pathway asma

28
KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAPASAN Posted on 26 Agustus 2009 by b11nk PENDAHULUAN Istilah pernafasan yang lazim digunakan mencakup 2 proses : pernafasan luar (eksterna) yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh secara keseluruhan serta pernafasan dalam (interna), yaitu penggunaan oksigen dan pembentukan karbondioksida oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya. Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas (paru-paru) dan sebuah pompa

Upload: yanni-ayii

Post on 03-Aug-2015

2.101 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pathway Asma

KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAPASAN

Posted on 26 Agustus 2009 by b11nk

PENDAHULUAN

Istilah pernafasan yang lazim digunakan mencakup 2 proses : pernafasan luar

(eksterna) yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh

secara keseluruhan serta pernafasan dalam (interna), yaitu penggunaan oksigen

dan pembentukan karbondioksida oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel

tubuh dengan media cair sekitarnya. Sistem pernafasan terdiri dari organ

pertukaran gas (paru-paru) dan sebuah pompa ventilasi paru. Pompa ventilasi

terdiri dari dinding dada, otot-otot pernafasan, pusat pernafasan diotak yang

mengendalikan otot pernafasan.

Page 2: Pathway Asma

B. FUNGSI PARU

Pada keadaan istirahat, frekuensi pernafasan manusia normal berkisar antara 12 –

15 kali permenit. Satu kali pernafasan , 500 ml udara, atau 6 – 8 L udara per menit

dimasukan dan dikeluarkan dari paru-paru. Udara ini akan bercampur dengan gas

yang terdapat dalam alveoli, dan selanjutnya oksigen masuk ke dalam darah di

kapiler paru, sedangkan karbondioksida masuk ke dalam alveoli, melalui proses

difusi sederhana. Dengan cara ini, 250 mL oksigen per m,enit masuk ke dalam

tubuh dan 200 mL karbondioksida akan dikeluarkan.

C. KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN

ASMA BRONCHIALE

Pengertian

Penurunan fungsi paru dan hiperresponsivitas jalan napas terhadap berbagai

rangsang. Karakteristik penyakit meliputi bronkhospasme, hipersekresi mukosa

dan perubahan inflamasi pada jalan napas.(Campbell. Haggerety,1990; orsi 1991).

Banyak orang mengabaikan keseriusan penyakit ini. Perawatan di RS sering kali

karena akibat dari pengabaian tanda penting ancaman serangan asma dan tidak

mematuhi regimen terapeutik. Status asmatikus mengacu pada kasus asma yang

berat yang tak berespon terhadap tindakan konvensional. Ini merupakan situasi

yang mengancam kehidupan dan memerlukan tindakan segera.

Page 3: Pathway Asma

A. Patofisiologi.

Alergen masuk kedalam tubuh, kemudian allergen ini akan merangsang sel B

untuk menghasilkan sat anti. Karena terjadi penyimpangan dalam system

pertahanan tubuh maka terbentuklah imoglobulin E (Ig. E).Pada penderita alergi

sangat mudah memprouksi Ig. E. dan selai beredar didalam daerah juga akan

menempel pada permukaan basofil dan mastosit.Mastosit ini amat penting dalam

peranannya dalam reaksi alergi terutama terhadap jaringan saluan nafas, saluran

cerna dan kulit.

Bila suatu saat penderita berhubungan dengan allergen lagi, maka allergen akan

berikatan dengan Ig.E yang menempel pada mastosit, dan selanjutnya sel ini

mengeluarkan sat kimia yang di sebut mediator ke jaringan sekitarnya. Mediator

yang dilepas di sekitar rongga hidung akan menyebabkan bersin – bersin dan

pilek. Sedangkan mediator yang dilepas pada saluran nafas akan menyebabkan

saluran nafas mnengkerut, produksi lendir meningkat, selaput lendir saluran nafas

membengkak dan sel – sel peradangan berkumpul di sekitar saluran nafas.

Komponen – komponen itu menyebabkan penyimpitan saluran nafas.

B. Faktor pencetus.

Alergen

Infeksi saluran nafas

Ketegangan jiwa Alrgen

Infeksi saluran nafas

Ketegangan jiwa

Kegiatan jasmani

Obat – obatan

Polusi udara

Lingkungan kerja

Lain – lain

C. Etiologi.

Page 4: Pathway Asma

Dua tipe dasar imunologik dan non imunologik .Asma alergik ( disebut

ekstrinsik ) terjadi pada saat kanak – kanak terjadi karena kontak dengan elergan

dengan penderita yang sensitive.

Asma non imunologik atau non alergik ( di sebut instrinsik ), biasanya terjadi

pada usia diatas 35 tahun. Serangan dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau

cabang pada bronchial.

Asma campuran yang serangannya diawali oleh infeksi virus atau bacterial atau

oleh allergen. Pada saat lain serangan dicetuskan oleh factor yang berbeda atau

juga dapat di cetuskan oleh perubahan suhu dan kelembaban, uap yang

mengiritasi, asap, bau – bauan yang kuat, latihan fisik dan stress emosional.

D. Pemeriksaan penunjang.

Test fungsi paru ( Spirometer )

Foto thorax

Pemeriksaan darah (DL, BGA)

Test kulit

Test Provokasi bronkhial

monitor elektronik

E. Manifestasi klinik

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajad hiperaktifitas

bronkus.Obstruksi jalan nafas dapat revesible secara spontan maupun dengan

pengobatan.

Page 5: Pathway Asma

Gejala asma antara lain :

a. Bising mengi ( weezing ) yang terdengar atau tanpa stetoskop

b. Batuk produktif, sering pada malam hari

c. Sesak nafas

d. Dada seperti tertekan atau terikat

e. Pernafasan cuping hidung

F. Terapi

1. Oksigen 4 – 6 liter / menit

2. Agonis B2 ( salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatin 10 mg )

intalasi nebulasi dan pemberiannya dapa diulang setiap 20 menit sampai 1 jam.

Pemberian agonis B2 dapat secara subcutan atau iv dengan dosis salbutamol 0,25

mg atau terbulatin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5 % dan diberikan perlahan.

3. Aminofilin bolus iv 5 – 6 mg / kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam

12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.

4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg iv jika tak ada respon segera atau

pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

G. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

1. Pengkajian

a. Keluhan :

- Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus

- Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjang

- Batuk dengan sekret lengket

- Berkeringat dingin

- Terdengar suara mengi / wheezing keras

- Terjadi berulang, setiap ada pencetus

- Sering ada faktor genetik/familier

b. Airway

- Inspeksi jalan nafas : sumbatan lendir, lidah, benda asing

- Auskultasi : suara sumbatan jalan nafas, whesing, mengi.

Page 6: Pathway Asma

c. Breathing

- Saat serangan anak tampak gelisah, sesak nafas tak ada perubahan dg merubah

posisi

- Respirasi rate sedikit meningkat dengan ekspirasi diperpanjang

d. Cirkulasi

- Kadang disertai sianosis

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Pola nafas tidak efektif

c. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian (sesaka nafas akibat

serangan ashma)

http://b11nk.wordpress.com/2009/08/26/kegawatdaruratan-sistem-pernapasan/

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan

oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).

(Polaski : 1996).

Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan

bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea

dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer

Suzanne : 2001).

Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit

gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai

dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus

terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

Etiologi

Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :

Page 7: Pathway Asma

1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2) Pembengkakan membran bronkus.

3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan

psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-

otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya

kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga

terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh

berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan

ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi

darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.

Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu

yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit

atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.

Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya

faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan

fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.

Page 8: Pathway Asma

Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe, dan wheezing.

Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang

sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan

tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan

menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan

keras.

Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1) Tingkat I :

a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.

b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test

provokasi bronkial di laboratorium.

2) Tingkat II :

a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan

adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3) Tingkat III :

a) Tanpa keluhan.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang

kembali.

4) Tingkat IV :

Page 9: Pathway Asma

a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.

b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

5) Tingkat V :

a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut

yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.

Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :

Kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak

letih, takikardi.

Klasifikasi Asma

Asma dibagi atas dua kategori, yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan oleh

alergi seperti debu, binatang, makanan, asap (rokok) dan obat-obatan. Klien

dengan asma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga dengan alergi dan

riwayat alergi rhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara spesifik

dengan alergen.

Faktor-faktor seperti udara dingin, infeksi saluran pernafasan, latihan fisik, emosi

dan lingkungan dengan polusi dapat menyebabkan atau sebagai pencetus

terjadinya serangan asma. Jika serangan non alergi asma menjadi lebih berat dan

sering dapat menjadi bronkhitis kronik dan emfisema, selain alergi juga dapat

terjadi asma campuran yaitu alergi dan non alergi.

Penatalaksanaan

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :

a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas

Page 10: Pathway Asma

b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.

c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan

maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

a. Pengobatan dengan obat-obatan

Seperti :

1) Beta agonist (beta adrenergik agent)

2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)

3) Anti kolinergik (bronkodilator)

4) Kortikosteroid

5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :

1) Oksigen 4-6 liter/menit.

2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)

inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.

Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%

diberikan perlahan.

3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12

jam.

4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau

klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

c.Pemeriksaan Penunjang :

Page 11: Pathway Asma

Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :

a. Spirometri :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

b. Tes provokasi :

1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

3) Tes provokasi bronkial seperti :

Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi

dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.

4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam

tubuh.

c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.

d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

g. Pemeriksaan sputum.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks,

atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.

Asuhan Keperawatan pada Klien Asma

Page 12: Pathway Asma

Pengkajian

a. Identitas klien

1) Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin

2) riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.

3) Status mental : lemas, takut, gelisah

4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.

5) Gastro intestinal : adanya mual, muntah.

6) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

b. Pemeriksaan fisik

Dada

1) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum

2) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal

3) Keabnormalan struktur Thorax

4) Contour dada simetris

5) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata

6) RR dan ritme selama satu menit.

Palpasi :

1) Temperatur kulit

2) Premitus : fibrasi dada

Page 13: Pathway Asma

3) Pengembangan dada

4) Krepitasi

5) Massa

6) Edema

Auskultasi

1) Vesikuler

2) Broncho vesikuler

3) Hyper ventilasi

4) Rochi

5) Wheezing

6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

c. Pemeriksaan penunjang

1) Spirometri :

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.

2) Tes provokasi :

a) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

b) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

c) Tes provokasi bronkial

Untuk menunjang adanya hiperaktivitas bronkus , test provokasi dilakukan bila

tidak dilakukan test spirometri. Test provokasi bronchial seperti : Test provokasi

Page 14: Pathway Asma

histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin

dan inhalasi dengan aqua destilata.

3) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam

tubuh.

4) Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.

5) Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.

6) Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.

7) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

8)  Pemeriksaan sputum.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa 1 :

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.

Tujuan :

Jalan nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :

Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing

berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.

Page 15: Pathway Asma

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.

Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas

(asma berat).

b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.

Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada

penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat

dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk

pada sandaran.

Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan

menggunakan gravitasi.

d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan

untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.

Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia,

sakit akut/kelemahan.

e. Berikan air hangat.

Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.

Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).

Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

Diagnosa 2 :

Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

Tujuan :

Page 16: Pathway Asma

Pola nafas kembali efektif.

Kriteria hasil :

Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal,

batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.

Intervensi :

1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya

pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.

Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi

tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan

atelektasis dan atau nyeri dada

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.

Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan

pernafasan.

3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.

Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan

pernafasan.

4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.

5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan

ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.

6. Kolaborasi

Page 17: Pathway Asma

- Berikan oksigen tambahan

- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer

Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan

kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Diagnosa 3 :

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Kriteria hasil :

Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik,

klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit,

berat badan dalam batas normal.

Intervensi :

1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).

Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.

2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien

dalam asuhan keperawatan.

3. Timbang berat badan dan tinggi badan.

Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya

nutrisi.

Page 18: Pathway Asma

4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.

Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.

5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering

Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

6. Kolaborasi

- Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.

Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

- Berikan obat sesuai indikasi.

- Vitamin B squrb 2×1.

Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.

- Antiemetik rantis 2×1

Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.

Diagnosa 4 :

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan :

Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Kriteria hasil :

KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri,

kekuatan otot terasa pada skala sedang

Intervensi :

Page 19: Pathway Asma

1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan

kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.

Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan

intervensi.

2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan

kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.

3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.

Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan

meja atau bantal.

4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan

peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen.

5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai

indikasi.

Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

Diagnosa 5 :

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya informasi

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

Page 20: Pathway Asma

Kriteria hasil :

Mencari tentang proses penyakit :

- Klien mengerti tentang definisi asma

- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma

- Klien mengerti komplikasi dari asma

Intervensi :

1. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan

harapan kesembuhan.

Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas

dan masalah berlebihan.

2. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.

Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk

mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.

3. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.

Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk

kambuh dari penyakitnya.

4. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan

kesehatan.

Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah

meminimalkan komplikasi.

5. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,

misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.

Page 21: Pathway Asma

Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada

patogen.

Evaluasi

a. Jalan nafas kembali efektif.

b. Pola nafas kembali efektif.

c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-asma/