pathway kejang demam, dst
TRANSCRIPT
E. PATHWAY KEJANG DEMAM
Proses demam
Infeksi bakteri, virus dan parasit
Kurang pengetahuan Inefektif penatalaksanaan
kejang Cemas
Hipertermi
Kurang informasi ttg kondisi, prognosis/pengobatan dan perawatan
Risiko kejang berulang
Ketidak seimbangan potensial membrane APT ASE
Reaksi inflamasi
Tidak efektif bersihan jalan nafas
Kejang
Kurang dari 15 menit
Difusi Natrium dan Kalium
Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
Rangsang mekanik dan biokimia gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Risiko cidera
Tidak berbahayaTidak menimbulkan gejala sisa
Lebih dari 15 menit
Perfusi jaringan serebral tidak efektif
Risiko kerusakan sel neuron otak
Perubahan suplai darah ke otak
Kelainan neurologis Prenatal / Perinatal
9. HIPOKSI – ISKEMIK ENCELOPATI (HIE)
A. DEFINISI
Terminologi yang digunakan untuk menggambarkan kelainan neuropatologik dan
klinis yang yang terjadi pada bayi baru lahir akibat akfisia antepartum, intrapartum
atau neonatal.
B. ETIOLOGI
Defisit suplai oksigen melalui mekanisme:
(1) Hipoksemia karena berkurangnya saturasi oksigen di dalam darah, hipoksemia
ini akan mengganggu fungsi jantung, sehingga curah jantung menurun dan
sirkulasi darah ke otak akan berkurang.
(2) Iskemia karena berkurangnya perfusi darah ke dalam sel susunan saraf pusat
walaupun saturasi oksigen mungkin masih memadai.
Asfiksia dapat terjadi pada:
Pranatal
(a) Gangguan oksigen darah ibu akibat hipoventilasi pada pemberian anastesia
atau gangguan fungsi jantung.
(b) Tekanan darah ibu rendah.
(c) Gangguan sirkulasi pada uterus atau plasenta karena kelainan kontraksi
uterus dan perdarahan plasenta.
(d) Gangguan fungsi plasenta pada ibu dengan toxemia atau kehamilan lebih
bulan.
Sesudah lahir:
(a) Asfiksia
(b) Gangguan nafas berat
(c) Serangan apnea berulang
(d) Kelainan jantung yang disertai payah jantung
(e) Renjatan akibat perdarahan akut (perdarahan intraventrikuler)
(f) Kolaps vaskuler pada bayi sepsis atau penyakit berat lainnya.
Derajat 1
Kesadaran umumnya baik, tonus otot normal terkadang meninggi sedikit
terutama pada anggota atas. Tonus otot postural bisa normal atau sedikit
meningkat. Terdapat lamban kepala bila dilakukan traksi pada bayi dari keadaan
terlentang ke posisi duduk reflek tendon bisa meninggi. Ireflek primitif
menghisap, memegang, moro tetap ada. Fungsi syaraf kranial tidak terganggu.
Gerakan bola mata normal. Biasanya pada bayi yang menderita gangguan
hipoksemia atau iskemia ringan dan akut pada waktu kelahiran.
Derajat 2
Pada bayi asfiksia sedang, pada saat kelahiran kesadaran menurun. Hipotonia
terhadap rangsang visual, suara, dan nyeri menurun. Reflek tendon meninggi,
kejang mungkin terjadi dengan gambaran EEG terlihat sebagai penurunan
aktifitas sampai aktifitas supresi letupan.
Derajat 3
Terlihat pada bayi asfiksia berat pada saat kelahiran, kesadaran, koma atau
stupor.
Hipotonia umum
Reaksi terhadap rangsang menurun atau hilang sama sekali, semua refleks
menghilang. Pupil terfiksasi dan reaksi okulosefal yang negatif kejang jarang
terjadi.
EEG menunjukkan gambaran aktifitas burst suppresion atau gambaran yang
isoelektrik sama sekali.
Hipotensi, bradi cardia, pernafasan tidak teratur (atau serangan apnea).
Komplikasi sistemik pada jantung, paru, ginjal, hati bila berkelanjutan dapat
terjadi tidak berfungsinya cardio pulmonal.
C. KLASIFIKASI
Derajat kesadaran eselopati Hipoxi Kronik dan Iskemi Kronik
Derajat I Derajat II Derajat III
Kesadaran Sadar Letargi Koma / stuporTonus otot Normal ↓ ↓↓Refleks tendon ↑ ↑ ↓ / negatifGemetaran Positif Positif NegatifRefleks neonatal hisap Aktif ↓ NegatifMoro ↑ ↓ NegatifPegang Normal / ↑ ↑ NegatifMata Normal / ↑ ↑ ↓ / negatifFungsi autonom pupil Normal Konstriksi Variabel terfiksasiPernafasan Dilatasi Tidak teratur
periodikSerangan Apnea
Denyut jantung TeraturKejang Sering KadangEEG Normal Voltase periodik
paroksimalPeriodik, isoelektrik