patomekanisme mati krn gantung diri

Upload: sevenheaven87

Post on 14-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FORENSIK

TRANSCRIPT

4. PATOMEKANISME KEMATIAN AKIBAT GANTUNG DIRIPenggantungan menyebabkan kematian dengan beberapa mekanisme yang bisa berlansung bersamaan. Pada setiap kasus penggantungan beberapa kondisi di bawah akan terjadi.131.Arteri karotis tersumbat2.Vena jugularis tersumbat3.Memicu refleks karotis4.Fraktur vertebra servikal5.Menutupnya jalan nafasDaripada kondisi di atas, dapat disimpulkan kematian pada korban penggantungan yang terdiri dari empat penyebab yaitu:1.Asfiksia2.Iskemi otak3.Refleks vagus4.Kerusakan medulla oblongataKematian segera akibat dari penggantungan dapat muncul akibat dari beberapa mekanisme. Penekanan pada ganglion saraf arteri karotis oleh tali yang melingkar pada leher korban dapat menyebabkancarotid bodyreflex(refleks vagus) sehingga memicu perlambatan denyut jantung. Perlahan-perlahan terjadi aritmia jantung sehingga terakhir korban mati dengancardiac arrest.Namun mekanisme kematian ini jarang didapatkan karena untuk menimbulkan refleks karotis, tekanan lansung yang kuat harus diberikan pada area khusus di manacarotid bodyberada. Hal ini sukar dipastikan. Sebagai tambahan refleks karotis juga dapat dimunculkan biar pun tanpa penggantungan.13,14Tekanan pada vena jugularis juga bisa menyebabkan kematian korban penggantungan dengan mekanisme asfiksia. Kebanyakan kasus penggantungan bunuh diri mempunyai mekanisme kematian seperti ini. Seperti yang diketahui, vena jugularis membawa darah dari otak ke jantung untuk sirkulasi. Pada penggantungan sering terjadi penekanan pada vena jugularis oleh tali yang menggantung korban. Tekanan ini seolah-olah membuat jalan yang dilewati darah untuk kembali ke jantung dari otak tersumbat. Obstruksi total maupun parsial secara perlahan-lahan dapat menyebabkan kongesti pada pembuluh darah otak. Darah tetap mengalir dari jantung ke otak tetapi darah dari otak tidak bisa mengalir keluar. Akhirnya, terjadilah penumpukan darah di pembuluh darah otak. Keadaan ini menyebabkan suplai oksigen ke otak berkurang dan korban seterusnya tidak sadarkan diri. Kemudian, terjadilah depresi pusat nafas dan korban mati akibat asfiksia. Tekanan yang diperlukan untuk terjadinya mekanisme ini tidak penting tetapi durasi lamanya tekanan diberikan pada leher oleh tali yang menggantung korban yang menyebabkan mekanisme tersebut. Ketidaksadaran korban mengambil waktu yang lama sebelum terjadinya depresi pusat nafas. Secara keseluruhan, mekanisme ini tidak menyakitkan sehingga disalahgunakan oleh pria untuk memuaskan nafsu seksual mereka (autoerotic sexual asphyxia). Pada mekanisme ini, korban akan menunjukkan gejala sianosis. Wajahnya membiru dan sedikit membengkak. Muncul peteki di wajah dan mata akibat dari pecahnya kapiler darah karena tekanan yang lama. Didapatkan lidah yang menjulur keluar pada pemeriksan luar.9,13,14Obstruksi arteri karotis terjadi akibat dari penekanan yang lebih besar. Hal ini karena secara anatomis, arteri karotis berada lebih dalam dari vena jugularis. Oleh hal yang demikian, obstruksi arteri karotis jarang ditemukan pada kasus bunuh diri dengan penggantungan. Biasanya korban mati karena tekanan yang lebih besar, misalnya dicekik atau pada penjeratan. Pada pemeriksaan dalam turut ditemukan jejas pada jaringan lunak sekitar arteri karotis akibat tekanan yang besar ini. Tekanan ini menyebabkan aliran darah ke otak tersumbat. Kurangnya suplai darah ke otak menyebabkan korban tidak sadar diri dan depresi pusat nafas sehingga kematian terjadi. Pada mekanisme ini, hanya ditemukan wajah yang sianosis tetapi tidak ada peteki.2,13,14Fraktur vertebra servikal dapat menimbulkan kematian pada penggantungan dengan mekanisme asfiksia atau dekapitasi. Kejadian ini biasa terjadi pada hukuman gantung atau korban penggantungan yang dilepaskan dari tempat tinggi. Sering terjadi fraktur atau cedera pada vertebra servikal 1 dan servikal 2 (aksis dan atlas) atau lebih dikenali sebagai hangman fracture. Fraktur atau dislokasi vertebra servikal akan menekan medulla oblongata sehingga terjadi depresi pusat nafas dan korban meninggal karena henti nafas.13Asfiksia bisa juga terjadi akibat dari tertutupnya jalan nafas. Kondisi ini terjadi setelah korban tidak sadar dan tidak ada usaha untuk bernafas. Akhirnya, korban mati.Gambaran klasik asfiksia termasuk:151.kongesti pada wajahkulit tampak kemerahan pada wajah dan kepala akibat hambatan aliran kembali vena ke jantung oleh kompresi leher2.edema pada wajahpembengkakan jaringan akibat transudasi cairan dari vena akibat peningkatan vena hasil obstruksi aliran kembali vena ke jantung3.sianosis pada wajahwarna biru pada kulit akibat adanya darah terdeoksigenasi dalam sistem vena yang terkongesti serta kadang-kadang turut melibatkan sistem arteri.4.peteki pada kulit wajah dan mataperdarahan halus sebesar ujung jarum lazim ditemukan di wajah dan sekitar kelopak mata selain pada konjunktiva dan sklera akibat darah bocor dari vena kecil yang mengalami peningkatan tekanan. Keadaan ini diduga akibat hipoksia dinding pembuluh darah namun belum terbukti pasti. Peteki bukan tanda diagnostik asfiksia karena dapat ditemukan pada keadaan batuk atau bersin yang terlampau keras. Hal yang terkait peteki wajah adalah peteki visceral yang disebut Tardieu spots yang sebelumnya dianggap tanda khas asfiksia kini sudah terbukti bukan tanda terjadinya obstruksi pernapasan.