paulo freire dan pemikirannya

25
BAB I PENDAHULUAN Paulo Freire lahir pada 19 september 1921 di Recife, sebuah kota pelabuhan di Brasil bagian Timur Laut, wilayah kemiskinan dan keterbelakngan. Ayahnya Joaquim Temistocle Freire adalah seorang anggota polisi militerdi Pernambuco yang berasa dari Rio do Norte, dia penganut aliran kebatinan, tanpa menjadi anggota dari agama resmi, baik budi cakap dan mampu untuk mencintai. Ibunya Edeltrus Neves Freire berasal dari Pernambuco, beliau beragama katolik, lembut baik budi, dan adil. Merekalah dengan contoh dan cinta mengajarkan kepada Paulo Freire untuk menghargai dialog dan menghargai pendapat orang lain. Pada tahun 1929 krisis ekonomi mulai melanda brasil, keluarga Freire adalah termasuk keluarga kelas menengah dan mengalami kejatuhan financial yang hebat, sehingga Freire terpaksa belajar mengerti apa artinya menjadi lapar bagi seorang anak sekolah. Professor Richard Shaull dalam kata pengantar bahasa inggris pada buku Pendidikan Kaum Tertindas mengungkapkan bahwa pengalaman mendalam akan kelaparan sewaktu masih bocah menyebabkan Freire pada umru sebelas tahun 1

Upload: andi-undu

Post on 10-Jun-2015

10.943 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paulo freire dan pemikirannya

BAB I

PENDAHULUAN

Paulo Freire lahir pada 19 september 1921 di Recife, sebuah kota pelabuhan di Brasil

bagian Timur Laut, wilayah kemiskinan dan keterbelakngan. Ayahnya Joaquim Temistocle

Freire adalah seorang anggota polisi militerdi Pernambuco yang berasa dari Rio do Norte, dia

penganut aliran kebatinan, tanpa menjadi anggota dari agama resmi, baik budi cakap dan

mampu untuk mencintai. Ibunya Edeltrus Neves Freire berasal dari Pernambuco, beliau

beragama katolik, lembut baik budi, dan adil. Merekalah dengan contoh dan cinta

mengajarkan kepada Paulo Freire untuk menghargai dialog dan menghargai pendapat orang

lain.

Pada tahun 1929 krisis ekonomi mulai melanda brasil, keluarga Freire adalah

termasuk keluarga kelas menengah dan mengalami kejatuhan financial yang hebat, sehingga

Freire terpaksa belajar mengerti apa artinya menjadi lapar bagi seorang anak sekolah.

Professor Richard Shaull dalam kata pengantar bahasa inggris pada buku Pendidikan Kaum

Tertindas mengungkapkan bahwa pengalaman mendalam akan kelaparan sewaktu masih

bocah menyebabkan Freire pada umru sebelas tahun bertekad untuk mengabdikan

kehidupannya pada perjuangan melawan kelaparan agar anak-anak lain jangan sampai

mengalami kesengsaraan yang tengah di alaminya itu. Setelah situasi keluarganya agak

membaik, Paulo Freire mampu menyelesaikan pendidikan sekolah lanjutan dan masuk

Universitas Recife dengan mengambil Fakultas Hukum. dia juga belajar filsafat dan sosiologi

bahasa dan menjadi guru penggal waktu bahasa Portugis di sekolah lanjutan.

Pada Tahun 1944, Freire menikah dengan Elza Maia Costa Oliviera, seorang guru

sekolah dasar yang berasal dari Recife dan memiliki tiga orang putri dan dua orang putra.

Pada masa itu perhatiannya mengenai teori-teori pendidikan mulai tumbuh, dia lebih banyak

1

Page 2: Paulo freire dan pemikirannya

membaca dan mempelajari tentang pendidikan dari pada tentang guru. Pada masa itu, dia

bekerja sebagai pejabat dalam bidang kesejahteraan, bahkan menjadi direktur bagian

pendidikan dan kebudayaan SESI (Pelayanan Sosial) di Negara bagian Pernambuco.

Pada tahun 1961 Presiden Brasil Janio Quadros di gantikan oleh Joao Goulart, pada

masa pemerintahan Goulart, Freire di tugaskan menjadi direktur Pelayanan Extension

Kultural Universitas Recife yang menerapkan program kenal aksara di kalangan petani di

daerah timur laut. Metode yang di pakai di kenal sebagai metode Paulo Freire, meskipun dia

sendiri tidak pernah mau menamakan demikian. Disaat itu Paulo Freire beserta timnya

berhasil menarik kaum tuna aksara untuk belajar membaca dan menulis dalam waktu cukup

singkat, yaitu tidak lebih dari 45 hari.

Pada tahun 1964 Puolo Freire di penjarakan dengan tuduhan menjalankan kegiatan

Subversif1, dan di bebaskan setelah mendekam dalam penjara selama tujuh puluh hari,

kemudian Freire hijrah ke Cili dan bekerja selama 5 Tahun di sana. Program-programnya

disetujui oleh di restui oleh pemerintah Cili pada waktu itu dan menarik perhatian

internasional khususnya UNESCO, tidak hanya berhenti di situ Freire juga diminta menjadi

penasehat dalam menata kembali pendidikan pertanian pada lembaga Penelitian dan Latihan

Agraria (ICIRA) yang bekerja sama dengan FAO. Menjelang tahun 1970 Freire mendapat

undangan dari Amerika Serikat untuk menjadi Tenaga Ahli Pusat Studi Pendidikan dan

Pembangunan, Universitas Harvard. Freire kemudian bekerja sebagai penasihat khusus

Kantor Pendidikan Dewan Gereja se-Dunia di Jenewa, dia juga menjabat Ketua Komite

Eksklusif Institut d’Action Culturelle (IDAC) yang berpusat di jenewa, lembaga itu

mengadakan sejumlah penelitian dan eksperimen atas dasar pemikiran-pemikiran Paulo

Freire, sampai pada pertengahan tahun 1979 Paulo freire tetap tidak di perbolehkan

1 Subversif yaitu gerakan dalam usaha atau rencana menjatuhkan kekuasaan yang sah dengan menggunakan cara di luar undang-undang

2

Page 3: Paulo freire dan pemikirannya

menginjakkan kaki di tanah airnya.. dia di izinkan kembalin ke Brasil sewaktu Joao Batista

Figuelredo memerintah sebagai Presiden Brasil dan tahun berikutnya Freire bergabung

dengan partai buruh di Sao Paulo, dia di angakat menjadi guru besar di Universitas Negeri

Campinas dan Universitas Katolik Sao Paulo pada tahun 1986, istrinya Elza meninggal dunia

dan kemudian Freire menikahi Maria Araujo mantan mahasiswinya. Dua tahun setelah itu

Partai Buruh keluar sebagai pemenang pemilu di Brasil dan dia di angkat menjadi pimpinan

Sekertariat Pendidikan untuk kota Sao Paulo yang di jabatnya selama kurang lebih 2 tahun.

Pada tahun 1991 berdiri Institut Paulo Freire di Sao Paulo dengan 21 kelompok inti

cendekiawan yang tersebar di 18 Negara. Institut yang menyimpan arsip-arsip Freire tersebut

didirikan atas anjuran Paulo Freire. Pada tahun 1997, Paulo Freire meninggal dunia di rumah

sakit Albert Einstein pada usia 75 Tahun karena serangan jantung. Beberapa karya beliau

yang terkenal sampai saat ini adalah Pedagogy of the Oppressed (1970), Pedagogy of City

(1993), Pedagogy of Hope (1995), Pedagogy of Heart (1995), Pedagogy of Freedom (1998),

Pedagogy of Indignation (yang di terjemahkan kedalam bahasa inggris 2004). Beberapa buku

Paulo Freire yang telah di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, seperti Politik Pendidikan

(1999), Pendidikan Sebagai Proses (1998), buku beliau yang paling terkenal adalah

Pedagogy of Oppressed yang di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul

Pendidikan Kaum Tertindas.

Dalam makalah ini penyusun dengan segalah keterbatasannya berupaya untuk

menjelaskan seperti apa pendidikan dalam perspektif seorang Paulo Freire dan berupaya

mendeskripsikan dengan jelas pandangan-pandangan, buah pemikiran, serta teori-teori beliau

yang sangat berpenggaruh dalam dunia pendidikan. tujuan utama dari penyusunan makalah

ini tidak lebih hanya untuk berusaha menambah wawasan para pembaca dalam mengenal

tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam dunia pendidikan terutama dalam mengetahui sosok

seorang Paulo Freire itu sendiri, penyusun berharap dengan adanya makalah ini tentunya

3

Page 4: Paulo freire dan pemikirannya

dapat membantu dengan mudah para pembaca dalam mempelajari tokoh-tokoh pendidikan

terutama dalam mempelajari sosok seorang Paulo Freire. Pada bagian pendahuluan telah di

jelaskan secara singkat perjalan hidup seorang Paulo Freira, di bab-bab berikutnya akan lebih

menjelaskan tetang pandangan-pandangan, buah pemikiran, serta teori-teori beliau dalam

dunia pendidikan.

4

Page 5: Paulo freire dan pemikirannya

BAB II

1. Penididikan dalam perspektif Paulo Freire

Pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan lahir dari pergumalannya selama

bekerja bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat miskin dan tidak ber pendidikan,

masayarakat feodal (hirarkis) adalah struktrur masyarakat yang umum berpengaruh di

Amerika Latin saat itu. Dalam sistem masyarakat feodal yang hirarkis terjadi

perbedaan kelas antara masyarakat golongan atas dengan masayarakat golongan

bawah. Golongan atas menjadi penindas masyarakat bawah dengan melalui kekuasaan

politik dan akumulasi kekayaan. Yang miskin menjadi semakin miskin akibat

penindasan golongan atas, dan yang kaya semakin kaya dengan segalah bentuk

penindasannya, dalam kehidupan masyarakat yang kontras itu lahirlah kebudayaan

yang Paulo freire sebut dengan “kebudayaan bisu”. Dalam kebudayaan bisu yang

demikian itu kaum tertindas hanya menerima begitu saja segalah perlakuan dari kaum

penindas bahkan adanya ketakutan dari kaum penindas akan adanya kesadaran akan

ketertindasan mereka, dan ini adalah suatu bentuk dehumanisasi. Dari keadaan

tersebut itulah yang membuat gelisah seorang Paulo Freire, dia merasa terpanggil

untuk mebebaskan masyarakatnya yang tertindas dan yang telah di bisukan.

Jadi dengan melihat konteks di atas hakikat pendidikan dari perspektif

seorang Paulo Freire adalah pendidikan yang bertujuan untuk “membebaskan” dan

“memanusiakan”. Membebaskan dari ketertindasan dan memanusiakan manusia yang

kemanusiaannya telah di rampas oleh si penindas (dehumanisasi). Secara kompleks

menurut Freire, tujuan utama dari pendidikan adalah membuaka mata peserta didik

guna menyadari realitas ketertindasannya untuk kemudian bertindak untuk melakukan

transformasi sosial. Kegiatan untuk menyadarkan peserta didik tentang realita

5

Page 6: Paulo freire dan pemikirannya

ketertindasannya ini di sebut sebagai konsientasi2. Konsientasi bertujuan untuk

“membongkar” apa yang di sebut oleh Freire sebagai “kebudayaan Bisu3” seperti

yang telah di jelaskan di atas. Danial Schipani menjelaskan bahwa Konsientasi dalam

pemahaman Freire adalah :

. . . Denotes an integrated procces of liberative learnign and teaching

as well as personal and societal transformation. Conscientization thus name

the process of emerging critical consciousness whereby people become a ware

of historical forces that shape their lives as well as their potential for freedom

and creativity; the term also connotes teh actual movement toward liberation

and human emergence in persons, communities, and societes.4

Paulo freire dikenal sebagai salah satu tokoh aliran rekonstruksionisme5.

George R. Knight mendaftarkan beberapa prinsip utama dari Rekonstruksionisme,

yang intinya adalah:Pertama, peradaban dunia sedang berada dalam krisis di mana

solusi efektifnya adalah penciptaan suatu tatanan sosial yang menyeluruh. Kedua,

pendidikan adalah salah satu agen utama untuk melakukan rekonstruksi terhadap

tatanan sosial. Oleh karenanya, seorang pendidik rekostruksionis harus secara aktif

mendidik demi perubahan sosial. Ketiga, metode pengajaran harus berdasarkan

prinsip-prinsip demokratis yang bertujuan untuk mengenali dan menjawab tantangan

2 Konsientasi adalah pemahaman mengenai keadaan nyata yang sedang dialami peserta didik.3 Kebudayaan Bisu adalah suatu kondisi di mana masyarakat di buat tunduk dan taat sedemikian rupa oleh penguasa sehingga masyarakat tidak bisa atau berani mempertanyakan keberadaannya, dan pada akhirnya cenderung menerima keadadaan itu secara fatalistik.4 Pasmino, Foundational Issues5 Rekonstuksionisme adalah aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dalam pendidikan dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak moderen.

6

Page 7: Paulo freire dan pemikirannya

sosial yang ada. Dari ke tiga prinsip ini dapat di ketahui bahwa di dalam

Rekonstruksionisme peranan pendidikan sekolah bukanlah sebagai transmitor

(penyampai) kebudayaan yang bersifat pasif-sebagaimana yang diyakini aliran-aliran

yang lebih tradisional, tetapi sebagai agen yang men jadi pionir yang aktif dalam

melakukan tranformasi reformasi sosial. Hal ini terlihat jelas dalam pemikiran Freire.

2. Pendidikan gaya bank sebagai sumber kritik Paulo freire

Tujuan utama dari seorang Paulo Freire adalah hanya ingin mengembalikan

hakikat pendidikan yang pada saat itu telah di distorsi oleh sistem yang ada, sistem

yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial yang begitu memprihatinkan,

sistem yang mengarah pada penindasan kepada masyarakat golongan bawah oleh para

golongan-golongan feodal yang cenderung paternalistik, Paulo Freire belajar dari

pengalaman hidupnya yang boleh dikatakan pahit dan menjadikannya sebagai

motivasi besar dalam perjuangannya dalam melawan penindasan dan

keterbelakangan, kesenjangan sosial yang semakin merajalela membuat Freire

tenggelam dalam kegelisahan yang begitu dalam dan memaksanya untuk melakukan

tindakan, tindakan kritis seorang Freire tentunya membawa Freire pada suatu

kesulitan yang besar karena upaya yang di lakukannya adalah melawan sistem yang

berlaku di saat itu, sehingga Freire pun di penjarakan karena di tuduh melakukan

tindakan yang subversif.

Kritik tajam yang di lakukan oleh Freire adalah kritik terhadap konsep

pendidikan yang mapan pada saat itu, menurutnya pendidikan tradisional di Brasil

pada saat itu di nilainya akan mengalami kegagalan dalam mendewasakan dan

memanusiakan manusia karena sifatnya yang cenderung menggurui dan hanya

7

Page 8: Paulo freire dan pemikirannya

mengarahkan kepada hafalan tanpa membimbing peserta didik untuk memahami

makna tentang apa yang di pelajarinya. Konsep pendidikan ini yang Paulo Freire

sebut dengan konsep “ Pendidikan Gaya Bank”.

Menurut Pulo Freire dalam konsep pendidikan gaya bank, pendidikan

bercerita, dengan guru sebagai pencerita, guru mengarahkan murud-murud untuk

menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang di ceritakan. Lebih buruk lagi, murid

di ubah menjadi “bejana-bejana”, wadah-wadah kosong untuk di isi oleh guru,

semakin penuh dia mengisi wadah-wadah itu, semakin baik pula seorang guru.

Semakin patuh wadah-wadah itu untuk di isi semakin baik pula mereka sebagai

murid. Menurut Freire, pendidikan menjadi sebuah kegiatan menabung, di mana para

murud adalah celengan dan guru adalah penabungnya atau dengan kata lain anak

didik adalah objek investasi dan sumber depositi potensial. Mereka tidak berbeda

dengan komoditi ekonomis lainnya yang lazim di kenal. Devositor atau investornya

adalah para guru yang mewakili lembaga-lembaga kemasyarakatan mapan dan

berkuasa, sementara depositonya adalah berupa ilmu pengetahuan yang di ajarkan

kepada anak didik. Anak didik pun lantas di perlakukan sebagai “bejana kosong”

yang akan di isi, sebagai sarana tabungan atau penanaman modal “ilmu pengetahuan”

yang akan di petik hasilnya kelak. Jadi , guru adalah subjek aktif, sedangkan anak

didik adalah objek pasif yang penurut, dan di perlakukan tidak berbeda atau menjadi

bagian dari realitas dunia yang di ajarkan kepada mereka, sebagai objek ilmu

pengetahuan teoritis yang tidak berkesudahan.

Menurut Paulo Freire, dalam konsep pendidikan gaya bank, pengetahuan

adalah merupakan sebuah anugerah yang di hibahkan oleh mereka yang menganggap

diri berpengetahuan kepeda mereka yang di anggap tidak memiliki pengetahuan apa-

apa. Menganggap bodoh secara mutlak pada orang lain, sebuah ciri dari ideologi

8

Page 9: Paulo freire dan pemikirannya

penindasan, berarti mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses

pencarian. Tidaklah mengherankan jika konsep pendidikan gaya bank memandang

manusia sebagai makhluk yang dapat di samakan dengan sebuah benda dan gampang

di atur6.

Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan “gaya

bank” itu sebagai berikut ;

1. Guru mengajar, murid belajar

2. Guru tahu segalanya, murid tak tahu apa-apa

3. Guru berfikir, murid di fikirkan

4. Guru berbicara, murid mendengarkan

5. Guru mengatur, murud di atur

6. Guru memilih dan melaksanakan pilihannya, murid menuruti

7. Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan

tindakan gurunya

8. Guru memilih apa yang akan di ajrakan, murid menyesuaikan diri

9. Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang

profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid-

murid

10. Guru adalah subjek proses belajar, murud objeknya.

Oleh karena guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang

lumrah saja jika murid-murid kemudian mengidentifikasikan seperti gurunya sebagai

prototip manusia ideal yang harus di tiru dan harus di teladani dalam semua hal.

Implikasinya lebih jauh adalah bahwa pada saatnya nanti murid-murid akan benar-

6 Freire, Paulo, Pendidikan kaum tertindas (2011), hlm.54

9

Page 10: Paulo freire dan pemikirannya

benar menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu, dan pada saat

itulah akan lahir lagi generasi baru manusia-manusia penindas. Jika di antara mereka

ada yang menjadi guru atau pendidik, daur penindasan akan segera di mulai dalam

dunia pendidikan, dan demikian terjadi seterusnya. Bagi freire, sistem pendidikan

justru harus menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia.

3. Paulo Freire dan Pendidikan Hadap Masalah sebagai solusi terhadap konsep

Pendidikan Gaya Bank

Paulo Freire tentunya memiliki dasar yang sangat kuat dari kritikan kerasnya

terhadap konsep pendidikan gaya bank, kritik tanpa di sertai dengan dasar sama saja

omong kosong. Paulo Freire tentunya selalu menawarkan jalan keluar terhadap

masalah yang di anggapnya mapan, begitupun dengan kritik Freire terhadap konsep

pendidikan gaya bank, pergumulan Freire terhadap masalah tersebut membuat

konsistensinya terhadap masalah tersebut menjadi semakin kuat, dalam konteks

kritikan Freire terhadap konsep pendidikan gaya bank, Paulo Freire menawarkan

solusi yang menjadi antitesa terhadap konsep pendidikan gaya bank, Freire

menemakannya sebagai konsep “Pendidikan Hadap Masalah”.

Menurut Paulo Freire, Pendidikan Hadap Masalah (Problem Posing) yang

menjawab hakikat kesadaran, yakni Intensionalitas, akan menolak pernyataan-

pernyataan serta mewujudkan komunikasi. Konsep ini mewakili sifat khas dari

kesadaran: yakni sadar akan, tidak saja terhadap objek-objek tetapi juga berbalik

kepada dirinya sendiri, sehingga terbelah dalam pengertian Jaspers, yakni, kesadaran

sebagai kesadaran atas kesadaran7.

7 Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas (2011), hlm. 63.

10

Page 11: Paulo freire dan pemikirannya

Pendidikan Hadap Masalah adalah pendidikan alternatif yang di tawarkan oleh

Freire lahir dari konsepsinya tentang manusia. Manusia sendirilah yang di jadikan

titik tolak dalam pendidikan hadap masalah. Manusia tidak mengada secara terpisah

dari dunia dan realitasnya, tetapi ia berada dalam dunia dan bersama-sama dengan

realitas dunia. Realitas itulah yang harus di perhadapkan kepada nara didik supaya

ada kesadaran akan realitas itu. Konteks pedagogis yang demikian di dasarkan pada

pemahaman bahwa manusia mempunyai potensi untuk berkreasi dalam realitas dan

untuk membebaskan diri dari penindasan budaya, ekonomi, dan politik.

Kesadaran tumbuh dari pergumulan atas realitas yang di hadapi dan di

harapkan akan menghasilkan suatu tingkah laku kritis dalam diri anak didik. Freire

membagi 4 tingkatan kesadaran manusia yaitu :

1. Kesadaran Intransitif, di mana seorang hanya terikat pada kebutuhan

jasmani tidak sadar akan sejarah dan tenggelam dalam masa kini yang

menindas

2. Kesadaran Semi Intransitif, atau kesadaran magis, kesadaran ini terjadi

pada masyarakat berbudaya bisu, di mana masyarakatnya tertutup. Ciri

kesadaran ini adalah fatalistik. Hidup berarti hidup di bawah kekuasaan

orang lain atau hidup dalam ketergantungan.

3. Kesadaran Naif, pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk

mempertanyakan dan mengenali realitas, tetapi masih di tandai dengan

sikap yang primitif dan naif, seperti: mengidentifikasikan diri dengan elite,

kembali ke masa lampau, mau menerima penjelasan yang sudah jadi, sikap

emosi kuat, banyak berpolemik dan berdebat tetapi bukan dialog.

4. Kesadaran Kritis Transitif, kesadaran kritis transitif di tandai dengan

kedalaman menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam berdiskusi,

11

Page 12: Paulo freire dan pemikirannya

mampu menerima dan menolak. Pembicaraan bersifat dialog. Pada tingkat

ini orang mampu merefleksi dan melihat hubungan sebab akibat.

Bagi Freire pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang

menumbuhkan kesadaran kritis transitif. Memang ia tidak bermaksud bahwa seorang

mampu mencapai tingkatan kesadaran tertinggi itu, tetapi belajar adalah proses

bergerak dari kesadaran nara didik pada masa kini ke tingkatan kesadaran yang di

atasnya.

Dalam konteks belajar yang demikian kontradiksi guru murid (perbedaan guru

yang menjadi sumber segalah pengetahuan dengan murid sebagai orang yang tidak

tahu apa-apa) tidak ada. Menurut Freire, metode pendidikan hadap masalah tidak

membuat di kotomi kegiatan guru –murid ini; dia tidak “menyerap” pada suatu saat

serta “menceritakan” pada saat yang lain. Guru selalu “menyerap”, baik ketika dia

mempersiapkan bahan pelajaran maupun ketika dia berdialog dengan para murid. Dia

tidak akan menganggap obyek-obyek yang dapat di pahami sebagai milik pribadi,

tetapi sebagai obyek refleksi para murid serta dirinya. Dengan cara ini, pendidik

hadap masalah secara terus menerus memperbaharui refleksinya di dalam refleksi

para murid, murid yang bukan lagi pendengar yang penurut telah menjadi rekan

pengkaji yang kritis melalui dialog dengan guru8. Guru menyajikan pelajaran kepada

murid sebagai bahan pemikiran mereka, dan menguji kembali pemikirannya yang

terdahulu ketika murid mengemukakan hasil pemikira sendiri. Peran seorang pendidik

hadap masalah adalah menciptakan, bersama dengan murid suatu suasana di mana

pengetahuan pada tahap mantera (Doxa) di ganti dengan pengetahuan sejati (Logos).9

8 Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas (2011), hlm. 65.9 Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas (2011), hlm. 66.

12

Page 13: Paulo freire dan pemikirannya

4. Kontradiksi Antara “Pendidikan Gaya Bank” dengan “Pendidikan Hadap

Masalah”

Dapat di tarik kesimpulan bahwa Pendidikan Hadap Masalah merupakan

antitesa dari Pendidikan gaya Bank, terjadi kontradiksi antara ke duanya, menurut

Freire, kedua konsep dan praktek pendidikan dalam analisis ini terlihat saling

bertentangan. Paulo freire menjabarkan kontradiksi dari ke dua konsep pendidikan

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Konsep Pendidikan gaya Bank (untuk alasan yang telah jelas) berusaha

dengan cara memitoskan realitas menyembunyikan fakta-fakta teretntu

yang menjelaskan cara manusia meng ada di dunia; sementara Pendidikan

Hadap Masalah memilih sendiri sendiri tugas untuk menghapuskan mitos

tersebut.

2. Pendidikan Gaya bank menolak dialog; sementara Pendidikan hadap

Masalah menganggap dialog sebagai prasyarat bagi laku pemahaman

untuk menguak realitas.

3. Pendidikan Gaya Bank memperlakukan murid sebagai objek yang harus di

tolong; sementara Pendidikan Hadap Masalah menjadikan mereka pemikir

yang kritis.

4. Pendidikan Gaya Bank menghalang-halangi kreativitas dan menjinakkan

(sekalipun tidak dapat membunuh sama sekali) Intensionalitas kesadaran

dengan cara mengisolasi kesadaran itu dari dunia, yang dengan demikian

menolak fitrah ontologis dan kesejarahan manusia untuk menjadi manusia

seutuhnya; sementara Pendidikan Hadap Masalah mendasari dirinya atas

kreativitas serta mendorong refleksi dan tindakan yang benar atas realitas

13

Page 14: Paulo freire dan pemikirannya

realitas, dan dengan cara itu menyambut fitrah manusia yang akan menjadi

makhluk sejati hanya jika terlibat dalam pencarian dan perubahan kreatif.

5. Singkatnya, Teori dan praktik Pendidikan Gaya Bank, sebagai kekuatan

yang membelenggu dan menekan, tidak mampu menampilkan manusia

sebagai makhluk menyejarah; teori dan praktek Pendidikan Hadap

Masalah menjadikan kesejarahan manusia sebagai pangkal otak.

14

Page 15: Paulo freire dan pemikirannya

BAB III

KESIMPULAN

Paulo freire dengan keteguhan hatinya berusaha untuk mengembalikan fungsi

pendidikan yang fitrahnya telah di renggut oleh keadaan yang menindas , dia mencoba untuk

mengutuhkan hakikat pendidikan sesuai dengan fitrahnya, hakikat penididikan menurut

seorang Paulo Freire adalah pendidikan itu membebaskan dan memanusiakan.

Menurut Paulo Freire, pembebasan adalah kelahiran, dan kelahiran itu menyakitkan.

Manusia yang lahir adalah manusia yang baru, yang hanya bisa muncul bila kontradiksi

penindas-tertindas di taklukkan oleh pemanusiaan seluruh manusia. Atau, dengan kata lain,

penyelesaian kontradiksi inilah yang di lahirkan ketika lahir manusia baru; yang ada bukan

lagi penindas dan yang yang di tindas, melainkan manusia yang sedang berproses mencapai

kebebasan.

15

Page 16: Paulo freire dan pemikirannya

DAFTAR PUSTAKA

Freire, Paulo, 2008. Pendidikan Kaum tertindas, Jakarta: LP3S.

Freire, Paulo, 2007. Politik Pendidikan (kebudayaan, kekuasaan, dan pembebasan),

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Freire, Paulo, Ivan Illich, Erich Fromm, dkk, 2009. Menggugat Pendidikan (fundamentalis,

konservatif, liberal, anarkis),Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

**

Manggeng, Marthen, 2005. Pendidikan yang membebaskan menurut Paulo Freire dan

Relevansinya dalam konteks Indonesia : INTIM-Jurnal Teologi Kontekstual.

Pramudya, Wahyu, 2001. Mengenal Filsafat Pendidikan Paulo Freire: Antara Banking

Concept of Education , Problem Posing Method, dan Pendidikan Kristen di Indonesia:

Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan.

16