catatan perikatan yg lahir krn uu

Upload: alfatika-aunuriella-dini

Post on 09-Jul-2015

451 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERIKATAN YANG LAHIR KARENA UNDANG-UNDANG By: Pak Pitaya Sumber Prikatan 1. Perjanjian 2. UU a. Pembayaran Tak Terhutang b. Zaakwarneming c. Perbuatan Melawan Hukum a. Onverschuldigde Betaling - Pembayaran tak terhutang Pasal 1359 (1) Tiap pembayaran mengandalkan adanya suatu utang; apa yang telah dibayar tanpa diwajibkan untuk itu, dapat dituntut kembali. Terhadap perikatan bebas, yang secara sukarela telah dipenuhi, tak dapat dilakukan penuntutan kembali. Pembayaran hutang yang sudah daluarsa Seseorang secara khilaf mengira ia berhutang lalu membayarnya maka apa yang dibayarkannya dapat dituntut kembali - Atas pembayaran tidak terutang tersebut, maka UU mewajibkan pihak yang satu untuk mengembalikan pembayaran n memberi hak pada pihak lain u/ menarik kembali pembayarannya. b. Zaakwarneming - pengurusan secara suka rela - pasal 13 54 - seseorang yang secara sukarela mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa sepengethauan orang itu, maka ia secara diam2 telah mengikatkan dirinya untuk meneruskan dan mnyelesaikan urusan itu sendiri, maka sepantasnyalah yang diwakili memberikan ganti rugi. pihak yang mewakili tidak berhak atas upah - lasr geving atau pengurusan dengan pemberian kuasa X Zaakwarneming c. Perbuatan Melawan Hukum - pasal 1365 / onrechtmatige daad - setiap perbuatan yang melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain mewajibkan orang yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian itu, untuk mengganti kerugian tersebut. - Untuk meminta ganti kerugian tidaklah gampan. Karena UU mensyaratkan seseorang harus terlebih dahulu membuktikan bahwa: a. harus apa PMH b. harus menimbulkan kerugian pada orang lain -

c. harus ada hubungan causal antara PMH dengan kerugian d. harus ada unsur kesalahan ========================================================== PERTEMUAN 1 Sumber Perikatan: - Perjanjian (konsensus) perjanjian tersebut bertindak sebagai UU bagi para pihak (1313-1351) - Karena UU bersifat apriaori, mau tidak mau, suka tidak suka (1352-1380) Kewajiban beban yang harus dilakukan atas dasar perikatan Fakta-fakta hukum yang melahirkan perikatan: - Putusan : UU darurat No 1 Tahun 1951, pasal 5 ayat (1) - Moral : mengikat dari dalam, lebih pada penilaian kepantasan penilaian hati nurani; kalau UU lebih mengikat secara eksternal Out of topic but still importing: - Bahan Hukum Primer yang sifatnya mengikat, ex: ada tidak UU yang menjelaskannya - Bahan Hukum Sekunder yang sifatnya lebih pada pendapat para ahli Perikatan = Obligatio Obligatio Civilis perikatan yang pemenuhannya dapat dituntut secara hukum Ex : perikatan karena perjanjian, UU dan Putusan Obligatio Naturalis / naturlijk vebertenis perikatan atas nilai moral / alamiah (1359 ayat terakhir) Obligatio Civilis (menurut HR 12 Maret 1962) terbagi menjadi 3 - ex contracto - ex lege - ex gewisjde Overkomst perjanjian TIDAK SAMA DENGAN persetujuan. Persetujuan adalah salah satu syarat/bagian dari perjanjian (buka pasal 1320) Toesteming persetujuan Arrest HR 12 Maret 1920 tentang perikatan alami

1788 perikatan yang berdasarkan UU atau kehendak para pihak sejak semula tidak mengandung hak penuntutan. Ex : perjudian, jual-beli organ tubuh - Kewajiban yang timbul dari moral atau kepatutan - Semula perikatan civil tapi karena keadaan yang terjadi kemudian kehilangan hak tuntutannya (putusan MA 6 Juli 1955 utang yang tidak ditagih selama 21 tahun maka akan kehilangan hak tuntutannya) pasal 1970 Perikatan yang lahir karena putusan biasanya berbentuk vonis dan gewisjde Vonis belum ada kekuatan hukum pasti. Sehingga masih memungkinkan upaya hukum biasa perlawanan/verzet, banding/vergelijke, kasasi/cassatie. Literlijk gewisjde putusan yang sudah memiliki kekuatan hukum yang pasti sehingga hanya memungkinkan upaya hukum luar biasa peninjauan kembali / request civil, perlawanan pihak ketiga / derden verzet Upaya Hukum Upaya untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalan suatu persidangan Yurisprudensi/yurisprudentie . Putusan beberapa mengartikan sebagai kumpulan putusan pengadilan yang telah diberi anotasi ataupun analisis para ahli hukum tentang amteri yang terkait. Yurisprudensi tetap yurisprudensi yang dijadikan pegangan oleh hakim untuk perkara serupa Yurisprudence ilmu atau ajaran

-

Obligatio Ex Lege pasal 1352 Melulu UU mau tidak mau Kewajiban alimentasi, hukum tetangga UU sebagai akibat dari perbuatan orang 1. Rechtmatigedaad a. negitiorum getio/ zaakwarneming/ pengurusan benda (1354-1380) b. onverschuldigde betaling/ pembayaran tanpa hutang 2. Onrechtmatigdedaad (1365-1380) Dikenal juga dengan istilah wederrechtelijkheid hampir sama namun tetap ada perbedaan. Kesamaannya: onrechttidak sesuai dengan aturan/hukum

Perbedaan Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatigedaad) dengan Perbuatan Melanggar Hukum (wederrechtelijkheid) No 1 Kriteria Sejarah onrechtmatigedaad sifat melawan hukum (onrechmatigdaad) terutama dalam bidang hukum perdata lebih dahulu dilakukan, terutama dengan adanya HR 30 Januari 1919 yang selalu menjadi acuan dalam pembicaraan asas-asas hukum perdata Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan lima syarat yaitu: (1) adanya perbuatan, (2) perbuatan tersebut melawan hukum, (3) adanya kerugiaan, (4) adanya kesalahan, dan (5) adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara perbuatan melawan hukum dengan akibat yang ditimbulkan. wederrechtelijkheid dalam lapangan hukum pidana baru dimulai pada tahun 1933 dengan adanya arrest HR 20 Febuari 1933, Veearts arrest

2

Unsur

formale wederrechtelijkheid memenuhi unsur delik materiele wederrechtlikheid unsur melawan hukum yang ada dalam kehidupan masyarakat yang tidak tertulis. Suatu tindakan dapat hilang sifatnya sebagai melawan hukum bukan hanya berdasarkan suatu ketentuan dalam perundang-undangan, melainkan juga berdasarkan asas-asas keadilan atau asas-asas hukum yang tidak tertulis dan bersifat umum, sebagai misalnya 3 faktor : negara tidak dirugikan; umum

a.

b. \kepentingan dilayani; dan

c. terdakwa tidak mendapat

untuk.

3

Jenis/ sifat

4

Subjek yang dapat melakukan

Berdasarkan jenisnya maka PMH dapat mengenai berbagai macam hak dan kepentingan seseorang sebagai subyek hukum, yaitu: (1) benda, (2) Tubuh, (3) Jiwa, dan (4) kehormatan. 1) orang, (2) Badan Hukum, dan

Unsur sifat melawan hukum ini tidak hanya sifat melawan hukum yang bersifat formil (formele wederrechtelijkheid) maupun sifat melawan hukum yang materiil (materiele wederretelijkheid). Subjek Hukum. Orang ataupun hukum badan

5

(3) Penguasa (masih kontroversi) Beban Seseorang dapat Pertanggungjawaban dimintakan pertanggungjawaban PMH atas dasar kesalahan dia pribadi bahkan atas kesalahan atau kelalaian orang lain yang berada di bawah pengawasnya (Pasal 1367 KUHPerdata)yaitu (1) orang tua, wali, (2) majikan dan bawahan, (3) guru atau tukang-tukang. Kemudian termasuk benda, dan hewanhewan yang berada di bawah pengawasannya.

Seseorang/subjek hukum hanya dapat dimintakan pertanggungjawaban atas dasar kesalahannya sendiri.

6

Cakupan

Lebih luas

7

Tujuan

8

Gugurnya

Memeberi ganti rugi sebagai bentuk perlindungan bagi pihak yang dirugikan Matinya sipelaku dapat beralih ke AW nya

Memidana si pelaku dan memberi efek jer Matinya sipelaku mengugurkan pertanggungjawaban pidana

Sama-sama memiliki unsur onrecht, melanggar suatu larangan, kedua-duanya terjadi pada saat yang relatif bersamaan Masing-masing unsur noodzakelijk Unsur secara bersama-sama voldoende Perbuatan melanggar hukum selalu merupakan perbuatan melawan hukm Perbuatan melawan hukum itu ada yang Sempit dan Luas PMH diartikan secara sempit melanggar hak subjektif seseorang dan bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku. Contoh : Arres HR 6-1-1905 (mesin jahit singer) dan arres HR 6-10-1910 (zutphense waterlieding keran) keuntungan pengartian secara sempit ini kepastian hukum PMH diartikan secara luas melanggar hak subjektif seseorang, bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan, contoh : Arres HR 31-1-1919 (Cohen Vs Lindebaum) tanggapan positif pengadilan. ========================================================== Pertemuan II KERUGIAN Macam-macam tuntutan kerugian: Materiil (HR 23-6-1922)

Secara analogis, ketentuan ganti rugi dalam wanprestasi dapat ditetapkan (dari :biaya yang dikeluarkan, kerugian yang sesungguhnya, keuntungan yang diharapkan) Imateriil/ idiil (HR 31-12-1937) Sudenten Sociatet Arrest Preventif (HR 18-8-1944) Tuntutan agar tidak melakukan suatu perbuatan hukum tertentu . Agar suatu perbuatan tidak terulang lagi Tuntutan yang bersifat deklaratif Tuntutan untuk mengaku bersalah dan pernyataan minta maaf. KESALAHAN Tidak begitu dilihat apakah kesengajaan atau kesalahan yang penting menimbulkan kerugian. Ukurannya Perkiraan akibat: Perbuatan itu dapat diperkirakan secara objektif bahwa semua orang / kebanyakan orang akan mengatakan bahwa hal itu salah dan dapat memperkirakan apa akibat yang akan ditimbulkan dari perbuatan itu. Perbuatan dapat diperkirakan secara subjektif Hanya orang dengan kedudukan / keahlian tertentu yang bisa mengetahui akibat dari perbuatan itu. Ex: densus 88 pasti tau kalau senapan jenis xx bisa tetap menembus pintu kayu dalam jarak x meter. Responsibilitas - Bekwaan/ kecakapan - Keadaan darurat ps 48 KUHP/ Nood Stand ;ps 48 KUHP - Pembelaan terpaksa/ Noodweer ;49 ayat 1 - Perintah UU/ Wetlijk Voorschift ;ps 50 - Perintah jabatan/ Ambtelijk Bevel ;ps 49 ayat 2 Pasal 1367-1368Pasal 1367 Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatanperbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.

Orangtua dan wali bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh anak-anak yang belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orangtua atau wali. Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan urusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-orang itu. Guru sekolah atau kepala tukang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah pengawasannya. Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orangtua, guru sekolah atau kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka masing-masing tidak dapat mencegah perbuatan itu atas mana meneka seharusnya bertanggung jawab.

Pasal 1368 Pemilik binatang, atau siapa yang memakainya, selama binatang itu dipakainya, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh binatang tersebut, baik binatang itu ada di bawah pengawasannya maupun binatang tersebut tersesat atau terlepas dan pengawasannya.

KAUSALITAS Waktu ngejelasin ini, Pak Pitaya cerita kalau waktu muda dia pernah ditabrak andong sampe spionnya pecah. Terus dikaitkan dengan kesadaran hukum si kusir dan dikaitkan dengan teori adeqoute Harus ada hubungan antara perbuatan dan kerugian yang timbul Teori adeqoate Veroorzaiking (Von Kries) HR 3 Feb 1927, HR 28 Nov 1947, HR 19 Des 1947 Prosedur :selidiki dulu apakah perbuatan itu yang menyebabkan suatu kerugian muncul. Sehingga menjadi sebuah kesimpulan: kerugian itu tidak akan muncul tanpa perbuatan tersebut.

Kekurangan teori ini: bahwa terkadang perbuatan tersebut tidak selalu berrhak penuh untuk mengganti kerugiaan seluruhnya Contoh dari cerita Pak Pit diatas: memang spionnya patah diinjek kuda. Tapi kenyataannya spionnya Pak Pit juga udah oglek-oglek, jadi, engga adil juga kalau si kusir disuruh mengganti baru spionnya Pak Pit. Kemudian, harus dipastikan juga apakah kerugian itu dapat dianggap sebagai akibat yang wajar (relijkwijst) diharapkan dari perbuatan melawan hukum itu tadi. Hubungan Kausal ada jika kenyataannya merupakan akibat yang menurut pengalaman secara wajar (relijkwijs) dapat diharapkan timbul pada PMH tersebut.

PENGHINAAN Merujuk pada pengertian penghinaan dalam KUHP Pasal 310 (1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri. Meliputi: pencemaran nama baik baik lisan maupun tulisan Fitnah, dan penghinaan Ada unsur OPZET = KESENGAJAAN Siapa yang bisa menuntut: Pasal 1373 Selain itu, orang yang dihina dapat menuntut pula supaya dalam putusan juga dinyatakan bahwa perbuatan yang telah dilakukan adalah perbuatan memfitnah. Jika ia menuntut supaya dinyatakan bahwa perbuatan itu adalah fitnah, maka

berlakulah ketentuan ketentuan dalam Pasal 314 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang penuntutan perbuatan memfitnah. Jika diminta oleh pihak yang dihina, putusan akan ditempelkan di tempatkan di tempat umum, dalam jumlah sekian lembar dan tempat, sebagaimana diperintahkan oleh Hakim atas biaya si terhukum. Ketika yang dihina sudah meninggal dunia : Suami/istri, ortu, kakek/nenek, dan cucu

Siapa yang dapat dituntut: Pelaku serta orang yang turut serta, turut membantu(medeplichtige) penghinaan Tidak termasuk percetakan, penerbitan contoh kasus penghinaan luna maya sama infotaiment di twitter, pihak twitter tidak dapat dihukum (putusan PN Medan 12/3/1974 no 200/Perd/1973/PN/Medan) Apa yang bisa ditunut: - Ganti kerugian / denda - Pemulihan kehormatan dan nama baik - Pernyataan lisan minta maaf dan menyesal di media audio visual Kapan Hak Penuntutan Berakhir? adanya pembebasan secara tegas, diam-diam dari pihak yang dihina adanya perdamaaian adanya pengampunan lewatnya waktu satu tahun sejak perbuatan dilakukan atau diketahui

PERTEMUAN III Negotio Gestio (sangat mirip dengan pemberian kuas) / Zaakwaarneming(tanpa surat kuasa) (1354 -1358) Pasal 1354 Jika seseorang dengan sukarela tanpa ditugaskan, mewakili urusan orang lain, dengan atau tanpa setahu orang itu, maka ia secara diam-diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan itu, hingga orang yang ia wakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Ia harus membebani diri dengan segala sesuatu yang termasuk urusan itu. Ia juga harus menjalankan segala kewajiban yang harus ia pikul jika ia menerima kekuasaan yang dinyatakan secara tegas. Pasal 1355 Ia diwajibkan meneruskan pengurusan itu, meskipun orang yang kepentingannya diurus olehnya meninggal sebelum urusan diselesaikan,sampai para ahli waris orang itu dapat mengambil alih pengurusan itu. Pasal 1356 Dalam melakukan pengurusan itu, ia wajib bertindak sebagai seorang kepala rumah tangga yang bijaksana. Meskipun demikian Hakim berkuasa meringankan penggantian biaya, kerugian dan bunga yang disebabkan oleh kesalahan atau kelakuan orang yang mewakili pengurusan, tergantung pada keadaan yang menyebabkan pengurusan itu. Pasal 1357 Pihak yang kepentingannya diwakili oleh orang lain dengan baik, diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan, yang dilakukan oleh wakil itu atas namanya, memberi ganti rugi dan bunga yang disebabkan oleh segala perikatan yang secara perorangan dibuat olehnya, dan mengganti segala pengeluaran yang berfaedah dan perlu.

Pasal 1358 Orang yang mewakili urusan orang lain tanpa mendapat perintah, tidak berhak atas suatu upah PIHAK-PIHAK 1. Gestor / zaakwaanemer kewajiban: menyelesaikan tugas sampai dengan selesai, hak: meminta ganti rugi/ biaya 2. Dominus memenuhi perikatan dan memberi ganti rugi/ biaya, hak: actio directa/meminta pertanggung jawaban

Converschuldigde Betaling / pembayaran tanpa adanya hutang Perikatan bebas = perikatan karena moral Pasal 1359 Tiap pembayaran mengandalkan adanya suatu utang; apa yang telah dibayar tanpa diwajibkan untuk itu, dapat dituntut kembali. Terhadap perikatan bebas, yang secara sukarela telah dipenuhi, tak dapat dilakukan penuntutan kembali. Pihak-pihak nya: Pembayar kewajiban: mengganti biaya pemeliharaan ketika itu berupa barang, hak: conditio indebiti/ hak menuntut kembali Penerima kewajiban: Goede Trouw, jika barang sudah dijual maka wajib mengembalikan uang seharga benda tersebut. Hak: memeiliki hak retensi/ hak menahan. Jika barang sudah diberikan maka ia bebas dari kewajiban mengembalikan Kwader Trouw pengembalian + bunga dan hasil-hasil nya

ZAAKWAARNEMING Ada suatu kejadian saat kita pergi dari rumah untuk beberapa hari dan pada saat kita pergi meninggalkan rumah kita membawa seta keluarga kita, sehingga rumah kita kosong (tidak berpenghuni). Saat rumah tersebut kita tinggalkan hujan turun dengan derasnya sehingga mengakibatkan rumah kita bocor, kebetulan tetangga kita melihat hal tersebut kemudian tetanga kita memanggil tukang bangunan untuk membetulkan kebocoran rumah kita, saat kita kembali dari bepergian, tetangga kita tersebut memberikan tagihan biaya pembetulan kebocoran rumah kita untuk dibayarkan. Nah apa tindakan kita untuk kasus tersebut, apakah kita wajib membayarnya ?, padahal kita tidak meminta tetangga kita untuk membetulkan rumah kita yang bocor.

Peristiwa tersebut dapat kita peristilahkan sebagai pengurusan kepentingan orang lain tanpa perintah atau dalam bahasa belanda disebut zaakwaarneming, mari kita telaah dahulu landasan hukum nya dimana hal tersebut diatur dalam pasal 1354 Kitab Undang-Undang Hukujm Perdata (KUHPer) yang menyatakan : Jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu, mewakili urusan orang lain, dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diamdiam mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan tersebut, sehingga orang yang diwakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Ia harus memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya seandainya ia dikuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas. Dengan rumusan pasal tersebut memang agak membingungkan bagi kita, tapi mari kaita coba uraikan unsur tersebut satu-persatu, sehingga permasalahan tersebut dapat kita pecahkan. Perbuatan hukum untuk mengurus kepentingan orang lain. Zaakwaarneming adalah perbuatan hukum untuk mengurus kepentingan orang lain , dalam hal ini tidak ada perjanjian sebelumnya karena memang tetangga kita tidak kita minta untuk membetulkan atap rumah kita. Oleh karena zaakwaarneming adalah kepengurusan orang lain, oleh karena itu maka ahir pengurusan, memang harus diharapkan dengan kepentingan orang yang diurusnya hal ini juga diatur dalam pasal 1357 KUHPer yang menyatakan Pihak-pihak yang berkepentingan-kepentingannya diwakili oleh orang lain dengan baik, diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan, yang dibuat oleh wakil itu atas namanya, memberikan gati rugi kepada wakil itu tentang segala perikatan perorangan yang dibuatnya, dan menganti segala pengeluaran yang berfaedah dan perlu. Dalam pasal 1357 tesebut secara tegas menyatakan jika kepentingan telah diurus dengan baik, maka kita kita berkewajiban mengati segala pengeluran yang dikeluarkan oleh orang yang mengurus kepentingan kita. Tetapi perlu di perhatikan makna dari kepentingan sendiri harus selalu dikaitkan dengan kepentingan dari yang diwakili karena belum tentu hal tersebut pakan kepentingan bagi yang terwakili dalam hal ini adalah pemilik rumah yang bocor. Oleh karena itu zakwaarneming hanya kita dapatkan dalam pengurusan kepentingan yang sederhana saja, seperti pengurusan tagihan reking listrik, pembayaran tagihan Telepon dari TELKOM, dll.Kemudian juga harus kita perhatikan makna pengurusan dengan baik dan pengeluaran yang yang berfaedah, harus dilihat dari kebiasaan, kepatutan dan kepantasan dalam masyarakat. Semisal bila pengeluran pembetulan rumah yang bocor ternyata menelan biaya Rp 10.000.000. (sepuluh juta rupiah), maka perlu kita lihat har terseut sesuai dengan kepatutan dan kebiasaan dalam masyarak tidak, kalau di tempat saya hal tersebut tidak umum, dalam masyarakat dengan asumsi dengan jumlah uang tersebut sangat

berlebihan

untuk

membetulkan

atap

rumah

yang

bocor.

Menurut pasal 1358 kuhper, menyatakan pihak yang telah mewakili urusan orang lain dengan tiada mendapat perintah, tidakberhak atas sesuatu upah. Nah dalam rumusan pasal tersebut orang yang mengurusi pembetulan atab rumah tersebut tidak berhak mendapatkan upah, dalam hal ini pemberian upah terhadap orang yang mengurusi pembetulan ruh yang bocor, hanya sebatas moralitas saja, jadi pihak yang membutulkan atab rumah tidak mempunyai hak untuk meminta pembayaran. Dalam lapangan zaakwaarneming orang yang mengurus kepentingan orang lain tanpa perintah dalam hal ini adalah orang yang membetulkan atap rumah di sebut Gestor, sedangkan orang yang diurus kepentingannya dalam hal ini adalah pemilik rumah yang bocor di sebut Dominus, selain dua bahasa tersebut sebagai bahasa hukum juga di gunakan untuk lebih memudahkan penyebutan para pihak, yang terikat zaakwaarneming. Nah biar lebih jelas perbuatan hukum zakwaar naming mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 1. Zaakwaarneming adalah suatu perbuatan hukum pengurusan pihak atau orang lain; 2. Zaakwaarneming dilakukan secara sukarela; 3. Zaakwaarneming dilakuakan tanpa adanya perintah yang diberikan oleh dominus. 4. Zaakwaarneming dilakukan tanpa sepengetahuan dari dominus; 5. Gestor, berkewajban untuk menyelasaikan pengurusan tersebut hingga selesai atau hingga pihak dominus dapat mengerjakan kepentingannya sendiri. Berikut ini dalah hak dari gestor: 1. Pengantian segala biaya dan ganti kerugian yang dikeluarkan oleh gestor yang perlu dan berfaedah bagi dominus, kecuali hak atas upah; 2. Menahan apa kepunyaan dominus, sampai ganti kerugian tersebut dibayarkan (pasal 1354 ayat (2) jo pasal 1812 KUHper). Adapun kewajiban dari gestor: 1. Menyelesaikan pengurusan kepentingan dominus yang telah mulai dilaksanakan atau dikerjakan olehnya, kecuali jika kegiatan pengurusan tersebut di ambil oper oleh orang yang diurus kepentingannya. (pasal 1354 ayat 1 KUHper); 2. Jika dominus, meningal gestor harus tetap menyelesaikan zakwaarneamingnya, sampai dapat diambil alih oleh ahli waris dari dominus; 3. Gestor harus mengurus kepentingan dominus selayaknya bapak rumah tangga yang baik 4. Memberikan laporan pertangungjawaban tentang apa yang telah dilakukan atau di perbuatnya sehubungan dengan kepengurusan yang telah dimulai olehnya

tersebut sehinga selesai (pasal 1354 ayat 2 jo pasal 1802 KUHPer); 5. Memberikan perhitungan kepada dominus tentang segala apa yang telah diterimanya kepada dominus, terkait dengan pengurusan kepentingan dominus; 6. Memberikan pengantian kerugian, biaya, bunga kepada dominus sebagai akibat kesalahan, maupun kelalaian dalam melakukan pengurusan kepentingan dominus (pasal 1356 ayart (2) KUHPer) Adapun hak dari dominus adalah sebagai berikut: 1. Menuntut agar gestor melakukan pengurusan selayaknya bapak rumah tangga yang baik; 2. Meminta agar gestor menyampaikan laporan pertanggungjawaban tentang apa yang telah dilakukan atau diperbuatnya olehnya inga selesai; 3. Meminta agar gestor memberikan perhitungan kepada dominus tentang apa segala yang telah diterimanya kepada dominus dalam kaitanya dengan kepengurusan kepentingan dominus tersebut; 4. Menuntut gestor atas setiap kerugian, biaya dan bunga yang diderita oleh dominus sebagai akibat kesalahan maupun kelalaian gestor dalam melakukan pengurusan kepentingan dominus; 5. Menuntut gestor untuk bertangung jawab atas setiap perikatan yang dibuat oleh gestor untuk kepentingan dominus yang telah dibuatnya secara tidak baik, yang tidak perlu dan berfaedah bagi kepentingan dominus; Sedang kewajiban dominus adalah untuk : 1. Memberikan pengantian atas seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh gestor yang perluy dan berfaedah bagi pengurusan kepentingan dominus; 2. Memberikan ganti kerugian atas setiap perikatan yang telah dibuat gestor, yang berfaedah dan perlu untuk kepentingan dominus dalam rangka pengurusan kepentingan dominus; 3. Memenuhi seluruh perikatan yang telah dibuat oleh gestor, yang berfaedah dan perlu untuk kepentingan dominus dalam rangka pengurusan kepentingan dominus; Sedangkan perikatan zaakwaarneming tersebut berahir dalam hal : 1. Diselesaikan pengurusan kepentingan dominus yang telah dilakukan oleh gestor; 2. Di serahkannya pekerjaan pengurusan kepentingan dominus yang telah dilaksanakan tetapi belum selesai kepada dominus, yang telah mampu mengurus kepentingannya sendiri.

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM

Tugas Mata Kuliah Konsentrasi Perjanjian yang Lahir karena Undang-undang

Disusun oleh Annisa Rahmah 07/251907/HK/17469

Menganalisis Arres 31-1-1919 Lindenbaum Vs Cohen(Terkait dengan perkembangan pengertian atas Perbuatan Melawan Hukum) Pengertian perbuatan melawan hukum sebelum tahun 1919: Saat ini disebut dengan Perbuatan Melwan Hukum dalam arti sempit. Setelah Tahun 1919 Hukum di Indonesia mengatur tiap-tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian itu untuk mengganti kerugian. Intinya, apabila ada seorang yang melakukan perbuatan melawan hukum (PMH) maka diwajibkan untuk memberikan ganti kerugian. Sisi yang lain, orang yang mengalami kerugian tersebut dijamin haknya oleh undang-undang untuk menuntut ganti rugi. Hal itu diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Memang KUHPerdata tidak memberikan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan PMH. Namun setidaknya KUHPerdata memberikan kejelasan unsur-unsur atau syarat-syarat apa saja agar sesuatu perbuatan dapat masuk dalam kualifikasi PMH. Pasal 1365 KUHPerdata mensyaratkan lima syarat yaitu: (1) adanya perbuatan, (2) perbuatan tersebut melawan hukum, (3) adanya kerugiaan, (4) adanya kesalahan, dan (5) adanya hubungan sebab akibat (kausalitas) antara perbuatan melawan hukum dengan akibat yang ditimbulkan. Semula hanya ada 4 unsur, sebagaimana terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yaitu perbuatan, melawan hukum, kerugian dan kesalahan. Namun oleh ilmu pengetahuan ditambahkan satu unsur lagi yaitu unsur kausalitas. Kelima syarat tersebut di atas bersifat kumulatif. Artinya semua unsur tersebut harus terpenuhi

satu unsur saja tidak terpenuhi maka akan menyebabkan seseorang lepas dari tanggung jawab PMH. Unsur melawan hukum dari PMH sejak tahun 1919 mengalami perluasan makna. Sebelum tahun 1919 yang dimaksud dengan melawan hukum adalah (1) melanggar kewajiban hukum si pelaku atau (2) melanggar hak subjektif orang lain yang telah diatur oleh undang-undang. Namun setelah tahun 1919 pengertian melawan hukum meluas tidak hanya melanggar peraturan perundang-undangan akan tetapi juga peraturan tidak tertulis, termasuk (3) bertentangan dengan kesusilaan dan (4) bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan ketidak hatihatian (patiha). Berdasarkan jenisnya maka PMH dapat mengenai berbagai macam hak dan kepentingan seseorang sebagai subyek hukum, yaitu: (1) benda, (2) Tubuh, (3) Jiwa, dan (4) kehormatan. Namun apabila dilihat dari subyek yang dapat melakukan perbuatan melawan hukum, (1) orang, (2) Badan Hukum, dan (3) Penguasa. Seseorang dapat dimintakan pertanggungjawaban PMH atas dasar kesalahan dia pribadi bahkan atas kesalahan atau kelalaian orang lain yang berada di bawah pengawasnya (Pasal 1367 KUHPerdata)yaitu (1) orang tua, wali, (2) majikan dan bawahan, (3) guru atau tukang-tukang. Kemudian termasuk benda, dan hewanhewan yang berada di bawah pengawasannya.

PMH diartikan secara sempit melanggar hak subjektif seseorang dan bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku. Contoh : Arres HR 6-1-1905 (mesin jahit singer) dan arres HR 6-6-1910 (zutphense waterlieding)

keuntungan pengartian secara sempit ini kepastian hukum PMH diartikan secara luas melanggar hak subjektif seseorang, bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan, contoh : Arres HR 31-1-1919 (Cohen Vs Lindebaum) tanggapan positif pengadilan.

Perkembangan yang spektakuler dan monumental terhadap pengertian perbuatan melawan hukum terjadi pada tahun 1919 dengan Putusan Hoge Raad

dalam kasus Linden-baum lawan Cohen pada tanggal 31 Januari 1919, yang terkenal dengan nama Standaard Arrest atau Drukkers Arrest (Putusan tentang Percetakan) , sebagai berikut. Samuel Cohen dan Max Lindenbaum masingmasing pengusaha percetakan. Pada suatu ketika, Cohen membujuk salah seorang pegawai Lindenbaum untuk membocorkan daftar nama pelanggan Lindenbaum dan daftar harga-harga, dan menggunakan daftar tersebut untuk kemajuan usahanya sendiri. Akibatnya usaha Lindenbaum mundur dan mengalami kerugian. Kecurangan ini akhirnya diketahui Lindenbaum dan dia menuntut ganti rugi kepada Cohen atas dasar perbuatan melawan hukum. Akan tetapi Cohen membantah gugatan itu atas dasar pendapat bahwa dia tidak melakukan perbuatan melawan hukum karena undang-undang tidak melarangnya. Pengadilan tingkat pertama (Rechtbank) memenangkan gugatan Lindenbaum, tetapi di tingkat banding dia dikalahkan oleh Pengadilan Tinggi (Gerechtshof). Ditingkat kasasi kembali Lindenbaum dimenangkan oleh Hoge Raad dengan alasan bahwa pengadilan tinggi telah menafsirkan pengertian perbuatan melawan hukum dalam arti yang sempit, yakni hanya sekedar melawan undang-undang. Sedangkan menurut Hoge Raad, pengertian perbuatan melawan hukum (onrecht-matigedaad) harus diartikan sebagai berbuat atau tidak ber-buat yang memperkosa hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat, atau kesusilaan, atau kepatutan dalam masyarakat, baik terhadap diri atau benda orang lain.1

Putusan Hoge Raad ini merupakan momentum terpenting dalam sejarah perkembangan BW sejak berlakunya pada tahun 1883, sehingga oleh Meijers putusan tersebut dinilai sama bobotnya dengan menambahkan satu Buku pada BW2. Unsur-Unsur PMH. Berdasarkan perkembangan pe-ngertian tentang1

Setiawan: Pokok-Pokok Hukum Perikatan, op cit, hal. 77- 78.; Moegni Djojo-dirdjo, op cit, hal.25- 26.;

Rachmad Setiawan: op cit, hal. 10- 11.; Mahkamah Agung R.I.: op cit; 1995, hal.212

Setiawan: Ibid, hal. 247. 23 Setiawan: Ibid,, hal. 251

perbuatan melawan hukum (PMH= onrecht-matigedaad), di atas, maka terdapat empat kriteria dari per-buatan melawan hukum itu, yakni : (a) bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku 1 2 3 (b) melanggar hak subjektif orang lain. (c) Melanggar kaidah kesusilaan (d) Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, serta kehati-hatian

Kriteria pertama di atas menentukan bahwa perbuatan melawan hukum itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban si pelaku. Tetapi tidak semua perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban si pelaku dapat dituntut ganti kerugian. Untuk dapat dituntut ganti kerugian, disyaratkan: (a). kepentingan penggugat benar-benar terkena/ terancam oleh pelanggaran (PMH) tersebut. Seseorang yang menerobos lampu merah, dia telah melakukan pelang-garan undang - undang secara pidana, tetapi belum dapat disebut melakukan PMH secara perdata selama tidak ada orang yang dirugikan secara materiel. (b). ke dua: kepentingan penggugat memang dilindungi oleh kaidah / peraturan perundang-undangan yang dilanggar itu (schutz-norm theorie). Untuk memahami ini, perhatikan putusan Hoge Raad yang terkenal dengan nama Tandartsen Arrest (Putusan doker gigi) tanggal 17 Januari 1958 sebagai berikut: Di kota Tilburg, Belanda, pada waktu itu ada 15 orang dokter gigi yang berpraktek di suatu jalan dengan izin resmi pemerintah. Pada suatu waktu datang berprak-tek di jalan tersebut, seorang tukang gigi yang ber-praktek sebagai dokter gigi tanpa izin resmi. Praktek tukang gigi ini laris yang mengakibatkan praktek dokter gigi resmi menjadi sepi. Ketika ketahuan bahwa tukang gigi ini berpraktek tanpa izin, maka dia diadukan secara pidana dan digugat secara perdata. Berdasar Pasal 436 NWvS (Pasal 512 KUHP) tukang gigi tersebut dipidana karena terbukti bersalah menjalankan pekerjaan tanpa izin yang menurut peraturan perundang-undangan harus pakai izin. Bagaimana dengan gugatan ganti rugi yang diajukan para dokter gigi

itu?. Pengadilan Tinggi menghukum tukang gigi itu untuk mengganti kerugian karena dianggap telah melakukan perbuatan melawan hukum dengan pelanggaran terhadap Pasal 436 NWvS (Pasal 512 KUHP) di atas. Namun putusan ini dibatalkan oleh Mahkamah Agung (Hoge Raad) dengan alasan bahwa peraturan yang dilanggar oleh tukang gigi tersebut (Pasal 512 KUHP) diadakan dengan tujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat umum, bukan untuk melindungi para dokter gigi tersebut terhadap per-saingan curang. Seorang dokter gigi yang menurun jumlah pasiennya karena praktek tak berizin dari si tukang gigi tersebut, tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi atas dasar perlindungan yang diberikan oleh Pasal 512 KUHP di atas.

Maka dari hasil putusan ini, dikenal dengan Januari Revolutie. Dimana membawa pemahaman-pemahaman baru, antara lain: - Penerimaan terhadap pandangan yang luas itu dikukuhkan oleh putusan HR 31 Januari 1919 yang terkenal dengan Drukkers Arrest dalam perkara Cohen VS Lindebaum - 1919 sesungguhnya telah terjadi suatu revolusi di bidang hukum yang trekenal dengan januari revolutie - Hukum tidak lagi dipandang sebagai UU saja melainkan lebih luas daripada itu Bertentangan dengan Kesusilaan - Aser-Rutten - Norma kesusilaan adalah norma yang oleh masyarakat diterima sebagai norma hukum yang tidak tertulis. - Melanggar norma kesusilaan harus dibuktikan apakah merupakan PMH atau bukan PMH Bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan: - Apabila seseorang dalam menyelenggarakan kepentingannya mengabaikan kepentingan orang lain da terlanggar begitu saja, maka orang tersebut berarti telah berperilaku tidak patut dan karenanya melanggar hukum - Perilaku ini sesungguhnya berhadapan dengan norma yang tidak tertulis sehingga untuk dapat mengkualifikasikan suatu perilaku dalam kategori ini, maka norma yang dilanggar harus dirumuskan terlebih dahulu

-

Larangan mengenai perilaku tidak patut sangat luas sekali sehingga tidak dapat dirinci bahakan sulit untuk diberikan patokan umum yang lebih mengarah Contoh kasus : HR 31 Januari 1919 kasus Cohen dan Lindenbaum

Persamaan PMH dan Perbuatan Pidana - sama-sama melanggar suatu larang - keduanya sering jatuh bersamaan dan dapat dikatakan suatu perbuatan pidana selalu merupakan PMH. PMH lebih luas daripada perbuatan pidana Perbedaan No Hkm Pidana PMH 1 Menyangkut ketertiban umum Bertujuan melindungi kepentingan individu dan hanya sekedar menyinggung ketertiban umum 2 Bertujuan untuk memidana pelaku Bermaksud memberi ganti rugi kepada yang dirugikan 3 Kematian pelaku menggugurkan Pertanggungjawaban pelaku beralih pertanggungjawabanan pada ahli waris 4 yang bertanggungjawab hanya Seseorang dapat pelaku dipertanggungjawabkan untuk PMH yang dilakukan oleh orang lain (psl 1367) http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/FH003/document/Perikatan_yang_Lahir_K arena_UU.ppt?cidReq=FH003#265,10,Slide 10