ilmu sosial yang relevan. Di samping itu, selain berbekal keterampilan berbasis klinik (clinical based skill) yang diperoleh di kampus dan rumah sakit, lulusan dokter juga perlu dibekali berbagai keterampilan yang berbasis komunitas (community based skill). Berabagai keterampilan tersebut dapat diajarkan pada situasi masyarakat yang sesungguhnya (real setting). Untuk penguasaan semua kompetensi tersebut, maka FKIK Unwar telah merancang suatu kurikulum pendidikan dokter yang berorientasi ke masyarakat yang dikemas dalam Blok Community Oriented Medical Education yang disingkat COME. Proses pembelajaran COME yang dimulai sejak 2010 dilaksanakan tiga tahap yaitu COME I (Semester IV) dengan tema ” Effective Communication”, COME II (Semester V) dengan tema ” Problem Solving for Better Health (PSBH) dan COME III (Semester VI) dengan tema ” Family Medicine” . Studi lapangan bertempat di Kecamatan Gianyar yang mencakup 19 desa/kelurahan. Dalam hal ini setiap mahasiswa memperoleh 1 (satu) keluarga angkat (KA) yang akan dikunjungi minimal satu kali setiap bulan dan dibina selama 3 semester untuk pemberdayaan KA.
Tambahan pembelajaran COME ini memberi harapan bahwa lulusan FKIK Unwar akan mampu bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional. Harapan ini tentu tidak berlebihan seandainya mahasiswa dan dosen termotivasi untuk melaksanakan proses pembelajaran COME dengan benar sesuai KBK dan strategi SPICES. Semoga harapan ini dapat terwujud, dan suatu saat COME akan menjadi suatu model pendidikan dokter dan sebagai trade mark FKIK Unwar.
Tim Blok COME
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Medicine
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………....….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………..…….…. iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Manfaat ……………………………………………………………….. 4
II. INFORMASI UMUM
2.1 Tim Penyusun Blok …………………………………………………… 5
2.2 Dosen Pemberi Kuliah ……….……………………………………….. 5
2.3 Dosen Fasilitator ……………………………………………………… 5
III. KURIKULUM
3.1 Tujuan Blok (Aims) …………………………………………………… 6
3.2 Learning Outcomes …………………………………………………… 6
3.3 Isi dan Tujuan Pembelajaran …………………………………………. 6
3.4 Kemampuan Prasyarat (Prerequisite) .................................................... 8
3.5 Jadwal Pembelajaran ............................................................................. 9
3.6 Pertemuan Evaluasi …………………………………………………… 10
3.7 Penilaian Hasil Belajar ........................................................................... 11
3.8 Daftar Pustaka ………………………………………………………… 11
3.9 Informasi Lain-lain …………………………………………………… 12
IV. PROGRAM PEMBELAJARAN
4.1 Pemicu ………………………………………………………………… 12
4.2 Student Project ………………………………………………………… 14
4.3 Abstrak Kuliah ………………………………………………………… 15
4.4 Studi Lapangan ………………………………………………………... 21
4.5 Uji Diri (Self Assessment) …………………………………………….. 23
4.6 Komentar dan Kiat Khusus …………………………………………… 24
----------------------
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan ilmu kedokteran yang memunculkan berbagai spesialisasi dan
subspesialisasi, disertai pragmentasi pelayanan kedokteran yang semakin berorientasi kepada
penunjang diagnostik, dan kurang terbinanya hubungan dokter-pasien telah menimbulkan
dampak negatif pada sistem pelayanan kesehatan, khususnya untuk masyarakat luas. Karena
ketidak-tahuannya maka masyarakat lebih sering memilih sendiri pelayanan kesehatan yang
menurut mereka adalah yang terbaik, dan tidak jarang mereka datang langsung ke pusat-pusat
rujukan tertinggi, sehingga pelayanan kesehatan dengan biaya tinggi seringkali tak dapat
dihindarkan. Di samping itu, pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat lebih
banyak bersifat kuratif, dan sedikit sekali menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan berbagai
faktor yang melatar-belakangi masalah kesehatan yang dialami serta cara
penanggulangannya.
Apa yang salah, siapa yang salah, atau dimana kesalahannya? Pertanyaan tersebut
tampaknya tak perlu dijawab karena adanya sistem pelayanan kesehatan yang melibatkan
berbagai sektor, dan kebetulan pemeran utamanya adalah insan kesehatan. Salah satu
komponen dalam sistem tersebut adalah institusi pendidikan dokter yang melahirkan produk
dokter yang diharapkan akan mampu memberikan kontribusi dalam menjawab pertanyaan di
atas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Dokter Keluarga Sedunia (WONCA)
telah membuat rekomendasi bersama agar pendidikan dokter diarahkan untuk menunjang
upaya pelayanan kedokteran keluarga. Pelayanan kedokteran keluarga mengandung
pengertian yaitu pelayanan yang bersifat menyeluruh (holistic), paripurna (comprehensive),
terpadu (integrated), dan berkesinambungan (continous) terhadap individu sebagai anggota
keluarga dan masyarakat (American Academy of Family Physician).
Sebagaimana telah dipaparkan pada Modul Blok COME I dan II, bahwa pendidikan
kedokteran yang dilakukan di lingkungan rumah sakit tidak banyak memberi kesempatan
kepada mahasiswa untuk memahami pasien dalam konteks sosial secara lebih holistik. Pasien
ke rumah sakit biasanya datang dengan spektrum masalah kesehatan yang sempit sehingga
berbagai faktor penentu sehat-sakit seperti faktor sosial, politik, ekonomi dan psikologis
menjadi terabaikan (Stuart Menin, 2006). Agar mahasiswa mampu mengungkap berbagai
faktor tersebut maka model somato-psycho-socio-semiotic dapat digunakan sebagai filosofi
pendidikan pendidikan dokter (Pauli H et al, 2000). Model ini memberi arah agar pasien
dapat dilihat secara utuh yang mencakup aspek fisik, psikologis dan sosial serta pemahaman
terhadap simbol atau arti tertentu terkait dengan kondisi sehat-sakit. Selain itu pendekatan
holistik terhadap pasien dengan penerapan model bio-psycho-social juga akan dapat
mengungkap berbagai faktor terkait dengan kondisi sehat-sakit (Gan, 2004). Dengan
penerapan model-model tersebut mahasiswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas
tentang konsep sehat-sakit, mengenali berbagai faktor risiko sehat-sakit dan mampu
mencarikan solusi terhadap faktor risiko atau masalah yang melatar-belakangi penyakit
pasien. Untuk tercapainya tujuan tersebut, tampaknya pendidikan kedokteran tidak cukup
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
2
hanya dilakukan di kampus dan/atau rumah sakit saja. Mahasiswa perlu diberikan
pengalaman belajar pada kondisi masyarakat yang sesungguhnya (real setting) melalui
program pendidikan kedokteran berbasis komunitas atau community based medical education
(CBME) atau community oriented medical education (COME). Program COME dilaksanakan
dalam tiga tahap yaitu COME I (Semester IV) dengan tema “Effective Communication”,
COME II (Semester V) dengan tema “Problem Solving for Better Health (PSBH)”, dan
COME III (Semester VI) dengan tema “Family Doctor”.
Dalam pembelajaran COME III dengan tema “Family Doctor”, para mahasiswa kembali
ke keluarga angkat (KA) untuk mengenali kondisi sehat-sakit yang dialami KA serta berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pendekatan holistik untuk menggali berbagai faktor risiko yang mungkin menjadi pemicu
atau penyebab terganggunya kesehatan anggota KA, baik fisik dan mental ataupun sosial
dan spritual. Dengan demikian mahasiswa akan memperoleh gambaran yang lengkap
tentang kondisi KA sebagai dasar untuk memberikan pelayanan komprehensif (paripurna)
dalam praktek dokter keluarga. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan mampu (1) mendeteksi
secara dini permasalahan atau gangguan kesehatan KA serta memberikan solusi yang tepat,
(2) memberikan edukasi dan proteksi spesifik kepada KA, dan (3) melakukan konseling
untuk pemulihan kesehatan KA. Keterampilan berbasis komunitas yang diajarkan kepada
mahasiswa lewat program COME diharapkan akan melengkapi kemampuan klinik
mahasiswa sehingga FKIK Unwar dapat menghasilkan lulusan yang professional dengan
kualifikasi Five Star Doctor yaitu profesional sebagai care provider, decision maker,
communicator, community leader and manager (WONCA 2002). Di samping lima peran
tersebut, dokter di masa datang juga diharapkan dapat berperan sebagai scientist (Lokakarya
Nasional Rancangan Model Pendidikan Dokter Keluarga di Fakultas Kedokteran, Jakarta,
Desember 2004).
Pelayanan kedokteran keluarga membutuhkan pengetahuan yang luas, bukan saja tentang
ilmu kedokteran (medical science), namun juga diperlukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu
sosial (social sciences), karena seorang dokter keluarga memberikan pelayanan kepada
individu dalam konteks keluarga dan masyarakat dengan berbagai latar belakang lingkungan
fisik, sosial, ekonomi, dan budaya yang seringkali menjadi faktor risiko atau faktor
predisposisi timbulnya sakit yang dialami anggota keluarga. Seorang dokter keluarga juga
dituntut untuk dapat bekerja-sama dan mampu memberikan solusi secepat mungkin terhadap
keluhan yang dialami individu sesuai dengan keilmuannya. Untuk dapat menjalankan peran
sebagai “Five Stars Doctor” seorang dokter keluarga dituntut untuk memiliki berbagai
kompetensi yaitu:
1) Kemampuan berkomunikasi secara profesional untuk dapat membangun hubungan
dokter-pasien/keluarga yang efektif.
2) Kemampuan memecahkan masalah kesehatan di keluarga dan/atau masyarakat
menggunakan sumber daya (potensi) yang tersedia.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
3
3) Kemampuan memberikan pelayanan berkualitas yang bersifat menyeluruh (holistic),
paripurna (comprehensive), berkesinambungan (continuous), dan terpadu (integrated).
4) Kemampuan memberikan pelayanan berdasarkan etika moral dan sosial budaya
5) Kemampuan bekerjasama secara profesional dalam tim pelayanan kesehatan terpadu.
6) Kemampuan melakukan penapisan awal (screening) dan melakukan rujukan secara
cepat dan profesional.
7) Kemampuan melakukan tindakan yang menjadi wewenang dan kewajiban seorang
dokter keluarga berdasarkan pengetahuan mutakhir kedokteran (EBM: evidence based
medicine).
8) Kemampuan mengelola unit pelayanan dokter keluarga secara efektif dan efisien.
Dalam mewujudkan kemampuan di atas, maka pendidikan dokter harus dilengkapi dengan
pengenalan dan penterapan 4 materi pokok yaitu (1) konsep kedokteran keluarga, (2)
manajemen pelayanan kedokteran keluarga, (3) pengetahuan medis dasar dan medis teknis,
dan (4) pengetahuan mutakhir kedokteran (evidence based medicine).
Konsep kedokteran keluarga mencakup beberapa hal yaitu
1) Pengertian dan filosofi kedokteran keluarga yang menekankan kepada pelayanan
kesehatan tingkat primer dan pencegahan.
2) Hubungan dokter-pasien dan peranan dokter sebagai promotor kesehatan
3) Pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga serta memperhatikan individu
seutuhnya (fisik, mental, spiritual, sosial, ekonomi, dan budaya).
4) Manajemen sistem pelayanan kesehatan terpadu yang mengutamakan kepuasan
masyarakat pelanggan.
5) Peranan ilmu pengetahuan mutakhir kedokteran (evidence based medicine) dalam
kedokteran keluarga.
Manajemen pelayanan kedokteran keluarga meliputi:
1) Kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga dan/atau masyarakat serta
berbagai faktor penyebabnya
2) Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) untuk meningkatkan status
kesehatan keluarga dan/atau masyarakat.
3) Manajemen sumber daya (manusia, sarana dan prasarana, serta informasi dan
komunikasi) dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk keluarga dan/atau
masyarakat.
4) Penterapan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir dalam manajemen mutu pelayanan
kedokteran keluarga.
5) Sistem pelayanan kesehatan terkendali dan pembiayaan pra-upaya pelayanan dalam
manajemen pelayanan kesehatan kedokteran keluarga yang saling menguntungkan bagi
penyelenggara, pelaksana pelayanan dan pengguna jasa.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
4
Pengetahuan medis dasar dan teknis medis mencakup beberapa pengetahuan dan
keterampilan yaitu:
1) Pengetahuan tentang gawat darurat, deteksi dini, pengobatan rasional, perawatan
pasien di rumah dan rumah sakit, kualitas kehidupan dan status kesehatan individu,
keluarga, masyarakat dan lingkungan.
2) Keterampilan menangani gawat darurat tingkat primer dan melakukan rujukan secara
cepat dan tepat sasaran.
3) Keterampilan melakukan deteksi dini dan pencegahan tingkat primer, sekunder dan
tersier.
4) Keterampilan dalam melakukan pengobatan secara rasional
5) Keterampilan dalam melakukan perawatan di rumah dan rumah sakit sesuai dengan
wewenang dan kewajiban seorang dokter keluarga.
6) Keterampilan dalam melakukan pembinaan terhadap kualitas kehidupan individu,
keluarga, masyarakat dan lingkungannya dengan memperhatikan manusia seutuhnya
(fisik, mental, spiritual, sosial, ekonomi dan budaya).
Pengetahuan mutakhir kedokteran dikaitkan dengan kualitas kehidupan keluarga atau
masyarakat yaitu:
1) Kualitas kehidupan pasangan baru nikah (kesehatan reproduksi, prilaku seks yang
sehat, perawatan kehamilan, keluarga berencana).
2) Perawatan kesehatan dan pendidikan anak (bayi, balita dan anak usia sekolah)
3) Kesehatan remaja dan dewasa muda (merokok, minuman keras, narkoba, seks pra-
nikah)
4) Kesehatan usia produktif (kesehatan kerja, kesehatan mental, dll.)
5) Kesehatan usia lanjut (fisik, mental, sosial dan spiritual)
Proses pembelajaran COME III secara umum bertujuan untuk: (1) memberikan pengalaman
belajar berbasis komunitas kepada mahasiswa agar mampu menggali latar belakang pasien
dengan pendekatan holistik, (2) meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan
filosofi somato-psiko-socio-semiotic dalam penanganan pasien, dan (3) memberikan
pengalaman belajar berbasis komunitas kepada mahasiswa agar mampu memberikan
pelayanan kesehatan komprehensif kepada pasien. 1.2 Manfaat
1) Dengan penguasaan terhadap kemampuan melakukan pendekatan holistik dan
menerapkan filosofi somato-psiko-socio-semiotic dalam penanganan pasien, maka
mahasiswa menjadi terampil dalam praktek dokter keluarga sehingga mampu
memberikan pelayanan komprehensif pada pasien dan keluarganya.
2) Dengan penerapan konsep kedokteran keluarga, masyarakat atau keluarga angkat
(KA) yang menjadi subjek pemberdayaan dalam pembelajaran COME diharapkan
bisa mandiri di bidang kesehatan.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
5
II. INFORMASI UMUM
2.1 Tim Penyusun Blok
Ketua Blok : dr. I Wayan Darwata, MPH
Sekretaris : dr. Dewa Ayu Ratna Juwita, S.Ked
Anggota : 1. Prof.dr.D.P.Widjana, DAP&E, Sp.ParK
2. dr. I Wayan Kandera, MPH
3. dr. I Wayan Semadha, M.Repro
4. dr. N. Kapti, Sp.ParK
5. dr. Made Judy Rachmanu, M.Kes
6. dr. Made Sarmadi, MARS
2.2 Dosen Pemberi Kuliah
No. Nama Jabatan Bag./Institusi Keahlian Alamat & No.Telp. 1. dr. I Wayan
Darwata, MPH Lektor Kepala
IKK-IKP, FKIK Unwar
Public Health
Perum Unud #13, Batubulan HP.08123911913, Tel.(0361)298407
2. dr. I Wayan Kandera, MPH
Lektor Kepala
IKK-IKP, FKIK Unwar
Promkes Jln. A.Yani (Utara), HP.08123958256
3. dr. Mede Judy R., M.Kes
Lektor Kepala
IKK-IKP, FKIK Unwar
Epid Perum Dalung Permai Blok EE/24, HP.081239270128
4. dr. M. Sarmadi MARS
Lektor IKK-IKP, FKIK Unwar
Manajeman RS
Jl. Jepun Putih,Gatsu Timur. HP.03617439469, Tel.(0361)7439469
5. dr. Sri Yenny, Sp.PD
Asisten Ahli
Faal FKIK Unwar
Penyakit Dalam
Jl.P.Roti No.15, Pedungan Dps HP.08563795907
2.3 Dosen Fasilitator
No. Nama Bagian Alamat/Telp Kelom-pok
Ruang Diskusi
1. dr. Made Sarmadi IKK-IKP
Jl. Jepun Putih, Kerta Graha, Denpasar. Tel.(0361)7439469
I RD.4.12
2. dr. Ratna Juwita IKK-IKP
Jl.Tukad Pekerisan No.22 Denpasar, 085237868396
II RD.4.13
3. dr. Km. Trisna S. Anatomi Jl. Sakura V/1 Denpasar, 081805480654
III RD.4.14
4. dr. Ni W. Winianti Parasito-logi
Jl.Kaswari Gg.VII No.4/6, Penatih, Denpasar Timur, 081805513204
IV RD.4.15
5. dr. Rima Kusuma N. Bioki-mia
Jl. Muding Indah III No.4, Kerobokan, Denpasar, 08179448608
V RD.4.16
6. dr. Ni Wayan Rusni, S.Ked
Faal Jl. Tukad Musi, Denpasar 08980151999
VI RD.4.17
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
6
III. KURIKULUM
3.1 Tujuan Blok (Aims)
Mampu mengelola masalah kesehatan di KA dengan pendekatan dokter keluarga.
3.2 Learning Outcomes
1) Mengembangkan hubungan yang kondusif dengan penderita dan keluarga (2.1 dan
5.2)
2) Mengembangkan kemampuan untuk memperoleh informasi yang relevan dan adekuat
tentang penderita (2.2)
3) Menerapkan konsep dan prinsip ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik, ilmu
kesehatan masyarakat, ilmu prilaku dan ilmu lain yang relevan dalam menangani
masalah kesehatan di KA (3.3 dan 7.2)
4) Berkomunikasi secara efektif dengan penderita dan keluarganya saat memberikan
penjelasan informed consent dalam melakukan diagnosis dan penanganan penderita
(7.4)
5) Menerapkan prinsip-prinsip pencegahan (primer, sekunder dan tersier) dalam
melakukan penapisan masalah penyakit di KA (7.7)
6) Merujuk penderita yang memerlukan pemeriksaan dan manajemen lebih lanjut kepada
ahli atau rumah sakit yang relevan (7.11)
7) Mampu menyusun rencana, melakukan kajian dan membuat tulisan ilmiah yang
dipresentasikan dalam bentuk laporan yang komprehensif (1.10)
3.3 Isi dan Tujuan Pembelajaran
Isi Pembelajaran
1) Pengantar Blok: situasi pembelajaran dan learning outcome kedokteran keluarga
2) Konsep kedokteran keluarga dan pelayanan dokter keluarga
3) Peran dokter keluarga dalam pelayanan kesehatan primer
4) Pendekatan holistik dalam pengelolaan pasien
5) Pengelolaan penyakit dengan pendekatan dokter keluarga
6) Pengelolaan stres berkepanjangan dengan pendekatan dokter keluarga
7) Pelayanan kesehatan komprehensif dalam praktek dokter keluarga
Tujuan Pembelajaran
No. Tujuan Pembelajaran Tingkat Kompetensi 1 2 3a 3b 4
1. Pengantar Blok: Kedokteran Keluarga • Memahami latar belakang perlunya pelayanan
kesehatan berbasis kedokteran keluarga 1
• Menjelaskan posisi dan peran dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan
2
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
7
No. Tujuan Pembelajaran Tingkat Kompetensi 1 2 3a 3b 4
2. Konsep kedokteran keluarga dan pelayanan dokter keluarga
• Menjelaskan sistem pelayanan dokter keluarga 2 • Menjelaskan ciri khas dokter keluarga 2 • Penerapan dokter keluarga dalam pengelolaan pasien 3b
3. Peran dokter keluarga dalam pelayanan kesehatan primer di Puskesmas
• Menjelaskan konsep PHC dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
2
• Menjelaskan peran dokter keluarga dalam pelayanan kesehatan primer di Puskesmas
2
• Menjelaskan penerapan praktek dokter keluarga di Puskesmas
2
4. Pendekatan holistik dalam pengelolaan pasien • Memahami kondisi pasien secara utuh 1 • Menjelaskan aspek-aspek pendekatan holistik dalam
pelayanan dokter keluarga 2
• Menjelaskan pendekatan komprehensif dalam penanganan penderita
2
• Menilai masalah kesehatan KA ditinjau dari sudut pandang bio-psiko-sosio-kultural
3a
5. Pengelolaan penyakit dengan pendekatan dokter keluarga
• Mengidentifikasi berbagai faktor terkait dengan penyakit atau kesakitan yang dialami KA
3a
• Memberdayakan KA dalam pemeliharaan kesehatan melalui upaya promosi kesehatan (Promkes)
3b
• Menjelaskan tata kelola penyakit dengan pendekatan dokter keluarga
2
6. Pengelolaan penyakit psikosomatis melalui pendekatan dokter keluarga
• Menjelaskan faktor-faktor pemicu gangguan psiko-somatis
2
• Menjelaskan efek psikis terhadap tubuh, mental dan pikiran
2
• Menjelaskan pengelolaan gangguan psiko-somatis dengan pendekatan dokter keluarga
2
7. Pelayanan kesehatan komprehensif dalam praktek dokter keluarga
• Menjelaskan konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier
2
8. Studi Lapangan Pertama (SL 1) • Membangun komunikasi efektif dan hubungan
interpersonal yang harmonis dengan KA 3a
• Mengidentifikasi kasus-kasus penyakit (disease) atau kesakitan (illness) di KA
3b
• Melakukan anamnese (history taking) terhadap perjalanan penyakit kasus (penderita) di KA
3b
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
8
No. Tujuan Pembelajaran Tingkat Kompetensi 1 2 3a 3b 4
• Menilai status kesehatan individu terkait dengan fungsi, peran dan interaksi individu di KA
3a
9. Studi Lapangan Kedua (SL 2) • Membangun komunikasi yang efektif dan hubungan
interpersonal yang harmonis dengan KA 3a
• Mampu melakukan Promkes di KA 3b • Mampu melakukan penelusuran dengan pendekatan
holistik pada kasus (penderita) untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang kemungkinan terkait dengan penyakitnya
3b
• Menilai peran pengobatan komplementer dan alternatif dalam pelayanan kesehatan primer
3a
10. Studi Lapangan Ketiga (SL 3) • Meningkatkan jalinan komunikasi dan hubungan
interpersonal dengan KA 3a
• Melakukan Promkes yang efektif dengan KA berdasarkan masalah yang ditemukan
3b
• Melakukan pendekatan praktek dokter keluarga dalam pelayanan kesehatan terhadap penderita
3b
11. Studi Lapangan Keempat (SL 4) • Membangun komunikasi yang efektif dan hubungan
interpersonal yang harmonis dengan KA 3a
• Melakukan Promkes yang efektif dengan KA berdasarkan masalah yang ditemukan
3b
• Melakukan pendekatan praktek dokter keluarga dalam pelayanan kesehatan terhadap penderita
3b
12. Studi Lapangan Kelima (SL 5) • Menilai program pemberdayaan KA 3a • Menganalisis faktor-faktor pendorong dan penghambat
program pemberdayaan KA 3b
• Merumuskan hasil pemberdayaan KA dan faktor-faktor pendorong dan penghambat yang dituangkan dalam laporan akhir program
4
3.4 Kemampuan Prasyarat (Prerequisite):
1) Menunjukkan sikap mengutamakan orang lain (altruism), khususnya terhadap
anggota KA (1.1)
2) Tanggap terhadap adanya perbedaan latar belakang agama, ras, budaya, ekonomi dan
sosial KA (1.7)
3) Menguasai konsep dan prinsip ilmu biomedik dan klinik, ilmu kesehatan masyarakat,
dan ilmu lain yang relevan, khususnya antropologi medis dan ilmu prilaku (3.2)
4) Besikap profesional saat melakukan komunikasi dengan KA dan pasien (5.1)
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
9
3.5 Jadwal Pembelajaran
Sesi Waktu Topik Kegiatan Fasilitator Tempat
Sesi 1 Jumat,
15-03-‘12
08.00-09.00 Kuliah 1: Pengantar Blok (Kedokteran Keluarga)
Darwata R. Kuliah
09.00-10.00 Kuliah 2: Konsep kedokteran keluarga dan pelayanan dokter keluarga
Darwata R. Kuliah
Sesi 2 Jumat,
22-03-’13 08.00-10.00
Diskusi Pemicu 1 Kasus: Pendekatan holistik DK
Fasilitator
R. Diskusi
29-03-‘13 Libur Wafatnya Isa Al Masih 05-04-‘13 ? Penampahan Kuningan
Sesi 3 Jumat,
13-04-’13
08.00-09.00 Kuliah 3: Peran dokter keluarga dalam pelayanan kesehatan primer
Kandera R. Kuliah
09.00-10.00 Kuliah 4: Pendekatan holistik dalam pengelolaan pasien
Judy R. R. Kuliah
Sesi 4 Sabtu,
20-04-’13 08.00-12.00
Studi Lapangan Pertama (SL 1): • Identifikasi kasus penyakit (disease)
atau kesakitan (illness) di KA • Identifikasi faktor-faktor terkait
dengan penyakit atau kesakitan dengan pene-rapan model bio-psiko-sosio-kultural
Fasilitator
Puskesmas dan KA
Sesi 5 Jumat,
26-04-’13 08.00-10.00
Diskusi Kelompok • Membahas kasus penyakit atau
kesakitan yang ditemukan di KA • Membahas hasil kunjungan ke KA
Fasilitator R. Diskusi
Sesi 6 Jumat,
03-05-’13 08.00-10.00
Diskusi Pemicu 2 • Kasus: Penyakit dan pelayanan
kesehatan komprehensif • Sudent Project: Pengelolaan kasus
dengan pendekatan dokter keluarga
Fasilitator R. Diskusi
Sesi 7 Jumat,
10-05-’13
08.00-09.00
Kuliah 5: Pengelolaan penyakit dengan pendekatan dokter keluarga (Kasus: Diabetes, Hypertensi, TB, dll)
Sri Yenny R. Kuliah
09.00-10.00
Kuliah 6: Pengelolaan penyakit psiko-somatis dengan pendekatan dokter keluarga (Kasus)
Darwata R. Kuliah
Sesi 8 Jumat,
17-05-’13
08.00-09.00 Kuliah 7: Pelayanan kesehatan komprehensif dalam praktek dokter keluarga
Sarmadi R. Kuliah
09.00-10.00 Pleno: Kuliah 1 s.d. 7 dan penjelasan tugas kunjungan ke KA
Semua pemberi kuliah
R.Kuliah
Sesi 9 Jumat,
24-05-’13 08.00-10.00
Diskusi Kelompok • Membahas persiapan SL 2 • Membahas strategi pendekatan dokter
keluarga untuk penanganan kasus • Membahas student project
Fasilitator R. Diskusi
Sesi 9 Sabtu,
01-06-’13 08.00-12.00
Studi Lapangan Kedua (SL 2): • Penelusuran faktor risiko dengan
pendekatan holistik Fasilitator
KA dan Kasus
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
10
Sesi Waktu Topik Kegiatan Fasilitator Tempat
Sesi 10 Jumat,
07-06-’13 08.00-10.00
Diskusi Kelompok • Membahas hasil penelusuran kasus • Membahas strategi pendekatan dokter
keluarga untuk penanganan kasus • Membahas student project
Fasilitator R. Diskusi
Sesi 11 Sabtu,
15-06-’13 08.00-12.00
Studi Lapangan Ketiga (SL 3): • Praktek penangan kasus dengan
pendekatan dokter keluarga • Kunjungan ke KA untuk KIE
Fasilitator KA
Sesi 12 Jumat,
21-06-’13 08.00-10.00
Diskusi Kelompok • Membahas hasil penanganan kasus • Membahas hasil kunjungan ke KA • Membahas student project
Fasilitator R. Diskusi
Sesi 13 Sabtu,
29-06-’13 08.00-12.00
Studi Lapangan Keempat (SL 4): • Praktek penangan kasus dengan
pendekatan dokter keluarga • Kunjungan ke KA untuk KIE
Fasilitator KA
Sesi 14 Jumat,
05-07-’13 08.00-10.00
Diskusi Kelompok • Membahas hasil penanganan kasus • Membahas hasil kunjungan ke KA • Membahas student project
Fasilitator R. Diskusi
Sesi 15 Sabtu,
13-07-’13 08.00-12.00
Studi Lapangan Kelima (SL 5): • Praktek penangan kasus dengan
pendekatan dokter keluarga • Kunjungan ke KA untuk KIE
Fasilitator KA
Sesi 16 Jumat,
19-07-’13 08.00-10.00
Diskusi Kelompok • Membahas hasil penanganan kasus • Membahas hasil kunjungan ke KA • Membahas student project dan laporan
komprehensif KA
Fasilitator R. Diskusi
Jumat, 26-07-’13
08.00-10.00 Evaluasi hasil belajar Penilaian laporan dan ujian lisan
Fasilitator R. Diskusi
Catatan: Acara kuliah dan diskusi: Jumat, pukul 08.00–10.00 Acara studi lapangan: Sabtu, pukul 8.00-12.00 atau berdasar kesepakatam dengan KA
3.6 Pertemuan Evaluasi
Pertemuan dengan Wakil Mahasiswa
Pertemuan antara Tim Penyusun Blok dengan mahasiswa dimaksudkan untuk mengevaluasi
kualitas modul pembelajaran, khususnya terkait dengan relevansi materi pembelajaran dan
permasalahan dalam pelaksanaan Blok (kuliah, diskusi kelompok dan kunjungan lapangan).
Dengan demikian akan memperoleh masukan untuk penyempurnaan modul Blok. Pertemuan
evaluasi dengan mahasiswa dilaksanakan di ruang kuliah pada hari Jumat, 19 Juli 2013.
Wakil kelompok mahasiswa dan Tim Pengelola Blok diharapkan hadir pada pertemuan
tersebut.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
11
Pertemuan dengan Wakil Fasilitator
Pertemuan antara Tim Penyususn Blok dengan fasilitator dimaksudkan untuk memperoleh
masukan terkait dengan proses bimbingan terhadap mahasiswa, baik dalam kegiatan diskusi
kelompok ataupun kegiatan kunjungan lapangan. Disamping itu, fasilitator juga daiharapkan
dapat menilai kualitas modul Blok sehingga dapat dilakukan perbaikan. Pertemuan evaluasi
dengan fasilitator dilaksanakan di Ruang Sidang pada hari Sabtu, 9 Maret 2013.
3.7 Penilaian Hasil Belajar
(1) Kemampuan bersikap dan berekpresi yang dinilai oleh fasilitator saat diskusi
kelompok (bobot nilai 10%)
(2) Laporan kunjungan ke keluarga angkat (KA) (bobot nilai 30%)
(3) Laporan komprehensif tertulis hasil kegiatan di KA dan laporan kasus (bobot nilai
30%)
(4) Ujian lisan dengan fasilitator (bobot nilai 30%).
Batas nilai minimal kelulusan pada Blok COME adalah 70 dari skala 100. Bagi mahasiswa
yang belum mencapai nilai 70 diberikan kesempatan untuk menempuh ujian remedi berupa
penulisan laporan hasil kajian ulang pembinaan dan pemberdayaan KA selama satu semester.
3.8 Daftar Pustaka
Boelen C., Cynthia Haq, Vincent Hunt, Marc Rivo, & Edward Shahady, 2002, Improving
Health System: the Contribution of Family Medicine, WONCA
Dent, John A., Harden, Ronald A., 2009, A Practyical Guide for Medical Teachers, Churchil
Livingstone
Gan G. Lee, Azrul Azwar, Sugito Wonodirekso, 2004, A Primer in Family Medicine Practice.
Singapore International Foundation
Len Kelly, 2012, Community-Based Medical Education: A Teacher’s Handbook, Redckiffe
Medical Press (http://www.amazon.ca)
Magzoub, Mohi Eldin M.A. MD, Phd; Schmidt, Henk G, PhD, 2000, A Taxonomy of
Community-based Medical Education, Academy of Medicine, Vol 75 (issue 7 p699-707)
Pauli H, White K. McWhinney I. Medical Rducation, research and Scientific Thinking in the
21st Century (Part 1 of 3). Education for Health 2000; 13: 15-25
Stewart Menin, Regina Petroni-Menin. Community-based medical education, 2006.
(http://onlinelibrary.wiley.com)
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
12
3.9 Informasi Lain-lain
Lokasi studi lapangan adalah Desa Tulikup yang yang berjarak l.k. 30 menit perjalanan dari
Kampus Unwar menggunakan kendaraan bermotor. Desa Tulikup terdiri dari 7 banjar yaitu
Banjar Kembengan, Br. Tegal, Br. Kaja Kauh, Br. Menak, Br. Roban, Br. Pande dan Br.
Siyut. Desa Tulikup masih termasuk wilayah Kecamatan Gianyar dengan jumlah penduduk
l.k. 7.329 jiwa. Di Desa Tulikup ada sebuah Puskesmas Pembantu yang terletak bersebelahan
dengan Kantor Desa dan dilayani oleh seorang bidan.
IV. PROGRAM PEMBELAJARAN
4.1 Pemicu Pemicu 1: Pendekatan holistik Pada suatu pagi Ibu Ranis usia 55 tahun datang ke “Usada Clinic” dengan keluhan sakit ulu
hati, sering merasa mual, terkadang merasa “ngetug” (berdebar), terasa tidak punya tenaga,
dan juga sering mengeluh sakit kepala. “Usada Clinic” adalah sebuah klinik dokter keluarga,
operasional 24 jam, dan mempekerjakan beberapa dokter dan perawat yang bertugas secara
bergiliran.
Ibu Rai adalah pengerajin batik Bali dan mempunyai show room kecil dirumahnya.
Usaha batiknya cukup lancar karena banyak tamu yang berbelanja langsung ke rumahnya.
Namun Ibu Rai juga mempunyai sakit “rematik” yang sering kumat-kumatan. Selain itu,
sejak 2 tahun lalu suaminya terserang stroke dan juga menderita “kencing manis” (diabetes).
Ibu Rai mempunyai 2 anak laki-laki yang keduanya sudah menikah, dan 2 anak perempuan,
namun 1 anak perempuannya belum menikah walau usianya sudah mendekati 38 tahun. Ibu
Rai tinggal bersama suami, seorang anak laki serta menantu dan 3 orang cucu.
Dokter yang sedang bertugas di “Usada Clinic” dengan ramah mempersilakan Ibu Rai
masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Pertama ditanyakan tentang riwayat penyakitnya, dan
ternyata keluhan yang diderita Ibu Rai sudah berlangsung lama. Dia sudah berobat ke
beberapa dokter, dan bahkan juga pernah berobat ke dukun dan “shinse”. Ibu Rai juga pernah
diperiksa dengan USG, dan ternyata tampak bayangan batu pada salah satu ginjalnya.
Learning Task 1. Diskusikan, apa lagi yang perlu ditanyakan kepada Ibu Rai untuk memperoleh
gambaran lengkap tentang penyakitnya!
2. Diskusikan jenis pemeriksaan yang lainnya yang perlu dijalani oleh Ibu Rai
3. Diskusikan, apa saja faktor-faktor yang menjadi pencetus penyakitnya Ibu Rai!
Tujuan Pembelajaran: 1. Memahami pasien secara utuh yang mimiliki kondisi fisik, psikis (mental), sosial
(ekonomi) dan kondisi lingkungan
2. Mampu menanyakan berbagai hal terkait dengan setiap kondisi pada butir 1
3. Menganalisis berbagai faktor risiko terkait dengan kondisi Ibu Rai yang dicurigai
menjadi pencetus keluhan/penyakitnya.
4. Menjelaskan kemungkinan rujukan yang bisa bisa disarankan kepada Ibu Rai.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
13
Pemicu 2a: Kasus Penyakit Kronis Ibu Reti, usia 57 tahun seorang pensiunan guru Sekolah Dasar sudah sejak lama menderita
batuk-batuk, dan terkadang badannya merasa meriang. Kondisi fisik Ibu Reti tampak kurus,
terkesan kurang gizi. Suaminya, usia 60 tahun adalah pensiunan pegawai kelurahan yang juga
menderita batuk-batuk dan kondisinya juga tampak kurus dan lemah. Ibu Reti dan suaminya
sudah berkali-kali berobat ke Puskesmas dengan menggunakan fasilitas Askes PNS. Habis
berobat keluhannya agak mereda namun kemudiaan kambuh lagi. Suaminya, sewaktu periksa
di Puskesmas, selain didiagnose menderita penyakit paru-partu menahun, juga dikatakan
bahwa tensinya dikatakan sangat tinggi.
Learning Task 1. Diskusikan, informasi apa yang perlu digali pada Ibu Reti dan suaminya terkait
dengan keluhannya
2. Diskusikan tentang jenis pemeriksaan yang dianggap perlu untuk Ibu Reti dan
suaminya.
3. Diskusikan tentang kemungkinan penyakit yang diderita Ibu Reti dan suaminya
4. Diskusikan, atas dasar apa Anda menyimpulkan hal tersebut
5. Sebagai dokter Puskesmas yang memberikan pelayanan dokter keluarga, apa harusnya
Anda lakukan untuk Ibu Reti dan suaminya.
Tujuan Pembelajaran: 1. Mampu menanyakan secara lebih rinci tentang informasi terkait dengan keluhan Ibu
Reti dan suaminya (persepsi tentang penyakit, pengobatan dan prognosis penyakitnya,
serta kondisi fisik, psikis dan lingkungannya)
2. Menjelaskan kemungkinan beberapa faktor risiko yang menjadi pencetus keluhan Ibu
Reti dan suaminya, khususnya faktor kontak TBC dari anggota keluarga lainnya
3. Menjelaskan perawatan kesehatan Ibu Reti dan suaminya menggunakan pendekatan
dokter keluarga (pelayanan komprehensif dengan mempertimbangkan keterlibatan
keluarga)
Pemicu 2b: Pelayanan kesehatan paripurna Pak Arka, seorang tukang bangunan, usia 45 tahun diantar anaknya dengan motor datang ke
“Usada Clinic” dengan keluhan sakit perut sebelah kanan bawah. Dokter yang sedang
bertugas memeriksa Pak Arka dan dikatakan menderita “kolik”. Setelah disuntik terasa
keluhannya mereda dan Pak Arka dibolehkan pulang dengan dibekali obat seperlunya,
khususnya obat pencegah kolik dan penghilang rasa sakit.
Selang dua hari menjelang malam Pak Arka datang lagi ke “Usada Clinic” dengan
keluhan yang sama, sambil memegang perutnya sebelah kanan. Bahkan keluhannya
bertambah yaitu badannya terasa sedikit meriang dan sakit perutnya bertambah sewaktu
melangkahkan kaki kanan. Dokter yang bertugas di “Usada Clinic” melakukan pemeriksaan
seperlunya, dan Pak Arka dicurugai menderita penyakit “usus buntu” lalu dirujuk ke rumah
sakit terdekat. Malam itu juga Pak Arka dioperasi, dirawat 2 hari lalu dibolehkan pulang.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
14
Lima hari berikutnya Pak Arka datang ke “Usada Clinic” untuk buka jahitan, dan dokter
menyatakan Pak Arka sudah sembuh.
Sejak pulang dari rumah sakit Pak Arka berhenti bekerja sebagai tukang bangunan,
padahal itu adalah satu-satunya pekerjaan yang dia lakoni untuk mendapatkan penghasilan.
Pak Arka tidak berani bekerja karena takut ususnya “bocor”. Selama Pak Arka tidak bekerja,
istrinya yang bekerja sebagai penjual “banten” (sesajen) dapat membantu nafkah keluarga
selain penghasilan dari kebun seluas 20 are.
Learning Task
1. Diskusikan, apa sesungguhnya terjadi pada pasien Pak Arka?
2. Diskusikan tentang informasi yang perlu ditanyakan kepada Pak Arka terkait dengan
tidak berani bekerja!
Jika Anda sebagai dokter keluarga, bagaimana seharusnya penanganan pasien Pak Arka pasca
operasi?
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan gejala, dan cara mendiagnose appendisitis
2. Menjelaskan cara pengelolaan appendisitis akut secara komprehensif (paripurna)
3. Menjelaskan KIE spesifik untuk pasien appendisitis pasca operasi
4.2 Student Project
Identifikasi satu kasus penyakit (disease) atau kesakitan (illness) di keluarga angkat (KA).
Lakukan penelusuran ke belakang (retrospektif) dengan menggunakan pendekatan holistik
untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mungkin menjadi pemicu atau faktor risiko
tibulnya disease atau illness yang diderita oleh anggota KA. Lakukan pula penelusuran untuk
memotret kondisi saat ini lewat wawancara mendalam (anamnesis) dan pengamatan terhadap
lingkungan KA sehingga diperoleh gambaran yang utuh (lengkap) tentang kondisi pasien dan
keluarganya. Contoh kasus penyakit (diseases) adalah hipertensi, stroke, diabetes, TB, ISPA,
disentri, gastro-enteritis (GE), kanker, rematik dan lainnya. Contoh kasus kesakitan (illnesses)
adalah sakit “maag”, insomnia, “panas dalam”, epigastrial distress (nyeri ulu hati) dan
lainnya. Komunikasikan dengan pasien dan keluarganya tentang hasil penelusuran yang
Saudara peroleh terkait dengan pemicu atau faktor risiko disease atau illness yang diderita
oleh salah satu anggota KA. Hasil penelusuran terhadap disease atau illness tersebut
dituangkan dalam bentuk laporan yang merupakan bagian kedua dari laporan KA dengan
format sebagai berikut:
• Nama KA dan nama pasien
• Penyakit yang diderita
• Perjalanan penyakit pasien
• Kondisi pasien (fisik, mental, sosial dan spiritual) berdasarkan hasil wawancara
(anamnesa) dan pemeriksaan fisik
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
15
• Kondisi lingkungan pasien atau KA terkait dengan disease atau illness yang diderita
berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan.
• Kesimpulan terkait dengan penyebab (faktor risiko) timbulnya disease atau illness
• Saran atau solusi yang telah dilakukan atau yang ditawarkan kepada KA.
Laporan ditulis dengan huruf Times New Roman dengan jarak 1,5 spasi diatas kertas kuarto
ukuran A4.
4.3 Abstrak Kuliah
Abstrak Kuliah 1: Pengantar Blok (tujuan dan sasaran pengajaran kedokteran keluarga)
Dalam Undang-Undang R.I. No 23, tahun 1992 tentang kesehatan, Bab IV, Pasal 12, tentang
Kesehatan Keluarga ditegaskan bahwa:
• Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia
dan sejahtera
• Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kesehatan suami,
isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya.
Tantangan dalam sistem kesehatan adalah bagaimana menyelenggarakan pelayanan kesehatan
bekualitas, yaitu bersifat efektif dan efisien (cost-effective), relevan, merata (equitable) dan
berkelanjutan. Untuk mencapai sukses dalam menghadapi tantangan tersebut diperlukan
keseimbangan dalam kompetisi nilai-nilai yang bersifat komplementer dan nilai-nilai yang
saling mempengaruhi. Dikotomi antara komprehensif, pendekatan terintegrasi dan spesialis
merupakan tantangan lain dalam pelayanan kesehatan seperti dicontohkan oleh praktek dokter
umum dan dokter spesialis.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran membuka kesempatan
yang luas dalam hal konsentrasi pekerjaan dokter yang memunculkan sejumlah spesialisasi
dan sub-spesialisasi di bidang kedokteran. Namun perkembangkan ini cenderung
menimbulkan fragmentasi dalam pelayanan kesehatan, dan akhirnya muncul kerinduan
terhadap pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan efisien serta komprehensif dalam
tindakan pencegahan (preventive) dan pengobatan (curative). Ini tidak bermaksud
mengecilkan arti spesialis, namun perlu dikembangkan kerjasama dimana para dokter umum
(generalists) dan dokter spesialis (specialists) bisa saling melengkapi. Dalam hal ini
pendekatan kolaboratif akan mengurangi kompetisi, dan dapat memaksimalkan pemanfaatan
sumber-daya dalam pelayanan kesehatan.
Jawaban terhadap semua tantangan dan fragmentasi dalam pelayanan kesehatan adalah
dengan mengembangkan pelayanan kesehatan berbasis kedokteran keluarga yang
menempatkan individu, keluarga dan masyarakat sebagai komponen integral dari sistem
pelayanan kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan tersebut lebih menekan pada beberapa
aspek pelayanan yaitu komprehensif, personal, integratif, koordinatif dan kolaboratif, serta
mempertimbangkan keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
16
Abstrak Kuliah 2: Konsep kedokteran keluarga dan pelayanan dokter keluarga
Ciri khas family medicine (kedokteran keluarga) ditandai oleh beberapa konsep dasar seperti
komitmen terhadap pelayanan personal, pendekatan komprehensif (paripurna), dan perlakuan
atau penerimaan terhadap semua penderita tanpa membeda-bedakan umur, jenis kelamin, ras,
dan etnik ataupun jenis penyakitnya (WONCA 2002). Beberapa prinsip yang mendasari
kedokteran keluarga adalah (1) hubungan dokter-pasien inti kedokteran keluarga, (2) dokter
keluarga (family doctor) adalah klinikus yang efektif, (3) kedokteran keluarga berbasis
masyarakat, dan (4) dokter keluarga merupakan pusat pelayanan kesehatan pada populasi
tertentu.
Pelayanan dokter keluarga mencakup beberapa hal sebagai ciri khas yaitu: (1) Bersifat
umum (general), menangani semua masalah kesehatan pada populasi tertentu; (2) Bersinam-
bung (continuous), pelayanan kesehatan secara longitudinal dalam perode tertentu; (3)
Paripurna (comprehensive), mencakup promosi kesehatan, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
serta dukungan fisik, psikologis dan sosial; (5) Koordinasi (coordinated), koordinasi dengan
pasien tentang perawatan terbaik yang bisa diberikan; (6) Kolaboratif, bekerjasama dengan
pelaku kesehatan lainnya seperti dokter (spesialis), perawat/bidan dan pekerja sosial lainnya;
(7) Berorientasi kepada keluarga (family-oriented), melibatkan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan salah satu anggotanya; dan (8) Berorientasi kepada masyarakat, mengatasi
masalah kesehatan pada satu individu, juga dengan mempertimbangkan keluarga dan
masyarakat.
Abstrak Kuliah 3: Peran dokter keluarga dalam pelayanan kesehatan primer
Konferensi internasional tentang pelayanan kesehatan dasar atau Primary Health Care
(PHC) di Alma-Ata, Rusia tanggal 6-12 Sept. 1978, konferensi terbesar yang dihadiri oleh
134 negara (China absen) & 67 organisasi non-pemerintah (NGOs) membuat suatu deklarasi
terkait dengan pelayanan kesehatan primer. Gagasan tentang pendekatan PHC yang lahir di
Alma Ata mencakup pemerataan pelayanan (equity), keterlibatan masyarakat, kerjasama
lintas sektor, pemanfaatan tehnologi tepat guna, promosi kesehatan dan terjangkau.
Salah satu butir Deklarasi Alma Ata menegaskan bahwa: “PHC reflects and evolves from
economic conditions and socio-cultural & political characteristics, providing comprehensive
healthcare, that includes education, involves all related sectors, require self reliance &
participation, integrated, relies on health workers”. Jadi pelayanan kesehatan primer
merupakan refleksi dan lahir berdasarkan kondisi sosial masyarakat (kondisi ekonomi, sosial
budaya dan kondisi politik yang menyelenggarakan pelayanan komprehensif, mencakup
pendidikan kesehatan, keterlibatan sektor terkait, kepercayaan dan partisipasi masyarakat,
terpadu dan bertumpu kepada petugas kesehatan.
Aktivitas minimum yang direkomendasikan pada Deklarasi Alma Ata adalah: (1)
Pendidikan kesehatan; (2) Penyediaan makanan dan zat gizi yang memadai; (3) Penyediaan
air bersih dan sanitasi dasar; (4) Upaya kesehatan ibu dan anak; (5) Imunisasi untuk
mencegah beberapa penyakit; (6) Pengobatan tepat guna untuk penyakit yang umum dan
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
17
trauma; (7) Pencegahan dan pengawasan terhadap beberapa penyakit endemic yang bersifat
lokal; dan (8) Penyediaan obat-obat essential. WHO (World Health Organization) dan
WONCA (World Organization of National Colleges, Academies) menganjurkan
implementasi Kedokteran Keluarga dalam pendidikan dokter sehingga lulusan fakultas
kedokteran dapat pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan dokter keluarga (DK).
Ciri utama pelayanan DK adalah personal, paripurna (komprehensif melalui pendekatan
holistik), berkelanjutan, koordinatif dan kolaboratif serta mengutamakan pencegahan, dan
menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Charles Boelen, seorang staf WHO dan
konsultan pelayanan kesehatan menegaskan bahwa dokter keluarga dapat menjembatani
pelayanan rumah sakit dan kesehatan masyarakat (pelayanan kesehatan primer). Pelayanan
dokter keluarga dapat menghemat biaya karena seorang family phycisian dengan kualifikasi
“five-star doctor” (dokter bintang lima) dapat bertindak sebagai (1) Care provider; (2)
Decision maker; (3) Communicator; (4) Community leader, dan (5) Manager of healthcare
resources. Di masa mendatang, sesuai dengan rancangan Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan strata pertama melalui Puskesmas.
Penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan strata pertama akan diserahkan kepada
masyarakat dan dunia usaha dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah
yang sangat terpencil yang masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.
Abstrak Kuliah 4: Pendekatan holistik dalam pengelolaan pasien
Bila seorang dokter gagal memahami pasien secara utuh ada kemungkinan akan gagal pula
menemukan kebenaran pada penyakitnya. Hipocrates menulis: “ In the arts of medicine there are three factors - the disease, the patient and the doctor…… It is not easy for the ordinary people to understand why they are ill or why they get better or worse, but it is explained by someone else, it can seem quite a simple matter - if the doctor fail to make himself understood he may miss the truth of the illness”.
Dari tulisan Hipocrates tersebut tersirat bahwa seni kedokteran melibatkan 3 faktor yaitu
penyakit, pasien dan dokter. Tidak mudah bagi seorang awam untuk dapat memahami
mengapa dia sakit, atau mengapa keadaannya menjadi lebih baik atau sebaliknya menjadi
tambah buruk. Perlu ada orang lain yang mampu menjelaskan yaitu dokter yang paham
terhadap kondisi pasien secara utuh.
Untuk dapat memahami pasien secara utuh maka perlu dilakukan pendekatan holistik
(menyeluruh) terhadap kondisi pasien yang mencakup kondisi fisik dan psikologisnya serta
kondisi sosial (ekonomi dan budaya) dan lingkungannya (fisik dan sosial). Dengan demikian,
berbagai faktor terkait dengan penyakit serta keluhan pasien dapat terungkap, dan dijadikan
dasar untuk memberikan pelayanan secara komprehensif (paripurna).
Abstrak Kuliah 5: Pengelolaan penyakit kronis dengan pendekatan dokter keluarga (Kasus:
Diabetes, Hypertensi, TB, dll)
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
18
Kasus: Diabetes Melitus (DM) dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Wanita, 65 tahun, menderita DM sejak 5 tahun lalu, pasca menopause dengan keluhan utama
fibromialgia, sulit tidur, kaki kanan terasa kebas. Napas sesak karena PPOK akibat merokok
di masa mudanya. Setahun belakangan ini tidak pernah kontrol dan tidak banyak kegiatan
jasmani. Suaminya pensiunan, sehat, aktif sebagai pembina masyarakat selingkung sedangkan
anak tunggalnya baru saja menikah dan pindah ke luar kota. Pelayanan kesehatan dengan
pendekatan keluarga pada pasien tersebut adalah:
• Melakukan penelusuran terhadap penyebab keluhan (PPOK, pasca menopause, DM,
imobilitas dan ditinggalkan anak tunggal) dengan pendekatan holistik.
• Perhatian utama terhadap pasien dan keluarganya mencakup riwayat menopause,
kebiasaan makan, olah raga, persepsi dan riwayat keluarga
• Pemeriksaan yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan fisik (jasmani), pemeriksaan
penunjang dan konsul ke sejumlah spesialis jika diperlukan .
• Terapi yang perlu dipertimbangkan yaitu terapi simtomatik, kausal, diet, olah raga,
dan nasihat gaya hidup.
Dokter perlu berkoordinasi dengan keluarga terkait dengan penanganan pasien, dan
berkolaborasi dengan profesional medis lainnya
Pengelolaan penyakit kronis lainnya dengan pendekatan dokter keluarga menggunakan pola
yang hampir sama yang selalu diawali dengan penelusuran terhadap berbagai faktor yang
menjadi penyebab keluhan atau latar belakang penyakit dengan melakukan pendekatan
holistik (fisik, psikis dan bio-sosio-kultural).
Abstrak Kuliah 6: Pengelolaan penyakit psikosomatis dengan pendekatan Dokter Keluarga
(Kasus)
Apa itu “stress”? Stress bisa identik dengan beban berlebihan (overloaded). Perasaan
terhadap segala sesuatu yang memiliki tantangan atau ancaman juga bisa disebut stress.
Terkadang stress itu bagus karena hidup akan membosankan bila tanpa stress. Namun stress
akan menjadi tidak baik bila sampai merusak kesehatan fisik dan mental. Bila muncul stress
maka sistem syaraf dalam tubuh akan bereaksi dengan memproduksi lebih banyak zat kimia
cortisol, adrenalin dan noradrenalin. Hal ini merupakan mekanisme respons perjuangan tubuh
melawan stress yang bertindak sebagai trigger timbulnya berbagai keluhan dan gejala akibat
stress.
Efek stress terhadap tubuh dapat dilihat dari timbulnya berbagai keluhan dan gejala yaitu
cenderung berkeringat (“dingin”), sakit pinggang dan punggung, nyeri (perih) di dada,
kontraksi (cramp) otot, nyeri otot, kehilangan libido, disfungsi ereksi (DE), sakit kepala,
lambung kontraksi, dan sulit tidur . Disamping itu juga muncul efek terhadap pemikiran dan
perasaan berupa kecemasan, depresi, kelelahan (mental fatigue), rasa panas, merasa tidak
aman (insecurity), pelupa, kurang istirahat, merasa sedih, dan mudah emosi (marah). Stress
dapat dipicu oleh berbagai faktor yang bersumber dari diri sendiri atau lingkungan. Faktor-
faktor sebagai sumber stress antara lain masalah keluarga, kesulitan keuangan, penyakit, isu
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
19
pekerjaan, keterbatasan waktu, pindah rumah, dan hubungan yang tidak harmonis (misalnya
perceraian atau putus cinta). Penyebab lain yaitu aborsi, konflik di tempat kerja, traffic jam,
kehilangan pekerjaan, bising, overcrowded, dan ketidak pastian. (Referensi: Melissa C.
Stoppler, MD., What is stress? http://www:medicinenet.com/stress/articles.htm dan
http://www:medicalnewstoday.com/articles)
Bagaimana mengatasi stres dengan pendekatan dokter keluarga? Dalam hal ini harus
ditelusuri dulu semua faktor yang memungkinkan menjadi pemicu stress. Kasus:
Ibu Mur, usia 52 tahun, pasca menopause 2 tahun menderita sakit “maag” sejak l.k. 3 tahun. Dia sering mengeluh nyeri ulu hati, terkadang merasa mual, sakit kepala, berdebar dan nyeri pada badan. Anehnya, penyakit Ibu Mur sering kambuh bila menjelang hari “Kajeng Kliwon), hari “keramat” menurut kepercayaan Hindu. Dalam 2 tahun terakhir Ibu Mur berlangganan berobat pada seorang internis senior di Denpasar. Dia menemui dokternya setiap 2 minggu dan setiap berobat Ibu Mur keluar biaya sekitar 500 ribu rupiah, namun penyakitnya tidak kunjung sembuh. Keluhannya mereda selama dia mengkonsumsi obat tapi muncul lagi bila obatnya sudah habis. Keluarga Ibu Mur tergolong keluarga mampu karena disamping memiliki warisan sawah dan tegalan yang cukup luas, juga memiliki banyak bungalow yang dikelola suaminya. Keluarga Ibu Mur tergolong keluarga besar. Ibu Mur sendiri mempunyai 4 anak yang semuanya sudah remaja. Dia hidup bersama 2 pasangan lainnya, yaitu adik laki-laki suaminya yang sudah menikah dan masing-masing memiliki 2 anak. Disamping itu masih ada mertua laki dan perempuan, seorang adik perempuan suaminya yang tidak menikah, dan seorang adik laki-laki suamingya yang juga belum menikah, serta 2 orang pembantu rumah tangga. Keluarga besar Ibu Mur ternyata masih “ngerob” yaitu masih mempunyai satu dapur yang menyediakan makanan untuk semua anggota keluarga.
Dari kasus tersebut muncul pertanyaan: Mengapa Ibu Mur mengalami stress berkepanjangan?
Apa yang seharusnya dilakukan terhadap Ibu Mur yang menderita sakit “maag” sebagai
akibat dari stress berkepanjangan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka seorang dokter
keluarga harus mampu melakukan pendekatan holistik (fisik, psiko-bio-sosio-budaya) untuk
dapat mengungkapkan semua faktor yang kemungkinan menjadi pemicu stress. Dengan
demikian penyakit Ibu Mur akan dapat datasi dengan pendekatan komprehensif sesuai faktor
penyebab stressnya, misalnya terkait dengan masalah persepsi, budaya (kepercayaan) dan
hubungan sosial antar anggota keluarga. Prinsip pengelolaannya adalah dengan pertolongan
dari diri sendiri (self help) misalnya dengan olah raga, meditasi rekreasi dan lainnya.
Kemudian bisa dengan latihan mengelola stress, misalnya dengan mengubah mindset (pola
pikir dan mencoba jangan mengatakan “ya” untuk segala sesuatu yang dialami. Pertolongan
terakhir adalah dengan mengkonsumsi obat-obatan yang umumnya bersifat simtomatis seperti
obat penghilang rasa sakit, obat penetralisir asam lambung dan obat psikotropika.
Abstrak Kuliah 7: Pelayanan kesehatan komprehensif dalam praktek dokter keluarga
Pelayanan kesehatan komprehensif adalah pelayanan kesehatan paripurna yang meliputi
semua aspek yang tercakup dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan
primer mencakup promosi kesehatan (Promkes) dan proteksi spesifik, pencegahan sekunder
mencakup diagnose dini (early diagnosis) dan pengebatan tepat (prompt treatment), dan
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
20
pencegahan tersier mencakup rehabilitasi dan meminimalkan gangguan fungsi tubuh
(disability limitation).
Promkes pada pada pencegahan primer dapat berupa penyuluhan atau projek
percontohan dalam bentuk fisik seperti pembuatan WC, tungku bebas asap, digester biogas
dan lainnya. Sedangkan proteksi spesifik bertujuan untuk meningkatkan kekebalan fisik dan
kekebalan mental atau psycho-neuro immunity (PNI). Peningkatan kekebalan fisik dapat
diwujudkan dalam bentuk imunisasi dasar pada bayi (BCG, DPT, Polio, Campak), asupan
makanan bergizi dan melakukan exercice (olah raga) secara teratur. Sedangkan peningkatan
PNI dapat dilakukan lewat komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) serta konseling tentang
berbagai aspek terkait dengan timbulnya disease (penyakit) atau illness. Aspek tersebut dapat
menyangkut pola pikir (mind set), pesepsi, bilief system, pengetahuan, sikap dan prilaku serta
aspek lainnya terkait dengan gaya hidup (life style) dan faktor lingkungan.
Pada pencegahan sekunder, diagnosis terhadap disease dan illness atau masalah pada
pasien atau sekelompok masyarakat (komunitas) harus ditegakkan sedini mungkin. Diagnose
dini pasien dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Untuk mengidentifikasi masalah pada pasien yang seringkali
menjadi latar belakang disease atau illness, maka diperlukan pendekatan holistik dengan
melibatkan keluarga melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan pengamatan.
Sedangkan untuk mengidentifikasi masalah atau faktor risiko penyakit di masyarakat
diperlukan suatu upaya penelusuran (surveilans) berbasis komunitas melalui wawancara
(survai), pengamatan, dan melakukan pemeriksaan laboratorium bila diperlukan. Setelah
diagnose ditegakkan maka dapat dilakukan pengobatan secara tepat (prompt treatment) sesuai
dengan latar belakang penyakit/kesakitan atau masalah yang dihadapi pasien. Pengobatan
tepat pada komunitas dapat dilakukan dengan merencanakan dan melaksanakan program-
program unggulan yang melibatkan masyarakat sesuai dengan latar belakang masalah atau
faktor risiko timbulnya masalah.
Pencegahan tersier yang mencakup rehabilitasi dan disability limitation merupakan
upaya untuk mengembalikan kondisi pasien atau masyarakat secara fungsional, baik fisik
maupun mental. Pada umumnya suatu disease atau illness menimbulkan gangguan fungsi
tubuh berupa gangguan fisik atau mental (psikologis) yang dapat mempengaruhi aktivitasnya
sehari-hari. Ganguan tersebut dapat bersifat sementara dan bahkan bisa menjadi permanen.
Dalam hal ini diperlukan berbagai bentuk upaya pencegahan untuk dapat menghilangkan atau
meminimalkan gangguan fisik atau mental yang timbul. Upaya tersebut mencakup
penggunaan protese (alat bantu buatan) berupa organ tubuh palsu (kaki palsu, gigi palsu dan
lainnya), serta KIE dan konseling untuk mengembalikan kondisi psikologis pasien. Hal yang
hampir sama dapat dilakukan terhadap sekelompok masyarakat (komunitas) yang mengalami
gangguna kesehatan yaitu dengan merencanakan dan melaksanakan program-program
pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Prinsip dasar pelayanan kesehatan komprehensif dengan pendekatan dokter keluarga
adalah dengan melibatkan sebanyak mungkin keluarga dan masyarakat dalam hal (1)
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
21
mencegah orang sehat agar tidak menjadi sakit, (2) mencegah agar orang yang menderita
sakit (disease) atau mengalami kesakitan (illness) tidak mendapat gangguan fungsi organ
tubuh atau metal setelah sembuh, dan (3) kalau memang terjadi gangguan fungsi tubuh atau
mental maka gangguan tersebut dapat diminimalkan menjadi sekecil mungkin melalui
penggunaan protese, serta pemberian KIE dan konseling.
4.4 Studi Lapangan
Skenario Studi Lapangan Pertama (SL 1)
Sabtu, 20-04-‘13
1. Kegiatan saat kunjungan KA
1) Bertemu Kepala Dusun untuk sosialisasi kegiatan di lapangan
2) Bertemu Kepala KA serta anggota keluarganya yang lain untuk mengidentifikasi
kasus penyakit (disease) atau kesakitan (illness), khususnya yang kronis
(menahun)
3) Bertemu Kepala Puskesmas atau Pustu untuk menemukan kasus penyakit
(disease) atau kesakitan (illness) yang akan dijadikan subjek praktek dokter
keluarga
2. Data dan informasi yang perlu diungkap:
1) Jumlah anggota KA (umur, jenis kelamin, pekerjaan)
2) Status ekonomi KA (penghasilan dan pengeluaran)
3) Kondisi lingkungan KA (rumah, dapur, pekarangan, kandang ternak, saluran air
limbah, fasilitas MCK, air bersih).
4) Kharakteristik kasus (di KA atau keluarga lain): umur, kelamin, pendidikan dan
pekerjaan
5) Kondisi lingkungan kasus (kebersihan, air bersih, MCK, SPAL, dll)
6) Riwayat perjalanan penyakit kasus (pasien)
Skenario Studi Lapangan Kedua (SL 2)
Sabtu, 01-06-‘13
1. Kegiatan pada saat kunjungan KA
1) Bertemu Kepala Dusun untuk sosialisasi kegiatan di lapangan
2) Kunjungan ke KA untuk meningkatkan hubungan interpersonal sambil
melakukan KIE
3) Bertemu kasus (penderita) penyakit/kesakitan kronis
4) Wawancara dengan penderita serta anggota keluarganya dengan pendekatan
holistik untuk menggali informasi tentang berbagai hal terkait dengan
sakit/kesakitan yang dialami penderita.
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
22
2. Data dan informasi yang perlu diungkap
1) Status kesehatan KA dan anggota keluarganya
2) Masalah yang dihadapi KA serta potensi pengembangannya
3) Kondisi kasus (penderita) secara utuh yang mencakup kondisi fisik, psikis, dan
lingkungannya (lingkungan fisik, lingkungan sosial/budaya dan ekonomi)
4) Persepsi penderita serta anggota keluarganya tentang penyakit yang diderita
(diagnosis, penyebab, pengobatan dan prognosisnya).
Menganalisis faktor risiko terkait dengan penyakit yang dialami penderita
Skenario Studi Lapangan Ketiga (SL 3)
Sabtu, 15-06-‘13
1. Kegiatan pada saat kunjungan KA
1) Bertemu Kepala Dusun untuk sosialisasi kegiatan di lapangan
2) Kunjungan ke KA untuk meningkatkan hubungan interpersonal sambil
melakukan KIE
3) Bertemu kasus (penderita) penyakit/kesakitan kronis
4) Melakukan KIE dengan penderita serta keluarganya terkait dengan pengelolaan
penyakitnya
2. Data dan informasi yang perlu diungkap
1) Proses penyembuhan yang telah dilakukan atau dialami penderita (dimana
berobat, obat apa diberikan dan bagaimana hasilnya
2) Persepsi penderita tentang pengelolaan penyakitnya
3) Peran keluarga dalam pengelolaan penyakit penderita
4) Kebiasaan penderita sehari-hari yang mungkin terkait dengan penyakit serta
keluhannya
5) Kendala yang dihadapi penderita dan keluarganya dalam pengelolaan
penyakitnya.
6) Status kesehatan KA dan masalah yang dihadapi
Skenario Studi Lapangan Keempat (SL 4)
Sabtu, 29-06-‘13
1. Kegiatan pada saat kunjungan KA
1) Bertemu Kepala Dusun untuk sosialisasi kegiatan di lapangan
2) Kunjungan ke KA untuk meningkatkan hubungan interpersonal sambil
melakukan KIE
3) Bertemu kasus (penderita) penyakit/kesakitan kronis
4) Melakukan KIE dengan penderita serta keluarganya terkait dengan pengelolaan
penyakitnya
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
23
2. Data dan informasi yang diungkap
1) Perkembangan kesehatan yang dirasakan kasus (pasien) dan proses
penyembuhan yang dialami terakhir
2) Persepsi penderita tentang perkembangan penyakitnya dan ketaatannya
3) Peran keluarga dalam pengelolaan penyakit kasus (pasien)
4) Kendala yang dihadapi penderita dan keluarganya dalam pengelolaan
penyakitnya
5) Status kesehatan KA dan masalah yang dihadapi
Skenario Studi Lapangan Kelima (SL 5)
Sabtu, 13-07-‘13
1. Kegiatan pada saat kunjungan KA
1) Bertemu Kepala Dusun untuk sosialisasi kegiatan di lapangan
2) Kunjungan ke KA untuk meningkatkan hubungan interpersonal sambil
melakukan KIE
3) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan di KA untuk menentukan indikator
keberhasilan program pemberdayaan KA dan faktor penghambat kegiatan
2. Data dan informasi yang diungkap
1) Perkembangan kesehatan kasus (pasien)
2) Persepsi kasus (pasien) tentang perkembangan penyakitnya
3) Peran keluarga dalam pengelolaan penyakit penderita
4) Indikator keberhasilan pemberdayaan KA
5) Hambatan program pemberdayaan KA
6) Rencana KA dalam mengatasi masalah selanjutnya
4.5 Uji Diri ( Self Assessment)
1) Apakah saya sudah berhasil membangun hubungan yang kondusif dengan pasien dan
keluarganya?
2) Dengan pendekatan holistik, apakah saya sudah memperoleh informasi yang cukup
dan relevan terkait dengan latar belakang penyakit atau kesakitan yang diderita?
3) Apakah saya mampu memahami kondisi pasien secara utuh dan memperlakukannya
secara manusiawi?
4) Apakah saya sudah memberikan pelayanan secara komprehensif kepada pasien dan
keluarganya sesuai dengan latar belakang penyakitnya?
5) Apakah saya sudah mampu memberikan KIE yang tepat kepada pasien sesuai dengan
kondisi dan latar belakang penyakitnya?
6) Apakah saya sudah memahami kapan saya harus merujuk pasien untuk penanganan
lebih lanjut?
7) Sebagai dokter keluarga, apa saja kompetensi yang harus saya kuasai agar dapat
memberikan pelayanan secara profesional?
PSPD FKIK Unwar Modul Blok COME III: Family Doctor
24
4.6 Komentar dan Kiat Khusus
Pelayanan dokter keluarga sebagai pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan
kesehatan yang bersifat komprehensif (paripurna) dengan menerapkan konsep tingkat-tingkat
pencegahan secara menyeluruh. Seorang dokter keluarga harus mampu memahami kondisi
pasien secara utuh dan selalu harus mempertimbangkan keluarga dan masyarakat dalam
memberikan pelayanan. Seorang dokter keluarga tidak bisa bekerja sendiri karena harus
berkolaborasi untuk dapat memberikan pelayanan secara berkesinambungan, dan juga harus
melakukan koordinasi untuk penanganan pasien lebih lanjut bila diperlukan. Hal terpenting
dalam pelayanan dokter keluarga adalah pemahaman pasien secara utuh dengan kondisi fisik,
psikis dan lingkungannya. Dengan demikian akan terungkap latar belakang keluhan pasien
dan penyebab penyakitnya.
Untuk dapat memahami kondisi pasien secara utuh terkait dengan kondisi fisik dan bio-
psiko-sosio-somatik dari pasien maka diperlukan beberapa kiat khusus yaitu:
1) Membangun hubungan yang kondusif dengan pasien dan keluarganya
2) Menggali informasi yang relevan dengan keluhan pasien melalui pendekatan secara
holistik.
3) Mendengarkan dengan penuh perhatian semua keluhan pasien
4) Menunjukkan empati terhadap apa yang dikemukakan pasien, dan memberikan respon
yang positip terhadap apa yang dikeluhkan.
5) Berupaya menjelaskan latar belakang keluhan dan penyakit pasien secara rasional
dengan tidak menakuti pasien.
6) Berupaya memberikan KIE dan konseling yang tepat sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang harus dilakukan untuk megatasi keluhan dan penyakitnya.
----------------COME III: Family Medicine.....................