pbl 30 kasus 4
DESCRIPTION
ssfuTRANSCRIPT
Kasus Dugaan Pengguguran Kandungan Secara Ilegal
Tiara Alexander
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
102010343
Jalan Arjuna Utara nomor 6 Grogol – Jakarta Barat
Pendahuluan
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka
pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat
besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul
dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan
komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai
perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah
kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi
di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di
masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun
pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu,
WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi
masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi
tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi
dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko
kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara
maju hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di
Indonesia masih cukup besar.1
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan advokasi,
menjamin keselamatan pasien, menghormati terhadap hak-hak pasien. Kriteria perilaku
profesional antara lain mencakup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan,
bermoral tinggi, memegang teguh etika profesi, serta menyadari ketentuan hukum yang
membatasi gerak.
KasusAnda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B.
Seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol
dari sebuah alat “suction curret” milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa
dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang illegal dan di dalam
botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam
surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang
saat ini sedang diperiksakan ke bagian kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik
membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi
pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di
kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil
pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hokum terhadap dokter
tersebut.
Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang
memeriksa perempuan-perempuan diatas, agar pemeriksaan medis dapat member manfaat
yang sebesar-besarnya bagi penyidikan dan penegakan hukum.
A. ABORTUS
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir
selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah
kelahiran prematur
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:
a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami.
b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
(1) Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
(2) Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
(3) Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk spontaneous
abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion. 1
ABORTUS SPONTANEA
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
Abortus imminens, yaitu peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Pada abortus imminen terdapat bercak perdarahan yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. Pada abortus imminen dapat teerjadi perdarahan
pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks
yang meningkat. Etiologinya dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom,
terutama trimosoma dan monosoma X b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang
sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol
2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3.
faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4.
kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. C. Gambaran Klinis 1.
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu 2.
Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus.
Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.1,2
ABORTUS PROVOKATUS
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai
28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus
bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan abortus provokatus secara lebih spesifik:
(1) Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, adalah abortus yang dilakukan dengan
disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
e. Prosedur tidak dirahasiakan.
f. Dokumen medik harus lengkap.
(2) Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi
medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau
obat-obat tertentu.1,2
B. PENYEBAB ABORTUS
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:
1. Umur. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum
matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung
pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan
kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh
tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan
mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat
terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin
intra uterine. 1,3
2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat
persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak
dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan
resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta
previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah.
3. Paritas ibu. Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan
perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih
tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani
dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah
tidak direncanakan.
4. Riwayat Kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi
pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn
- Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39%.1,3
Maternal
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum: 3
Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum, gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, trauma
fisik.
Penyebab yang bersifat lokal: 3
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
Penyebab dari segi Janin : 3
1. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2. Mola hidatidosa.
3. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus
Abortus Provokatus Medisinalis : 4
1. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang
terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
2. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
3. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
4. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kanker payudara.
5. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
6. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
7. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
8. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
9. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
10. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
11. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya: 4
1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah: 4
1. Wanita bersangkutan.
2. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
3. Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun.
Akibat Abortus Provokatus Kriminalis
a. Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan
terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke
ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan
lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh
digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi
penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya
perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi
peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum,
nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika
keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi
percobaan dengan segera. 5
Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan
pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum,
maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon
pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.
Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil
konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena
hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa
tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat
tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi. 5
Perdarahan
Pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya
perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah
itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat
besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah,
sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara
lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi. Lain-lain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl
hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke
dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja
jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang
dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah,
dan diare. 5
b. Komplikasi yang dapat timbul pada janin
sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka
nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.
Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan
besar mengalami cacat fisik. 5
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa
menyebabkan kematian pada keduanya.
Cara – cara abortus provokatus kriminalis
Kekerasan Mekanik Umum
a. Latihan olahraga berlebihan
b. Naik kuda berlebihan
c. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
d. Tekanan / trauma pada abdomen
Wanita cemas akan kehilangan kehamilannya karena olah raga yang berlebih dan
mungkin kekerasan yang berpengaruh terhadap janinnya. Aktivitas hiruk pikuk, mengendarai
kuda biasanya tidak efektif dan beberapa wanita mencari kekerasan dari suaminya. Meninju
dan menendang perut sudah umum dan kematian akibat ruptur organ dalam seperti hati,
limpa atau pencernaan, telah banyak dilaporkan. Ironisnya, uterus biasanya masih dalam
kondisi baik.
Kekerasan Mekanik Lokal : 5
a. Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji
sepeda
b. Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan
cairan kedalam uterus untuk melepas kantung amnion
c. Alat untuk memasang IUD
d. Alat yang dapat dilalui arus listrik
e. Aspirasi jarum suntik
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara
medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada
ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan
mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan
tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi. 5
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak
maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat
mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat
digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan
abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster,
yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka
resikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus
dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam
percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak
dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina
dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan
alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha
yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak
membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus,
yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan
infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang
mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang
tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk
penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam
keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui
sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan
mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang
melakukan abortus kriminalis.5
Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan / Bahan-bahan yang Bekerja pada Uterus
Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah
banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik
sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan
lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua
mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap.
Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin
terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan
berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya
beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai
efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan
pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin. 5
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain: 5
a. Emmenagogum yaitu obat untuk melancarkan haid. Cara kerjanya: indirect congesti +
engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus dikeluarkan. Direct:
Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus, misal: Aloe, Cantharides (racun
irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan
dioksida, dll.
b. Purgativa / Emetica: obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract. Misalnya
Colocynth: Aloe Castor oil: Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
c. Ecbolica: menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot,
Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin. Cara kerja ergot:
merangsang alpha 1 receptor pada uterus sehingga kontraksi uterus yang kuat dan lama.
d. Garam dari logam: biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan
keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal :
Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride.
Teknik-Teknik Aborsi pada klinik aborsi: 5
a. Dilatasi Dan kuret (D & C)
b. MR (Kuret dengan penyedotan)
c. Peracunan dengan menyuntikan larutan garam pekat
d. Penguguran dengan mengunakan kimia protaglandin
e. Operasi bedah kaisar/histerotomi
f. D&X (Intact dilatation & extraction =partial birth abortion)
Aspek Hukum
A. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Dalam Undang-undang tentang kesehatan tahun 1992, diatur mengenai tindakan
medik tertentu yang dapat dilakukan oleh dokter terhadap wanita hamil dengan
persyaratan tertentu.
Pasal 15 UU Kesehatan :
(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat ditakukan tindakan medis tertentu.
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. Oleh tenaga keschatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim
ahli;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 3-6
Penjelasan pasal 15 :
(1) Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun dilarang
karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusulaan dan
norma kesopanan. Namun, dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa
ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Penjelasan per butir :
a. Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambilnya
tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan
atau janinnya terancam bahaya maut.
b. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan. Sebelum melakukan tindakan tersebut, ia harus meminta pertimbangan
tim ahli yang dapat terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agam, hukum dan
psikologi.
c. Hak utama memberikan persetujuan adalah ibu hamil yang bersangkutan, kecuali
dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuan, dapat
memintakan dari suami atau keluarganya.
d. Saran kesehatan tertentu adalah sarana yang memiliki tenaga dan peralatan yang
memadai dan telah ditunjuk oleh pemerintah. 3-6
B. Undang- undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-undang tentang kesehatan tahun 2009 menggantikan undang-undang tahun
1992. Pada bagian keenam mengenai kesehatan reproduksi, dibahas mengenai
pengguguran kandungan.
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau
cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.3-6
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,
kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundangundangan. 3-6
C. Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Dalam KUHP diatur dalam bagian kejahatan terhadap nyawa, yaitu : 3-6
Pasal 283
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak di bawah
usia 17 tahun/ di bawah umur hukuman maksimum 9 bulan.
Pasal 299
Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi obat kepada seorang wanita dengan
member harapan agar gugur kandungannya hukuman maksimum 4 tahun.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun. 6
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan.
Pasal 535
Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka alat/cara menggugurkan kandungan
hukuman maksimum 3 bulan.
Prosedur Medikolegal
Prosedur medikolegal adalah tata cara atau prosedur penatalaksanaan dari berbagai aspek
yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran. Secara garis besar prosedur medikolegal
mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada
beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran
Lingkup Prosedur Medikolegal: 3-6
a. pengadaan visum et repertum
b. tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
c. pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian keterangan
ahli di dalam persidangan
d. kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran
e. tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik
f. tentang kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik
Kewajiban dokter membantu peradilan
Pasal 133 KUHAP :
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. 6
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan. 6
Sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter
Pasal 216 KUHAP :
(1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah. 3-6
Permintaan sebagai saksi ahli (masa persidangan) : 3-6
Pasal 179 (1) KUHAP :
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Pasal 224 KUHAP :
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan.
Alat bukti sah
Pasal 183 KUHAP :
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Pasal 184 KUHAP :
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan terdakwa.
Keterangan ahli diberikan secara lisan
Pasal 186 KUHAP :
Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Keterangan ahli diberikan secara tertulis
Pasal 187 KUHAP :
Surat sebagaimana tesebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c , dibuat atas sumpah jabatan atau
dikuatkan dengan sumpah, adalah :
(c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
Autopsi Forensik
Pasal 134 KUHAP :
(1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberi-tahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang
maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tsb.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini. 3-6
Pasal 222 KUHP :
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 3-6
Visum et Repertum dan rahasia kedokteran
Kewajiban pembuatan Visum et Repertum didasarkan atas UU (Lebih tinggi dari PP
No 10 / 1966)
Ps 50 KUHP : Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan UU,
tidak dipidana. 3-6
Membedakan Abortus Buatan Legal dan Ilegal, Kaitannya Dengan proses Pembuktian
Dari penjabaran di atas secara gamblang kita dapat membedakan antara abortus buatan
legal dan ilegal. Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
yakni harus memenuhi anasir sebagai berikut: 3-6
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi atau sebagian tidak terpenuhi, maka abortus
yang dilakukan termasuk golongan abortus buatan ilegal. Persoalannya adalah bagaimanakah
membuktikan bahwa syarat-syarat terpenuhi atau tidak?
Dalam praktek/kesehatan sangat sedikit sekali kasus-kasus abortus buatan yang sampai pada
tahap penyidikan. Hal ini antara lain disebabkan karena pihak, baik ibu hamil maupun yang
membantu melakukannya sebelumnya pasti sudah melakukan pemufakatan (jahat) untuk
saling tidak melaporkan perbuatannya, karena pasti akan merugikan diri sendiri. Meskipun
bukan delik aduan, tanpa laporan dari para pihak, aparat penyidik sangat sulit untuk
mengetahui adanya praktek abortus buatan tersebut. 3-6
PEMERIKSAAN
Abortus provokatus yang dilakukan menggunakan berbagai cara selalu mengundang
resiko kesehatan baik bagi sang ibu maupun bagi sang janin. Seorang dokter perlu mengenali
kelainan yang dapat timbul akibat berbagai cara yang dilakukan untuk melakukan
pengguguran kriminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak
penyidik.1,3,6
Anamnesis
Pada tindakan anamnesis, dokter harus dapat melacak apakah tersangka pernah hamil
atau melahirkan. Soalan yang ditanyakan juga diharapkan bersifat terarah agar dapat
membantu dalam melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan.5
Antara soalan yang dapat ditanyakan adalah seperti:
Kapan mens terakhir?
Berapa lamakah siklus?
Kapan mennarche?
Apakah ia mempunyai pacar atau sudah bernikah?
Apakah ia mempunyai anak sebelumnya, jika ada, berapa orang dan usia anak paling
muda. Dan soalan-soalan lain. 1,3,6
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum
Manifestasi klinis abortus antara lain:
Keadaan umum tampak lemah atau menurun, tekanan darah menurun atau normal,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mules atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus. 1,3,6
Tanda-tanda kehamilan
1. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi. Uterus yang sebelum kehamilan memiliki berat 70 g dan kapasitas 10 l akan
mencapai > 1100g dengan kemampuan menampung dengan volume sampai 20 l. Pada
minggu-minggu pertama kehamilan, uterus masih seperti bentuk aslinya yaitu seperti buah
avokad. Seiring dengan perkembanganya daerah korpus dan fundus akan membulat dan
menjadi bentuk sferis pada kehamilan 12 minggu. Selanjutnya panjang uterus akan
bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya, maka lama kelamaan akan menjadi bentuk
oval. 1,3,6
2. Serviks
Satu bulan pasca konsepsi, serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan
ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema seluruh serviks. Kolagen
pada serviks wanita yang tidak hamil terbungkus rapat dan tidak beraturan. Selama
kehamilan, kolagen secara aktif disintesis dan secara terus-menerus diremodel oleh
kolagenase, yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrofil. Pada kahir trimester pertama
kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat terbungkus, akibat penurunan prosuksi
kolagen, selanjutnya konsentrasi produksi kolagen akan terus menurun sampai kehamilan
aterm. 1,3,6
3. Ovarium
Selama kehamilan proses ovulasi akan tergenti dan pematangan folikek baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukandi ovarium. Folikek ini berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akanberperan sebagai
penghasil progresteron dalam jumlah relative minimal. 1,3,6
4. Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperenia terlihat jelas pada kulit
dan otot-otot perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan
yang dikenal dengan tanda Chadwick. Sekret vagina akan bertambah volumenya, dimana
sekresi akan berwarna keputihan dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil peningkatan
produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
Lactobacillus accidophiluus. 1,3,6
5. Kulit
Pada kulit dinding perut akan berubah menjadi warna kemerahan, kusam, dan kadang-
kadang juga mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan sebutan
striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis
perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada sebagian wanita, warna putih (linea alba) di kulit garis pertengahan perutnya
akan berubah menjadi hitam kecoklatan (linea nigra).
Pada wajah dan leher akan muncul bercak kemerahan dengan ukuran yang bervariasi
yang disebut dengan melasma gravidarum
Pada areola dan daerah genital juga akan terluhat pigmentasi yang berlebihan, seperti
halnya saat memakai kontrasepsi oral. 1,3,6
6. Payudara
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukuranya dan vena-vena di bawah kulit
akan lebih terlihat. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Kelenjar
montgomerry (kelenjar sebasea dari areola) akan membesar dan cenderung menonjol
keluar. Jika payudara makin membesar, striae seperti pada perut akan muncul. 1,3,6
Pemeriksaan ginekologi
Diperiksa ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir
keluar dari ostium.
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva. 4-6
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
Inspeksi : 4-6
(1). Chloasma gravidarum.
(2). Keadaan kelenjar thyroid.
(3). Dinding abdomen ( varises, jaringan parut,).
(4). Keadaan vulva dan perineum
Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang dilakukan
oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Tanda-tanda infeksi alat genital berupa
demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,
leukositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum
uteri, serta uterus berukuran kecil dari seharusnya.4-6
Pemeriksaan korban abortus
Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada
payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya
usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna,
daerah perut bagian bawah.
Abortus yang dilakukan oleh ahli trampil mugkin tidak meninggalkan bekas dan bila
telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang
menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus kriminal. 4-6
Pemeriksaan pada korban hidup
Pada pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan menentukan cara pengguguran yang dilakukan
serta sudah berapa lama melahirkan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh Sp.OG.
Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi
dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri
tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda
tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah
melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan
secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim
dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan DNA untuk pemastian hubunga ibu dan janin. 4-6
Pembuktian kasus abortus : 4-6
1. Menentukan apakah wanita tersebut hamil
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus yang dilakukan
a) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan jalan lahir
b) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril
c) Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Terhadap Tersangka
Dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium, apakah seorang wanita itu hamil atau tidak
adalah dengan memeriksa : 4-7
a. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Dengan pemeriksaan ini dapat menunjukkan penurunan kadar hematokrit,
hemoglobin rendah yang dapat memicu pasca pendarahan setelah terjadinya aborsi.
b. Pemeriksaan trombosit
Dapat meningkat karena mekanisme pembekuan darah yang terjadi sebagai
mekanisme kompensasi setelah terjadinya pendarahan yang banyak setelah aborsi
c. Fibrinogen
Pemeriksaan ini dapat membedakan sama ada sama ada aborsi ini tergolong dalam
spontaneous atau pun missed abortion. Pemeriksaan ini lebih spesifik kepada missed
abortion.
d. Test urine
Pada pemeriksaan urin juga dapat di ketahui bahwa wanita tersebut sedang hamil jika
adanya peningkatan bhCG yang sangat bermakna dalam mendeteksi bahwa wanita ini
sebelumnya pernah hamil dan melakukan pengguguran. Ini adalaha karena bhCG
dapat menurun setelah 2- 3 minggu setelah melahirkan, dan uji ini member nilai yang
sangat bermanfaaat.
e. Pemeriksaan pregnanediol
Preganediol merupakan hasil metabolit progesterone. Progesterone sanagt
bertanggungjwab dalam perubahan uterus setelah ovulasi. Ianya menigkat selam
akehamilah dan dapat menuru jika terjadi aborsi dan disfungsi plasenta.
f. Kadar Prolactin dalam serum
Kadar prolactin serum berbeda beda mengikut jangka waktu kehamilan ,pada
trimester pertama < 80ng/ml, pada trimester kedua < 160ng/mL dan trimester ketiga
< 400 ng/mL. Hormon ini meningkat sesuai jangka waktu kehamilan untuk
menyediakan kepada pengembangan mammae semasa laktasi terjadi. Jika adanya
peningkatan kepada hormone ini bermakna ibu ini pernah hamil.
g. Pemeriksaan dengan USG
Dengan USG dapat mengetahui uterus seseorang sama ada telah di aborsi atau tidak
dengan melihat kepada permukaan dinding rahim setelah terjadinya curratage.
BARANG BUKTI
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk melakukan identifikasi hubungan
antara tersangka dengan jaringan dan darah yang ada di dalam botol. Pemeriksaan tes
kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan,
dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti
pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda tersebut biasanya tidak mudah
dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih
didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi
anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama, sisa
bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk
pemastian hubungan ibu dan janin.4-7
Untuk mengidentifikasi hubungan antara tersangka dengan barang bukti kita perlu
melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya:
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling
sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer
pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah
ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. Pemeriksaan darah
pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah
tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu
kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan : 5-7
Bercak tersebut benar darah
Darah dari manusia atau hewan
Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia
Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam
dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila
menempel pada pakaian. Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk
membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya
yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 5-7
Pemeriksaan Penentuan Darah
o Dengan ditemukan pigmen , krisal hematin dan hemokhromogen dengan
menggunakan reaksi Teichman dan Wagenaar. Reaksi Teichman dengan hasil
psitif tampak Kristal hemin- HCl yang berbentuk batang bewarna coklat.
o Reaksi Wagenaar , dengan hasil positip terlihat Kristal aceton –hemin yang
berbentuk batang bewarna coklat.
o Pemeriksaan Spektroskopik. Pemeriksaan ini dapat memastikan lagi bahwaa
golongan darah yang di periksa ini adalah darah jika di jumpai pita pita absorbs
yang khas dari hemoglobin atau turunannya.
o Pemeriksaan Serologis. Berguna dalam menentukan species dan golongan darah
berdasarkan reaksi antigen dan antibody , yaitu reaksi aglutinasi. 5-7
Penentuan Spesies
Terdapat dua cara yatu:
Reaksi cincin( reaksi presipitat dalam tabung )
Hasil postif darah manusia akan terbentuk cincin keruh di perbatasan.
Reaksi precipitate dalam agar
Anti globulin darah manusia di masukkan dan di letakkan dalam ruang yang
lembab, hasil positip memberikan precipitate jernih pada perbatasan lubang. 5-7
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda
kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas atau tanda usaha penghentian
kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.
Tentukan pula umur janin atau usia kehamilan, karena sekalipun undang-undang tidak
mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan kadang kala
diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan. 5-7
Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat
yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil
usaha penghentian kehamilan, misalnya berupa IUFD, kematian janin di dalam rahim
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan. Abortus yang dilakukan
oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung
satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai
mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus criminal. 5-7
Pemeriksaan DNA
Pemeriksaan DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985.
Pemeriksaan ini sangat akurat dan memberikan nilai yang sangat tepat hampir 99.9%.
Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA dapat diperoleh
dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel darah merah karena
sel darah merah tidak memiliki inti. 5-7
Untuk itu terhadap berbagai bahan sampel tersebut harus diberi perlakuan sebagai
berikut: 1,6,7
Jaringan
Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan limpa, kelenjar
getah bening dan hati.
Darah
Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos es atau
lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu dikeringkan.
Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa dengan bendanya atau
diusap dengan kain kasa basah lalu dikeringkan.
Tulang, Gigi dan Rambut
Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di bawah 20°C.
Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada suhu kamar. Sampel rambut
diambil 10 – 15 helai beserta akarnya. Sampel gigi dipilih paling sedikit empat,
molar jika mungkin. Sampel gigi sebaiknya tidak rusak oleh endodontia. Sampel
tulang sebaiknya dari femur.
Teknik Analisis DNA
Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik polimorfisme yang
dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme
DNA akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu
menjadi fragmen Variable Number Of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan
memanfaatkan enzim retriksi yang berfungsi memotong DNA pada tempat-tempat tertentu
dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti AATT. Setelah selesai, pola RFLP tampak
seperti kode batang (bar code). Dan dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel
tersebut berasal dari sumber yang sama.1, 6,7
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain Reaction (PCR)
yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan enzim
polymerase DNA. Teknik ini didesain agar yang diperbanyak hanya segmen tertentu dari
sampel dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi dari sampel
yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel DNA yang sudah mulai terdegradasi.1,6,7
3. STRs (Short Tandem Repeats)
Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis yang
berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs (Short Tandem Repeat)
adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 –
5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode
ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan
diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak
atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya
berkisar antara 200 – 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan
pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan
memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah
multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan
cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan
pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.
Teknis ini banyak di gunakan sekarang ini dalam penentuan DNA. 6,7
4. mtDNA (Mitochondrial DNA)
Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi forensik
dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel intraselular yang terdapat di luar
nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul
berbentuk sirkular yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel
mengandung 100 – 1000 mitokondria.
Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang
tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mitokondria DNA hanya mengandung DNA
ibu. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat mengetahui garis ibu, maka dari
pemeriksaan Kromosom Y dapat mengetahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang
terlihat bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada
semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya diturunkan
seorang ayah pada anak laki-lakinya. 6,7
Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik berguna untuk menetukan spesies dan golongan darah. Untuk itu
dibutuhkan antisera terhadap protein manusia atau anti human globulin serta terhadap
protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip pemeriksaan
adalah suatu reaksi antara antigen yaitu bercak darah dan antibodi yaitu antiserum yang
dapat merupakan reaksi presipitasi atau aglutinasi.
a. Penentuan spesies
Melakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan garam faal. Dianjurkan
untuk memakai 1 cm2 nercal atau 1 gram darah kering, tetapi tidka melebihi separuh bahan
yang tersedia.
Cara pemeriksaan :
- Reaksi cincin ( presipitin dalam tabung)
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan serum anti globulin manusia, dan ke atasnya
dituangkan ekstrak darah perlahan melalui tepi tabung. Biarkan pada temperatur ruang
kurang lebih 1,5 jam. Hasil positif tampak cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan
kedua cairan.
- Reaksi presipitasi dalam agar
Gelas objek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis
agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih
2mm, yang dikelilingi oleh lubang sejnis. Masukkan serum anti globulin manusia ke
lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derahat pengenceran di lubang-lubang
sekitarnya. Letakkan gelas objek ini dalam ruang sembab pada temperatur ruang selama 1
malam. Hasill positif akan memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah
dan lubang tepi. 6,7
Penggunaan teknis ini sangat bererti dalam penegakkan kasus aborsi untuk memastikan lagi
hubungan tersangka dengan anaknya
hCG (human Chorionic Gonadotropin)
Hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu
hamil dan diekskresikan melalui urin. Hormon hCG ini dapat dideteksi pada sekitar 26
hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia
kehamilan di antara 30-60 hari. produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70
hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah
usia kehamilan 100-130 hari. 7
VISUM et REPERTUM
Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan
dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia
atau bagian dari tubuh manusia, baik hidup maupun mati, atas permintaan tertulis (resmi) dan
penyidik yang berwenang (atau hakim untuk visum et repertum psikiatrik) yang dibuat atas
sumpah atau dikuatkan dengan sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum adalah alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHAP. Visum et repertum dibuat sesegera mungkin dan diberikan kepada (instansi)
penyidik pemintanya, dengan memperhatikan ketentuan tentang rahasia jabatan bagi dokter
serta ketentuan kearsipan. 7
Ada beberapa jenis visum et repertum, antara lain visum et repertum perlukaan
(termasuk keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenasah dan
visum et repertum psikiari. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum
mengenai tubuh/ raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana,
sedangka jenis yang terakhir adalah mnegenai jiwa/ mental tersangka atau terdakwa atau
saksi lain dari suatu tindak pidana. Secara ringkasnya, pada umumnya visum et repertum
terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu: 8
1. Bagian Pembukaan: Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas yang
menjelaskan bahwa visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan.
2. Bagian Pendahuluan: Merupakan uraian tentang identitas dokter pemeriksa, instansi
pemeriksa, tempat dan waktu dilakukannya pemeriksaan, instansi peminta visum et
repertum, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas yang diperiksa sesuai
dengan yang tercantum di dalam surat permintaan visum et repertum tersebut.
3. Bagian Pemberitaan: Bagian ini memuat semua hasil pemeriksaan terhadap “barang
bukti” yang dituliskan secara sistematik, jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang
tidak berlatar belakang pendidikan kedokteran. Dan terbagi tiga bagian, yaitu
Pemeriksaan luar, Pemeriksaan dalam (bedah jenazah) dan Pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan pendukung lainnya.
4. Bagian Kesimpulan: Dituliskan kesimpulan pemeriksa atas seluruh hasil pemeriksaan
dengan berdasarkan keilmuannya atau keahliannya.
5. Bagian Penutup: Berupa uraian kalimat penutup yang menyatakan bahwa visum et
repertum ini dibuat dengan sebenarnya, berdasarkan keilmuan serta mengingat
sumpah dan sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Tata cara permintaan Visum et Repertum : 8
1. Pasal 133 ayat (2) KUHAP : “Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat”.
2. Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat dengan menggunakan
format sesuai dengan jenis kasus yang sedang ditangani.
3. SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat kepangkatan dan
pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27
tahun 1983.
4. Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan
membawa SPVR.
Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang tercantum
didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP.8
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
Jl. Salemba Raya No.6, Jakarta 10430, telp:021-3106976
PROJUSTITIA Jakarta, 17 Januari 2011
VISUM ET REPERTUM
No. : 11/FKU/I/2011.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Tiara. Dokter pada bagian forensik rumah sakit
UKRIDA di Jakarta atas permintaan dari kepolisian Resort Grogol dalam suratnya
nomor/VeR/1/2011/LL/Res. Tng tertanggal 11 Januari 2011, maka dengan ini
menerangkan bahwa, pada tanggal sebelas januari tahun dua ribu sebelas pukul tiga sore
Waktu Indonesia Barat, bertempat di RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan atas
korban dengan nomor registrasi 97011990 yang menurut surat tersebut
adalah:--------------------------------
Nama : Nyonya A -----------------------------------------------------------------
Umur :-----tahun------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Perempuan ----------------------------------------------------------------
Warga Negara : Indonesia --------------------------------------------------------------
Alamat : xxx, Jakarta ------------------------------------------------------------
Hasil pemeriksaan
1. Dari anamnesis pada Nyonya A, harus ditanyakan mengenai hari terakhir menstruasi,
lama menstruasi, menarche, sudah menikah.
2. Pada korban ditemukan : ----------------------------------------------------------------
a. Dilihat dari pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah/menurun, tekanan
darah menurun/normal, denyut nadi normal/cepat dan kecil serta suhu badan
normal/meningkat.
b. Pada pemeriksaan daerah kelamin didapatkan pendarahan. Disertai keluhan
mules/keram perut di perut serta nyeri pinggang.
3. Di lakukan pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah didapatkan kadar darah
yang rendah, pemeriksaan golongan darah adalah __, pemeriksaan hormon kehamilan
positif, pemeriksaan radiologi kelihatan permukaan keadaan dinding rahim,
pemeriksaan hasil curettage; hasil positif darah manusia, golongan darah adalah __
sesuai dengan wanita tersangka. Hasil pemeriksaan DNA terhadap jaringan serta
wanita tersangka cocok. (Mencari hubungan antara jaringan yang ditemukan dengan
tersangka melalui pemeriksaan golongan darah, DNA)
4. Pengobatan yang telah di lakukan( terapi untuk mengurangkan pendarahan rahim).
Dan korban di pulangkan dalam keadaan yang baik.
Kesimpulan
Pada korban perempuan ini yang berusia ___ tahun, berdasarkan hasil temuan yang telah
di dapatkan tanda-tanda kehamilan, ( payudara yang membesar, strecthmark pada perut).
Seterusnya di simpulkan adanya keguguran atau kematian kandungan pada perempuan
ini-------------------------------------------------------------
Demikian saya uraikan dengan sejujurnya atas sumpah dokter sesuai dengan lembaran
Negara 1973 nomor 350 untuk dipergunakan dimana perlu penyidikan lebih lanjut. Harap
digunakan sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan kitab undang-undang hukum
acara pidana.------------------------------------------------
Dokter yang memeriksa,
dr.Winda
KESIMPULAN
Tindakan aborsi atau pengguguran kandungan sesuai dengan hukum yang berlaku
adalah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran,
tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran
kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati.
Tindakan pengguguran kandungan tidak semuanya berdampak pada hukum. Seorang
dokter dapat melakukan tindakan medis tertentu sesuai dengan pasal 15 UU Kesehatan,
dimana dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Tindakan medis tertentu dapat dilakukan
sesuai indikasi medis, oleh tenaga kesehatan yang ahli dan berwenang sesuai tanggung jawab
profesinya, dengan persetujuan ibu hamil atau keluarganya, dan pada sarana kesehatan
tertentu. Oleh karena itu, harus diperhatikan dan diteliti dengan seksama supaya tidak terjadi
kesalahpahaman.
Abortus provocatus yang dilakukan menggunakan pelbagai cara selalu mengandung
resiko kesehatan baik bagi si ibu atau janin.seorang dokter perlu mengenali kelainan yang
dapat timbul akibat berbagai macam cara yang digunakan untuk melakukan pengguguran
criminal ini agar benar-benar dapat membantu secara maksimal pihak penyidik. Untuk
membantu proses penyidikan, dokter dapat membantu dalam pemeriksaan medis dan
laboratorium.Para dokter dan tenaga medis lainnya, hendaklah selalu menjaga sumpah profesi
dan kode etiknya dalam melakukan pekerjaan. Apapun alasannya selain untuk tindakan medis
tertentu yang dapat membahayakan nyawa ibu dan ataupun janin, tindakan aborsi tidak boleh
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997. h.3-7; h.147-58; h.177-96.
2. Staf pengajar bagian kedokteran forensik fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994. h.11-25; h.32-7.
3. Prosedur medikolegal. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Cetakan
kedua. Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994.
Hal 11-25.
4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, dkk. Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Sederhana. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama: cetakan kedua. Bagian Kedokteran
Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Hal 177-196.
5. Adiraansz G, Hanafiah TM. Diagnosis kehamilan. Dalam: Ilmu kebidanan, Prawirohardjo
S. Jakarta: PT. Bina pustaka; 2008
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W, Setiowulan W. Ilmu kedokteran forensik, Kapita
Selekta Kedokteran edisi ke tiga, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2009.
7. Sampurna. Budi., Syamsu. Zulhasmar., Siswaja. Tjetjep Dwidja. Didalam: Bioetik dan
Hukum Kedokteran. Juli 2007.
8. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Visum et repertum. Dalam: Ilmu kedokteran
forensik. Jakarta; FKUI. 1997. hal. 5-16