pasien adalah seorang laki
DESCRIPTION
bjwqTRANSCRIPT
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 21 tahun dengan penampilan fisik sesuai dengan
usianya. Pasien menggunakan kaos, rambut rapi, kulit sawo matang, postur tubuh atletikus.
tampak terawat. Pasien diantar oleh polisi ke Rehabilitasi NAPZA RSJ RSJ Provinsi Jawa
Barat pada tanggal 3 April 2015 karena menggunakan narkoba.
Pasien memakai narkoba sejak tahun 1993 (usia 18 tahun) hingga 2015. Obat yang
digunakan, yaitu: pil BK, ganja, pil inex, dan sabu-sabu. Pasien menggunakan obat-obatan
karena pergaulan dengan teman-temannya. Pasien mengggunakan narkoba hanya untuk
mencari efek agar lebih semangat dalam melakukan pekerjaan. Pasien pernah mengalami
overdosis setelah menggunakan pil inex dengan alcohol, dimana pasien tidak sadara dan badan
terasa lemas untuk beberapa hari. Pasien tidak pernah mengalami sakau. Pasien aktif dalam
kegiatan olahraga berupa lari atau bermain sepak bola.
Sejak kecil pasien tidak mengalami gangguan perkembangan fisik maupun kepribadian.
Pasien adalah tipe orang mudah bersosialiasi dengan lingkungannya dan memiliki banyak
teman. Pasien memiliki hubungan yang baik terhadap orang tua dan saudara-saudaranya.
Pasien memiliki prestasi yang sangat baik terutama pada sepak bola.
Kesadaran neurologis pasien compos mentis, kesadaran psikiatrik tampak tidak terganggu.
Perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, sikap terhadap pewawancara kooperatif. Cara
berbicara pasien cepat, spontan. Tidak terdapat adanya gangguan berbicara. Sensorium dan
kognisi pasien baik. Pengendalian impuls baik. Daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. Daya
nilai realitas baik. Tilikan pasien derajat 6.
I. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I: Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan
mengalami:
1
1. Gangguan mental dan Perilaku akibat penggunaan zat psiko
aktif
2. Termasuk kedalam keadaan sindroma ketergantungan karena :
a. adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa ( kompulsi ) untuk
menggunakan zat psikoaktif
b. terbukti adanya toleransi berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan
guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih
rendah
c. tetap menggunakan zat tersebut meski telah mengetahui adanya akibat yang
merugikan kesehatannya
3. Termasuk kedalam gangguan mental dan perilaku karena penggunaan alcohol
4. Termasuk kedalam gangguan mental dan perilaku karena penggunaan tembakau
Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak ada diagnosis.
Aksis III: Kondisi Medik Umum
Tidak ada diagnosis.
Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V: Global Assessment of Functioning (GAF)
Global Assessment Functional 90-81:
Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa
II. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F15.2 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulan, dengan
sindrom ketergantungan
F16.2 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogen,
dengan sindrom ketergantungan
F10.0 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
F17.0 gangguan mentl dan perilaku akibat penggunaan tembakau
2
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF 90-81
III. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Hal –hal yang memperingan prognosis :
Ada faktor presipitasi yang jelas
Riwayat social
Menikah
Sistem pendukungan baik
Hal- hal yang memperberat prognosis:
Awitan muda
Riwayat sosial
DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologi : tidak ada
2. Psikiatri / psikologi : tidak ada waham dan halusinasi
3. Sosial / keluarga : pergaulan dengan teman-teman pecandu
IV. TERAPI
Psikofarmaka
3
Tidak ada
Psikoterapi
a. Terapi individual
Menjalin komunikasi interpersonal dengan pasien, sehingga menumbuhkan rasa percaya
terhadap dokter dan orang lain.
Membantu pasien dalam mempelajari kelebihan dan kelemahan diri.
Menjelaskan pasien mengenai bahaya penggunaan zat terlarang dan motivasi pasien untuk
menghentikan sama sekali penggunaan zat-zat berbahaya ketika pasien sudah keluar dari
rumah sakit.
b. Terapi terhadap keluarga
Motivasi keluarga untuk membawa pasien control ke dokter secara teratur dan menciptakan
suasana yang dapat membantu penyembuhan.
Memberikan nasehat kepada keluarga untuk menciptakan kondisi rumah yang kondusif.
Memberikan perhatian dan kasih sayang yang tulus.
c. Lingkungan
Tidak menjauhi pasien
Menjauhi berinteraksi dengan teman-temannya.
Membiarkan pasien berinteraksi dengan lingkungan.
4