paternitas 1

2
BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Dalam musibah bencana massal dibutuhkan tim khusus identifikasi yang disebut Tim DVI. DVI merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan ilmiah. Prosedur tersebut mengacu pada standar baku International Police (Interpol). Terdapat 5 fase dalam proses DVI, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, yang tediri dari fase TKP, fase post mortem, fase ante mortem, fase rekonsiliasi, dan fase debriefing. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses pemeriksaan identifikasi korban bencana massal terdapat dalam fase post mortem. Terdapat dua metode identifikasi yang digunakan yaitu identifikasi primer yang meliputi pemeriksaan sidik jari, gigi geligi dan DNA dan identifikasi sekunder yang meliputi pemeriksaan medis dan properti. Pemilihan metode identifikasi tersebut bergantung pada keadaan jenazah yang ditentukan. Identifikasi primer mempunyai nilai keakuratan yang 15

Upload: wilda-septi-pratiwi

Post on 10-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

paternitas

TRANSCRIPT

BAB IIIKESIMPULAN

3.1 KesimpulanIdentifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Dalam musibah bencana massal dibutuhkan tim khusus identifikasi yang disebut Tim DVI. DVI merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana yang dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan ilmiah. Prosedur tersebut mengacu pada standar baku International Police (Interpol). Terdapat 5 fase dalam proses DVI, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, yang tediri dari fase TKP, fase post mortem, fase ante mortem, fase rekonsiliasi, dan fase debriefing.Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses pemeriksaan identifikasi korban bencana massal terdapat dalam fase post mortem. Terdapat dua metode identifikasi yang digunakan yaitu identifikasi primer yang meliputi pemeriksaan sidik jari, gigi geligi dan DNA dan identifikasi sekunder yang meliputi pemeriksaan medis dan properti. Pemilihan metode identifikasi tersebut bergantung pada keadaan jenazah yang ditentukan. Identifikasi primer mempunyai nilai keakuratan yang tinggi (95%) bila dibandingkan dengan identifikasi sekunder. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jenazah pada fase post mortem, maka selanjutnya akan dibandingkan antara data post mortem yang didapatkan dengan data ante mortem.Hasil identifikasi dapat dikatakan positif apabila satu atau lebih dari metode identifikasi primer adalah cocok dengan atau tanpa didukung oleh metode identifikasi sekunder atau minimal dua dari metode identifikasi sekunder apabila tidak didapatkan hasil metode identifikasi primer. Penentuan identifikasi ini dilakukan di dalam rapat rekonsiliasi.

15