pbl blok 10dwiki widyanugraha 102014194
DESCRIPTION
urogenital 1TRANSCRIPT
Struktur Traktus Urinaria dan Mekanisme Batu Ureter
Dwiki Widyanugraha 102014194
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
Email: [email protected]
Pendahuluan
Sistem urogenitalis dalam tubuh manusia merupakan suatu kesatuan fungsi yang
kompleks yang bertujuan untuk mengeluarkan hasil metabolisme tubuh yang mengalami
kelebihan dan tidak dipergunakan lagi oleh tubuh kita, dan tetap menyimpan nutrisi-nutrisi yang
dibutuhkan dengan cara reabsorpsi kembali melalui sistem-sistem yang ada. Sistem renal juga
menyaring darah secara terus menerus sehingga mempertahankan zat-zat di dalam tubuh kita
tetap di kisaran yang memungkinkan untuk melaksanakan fungsi tubuh manusia secara normal
dan sehat.Setelah difiltrasi oleh sistem renal maka sistem yang lain seperti ureter dan vesica
urinaria akan membantu dalam proses pembuangan zat sisa ini, tentunya dengan bantuan otot-
otot yang ada di sekitar organ tersebut.
Adanya kerusakan terhadap organ ini dapat mengakibatkan hal yang sangat serius dan
berbagai macam penyakit dapat timbul, mulai dari penumpukan zat sisa sampai berakibat
peningkatan tekanan darah yang signifikan dan mengganggu organ tubuh yang lain dalam
melaksanakan fungsi yang seharusnya.
Makroskopis Traktus Urinaria
Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan
tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki massa
antara 125 sampai 175 gram pada laki-laki dan 115 sampai 155 gram pada perempuan. Ginjal
terletak retroperitoneal primer yaitu diantara peritoneum parietale dan fascia transversa
abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ginjal terdiri dari ginjal dekstra dan
sinistra. Ginjal dextra Nampak lebih rendah ketimbang ginjal sinistra. Ginjal sinistra terletak
setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2-3 ,sedangkan ginjal dekstra terletak setinggi costa XII
atau vertebra lumbal 3-4. Jarak antara extremitas superior ginjal dekstra dan sinistra adalah 7cm ,
sedangkan jarak antara extremitas inferior ginjal dekstra dan sinistra adalah 11cm. Jarak ginjal
kutub bawah ke crista illiaca adalah 3 cm, sedangkan ginjal sinistra adalah 5 cm.1
Ginjal terbagi atas tiga lapisan, kapsula fibrosa, kapsula adiposa, dan fasia renalis. Kapsula
fibrosa adalah membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan
mudah dilepas. Kapsula adiposa terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali dan membantu
organ tetap pada posisinya. Fasia renalis adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini
melabuhkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan posisi organ. Ginjal
memiliki dua facies, facies anterior dan posterior. Facies anterior ginjal lebih cembung daripad
facies posteriornya yang lebih pipih atau gepeng. Ginjal memiliki dua margo, margo lateralis dan
medialis yaitu tempat hillus renalis. Ginjal juga memiliki ekstremitas superior dan inferior
dimana ekstremitas inferiornya lebih lancip daripada ekstremitas superiornya. Ginjal terdiri dari
korteks diluar dan medula di dalam serta bermuara pada pelvis renalis. Hilus ginjal terletak di
medial dan dari depan ke belakang merupakan tempat lewat A.V renalis, pelvis ureter dan
pembuluh limfe serta nervus vasomotor simpatis. Pelvis renalis terbagi menjadi calyx major dan
calyx minor yang menerima urin dari piramid medula melalui papila renalis.2
Ginjal diperdarahi oleh Arteri renalis kanan dan kiri Arteri renalis kanan dan kiri
dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1-2. Arteri renalis kanan lebih
panjang dari arteri renalis kiri karena harus menyilang vena cava inferior di belakangnya. A
renalis masuk ke ginjal melalui hilus renalis dan berjalan ke arah depan dan belakang
ginjal.kearah luar lebih panjang karena bentuk ginjal yang lebih membulat disebelah luar dan
kedua nya akan bertemu di lateral ginjal yang dinamakan garis broedel. Pembedahan ginjal pada
garis broedel dilakukan karena menghasilkan pendarahan yang minimal. Arteri renalis berlanjut
dan bercabang menjadi arteri interlobaris pada perbatasan korteks dan medula dan akan
bercabang lagi menjadi arteri arcuata/arciformis yang berjalan mengelilingi korteks dan medula,
dan akhirnya bercabang di permukaan korteks ginjal yang dinamai arteri interlobularis yang akan
mempercabangkan vassa afferen glomerulus dan keluar dari vassa efferen glomerulus yang akan
diteruskan ke vena interlobularis/vena stellatae vena arcuata vena interlobaris vena
renalis vena cava inferior.1
Ureter
Ureter terdiri dari otot yang memanjang membentuk tabung dan berjalan melalui
retroperitoneum dan menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Panjang ureter
normal pada dewasa adalah 28-30cm dan diameternya sekitar 5mm. Ureter menyalurkan urine
dari pelvis ginjal menuju kandung kemih dengan peristaltik aktif. Menurut letak kedudukan
saluran ureter dibagi dua, yakni pars abdominalis ureteris dan pars pelvina ureteris. Pars
abdominalis ureteris. Perjalanan ureter pada cavum abdomen pada laki-laki dan wanita tidak ada
perbedaan. Pars abdominalis ureteris disisi ventral berbatasan dengan peritoneum,a.v. coliaca,
serta menyilang a.v. ovarica (pada wanita) dan a.v. sprematica (pada laki-laki). Pada sisi
dorsalnya, pars abdominalis ureteris sisi dextra dan sinistra disilang oleh m. Psoas dan n.
Genitofemoralis. Pars pelvina ureteris. Perjalanan ureter dalam cavum pelvis pada wanita dan
laki-laki berbeda dikarenakan perbedaan alat-alat panggul pada wanita dan laki-laki. Mula-mula
pars pelvina ureteris pada wanita dan laki-laki menyilang di apertura pelvis superior di ventra a.
Iliaca communis, kemudian berjalan ke arah dorsocaudal di ventral a. Iliaca interna menuju ke
daerah spina ischiadica.1 Dari spina ischiadica, pada laki-laki membelok ke ventral dan medial
untuk bermuara ke dalam vesica urinaria pada sudut lateral atasnya. Pada saat hendak memasuki
vesica urinaria, pars pelvina ureteris laki-laki menyilang ductus deferens disebelah lateral.
Sedangkan pada wanita, setelah mencapai spina ischiadica maka akan berjalan ventromedial di
bawah ligamentum latum uteri dan menyilang A. Uterina di sisi medial. Kemudian pars pelvina
ureteris akan berjalan ke arah ventral, di sebelah lateral fornix lateralis vagina, dan kemudian
masuk ke dalam vesica urinaria.2
Vesika Urinaria
Vesica urinaria/kandung kemih berfungsi sebagai reservoir urine dengan kapasitas
tampung sementara urin berkisar 200-400 cc. Pada keadaan kosong, seluruh vesica urinaria
terletak dibelakang symphisis ossis pubis dalam rongga panggul dan berbentuk limas. Sedangkan
pada keadaan terisi, vesica urinaria terletak di regio hypogastrica dan berbentuk ovoid/
menyerupai telur. Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi dua, yakni lapisan
mukosa dan laposan otot. Pada lapisan mukosa dijumpai trigonum vesica/Liutaudi yang
terbentuk dari orificium ureteris dextra, orificium ureteris sisnistra dan orificium urethrae
internum. Kerja dari trigonum vesica mukosa ini bertindak sebagai katub untuk mencegah aliran
balik urine ke ginjal. Sedangkan pada lapisan otot, vesica urinaria terdiri dari otot vesica yang
kuat, yakni m. Detrusor (berfungsi untuk mengeluarkan isi vesica urinaria/urine), m.Trigonal
(terdapat dalam trigonum liutaudi yang fungsinya untuk membuka orificium urethra internum)
dan m. Sphincter vesica (berfungsi untuk menahan tekanan intra vesica akibat terisi penuhnya
cairan urine). Vesica urinaria diperdarahi oleh a. Vesicales superior, a. Vesicales inferior dan a.
Vesiculodeferentialis, serta pembuluh baliknya bermuara ke plexus venosus vesicales kemudian
disalurkan ke v. Iliaca interna.3
Uretra
Urethra pada laki-laki (masculina) dan wanita (feminina) berbeda. Perbedaannya di dapat
akibat perbedaan organ kelamin antara feminina dan masculina. Urethra merupakan pipa
fibromuscularis dengan panjang 18-22 cm pada masculina dan 3-4 cm pada feminina.1 Pada
urethra masculina terdiri atas 4 bagian, yaitu urethra pars preprostatika/intramuralis, pars
prostatika, pars membranasea (bagian terpendek, sepanjang 1-2 cm membentang dari apex
prostata sampai bulbus penis; bagian ini paling tipis dan sempit sehingga mudah sekali ruptur
pada pemasukan kateterisasi) dan pars spongiosa (panjangnya 15 cm membentang dari bulbus
penis menuju orificium urethra externa. Pada urethra pars ini seluruh bagiannya dikelilingi oleh
caverna corpora spongiosa; pada sisi anteriornya bermuara pada gl. Urethralis Littre).1
Mikroskopis Traktus Urinaria
Ginjal
Ginjal memiliki korteks luar yang membentuk lapisan merah-coklat pucat di bawah
kapsul. Di bawah korteks terdapat medulla yang lebih gelap, yang mengandung garis-garis
berbentuk kerucut yang disebut pyramid ginjal. Di apeks masing-masing pyramid, sebuah papilla
membuka ke dalam kaliks minor, yang terhubung dengan kaliks mayor dan pelvis ginjal
berbentuk corong, yang melebar untuk menampung urine. Setiap ginjal mengandung sekitar satu
juta nefron mikroskopik. Sebuah nefron terdiri dari satu tubulus ginjal dan glomerulus, suatu
simpul kapiler yang terletak di dalam ujng buntu invaginasi tubulus. Tubulus, yang dilapisi oleh
epitel kuboid, dibagi menjadi kapsul glomerulus (Bowman), yang membungkus glomerulus,
tubulus kontortus proksimal (TKP), ansa Henle, tubulus kontortus distal (TKD), dan duktus
koligens yang menerima urine dari beberapa nefron.4
Tubulus Kontortus Proksimal. Epitel kuboid rendah (intinya bulat); lumennya tidak jelas,
karena tertutup Brush Border; warna sitoplasma asidophilic / kemerahan; inti sel terlihat
berjauhan; letaknya pada sisi kortex renis. Ansa Henle. Berada di daerah medulla renis; struktur
berbentuk huruf U; terdiri dari segmen tebal dan tipis descendens (Tubulus Rectus Proximalis),
segmen loop Henle, serta segmen tebal dan tipis ascendens (Tubulus Rectus Distalis); segmen
Tebal Descendens memiliki inti yang terletak berjauhan dan secara umum mirip dengan Tubulus
kontortus Proksimal; segmen Tebal Ascendens memiliki inti yang lebih rapat, sitoplasmanya
jernih, dan secara umum mirip dengan Tubulus Kontortus Distal. Tubulus Kontortus Distal.
Epithelnya selapis kuboid rendah; lumennya jelas, karena tidak memiliki Brush Border; inti lebih
rapat / berdekatan; warna sitoplasma basofilik (kebiruan); lumenya lebih lebar dari pada Tubulus
Kontortus Proximalis; macula densa menempati dinding epithel Tubulus Kontortus Distalis yang
dekat dengan kutub vascular glomerulus. Tubulus dan Ductus Colligentes. Epitelnya torak
rendah / kubis (menjadi torak pada TKD sampai mencapai 200 um); sitoplasma pucat; batas
selnya jelas. Ductus Papillaris Bellini. Duktus koligens berjalan dari berkas medula menuju
medula. Pada sisi tengah medula, beberapa duktus koligens bersatu untuk membentuk duktus
muara besar ke apeks papilla.5
Ureter
Saluran keluar ginjal dimulai dari tempat muara papilla renalis dan masuk ke ureter,
vesica urinaria dan saluran kaluaran akhir/ urethra.2 Ureter mukosanya dilapisi oleh epitel
transisional dengan jaringan ikat jarang yang membentuk lamina propria dibawahnya. Tunika
muskularis terdiri atas tiga lapisan jaringan otot polos yaitu, lapis otot polos longitudinal
(interna), lapis otot polos sirkular (tengah) dan lapis otot polos longitudinal (luar), sedangkan
tunika adventisia merupakan jaringan ikat jarang.5
Vesika Urinaria
Kantong penamupung urine setelah melewati saluran ureter pars pelvina ialah vesica
urinaria. Mukosanya dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat jarang yang membentuk
lamina propria di bawahnya.4 Tunika muskularis terdiri atas berkas – berkas otot polos tersusun
berlapis dan arahnya tidak beraturan sehingga dalam sediaan terlihat berkas otot polos yang
terpotong dalam berbagai arah. Di antara berkas – berkas terdapat jaringan ikat jarang. Tunika
adventisia terdiari dari jaringan ikat jarang yang sebagian diliputi oleh peritoneum dan disebut
tunika serosa.6
Uretra
Saluran terakhir sebagai saluran pengeluaran ialah urethra. Urethra pada wanita dan laki-
laki pada kenyataannya adalah berbeda. Bila perbedaan pada ureter dikarenakan bentuk pelvis
wanita dan laki-laki berbeda, maka pada kejadian urethra dikarenakan jalur keluran organa
genital antara wanita dan laki-laki.2 Pada urethra laki-laki terdiri dari beberapa bagian, yaitu Pars
prostatika (terdapat verumontanum, yang menonjol ke bagian dalam urethra tersebut; terdapat
juga utrikulus prostatikus yang bermuara ke puncak verumontanum; ductus ejaculatorius
bermuara pada sisi veromontanum; cairan semen masuk ke dalam urethra proksimal melalui
ductus ini; epitelnya adalah epitel transisional), Pars membranosa (memiliki panjang 1 cm;
dilapisi epitel berlapis / bertingkat silindris; terdapat sfingter otot rangka, sfingter urethra
eksterna; sfingter ini untuk menambah tekanan penutupan yang telah ditimbulkan oleh sfingter
urethra involunter), Pars bulosa dan Pars pendulosa (berlokasi di korpus spongiosum penis;
epitelnya berupa epitel bertingkat dan silindris dengan daerah gepeng dan berlapis).2 Sedangkan
saluran urethra wanita merupakan suatu tabung dengan panjang 4 – 5 cm, yang dilapisi dengan
epitel gepeng berlapis dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat. Bagian tengah urethra
dikelilingi sfingter lurik volunteer eksterna.6
Batu Saluran Kemih
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan
saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan
garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. BSK dapat berukuran dari sekecil pasir
hingga sebesar buah anggur. Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala dan
biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih
atas ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah
(kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter,
pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis
(nyeri kolik yang hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke
perut juga daerah kemaluan dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon
ureter terhadap batu tersebut, dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa
nyeri kram yang hebat.7
Proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi
jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine, yaitu ketika
volume urine dan kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi,
natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan
oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses ini
dinamakan nukleasi heterogen.2
Kesimpulan
Ginjal merupakan salah satu sistem urinaria yaitu suatu sistem saluran dalam tubuh manusia
yang meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-
zat yang tidak diperlukan. Ginjal mengatur komposisi kimia dari lingkungan dalam melalui suatu
proses majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif, dan sekresi. Batu saluran
kemih adalah penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung
kemih dan uretra). Pembentukan batu di ureter dapat disebabkan karena perlanjutan batu yang
turun dari ginjal ke saluran kemih bawah melewati ureter, maupun juga terbentuknya batu di
saluran kemih bawah. Batu sistem kemih dapat menyangkut di 3 tempat penyempitan ureter yang
dapat menimbulkan nyeri.
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2008.h.318-9.
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008.h.86-91.
3. Faiz Omar, Moffat Havid. At a glance anatomi. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga;
20069h.235-9.
4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto
mikroskopik histologi saluran cerna. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2013.h.56-8.
5. Carneiro Josẻ, Carlos Luiz. Histologi dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2006.h.88-90.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014.h.641-92.
7. Ganong William. Fisiologi kedokteran. Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
h.671-99.