pathway parkinson.docx
DESCRIPTION
penyimpangan kdm parkinson, semoga bermanfaatTRANSCRIPT
Kim Yoolim Yonwoo
1
A. Patofisiologi Parkinson
5
Globus pallidus mengeluarkan impuls yang abnormal
Kehilangan kelola dari sustansia nigra
Dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus striatum
Faktor predisposisi lesi di substansia nigra: faktor usia, faktur aterosklreotik, post ensafalitis, induksi
obat, dan keracunan logam berat
Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis
Kerusakan kontrol gerakan foluntar yang memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan otomatois
Aliran darah serebral regional menurun
Manifestasi otonom Gangguan N. VIII Tremor ritmi bradikaresia
Manifestasi psikiatrik Ragiditas deserebrasi Perubahan otot wajah dan sikap tubuh
6
Berkeringat, rasa lelah berlebihan dan otot
terasa nyeri. Hipotensi postural.
Perubahan kepribadian, psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Perubahan gaya berjalan, kekakuan dalam beraktifitas.
Kesulitan menelan
Kognitif menurun, persepsi menurun.
Hambatan mobilitas fisik.
Kerusakan komunikasi verbal
Gangguan pemenuhan nutrisi
Kurang perawatan diriHarga diri
rendah
E. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
2. CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua
eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi
untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi
gejala yang timbul.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang
biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru
dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness. Perawatan pada
penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat
perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat
dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap
melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit Parkinson (Muttaqin, 2008;
Suzanne & Smaltzer, 2001; Brugham & JoAnn, 2000):
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan,
mengontrol tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala.
c) Derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa
untuk mempelancar fluktasi klinis.
d) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor. Preparat antivirus,
Amantandin hidroklorida, digunakan untuk mengurangi kekakuan,tremor dan
bradikinestesia.
e) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
f) Obat-obat antidepresan
Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar
diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami
kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada
penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang
disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.
2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan
petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor
dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari
dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas,
keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti
membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di
dalam mulut.
G. Kemungkinan data fokus
1. Anamnesis
Anamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, pengkajian psikososial.
a) Identitas klien
Meliputi naman, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-
an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat,
pekerjaaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan
diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot dan
hilangnnya refleks postular
c) Riwayat penyakit sekarang
8
Pada anamnesis klien sering mengeluhkan adanya tremor, seringkali pada
salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain dan akhirnya
bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat
berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan
telapak tangan, serta gerakan ibu jari terhadap jaro-jari lain seolah-olah
memiutar pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat jika klien sedang
berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah,
sikap tubuh dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserbrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering dermatis peboroik, sulit menelan,
konstipasi, serta gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obatan
anti kolinergik dan hipertfofi prostat.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam waktu
yang lama.
e) Riwayat penyakit keluarga
Walaupun penyakit Parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetic yang
jelas tetapi pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes mellitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi
penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
f) Pengkajian psikososiospritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakita yang dideritanya dan perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadapa dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karna klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri
didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan
tidak kooperatif.
9
Peubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda
depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif,
persepsi, dan penurunan memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik
(perubahan kepribadian, psikosis, demensia, konfusi akut) umumnya terjadi
pada lansia.
2. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6)
dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan
dengan keluhan klien.
a. Keadaan umum
Klien dengan penyakit Parkinson umunya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan tanda-tanda vital, meliputi bradikardia, hipotensi
dan penurunan frekuensi pernafasan.
b. B1 Breathing
Gangguan fungsi pernafasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi
makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
1) Inspeksi umum. Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk
batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas dan penggunaan
otot bantu nafas.
2) Palpasi. Taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3) Perkusi. Adanya suara resonal pada seluruh lapangan paru.
4) Auskultasi. Binyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronki
pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
c. B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system persarafan otonom. Rasa
lelah berlebihan dan otot terasa nyeri : otot-otot lelah karena rigiditas.
d. B3 (Brain)
Inspeksi umum : didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
10
e. Pengkajian tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
aliran darah serebrial regional menurun yang mengakibatkan perubahan pada
status kognitif klien.
f. Pengkajian fungsi serebral
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
g. Pemeriksaan saraf kranial
Pengkajian saraf cranial meliputi pemeriksaan saraf cranial I-XII.
1) Saraf I. Pada cidera tulang belakang, biasanya klien tidak memiliki
kelainan dan gangguan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Tes ketajaman penglihayan mengalami perubahan, dimana sesuai
tingkat usia yang tua biasanya klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.
3) Saraf III, IV dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan
konfergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahanakan kontraksi otot-otot bola mata. Gerakan kedua bola untuk
menetapkan mata pada sesuatu tidak selalu berjalan searah, melainkan bisa
juga berjalan kearah berlawanan. Gerakan bola mata yang sinkron dengan
arah yang berlawanan hanyalah gerakan kedua bola mata kearah nasal.
Dalam gerakan itu, bola mata kini bergerak ke kanan dan bola mata kanan
bergerak ke kiri. Gerakan kedua bola mata kea rah nasal dinamankan
gerakan konvergen, yang terjadi karena kedua otot rektus medialis
(interbus) berkontraksi.
4) Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya didapatkan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatan otot wajah maka terlihat
ekspresi wajah mengalami penurunan dimana saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata).
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
6) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional.
7) Saraf IX dan X. Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan.
11
8) Saraf XII. Tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi, indra pengecapan normal.
h. Penyajian sistem motorik
1) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien
seringmengalami rigiditas deserebrasi.
2) Tonus otot ditemukan meningkat.
3) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan
karenaadanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan,
tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
i. Pengkajian refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri,klien
akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya
berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya
keseimbangan(salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan
sering jatuh.
j. Pengkajian sistem sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang
sadamerupakan hasil dari neuropati.
k. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami
inkontinensia urine,ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik
dan postural. Selama periodeini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik
steril.
l. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
kurangkarena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor
menyeluruh. Kliensering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
12
m. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor
secaraumum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.Adanya
gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakankarena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikanrisiko
pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
H. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Data subjektif:
- Klien mengatakan sulit untuk
menggerakkan tubuhnya
- Klien mengatakan merasa lemah
Data objektif:
- Kekuatan otot menurun, dinilai
dengan 1
- Pemeriksaan kesadaran GCS
motorik, dinilai 2
- Klien terlihat pucat dan lemah
- Tremor saat melakukan aktivitas
Gangguan N. VIII
Ragiditas deserebrasi
Perubahan gaya berjalan,
kekakuan dalam beraktifitas.
Hambatan mobilitas fisik.
Hambatan mobilitas fisik
Data subjektif:
- Klien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas sendiri
(mandi, berdandan, berpakaian)
Data objektif:
- Klien tampak tidak rapi
- Klien dibantu oleh anggota
keluarga dalam memenuhi
ADL
-
Gangguan N. VIII
Ragiditas deserebrasi
Perubahan gaya berjalan,
kekakuan dalam beraktifitas.
Kurang perawatan diri
Defisit perawatan diri
Data subjektif:
- Klien mengatakan berat badanya
Tremor ritmi bradikaresia Gangguan pemenuhan nutrisi
13
menurun
- Klien mengatakan kesulitan
mengunyah dan menelan.
Data objektif:
- Auskultasi, bising usus tidak
terdengar.
- Penurunan berat badan dari
yang sebelumnya.
- Otot wajah tampak kaku.
- Klien tampak pucat dan lemah.
- Porsi makan tidak habis.
Perubahan otot wajah dan
sikap tubuh
Kesulitan menelan
Gangguan pemenuhan nutrisi
Data subjektif:
- Keluarga mengatakan adanya
kesulitan dalam berbicara.
Data objektif:
- Kata-kata sulit dipahami
- Pelo
- Wajah kaku
Aliran darah serebral regional
menurun
Manifestasi psikiatrik
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Kognitif menurun, persepsi
menurun, akut menurun.
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan komunikasi verbal
Data subjektif:
- Klien mengatakan takut jika
terjadi kecacatan
- Klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan
Data objektif:
- Klien tampak gelisah
- Pada pemeriksaan MMSE pada
aspek orietasi ditemukan;
adanya gannguan memori
Aliran darah serebral regional
menurun
Manifestasi psikiatrik
Perubahan kepribadian,
psikosis, demensia, dan
konfusi akut.
Kognitif menurun, persepsi
Harga diri rendah
14
jangka pendek (klien tidak bisa
menyebutkan tahun, bulan,
tanggal, dan hari apa sekarang).
menurun, akut menurun.
Harga diri rendah
I. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
tremor dan perlambatan dalam proses makan, serta kesulitan mengunyah dan
menelan.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan volume bicara,
perlambatan bicara, dan ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik.
5. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan kognitif karena perkembangan
penyakit.
15
J. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan
tremor dan perlambatan
dalam proses makan, serta
kesulitan mengunyah dan
menelan.
Tujuan umum:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan tidak
terjadi gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
Tujuan khusus:
Dalam waktu 3x24 jam
kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi.
Kriteria hasil:
Mengetahui tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuh, tidak ada
penurunan bobot tubuh, mampu
manghabiskan porsi makan yang
disediakan.
1. Observasi atau timbang berat
badan.
2. Kaji sistem gastrointestinal yang
meliputi suara bising usus,
perubahan dalam lambung seperti
mual dan muntah, perubahan
pergerakan usus.
3. Anjurkan klien untuk makan
dengan porsi sedikit dan sering.
4. Manajemen kemampuan menelan.
5. Monitor serta ajarkan keluarga
dalam menggunakan alat bantu
khusus untuk makan.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
1. Kekurangan intake nutrisi menunjang
terjadinya masalah penurunan berat
badan.
2. Fungsi sistem gastrointestinal sangat
penting untuk memasukan makanan.
3. Memudahkan asupan nutrisi sehingga
cadangan energi dalam tubuh
terpenuhi.
4. Meningkatkan kemampuan klien
dalam menelan membantu pemenuhan
nutrisi klien secara oral selain itu
memudahkan masuknya makanan dan
mencegah kelelahan.
5. Penggunaan alat-alat khusus
membantu klien untuk makan.
6. Memberikan informasi yang tepat
14
tentang kebutuhan nutrisi klien
untuk pemeriksaan laboratorium
yang diindikasikan seperti: serum
transferin, BUN/kreatinin dan
glukosa.
7. Kolaborasi dengan keluarga untuk
memberikan pengetahuan
mengenai pentingnya nutrisi bagi
klien
tentang keadaan nutrisi yang
dibutuhkan klien.
7. pengetahuan yang baik tentang nutrisi,
memberikan motivasi dan mengubah
perilaku keluarga untuk menyediakan
makanan yang seimbang bagi klien.
2. Gangguan mobilitas fisik
yang berhubungan dengan
kekakuan dan kelemahan
otot.
Tujuan umum:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dapat
meminimalkan gangguan
mobilitas fisik.
Tujuan khusus:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
klien mampu melaksanakan
aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
1. Observasi mobilitas klien
terhadap peningkatan kerusakan
dan fungsi motorik.
2. Lakukan program latihan
meningkatkan kekuatan otot.
Contohnya: melatih klien untuk
duduk dari tempat tidur ke kursi.
3. Lakukan latihan postural, dengan
melatih pergerakan otot-otot
(ROM).
4. Anjurkankan mandi hangat
(hydrotherapy) dan masase otot.
1. Mengetahui tingkat kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas.
2. Meningkatkan koordinasi dan
ketangkasan, serta mencegah
kontraktur bila otot tidak dilatih.
3. Latihan postural untuk melawan
kecenderungan kepala dan leher
tertarik ke depan dan ke bawah.
4. Mandi hangat dan masase membantu
otot-otot rileks pada aktivitas pasif dan
aktif serta mengurangi nyeri otot
15
Kriteria hasil:
Klien dapat ikut serta dalam
program latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi, bertambahnya
kekuatan otot dan klien
menunjukan tindakan mobilitas.
5. Kolaborasi dengan Ortopedik
therapis, untuk melatih klien
teknik berjalan khusus.
6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien.
7. Kolaborasi dengan keluarga untuk
melatih pergerakan ringan klien
(ROM), misalnya dengan melatih
klien makan/minum dengan
mandiri.
akibat spasme otot akibat spasme yang
mengakibatkan kekakuan.
5. Teknik berjalan khusus dapat juga
dipelajari untuk mengimbangi gaya
berjalan menyeret dan kecenderungan
tubuh condong ke depan.
6. Peningkatan kemampuan dalam
mobilisasi ekstremitas dpat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari
tim fisioterapis.
7. Untuk memelihara fleksibilitas otot.
3 Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
tremor dan gangguan
motorik.
Tujuan umum:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien tidak
mengalami defisit perawatan
diri.
1. Kaji kemampuan klien dalam
melakukan ADL
2. Bantu klien bila klien tidak dapat
memenuhi kebutuhan ADL secara
mandiri
1. Kemampuan klien dalam melakukan
ADL menunjukkan kemandirian klien
dalam merawat diri
2. Klien mungkin berkeinginan merawat
diri sendiri, namun ketidakmampuan
menyebabkan klien mengalami defisit
16
Tujuan khusus:
Setelah dilakukan intervensi
selama 2x24 jam perawatan diri
klien dapat terpenuhi.
Kriteria: klien mampu
menunjukan kemampuan
merawat diri sesuai kemampuan,
menunjukkan terpenuhinya
kebutuhan merawat diri
3. Ajarkan dan dukung klien selama
beraktivitas
4. Modifikasi lingkungan
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
terapi aktivitas.
6. Kolaborasi dengan keluarga untuk
pemenuhan ADL klien.
perawatan diri
3. Dukungan terhadap aktivitas klien,
membantu klien meningkatkan
perawatan diri
4. Lingkungan klien membantu klien
meningkatkan kemampuan merawat
diri dan mencegah cidera dalam
beraktivitas pemenuhan kebutuhan
merawat diri
5. Terapi okupasi dapat membantu klien
melengkapi kebutuhan khusus.
6. Mempermudah keluarga dalam
merawat klien saat dirumah dalam
pemenuhan ADLnya secara mandiri.s
4. Kerusakan komunikasi
verbal berhubungan
dengan penurunan volume
bicara, pelambatan bicara,
ketidak mampuan
mengerakan otot-otot
wajah.
Tujuan umum:
Setelah dilakuakan tindkan
keperawatan, klien mampu
berkomunikasi dengan baik.
Tujuan khusus:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam,
1. Kaji kemapuan klien untuk
berkomunikasi.
2. Menentukan cara-cara komunikasi,
1. Gangguan bicara ada pada banyak
klien yang mengalami penyakit
parkinson. Bicara mereka yang lemah,
monoton, halus menentukan kesadaran
berupaya untuk bicara lambat, dengan
penekanan perhatian pada apa yang
mereka katakan.
2. Mempertahankan kontak mata akan
17
klien mampu membuat teknik/
metode komunikasi yang dapat
dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatkan kemmpuan
berkomunikasi.
Kriteria:
- Klien dapat berkomunikasi
dengan sumber kemampuan
yang ada.
seperti mempertahankan kontak
mata, pertanyaan dengan jawaban ya
atau tidak, menggunakan kertas dan
pensil/ bolpoin, gambar atau papan
tulis, bahasa isyarat, perjelas dari arti
komunikasi yang disampaikan.
3. Pertimbangkan bentuk komunikasi
bila terpasang intravenus kateter.
4. Letakkan bel/ lampu panggilan di
tempat yang mudah dijangkau, dan
memberikan penjelasan cara
menggunakannya. Jawab panggilan
tersebut dengan segera. Penuhi
kebutuhan klien. Katakan pada klien
bahwa perawat siap membantu jika
membuat klien interes selama
komunikasi. Jika klien dapat
mengerakan kepala, mengedipkan
mata atau senang dengan isyarat-
isyarat sederhana, lebih baik dengan
menggunakan pertanyaan ya/ tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang
melelahkan klien, selain itu dapat
mengakibatkan frustasi dalam
emenuhi kebutuhan komunikasi.
Keluarga dapat bekerjasama untuk
membantu memenuhi klien.
3. Kateter intravena yang terpasang
ditangan akan mengurangi kebebasan
menulis/ memberi isyarat.
4. Ketergantungan klien pada ventilator
akan lebih baik dan rileks, perasaan
aman, dan mengerti bahwa selama
menggunakan ventilator, perawat akan
memenuhi segala kebutuhannya.
18
dibutuhkan.
5. Buat catatan dikantor perawatan
tentang keadaan klien yang tidak
dapat bicara.
6. Buat rekaman pembicaraan klien.
7. Anjurkan keluarga/ orang lain yang
dekt dengan klien untuk berbicara
dengan klien, memberi informasi
tentang keluarga dan keadaan yang
sedang trjadi.
8. Kolaborasi dengan ahli wicara/
speech therapis.
5. Mengingatkan staf keperawatan untuk
berespon dengan klien selama
memberikan keperawatan.
6. Rekaman pembicaraan klien dalam
pita kasiet secara periodik, hal ini
dibutuhkan dalam memantau
perkembangan klien. Amplifier kecil
mambantu bila klien kesulita dalam
mendengar.
7. Keluarga dapat merasakan akrab
dengan klien berada dekat dengan
klien selama berbicara, dengan
pengalaman ini dapat membantu/
mempertahankan kontak nyata seperti
merasakan kehadiran anggota keluarga
yang dapat megurangi perasaan kaku.
8. Ahli terapi wicara bahasa dapat
membantu dalam membentuk
peningkatan latihan perckapan dan
membantu petugas kesehatan dalam
19
untuk emngembangkan metoda
komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan klien.
5. Koping individu tidak
efektif berhubungan
dengan depresi dan
disfungsi karena
perkembangan penyakit.
Tujuan umum:
Selama dilakukan tindakan
keperawatan, koping individu
menjadi efektif.
Tujuan khusus:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam,
koping individu menjadi efektif.
Kriteria: mampu menyatakan
atau mengomunikasikan dengan
orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang sedang
terjadi, mampu menyatakan
penerimaan diri terhadap situasi,
mengakui, danmenggabungkan
perubahan kedalam konsep diri
1. Kaji perubahan gangguan persepsi
dan hubungan dengan derajat
ketidakmampuan.
2. Dukung kemampuan koping klien.
3. Catat ketika klien menyatakan
sekarat atau mengingkari dan
menyatakan inilah kematian.
4. Pernyataan pengakuan terhadap
penolakan tubuh, mengingatkan
kembali fakta kejadian tentang
realitas bahwa masih dapat
1. Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi.
2. Kepatuhan terhadap program latihan dan
berjalan membantu perlambat kemajuan
penyakit. Dukungan dan sumber bantuan
dapat diberikan melalui ketekunan
berdoa dan penekanan keluar terhadap
aktivitas dengan mempertahankan
partisipasi aktif.
3. Mendukung penolakan terhadap bagian
tubuh atau perasaan negatif terhadap
gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional.
4. Membantu klien untuk melihat bahwa
perawat menerima kedua bagian sebagai
bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
klien untuk merasakan adanya harapan
20
dengan cara yang akurat tanpa
harga diri yang negatif.
menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat.
5. Beri dukungan psikologis secara
menyeluruh.
6. Bantu dan ajarkan perawatan yang
baik dengan memperbaiki kebiasaan.
7. Buat rencana program aktivitas
harian padakeseluruhan hari.
dan mulai menerima situasi baru.
5. Klien penyakit Parkinson sering merasa
malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan
merasa sendiri. Perasaan ini dapat
disebabkan akibat keadaan fisik yang
lambat dan upaya yang besar dibutuhkan
terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu
dan didukung untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan (seperti meningkatnya
mobilitas). Karena Parkinson mengarah
akan menunjukkan menarik diri dan
depresi, klien harus aktif berpartisipasi
dalam program terapi yang mencakup
program sosial dan rekreasi.
6. Membantu meningkatkan perasaan harga
diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
7. Program aktivitas pada keseluruhan hari
mencegah waktu tidur yang terlalu
banyak yang dapat mengarah pada tidak
adanya keinginan beraktivitas dan apatis.
21
8. Anjurkan orang terdekat untuk
mengizinkan klien melakukan
sebanyak mungkin hal untuk dirinya.
9. Dukung perilaku atau usaha seperti
peningkatan minat atau partisipasi
dalam aktivitas rehabilitasi.
10. Monitor gangguan tidur, peningkatan
kesulitan konsentrasi, letargi dan
penolakan.
Setiap upaya dibuat untuk mendukung
klien keluar dari tugas-tugas yang
termasuk koping dengan kebutuhan
mereka setiap hari dan untuk
membentuk klien mandiri. Apapun yang
dilakukan hanya untuk keamanan
sewaktu mencapai tujuan dengan
meningkatnya kemampuan koping.
8. Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
9. Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang peran
individu masa mendatang.
10. Dapat mengindikasikan terjadinya
depresi. Depresi umumnya terjadi
sebagai pengaruh dari stroke yang
memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut.
11. Dapat memfasilitasi perubahan peran
yang penting untuk perkembangan
22
11. Kolaborasi : rujuk pada ahli
neuropsikologi dan konseling bila
ada indikasi
perasaan. Kerjasam fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan
dukungan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang juga
sering muncul pada keadaan ini.
23
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan
secaraholistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakitini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Obat-obatan
yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu
belum bisadihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan
menemanisepanjang hidupnya.Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress
hingga terjadi totaldisabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general,
dan dapat menyebabkan kematian.Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-
berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat
parah.
24
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, Fransisca. B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Brougham, Diane C. & JoAnn, Hackley. C. (2000). Keperawata Medical Bedah : Buku saku
untuk Bruner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Muttaqin, Arief. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : SalembaMedika
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC
25